24
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Diuretik Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine. Diuretik menunjukkan adanya volume urine yang di produksi dan dapat menunjukkan jumlah pengurangan (kehilangan) zat-zat yang terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah membobilisasi cairan edema, yaitu mengubah keseimbangan cairan sehingga cairan ekstrasel menjadi normal. Pengaruh diuretik terhadap ekskresi at terlarut penting untuk menentukan tempat kerja diuretik sekaligus meramalkan akibat penggunaan suatu deiretik. Secara umum diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: (1) penghambat mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli ginjal yang meliputi benzotiadiazid, diuretik kuat, diuretik hemat kalium, dan dan Inhibitor karbonik anhidrase; (2) diuretic osmotic. Secara terperinci diuretic dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu: (1) diuretic kuat; (2) benzotiadiazid; (3) diuretic hemat kalium; (4) diuretic osmosis; (5) Inhibitor karbonik anhidrase. B. Pembentukan Kemih Fungsi Ginjal Fungsi utama ginjal adalah memulihkan kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan dari dalam darah darah semua zat asing dan sisa pertukaran zat. Darah mengalami filtrasi, di mana semua komponennya melintasi ‘saringan’ ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel darah. Setiap ginjal mengandung lebih kurang 1 juta filter kecil (glomeruli) dan setiap 50 menit se;uruh darah tubuh (k.l. 5 liter) sudah ‘dimurnikan’ melewati saringan tersebut. Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh. Ginjal merupakan organ terpenting dalam pengaturan homeostasis, yaitu keseimbangan dinamis antara cairan intrasel dan ekstrasel, serta pemeliharaan volume total dan susunan cairan ekstrasel. Homeostasis sangat dipengaruhi oleh jumlah ion Na + , yang sebagian besar terdapat di luar sel, di cairan intrasel, dan di plasma darah. Kadar Na + di cairan ekstrasel diregulasi oleh sekresi ADH di neurohipofisis.

51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

diuretik

Citation preview

Page 1: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Diuretik

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine.

Diuretik menunjukkan adanya volume urine yang di produksi dan dapat

menunjukkan jumlah pengurangan (kehilangan) zat-zat yang terlarut dalam air.

Fungsi utama diuretik adalah membobilisasi cairan edema, yaitu mengubah

keseimbangan cairan sehingga cairan ekstrasel menjadi normal. Pengaruh diuretik

terhadap ekskresi at terlarut penting untuk menentukan tempat kerja diuretik

sekaligus meramalkan akibat penggunaan suatu deiretik.

Secara umum diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: (1)

penghambat mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli ginjal yang meliputi

benzotiadiazid, diuretik kuat, diuretik hemat kalium, dan dan Inhibitor karbonik

anhidrase; (2) diuretic osmotic. Secara terperinci diuretic dapat dibagi menjadi

lima golongan, yaitu: (1) diuretic kuat; (2) benzotiadiazid; (3) diuretic hemat

kalium; (4) diuretic osmosis; (5) Inhibitor karbonik anhidrase.

B. Pembentukan Kemih Fungsi Ginjal

Fungsi utama ginjal adalah memulihkan kemurnian darah dengan jalan

mengeluarkan dari dalam darah darah semua zat asing dan sisa pertukaran zat.

Darah mengalami filtrasi, di mana semua komponennya melintasi ‘saringan’

ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel darah. Setiap ginjal mengandung lebih

kurang 1 juta filter kecil (glomeruli) dan setiap 50 menit se;uruh darah tubuh (k.l.

5 liter) sudah ‘dimurnikan’ melewati saringan tersebut.

Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh.

Ginjal merupakan organ terpenting dalam pengaturan homeostasis, yaitu

keseimbangan dinamis antara cairan intrasel dan ekstrasel, serta pemeliharaan

volume total dan susunan cairan ekstrasel. Homeostasis sangat dipengaruhi oleh

jumlah ion Na+, yang sebagian besar terdapat di luar sel, di cairan intrasel, dan di

plasma darah. Kadar Na+ di cairan ekstrasel diregulasi oleh sekresi ADH di

neurohipofisis.

Page 2: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

Proses deuresis dimulai dengan mengalirnya darah kedalam glumeruli

(gumpalan kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glumeruli

inilah yang berkerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,

garam, dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mnegandung

banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap

glomerulus seperti corong (kapsul bowman) dan disalurkan ke pipa kecil. Tubuli

ini terdiri dari bagian proksimal dan distal, yang dihubungi oleh sebuah

lengkungan (Henle’s loop).

Air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan

garam-garam, antara lain ion Na+, ditarik kembali secara aktif di ginjal. Zat-zat

tersebut dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.

Sisanya yang tidak berguna seperti perombakan metabolism protein untuk

sebagian besar tidak diserap kembali.

Filtrate dari semua tubuli ditampung disuatu saluran pengumpul (ductus

colligens), dimana air di serap kembali. Filtrate akhir disalurkan kekandung kemih

dan ditimbun sebagai urine. Ultrafiltrat bagi orang dewasa, setiap harinya

dihasilkan rata-rata 180 liter yang dipekatkan sampai lebih kurang 1 liter air

kemih. 99% lainnya dirabsosi dan dikembalikan pada darah. Suatu obat hanya

diperlukan sedikit untuk mengurangi reabsosi tubuler, misalnya dengan 1%

mampu melipatgandakan volume urine (menjadi k.l 2,6 liter).

