29
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh permukaan tubuh manusia. Kulit memiliki fungsi yang sangat penting untuk perlindungan organ bagian dalam tubuh terhadap rangsangan dari luar, baik rangsangan mekanis, kimia, maupun radiasi. Kulit terdiri atas epidermis atas dan dermis, yang terletak di atas jaringan subkutan. Epidermis itu relatif tipis, rata-rata 0,1-0,2 milimeter tebalnya, sedangkan dermis sekitar 2 milimeter. Dua lapisan ini dipisahkan oleh suatu membran basal (Lu.C.Frank : 2006). Berbagai jenis efek dapat terjadi akibat pajanan kulit itu sendiri, tetapi ada beberapa yang mempengaruhi unsur tambahan kulit-rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat (Lu.C.Frank : 2006). Obat lokal adalah zat yang kerjanya berdasarkan aktivitas lokal secara fisik dan kimia. Banyak obat dalam kelompok ini digunakan dalam klinik. Obat lokal untuk penyakit kulit yaitu Demulsen yang merupakan suatu obat yang digunakan untuk meringankan adanya

56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

Embed Size (px)

DESCRIPTION

uyay bungas uyay tampan listra jelek

Citation preview

Page 1: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh permukaan tubuh

manusia. Kulit memiliki fungsi yang sangat penting untuk perlindungan organ

bagian dalam tubuh terhadap rangsangan dari luar, baik rangsangan mekanis,

kimia, maupun radiasi.

Kulit terdiri atas epidermis atas dan dermis, yang terletak di atas

jaringan subkutan. Epidermis itu relatif tipis, rata-rata 0,1-0,2 milimeter

tebalnya, sedangkan dermis sekitar 2 milimeter. Dua lapisan ini dipisahkan

oleh suatu membran basal (Lu.C.Frank : 2006).

Berbagai jenis efek dapat terjadi akibat pajanan kulit itu sendiri, tetapi

ada beberapa yang mempengaruhi unsur tambahan kulit-rambut, kelenjar

sebasea, dan kelenjar keringat (Lu.C.Frank : 2006).

Obat lokal adalah zat yang kerjanya berdasarkan aktivitas lokal secara

fisik dan kimia. Banyak obat dalam kelompok ini digunakan dalam klinik. Obat

lokal untuk penyakit kulit yaitu Demulsen yang merupakan suatu obat yang

digunakan untuk meringankan adanya iritasi terutama pada membran mukosa

atau kulit lecet atau terjadi inflamasi (Anief, Moh : 200

Selain menyebabkan efek lokal di tempat kontak, suatu toksikan akan

menyebabkan kerusakan jika diserap oleh organisme itu. Absorpsi bisa terjadi

lewat kulit, paru-paru dan beberapa jalur lain. Salah satu jenis efek yang terjadi

akibat pejanan kulit terhadap toksikan adalah iritasi primer kulit. Iritasi adalah

suatu reaksi kulit terhadap zat kimia misalnya alkali kuat, asam kuat, pelarut,

dan detergen. Iritasi primer terjadi di tempat kontak dan umumnya pada

sentuhan pertama (Penyusun, Tim : 2011).

Page 2: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

2

Berdasarkan pernyataan diatas, untuk mengetahui efek kosmetik dengan

melihat terjadinya iritasi primer terhadap kulit maka percobaan mengenai uji

iritasi kelinci (Oryctolagus cuniculus) dilakukan.

I.2 Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan kali ini adalah untuk mengetahui efek

obat Diamon dengan melihat terjadinya iritasi primer pada kulit hewan coba

kelinci (Oryctolagus cuniculus).

I.3 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui efek obat Diamon

dengan mengamati gejala toksiknya berupa edema dan eritema pada kulit hewan

coba kelinci (Oryctolagus cuniculus).

I.4 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip percobaan ini adalah berdasarkan metode uji tempel

(Patch Test) pada kulit kelinci diberikan perlakuan yaitu pemberian zat uji

dengan mengolesi obat Diamon pada kulit kelinci sesuai dosis yang ditentukan,

lalu diperban dengan plester sehingga hewan coba tidak menelan senyawa uji,

dan dilakukan pengamatan gejala toksiknya selama 3 hari.

Page 3: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Iritasi

A. Definisi

Iritasi adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia misalnya alkali

kuat, asam kuat, pelarut, dan detergen. Beratnya bermacam-macam dari

hyperemia, edema, dan vesikulasi sampai pemborokan. Iritasi primer terjadi

ditempat kontak dan umumnya pada sentuhan pertama. Karenanya, ini

berbeda dengan sensitisasi (Montagna, 1999).

