60
KELAS REPTILIA A. CIRI UMUM Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Merupakan kelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan peru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit. Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada reptilia mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-paru. Semua Reptil bernafas dengan paru-paru. Jantung pada reptil memiliki 4 lobi, 2 atrium dan 2 ventrikel. Pada beberapa reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 1

50750664 Reptile Complate

Embed Size (px)

Citation preview

KELAS REPTILIA

A. CIRI UMUM

Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Merupakan kelompok hewan

vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia merupakan

kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan peru-paru. Ciri umum

kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit

kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota

ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total

yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo

Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah

mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit.

Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada

beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada

serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya

memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada reptilia

mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-paru.

Semua Reptil bernafas dengan paru-paru. Jantung pada reptil memiliki 4 lobi, 2 atrium dan

2 ventrikel. Pada beberapa reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna

sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa bercampur. Reptil merupakan hewan berdarah

dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur

suhu tubuhnya, reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinarmatahari.

Saluran ekskresi Kelas Reptilia berakhir pada kloaka. Ada dua tipe kloaka yang spesifik untuk

ordo-ordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada Ordo Squamata yaitu Sub-ordo

Lacertilia dan Sub-ordo Ophidia. Kloaka dengan celah membujur yaitu terdapat pada Ordo

Chelonia dan Ordo Crocodilia.

Pada anggota lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting

untuk identifikasi. Semua reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada saat jouvenile,

reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk dapat menetas, yang kemudian

gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya saat mencapai dewasa. Beberapa jenis reptil

memiliki alat pendengaran dan ada yang yang dilengkapi telinga luar atupun tidak. Pada

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 1

beberapa jenis lainnya, alat pendengaran tidak berkembang. Mata pada reptil ada yang

berkelopak dan ada yang tidak memiliki kelopak mata. Kelopak mata pada reptil ada yang dapat

digerakkan dan ada yang tidak dapat digerakkan dan ada juga yang berubah menjadi lapisan

transparan.

Reptilia menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran amniotik. mayoritas

reptil adalah ovipar (bertelur) meski beberapa spesies Squamata bersifat vivipar (melahirkan).

Reptil vivipar memberi makan janin mereka menggunakan sejenis plasenta yang mirip dengan

mamalia. Ukuran reptil bervariasi, dari yang berukuran hingga 1,6 cm (tokek kecil,

Sphaerodactylus ariasae) hingga berukuran 6 m dan mencapai berat 1 ton (buaya air asin,

Crocodylus porosus). Cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari reptil adalah

herpetologi.

Habitat dari Kelas Reptilia ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hewan akuatik

seperi penyu dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu Ordo Crocodilia dan beberapa anggota

Ordo Chelonia, beberapa Sub-ordo Ophidia, terrestrial yaitu pada kebanyakan Sub-kelas

Lacertilia dan Ophidia, bebepapa anggota Ordo Testudinata, sub terran pada sebagian kecil

anggota Sub-kelas Ophidia, dan arboreal pada sebagian kecil Sub-ordo Ophidia dan Lacertilia.

Sekarang ini mereka menghidupi setiap benua kecuali Antartika, dan saat ini mereka

dikelompokkan menjadi 4 ordo yaitu :

Ordo Crocodilia contohnya : Buaya, garhial, caiman, Senyulong dan alligator.

Terdiri dari 23 spesies.

Ordo Sphenodontia / Rhyncocephalia contohnya : Tuatara Selandia Baru

Terdiri dari 2 spesies.

Ordo Squamata contohnya : Kadal, ular dan amphisbaenia ("worm-lizards"), Serpentes,

Lacertilia, dan Amphisbaena. Terdiri dari 7.900 spesies

Ordo Testudinata / Chelonia contohnya : Kura-Kura, penyu, dan terrapin

Terdiri dari 300 spesies.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 2

B. KLASIFIKASI REPTILIA

Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya. Formulasi ini

dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak:

anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah,

dan dibagi menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia, Squamata dan Crocodilia.

Ordo Testudinata

Terdiri dari dua subordo:

a. Subordo Cryptodira

Subordo Cryptodira merupakan kura-kura darat, semi akuatik dan ada pula yang

akuatik. Keistimewaan dari anggota subordo ini adalah kepalanya dapat ditarik ke dalam

cangkang membentuk huruf S, mempunyai 12 sisik plastral, dan 9-8 tulang plastral. Pada

sebangsa kura-kura, jumlah sisik, keping maupun susunan tulang sangat penting artinya

terutama dalam mengidentifikasi jenisnya (Zug, 1993).

