Upload
agi-nopriansyah
View
51
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
PENEMPAAN LOGAM
2.1 Teori Dasar
Menempa merupakan salah satu proses pembentukan yang
dilakukan pada benda kerja dalam kondisi panas. Panas yang dimaksukan
adalah sebelum dilakukan proses pembentukan benda logam dipanaskan
terlebih dahulu sampai mencapai tempratur tempa yang diinginkan.
Tempratur tempa yang diharapkan pada proses ini berkisar di atas daerah
temperatur rekristalisasi bahan logam yang akan di tempa. Baja
mempunyai temperatur rekristalisasi berkisar 723 º C. Pemanasan yang
dilakukan pada benda kerja bertujuan untuk merobahan kekerasan logam
menjadi bersifat lebih lunak. Sifat lunak dari benda kerja ini memudahkan
untuk pembentukan. Baja yang mengalami proses pemanasan akan
memberikan sifat lunak dan tidak mudah pecah apabila dilakukan
pembentukan. Proses penempaan bahan logam ini dilakukan dengan
menggunakan peralatan pengepres/pukul dan penahan atau landasan/anvil.
Benda kerja diletakkan diantara landasan dan pemukul. Proses pemukulan
dapat dilakukan dengan palu tempa secara manual atau juga dapat
dilakukan dengan mesin pemukul hammer sistem hidrolik atau dengan
menggunakan pemukul mekanik dengan motor listrik. Prinsip dasar
menempa secara mekanika mempunyai komponen pembentukan
pengepresan atau tekan, peregangan atau tarik, dan pemotongan/geser.
Penerapan proses penempaan di industri biasanya digunakan untuk
pembuatan komponen yang menggunakan bahan baku pejal dengan bentuk
profil kombinasi. Bahan dasar untukproses penempaan ini selain
berbentuk pejal juga mempunyai tingkat kekerasan bahan yang relatif
lebih keras. Kerasnya bahan ini menjadi lebih sulit untuk dikerjakan
dengan proses yang lain. Logam yang mengalami proses pemanasan akan
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 4
meningkatkan keliatan bahan hal ini dapat diketahui dari proses uji impact
(tumbukan) dengan memvariasikan temperatur sepecimen pengujian.
Hasil pengujian impact ini memperlihatkan bahwa nilai impact sangat
dipengaruhi oleh temperatur bahan saat pengujian. Semangkin rendah
temperature bahan logam menunjukkan bahwa semangkin tinggi tingkat
kegetasan bahan tersebut dan nilai impactnya menjadi lebih kecil.
Penempaan yang sering dilakukan pada industri rumah tangga di
daerah umumnya dilakukan untuk proses pembuatan alat-alat pertanian
seperti parang, cangkul, sabit, bajak, kampak dan sebagainya. Proses
penempaan untuk pembuatan alat-alat pertanian ini diikuti dengan proses
Quenching atau pendinginan cepat. (Proses quenching ini bertujuan untuk
memberikan kekerasan permukaan benda pada daerah yang didinginkan
cepat. Hal ini diaplikasikan untuk pengerasan permukaan mata parang,
mata cangkul, mata sabit, dimana bagian alat-alat yang tajam ini menjadi
lebih keras. Bagian yang tajam akan memberikan permukaan yang keras
dan bagian alat yang belakang berbentuk tebal dan tidak diquenching,
sehingga alat-alat pertanian yang dihasilkan memiliki sifat kombinasi
keras dan liat sesuai dengan kebutuhan petani.
Gambar 1.1 Grafik Kecepatan Pendinginan (Hubungan Suhu dengan waktu
Pendinginan)
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 5
2.1.1 Peralatan Proses Tempa
Dapur pemanas
Dapur pemanas atau dikenal juga dengan istilah dapur tempa
berfungsi untuk memanaskan benda kerja sampai temperature
tertentu sesuai dengan jenis benda kerja yang akan ditempa. Proses
pemanasan di dapur tempa ini menggunakan bahan bakar arang
kayu atau batu bara. Proses pembakaranberlangsung di dalam
tempat pembakaran dimana bahan bakar arang atau batu bara
dibakar dengan menambah hembusan udara yang dihasilkan dari
blower (penghembus). Aliran udara ini diharapkan dapat
mempercepat proses pembakaran arang kayu atau batu bara. Aliran
udara ini di salurkan memlalui lobang aliran yang langsung
bersentuhan dengan bahan bakar. Dapur pemanas ini dilengkapi
dengan bagian-bagian utama diantaranya tempat pembakar, motor
listrik dan blower, air pendingin, cerobong asap.