Page 3: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

BAB II

PEMBAHASAN

A. Mekanisme Kerja Diuretik

Kebanyakkan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium,

sehingga pengeluarannya lewat kemih sehingga volume air meningkat. Obat-obat

tersebut bekerja khusus pada tubuli, tetapi juga ditempat lain, yaitu:

1. Tubuli proksimal

Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang direabsorpsi secara

aktif untuk lebih kurang 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa

dan ureum. Reabsorpsi berlangsung secara proporsional sehingga susunan

filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmosis

(manitol dan sorbitol) bekerja disini dengan merintangi rabsorpsi air dan juga

natrium.

2. Lengkung Henle

Semua k.l 25% ion -Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif,

disusul dengan reabsorpsi pasif dai Na+ dan K+ tanpa air, hingga filtrate

menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan seperti fulosemida,bumetamida, dan

etakrinat bekerja merintangi tranpor -Cl- dan dengan demikian reabsorbsi Na+.

pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak.

3. Tubuli distal

Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara aktif tanpa air

sehingga filtrat menjadi lebih caor dan hipotonis. Senyawa thiasida dan

klortalidon bekerja memperbanyak ekskresi sekresi Na+ dan Cl- sebesar 5-

10%. Bagian kedua segmen ini, ion -Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+;

proses ini dikendalikan oleh hormon aldiosteron. Antagonis aldosteron

(spironolakton) dan zay-zay penghemat kalium (amilorida, triamteren) bertitik

kerja disini dengan mengakibatkan sekresi Na+ (kurang dari 5%) dan retensi

-K+.

4. Saluran pengumpul

Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari hipofisis bertitik kerja disini

dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.

Page 4: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

B. Jenis-Jenis Diuretik

1. Diuretik kuat

Diuretic kuat (high-celling diuretics) mencakup sekelompok diuretic yang

efeknya sangat kuat dibandingkan dengan diuretic lain. Tempat kerja utamanya

dibagian epitel tebal ansa henle bagian asenden, karena itu kelompok ini

disebut juga sebagai loop diuretics. Termasuk dalam kelompok ini adalah

furosemid, torsemid, asam etakrinat, dan bumetanid.

Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril 5-sulfomoil antranilat masih

tergolong derivate sulfonamid. Oba ini merupakan slah satu obat standard

untuk pengobatan gagal jantung dan edema paru.

Farmakodinamik

Diuretic kuat terutama bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi

elektrolit Na+/K+/2Cl- di ansa henle asendens bagian epitel tebal; tempat

kerjanya dipermukaan sel epitel bagian luminal. (yang menghadap ke lumen

tubuli). Pada pemberian secara IV obat ini cenderung meningkatkan aliran

darah ginjal tanpa disertai peningkatan filtrasi glomerulus. Perubahan

hemodinamik ginjal ini mengakibatkan menurunnya reabsorpsi cairan dan

elektrolit di tubuli proksimal serta meningkatnya efek elektrolit di tubuli

proksimal serta meningkatnya efek awal dieresis.

Diuretic kuat juga menyebabkan meningkatnya eksresi K+ dan kadar asam

urat plasma, mekanismenya kemungkinan besar sama dengan tiazid. Eksresi

Ca+2 dan Mg+ juga ditingkatkan sebanding dengan peningkatan eksresi -Na+.

Berbeda dengan tiazid, golongan ini tidak meningkatkan re-absorpsi Ca+2 di

tubuli distal.

Farmakokinetik

a. Absorpsi : diuretic kuat mudah diserap melalui saluran

cerna. Bioavailabilitas furosemid 65% sedangkan bumetenid

hampir 100%.

b. Distribusi : diuretic kuat terikat pada protein plasma secara

ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus, tetapi cepat

sekali disekresi melalui system transport asam organic

Page 5: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

ditubuli proksimal.

c. Eskresi : 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan secara IV

dieskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam

konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan N-

asetil sistein. Sebagian lagi dieksresi melalui hati. Sebagian

besar furosemid dieksresi dengan cara yang sama, hanya

sebagian kecil dalam bentuk glukoronid. Kira-kira 50%

bumetanid dieksresi dalam bentuk asal, selebihnya sebagai

metabolit.

2. Benzotiadiazid

Benzotiadiazid atau tiazid disintesis dalam rangka penelitian zat Inhibitor

enzim karbonik anhidrase. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa

benzotiadiazid berefek langsung terhadap transport -Na+ dan -Cl- di tubuli

ginjal, lepas dari efek penghambatannya terhadap enzim karbonik anhidrase.

Sebagian besar senyawa benzotiadiazid merupakan analog dari 1,2,4-

benzo-tiadiazin-1,1dioksida, golongan ini biasa disebut sebagai

benzootiadiazid atau tiazid saja.

Farmakodinamik

Diuretic tiazid bekerja menghambat simporter -Na+,-Cl-, di hulu tubulus

distal. System transpor ini dalam keadaan normal berfungsi membawa -Na+

dan -Cl- dari lumen ke dalam sel epitel tubulus. -Na+ selanjutnya dipompakan

ke luar tubulus dan ditukar dengan K+ sedangkan -Cl- dikeluarkan melalui

kanal klorida. Efek farmakodinamik tiazid yang utama ialah meningkatkan

eksresi natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini

disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsorpsi elektrolit pada hulu

tubuli distal (early distal tubule). Laju eksresi -Na+ maksimal tiazid relative

lebih rendah dibandingkan diuretic lain, hal ini disebabkan 90% -Na dalam

cairan filtrate telah direabsorpsi lebih dahulu sebelum ia mencapai tempat kerja

tiazid.