Karapaks Subordo Cryptodira bermacam-macam, mulai dari tipis hingga tebal, dengan

warna dan bentuk yang bermacam-macam pula (cembung, kotak, bulat, tebal) sesuai

dengan lingkungan hidup masing-masing jenisnya. Subordo Cryptodira dibagi dalam 11

famili diantaranya :

1) Famili Chelydridae (contoh : Chelydra serpentina)

Superfamilia Testudinoidea

Famili Geoemydidae

Fosilnya anggota famili ini banyak ditemukan pada Jaman Krestasea Atas di

Eropa. Dulunya Geoemydidae atau lebih dikenal sebagai Bataguridae dianggap

sebagai satu suku dengan suku kura–kura air tawar Amerika Selatan. Anggota yang

terbesar, yaitu Bajuku atau Biuku, yang berada di Sumatera dan Kalimantan dapat

mencapai 1170 mm. Adapun jenis-jenis anggota famili ini yang ada di indonesia

antara lain Batagur baska, Callagur borneoensis, Geoemyda japonica, Malayemys

subtrijuga, Notochelys platinota, Orlitia borneensis, Siebenrockiella crassicollis, Coura

amboinensis, Cyclemys dentata dan Heosemys spinosa.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 3

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 4

Amyda cartilaginea

Callagur borneoensis

Batagur baska Geoemyda japonica jantan

Malayemys subtrijuga

Myda cartilaginea Geoemyda japonica betina

Famili Testudinidae

Famili ini memiliki banyak anggota, yang paling terkenal terdapat di

Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Secheyles. Pada kedua kepulauan tersebut

mereka dikenal sebagai kura–kura purba dan kura-kura raksasa. Di Indonesia

fosilnya hewan ini dijumpai di Jawa, Flores, Timor dan Sulawesi. Kura–kura

Kuning di Sulawesi dan Baning yang terdapat di hutan–hutan Sumatera dan

Kalimantan merupakan kerabat kedua anggota famili di Kepulauan Galapagos dan

Kepulauan Secheyles yang masih hidup di Indonesia. Di Asia Tenggara terdapat

tiga genus yaitu Indotestudo dan Manouria yang masih hidup dan diwakili oleh satu

jenis saja di Indonesia, dan Geochelone yang ditemui dalam bentuk fosil di Jawa,

Sulawesi dan Nusa Tenggara. Contohnya : Geochelone gigantean, Testudo

hermanii, Testudo elephantopus (Iskandar, 2000).

Famili Emydidae

Sebagian besar anggota famili ini merupakan kura-kura semiakuatik. Ada

beberapa jenis yang hidup di air laut ( Malaclemys terrapin), ada yang hidup di

darat (beberapa spesies Terrapene) dan ada yang sepenuhnya akuatik( Terrapene

coabuila). Sebagaian besar merupakan omnivora akan tetapi terdapat beberapa

jenis yang murni karnivora ( misalnya genus Emydoidea dan Deirochelys).

Anggota famili ini mempunyai cangkang yang keras. Terdiri dari 12 genera dan

kurang lebih 39 spesies. Di indonesia, beberapa jenis kura-kura anggota famili ini

merupakan hewan import yang diperdagangkan bebas, misalnya Trachemys

scripta ( kura-kura brazil).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 5

Testudo hermanii

2) Superfamilia Trionychoidea

- Famili Carettochelydae

- Famili Trionychidae

- Famili Kinosternidae

- Famili Dermatemydidae

Kura-kura ini memiliki penyebaran paling luas di dunia. Terdapat

diseluruh benua, kecuali Australia yang hanya berupa fosil saja. Tiap genus dari

suku ini hanya memiliki satu sampai tiga anggota saja yang dapat dibedakan

dengan mudah dari perisainya yang berasal dari tulang rawan dan ekornya yang

agak panjang. Pada beberapa jenis, kaki belakangnya dapat disembunyikan dalam

suatu katub perisai. Lehernya relatif panjang, sehingga kepalanya hampir dapat

mencapai bagian belakang tubuhnya. Lubang hidungnya terletak pada ujung

moncong yang kecil dan pendek. Ukurannya dapat mencapai panjang satu meter,

dengan berat satu kuintal. Adapun beberapa jenis anggota super famili ini yang

berada di indonesia adalah Amyda cartilaginea (bulus), Dogania subplana ( labi-

labi hutan), Pelodiscus sp., Chitra chitra (manlai/labi-labi bintang), Pelochelys

bibroni ( labi-labi irian), Pelochelys cantori ( antipa/labi-labi raksasa), dan

Charettochelys insculpta ( moncong babi). (Iskandar, 2000).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 6

Trachemys scripta

3) Superfamilia Chelonioidea

Famili Cheloniidae

Famili ini dapat dibedakan dengan famili lainnya dengan dua ciri khas

yakni adanya keping inframarginal yang menghubungkan perisai perut dan perisai

punggung dan juga kaki yang berbentuk dayung. Kaki depannya umumnya hanya

mempunyai satu cakar, bila ada cakar kedua biasanya berukuran sangat kecil.

Hewan jantan biasanya memiliki cakar depan dan ekor yang lebih panjang. Ia

mempunyai lubang hidung yang terletak agak dekat permukaan atas tengkorak

untuk memudahkan mengambil udara untuk bernafas (Iskandar, 2000).

Semua anggota Famili Cheloniidae hidup di laut tropik, subtopik,

terkadang ada di daerah dengan iklim temperate. Penyu ini tersebar luas di

samudra-samudra di seluruh dunia. Dari tujuh spesies anggota famili ini, enam

diantaraya ditemuan di Indonesia. Adapun contoh spesies anggota famili ini

antara lain Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Sisik ( Eretmochelys

imbricata), Penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu tempayan (Caretta caretta).