Gambar 1.2 Dapur Tempa
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 6
Dapur pemanas ini terdiri dari tempat pembakaran, bodi,
cerobong asap, motor penggerak, blower, dan bak pendingin.
Tempat pembakaran adalah tempat yang digunakan untuk
pembakaran bahan bakar dengan dengan menggunakan hembusan
udara dari blower. Proses kerja pada dapur ini biasanya dilakukan
dengan memanaskan terlebih dahulu bahan bakar berupa batu bara
atau arang kayu sampai mencapai warna merah membara (lihat
gambar tungku pemanas). Setelah terlihat warna merah pada
pembakaran batu abar atau arang kayu ini benda kerja dimasukan
kedalam bara api. Benda kerja yang dimasukan kedalam bara api ini
setelah beberapa menit akan terlihat memerah. Warna bahanlogam
yang mengalami proses pembakaran ini berdasarkan pengalaman
mempunyai kisaran temperatur tersendiri tergantung dari jenis
bahan logamnya. Untuk baja dapat diperkirakan temperaturnya
menurut warna hasil pembakaran:
Tabel 2.1 Warna Pembakaran dan Temperatur
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 7
No Warna Pembakaran Perkiraan Temperatur
1 Merah Kebiruan 550 ºC - 850 º C2 Merah Menyala 850 ºC - 1050 º C3 Merah Jingga (orange) 1050 ºC - 1250 º C4 Orange Kekuningan 1250 ºC - 1450 º C5 Kuning 1450 ºC - 1725 ºC6 Kuning Keputihan 1725 ºC - T maxºC
Proses pemanasan benda kerja untuk penempaan ini kisaran
warna pembakaran yang mucul adalah warna merah jingga atau
orange. Setelah warna ini muncul pada bagian benda yang akan
ditempa selanjutnya benda kerja diangkat dengan menggunakan
smeed tang. Smeed tang ini berguna untuk memegang benda kerja
dalam keadaan panas. Selanjutnya benda kerja diletakkan pada
landasan dan dilakukan proses penempaan dengan membentuk
benda kerja sesuai dengan gambar atau bentuk yang diinginkan.
Proses penempaan dilakukan secara berulang-ulang. Artinya proses
penempaantidak bisa dilakukan sekaligus, sebab pada saat proses
penempaan berlangsung benda kerja akan mulai mengalami
pendinginan sehingga setelah benda dingin dengan penandaan
perobahan warna benda yang menghitam kembali.Benda kerja
dibakar kembali sampai berwarna orange. Selanjutnya dilakukan
pembentukan kembali. Begitulah seterus-nya sampai benda kerja
mencapai bentuk yang dinginkan sesuai dengan gambar kerja.
Kesulitan yang sering muncul pada proses pengerjaan tempa ini
adalah proses penandaan benda kerja sebelum dipanaskan. Sebab
akibat proses pembakaran benda kerja akan mengalami perobahan
warna dan tanda yang diberikan pada benda kerja tidak terlihat. Di
samping itu pembentukan tempa secara manual ini memunyai
akurasi pengerjaan yang rendah. Pengalaman kerja akan dikuti
dengan peningkatan akurasi pekerjaan yang lebih baik
Landasan (anvil)
Landasan dikenal juga dengan istilah paron ini merupakan
bagian komponen yang sangat penting dalam kerja tempa ini.
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 8
Landasan ini dapat dilihat pada gambar-gambar landasan berikut.
Landasan ini ada beberapa tipe sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
yang diinginkan. Seperti landasan rata, profil, landasan paron.
Landasan ini berguna untuk peletakan benda kerja pada saat
dilakukannya proses pembentukan secara manual.
Gambar 2.3 Landasan Paron
Landasan atau paron ini terdiri dari bagian-bagian: dasar (base),
kaki (foot), badan (body), permukaan datar (face),meja (table),
tanduk (horn).
Gambar 2.4 Landasan Datar dan Landasan Profil
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 9
Landasan datar ini terdiri dari meja besi yang pejal dengan
beberapa lobang pada permukaan meja. Lobang ini tembus sampai
ke bawah. Landasan ini dilengkapi dengan batang tirus melengkung
yang berguna untuk membentuk dan penjepit benda kerja pada meja.