B. Penyebab Terjadinya Iritasi

Hal-hal yang dapat menyebabkan iritasi :

1. Reaksi kulit terhadap bahan pengawet

Reaksi kulit terhadap bahan pengawet yang terdapat di dalam

kosmetika dan obat-obat oles, dapat berupa dermatitis (eksema) dengan

tanda-tanda kulit kering, bersisik, merah, berlepuh sampai basah atau

retak-retaknya kulit. Reaksi bisa ringan atau berat dan biasanya disertai

dengan rasa terbakar dan gatal.

Reaksi dapat timbul sebagai urtika atau kadang-kadang berupa

pembengkakan lokal. Sering terjadi timbulnya reaksi kulit pada

pemakaian pertama kali dari obat oles atau kosmetika pada kulit yang

terluka atau sedang mengalami iritasi.

Page 4: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

4

2. Reaksi kulit terhadap sabun dan detergen

Reaksi kulit terhadap pemakaian sabun dan detergen dapat terjadi

berdasarkan iritasi kulit akibat pemakaian yang berlebihan. Terjadinya

iritasi kulit oleh pemakaian sabun kemungkinan disebabkan oleh sifat

alkalis sabun disertai dengan daya menghapus minyak dari kulit dan sifat

iritasi dari asam lemak. Pernah dilaporkan terjadinya depigmentasi kulit

oleh pemakaian sabun yang mengandung fenol. Sabun sebagai iritan

utama dapat merupakan faktor yang memperlambat penyembuhan dari

eksema pada tangan. Untuk menghindari reaksi iritasi ini, kurangi

pemakaian sabun.

3. Salah kosmetik

Kulit yang wajah sensitif cepat sekali memberikan reaksi iritasi

jika salah dalam merawatnya. Biasanya, kulit wajah yang sensitif akan

cepat memerah jika kosmetika yang dipakai tidak cocok. Terasa pedih

dan kemudian akan muncul bintik-bintik merah yang mengakibatkan

kulit menjadi mudah teriritasi. Alkohol yang terkandung dalam kosmetik

biasan sering menyebabkan iritasi.

(.http://rara87.wordpress.com/2008/11/28/iritasi/)

C. Metode Uji

Adapun metode uji yang dilakukan yaitu uji ini dikerjakan pada 2

ekor kelinci yang dibagi dalam dua kelompok. Daerah sepanjang punggung

dari masing-masing hewan uji yang meluas dari pangkal leher sampai

seperempat bagian belakang dicukur atau dihilangkan rambutnya . Pada salah

satu kelompok hewan, satu daerah yang luasnya lebih kurang dari dua inci

persegi dan kulit yang gundul itu digosok dengan insisi minor sepanjang

lapisan permukaan sel, yaitu insisi itu tidak sedemikian dalam sehingga

mengganggu kulitnya atau menimbulkan pendarahan. Apabila zat ujinya

Page 5: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

5

berupa zat padat, maka zat itu dilarutkan dalam suatu pelarut misalnya

minyak nabati atau aquadest, dan 0,5 gram senyawa itu dimasukkan dibawah

alas kasa. Setelah interval 24 jam, zat pengikat dan alas kasanya diambil,

kemudiaan daerah pemejanan dievaluasi serta dievaluasi pada 72 jam terakhir

( Loonis, 1978 ). Hasil uji 24 jam dan 72 jam dari dua kelompok itu

digabungkan untuk mendapatkan indeks iritasi primer. Skor eritema dan

edema keseluruhannya ditambahkan dalam bacaan 24 jam dan 72 jam, dan

skor rata-rata untuk kulit utuh dan kulit lecet digabungkan, rata-rata gabungan

inilah yang disebut indeks iritasi primer. Cara ini berguana untuk

menempatkan senyawa dalam kelompok umum dari segi sifat iritannya.

Senyawa yang menghasilkan rata-rata gabungan, dua atau kurang hanya

sedikit merangsang, sementara senyawa dengan indeks 2 sampai 5 merupakan

iritan moderat, dan senyawa dengan skor diatas 6 dianggap iritan berat

( Hood, 1977 : McCresshdan Steinbergh , 1987 : OECD, 1987 cit Lu, 1995 ).

