40
7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Definisi Wisma Atlet Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), wisma adalah bangunan untuk tempat tinggal, kantor, dan sebagainya; gerha; kumpulan rumah; kompleks perumahan; permukiman. Atlet adalah olahragawan, terutama yg mengikuti perlombaan atau pertandingan -kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan-. Menurut Wikipedia, atlet (dari bahasa Yunani: athlos yang berarti "kontes") adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. Para atlet harus mempunyai kemampuan fisik yang lebih tinggi dari rata-rata. Jadi, wisma atlet adalah bangunan untuk tempat tinggal untuk para olahragawan yang mengikuti pertandingan olahraga. II.1.2 Wisma Fajar (Wisma Fairbank) Wisma Fajar (Wisma Fairbank) terdiri dari 3 tower yang masing-masing towernya terdiri dari 1 lantai dasar dan 10 lantai hunian yang berisi 20 unit ruang serupa dengan apartemen. Pada tiap lantainya terdiri dari 2 unit, dimana tiap unitnya berisi 1 ruang keluarga, 3 ruang tidur, 3 kamar mandi/wc, 1 ruang dapur, 1 ruang jemur, 1 balkon yang berada di dekat ruang keluarga. Wisma Fajar (lihat gambar 2.1) pada awalnya difungsikan sebagai mess karyawan Singapura yang bekerja di Jakarta, bangunan tersebut dibangun pada tahun 1974 dan difungsikan pada tahun 1980. Pada tahun tersebut, Wisma Fajar dikontrakkan kepada pihak Singapura. Namun untuk keperluan tempat tinggal atlet, bangunan tersebut beralih fungsi sebagai wisma atlet sejak tahun 1985 hingga 1995. Maka dari itu, susunan ruang dan denahnya tidak seperti wisma atlet pada umumnya. Pengelolaan wisma tersebut kemudian beralih kembali

7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

7  

BAB II

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Umum

II.1.1 Definisi Wisma Atlet

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), wisma adalah bangunan

untuk tempat tinggal, kantor, dan sebagainya; gerha; kumpulan rumah;

kompleks perumahan; permukiman. Atlet adalah olahragawan, terutama yg

mengikuti perlombaan atau pertandingan -kekuatan, ketangkasan, dan

kecepatan-. Menurut Wikipedia, atlet (dari bahasa Yunani: athlos yang berarti

"kontes") adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga

kompetitif. Para atlet harus mempunyai kemampuan fisik yang lebih tinggi dari

rata-rata.

Jadi, wisma atlet adalah bangunan untuk tempat tinggal untuk para

olahragawan yang mengikuti pertandingan olahraga.

II.1.2 Wisma Fajar (Wisma Fairbank)

Wisma Fajar (Wisma Fairbank) terdiri dari 3 tower yang masing-masing

towernya terdiri dari 1 lantai dasar dan 10 lantai hunian yang berisi 20 unit ruang

serupa dengan apartemen. Pada tiap lantainya terdiri dari 2 unit, dimana tiap

unitnya berisi 1 ruang keluarga, 3 ruang tidur, 3 kamar mandi/wc, 1 ruang dapur,

1 ruang jemur, 1 balkon yang berada di dekat ruang keluarga.

Wisma Fajar (lihat gambar 2.1) pada awalnya difungsikan sebagai mess

karyawan Singapura yang bekerja di Jakarta, bangunan tersebut dibangun pada

tahun 1974 dan difungsikan pada tahun 1980. Pada tahun tersebut, Wisma Fajar

dikontrakkan kepada pihak Singapura. Namun untuk keperluan tempat tinggal

atlet, bangunan tersebut beralih fungsi sebagai wisma atlet sejak tahun 1985

hingga 1995. Maka dari itu, susunan ruang dan denahnya tidak seperti wisma

atlet pada umumnya. Pengelolaan wisma tersebut kemudian beralih kembali

Page 2: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

8  

kepada pihak Pengelola dan Pengembangan Komplek Gelora Bung Karno

(PPGBK) pada tahun 2004. Gambar 2.1 Perspektif Wisma Fajar

Selain panas dan tidak nyaman, keluhan lain dari atlet adalah banyaknya

nyamuk terutama musim kemarau. Atlet suka terbangun tengah malam hanya

untuk memukul nyamuk dan ini sangat mengganggu bagi atlet yang akan

berlomba keesokan harinya (Tempo online, 1987). Dulunya, Wisma Fajar

ditempati oleh atlet yang tiap unitnya diisi sebanyak 15 atlet. Hanya ada 6 unit

yang digunakan oleh atlet (lihat gambar 2.2 dan gambar 2.3), sisanya disewakan

untuk umum dan juga digunakan untuk kantor pengelola. Gambar 2.2 Ruang Keluarga Gambar 2.3 Ruang Tidur

Bangunan ini tidak pernah direnovasi sama sekali sejak pertama kali di

bangun. Kondisi pengudaraan alami terasa kurang nyaman, banyak nyamuk,

serta interior ruangan yang sangat memprihatinkan (lihat gambar 2.4 dan gambar

2.5). Kantin yang ada saat ini tidak mengundang selera. Selain itu, tidak adanya

sarana hiburan membuat para atlet cepat merasa jenuh. Kondisi ini membuat

atlet menjadi kurang nyaman, bahkan stress pada saat persiapan pertandingan.

Page 3: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

9  

Gambar 2.4 Kamar Mandi/WC Gambar 2.5 Ruang Dapur

Ruangan yang ada merupakan ruang yang diperuntukkan bagi sebuah

keluarga. Ruangan seperti ruang jemur atau balkon (lihat gambar 2.6 dan

gambar 2.7) sebenarnya kurang dibutuhkan oleh para atlet. Kondisi ruang yang

bisa dikatakan layak pakai ini memang tidak cocok untuk digunakan oleh para

atlet yang akan membawa nama baik bangsa Indonesia. Gambar 2.6 Ruang Jemur Gambar 2.7 Balkon

Seluruh atlet yang akan bertanding di Komplek Gelora Bung Karno memilih

tinggal di Hotel Atlet Century dibandingkan dengan Wisma Fajar. Saat ini,

Wisma Fajar (Wisma Fairbank) disewakan untuk kepentingan umum, seperti

pekerja pada proyek apartemen yang berada tidak jauh dari lokasi.

Dalam “Kerangka Acuan Rencana Pembangunan Wisma Atlet”, tercantum

visi dan misi Gelora Bung Karno, yaitu:

Visi:

1. Keputusan Presiden R.I No. 318 Tahun 1962 menetapkan bahwa tujuan

daripada pembentukan Yayasan Gelanggang Olahraga Bung Karno adalah

untuk mengusahakan bidang pembangunan di bidang mental/rohani,

spiritual, dan jasmaniah/fisik melalui kegiatan-kegiatan olahraga yang

bersifat nasinal maupun internasional,kegiatan-kegiatan kebudayaan,

rekreasi, pendidikan, dan kegiatan-kegiatan dalam rangka usaha

Page 4: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

10  

meningkatkan persahabatan dan perdamaian dunia serta penerangan massa

dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut di atas dilakukan dengan memperhatikan

asas-asas ekonomi perusahaan tanpa mengabaikan asas-asas sosialnya.

2. Gagasan tersebut dilanjutkan dan lebih dimantapkan dengan Pembentukan

Badan Pengelola Gelora Senayan (sekarang Badan Pengelola Gelora Bung

Karno) sebagaimana tercakup dalam keputusan Presiden R.I Nomor 4 Tahun

1984.

