Upload
trinhdung
View
228
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Umum
II.1.1 Definisi Wisma Atlet
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), wisma adalah bangunan
untuk tempat tinggal, kantor, dan sebagainya; gerha; kumpulan rumah;
kompleks perumahan; permukiman. Atlet adalah olahragawan, terutama yg
mengikuti perlombaan atau pertandingan -kekuatan, ketangkasan, dan
kecepatan-. Menurut Wikipedia, atlet (dari bahasa Yunani: athlos yang berarti
"kontes") adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga
kompetitif. Para atlet harus mempunyai kemampuan fisik yang lebih tinggi dari
rata-rata.
Jadi, wisma atlet adalah bangunan untuk tempat tinggal untuk para
olahragawan yang mengikuti pertandingan olahraga.
II.1.2 Wisma Fajar (Wisma Fairbank)
Wisma Fajar (Wisma Fairbank) terdiri dari 3 tower yang masing-masing
towernya terdiri dari 1 lantai dasar dan 10 lantai hunian yang berisi 20 unit ruang
serupa dengan apartemen. Pada tiap lantainya terdiri dari 2 unit, dimana tiap
unitnya berisi 1 ruang keluarga, 3 ruang tidur, 3 kamar mandi/wc, 1 ruang dapur,
1 ruang jemur, 1 balkon yang berada di dekat ruang keluarga.
Wisma Fajar (lihat gambar 2.1) pada awalnya difungsikan sebagai mess
karyawan Singapura yang bekerja di Jakarta, bangunan tersebut dibangun pada
tahun 1974 dan difungsikan pada tahun 1980. Pada tahun tersebut, Wisma Fajar
dikontrakkan kepada pihak Singapura. Namun untuk keperluan tempat tinggal
atlet, bangunan tersebut beralih fungsi sebagai wisma atlet sejak tahun 1985
hingga 1995. Maka dari itu, susunan ruang dan denahnya tidak seperti wisma
atlet pada umumnya. Pengelolaan wisma tersebut kemudian beralih kembali
8
kepada pihak Pengelola dan Pengembangan Komplek Gelora Bung Karno
(PPGBK) pada tahun 2004. Gambar 2.1 Perspektif Wisma Fajar
Selain panas dan tidak nyaman, keluhan lain dari atlet adalah banyaknya
nyamuk terutama musim kemarau. Atlet suka terbangun tengah malam hanya
untuk memukul nyamuk dan ini sangat mengganggu bagi atlet yang akan
berlomba keesokan harinya (Tempo online, 1987). Dulunya, Wisma Fajar
ditempati oleh atlet yang tiap unitnya diisi sebanyak 15 atlet. Hanya ada 6 unit
yang digunakan oleh atlet (lihat gambar 2.2 dan gambar 2.3), sisanya disewakan
untuk umum dan juga digunakan untuk kantor pengelola. Gambar 2.2 Ruang Keluarga Gambar 2.3 Ruang Tidur
Bangunan ini tidak pernah direnovasi sama sekali sejak pertama kali di
bangun. Kondisi pengudaraan alami terasa kurang nyaman, banyak nyamuk,
serta interior ruangan yang sangat memprihatinkan (lihat gambar 2.4 dan gambar
2.5). Kantin yang ada saat ini tidak mengundang selera. Selain itu, tidak adanya
sarana hiburan membuat para atlet cepat merasa jenuh. Kondisi ini membuat
atlet menjadi kurang nyaman, bahkan stress pada saat persiapan pertandingan.
9
Gambar 2.4 Kamar Mandi/WC Gambar 2.5 Ruang Dapur
Ruangan yang ada merupakan ruang yang diperuntukkan bagi sebuah
keluarga. Ruangan seperti ruang jemur atau balkon (lihat gambar 2.6 dan
gambar 2.7) sebenarnya kurang dibutuhkan oleh para atlet. Kondisi ruang yang
bisa dikatakan layak pakai ini memang tidak cocok untuk digunakan oleh para
atlet yang akan membawa nama baik bangsa Indonesia. Gambar 2.6 Ruang Jemur Gambar 2.7 Balkon
Seluruh atlet yang akan bertanding di Komplek Gelora Bung Karno memilih
tinggal di Hotel Atlet Century dibandingkan dengan Wisma Fajar. Saat ini,
Wisma Fajar (Wisma Fairbank) disewakan untuk kepentingan umum, seperti
pekerja pada proyek apartemen yang berada tidak jauh dari lokasi.
Dalam “Kerangka Acuan Rencana Pembangunan Wisma Atlet”, tercantum
visi dan misi Gelora Bung Karno, yaitu:
Visi:
1. Keputusan Presiden R.I No. 318 Tahun 1962 menetapkan bahwa tujuan
daripada pembentukan Yayasan Gelanggang Olahraga Bung Karno adalah
untuk mengusahakan bidang pembangunan di bidang mental/rohani,
spiritual, dan jasmaniah/fisik melalui kegiatan-kegiatan olahraga yang
bersifat nasinal maupun internasional,kegiatan-kegiatan kebudayaan,
rekreasi, pendidikan, dan kegiatan-kegiatan dalam rangka usaha
10
meningkatkan persahabatan dan perdamaian dunia serta penerangan massa
dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut di atas dilakukan dengan memperhatikan
asas-asas ekonomi perusahaan tanpa mengabaikan asas-asas sosialnya.
2. Gagasan tersebut dilanjutkan dan lebih dimantapkan dengan Pembentukan
Badan Pengelola Gelora Senayan (sekarang Badan Pengelola Gelora Bung
Karno) sebagaimana tercakup dalam keputusan Presiden R.I Nomor 4 Tahun
1984.
Misi:
1. Pengamanan asset eks Aisan Games IV Tahun 1962 sebagai asset Negara
Republik Indonesia.
2. Pemeliharaan dan pengembangan untuk mendukung kemajuan olahraga
nasional.
3. Pengembangannya sebagai objek wisata dan prasarana komunikasi.
4. Pelestarian lingkungan sebagai paru-paru kotadengan tetap
mempertahankannya sebagai ruang terbuka hijau.
Rencana pembangunan Wisma Atlet merupakan bagian dari penataan ulang
pada sub-blok 18 yang harus disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kawasan
Gelora Bung Karno yang aktual, mengingat saat ini sedang dilakukan penataan
ulang oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sebagai review atas Rencana Induk
Kawasan Gelora Senayan (RIKGS), yang ditandatangani bersama oleh Gubernur
DKI Jakarta (Bapak Suryadi Sudirja) dan Menteri/Sekretaris Negara selaku
Ketua Badan Pengelola Gelora Senayan (Bapak Moerdiono).
Bentuk Pengelolaan Wisma Atlet Gelora Bung Karno adalah:
1. Sebagai sarana akomodasi para atlet pada saat event-event olahraga.
2. Sebagai “Youth Hostel” ataupun disewakan kepada umum secara
terbatas, apabila tidak ada even olahraga. Jumlah kamar minimal 200
kamar yang dapat dihuni 2-3 orang tiap kamar.
