22
BAB 2 PENEMPAAN LOGAM 2.1 Teori Dasar Menempa merupakan salah satu proses pembentukan yang dilakukan pada benda kerja dalam kondisi panas. Panas yang dimaksukan adalah sebelum dilakukan proses pembentukan benda logam dipanaskan terlebih dahulu sampai mencapai tempratur tempa yang diinginkan. Tempratur tempa yang diharapkan pada proses ini berkisar di atas daerah temperatur rekristalisasi bahan logam yang akan di tempa. Baja mempunyai temperatur rekristalisasi berkisar 723 º C. Pemanasan yang dilakukan pada benda kerja bertujuan untuk merobahan kekerasan logam menjadi bersifat lebih lunak. Sifat lunak dari benda kerja ini memudahkan untuk pembentukan. Baja yang mengalami proses pemanasan akan memberikan sifat lunak dan tidak mudah pecah apabila dilakukan pembentukan. Proses penempaan bahan logam ini dilakukan dengan menggunakan peralatan pengepres/pukul dan penahan atau landasan/anvil. Benda kerja diletakkan diantara landasan dan pemukul. Proses pemukulan dapat dilakukan dengan Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 4

81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

BAB 2

PENEMPAAN LOGAM

2.1 Teori Dasar

Menempa merupakan salah satu proses pembentukan yang

dilakukan pada benda kerja dalam kondisi panas. Panas yang dimaksukan

adalah sebelum dilakukan proses pembentukan benda logam dipanaskan

terlebih dahulu sampai mencapai tempratur tempa yang diinginkan.

Tempratur tempa yang diharapkan pada proses ini berkisar di atas daerah

temperatur rekristalisasi bahan logam yang akan di tempa. Baja

mempunyai temperatur rekristalisasi berkisar 723 º C. Pemanasan yang

dilakukan pada benda kerja bertujuan untuk merobahan kekerasan logam

menjadi bersifat lebih lunak. Sifat lunak dari benda kerja ini memudahkan

untuk pembentukan. Baja yang mengalami proses pemanasan akan

memberikan sifat lunak dan tidak mudah pecah apabila dilakukan

pembentukan. Proses penempaan bahan logam ini dilakukan dengan

menggunakan peralatan pengepres/pukul dan penahan atau landasan/anvil.

Benda kerja diletakkan diantara landasan dan pemukul. Proses pemukulan

dapat dilakukan dengan palu tempa secara manual atau juga dapat

dilakukan dengan mesin pemukul hammer sistem hidrolik atau dengan

menggunakan pemukul mekanik dengan motor listrik. Prinsip dasar

menempa secara mekanika mempunyai komponen pembentukan

pengepresan atau tekan, peregangan atau tarik, dan pemotongan/geser.

Penerapan proses penempaan di industri biasanya digunakan untuk

pembuatan komponen yang menggunakan bahan baku pejal dengan bentuk

profil kombinasi. Bahan dasar untukproses penempaan ini selain

berbentuk pejal juga mempunyai tingkat kekerasan bahan yang relatif

lebih keras. Kerasnya bahan ini menjadi lebih sulit untuk dikerjakan

dengan proses yang lain. Logam yang mengalami proses pemanasan akan

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 4

Page 2: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

meningkatkan keliatan bahan hal ini dapat diketahui dari proses uji impact

(tumbukan) dengan memvariasikan temperatur sepecimen pengujian.

Hasil pengujian impact ini memperlihatkan bahwa nilai impact sangat

dipengaruhi oleh temperatur bahan saat pengujian. Semangkin rendah

temperature bahan logam menunjukkan bahwa semangkin tinggi tingkat

kegetasan bahan tersebut dan nilai impactnya menjadi lebih kecil.

Penempaan yang sering dilakukan pada industri rumah tangga di

daerah umumnya dilakukan untuk proses pembuatan alat-alat pertanian

seperti parang, cangkul, sabit, bajak, kampak dan sebagainya. Proses

penempaan untuk pembuatan alat-alat pertanian ini diikuti dengan proses

Quenching atau pendinginan cepat. (Proses quenching ini bertujuan untuk

memberikan kekerasan permukaan benda pada daerah yang didinginkan

cepat. Hal ini diaplikasikan untuk pengerasan permukaan mata parang,

mata cangkul, mata sabit, dimana bagian alat-alat yang tajam ini menjadi

lebih keras. Bagian yang tajam akan memberikan permukaan yang keras

dan bagian alat yang belakang berbentuk tebal dan tidak diquenching,

sehingga alat-alat pertanian yang dihasilkan memiliki sifat kombinasi

keras dan liat sesuai dengan kebutuhan petani.