Misi:

1. Pengamanan asset eks Aisan Games IV Tahun 1962 sebagai asset Negara

Republik Indonesia.

2. Pemeliharaan dan pengembangan untuk mendukung kemajuan olahraga

nasional.

3. Pengembangannya sebagai objek wisata dan prasarana komunikasi.

4. Pelestarian lingkungan sebagai paru-paru kotadengan tetap

mempertahankannya sebagai ruang terbuka hijau.

Rencana pembangunan Wisma Atlet merupakan bagian dari penataan ulang

pada sub-blok 18 yang harus disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kawasan

Gelora Bung Karno yang aktual, mengingat saat ini sedang dilakukan penataan

ulang oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sebagai review atas Rencana Induk

Kawasan Gelora Senayan (RIKGS), yang ditandatangani bersama oleh Gubernur

DKI Jakarta (Bapak Suryadi Sudirja) dan Menteri/Sekretaris Negara selaku

Ketua Badan Pengelola Gelora Senayan (Bapak Moerdiono).

Bentuk Pengelolaan Wisma Atlet Gelora Bung Karno adalah:

1. Sebagai sarana akomodasi para atlet pada saat event-event olahraga.

2. Sebagai “Youth Hostel” ataupun disewakan kepada umum secara

terbatas, apabila tidak ada even olahraga. Jumlah kamar minimal 200

kamar yang dapat dihuni 2-3 orang tiap kamar.

3. Sebagai tempat “Seminar/Pelatihan Olahraga” baik bagi official,

juri/wasit, maupun altlet sendiri.

4. Sebagai “Function Room/Ruang Serbaguna” untuk kepentingan

KONI, BPGBK, maupun para atlet

Page 5: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

11  

II.1.3 Studi Banding Wisma Atlet

Tabel 2.1 Perbandingan Studi Banding 1

Wisma putra & putri Wisma putra Wisma putri

Zoning bangunan

Fasilitas Kamar tidur (2-3 orang), km/wc dalam, r. Jemur, r. Bersama, r. Laundry, r. Gosok, linen room, pantry, r. Serbaguna, r. Pengelola.

Wisma (4 orang), km/wc luar (5 km & 5 wc tiap lantai), ruang bersama, ruang laundry, ruang linen,pantry, lapangan

Wisma (3 orang), km/wc (3 wc & bak besar), ruang bersama, ruang cuci&jemur, pantry, gudang

Massa bangunan

Huruf U Persegi panjang dengan void di tengah

Persegi panjang

Struktur Portal beton Portal beton Portal beton

Sirkulasi Single loaded Single loaded Double loaded

Jumlah lapis

3 3 1

Kapasitas 450 orang 132 orang 27 orang

Jumlah unit bangunan

1 2 5

Kelebihan Kebutuhan primer para atlet sudah tersedia di dalam satu bangunan, lapangan dan ruang serbaguna mempermudah pelaksanaan briefing sebelum bertanding atau berlatih.

Kebutuhan primer para atlet sudah tersedia di dalam satu bangunan, lapangan dan ruang serbaguna mempermudah pelaksanaan briefing sebelum bertanding atau berlatih

Kebutuhan primer para atlet sudah tersedia di dalam satu bangunan

Kekurangan

Ruang makan serta fasilitas penunjang lain jauh dari wisma atlet ini sendiri.

Ruang makan serta fasilitas penunjang lain jauh dari wisma atlet ini sendiri

Ruang makan serta fasilitas penunjang lain jauh dari wisma atlet ini sendiri

Page 6: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

12  

Lainnya Bangunan lain dalam satu komplek: poliklinik (r.massage, kamar mandi/wc, ruang psikologi, ruang perawat, ruang rawat inap, ruang praktek, ruang tunggu, ruang obat-obatan, ruang pendaftaran dan administrasi), dapur & r. Makan, fitness center & klinik, wisma pelatih

Gambar 2.8 Wisma Atlet Ragunan

Gambar 2.9 Zoning Wisma Atlet Ragunan

Gambar 2.10 Ruang Tidur Gambar 2.11 Kamar Mandi/WC dan Ruang Jemur

Gambar 2.12 Ruang Belajar dan Lemari Pakaian

Page 7: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

13  

Gambar 2.13 Ruang Bersama

Gambar 2.14 Ruang Laundry Gambar 2.15 Ruang Gosok dan Linen Room

Gambar 2.16 Pantry Gambar 2.17 Ruang Serbaguna

Gambar 2.18 Ruang Pengelola

Page 8: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

14  

Gambar 2.19 Wisma Hanamesa

Gambar 2.20 Dapur

Gambar 2.21 Fitness Center Gambar 2.22 Ruang Klinik

Gambar 2.23 Ruang Obat dan Ruang Praktek

Gambar 2.24 Wisma Pelatih

Page 9: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

15  

Gambar 2.25 Asrama Pria

Gambar 2.26 Zoning Asrama Pria

Gambar 2.27 Selasar Gambar 2.28 Ruang Tidur

Gambar 2.29 Kamar Mandi/WC

Page 10: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

16  

Gambar 2.30 Asama Wanita

Gambar 2.31 Zoning Asama Wanita

Gambar 2.32 Ruang Tidur

Gambar 2.33Ruang Bersama

Gambar 2.34 Ruang Jemur Gambar 2.35 R. Cuci

Page 11: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

17  

Tabel 2.2 Perbandingan Studi Banding 2

Wisma nakhon ratchasima

Beijing athlete village

Asrama atlet pb djarum

Zoning bangunan/

Foto

Fasilitas Wisma, km/wc, ruang bersama

Wisma, km/wc, ruang bersama, fasilitas penunjang lain

Wisma, km/wc, ruang bersama, pantry, ruang cuci & gososk, pantry, ruang cuci, ruang loker

Massa bangunan

Persegi Persegi panjang Persegi panjang

Struktur Portal beton Portal beton Portal beton

Sirkulasi Single Loaded Double Loaded Double Loaded

Jumlah lapis 1 6 & 9 2

Kapasitas 40 orang 16.800 orang 40 orang

Jumlah unit bangunan

50 22 & 20 20

Kelebihan Kebutuhan primer para atlet sudah tersedia di dalam satu bangunan

Bangunan ini digunakan sebagai hunian setelah olimpiade selesai

Berbentuk seperti town house

Kekurangan Harus memiliki lahan yang sangat luas, fasilitas penunjang jauh dari bangunan wisma itu sendiri

Tidak terdapat cukup open public space

Tidak terdapat cukup open public space

Lainnya Gudang, plaza, ruang permainan (game room), massage center, internet café, av cinema, gymnasium, religious center, laundry, polyclinic,

Klinik, restaurant, perpustakaan, pusat hiburan,fitnes, kolamrenang, lapangantenis, lapangan basket dan areajoging. Barbershop, internet

Madding,kantin, fisioterapi, lapangan, hall of fame

Page 12: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

18  

cafetaria, asrama, shuttle bus

cafe, kantor pos, kantor pengiriman barang ups, toko souvenir olympic, supermarket, ruang dvd,ruang recording, ruang rekreasi, klub, hall karaoke, ruang fitness, dan 5 ruang ibadah.

