6-PROPOSAL-contoh-NURSALAM - Copy

Embed Size (px)

Citation preview

1

TUGAS METRISDokumentasi observasi emergensi medical SYSTEM berbasis nursing process di unit ambulance 118 Dr Soetomo Surabaya

Disusun oleh : Bobby F.K 010710053B

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA2010

Dokumentasi observasi emergensi medical SYSTEM berbasis

nursing process di unit ambulance 118 Dr Soetomo Surabaya BAB 1 PENDAHULUAN Bidang keilmuan: KEPERAWATAN KRITIS 1.1 Latar Belakang D Indonesia angka kejadian kecelakaan lalu lintas masih tinggi masih sangat tinggi . Pada tahun 2008 jumlah insiden kecelakaan lalu lintas berkumlah 30.000 angka kejadian kecelakaan. Hal ini tidak hanya membawa korban materi saja, namun juga hilangnya jumlah usia produktif berkurang , maka ketergantungan usia belum dan tidak produktif semakin tinggi sehingga terpelihara kondisi kemiskinan di Negara kita. Sebenarnya angka kesakitan dan kematian akan bisa ditekan , jika system penanggulangan kegawat daruratan terpadu berjalan dengan baik. Salah satu komponen system tersebut yaitu pelayanan informasi ambulance Gawat darurat 118 (AGD) dan tentu saja harus sinergi dengan fase Unit gawat darurat Rumah sakit. Selama ini pada unit ambulance gawat darurat masih menggunakan dokumentasi obsevasi klinis . Karena masih menduplikasi dari dokumentai observasi dari kanada yag menggunakan paramedis sebagai tenaga kerjanya. Pelayanan pra rumah sakit terutama untuk kasus trauma sudah dibangun di seluruh dunia dengan model yang bervariasi yang berintegrasi dengan tanggap darurat dan resque local serta lembaga kesehatan lainya. Di Indonesia pelayanan pra rumah sakit dilakukan perawat. Pelayanan ambulans di Indonesia merupakan hospital-based ambulance dimana operasional ambulans ini tergantung

sepenuhnya pendanaan dan sumber daya yang dimiliki oleh rumah sakit yang

3

bersangkutan. Sedangkan kru yang paling umum adalah perawat ,pengemudi operator radio komunikasi. Melibatkan dokter jika memang diperlukan untuk memenuhi tindakan sesuai kompetisinya darinya.Namun, walaupun sebagian besar adalah perawat, namun dalam pendokumentasian observasi unit ambulance 118 masih mengunakan observasi klinis yang biasa dipakai oleh paramedic. Padahal paramedic mempunyai keterampilan yang berbeda dibandingkan perawat yang dituntut selalu menggunakan standar praktik keperawatan.

Standar praktik keperawatan professional merupakan pedoman bagi perawat di Indonesia dalam melaksanakan asuhan keperawatan . Standar praktik tersebut dilaksanakan oleh perawat generalis maupun spesialis diseluruh tatanan pelayanan kesehatan di rumah sakit puskesmas, maupun tatanan kesehatan lain di masyarakat (PPNI, 2000) Standar praktik keperawatan professional di Indonesia telah dijabarkan oleh PPNI (2000) . Standar tersebut juga mengacu pada tahapan dalam proses keperawatan terdiri dari 5 standar, (1) Pengkajian, (2) Diagnosis keperawatan , (3) Perencanaan , (4) implementasi, dan evaluasi. Agar perawat bisa menjalankan standar praktik keperawatan , sebagai legalitas hukum dan evaluasi status keperawatan diperlukan dokumentasi keperawatan. Perawat dan praktik keperawatan tergambar setiap hari bagi yang membuat dokumentasi pasien. Data keperawatan yang terdapat dalam dokumentasi tersebut merefleksikan standar asuhan keperawatan , seperti

kesehatan anggota kesehatan lain membuat keputusan perawatan berdasarkan dokumentasi keperawatan.Oleh karena tuntutan standar praktik keperawatan yang

selalu menggunakan proses keperawatan. Dalam dokumentasi keperawatan unit ambulance gawat darurat 118 Dr Soetomo memerlukan penyusunan model dokumentasi yang baru, lebih efesien, dan lebih bermakna pencatatan dan penyimpanannya.