Perkawinan terjadi di laut, karenanya hewan yang jantan tidak pernah naik ke

daratan, hanya yang betina saja yang naik untuk bertelur (Iskandar, 2000).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 7

Pelochelys cantori Pelochelys bibroni

Famili Dermochelyidae

Satu-satunya anggota dari famili ini yang masih tersisa adalah Penyu

Belimbing. Penyu ini mempunyai persebaran yang luas, hingga ke daerah

beriklim dingin. Ciri–ciri penyu ini adalah warna tubuh hitam sampai abu–abu

kehijauan, kaki tidak bercakar dan perisai ditutupi oleh kulit sebanyak tujuh

lipatan memanjang dan berbintik putih tanpa keping yang jelas. Penyu ini dapat

dengan mudah dibedakan dengan ciri perisainya yang dibentuk oleh tulang–tulang

kecil yang tertanam dibawah kulit yang tersusun dalam tujuh baris yang

membentuk lunas pada perisai punggungnya. Perisai perutnya pun tersusun

sedemikian rupa sehingga terdapat dua baris yang rapat bersebelahan. Anakannya

berwarna hitam dengan bagian bawahnya berwarna coklat (Iskandar, 2000).

Contoh spesies anggota famili ini adalah Dermochelys coriacea.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 8

Chelonia mydas

Dermochelys coriacea

b. Subordo Pleurodira

Sub-ordo Pleurodira merupakan kura-kura akuatik dengan ciri memiliki leher yang

panjang. Kepalanya dapat dilipat ke samping badan namun tidak dapat ditarik ke dalam

tempurungnya. Karapaks biasanya berbentuk oval dan berwarna gelap, memiliki 13 sisik

plastral dan 9-11 tulang plastral. Pelvisnya bersatu dengan tempurung/cangkang.

Merupakan hewan karnivora, pemakan siput, kura-kura, dan amphibi (Zug, 1993).

Subordo Pleurodira dibagi menjadi 3 Famili yaitu:

- famili Chelidae

- famili Pelomedusidae

- famili Podocnemididae

Contoh dari Subordo Pleurodira antara lain : Chelodina oblonga, Eydura subglobosa

(Famili Chelidae), dan Pelomedusa subrufa (Famili Pelomedusidae) (Zug, 1993).

Famili Chelidae

Famili ini terdiri dari kurang lebih 17 genus dan 54 spesies. Famili ini dapat

dikenali dari lehernya yang tidak dapat dimasukkan ke dalam perisainya, dan

bagian perisainya mempunyai keping intergular. Famili ini dianggap lebih primitif

daripada kura–kura yang dapat menyembunyikan lehernya dalam perisai.

Diperkirakan nenek moyangnya telah ada sejak 223 juta tahun yang lalu,

berdasarkan fosil–fosil dari Genus Chelodina, Elseya, dan Emydura. Genus

Chelodina dikenali dari kaki depan dengan empat kuku, keping intergular yang

tidak berhubungan dengan tepi perisai yang relatif panjang. Genus ini dibagi

menjadi dua, yakni kura–kura dengan leher panjang dan kepala yang juga relatif

panjang dan kelompok yang kedua adalah kura–kura dengan panjang leher sedang

dan kepala relatif pendek dan lebih besar (Iskandar, 2000).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 9

Ordo Rhynchocephalia

Merupakan kelompok reptile primitive yang kadang-kadang disebut sebagai fosil hidup.

Bentuk tubuhnya mirip anggota-anggota lacertilian pada umumnya, tetapi berbeda dengannya

terutama karena tengkoraknya bersifat diosit(mempunyai 2 cekungan di daerah temporal).

Gigi-gigi terdapat pada prunaicilla, maxilla, palatinum, dan dentale. Tulang-tulang

gostralia(tulang-tulang perut) berkembang baik. Celah kloaka melintang. Diatap kepala

terdapat mata parietal dengan lensa dan retina. Pada hewan muda, mata parietal tampak lebih

jelas karena kulit yang menutupnya bening, tetapi pada saat dewasa kulit tersebut menebal.

Alat ini di duga peka terhadap panas dan cahaya. Ordo ini mencakup satu familia, yaitu

Sphenodontidae dengan spesies Sphenodon punctatus.

Ordo Squamata

Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik

yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut

molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kultikula baru di

bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya terkelupas secara

keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian. Bentuk dan

susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap.

Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi

menjadi tonjolan atau tuberkulum. Anggota squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki

ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia, dan beberapa spesies

Ordo Lacertilia. Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan

vertilisasi internal. Persebaran Squamata sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali

Artik, Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania. (Zug, 1993)

Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu :

a. Subordo Lacertilia/ Sauria

Subordo Lacertilia umumnya adalah hewan pentadactylus dan bercakar, dengan

sisik yang bervariasi. Sisik tersebut terbuat dari bahan tanduk namun ada pula yang

sisiknya termodifikasi membentuk tuberkulum. Dan sebagian lagi menjadi spina.

Sisik-sisik ini dapat mengelupas. Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artian

tidak semua sisik mengelupas pada saat yang bersamaan (Zug, 1993).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 10

Ciri lain yang membedakan dari Subordo Ophidia adalah rahang bawahnya yang

bersatu pada rahang atas pada bagian yang disebut satura. Selain itu pada Lacertilia

mereka memiliki kelopak mata dan lubang telinga. Selain itu pada beberapa anggota

Subordo Lacertilia, ada yang dapat melepaskan ekornya. Contohnya pada Mabouya

sp (Zug, 1993).

Lidah Lacertilia panjang dan adapula yang bercabang. Pada beberapa spesies lidah ini

dapat ditembakkan untuk menangkap mangsa seperti pada Chameleon sp.

