227
PRILAKU KOMUNIKASI DALAM AKULTURASI ANTAR ETNIS JAWA DAN ETNIS MUNA DI KABUPATEN MUNA (Studi Komunikasi Antar Budaya di Kecamatan Kabangka, Kabupaten Muna) OLEH: ADE RAMAYANA JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK i

repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

PRILAKU KOMUNIKASI DALAM AKULTURASI

ANTAR ETNIS JAWA DAN ETNIS MUNA DI KABUPATEN

MUNA(Studi Komunikasi Antar Budaya di Kecamatan Kabangka, Kabupaten

Muna)

OLEH:

ADE RAMAYANA

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNVERSITAS HASANUDDIN

2012

i

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

PRILAKU KOMUNIKASI DALAM AKULTURASI

ANTAR ETNIS JAWA DAN ETNIS MUNA DI KABUPATEN MUNA

(Studi Komunikasi Antar Budaya di Kecamatan Kabangka, Kabupaten Muna)

OLEH:

ADE RAMAYANA

E 31108010

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar SarjanaPada Jurusan Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PILITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2012

ii

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Puji dan Syukur yang sebesar-besarnya

atas kehadirat Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW atas rahmat dan

karuniaNya yang senantiasa diberikan kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat

terselesaikan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin Jurusan Ilmu

Komunikasi Program Studi Public Relations.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,

sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini karena banyaknya

tantangan, baik dari segi kemampuan Penulis, bahasa, literatur maupun waktu

yang tersedia. Akan tetapi berkat petunjuk dan arahan dari pembimbing serta

pihak-pihak yang mendukung Penulis sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

Oleh karena itu, Penulis mengucapkan Terima Kasih Yang Sebesar-besarnya

kepada Ayahanda LA KENDA dan Ibunda WA APE, A.Ma.pd yang telah

membesarkan dan mendidik penulis, serta seluruh Keluarga dan Sahabat yang tak

henti-hentinya member semangat sampai detik ini.

Dengan terselesaikannya skripsi yang berjudul “Prilaku Komunikasi

Dalam Akulturasi Antar Etnis Jawa Dan Etnis Muna, (Studi Komunikasi

Antar Budaya di Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna, Sulawesi

iii

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Tenggara)” ini, perkenalkanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Muhammad Farid, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu

Komunikasi juga sebagai dosen Pembimbing I dan Drs. Sudirman

Karnay, M.Si, selaku Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas dan penuh

kesabaran membimbing, menyertai dan mendorong penulis sehingga dapat

menyelesaikan sripsi ini.

2. Segenap Dosen, pegawai dan staf Jurusan Ilmu Komunikasi dan Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin.

3. Saudara-saudaraku yang tercinta, Kamaruddin, Daud S.Ip, Handayani,

Tajuddin S.Ip, Mira Natalia S.KM serta kemenakan-kemenakanku

tersayang Rani Eka Pratiwi (Rani), Ade Herdin Aprilia (Herdin), Fadil

Muhammad (Fadil), Rieke Agustien Ramadhani (Rieke) dan Rubi serta

seluruh keluarga yang senantiasa mendukung penulis.

4. Saudara-saudara seperjuanganku Exist ‘08’ yang selalu memberikan

semangat yang tak henti-hentinya, menemani hari-hari penulis serta

memberikan kehangatan dan arti persaudaraan bagi penulis selama

dibangku kuliah. Pengalaman, kenangan, suka duka, susah senang, dan

perjalanan (mulai dari mandi, makan, tidur dan kerasukan bareng) selama

empat tahun ini bersama kalian takkan terlupakan bagi penulis.

5. Sahabat sekaligus saudara tercinta dan tersayang Albertin Vivi, Finthya

Sari Ramadhani, dan Evy Novianti Syam yang telah memberikanku

semangat, masukan, kehangatan persaudaraan dan menerimaku apa adanya

iv

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

selama empat tahun ini. Semoga ini semua tetap berlanjut sampai maut

memisahkan *spekkk.

6. Kakak-kakak dan adik-adik kosmik yang penulis tidak bisa sebutkan satu-

persatu.

7. Teman-teman dan Sabeum di UKM Taekwondo Unhas, sabeum Eko,

Sabeum Amin, Sabeum Arya, K’ Nompo, K’ Rusman, K’ Kadri, K’

Ewa, K’ Didi, K’ Inna, Dewi, Maya dll yang penulis tidak bisa sebutkan

satu persatu.

8. Teman-teman KKN Gel. 80 Lokasi Kecamatan Pajukukang Desa

Papanloe, Eris, Aswin, Uppi dan Najma atas kerjasamanya selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.

Oleh sebab itu, Penulis mengharapkan Masukan dan Kritikan untuk perbaikan

lebih lanjut, semoga menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi yang memerlukan.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Makassar, Mei 2012

Ade Ramayana

v

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………... i

HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI…………………...

ii

ABSTRAK …………………………………………….................... . iii

KATA PENGANTAR………………………………………………… iv

DAFTAR ISI……………………………………………….............. vii

DAFTAR TABEL…………………………………………………. . ix

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………. . x

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………..... . 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………… 1

B. Rumusan Masalah………………………………………6

C. Tujuan Penelitan…………………………………… 7

D. Kegunaan Penelitian……………………………….. 7

E. Kerangka Konseptual……………………………… 7

F. Defenisi Operasional………………………………. 13

G. Metode Penelitian……………………………………. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………… 20

A. Pengertian Komunikasi………………………………. 20

B. Pengertian Budaya…………………………………… 22

C. Komunikasi Antar Budaya……………………………. 24

D. Unsur-unsur Kebudayaan………………………... 27

vi

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

E. Komunikasi Verbal dan Nonverbal…………………… 28

F. Prilaku Komunikasi……………………………………. 35

G. Peran Komunikasi dalam Mempermudah Akulturasi…. 39

H. Komunikasi dan Akulturasi…………………………… 40

I. Potensi Akulturasi…………………………………….. 44

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN………… 47

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………48

B. Aspek Kelembagaan dan Aspek Budaya di Kecamatan

Kabangka………………………………………………. 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………… 62

A. Hasil Penelitian………………………………………. 62

A.1. Profil Informan……………………………...

63

A.2. Hasil penelitian…………………………… 65

B. Pembahasan……………………………………..…. 119

1. Proses Akulturasi Antar Etnis Jawa dan etnis Muna di

Kecamatan Kabangka……………………………. 119

2. Prilaku Akulturasi antar Etnis Jawa dengan etnis Muna

dapat berjalan dengan baik………………………. 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………............... 132

A. Kesimpulan…………………………………………. 132

B. Saran………………………………………………... 133

DAFTAR PUSTAKA

vii

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat

dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi

langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau

kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan, baik

secara verbal maupun nonverbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam

semua konteks interaksi. Pusat perhatian studi komunikasi dan kebudayan juga

meliputi bagaimana menjajaki makna, pola-pola tindakan, dan bagaimana makna

serta pola-pola itu diartikulasikan dalam sebuah kelompok sosial, kelompok

budaya, kelompok politik, proses pendidikan, bahkan lingkungan teknologi yang

melibatkan interaksi antarmanusia.

Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin

pesat. sebagai Negara yang memiliki beragam budaya dan kultur yang berbeda,

Indonesia juga terdiri dari suku-suku yang berbeda di setiap daerah. Dengan

perbedaan tersebut, tak jarang diantara mereka melakukan akulturasi.

Akulturasi merupakan perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang

berlangsung dengan damai dan serasi. Akulturasi atau Culture Contect, sebagai

proses sosial yang timbul bila suatu kelompok dengan kebudayaan tertentu

dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing dengan sedemikian rupa

1

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

yang lambat laun kebudayaan asing itu diterima dan diolah sendiri tanpa

menyebabkan hilangnya keaslian budaya itu sendiri. Dalam artian yang lebih

lugas, bahwa akulturasi merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat

pendatang untuk menyesuaikan diri dengan memperoleh kebudayaan masyarakat

setempat.

Dalam akulturasi selalu terjadi proses penggabungan (fusi budaya) yang

memunculkan kebudayaan baru tanpa menghilangkan nilai-nilai dari budaya lama

atau budaya asalnya. Sebagaimana masyarakat setempat memperoleh pola-pola

budaya lokal lewat komunikasi, begitu pula dengan seorang transmigran yang

memperoleh pola-pola budaya lokal lewat komunikasi. George Herbert Mead

dalam filsafat ilmu komunikasi (2007:3) mengatakan bahwa setiap manusia

mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam

masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi.

Seiring berjalannya waktu, seorang transmigran akan mengatur dirinya

untuk mengetahui dan diketahui dalam berhubungan dengan orang lain dan itu

dilakukannya lewat komunikasi. Elvinaro Ardianto dalam Filsafat Ilmu

Komunikasi (2007:2) mengemukakan bahwa tujuan dasar komunikasi adalah

mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita. Lewat komunikasi kita

menyesuaikan diri dan hubungan dengan lingkungan kita.

Proses akulturasi mengarah kepada terjadinya asimilasi sebagai proses

sosial yakni suatu proses dimana individu-individu atau kelompok-kelompok yang

sebelumnya berbeda-beda perhatiannya yang kemudian mempunyai pandangan

yang sama. Dengan kata lain proses dari dua atau lebih kebudayaan yang berbeda,

2

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

tetapi secara perlahan-lahan menjadi sama. Proses ini berlangsung dua arah, saling

mempengaruhi dan saling mengisi sehingga membentuk pola budaya baru. Hal ini

berlangsung secara terus-menerus dan dalam kondisi setaraf antara individu atau

kelompok.

Untuk mempermudah terjadinya akulturasi, maka kecakapan komunikasi

dari transmigran merupakan hal yang sangat berpengaruh. Sebagaimana seorang

transmigran pun memperoleh pola-pola budaya penduduk lokal melalui

komunikasi. Seseorang transmigran akan mengatur dirinya untuk mngetahui dan

diketahui dalam berhubungan dengan orang lain. Pada akhirnya, bukan hanya

system sosio-budaya transmigran tetapi juga system sosio-budaya masyarakat

setempat akan mengalami perubahan sebagai akibat dari kontak komunikasi antar

budaya dalam rentan waktu yang lama. Malinowski dalam Kebudayaan dan

Lingkungan dalam Perspektif Antropologi ( 2000:105 ) mengatakan bahwa

perubahan kebudayaan bisa saja disebabkan oleh faktor-faktor dan kekuatan

spontan yang muncul dalam komunitas atau hal tersebut bisa juga terjadi melalui

kontak dengan kebudayaan yang berbeda.

Masalah pembauran budaya merupakan masalah yang sangat kompleks,

sarat akan konflik, yang terkadang berakhir dengan tejadinya disintegrasi. Dimana

hambatan komunikasi antara dua budaya seringkali timbul dalam bentuk pebedaan

persepsi terhadap norma-norma budaya, pola-pola berpikir, struktur budaya,

system budaya serta masalah komunikasi. Demikian pula halnya di Kecamatan

Kabangka yang memiliki luas 103,62 km2 sebagai unit pemukiman penduduk

setingkat kecamatan yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten

3

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Muna, dengan kapasitas jumlah penduduk 8.157 jiwa yang sebagian

masyarakatnya berasal dari etnis pendatang Jawa dan etnis Muna yang bermukim

di Desa (SPA) Wakobalu Agung dan Desa (SPB) Sarimulyo Kecamatan

Kabangka.

Aspek pengembangan nilai-nilai sosial budaya merupakan suatu

permasalahan yang sangat perlu diprhatikan, mengingat beragamnya latar

belakang sosial budaya masyarakat yang bermukim didaerah ini. Dengan

bertemunya etnis Jawa dan etnis Muna di Kecamatan Kabangka, tidak menjadikan

daerah tersebut rentang akan konflik sehingga etnis Jawa dapat dapat beradaptasi

dengan baik dengan masyarakat setempat (etnis Muna).

Bertemunya suku-suku bangsa ini tentu saja menghadirkan perbedaan-

perbedaan, terutama dalam hal bahasa, agama, adat istiadat, norma-norma maupun

etos kerja masing-masing. Dalam hal aktifitas keseharian, tentu saja masing-

masing melaksanakannya sesuai dengan nilai-nilai dan patokan-patokan yang

mencerminkan budaya sukunya (Koentjaraningrat, 1993:3). Dengan bertemunya

berbagai kelompok sosial, suku-suku bangsa pada suatu wilayah dapat terjadi dua

kemungkinan proses sosial (hubungan sosial atau interaksi sosial), yaitu hubungan

sosial yang positif dan negatif. Dampak positif dari interaksi sosial masyarakat

pendatang (etnis Jawa) dengan masyarakat setempat (etnis Muna) dapat dilihat

dalam hubungan mereka sesama petani, dimana mereka dapat meniru tata cara

ataupun nilai-nilai, bahkan inovasi baru dalam hal pengolahan lahan pertanian dari

masyarakat pendatang (etnis Jawa) yang dapat meningkatkan produktifitas, dan

begitu pula sebaliknya. Dalam perkembangan selanjutnya, satu sama lain dapat

4

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

bertukar pengalaman dan pengetahuan diberbagai bidang kehidupan. Jika kontak-

kontak tersebut berlangsung secara terus menerus dalam waktu yang lama, tidak

menutup kemungkinan menciptakan akulturasi, bahkan membentuk budaya baru

yang mencerminkan sebuah budaya lokal dan budaya pendatang.

Kehidupan masyarakat Kabangka dalam beberapa tahun terakhir ini

mengalami perubahan yang dapat di lihat dengan tergesernya penggunaan bahasa

daerah Muna oleh masyarakat Kabangka khususnya di Desa Sarimulyo dan Desa

Wakobalu Agung dengan bahasa Jawa sebagai bahasa yang dipakai oleh

masyarakat setempat (etnis Muna) yang merupakan salah satu faktor yang

mempercepat terjadinya akulturasi yang mengarah pada hubungan positif. Namun

tidak selamanya interaksi yang terjadi antara etnis Muna dan etnis Jawa di

Kecamatan Kabangka berdampak positif. Hal ini biasanya didukung dengan

kehidupan masyarakat etnis Jawa yang lebih baik. Hal ini dikarenakan etnis

pendatang Jawa sudah menguasai sebagian besar perekonomian di Kecamatan

Kabangka, sehingga etnis Muna memandang etnis Jawa sebagai kelompok yang

diuntungkan oleh keadaan, dimana etnis Jawa dianggap sebagai pesaing baru

dalam mengelola potensi alam didaerahnya. Ada perbedaan sikap hidup dari para

etnis pendatang Muna dengan etnis Jawa yakni sebagai masyarakat setempat

mereka merasa lebih berhak atas apa saja mengenai daerahnya, dan sebagai

masyarakat pendatang, tak jarang mereka dianggap “sebelah mata” oleh

masyarakat setempat. Selain itu, intensitas dan kreatifitas kerja etnis Jawa lebih

tinggi dari etnis Muna dalam hal pemanfaatan potensi alam sehingga terjadi

kesenjangan antara etnis Jawa dengan etnis Muna di Kecamatan Kabangka yang

5

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

menyebabkan kecemburuan sosial yang dapat menghambat proses akulturasi

budaya antara masyarakat pendatang Jawa dan etnis Muna di Kecamatan

Kabangka.

Berdasarkan pengamatan tersebut, penulis mencoba membahas Akulturasi

antar etnis yang ada di Kecamatan Kabangka khususnya Desa Sarimulyo dan

Desa Wakobalu Agung. Dimana etnis pendatang Jawa menghadirkan budaya

sukunya sehingga terjadi pembauran budaya dengan etnis Muna di Kecamatan

Kabangka. Melihat keadaan seperti ini maka penulis tertarik untuk melakukan

suatu penelitian tentang proses akulturasi serta faktor-faktor lain yang dapat

mempermudah terjadinya akulturasi yang mengarah pada asimilasi. Dengan latar

belakang masalah diatas maka penulis merumuskan judul sebagai berikut:

“Prilaku Komunikasi Dalam Akulturasi Antar Etnis Jawa Dan Etnis Muna” (Studi Komunikasi Antar Budaya di Kecamatan Kabangka

Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada diatas maka penulis

mencoba merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana prilaku komunikasi dalam Akulturasi Antar Etnis Jawa

dan etnis Muna di Kecamatan Kabangka ?

b. Mengapa Proses Akulturasi antar Etnis Jawa dengan etnis Muna

dapat berjalan dengan baik ?

6

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

C. Tujuan Penelitian

a. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui perilaku komunikasi Akulturasi Antar Etnis

Pendatang Jawa dan etnis Muna di Kecamatan Kabangka.

2. Untuk mengetahui Proses Akulturasi antar Etnis Jawa dengan

etnis Muna dapat berjalan dengan baik.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Sebagai masukan terhadap ilmu komunikasi dalam rangka

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang komunikasi antar

budaya.

2. Secara Praktis

Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa yang ingin melakukan

penelitian lebih lanjut dibidang komunikasi, khususnya mengenai

komunikasi antar budaya.

E. Kerangka Konseptual

Pada dasarnya prilaku komunikasi merupakan interaksi dua arah, dimana

seseorang terlibat didalamnya berusaha menciptakan dan menyampaikan

informasi kepada penerima. Dalam hal ini sumber dan penerima harus

mengformulasikan, menyampaikan serta menanggapi pesan tersebut secara jelas,

7

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

lengkap dan benar. Dengan demikian prilaku komunikasi tidak lain dari

bagaimana cara melakukan komunikasi dan sejauh mana hasil yang mungkin

diperoleh dengan cara tersebut.

Prilaku komunikasi dikategorikan sebagai prilaku yang terjadi dalam

berkomunikasi verbal maupun nonverbal, yaitu bagaimana pelaku (sumber dan

penerima) mengola dan mentransfer suatu pesan. Disini sumber seharusnya

mengformulasikan dan menyampaikan pesan secara jelas, lengkap dan benar.

Sementara pihak yang menerima (penerima) diharapkan menanggapi pesan

seperti apa yang dimaksud oleh sumber.

Komunikasi antar budaya bukan merupakan sesuatu yang baru terjadi.

Semenjak terjadinya pertemuan antara individu-individu dengan latar belakang

kebudayaan yang berbeda. Sebagai salah satu studi sistematik, komunikasi antar

budaya membahas mengenai kontak atau interaksi yang terjadi antara orang-orang

yang memiliki latar belakang kebudayaan berbeda dan relatif masih baru.

Transmigran yang memasuki suatu daerah yang memiliki kebudayaan

yang berbeda harus memiliki potensi akulturasi yang memadai untuk bisa

menyesuaikan diri dengan budaya yang baru agar bisa mengatur dirinya untuk

mengetahui dan diketahui dalam berhubungan dengan penduduk setempat.

Dalam akulturasi, proses komunikasi menjadi hal utama. Hal ini terjadi

melalui identifikasi dan internalisasi lambang-lambang masyarakat yang dimasuki

oleh seorang individu melalui proses komunikasi. Individu yang memasuki

budaya baru akan belajar berkomunikasi dalam berhubungan dengan orang lain.

8

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Kim, dalam Rumondor ( 1995: 18) mengatakan bahwa komunikasi antar

budaya merajuk pada suatu fenomena komunikasi dimana para pesertanya

masing-masing memiliki latar belakang budaya yang berbeda terlibat dalam suatu

kontak antara satu dengan yang lainnya, baik secara langsung ataupun tidak

langsung.

Berdasarkan gambaran diatas, terlihat jelas bahwa proses komunikasi antar

budaya dapat membantu para pendatang yang memiliki latar belakang budaya

yang berbeda untuk melakukan interaksi dengan kebudayaan setempat. Dalam

proses akulturasi harus memiliki interkoneksitas cara berkomunikasi sehingga

dapat tercipta interaksi yang baik dan dan saling mendukung.

Menurut Suyono, dalam Rumondor (1995: 208) akulturasi merupakan

pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang berasal

dari pertemuan dua atau beberapa unsur kebudayaan yang saling berhubungan

atau saling bertemu. Berdasarkan defenisi ini tampak jelas dituntut adanya saling

pengertian antar kedua kebudayaan tersebut sehingga akan terjadi proses

komunikasi antarbudaya. Walaupun komunikasi antarbudaya membahas tentang

persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku

komunikasi, tetapi perhatian utamanya adalah proses komunikasi antar individu-

individu dan kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaanya yang mencoba

untuk berinteraksi.

Ada tujuh unsur-unsur kebudayaan yang dapat disebut sebagai isi pokok

dari setiap kebudayaan didunia yakni:

9

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Bahasa

Sistem ilmu pengetahuan

Organisasi sosial

Sistem peralatan hidup dan teknologi

Sistem mata pencaharian hidup

Religi

Kesenian

Untuk menggambarkan proses akulturasi tersebut, penulis menggunakan 2

model teori yakni:

1. Teori Konvergensi Budaya dari Kincaid dan Everett M. Rogers.

Dalam teori ini, berbagai kultur bertemu pada suatu titik dalam hal ini

lingkungan sebagai bentuk hubungan sosial yang menyatakan bahwa

komunikasi sebagai proses yang memilih kecenderungan bergerak

kearah satu titik temu (convergence), dengan kata lain komunikasi

adalah suatu proses yang mana orang-orang atau lebih saling menukar

informasi untuk mencapai kebersamaan pengertian satu sama lainnya

salam situasi dimana mereka berkomunikasi.

3. Model Komunikasi Antarbudaya

Dalam hubungannya dengan komunikasi antarbudaya penulis juga

menggunakan proses akulturasi sebagai berikut:

Gambar 1.1

10

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Budaya A Budaya B

Pertemuan Budaya A & Budaya B

A B

A & B

Sumber: Mulyana (1998)

Berdasarkan bagan diatas, model komunikasi antarbudaya terjadi proses

akulturasi dimana budaya A yaitu etnis Muna di Kec. Kabangka yang diwakli

oleh suatu segi empat dan budaya B, yakni etnis pendatang Jawa yang diwakili

oleh suatu persegi enam. Dari proses akulturasi tersebut timbul kebudayaan baru

yang merupakan hasil peretemuan antara budaya A dan budaya B dimana budaya

baru digambarkan dalam bentuk lingkaran. Penyadian-penyadian balik pesan

antara budaya A dan B dilukiskan oleh panah-panah yang menhubungkan antara

dua budaya. Panah-panah ini menunjukkan pesan komunikasi antar dua budaya

yang berbeda. Selanjutnya anak panah budaya A dan budaya B menuju ke bentuk

lingkaran dimana budaya A dan budaya B bertemu sehingga terjadi proses

akulturasi yang dapat menimbulkan suatu budaya baru pada penduduk lokal atau

budaya transmigran.

11

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Dari model diatas menunjukkan bahwa bisa terdapat banyak ragam

perbedaan dan persamaan budaya dalam komunikasi antar budaya. Komunikasi

antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

antara orang-orang yang berbeda budaya.

Dalam komunikasi antarbudaya ada beberapa hal penting yang harus

dikembangkan yakni, sikap saling mengerti, menghormati dan menghargai antara

satu budaya dengan budaya yang lainnya. Untuk mengembangkan sikap saling

mengerti tersebut maka dalam proses akulturasi, seorang individu atau kelompok

sosial harus berusaha mengembangkan persepsi tidak atas dasar persepsi

budayanya namun haruslah memahami bagaimana budaya lain yang sedang

dihadapinya dalam melakukan persepsi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba menggambarkan proses

akulturasi yang terjadi antara masyarakat pendatang dengan penduduk asli sebagai

berikut:

Gambar 1.2

Bagan Kerangka Konseptual

12

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

F. Defenisi Operasional

Etnis pendatang jawa adalah orang yang datang dari daerah lain

yang ingin tinggal atau menetap didaerah Kecamatan Kabangka

yang memiliki cirri khas sendiri.

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang

yang berbeda kebudayaannya, misalnya antar suku bangsa, etnis,

ras, dan kelas sosial.

Etnis Muna yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat

Muna atau orang-orang yang secara turun-temurun menetap di

13

Etnis Jawa Etnis MunaKomunikasi antar budaya

Proses akulturasi

Prilaku komunikasiKomunikasi verbal

Komunikasi nonverbal

Pembauran

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Kec. Kabangka yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai

budaya.

Proses akulturasi adalah suatu proses yang dilakukan transmigran

untuk menyesuaikan diri yang interaktif dan berkesinambungan

yang berkembang melalui komunikasi dengan penduduk lokal

yang berlangsung dengan damai dan serasi.

Prilaku komunikasi yaitu interaksi dua arah baik secara verbal dan

non verbal dimana seseorang terlibat didalamnya berusaha

menciptakan dan menyampaikan informasi kepada penerima dalam

bentuk sikap, perhatian, gerak-gerik, perlindungan, ungkapan kasih

sayang dan pengorbanan.

Pembauran yaitu bertemunya dua budaya yang berbeda menjadi

satu sehingga tidak ada budaya yang dominan, baik budaya etnis

pendatang Jawa atau budaya etnis Muna di Kec. Kabangka.

G. Metode Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Kabangka, Kabupaten Muna

Sulawesi Tenggara. Waktu penelitian ini berlangsung mulai dari Maret

sampai April 2012 selama dua bulan. Dimana observasi telah dilakukan

oleh peneliti sejak bulan Januari 2012.

2. Tipe Penelitian

14

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu untuk

menggambarkan suatu fenomena sosial. Penelitian ini akan

mendeskripsikan realitas sosial yang ada yakni proses akulturasi antar

etnis pendatang dan penduduk lokal dalam berbagai aspek, dimana

penulis melakukan pengamatan secara langsung dilokasi penelitian.

3. Teknik Penentuan Informan

Sumber informasi/informan adalah 5 pasangan suami istri yang berbeda

etnis (etnis Muna dan etnis Jawa) dengan kasus yang berbeda yang

menetap di Kecamatan Kabangka. Untuk mendapatkan data yang akurat

dan dijamin kualitasnya maka sebelum menentukan subyek/informan

penelitian akan dilakukan operview atau penjajakan pasangan suami

istri dengan representiv memberikan informasi dengan mengajukan

beberapa pertanyaan yang terkait permaslahan yang akan diteliti.

Selanjutnya barulah ditentukan subyek/informan. Informasi awal dipilih

orang yang dapat “membuka jalan untuk menentukan informan

berikutnya dan berhenti apabila data yang dibutuhkan sudah cukup”.

Dalam menentukan subyek/informan, dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara dipilih secara sengaja yakni yang dianggap dapat

memberikan informasi terhadap dua masalah yang diajukan dengan

kriteria sebagai berikut:

15

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

a. Etnis pendatang Jawa yang sudah menetap di Kecamatan

kabangka selama kurang lebih 5 tahun dan mempunyai tempat

tinggal.

b. Etnis Muna yang tinggal di Kecamatan Kabangka.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua aspek yakni:

a. Data Primer

Data ini diperoleh melalui penelitian lapangan yang langsung

menemui para informan dan dilakukan dengan dua cara yakni:

- Obeservasi yakni, suatu teknik pengumpiulan data yang

dilakukan dengan jalan mengamati secara langsung obyek

penelitian disertai dengan pencatatan yang diperlukan.

- Wawancara mendalam yakni, dengan menggunakan

pedoman pertanyaan terhadap subyek penelitian dan

informan yang dianggap dapat memberikan penjelasan

mengenai proses akulturasi etnik pendatang Jawa dan

penduduk asli Kabangka serta faktor yang berpengaruh.

b. Data sekunder

Pengumpulan data jenis ini dilakukan dengan menelusuri bahan

bacaan berupa jurnal-jurnal, buku, internet dan berbagai hasil

penelitian terkait, serta dokumen yang tersedia pada kantor

kecamatan yang relevan dengan permasalahan.

16

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

5. Teknik Analisis Data

Menganalisa data yang telah dikategorikan, akan dilakukan

interpretative understanding. Berarti penulis melakukan penafsiran

pada data dan informasi yang masuk, untuk mencermati data dengan

fokus penelitian dan penyajian data karena data yang akan diperoleh

dalam penelitian ini data kualitatif berupa kata-kata maka secara

otomatis penyajiannya akan berbentuk uraian kata-kata yang tentunya

mengarah pada pokok permasalahan. Selain mengunakan interpretative

understanding, penulis juga menggunakan model analisis model

interaktif (Interactive Model of Analysis).

Analisis data yang telah diperoleh di lapangan, dilakukan secara

interpretasi kualitatif diri diaolog-dialog interaktif dan wawancara

mendalam dengan menggunakan pendekatan dari teori-teori komunikasi

serta konflik dalam mengalisis setiap informasi yang ditemukan dari

berbagai literatur dan para informan yang dianggap memiliki

kompetensi pengetahuan secara teoritik maupun emperik tentang

tentang prilaku komunikasi dalam akulturasi dan mengapa proses

akulturasi antar etnis Jawa dan etnis Muna di Kecamatan Kabangka

dapat berjalan dengan baik.