1.2 1

Rumusan Masalah Apakah dokumentasi observasi klinis yang telah ada representative

terhadap kebutuhan pendokumentasian keperawatan unit ambulance gawat darurat 118 Dr Soetomo? 2 . Bagaimana Dokumentasi observasi unit ambulance gawat darurat Dr Soetomo berbasis nursing process? 3 . Bagaimana respon anggota unit ambulance gawat darurat Dr Soetomo terhadap penggunaan Dokumentasi observasi unit ambulance gawat drurat Dr Soetomo berbasis nursing process? 3.1 3.1.1 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Menjelaskan pentingnya penggunaan Dokumentasi Observasi Emergensi medical system berbasis nursing prosess di unit ambulance 118 gawat darurat Dr Soetomo 3.1.2 Tujuan Khusus

1 Untuk mengetahui dokumentasi observasi klinis yang telah ada representative terhadap kebutuhan pendokumentasian keperawatan unit ambulance gawat darurat

5

118 Dr Soetomo? 2. Untuk mengetahui Dokumentasi observasi unit ambulance 118 gawat darurat Dr Soetomo berbasis nursing process 3Untuk mengetahui respon anggota unit ambulance gawat darurat Dr Soetomo terhadap penggunaan Dokumentasi observasi unit ambulance gawat drurat Dr Soetomo berbasis nursing process

3.2 3.2.1

Manfaat Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menjelaskan pentingnya penggunaan

Dokumentasi Observasi Emergensi medical system berbasis nursing prosess di unit ambulance 118 gawat darurat Dr Soetomo, sehingga dapat digunakan sebagai dokumentasi resmi unit ambulance 118 Dr soetomo

1.4.2

Manfaat Praktis Dokumentasi Observasi Emergensi medical system berbasis nursing

prosess di unit ambulance 118 gawat darurat Dr Soetomo, sehingga dapat digunakan sebagai dokumentasi resmi unit ambulance 118 Dr soetomo

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual

Semua sample yang memenuhi kritria inklusi Pengumpulaan data awal Keefektifan Pendokumentasi (+) Analisi Data Kesimpulan Pengumpulan data awal Dokumentasi sampling nursing Paired t test dan independent test Dokumentasi Kosencutive berbasisperlakuan Pengumpulan data akhir Penyajian data Kelompok kontrol Lama Kelompok Pengumpulan data akhir

Populasi Order pada tim ambulance 118 Dr Soetomo

Gambar Dokumentasi

Obsevasi medical sistem bebasis nursing process di unit ambulance 118 Dr Soetomo

BAB 2 Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional dari pelayanan

7

kesehatan yang tersedia selama 24 jam secara berkelanjutan selama masa perawatan pasien. Dengan demikian, pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit dan puskesmas. Dokumentasi keperawatan dan tidak hanya merupakan dokumen sah tapi juga instrumen untuk melindungi para pasien, perawat dan bidan secara sah; oleh karena itu, perawat/bidan diharapkan dapat bekerja sesuai dengan standar profesional.

PENGERTIANTungpalan (1983) mengatakan bahwa Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian penting . Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan dan asuhan kepada pasen. Dokumentasi serta respons pasen adalah bagian lengkap dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat dan bidan setelah memberi merupakan suatu informasi meliputi status kesehatan pasen, kebutuhan pasen, kegiatan asuhan keperawatan/ terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi keperawatan/ mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis itu catatan juga dapat sebagai wahana antar profesi (Interdisipliner) yang dapat suatu fakta aktual untuk adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan

pasen yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping komunikasi dan koordinasi dipergunakan untuk dipertanggungjawabkan. Dokumentasi asuhan asuhan keperawatan / suatu hal keperawatan/ merupakan bagian integral dari yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian

mengungkap

pemahaman dan ketrampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan

yang mutlak bagi setiap

tenaga keperawatan/

agar mampu

membuat

dokumentasi keperawatan/ secara baik dan benar PENDOKUMENTASIAN Catatan pasen merupakan suatu dokumen yang legal, dari status sehat sakit pasen pada saat lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan, yang menggambarkan asuhan keperawatan/ yang diberikan. Umumnya catatan yang diberikan dan pasien berisi imformasi yang mengidentifikasi masalah, diagnosa keperawatan dan medik, respons pasen terhadap asuhan kerawatan/ respons terhadap pengobatan serta berisi beberapa rencana untuk intervensi

lebih lanjutan. Keberadaan dokumentasi baik berbentuk catatan maupun laporan akan sangat membantu komunikasi antara sesama perawat/ bidan maupun disiplin ilmu lain dalam rencana pengobatan. Katagori informasi yang biasanya masuk dalam status (chart) pasien adalah : Data demografik Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik Formulir persetujuan Diagnosa Pengobatan Catatan perkembangan /kemajuan Catatan secara berkesinambungan (flow sheet) Catatan perawat Keberadaan dokumentasi baik berbentuk catatan maupun laporan akan sangat membantu Catatan laboratorium Laporan rontgen ( X ray ) Ringkasan pasen pulang dalam berkomunikasi baik antara sesama perawat/bidan maupun lembaran tindakan (treatment)

