Upload
matho-nurse
View
53
Download
0
Embed Size (px)
LAPORAN PENDAHULUAN
OMPHALOCHELE
Oleh
SYAMSUNUR.SYARIFUDDIN
NIM. 70500111050
C.I Lahan C.I Institusi
PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2011
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Omphalokel (omfalokel) adalah adanya protrusi (keadaan menonjol kedepan) pada waktu
lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding abdomen di umbilikus dan
usus yang menonjol hanya ditutupi oleh membrane tipis transparan yang terdiri dari amnion
dan peritoneum (W. A. Newman Dorland, 2002).
Omphalocele merupakan defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar
dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang berherniasi
dibungkus oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly
juga membungkus massa hernia (Lelin-Okezone, 2007).
Omphalocele juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana dinding perut
mengandung struktur muskulo aponeuresis yang kompleks. Aponeuresis adalah lembaran
jaringan mirip tendon yang lebar serta mengkilap untuk membungkus dan melekatkan otot
yang satu dengan yang lainnya dan juga dengan bagian yang digerakkan oleh otot tersebut.
Omphalocele terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Karena gangguan fisiologis pada
sang ibu, dinding dan otot-otot perut janin tak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, organ
pencernaan seperti usus, hati, tali pusar, serta lainnya tumbuh di luar tubuh. Jenis
gastroschisis terjadi seperti omphalocele. Bedanya, posisi tali pusar tetap pada tempatnya.
(,2008 ,dr Redmal Sitorus).
B. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui. Pada 25 - 40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini
disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan :
1. Masalah genetic atau abnormalitas kromosom
2. Factor kehamilan seperti penyakit maternal dan infeksi, penggunaan obat (antibiotic
oxytetracycline), merokok, factor tersebut dikonstribusiakan dengan insufisiensi
plasenta dan kelahiaran dengan usia kehamilan rendah (small gestation age) atau bayi
premature.
3. Hernia diafragmatika kongenital
4. Kelainan jantung atau defek jantung
5. Defisiensi asam folat
6. Defisiensi salisilat
7. Hypoxia (penurunan suplai oksigen ke jaringan)
8. Kandungan lemah (Copy right@ www.medicastore.com, 2004).
C. Patofisiologi
Disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu
janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnaya omfalokel atau omphalocel.
Kelaianan ini dapat segera dilihat yaitu berupa protrusi dari kantong yang berisi usus dan
visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus. Angka kematian tinggi
apabila omfalokel besar karena akantong pecah dan terjadi infeksi. (DR. Iskandar Wahidiyat
(FKUI), 1985).
Suatu portusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat. Selama 6 – 10 minggu
kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan keluar dari dalam abdomen, pada tali pusat karena
abdomen berisi terlalu sedikit sekitar 10 – 11 minggu, normalnya usus akan berpindah
kemabali ke dalam abdomen. Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi secara normal akan
menyebabkan Omphalocele. Omphalocele biasanya ditutupi oleh membrane yang dilindungi
oleh visera. Bayi dengan omphalocele mempunyai insiden yang tinggi terhadap obnormalitas
yang lain, seperti imperforasi, agenesis colon dan defek diafragma atau jantung (Jackson,
D.B.& Sounders, 1993).
D. Maniestasi Klinis
Omphalocel dapat dilihat dengan jelas, karena isi abdomen menonjol atau keluar
melewati area perut yang tertekan. Berikut ini perbedaan ukuran omphalokel, yaitu :
1. Omphalocel kecil hanya usus yang keluar atau menonjol, sedangkan
2. Omphalocel besar : usus, hati atau limpa yang mungkin bisa keluar dari tubuh yang
sehat.
Omphalocel memperlihatkan sedikit pembesaran pada dasar tali puzat atau kantong
membrane yang menonjol pada umbilicus. Kantong tersebut berukuran dari kecil sampai
berukuran raksasa dan mengenai hati, limfe dan tonjolan besar pada bowel (isi perut). Tali
pusat biasanya diimsersi ke dalam kantong jika kantong rupture pada uteru, maka usus akan
terlihat gelap dan edematous. Jika tidak ditutup maka selama pelepasan, usus menunjukkan
normal yang esensial. Kira – kira 1 dari 3 bayi dengan omphalocel diasosiasikan sebagai
congenital anomaly atau abnormal.
E. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis tengah
pada bayi yang baru lahir.
Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa adanya kantong.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal defek pada
dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga
meninggi pada spinabifida yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan
pseudokolinesterase.
3. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan
marker structural dari kelainan kariotipik. Echocardiography fetus membantu
mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik
diperjelas dengan amniosentesis
Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis
tengah pada bayi yang baru lahir.
F. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit ini adalah :
1. Infeksi usus
2. Kematian jaringan usus yang bisa berhubungan dengan kekeringan atau trauma oleh
karena usus yang tidak dilindungi.
3. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan
yang telanjang.
4. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang
adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.
5. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang
lama
6. Nekrosis
7. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang
memperburuk prognosis.
G. Penatalaksanaan
1.Medik
Operasi dilakukan setelah lahir, akan tetapi mengingat dengan memasukkan semua
usus dan alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomen akan terjadi tekanan yang
mendadak pada paru, sehingga dapat menimbulkan gangguan pernafasan, maka operasi
biasanya dilakukan penundaan sampai beberapa bulan.