Pada pasien hipertensi tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja karena

efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol sehingga

Page 6: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

terjadi vasodilatasi.

Fungsi ginjal

Tiazid dapat mengurangi kecepatan filtrasi glomerulus, terutama bila

diberikan secara intravena. Namun berkurangnya filtrasi ini sedikit sekali

pengruhnya terhadap efek diuretic tiazid, dan hanyaa mempunyai arti klinis

bila fungsi ginjal memang sudah kurang. Efek kaliuresis disebabkan oleh

bertambahnya natriuresis dan pertukaran antara -Na+ dan K+ yang menjadi

lebih aktif pada tubuli distal.

Asam urat

Tiazid dapat meningkatkan kadar asam urat darah dengan kemungkinan 2

mekanisme :

1. Tiazid meninggikan reabsorpsi asam urat di tubuli proksimal.

2. Tiazid mungkin sekali menghambat ekskresi asam urat oleh tubuli.

Tiazid menurunkan ekskresi kalsium sampai 40% karena tiazid tidak dapat

menghambat reabsorpsi kalsium oleh sel tubuli distal. Hal ini dapat

meningkatkan kadar kalsium darah dan terbukti dapat menurunkan insiden

fraktur pada osteoporosis.

3. Diuretik hemat kalium

a. Antagonis aldosteron

Aldosteron antagonis mengacu pada obat diuretik yang menentang

tindakan aldosteron pada reseptor mineralokortikoid. Kelompok obat

sering digunakan sebagai terapi tambahan, dalam kombinasi dengan

obat lain, untuk manajemen gagal jantung kronis . Spironolactone ,

anggota pertama kelas, juga digunakan dalam pengelolaan

hyperaldosteronism (termasuk 's sindrom Conn ) dan perempuan

hirsutisme .

Antagonis Aldosteron adalah, seperti namanya, reseptor antagonis pada

reseptor mineralokortikoid. Antagonisme reseptor ini menghambat

Page 7: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

natrium resorpsi dalam saluran pengumpulan dari nefron pada ginjal.

Hal ini mengganggu natrium / pertukaran kalium, mengurangi ekskresi

kalium kencing dan lemah meningkatkan ekskresi air (diuresis). Pada

gagal jantung kongestif , mereka digunakan di samping obat lain untuk

aditif diuretik efek, yang mengurangi edema dan jantung beban kerja.

Anggota kelas ini digunakan secara klinis termasuk:

1) Spironolactone Spironolactone

2) Eplerenone Eplerenone

3) Canrenone (canrenoate potassium)

4) Prorenone (prorenoate potassium)

5) Mexrenone (mexrenoate potassium)

b. Triamteren dan amilorid

Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan klorida,

sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak

mengalami perubahan.

Triamteren menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi

kalium di sel tubuli distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid

jauh lebih mudah larut dalam air sehingga lebih mudah larut dalam air

sehingga lebih banyak diteliti. Absorpsi triamteren melalui saluran

cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan oral. Efek diuresisnya

biasanya mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid dan triameteren per oral

diserap kira-kira 50% dan efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan

berkahir sesudah 24 jam.

Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg

sehari. Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjang

tersendiri. Amilorid terdapat dalam bentuk tablet 5 mg. Dosis sehari

sebesar 5-10mg. Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan

hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam bentuk tablet dengan dosis sehari

antara 1-2 tablet.

Page 8: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

4. Diuretik Osmosis

Obat-obat ini hanya diabsorpsi sedikit oleh tubuli, hingga reabsorpsi air

juga terbatas. Efeknya adalah diuresis osmotis dengan ekskresi air kuat dan

relatif sedikit eskresi Na+. terutama manitol, yang hanya jarang digunakan

sebagai infus intravena untuk mengeluarkan cairan dan menurunkan tekanan

intraokuler (pada glaucom), juga untuk menurunkan volume CCS (cairan

cerebrospinal) dan tekanan intracranial (dalam tengkorak).

Diuretik Osmosis dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan dan

cepat diekskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmosis

apabila mempunyai 4 syarat:

a. Difiltrasi secara bebas oleh glomerulus

b. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal

c. Secara farmakologis merupakan zat yang inert.

d. Umumnya resisten terhadap perubahan metabolik.

Dengan sifat-sifat ini, maka diuretik osmotik dapat diberikan dalam jumah

cukup besar sehingga turut menentukan derajat osmolaritas plasma filtrat

glomerulus dan cairan tubuli. Contoh golongan obat ini adalah manitol, urea,

gliserin, isosorbid.

Manitol paling sering digunakan diantara obat ini, karena manitol tidak

mengalami metabolisme dalam badan dan hanya sedikit sekali direabsorpsi

tubuli bahkan praktis dianggap tidak direabsorpsi. Manitol harus diberikan

secara IV, jadi obat ini tidak praktis untuk pengobatan udem kronik. Pada

penderita payah jantung pemberian manitol berbahaya, kerana volume darah

yang beredar meningkat sehingga memperberat kerja jantung yang telah gagal.