Landasan profil terdiri dari berbagai macam bentuk profil yang ada
di sekitar landasan, baik berbentuk persegi, bulat, segienam dan
segitiga. Landasan profil ini dapat dibolak-balik sesuai dengan
kebutuhan bentuk yang diinginkan dari profil.
Smeed Tang
Gambar 2.5 Macam-Macam Smeed Tang
Smeed tang berfungsi untuk memegang benda kerja pada saat
dilakukannya proses penempaan. Smeed tang ini mempunyai
tangkai yang cukup panjang berkisat 400 – 500 mm. Panjang
tangkai ini berguna untuk mengurangi pengaruh panas benda kerja
ke tangan. Smeed tang ini dibedakan menurut catok atau ujung
pengapit benda kerja seperti catok rata, catok bulat, dan catok
berkaki. Catok rata berguna untuk memegang benda kerja persegi,
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 10
catok bulat berguna memegang benda-benda bentuk silinder, dan
catok berkaki berguna untuk memegang benda yang ada lobangnya.
Palu
Palu merupakan peralatan yang sangat penting pada proses
penempaan ini. Palu ini berguna sebagai alat untuk membentuk
benda kerja tempa. Palu tempa dibedakan berdasarkan bentuk
kepalanya.
Gambar 2.6 Macam-macam Palu Tempa
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 11
Ukuran palu ditentukan oleh berat dari kepala palu, seperti palu
250 gr, 500 gr, 1000 gr dan bahkan palu dengan berat 10 kg.
Dengan demikian pemakaian palu sangat bervariasi sesuai dengan
jenis kegiatan pekerjaan.
Jenis palu dapat dibagi dua yaitu palu keras dan palu lunak.
Palu keras adalah palu yang kepalanya terbuat dari baja dengan
kadar karbon sekitar 0,6%. Proses pembuatannya adalah dengan
jalan ditempa, kemudian dikeraskan pada bagian permukaannya
agar menjadi keras. Pemakaian palu keras pada bengkel kerja
bangku atau bengkel kerja mesin adalah sebagai pemukul pada kerja
memotong dengan pahat, menempa dingin, pada pekerjaan
assembling/perakitan, membengkokkan benda kerja, membuat tanda
dan pekerjaan pemukulan lainnya.
Palu Kombinasi Bulat &Setengah Bola Palu Kepala Bulat Besar
Palu Persegi Enam Rata Palu Kombinasi Bulat Silinder
Gambar 2.7 Beberapa Jenis Palu Tempa
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 12
2.1.2 Klasifikasi Proses Tempa
Tempa dapat diklasifikasikan dengan berbagai macam cara,
diantaranya berdasarkan temperatur kerja :
Tempa panas atau hangat; cara ini paling banyak digunakan bila
diperlukan deformasi yang cukup besar; dengan memanaskan
kekuatan logam dapat dikurangi dan keuletannya bertambah.
Tempa dingin; cara ini juga sering dilakukan untuk pembuatan
produk tertentu. Keuntungan dari tempa dingin adalah dapat
meningkatkan kekuatan yang dihasilkan dari pengerasan regang.
Berdasarkan cara pemberian gaya untuk mendeformasikan
bendakerja, tempa dapat diklarifikasikan atas :
tempa dengan beban impak (impact),
tempa dengan beban gradual.
Cara lain untuk mengklasifikasikan proses tempa adalah
berdasarkan derajat aliran logam kerja yang didesak oleh dies.
1) Open-die forging
Adalah Proses penempaan dimana bendakerja ditekan diantara
dua buah cetakan (die) yang datar (hampir datar) sehingga logam
mengalir dalam arah lateral tanpa dihambat oleh permukaan
cetakan. Operasi penempaan ini dikenal sebagai upset forging yaitu
mengurangi tinggi bendakerja dan menambah diameternya. Bila
open-die forging dilakukan pada kondisi yang ideal yaitu tidak ada
gesekan antara permukaan bendakerja dan cetakan, sehingga terjadi
deformasi yang homogen, dan aliran radial logam seragam.