Gambar 1.1 Grafik Kecepatan Pendinginan (Hubungan Suhu dengan waktu

Pendinginan)

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 5

Page 3: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

2.1.1 Peralatan Proses Tempa

Dapur pemanas

Dapur pemanas atau dikenal juga dengan istilah dapur tempa

berfungsi untuk memanaskan benda kerja sampai temperature

tertentu sesuai dengan jenis benda kerja yang akan ditempa. Proses

pemanasan di dapur tempa ini menggunakan bahan bakar arang

kayu atau batu bara. Proses pembakaranberlangsung di dalam

tempat pembakaran dimana bahan bakar arang atau batu bara

dibakar dengan menambah hembusan udara yang dihasilkan dari

blower (penghembus). Aliran udara ini diharapkan dapat

mempercepat proses pembakaran arang kayu atau batu bara. Aliran

udara ini di salurkan memlalui lobang aliran yang langsung

bersentuhan dengan bahan bakar. Dapur pemanas ini dilengkapi

dengan bagian-bagian utama diantaranya tempat pembakar, motor

listrik dan blower, air pendingin, cerobong asap.

Gambar 1.2 Dapur Tempa

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 6

Page 4: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

Dapur pemanas ini terdiri dari tempat pembakaran, bodi,

cerobong asap, motor penggerak, blower, dan bak pendingin.

Tempat pembakaran adalah tempat yang digunakan untuk

pembakaran bahan bakar dengan dengan menggunakan hembusan

udara dari blower. Proses kerja pada dapur ini biasanya dilakukan

dengan memanaskan terlebih dahulu bahan bakar berupa batu bara

atau arang kayu sampai mencapai warna merah membara (lihat

gambar tungku pemanas). Setelah terlihat warna merah pada

pembakaran batu abar atau arang kayu ini benda kerja dimasukan

kedalam bara api. Benda kerja yang dimasukan kedalam bara api ini

setelah beberapa menit akan terlihat memerah. Warna bahanlogam

yang mengalami proses pembakaran ini berdasarkan pengalaman

mempunyai kisaran temperatur tersendiri tergantung dari jenis

bahan logamnya. Untuk baja dapat diperkirakan temperaturnya

menurut warna hasil pembakaran:

Tabel 2.1 Warna Pembakaran dan Temperatur

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 7

No Warna Pembakaran Perkiraan Temperatur

1 Merah Kebiruan 550 ºC - 850 º C2 Merah Menyala 850 ºC - 1050 º C3 Merah Jingga (orange) 1050 ºC - 1250 º C4 Orange Kekuningan 1250 ºC - 1450 º C5 Kuning 1450 ºC - 1725 ºC6 Kuning Keputihan 1725 ºC - T maxºC

Page 5: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

Proses pemanasan benda kerja untuk penempaan ini kisaran

warna pembakaran yang mucul adalah warna merah jingga atau

orange. Setelah warna ini muncul pada bagian benda yang akan

ditempa selanjutnya benda kerja diangkat dengan menggunakan

smeed tang. Smeed tang ini berguna untuk memegang benda kerja

dalam keadaan panas. Selanjutnya benda kerja diletakkan pada

landasan dan dilakukan proses penempaan dengan membentuk

benda kerja sesuai dengan gambar atau bentuk yang diinginkan.

Proses penempaan dilakukan secara berulang-ulang. Artinya proses

penempaantidak bisa dilakukan sekaligus, sebab pada saat proses

penempaan berlangsung benda kerja akan mulai mengalami

pendinginan sehingga setelah benda dingin dengan penandaan

perobahan warna benda yang menghitam kembali.Benda kerja

dibakar kembali sampai berwarna orange. Selanjutnya dilakukan

pembentukan kembali. Begitulah seterus-nya sampai benda kerja

mencapai bentuk yang dinginkan sesuai dengan gambar kerja.

Kesulitan yang sering muncul pada proses pengerjaan tempa ini

adalah proses penandaan benda kerja sebelum dipanaskan. Sebab

akibat proses pembakaran benda kerja akan mengalami perobahan

warna dan tanda yang diberikan pada benda kerja tidak terlihat. Di

samping itu pembentukan tempa secara manual ini memunyai

akurasi pengerjaan yang rendah. Pengalaman kerja akan dikuti

dengan peningkatan akurasi pekerjaan yang lebih baik

Landasan (anvil)

Landasan dikenal juga dengan istilah paron ini merupakan

bagian komponen yang sangat penting dalam kerja tempa ini.

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 8

Page 6: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

Landasan ini dapat dilihat pada gambar-gambar landasan berikut.

Landasan ini ada beberapa tipe sesuai dengan kebutuhan pekerjaan

yang diinginkan. Seperti landasan rata, profil, landasan paron.

Landasan ini berguna untuk peletakan benda kerja pada saat

dilakukannya proses pembentukan secara manual.