Dari kesemua famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di indonesia, yaitu

Agamidae, Gekkonidae, Scincidae, Varanidae.

Agamidae

Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk bintil atau

yang tersusun seperti genting, demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup

sisik. Lidahnya pendek, tebal, sedikit berlekuk di ujung serta bervilli. Jari-jarinya

kadang bergerigi atau berlunas Tipe gigi acrodont. Pada Draco volans memiliki

pelebaran tulang rusuk dengan lipatan kulit. Habitatnya di pohon dan semak.

Scincidae

Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama

besar, demikian pula dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan

simetris. Lidahnya tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan

tersusun seperti genting. Tipe giginya pleurodont. Matanya memiliki pupil yang

membulat dengan kelopak mata yang jelas. Ekornya panjang dan rapuh. Contoh

spesies famili ini adalah Mabouya multifasciata.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 11

Mabuya multifasciata

Varanidae

Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di

bagian dorsalnya sedang di bagian ventral sisik melintang dan terkadang terdapat

lipatan kulit di bagian leher dan badannnya. Lehernya panjang dengan kepala yang

tertutup oleh sisik yang berbentuk polygonal. Lidahnya panjang bercabang dan tipe

giginya pleurodont. Pupil matanya bulat dengan kelopak dan lubang telinga yang

nyata (Zug, 1993).

Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo ( Varanus komodoensis ) yang

panjangnya dapat lebih dari 3 meter. Komodo persebarannya terbatas di beberapa

pulau kecil di Nusa Tenggara. Suku varanidae terdiri dari dua kelompok yang

sedikit berbeda, yaitu marga Varanus yang besar ( lebih dari 35 spesies di seluruh

dunia) dan marga Lanthanous yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. Borneensis

yang bersalah dari kalimantan. Marga Lanthanous ini merupakan biawak yang

bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga.

Gekkonidae

Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat. Memiliki keunikan yang

berbeda dengan famili yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan

gecko yang lain. Kebanyakan gecko tidak mempunyai kelopak mata, melainkan

matanya dilapisi membrane transparan yang dibersihkan dengan cara dijilat.

Banyak spesies anggota gekkonidae yang memiliki jari khusus yang termodifikasi

untuk memudahkannya memanjat permukaan vertikal maupun melewati langit-

langit dengan mudah

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 12

Varanus komodoensis

Kebanyakan gecko berwarna gelap namun ada pula yang berwarna terang.

Beberapa spesies dapat mengubah warna kulitnya untuk membaur dengan

lingkungannya ataupun dengan temperature lingkungannya. Beberapa spesies dapat

melakukan parthenogenesis dan juga beberapa spesies betina dapat berkembang

biak tanpa pembuahan.

b. Subordo Serpentes/ Ophidia

Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang

seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui

bahwa semua jenis ular termasuk dalam subordo ini. Ciri lain dari subordo ini adalah

seluruh anggoanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata

digantikan oleh sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota

Ordo Squamata yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan

ligament elastis (Zug, 1993).

Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya

termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri umumnya

vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan reseptor

yang disebut Organ Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan

Thermosensor. Ada sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya

utamanya untuk melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam

aliran darah mangsa (Zug, 1993).

Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu :

• Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili

Pythonidae, dan

Boidae.

• Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian

depan). Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae.

• Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat

tidak dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae.

• Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya.

Contohnya pada Famili Hydrophiidae

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 13

Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan

mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu :

• Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara

menyerang sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini

adalah: Colubridae dan Viperidae.

• Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini

menyerang jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung

sehingga detaknya melambat dan akhirnya dapat berhenti. Contoh

Famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik. Dalam arti,

banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini.

• Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah

sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan

mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili

yang memiliki bisa tipe ini.

Diantara famili-famili di atas, yang terdapat di Indonesia antara lain:

Typhlopidae

Typhlopidae atau banyak dikenal dengan sebutan ular buta karena memiliki mata

yang vestigial. Kepalanya bulat, dengan ekor yang pendek dan pada ujungnya

terdapat sisik yang mengalami penandukan. Secara keseluruhan badannya pun

berbentuk bulat dan panjangnya hanya mencapai kurang lebih 30cm. Hidupnya di

bawah tanah, di dalam serasah, atau meliang. Genusnya yang paling dikenal adalah

dari Genus Typhlops sedangkan yang lainnya adalah Xenotyphlops,

Acutotyphlops,dan lain-lain. Terdiri dari 6 genus dengan 240 spesies. Umumya

ditenukan di daeran tropis di Asia, Afrika, dan Amerika.

Boidae

Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal. Dengan

persebaran di Columbia, Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh darah

dan organ pernafasannya masih primitive, memiliki sisa tungkai belakang yang

vestigial. Moncongnya dapat digerakkan. Tipe giginya aglypha. Famili ini memiliki

genus diantaranya: Acrantophis, Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx, Eunectes,

Gongylophis, dan Sanzinia.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 14

Hydropiidae

Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa yang tinggi.