Diuretik osmotik terutama bermanfaat pada pasien oliguria akut akibat

syok hipovolemik yang telah dikoreksi, reaksi transfusi atau sebab lain yang

menimbulkan nekrosis tubuli, karena dalam keadaan ini obat yang kerjanya

mempengaruhi fungsi tubuli tidak efektif.

Manitol digunakan misalnya untuk :

a. Profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat

timbul akibat operasi jantung, luka traumatik berat, atau

tindakan operatif dengan penderita yang juga menderita

Page 9: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

ikterus berat.

b. Menurunkan tekanan maupun volume cairan intraokuler

atau cairan serebrospinal.

Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :

a. Tubuli proksimal

Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara

menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.

b. Ansa Henle

Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat

reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula

menurun.

c. Duktus Koligentes

Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara

menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash

out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.

Istilah diuretik osmotik biasanya dipakaiuntuk zat bukan elektrolit yang

mudah dan cepat diekskresi oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik

adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.

5. Inhibitor karbonik anhidrase.

Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat

reabsorpsi bikarbonat. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah

asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO2 + H2O

H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis,

pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam

plasma.

Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk

menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi produksi

humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini

Page 10: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

bekerja pada tubulus proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorpsi

bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat ini

meningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah

asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

Asetazolamid

Farmakodinamika

Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah

penghambatan karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi

perubahan sistemik dan pearubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut

berada.

Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada

permulaan terapi saja, sehingga pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium

tidak sebesar pengaruh tiazid.

Farmakokinetik

Asetazolamid diberikan per oral.Asetozalamid mudah diserap melalui

saluran cerna, kadar maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi

melalui ginjal sudah sempurna dalam 24 jam. Obat ini mengalami proses

sekresi aktif oleh tubuli dan sebagian direabsorpsi secara pasif. Asetazolamid

terikat kuat pada karbonik anhidrase, sehingga terakumulasi dalam sel yang

banyak mengandung enzim ini, terutama sel eritrosit dan korteks ginjal.

Distribusi penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh ada

tidaknya enzim karbonik anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat

tidaknya obat itu masuk ke dalam sel. Asetazolamid tidak dimetabolisme dan

diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin.

C. Indikasi Diuretik

1. Diuretik kuat

a. Gagal jantung

b. Edema refrakter

c. Gagal ginjal akut

2. Benzotiadiazid

a. Payah jantung ringan – sedang

Page 11: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

b. Pada pengobatan digitalis kombinasi dengan diuretik hemat K →

mencegah hipokalemi dan intoksikasi digitalis

c. Hipertensi

d. Diabetes insipidus

3. Diuretic hemat kalium

a. Antagonis aldosteron

Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan

hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama

diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping

memperbesar diuresis.

b. Triamteren dan amilorid

Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini

akan bermanfaat bila diberikan bersama dengan diuretik golongan lain,

misalnya dari golongan tiazid.

4. Diuretik Osmosis

Manitol digunakan misalnya untuk :

a. Profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat timbul akibat

operasi jantung, luka traumatik berat, atau tindakan operatif dengan

penderita yang juga menderita ikterus berat.

b. Menurunkan tekanan maupun volume cairan intraokuler atau cairan

serebrospinal

5. Inhibitor karbonik anhidrase.

a. Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada

penyakit glaukoma. Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala

acute mountain sickness.

b. Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat

bermanfaat untuk alkalinisasi urin sehingga mempermudah ekskresi zat

organik yang bersifat asam lemah.

D. Efek Samping Diuretik

Efek-efek samping utama yang dapat diakibatkan diuretika adalah :

1. Hipokaliemia, yakni kekurangan kalium dalam

Page 12: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

darah. Semua diuretika dengan titik kerja dibagian

muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion-k+

dan ion H- karena di tukarkan dengan ion –Na+.

akibatnya adalah kadar-kalium plasma dapat turun

dibawah 3,5 mmol/liter. Keadaan ini terutama

dapat terjadi pada penanganan gagal jantung

dengan dosis tinggi furosemida, mungkin bersama

thiazida. Gejala kekurangan kalium bergejala

kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi,

anoreksia, kadang-kadang juga aritmia jantung,

tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata.

2. Thiazida yang digunakan pada hipertensi dengan

dosis rendah (HCT dan klortalidon 12,5 mg

sehari), hanya sedikit menurunkan kadar kalium.

Oleh karena itu tak perlu disuplesi kalium (slow –

K 600 mg), yang dahulu agak sering dilakukan,

kombinasinya dengan suatu zat penghemat

kaliumsudah mencukupi.

3. Pasien jantung dengan gangguan ritme atau yang

diobati dengan digitalis harus dimonitor dengan

seksama, karena kekurangan kalium dapat

memperhebat keluhan dan meningkatkan

toksisitas digoksin. Pada mereka juga

dikhawatirkan peningkatan resiko kematian

mendadak (sudden heart death).

4. Hiperurikemia akibat retensi asam urat (uric acid)

dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali

amilorida. Menurut perkiraan, hal ini disebabkan

oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan

asam urat mengenai transpornya di tubuli.