3. Sebagai tempat “Seminar/Pelatihan Olahraga” baik bagi official,
juri/wasit, maupun altlet sendiri.
4. Sebagai “Function Room/Ruang Serbaguna” untuk kepentingan
KONI, BPGBK, maupun para atlet
11
II.1.3 Studi Banding Wisma Atlet
Tabel 2.1 Perbandingan Studi Banding 1
Wisma putra & putri Wisma putra Wisma putri
Zoning bangunan
Fasilitas Kamar tidur (2-3 orang), km/wc dalam, r. Jemur, r. Bersama, r. Laundry, r. Gosok, linen room, pantry, r. Serbaguna, r. Pengelola.
Wisma (4 orang), km/wc luar (5 km & 5 wc tiap lantai), ruang bersama, ruang laundry, ruang linen,pantry, lapangan
Wisma (3 orang), km/wc (3 wc & bak besar), ruang bersama, ruang cuci&jemur, pantry, gudang
Massa bangunan
Huruf U Persegi panjang dengan void di tengah
Persegi panjang
Struktur Portal beton Portal beton Portal beton
Sirkulasi Single loaded Single loaded Double loaded
Jumlah lapis
3 3 1
Kapasitas 450 orang 132 orang 27 orang
Jumlah unit bangunan
1 2 5
Kelebihan Kebutuhan primer para atlet sudah tersedia di dalam satu bangunan, lapangan dan ruang serbaguna mempermudah pelaksanaan briefing sebelum bertanding atau berlatih.
Kebutuhan primer para atlet sudah tersedia di dalam satu bangunan, lapangan dan ruang serbaguna mempermudah pelaksanaan briefing sebelum bertanding atau berlatih
Kebutuhan primer para atlet sudah tersedia di dalam satu bangunan
Kekurangan
Ruang makan serta fasilitas penunjang lain jauh dari wisma atlet ini sendiri.
Ruang makan serta fasilitas penunjang lain jauh dari wisma atlet ini sendiri
Ruang makan serta fasilitas penunjang lain jauh dari wisma atlet ini sendiri
12
Lainnya Bangunan lain dalam satu komplek: poliklinik (r.massage, kamar mandi/wc, ruang psikologi, ruang perawat, ruang rawat inap, ruang praktek, ruang tunggu, ruang obat-obatan, ruang pendaftaran dan administrasi), dapur & r. Makan, fitness center & klinik, wisma pelatih
Gambar 2.8 Wisma Atlet Ragunan
Gambar 2.9 Zoning Wisma Atlet Ragunan
Gambar 2.10 Ruang Tidur Gambar 2.11 Kamar Mandi/WC dan Ruang Jemur
Gambar 2.12 Ruang Belajar dan Lemari Pakaian
13
Gambar 2.13 Ruang Bersama
Gambar 2.14 Ruang Laundry Gambar 2.15 Ruang Gosok dan Linen Room
Gambar 2.16 Pantry Gambar 2.17 Ruang Serbaguna
Gambar 2.18 Ruang Pengelola
14
Gambar 2.19 Wisma Hanamesa
Gambar 2.20 Dapur
Gambar 2.21 Fitness Center Gambar 2.22 Ruang Klinik
Gambar 2.23 Ruang Obat dan Ruang Praktek
Gambar 2.24 Wisma Pelatih
15
Gambar 2.25 Asrama Pria
Gambar 2.26 Zoning Asrama Pria
Gambar 2.27 Selasar Gambar 2.28 Ruang Tidur
Gambar 2.29 Kamar Mandi/WC
16
Gambar 2.30 Asama Wanita
Gambar 2.31 Zoning Asama Wanita
Gambar 2.32 Ruang Tidur
Gambar 2.33Ruang Bersama
Gambar 2.34 Ruang Jemur Gambar 2.35 R. Cuci
17
Tabel 2.2 Perbandingan Studi Banding 2
Wisma nakhon ratchasima
Beijing athlete village
Asrama atlet pb djarum
Zoning bangunan/
Foto
Fasilitas Wisma, km/wc, ruang bersama
Wisma, km/wc, ruang bersama, fasilitas penunjang lain
Wisma, km/wc, ruang bersama, pantry, ruang cuci & gososk, pantry, ruang cuci, ruang loker
Massa bangunan
Persegi Persegi panjang Persegi panjang
Struktur Portal beton Portal beton Portal beton
Sirkulasi Single Loaded Double Loaded Double Loaded
Jumlah lapis 1 6 & 9 2
Kapasitas 40 orang 16.800 orang 40 orang
Jumlah unit bangunan
50 22 & 20 20
Kelebihan Kebutuhan primer para atlet sudah tersedia di dalam satu bangunan
Bangunan ini digunakan sebagai hunian setelah olimpiade selesai
Berbentuk seperti town house
Kekurangan Harus memiliki lahan yang sangat luas, fasilitas penunjang jauh dari bangunan wisma itu sendiri
Tidak terdapat cukup open public space
Tidak terdapat cukup open public space
Lainnya Gudang, plaza, ruang permainan (game room), massage center, internet café, av cinema, gymnasium, religious center, laundry, polyclinic,
Klinik, restaurant, perpustakaan, pusat hiburan,fitnes, kolamrenang, lapangantenis, lapangan basket dan areajoging. Barbershop, internet
Madding,kantin, fisioterapi, lapangan, hall of fame
18
cafetaria, asrama, shuttle bus
cafe, kantor pos, kantor pengiriman barang ups, toko souvenir olympic, supermarket, ruang dvd,ruang recording, ruang rekreasi, klub, hall karaoke, ruang fitness, dan 5 ruang ibadah.