Gambar 2.36 Fasilitas di Nakhon Ratchasima

Gambar 2.37 Zoning Wisma Atlet di Thailand

Page 13: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

19  

Gambar 2.38 Asrama

Page 14: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

20  

Gambar 2.39 Denah Bangunan Fasilitas

Page 15: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

21  

Gambar 2.40 Perspektif Mata Burung Beijing Athlete Village

Gambar 2.41 Asrama Atlet di Olympic Village

Gambar 2.42 Klinik Kesehatan Gambar 2.43 Restauran

Gambar 2.44 Ruang Tidur Gambar 2.45 Kamar Mandi/WC

Page 16: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

22  

Gambar 2.46 Alat Fitness

Gambar 2.47 Ruang Fisioterapi

Gambar 2.48 Kantin

Gambar 2.49 Asrama Atlet PB Djarum

Page 17: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

23  

Gambar 2.50 Ruang Tidur Asrama Putri

Tabel 2.3 Perbandingan Studi Banding 3

London athlete village Singapore olympic village

Fasilitas Wisma, km/wc, ruang bersama, fasilitas penunjang lain

Wisma, km/wc, ruang bersama, fasilitas penunjang lain

Massa bangunan

Persegi panjang Persegi panjang

Struktur Portal beton Portal beton

Sirkulasi Double loaded Double loaded

Jumlah lapis 10 5

Kapasitas 17.000 orang 5.000 orang

Jumlah unit bangunan

20 3

Kelebihan Digunakan sebagai hunian setelah Olimpiade selesai. Ada

Fasilitas penunjang berbentuk lingkaran

Page 18: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

24  

taman, dekat sungai

Kekurangan Tidak terdapat cukup open public space

Lainnya Shuttle, plaza, pertokoan, restoran, klinik, ruang media

Toko retail,bank, kantor pengelola, kantor pos, dan kantor biro perjalanan, media sub centre, ruang makanbersama, pusat digital media termasuk internet centre, klinik kesehatan, Ruang tv, ruang meeting, internet nirkabel, hot-spot akses, ruang ibadah, dan klinik bersama, laundry

Gambar 2.51 London Athletes’ Village

Gambar 2.52 Young Olympic Village, Singapore

Kesimpulan :

• Fasilitas utama: kamar atlet & pelatih, ruang pengelola, kamar mandi /

wc, ruang bersama, laundry room, gudang, pantry, ruang makan & dapur,

ruang serbaguna, ruang gym, tempat ibadah , klinik, massage room,

plaza/open space, shuttle bus, parkir sepeda, info center/lobby, meeting

room

Page 19: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

25  

• Fasilitas Penunjang: café, minimart, game room, audio visual room,

karaoke room, internet area, klub, barbershop, kantor pos, jasa pengiriman

barang , souvenir shop, jasa travel, perpustakaan, hall of fame, atm center

• Massa bangunan persegi panjang

• Struktur portal beton

• Sirkulasi pada umumnya double loaded

II.2 Tinjauan Khusus

II.2.1 Arsitektur Hemat Energi

Menurut Tri Harso Karyono (2010), arsitektur hijau merupakan suatu

rancangan lingkungan binaan, kawasan, dan bangunan yang komprehensif.

Rancangan harus memenuhi criteria hemat dalam menggunakan sumber daya

alam, minim menimbulkan dampak negative, serta mampu meningkatkan

kualitas hidup manusia.

Dari standar hijau yang digunakan oleh beberapa negara, terlihat bahwa

secara umum aspek pemilihan tapak, pengolahan tapak, transportasi (jalur

pedestrian dan transportasi kawasan), konservasi air, penghematan energi,

penggunaan energy terbarukan, penggunaan material yang berkelanjutan,

pengolahan limbah, penutup tanah berpori, meminimalkan efek heat island,

penggunaan material bangunan yang sehat merupakan aspek yang penting untuk

diperhitungkan dalam tingkat hijau bangunan.

Bangunan dan infrastruktur yang dibangun tidak menimbulkan kerusakan

tapak, tidak menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan sekitarnya,

misalnya banjir, polusi air, tanah, dan udara. Demikian pula penempatan fasilitas

atau bangunan perlu menyelaraskan dan mengoptimalkan kondisi tapak yang

ada.

Penataan bangunan yang satu dengan yang lain dibuat sedemikian pula agar

warga dapat berjalan kaki atau menggunakan sepeda dengan mudah dan

terjangkau. Perubahan tapak dilakukan seminimal mungkin, sementara

pengolahan tapak dilakukan seefektif mungkin demi efisiensi penggunaan

energy, air, dan sumber daya alam lain.

Page 20: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

26  

Dalam rangka pengolahan tapak dan peningkatan kualitas tapak, perkerasan

permukaan tanah perlu mempertimbangkan aspek ‘penyerapan’ air hujan.

Material berpori, conblock, grassblock, merupakan material yang

direkomendasikan. Jalur pedestrian atau pejalan kaki serta jalur sepeda perlu

disediakan secara memadai dari sisi dimensi dan kenyamanan pengguna. Jalur

tersebut perlu diteduhi dengan pohon pelindung sehingga pengguna jalan

tersebut terlinding dari sengatan matahari serta meminimalkan efek heat island.

Konservasi atau penghematan energi yang dibicarakn lebih mengarah kepada

penghematan operasional kawasan dan bangunan. Rancangan dan tata letak

massa bangunan di suatu kawasan permukiman sangat mempengaruhi

penggunaan energi kawasan secara menyeluruh. Orientasi bangunan, arah

hadapan bangunan, mempengaruhi tingkat kenyamanan fisik serta konsumsi

energi. Demikian pula ‘jarak’ antara bangunan atau fungsi yang saling

terkaitakan memengaruhi konsumsi energi bagi perpindahan manusia atau

transportasi dari satu tempat ke tempat lain.

Prinsip utama dalam memnurunkan suhu (panas) di dalam rumah adalah

mengurangi perolehan panas (heat gain) radiasi matahari yang jauh mengenai

bangunan. Pengurangan radiasi matahari ii dapat melalui ‘pembayangan’

bangunan lain di sekitar nya, atau dengan pembayangan pohon besar di sekitar

rumah.

Jika perolehan panas matahari dapat diminimalkan, maka suhu udara di

dalam rumah akan rendah. Meskipun ini bersifat relative, artinya jika kondisi

suhu udara luar di sekitar rumah sudah tinggi, maka suhu udara di dalam rumah

juga cendrung akan tinggi. Dari hasil penelitian Tri Harso Karyono, suhu

nyaman di Jakarta dicapai antara 24,5 hingga 28,5 °C, dengan kelembaban di

bawah 70% dan aliran udara di atas 0,2 m/detik. Namun seandainya

pengondisian udara mekanis (AC) tetap harus digunakan, maka dengan

memperhatikan hal-hal berikut diharapkan beban pendinginan AC menjadi lebih

rendah, artinya kapasitas daya yang digunakan berkurang dan konsekuensinya

menghemat pemakaian energi listrik.

Prinsip-prinsip green architecture menurut Brenda dan Robert Vale, dalam

buku Green Architecture Design for A Sustainable future :

Page 21: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

27  

a. Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan harus

meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin

memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ).

b. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan harus

berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada.

c. Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan

sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat

digunakan di masa mendatang /penggunaan material bangunan yang tidak

berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.

d. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan

tersebut / Respect for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan

sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah

tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak

lingkungan yang ada ).

e. Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang

bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi

semua kebutuhannya.

f. Menetapkan seluruh prinsip-prinsip green architecture secara keseluruhan /

Holism : Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai

kebutuhan bangunan kita.

Arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran

meminimalkan penggunaan energy tanpa membatasi atau merubah fungsi

bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya. Arsitektur hemat

energy berdasarkan pada prinsip konservasi energi (sumber yang tidak

terbarukan) yang menciptakan istilah forms follows energy (Sumber: Energy-

efficient Architecture, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau, Juimmy

Priatman, 2002).

Standar ACE (Asean Centre of Energy) menyatakan bahwa gedung hemat

energi bila penggunaan listriknya maksimal 200 kWh per meter persegi per

tahun dan OTTV-nya maksimal 45 watt per meter persegi. Rancangan gedung

juga diharapkan menyatu dengan lingkungan sekitar. Standar ini dapat

digunakan sebagai acuan mencapai bangunan hemat energi.

Page 22: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

28  

Penghematan Energi : Rancangan Hemat Energi

1. Meminimalkan Perolehan Panas Matahari

Menghalangi radiasi matahari langsung pada dinding-dinding trasnparan yang

dapat mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca, yang berarti akan menaikkan

suhu dalam bangunan.

2. Mengurangi transmisi panas dari dinding-dinding massif yang terkena radiasi

matahari langsung, dengan melakukan penyelesaian rancangan tertentu,

misalnya:

a. Membuat dinding lapis (berongga) yang diberi ventilasi pada rongganya.

b. Menenpatkan ruang-ruang service (tangga, toilet, pantry, gudang, dan

sebgainya).

c. Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-langit (pada bangunan

rendah) agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut.

3. Orientasi Bangunan Utara-Selatan (Memanjang Timur-Barat)

Efek dari orientasi bangunan, ketebalan dinding, dan warna dinding terhadap

suhu udara di dalam bangunan diperlihatkan oleh percobaan Givoni. Di kawasan

sekitar equator, sisi barat-timur mendapatkan panas yang lebih tinggi disbanding

sisi utara-selatan. Dalam percobaan dengan dinding warna putih, terlihat bahwa

suhu udara ruang berfluktuasi terhadap suhu udara luar. Pada siang hari

umumnya suhu udara di dalam bangunan lebih rendah disbanding suhu luar,

sementara malam hari suhu udara di dalam bangunan lebih tinggi disbanding

suhu luar.

Semakin tebal dinding, fluktuasi semakin kecil, karena kondisi suhu udara di

dalam bangunan semakin stabil. Efek orientasi bangunan terhadap suhu udara di

dalam bangunan juga tampak jelas. Suhu ruang rata-rata pada sisi dinding timur-

barat lebih tinggi disbanding suhu ruang pada sisi selatan. Perbedaan suhu ruang

rata-rata timur-barat dengan ruang sisi selatan mencapai hamper 1°C untuk

dinding tipis (10cm) dan lebih dari 1,5°C untuk dinding tebal (20cm).

Untuk dinding warna abu-abu, pengaruh orientasi dan ketebalan dinding

terhadap perbedaan suhu lebih jelas terlihat. Untuk ketebalan dinding 10cm suhu

ruang dalam terendah hamper selalu di bawah suhu luar. Sementara itu,

perbedaan terbesar rata-rata antara ruang pada sisi yang berbeda dapat mencapai

Page 23: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

29  

4,5°C, sedangkan perbedaan pada waktu tertentu, maksimum dapat mencapai

7,5°C. Semakin tebal dinding, variasi suhu udara di berbagai waktu dan orientasi

semakin rendah. Dinding tebal membuat fluktuasi suhu semakin kecil.

4. Organisasi uang : Aktivitas/Ruang Utama Diletakkan di Tengah Bangunan,

Diapit oleh Ruang-Ruang Penunjang/Service di Sisi Timur-Barat

Dinding ruang di bagian barat akan mendapatkan radiasi matahari siang dan

sore yang sangat tinggi, dan membuat ruang di dalamnya panas.

5. Memaksimalkan Pelepasan Panas Bangunan

Pelepasan panas bangunan ke udara di sekitarnya terjadi melalui proses

radiasi, konduksi, dan konveksi. Pelepasan panas bangunan melalui proses

radiasi umumnya terjadi pada malam hari ketika suhu udara sekitar bangunan

turun, maka terjadi perpindahan panassecara radiasi dari bangunan ke udara di

sekitarnya. Pelepasan panas melalui proses konduksi terjadi dari bangunan ke

tanah, dimana panas bangunan mengalir melalui struktur, dinding, dan lantai ke

tanah di bawahnya. Sementara itu, pelepasan panas melalu konveksi terjadi

setiap waktu, dimana angin yang bersuhu lebih rendah dari suhu bangunanakan

bersinggungan dengan bagian-bagian bangunan seperti atap, dinding, termasuk

bagian dalam bangunan (melalui proses ventilasi). Udara yang bergerak (angin)

mengambil panas dari bagian-bagian bangunan yang disentuhnya sehingga

bagian bangunan teresebut menjadi lebih dingin.

Salah satu hal penting adalah membuat rancangan bangunan yang

memungkinkan perpindahan panas secara konveksi berlangsung optimal, yakni

membuat bukaan, jendela, jalusi, dan sebagainya yang memungkinkan ventilasi

udara silang terjadi secara optimal di dalam bangunan. Aliran udara sangat

berpengaruh menciptakan ‘efek dingin’ pada tubuh manusia sehingga sangat

membantu pencapaian kenyamanan termis manusia.

6. Meninimalkan Radiasi Panas dari Plafon (untuk Lantai Teratas)

Untuk meminimalkan radiasi panas yang berasal dari plafon, perlu

diusahakan agar ‘ruang atap’, yakni ruang diantara penutup atap dan langit-

langit, diberi ventilasi semaksimal mungkin. Dalam membuat bukaan perlu

dicegah masuknya burung atau kelelawar ke dalam ‘ruang atap’, untuk itu

lubang-lubang ventilasi perlu diberi kawat (ayakan pasir). Atap yang cukup

Page 24: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

30  

tinggi (volume ruang antara penutup atap dan langit-langit besar) membantu

mengurangi pemanasan ruang-ruang yang berada di bawahnya.

7. Hindari Radiasi Matahari Memasuki Bangunan atau Mengenai Bidang Kaca

Ketika sinar matahari secara langsung menembus bidang kaca, radiasi yang

dipancarkan matahari dalam bentuk gelombang pendek akan memanaskan

benda-benda di dalam bangunan tersebut seperti lantai, meja, kursi, manusia,

serta kaca itu sendiri. Akibat pemanasan tersebut, benda-benda akan

memancarkan kembali radiasinya, dalam bentuk gelombang panjang, ke udara di

sekelilingnya.

Karena bahan kaca umumnya tidak dapat meneruskan gelombang panjang,

panas yang ditimbulkan oleh benda-benda tersebut akhirnya tidak dapat keluar

dari bangunan dan terperangkap di dalamnya. Hal ini mengakibatkan kenaikan

suhu ruang akibat radiasi. Peristiwa ini disebut dengan the green house effect.

Rumah kaca memanaskan ruang akibat dari pemanasan benda-benda di dalam

ruang. Pemanasan ini sering kali dijawab dengan memasang mesin pendingin

(AC), sehingga memerlukan energi yang seharusnya tidak perlu. Selasar di tepi

bangunan mencegah masuknya radiasi matahari secara langsung ke bidang kaca,

dapat mencegah terjadinya efek rumah kaca.