9

TUJUAN DOKUMENTASI1. Sebagai Sarana Komunikasi Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk: a. Membantu koordinasi asuhan keperawatan/ kesehatan. b. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan/ pada pasien. c. Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya. 2. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Sebagai upaya untuk melindungi pasen terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasen. Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasen terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum. 3. Sebagai Informasi statistik Data statistik dari dokumentasi keperawatan/ dapat membantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis. 4. Sebagai Sarana Pendidikan Dokumentasi asuhan keperawatan/ yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan/ maupun siswa kesehatan lainnya yang diberikan oleh tim

dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktek lapangan.

5. Sebagai Sumber Data Penelitian Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan keperawatan/ yang diberikan, sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan yang aman, efektif dan etis. 6. Sebagai Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan keperawatan/ yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kualitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumentasi yang kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat/bidan maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan keperawatan/ dalam mencapai standar yang telah ditetapkan. 7. Sebagai Sumber Data Perencanaan Asuhan Keperawatan /

Berkelanjutan Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan keperawatan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses keperawatan.

PRINSIP-PRINSIP PENCATATAN / DOKUMENTASI

Prinsip pencatatan ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi isi maupun teknik pencatatan.

11

A. ISI PENCATATAN 1. Mengandung Nilai Administratif Misalnya rangkaian pendokumentasian kegiatan pelayanan keperawatan merupakan alat pembelaan yang sah manakala terjadi gugatan. 2. Mengandung Nilai Hukum Misalnya catatan medis kesehatan keperawatan/ dapat dijadikan sebagai pegangan hukum bagi rumah sakit, petugas kesehaan, maupun pasien. 3. Mengandung Nilai Keuangan Kegiatan pelayanan medis keperawatan/ rendahnya keuangan rumah sakit. 4. Mengandung Nilai Riset Pencatatan mengandung data, atau informasi, atau bahan yang dapat digunakan sebagai objek penelitian, karena dokumentasi merupakan informasi yang terjadi di masa lalu. 5. Mengandung Nilai Edukasi Pencatatan medis keperawatan/ dapat digunakan sebagai referensi atau bahan pengajaran di bidang profesi si pemakai. B. TEKNIK PENCATATAN 1. Menulis nama pasen pada setiap halaman catatan perawat/bidan 2. Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam 3. Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu dan dapat dipercaya secara faktual 4. Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat diterima, dapat dipakai. Contoh : Kg untuk Kilogram 5. Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau 6. Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata salah diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi yang benar jangan dihapus. Validitas pencatatan akan rusak jika ada penghapusan. akan menggambarkan tinggi biaya perawatan yang merupakan sumber perencanaan

7. Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda tangan 8. Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tandatangani dan tulis kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut.

C. JENIS-JENIS PENCATATANAda dua jenis pencatatan : 1. Catatan Pasen secara Tradisional Catatan pasen secara tradisional merupakan catatan yang berorientasi pada sumber dimana setiap sumber mempunyai catatan sendiri. Sumber bisa didapat dari perawat, dokter, atau tim kesehatan lainnya. Catatan perawat terpisah dari catatan dokter dan catatan perkembangan. Biasanya catatan ditulis dalam bentuk naratif. Sistem dokumentasi yang berorientasi pada sumber yang ditulis secara terpisah-pisah sulit menghubungkan keadaan yang benar sesuai perkembangan pasien. Catatan tradisional umumnya mempunyai enam bagian, yaitu : catatan khusus, lembar catatan dokter, lembar riwayat medik, lembar identitas, catatan keperawatan, dan laporan khusus lainnya. 2. Catatan Berorientasi pada Masalah Pencatatan yang berorientasi pada masalah berfokus pada masalah yang sedang dialami pasen. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh dr. Lawrence Weed dari USA, dimana dikembangkan satu sistem pencatatan dan pelaporan dengan penekanan pada pasien tentang segala permasalahannya. Secara menyeluruh sistem ini dikenal dengan nama Problem Oriented Method. Problem Oriented Method (POR) merupakan suatu alat yang efektif untuk membantu tim kesehatan mengidentifikasi masalah-masalah pasen, merencanakan terapi, diagnosa, penyuluhan, serta mengevaluasi dan mengkaji perkembangan pasen. POR adalah suatu konsep, maka disarankan untuk membuat suatu format yang baku. Tiap pelayanan dapat menerapkan konsep ini dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