Gambar 2.3 Landasan Paron

Landasan atau paron ini terdiri dari bagian-bagian: dasar (base),

kaki (foot), badan (body), permukaan datar (face),meja (table),

tanduk (horn).

Gambar 2.4 Landasan Datar dan Landasan Profil

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 9

Page 7: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

Landasan datar ini terdiri dari meja besi yang pejal dengan

beberapa lobang pada permukaan meja. Lobang ini tembus sampai

ke bawah. Landasan ini dilengkapi dengan batang tirus melengkung

yang berguna untuk membentuk dan penjepit benda kerja pada meja.

Landasan profil terdiri dari berbagai macam bentuk profil yang ada

di sekitar landasan, baik berbentuk persegi, bulat, segienam dan

segitiga. Landasan profil ini dapat dibolak-balik sesuai dengan

kebutuhan bentuk yang diinginkan dari profil.

Smeed Tang

Gambar 2.5 Macam-Macam Smeed Tang

Smeed tang berfungsi untuk memegang benda kerja pada saat

dilakukannya proses penempaan. Smeed tang ini mempunyai

tangkai yang cukup panjang berkisat 400 – 500 mm. Panjang

tangkai ini berguna untuk mengurangi pengaruh panas benda kerja

ke tangan. Smeed tang ini dibedakan menurut catok atau ujung

pengapit benda kerja seperti catok rata, catok bulat, dan catok

berkaki. Catok rata berguna untuk memegang benda kerja persegi,

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 10

Page 8: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

catok bulat berguna memegang benda-benda bentuk silinder, dan

catok berkaki berguna untuk memegang benda yang ada lobangnya.

Palu

Palu merupakan peralatan yang sangat penting pada proses

penempaan ini. Palu ini berguna sebagai alat untuk membentuk

benda kerja tempa. Palu tempa dibedakan berdasarkan bentuk

kepalanya.

Gambar 2.6 Macam-macam Palu Tempa

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 11

Page 9: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

Ukuran palu ditentukan oleh berat dari kepala palu, seperti palu

250 gr, 500 gr, 1000 gr dan bahkan palu dengan berat 10 kg.

Dengan demikian pemakaian palu sangat bervariasi sesuai dengan

jenis kegiatan pekerjaan.

Jenis palu dapat dibagi dua yaitu palu keras dan palu lunak.

Palu keras adalah palu yang kepalanya terbuat dari baja dengan

kadar karbon sekitar 0,6%. Proses pembuatannya adalah dengan

jalan ditempa, kemudian dikeraskan pada bagian permukaannya

agar menjadi keras. Pemakaian palu keras pada bengkel kerja

bangku atau bengkel kerja mesin adalah sebagai pemukul pada kerja

memotong dengan pahat, menempa dingin, pada pekerjaan

assembling/perakitan, membengkokkan benda kerja, membuat tanda

dan pekerjaan pemukulan lainnya.

Palu Kombinasi Bulat &Setengah Bola Palu Kepala Bulat Besar

Palu Persegi Enam Rata Palu Kombinasi Bulat Silinder

Gambar 2.7 Beberapa Jenis Palu Tempa

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 12

Page 10: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

2.1.2 Klasifikasi Proses Tempa

Tempa dapat diklasifikasikan dengan berbagai macam cara,

diantaranya berdasarkan temperatur kerja :

Tempa panas atau hangat; cara ini paling banyak digunakan bila

diperlukan deformasi yang cukup besar; dengan memanaskan

kekuatan logam dapat dikurangi dan keuletannya bertambah.

Tempa dingin; cara ini juga sering dilakukan untuk pembuatan

produk tertentu. Keuntungan dari tempa dingin adalah dapat

meningkatkan kekuatan yang dihasilkan dari pengerasan regang.

Berdasarkan cara pemberian gaya untuk mendeformasikan

bendakerja, tempa dapat diklarifikasikan atas :

tempa dengan beban impak (impact),

tempa dengan beban gradual.

Cara lain untuk mengklasifikasikan proses tempa adalah

berdasarkan derajat aliran logam kerja yang didesak oleh dies.

1) Open-die forging

Adalah Proses penempaan dimana bendakerja ditekan diantara

dua buah cetakan (die) yang datar (hampir datar) sehingga logam

mengalir dalam arah lateral tanpa dihambat oleh permukaan

cetakan. Operasi penempaan ini dikenal sebagai upset forging yaitu

mengurangi tinggi bendakerja dan menambah diameternya. Bila

open-die forging dilakukan pada kondisi yang ideal yaitu tidak ada

gesekan antara permukaan bendakerja dan cetakan, sehingga terjadi

deformasi yang homogen, dan aliran radial logam seragam.