Proses analisis data model interaktif (Interactive Model of Analysis)

dilakukan dalam beberapa tahap yakni:

17

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Tahap pertama analisis yang dilakukan adalah proses reduksi

data yang berfokus pada pemilihan, penyederhanaan,

pengabstrakan, dan transformasi data kasar dari catatan

lapangan. Abstraksi disini adalah usaha membuat rangkuman

yang inti, proses dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga

sehingga tetap berada dalam satuan-satuan. Proses reduksi

dilakukan secara bertahap selama dan sesudah pengumpulan

data sampai laporan tersusun. Reduksi data dilakukan dengan

cara membuat ringkasan data dan membuat kerangka dasar

penyajian data.

Tahap kedua adalah penyajian data yaitu penyusunan

sekumpulan informasi menjadi pernyataan yang memungkinkan

penarikan kesimpulan. Data disajikan dalam bentuk teks naratif

yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang

dianalisis dalam bentuk komponen-komponen sebagaimana

yang ditentukan dalam penelitian.

Tahap ketiga adalah penarikan kesimpulan berdasarkan

reduksi dan penyajian data yang telah dilakukan. Penarikan

kesimpulan data hasil reduksi dan penyajiannya disesuaikan

dengan pertanyaan disesuaikan dengan pertanyaan penelitian

dan tujuan dari penelitian ini.

Analisa data berlangsung secara terus-menerus sejak dari wilayah

penelitian sampai pada proses pengumpulan data dan penulisan laporan

18

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

penelitian. Artinya, bahwa analisis data dilakukan sepanjang proses

penelitian.

Dengan melakukan teknik tersebut diatas diharapkan informasi yang

didapatkan dalam pelaksanaan penelitian dapat memberikan informasi

yang falid dan aktual.

19

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Komunikasi

Di dalam kehidupan sehari-hari khususnya kehidupan pasangan suami istri

yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda, komunikasi memiliki

peran yang sangat penting. Dengan komunikasi ini menentukan apakah hubungan

pasangan ini berjalan secara harmonis atau malah sebaliknya.

Sejak manusia masih dalam kandungan, ia sudah mengadakan komunikasi.

Komunikasi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.

Komunikasi juga merupakan topik yang amat sering diperbincangkan bukan

hanya dikalangan praktisi komunikasi akan tetapi juga dikalangan orang-orang

awam.

Kata komunikasi sebernarnya berasal dari bahasa Latin communis yang

berarti sama, istilah inilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata

komunikasi. Berkomunikasi adalah proses dimana seseorang menyampaikan

sesuatu yang mempunyai arti lalu ditangkap oleh lawan bicaranya dan dimengerti

pesan-pesan itu tercermin melalui prilaku manusia seperti berbicara secara verbal

atau nonverbal, gestura (gerakan isyarat) seperti melambaikan tangan ke orang

lain, menggelengkan kepala, menarik rambut. Semua itu menunjukkan bahwa kita

sedang berkomunikasi.

20

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan belum tentu juga

menciptakan kesamaan makna, dengan kata lain mengerti bahasa saja belum tentu

mengerti maksud yang dibawakan oleh bahasa tersebut, proses komunikasi bisa

dikatakan efektif apabila komunikator dan komunikan selain mengerti bahasa

yang digunakan, juga mengerti makna dari apa yang akan dikomunikasikan.

Untuk melakukan komunikasi, Gerald R. Miller, dalam Mulyana (2000:

62) menyatakan bahwa komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan

suatu pesan kepada penerima dengan niat yang didasari untuk mempengaruhi

prilaku penerima.

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran

atau perasaan seseorang (kounikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran ini

bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari

benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,

kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegirahan, dan sebagainya yang timbul

dari lubuk hati.

Dalam kehidupan sehari-hari, tak peduli dimana kita berada, selalu

berinteraksi dengan siapa dan berkomunikasi dengan orang-orang tertentu yang

berasal dari kelompok, ras, etnis, atau budaya lain. Berinteraksi dengan orang-

orang yang berebda kebudayaan, merupakan pengalaman baru yang selalu

dihadapi. Ber-komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat popular

dan pasti dijalankan dalam porgaulan manusia. Aksioma komunikasi mengatakan

“Manusia selalu berkomunikasi, manusia tidak dapat menghindari komunikasi”

(Liliweri, 2003:5).

21

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Esensi komunikasi terletak pada proses, yakni suatu aktifitas yang

“melayani” hubungan antara pengirim dan penerima pesan melampaui ruang dan

waktu. Itulah sebabnya mengapa semua orang pertama-tama tertarik mempelajari

komunikasi manusia (human communication), sebuah proses komunikasi yang

melibatkan manusia pada kemarin, kini dan mungkin di masa akan datang.

Komunikasi manusia itu melayani segala sesuatu, akibatnya ada pendapat

yang mengatakan bahwa komunikasi itu sangat mendasar dalam kehidupan

manusia, komunikasi merupakan proses yang universal. Komunikasi merupakan

pusat dari seluruh sikap, prilaku dan tindakan yang trampil dari manusia

(communication involves both attitudes and skills). Manusia tidak bisa dikatakan

berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi dengan cara atau melalui

pertukaran informasi, ide-ide, gagasan maksud serta emosi yang dinyatakan dalam

simbol-simbol dengan orang lain.

Wan Xiao, 1997 dalam Liliweri (2003:5) mengatakan bahwa “interaksi

sosial membentuk sebuah peran yang dimainkan setiap orang dalam wujud

kewenangan dan bertanggung jawab yang telah memiliki pola-pola tertentu. Pola-

pola itu ditegakkan dalam instirtusi sosial (social institution) yang mengatur

bagaimana cara orang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain, dan

organisasi sosial (social organization) memberikan wadah, serta mengatur

mekanisme kumpulan orang-orang dalam suatu masyarakat.

B. Pengertian Budaya

Budaya berkenaan dengan cara hidup manusia, dimana manusia belajar

berpikir, merasa mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut

22

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

budayanya. Secara formal budaya didefenisikan sebagai tatanan pengetahuan,

pengalaman kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,

hubungan dan sebagainya.

Budaya berkesinambungan dan hadir dimana-mana, budaya juga

berkenaan dalam bentuk dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang

mempengaruhi hidup kita. Sebagian besar pengaruh budaya terhadap kehidupan

kita, terkadang kita tidak menyadarinya, yang jelas budaya secara pasti

mempengaruhi kita sejak dalam kandungan hingga mati, bahkan setelah mati kita

pun di kubur dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya kita. Kebudayaan

sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan

Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam

masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.

Kebudayaan merupakan ini keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya

terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota

masyarakat.

Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak

hanya menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang apa dan bagaimana

komunikasi berlangsung tetapi budaya juga mentukan bagaiman orang menyandi

pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk

mengirim, memperhatikan, dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh

perbendaharaan prilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita

23

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila

budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula paktek-praktek kumunikasi.

C. Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya sendiri atau yang biasa di sebut Intercultural

Communication bukanlah suatu hal yang baru. Sejak manusia yang berbeda

budaya dan kebiasaan di bumi ini mengadakan hubungan, maka komunikasi

antarbudaya akan terus berlangsung. Dalam kounikasi manusia selalu dipengaruhi

oleh budayanya, budaya bertanggung jawab atas semua prilaku dan makna yang

dilakukan oleh si pelaku.

Untuk memahami komunikasi antarbudaya perlu terlebih dahulu

memahami kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat dalam Rumondor (1995: 44)

menyatakan bahwa “kebudayaan merupakan dari kelakuan dan hasil prilaku

manusia, tata kelakuan manusia, yang harus didapatkan dengan belajar dan

semuanya itu tersusundalam kehidupan masyarakat.

Komunikasi antarbudaya sendiri sebenarnya merupakan proses

komunikasi yang biasa saja, hanya saja mereka yang terlibat didalamnya

mempunyai latarbelakang budaya yang berbeda, dalam komunikasi yang terjadi

antara dua budaya yang berbeda itu, maka aspek budaya seperti bahasa, isyarat

non verbal, sikap, kepercayaan, watak, nilai dan orientasi pikiran akan lebih

banyak ditemukan sebagai perbedaan yang besar yang seringkali mengakibatkan

terjadinya distori dalam komunikasi. Namun dalam masyarakat yang bagaimana

pun berbeda kebudayaannya tetap saja akan terdapat kepentingan-kepentingan

bersama untuk melakukan komunikasi.

24

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Selama masa perkembangan, komunikasi antarbudaya telah banyak para

ahli yang mencoba untuk mendefenisikan komunikasi antarbudaya ini antara lain:

- Andera L. Rich, dalam Liliweri (2003:10) mngatakan bahwa komunikasi

antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya antar suku

bangsa, antar etnis dan ras, serta antar kelas sosial.

- Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya meliputi

komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi,

antar pribadi dan kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang

kebudayaan yang mempengaruhi prlaku komunikasi para peserta. (Dood,

1991:5).

- Samovar dan Porter juga menyatakan komunikasi antarbudaya terjadi

diantara produsen pesan dan penerima pesan yang latar belakang

kebudayaannya berbeda. (1976:4).

Saat ini keberadaan komunikasi antarbudaya semakin penting dan vital

ketimbang di masa-masa sebelumnya, Devito (1997: 475-477) menyatakan ada

beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya komunikasi antarbudaya ini,

antara lain:

Mobilitas

Mobilitas masyarakat tidak pernah berhenti, bahkan karena kemajuan

transportasi, mobilitaspun semakain meningkat. Perjalanan dari suatu

tempat ke tempat lain pun kerap dilakukan, saat ini pula orang

serigkali mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal daerah

baru dan orang-orang yang berbeda serta untuk menggali peluang-

25

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

peluang eknomis. Hal ini menyebabkan hubungan antarpribadi

kemudian menjadi hubungan antarbudaya.

Saling Ketergantungan Ekonomi

Saat ini kebanyakan daerah ataupun Negara bergantung kepada daerah

atau negara lain, saling ketergantungan ekonomi ini menyebabkan

adanya keharusan tiap daerah atau negara untuk menjalin komunikasi

antarbudaya diantara mereka, misalnya saat ini banyak kegiatan

perdagangan Amerika khususnya di bidang teknologi yang

beroerientasi ke Asia antara lain Jepang, Korea, dan Taiwan yang

memilki kultur yang berbeda dengan kultur Amerika, maka kehidupan

ekonomi Amerika bergantung pada kemampuang bangsa tersebut

untuk berkomunikasi secara efektif dengan kultur yang berbeda

tersebut.

Teknologi Komunikasi

Perkembangan teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang

ada kalanya asing masuk ke rumah kita, film-film impor yang

ditayangkan di televisi telah membuat kita mengenal adat kebiasaan

dan riwayat bangsa-bangsa lain. Kita juga setiap hari membaca di

media-media ketegangan rasia, pertentangan agama, diskriminasi seks,

yang disebabkan oleh kegagalan komunikasi antarbudaya.

Pola Transmigrasi

Dihampir tiap daerah kita dapat menjumpai orang yang berasal dari

daerah atau negara lain, kemudian kita bergaul, bekerja atau

26

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

bersekolah dengan orang-orang tersebut yang sangat berbeda dengan

kita, pengalaman sehari-hari tersebut lambat laun akan membuat kita

semakain mengenal budaya orang lain.

Kesejahteraan Politik

Sekarang ini kesejahteraan politik kita sangat bergantung kepada

kesejahteraan politik kultur atau negara lain. Kekacauan politik di

daerah lain akan mempengaruhi keamanan kita. Komunikasi dan

saling pengertian antarbudaya saat ini terasa peting ketimbang

sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi antarbudaya diatas, dapat

disimpulkan bahwa proses komunikasi antarbudaya merupakan interaksi pribadi

dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki

latar belakang budaya yang berbeda. Akibatnya interaksi dan komunikasi yang

sedang dilakukan itu membutuhkan tingkat keamanan dan sopan santun tertentu,

serta pengalaman tentang sebuah atau lebih aspek tertentu terhadap lawan bicara.

D. Unsur-unsur Kebudayaan

Koentjaraningrat dalam Rumondor (1995 : 45) menyatakan ada tujuh

unsure kebudayaan yang dapat disebut sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan di

dunia atau kebudayaan pranata meneyeluruh cultural universal dalam system

nilai, yaitu:

Bahasa, berupa bahasa lisan yang disampaikan secara verbal maupun

berupa tulisan.

27

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

System pengetahuan, berupa pengetahuan mengenai sesuatu hal, misalnya

ilmu perbintangan untuk mengetahui iklim yang akan terjadi.

Organisasi sosial atau system kemasyarakatan misalanya berupa

kekerabatan, hukum dan sebagainya.

Sistem peralatan hidup dan teknologi, seperti pakaian, perumahan,

peralatan tumah tangga, senjata, alat-alat transportasi dan sebagainya.

Sistem mata pencaharian hidup seperti pertanian, peternakan, system

produksi dan sebagainya.

Sistem religi atau keyakinan atau agama seperti Tuhan, surga, neraka,

dewa, roh halus, upacara keagamaan dan sebagainya.

Kesenian berupa seni suara, seni rupa, seni musik, seni tari, seni patung

dan sebagainya.

E. Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Dalam kebanyakan peristiwa komunikasi yang berlangsung, hampir selalu

melibatkan penggunaan lambang-lambang verbal dan non verbal secara bersama-

sama. Keduanya, bahasa verbal dan non verbal, memiliki sifat yang holistik

( masing-masing tidak dapat dipisahkan). Dalam banyak tindakan komunikasi,

bahasa non verbal menjadi komplemen atau pelengkap bahasa verbal. Lambang-

lambang non verbal juga dapat berfungsi kontradiktif, pengulangan, bahkan

pengganti ungkapan-ungkapan verbal, misalnya ketika seseorang mengatakan

terima kasih (bahasa verbal) maka orang tersebut akan melengkapinya dengan

tersenyum (bahasa non verbal), seseorang setuju dengan pesan yang disampaikan

28

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

orang lain dengan anggukan kepala (bahasa non verbal). Dua komunikasi tersebut

merupakan contoh bahwa bahasa verbal dan non verbal bekerja bersama-sama

dalam menciptakan makna suatu perilaku komunikasi.

a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang dikeluarkan secara lisan.

Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang dikeluarkan secara lisan.

Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang sangat efisien yang

memberikan kesempatan berlangsung berlangsungnya penyampaian informasi

dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi verbal ini berfungsi untuk

mengendalikan lingkungan dan memudahkan dalam berkomunikasi dengan orang

lain dan berbagi pengalaman serta pengetahuan dengan mereka. Bahkan

komunikasi itu terjadi dengan tidak sengaja. Bisa saja sesuai dengan isi hati atau

perasaannya.

Perilaku verbal sebenarnya adalah komunikasi verbal yang biasa kita

lakukan sehari-hari. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang

menggunakan kata-kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita

sadari termasuk ke dalam kategori pesan disengaja, yaitu usaha-usaha yang

dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan.

Suatu system kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan

sebagai perangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol

tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah

sarana utama untuk menyatakan fikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal

menggunakan kata-kata yang mempresentatifkan berbagai aspek realitas individu

29

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

kita. Dengan kata lain, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu

menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang mewakili

kata-kata itu.

Komunikasi verbal terlihat pada proses seconding-transmisi informasi-

deconding-feedback. Proses econding merupakan langkah awal komunikator

merumuskan isi informasinya ke dalam satu ragam bahasa lalu disebarkan

pesan/informasi kepada komunikan untuk ditafsirkan sehingga isi informasi

dimengerti kemudian oleh komunikan direspons berupa jawaban yaitu umpan

balik. Proses komunikasi verbal memungkinkan untuk terjadinya umpan-balik

antara komunikator dengan komunikan sangat besar. Sehingga pesan yang

diterima oleh komunikator lebih jelas dan langsung dimengerti.

b. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal merupakan proses komunikasi dimana pesan tidak

disampaikan dengan kata-kata melainkan menggunakan bahasa tubuh, gerak

isyarat, ekspresi wajah, kontak mata, penggunaaan objek (pakaian, potongan

rambut, simbol-simbol) serta cara berbicara (intonasi, penekanan, kualitas suara,

gaya emosi dan gaya berbicara).

Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-

kata. Komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan

verbal dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan

penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi

pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga

tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan, kita

30

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut

bermakna pada orang lain.

Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh dalam komunikasi.

Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga berlaku tidak

universal, melainkan terkait oleh budaya. Para ahli sepakat bahwa dimana, kapan

dan kepada siapa kita menunjukkan emosi ini dipelajari dan karenanya

dipengaruhi konteks dan budaya. Dalam proses nonverbal yang relevan dengan

komunikasi antarbudya terdapat tiga aspek yaitu, perilaku nonverbal yang

berfungsi sebagai bahasa diam, konsep waktu dan penggunaan dan pengaturan

ruang.

Sebenarnya sangat banyak aktivitas yang merupakan perilaku nonverbal

ini, akan tetapi yang berhubungan dengan komunikasi antar budaya ini biasanya

adalah sentuhan. Sentuhan sebagai bentuk komunikasi dapat menunjukkan

bagaimana komunikasi nonverbal merupakan suatu produk budaya. Suatu contoh

lain adalah kontak mata. Di Amerika Serikat orang dianjurkan untuk mengadakan

kontak mata ketika berkomunikasi.

Sebagai suatau komponen budaya, ekspresi nonverbal mempunyai banyak

persamaan dengan bahasa. Keduanya merupakan sistem penyandian yang

dipelajari dan diwariskan sebagai bagian pengalaman budaya. Lambang-lambang

nonverbal dan respon-respon yang ditimbulkan lambang-lambang tersebut

merupakan bagian dari pengalaman budaya yang diwariskan dari suatu generasi

ke generasi lainnya. Setiap lambang memiliki makna karena orang mempunyai

pengalaman lalu tentang lambang tersebut. Budaya mempengaruhi dan

31

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

mengarahkan pengalaman-pengalaman itu, dan oleh karenanya budaya juga

mempengaruhi dan mengarahkan kita bagaiman kita mengirim, menerima, dan

merspon lambang-lambang nonverbal tersebut.

Knaps dalam Rakhmat (1985 : 303) mengatakan bahwa yang penting

diketahui dalam pesan nonverbal adalah tinjauan psikologis terhadap peranan

pesan dalam perilaku komunikasi. Rakhmat juga menyebutkan enam alasan

mengapa pesan noverbal sangat penting yaitu:

- Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi

interpersonal.

- Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal

ketimbang pesan verbal.

- Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relativ bebas

dari penipuan, distorsi dan kerancuan.

- Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat

diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas. Fungsi

metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang

memperjelas maksud dan makna pesan.

- Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien

dibandingkan dengan pesan nonverbal.

- Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.

Prilaku nonverbal bersifat spontan, ambigu sering berlangsung cepat, dan

diluar kesadaran atau kendali. Pada komunikasi nonverbal, banyak digunakan

tanda-tanda yang tidak jelas. Tanda-tanda itu berupa bentuk ekspresi wajah

32

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

tertentu bisa berarti penggunaan rasa sakit, namun bisa berarti pula kegembiraan

yang luar biasa. Bahasa nonverbal merupakan penekanan dari bahasa verbal yang

telah diucapkan serta lisan serta diperkuat dengan gerak tubuh. Komunikasi

nonverbal sangat berpengaruh jika dalam menyampaikan sesuatu kemudian susah

untuk dimengerti, maka diperkuat dengan isyarat sehingga komunikan bisa

terbantu dalam mendefenisikan maksud yang diterima oleh komunikator.

Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi.

Paul Ekman dalam Mulyana (2007) menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal,

seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata,yakni sebagai :

- Emblem.

Gerakan mata tertentu merupakan symbol yang memiliki kesetaraan

dengan simbol verbal. Kedipan dapat mengatakan, ”Saya tidak sungguh-

sungguh.”illustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi

atau kesedihan.

- Regulator.

Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka

menandakan ketidaksediaan berkomunikasi. Kedipan mata yang cepat

meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respon

tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi

kecemasan.

33

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

- Affect Display.

Pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan

emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau

senang.

Komunikasi nonverbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting.

Ekman, 1956; Knapp, 1956 (Devito 2011 : 193) mendefenisikan enam fungsi

utama komunikasi nonverbal yaitu:

Untuk menekankan.

Komunikasi nonverbal digunakan untuk menonjolkan atau menekankan

beberapa bagian dari pesan verbal.

Untuk melengkapi (complement).

Komunikasi nonverbal digunakan untuk memperkuat warna atau sikap

yang dikomunikasikan oleh pesan verbal.

Untuk menunjukkan kontradiksi.

Secara tidak sengaja komunikasi nonverbal mempertentangkan pesan

verbal kitra dengan gerakan nonverbal.

Untuk mengatur.

Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan

keinginan kita untuk mengatur arus pesan verbal. Mengerutkan bibir,

mencondongkan badan kedepan atau membuat gerakan tanganuntuk

menunjukkan bahwa kita ingin mengatakan bahwa sesuatu yang

merupakan contoh dari fungsi ini.

34

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Untuk mengulangi.

Kita juga dapat mengulangi atau merumuskan ulang makna dari pesan

verbal. Milanya mengatakan pernyataan verbal “apa benar?” dengan

mengangkat alis mata dan lain sebagainya.

Untuk menggantikan.

Komunikasi nonverbal juga dapat menggantikan pesan nonverbal.

Misalnya mengatakan “tidak” dengan menggeleng-gelengkan kepala tanpa

mengeluarkan kata-kata.

Menurut Tubbs and Moss (1996), sistem komunikasi nonverbal berbeda

dari satu budaya ke budaya lain seperti juga sistem verbal. Di beberapa negara,

suatu anggukan kepala berarti ”tidak”, di sebagian negara lainnya, anggukan

kepala sekedar menunjukkan bahwa orang mengerti pertanyaan yang diajukan.

Petunjuk-petunjuk nonverbal ini akan lebih rumit lagi bila beberapa budaya

memperlakukan faktor-faktor nonverbal seperti penggunaan waktu dan ruang

secara berbeda. Isyarat-isyarat vokal seperti volume suara digunakan secara

berbeda dalam budaya-budaya yang berbeda, begitu juga dengan ekspresi emosi.

Oleh karena itu, komunikasi nonverbal dapat dikatakan komunikasi yang

paling jujur karena bersifat spontan, susah untuk dikendalikan dan terjadi diluar

kesadaran kita.

F. Perilaku Komunikasi

Proses komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih akan

menghasilkan efek yang berupa perubahan prilaku. Perubahan prilaku ini bisa saja

menjadi posotif atau negatif.

35

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. dalam bukunya “Prilaku Manusia”

menguraikan prilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti

orang berjalan, naik sepeda dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini

mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki harus di letakkan pada kaki lain. Jika

seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan berprilaku.

Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya

prilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.

Natoatmojo (2003 : 114) menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

prilaku manusia adalah semua kegiatan manusia, baik yang dapat diamati

langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.

Skinner (1983) seoarang ali psikologi, merumuskan bahwa prilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Oleh karena prilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organism

tersebut merespon, maka teori Skinner disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-

Organisme-Respon. Skinner membedakan adanya dua proses:

1. Respondent respon atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan

oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam

ini disebut electing dtimulus karena menimbulkan respon-respon

yang relatif sama. Respon ini juga mencakup prilaku emosional

misalnya mendengar berita musibah kemudian menjadi sedig atau

menangis.

2. Operant respon atau instrumental, yakni respon yang timbul dan

berkembang, kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang

36

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau

reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang

mahasiswa melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap

uraian tugas) kemudian diangkat menjadi asisten dosen (stimulus

baru), maka mahasiswa tersebut akan lebih baik lagi dalam

melaksanakan tugasnya.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka prilaku dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

Prilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi belum bisa diamati

secara jelas oleh orang lain.

Prilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk tindakan.

Setiap kegiatan komunikasi diharapkan pesan yang disampaikan bisa

mengerti serta berpengaruh terhadap sikap, prilaku dan pengetahuan penerima.

Jika diambil rumusan Berlo mengenai proses komunikasi yang melibatkan empat

komponen yaitu: source, massage, channel, dan receiver, maka prilaku

komunikasi menyangkut sikap sumber terhadap penerima dan sebaliknya saluran

apa yang cenderung digunakan untuk menyampaikan pesan tertentu, serta

bagaimana memperlakukan pesan tersebut, apakah sumber penerima mennggapi

pesan ini secara keseluruhan dan bersungguh-sungguh atau sebaliknya.

37

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Konsep diri menjadi salah satu hal yang penting bagi seseorang dalam

berprilaku. William D. Brodus (Rakhmat, 1996 : 99) mendefenisikan konsep diri

sebagai pandangan dan perasaan kita tentang diri kita, baik bersifat psikologis,

sosial maupun fisis.

Orang lain dan kelompok atau komonitas menjadi faktor yang

mempengaruhi pembentukan konsep diri. Pengaruh konsep diri terhadap prilaku

komunikasi interpersonal kita didorong oleh faktor-faktor (Rakhmat, 1996 : 104):

Konsep yang dipenuhi sendiri, kecenderungan untuk bertigkah

laku sesuai dengan konsep diri.

Membuka diri atau self disclosure adalah mengungkapkan reaksi

atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta

memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau

menjelaskan prilaku kita dimasa kini.

Percaya diri (self confidance). Communication apprehension atau

ketakuakan untuk melakukan komunikasi sedikit banyaknya

disebabkan kurangnya percaya diri, atau keraguan akan

kemampuan sendiri.

Selektivitas, Anita Taylor (Rakhamat, 1996 : 109) menyatakan

konsep diri mempengaruhi kepada pesan, apa kita bersedia

membuka diri, bagaiman kita mempersepsikan pesan itu, dan apa

yang kita ingat.

G. Peran Komunikasi Dalam Mempermudah Akulturasi

38

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Peran akulturasi banyak berkenaan dengan usaha menyesuaikan diri

dengan, dan menerima pola-pola dan aturan-aturan komunikasi dominan yang ada

pada masyarakat lokal. Kecakapan komunikasi penduduk lokal yang diperoleh

pada gilirannya akan mempermudah semua aspek penyesuain diri lainnya dalam

masyarakat lokal. Dan informasi tentang komunikasi transmigran memungkinkan

kita meramalkan derajat dan pola akulturasinya.

Potensi akulturasi seorang transmigran sebelum bertransmigrasi dapat

memepermudah akulturasi yang dialaminya dalam masyarakat lokal. Adapun

faktor-faktor yang menentukan potensi akultrasi adalah sebagai berikut:

1. Kemiripan antara budaya asli (imigran) dan budaya lokal;

2. Usia pada saat bertransmigrasi;

3. Latar belakang pendidikan

4. Beberapa karakteristik kepribadian, seperti suka bersahabat dan

toleransi;

5. Engetahuan tentang budaya lokal sebelum bertransmigrasi.

Proses akulturasi akan segera berlangsung saat seorang transmigran

memasuki budaya lokal. Proses akulturasi akan terus berlangsung selama

transmigran mengadakan kontak langsung dengam sistem sosio-budaya lokal.

Semua kekuatan akulturatif-komunikasi persona dan sosial, lingkungan

komunikasi dan potensi akulturasi mungkin tidak akan berjalan lurus dan mulus,

tapi akan bergerak maju menuju asimilasi yang secara hipotesis merupakan

asimilasi yang sempurna.

39

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Jika seorang transmigran ingin mempertinggi kapasitas akulturasinya dan

secara sadar berusaha mempermudah proses akulturasinya, maka ia harus

menyadari pentingnya komunikasi sebagai mekanisme penting untuk mencapai

tujuan-tujuan tersebut. Dan memiliki suatu kecakapan komunikasi dalam budaya

lokal, kecakapan kognitif, afektif, dan perilaku dalam berhubungan dengan

lingkungan masyarakat lokal.

Karena proses akulturasi adalah suatu proses interaktif ”mendorong dan

menarik” antara seorang transmigran dan lingkungan masyarakat lokal. Maka

transmigran tak akan pernah mendapatkan tujuan akulturatifnya sendirian. Tapi

anggota-anggota masyarakat lokal dapat mempermudah akulturasi transmigran

dengan menerima pelaziman budaya asli transmigran, dengan memberikan situasi-

situasi komunikasi yang mendukung kepada tranmigran, dan dengan menyediakan

diri secara sabar untuk berkomunikasi antarbudaya dengan transmigran.

Masyarakat lokal dapat lebih aktif membantu akulturasi transmigran dengan

mengadakan program-program latihan komunikasi. Dan nantinya segala program

latihan tersebut harus membantu transmigran dalam memperoleh kecakapan

komunikasi.