Gambar 2.36 Fasilitas di Nakhon Ratchasima
Gambar 2.37 Zoning Wisma Atlet di Thailand
19
Gambar 2.38 Asrama
20
Gambar 2.39 Denah Bangunan Fasilitas
21
Gambar 2.40 Perspektif Mata Burung Beijing Athlete Village
Gambar 2.41 Asrama Atlet di Olympic Village
Gambar 2.42 Klinik Kesehatan Gambar 2.43 Restauran
Gambar 2.44 Ruang Tidur Gambar 2.45 Kamar Mandi/WC
22
Gambar 2.46 Alat Fitness
Gambar 2.47 Ruang Fisioterapi
Gambar 2.48 Kantin
Gambar 2.49 Asrama Atlet PB Djarum
23
Gambar 2.50 Ruang Tidur Asrama Putri
Tabel 2.3 Perbandingan Studi Banding 3
London athlete village Singapore olympic village
Fasilitas Wisma, km/wc, ruang bersama, fasilitas penunjang lain
Wisma, km/wc, ruang bersama, fasilitas penunjang lain
Massa bangunan
Persegi panjang Persegi panjang
Struktur Portal beton Portal beton
Sirkulasi Double loaded Double loaded
Jumlah lapis 10 5
Kapasitas 17.000 orang 5.000 orang
Jumlah unit bangunan
20 3
Kelebihan Digunakan sebagai hunian setelah Olimpiade selesai. Ada
Fasilitas penunjang berbentuk lingkaran
24
taman, dekat sungai
Kekurangan Tidak terdapat cukup open public space
Lainnya Shuttle, plaza, pertokoan, restoran, klinik, ruang media
Toko retail,bank, kantor pengelola, kantor pos, dan kantor biro perjalanan, media sub centre, ruang makanbersama, pusat digital media termasuk internet centre, klinik kesehatan, Ruang tv, ruang meeting, internet nirkabel, hot-spot akses, ruang ibadah, dan klinik bersama, laundry
Gambar 2.51 London Athletes’ Village
Gambar 2.52 Young Olympic Village, Singapore
Kesimpulan :
• Fasilitas utama: kamar atlet & pelatih, ruang pengelola, kamar mandi /
wc, ruang bersama, laundry room, gudang, pantry, ruang makan & dapur,
ruang serbaguna, ruang gym, tempat ibadah , klinik, massage room,
plaza/open space, shuttle bus, parkir sepeda, info center/lobby, meeting
room
25
• Fasilitas Penunjang: café, minimart, game room, audio visual room,
karaoke room, internet area, klub, barbershop, kantor pos, jasa pengiriman
barang , souvenir shop, jasa travel, perpustakaan, hall of fame, atm center
• Massa bangunan persegi panjang
• Struktur portal beton
• Sirkulasi pada umumnya double loaded
II.2 Tinjauan Khusus
II.2.1 Arsitektur Hemat Energi
Menurut Tri Harso Karyono (2010), arsitektur hijau merupakan suatu
rancangan lingkungan binaan, kawasan, dan bangunan yang komprehensif.
Rancangan harus memenuhi criteria hemat dalam menggunakan sumber daya
alam, minim menimbulkan dampak negative, serta mampu meningkatkan
kualitas hidup manusia.
Dari standar hijau yang digunakan oleh beberapa negara, terlihat bahwa
secara umum aspek pemilihan tapak, pengolahan tapak, transportasi (jalur
pedestrian dan transportasi kawasan), konservasi air, penghematan energi,
penggunaan energy terbarukan, penggunaan material yang berkelanjutan,
pengolahan limbah, penutup tanah berpori, meminimalkan efek heat island,
penggunaan material bangunan yang sehat merupakan aspek yang penting untuk
diperhitungkan dalam tingkat hijau bangunan.
Bangunan dan infrastruktur yang dibangun tidak menimbulkan kerusakan
tapak, tidak menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan sekitarnya,
misalnya banjir, polusi air, tanah, dan udara. Demikian pula penempatan fasilitas
atau bangunan perlu menyelaraskan dan mengoptimalkan kondisi tapak yang
ada.
Penataan bangunan yang satu dengan yang lain dibuat sedemikian pula agar
warga dapat berjalan kaki atau menggunakan sepeda dengan mudah dan
terjangkau. Perubahan tapak dilakukan seminimal mungkin, sementara
pengolahan tapak dilakukan seefektif mungkin demi efisiensi penggunaan
energy, air, dan sumber daya alam lain.
26
Dalam rangka pengolahan tapak dan peningkatan kualitas tapak, perkerasan
permukaan tanah perlu mempertimbangkan aspek ‘penyerapan’ air hujan.
Material berpori, conblock, grassblock, merupakan material yang
direkomendasikan. Jalur pedestrian atau pejalan kaki serta jalur sepeda perlu
disediakan secara memadai dari sisi dimensi dan kenyamanan pengguna. Jalur
tersebut perlu diteduhi dengan pohon pelindung sehingga pengguna jalan
tersebut terlinding dari sengatan matahari serta meminimalkan efek heat island.
Konservasi atau penghematan energi yang dibicarakn lebih mengarah kepada
penghematan operasional kawasan dan bangunan. Rancangan dan tata letak
massa bangunan di suatu kawasan permukiman sangat mempengaruhi
penggunaan energi kawasan secara menyeluruh. Orientasi bangunan, arah
hadapan bangunan, mempengaruhi tingkat kenyamanan fisik serta konsumsi
energi. Demikian pula ‘jarak’ antara bangunan atau fungsi yang saling
terkaitakan memengaruhi konsumsi energi bagi perpindahan manusia atau
transportasi dari satu tempat ke tempat lain.
Prinsip utama dalam memnurunkan suhu (panas) di dalam rumah adalah
mengurangi perolehan panas (heat gain) radiasi matahari yang jauh mengenai
bangunan. Pengurangan radiasi matahari ii dapat melalui ‘pembayangan’
bangunan lain di sekitar nya, atau dengan pembayangan pohon besar di sekitar
rumah.
Jika perolehan panas matahari dapat diminimalkan, maka suhu udara di
dalam rumah akan rendah. Meskipun ini bersifat relative, artinya jika kondisi
suhu udara luar di sekitar rumah sudah tinggi, maka suhu udara di dalam rumah
juga cendrung akan tinggi. Dari hasil penelitian Tri Harso Karyono, suhu
nyaman di Jakarta dicapai antara 24,5 hingga 28,5 °C, dengan kelembaban di
bawah 70% dan aliran udara di atas 0,2 m/detik. Namun seandainya
pengondisian udara mekanis (AC) tetap harus digunakan, maka dengan
memperhatikan hal-hal berikut diharapkan beban pendinginan AC menjadi lebih
rendah, artinya kapasitas daya yang digunakan berkurang dan konsekuensinya
menghemat pemakaian energi listrik.
Prinsip-prinsip green architecture menurut Brenda dan Robert Vale, dalam
buku Green Architecture Design for A Sustainable future :
27
a. Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan harus
meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin
memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ).
b. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan harus
berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada.
c. Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan
sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat
digunakan di masa mendatang /penggunaan material bangunan yang tidak
berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.
d. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan
tersebut / Respect for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan
sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah
tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak
lingkungan yang ada ).
e. Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang
bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi
semua kebutuhannya.
f. Menetapkan seluruh prinsip-prinsip green architecture secara keseluruhan /
Holism : Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai
kebutuhan bangunan kita.
Arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran
meminimalkan penggunaan energy tanpa membatasi atau merubah fungsi
bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya. Arsitektur hemat
energy berdasarkan pada prinsip konservasi energi (sumber yang tidak
terbarukan) yang menciptakan istilah forms follows energy (Sumber: Energy-
efficient Architecture, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau, Juimmy
Priatman, 2002).
Standar ACE (Asean Centre of Energy) menyatakan bahwa gedung hemat
energi bila penggunaan listriknya maksimal 200 kWh per meter persegi per
tahun dan OTTV-nya maksimal 45 watt per meter persegi. Rancangan gedung
juga diharapkan menyatu dengan lingkungan sekitar. Standar ini dapat
digunakan sebagai acuan mencapai bangunan hemat energi.
28
Penghematan Energi : Rancangan Hemat Energi
1. Meminimalkan Perolehan Panas Matahari
Menghalangi radiasi matahari langsung pada dinding-dinding trasnparan yang
dapat mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca, yang berarti akan menaikkan
suhu dalam bangunan.