13

setempat. Komponen dasar POR terdiri dari empat bagian, yaitu : a. Data Dasar; identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya. Riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan lain-lain, data dasar diperlukan tergantung dari unit atau jenis asuhan yang akan diberikan, misalnya: data dasar unit akan berbeda dengan unit bedah. b. Daftar Masalah; masalah pasien didapat dari hasil kajian. Pencatatan dasar masalah dapat berupa gejala-gejala, kumpulan gejala, atau hasil laboratorium yang abnormal, masalah psikologis, atau masalah sosial. Masalah yang ada mungkin banyak sehingga perlu diatur menurut prioritas masalah dengan memberi nomor, tanggal pencatatan, serta menyebutkan masalahnya. Daftar memberikan keuntungan bagi perawat sebagai perencana keperawatan. c. Rencana. Rencana disesuaikan dengan tiap masalah yang ada. Dengan demikian perawat dapat merencanakan sesuai kebutuhan pasen. d. Catatan Perkembangan Pasen. Adalah semua catatan yang berhubungan dengan keadaan pasen selama dalam perawatan. Pada umumnya catatan ini terdiri dari beberapa macam bentuk, antara lain : Catatan Berkesinambungan (Flow Sheet)Digunakan untuk mencatat hasil observasi perawatan secara umum, khususnya pada keadaan pasen yang sering berubah-ubah dengan cepat. Catatan secara Naratif (Notes) Catatan akan Pulang/Sembuh (Discharge Notes) Dokter maupun perawat membuat kesimpulan tentang keadaan pasen selama dirawat, baik mengenai permasalahan dan tindak lanjut yang dibutuhkan Paradigma Keperawatan Teori Proses Keperawatan Orlando Ida Jean Orlando Pelletier lahir pada tanggal 12 Agustus 1926 di New Jersey. Ia telah aktif berkarir sebagai pelaksana , pendidik, peneliti dan

konsultan dalam bidang keperawatan. Pada awal karirnya ia bekerja sebagai staf keperawatan diberbagai bidang seperti obstetri, perawatan penyakit dalam dan bedah, serta di ruang emergenci. Ia juga telah menjabat sebagai suvervisor dan menjabat sebagai asisten dua direktur keperawatan. Ia diterima di Diploma Keperawatan di New York tahun 1947, medapat gelar Bachelor of Nursing pada tahun 1951 dari Universitas di Brooklyn New York, Pada tahun 1954 menerima MA di mental health consultation dari Universitas Colombia. Buku pertamanya yang dipublikasikan pada tahun 1961dan diprint ulang pada tahun 1990 yaitu hubungan dinamis perawat-pasien : fungsi, prinsip dan proses. Ia juga menjabat sebagai pimpinan graduate program dalam kesehatan mental dan psikiatri nursing di Yale. Orlando juga aktif dibebagai organisasi seperti pada Massachusetts Nurses Associations dan di Harvard Community Health Plan. Ia juga sebagai dosen dan konsultan pada berbagai institusi keperawatan. Asumsi Orlando terhadap metaparadigma keperawatan hampir seluruhnya terkandung dalam teorinya. Sama dengan teori-teori keperawatan pendahulunya asumsinya tidak spesifik, namun demikian Schmieding (1993) medapatkan dari tulisan Orlando mengenai empat area yang ditekuninya : 1. Perawat Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya. Dalam teorinya tentang disiplin proses keperawatan mengandung elemen dasar, yaitu perilaku pasien, reaksi perawat dan tindakan perawatan yang dirancang untuk kebaikan pasien 2. Manusia Manusia bertindak atau berperilaku secara verbal dan nonverbal,