H. Komunikasi dan Akulturasi

Manusia adalah makhluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya

lewat belajar. Apa yang kita pelajari pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan-

kekuatan sosial dan budayanya. Dari semua aspek belajar manusia, komunikasi

merupakan aspek terpenting dan paling mendasar. Kita belajar banyak hal lewat

40

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

respons-respons komunikasi terhadap rangsangan dari lingkungan. Kita harus

menyandi dan menyandi balik pesan-pesan. Dengan cara itu, pesan-pesan tersebut

akan dikenali, diterima dan direspons oleh individu-individu yang berinteraksi

dengan kita. Bila hal tersebut dilakukan, kegiatan-kegiatan komunikasi berfungsi

sebagai alat utama untuk menafsirkan lingkungan fisik dan sosial kita.

Komunikasi merupakan alat utama kita untuk memanfaatkan berbagai

sumber daya lingkungan dalam pelayanan kemanusiaan. Lewat komunikasi kita

menyesuaikan diri dan berhubungan dengan lingkungan kita, serta mendapatkan

keanggotaan dan rasa memiliki dengan berbagai kelompok sosial yang

mempengaruhi kita.

Komunikasi sebagai pembawa sosial adalah alat yang manusia miliki

untuk mengatur, menstabilakan dan memodifikasi kehidupan sosialnya. Proses

sosial ini bergantung pada penghimpunan, pertukaran dan penyampaian

pengetahuan. Pada gilirannya pengetahuan bergantung pada komunikasi,

Peterson, Jensen dan Rivers, dalam Mulyana (2000;137).

Proses yang dilalui individu-individu untuk memperoleh aturan-aturan

(budaya) komunikasi dimulai pada awal kehidupan. Melalui proses sosialisasi dan

pendidikan, pola-pola budaya ditanamkan kedalam sistem saraf dan menjadi

bagian kepribadian dan prilaku kita. Proses belajar yang terinternalisasi ini

memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan anggota-anggota budaya lainnya

yang juga memiliki pola-pola komunikasi serupa. Proses memperoleh pola-pola

demikain oleh individu-individu ini disebut enkulturasi.

41

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Didalam suatu proses perkawinan budaya melahirkan budaya baru sebagai

konsekuensinya seseorang yang baru lahir misalnya, maka anak ini akan

terenkulturasi dalam kebudayaan tertentu dan memasuki suatu budaya baru.

Sebagai transmigran, ia akan menggunakan berbagai cara untuk dapat

menyesuaikan diri dengan segala prilaku masyarakat dan pola-pola budaya

masyarakat setempat. Proses penyesuaian diri ini haruslah dengan cara yang teliti

dan cermat sehingga tidak menimbulkan goncangan budaya yang dapat

merugikan. Tidaklah mudah memahami prilaku-prilaku kehidupan yang sering

tidak diharapkan dan tidak diketahui masyarakat lokal, transmigran harus

menghadapi banyak aspek kehidupan yang asing.

Asumsi-asumsi budaya tersembunyi dan respons-respons yang telah

terkondisikan menyebabkan banyak kesulitan kognitif, afektif dan prilaku dalam

penyesuaian diri dengan budaya yang baru. Bagi masyarakat pendatang, pola

budaya kelompok yang dimasukinya bukanlah merupakan hal yang lazim tapi

suatu topik penyelidikan yang meragukan, bukan suatu alat untuk lepas dari

situasi-situasi problematik tapi merupakan suatu situasi problematik yang sulit

dikuasai.

Meskipun demikian, hubungan budaya dan individu, seperti yang terlihat

pada proses enkulturasi membangkitkan kemampuan manusia yang besar untuk

menyesuaikan dirinya dengan keadaan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa

proses enkulturasi kedua yang terjadi pada transmigran ini biasanya disebut

akulturasi (acculturation). Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur

seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dari kultur lain.

42

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Seperti yang dikatakan Young yun Kim (dalam Devito 1997: 479) bahwa ”sebab

terjadinya perubahan yang praktis satu arah ini adalah perbedaan jumlah

pendatang dengan jumlah masyarakat lokal”. Menurut Kim, penerimaan kultur

baru bergantung pada sejumlah faktor. Transmigran yang datang dari kultur yang

mirip dengan kultur masyarakat lokal akan terakulturasi lebih mudah dan juga

faktor kepribadian misalnya, berpkiran terbuka merupakan salah satu faktor yang

sangat berpengaruh pada proses akulturasi.

Akulturasi merupakan suatu proses yang dilakukan transmigran untuk

menyesuaikan diri dengan memperoleh budaya pribumi, yang akhirnya mengarah

kepada asimilasi. Asimilasi merupakan derajat tertinggi akulturasi yang secara

teoritis mungkin terjadi. Pada akhirnya, bukan hanya system sosio-budaya

transmigran, tetapi juga system sosio-budaya pribumi yang mengalami perubahan

sebagai akibat kontak antar budaya yang lama.

Proses komunikasi mendasari proses akulturasi seseorang transmigran.

Sebagaimana masyarakat lokal memperoleh pola-pola budaya lokal lewat

komunikasi, seorang transmigran akan mengatur dirinya untuk mengetahui dan

diketahui dalam berhubungan dengan orang lain dan itu dilakukan lewat

komunikasi. Dalam proses trial and error selama akulturasi sering mengecewakan

dan menyakitkan. Dari beberapa kasus, bahasa asli transmigran sengat berbeda

dengan bahasa asli masyarakat lokal.

Bila kita memandang akulturasi sebagai proses mengembangkan

kecakapan komunikasi dalam system sosio-budaya masyarakat lokal. Melalui

pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang terus-menerus dan beraneka ragam,

43

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

seorang transmigram secara bertahap memperoleh mekanisme komunikasi yang ia

butuhkan untuk menghadapi lingkungannya. Kecakapan komunikasi yang telah

diperoleh transmigran lebih lanjut menentukan seluruh akulturasinya. Kecakapan

transmigran dalam berkomunikasi akan berfungsi sebagai seperangkat alat

penyesuaian diri yang membantu transmigran dalam memenuhi kebutuhan-

kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan akan kelangsungan hidup dan kebutuhan

akan rasa memiliki serta harga diri.

Oleh karena itu, proses akulturasi adalah suatu proses yang interaktif dan

berkesinambungan yang berkembang dalam dan melaui komunikasi seorang

transmigran yang diperolehnya, sehingga pada gilirannya menunjukkan derajat

akulturasi transmigran tersebut.

I. Potensi Akulturasi

Potensi akulturasi seorang transmigran sebelum bertransmigrasi dapat

mempermudah akulturasi yang dialaminya akulturasi yang dialaminya dalam

masyarakat lokal. Berikut ini potensi akulturasi ditentukan oleh beberap faktor-

faktor yaitu:

1. Amalgamasi

2. Toleransi

3. Kesempatan yang seimbang dibidang ekonomi

4. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan

5. Usia pada saat berimigrasi

6. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaanya.

44

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Perkawinan campuran (amalgamation) merupakan faktor yang paling

menguntungkan bagi kelancaran proses akulturasi. Hal ini terjadi, apabila seorang

warga dari etnis tertentu menikah dengan warga etnis lain, baik itu terjadi antar

etnis minoritas dengan mayoritas ataupun sebaliknya. Keadaan seperti ini dapat

pula terjadi pada masyarakat yang dikunjungi. Proses akulturasi dipermudah

dengan adanya perkawinan campuran dan memerlukan waktu waktu yang cukup

lama. Hal ini disebabkan kerena antara transmigran dengan masyarakat yang

dikunjungi terdapat perbedaan-perbedaan ras dan kebudayaan. Transmigran pada

mulanya tidak menyetujuiperkawinan campuran dan ini memperlambat proses

akulturasi. Seiring berjalannya waktu, transmigran biasanya mempeistri wanita-

wanita warga masyarakat yang ia kunjungi.

Toleransi terhadap kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang

berbeda dengan kebudayaan sendiri hanya mungkin tercapai dalam suatu

akomodasi. Apabila toleransi tersebut mendorong terjadinya komunikasi, maka

faktor tersebut dapat mempercepat terjadinya akulturasi dan asimilasi.

Adanya kesempatan-kesempatan yang seimbang dibidang ekonomi bagi

berbagai etnis masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda dapat

mempercepat terjadinya proses akulturasi.

Pengetahuan akan persamaan unsur-unsur pada kebudayaan-kebudayaan

yang berbeda, akan lebih mendekatkan masyarakat pendukung kebudayaan yang

satu dengan yang lainnya. Suatu penelitian yang mendalam dan luas terhadap

kebudayaan-kebudayaan khusus (sub-cultures) di Indonesia akan memudahkan

asimilasi antara suku-suku bangsa (ethnic-groups) yang menjadi pendukung

45

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

masing-masing kebudayaan khusus tersebut. Hasil-hasil penelitian yang

mendalam dan luas tersebut akan menghilangkan prasangka-prasangka yang

semula mungkin ada antara pendukung kebudayaan-kebudayaan tersebut.

Lamanya transmigran menempati suatu daerah, lambat laun terenkulturasi

oleh budaya masyarakat lokal dan sikap saling menghargai terhadap kebudayaan

yang didukung oleh masyarakat yang lain dimana masing-masing mengakui

kelemahan dan kelebihannya akan mendekatkan masyarakat-masyarakat yang

menjadi pendukung kebudayaan-kebudayaan tertentu. Apabila ada prasangka,

maka hal demikian akan jadi penghambat bagi berlangsungnya proses akulturasi

dan asimilasi.

46

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kabupaten Muna secara geografis terletak pada 04o15 05o15 Lintang

Selatan dan 122o30 123o15 Bujur Timur , dengan batas wilayahnya :

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Kabaena

Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Buton

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Tiworo dan Kabupaten Kendari

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton

Sebagai salah satu Kecamatan yang berada di Kab. Muna, Kabangka ini

merupakan Kecamatan yang terbentuk dari pemekaran Kecamatan Kabawo pada

tahun 2003.

47

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Seiring berjalannya waktu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

kian berkembang dengan pesat, begitu pula daerah-daerah yang ada di negri kita

ini. Masyarakat semakin pandai dalam menerima dan mengelola informasi yang

mereka terima baik itu yang bersifat politik, sosial, budaya maupun dibidang ilmu

pengetahuan lainnya. Walaupun berada di pedesaan, bukan berarti mereka tidak

mengetahui perkembangan yang ada. Begitu pula dengan masyarakat yang ada di

Kecamatan Kabangka pun mengalami pertumbuhan yang pesat terutama dibidang

ekonomi.

Peningkatan dibidang ekonomi dalam beberapa tahun terakhir ini telah

membawa dampak yang positif bagi perubahan prilaku masyarakat diberbagai

kalangan dan lapisan sosial di desa-desa di Kecamatan Kabangka, khususnya di

desa Sarimulyo dan desa Wakobalu agung. Kedatangan etnis Jawa di Kecamatan

Kabangka ini perlahan-lahan membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat

lokal baik itu dari segi material maupun ilmu pengetahuan terutama dibidang

pertanian yang tidak menutup kemungkinan, pada akhirnya nanti penduduk lokal

(etnis Muna) akan kehilangan identitas budayanya.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabangka merupakan sebuah Kecamatan yang terdiri dari 9 desa. Sebagai

unit pemukiman, secara administratif Kecamatan Kabangka ini berada di

Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jarak 40 km dari ibukota

Kabupaten Muna.

Penduduk di Kecamatan Kabangka terdiri dari dua etnis besar yakni orang

Muna dan Jawa, disamping transmigrasi asal Bugis yang merupakan pendatang

48

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

yang juga bermukim di Kecamatan Kabangka. Adapun akifitas ekonomi bergerak

dibidang pertanian dan perdagangan. Kecamatan Kabangka ini dipimpin oleh

seorang camat dan di bantu oleh beberapa staf untuk mengatur dan menjalankan

roda pemerintahan di Kecamatan Kabangka. Kecamatan Kabangka terdiri dari 9

Desa, dan dua diantaranya desa Sarimulyo dan desa Wakobalu Agung.

1. Keadaan Geografis Kecamatan Kabangka

Secara geografis Kecamatan Kabangka berbatasan dengan:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kontukowuna

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kabawo

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kabawo

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tikep dan Kecamtan

Pajala.

Kecamatan Kabangka yang terdiri dari 9 desa dengan luas wilayah

103,62 km2, dengan jumlah penduduk 8.157 jiwa dan dua desa diantaranya

merupakan lokasi penelitian yaitu Desa Sarimulyo dan Desa Wakobalu

Agung.

Desa Wakobalu Agung memiliki luas 35,58 km2 dengan jumlah

penduduk 1712 jiwa dengan jumlah 356 KK yang terdiri dari etnis Jawa

332 KK dan etnis Muna 24 KK sedangkan desa Sarimulyo dengan luas

wilayah 31,54 km2 yang dihuni 1.516 jiwa yang terdiri dari 349 KK yang

tiap KKnya terdiri dari etnis Jawa 282 KK dan etnis Muna 67 KK berada

didataran rendah. Adapun desa Wakobalu Agung dan desa Sarimulyo

masing-masing terdiri dari lima dusun sebagai berikut:

49

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Tabel 4.1

Jumlah Dusun yang Berada di Desa Wakobalu Agung dan desa

Sarimulyo

Desa Wakobalu Agung Desa Sarimulyo

Dusun Pua Jaya

Dusun Cendana Juru

Dusun Sidorejo

Dusun Sukowono

Desa Wakobalu Agung ini terdiri dari dua dusun, dimana dusun Pua Jaya,

dan dusun Cendana Juru merupakan dusun yang mayoritas penduduknya

merupakan masyarakat lokal (etnis Muna). Sedangkan di desa Sarimulyo yang

terdiri dari dua dusun yakni dusun Sidorejo dan dusun Sukowono yang dihuni

oleh kedua etnis (etnis Jawa dan etnis Muna), dimana masyarakatnya sudah

saling berbaur dan hidup bersama dalam satu lokasi yang sama. Desa Wakobalu

Agung dan desa Sarimulyo ini merupakan 2 desa dari 9 desa yang mayoritas

dihuni oleh etnis Jawa yang tinggal dan menetap yakni berasal dari Jember, Jawa

Timur tetapi ada juga yang berasal dari, Trenggalek, Madura, dan Kalaten.

2. Keadaan Demografi Kecamatan Kabangka

Penduduk merupakan faktor yang sangat penting, artinya dalam kegiatan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Faktor penduduk menempati

posisi yang paling utama karena kegiatan pembangunan ini merupakan suatu

usaha yang bersumber dan dilakukan oleh penduduk yang bersangkutan, baik itu

50

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

yang sifatnya sebagai subjek maupun sebagai objek dari pembangunan. Dengan

kata lain berhasil tidaknya pembangunan pada suatu daerah terletak pada sampai

sejauh mana partisipasi masyarakatnya.

Data penduduk di Desa Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo sesuai

laporan pendataan penduduk menurut jenis kelamin dan tingkat umur dapat dilihat

pada table dibawah ini yaitu:

Tabel 4.2Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Umur Dan Jenis Kelamin

Di Desa Sarimulyo dan Desa Wakobalu Agung

A. Jumlah Penduduk di Desa Wakobalu Agung

No. Golongan UmurJenis Kelamin (Orang) Jumlah

(Org )Laki – laki Perempuan

a. b. c. d. e.1. 0 – 12 bln 2 3 52. 13 bln – 4 tahun 50 52 1023. 5 – 6 tahun 26 30 564. 7 – 12 tahun 90 90 1805. 13 – 15 tahun 60 43 1036. 16 – 18 tahun 54 46 1007. 19 – 25 tahun 127 121 2488. 26 – 35 tahun 160 149 3099. 36 – 45 tahun 129 114 24310. 46 – 50 tahun 68 57 12511. 51 – 60 tahun 57 67 12412. 61 – 75 tahun 58 41 9913. Lebih dari 76 tahun 7 11 18

Jumlah 0 888 888 Sumber: Papan Informasi Desa Wakobalu Agung

Berdasarkan tabel diatas menggambarkan bahwa tinggat umur yang paling

banyak adalah 26 – 36 tahun yaitu 309 jiwa yang terdiri dari 160 orang laki-laki

51

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

dan 149 orang perempuan, kemudian urutan kedua dilanjutkan oleh kelompok

umur 19 – 25 tahun sebanyak 248 jiwa yang terdiri dari 127 orang laki-laki dan

121 orang perempuan, lalu urutan ketiga kelompok umur 36 – 45 tahun berjumlah

243 jiwa yang terdiri 129 orang laki-laki dan 114 orang perempuan, kemudian

urutan keempat kelompok umur 7 – 12 tahun berjumlah 180 jiwa yang terdiri dari

90 orang laki-laki dan 90 orang perempuan, kemudian urutan kelima, kelompok

umur 46 – 50 tahun berjumlah 125 jiwa yang terdiri dari 68 orang laki-laki dan 57

orang perempuan, lalu urutan keenam kelompok umur 51 – 60 tahun berjumlah

124 jiwa yakni 57 orang laki-laki dan 67 orang perempuan, kemudian urutan

ketujuh kelompok umur 13 – 15 tahun sebanyak 103 jiwa yakni 60 orang laki-laki

dan 43 orang perempuan, kemudian urutan kedelapan kelompok umur 13 bulan –

4 tahun berjumlah 102 jiwa yang terdiri dari 50 orang laki-laki dan 52 perempuan,

kemudian urutan kesembilan kelompok umur 16 – 18 tahun berjumlah 100 jiwa

yang terdiri 54 orang laki-laki dan 46 orang perempuan, kemudian urutan

kesepuluh kelompok umur 61 – 75 tahun sebanyak 99 jiwa yang terdiri dari 58

orang laki-laki dan 41 orang perempuan, lalu urutan kesebelas kelompok umur 5 –

6 tahun sebanyak 56 jiwa yang terdiri dari 26 orang laki-laki dan 30 orang

perempuan, kemudian urutan keduabelas adalah kelompok umur 76 tahun keatas

yang berjumlah 18 jiwa yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 11 orang

perempuan dan kelompok terakhir yang paling sedikit jumlahnya ditempati oleh

kelompok usia 0 – 12 bulan yaitu berjumlah 5 jiwa yang terdiri dari 2 laki-laki

dan 3 perempuan. Dengan melihat gambaran jumlah penduduk diatas bahwa

jumlah laki-laki adalah 888 jiwa, lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah

52

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

perempuan yang hanya berjumlah 824 jiwa sehingga memiliki selisih yang tidak

beda jauh, hanya berjumlah 64 jiwa saja.

B. Jumlah penduduk Desa Sarimulyo

No. Umur Pria Wanita Jumalah

1. 0 – 4 tahun 159 135 294

2. 5 – 14 tahun 162 134 296

3. 15 – 24 tahun 186 146 332

4. 25 – 54 tahun 172 126 298

5. 55 tahun keatas 168 128 296

Jumlah 847 669 1.516

Sumber: Papan Informasi Desa Sarimulyo

Berdasarkan daftar tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat umur yang

paling banyak adalah kelompok umur 15 – 24 tahun, kemudian kemudian

kelompok umur 25 – 54 yaitu sebanyak 298 jiwa, sedangkan kelompok umur 5 –

4 tahun dan kelompok umur 55 tahun keatas memiliki jumlah yang sama

berjumlah 296 jiwa dan kelompok umur 0 – 4 tahun memiliki jumlah yang paling

kecil yakni 294 jiwa. Table tersebut menggambarkan bahwa penyediaan potensi

manusia sebagai sumber tenaga kerja memiliki prospek kerja yang cerah dimana

usia 15 – 24 tahun merupakan usia produktif untuk bekerja. Dengan melihat

jumlah penduduk diatas menggambarkan bahwah jumlah wanita 669 jiwa lebih

sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pria 847 jiwa sehingga memiliki selisih

sebanyak 178 jiwa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, desa Wakobalu Agung mempunyai jumlah

penduduk yang lebih banyak jika dibandingkan desa Sarimulyo.

53

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Jika melihat dari segi tingkat pendidikan penduduk di desa Wakobalu

Agung secara menyeluruh dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 4.3Jumlah Penduduk dan Tingkat Pendidikan

di Desa Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo Tahun 2011

a. Tingkat Pendidikan di desa Wakobalu Agung

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persen

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Tidak sekolah

Tidak Tamat

SD

SLTP

SLTA

Perguruan tinggi

190

294

454

269

425

80

11,1 %

17,17%

26, 51%

15,71%

24,87%

4,67%

Jumlah 1712 100%

Sumber : Papan Informasi Desa Wakobalu Agung

Dari daftar tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SD yang

terbanyak berjumalah 454 jiwa atau 26,51 persen, kemudian SLTA berjumlah 425

jiwa atau 24,87 persen, kemudian tidak tamat berjumalah 294 jiwa atau 17,17

persen sedangkan SLTP Berjumlah 269 jiwa atau 15,71 persen kemudian tidak

bersekolah berjumlah 190 jiwa atau 11,1 persen dan terakhir yang memiliki

jumlah paling sedikit adalah tingkat pendidikan perguruan tinggi yakni berjumlah

80 jiwa atau 4,67 persen. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat

di desa Wakobalu Agung ini mempunyai kesadaran yang sangat baik untuk

54

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

menuntut pendidikan walaupun hanya setingkat SLTA yang memiliki urutan

kedua setelah SD.

b. Tingkat pendidikan di desa Sarimulyo

No. Tingkat pendidikan Jumlah Persen

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Tidak sekolah

Tidak Tamat

SD

SLTP

SLTA

Perguruan tinggi

415

150

425

255

230

41

27, 3 %

9,9 %

28,0 %

16, 8 %

15, 2 %

2,7 %

Jumlah 1.516 100%

Sumber : Papan Informasi desa Sarimulyo

Dari daftar tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SD

yang terbanyak yakni berjumlah 425 jiwa atau sekitar 28,0 persen,

kemudian menyusul Tidak Sekolah berjumlah 415 jiwa atau 27,3 persen

lalu SLTP dengan 255 jiwa atau 16,8 persen, SLTA berjumlah 230 jiwa

atau 15,2 persen menyusul Tidak tamat berjumla 150 jiwa atau 9,9 persen

dan terakhir Perguruan Tinggi berjumlah 41 jiwa atau 2,7 persen.

Dengan melihat angka-angka dari tabel diatas menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan masyarakat di Desa Sarimulyo masih sangat minim,

dimana sebagian besar masyarakat lebih memilih untuk tidak bersekolah

karena mereka lebih memilih untuk mengolah lahan pertanian untuk

menghidupi keluarganya. Minimnya pengetahuan tetang pendidikanlah

55

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

yang menyebabkan sehingga mereka lebih memilih untuk tidak

bersekolah.

3. Potensi Ekonomi

Daerah ini merupakan salah satu daerah yang memiliki struktur tanah yang

subur, dimana kekayaan yang dimiliki oleh daerah ini baik yang sudah diolah

maupun yang belum diolah yang merupakan kebutuhan bagi penduduk baik

dimasa sekarang dan dimasa akan datang.

Peranan potensi sangat menentukan tingkat pendapatan dan tingkat

kesejahteraan suatu daerah bila digarap seoptimal mungkin sesuai dengan

kebutuhan, tetapi pengolahan tersebut ditentukan juga oleh tingkat pengetahuan

suatu daerah serta partisipasi masyarakat yang sangat mendukung. Perlu pula

diketahui bahwa dalam pengolahan alam ini harus memperhatikan alam

disekitarnya atau dengan kata lain pembangunan yang berwawasan lingkungan,

agar pembangunan tersebut tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan

dampak yang merugikan masyarakat. Oleh karena itu, kerjasama pemerintah

setempat dengan masyarakat sangat diperlukan untuk membangun daerah di

Kecamatan Kabangka ini.

Tabel 4.4Jenis Tanaman Komoditi di Desa Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo

Tahun 2012

56

No. Desa Wakobalu Agung Desa Sarimulyo

1.

2.

3.

4.

5.

Coklat

Jeruk

Pepaya

Pisang

Sayur-sayuran

Coklat/kakao

Jeruk

Pisang

Sayur-sayuran

Tanaman pangan dan Holtikultura.

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Sumber: Papan Potensi Desa Wakobalu Agungdan Desa Sarimulyo

Dari gambaran tabel diatas menunjukkan bahwa jenis komoditi yang

dikelola atau dikerjakan masyarakat di Desa wakobalu Agung adalah coklat, jeruk

papaya, pisang dan sayur-sayuran sebagai hasil pertanian dan perkebunan begitu

pula dengan masyarakat di Desa Sarimulyo sebagai hasil mata pencaharian dalam

bidang pertanian dan perkebunan.

Tabel 4.5Jumlah Mata Pencaharian

Di Desa Sarimulyo dan Desa Wakobalu Agung

a. Mata Pencaharian di Desa Wakobalu Agung

No. Mata Pencaharian Jumlah

57

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

1. Petani/perkbunan 880

2. Pedagang/industry kecil 382

3. Pegawai 59

4. Tukang (batu & kayu) 70

Jumlah 1391

Sumber: Kantor Desa Wakobalu Agung

Tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa sektor petani menempati jumlah

terbanyak yaitu 880 orang, menyusul pedagang sebanyak 382 orang, kemudian

tukang (batu/kayu) sebanyak 70 orang, sedangkan pegawai memiliki jumlah

sangat sedikit jika dibandingkan dengan yang lainnya yakni 59 orang.

b. Mata Pencaharian di Desa Sarimulyo

No. Mata Pencaharian Jumlah Persen

1. Petani 1.039 92,7 %

2. Pedagang 54 4,8 %

3. Pegawai 12 1,1 %

4. Tukang (batu & kayu) 16 1,4 %

Jumlah 1.121 100 %

Sumber: Kantor Desa Sarimulyo

Sama seperti desa Wakobalu Agung tabel diatas menggambarkan bahwa

sektor pertanian menempati jumlah yang paling besar yaitu berjumlah 1.039 jiwa

atau 92,7 % kemudian pedagang berjumlah 54 jiwa atau 4,8 % , lalu kemudian

tukang (batu/kayu) berjumlah 16 jiwa sedangkan pegawai memiliki jumlah yang

sangat kecil yakni hanya 12 jiwa.

B. Aspek Kelembagaan dan Aspek Budaya di Kecamatan Kabangka

58

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Aspek Kelembagaan

Dalam aspek kelembagaan diwilayah Kecamatan Kabangka beberapa

dalam bentuk swadaya maupun gotong-royong dari masyarakat antara lain sebagai

berikut:

1. Lembaga pemerintahan yang tediri atas satu kantor camat, satu kantor

polisi, dan 9 kantor desa.

2. Lembaga desa, yaitu Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)

dan Lembaga Musyawarah Desa (LMD).

3. Organisasi kepemudaan yakni Karangtaruna yang berada dimasing-

masing desa.

4. Lembaga Kesehatan yang meliputi, PUSKESMAS, PUSTU

(Puskesmas pembantu), dan POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu).

5. Lembaga Pendidikan , yang terdiri dari 2 taman Kanak-Kanak (TK),

15 buah Sekolah Dasar (SD), 2 buah SLTP, 1 Tsanawyah serta 1

SLTA.

6. Lembaga Agama berupa satu buah Kantor Urusan Agama (KUA).

7. Lembaga Ekonomi berupa satu buah Pasar, 2 Usaha Dagang Kakao

dan satu buah Koperasi Unit Desa (KUD).

Aspek Budaya dan Adat Istiadat

Keadaan adat-istiadat di Kecamatan Kabangka pada dasarnya tidak terlalu

meningkat, dalam artian masyarakat setempat tidak terlalu fanatik dengan

kebiasaan turun-temurun, walaupun tidak pula meninggalkannya. Hal tersebut

terjadi seiring masuknya pengaruh dari luar yang tentunya melalui beberapa

59

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

pertimbangan tentang mana yang harus diterima dan yang mana tidak layak

diterima.

Disetiap daerah pasti memiliki adat-istiadat yang berbeda-beda, beigtu

pula halnya di Kec. Kabangka yang masih saat ini masih sering dilakukan oleh

penduduk setempat (etnis Muna) seperti acara “kaago-ago” (mengusir roh-roh

jahat) yang dilakukan para petani sebelum membuka lahan baru saat berkebun.

Para petani di Muna umumnya memakai cara "tebang dan bakar" untuk pertanian.

Saat ini, masyarakat Muna terbagi atas beberapa kelas, yaitu Kaoem

(bangsawan kelas atas), Wakale (bangsawan kelas bawah), dan Mardeka (rakyat

jelata), diikuti oleh kelas budak dan keturunan merka. Masing-masing kelas

memiliki hak-hak istimewa tertentu, perhiasan, pakaian, dan lagu.