8. Manfaatkan Radiasi Matahari Tidak Langsung untuk Menerangi Ruang dalam

Bangunan

Untuk menerangi ruang, usahakan mengambil cahaya langit, bukan cahaya

langsung matahari. Cahaya langit adalah cahaya yang dihasilkan dari cahaya

diffuse matahari. Cahaya ini tidak memberikan efek pemanasan terhadap ruang

yang diterangi.

Untuk daerah di wilayah selatan equator seperti Bandung dan Jakarta, sisi

selatan banguan tidak akan mendapatkan cahaya langsung matahari antara April

hingga September. Sementara untuk sisi utara tidak akan mendapatkan cahaya

langsung antara Oktober hingga Maret. Sky light plafon merupakan penerangan

alami yang diciptakan dari plafon yang diemnsinya dibuat optimal agar cahaya

masuk secukupnya tanpa memanaskan ruang.

Page 25: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

31  

9. Optimalkan Ventilasi Silang (untuk Bangunan Non-AC)

Jika ruang tidak menggunakan AC, usahakan agar terjadi aliran udara yang

menerus (ventilasi silang) di dalam rumah, terutama bagi ruang-ruang yang

dirasa panas. Dari sisi akustik hal ini memang kurang menguntungkan, namun

ini merupakan pilihan, mana yang perlu dikalahkan. Aliran udara penting

untukmenciptakan efek dingin bagi tubuh manusia. Ventilasi silang terjadi jika

ada sedikit dua bukaan di sisi yang berbeda di bangunan.

10. Warna dan Tekstur Dinding Luar Bangunan

Warna terang cenderung memantulkan panas, sementara itu warna gelap

menyerap lebih banyak panas. Tekstur kasar menyerap lebih banyak panas

disbanding tekstur halus.

11. Rancangan Ruang Luar

Meminimalkan penggunaan material keras (beton, aspal) untuk menutup

permukaan halaman, taman atau parkir tanpa adanya peneduh. Material keras

yang terkena radiasi matahari langsung akan menaikkan suhu udara di sekitar

rumah dan akhirnya membuat ruangan di dalam rumah panas.

Menurut Jimmy Priatman (2002), arsitektur hemat energi adalah arsitektur

yang berlandaskan pada pemikiran meminimalkn penggunaan energi tanpa

membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas

penghuni. Arsitektur hemat energi berdasarkan pada prinsip konservasi

energi(sumber energi yang tidak terbaharui) yang menciptakan istilah forms

follows energi.

Konsep hemat energi masih menjadi hal yang penting untuk digunakan saat

ini dalam berbagai bidang. Para ahli dan praktisi masih mencari cara untuk

menerapkan konsep ini dengan baik. Perkembangan dalam dunia arstitektur juga

mengalami kemajuan, terutama dalam perancangan aktif, sehingga

menghasilkan suatu konsep baru seperti zero-energy building, sustainable

architecture, intelegent building, dan sebagainya.

Pendekatan perancangan hemat energi dapat dibagi dua, yaitu:

1. Perancangan Pasif

Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan

energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari

Page 26: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

32  

menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan arsitek

bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu dan dapat

mengantisipasi iklim luar. Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti

Indonesia umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan

bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan

kebutuhan penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas

hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.

2. Perancangan Aktif.

Perancangan aktif bersifat tambahan. Pengertian perancangan aktif adalah

salah cara penghematan energi dengan bantuan alat-alat teknolgi yang dapat

mengontrol, mengurangi pemakaian, atau menghasilkan energi baru. Dalam

perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi

perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif,

penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat

kenyamanan termal dan visual harus dicapai.

Prinsip perancangan arsitektur hemat energi dilihat dari parameter disain

arsitektural adalah sebagai berikut:

1. Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim

2. Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial

3. Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim

4. Sumer energy berasal dari pembangkit yang terbarukan

5. Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi

6. Konsumsi energi yang rendah

7. Tingkat kenyamanan yang konsisten

8. Pertimbangan terhadap ekologi tapak

(Sumber: Energy-efficient Architectute, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur

Hijau, Jimmy Priatman, 2002)

II.2.2 Bukaan terhadap Kenyamanan Termal

Penghawaan silang seharusnya selalu dilakukan, sekalipun pada ruang yang

menggunakan AC. Sekali waktu pasti membutuhkan udara segar untuk

menggantikan udara panas dalam ruangan. Ventilasi di sisi ruangan bisa

Page 27: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

33  

berfungsi sebagai sekop angin diletakkan di pojok fasade akan menangkap

angin. Bisa digunakan bila kecepatan angin tinggi.

Pola dan konfigurasi bukaan mempengaruhi radiasi, aliran udara, dan

pencahayaan. Luasan, bentuk, lokasi, dan posisinya juga berpengaruh pada

pergerakan udara, pencahayaan, dan silau pada ruang dalam. Jika bukaan tidak

terbayangi, maka akan mempengaruhi panas radiasi yang didapatkan. Bukaan

pada level yang lebih tinggi, menambah aliran udara, dikenal sebagai ‘stack

effect’. Posisi bukaan mempengaruhi distribusi cahaya pada ruang dalam

sebagaimana dia mempengaruhi refleksi pada ruang dalam.

Untuk daerah tropis, bukaan harus lebar untuk memfasilitasi masuknya

udara. Sosoran yang lebar lebih disukai bila memotong radiasi matahari.

Ketinggian bukaan harus menimbulkan distribusi udara yang baik bagi tubuh

manusia. Ambang bukaan bawah mungkin lebih disukai. Jendela yang tinggi

menyediakan distribusi yang baik untuk cahaya langsung dan difus. Jendela

yang rendah memungkinkan tanah memantulkan cahaya. Partisi seharusnya

tidak diletakkan di dekat jendela karena akan merubah dan mengacaukan arah

aliran angin. Akan lebih disukai untuk menyediakan setiap ruangan dengan

jendela paling tidak di dua sisi dinding. Ventilasi dibutuhkan 85% setahun, dan

ventilasi silang timur barat diperlukan. Elemen-elemen seperti layar, louvre, dan

jalusi digunakan untuk mengalirkan udara dan untuk melindungi dari matahari.

Struktur seharusnya dilindungi dari matahari dan hujan, serta harus dilindungi

dari radiasi sinar matahari dan silau. Daun penutup jendela yang bisa

dipindahkan lebih disukai untuk perlindungan angin ribut. Gambar 2.53. Posisi Jendela Terhadap Pencahayaan dan Ventilasi

Page 28: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

34  

Gambar 2.54. Macam Konfigurasi Bukaan dan Efeknya Terhadap Aliran Udara

Orientasi bukaan berepngaruh terhadap radiasi sinar matahari yang diterima

dan pergerakan udara. Untuk menghasilkan distribusi yang baik dari aliran udara

di dalam bangunan, arah angin dan arah inlet-outlet seharusnya tidak sama.

Seharusnya antara 45º tegak lurus arah angin. Menyusun bangunan dengan

bukaan utamanya menghadap utara dan selatan akan memberikan keuntungan

dalam mengurangi beban AC.