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 13
Gambar1.8 Deformasi homogen bendakerja silinder dalam operasi cetakan
terbuka
Gambar 2.9 Deformasi sebenarnya bendakerja silinder dalam operasi
cetakan terbuka
Gesekan ini akan bertambah bila pengerjaan dilakukan dalam
keadaan panas dan cetakan (die) tetap dalam keadaan dingin. Hal
tersebut dapat mengakibatkan :
bertambahnya koefisien gesekan, dan
adanya transformasi panas dari bendakerja ke
permukaan/dekat permukaan cetakan, sehingga bagian
bendakerja yang berdekatan dengan cetakan lebih sulit
dideformasi dibanding dengan bagian tengahnya.
Dalam proses industri open-die forging dilakukan dalam
keadaan panas. Bentuk-bentuk yang dihasilkan dalam operasi open-
die forging yaitu fullering, edging, dan cogging.
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 14
Gambar 2.10 Beberapa operasi penempaan cetakan terbuka (open die forging)
a. Fullering (a) adalah operasi tempa yang dilakukan untuk
mengurangi bagian melintang dan mendistribusikan logam
bendakerja sebagai persiapan penempaan bentuk yang
berikutnya. Permukaan cetakan berbentuk cembung. Ruang
antara kedua cetakan (cavity) sering didesain dengan
berbagai jarak (multicavity impression dies) sedemikian rupa
sehingga operasi diawali dengan pembentukan kasar sebelum
pembentukan akhir.
b. Edging (b) hampir sama dengan fullering, hanya disini
permukaan cetakan berbentuk cekung.
c. Cogging (c) adalah operasi tempa yang dilakukan secara
berturut-turut sepanjang panjang bendakerja untuk
mengurangi bagian melintang dan menambah panjangnya.
Cogging banyak digunakan dalam industri baja untuk
membentuk ingot hasil pengecoran menjadi bloom dan slab.
Biasanya digunakan open-die yang datar atau dengan
permukaan yang sedikit berkontur. Proses ini kadang-kadang
juga disebut incremental forging .
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 15
2) Impression–die forging
Adalah proses penempaan dimana bendakerja ditekan diantara
sepasang cetakan yang tertutup, sehingga aliran logam dalam arah
lateral mendapat hambatan yang cukup signifikan Dalam operasi
tempa ini, sejumlah kecil logam kerja mengalir ke dalam celah
diantara kedua cetakan membentuk sirip (flash), seperti dapat
dilihat dalam gambar 5.10(b). Flash yang terbentuk diantara kedua
cetakan tersebut harus dipotong dengan proses trimming.
Impression-die forging kadang-kadang juga disebut penempaan
cetakan tertutup (closed-die forging) , dimana bentuk rongga
cetakannya merupakan kebalikan bentuk benda yang akan dibuat.
Gambar 2.11 Tahapan proses impression-die forging
Bahan baku bendakerja dalam gambar tersebut berbentuk
silinder serupa dengan bentuk bedakerja dalam operasi open-die
forging. Pada saat cetakan mendekati posisi akhirnya flash dibentuk
oleh aliran logam pada celah diantara cetakan. Walaupun flash
harus dipotong pada akhir operasi, tetapi sebenarnya juga
bermanfaat untuk menekan aliran logam menuju celah diantara
cetakan, sehingga logam akan mengisi seluruh rongga cetakan. Pada
penempaan panas, aliran logam menuju celah akan terhambat karena
flash yang tipis lebih cepat menjadi dingin, tekanan terhadap
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 16
bendakerja akan bertambah dan mampu untuk mengisi seluruh
bagian dari rongga cetakan, sehingga diperoleh kualitas produk
yang lebih baik.
3) Flashless forging (true closed-die forging)
Yaitu proses tempa dengan cetakan tertutup dimana bahan baku
bendakerja seluruhnya berada dalam rongga cetak selama proses
penekanan, dan tidak ada sirip (flash) yang terbentuk.
Gambar 2.12 Penempaan tanpa sirip (flashless forging)
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 17
2.2 Skema Proses
Gambar 2.13 Skema Proses penempaan
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 18
Pemanasan benda kerja di dalam tungku (1100oC)
Penjepitan benda kerja dengan smeed tang
Proses penempaan dengan palu (hammer)
Peletakan benda kerja di atas permukaan anvil
Analisa dan pembahasan
Kesimpulan
Gambar rencana kerja: palu las
Pemanasan kembali benda kerja (bila benda kerja sudah menghitam)
Proses penempaan kembali sampai membentuk produk yang diinginkan
Proses penggerindaan
Pencelupan ke dalam oli
dfdffdfdf
Laboratorium Teknik Produksi-UNJANI 19