Dalam prosesi penikahan, bila pasangan muda-mudi Muna bertunangan,

keluarga pengantin membayar kepada keluarga Si gadis. Pembayaran tambahan

juga dilakukan pada saat pesta pernikahan. Nilai mahar tergantung pada tingkatan

sosial dari pengantin. Sebelum perkawinan, Si pemuda juga diharuskan bekerja

untuk jangka waktu tertentu pada calon mertuanya. Kebiasaan seperti ini

memperkuat tingkatan pertunangan yang lebih tinggi. Dahulu, para budak dan

turunan mereka tidak diperbolehkan menikah satu sama lain, meskipun mereka

bisa hidup bersama. Poligami (memiliki istri lebih dari satu) umum terjadi antar

bangsawan, tetapi sekarang tidak lagi dipraktekan.

Etnis Muna pada prakteknya merupakan Muslim Sunni, meskipun

kepercayan tradisonal masih amat penting, terutama kepercayaan akan roh jahat.

60

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Animisme (kepercayaan akan benda-benda non-manusia memiliki roh) dianut

oleh suku-suku yang tinggal di daerah terpencil.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

61

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Untuk memperoleh data yang akurat dan dijamin kualitasnya, maka

sebelum menentukan subyek/informan penelitian akan dilakukan overview atau

penjajakan terhadap anggota masyarakat yang dianggap representative

memberikan informasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang terkait

permasalahan yang akan diteliti. Selanjutnya barulah ditentukan subyek/informan

yang akan diteliti. Informan awal yang dipilih adalah orang yng dapat membuka

jalan untuk menentukan informan berikutnya dan berhenti apabila data yang

dibutuhkan sudah cukup.

Penelitian ini dilakukan dengan cara dipilih secara sengaja yakni dianggap

dapat memberikan informasi terhadap masalah yang akan diteliti, melalui

wawancara secara mendalam dengan total informan sebanyak 5 pasangan suami

istri yang melakukan perkawinan antar etnis (etnis Jawa dan etnis Muna) yang

bertempat tinggal di Desa Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo di Kecamatan

Kabangka dengan perincian sebagai berikut:

Penduduk lokal (etnis Muna) 5 orang.

Penduduk Pendatang (etnis Jawa) 5 orang.

A.1 Profil Informan

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap 5 (lima)

pasangan suami istri yang melakukan perkawinan beda etnis yakni pernikahan

antara etnis Jawa dan tnis Muna yang berada di desa Wakobalu Agung dan desa

Sarimulyo Kecamatan Kabangka, Kabupaten Muna. Berikut data kelima pasangan

informan tersebut:

62

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Pasangan Informan Pertama

Nama : Bapak Amrin Badi Sp.t ( 35 tahun) & Ibu Sriwahyuni(24)

Pekerjaan : Kepala Desa dan Ibu Rumah Tangga

Usia Penikahan : 4 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa dan Muna

Pendidikan : Strata 1

Tempat tinggal : Desa Wakobalu Agung, Dusun Cendana Juru

Pasangan Informan Kedua

Nama : Bapak Bambang ( 37 tahun) & Ibu Masriah (32)

Pekerjaan : Guru SMA 1 Kabangka & Pedagang

Pendidikan : Strata 1 & SMA

Usia Penikahan : 7 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa dan Muna

Tempat Tinggal : Desa Wakobalu Agung, Dusun Pua Jaya

Pasangan Informan Ketiga

Nama : Bapak Raharjo ( 39 tahun) & Ibu Handayani (37)

Pekerjaan : Polisi & Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA & SMA

Usia Penikahan : 14 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa dan Muna

63

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Tempat Tinggal : Desa Sarimulyo, Dusun Sidorejo

Pasangan Informan Keempat

Nama : Bapak Agus Sunarioto ( 32 tahun) & Ibu Sumiati (29)

Pekerjaan : Pengajar Madrasa & Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA & SMA

Usia Penikahan : 8 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa dan Muna

Tempat Tinggal : Desa Sarimulyo, Dusun Sukowono

Pasangan Informan Kelima

Nama : Bapak Purwanto ( 32 tahun) & Ibu Wa Ode Siti Saipa

(30)

Pekerjaan : Petani Coklat & Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA & SMA

Usia Penikahan : 10 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa dan Muna

Tempat Tinggal : Desa Sarimulyo

A.2 Hasil Penelitian

Berikut ini hasil wawancara penulis mengenai hubungannya pasangan

Suami istri yang memiliki perkawinan beda suku dengan masyarakat yang ada di

Desa Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo.

64

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

1. Prilaku komunikasi dalam akulturasi antar etnis pendatang Jawa dan

etnis Muna di Kecamatan Kabangka.

Hasil wawancara:

Pasangan Informan Pertama

Informan A

Informan pertama, penulis melakukan wawancara kepada Bapak Amrin

Badi Sp.t selaku kepala Desa Wakobalu Agung, yang baru 8 bulan menjabat

sebagai kepala Desa Wakobalu Agung atau yang sering disebut SPA. Pak Amrin

adalah penduduk asli Muna yang tinggal di Kec. Kabangka merupakan seorang

alumni Unhas jurusan peternakan yang meraih gelar sarjananya pada tahun 2003.

Di Desa Wakobalu Agung, penduduk lokal dan pendatang Jawa hampir

seimbang jumlahnya, namun lebih didominasi oleh etnis Jawa yang sebagian

besar berasal dari Jember Jawa Timur. Dari dua dusun yang ada di desa ini, semua

masyarakatnya sudah berbaur, baik itu etnis Jawa maupun etnis Muna. Mereka

tidak lagi tinggal secara berkelompok. Oleh karena itu sering terjadi kebingungan,

ketika ada orang luar yang datang di Kec. Kabangka, orang tersebut sulit

membedakan mana penduuk lokal dan mana suku Jawa karena antara penduduk

lokal dan suku Jawa sudah berbaur.

Sebagai kepala desa sudah pasti setiap hari berinteraksi dan berkomunikasi

dengan penduduk sekitar desa Wakobalu Agung terlebih lagi dengan penduduk di

dusun Cendana Juru. Komunikasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, setiap

harinya berkomunikasi dengan pegawai dikantor membahas masalah pekerjaan,

65

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

ketika mengadakan musyawarah desa dengan masyarakat, di jalan ketika bertemu

dengan suku Jawa saling bertegur sapa, di acara pesta yang diadakan oleh

masyarakat misalnya, pesta pernikahan, pesta syukuran, rapat pertemuan dikantor

dan tempat-tempat umum. Tema pembicaraan dengan suku Jawa bervariatif.

Kadang membahas masalah kebijakan politik dan ekonomi pemerintah,

membicarakan masalah pembangunan dan keadaan masyarakat setempat,

mebicarakan hal-hal actual yang disiarkan di TV dan radio, membicarakan

program-program pemerintah seperti, BLT, PNPMandiri, mengenai subsidi dan

kenaikan BBM pada saat ini yang lagi hangat-hangatnya diperbincangkan serta

banyak hal yang dibicarakan ketika bertemu dengan suku Jawa.

“Masyarakat di desa Wakobalu Agung bukan masyarakat yang terisolir tapi masyarakat yang tahu persis perkembangan Negara kita karena rata-rata masyarakat disini memiliki TV. Bahasa yang saya gunakan ketika berkomunikasi biasanya mamakai bahasa Muna, bahasa Jawa dan bahasa Indonesia tergantung dengan siapa saya berbicara begitu pula masyarakat yang ada di desa Wakobalu Agung ini.”

Kepala desa Wakobalu Agung, ketika berkomunikasi bersama dengan

suku Jawa menggunkan bahasa Jawa walaupun kadang tidak terlalu fasih, itupun

jika dia berkomunikasi dengan orang Jawa yang bahasa Indonesianya kurang

Lancar. Jika berkomunikasi dengan penduduk lokal tentunya menggunakan

bahasa sendiri dan juga bahasa Indonesia tergantung dengan situasi dan kondisi

dimana kita berada. Selama ini hubungan komunikasi dengan suku Jawa

berlangsung efektif tidak ada hambatan. Semuanya sesuai dengan yang di

inginkan baik yang sifatnya individu atau kelompok.

Pendatang yang mayoritas di desa Wakobalu Agung berasal dari suku

Jawa, memiliki kebudayaan yang berbeda dengan penduduk setempat. Walaupun

66

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

berbeda, tidak ada budaya yang menonjol dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Mata pencaharian penduduk lokal sebgaian besar disektor pertanian, peternakan

dan juga pedagang. Sebagai etnis pendatang, suku Jawa memiliki beberapa

kesamaan seperti terlihat pada pembukaan lahan baru saat berkebun. Sama halnya

dengan etnis Muna, mereka juga melakukan ritual-ritual tertentu sebelum

membuka lahan baru dengan mengadakan ka ago-ago yang dalam istilah suku

Muna yang berarti meminta izin kepada roh-roh halus yang menempati tempat

tersebut. selain itu fungsi ka ago-ago ini juga untuk mengusir roh-roh jahat yang

menghunu tempat tersebut. Ritual ini dipimpin oleh seseorang yang mempunya

keahlian khusus (paranormal) atau orang tua yang dituakan dan dianggap mampu

dalam menjalankan ritual ini.

Namun seiring berjalannya waktu ritual ini dari tahun ketahun sudah

jarang dilakukan oleh penduduk lokal karena mungkin acara ritual tradisional

seperti ini sudah dianggap tidak sesuai lagi dengan jaman sekarang sehingga

sudah jarang betul dilakukan. Tetapi ritual ini tidak pula ditinggalkan karena

masih ada beberapa yang masih mempercayainya.

Menyangkut kerja sama di desa Wakobalu Agung sudah merupakan suatu

kewajiban untuk saling membantu apalagi menyangkut kepentingan umum,

seperti kerja bakti pembersihan lingkungan, mendirikan panggung hiburan setiap

17 Agustus, pembersihan lapangan bola pada saat kegiatan sepak bola antar

kecamatan diadakan, pada saat kerja bakti, pembuatan WC umum dan sumbangan

mesjid mereka dengan suka rela membantu baik berupa moril atau materil. Kerja

sama juga bisa dilakukan bila ada yang mau menikah, penduduk setempat

67

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

membantu mendirikan tenda dan membuat baruga atau ada yang meninggal

mereka membantu menggali kuburan. Jelasnya, pendatang suku Jawa di

Wakobalu Agung mengerti dan berkorban untuk membangun desa Wakobalu

Agung dan Kec. Kabangka. Kerja sama ini dilakukan semata-mata merupakan

wujud dari adanya rasa kebersamaan dan kegotong-royongan.

Sebelum kepala desa Wakobalu Agung menjabat, pernah terjadi

perkelahian antar kelompok anak muda. Perkelahian ini terjadi karena adanya

provokasi dari luar yang sengaja ingin membuat keributan di Kec. Kabangka.

Masalah ini ditangani langsung oleh kapolsek dan tokoh masyarakat. Di desa

Wakobalu Agung dari dahulu sampai sekarang hubungan antar sesama

masyarakat berjalan dengan aman dan damai, tidak pernah terjadi konflik antar

suku Jawa dan penduduk lokal. Secara pribadi kepala desa Wakobalu Agung

tidak pernah punya masalah dengan suku Jawa karena suku Jawa yang ada di desa

Wakobalu Agung menghargai kita sebagai penduduk lokal dengan sendirinya

tercipta suasana kekeluargaan. Suku Jawa terkenal dengan streotip yang sifatnya

lemah lembut, sopan dan halus sehingga mereka mengutamakan keharmonisan

dan tepa selira (tenggangrasa). Sedamgka suku Muna terkenal dengan dialeknya

yang agak keras, dan jika orang luar yang mendengarnya kasar namun sebenarnya

tidak demikian, cuma cara bicaranya penuh dengan tekanan-tekanan, tetapi

sebenarnya tidak kasar.

Keberadaan etnis pendatang Jawa di desa Wakobalu Agung diterima

secara baik tanpa ada masalah, system yang kita gunakan di desa Wakobalu

Agung bersifat keterbukaan. Dengan kedatangan suku Jawa dengan sendirinya

68

Page 76: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

bisa betukar pikiran, saling bekerja sama seperti sekarang ini penduduk lokal

banyak yang meniru tata cara pengolahan lahan pertanian yang modern dan tata

cara perdagangan yang lebih baik. Dengan demikian, masyarakat dapat menata

kehidupan yang lebih baik sekarang dan yang akan datang.

Menurut kepala desa Wakobalu Agung, pada prinsipnya suatu daerah tidak

akan berkembang apabila daerah tersebut hanya di tempati oleh satu suku yang

tinggal di suatu daerah maka pembangunan dan sumber daya manusianya yang

lambat berkembang sebagai akibat kurangnya interaksi dengan orang luar atau

kurangnya budaya baru yang masuk didaerah tersebut. Bagi pendatang Jawa, pak

desa Wakobalu Agung secara pribadi bisa dikatakan sudah sperti saudara sendiri,

hubungan mereka secara psikologi sangat dekat begitupun hubungan sosial

dimasyarakat.

Informan B

Informan kedua, penulis melakukan wawancara dengan istri bapak Bapak

Amrin Badi Sp.t selaku Ibu Desa Wakobalu Agung. Tinggal di perumahan dinas

yang dahulunya dipakai sebagai gedung sekolah Taman Kanak-Kanak (TK).

Beliau bernama Ibu Sriwahyuni, ia merupakan Ibu rumah tangga yang merangkap

sebagai istri kepala Desa Wakobalu Agung.

“ Saya berasal dari Jember, Jawa Timur dan sudah 19 tahun tepatnya pada tahun 1984 saya datang dan tinggal di Desa Wakobalu Agung. Saya datang di desa ini mengikuti kedua orang tua saya yang bertransmigrasi. Pada saat itu saya masih berusia lima tahun, ketika orang tua saya bertransmigrasi. Ketika saya menikah dengan bapak, saya masih berusia 20 tahun. Kami dijodohkan oleh kedua orang tua kami karena bapak saya merupakan kawan baik dari orang tua suami saya semenjak keluargaku bertransmigrasi. Saat ini kami dikaruniai oleh dua orang Putri. Anak pertama kami berusia 4 tahun dan yang kedua berusia 1 tahun 8 bulan”.

69

Page 77: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Semenjak Ibu Sri bersuamikan seorang kepala desa, secara otomatis

komunikasi dengan penduduk setempat semakin intens. Walaupun selama ini Ibu

Sri sering berkomunikasi tiap hari dengan masyarakat namun setelah menjabat

sebagai istri kepala desa, ia semakin dekat masyarakat khususnya para ibu-ibu di

desa ini. Dalam kesehariannya, Ibu Sri sering berbincang-bincang dengan

tetangganya mengenai hal-hal seputar kehidupan sehari-hari, membicarakan

mengenai resep-resep kue dan makanan, berbicara mengenai arisan yang mereka

bentuk, membahas masalah pengajian serta hal-hal yang berhubungan dengan

jabatannya sebagai sebuah ibu desa. Sebelum dia melakukan kegiatan, Ibu Sri

selalu membicarakan terlebih dahulu dengan Ibu-Ibu lainnya, karena walau

bagaimana pun ia tidak boleh mengambil keputusan sepihak.

Di desa Wakobalu Agung tidak sulit untuk berkomunikasi. Dalam

kehidupan sehari-hari masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa dan bahsa

Indonesia. Bahasa yang Ibu desa gunakan dalam berkomunikasi dengan penduduk

lokal adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Bahasa Muna biasanya digunakan

pada situasi tertentu.

“Saya lihat bahasa Muna termasuk bahasa yang sulit dilafalkan butuh proses yang lama untuk bisa berkomunikasi dalam bahasa Muna mengenai arti bahasa Muna sudah dapat dimengerti ketika penduduk lokal berkomunikasi dengan saya. Namu sekrang ini saya sudah bisa berbahasa Muna dengan baik”.

Menurut Ibu desa Wakobalu Agung, bahasa Muna ini sudah jarang yang

menggunakannya, generasi sekarang umumnya menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia, tinggal orang tua saja yang menggunakan bahasa Muna.

70

Page 78: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Komunikasi dengan penduduk lokal tidak ditemukan hambatan. Mengenai adat-

istiadat penduduk pendatang lebih menyesuaikan dengan adat-istiadat masyarakat

setempat sehingga tidak ada budaya yang dominan di Kecamatan Kabangka ini.

Ketika penduduk lokal mengadakan acara pernikahan dengan etnis Jawa, pada

saat ijab Kabul pengantin menggunakan adat Muna dengan mengenakan pakaian

adat etnis Muna. Setelah resepsi barulah kemudian memakai adat Jawa yang

dilengkapi dengan pagar ayu sehingga tidak terkesan mendominasi.

Walaupun budaya Jawa agak jauh berbeda dengan budaya lokal, tidak

menjadikan kedua etnis ini saling berbeda pendapat. Justru disinilah yang

menjadikan ikatan yang memperkuat hubungan kedua belah pihak untuk saling

menghargai, bertenggang rasa dan saling bertoleransi sehingga budaya masing-

masing tetap terjaga kelestraiannya.

Kerjasama yang sering dilakukan di desa Wakobalu Agung dengan

penduduk lokal biasanya dalam bidang social, seperti arisan bersama ibu-ibu

setempat, mengadakan pengajian dimesjid dengan membentuk majelis ta’lim,

mengadakan pelatihan pembuatan kue dan sebagainya. Dengan senag hati,

penduduk lokal turut berpartisipasi menyumbangkan moril dan materil begitupula

dengan pendatang Jawa, bekerja bersama-sama membangun desa Wakobalu

Agung.

Dalam bidang ekonomi penduduk lokal bekerja sama dalam pengolahan

lahan pertanian dan perdagangan. Kerjasama ini tidak lain dimaksudkan untuk

mempererat hubungan baik selain itu dapat saling bertukar pengalaman, juga

sebagai tanggung jawab sosial masyarakat.

71

Page 79: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Di desa Wakobalu Agung pernah terjadi dua kali perkelahian anak muda,

perkelahian ini dipicu oleh adanya sekelompok anak muda dari daerah lain yang

sengaja ingin membuat keonaran di Kec. Kabangka. Waktu itu dua kelompok

anak muda saling menyerang dan langsung ditangani pihak kepolisian dan anak

muda yang memprovokasi langsung dipenjarakan. Setiap ada masalah di usahakan

dengan cara musyawarah dan mufakat kecuali tindakan pidana itu harus ditangani

pihak kepolisian, tindak pidana di desa Wakobalu Agung jarang sekali terjadi.

Antara penduduk lokal dan suku Jawa tidak ada masalah semua bisa diataur

konflik yang terjadi dapat terselesaikan dengan baik.

Ibu desa Wakobalu Agung menilai penduduk lokal berpikiran positif tidak

mempermasalahkan setiap orang yang datang dan cepat beradaptasi dengan orang

dari luar sehingga orang-orang yang datang tidak mangalami hambatan dalam

berinteraksi dan berkomunikasi.

“Hubungan saya dengan penduduk lokal sangat dekat, bisa dikatakan hubungan saudara terutama dengan para tetangga dan warga-warga disini, begitupula dengan hubungan sosial dimasyarakat”.

Ibu desa merasa bersyukur mendapat tempat dihati penduduk lokal, atas

dukungan penduduk lokal sehingga bisa mempercayai suaminya menjadi

pemimpin di desa Wakobalu Agung.

Pasangan Informan ke Dua

Informan A

Informan ke tiga, Bambang S.Pd berasal dari Jember Jawa Timur, tinggal

di dusun Pua Jaya, desa Wakobalu Agung bekerja sebagai staf pengajar di SMA 1

72

Page 80: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Kec. Kabangka. Pak Bambang sudah lama tinggal di Kecamatan Kabangka,

sekitar 27 tahun. Pada awalnya datang di Kecamatan Kabangka karena pada

waktu itu kedua orang tuanya ditugaskan sebagai guru SMP di Kecamatan

Kabangka.

“Saya bisa dikatakan berprofesi ganda, selain sebagai guru, saya juga menjalankan usaha yang bergerak disektor perdagangan, banyak yang dapat dikerjakan selagi kita mau berusaha di Kecamatan Kabangka desa Wakobalu Agung ini. Selain potensi alamnya yang melimpah, terlihat pula disektor pertanian dan perdagangan serta juga posisi Desa Wakobalu Agung yang strategis, tidak begitu jauh dari tempat saya mengajar dan sarana transportasi seperti angkutan umum selalu lalulalang. Jadi memudahkan kita untuk berpergian, sehingga menguntungkan di sektor perekonomian dan memang sangat kondusif, disamping itu juga masyarakatnya mendukung apa yang kita kerjakan. Itu mungkin yang menjadi alasan saya tinggal di Kec. Kabangka dan tidak berniat kembali ke Jawa. Sehari-hari saya berkomunikasi disekitar rumah yakni para tetangga-tetangga, dengan penduduk lokal, disekolah dengan para staf dan guru-guru, di acara pesta, rapat pertemuan dikantor, pada saat pertandingan antar sekolah yang diadakan oleh kecamatan dan ditempat lain saat bertemu saling menegur dan menanyakan kabar. Ada saja yang dibicarakan dengan penduduk lokal ketika kami bertemu, biasanya berhubungan dengan profesi saya sebagai guru yang sering bercerita dengan orang tua siswa, membicarakan berita yang disiarkan diTV. Menurut saya, dalam kehidupan di masyarakat komunikasi perlu karena dapat saling mengenal lebih dekat“.

Bahasa yang pak Bambang gunakan dalam berkomunikasi dengan

penduduk setempat terkadang dipadukan, biasa memakai bahasa resmi yakni

bahasa Indonesia, bahasa Jawa dan kadang sekali-kali menggunakan bahasa

daerah Muna yang dimengerti dan bisa mengucapkannya. Hubungan komunikasi

dengan masyarakat sekitar berjalan efektif dan dapat direspon seketika itu juga,

sesuai dengan arah pembicaraan. Mengenai kebudayaan, selaku warga pendatang,

bapak Bambang menyesuaikan dengan penduduk lokal.

73

Page 81: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

“ketika menikah dengan istri saya beberapa tahun yang lalu, sebelum rombongan kami sampai dirumah mempelai wanita, kami disambut dengan ewa wuna yakni semacam silat Muna dengan mengenakan sebilah parang. Kami juga dari pihak mempelai pria tak lupa juga mempersiapkan orang-orang yang nantinya akan melakukan ewa wuna ini sebagai lawan dari ewa wuna dari pihak mempelai perempuan. Ewa wuna ini terdiri dari empat orang yakni dua orang laki-laki dan dua orang perempuan dan Ewa wuna ini merupakan symbol penyambutan terhadap mempelai pria yang akan melakukan ijab Kabul nantinya. Namun tidak semuan perkawinan melakukan adat ini, karena memakan biaya yang agak besar untuk menyewa penduduk yang mahir untuk memainkan Ewa wuna ini. Selain itu acara kesenian ini biasa ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu kehormatan yang berkunjung di kecamatan Kabangka. Beberapa tahun belakangan ini semenjak tahun 2000 acara tersebut sudah jarang ditampilkan. Acara tersebut enak ditonton dan mempunyai ciri khas tersendiri seperti saling melakukan gerakan silat dengan menggunakan parang dan tatapan tajam seolah mereka bersungguh dalam berperang namun sebenarnya itu adalah bagian salah satu penghayatan dari acara tersebut. namun kadang terselip beberapa senyuman jika ada dari beberapa gerakan jika mengalami kesalahan”.

Menurutnya acara kesenian seperti ini perlu dilestarikan jangan sampai

generasi berikutnya sudah tidak mengenal lagi budayanya sendiri. Sebagai

pendatang, pak Bambang merasa perlu mengetahui adat-istiadat penduduk

setempat karena kita tinggal disini untuk lebih mempererat rasa persaudaraan.

Mengenai kerjasama dengan penduduk lokal, beragam bentuk kerja sama

yang biasa dilakukan sehari-hari sesama tetangga, sebagai pengajar disekolah

misalnya mengadakan kerja bakti bersama siswa-siswi, kegiatan sosial dan

keagamaan misalnya, Maulid Nabi, Halal bi Halal, diacara pesta, berpartisipasi

dalam acara 17 agustusan dan kerjasama di sektor ekonomi yaitu perdgangan

barang. Kerjasama dilakukan semata-mata untuk kepentingan bersama.

74

Page 82: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Syukur Alhamdulillah sampai saat ini, pak Bambang belum pernah

berselisih paham dengan penduduk lokal yang mengarah kepada hubungan yang

kurang baik dan jangan sampai terjadi hal semacam itu. Sebagai pendatang pak

Bambang, tahu diri bagaimana cara beradaptasi dengan masyarakat dan

lingkungan setempat sehingga eksistensinya ke depan baik-baik saja.

“Saya menilai, penduduk lokal orangnya transparan, kemudian tidak mempersulit kalau ada orang luar yang datang didaerahnya malah sebaliknya membantu orang yang datang. Jiwa tolong menolongnya patut diteladani, tidak membatasi diri dengan orang dari luar. Jadi, kita kita merasa canggung untuk bergaul dengan mereka. Salah satu faktor yang paling mendasaragi pak Bambang untuk menetap di Desa Wakobalu Agung Kecamatan Kabangka karena penduduk lokal semuanya beragama islam. Dengan memiliki keimanan yang sama dengan mereka selama ini, maka ini akan memudahkan kita menjalin hubungan dengan masyarakt setempat. Kebetulan juga istri saya orang Muna asli, bagi saya perkawinan beda suku tidak menjadi masalah karena dalam keluarga tidak melihat apakah dia penduduk lokal atau bukan. Yang terpenting dalam hal ini adalah kita saling mencintai, menghargai dan hidup bahagia”.

“Jadi boleh dikatakan bahwa saya sudah merupakan bagian dari orang Muna. Kedekatan psikologis sudah jelas karena saya pribadi menikah dengan penduduk asli, begitu juga hubungan sosial dimasyarakat, saya pikir tidak ada masalah karena kami saling mengenal satu sama lain”.

Informan B

Informan keempat, bernama Masriah, seorang ibu rumah tangga, yang

tinggal di dusun Pua Jaya, desa Wakobalu Agung. Ibu Masriah merupakan

penduduk lokal yang peristri oleh bapak Bambang. Selain menjadi ibu rumah

tangga, ia juga membantu suaminya dalam berdangang untuk memenuhi

75

Page 83: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Bertetangga dengan etnis Jawa, hubungan

dengan tetangga rukun-rukun saja. Setiap harinya Ibu Masriah berinteraksi dan

berkomunikasi mengenai kehidupan sehari-hari misalnya sebagai seorang

pedagang, Ibu Masriah sering membahas mengenai kenaikan harga barang di

pasar, membicarakan cerita sinetron, resep kue dan masakan dengan tetangganya.

“Saya biasa juga berkomunikasi diluar rumah, kalau saya keluar atau diacara pesta yang diadakan suku Jawa, ketika ada kematian, arisan sesama istri-istri guru SMA I Kabangka dan di pasar ”.

Ibu Masriah secara pribadi tidak mengalami hambatan dalam

berkomunikasi, selain ia seorang penduduk lokal yang fasih berbahasa Muna dan

bahasa Indonesia, beliau juga sering berinteraksi dengan etnis Jawa, sehingga

tidak menyulitkannya dalam berkomunikasi dengan warga pendatang. Bahasa

yang sering digunakan, bahasa Indonesia karena Ibu Masriah seorang pedagang

yang sering melayani pembeli baik itu dari masyarakat pendatang maupun

penduduk setempat dan kadang juga sekali-kali bahasa bahasa Muna tergantung

kepada siapa ia berbicara.

“Berbicara memngenai budaya, antara etnis Muna dan etnis Jawa agak jauh berbeda baik itu dari bahasa maupun pada tata cara pernikahan. Tetapi dalam prosesi perkawinan ada sedikit kesamaan yakni pada acara pingitan. Itupun budaya etnis Muna memiliki beberapa kerumitan pada saat dipingit. Pingitan yang dilakukan oleh masyarakat Muna yakni, calon pengantin yang akan dipingit dimasukan kedalam suatu ruang yang gelap dan kosong serta tidak boleh ada cahaya sedikitpun, dimana di dalam ruangan tersebut ditutupi oleh beberapa lapis kain sehingga cahaya sekecil apapun itu tidak masuk kedalam ruamgan tersebut. Di dalam ruangan tersebut hanya terdapat calon pengantin dan Pomantoto. Pomantoto ini merupakan seorang nenek yakni tokoh adat yang akan memandu jalannya prosesi berlangsung sampai selesai. Calon pengantin yang sedang dipingit, tidak boleh keluar dari ruangan tersebut selama empat hari empat malam, hanya memakai sehelai sarung berwarna putih dan tidak mengenakan pakaian dalam, tidak boleh bersuara dan berbincang dengan orang lain, pada saat tidur tidak mengenakan bantal

76

Page 84: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

sebagai pengganti bantal calon pengantin akan tidur diatas pucuk pohon pinang, tidak boleh buang air besar dan hanya diberi makan ketupat dan telur rebus, itupun cuma setengahnya saja. Sedang budaya pingitan pada etnis Jawa yakni calon pengantin hanya tidak diperbolehkan keluar rumah dan bertemu dengan calon pengantin sampai pada acara Ijab Qabul dilaksanakan”.