Tipe gigi bisa yang dimiliki anggota famili ini kebanyakan Proteroglypha dengan tipe

bisa neurotoxin. Biasanya warnanya belang-belang dan sangat mencolok. Bagian ekor

termodifikasi menjadi bentuk pipih seperti dayung yang befungsi untuk membantu

pergerakan di air. Persebaran anggota famili ini di perairan tropis yaitu kebanykan di

Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat. Untuk spesies Pelamis platurus

persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan untuk Aipysurus laevis cenderung

untuk hidup di daerah terumbu karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan

sesekali naik ke permukaan untuk bernafas.

Elapidae

Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular berbisa yang

banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis.terdiri dari 61 genus dengan 231

spesies yang telah diketahui. Biasanya memiliki gigi bisa tipe Solenoglypha dan

ketika menutup gigi bisanya akan berada pada cekungan di dasar bucal. Bisa tipe

neurotoxin. Dekat kekerabatannya dengan Famili Hydrophiidae. Pupil mata

membulat karena kebanyakan merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat mencapai

ukuran 6m (Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar namun adapula yang

ovovivipar (Hemachatus).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 15

Ophiophagus hannah

Colubridae

Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain

diantaranya sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan

lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik yang tersusun

dengan sistematis. Ekor umumnya silindris dan meruncing. Famili ini meliputi

hampir setengah dari spesies ular di dunia. Kebanyakan anggota famili Colubidae

tidak berbisa atau kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi manusia. Gigi

bisanya tipe proteroglypha dengan bisa haemotoxin Genusnya antara. lain:

Homalopsis, Natrix, Ptyas, dan Elaphe.

Viperidae

Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin. Famili

ini kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di gurun. Namun ada pula yang

hidup di daerah tropis. Tersebar hampir di seluruh dunia. Sisiknya biasanya

termodifikasi menjadi lapisan tanduk tebal dengan pergerakan menyamping.

Memiliki facial pit sebagai thermosensor. Kebanyakan anggota familinya merupakan

hewan yang ovovivipar dan beberapa ada yang bertelur. Subfamili yang ada di

Indonesia adalah Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies.

Pythonidae

Python merupakan famili dari ular tidak berbisa. Beberapa mengelompokkannya

sebagai subfamili dari Boidae yaitu Pythoninae. Pythonidae dibedakan dari Boidae

karena mereka punya gigi di bagian premaxila, semacan tukang kecil di bagian paling

depan dan tengah dari rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuan Tropis.

Merupakan ular yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python

reticulatus). Beberapa spesies menunjukkan adanya tulang pelvis dan tungkai

belakang yang vestigial berupa taji di kanan dan kiri kloaka. Taji ini lebih besar pada

yang jantan dan berguna untu merangsang pasangannya pada saat kopulasi.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 16

Xenopeltidae

Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila

terkena cahaya. Famili ini mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah

permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya. Salah satu spesiesnya

Xenopeltis unicolor merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di

dalam tanah. Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug, 1993).

c. Subordo Amphisbaenia

Subordo Amphisbaenia merupakan bagian dari Ordo Squamata yang tidak

berkaki namum memiliki kenampakan seperti cacing karena warnanya yang semu

merah muda dan sisiknya yang tersusun seperti cincin. Kelangkaanya dan kehidupnya

yang meliang menjadikan sedikit keterangan yang bisa diketahui dari subordo ini

(Zug, 1993).

Kepalanya tidak memisah dari lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras,

memiliki gigi median di bagian rahang atasnya tidak memiliki telinga luar dan

matanya tersembunyi oleh sisik dan kulit. Tubuhnya memanjang dan bagian ekornya

hampir menyerupai kepalanya (Zug, 1993).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 17

Python reticulatus

Ordo Crocodilia

Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain.

Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur

berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada

bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi

empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing

bertipe gigi tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral.

Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang

sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal

ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara

otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi

cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5

tanpa selaput.

Jantung buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak

sempurna yang menyebabkan terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki

foramen panizza. Crocodilia merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan

berjemur di siang hari unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam hari.

Crocodilian dewasa terutama yang dominan memiliki teritori tersendiri, namun pada musim

kering teritori tersebut dilupakan karena daerah mereka menyempit akibat kekeringan

(Goodisman, 2002).

Famili Alligatoridae

Famili Alligatoridae memiliki ciri-ciri bentuk moncongnya yang tumpul dengan deretan

gigi pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga pada deretan

rahang atas sehingga pada saat moncongnya mengatup hanya deretan gigi pada rahang

atasnya saja yang terlihat.dapat mencapai umur maksimal hingga 75 tahun. Tahan terhadap

suhu rendah.memiliki lempeng tulang pada punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik

dari bahan tanduk yang lebar.yang berjumlah lebih dari 6 sisik

.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 18

Famili Crocodylidae

Ciri-ciri Famili Crocodilidae adalah moncongnya meruncing dengan bentuk yang hampir

segitiga dan pada saat mengatup, kedua deret giginya terlihat dengan jelas. Kedua tulang

rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka lebar. Terdapat pula baris

tunggal sisik balakang kepala yang melintang yang tidak lebih dari 6 buah di bagian tengkuk.

Famili Gavialidae

Famili Gavialidae memiliki bentuk moncong yang memanjang dan pada saat moncong

tersebut menangkup, kedua deret gigi yaitu yang berada di rahang atas dan rahang bawah

terlihat berseling. Ujung moncongnya melebar dan bersegi 8. sekilas bentuknya mirip dengan

Tomistoma schlegelii.