Gambar 2.55. Posisi bukaan yang ideal (Krishan, 2000)

Kontrol bukaan akan mempengaruhi radiasi, pergerakan udara, dan

pencahayaan alami. Penempatan kaca, pembayangan, kasa, light shelves, dan

area jendela silang bisa menjadi suatu control. Hal-hal tersebut dapat mencegah

radiasi sinar matahari. Penggunaan kaca akan mengontrol solar radiasi.

Pembayangan, vertical dan horizontal akan mengontrol panas radiasi yang

didapat. Light shelves akan membawa banyak cahaya ke dalam ruangan, yang

akan dipotong oleh pembayangan horizontal. Kasa akan mengontrol masuknya

serangga dan mengurangi kecepatan angin di dalam bangunan. Untuk

Page 29: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

35  

meningkatkan ventilasi, bisa didapat dengan memodifikasi jendela itu sendiri

(Givoni B.:1994)

Yang dimaksud dengan ventilasi silang yaitu bukaan atau lubang untuk

aliran udara yang perletakkannya tidak pada satu sisi dinding melainkan pada

dua atau tiga sisi yang berlawanan sehingga angin dapat mengalir masuk

kedalam ruangan.

Bukaan ventilasi yang tepat merupakan vaktor yang sangat penting bagi

kenyamanan ruang. Ventilasi yang baik adalah yang memungkinkan terjadinya

aliran udara selama 24 jam tanpa bantuan peralatan mekanis. Harus ada ventilasi

untuk malam hari bila jendela dan pintu ditutup.

Perletakan dan luas ventilasi dapat menentukan arah aliran dan volume udara

sesuai yang diinginkan. Aliran udara sebaiknya terbentuk pada tempat dimana

manusia berada. Ventilasi yang hanya pada satu sisi dinding menyebabkan angin

tidak mengalir. (Lihat gambar). Gambar 2.56 Flow Udara Angin berhembus dari daerah bertekanan tinggi ke

rendah. Lubang angin masuk tanpalubang angin

keluar, angin tidak mengalirsebab tekanan udara

ruang menjadi tinggi.

Dengan ventilasi silang, membuka jalanudara

masuk dan keluar,udara mengalir. Lubang keluar <

lubang masuk= Aliran lambat, Lubang keluar >

Lubang masuk=Aliran cepat

Lubang keluar dekat lubang masuk terjadidaerah

yang tidak dialiri angin.

Bila diinginkan lubang keluar pada dua sisi, udara

berputar lebih jauh masuk kedalam ruangan.

Page 30: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

36  

Supaya angin dapat mengalir harus ada lubang udara masuk atau inlet dan

lubang udara keluar outlet. Penempatan dan luas inlet dan outlet sangat

menentukan volume udara yang mengalir.

Luas bukaan sangat tergantung dari jumlah penghuni, aktivitas penghuni,

suhu udara , kecepatan angin, Penghuni dengan jumlah yang lebih banyak, dan

aktivitas lebih berat membutuhkan pertukaran udara yang lebih besar dalam

kondisi suhu dan kecepatan angin yang sama. Luas lubang ventilasi dipengaruhi

pula oleh suhu udara dan kecepatan angin. Bahwa semakin rendah suhu udara

semakin perlahan pula hendaknya arus angin. Kecepatan angin 0,5 m/sec pada

suhu 30oC masih terasa nikmat, tetapi kecepatan 0,5 m/sec pada suhu 12

oC

terasa sangat dingin. Artinya luas lubang ventilasi harus lebih kecil untuk daerah

bersuhu dingin. Tetapi bisa dikatakan pula sangat tergantung dengan kebiasan

penghuninya, yang terbiasa didaerah bersuhu dingin, sedang atau panas. Untuk

tempat yang sering dihembus angin kencang seperti daerah pantai ventilasinya

harus diatur agar angin berhembus secara perlahan lahan. Jadi luas ventilasi

pada satu ruangan sangat tergantung dari jumlah penghuni, aktifitas penghuni,

suhu udara, kecepatan angin (Sri Umiati:2008)

Penelitian kenyamanan termis yang dilakukan Tri Harso Karyono

memperlihatkan manusia di Jakarta merasa nyaman pada suhu udara (Ta) 26,4oC

atau suhu operasi (To) 26.7oC. Sementara rentang nyaman antara 24.9 - 28.0 Ta

dan 25.1 - 27.9 To.. Standar kenyamanan termis di Indonesia yang berpedoman

pada standar Amerika [ANSI/ASHRAE 55-1992] merekomendasikan suhu

nyaman dengan rentang antara 22 - 26 oCTo. Perbedaan ini akan berakibat pada

jumlah energi yang dikonsumsi oleh bangunan. Sejumlah 596 karyawan dan

karyawati yang bekerja pada tujuh bangunan kantor, yakni Gedung Agama-

Thamrin, Gedung BPPT Thamrin, Gedung BCA-Sudirman, Gedung Depdikbud-

Sudirman, Gedung Pajak-Sudirman, Gedung Widjojo-Sudirman, dan Gedung

LIPI-Gatot Subroto, berpartisipasi dalam penelitian kenyamanan termis ini.

Sementara itu standar kenyamanan termis dari Internasional Standard, ISO

7730:1994 menyatakan bahwa sensasi manusia terhadap suhu merupakan fungsi

dari empat faktor iklim yaitu, suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara, dan

Page 31: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

37  

kecepatan angin, serta dua faktor individu yakni, tingkat kegiatan yang berkaitan

dengan tingkat metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang dikenakan.

Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk

daerah khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas). Pada

temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan

dan kemampuan kerja manusia mulai menurun pada temperatur 26°C TE – 30°C

TE. Kondisi lingkungan yang sukar mulai dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5

°C TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi lingkungan tidak dapat

ditolerir lagi. Produktifitas manusia cenderung menurun atau rendah pada

kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas.

Produktifitas kerja manusia meningkat pada kondisi suhu (termis) yang nyaman

(Idealistina , 1991). Gambar 2.57 Diagram Kenyamanan sebagai Fungsi dari Temperatur, Kelembaban dan

Kecepatan Angin

Bangunan Tropis, Georg. Lippsmeier

Mengaitkan penelitian Lippsmeier (menyatakan pada temperatur 26°C TE

umumnya manusia sudah mulai berkeringat serta daya tahan dan kemampuan

kerja manusia mulai menurun) dengan pembagian suhu nyaman orang Indonesia

menurut Yayasan LPMB PU, maka suhu yang kita butuhkan agar dapat

beraktifitas dengan baik adalah suhu nyaman optimal (22,8°C - 25,8°C dengan

kelembaban 70%). Angka ini berada di bawah kondisi suhu udara di Indonesia

yang dapat mencapai angka 35°C dengan kelembaban 80%.

Page 32: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

38  

Bagaimana usaha mengendalikan faktor-faktor iklim di atas untuk

memperoleh kenyamanan termal di dalam bangunan?. Cara yang paling mudah

adalah dengan pendekatan mekanis yaitu menggunakan AC tetapi membutuhkan

biaya operasional yang tidak sedikit. Pendekatan kedua adalah mengkondisikan

lingkungan di dalam bangunan secara alami dengan pendekatan arsitektural.

Pengkondisian lingkungan di dalam bangunan secara arsitektural dapat

dilakukan dengan mempertimbangkan perletakan bangunan (orientasi bangunan

terhadap matahari dan angin), pemanfaatan elemen-elemen arsitektur dan

lansekap serta pemakaian material/bahan bangunan yang sesuai dengan karakter

iklim tropis panas lembab. Melalui ke-empat hal di atas, temperatur di dalam

ruangan dapat diturunkan beberapa derajat tanpa bantuan peralatan mekanis.