Masyarakat pendatang juga sekarang cenderung menggunakan budaya

Muna pada acara pernikahan. Bila ada penduduk lokal yang menikah dengan suku

Jawa, adat yang dipakai itu biasanya mengikuti adat suku Muna, namun tidak

jarang mereka memadukan kedua budaya tergantung kesepakatan kedua belah

pihak keluarga, tetapi kadangkala etnis Jawa lebih menyesuaikan dengan

penduduk lokal.

Kerjasama Ibu Masriah dengan suku Jawa biasanya meminta tolong

membantu pekerjaan rumah yang tidak sanggup dikerjakan sendiri seperti ketika

sedang mengadakan sebuah acara begitupun sebaliknya “yang namanya kita

bertetangga bagaimana pun harus saling membantu”.

Sesama ibu-ibu, mereka membuat semacam kelompok arisan PKK,

arisan Dharma Wanita dan arisan pengajian al-hidayah. Kerja sama dengan suku

Jawa tidak ada masalah semuanya berjalan dengan baik, mengenai puas tidaknya

itu semua dikembalikan kepada masing-masing individu. Orang yang yang dapat

menilai, tetapi Ibu Masriah pribadi tidak ada masalah. Kerjasama yang

dimaksudkan agar lebih mempererat rasa persaudaraan dengan etnis Jawa agar

tidak terjadi yang namanya kecemburuan atau yang lainnya.

Ibu Masriah selama bertetangga denga etnis Jawa tidak prnah terlihat

cekcok mulut atau kesalahpahaman yang membuat hubungannya renggang,

77

Page 85: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

semuanya berjalan dengan baik hanya perbedaan pendapat yang biasa terjadi antar

ibu masriah dengan suku Jawa. Namun semua bisa diselesaikan dengan baik-baik,

diatur dan dibicarakan secara kekeluargaan, sehingga tidak membuat hubungan

mereka renggang tetapi kembali tetap seperti biasa.

Keberadaan etnis Jawa di desa Wakobalu Agung ini merupakan salah satu

faktor yang sangat mengutungkan, karena etnis Jawa rata-rata ahli dalam hal

perkebunan dan dapat dipercaya karena apa yang kita inginkan betul-betul

dikerjakan dengan baik dan hasilnya tergantung dari kesepakatan bersama.

Pengetahuan yang dimiliki oleh penduduk lokal dalam pengolahan lahan

perkebunan masih tradisonal yang lamabat mendapatkan hasil. Disamping itu

etnis Jawa sering yang membantu penduduk lokal dalam mengerjakan lahan

perkebunan, karena ada sebagian penduduk lokal yang malas bekerja, mereka

sudah dimanjakan oleh alam dan hanya senang bekerja sebagai pedagang

sehingga lahan yang luas milik penduduk lokal dikerjakan oleh etnis Jawa.

“Saya sendiri menikah dengan etnis Jawa dimana suami saya berasal dari Jember Jawa Timut dan saya rasa tidak ada masalah dengan perbedaan suku diantara kami”.

Hubungan sosial sudah pasti terjadi dalam keidupan sehari-harinya karena

sudah begitu dekat dengan etnis pendatang Jawa terutama yang tinggal disekitar

rumahnya.

Pasangan Infroman ke Tiga

Informan A

78

Page 86: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Informan kelima, bapak Raharjo, merupakan penduduk pendatang yang

berasal dari Klaten Jawa Tengah, dikenal sebagai seorang polisi yang ditugaskan

di polsek Kecamatan Kabangka. Tinggal di dusun Siderojo desa Sarimulyo. Pak

Raharjo bertugas diKec. Kabangka sudah sekitar 12 tahun.

Selama pak Raharjo tinggal didusun siderejo ini, ia merasakan kenyaman

dimana tetangga-tetangga di sekeliling rumahnya merupakan warga asli Muna

yang sudah sangat akrab bahkan dianggapnya sebagai saudaranya sendiri, karena

pada saat ditugaskan diKec. Kabangka ini pak Harjo hanya seorang diri saja.

Sebelum pak Harjo memiliki rumah sendiri, pak Harjo tinggal dirumah seorang

warga setempat sampai pada saat dia menikahi seorang gadis Muna dan akhirnya

merekapun memilih untuk tinggal terpisah dengan warga yang sudah dianggapnya

sebagai orang tua angkatnya. Pak Harjo menikahi gadis Muna tersebut ketika

gadis ini tamat di bangku SLTA.

Di dusun Siderejo pak Harjo dan istrinya tinggal, tidak memiliki kesulitan

dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan para warga setempat. Hubungan

dengan beberapa etnis Muna yang tinggal dilingkungannya sangat akrab.

“sebagai seorang polisi, saya harus pandai-pandai menempat diri dalam masyakat, karena saya harus bisa memberikan contoh yang baik sehingga saya dan kawan-kawan saya sesama anggota kepolisian dapat menciptakan suasana yang aman, tentram dan terjaga diKec. Kabangka ini”.

Sebagai penduduk pendatang, pak Harjo merasa tetangga-tetangganya

sudah seperti saudara sendiri, terutama dengan orang-orang tua disekitar

lingkungan tempat tinggalnya. Dalam berkomunikasi umumnya membicarakan

maslah-masalah yang disiarkan di TV dan radio, tentang keamanan,

79

Page 87: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

membicarakan masalah yang terjadi disekitar Kec. Kabangka terutama dalam hal

bagaimana eksistensi Kabangka kedepan, serta lebih banyak membahas kehidupan

sehari-hari. Komunikasi dengan suku Muna terjadi disekitar rumah, dimesjid

setiap selesai sholat berjamaah, di acara pesta, dikantor ketika ada beberapa warga

yang mengalami masalah dan dijalan ketika bertemu dengan suku Jawa saling

menyapa sekedar menanyakan kabar.

“Dalam menangani kasus, saya jarang mendapatkan kasus-kasus tentang perkelahian antara etnis Jawa dan etnis Muna atapun etnis lainnya yang ada di Kec. Kabangka ini. Justru malah sering saya mendapatkan kasus perkelahian sesame orang Muna sendiri, kasus pencurian dan sebagainya. Kalaupun ada kasus perkelahian antar kedua etnis ini, paling dipengaruhi oleh orang-orang luar yang tidak senang melihat kedamaian di desa ini”.“Dalam kehidupan sehari-hari, saya berbahasa Muna ketika berkomunikasi dengan suku Muna atau kadang juga berbahasa Indonesia karena bagi saya agak susah untuk mengucapkannya tetapi saya memahami arti dari apa yang mereka sedang bicarakan”.

Hubungan komunikasi dan interaksi tidak ada masalah karena pak Harjo

bisa menempatkan diri dan melihat dengan siapa dia berbicara.

Berbicara mengenai adat-istiadat suku Muna Pak Harjo tidak terlalu terlalu

mengetahui banyak adat-istiadat yang ada didesa ini, selain didesa ini lebih

banyak penduduk pendatang, Pak Raharjo juga jarang terlibat jika ada acara-acara

adat yang digelar.

“dari sepengetahuan saya, kebanyakan masyarakat Jawa yang menyesuaikan adat dengan masyarakat Muna, jika digelar acara pernikahan. Selain itu, fenomena yang terjadi sekarang ini, saya selaku penduduk pendatang melihat sudah banyak dari pemuda-pemuda dari etnis Muna yang tidak lagi menggunakan bahasa daerah Muna. Yang kita dengar hanya bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat”.

“Saya juga melihat transaksi budaya terjadi begitu cepat dimasyarakat Kec. Kabangka antar suku Jawa dan penduduk lokal sehingga terjadi pembauran budaya disini”.

80

Page 88: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Kerja sama pak Harjo dengan suku Muna terjadi disektor pelayanan

masyarakat yang sering melayani keluhan dan pengaduan tentang keamanan

diKec. Kabangka, pada saat pengamanan suatu acara atau kegiatan, pada saat

pengadaan kerja bakti dan biasanya bila ada hal-hal yang tidak dapat dikerjakan

sendiri, pak Harjo memanggil tetangga untuk membantu menyelesaikan

pekerjaannya. Kerjasama dengan suku Muna berjalan sesuai dengan keinginan

tanpa ada yang merasa dirugikan. Secara pribadi pak Harjo tidak pernah berselisih

paham dengan suku Muna.

Kedatangan etnis Jawa sangat diterima dengan baik sepanjang tidak

melakukan hal-hal yang melanggar norma-norma agama dan moral. Sejak

transmigrasi masuk dan tinggal dinggal di desa Sarimulyo ini mengalami

perubahan yang sangat maju. Jadi, tidak heran kalau di kec. Kabangka banyak

transmigran yang masuk terutama etnis Jawa. Keberadaan etnis Jawa membawa

keuntungan tersendiri bagi masyarakat lokal dimana etnis Jawa banyak membantu

penduduk lokal dalam meningkatkan pendapatan perkapitanya dan

pembangunannya disamping itu masih banyak lahan yang belum digarap,

sehingga dengan adanya mereka (etnis Jawa), lahan tersebut ada yang

mengolahnya.

Semua etnis yang ada semuanya baik tergantung dari penilaian kita khusus

kedua etnis ini (etnis Jawa dan etnis Muna).

“Saya merasa sudah terjalin yang namanya ikatan batin dengan beberapa penduduk lokal yang ada didesa ini, begitu juga hubungan sosial di masyarakat semua baik-baik saja”.

81

Page 89: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Infroman B

Informasi keenam yakni Ibu Handayani yang merupakan istri dari Pak

Raharjo, tinggal di dusun Sidorejo desa Sarimulyo, merupakan etnis Muna.

Pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan pedagang sembako kecil-

kecilan untuk membantu manambah penghasilan dari sang suami yang

pekerjaannya sebagai seorang polisi.

Ibu Handayani adalah seorang penduduk asli etnis Muna yang tinggal di

dusun Siderejo yang menikah dengan seorang warga pendatang. Sekarang mereka

sudah memiliki dua orang anak yang pertama kini sudah berusia 13 tahun dan

anak mereka yang kedua berusia 3 tahun.

Hanya ada beberapa penduduk lokal di sekitar rumah yang mereka tempati

saat ini karena dusun sidorejo bisa dikatakan hampir semuanya penduduk

pendatang. Sebagai penduduk lokal Komunikasinya dengan warga-warga

setempat sangat harmonis dan terjalin dengan baik, sehingga banyak penduduk

pendatang yang sering berkunjung ke rumah mereka beitupun sebaliknya.

Ibu Handayani sering berkomunikasi dengan etnis Jawa di rumah maupun

diluar atau bila ada etnis Jawa yang datang berbelanja dirukonya, dipasar, maupun

di jalanan dan ditempat lain bila bertemu dengan etnis Jawa. Komunikasi dengan

etnis tidak dapat dihindari.

“Kemana saja kita pergi pasti bertemu dengan etnis Jawa karena populasi etnis Jawa di desa ini lebih banyak jika dibandingkan dengan populasi penduduk etnis Muna. Hubungan interaksi dan komunikasi terjadi setiap harinya disekitar tempat tinggal sesama tetangga, dipasar yakni komunikasi antara saya sebagai penjual sembako dan pembeli, diacara pesta perkawinan, di acara syukuran jika diundang, diacara arisan sesama ibu bayangkara, majelis ta’lim”.

82

Page 90: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Hal-hal biasa diperbincangkan oleh Ibu Handayani yakni masalah

kenaikan harga-harga sembako, biasa juga bergosip, kadang-kadang mengenai

sinetron yang lagi ngerten, mengenai artis yang sering muncul di Televisi dan

lain-lain. Sehari-hari Ibu Handayani berkomunikasi dengan penduduk pendatang

menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa daerah Muna kadang juga digunakan

dalam keadaan tertentu jika ia berkomunikasi dengan para orang tua dan anak-

anaknya. Walaupun mereka pasangan berbeda etnis, tetapi Ibu Handayani tetap

mengajarkan bahasa daerah Muna kepada anak-anaknya, karena Ibu Handayani

tidak mau kelak anaknya tidak mengetahui bahasa daerahnya sendiri.

Sebagaimana layaknya hidup dimasyarakat, sudah pasti terjadi yang

namanya interaksi dan komunikasi untuk lebih saling mengenal lebih jauh dan

saling bertukar pikiran.

“Mengenai adat istiadat, sepengetahuan saya penduduk lokal memiliki budaya yang berbeda dengan etnis jawa seperti pada acara perkawinan, sekarang ini masyarakat pendatang lebih banyak menyesuaikan dengan penduduk lokal. Seperti pada perkawinan saya, suami saya yang lebih banyak menyesuaikan”.

Kerjasama yang yang sering dilakukan oleh Ibu Handayani dengan

penduduk pendatang lebih banyak dalam bidang perdagangan yakni dengan saling

bertukar pengalaman bagaimana cara meningkatkan pelanggan, cara berbisnis

yang menguntungkan dan tentunya sebagai pedagang hubungan kerjasama penjual

dan pembeli. Apabila Ibu Handayani mengadakan acara, para tetangga disekitar

tempat tinggalnya turut membantu seperti mengedarkan undangan, membantu

membuat masakan, ikut dalam arisan Ibu Bayangkari dan arisan pengajian yang

diadakan setiap bulannya secara.

83

Page 91: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

“Hubungan kerjasama dengan penduduk pendatang sampai saat ini tidak pernah mengecewakan semuanya berjalan dengan harmonis dan secara kekeluagaan. Kerjasama yang kami jalin bukan semata-mata hanya ingin menghasil uang, tetapi dengan adanya arisan-arisan dan penjagajian kami juga dapat mempererat tali silahturahmi dan hubungan kekerabatan diantara kami. Intinya, setiap ada acara atau kegiatan kami saling melibatkan satu sama lain karena kami sudah merupakan satu rumpun keluarga besar kec. Kabangka khususnya di desa Desa Sarimulyo ini”.

Selama Ibu Handayani tinggal di dusun Sidorejo ini sangat jarang terjadi

kesalahpahaman baik itu dalam kehidupan sehari-hari ataupun kerjasama karena

mereka sudah menganggap penduduk pendatang itu adalah bagaian dari keluarga

mereka sendiri. Ibu Handayani juga menganggap penduduk bukan lagi sebagai

pendatang.

“Saya merasa senang bila ada orang luar yang datang atau berkunjung didaerah kami. Ini memandakan bahwa kampung saya dikenal dan disukai oleh orang lain khusunya di desa Sarimulyo. Bagi kami penduduk lokal, tidak ada masalah dengan keberadaan etnis Jawa di desa ini, kita senang dengan keberagaman yang ada dan hidup didalam suasana kekeluargaan karena mereka tidak pernah melakukan hal-hal yang bisa membuat kami sebagai penduduk lokal merasa terganggu atau sebagainya. Mereka datang secara resmi dan sudah memiliki KTP setempat, bahkan keberadaan mereka dapat membantu penduduk lokal dalam sektor pertanian dan perikanan demi pembangunan di Kec. Kabangka Secara emosional hubungan kami selalu dalam suasana kekeluargaan baik individu dan sosial dimasyarakat”.

Pasangan informan ke Empat

Informan A

Informan ketujuh, bapak Agus Sunarioto, suku Jawa tepatnya Jember Jawa

Timur, yang berprofesi ganda yakni sebagai petani juga sebagai staf pengajar

disekoalah swasta Madrasah sanawiah Kec. Kabangka. Pak Agus ini tinggal

didusun Sukuwono Desa Sarimulyo, sekitar 10 tahun yang lalu. Pertama beliau

84

Page 92: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

menginjakkan kaki di Kecamatan Kabangka, karena pada saat itu di banyak

orang-orang Jember yang hijrah dan berhasil di Desa ini.

“Dengan alasan ini, saya pun datang mencari kerja, hingga akhirnya bisa diterima menjadi pegawai negri sipil dan mengajar mengajar di sebuah sekolah Madrasah Aliah. Berhubung saya tinggalnya di Sulawesi, jadi yang jaraknya sangat jauh dengan kampong saya, untuk pulang kekampung halaman saya hanya menunggu waktu libur atau pada saat lebaran”.

Selain menjadi guru, pak Agus juga memiliki perkebunan coklat untuk

menambah penghasilan. Kebun ini dikelola bersama istrinya. Di Desa Sarimulyo

ini masih banyak lahan produktif yang belum diolah, jadi lahan tersebut dapat

dapat diolah atas seizin pemerintah setempat dan penduduk lokal selaku tuan

rumah.

“Saya tinggal di tengah-tengah penduduk lokal juga etnis Jawa lainnya yang bertransmigrasi diDesa ini. Sesama penduduk lokal saya beserta istri cukup akrab dengan tetangga disekitar tempat tinggal serta warga yang lainnya”.

Sehari-hari Pak Agus berinteraksi dan berkomunikasi berlangsung setiap

harinya diluar rumah dan biasanya ada yang datang bertamu di rumah bila perlu

sesuatu misalnya meminta tolong membawakan ceramah dimasjid atau acara

malam ta’siah bila ada yang meninggal. Dimana saja kalau bertemu pasti kita

saling menegur, kadang membicarakan masalah pekerjaan kebun. Setiap harinya

mengajar disekolah yang merupakan salah satu tempat yang biasanya pak Agus

berkomunikasi dengan penduduk lokal. Masalah politik jarang dibicarakan di sini

kita cuma membicarakan masalah kehidupan yang sesuai dengan apa yang kita

sama-sama kerjakan seperti masalah ekonomi, sosial dan budaya.

85

Page 93: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

“Saya tidak ada masalah dengan bahasa yang digunakan kalau berkomunikasi dengan penduduk lokal, saya bisa menggunakan bahasa Jawa atau bahasa Indonesia, kadang kalau saya di rumah sekali-kali berbahasa Muna dengan keluarga, saya sudah bisa sedikit demi sedikit berbahasa Muna dan tahu artinya. Bahasa Muna sulit dipelajari dengan cepat karena penduduk lokal banyak yang tidak berbahasa Muna, disini kita kebanyakan mendengar orang berbahasa Jawa dan bahasa Indonesia sehingga sulit dibedakan mana penduduk lokal dan mana yang bukan penduduk lokal. Inilah salah satu daerah yang mempunyai kelebihan tersendiri karena biar orang tuanya juga bisa berbahasa Indonesia sehingga orang dari luar tidak repot berinteraksi dengan penduduk lokal”.

Dari segi adat-istiadatnya kalau diperhatikan sekarang ini sudah banyak

yang berubah. Biasanya dulu kalau ada pernikahan, ada acara tari-tarian yang

disebut Ewa Wuna atau semacam tarian penyambutan. Menurut penduduk lokal,

yang pernah pak Agus tempati bertanya, acara ini bukan saja pada saat pesta

pernikahan ditampilkan apabila kedatangan tamu kehormtan dari luar, seperti

bupati, gubernur dan tamu-tamu penting lainnya.

“Selama saya tinggal di Kec. Kabangka, kalau tidak salah baru empat kali saya melihatnya. Mungkin penduduk lokal sudah malas menampilkan acara tersebut karena dianggapnya susah. Selain itu kita harus belajar kepada tokoh masyarakat tertentu yang mengetahui tarian ini, karena memiliki tingkat kerumitan. Ewa Wuna ini merupakan tarian dengan menggunakan parang dengan perpaduan gelrakan silat khas daerah Muna”.

Pak Agus melakukan kerjasama dengan penduduk lokal lebih kepda

bidang pertanian. Jika ada penduduk lokal yang meminta bantuannya untuk

mengajari tata cara bertani dengan, maka ia dengan senag hati membantunya.

Namun bentuk kerjasama dengan penduduk lokal hampir dibidang lainnya

juga ia lakukan, seperti dibidang ekonomi, pak Agus sebagai anggota koperasi

KOPPAK (Koperasi Pedagang Pasar Kambawuna).

86

Page 94: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Adapun kerjasama dalam bidang politik nanti pada saat menjelang

pemilihan umum. Mungkin selama ini penduduk lokal merasa apa yang saya

kerjakan ada baiknya sehingga kalau ada kegiatan yang dilakukan pasti saya

dilibatkan.

Secara pribadi pak Agus tidak pernah terjadi keslahpahaman apalagi

terkait dengan penduduk lokal. Kadang kala terjadi selisih pendapat yang

menyangkut masalah-masalah kebijakan organisasi tapi tidak sampai sejauh itu

melakukan hal-hal yang dapat merusak hubungan tali silaturahmi mereka. Kalau

ada masalah dibicarakan secara baik-baik apa jalan keluar yang di inginkan.

Pak Agus menilai penduduk lokal adalah penduduk yang menghargai

kehadiran orang dari luar daerah entah darimana itu asalnya dan orang yang

masuk kesini bisa hidup bersama dengan penduduk lokal selama masih saling

menghargai satu sama lain. Pak Agus melihat penduduk lokal selama ini, kalau

kita bertujuan baik, berbuat baik tidak berkeinginan merendahkan atau merugikan

mereka, penduduk lokal mendukung apa yang kita kerjakan dan menempatkan

kita diposisi yang terhormat seperti disini pernah pak Agus diminta menduduki

satu jabatan di Desa Sarimulyo. Jadi tidak ada masalah menegnai penduduk lokal.

“Disamping itu, saya menikah dengan penduduk lokal karena merasa cocok dan seiman dengan saya, jadi sudah termasuk dalam keluarga penduduk lokal. Hubungan social di masyarakat saya kira sudah seperti keluarga sendiri, begitupun hubungan psikologinya ada kedekatan pribadi antara saya dengan penduduk lokal”.

Infroman B

87

Page 95: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Informasi kedelapan, Ibu Wa Sumiati, tinggal didusun Sukuwono Desa

Sarimulyo, suku Muna. Pekerjaan sehari-hari sebagai petani jeruk dan juga

mempunyai kebun sayur-sayuran yang dikelola bersama suaminya.

Ibu Wa Sumiati merupakan penduduk lokal di Desa Sarimulyo ini. sebagai

seorang istri, ia membatu memasarkan hasil perkebunan yang dikelola bersama

suaminya. Letak wilayah Kecamatan Kabangka yang mudah dijangkau lewat

transportasi angkutan umum, sehingga tidak sulit mengakses daerah lain untuk

memasarkan hasil perkebunan mereka.

“Desa Sarimulyo ini memiliki banyak lahan-lahan yang belum diolah terutama bagi ingin berkebun seperti saya dan suami saya asal kita mempunyai kemauan yang tinggi untuk bekerja dan mau mengerjakannya”.

Hanya ada beberapa penduduk lokal di sekitar rumah Ibu Sumiati,

termasuk beliau sendiri karena dusun Sukuwono terbilang banyak pendatang dari

Jawa.

“Komunikasi saya dengan penduduk lokal sangat akrab baik karena sering bertemu dipasar, jadi kalau boleh dibilang hampir semua orang mengenal saya, karena saya adalah seorang pedagang sayur. Selain itu saya juga sering dipanggil untuk membantu tetangga jika ada acara”.Sehari-hari ibu Sumiati biasa membicarakan masalah tanaman yang ada

dikebunnya, masalah harga sembako yang semakin melunjak bahkan biasa juga

bergosip dan lain-lain. Dalam berkomunikasi dengan penduduk lokal Ibu Sumiati

menggunakan bahasa Jawa karena dia sering berinteraksi dengan pendatang Jawa.

Bahasa asli Muna kadang juga digunakan jika dia bercerita dengan orang-orang

tua yang tidak terlalu fasih berbahasa Indonesia. Sebagaimana layaknya hidup

dimasyarakat, sudah pasti terjadi yang namanya interaksi dan komunikasi untuk

lebih saling mengenal lebih jauh dan saling bertukar pikiran.

88

Page 96: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Mengenai adat istiadat penduduk lokal dan penduduk pendatang Jawa

mempunyai budaya yang berbeda. Walaupun memiliki budaya yang berbeda , tapi

tidak membuat mereka berbeda pula. Sejauh ini menurut Ibu Sumiati, kalau setiap

ada acara pernikahan antara penduduk lokal dengan penduduk pendatang Jawa,

selalu etnis pendatang Jawa yang lebih menyesuaikan. Sebagai pendatang, etnis

Jawa lebih banyak menyesuaikan.

Kerjasama yang dilakukan oleh IbuSumiati dengan penduduk lokal dalam

bidang perkebunan seperti dengan saling bertukar pengalaman mengenai cata-cara

bercocok tanam dan tentunya sebagai pedagang, Ibu Sumiati memiliki hubungan

kerjasama penjual dan pembeli. Apabila ibu Sumiati mengadakan pesta para

tetangga turut membantu seperti mengedarkan undangan.

“Hubungan kerjasama saya dengan penduduk pendatang Jawa Alhamdulillah sampai sekarang ini tidak pernah mengecewakan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Dengan badanya kerjasama tersebut kami juga dapat mempererat tali silahturahmi diantara kita. Sebagai penduduk lokal tentunya saya selalu bekerjasama dan saling membantu baik itu sesame penduduk lokal ataupun dengan etnis pendatang Jawa”.

Sejauh ini Ibu Sumiati tidak pernah terjadi kesalahpahaman dengan

penduduk pendatang Jawa baik itu dalam kehidupan sehari-hari ataupun

kerjasama yang mereka jalin. Ibu Sumiati menganggap penduduk lokal sudah

seperti keluarga sendiri, sehingga penduduk pendatang Jawa sudah tidak enggan

lagi untuk berbaur dengan masyarakat di Kec. Kabangka, khususnya di Desa ini

karena pendatang jawa ini juga sudah menjadi penduduk lokal serta memiliki

KTP bukan lagi sebagai pendatang.

89

Page 97: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Hubungan Ibu Sumiati dengan penduduk pndatang Jawasejauh ini sangat

harmonis bahkan sudah menganggap seperti keluarga sendiri, sama halnya

hubungan social yang terjalin dimasyarakat.

Pasangan Informan ke V

Informan A

Pasangan informan kelima adalah Pak Purwanto dan tinggal di Desa

Sarimulyo yang sukunya berasal dari Madura yang sehari-harinya bekerja sebagai

petani coklat. Dia menikah dengan warga lokal yang dikenalnya sewaktu duduk

dibangku SMA.

Pak Purwanto datang dan tinggal di Desa Sarimulyo dengan maksud untuk

mengadu nasib dan mencari rezeki di Desa Sarimulyo ini untuk memperbaiki

kehidupannya. Pada awalnya ia datang di desa ini karena mengikuti orang tuanya

yang bertransmigrasi. Menurut Pak Purwanto di Desa ini memiliki tanah yang

subur sehingga cocok untuk dijadikan lahan perkebunan. Untuk itu orang tuanya

menyarankan Pak Purwanto untuk berkebun setelah menamatkan sekolahnya

(SMA). Menurutnya, oramg tuanya memutuskan untuk tinggal di Desa Sarimulyo

karena warga di kampung ini sangat senang dengan kedatangan orang luar. Pak

Purwanto memiliki lahan perkebunan yang cukup luas dan juga mengerjakan

sebagaian lahan penduduk lokal.

Pak Purwanto memiliki tempat tinggal disekitar rumah penduduk lokal

dan penduduk etnis Jawa lainnya. Sehari-hari ia sering berhubungan dengan

beberapa penduduk lokal dikebunnya, karena sebagian pekerjaanya adalah

90

Page 98: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

penduduk setempat. Disinilah hubungan mereka terjalin dan saling mengenal

dengan baik.

“warga yang bantu-bantu dikebun saya sangat ramah. Kami bertemu setiap hari dikebun jadi saya sudah mengangga mereka itu sudah seperti keluarga sendiri, saya juga cukup akrab dengan anak-anak muda didesa ini”.

“Sebagaian besar waktuku tersita untuk bekerja diperkebunan mulai dari pagi sampai sore kadang juga saya bermalam dikebun kalau menjelang panaen. Istri saya juga kadang suka bantu-bantu dikebun kalo pekerjaan rumah sudah selesai”.

Hubungan komunikasi dengan penduduk lokal biasa di kebun sambil

bersantai-santai, biasa juga terjadi saat pak Purwanto bertemu dijalan, kadang jika

ada warga lokal yang sedang mengadakan hajatan. Bila ada undangan pesta

perkawinan, syukuran bahkan kalau ada kematian Pak Purwanto sering datang

menghadiri acara tersebut bersama istrinya.

“Komunikasi saya dengan penduduk lokal kebanyakan membicarakan masalah perkebunan, perdagangan dan menyangkut masalah kehidupan, misalnya kenaikan dan turunnya harga coklat, mahalnya harga bibit dipasaran dan lain-lain”.