D. Eritema dan Edema

Eritema adalah suatu reaksi kulit yang timbul berupa kemerahan pada

kulit akibat efek samping dari penggunaan sediaan topikal. Eritema juga

merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya bercak-bercak

kemerahan yang menonjol dan biasanya tersebar secara simetris di seluruh

tubuh. Gejalanya eritema (kemerahan) dan vesikulasi (berair), disertai rasa

gatal dan panas. ( Loomis, 1978 ).

Edema adalah suatu reaksi kulit yang timbul berupa pembengkakan

akibta efek samping dari penggunaan sediaan topikal.. Edema adalah

meningkatnya volume cairan di luar sel (ekstraseluler) dan di luar

pembuluh darah (ekstravaskular) disertai dengan penimbunan di jaringan

serosa. Edema adalah pembengkakan yang dapat diamati dari akumulasi

cairan dalam jaringan-jaringan tubuh ( Loomis, 1978 ).

II.2 Sediaan Topikal

Page 6: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

6

A. Obat

Sediaan topikal adalah jenis – jenis sediaan yang dimaksudkan

pemakaiannya pada bagian kulit baik obat maupun kosmetik. Macam –

macam sediaan topical yaitu :

1. Lotion yaitu sediaan cair berupa suspense atau dispersi, digunakan

sebagai obat luar.

2. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung

air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.

3. Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan

digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus laarut atau terdispersi

homogen dalam dasar salep yang cocok (Depkes, 1979).

B. Kosmetik

Kosmetik adalah Sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada

bagian luar badan(epidermis, rambut, kuku, bibir &organ kelamin luar),

gigi dan rongga mulut untuk :membersihkan, menambah daya

tarik,mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik,

memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau

menyembuhkan penyakit (SK MENKES no 140/1991)

Hasil pengujian laboratorium BPOM RI tahun 2007 ditemukan 27

merk kosmetik mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam

kosmetik, yaitu merkuri, asam retinoat, dan hidroquinon. Bahan-bahan ini

dilarang penggunaannya dalam kosmetik karena berbahaya bagi kulit

( Anonim,2008 ).

1.Merkuri

Merkuri, raksa, atau timbal umumnya disalahgunakan sebagai produk

pemutih. Padahal, efek samping merkuri salah satunya adalah

Page 7: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

7

hiperpigmentasi, yaitu munculnya bintik hitam pada kulit. Merkuri

termasuk logam berat berbahaya meskipun digunakan dalam

konsentrasi kecil. Pemakaian merkuri dapat menimbulkan berbagai hal,

mulai dari perubahan warna kulit, iritasi kulit, kerusakan permanen

pada susunan saraf, otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin.

Paparan merkuri jangka pendek pada dosis tinggi menyebabkan

muntah-muntah, diare, bahkan kerusakan ginjal. Merkuri merupakan zat

yang bersifat karsinogenik (suatu zat yang dapat mencetuskan kanker)

pada manusia.

2. Asam Retinoat

Selain itu, bahan yang sering disalahgunakan dalam kosmetik anti

jerawat adalah asam retinoat atau tretinoin. Zat ini mendorong

pengelupasan kulit dan pori yang tersumbat. Penggunaan asam retinoat

dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan memiliki efek

teratogenik, yaitu menimbulkan kecacatan pada janin. Tretinoin dapat

menyebabkan gejala serius yang disebut sindrom asam retinoat (retinoic

acid syndrome). Suatu sindrom yang ditandai dengan demam, kesulitan

bernafas, sakit pada bagian dada, terdapatnya cairan di sekitar paru-paru

dan jantung, serta hipoksia (kekurangan oksigen). Penggunaan asam

retinoat hanya diperbolehkan sebagai pengobatan (di bawah

pengawasan ketat dokter dan apoteker), namun tidak sebagai kosmetik.