2. Mengurangi transmisi panas dari dinding-dinding massif yang terkena radiasi
matahari langsung, dengan melakukan penyelesaian rancangan tertentu,
misalnya:
a. Membuat dinding lapis (berongga) yang diberi ventilasi pada rongganya.
b. Menenpatkan ruang-ruang service (tangga, toilet, pantry, gudang, dan
sebgainya).
c. Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-langit (pada bangunan
rendah) agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut.
3. Orientasi Bangunan Utara-Selatan (Memanjang Timur-Barat)
Efek dari orientasi bangunan, ketebalan dinding, dan warna dinding terhadap
suhu udara di dalam bangunan diperlihatkan oleh percobaan Givoni. Di kawasan
sekitar equator, sisi barat-timur mendapatkan panas yang lebih tinggi disbanding
sisi utara-selatan. Dalam percobaan dengan dinding warna putih, terlihat bahwa
suhu udara ruang berfluktuasi terhadap suhu udara luar. Pada siang hari
umumnya suhu udara di dalam bangunan lebih rendah disbanding suhu luar,
sementara malam hari suhu udara di dalam bangunan lebih tinggi disbanding
suhu luar.
Semakin tebal dinding, fluktuasi semakin kecil, karena kondisi suhu udara di
dalam bangunan semakin stabil. Efek orientasi bangunan terhadap suhu udara di
dalam bangunan juga tampak jelas. Suhu ruang rata-rata pada sisi dinding timur-
barat lebih tinggi disbanding suhu ruang pada sisi selatan. Perbedaan suhu ruang
rata-rata timur-barat dengan ruang sisi selatan mencapai hamper 1°C untuk
dinding tipis (10cm) dan lebih dari 1,5°C untuk dinding tebal (20cm).
Untuk dinding warna abu-abu, pengaruh orientasi dan ketebalan dinding
terhadap perbedaan suhu lebih jelas terlihat. Untuk ketebalan dinding 10cm suhu
ruang dalam terendah hamper selalu di bawah suhu luar. Sementara itu,
perbedaan terbesar rata-rata antara ruang pada sisi yang berbeda dapat mencapai
29
4,5°C, sedangkan perbedaan pada waktu tertentu, maksimum dapat mencapai
7,5°C. Semakin tebal dinding, variasi suhu udara di berbagai waktu dan orientasi
semakin rendah. Dinding tebal membuat fluktuasi suhu semakin kecil.
4. Organisasi uang : Aktivitas/Ruang Utama Diletakkan di Tengah Bangunan,
Diapit oleh Ruang-Ruang Penunjang/Service di Sisi Timur-Barat
Dinding ruang di bagian barat akan mendapatkan radiasi matahari siang dan
sore yang sangat tinggi, dan membuat ruang di dalamnya panas.
5. Memaksimalkan Pelepasan Panas Bangunan
Pelepasan panas bangunan ke udara di sekitarnya terjadi melalui proses
radiasi, konduksi, dan konveksi. Pelepasan panas bangunan melalui proses
radiasi umumnya terjadi pada malam hari ketika suhu udara sekitar bangunan
turun, maka terjadi perpindahan panassecara radiasi dari bangunan ke udara di
sekitarnya. Pelepasan panas melalui proses konduksi terjadi dari bangunan ke
tanah, dimana panas bangunan mengalir melalui struktur, dinding, dan lantai ke
tanah di bawahnya. Sementara itu, pelepasan panas melalu konveksi terjadi
setiap waktu, dimana angin yang bersuhu lebih rendah dari suhu bangunanakan
bersinggungan dengan bagian-bagian bangunan seperti atap, dinding, termasuk
bagian dalam bangunan (melalui proses ventilasi). Udara yang bergerak (angin)
mengambil panas dari bagian-bagian bangunan yang disentuhnya sehingga
bagian bangunan teresebut menjadi lebih dingin.
Salah satu hal penting adalah membuat rancangan bangunan yang
memungkinkan perpindahan panas secara konveksi berlangsung optimal, yakni
membuat bukaan, jendela, jalusi, dan sebagainya yang memungkinkan ventilasi
udara silang terjadi secara optimal di dalam bangunan. Aliran udara sangat
berpengaruh menciptakan ‘efek dingin’ pada tubuh manusia sehingga sangat
membantu pencapaian kenyamanan termis manusia.
6. Meninimalkan Radiasi Panas dari Plafon (untuk Lantai Teratas)
Untuk meminimalkan radiasi panas yang berasal dari plafon, perlu
diusahakan agar ‘ruang atap’, yakni ruang diantara penutup atap dan langit-
langit, diberi ventilasi semaksimal mungkin. Dalam membuat bukaan perlu
dicegah masuknya burung atau kelelawar ke dalam ‘ruang atap’, untuk itu
lubang-lubang ventilasi perlu diberi kawat (ayakan pasir). Atap yang cukup
30
tinggi (volume ruang antara penutup atap dan langit-langit besar) membantu
mengurangi pemanasan ruang-ruang yang berada di bawahnya.
7. Hindari Radiasi Matahari Memasuki Bangunan atau Mengenai Bidang Kaca
Ketika sinar matahari secara langsung menembus bidang kaca, radiasi yang
dipancarkan matahari dalam bentuk gelombang pendek akan memanaskan
benda-benda di dalam bangunan tersebut seperti lantai, meja, kursi, manusia,
serta kaca itu sendiri. Akibat pemanasan tersebut, benda-benda akan
memancarkan kembali radiasinya, dalam bentuk gelombang panjang, ke udara di
sekelilingnya.
Karena bahan kaca umumnya tidak dapat meneruskan gelombang panjang,
panas yang ditimbulkan oleh benda-benda tersebut akhirnya tidak dapat keluar
dari bangunan dan terperangkap di dalamnya. Hal ini mengakibatkan kenaikan
suhu ruang akibat radiasi. Peristiwa ini disebut dengan the green house effect.
Rumah kaca memanaskan ruang akibat dari pemanasan benda-benda di dalam
ruang. Pemanasan ini sering kali dijawab dengan memasang mesin pendingin
(AC), sehingga memerlukan energi yang seharusnya tidak perlu. Selasar di tepi
bangunan mencegah masuknya radiasi matahari secara langsung ke bidang kaca,
dapat mencegah terjadinya efek rumah kaca.
8. Manfaatkan Radiasi Matahari Tidak Langsung untuk Menerangi Ruang dalam
Bangunan
Untuk menerangi ruang, usahakan mengambil cahaya langit, bukan cahaya
langsung matahari. Cahaya langit adalah cahaya yang dihasilkan dari cahaya
diffuse matahari. Cahaya ini tidak memberikan efek pemanasan terhadap ruang
yang diterangi.
Untuk daerah di wilayah selatan equator seperti Bandung dan Jakarta, sisi
selatan banguan tidak akan mendapatkan cahaya langsung matahari antara April
hingga September. Sementara untuk sisi utara tidak akan mendapatkan cahaya
langsung antara Oktober hingga Maret. Sky light plafon merupakan penerangan
alami yang diciptakan dari plafon yang diemnsinya dibuat optimal agar cahaya
masuk secukupnya tanpa memanaskan ruang.