Pak Purwanto sehari-harinya memakai bahasa Indonesia dengan penduduk

lokal jarang menggunakan bahasa daerah Muna tapi meneganai artinya sudah

banyak diketahui apabila mendengar penduduk lokal dalam berkomunikasi

sesama penduduk lokal. Pak Purwanto sering belajar menggunakan bahasa daerah

Muna pada istrinya tetapi sampai sekarang belum bisa diucapkan hanya sepatah

dua kata yang ia ketahui karena tidak setiap hari Pak Purwanto mendengar bahasa

daerah Muna disekitar rumahnya kebanyakan memakai bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia. Hubungan komunikasi tidak ada kendalanya semuanya dapat saya

pahami dengan jelas.

91

Page 99: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Pak Purwanto membantu penduduk lokal biasanya menyangkut dalam hal

tata cara pembibitan tanaman coklat dan jeruk, pemupukan tanaman,

penyemprotan dan pemeliharaan tanaman. Dengan senang hati Pak Purwanto

membantu penduduk lokal, sesama tetangga tentunya saling membantu kalau

tidak mampu mengerjakannya sendiri. Saling membantu dengan penduduk lokal

sudah pasti dilakukan karena pasti ada pekerjaan yang tidak mampu diselesaiakn

sendiri serta suatu saat pasti kita juga membutuhkan orang lain untuk membantu

kita, begitu pula sebaliknya.

“Syukurnya sampai sekarang saya tidak pernah melakukan sesuatu hal yang membuat penduduk lokal jadi marah dan bertengkar begitu juga dengan mereka”.

Pak Purwanto selalu menjaga setiap apa yang ia kerjakan atau yang ia

ucapkan jangan sampai merusak hubungan dengan penduduk lokal dan sebagai

pendatang ia harus bersikap baik agar hubungan mereka tetap baik.

Menurut Pak Purwanto penduduk lokal mempunyai sifat saling

menghargai dan menghormati, tidak hanya sesama penduduk lokal tetapi hal ini

juga dilakukan terhadap penduduk etnis pendatang Jawa dan tidak menganggap

rendah orang lain.

“satu hal yang paling saya sukai dari penduduk lokal adalah tidak membeda-bedakan kita sebagai pendatang dengan penduduk lokal. Penduduk lokal yang membantu saya dikebun sudah begitu dekat dan akrab dengan saya”.

Informan B

Ibu Saipa, seorang wanita yang menikah dengan Pak Purwanto tinggal

Desa Sarimulyo dan juga penduduk lokal.

92

Page 100: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

“Di sarimulyo sudah banyak pendatang pendatang Jawa yang ditemani bertetangga dan sudah saling mengenal, hubungan saya dengan pendatang Jawa sangat akrab sebagai teman bicara dalam segala hal. Kami sudah jelas berkomunikasi terjadi tiap harinya karena kalau kita tidak berkomunikasi pasti kita tidak saling mengenal dengan pendatang Jawa”.

Menurut Ibu Saipa komunikasi merupakan hal yang sangat mendasar

dalam kehidupan masyarakat.

“Saya sering berkomunikasi dengan orang Jawa disekitar rumah saya, bila bertemu dijalan, pada saat dikebun dan pada acara-acara yang sering diadakan dikampung ini. kami sering bercerita denga orang Jawa menyangkut pengalaman-pengalaman pribadi, gossip-gosip, dan masih banyak hal-hal yang lain yang dibicarakan”.

Ibu Saipa berbahasa daerah Indonesia bila berkomunikasi dengan

pendatang Jawa, namun banyak dari pendatang Jawa yang sudah bisa

berkomunikasi dengan bahasa daerah Muna. Umumnya bila berkomunikasi

dengan pendatang Jawa menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, jadi

pendatang tidak perlu lagi belajar bahasa daerah tapi secara perlahan-lahan

banyak dari pendatang Jawa sudah fasih berbahasa daerah Muna, sehingga

komunikasi sudah jelas lancar dan tidak ditemukan kesulitan.

Adat-istiadat pendatang Jawa agak berbeda dengan penduduk lokal,

apalagi dalam hal perkawinan. Di desa ini bila ada perkawinan, adatnya lebih

banyak di sesuaikan dengan calon pengantin.

“Jika yang menikah seperti kami berdua, sebelum melakukan pernikahan terlebih dahulu membuat kesepakatn adat yang kami jalani. Pada pernikahan kami, adat yang dipakai pada saat akad menggunakan adat saya sendiri yaitu ada daerah Muna sedangkan pada acara resepsi kami menggunakan adat suami saya yakni adat Jawa”.

93

Page 101: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Dalam hal kerjasama sudah tentu jelas, apabila pendatang etnis Jawa

melaksanakan pernikahan biasa nama Ibu Saipa sering tercantum sebagai panitia

acara tersebut, untuk membantu memasak dan membuat kue dan kadang juga

dimasukkan dalam daftar undangan yakni turut mengundang.

“begitupun saya, kalau ada yang saya rasa tidak mampu mengerjakan sendiri pasti minta tolong sama tetangga baik itu pekerjaan dikebun atau dirumah”.

Kerjasama yang sering dilakukan biasa pada saat ada pelatihan yang

diadakan di Balai Desa seperti membuat kerajinan tangan, mengadakan arisan dan

lain sebagainya. Dengan saling bekerja sama hubungan pendatang Jawa

bertambah dekat dan kerjasama ini sudah menjadi tuntutan hidup dimasyarakat.

Sejauh ini Ibu Saipa tidak pernah berselisih paham dengan pendatang

Jawa, karena memang tidak ada masalah yang sifatnya mengarah kesana,

“interaksi dan komunikasi kita disini berjalan apa adanya”. Walaupun ada

masalah yang terjadi, itu selalu diselesaikan secara kekeluargaan.

Setidaknya kedatangan suku Jawa di Kec. Kabangka yang menetap di

Desa Sarimulyo ini mendatangkan kerjasama yang baik serta kita dapat saling

bertukar pengalaman. Secara pribadi Ibu Saipa lebih banyak kenalan atau teman

yang dapat membantu kita dalam kehidupan sehari-hari.

“Pendatang Jawa saya kira semuanya baik-baik saja tidak ada masalah, menghargai kita sebagai penduduk lokal dan mengerti keberadaannya sebagai pendatang. Hubungan sosialnya dimasyarakat sangat dekat apalagi hubungan pribadi sesama tetangga bisa dikatakan sudah seperti keluarga sendiri”.

2. Untuk mengetahui proses akulturasi antar etnis Jawa dengan etnis Muna dapat berjalan dengan baik dalam hal perkawinan antara etnis Jawadan etnis Muna di Kec. Kabangka

94

Page 102: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Untuk menenutkan keberhasilan sebuah perkawinan antar dua budaya, ada

beberapa faktor dalam mengefektifkan komunikasi dalam sebuah keluarga.

Factor-faktor tersebut meliputi keterbukaan,dukungan, dan sikap positif.

1. Keterbukaan

Berikut ini adalah hasil wawancara pasangan pertama:

Pasangan Informan Pertama:

Informan pertama, penulis melakukan wawancara kepada Bapak Amrin

Badi Sp.t selaku kepala Desa Wakobalu Agung, yang baru 8 bulan menjabat

sebagai kepala Desa Wakobalu Agung yang menikah dengan seorang wanita yang

berbeda etnis dengannya. Pak Amrin adalah penduduk asli Muna yang tinggal di

Kec. Kabangka merupakan seorang alumni Unhas jurusan peternakan yang

meraih gelar sarjananya pada tahun 2003.

Pak Amrin:

“awal pertemuan kami pada saat itu kebetulan istri saya ini adalah junior saya pada saat SMA, walaupun saya tamat duluan dan melanjutkan kuliah saya diperguruan tinggi, namun kami masih tetap menjalin hubungan dan hingga akhirnya setelah saya menamatkan kuliah. Saya pun kembali ke kampung dan langsung melamarnya. Saya tertarik kepada istri saya karena kecantikannya paling menonjol diantara teman-temannya dan memiliki senyum yang sangat menawan”.

Ibu Sriwahyuni:

“waktu itu SMA, saya masih duduk dibangku kelas 1, dan suami saya merupakan senior yang duduk dibangku kelas 3, sejak saat itu dia mulai medekati saya dan kemudian menyatakan bahwa ia suka kepada saya. Dengan kedewasaannya, sifat pengertiannya dan perhatiannyalah sehingga saya memutuskan untuk berpacaran walaupun saya tahu dia adalah seorang pemuda yang merupakan anak dari warga setempat (etnis Muna). Kami menjalin hubungan dan hingga akhirnya menikah".

95

Page 103: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Berdasarkan penuturan baik dari Pak Amrin maupun Ibu Sriwahyuni

mereka saling bertemu ketika duduk dibanguku SMA. Mereka mulai menjalin

hubungan setelah melakukan pendekatan selama beberapa hari. Walaupun

berbeda etnis, namun hubungan mereka tetap langgeng, sampai akhirnya setelah

menamatkan kulyahnya, Pak Amrinpun melamar Ibu Sri kepada kedua Orang tua

Ibu Sri.

Pak Amrin:

“suka dukanya banyak sekali disaat saya belum mempunyai pekerjaan, saya cukup sulit untuk memenuhi kebutahan materi, seperti disaat kita susah mencari makan, disaat anak meminta sesuatu dan kita tidak punya uang untuk membelinya. Saya kemudian terus berusaha mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kami dan saya kemudian dipercaya untuk mempin Desa Wakobalu Agung. Sedangkan sukanya mungkin ketika melihat anak saya tumbuh besar dan pintar dan lihat istri yang lebih memahami dan dewasa dalam arti lebih keibuan untuk menjalani sebuah keluarga”.

Ibu Sriwahyuni:

“sukanya banyak karena dia pilihan saya. Kalo duka mungkin karena awalnya dulu dia tidak kerja dan saya juga tidak kerja, namun setelah dia menjadi kepala desa Alhamdulillah keuangan kami sedikit terbantu. Namun sampai saat ini semua bisa dilewati”.

Selama pernikahan mereka memiliki suka duka sama seperti pasangan

suami istri lainnya. Pada saat Pak Amrin belum menjabat sebagai kepala desa ada

beberapa hambatan-hambatan kecil seperti pada saat kekurangan materi untuk

memenuhi keperluan hidup, seperti disaat memerlukan uang untuk memenuhi

kebutuhan anak dan sebagainya. Namun Pak Amrin tidak berdiam diri saja, iaa

terus berusaha untuk mencari kerja hingga akhirnya dia dipilih dan dipercaya oleh

masyarakat di Desa Wakobalu Agung untuk menjadi seorang kepala desa.

96

Page 104: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Sukanya yakni Pak Amrin merasa tidak salah memilih pasangan idup karena Ibu

Sri merupakan sosok seorang wanita yang memiliki sifat keibuan. Sedangkan Ibu

Sri sendiri sangat bahagia, karena dia tidak menyesal telah memilih Pak Amrin,

selain orangnya pekerja keras, dia juga adalah seorang pria yang bertanggung

jawab dalam keluarga.

Pak Amrin:

“ masalah komunikasi dengan Istri saya pribadi pastinya kalau kami sedang di rumah dan lebih sering kami lakukan pada saat beristrahat. Kami sering membicarakan mengenai masalah-masalah sepele sampai pada pembicaraan mengeni masa depan kami, misalnya bertanya apa saja yang dilakukan oleh anak kami, dia sudah makan atau belum, bagaimana sekolahnya, kebutan apa-apa saja yang belum terpenuhi didalam rumah, membahas mengenai masa depan pendidikan anak kami dan lain sebagainya. Kalau boleh dibilang kami sangat sering membicarakan hal-hal tersebut. walaupun kadang kala kelihatan sepele, namun ini sangat penting. Selain hal tersebut, kami juga sering bercanda dan tertawa bersama karena istri dan anak saya juga senang bercanda”.

Ibu Sri: “saya berkomunikasi dengan suami sangat sering, mulai dari kebutuhan rumah tangga sampai pada masalah pekerjaan suami, apalagi kalau menyangkut buah hati kami. Walaupun kadang kami berbeda etnis, namun itu bukan penghalan, bagi kami perbedaan itu merupakan hal yang sangat indah”.

Berdasarkan wawancara diatas, baik dari pak Amrin maupun Ibu Sri

mereka sangat intens dalam berkomunikasi, mulai dari hal-hal yang sifatnya kecil

sampai pada masalah-masalah yang sifatnya serius. Mereka sering kali membahas

mengenai apa-apa saja yang telah dilakukan sehari-hari seperti apa saja yang

sudah mereka lakukan dalam waktu seharian. Ibu Sri sangat terbuka kepada Pak

Amrin, tidak ada satupun yang dia tutup-tutupi. Dengan keadaan seperti ini,

mereka satu sama lain merasa lebih merasa nyaman.

Pasangan Informan Kedua:

97

Page 105: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Informan selanjutnya, yakni bapak Bambang S.Pd berasal dari Jember

Jawa Timur, tinggal di dusun Cendana Juru, desa Wakobalu Agung, bekerja

sebagai staf pengajar di SMA 1 Kec. Kabangka. Pak Bambang sudah lama tinggal

di Kecamatan Kabangka, sekitar 27 tahun. Pada awalnya datang di kecamatan

Kabangka karena pada waktu itu kedua orang tuanya. Pak Bambang juga menikah

dengan seorang perempuan yang berbeda etnis dengan dirinya, namun hal ini

bukan merupakan sesuatu yang sangat sulit mereka lalui.

Pak Bambang:

“saya dijodohkan dengan oleh kedua orang tua saya. Wanita yang dijodohkan adalah anak warga setempat (etnis Muna) yang merupakan sahabat semenjak pertama bertransmigrasi didaerah ini. Awalnya saya tidak menyetujui hal ini. Namun setelah saya bertemu dengan calon istri saya perlahan-lahan hati saya mulai luluh, dan setelah beberapa bulan kemudian, kami pun dinikahkan”.

Ibu Masriah:

“Saya bertemu dia ketika orang tua saya mengenalkan anak dari seorang temannya untuk dijodohkan, mereka sudah membuat kesepakatan terlebih dahulu sebelum member tahu kami berdua. Sama halnya seperti suami saya, awalnya saya tidak terlalu merespon perjodohan ini. Tetapi seiring berjalannya waktu sayapun luluh dan mengikuti kemauan orang tua saya”.

Berdasarkan penuturan keduanya, awalnya Pak Bambang dan Ibu Masriah

tidak saling mengenal satu sama lain. Mereka dipertemukan oleh kedua orang tua

masing-masing yang sebelumnya sudah memiliki rencana untuk menjodohkan

mereka. Walaupun awalnya mereka tidak setuju, namun waktulah yang membuat

mereka luluh dan kemudian setuju untuk dinikahkan.

Pak Bambang:

“suka duka dalam menjalani penikahan kami, pertama, kami harus menyesuaikan perbedaan-perbedaan, seperti sifat-sifat, kebiasaan-kebiasan, kegemaran dan pola pikir. Sukanya, walaupun dijodohkan tetapi

98

Page 106: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

kami sangat menikmati hal tersebut, proses yang kami lalui hingga kami bisa bertahan sampai saat ini”.

Ibu Masriah:

“sukanya misalnya kita ada masalah dapat kita selesaikan berdua, tidak saya saja yang menyelesaian, saya juga curhat sama suami jadi bisa diselesaikan bersama. Kalo dukanya pada saat tahun pertama perkawinan kami, saya agak susah menyesuaikan. Namun seiring berjalannya waktu, alhamdulilah sayapun bisa melaluinya dengan baik”.

Semenjak menikah, Pak Bambang dan Ibu Masriah juga mengalami suka

duka dalam proses penyesuaian diri pada awal-awal penikahan dimana, harus

menyesuaikan perbedaan-perbedaan seperti sifat-sifat, kebiasaan-kebiasan,

kegemaran dan pola pikir, berbeda dengan pasangan yang menikah sejak awalnya

berpacaran dan sudah saling mengenal sifat satu sama lain. Namun pak Bambang

menikmati proses perjodohan ini, sehingga tidak sulit baginya untuk menerima

perjodohan tersebut. Begitupula dengan Ibu Masriah, yang awalnya agak sedikit

susah menyesuaikan diri, tetapi hal ini tidak membuatnya putus asa, ketika ia

sedang memiliki masalah, sang suami ikut membantu menyeselesaikan.

Pak Bambang:

“komunikasi dengan istri saya biasa terjadi pada saat kami sore hari, setelah selesai istrahat. Berhubung istri saya pendiam, jadi saya yang lebih agresif. Hal-hal yang biasa kami perbincangka seputar masalah rumah tangga. Namun kadang-kadang kalau ada masalah istri saya juga bercerita dan selalu meminta pendapat saya mengenai hal tersebut”.

Ibu Masriah:“saya lebih sering berkomunikasi dengan suami ketika sore hari, saat saya dan suami sedang bersantai-santai, hal-hal yang kami perbincangkan kadang, mengenai hal-hal pribadi, kadang juga mengenai berita-berita yang sedang hangat diperbincngkan di Tv. Kalaupun ada masalah, baik saya ataupun suami saya tidak membiarkannya berlarut-larut, kami langsung menyelesaikan pada saat itu juga”.

99

Page 107: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Menurut penuturan dari Pak Bambang dan Ibu Masriah mereka sering

berkomunikasi pada saat sore hari ketika mereka selesai bekerja. Walaupun Ibu

masriah pendiam, namun ketika ada masalah yang ia hadapi, tetap meminta

suaminya untuk memberikan solusi. Mereka juga membahas mengenai masalah

pribadi, namun tidak hanya itu, mereka juga kadang membicangkan isu-isu yang

sedang hangat diberitakan di televisi. Jika sedang mempunyai masalah, mereka

tidak membiarkannya terlalu lama untuk menyelesaikannya.

Pasangan Informan Ketiga:

Pasangan informan ketiga yani, bapak Raharjo dan Istri Ibu Handayani.

Pak Raharjo ini merupakan penduduk pendatang yang berasal dari Klaten Jawa

Tengah, dikenal sebagai seorang polisi yang ditugaskan di Polsek Kecamatan

Kabangka. Tinggal di dusun Siderojo desa Sarimulyo. Pak Raharjo bertugas

diKec. Kabangka sudah sekitar 12 tahun.

Selama pak Raharjo tinggal di dusun Siderejo ini, ia merasakan kenyaman

dimana tetangga-tetangga di sekeliling rumahnya merupakan warga asli Muna

yang sudah sangat akrab bahkan dianggapnya sebagai saudaranya sendiri, karena

pada saat ditugaskan diKec. Kabangka ini pak Harjo hanya seorang diri saja.

Sebelum pak Harjo memiliki rumah sendiri, pak Harjo tinggal dirumah seorang

warga setempat sampai pada saat dia menikahi seorang gadis Muna dan akhirnya

merekapun memilih untuk tinggal terpisah dengan warga yang sudah dianggapnya

sebagai orang tua angkatnya. Pak Harjo menikahi gadis Muna tersebut ketika

wanita ini tamat di bangku SLTA.

100

Page 108: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Pak Raharjo:

“awal ketika kami bertemu pada waktu itu, yaa.. pertama pada waktu saya service motor disebuah bengkel, tanpa sengaja dia melihat seorang gadis, lalu kemudian bertanya pada karyawan tersebut dan ternyata gadis ini adalah anak dari pemilik bengkel tersebut. Disinilah saya mulai tertarik dan kemudian sering berkunjung”.

Ibu Handayani:

“ya pertama kali kami bertemu dibengkel waktu dia service motor. Sebenarnya pas melihat suami saya ini, waktu itu saya sudah tertarik duluan. Apalagi ketika saya mengetahui dia seorang polisi, ternyata kami memili perasaan yang sama namun pada saat itu saya tidak menunjukkan bahwa saya juga tertarik kepadanya. Nama juga wanita, saya malu untuk menunjukkan kalau saya memilik perasaan saya. Dan ternyata dia yang mulai duluan untuk menunjukkan kalau dia juga memiliki perasaan yang sama. Kami bertemu hanya 3 sampai 4 bulan terus lanjut kepernikahan..”.

Berdasarkan penuturan keduanya, mereka saling bertemu disebuah

bengkel milik orang tua dari Ibu Handayani. Walaupun mereka memiliki perasaan

yang sama, namun Ibu Handayani tidak berani mengungkapkannya, karena dia

menganggap bahwa seorang perempuan yang mengungkapkan perasaan duluan

kepada seorang lelaki merupakan sesuatu yang sangat tabu. Dengan waktu yang

cukup singkat, mereka akhirnya berkomitmen untuk menikah.

Pak Raharjo:

“sebenarnya selama pernikahan lebih banyak sukanya daripada dukanya, karena sejak awal kami mempunyai perasaan yang sama satu sama lain. Jadi setelah kami menikah kami sangat senang dan menikmatinya, kalau mau melakukan sesuatu sekarang sudah ada yang membantu, apalagi pernikahan kami dilengkapi dengan hadir dua orang putri”.

Ibu Handayani: “suka duka yang saya alami selama pernikahan, saya selalu bersyukur kepada Allah SWT, karena orang yang saya cintai akhirnya menjadi suami, bapak dari anak-anak saya. Dukanya yaa,. Pas suami lagi kerja,

101

Page 109: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

kadang-kadang suka nginap dikantor untuk jaga malam, karena dia adalah seorang polisi”.

Berdasarkan hasil wawancara dari Pak Raharjo dan Istrinya, pasangan ini

merasa bahagia dimana Pak Raharjo sudah sejak awal mencintai istrinya, sehingga

hal-hal apapun yang mereka lakukan berdua, terasa sangat indah, apalagi mereka

mereka telah dikaruniai oleh dua orang putri. Dengan begitu Ibu Handayani selalu

bersyukur, karena telah diberi kebahagiaan dalam keluarga kecil mereka. Namun

tidak jarang, Ibu Handayani kadang merasa sedih karena harus ditinggal kerja

oleh suaminya. Tetapi hal itu tidak dijadikan sebuah permasalahn karena sudah

mengerti dengan pekerjaan suaminya.

Pak Raharjo:

“saya selalu mengkonikasikan segala sesuatunya dengan istri sebelum saya melalakukan suatu pekerjaan mulai dari hal-hal kecil sampai kepada masalah penting agar tidak terjadi kesalah pahaman diantara kami berdua, karena kami sadar kami berasal dari dua etnis yang berbeda. Kejujuran bagi kami berdua sangat penting. Saya sebagai seorang kepala keluarga harus membincangkan segala sesuatunya, jika anak kami sedang mengalami masalah atau tidak sepaham dengan kami berdua, saya dan istri selalu memberikan pengertian sehingga mereka mengerti”.

Ibu Handayani:

“komunikasinya didalam keseharian kami sangat lancar, terutama yang menyakut anak-anak. Kadang saya tidak sepaham dengan anak saya, masalah hobinya namun kadang-kadang suami saya memberi pengertian. Tapi saya berusaha memahaminya karena masa-masa remaja seperti ini merupakan masa transisi bagi seorang perempuan yang emosinya belum labil”.

Berdasarkan penuturan keduanya dapat dilihat baik Pak Raharjo maupun

Ibu Handayani merasa komunikasi mereka sangat baik. Dengan keterbukaan,

mereka selalu saling mengingatkan memberikan satu sama lainnya, terutama

dalam hal perkembangan anak mereka, jika ada masalah yang tidak bisa

102

Page 110: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

diselesaikan oleh sang istri, Pak Bambang selalu memberikan solusi dan semangat

begitupula sebaliknya. inilah yang membuat keluarga mereka tetap harmonis,

karena hal apapun yang mereka lakukan pasti selalu dikomunikasikan secara

bersama-sama.

Pasangan Informan Keempat:

Pasangan informan keempat, adalah bapak Agus Sunarioto, suku Jawa

tepatnya Jember Jawa timur, yang berprofesi ganda yakni sebagai petani juga

sebagai staf pengajar disekoalah swasta Madrasah sanawiah Kec. Kabangka. Pak

Agus ini tinggal didusun Sukuwono Desa Sarimulyo, sekitar 10 tahun yang lalu.

Pertama beliau menginjakkan kaki di Kecamatan Kabangka, karena pada saat itu

di banyak orang-orang Jember yang hijrah dan berhasil di Desa ini.

Pak Agus:

“Kita pada saat itu waktu karang taruna mengadakan pembentukan panitian untuk sebuah lomba, kebetulan para pemuda dan pemudinya semua dilibatkan dalam kegiatan tersebut awalnya hanya saya hanya main-main saja tapi lama kelamaan ada rasa, lalu timbul rasa suka itu dan kebetulan juga dia adalah tetangga saya juga, jadi kami semakin sering bertemu”.

Ibu Sumiati:“namanya juga satu kampung sudah pasti sering ketemu apalagi semenjak ada karang taruna sering ketemu sering rapat segala macam, akrab dan sering bercerita, sering keluar juga, dan melakukan pendekatan hingga akhirnya lanjut sampai menikah”.

Pasangan suami istri ini bertemu pada suatu kepanitiaan yang diadakan

oleh organisasi kepemudaan didesa ini. Pada saat itu mereka juga ikut terlibat

didalamnya sebagai panitian pelaksaan sebuag lomba. Namun diluar acara

tersebut ternyata Pak agus memiliki tujuan lain selain dari kepanitiaannya

103

Page 111: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

diorganisasi ini. Seperti kata pepatah yang menyatakan bahwa “sambil menyelam

minum air” begitupula yang dilakukan oleh Pak Agus. Walaupun niat Pak Agus

ini hanya sebatas iseng semata, tapi lama kelamaan ada rasa, lalu timbul rasa suka

itu. Sama halnya dengan pengakuan Ibu Sumiati, karena intensitas yang mereka

jalin dengan seriangnya cerita dan keluar bersama sehingga menimbulkan

keakraban setelah 2 tahun pacaran merekanpun memutuskan untuk menikah

walaupun mereka berbeda etnis.

Pak Agus:

“dukanya waktu kita tidak punya uang yaa… walaupun saya sebagai staf pengajar namun saya masih staf honorer yang gajinya tidak sama seperti pegawai tetap yang selalu menerima gaji tiap bulannya. Apalagi kita sudah punya anak mau tidak mau anak kami harus makan dan minum susu ya..ya saling menjaga kekurangan masing-masing.. sukanya kalau saya pulang kerja lihat anak terus hilang gitu..rasa jenuh langsung hilang”.

Ibu Sumiati:

“Ya sukanya kalo sama-sama makan seadanya juga, kadang tidak ada saya yang mengatur trus suami juga terima apa adanya juga.. dukanya masalah uang... siapa pun pasti klo keuangannya menipis akhirnya bertengkar”.

Sama seperti keluarga yang lainnya, didalam pernikahan pasangan beda

etnis ini juga memiliki suka duka dalam menjalani pernikahannya. Ketika mereka

harus kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup, dengan biaya yang pas-pasan

hasil kerja dari pak Agus. Tetapi dengan keadaan tersebut membuat mereka

semakin saling memahami satu sama lain. Namun hal tersebut tertutupi melihat

buah hati mereka. Bagi pasangan ini anak merepakan suatu kebahagiaan yang

tidak tergantikan oleh apapun.

Pak Agus:

104

Page 112: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

“ hubungan komunikasi dengan istri saya terjalin dengan baik kalau ada masalah pribadi atau masalah keluarga dia cukup terbuka, misalnya jika sedang kekurangan uang untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari, atau masalah yang menyangkut anak kami. Kami juga kadang membicarakan mengenai kegiatan yang kami lakukan diluar rumah”.

Ibu Sumiati:

“Kami juga sering membahas, bagaiman cara mencari tambahan untuk membeli keperluan sehari-hari. Saya juga sangat senang ketika saya menyarankan untuk berkebun, saya pikir dia akan menolak, tapi ternyata dia malah sangat antusias. Kadang-kadang saya juga sering meceritakan mengenai keluarga saya dan diapun tidak jarang memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. dan sampai sekrang komunikasi kami terus berjalan dengan lancar sampai sekarang”.

Berdasarkan penuturan dari bapak Agus dan Ibu Sumiati dapat dilihat

bahwa komunikasi yang mereka jalin dengan dengan baik. Mereka sangat terbuka

satu sama lain, saling memngingatkan bahkan saling memberi saran. Ibu Sumiati

kadang tidak sungkan lagi keadaan keluarganya kepada sang suami karena dia

menganggap suaminya merupakan bagian yang terpenting dalam hidupnya.

Pasangan Informan kelima:

Pasangan informan kelima adalah Purwanto, tinggal di dusun Sukowono

Desa Sarimulyo berasal dari Jember Jawa Timur, pekerjaan sehari-harinya sebagai

petani.