3. Hidroquinon

Penggunaan hidroquinon sebagai zat aktif dalam kosmetik yang

diperbolehkan adalah 2%. Hidrokuinon mengurangi pembentukan

melanosom (granul pigmen melanin) di sel pigmen kulit. Sediaan krim

hidrokuinon dapat mengandung natrium metabisulfit yang dapat

menyebabkan reaksi alergi serius. Efek samping yang dapat

Page 8: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

8

ditimbulkan akibat penggunaan hidrokuinon yang berlebihan meliputi

rasa terbakar, gatal, kulit kering, atau alergi pada kulit yang terkena

kontak, bahkan perubahan warna kulit

II.3 Uraian Hewan Coba

A. Klasifikasi Hewan Kelinci ( Festing : 1979 )

Kingdom : Animalia

Fillum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Lagorhapha

Familia : Lapordidae

Genus : Orytolagus

Spesis : Orytolagus cuniculus

B. Karakteristik Hewan Kelinci ( Festing : 1979 )

Lama hidup : 8 tahun

Suhu tubuh normal : 39,5ºC

Volume darah : 5-66 %

Masa tumbuh : 38,5 hari

Masa puberitas : 4 bulan

Masa beranak : 5 kali dalam setahun

Masa hamil : 28-36 hari

Jumlah sekali lahir : 5-6 ekor

Frekuensi kelahiran : 3-4 kali/tahun

Luas permukaan tubuh : 12,89 kg

Bobot badan dewasa

Jantan : 2-5 kg

Betina : 4-6,5 kg

Bobot lahir : 30-100 g

Page 9: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

9

C. Morfologi Hewan Kelinci ( Festing : 1979 )

Kelinci (Orytolagus cuniculus) berpungung melengkung dan

berekor pendek, kepalanya pendek dengan daun telinga yang tegak keatas

akan tetapi ada beberapa jenis kelinci yang terkulai ke bawah. Kelinci

memiliki bibir yang bagian atasnya terbelah dan bergabung hingga

hidung, beberapa misa atau kumis panjang yang keras atau tepat di

hidung. Disekitar mata terdapat beberapa helai bulu mata yang panjang.

Telinga kelinci yang besar dan banyak terdapat saluran darah, kaki

belakang kelinci lebih panjang dan kuat dibanding dengan kaki depannya

yang berjari dan berkuku empat, kelinci merupakan hewab pelonoat.

Gigi kelinci tergolong unik, gigi akan terus tumbuh sepanjang

usianya. Apabila pertumbuhan gigi semakin panjang, untuk membatasi

pertumbuhan gigi, diusahakan makan yang keras seperti jagung yang

kering dan sepotong kayu sebagai sarana untuk mengasah gigi dan

kukunya.

Sebagian hewan herbivora, kelinci menyukai makanan berupa

rumput-rumputan dan daun yang kehijauan segar dengan gigi tergolong

unik yang akan terus tumbuh sepanjang usianya.

BAB III

METODE KERJA

Page 10: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

10

III.1 Alat dan Bahan

A. Alat yang digunakan :

Gunting

Keranjang tempat kelinci

Mistar

Pensil

Pisau cukur

B. Bahan yang digunakan :

Aquadest

Kasa perban

Kertas

Lapban

Lap halus

Plester

Tissue

Diamon

III.2. Cara kerja

A. Pencukuran kelinci

Page 11: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

11

1. Buat 6 kotak berukuran 2 x 2 cm pada punggung kelinci, cukur masing-

masing kotak tersebut.

2. Beri batas yang jelas pada kotak tersebut

3. Punggung kelinci bagian kiri untuk kulit yang normal, sedangkan

punggung kelinci bagian kanan untuk kulit yang sengaja dileceti.

B. Pemberian zat uji

1. Sebelum dioleskan zat uji, kulit hewan uji dibersihkan pelan-pelan

dengan kapas bersih yang dibasahi air.

2. Lalu kulit diolesi dengan zat uji sesuai dengan dosis yang telah

ditentukan.

3. Setelah itu, keenam kotak tersebut ditutup dengan plastik tipis dan kasa

steril yang dibuat sedemikian rupa sehingga dipastikan hewan uji tidak

mengganggu bagian kulit yang telah diberikan perlakuan.

4. Berikan zat uji 1x sehari dan dilakukan pengamatan gejala toksik yang

terjadi terhadap hewan uji selama 3 hari.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

Page 12: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

12

VI.1. Tabel Pengamatan1. Kulit Normal

a. Kelinci I Eritema

Eritema Jam Ke – 24 Jam Ke - 48 Jam Ke -72I 0 1 1II 0 1 1III 0 1 1

Edema

Edema Jam Ke – 24 Jam Ke - 48 Jam Ke – 72I 2 0 1II 0 0 1III 0 0 2

b. Kelinci II Eritema

Edema

Edema Jam Ke – 24 Jam Ke - 48 Jam Ke – 72IV 0 0 1V 0 0 1VI 0 0 0

2. KULIT LECETa. Kelinci I

Eritema

Jam Ke – 24 Jam Ke - 48 Jam Ke -72

IV 0 0 1V 0 0 1VI 0 0 0

Page 13: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

13

Eritema

Edema

Edema

Jam Ke – 24 Jam Ke - 48 Jam Ke – 72

I 0 0 3II 0 0 3III 0 1 3

b. Kelinci II Eritema

Edema

Edema

Jam Ke – 24 Jam Ke - 48 Jam Ke – 72

IV 0 1 1V 0 1 1VI 0 0 0

Keterangan :Skor :0 = Tanpa Edema/Eritema1 = Edema/Eritema sangat sedikit atau hampir tidak ada2 = Edema/Eritema sedikit ( tepi daerah berbatas jelas3 = Edema/Eritema moderat4 = Edema/Eritema berat