2.Keperawatan
Makalah keperawatan yang dapat terjadi adalah resiko infkasi, sebelum dilakukan
operasi bila kantong belum pecah dapat diolewskan merkurokrom setiap hari untuk
mencegah infeksi. Operasi ditunda sampai beberapa bulan atau menunggu terjadinya
penebalan selaput yang menutupi kantongh tersebut. Setelah diolesi merkurokrom dapat
ditutupi dengan kasa steril kemudian diatasnya ditutupi lagi dengan kapas agak tebal baru
dapat dipasangkan gurita.
Pada Ompohalocel diperbaiki dengan pembedahan, meskipun tidak selalu. Sebuah
kantong melindungi isi abdomen dan waktu yang tepat untuk masalah berat yang lain
(seperti gangguan hati) harus diberi lebih dulu, jika diperlukan. Untuk memfiksasi
omphalocel, kantung tersebut dibalut dengan benda buatan psesial , dimana kemudian
dijahit ditempat tersebut. Secara perlahan, lama – lama isi abdomen (Usus yang keluar)
ditekan ke dalam abdomen. Ketika omphalocel telah nyaman dalam rongga abdomen,
maka benda buatan tersebut dikeluarkan dan abdomen kemudian ditutup.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Fokus Pengkajian menurut Dongoes, M.F (1999):
1. Mengkaji Kondisi Abdomen
a. Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
b. Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus
c. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
d. Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis sering disebabkan
oleh inflamasi, obstruksi
e. Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh
pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses, inflamasi/obstruksi.
2. Mengukur temperatur tubuh
a. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI,
biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi.
b. Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam
c. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak.
3. Kaji Sirkulasi
a. Kaji adanya sianosis perifer
4. Kaji distress pernafasan
a. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap
b. Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat
c. Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea)
d. Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea
e. Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan
f. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri dada
g. Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing)
h. Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis
B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan rongga abdomen
(paru-paru)
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar
4. Kecemasan keluarga berhubungan dengan ancaman kematian
C. Intervensi / Rasional
Dx 1 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan rongga abdomen (paru-
paru).
Tujuan : Dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas selama 3 x 24 jam,
diharapkan pola napas pasien kembali normal dan efektif dengan status respirasi
skala 4.
Hasil yang diharapkan :
- Suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dypsneu, mampu bernapas
dengan mudah, tidak ada pursed (ips)
- Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tertekik, irama
napas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas
abnormal seperti whezing/mengi).
Intervensi/Rasional :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
R/ Memungkinkan untuk ekspansi paru yang maksimum
2. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
R/ Mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi
yang diperlukan.
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
R/ Membantu memaksimalkan jalan napas.
4. Atur intake cairan klien
R/ untuk mengoptimalkan keseimbangan
5. Keluarkan skret dengan batuk atau suction
R/untuk mengurangi penumpukan sekret
Dx 2 : Resiko kurang volume cairan b.d. dehidrasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen cairan selama 3 x 24 jam,
diharapkan keseimbangan cairan pada pasien adekuat dengan status cairan skala
4.
Kriteria hasil: a. Keseimbangan intake & output dalam batas normal
b. Elektrolit serum dalam batas normal
Intervensi/ Rasional :
1. Pertahankan intake & output yang adekuat
R/ untuk mengoptimalkan keseimbangan
2. Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)
R/untuk mengetahui setiap saat status hidrasi
3. Ukur berat badan tiap hari
R/indikator cairan dan status nutrisi
4. Berikan obat sesuai indikasi
R/menurunkan kehilangan cairan dari usus
DX 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol Infeksi selama 3 x 24 jam,
diharapakan infeksi tidak terjadi (terkontrol) dengan status kontrol infeksi skala
4.
Kriteria hasil: a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
Intervensi/rasional :
1. Pertahankan teknik isolasi
R/tekhnik isolasi diharapkan mampu memaksimalkan palayanan pada klien
2. Batasi pengunjung bila perlu
R/memberikan kenyamanan pada klien
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
R/menurunkan resiko penyebaran bakteri
4. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
R/untuk mencegah munculnya masalah baru
Dx 4 : Kecemasan keluarga berhubungan dengan ancaman kematian
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perbaikan Koping Keluarga selama 3
x24 jam, diharapkan kecemasan hilang atau berkurang dengan status cemas
skala 4.
Kriteria Hasil : a. Monitor intensitas kecemasan
b. Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress
c. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
d. Kondisikan lingkungan nyaman
Intervensi/rasional :
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.
R/pengetahuan tentang informasi yang sebenarnya membantu menurunkan ansietas
2. Tetap dampingi pasien dan keluarga dalam menjaga keselamatan pasien dan
mengurangi ansietas keluarga.
R/dengan didampingi diharapkan rasa cemas keluarga hilang dengan selalu
memberikan informasi yang tepat.
3. Instruksikan kepada keluarga untuk melakukan ternik relaksasi.
R/memberikan rasa nyaman pada kaluarga dalam mengurangi kecemasannya
4. Bantu keluarga mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.
R/untuk mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
DAFTAR PUSTAKA
Beth cecyl L, Sowden Linda A.2002 . Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Catzel, pincus.1990.Kapita Selekta Pediatri Edisi 2.Jakarta:EGC
Dongoes, M.F.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 2. Jakarta : EGC.
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0803/08/jab07.html/ Bayi Tanpa Dinding Perut Dirawat di RSUD Kardinah (diakses pada tanggal 28 Mei 2008)
http://google.com//omphalochele. (diakses pada tanggal 28 Mei 2008)