31
9. Optimalkan Ventilasi Silang (untuk Bangunan Non-AC)
Jika ruang tidak menggunakan AC, usahakan agar terjadi aliran udara yang
menerus (ventilasi silang) di dalam rumah, terutama bagi ruang-ruang yang
dirasa panas. Dari sisi akustik hal ini memang kurang menguntungkan, namun
ini merupakan pilihan, mana yang perlu dikalahkan. Aliran udara penting
untukmenciptakan efek dingin bagi tubuh manusia. Ventilasi silang terjadi jika
ada sedikit dua bukaan di sisi yang berbeda di bangunan.
10. Warna dan Tekstur Dinding Luar Bangunan
Warna terang cenderung memantulkan panas, sementara itu warna gelap
menyerap lebih banyak panas. Tekstur kasar menyerap lebih banyak panas
disbanding tekstur halus.
11. Rancangan Ruang Luar
Meminimalkan penggunaan material keras (beton, aspal) untuk menutup
permukaan halaman, taman atau parkir tanpa adanya peneduh. Material keras
yang terkena radiasi matahari langsung akan menaikkan suhu udara di sekitar
rumah dan akhirnya membuat ruangan di dalam rumah panas.
Menurut Jimmy Priatman (2002), arsitektur hemat energi adalah arsitektur
yang berlandaskan pada pemikiran meminimalkn penggunaan energi tanpa
membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas
penghuni. Arsitektur hemat energi berdasarkan pada prinsip konservasi
energi(sumber energi yang tidak terbaharui) yang menciptakan istilah forms
follows energi.
Konsep hemat energi masih menjadi hal yang penting untuk digunakan saat
ini dalam berbagai bidang. Para ahli dan praktisi masih mencari cara untuk
menerapkan konsep ini dengan baik. Perkembangan dalam dunia arstitektur juga
mengalami kemajuan, terutama dalam perancangan aktif, sehingga
menghasilkan suatu konsep baru seperti zero-energy building, sustainable
architecture, intelegent building, dan sebagainya.
Pendekatan perancangan hemat energi dapat dibagi dua, yaitu:
1. Perancangan Pasif
Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan
energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari
32
menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan arsitek
bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu dan dapat
mengantisipasi iklim luar. Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti
Indonesia umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan
bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan
kebutuhan penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas
hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.
2. Perancangan Aktif.
Perancangan aktif bersifat tambahan. Pengertian perancangan aktif adalah
salah cara penghematan energi dengan bantuan alat-alat teknolgi yang dapat
mengontrol, mengurangi pemakaian, atau menghasilkan energi baru. Dalam
perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi
perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif,
penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat
kenyamanan termal dan visual harus dicapai.
Prinsip perancangan arsitektur hemat energi dilihat dari parameter disain
arsitektural adalah sebagai berikut:
1. Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim
2. Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial
3. Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim
4. Sumer energy berasal dari pembangkit yang terbarukan
5. Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi
6. Konsumsi energi yang rendah
7. Tingkat kenyamanan yang konsisten
8. Pertimbangan terhadap ekologi tapak
(Sumber: Energy-efficient Architectute, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur
Hijau, Jimmy Priatman, 2002)
II.2.2 Bukaan terhadap Kenyamanan Termal
Penghawaan silang seharusnya selalu dilakukan, sekalipun pada ruang yang
menggunakan AC. Sekali waktu pasti membutuhkan udara segar untuk
menggantikan udara panas dalam ruangan. Ventilasi di sisi ruangan bisa
33
berfungsi sebagai sekop angin diletakkan di pojok fasade akan menangkap
angin. Bisa digunakan bila kecepatan angin tinggi.
Pola dan konfigurasi bukaan mempengaruhi radiasi, aliran udara, dan
pencahayaan. Luasan, bentuk, lokasi, dan posisinya juga berpengaruh pada
pergerakan udara, pencahayaan, dan silau pada ruang dalam. Jika bukaan tidak
terbayangi, maka akan mempengaruhi panas radiasi yang didapatkan. Bukaan
pada level yang lebih tinggi, menambah aliran udara, dikenal sebagai ‘stack
effect’. Posisi bukaan mempengaruhi distribusi cahaya pada ruang dalam
sebagaimana dia mempengaruhi refleksi pada ruang dalam.
Untuk daerah tropis, bukaan harus lebar untuk memfasilitasi masuknya
udara. Sosoran yang lebar lebih disukai bila memotong radiasi matahari.
Ketinggian bukaan harus menimbulkan distribusi udara yang baik bagi tubuh
manusia. Ambang bukaan bawah mungkin lebih disukai. Jendela yang tinggi
menyediakan distribusi yang baik untuk cahaya langsung dan difus. Jendela
yang rendah memungkinkan tanah memantulkan cahaya. Partisi seharusnya
tidak diletakkan di dekat jendela karena akan merubah dan mengacaukan arah
aliran angin. Akan lebih disukai untuk menyediakan setiap ruangan dengan
jendela paling tidak di dua sisi dinding. Ventilasi dibutuhkan 85% setahun, dan
ventilasi silang timur barat diperlukan. Elemen-elemen seperti layar, louvre, dan
jalusi digunakan untuk mengalirkan udara dan untuk melindungi dari matahari.
Struktur seharusnya dilindungi dari matahari dan hujan, serta harus dilindungi
dari radiasi sinar matahari dan silau. Daun penutup jendela yang bisa
dipindahkan lebih disukai untuk perlindungan angin ribut. Gambar 2.53. Posisi Jendela Terhadap Pencahayaan dan Ventilasi
34
Gambar 2.54. Macam Konfigurasi Bukaan dan Efeknya Terhadap Aliran Udara
Orientasi bukaan berepngaruh terhadap radiasi sinar matahari yang diterima
dan pergerakan udara. Untuk menghasilkan distribusi yang baik dari aliran udara
di dalam bangunan, arah angin dan arah inlet-outlet seharusnya tidak sama.
Seharusnya antara 45º tegak lurus arah angin. Menyusun bangunan dengan
bukaan utamanya menghadap utara dan selatan akan memberikan keuntungan
dalam mengurangi beban AC.
Gambar 2.55. Posisi bukaan yang ideal (Krishan, 2000)
Kontrol bukaan akan mempengaruhi radiasi, pergerakan udara, dan
pencahayaan alami. Penempatan kaca, pembayangan, kasa, light shelves, dan
area jendela silang bisa menjadi suatu control. Hal-hal tersebut dapat mencegah
radiasi sinar matahari. Penggunaan kaca akan mengontrol solar radiasi.
Pembayangan, vertical dan horizontal akan mengontrol panas radiasi yang
didapat. Light shelves akan membawa banyak cahaya ke dalam ruangan, yang
akan dipotong oleh pembayangan horizontal. Kasa akan mengontrol masuknya
serangga dan mengurangi kecepatan angin di dalam bangunan. Untuk
35
meningkatkan ventilasi, bisa didapat dengan memodifikasi jendela itu sendiri
(Givoni B.:1994)
Yang dimaksud dengan ventilasi silang yaitu bukaan atau lubang untuk
aliran udara yang perletakkannya tidak pada satu sisi dinding melainkan pada
dua atau tiga sisi yang berlawanan sehingga angin dapat mengalir masuk
kedalam ruangan.