Eritema Jam Ke – 24 Jam Ke - 48 Jam Ke -72I 2 1 1II 1 1 1III 2 1 1

Eritema Jam Ke – 24 Jam Ke - 48 Jam Ke -72IV 1 1 2V 1 1 2VI 0 1 0

Page 14: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

14

IV. 2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan adalah uji iritasi

primer terhadap hewan uji kelinci dengan menggunakan kosmetik yang ada

dipasaran salah satunya kosmetik skin whitening diamond untuk mengetahui

tingkat keamanannya apakah layak digunakan atau tidak.oleh karena itu,

Sebelum dilakukan pengamatan terlebih dahulu hewan coba atau kelinci

dicukur dengan menggunakan gillite dengan membuat kotak berukuran 2 x 2

cm dipunggung kelinci, setelah itu punggung kelinci dibersihkan pelan-pelan

dengan aquadest. Setelah punggung kelinci dibersihkan lalu kulit kelinci diolesi

dengan zat uji sesuai dengan dosis yang ditentukan dimana punggung kiri dan

kanan kelinci pertama pada kotak I dioleskan zat uji sebanyak 1 kali, pada

kotak II dioleskan zat uji sebanyak 2 kali, sedangkan pada kotak III dioleskan

zat uji sebanyak 3 kali. Sedangkan pada punggung kiri dan kanan kelinci kedua

pada kotak IV dioleskan zat uji sebanyak 8 kali, pada kotak V dioleskan zat uji

sebanyak 16 kali, sedangkan pada kotak VI sebagai kontrol yaitu aquadest.

Kemudian kotak-kotak tersebut dilapisi dengan kasa steril untuk menjaga agar

hewan uji tidak dapat menelan senyawa zat uji yang diberikan. Setelah itu di

lakukan pengamatan gejala toksik selama 3 hari.

Pada hari pertama pengamatan, pada punggung kiri kelinci pertama

kotak I, II, dan III kulit normal pada jam ke 24 tidak terjadi Eritema tapi pada

kulit lecet terjadi eritema dan pada punggung kanan kelinci untuk kulit normal

kotak I terjadi edema sedangkan pada kotak II dan III tidak terjadi edema,

sedangkan pada kulit lecet tidak terjadi edema.

Pada pengamatan pertama pada punggung kiri kelinci kedua untuk

kulit normal pada jam ke 24 kotak IV, V, dan VI tidak terjadi eritema

sedangkan pada kulit lecet terjadi eritema pada kotak IV dan V. Sedangkan

pada punggung kanan kelinci untuk kulit normal tidak terjadi edema begitu

pula pada kulit lecet.

Page 15: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

15

Pada hari kedua pengamatan pada jam ke 48, punggung kiri kelinci

pertama untuk kulit normal terjadi eritema begitu sebaliknya pada kulit lecet.

Sedangkan pada punggung kanan kelinci tidak terjadi edema,dan pada kulit

lecet kotak I dan II tidak terjadi edema sedangkan kotak III terjadi edema. Pada

kelinci kedua punggung kirinya untuk kulit normal tidak terjadi eritema,

sedangkan pada kulit lecet terjadi eritema. Dan pada punggung kanan kelinci

tidak terjadi edema sedangkan pada kulit lecet kotak IV dan V terjadi edema

sedangkan pada kotak VI tidak terjadi edema.

Pada hari ketiga pengamatan pada jam ke 78, punggung kiri kelinci

pertama untuk kulit normal terjadi eritema begitu sebaliknya pada kulit lecet

sedangkan pada punggung kanan kelinci untuk kulit normal terjadi edema

begitu pula pada kulit lecet. Pada kelinci kedua punggung kiri dan kanan untuk

kulit normal pada kotak IV dan V terjadi eritema begitu pula pada kulit lecet

sedangkan pada kotak VI untuk kulit normal dan kulit lecet tidak terjadi eritema

dan edema.