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 13

Page 11: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

Gambar1.8 Deformasi homogen bendakerja silinder dalam operasi cetakan

terbuka

Gambar 2.9 Deformasi sebenarnya bendakerja silinder dalam operasi

cetakan terbuka

Gesekan ini akan bertambah bila pengerjaan dilakukan dalam

keadaan panas dan cetakan (die) tetap dalam keadaan dingin. Hal

tersebut dapat mengakibatkan :

bertambahnya koefisien gesekan, dan

adanya transformasi panas dari bendakerja ke

permukaan/dekat permukaan cetakan, sehingga bagian

bendakerja yang berdekatan dengan cetakan lebih sulit

dideformasi dibanding dengan bagian tengahnya.

Dalam proses industri open-die forging dilakukan dalam

keadaan panas. Bentuk-bentuk yang dihasilkan dalam operasi open-

die forging yaitu fullering, edging, dan cogging.

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 14

Page 12: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

Gambar 2.10 Beberapa operasi penempaan cetakan terbuka (open die forging)

a. Fullering (a) adalah operasi tempa yang dilakukan untuk

mengurangi bagian melintang dan mendistribusikan logam

bendakerja sebagai persiapan penempaan bentuk yang

berikutnya. Permukaan cetakan berbentuk cembung. Ruang

antara kedua cetakan (cavity) sering didesain dengan

berbagai jarak (multicavity impression dies) sedemikian rupa

sehingga operasi diawali dengan pembentukan kasar sebelum

pembentukan akhir.

b. Edging (b) hampir sama dengan fullering, hanya disini

permukaan cetakan berbentuk cekung.

c. Cogging (c) adalah operasi tempa yang dilakukan secara

berturut-turut sepanjang panjang bendakerja untuk

mengurangi bagian melintang dan menambah panjangnya.

Cogging banyak digunakan dalam industri baja untuk

membentuk ingot hasil pengecoran menjadi bloom dan slab.

Biasanya digunakan open-die yang datar atau dengan

permukaan yang sedikit berkontur. Proses ini kadang-kadang

juga disebut incremental forging .

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 15

Page 13: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

2) Impression–die forging

Adalah proses penempaan dimana bendakerja ditekan diantara

sepasang cetakan yang tertutup, sehingga aliran logam dalam arah

lateral mendapat hambatan yang cukup signifikan Dalam operasi

tempa ini, sejumlah kecil logam kerja mengalir ke dalam celah

diantara kedua cetakan membentuk sirip (flash), seperti dapat

dilihat dalam gambar 5.10(b). Flash yang terbentuk diantara kedua

cetakan tersebut harus dipotong dengan proses trimming.

Impression-die forging kadang-kadang juga disebut penempaan

cetakan tertutup (closed-die forging) , dimana bentuk rongga

cetakannya merupakan kebalikan bentuk benda yang akan dibuat.

Gambar 2.11 Tahapan proses impression-die forging

Bahan baku bendakerja dalam gambar tersebut berbentuk

silinder serupa dengan bentuk bedakerja dalam operasi open-die

forging. Pada saat cetakan mendekati posisi akhirnya flash dibentuk

oleh aliran logam pada celah diantara cetakan. Walaupun flash

harus dipotong pada akhir operasi, tetapi sebenarnya juga

bermanfaat untuk menekan aliran logam menuju celah diantara

cetakan, sehingga logam akan mengisi seluruh rongga cetakan. Pada

penempaan panas, aliran logam menuju celah akan terhambat karena

flash yang tipis lebih cepat menjadi dingin, tekanan terhadap

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 16

Page 14: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

bendakerja akan bertambah dan mampu untuk mengisi seluruh

bagian dari rongga cetakan, sehingga diperoleh kualitas produk

yang lebih baik.

3) Flashless forging (true closed-die forging)

Yaitu proses tempa dengan cetakan tertutup dimana bahan baku

bendakerja seluruhnya berada dalam rongga cetak selama proses

penekanan, dan tidak ada sirip (flash) yang terbentuk.

Gambar 2.12 Penempaan tanpa sirip (flashless forging)

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 17

Page 15: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

2.2 Skema Proses

Gambar 2.13 Skema Proses penempaan

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 18

Pemanasan benda kerja di dalam tungku (1100oC)

Penjepitan benda kerja dengan smeed tang

Proses penempaan dengan palu (hammer)

Peletakan benda kerja di atas permukaan anvil

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar rencana kerja: palu las

Pemanasan kembali benda kerja (bila benda kerja sudah menghitam)

Proses penempaan kembali sampai membentuk produk yang diinginkan

Proses penggerindaan

Pencelupan ke dalam oli

Page 16: 81552137 BAB 2 Pengelasan SMAW

dfdffdfdf

Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 19