15

kadang-kadang dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan pertolongan, dan akan mengalami distress jika mereka tidak dapat melakukannya. Hal ini dijadikan dasar pernyataan bahwa perawat profesional harus berhubungan dengan seseorang yang tidak dapat menolong dirinya dalam memenuhi kebutuhannya. 3. Sehat Orlando tidak medefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi terhadap sehat. Perasaan adekuat dan sejahtera dalam memenuhi kebutuhannya berkontribusi terhadap sehat. 4. Lingkungan Orlando berasumsi bahwa lingkungan merupakan situasi keperawatan yang terjadi ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan keduanya mempersepsikan, berfikit, dan merasakan dan bertindak dalam situasi yang bersifat segera. Pasien dapat mengalami distress terhadap lingkungan therapeutik dalam mencapai tujuannya, perawat perlu mengobservasi perilaku pasien untuk mengetahui tanda-tanda distress. B. Konsep Utama Dalam Teori Proses Keperawatan Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Dan sebagai orang pertama yang mengidentifikasi dan menekankan elemen-elemen pada proses keperawatan dan hal-hal kritis penting dari partisipasi pasien dalam proses keperawatan. Proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang . Ketika perawat menggunakan proses ini untuk mengkomunikasikan reaksinya dalam merawat pasien, orlando menyebutnya sebagai nursing procces discipline. Itu merupakan alat yang dapat perawat gunakan untuk melaksanakan fungsinya dalam

merawat pasien. Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegaraan, disiplin proses keperawatan serta kemajuan 1. Tanggung jawab perawat Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam medapatkan pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus mengetahui kebutuhan pasien untuk membantu memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran profesionalnya, aktivitas perawat profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai tujuan dalam membantu pasien. Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat dilakukan oleh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus pada aktivitas-aktivitas yang benar-benar menjadi kewenangannya. 2. Mengenal perilaku pasien Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien. 3. Reaksi segera Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu pasien , berfikir dan merasakan. 4. Disiplin proses keperawatan Menurut George (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk

17

melakukan tidakan yang tepat. 5. Kemajuan / peningkatan Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif. C. Disiplin Proses Keperawatan Dalam Teori Proses Keperawatan Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa disiplin proses keperawatan dalam nursing procces theory dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi permasalahan klien yang disampaikan kepada perawat, menanyakan untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006 hlm 434). Disiplin proses keperawatan didasarkan pada proses bagaimana seseorang bertindak. Tujuan dari proses disiplin ketika digunakan antara perawat dan pasien adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan pasien. Peningkatan perilaku pasien merupakan indikasi dari pemenuhan kebutuhan sebagai hasil yang diharapkan. 1. Perilaku Pasien Disiplin proses keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perilaku pasien . seluruh perilaku pasien yang tidak sesuai dengan permasalahan dapat dianggap sebagai ekpresi yang membutuhkan pertolongan, ini sangat berarti pada pasien tertentu dalam kondisi gawat harus dipahami. Orlando menekankan hal ini pada prinsip pertamanya dengan diketahuinya perilaku pasien , atau tidak diketahuinya yang seharusnya ada hal tersebut menunjukan pasien membutuhkan suatu batuan. Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Inkonsistensi antara dua perilaku ini dapat dijadikan faktor kesiapan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. Perilaku verbal yang menunjukan perlunya pertolongan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya. Walaupun seluruh

perilaku pasien dapat menjadi indikasi perlunya bantuan tetapi jika hal itu tidak dikomunikasikan dapat menimbulkan masalah dalam interaksi perawat-pasien. Tidak efektifnya perilaku pasien merupakan indikasi dalam memelihara hubungan perawat-pasien, ketidakakuratan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien yang diperlukan perawat, atau reaksi negatif pasien terhadap tindakan perawat. Penyelesaian masalah tidak efektifnya perilaku pasien layak diprioritaskan. Reaksi dan tindakan perawat harus dirancang untuk menyelesaikan perilaku seperti halnya memenuhi kebutuhan yang emergenci 2. Reaksi Perawat Perilaku pasien menjadi stimulus bagi perawat , reaksi ini tertidiri dari 3 bagian yaitu pertama perawat merasakan melalui indranya, kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis, dan ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan. Contoh perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri kemudian memberikan perhatian Persepsi, berfikir, dan merasakan terjadi secara otomatis dan hampir simultan. Oleh karena itu perawat harus relajar mengidentifikasi setiap bagian dari reaksinya. Hal ini akan membantu dalam menganalisis reaksi yang menentukan mengana ia berespon demikian. Perawat harus dapat menggunakan reaksinya untuk tujuan membantu pasien. Displin proses keperawatan menentukan bagaimana perawat membagi reaksinya dengan pasien. Orlando menawarkan prinsip untuk menjelaskan penggunaan dalam hal berbagi beberapa observasi dilakukan dan dieksporasi dengan pasien adalah penting untuk memastikan dan memenuhi kebutuhannya atau mengenal yang tidak dapat dipenuhi oleh pasien pada waktu itu. Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan keberhasilan perawat dalam mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu ;