Dari hasil perhitungan indeks iritasi primer pada kelinci pertama

yaitu 6 yang merupakan iritasi berat, sedangkan pada kelinci kedua yaitu 3

yang merupaka iritan moderat. Jadi dapat disimpulkan ternyata zat uji yang

digunakan yaitu kosmetik skin whitening diamond mengandung bahan-bahan

yang mengiritasi kulit, sehingga kosmetik ini tidak layak digunakan dan bukan

merupakan kosmetik yang memenuhi kaidah farmasetika yakni aman dan

berkualitas.

Page 16: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

16

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

1. Iritasi adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia yang bersifat toksik

2. zat uji yang digunakan dalam percobaan uji iritasi primer dinyatakan tidak

aman digunakan karena merupakan iritasi berat dan moderat.

V.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah diharapkan pada

praktikum kali ini sebaiknya dalam pemilihan kosmetik kita perlu mewaspadai

kosmetik yang dijual secara bebas di pasaran karena tidak semua kosmetik itu

aman maka untuk memilih kosmetik yang aman perlu diperhatikan tingkat

keamanannya agar tidak mengiritasi kulit.

Page 17: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

17

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2000. ILMU MERACIK OBAT. Yogyakarta : UGM press.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.

Festing. 1979. Anatomi Fisiologi Hewan. Jakarta : PT. Bineka Cipta.

Haryati Farida Msi, Apt. 2007 : TOKSIKOLOGI. Yogyakarta

Website :

Http/www.Alhamsyah.com

Http/www.artikel kedokteran.com

http://rara87.wordpress.com/2008/11/28/iritasi

Page 18: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

18

Lampiran IPerhitungan Uji Iritasi Pada Kulit Kelinci I

Rata-rata Eritema Normal =

Eritema Kulit Normal 24 jam+Eritema Kulit Normal 72 jam2

= 0+3

2

= 1,5

Rata-rata Edema Normal =

Edema Kulit Normal 24 j am+ Edema Kulit Normal 72 jam2

= 0+4

2

= 2

Rata-rata Eritema Lecet = Eritema Kulit lecet 24 jam+Eritema Kulit lecet 72 ja m

2

= 5+3

2

= 4

Rata-rata Edema lecet = Edema Kulit lecet 24 jam+Edema Kulit lecet 72 jam

2

= 0+9

2

= 4,5

Indeks Eritema Primer = Rata−Rata Eritema Normal+ Rata−Rata Eritema Lecet

2

= 1,5+4

2

= 2,75

Page 19: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

19

Indeks Edema Primer = Rata−Rata Edema Normal+Rata−Rata Edema Lecet

2

= 2+4,5

2

= 3,25

Perhitungan Uji Iritasi Pada Kulit Kelinci II

Rata-rata Eritema Normal =

Eritema Kulit Normal 24 jam+Eritema Kulit Normal 72 jam2

= 0+2

2

= 1

Rata-rata Edema Normal =

Edema Kulit Normal 24 jam+Edema Kulit Normal 72 j am2

= 0+2

2

= 1

Rata-rata Eritema Lecet =

Eritema Kulit lecet 24 jam+Eritema Kulit lecet 72 jam2

= 2+4

2

= 3

Rata-rata Edema lecet = Edema Kulit lecet 24 jam+Edema Kulit lecet 72 jam

2

Page 20: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

20

= 0+2

2

= 1

Indeks Eritema Primer =

Rata−Rata Eritema Normal+ Rata−Rata Eritema Lecet2

= 1+3

2

= 2

Indeks Edema Primer =

Rata−Rata Edema Normal+Rata−Rata Edema Lecet2

= 1+1

2

= 1

Lampiran IIGambar perlakuan pada saat pemberian zat uji1. Kelinci pertama

Punggung Kelinci

III III

II II

I I

II

III III

Page 21: 56621822 Laporan Uji Iritasi Primer

21

2. Kelinci kedua

Punggung Kelinci

Keterangan :Bagian punggung kiri = Bagian kulit yang normalBagian punggung kanan = Bagian kulit yang lecetPerlakuan :I = Diberikan 0,25 gram zat uji II = Diberikan 0,5 gram zat ujiIII = Diberikan 1 gram zat ujiIV = Diberikan 2 gram zat ujiV = Diberikan 4 gram zat ujiVI = Diberikan aquadest sebagai kontrol negatif.

VIVI

VV

IVIV

VIVI

V V

IV IV