Terutama klortalidon memberikan resiko lebih

tinggi untuk retensi asam urat dan seragam encok

Page 13: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

pada pasien yang peka.

5. Hiperglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes,

terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya

metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin

ditekan. Terutama thiazida terkenal menyebabkan

efek ini, efek antidiabetikaoral diperlemah

olehnya.

6. Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan

peningkatan kadar kolesterol total (juga LDL dan

VLDL) dan trigliserida. Kadar kolesterol –HDL

yang diaanggap sebagai faktor pelindung untuk

PJP justru diturunkan, terutama oleh klortalidon.

Pengecualian adalah indapamida yang praktis

tidak meningkatkan kadar lipida tersebut. Arti

klinis dari efek samping ini pada penggunaan

jangka panjang belum jelas.

7. Hiponetriemia akibat dieresis yang terlalu pesat

dan kuat oleh diuretika lengkungan, kadar

naplasma dapat menurunkan drastic dengan akibat

hiponatriemia. Gejalanya berupa gelisah, kejang

otot, haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps.

Terutama lansia peka untuk dehidrasi, maka

sebaiknya diberikan dosis permulaan rendah yang

berangsur-angsur dinaikkan, atau pula obat

diberikan secara berkala, misalnya 3-4 kali

seminggu. Terutama pada furosemida dan

etakrinat dapat terjadi alkalosis (berlebihan alkali

dalam darah).

8. Lain-lain : gangguan lambung usus (mual,

muntah, diare,) rasa letih, nyeri kepala, pusing dan

jarang reaksi alergis kulit. Ototoksisitas dapat

terjadi pada penggunaan furosemida/bumetamida

Page 14: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

dalam dosis tinggi.

Efek-efek samping yang dapat diakibatkan diuretika dilihat dari penggunaan

diuretikanya adalah :

1. Diuretik kuat

a. Gangguan cairan dan elekrolit, antara lain hipotensi, hiponatremia,

hipokalemia, hipokloremia, hipokalsemia, dan hipomagnesemia.

b. Ototoksisitas, Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara

maupun menetap. ketulian sementara juga dapat terjadi pada furosemid.

Ketulian ini mungkin sekali disebabkan oleh perubahan komposisi

elektrolit cairan endolimfe.

c. Hipotensi, dapat terjadi akibat deplesi volume sirkulasi

d. Efek metabolic, berupa hiperurisemia, hiperglikemia, peningkatann

kolesterol LDL dan trgliserida, serta penurunan HDL

e. Reaksi alergi, Diuretic kuat dan diuretic tiazid dikontraindikasikan pada

pasien dengan riwayat alergi sulfonamid. Asam etakrinat merupakan

satu-satunya diuretic kuat yang tidak termasuk golongan sulfonamid

dan digunakan khususnya untuk pasien yang alergi terhadap

sulfonamid.

f. Nefritis interstisialis alergik.

g. Diuretic kuat tidak dianjurkan pada wanita hamil, kecuali bila mutlak

diperlukan

2. Benzotiadiazid

a. Intoksikasi jarang terjadi

b. Reaksi alergi (karena penyakitnya sendiri): purpura, dermatitis,

fotosensitive dan kelainan darah

c. Kadar Na, K, Cl diperiksa berkala

d. Memperberat insufisiensi ginjal.

3. Diuretic hemat kalium

Efek toksik yang utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang

sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang

berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa

diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal

Page 15: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

yang berat. Efek samping lain yang ringan dan reversible diantaranya

ginekomastia, efek samping mirip androgen dan gejala salura cerna.

4. Diuretik Osmosis

Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif.

5. Inhibitor karbonik anhidrase.

a. Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang terus-

menerus. Asetazolamid mempermudah pembentukan batu ginjal karena

berkurangnya sekskresi sitrat, kadar kalsium dalam urin tidak berubah

atau meningkat.

b. Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena

menyebabkan disorientasi mental pada penderita sirosis hepatis.

c. Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi

sumsum tulang dan lesi renal mirip reaksi sulfonamid.

d. Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan karena pada

hewan percobaan obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik.

E. Pengobatan dengan Diuretik

1. Hipertensi

Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian

besar penderita. Diuretik kuat (biasanya furosemid), digunakan bila terdapat

gangguan fungsi ginjal atau bila diperlukan efek diuretik yang segera. Diuretik

hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya

hipokalemia.

2. Payah jantung kronik kongestif

Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi ginjal normal. Diuretik

kuat biasanya furosemid, terutama bermanfaat pada penderita dengan

gangguan fungsi ginja. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau

diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia.

3. Udem paru akut

Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)

4. Sindrom nefrotik

Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan

Page 16: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

spironolakton.

5. Payah ginjal akut

Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume cairan tubuh

yang hilang harus diganti dengan hati-hati.

6. Penyakit hati kronik

Spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretik kuat).

7. Udem otak

Diuretik osmotik

8. Hiperklasemia

Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis.

9. Batu ginjal

Diuretik tiazid

10. Diabetes insipidus

Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah garam

11. Open angle glaucoma

Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang.

12. Acute angle closure glaucoma

Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah. Untuk pemilihan

obat Diuretik a yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan

konsultasi ke dokter.

F. Interaksi

Kombinasi dari obat-obat lain bersama diuretika dapat menimbulkan interaksi

yang tidak dikehendaki seperti :

1. Penghambat ACE dapat menimbulkan

hipotensi yang hebat, maka sebaiknya baru

diberikan setelah penggunaan diuretikum

dihentikan selama 3 hari.