Bukaan ventilasi yang tepat merupakan vaktor yang sangat penting bagi
kenyamanan ruang. Ventilasi yang baik adalah yang memungkinkan terjadinya
aliran udara selama 24 jam tanpa bantuan peralatan mekanis. Harus ada ventilasi
untuk malam hari bila jendela dan pintu ditutup.
Perletakan dan luas ventilasi dapat menentukan arah aliran dan volume udara
sesuai yang diinginkan. Aliran udara sebaiknya terbentuk pada tempat dimana
manusia berada. Ventilasi yang hanya pada satu sisi dinding menyebabkan angin
tidak mengalir. (Lihat gambar). Gambar 2.56 Flow Udara Angin berhembus dari daerah bertekanan tinggi ke
rendah. Lubang angin masuk tanpalubang angin
keluar, angin tidak mengalirsebab tekanan udara
ruang menjadi tinggi.
Dengan ventilasi silang, membuka jalanudara
masuk dan keluar,udara mengalir. Lubang keluar <
lubang masuk= Aliran lambat, Lubang keluar >
Lubang masuk=Aliran cepat
Lubang keluar dekat lubang masuk terjadidaerah
yang tidak dialiri angin.
Bila diinginkan lubang keluar pada dua sisi, udara
berputar lebih jauh masuk kedalam ruangan.
36
Supaya angin dapat mengalir harus ada lubang udara masuk atau inlet dan
lubang udara keluar outlet. Penempatan dan luas inlet dan outlet sangat
menentukan volume udara yang mengalir.
Luas bukaan sangat tergantung dari jumlah penghuni, aktivitas penghuni,
suhu udara , kecepatan angin, Penghuni dengan jumlah yang lebih banyak, dan
aktivitas lebih berat membutuhkan pertukaran udara yang lebih besar dalam
kondisi suhu dan kecepatan angin yang sama. Luas lubang ventilasi dipengaruhi
pula oleh suhu udara dan kecepatan angin. Bahwa semakin rendah suhu udara
semakin perlahan pula hendaknya arus angin. Kecepatan angin 0,5 m/sec pada
suhu 30oC masih terasa nikmat, tetapi kecepatan 0,5 m/sec pada suhu 12
oC
terasa sangat dingin. Artinya luas lubang ventilasi harus lebih kecil untuk daerah
bersuhu dingin. Tetapi bisa dikatakan pula sangat tergantung dengan kebiasan
penghuninya, yang terbiasa didaerah bersuhu dingin, sedang atau panas. Untuk
tempat yang sering dihembus angin kencang seperti daerah pantai ventilasinya
harus diatur agar angin berhembus secara perlahan lahan. Jadi luas ventilasi
pada satu ruangan sangat tergantung dari jumlah penghuni, aktifitas penghuni,
suhu udara, kecepatan angin (Sri Umiati:2008)
Penelitian kenyamanan termis yang dilakukan Tri Harso Karyono
memperlihatkan manusia di Jakarta merasa nyaman pada suhu udara (Ta) 26,4oC
atau suhu operasi (To) 26.7oC. Sementara rentang nyaman antara 24.9 - 28.0 Ta
dan 25.1 - 27.9 To.. Standar kenyamanan termis di Indonesia yang berpedoman
pada standar Amerika [ANSI/ASHRAE 55-1992] merekomendasikan suhu
nyaman dengan rentang antara 22 - 26 oCTo. Perbedaan ini akan berakibat pada
jumlah energi yang dikonsumsi oleh bangunan. Sejumlah 596 karyawan dan
karyawati yang bekerja pada tujuh bangunan kantor, yakni Gedung Agama-
Thamrin, Gedung BPPT Thamrin, Gedung BCA-Sudirman, Gedung Depdikbud-
Sudirman, Gedung Pajak-Sudirman, Gedung Widjojo-Sudirman, dan Gedung
LIPI-Gatot Subroto, berpartisipasi dalam penelitian kenyamanan termis ini.
Sementara itu standar kenyamanan termis dari Internasional Standard, ISO
7730:1994 menyatakan bahwa sensasi manusia terhadap suhu merupakan fungsi
dari empat faktor iklim yaitu, suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara, dan
37
kecepatan angin, serta dua faktor individu yakni, tingkat kegiatan yang berkaitan
dengan tingkat metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang dikenakan.
Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk
daerah khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas). Pada
temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan
dan kemampuan kerja manusia mulai menurun pada temperatur 26°C TE – 30°C
TE. Kondisi lingkungan yang sukar mulai dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5
°C TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi lingkungan tidak dapat
ditolerir lagi. Produktifitas manusia cenderung menurun atau rendah pada
kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas.
Produktifitas kerja manusia meningkat pada kondisi suhu (termis) yang nyaman
(Idealistina , 1991). Gambar 2.57 Diagram Kenyamanan sebagai Fungsi dari Temperatur, Kelembaban dan
Kecepatan Angin
Bangunan Tropis, Georg. Lippsmeier
Mengaitkan penelitian Lippsmeier (menyatakan pada temperatur 26°C TE
umumnya manusia sudah mulai berkeringat serta daya tahan dan kemampuan
kerja manusia mulai menurun) dengan pembagian suhu nyaman orang Indonesia
menurut Yayasan LPMB PU, maka suhu yang kita butuhkan agar dapat
beraktifitas dengan baik adalah suhu nyaman optimal (22,8°C - 25,8°C dengan
kelembaban 70%). Angka ini berada di bawah kondisi suhu udara di Indonesia
yang dapat mencapai angka 35°C dengan kelembaban 80%.
38
Bagaimana usaha mengendalikan faktor-faktor iklim di atas untuk
memperoleh kenyamanan termal di dalam bangunan?. Cara yang paling mudah
adalah dengan pendekatan mekanis yaitu menggunakan AC tetapi membutuhkan
biaya operasional yang tidak sedikit. Pendekatan kedua adalah mengkondisikan
lingkungan di dalam bangunan secara alami dengan pendekatan arsitektural.
Pengkondisian lingkungan di dalam bangunan secara arsitektural dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan perletakan bangunan (orientasi bangunan
terhadap matahari dan angin), pemanfaatan elemen-elemen arsitektur dan
lansekap serta pemakaian material/bahan bangunan yang sesuai dengan karakter
iklim tropis panas lembab. Melalui ke-empat hal di atas, temperatur di dalam
ruangan dapat diturunkan beberapa derajat tanpa bantuan peralatan mekanis.
Kecepatan angin di daerah iklim tropis panas lembab umumnya rendah.