Spesies anggota Famili Crocodilidae yang ada di Indonesia adalah :

a. Crocodylus novaguineae (Buaya Irian)

Spesies yang sering disebut sebagai Buaya Irian ini dibedakan dengan buaya yang lain

berdasrkan ukuran sisiknya yang lebih besar, terutama sisik ventralnya. Sisik belakang

kepalanya berjumlah 4-7 buah. Sisik D.C.W (Double Crest Whorl) sejumlah 17-20 pasang,

sedangkan Sisik S.C.W (Single Crest Whorl) berjumlah 18-21 buah. Jumlah sisik ventral

terdiri atas 23-28 baris dari depan ke belakang. Ukuran maksimum dapat mencapai 3350

mm untuk jantan dan 2650 mm untuk betina (Iskandar, 2000).

Pada waktu akan bertelur, betina akan membuat sarang dan bertelur pada awal musim

kemarau, hal ini berlawanan dengan Crocodylus porosus. Telur – telur ini dijaga oleh

induk sampai mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya-buaya ini menempati habitat

yang sama dengan buaya air tawar di Indonesia Barat dan dijumpai sampai ke pedalaman

dengan persebaran meliputi Irian sebelah utara, mulai dari daerah DAS Memberamo,

sampai semenanjung selatan Papua Nugini (Iskandar, 2000).

b. Crocodylus porosus (Buaya Muara)

Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia dan dapat mencapai panjang

tujuh meter. Buaya ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik belakang

kepalanya yang kecil ataupun tidak ada, sisik dorsalnya berlunas pendek berjumlah 16-17

baris dari depan ke belakang biasanya 6-8 baris. Tubuhnya berwarna abu-abu atau hijau tua

terutama pada yang dewasa pada sedangkan yang muda berwarna lebih kehijauan dengan

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 19

bercak hitam, dan pada ekornya terdapat belang hitam dari bercak- bercak berwarna hitam

(Iskandar, 2000).

Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan.

Buaya ini bertelur pada awal musim penghujan. Telur – telur ini akan terus dijaga oleh

induk sampai menetas dan mereka dapat mencari makanan sendiri (Iskandar, 2000).

Buaya jenis ini menempati habitat muara sungai. Kadang dijumpai di laut lepas.

Makanan utamanya adalah ikan walaupun sering menyerang manusia dan babi hutan yang

mendekati sungai untuk minum. Persebaran buaya ini hampir di seluruh perairan Indonesia

(Iskandar, 2000).

c. Crocodylus siamensis (Buaya Air Tawar)

Dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik post occipital-nya yang

berjumlah 2-4 buah. Moncongnya tidak berlunas tetapi terdapat lunas yang jelas di antara

kedua matanya.. Panjang moncongnya satu setengah sampai satu tiga perempat kali

lebarnya. Umumnya memiliki 3-4 buah sisik belakang kepala. Tubuhnya kecil dan hanya

dapat mencapai panjang sekitar satu meter, berwarna hijau tua kecoklatan dan anakan

berwarna lebih muda dengan bercak- bercak pada punggung dan ekor. Belang hitam pada

ekor umumnya tidak utuh. Buaya Air Tawar betina bertelur pada awal musim penghujan

(Iskandar, 2000).

Buaya ini hidup pada pedalaman dengan air yang tawar, sungai atau rawa-rawa.

Makanan utamanya adalah ikan. Jenis ini juga dikenal sebagai buaya.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 20

Crocodylus porosus

d. Tomistoma Schlegelii ( Buaya Senyulong)

Buaya ini dapat dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan moncongnya yang

sangat sempit dengan ukuran tubuh yang mencapai 5,6m. Jari kakinya memiliki selaput,

dan sisi kakinya berlunas. Matanya memiliki iris yang tegak. Betinanya bertelur pada awal

musim penghujan. Telurnya diletakkan dalam tanah dan ditimbun dengan sampah

tetumbuhan (Iskandar, 2000).

Habitat yang menjadi favorit buaya ini adalah lubuk-lubuk yang relatif dalam, rawa-

rawa, hingga ke pedalaman. Makanan utama adalah ikan, udang dan juga monyet.

Persebaran buaya ini meliputi Sumatera, Kalimantan, dan Jawa (Iskandar, 2000).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 21

Crocodylus siamensis

Tomistoma Schlegelii

C. SISTEM RANGKA

Reptil memiliki tengkorak yang penulangannya lebih banyak daripada amfibi dan

terdapat banyak variasi di bagian temporal. Tengkorak reptil yang memiliki lubang spesifik

dibagian temporal disebut tipe tengkorak anapsid. Tipe tengkorak jenis ini ditemukan pada kura-

kura. Sedangkan tipe tengkorak eurapsid ditemukan pada Plesiosaurus dan kerabatnya,

mempunyai sebuah penyambung supratemporal yang berkembang di kedua sisi tengkorak.

Reptile di era Permian sampai Jurassic mempunyai tengkorak seperti mamal, ada sepasang

lubang infratemporal disebut tipe diapsid, yang ditandai dengan lubang supra dan infratemporal.

Ciri ini juga menjadi cirri reptile sesudah era cheloina ( Testudinata).

Atap ruang otak reptile adalah melengkung agak datar, seperti pada kelas Amphibia.