Pak Purwanto tinggal di desa Sarimulyo sudah berjalan 15 tahun, Pak

Purwanto datang di desa Sarimulyo tidak lain untuk mencari rezeki dikampung

orang yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, karena pada awalnya

Pak Purwanto mendengar kabar dari teman sekampungnya bahwa di Kecamatan

105

Page 113: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Kabangka ini tanahnya cocok untuk ditanami berbagai jenis tanaman dan

masyarakatnya juga baik, maka dari itu Pak Purwanto datang disini dan ingin

menetap serta menikah dengan seorang wanita di Desa Sarimulyo ini.

Bagaimanapun bagusnya keadaan alam suatu daerah tetapi masyarakatnya tidak

mau menerima kita, tentunya kita tidak akan bertahan di sisni. Pak Purwanto

memiliki areal perkebunan coklat seluas dua hektar dan juga mengerjakan

sebagaian lahan penduduk lokal.

Pak Purwanto:

“awal ketemu dengan istri itu kurang lebih 13 tahun lalu tepatnya tahun 1999 waktu masih sekolah SMA trus setelah itu kita jadian tgl 30-3-2000 awal kami berpacaran, pada saat itu dibantu oleh teman saya. Ketika itu saya masih remaja, setelah tamat SMA, saya tidak melanjutkan sekolah, malah saya dikasih modal oleh bapak saya untuk membeli lahan untuk berkebun”.

Ibu Saipa:

“ saat itu kami satu sekolah di SMA 1 kabawo, kami sering pergi bersama disekolah karena sering bertemu dan sering pergi disekolah bersama, suami saya ini melalui temannya menyatakan cintanya. Dia tidak berani bicara secara langsung, karena takut saya akan menolaknya”.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, pasangan ini bertemu sejak 13 tahun

yang lalu. Mereka bersekolah di sekolah yang sama, karena seringnya bertemu

dan pak Purwanto sering bersama saat kesekolah, disinilah Pak Purwanto mulai

tertarik dengan Ibu Saipa. Walaupun Pak Purwanto menyatakan cinta melalui

temannya, namun Ibu Saipa tetap menerimanya. Hal tersebut dimaklumi oleh Ibu

Saipa karna Pak Purwanto ini tidak berani bicara secara langsung, karena takut

saya akan menolaknya.

Pak Purwanto:

106

Page 114: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

“ suka duka dalam menjalani penikahan sebenarnya saya lebih banyak merasakan sukanya dimana istri saya sangat telaten mengurus saya. Saya juga senang dengan perbedaan kami. Saya juga dapat belajar banyak melalui istri saya, kesabaranya, ketelitiannya dalam membantu mengurus perkebunan saya. Saya kebetulan orangnya kurang sabaran dalam melakukan pekerjaan, jadi istri sayalah yang berperan banyak dalam membantu mengelola perkebunan ini. Dukanya mungkin karna kami belum mempunyai anak. Ini tidak menjadikan saya putus asa, saya cuma pasrah kepada Allah SWT, mungkin saat ini kami belum dipercaya untuk memiliki seorang anak”.

Ibu Saipa:

“ sama seperti bapak, saya banyak merasakan sukanya dalam perkawinan ini. Biarpun sifat bapak yang kurang sabaran, tapi saya tetap memakluminya. Kami mengurus perkebunan berdua, walaupun dibantu oleh karyawan dan saya senang bisa ikut membantu bapak. Dukanya ketika saya belum bisa menyenangkan hati bapak dengan memberikan momongan, namun bapak tidak menuntuk saya terlalu jauh tentang hal itu”.

Wawancara diatas menggambarkan bahwa pasangan ini lebih banyak

menikmati sukanya jika dibandingkan dukanya. Meskipun mereka berbeda etnis,

tidak menjadikan hal itu sebagai penghambat, justru Pak Purwanto senang dengan

keadaan seperti itu, ia dapat belajar dengan perbedaan seperti itu. Mereka

mengolah kebun secara besama-sama, dengan adanya sang istri, Pak Purwanto

merasa sangat terbantu dalam mengelola perkebunan coklat yang mereka miliki.

Namun mereka juga tidak bisa memungkiri bahwa mereka juga merindukan

kehadiran seorang anak ditengah keluarga mereka. Tetapi Pak Purwanto tidak

pernah menuntuk akan hal tersebut, mereka menyerahkan sepenuhnya kepada

Tuhan Sang Maha Pencipta.

Mengenai komunikasi, pasangan ini tiap saatpun mereka salalu lakukan,

baik itu dirumah maupun ditempat kerjaan mereka tiap hari bertemu. Jika dirumah

mereka membahas masalah rumah tangga dan jika dikebun mereka membahas

107

Page 115: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

masalah perkebunan seperti bagaimana meningkatkan produktifitas pertanian,

masalah pembibitan serta masalah karyawan.

Dari hasil wawancara dengan 5 (lima) keluarga, kesemuanya merupakan

pasangan yang terbuka satu sama lainnya baik itu hal-hal yang kecil sampai

masalah yang serius sekalipun.

2. Dukungan

Menyangkut kerja sama di desa Wakobalu Agung sudah merupakan suatu

kewajiban untuk saling membantu apalagi menyangkut kepentingan umum,

seperti kerja bakti pembersihan lingkungan, mendirikan panggung hiburan setiap

17 Agustus, pembersihan lapangan bola pada saat kegiatan sepak bola antar

kecamatan diadakan, pada saat kerja bakti, pembuatan WC umum dan sumbangan

mesjid mereka dengan suka rela membantu baik berupa moril atau materil. Kerja

sama juga bisa dilakukan bila ada yang mau menikah, penduduk setempat

membantu mendirikan tenda dan membuat baruga atau ada yang meninggal

mereka membantu menggali kuburan. Jelasnya, pendatang suku Jawa di

Wakobalu Agung mengerti dan berkorban untuk membangun desa Wakobalu

Agung dan Kec. Kabangka. Kerja sama ini dilakukan semata-mata merupakan

wujud dari adanya rasa kebersamaan dan kegotong-royongan.

Begitu pula yang diterapkan dalam keluarga Pak Amrin dan Ibu

Sriwahyuni. Berikut ini penuturan keluarga pertama yaitu pasangan suami istri

Pak Amrin dan Ibu Sriwahyuni mengenai sifat saling mendukung dalam

keluarganya:

Pasangan Informan Pertama:

108

Page 116: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Pak Amrin:

“kalo masalah bantu-bantu kebetulan istri saya banyak membantu, apalagi selama saya menjabat sebagai kepala desa seperti misalnya, jika ada suatu acara dan saya tidak bisa menghadirinya, maka dia yang menggantikanku. Begitupun jika ada masalah, kadang dia juga ikut membantu, entah itu memberikan saran ataupun dia cuma mendegarkan ceritaku. Saya juga bersyukur, karena dia tidak melupakan tugasnya sebagai seorang istri dirumah”.

Ibu Sriwahyuni:

“Alhamdulillah sampai saat ini walaupun kerjaan saya sebagai Ibu desa, tapi saya masih meluangkan waktu untuk membantu suami saya. Untungnya kalau dia ada masalah diluar, dia selalu bercerita dan kadang juga sekali-kali dia juga meminta saran untuk mencari jalan keluarnya. Kalau dia tidak bisa menghadiri acara pasti selalu menyuruh saya jika dia tidak bisa menghadirinya. Tapi bagi dia dengan mengurus rumah tangga dengan baik, itu sudah sangat cukup”.

Melihat penuturan keduanya dapat diketahui bahwa di dalam rumah

tangga, mereka itu saling membantu dan saling mendukung dalam pekerjaan

masing-masing satu sama lain. Jika ada permasalahan-permasalahan kadang Pak

Amrin meminta pendapat Ibu Sri jika ia memerlukan pendapatnya. Tidak hanya

dalam keluarga, pasangan ini juga memiliki solidaritas dalam masyarakat.

Kerjasama yang sering dilakukan di desa Wakobalu Agung dengan

penduduk lokal biasanya dalam bidang social, seperti arisan bersama-sama ibu-

ibu setempat, mengadakan pengajian dimesjid dengan membentuk majelis Ta’lim,

mengadakan pelatihan pembuatan kue dan sebagainya. Dengan senang hati,

penduduk lokal turut berpartisipasi dalam kegiatan ini begitupula dengan

pendatang Jawa. Hal ini tidak lain dilakukan untuk mempererat hubungan baik

dengan penduduk sekitar selain itu juga dapat bertukar pengalaman, serta sebagai

tanggung jawab social dimasyarakat.

109

Page 117: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Pasangan Informan kedua:

Mengenai kerjasama dengan penduduk lokal, beragam bentuk kerja sama

yang biasa dilakukan sehari-hari sesama tetangga, sebagai pengajar disekolah

misalnya mengadakan kerja bakti bersama siswa-siswi, kegiatan sosial dan

keagamaan misalnya, Maulid Nabi, Halal bi Halal, diacara pesta, berpartisipasi

dalam acara 17 agustusan dan kerjasama di sektor ekonomi yaitu perdgangan

barang. Kerjasama dilakukan semata-mata untuk kepentingan bersama. Sama

seperti yang dilakukan dalam keluarganya:

Pak Bambang:

“dalam beberapa hal kami saling membantu misalnya, hal-hal kecil sebelum saya berangkat kesekolah dia sudah terlebih dahulu menyiapkan perlengkapan kesekolah. Membantu memeriksa hasil ulangan siswa-siswi. Kebetulan istri saya hanya seorang ibu rumah tangga biasa, jadi saya memberinya modal untuk berdagang untuk menambah penghasilan kami”.

Ibu Masriah:

“kebetulan saya tidak mempunyai kerjaan tetap, jadi suami memberi saya modal untuk jualan. Awalnya saya menjual dirumah, tapi karena rumah saya sempit suami saya membuatkan warung-warung kecil didepan rumah. Alhamdulillah walaupun sedikit saya bisa menambah penghasilan dengan hasil jualan saya”.

Menurut pasangan ini, mereka saling membantu dalam hal menambah

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Sama seperti pasangan

informan yang pertama, Pak Bambang dan Ibu Masriah juga saling mendukung

dalam hal pekerjaan masing-masing, misalnya kalau Pak Bambang mempunyai

pekerjaan yang kira-kira Ibu Masriah bisa membantunya, maka ia akan meminta

untuk mengerjakannya, begitu pula dengan Pak Bambang membantu istrinya yang

110

Page 118: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

tadinya hanya sebagai ibu rumah tangga, kini dia menciptakan usaha baru untuk

istrinya dengan memberikan modal untuk berdagang.

Pasangan Informan Ketiga:

Bapak Raharjo:

“kalo masalah bantu membantu dan saling mendukung kadang terjadi. Ia membantu kalo memang saya butuhkan misalnya pada malam hari sebelum saya pergi ke kantor untuk jaga malam, dia selalu membuatkan kopi. Saya baru meminta bantuan jika ada hal yang tidak bisa saya kerjakan sendiri. Tapi dalam hal mengurus anak saya juga membantunya seperti jika mereka kalo lagi bertengka, saya selalu memberikan pengertian-pengertian kepada keduanya”. Tidak hanya dalam keluarganya kerjasama, Pak Harjo dengan suku Muna

terjadi disektor pelayanan masyarakat yang sering melayani keluhan dan

pengaduan tentang keamanan diKec. Kabangka, pada saat pengamanan suatu

acara atau kegiatan, pada saat pengadaan kerja bakti dan biasanya bila ada hal-hal

yang tidak dapat dikerjakan sendiri, Pak Harjo memanggil tetangga untuk

membantu menyelesaikan pekerjaannya. Kerjasama dengan suku Muna berjalan

sesuai dengan keinginan tanpa ada yang merasa dirugikan. Secara pribadi pak

Harjo tidak pernah berselisih paham dengan suku Muna.

Ibu Handayani:

“saya membantu bapak, jika memang dia meminta bantuan saya yang kira-kira ada pekerjaan yang tidak bisa dia kerjakan sendiri selebihnya saya cuma memberikan semangat jika dia sudah merasa kelelahan dalam menghadapi pekerjaanya”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa pak Raharjo akan

meminta bantuan kepada Ibu Handayani jika perkerjaannya tidak bisa

111

Page 119: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

diselesaikannya sendiri. Hanya semagatlah yang bisa diberikan Ibu Handayani

kepada suaminya jika ia tidak bisa membantu masalah pekerjaan suaminya.

Pasangan Informan Keempat:

Pak Agus:

“kadang-kadang kalau sore hari setelah istrahat dari mengajar disekolah, saya pergi membantu istri saya untuk membersihkan kebun jeruknya. Sebelum ke sekolah kalau dia kepasar untuk menjual jeruk dan sayur-sayuran hasil kebunnya saya membantu membawakan barang-barang dagangannya”.

Ibu Sumiati:

“kalau masalah bantu membantu pekerjaan suami, saya jarang melakukannya, karena sibuk dengan kebun saya. Justru malah sebaliknya, dialah yang sering membantu pekerjaan saya, mungkin karna dia tidak tega melihat saya mengurusi kebun itu sendirian walaupun kebun itu tidak luas”.

Menurut hasil wawancara dari Pak Agus dan Ibu Sumiati menunukkan

bahwa pasangan ini memang terlihat saling membantu walaupun pak Agus sibuk

dengan kerjaannya, dia tetap menyempatkan waktunya untuk membantu sang istri

dikebun. Berbeda dengan Ibu Sumiati yang jarang membantu pekerjaan sang

suami dikarenakan sibuk mengurusi kebunnya namun bukan berarti dia tidak

mendudung pekerjaan sang suami, justru dengan uang hasl dangannya itu dapat

membantu penghasil Pak Agus.

Pasangan Informan Kelima:

Pak Purwanto:

“ disini istri saya mempunyai peran penting kebetulan saya punya kebun coklat yang lumayan cukup luas jadi dia juga selalu membantuku untuk mengurusi perkebunanku. Saya juga senang karna dia sangat telaten mengurusiku, dia juga sangat perhatian kalau saya lagi sakit atau capek

112

Page 120: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

pulang dari kebun. Saya juga selalu memberinya dukungan jika dia lagi sedih”.

Ibu Saipa:

“ saya kebetulan hampir setiap hari ke kebun untuk membantu bapak mengurusi kebun coklatnya, meskipun ada beberapa pekerja saya tetap membantu, karna tidak semua bisa kerjakan oleh pekerja. Tidak hanya itu,. bapak juga selalu memberikan semangat kalo saya sedih karena saya sangat ingin punya anak”.

Dari penuturan keduanya, dapat dilihat mereka saling membatu dalam

segala hal. Ibu Saipa sering membantu mengurus kebun milik mereka, saling

memberi semangat dan saling pengertian satu sama lain sehingga sangat jelas

dukungan yang diberikan kepada Ibu Saipah, begitupula dengan Ibu Saipa yang

selalu membantu pekerjaan suaminya.

3. Bersikap Positif

Pasangan Informan Pertama:

Sebagai kepala desa sudah pasti setiap hari berinteraksi dan berkomunikasi

dengan penduduk sekitar desa Wakobalu Agung terlebih lagi dengan penduduk di

dusun Cendana Juru. Di jalan ketika bertemu dengan suku Jawa saling bertegur

sapa, di acara pesta yang diadakan oleh masyarakat misalnya, pesta pernikahan,

pesta syukuran, rapat pertemuan dikantor dan tempat-tempat umum. Dengan

sifatnya yang ramah, Pak Amrin ini sangat disenangi oleh masyarakat sehingga ia

dipilih oleh masyarakat untuk memimpin desa ini. Tidak saja dimasyarakat, tetapi

dilingkungan keluarganyapun seperti itu.

Pak Amrin:

“Alhamdulillah orang tua saya merespon dengan baik perbedaan dengan istri saya. Orang tua saya sudah tidak heran lagi kenapa saya menikah

113

Page 121: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

dengan dia, karena boleh dibilang, disini banyak pernikahan yang beda etnis. Dan keluarga saya sangat senang dengan istri saya karena menurut keluarga saya, istri saya sangat perhatian dengan saya dan bebrbeda dengan cewek –cewek yang sebelumnya pernah saya kenali dengan keluarga saya sebelumnya”.

Ibu Sriwahyuni:

“ bagi saya saling menghargai dalam sebuah perbedaan itu sangat cukup. Banyak hal-hal positif yang saya suka dalam dirinya seperti pengertiannya kepada saya, sikap dewasanya, cara dia memperlakukanku dan sebagainya. Apalagi dukungan orang tuanya kepada saya itu sudah lebih daricukup. Tidak hanya dalam kelunduarga, tapi masyarakat begitu memndukungku”.

Ibu Sri sering berbincang-bincang dengan tetangganya mengenai hal-hal

seputar kehidupan sehari-hari, membicarakan mengenai resep-resep kue dan

makanan, berbicara mengenai arisan yang mereka bentuk, membahas masalah

pengajian serta hal-hal yang berhubungan dengan jabatannya sebagai sebuah ibu

desa. Sebelum dia melakukan kegiatan, Ibu Sri selalu membicarakan terlebih

dahulu dengan Ibu-Ibu lainnya, karena walau bagaimana pun ia tidak boleh

mengambil keputusan sepihak. Inilah hal-hal yang yang dilakukan oleh Ibu Sri

bersama warga sekitar.

Berdasarkan hasil wawancara dari Pak Armin dan Ibu Sriwahyuni, mereka

tidak cuma diterima dengan baik dikeluarganya, tetapi juga diterima dengan baik

di masyarakat. seperti penuturan pak Armin, melihat sikap orang tua kepada istri

yang menerima mereka dengar perbedaan yang mereka miliki itu membuat sangat

senang demikian juga dengan Ibu Sri yang merasakan kebahagiaannya setelah

mendapat dukungan bukan hanya dimasyarakat tetapi juga dukungan dari warga-

warga setempat.

Pasangan Informan kedua:

114

Page 122: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Pak Bambang:

“syukur alhamdulillah sampai sekarang saya belum pernah bertengakar besar dengar istri saya. Paling kalo betengkar, hanya bertengkar-bertengkar kecil dan itupun tidak lama. walaupun kebiasaan-kebiasaan kami banyak yang berbeda, tapi semua itu tidak menyebabkan masalah bagi saya”.

Sedangkan dimasyarakat, pak Bambang menilai penduduk lokal orang-

orangnya transparan, tidak mempersulit kalau ada orang luar yang datang

didaerahnya malah sebaliknya membantu orang yang datang. Jiwa tolong

menolongnya patut diteladani dan tidak membatasi diri dengan orang luar.

Ibu Masriah:

“ mengenai sifat,. Saya selalu mencoba untuk memahami dengan pelan-pelan karena saya sama pak bambang dijodohkan sama orang tua kami masing-masing. Sifatnya yang selalu membantu jika ada masalah”.

Berdasarkan hasil penuturan keduanya dalam wawancara, sikap positif

memang terlihat. Walaupun ada pertengkaran-pertengkaran kecil diantara mereka,

hal tersebut tidak sampai berlarut-larut. Sama dengan Ibu Masriah, dia selalu

mecoba berfikir positif terhadap perbedaan mereka.

Mengenai hubungannya dengan warga pendatang, selama bertetangga

dengan dengan mereka sejauh ini tidak pernah terjadi kesalahpahan yang

membuat hubungan diantara mereka menjadi rengggang. Sejauh ini semuanya

berjalan dengan baik, jika ada perbedaan pendapat semuanya diselesaikan dengan

baik-baik diatur dan dibicarakan secara kekeluargaan.

Pasangan Informan Ketiga:

Bapak Raharjo:

115

Page 123: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

“perlakuannya istriku itu sampai saat Alhamdulillah sangat baik sangat baik skali, apalagi kalau maumi saya pergi ke kantor pasti dia buatkan sarapan dulu. Kadang juga dia jengkel, karna saya tinggal untuk jaga malam. Tapi saya selalu coba kasih perngertian sama dia. Awalnya dia masih jengkel tapi lama-kelamaan dia mengerti sendiri”.

Ibu Handayani:

“pertama saya menikah dengan suami saya awalnya agak tidak suka karena jadwal piketnya yang selalu pulang pagi, tapi perlahan-lahan saya sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu. dia juga selalu membantu saya kalau sewaktu-waktu ada masalah. Sikapnya yang selalu menghargai saya walaupun saya beda etnis dengan dengan dia”.

Berdasarkan hasil wawancara, keduanya memiliki hubungan yang terjalin

dengan baik, saling membantu, mengerti, dan saling menhargai perbedaan satu

sama lain. Sikap Ibu Handayani yang awalnya tidak menerima pekerjaan piket

yang selalu pulang pagi, namun akhirnya dengan kondisi pekerjaan Pak Raharjo.

Mengenai hubungan dengan penduduk pendatang sampai saat ini tidak

pernah mengecewakan semuanya berjalan dengan harmonis dan secara

kekeluagaan. Mereka sudah saling menganggap seperti saudara sendiri, apalagi

kalau ada acara yang diadakan acara yang diadakan oleh warga pasti Ibu

Handayani selalu dipanggil. Ini membuktikan bahwa hubungan tali silahturami

antar warga di desa ini sangat erat.

Pasangan Informan Keempat:

Pak Agus:

“berbicara mengenai sikap, sejauh ini saya melihat sikap istri tidak ada masalah, yang saya tidak senangi dari dia itu, kalau pergi cerita kadang suka lupa waktu. Tapi sebenarnya saya malas pusing, yang penting dia tidak lupa dengan urusan anak dan rumah tangga. Namun saya juga senang, karena dia tidak menuntut banyak pada saya, dia cukup mengerti”.

116

Page 124: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Ibu Sumiati:

“kalo suamiku sebenarnya santai orangnya, sabar.. kadang saya juga sadar kalau pergi dirumahnya tetanggaku itu pasti lama. Untungnya dia selalu tidak ambil pusing. Saya juga bersyukur karena suami saya orangnya pekerja keras, walaupun hidup kami pas-pasan”.

Berdasarkan hasil wawancara dari Pak Agus dan Ibu Sumiati, penulis

menyimpulkan bahwa pasangan ini hampir sama dengan pasangan-pasangan yang

sebelumnya, walaupun sifat Ibu Sumiati yang suka lupa waktu kalau sedang

bercerita dengan tetangganya, namun Pak Agus tetap memakluminya. Walaupun

demikian, Ibu Sumiati tetap merasa diri, bahwa tindakannya tersebut salah.

Dengan sikap Pak agus yang merupakan seorang pekerja keras, perlahan-lahan

dapat merubah Ibu Sumiati.

Pasangan Informan Kelima:

Pak Purwanto:

“kalau sikap sebenarnya salama dia masih menghargai dan menghormati saya sebagai kepala keluarga saya sudah senang. Bukannya saya memuji istri, tapi dia sangat memahami saya, dia tidak malu dengan pekerjaan saya yang hanya seorang petani, justru dia malah membantu saya.

Ibu Saipa:

“sikap-sikap yang ditunjukkan selama pernikahan kami cukup baik, walaupun adalah hal-hal kecil yang kadang kita cekcok. Sebenarnya hal-hal yang seperti itu lumrah, namanya juga perkawinan, tidak mungkin selama perkawinan berjalan dengan mulus-mulus saja. Sikap yang saling pengertian dan saling mendukung menurut saya itu sudah cukup”.

Menurut penuturan keduanya dalam wawancara, mereka tidak dapat

memungkiri bahwa dalam sebuah perkawinan itu tidak selalu berjalan mulus

sesuai dengan apa yang diinginkan. Pasangan ini cukup memahami pastilah ada

pertengkaran-pertengkaran kecil didalamnya, sikap yang selalu menerima apa

117

Page 125: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

adanya, saling pengertian dan saling mendukung inilah yang membuat

perkawinan beda suku ini menjadi langgeng.

B. Pembahasan

1. Prilaku Akulturasi antar Etnis Jawa dengan etnis Muna dapat berjalan

dengan baik

Hasil penelitian akan membahas prilaku komunikasi dalam proses

akulturasi antara pendatang Jawa dan etnis Muna yang dilakukan oleh pasangan

suami istri yang berbeda etnis. Pada pembahasan ini ada tiga faktor yang membuat

prilaku akulturasi antara etnis Jawa dengan etnis Muna berjalan dengan baik.

a. Keterbukaan

Keterbukaan dalam suatu pernikahan merupakan salah satu faktor agar

terciptanya keharmonisan dalam sebuah keluarga sehingga tetap terjaga, apalagi

menyakut pernikahan yang melibatkan dua etnis yang berbeda. Antara mereka

harus ada keterbukaan satu sama lain dalam menerima pesan dan keinginan untuk

menyampaikan pesan dari diri dirinya. Dengan demikian pesan yang diberikan

baik oleh suami atau istri akan ditanggapi secara maksimal oleh pihak yang

menerima pesan sehingga pesan tersebut dapat dimengerti dengan jelas.

Keterbukaan ini bisa bersifat pribadi dimana kedua belah pihak dapat

berkomunikasi secara bebas dan saling membagi masalah-masalah hidup yang

sedang dialami.

Berdasarkan penjelasan diatas, sebagian besar pasangan suami istri selalu

terbuka dengan pasangannya, namun ada juga beberapa pasangan yang kurang

118

Page 126: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

terbuka dengan pasangannya. Menurut De Vito menyatakan bahwa keterbukaan

itu merupakan adanya kesediaan untuk membuka diri untuk mengungkapkan

informasi yang biasa disembunyikan. Dari kelima pasangan suami istri yang

diteliti oleh penulis, empat diantara saling terbuka satu sama lain. Biasanya

seorang isrti lebih terbuka jika dibandingkn dengan suami.

Seorang wanita dan seorang istri selalu bercerita atau curhat mengenai hal-

hal yang dia alami baik itu kepada sahabat, saudara, orang tua, maupun kepada

suami. Seperti yang diungkapkan oleh pasangan informan yang pertama yakni pak

Amrin dann Ibu Sri. Disini mereka sangat intens dalam berkomunikasi, mulai dari

hal-hal yang sifatnya kecil sampai pada masalah-masalah yang sifatnya serius.

Mereka sering kali membahas mengenai apa-apa saja yang telah dilakukan sehari-

hari seperti apa saja yang sudah mereka lakukan dalam waktu seharian. Ibu Sri

sangat terbuka kepada Pak Amrin, tidak ada satupun yang dia tutup-tutupi.

Dengan keadaan seperti ini, mereka satu sama lain merasa lebih merasa nyaman.

Berbeda dengan istri dari informan yang kedua, Ibu masriah pendiam, namun

ketika ada masalah yang ia hadapi, tetap meminta suaminya untuk memberikan

solusi.

Pada pasangan yang ketiga ini dilihat baik Pak Raharjo maupun Ibu

Handayani memiliki komunikasi yang baik denga istrinya. Keterbukaan mereka

yang selalu saling mengingatkan memberikan satu sama lainnya, merupakan

faktor yang sangat penting apalagi dengan perbedaan yang mereka miliki. Inilah

yang membuat keluarga mereka tetap harmonis, karena hal apapun yang mereka

lakukan pasti selalu dikomunikasikan secara bersama-sama.

119

Page 127: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Pasangan suami istri yang keempat ini adalah pasangan yang terbuka sama

dengan pasnagan yang pertama. Bapak Agus dan Ibu Sumiati dapat dilihat bahwa

komunikasi yang mereka jalin dengan dengan baik. Mereka sangat terbuka satu

sama lain, saling memngingatkan bahkan saling memberi saran. Ibu Sumiati

kadang tidak sungkan lagi untuk cerita tentang keadaan keluarganya kepada sang

suami karena dia menganggap suaminya merupakan bagian yang terpenting dalam

hidupnya.

Pada pasangan informan yang kelima, selalu melakukan komunikasi, baik

itu dirumah maupun ditempat kerjaan mereka tiap hari bertemu. Jika dirumah

mereka membahas masalah rumah tangga dan jika dikebun mereka membahas

masalah perkebunan seperti bagaimana meningkatkan produktifitas pertanian,

masalah pembibitan serta masalah karyawan.

b. Dukungan

Sikap yang selalu memberikan dukungan atau semangat terhadap pesan

yang disampaikan baik suami atau istri. Sikap dukungan tersebut dapat diketahui

pada saat salah satu pihak mendapatkan masalah atau membutuhkan bantuan

maka, salah satu pihak akan memberikan tanggapan atau respon dengan sikap

membantu. Sikap saling mendukung ini akan mengurangi sikap-sikap negative

dalam komunikasi seperti sikap yang tidak ingin menerima pesan, tidak jujur serta

sikap tidak empati kapada orang lain. Sikap-sikap mendukung dalam suatu

keluarga dapat dilihat dari hal-hal kecil seperti menyiapkan sarapan yang

dilakukan oleh Ibu Handayani, yang dilakukan oleh Ibu Masriah yang

menyiapkan peralatan mengajar sang suami, hingga mereka saling membantu,

120

Page 128: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

saling mendukung dan saling menyemangati dalam pekerjaan masing-masing satu

sama lain. Jika dari pasangan-pasangan suami istri ini mempunyai permasalahan-

permasalahan, mereka saling memberikan solusi satu sama lain. Ini menunjukkan

bahwa walaupun mereka berbeda suku, namun perbedaan tersebut bukanlah

masalah.