2. Obat – obat rema (NSAID’s) dapat agak

memperlemah efek diuretic dan antihipertensif

akibat sifat retensi natrium dan airnya.

3. Kortikosteroida dapat memperkuat kehilangan

Page 17: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

kalium.

4. Aminoglikosida : ototoksitasdiperkuat

hubungan diuretika sendiri dapat menyebabkan

ketulian (reversible).

5. Antidiabetika oral dikurangio efeknya bila

terjadi hiperglikemia

6. Lithiumklorida dinaikkan kadar darahnya

akibat terhambatnya ekskresi.

G. Zat-Zat Tersendiri

1. Furosemida : frusemida, lasix, impungan

Turunan sulfonamide ini (1964) berdaya diuretic kuat dan bertitik kerja di

lengkungan henle bagian menaik. Sangat efektif pada keadaan udema di otak

dan paru-paru yang akut. Mulai kerjanya pesat, oral dalam 0,5-1 jam dan

bertahan 4-6 jam, intravena dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya.

Resorpsinnya dari usus hanya lebih kurang 50%, PP-nya k.l 97%, plasma –

t1/2-nya 30-60 menit; ekskresinya melalui kemih secara utuh, pada dosis tinggi

juga lewat empedu.

Efek sampingnya berupa umum, pada injeksi i.v terlalu cepat, ada kalanya

tetapi jarang terjadi ketulian (reversibel) dan hipotensi.hipokaliemia reversibel

dapat terjadi pula.

Dosis: pada udema oral 40-80 mg pagi p.c, jika perlu atau pada insufisiensi

ginjalsampai 250-2000 mg sehari dalam 2-3 dosis. Injeksi i.v (perlahan) 20 –

40 mg, pada keadaan kemelut hipertensi sampai 500 mg(!). penggunaan i.m .

tidak dianjurkan.

Bumetanida (burinex adalah juga derivate-sulfamoyl (1972) dengan kerja

diuretis yang 50 kali lebih kuat. Sifat-sifat kinetiknya lebih kurang sama

Page 18: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

dengan furosemida, juga penggunannya.

Dosis : oral 0,5-1 mg pagi, bila perlu 3-4 dd. i.m./i.v 0,5-2mg.

2. Asam etakrinal : edecrin

Derivate fenoksiasetat ini (1963) juga bertitik kerja dilapangan henle.

Efeknya pesat dan kuat, bertahan 6-8 jam. Ekskresinya berlangsung melalui

empedu dan kemih.

Berhubung ototksisitasnya dan seringnya mengakibatkan gangguan

lambung-usus, zat ini tidak boleh diberikan paa anak-anak di bawah usia 2

tahun.

Dosis : oral 1-3 dd 50mg p.c,i.v (perlahan) 50 mg garam Na.

3. Hidroklorthiazida: HCT, Esidrex

Senyawa sulfamoyl ini (1959) diturunkan dari klorthiazida yang di

kembangkan dari sulfanilamida. Bekerja di bagian muka tubuli distal, efek

diuretisnya lebih ringan dari diuretika lengkungan tetapi bertahan lebih lama,

6-12 jam. Daya hipotensifnya lebih kuat (pada jangka panjang), maka banyak

digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang.

Sering kali pada kasus yang lebih berat dikombinasikan dengan obat-obat lain

untuk memperkuat efeknya khususnya beta blockers. Efek optimal ditetapkan

pada dosis 12,5 mg dan dosis diatasnya tidak akan menghasilkan penurunan

tensi lagi, (kurva dosis-efek datar). Zat induknya klorthiazida berkhasiat 10 kali

lebih lemah, maka kini tidak digunakan lagi.

Resorpsinya dari usus sampai 80%, PP-nya k.l 70% dengan plasma-t1/2 6-

15 jam. Ekskresinya terutama lewat memilih secara utuh.

Dosis : hipertensi : 12,5 mg pagi p.c, udema: 1-2 dd 25-100 mg,

pemeliharaan 25-100 mg 2-3x seminggu. sediaan kombinasi: *lorinid,

*moduretic = HCT 50 + amilorida 5 mg, *dytenzide = HCT 25 + triamteren 50

mg.

Derivate HCT yang banyak sekali disintesa semuanya memiliki daya kerja

sama dan hanya berlainan mengenai potensi dan lama kerjanya,rata – rata 12-

18 jam. Khususnya digunakan dalam kombinasi dengan obat-obat hipertensi

lain, antara lain :

Page 19: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

a. aldazide =buthiazhida 2,5 +

spironolakton 25 mg

b. dyta- urese = epitizida 4 + triamteren

50 mg

c. inderetic = bendroflumethiazida 2,5 +

propranolol 80 mg

4. Klortalidon : hygroton

Devivat sulfonamida ini (1959) rumusnya mirip dengan thiazida, begitu

pula khasiat diuretisnya sedang. Mulai kerjanya sesudah 2 jam dan bertahan

sangat lama, antara 24-72 jam tergantung pada tingginya dosis. Efek

hipotensifnya bertambah secara berangsur-angsur dan baru optimal sesudah 2-4

minggu.