Kecepatan angin di daerah iklim tropis panas lembab umumnya rendah.

Angin dibutuhkan untuk keperluan ventilasi (untuk kesehatan dan kenyamanan

penghuni di dalam bangunan). Ventilasi adalah proses dimana udara ‘bersih’

(udara luar), masuk (dengan sengaja) ke dalam ruang dan sekaligus mendorong

udara kotor di dalam ruang ke luar. Ventilasi dibutuhkan untuk keperluan

oksigen bagi metabolisme tubuh, menghalau polusi udara sebagai hasil proses

metabolisme tubuh (CO2 dan bau) dan kegiatan-kegiatan di dalam bangunan.

Untuk kenyamanan, ventilasi berguna dalam proses pendinginan udara dan

pencegahan peningkatan kelembaban udara (khususnya di daerah tropika basah),

terutama untuk bangunan rumah tinggal. Kebutuhan terhadap ventilasi

tergantung pada jumlah manusia serta fungsi bangunan.

Posisi bangunan yang melintang terhadap angin primer sangat dibutuhkan

untuk pendinginan suhu udara. Jenis, ukuran, dan posisi lobang jendela pada sisi

atas dan bawah bangunan dapat meningkatkan efek ventilasi silang (pergerakan

udara) di dalam ruang sehingga penggantian udara panas di dalam ruang dan

peningkatan kelembaban udara dapat dihindari.

Jarang sekali terjadi orientasi bangunan yang baik terhadap matahari

sekaligus arah angin primer. Penelitian menunjukkan, jika harus memilih (untuk

daerah tropika basah seperti Indonesia), posisi bangunan yang melintang

terhadap arah angin primer lebih dibutuhkan dari pada perlindungan terhadap

radiasi matahari sebab panas radiasi dapat dihalau oleh angin yang berhembus.

Page 33: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

39  

Kecepatan angin yang nikmat dalam ruangan adalah 0,1 – 0,15 m/detik.

Besarnya laju aliran udara tergantung pada:

1. Kecepatan angin bebas

2. Arah angin terhadap lubang ventilasi

3. Luas lubang ventilasi

4. Jarak antara lubang udara masuk dan keluar

5. Penghalang di dalam ruangan yang menghalangi udara

Pola aliran udara yang melewati ruang tergantung pada lokasi inlet (lobang

masuk) udara dan shading devices yang digunakan di bagian luar. Secara umum,

posisi outlet tidak akan mempengaruhi pola aliran udara. Untuk menambah

kecepatan udara terutama pada saat panas, bagian inlet udara ditempatkan di

bagian atas , luas outlet sama atau lebih besar dari inlet dan tidak ada perabot

yang menghalangi gerakan udara di dalam ruang. Gerakan udara harus diarahkan

ke ruang ruang yang membutuhkan atau ruang keluarga. Penggunaan screen

serangga akan mengurangi aliran udara ke dalam bangunan. Bukaan jendela

(Jalousie atau louvered akan membantu udara langsung ke tempat-tempat yang

membutuhkan.

Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-langit (khususnya

bangunan rendah) sangat perlu agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang

tersebut. Panas yang terkumpul pada ruang ini akan ditransmisikan ke ruang di

bawah langit-langit tersebut. Ventilasi atap sangat berarti untuk mencapai suhu

ruang yang rendah (Basaria Talarosha:2005)

Sebuah hunian tidak lepas dari peran lingkungan sekitar yang mempengaruhi

orang-orang atau manusia yang berada atau tinggal disekitarnya. Menurut

pendapat Tri Endangsih, ST. (2007) yang menyatakan bahwa kenyamanan

bangunan erat hubungannya dengan kondisi alam atau lingkungan disekitarnya

dan upaya pengkondisian atau pengaturan ruang dalam bangunan. Selain itu

terdapat beberapa pendapat dari para arsitektur dunia seperti Ken Yeang dalam

bukunya. The Green Skyscraper (Yeang, 2000). Yang menyatakan bahwa

terdapat beberapa parameter yang menjadi konsep dasar desain sadar energi

dintaranya:

Page 34: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

40  

1. Kenyamanan Termal

Bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan sinar matahari sesuai

dengan kebutuhannya. Bangunan yang berada pada iklim dingin harus mampu

menerima radiasi matahari yang cukup untuk pemanasan, sedangkan bangunan

yang berada pada iklim panas, harus mampu mencegah radiasi matahari

secukupnya untuk pendinginan.

2. Kenyamanan Visual

Membahas mengenai bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan

cahaya matahari (penerangan) sesuai dengan kebutuhannya.

3. Kontrol Lingkungan Pasif

Dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal maupun visual dengan

memanfaatkan seluruh potensi iklim setempat yang dikontrol dengan elemen –

elemen bangunan (atap, dinding, lantai, pintu, jendela, aksesoris, lansekap) yang

dirancang tanpa menggunakan energi (listrik).

4. Kontrol Lingkungan Aktif

Dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal dan visual dengan

memanfaatkan potensi iklim yang ada dan dirancang dengan bantuan teknologi

maupun instrumen yang menggunakan energi (listrik).

5. Kontrol Lingkungan Hibrid

Dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal maupun visual dengan

kombinasi pasif dan aktif untuk memperoleh kinerja bangunan yang maksimal.

Untuk menciptakan kenyamanan termal, kita harus memahami tidak hanya

mekanisme hilangnya panas dari badan manusia, tetapi juga terhadap 4 kondisi

lingkungan yang dapat menjadikan panas hilang, 4 kondisi yang dimaksud

adalah:

1. Suhu Udara

Suhu udara akan menentukan kecapatan panas yang akan hilang yang sebagian

besar dengan cara konveksi (pengembunan). Di atas 98.6°F, aliran udara akan

berbalik dan badan akan mendapatkan panas dari udara.

2. Kelembapan Relatif

Sebagian besar penguapan uap air pada kulit merupakan fungsi kelembapan

udara. Udara kering dapat secara cepat menyerap uap air dari kulit, dan hasilnya

Page 35: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

41  

adalah penguapan yang cepat dan efektif untuk menyejukkan badan. Sebaliknya,

saat kelembapan relatif (Relative Humidity/RH) mencapai 100%, udara akan

menampung semua uap air yang mampu ditampungnya dan pendinginan dari

penguapan berhenti. Untuk kenyamanan, RH sebaiknya berada di atas 20%

sepanjang tahun.

Pada tingkat kelembapan yang sangat rendah akan timbul sejumlah keluhan

terhadap beberapa bagian tubuh yang terasa kering seperti hidung, mulut, mata,

dan kulit, serta penyakit pernapasan. Kelembapan tinggi tidak hanya mengurangi

kecepatan pendinginan melalui penguapan, tetapi juga mendukung pembentukan

uap air (keringat) pada kulit yang membuat badan terasa tidak nyaman. Lebih

lagi, tumbuhnya jamur juga merupakan masalah yang timbul ketika kelembapan

tinggi.