Sebuah foramen parietal kea rah pineal, atau mata ketiga, ditemukan pada Tuatara (sphenodon)I

dan beberapa jenis kadal, tetapi tidak ditemukan pada kebanyakan reptil. Selain ular semua

reptile memiliki tulang septum orbitalis. Perkembangan awal dari palatum sekunder, dari nares

internal ke bagian belakang ringga mulut melintaas sepanjang nasal tersebut, ditemukan pada

kura-kura dan sebangsanya. Palatum sekunder berkembang baik pada buaya. Ada sebuah

kondilus oksipital. Tulang quadrat pada kura-kura, buaya maupun tuatara, menyatu dengan baik.

Rahang atas dan bawah pada ular dan kadal dapat bergerak dengan baik, karena adanya engsel

yang dilengkapi dengan ligamenutum. Ligamentum adalah jaringan ikat yyang berfungsi untuk

menghubungkan tulang satu dengan tulang lainnya. Ligamentum ini merupakan penyambung

kedua rahang, yakni rahang atas dan rahang bawah, sedangkan rahang bawah kanan dan rahang

bawah kiri juga dihubungkan oleh ligamentum elastic oleh karena itu rahang ular mampu

bergerak kuadratik dan memungkinkan menelan mangsa yang ralatif besar dari ukuran

kepalanya. Kemampuan ular untuk menelan mangsa kebih besar ini juga dibantu oleh karena

tidak adanya stermum. Gigi pada kura-kura tidak ada tetapi digantikan oleh lembaran bertanduk.

Gigi reptile terdapat pada bagian premaksila dan maksila. Gigi tersusun atas bagian palatin,

vomer dan pterigoid.

Kolumna vertebralis reptile kecuali pada ular dan kadal, berada pada bagian servik,

thorak, lumbal, sacrum dan kauda. Kondilus oksipital dihubungkan dengan vertebra servik

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 22

pertama (atlas). Tulang leher kedua (aksis) menahan bagian anteriornya yang dikenal sebagai

prosesus odontoid yang diyakini sebagai pusat dari atlas tersebut. Vertebra thorakis mendukung

tulang iga dan bertemu sternum pada bagian ventral (kecuali pada reptile tak bertungkai dan

kura-kura). Antara vertebra thorak dan kedua vertebra sacrum adalah bagian lumbal yang sangat

fleksibel geraknya. Jumlah vertebra bagian ekor pada reptile sangat bervariasi. Ruas tulang

belakang kura-kura, selain servik dan kauda, menyatu pada lempeng karapaks. Sebagian besar

reptile mempunyai cetrum tulang belakang yang disebut procoelous ( pro = depan, coelous =

cekung) dengan tipe persendian berbentuk bola dan socket, ujung posterior membulat dan ujung

anteriornya cekung. Bentuk sambungan ini sangat bervariasi tergantung dari tipe gerakan reptile

bersangkutan, sehingga dapat ditemukan berbagai bentuk permukaan cetrum vertebra, antara lain

; procoelous, opisthocoelous, heterocoelous, amphycoelous maupun acoelous.

Ular dan reptile yang tidak bertungkai tidak memiliki alat gerak, beberapa reptile lain

terdapat sisa-sisa tungkai yang tersembunyi tampak sebagai taji. Tungkai kura-kura laut

mengalami modifikasi menjadi sirip untuk berenang, namun kura-kura darat memiliki tungkai

untuk menyangga berat tubuhnya.

Kadal, umumnya memiliki 5 jari pada masing-masing kaki dan beberapa spesies

mempunyai kemampuan untuk berlari sangat cepat, tetapi ada kadal yang tidak bertungkai

sehinga menyerupai ular. Jari kaki pada beberapa reptile sejenis buaya mungkin terpisah atau

menjadi satu oleh anyaman selaput sebagai adaptasi untuk kehidupan air.

D. SITEM OTOT

Otot aksial (otot badan ) reptil mulai menunjukkan beberapa spesialisasi seperti yang

ditemukan pada mamal. Otot reptil terutama untuk gerakan lateral tubuh dan menggerakkan

ruas-ruas tulang belakang. Hal ini bisa diamati pada bangsa ular diaman jaringan otot lengan

telah hilang. Sedangkan pada otot bangsa kura-kura sangat berkurang kecuali pada daerah leher

akibat danya karapaks dan plastron. Dermal atau otot kulit berkembang dengan baik pada reptil

dan perkembangan yang sangat baik terjadi pada ular. Jaringan otot tungkai pada reptil bervariasi

tergantung pada tipe gerakannya.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 23

E. SISTEM CIRKULASI

Sistem circulatoria pada reptilia dibagai menjadi tiga bagian utama:

1. Jantung (Cor)

2. Pembuluh darah (Vascularis)

3. Darah

Cor (Jantung) :

1. Jantung kadal posisisnya dibagaian median cranio ventral thorax (rongga dada di depan

tengah-tengah bawah)

2. Antara ventrikel dextrer dan ventrikel sinaiter dipisahkan oleh sekat yaitu septum septum

ventrikularum tetapi sekat belum menutup secara sempurna

3. Pada crocodillia (buaya nampak lebih sempurna tetapi masih ada lubang kecil yang

disebut Foramen Fanizzae

4. Antara autrium dan vnetrikel terdapat septum autrioventricularis yang dilengkapi klep

(valvula)