Resorpsinya dari usus tak menentu, rata – rata 50% dan mengalami FPE

dari 10 – 15 %. Plasma –t1/2nya amat tinggi, lebih kurang 54 jam, mungkin

berhubung terikat kuat pada eritrosit.ekskresinya lewat kemih lebih kurang

45% secara utuh.

Dosis : hipertensi : 12,5 mg pagi p.c (dosis optimal), udema : setiap 2 hari

100-200 mg, pemeliharaan 25-50 mg setiap hari.

Sediaan kombinasi :

a. *trasitensin = klortalidon 10 +

okspresinolol 80 mg

b. *tenoretic 50 klortalidon 12,5 +

aternolol 50 mg.

c. *indapamida (natrilix, fludex) adalah

dericat sulfamoyl long acting (1974)

dengan efek hipotensif kuat pada dosis

sub-diuretis, yang baru optimal setelah

2-4 bulan. Efeknya bertahan beberapa

minggu sesudah terapi dihentikan,

tanpa terjadi rebound effect.

d. Resorpsinya lengkap, bersifat sangat

lipofil dan terikat kuat pada eritrosit :

Page 20: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

PPnya 79% plasma-t1/2-nya 15-18

jam. Ekresinya lewat kemih, yakni

60% terutama sebagai metabolit dan

20% lewat tinja. Dosis hipertansi : 2,5

mg pagi p.c. Dapat dikombinasikan

dengan beta-blockers.

e. *klopamida adalah derivate sulfamoyl

pula dengan lama kerja 12-24 jam.

Hanya digunakan dalam sediaan

kombinasi, antara lain :

f. *brinerdin = klopamida 5 + reserpin

0,1 + dihidroergokristin 0,5 mg

g. *viskaldix = klopamida 5 +pindolol 10

mg

h. *mefrusida (baycaron) adalah derivat

disulfonamida (1967) dengan titik

kerja di lengkungan henle, tetapi

dengan pola kerja seperti thiazida.

Mulai kerjanya lambat, setelah 6 jam

dan bertahan 20-24 jam. Dosis

hipertensi : 12,5 mg pagi p.c., udema

25-100 mg sehari.

5. Spironolakton : aldacton, lectona, *aldazide

Penghambat aldosteron ini (1959) berumus steroida, mirip struktur

hormone alamiah. Mulai kerjanya setelah 2-3 hari dan bertahan sampai

beberapa hari pula setelah [pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agak

lemah, maka khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika umum lainnya.

Efek kombinasi demikian adalah adisi di samping mencegah kehilangan

kalium. Akhir – akhir ini ditemukan bahwa spironolakton pada gagal jantung

berat berdaya mengurangi resiko kematian sampai 30% (NEJ Med Sept 199).

Resorpsinya dari usus tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. PP-nya

98%. Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit aktif, antara lain

Page 21: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

kanrenon, yang diekskresikan melalui kemih dan tinja. Plasma-t1/2-nya sampai

2 jam, kanrenon 20 jam.

Efek sampingnya berupa umum : pada penggunaan lama dan dosis tinggi

efeknya antiandrogen dengan gynomastie, gangguan potensi dan libido pada

pria, sedangkan pada wanita nyeri buah dada dan gangguan haid. Pada tikus

ternyata berefek karsinogen, maka hendaknya digunakan untuk jangka waktu

singkat!

Dosis oral 1-2 dd 25-100mg pada waktu makan.

*aldazide = spironolakton 25 + thiabutazide 2,5 mg

*kanrenoat (canrenoic acid, soldactone)adalah derivate yang dapat larut

dan hanya digunakan sebagai injeksi (1967). Sifat – sifatnya dan efek

sampingnya sama dengan spironolakton, tetapi mulai kerjanya lebih cepat dan

bertahan lebih lama. Ekskresinya juga berlangsung sebagai kanrenon.

Dosis : i.v./infuse 200-600 mg sehari (garam K) selama maksimal 2

minggu.

6. Amilorida : *loronid, midamor

Derivate pirazin ini (1967) bertitik kerja dibagian ujung tubuli distal

dengan menghambat penukaran ion-K+ dan –H+. hasilnya ialah bertambahnya

ekskresi Na+ (bersama CI + karbonat), sedangkan pengeluaran kalium

berkurang. Efek maksimalnya tercapai setelah k.l. 6 jam dan bertahan 24 jam.

Resorpsinya dari usus lebih kurang 50% yang di kurangi oleh makanan,

PP-nya 40%, plasma-t1/2-nya 6-9 jam, mungkin juga lebih lama. Ekskresinya

lewat kemih terutama secara utuh.

Efek sampingnya umum, fotosensibilissasi sering dilaporkan (di

Australia), adakalanya impotensi. Berlainan dengan diuretika lain, obat ini

tidak menekan sekresi urat, melainkan menstimulasinya. Semua penghemat

kalium tidak dapat saling di kombinasikan atau diberikan bersama suplemen

kalium berhubung bahaya hiperkaliemia.

Dosis : hipertensi : oral 1-2 dd 5 mg a.c, maksimal 20 mg sehari.

*lorinid = amilorida 5 + HCT 50 mg (mengandung kadar HCT terlampau

tinggi).