Dari kelima pasangan suami istri ini menunjukkan bahwa sikap dan

prilaku saling mendukung satu sama lain seperti hal-hal kecil, sperti bantuan

yang sifatnya fisik yakni saling membantu dalam pekerjaan sehari-hari sampai

hal-hal besar yang rumit untuk dipecahkan sangat terlihat terlihat dengan jelas

melalui hasil wawancara penulis.

c. Bersikap Positif

Sikap positif merupakan sikap yang harus dimiliki oleh manusia dimana

dalam berkomunikasi setiap manusia harus memiliki sikap postif baik kepada diri

sendiri maupun kepada orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari selalu dibutuhkan

sikap dan pikiran yang positif sehingga apapun pesan yang diterima dapat

ditanggapi dengan positif. Dengan adanya sikap positif ini, kita menghadapi

segala masalah yang dengan baik tanpa ada perpecahan.

Pada pasangan informan pertama, terlihat sifat-sifat positif yang

ditunjukkan oleh orang tua Pak Amrin yang menerima menantunya baik tanpa

menghiraukan perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Selain orang tua, mereka

juga diterima dengan baik oleh warga-warga setempat.

Berdasarkan wawancara dari pasangan informan kedua, sikap positif

memang terlihat. Walaupun ada pertengkaran-pertengkaran kecil diantara mereka,

121

Page 129: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

hal tersebut tidak sampai berlarut-larut serta selalu mecoba berfikir positif

terhadap perbedaan mereka. Sedangkan dimasyarakat, pak Bambang menilai

penduduk lokal orang-orangnya transparan, tidak mempersulit kalau ada orang

luar yang datang didaerahnya malah sebaliknya membantu orang yang datang.

jiwa tolong menolongnya patut diteladani dan tidak membatasi diri dengan orang

luar.

Pada pasangan informan ke tiga, sikap positif juga tunjukkan oleh

keduanya hubungan yang mereka memiliki terjalin dengan baik, saling

membantu, mengerti, dan saling mengargai perbedaan satu sama lain. Mengenai

hubungan dengan penduduk pendatang sampai saat ini tidak pernah

mengecewakan semuanya berjalan dengan harmonis dan secara kekeluargaan.

Mereka sudah saling menganggap seperti saudara sendiri.

Berbeda dengan pasangan yang lainnya, pasangan informan yang keempat

ini terdapat beberapa sifat yang kurang baik yakni sifat Ibu Sumiati yang suka

lupa waktu kalau sedang bercerita dengan tetangganya, namun Pak Agus tetap

memakluminya. Sikap Ibu Sumiati tersebut ditutupi oleh sifat pak Agus yang

pengertian sehingga tidak terjadi kesalapahaman diantara mereka berdua.

Begitupula dengan pasangan yang kelima sikap yang selalu menerima apa adanya,

saling pengertian dan saling mendukung inilah yang membuat perkawinan beda

suku ini menjadi langgeng.

Berdasarkan hasil wawancara dari kelima pasangan informan dapat

disimpulkan bahwa baik dari istri maupun suami hampir semuanya memiliki sikap

postif dalam menilai dan memandang orang lain. Dapat dilihat pula bahwa kelima

122

Page 130: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

keluarga ini setidaknya mempunyai sifat positif dengan kehadiran masing-masing

pihak dalam kehidupan mereka.

Pentingnya memiliki ketiga sikap diatas dalam sebuah keluarga dan

menciptakan keluarga yang rukun walaupun berbeda umur, agama, suku, adat

istiadat, status sosial jika semuanya dimiliki oleh setiap keluarga, maka semua

perbedaan itu akan dilewati dengan baik. Sebaliknya jika dalam sebuah keluarga

tidak memiliki ketiga sifat tersebut, maka tidak berjalan dengan baik.

2. Proses Akulturasi Antar Etnis Jawa dan etnis Muna di Kecamatan

Kabangka dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian, observasi dan wawancara penulis dilapangan

menggambarkan bahwa proses akulturasi terhadap pasangan suami istri yang

berbeda etnis yang terjadi di Kecamatan Kabangka ditandai dengan tiga proses

yang mendasar yang ditinjau dari variabel-variabel komunikasi dalam akulturasi

yang bermanfaat dalam menganalisis akulturasi seorang transmigran dari

perspektif komunikasi yang dielaborasi oleh Ruben dimulai oleh:

a. Komunikasi Antar Personal

Merupakan komunikasi yang terjadi dari dalam diri masing-masing

individu dari pasangan suami istri yang merupakan gabungan dari etnis pendatang

Jawa maupun penduduk lokal (etnis Muna). Komunikasi intra pribadi ini

merupakan proses mental dari dalam diri etnis pendatang Jawa untuk

menyesuaikan diri dan mengatur lingkungan sosio budayanya seperti melihat

langsung kondisi masyarakat dan lingkungannya, mendengar setiap pembicaraan

123

Page 131: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

penduduk lokal memahami dan merespons keadaan yang terjadi dalam lingkungan

sekitar.

Bukan hal yang sulit bagi etnis Muna ketika mempunyai niat untuk

menikahi seorang wanita yang merupakan penduduk penduduk pendatang Jawa di

Kecamatan Kabangka. Penduduk etnis Muna tentunya sudah mengenal terlebih

dahulu watak dan karakter perempuan yang akan dinikahinya nanti begitu pula

sebaliknya. Sebelum mereka menikah, mereka sudah saling melakukan

pendekatan satu sama lain kondisi penduduk lokal dan lingkungannya, sudah ada

hubungan psikologis diantara mereka, sehingga dalam benak mereka tidak muncul

berbagai macam pertanyaan-pertanyaan.

Dari penjelasan Pak Amrin diatas, sebelum memutuskan menikah dengan

Ibu Sri, beliau sudah mengenal kepribadian Ibu Sri dan dan mengetahui

bagaimana kondisi keluarganya (penduduk etnis pendatang Jawa) pada saat

mereka berpacaran.

Selain sudah saling mengenal terlebih dahulu, diantara mereka secara

pribadi bisa dikatakan sudah seperti saudara sendiri, terjalin hubungan psikologi.

Adapun hubungan persahabatan secara psikologis dan emosional diatas

merupakan salah satu indikator yang mempererat akulturasi, dimana membantu

memudahkan etnis pendatang Jawa dan penduduk lokal memasuki tahap yang

pribadi sehingga dalam benak mereka tidak ada rasa saling curiga.

b. Lingkungan Komunikasi

Lingkungan komunikasi pasangan suami istri yang beda etnis ini dilokasi

penelitian diakui oleh informan berjalan intens sama seperti pasangan suam istri

124

Page 132: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

yang menikah sesama etnis Jawa ataupun sesama etnis Muna. Pergaulan atau

interaksi itu dimulai dari lingkungan pertetanggaan, kerja, serta dalam lingkungan

rumah tangga itu sendiri. Lingkungan dimana mereka bertemu dan berkumpul

saling berkomunikasi baik secara individu maupun kelompok.

Pada saat berkomunikasi, kelima pasangan suami istri ini lebih

menyesuaikan keadaan dalam berkomunkasi, tiap saatpun mereka salalu lakukan,

baik itu dirumah maupun ditempat kerjaan mereka tiap hari bertemu. Jika dirumah

mereka membahas masalah rumah tangga dan jika berada dikebun mereka

membahas masalah perkebunan seperti bagaimana meningkatkan produktifitas

pertanian, masalah pembibitan serta masalah karyawan.

Adapun cara-cara yang dilakukan etnis pendatang Jawa atau penduduk

lokal agar dapat dikenal dan saling mengenal dalam lingkungannya adalah saling

mengundang apabila ada yang mengadakan pesta pernikahan atau acara syukuran,

mereka saling membantu mendirikan tenda dan membuat baruga seperti yang

diungkapkan oleh kepala desa Wakobalu Agung. Dengan adanya kegiatan

tersebut yang melibatkan etnis pendatang bugis dan penduduk lokal dalam

lingkungan mereka dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi diantara mereka

yang terlibat dalam hal ini. Lingkungan komunikasi turut memberi andil dalam

mempercepat proses akulturasi antara etnis pendatang Jawa dan penduduk lokal

dimana mereka bergaul dan berkomunikasi.

c. Komunikasi Sosial

Komunikasi sosial berkaitan dengan komunikasi antar personal (antar

pribadi), dimana melibatkan dua orang atau lebih yang berbeda budaya saling

125

Page 133: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

berhubungan satu dengan yang lainnya. Dalam hubungan ini terjadi proses saling

mempengaruhi, proses saling mempengaruhi dalam kegiatan pergaulan antar

individu ini disebut komunikasi. Setiap harinya etnis pendatang Jawa dan

penduduk lokal melakukan interaksi dan komunikasi antar pribadi berdasarkan

kebutuhan atas informasi, pengetahuan yang dimilikinya, pengalaman-

pengalaman pribadinya, menyangkut kehidupan sehari-hari dimasyarakat,

partisipasi dan persetujuan dalam bidang tertentu, misalnya perdagangan, dan

pertanian. Seperti yang dilakukan informan pertama sampai informan kesepuluh

dimana mereka setiap harinya melakukan komunikasi sosial dan komunikasi antar

pribadi.

Dengan melakukan komunikasi antar pribadi (antar personal) diharapkan

saling mengisi kekurangan dan kelebihan masing-masing. Hubungan komunikasi

antar etnis pendatang Jawa dan penduduk lokal berlangsung diberbagai tempat

dimana saja ketika mereka bertemu.

Hubungan komunikasi antar pribadi diantara mereka terjalin akrab bahkan

sudah seperti keluarga sendiri. Begitupula dengan hubungan social diantara

mereka antar satu dengan yang lainnya saling mengenal dengan baik. Komunikasi

social dan komunikasi antar pribadi etnis pendatang Jawa dan penduduk lokal

berjalan efektif karena pihak-pihak yang berkomunikasi sudah saling mengenal

dan mempunyai persamaan kultur.

Selain ketiga proses diatas, menurut Koentjaraningrat ada tujuh buah unsur

kebudayaan yang dapat disebut sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan di dunia

yang dapat mendukung proses akulturasi yakni:

126

Page 134: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Bahasa

Salah satu unsur terpenting dalam kehidupan manusia yang merupakan

syarat berlangsungnya suatu interaksi adalah pengetahuan tentang bahasa. Bahasa

merupakan suatu alat yang dipergunakan ataupun dipakai manusia dalam

berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama manusia.

Bahasa daerah Muna pada dasarnya sangat jauh berbeda dengan bahasa

Jawa yang ada, walaupun ada perbedaan bahasa, komunikasi mereka tidak

mengalami distorsi. Dalam berkomunikasi etnis pendatang Jawa dan penduduk

lokal menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Pada umumnya

masyarakat diKec. Kabangka menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia

dalam pergaulan sehari-harinya, sedangkan penduduk lokal menggunakan bahasa

daerah Muna pada saat dalam lingkungan keluarga antar sesama penduduk lokal

sendiri dan juga sebagian etnis pendatang Jawa yang bisa berbahasa daerah.

Kepala desa Wakobalu Agung mengatakan bahwa dalam berkomunikasi

dengan etnis Jawa berlangsung dengan lancar begitupun sebaliknya karena dapat

berbahasa Jawa, bahasa Indonesia dan berbahasa daerah Muna dengan orang

Muna sendiri.

Di desa Sarimulyo tidak ditemukan hambatan dalam berkomunikasi antar

etnis pendatang Jawa dan penduduk lokal karena penduduk lokal bisa berbahasa

Indonesia. Namun bahasa penduduk lokal sulit dimengerti apalagi untuk

dilafalkan dalam waktu yang singkat.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa ada dari beberapa informan

mengatakan bahasa daerah Muna adalah salah satu bahasa yang agak sulit

127

Page 135: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

dituturkan dan penduduk lokal bisa berkomunikasi lebih dari dua bahasa dan ini

sangat menguntungkan bagi transmigran yang ingin tinggal dan menetap didaerah

ini. Hal ini disebabkan karena penduduk lokal sendiri banyak yang menggunakan

bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan etnis pendatang

Jawa. Keberadaan etnis pendatang Jawa setidaknya telah menggeser penggunaan

bahasa daerah Muna sebagai bahasa asli penduduk lokal.

System ilmu pengetahuan

Latarbelakang pendidikan merupakan suatu hal yang dapat memudahkan

preses akulturasi dapat dilihat antar penduduk lokal dan transmigran dapat saling

bertukar informasi mengenai bidang pertanian misalnya membicarakan tata cara

pengolahan lahan/tanah pertanian seperti yang diakui oleh kepala Desa Wakobalu

Agung, dalam bidang pertanian ini penduduk lokal belajar atau meniru tata cara

pengolahan yang baik dan benar secara lebih modern begitu pula dalam bidang

sosial kemsyarakatan lainnya. Setidaknya pertukaran informasi dan pengetahuan

diantara mereka memudahkan pekerjaan yang mereka kerjakan.

Organisasi Sosial

Organisasi sosial sebagai wadah pertemuan dan mempersatuan ide-ide

mereka diharapkan dapat menghindari konflik yang terjadi dimasyarakat.

Kerjasama dalam bidang sosial yang melibatkan etnis pendatang Jawa dan

penduduk lokal tidak lain untuk lebih mempererat rasa persaudaraan diantara

mereka dan untuk menghindari kecemburuan sosial dimasyarakat.

128

Page 136: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Adanya kegiatan/perkumpulan seperti yang diungkapkan oleh informan

kelima diatas, dimana mereka turut ikut berpartisipasi dalam

kegiatan/perkumpulan sosial kemasyarakatan merupakan suatu kegiatan yang

positif dimana mereka dapat berkumpul dan mengemukakan pendapatnya masing-

masing untuk suatu tujuan yang baik. Dari kesepuluh informan semua melibatkan

diri untuk bekerjasama dalam organisasi social kemasyarakatan.

System Peralatan

Mengenai system peralatan hidup dan teknologi, tegantung dari tingkat

pendapatan masyarakat di desa Wakobalu Agung dan desa Sarimulyo. Sebagian

besar perlatan rumah tangga di dua desa ini sudah modern, mereka (etnis

pendatang Jawa dan penduduk lokal) pada umumnya mengikuti perkembangan

jaman. Seperti peralatan rumah tangga, mereka menggunakan alat-alat yang

modern seperti kulkas, rice coker, mesin cuci, radio, dan TV sebagai sarana

hiburan. Peralatan rumah tangga dan teknologi yang disebutkan diatas pada

dasarnya dipakai oleh mereka yang mampu dan ada juga sebagian kecil

masyarakat yang masih memakai peralatan hidup yang sederhana dan masih

tradisional.

System Mata Pencaharian Hidup

System mata pencaharian hidup lebih terfokus pada jenis pekerjaan

manusia untuk bisa mencukupi kebutuhan hidup. Sehubungan dengan hal

tersebut, maka mereka tidak hanya memiliki satu jenis pekerjaan saja tetapi juga

menyisihkan waktu diluar pekerjaanya dalam hal memenuhi kebutuhannya sehari-

hari baik terhadap diri sendiri maupun terhadap anggota keluarganya. Etnis

129

Page 137: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

pendatang Jawa dan penduduk lokal sebagian ada yang berprofesi ganda yaitu

memiliki dua jenis pekerjaan sekaligus. Banyak hal yang bisa dikerjakan termasuk

berkebun untuk mengisi waktu luang seperti yang diakui oleh Pak Bambang

(pasangan informan ke dua). Sama halnya juga yang diungkapkan oleh bapak

Agus Sunaryoto (pasangan informan keempat) seperti berkebun ataupun menjual

sembako.

Hal ini disebabkan karena kondisi yang memungkinkan para informan

diatas untuk bekerja dalam bidang pertanian diluar pekerjaannya sebgai staf

pengajar. Selain itu, mereka juga memiliki skill dan banyaknya terobosan baru

dalam teknologi pertanian yang dapat memudahkan pekerjaan mereka.

Religi

Yaitu susatu system kepercayaan yang merupakan nilai budaya ritual.

Masyarakat Kecamatan Kabangka desa Wakobalu Agung dan desa Sarimulyo

mayoritas beragama islam dan melaksanakan berbagai kegiatan yang mereka

anggap sebagai bagaian dari syariat Islam. Seperti yang diungkapkan Ibu

Sriwahyuni (pasangan informan yang pertama) dan pak Bambang (pasangan

informan kedua) seperti yang sering dilakukan di desa Wakobalu Agung dengan

penduduk lokal biasanya dalam bidang sosial, mengadakan pengajian dimesjid

dengan membentuk majelis ta’lim, acara malam ta’siah bila ada yang meninggal

mengadaan Maulid Nabi serta Halal bi Halal.

Salah satu hal yang mempercepat proses akulturasi di Kecamatan

Kabangka karena adanya persamaan agama sehingga streotip-streotip diantara

130

Page 138: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

mereka hampir tidak ada, mereka hidup dalam suasana kerukunan sebagai umat

beragama.

Kesenian

Setiap etnis dan suku bangsa memiliki cirri khas tersendiri mengenai

kesenian atau budaya masing-masing. Kesenian yang dilakukan oleh penduduk

lokal seperti, Ewa wuna ini terdiri dari empat orang yakni dua orang laki-laki dan

dua orang perempuan dan Ewa wuna ini merupakan symbol penyambutan

terhadap mempelai pria yang akan melakukan ijab Kabul.

Namun tarian ini sudah beberapa tahun sudah tidak lagi dilaksanakan atau

ditampilkan pada acara-acara tersebut sudah tidak lagi dilaksanakan atau

ditampilkan pada acara-acara tersebut.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

131

Page 139: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 5 (lima) pasangan

informan, yang terdiri dan 5 informan etnis pendatang Jawa yang melakukan

pernikahan dengan 5 informan penduduk lokal yang berdomisili di Desa

Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo Kec. Kabangka sebagai tempat

berlangsungnya proses akulturasi, maka kesimpulan yang dapat diambil dari

penelitian yang pada pasangan suami istri yang melakukan pernikahan beda etnis

dan menganalisis prilaku komunikasi yang terjadi didalamnya dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Proses Akulturasi Antar Etnis Jawa dan etnis Muna di Kecamatan

Kabangka, apa bila dilihat secara keseluruhan terdapat adanya

hubungan social yang berbeda pada tingkat yang baik. Proses

akulturasi ditandai dengan tiga proses yang mendasar yang ditinjau

dari variable komunikasi yakni proses yang pertama adalah

komunikasi antar personal (antarpribadi), proses yang kedua,

lingkungan komunikasi, sedangkan proses yang ketiga adalah

komunikasi social. Selain ketiga proses tersebut, ada 7 (tujuh) proses

yang mendukung proses akulturasi yaitu bahasa, bersifat terbuka dan

berpikir positif, organisasi sosial, system peralatam hidup adan

teknologi, system mata pencaharian hidup, religi serta kesenian.

2. Prilaku akulturasi antar etnis Jawa dengan etnis Muna dapat berjalan

dengan baik karena dalam hubungan antara pribadi mereka terdapat

adanya sifat saling keterbukaan, saling mendukung serta memiliki sifat

positif dalam pernikahan yang mereka jalani. Dari kelima pasangan

132

Page 140: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

perkawinan yang melakukan pernikahan beda etnis, dapat lihat bahwa

dengan memiliki sikap keterbukaan, dukungan dan sikap positif dalam

keluarga, memberikan kontribusi yang sangat besar dalam

menciptakan kenyamanan komunikasi dalam sebuah keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara semuan informan dari lima pasangan suami

istri yang melakukan pernikahan beda etnis menyatakan bahwa kehidupan

pernikahan mereka berlangsung dengan baik dan harmonis, walaupun ada

beberapa masalah kecil tapi secara keseluruhan berpendapat bahwa pernikahan

mereka harmonis karena tidak ada konflik besar ataupun masalah besar yang

membuat mereka kehilangan komunikasi dengan pasangan ataupun keluarga dan

masyarakat yang ada di DesaWakobalu Agung dan Desa Sarimulyo khususnya

mereka yang menikah dengan etnis yang berbeda.

B. Saran

1. Pembauran atau akulturasi yang terjadi di Kec. Kabangka khususnya di

Desa Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo antar etnis pendatang Jawa

dan penduduk lokal berupa bahasa, amalgamasi, kesempatan yang

seimbang dalam bidang ekonomi, pertanian dan adat-istiadat agar tetap

dipertahankan dan ditingkatkan demi terciptanya kedamaian dalam

masyarakat.

2. Sikat keterbukaan dalam hubungan pernikahan sebaiknya perlu

dibicarakan sebelum melakukan pernikahan apalagi pernikahan beda etnis

agar tercipta sebuah keluarga yang harmonis.

133

Page 141: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

3. Dalam akulturasi diharapkan etnis-etnis yang terlibat didalamnya tidak

meninggalkan adat-istiadat yang telah ada sebelumnya agar para generasi

muda dapat melestarikan budaya lokal yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2002. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persaja

Ardianto, Elvinaro & Q. Anees, Bambang. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama.

134

Page 142: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Budayatna, M., Nina Mutmainah. 1994. Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Surabaya: Prenada Media Grup.

Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakata: Karisma Publishing Group.

Harsyo, 1997. Pengantar Antropologi. Bandung : Bina Cipta

Irmaniar, 1998. Proses Akulturasi antara Etnik Pendatang Bugis dan Penduduk Asli Wotu.

Koentjaraningrat, 1993. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Liliweri, Alo. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Littejohn, Stephen W & Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta Selatan:Salemba Humanika.

Maleung, J, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Dedy & Rakhnat, Jalaluddin. 1990. Komunikasi Antar Budaya. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2000. Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.

----------. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset

----------. 2007. Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset

----------. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Rakhmat, Jalaluddin. 1996 . Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Rumondor, Alex dkk. 1995. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Universitas Terbuka.

135

Page 143: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Saefullah, Ujang. 2007. KAPITA SELEKTA KOMUNIKASI Pendejatan Agama dan

Budaya. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Soekanto, Soerjono.1990. Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.

Soerhartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Subiayantoro, Arief & Suwarto, FX. 2006. Metode & Teknik Penelitian Sosial. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Poerwanto, Hari. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumber dari internet:

http://blackfishboy.blogspot.com/2008/12/akulturasi-dan-komunikasi.html

http://galihredevils.blogspot.com/2010/10/akulturasi.html

http://blackfishboy.blogspot.com/2008/12/akulturasi-dan-komunikasi.html

http://sites.google.com/site/kuliahkab/halaman-2

http://hub.iibn-id.org/gdl.php?mod=browse&op=read&id=hubptain-gdl-sukarnobo6-7359&q=Urban

http://alfinnitihardjo.ohlog.com/interaksi-sosial.oh112676.html

http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/sosiologi-komunikasi-proses-sosial-dan-interaksi-sosial/

http://rinakhaa.wordpress.com/2011/05/24/dampak-modernisasi-terhadap-akulturasi-budaya/

http://www.scribd.com/doc/77100950/Akulturasi-Dan-Culture-Shock

Lampiran I

Daftar Pertanyaan Responden

a. Proses akulturasi komunikasi antar budaya dengan informan etnis

Jawa ?

1. Sudah berapa lama tinggal di Kecamatan Kabangka ?

136

Page 144: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

2. Pertama kali datang di Kecamatan Kabangka, apa yang ada

dalampikiran bapak/ibu mengenai penduduk asli Muna ?

3. Apa tujuan bapak/ibu datang dan menetap di Kecamatan Kabangka ?

4. Apakah lingkungan tempat tinggal bapak/ibu ada penduduk lokal yang

tinggal ?

5. Dalam kehidupan sehari-hari apakah bapak/ibu sering berkomunikasi

dengan penduduk lokal ?

6. Dimana saja bapak/ibu berkomunikasi dengan penduduk lokal ?

7. Apa saja yang sering dibicarakan dengan penduduk lokal ? (politik,

sosial dan budaya)

8. Bahasa apa yang bapak/ibu gunakan dalam berkomunikasi dengan

penduduk lokal ?

9. Apakah hubungan komunikasi bapak/ibu berjalan efektif ?

10. Bagaiman menurut bapak/ibu tentang penduduk lokal ?

b. Proses akulturasi komunikasi antar budaya, dimana informannya

penduduk asli Muna

1. Apakah dilingkungan tempat tinggal bapak/ibu ada yang tinggal etnis

Jawa ?

2. Apakah yang bapak/ibu pikirkan ketika pertama kali melihat etnis

Jawa datang di Kecamatan Kabangka ?

3. Dalam kehidupan sehari-hari apakah bapak/ibu sering berkomunikasi

dengan etnis Jawa ?

4. Dimana saja bapak/ibu berkomunikasi dengan etnis Jawa ?

5. Apa saja sering yang dibicarakan dengan etnis Jawa ?

6. Bahasa apa yang bapak/ibu gunakan dalam berkomunikasi dengan

etnis Jawa?

7. Apakah hubungan komunikasi bapak/ibu berjalan efektif ?

8. Bagaimana menurut bapak/ibu dengan keberadaan etnis Jawa di

kecamatan Kabangka ?

137

Page 145: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

c. Proses akulturasi komunikasi antar budaya, informannya etnis Jawa

dan penduduk asli Muna sehingga berlangsung dengan baik ?

1. Bagaimana awal anda bertemu dengan pasangan anda?

2. Suka duka menjalani pernikahan dengan etnis Jawa ?

3. Bagaimana hubungan komunikasi dengan pasangan anda ?

4. Apakah bapak/ibu mengetahui adat-istiadat dan bahasa etnis

Jawa/penduduk lokal ?

5. Apakah ada kemiripan budaya etnis Jawa dengan penduduk lokal ?

6. Apakah dikeluarga bapak/ibu ada yang menikah dengan etmis Jawa

atau penduduk lokal ?

7. Apakah bapak/ibu sering melakukan kerjasama dengan etnis

Jawa/penduduk lokal? Dalam hal apa saja dan mengapa kerjasama

tersebut dilakukan ?

8. Apakah selama ini bapak/ibu pernah berselisih paham dengan

penduduk lokal/etnis Jawa?

9. Bila ada masalah yang terjadi, bagaimana cara penyelesaiannya ?

Lampiran II

Foto-foto Kantor Camat dan Kantor Desa Wakobalu Agungserta Desa Sarimulyo di Kecamatan Kabangka.

A. Foto Kantor kecamatan Kabangka sebagai Pusat pemerintahan yang ada di Kec. Kabangka

138

Page 146: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

B. Foto Kantor Desa Sarimulyo sebagai Pusat pemerintahan di Desa ini yang berada di Kec. Kabangka

C. Foto Kantor Desa Wakobalu Agung sebagai Pusat pemerintahan di Desa ini yang berada di Kec. Kabangka

139

Page 147: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

140

Page 148: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Lampiran III

Beberapa Foto Hasil Komoditi Masyarakat Desa Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo di Kec. Kabangka

Beberapa foto hasil komoditi yang merupakan hasil perkebunan dari masyarakat Desa Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo

Tanaman Jeruk

Diantara beberapa hasil perkebunan yang ada, jeruklah yang memiliki

hasil yang terbesar, dimana hasilnya dipasok dibeberapa daerah diluar Kec.

Kabangka bahkan dipasarkan di beberapa daerah yang ada dipulau Sulawesi.

141

Page 149: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Tanaman Jagung

Tanaman Pepaya

142

Page 150: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

143

Page 151: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Tanaman Coklat

144

Page 152: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1723... · Web view repository.unhas.ac.idKomunikasi antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi

Tentang Penulis… .

Ade Ramayana yang akrab di sapa Ade merupakan

anak bungsu dari Bapak La Kenda dan Wa Ape.

Terlahir disebuah desa yang sangat sederhana yang

terletak di Kec. Kabawo Kab. Muna, Sulawesi

tenggara. Semasa hidup, penulis mulai menempuh

pendidikan pada TK DW. Oebhalano pada tahun

1996, SDN 10 Kabawo pada tahun 1997, kemudian

pada tahun 2003 pada SLTP 1 Kabawo dan di

SMAN 1 Kabawo pada tahun 2005. Hingga pada

tahun 2008 penulispun hijran ke Makassar untuk

melanjutkan pendidikan S1 di Universitas

Hasanuddin Jurusan Ilmu Komunikasi program studi

Public Relations. Pada saat ini penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir

(SKRIPSI).

Apabila ada saran dan kritik ataupun masukan mengenai hal-hal yang

berhubungan dangan Skripsi ini, pembaca dapat menghubungi penulis melalui

akun Twitter: @aderamayana, Facebook: Ade Ramayana ataupun dengan

mengirimkan email: [email protected].

145