3. Kecepatan Udara

Gerakan udara mempengaruhi kecepaan panas yang hilang baik dengan cara

konveksi maupun penguapan. Oleh karena itu, kecepatan udara memiliki

dampak yang nyata pada proses hilangnya panas. Jangkauan yang nyaman

berkisar 20-60 fpm / ± 0,6 – 0,2 mph, gerakan udara akan terlihat, namun masih

dapat diterima terantung pada kegiatan yang sedang dilakukan. DI atas 200 fpm

(2mph), geakan udara dapat menjadi sedikit kurang nyaman dan mengganggu

(contoh: kertas yang tertiup ke mana-mana). Aliran udara draft adalah

pendinginan lokal oleh pergerakan udara pada badan manusia yang tidak

diinginkan dan merupakan masalah termal yang cukup serius.

4. Mean Radiant Temperature (MRT)

Saat MRT memiliki perbedaaan yang sangat besar dari suhu udara, efeknya

harus dipertimbangkan. Sinar matahari dapat menigkatkan MRT pada sebuah

tingkat yang terlalu tinggi untuk kenyamanan.

Page 36: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

42  

II.3 Tinjauan Terhadap Kondisi Tapak

II.3.1 Lokasi Tapak

Gambar 2.58 Long Range Kinematic (LRK) Tapak

Tapak berada di Jalan Pintu Satu Senayan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta

Pusat 10270. Lokasi ini merupakan pilihan yang baik untuk dijadikan lokasi

hunian karena lokasi yang sangat strategis, kegiatan dan lingkungan yang

menunjang, serta aksesibilitas yang baik. Lokasi ini dakat dengan tempat

perhentian transportasi massal, yaitu Halte Bus Trans Jakarta.

Batas Tapak

Utara : Jalan Pintu Satu Senayan

Timur : Hotel Atlet Century

Selatan : Jalan Manila, Kebayoran Lama

Barat : Kantor Badan Pengelola Komplek Gelora Bung Karno

Tapak ini memiliki potensi kebisingan dan kepadatan yang cukup tinggi,

terutama jika ada acara di area utama Komplek Gelora Bung Karno (KGBK).

Jalan di sekitar tapak yang sangat ramai tidak dilewati oleh angkutan umum

sehingga kondisi relatif lancar karena tidak ada angkutan umum yang berhenti di

sembarang tempat. Pada tapak ini, sudah berdiri 3 buah tower yang difungsikan

sebagai hunian. Lahan lainnya difungsikan sebagai area parkir mobil dan motor

dari wisma tersebut dan bangunan di sekitar tapak.

Page 37: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

43  

II.3.2 Luas, Ukuran, dan Peraturan Tapak

Gambar 2.59 RUTRK Tapak

Luas Lahan : 10.150 m2

KDB : 20% x 10.150 m2 = 2.030 m2

KLB : 2,5 x 10.150 m2 = 25.375 m2

Ketinggian Max. : 24 lapis

Peruntukan : Kut (karya umum taman)

GSB : Utara 10 m

Selatan 8 m

Lebar Jalan : Utara 26 m

Selatan 18 m

II.3.3 Pencapaian ke Tapak

Tapak dapat dicapai dengan kendaraan pribadi, bersepeda, atau dengan

berjalan kaki.. Akses ke dalam tapak hanya bisa dari utara (Jalan Pintu 1

Senayan), dari selatan (Jalan Manila, Kebayoran Lama), dari barat (ada jalan

yang langsung menghubungkan tapak ini ke kantor Kantor BPKGBK,

sedangkan di bagian timur langsung berbatasan dengan Hotel Atlet Century.

Page 38: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

44  

II.3.4 Vegetasi

Gambar 2.60 Penyebaran Vegetasi di Sekitar Tapak

Keadaan vegetasi di tapak dan sekitarnya cukup baik, terutama di bagian

utara karena wilayah tersebut masuk ke dalam area utama Komplek Gelora

Bung Karno yang memang sangat menjaga luasan area hijaunya yang mencapai

80%. Namun pada bagian timur, selatan, dan barat tidak memiliki cukup

vegetasi sebagai penghijauan karena dijadikan area parkir dan bangunan.

Penambahan vegetasi di dalam tapak dan sekitarnya diperlukan agar dapat

menciptakan lingkungan yang baik dan menghasilkan iklim mikro yang nyaman.

Tapak ini memiliki 37 buah pohon besar dan 29 pohon di bagian depan. Gambar 2.61 Pohon dalam Tapak

II.3.5 Status Kepemilikan Tapak

Tapak dan bangunan ini dimiliki oleh Badan Pengelola Komplek Gelora

Bung Karno (BPKGBK).

Page 39: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

45  

II.3.6 Fungsi Sekitar Tapak

Gambar 2.62 Fungsi Sekitar Tapak

Keterangan:

Lokasi tapak Hunian Fasilitas ibadah Pusat perbelanjaan Pusat perkantoran Sarana olahraga

Tapak ini dekat dengan berbagai macam fasilitas seperti pusat perbelanjaan

seperti FX Plaza, Senayan City, Ratu Plaza, dan Plaza Senayan. Hal ini

menunjang bangunan wisma atlet karena atlet dapat berrekreasi ke lokasi

perbelanjaan tersebut. Halte Trans Jakarta juga cukup dekat dengan tapak.

Masjid Al-Bina ang ada di utaa tapak juga mudah diakses, bisa hanya dengan

berjalan kaki. Karena tapak ini masih merupakan Komplek Gelora Bung Karno

yang fungsi utamanya adalah memfasilitasi kegiatan olahraga, fungsi di sekitar

tapak berupa sarana olahraga. Tapak ini juga dekat dengan berbagai bangunan

perkanoran yang pada hari kerja selalu ramai. Di bagian barat daya sedang ada

pembangunan apartemen dan di bagian timur berbatasan langsung dengan Hotel

Atlet Century, yang juga merupakan hunian.

Page 40: 7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II

46  

II.3.7 Kondisi Sosial

Komplek Gelora Bung Karno pada awalnya memang diperuntukkan sebagai

pusat sarana olahraga. Namun seiring berjalannya waktu, sebagian wilayahnya

disewakan kepada pihak lain dan dikelola oleh pengembang tertentu. Sebagian

wilayahnya disewakan sebagai pusat perbelanjaan, perkantoran, serta hunian.

Dengan fungsi seperti ini, tapak menjadi pusat keramaian. Setiap hari terjadi

kepadatan dari bangunan perkantora, di akhir minggu ramai dari pusat

perbelanjaan. Apa lagi jika sedang acara besar yang diadakan pada fasilitas

olahraga yang ada di sekitar tapak. Kondisi di sekitar tapak dapat dipastikan

selalu ramai setiap hari dan dapat mengurangi kenyamanan audio di dalam

tapak.

II.3.8 Potensi dan Kendala Tapak

Potensi Tapak

• Penghijauan yang cukup baik di utara tapak

• Dekat dengan berbagai fasilitas penunjang

• Tapak memanjang cenderung timur-barat

• Dapat diakses melalui jalan besar dan jalan lingkungan

• Dekat dengan Halte Trans Jakarta

• Terdapat akses ke kantor Badan Pengelola KGBK

Kendala Tapak

• Bising karena berbatasan langsung dengan jalan besar

• Padat karena pusat perbelanjaan dan perkantoran di sekitar tapak

• Penghijauan di bagian selatan dan di dalam tapak kurang

• Faktor keamanan kurang karena mudah diakses

• KDB 20% sehingga harus mengoptimalkan luas lantai dasar

• Tapak miring sehingga orientasi massa bangunan perlu diperhatikan