Angin dibutuhkan untuk keperluan ventilasi (untuk kesehatan dan kenyamanan
penghuni di dalam bangunan). Ventilasi adalah proses dimana udara ‘bersih’
(udara luar), masuk (dengan sengaja) ke dalam ruang dan sekaligus mendorong
udara kotor di dalam ruang ke luar. Ventilasi dibutuhkan untuk keperluan
oksigen bagi metabolisme tubuh, menghalau polusi udara sebagai hasil proses
metabolisme tubuh (CO2 dan bau) dan kegiatan-kegiatan di dalam bangunan.
Untuk kenyamanan, ventilasi berguna dalam proses pendinginan udara dan
pencegahan peningkatan kelembaban udara (khususnya di daerah tropika basah),
terutama untuk bangunan rumah tinggal. Kebutuhan terhadap ventilasi
tergantung pada jumlah manusia serta fungsi bangunan.
Posisi bangunan yang melintang terhadap angin primer sangat dibutuhkan
untuk pendinginan suhu udara. Jenis, ukuran, dan posisi lobang jendela pada sisi
atas dan bawah bangunan dapat meningkatkan efek ventilasi silang (pergerakan
udara) di dalam ruang sehingga penggantian udara panas di dalam ruang dan
peningkatan kelembaban udara dapat dihindari.
Jarang sekali terjadi orientasi bangunan yang baik terhadap matahari
sekaligus arah angin primer. Penelitian menunjukkan, jika harus memilih (untuk
daerah tropika basah seperti Indonesia), posisi bangunan yang melintang
terhadap arah angin primer lebih dibutuhkan dari pada perlindungan terhadap
radiasi matahari sebab panas radiasi dapat dihalau oleh angin yang berhembus.
39
Kecepatan angin yang nikmat dalam ruangan adalah 0,1 – 0,15 m/detik.
Besarnya laju aliran udara tergantung pada:
1. Kecepatan angin bebas
2. Arah angin terhadap lubang ventilasi
3. Luas lubang ventilasi
4. Jarak antara lubang udara masuk dan keluar
5. Penghalang di dalam ruangan yang menghalangi udara
Pola aliran udara yang melewati ruang tergantung pada lokasi inlet (lobang
masuk) udara dan shading devices yang digunakan di bagian luar. Secara umum,
posisi outlet tidak akan mempengaruhi pola aliran udara. Untuk menambah
kecepatan udara terutama pada saat panas, bagian inlet udara ditempatkan di
bagian atas , luas outlet sama atau lebih besar dari inlet dan tidak ada perabot
yang menghalangi gerakan udara di dalam ruang. Gerakan udara harus diarahkan
ke ruang ruang yang membutuhkan atau ruang keluarga. Penggunaan screen
serangga akan mengurangi aliran udara ke dalam bangunan. Bukaan jendela
(Jalousie atau louvered akan membantu udara langsung ke tempat-tempat yang
membutuhkan.
Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-langit (khususnya
bangunan rendah) sangat perlu agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang
tersebut. Panas yang terkumpul pada ruang ini akan ditransmisikan ke ruang di
bawah langit-langit tersebut. Ventilasi atap sangat berarti untuk mencapai suhu
ruang yang rendah (Basaria Talarosha:2005)
Sebuah hunian tidak lepas dari peran lingkungan sekitar yang mempengaruhi
orang-orang atau manusia yang berada atau tinggal disekitarnya. Menurut
pendapat Tri Endangsih, ST. (2007) yang menyatakan bahwa kenyamanan
bangunan erat hubungannya dengan kondisi alam atau lingkungan disekitarnya
dan upaya pengkondisian atau pengaturan ruang dalam bangunan. Selain itu
terdapat beberapa pendapat dari para arsitektur dunia seperti Ken Yeang dalam
bukunya. The Green Skyscraper (Yeang, 2000). Yang menyatakan bahwa
terdapat beberapa parameter yang menjadi konsep dasar desain sadar energi
dintaranya:
40
1. Kenyamanan Termal
Bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan sinar matahari sesuai
dengan kebutuhannya. Bangunan yang berada pada iklim dingin harus mampu
menerima radiasi matahari yang cukup untuk pemanasan, sedangkan bangunan
yang berada pada iklim panas, harus mampu mencegah radiasi matahari
secukupnya untuk pendinginan.
2. Kenyamanan Visual
Membahas mengenai bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan
cahaya matahari (penerangan) sesuai dengan kebutuhannya.
3. Kontrol Lingkungan Pasif
Dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal maupun visual dengan
memanfaatkan seluruh potensi iklim setempat yang dikontrol dengan elemen –
elemen bangunan (atap, dinding, lantai, pintu, jendela, aksesoris, lansekap) yang
dirancang tanpa menggunakan energi (listrik).
4. Kontrol Lingkungan Aktif
Dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal dan visual dengan
memanfaatkan potensi iklim yang ada dan dirancang dengan bantuan teknologi
maupun instrumen yang menggunakan energi (listrik).
5. Kontrol Lingkungan Hibrid
Dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal maupun visual dengan
kombinasi pasif dan aktif untuk memperoleh kinerja bangunan yang maksimal.
Untuk menciptakan kenyamanan termal, kita harus memahami tidak hanya
mekanisme hilangnya panas dari badan manusia, tetapi juga terhadap 4 kondisi
lingkungan yang dapat menjadikan panas hilang, 4 kondisi yang dimaksud
adalah:
1. Suhu Udara
Suhu udara akan menentukan kecapatan panas yang akan hilang yang sebagian
besar dengan cara konveksi (pengembunan). Di atas 98.6°F, aliran udara akan
berbalik dan badan akan mendapatkan panas dari udara.
2. Kelembapan Relatif
Sebagian besar penguapan uap air pada kulit merupakan fungsi kelembapan
udara. Udara kering dapat secara cepat menyerap uap air dari kulit, dan hasilnya
41
adalah penguapan yang cepat dan efektif untuk menyejukkan badan. Sebaliknya,
saat kelembapan relatif (Relative Humidity/RH) mencapai 100%, udara akan
menampung semua uap air yang mampu ditampungnya dan pendinginan dari
penguapan berhenti. Untuk kenyamanan, RH sebaiknya berada di atas 20%
sepanjang tahun.
Pada tingkat kelembapan yang sangat rendah akan timbul sejumlah keluhan
terhadap beberapa bagian tubuh yang terasa kering seperti hidung, mulut, mata,
dan kulit, serta penyakit pernapasan. Kelembapan tinggi tidak hanya mengurangi
kecepatan pendinginan melalui penguapan, tetapi juga mendukung pembentukan
uap air (keringat) pada kulit yang membuat badan terasa tidak nyaman. Lebih
lagi, tumbuhnya jamur juga merupakan masalah yang timbul ketika kelembapan
tinggi.
3. Kecepatan Udara
Gerakan udara mempengaruhi kecepaan panas yang hilang baik dengan cara
konveksi maupun penguapan. Oleh karena itu, kecepatan udara memiliki
dampak yang nyata pada proses hilangnya panas. Jangkauan yang nyaman
berkisar 20-60 fpm / ± 0,6 – 0,2 mph, gerakan udara akan terlihat, namun masih
dapat diterima terantung pada kegiatan yang sedang dilakukan. DI atas 200 fpm
(2mph), geakan udara dapat menjadi sedikit kurang nyaman dan mengganggu
(contoh: kertas yang tertiup ke mana-mana). Aliran udara draft adalah
pendinginan lokal oleh pergerakan udara pada badan manusia yang tidak
diinginkan dan merupakan masalah termal yang cukup serius.