19

a. Perawat harus menemuinya dan konsisten terhadap apa yang dikatakannya dan mengatakan perilaku nonverbalnya epada pasien b. Perawat harus dapat mengkomunikasikannya dengan jelas terhadap apa yang akan diekspresikannya c. Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien langsung untuk perbaikan atau klarifikasi. 3. Tindakan Perawat Setelah mevalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien, perawat dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan keperawatan, Orlando menyatakan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan oleh perawat dengan atau untuk kebaikan pasien adalah merupakan suatu tidakan profesional perawatan. Perawat harus menentukan tindakan yang sesuai untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien. Prinsip yang menjadi petunjuk tindakan menurut Orlando yaitu perawat harus mengawali dengan mengekplorasi untuk memastikan bagaimana mempengaruhi pasien melalui tindakan atau kata-katanya. Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan otomatis dan tindakan terencana. Hanya tindakan terencana yang memenuhi fungsi profesional perawat. Sedangkan tindakan otomatis dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya tindakan pemberian obat atas intruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria tindakan keperawatan yang direncanakan: a. tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi reaksi perawat terhadap perilaku pasien. b. Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien dan sesuai untuk memenuhi kebituhan pasien. c. Perawat memvalidasi efektifitas tindakan, segera setelah dilakukan secara lengkap d. Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien ketika melakukan tindakan.

Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat 4. Fungsi profesional Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam menyelesaikan fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien. Perawat harus tetap menyadari bahwa aktivias termasuk profesional jika aktivitas tersebut direncanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pasien. Disiplin proses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan suatu perilaku pasien yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi terhadap perilaku pasien dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya dengan pasien, meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nonverbalnya adalah konsisten dengan reaksinya, dan mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri, dan perawat mengunjungi pasien untuk memvalidasi reaksinya. Membagi reaksinya oleh perawat membantu pasien untuk menggunakan proses yang sama agar lebih efektif perlu komunikasinya. Selajutnya tidakan yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan adalah saling menguntungkan anatar pasien dan perawat. Setelah perawat bertindak , perawat segera katakan kepada pasien jika tindakannya berhasil interaksi. Secara keseluruhan interaksi , perawat meyakinkan bahwa perawat bebas terhadap stimulasi tambahan yang bertentangan dengan reaksinya terhadap pasien.

BAB 3

21

3.2

Hipotesis Penelitian Hipotesis yang ditetapkan pada penelitian ini adalah:

H1 :

1. Apakah dokumentasi observasi klinis yang telah ada representative terhadap kebutuhan pendokumentasian keperawatan unit

ambulance gawat darurat 118 Dr Soetomo? 2. Bagaimana Dokumentasi observasi unit ambulance gawat darurat Dr Soetomo berbasis nursing process? 3. Bagaimana respon anggota unit ambulance gawat darurat Dr Soetomo terhadap penggunaan Dokumentasi observasi unit ambulance gawat drurat Dr Soetomo berbasis nursing process?

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 4.2 Desain Penelitian Populasi, Sampel dan Sampling ambulance Dr Soetomo 4.3 Variabel dan Definisi Operasional dan berdadasarkan nursing proses 4.4 4.5 4.6 4.7 Instrumen Waktu dan Tempat Prosedur Pengumpulan Data Analisis Data : Kuesener dan Observasi : Tim Ambulance service 118 : Tim Ambulance service 118 : Wilcoxon dan MannWhitney : Kelengkapan , mudah digunakan : Quasy Experiment : Proses dokumentasi si pelayanan

DAFTAR PUSTAKA (HARVARD SYSTEM) LAMPIRAN 1. SURAT IJIN 2. INFORMED CONSENT 3. INSTRUMENT DAN KELENGKAPAN LAINNYA

Daftar pustaka Forker DJ: Clinical pathways ; benefits and liabilities ,nursing management 27(11):35-38, 1996 Nursalam , (2001).Proses dan dokumentasi keperawatan. Salemba medika. jakarta