Page 22: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

7. Triamteren : Dytac

Derivat – pteridin ini (1962) berkhasiat diuretic lemah,mulai kerjanya

lebih cepat, setelah 2-4 jam, tetapi hanya bertahan k.l. 8 jam. Mekanisme

kerjanya mirip amilorida.

Resorpsinya dari usus antara 30% dan 70%, PP-nya lebih kurang 60% dan

t1/2-nya k.l. 2 jam. Ekskresinya berlangsung lewat kemih, sebagian sebagai

metabolit aktif. Kemih dapat berwarna biru dan pembentukan batu ginjal

dilaporkan pada 1:1.500 pasien.

Dosis : hipertensi oral 1-2 dd 50 mg p.c, maksimal 200 mg.

*dyta-ureses dan *dytenzide, masing-masing bersama eptisida 4 mg dan

HCT 25 mg.

8. Azetazolamida : Diamox

Obat ini, ysng diturunksn dari sulfanilamide (1957), di anggapsebagai

pelopor thiazida dan merupakan diuretikum pertama yang digunakan secara

intermitten. Khasiat diuretisnya berdasarkan perintangan enzim

karbonanhidrase yang mengkatalisa reaksiberikut :

CO2 + H2O --- H2CO3 --- H+ + HCO3

Karena penghambatan reaksi ini di tubuli proksimal, maka tidak ada cukup

ion-H+ lagi untuk ditukarkan dengan Na+, K+, bikarbonat dan air. Kini

asetazolamida hanya jarang digunakan lagi pada penyakit mata glaucoma

untuk menurunkan produksi cairan di dalam mata dan menurunkan tekanan

intra-okuler. Berkat efek antikonvulsifnya obat ini dahulu digunakan sebagai

obat antilepilepsi. Penggunaan lainnya adalah sebagai obat ‘penyakit

ketinggian’ (hoogtevress, rasa takut di tempat yang amat tinggi) yang

bercirikan alkalosis dengan penghambatan pusat nafas ; gejala ini di

tanggulangi oleh acidosis yang ditimbulkan asetazolamida.

Resorpsinya baik mulai kerjanya dalam 1-3 jam dan bertahan selama k.l.

10 jam.PP-nya 90% lebih, plasma t1/2-nya 3-6 jam dan diekskresikan lewat

kemih secara utuh.

Dosis : pada glaoucoma oral 1-4 dd 250 mg, ‘penyakit ketinggian’ : 2 dd

250 mg dimulai 3 hari sebelum bertolak ke lokasi yang tinggi.

Page 23: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

9. Mannitol ; manitol

Alcohol gula ini (C6H14O6) terdapat ditumbuh-tumbuhan dan getahnya,

juga di tumbuhan laut. Diperoleh dengan cara reduksi elektrolitis dari glukosa.

Efek diuretisnya pesat tetapi singkat dan berdasarkan sifatnya dapat melintasi

glomeruli secara lengkap, praktis tanpa reapsorbsi di tubuli, hingga penyerapan

kembali air dirintangi secara otomatis. Terutama digunakan sebagai infuse

untuk menurunkan tekanan intra – okuler pada glaucoma dan sewaktu bedah

mata, juga untuk meringankan tekanan intracranial pada bedah otak.

Manitol adalah 0,6 kali kurang manis dibandingkan gula (sakarosa),maka

penderita diabetes (1g menghasilkan 8kj) dan dalam pelbagai gula-gula bagi

anak-anak (candy) berkat sifat non-cariogennya. ( tidak mengakibatkan caries).

Di atas 20 g sehari, manitol berkhasiat laksatif, maka adakalanya digunakan

sebagai obat pencahar. Antidiabetika oral, zat-zat pemanis.

Dosis : infuse i.v1,5-2g/kg dalam 30-60 menit ( larutan 15-25%)

*sorbitol (sorbo) adalah stereoisomer dari manitol dengan khasiat, sifat

dan penggunaan sama. Insulin dan antidiabetika oral, zat-zat pemanis. Dosis :

infus i.v 1-2g/kg dari larutan 20-25%.

10. Daun kumis kucing : remukjung, orthosiphoni,folium,reinosan.

Daun dari tumbuhan orthosiphon stamineus ini sangat terkenal di

Indonesia dan mengandung glikosida orthosifonin, minyak terbang, dan kalium

(kadar tinggi, k.13,5%). Zat – zat ini memiliki khasiat diuretic dan

bakteriostatis, mungkin juga litholitys (melarutkan batu). Maka secara

tradisional remukjung merupakan obat rakyat berharga untuk mengobati

gangguan saluran kemih dan kencing batu. Penggunaannya sering kali di

kombinasikan dengan ramuan lain, seperti daun menir – meniran ( phyllantus

urinaria) daun keji beling (strobilanthus crispus), yang keduanya pun

mengandung banyak kalium.

Dosis : 2-3 dd 150 ml dari infus 10% (godokan, yang di peroleh dari

memanaskan 50 g daun halus dengan 500 ml air di atas suhu 900 C). renosan

(350 mg ekstrak remukjung : 3-4 dd 1-2 tablet).

Page 24: 51378523 Kelompok 1 Obat Diuretik

BAB III

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Rosfanty. 2009. Obat Diuretik. http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/07/obat-

diuretik.html. diakses pada tanggal 4 maret 2011

tan hoan tjay & kirana rahardja.2008.Obat-obat penting edisi ke enam.Jakarta :PT

elex media komputindo