4. Mean Radiant Temperature (MRT)
Saat MRT memiliki perbedaaan yang sangat besar dari suhu udara, efeknya
harus dipertimbangkan. Sinar matahari dapat menigkatkan MRT pada sebuah
tingkat yang terlalu tinggi untuk kenyamanan.
42
II.3 Tinjauan Terhadap Kondisi Tapak
II.3.1 Lokasi Tapak
Gambar 2.58 Long Range Kinematic (LRK) Tapak
Tapak berada di Jalan Pintu Satu Senayan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta
Pusat 10270. Lokasi ini merupakan pilihan yang baik untuk dijadikan lokasi
hunian karena lokasi yang sangat strategis, kegiatan dan lingkungan yang
menunjang, serta aksesibilitas yang baik. Lokasi ini dakat dengan tempat
perhentian transportasi massal, yaitu Halte Bus Trans Jakarta.
Batas Tapak
Utara : Jalan Pintu Satu Senayan
Timur : Hotel Atlet Century
Selatan : Jalan Manila, Kebayoran Lama
Barat : Kantor Badan Pengelola Komplek Gelora Bung Karno
Tapak ini memiliki potensi kebisingan dan kepadatan yang cukup tinggi,
terutama jika ada acara di area utama Komplek Gelora Bung Karno (KGBK).
Jalan di sekitar tapak yang sangat ramai tidak dilewati oleh angkutan umum
sehingga kondisi relatif lancar karena tidak ada angkutan umum yang berhenti di
sembarang tempat. Pada tapak ini, sudah berdiri 3 buah tower yang difungsikan
sebagai hunian. Lahan lainnya difungsikan sebagai area parkir mobil dan motor
dari wisma tersebut dan bangunan di sekitar tapak.
43
II.3.2 Luas, Ukuran, dan Peraturan Tapak
Gambar 2.59 RUTRK Tapak
Luas Lahan : 10.150 m2
KDB : 20% x 10.150 m2 = 2.030 m2
KLB : 2,5 x 10.150 m2 = 25.375 m2
Ketinggian Max. : 24 lapis
Peruntukan : Kut (karya umum taman)
GSB : Utara 10 m
Selatan 8 m
Lebar Jalan : Utara 26 m
Selatan 18 m
II.3.3 Pencapaian ke Tapak
Tapak dapat dicapai dengan kendaraan pribadi, bersepeda, atau dengan
berjalan kaki.. Akses ke dalam tapak hanya bisa dari utara (Jalan Pintu 1
Senayan), dari selatan (Jalan Manila, Kebayoran Lama), dari barat (ada jalan
yang langsung menghubungkan tapak ini ke kantor Kantor BPKGBK,
sedangkan di bagian timur langsung berbatasan dengan Hotel Atlet Century.
44
II.3.4 Vegetasi
Gambar 2.60 Penyebaran Vegetasi di Sekitar Tapak
Keadaan vegetasi di tapak dan sekitarnya cukup baik, terutama di bagian
utara karena wilayah tersebut masuk ke dalam area utama Komplek Gelora
Bung Karno yang memang sangat menjaga luasan area hijaunya yang mencapai
80%. Namun pada bagian timur, selatan, dan barat tidak memiliki cukup
vegetasi sebagai penghijauan karena dijadikan area parkir dan bangunan.
Penambahan vegetasi di dalam tapak dan sekitarnya diperlukan agar dapat
menciptakan lingkungan yang baik dan menghasilkan iklim mikro yang nyaman.
Tapak ini memiliki 37 buah pohon besar dan 29 pohon di bagian depan. Gambar 2.61 Pohon dalam Tapak
II.3.5 Status Kepemilikan Tapak
Tapak dan bangunan ini dimiliki oleh Badan Pengelola Komplek Gelora
Bung Karno (BPKGBK).
45
II.3.6 Fungsi Sekitar Tapak
Gambar 2.62 Fungsi Sekitar Tapak
Keterangan:
Lokasi tapak Hunian Fasilitas ibadah Pusat perbelanjaan Pusat perkantoran Sarana olahraga
Tapak ini dekat dengan berbagai macam fasilitas seperti pusat perbelanjaan
seperti FX Plaza, Senayan City, Ratu Plaza, dan Plaza Senayan. Hal ini
menunjang bangunan wisma atlet karena atlet dapat berrekreasi ke lokasi
perbelanjaan tersebut. Halte Trans Jakarta juga cukup dekat dengan tapak.
Masjid Al-Bina ang ada di utaa tapak juga mudah diakses, bisa hanya dengan
berjalan kaki. Karena tapak ini masih merupakan Komplek Gelora Bung Karno
yang fungsi utamanya adalah memfasilitasi kegiatan olahraga, fungsi di sekitar
tapak berupa sarana olahraga. Tapak ini juga dekat dengan berbagai bangunan
perkanoran yang pada hari kerja selalu ramai. Di bagian barat daya sedang ada
pembangunan apartemen dan di bagian timur berbatasan langsung dengan Hotel
Atlet Century, yang juga merupakan hunian.
46
II.3.7 Kondisi Sosial
Komplek Gelora Bung Karno pada awalnya memang diperuntukkan sebagai
pusat sarana olahraga. Namun seiring berjalannya waktu, sebagian wilayahnya
disewakan kepada pihak lain dan dikelola oleh pengembang tertentu. Sebagian
wilayahnya disewakan sebagai pusat perbelanjaan, perkantoran, serta hunian.
Dengan fungsi seperti ini, tapak menjadi pusat keramaian. Setiap hari terjadi
kepadatan dari bangunan perkantora, di akhir minggu ramai dari pusat
perbelanjaan. Apa lagi jika sedang acara besar yang diadakan pada fasilitas
olahraga yang ada di sekitar tapak. Kondisi di sekitar tapak dapat dipastikan
selalu ramai setiap hari dan dapat mengurangi kenyamanan audio di dalam
tapak.
II.3.8 Potensi dan Kendala Tapak
Potensi Tapak
• Penghijauan yang cukup baik di utara tapak
• Dekat dengan berbagai fasilitas penunjang
• Tapak memanjang cenderung timur-barat
• Dapat diakses melalui jalan besar dan jalan lingkungan
• Dekat dengan Halte Trans Jakarta
• Terdapat akses ke kantor Badan Pengelola KGBK
Kendala Tapak
• Bising karena berbatasan langsung dengan jalan besar
• Padat karena pusat perbelanjaan dan perkantoran di sekitar tapak
• Penghijauan di bagian selatan dan di dalam tapak kurang
• Faktor keamanan kurang karena mudah diakses
• KDB 20% sehingga harus mengoptimalkan luas lantai dasar
• Tapak miring sehingga orientasi massa bangunan perlu diperhatikan