5. Pada kadal masih ada sinus venostra terletak di dorsal dari autrium dextar, fungsinya

menerima darah dari venacava superior anterior lalu memasukkan darah melalui aparera

sino atrikularis

6. Pada foramen panizzae ada tiga pembuluh darah utama yaitu :

a. Dua berasal dari ventriole dexter

Arcus aorta sinister

Arteri pulmo ovalis

b. Berasal dari sinister

Arcus aorta dexter

7. Fungsi cor Crocodilla (Foramen Panizzae) adalah :

a. Memungkinkan pemberian oksigen ke area pencernaan

b. Untuk menyeimbangkan tekanan dalam cor pada waktu binatang berenag

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 24

8. Sebelum berenang atau menyelam, menarik nafas sedalam-dalamnya sehingga pulmo

penuh dengan oksigen, oksigen terjepit darah tidak mengalir sehingga autrium sisnister

menjadi kosong.

Darah dari vena masuk ke dalam cor melalui 1) sinus venosus, 2) auriculum dextra, 3)

ventriculum dextra, 4) arteri pulmonalis dari paru-paru darah kembali masuk, 6) auriculum

sinestra dan terus ke ventriculum sinestra. Dari sini akan melalui sepasang archus aorticus yang

selanjutnya ke arah dorsal mengelilingi oesephagus dari dasar archus aorticus dexter muncul dua

arteri carotis (arteri carotis comunis dexter dan sisnistra) yang menuju leher dan kepala, dan

arteri subclavia menuju ke masing-masing extermitas anterior.

Dua archus aorticus menghubungkan diri menjadi satu disebelah dorsal menjadi aorta

dorsalis yang akan memberikan darah kepada alat-alat pada rongga tubuh, ke ekxtremitas

posterior dan ekor. Darah vena dikumpulkan 1) oleh vena canva posterior yang menampung

darah dari kepala dan kedua extremitas anterior, 2) oleh sebuah vena cava posterior yang

menampung darah dari organun reproduction dan ren, 3) oleh vena porta hepatica menampung

darah dari dalam tractus digestiva yang memecah menjadi kapiler-kapiler di dalam hepar dan

dikumpulkan oleh vena hepatica yang pendek, dan 4) Vena epigratris pada masing-masing sisi

dalam rongga abdominalis menampung darah dari ekstremitas posterior, ekor, dan tubuh. Dari

kedua vena cava itu akan masuk ke sinus venosus.

Tiga Pola Sistem Sirkulasi Pada Reptil

Sistem peredaran darah pada reptil tidak bisa disamaratakan dalam satu model. Ini tidak

begitu mengherankan mengingat keragaman morfologi, fisiologi dan perilaku yang ditemukan di

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 25

dalam superkelas ini. Kita dapat membagi model jantung reptile ke dalam tiga pola; pola

Squamata, pola Varanid, dan pola Crocodilian.

Pola Squamata

Pola ini ditandai dengan tiga ruang jantung (2 atria dan 1 ventrikel jantung). Atrium kanan

menerima darah miskin oksigen lalu diteruskan ke cavum venosum ventrikel. Atrium kiri

menerima darah kaya oksigen dari paru-paru lalu diteruskan ke cavum arteriosum. Kontraksi

ventricular pada pola ini adalah tunggal, yang mana akan berakibat pada tercampurnya darah

miskin oksigen dan darah kaya oksigen.

Pola Varanid

Kelompok kadal-kadalan/Varanida biasanya memiliki tingkat metabolism yang lebih tinggi

dari reptile lainnya dan memilliki sedikit perbedaan struktur jantung. Pola ini memiliki

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 26

karakteristik berjantung tiga ruang tetapi cavum venosum-nya lebih kecil dari pada cavum

venosum pada pola Squamata. Selain itu peredaran darahnya ganda. Perbedaan ini mengurangi

resiko pencampuran dari darah kaya oksigen dan darah miskin oksigen. Namun pencampuran

masih dapat terjadi dalam beberapa keadaan.

Pola Crocodilia

Pola ini merupakan karakteristik dari Crocodilian. Jantungnya terdiri dari empat ruangan

(dua atria dan dua ventrikel), tetapi terdapat saluran sempit, yaitu foramen Panizza, yang

menghubungkan dua arteri utama (arteri kanan dan arteri kiri). Dua system arteri ini muncul dari

ruang ventrikel yang berbeda (arteri kiri dari ventrikel kanan, dan arteri kanan dari ventrikel

kiri). Ini memberikan kesempatan bagi paru-paru untuk melakukan anoxia (mengurangi suplai

oksigen pada jaringan tubuh) pada kondasi tertentu, misalnya ketika menyelam dalam air.

Menurut para penyelam sukarelawan, buaya dapat diam dalam air selama 10-15 menit. Ketika

buaya sedang bersembunyi dari mangsanya, kemampuan menyelam ini bisa lebih lama lagi,

sekitar 30 menit atau lebih. Eksperimen menunjukkan bahwa kebanyakan buaya sebenarnya

dapat bertahan di bawah air hingga 2 jam jika dalam keadaan tertekan.

Darah miskin oksigen dari tubuh di terima oleh atrium kanan dan di transport ke ventrikel kanan.

Dari sana darah dipompa ke paru-paru dan kembali ke atrium kiri. Darah kaya akan oksigen ini

kemudia di pompa oleh ventrikel kiri menuju seluruh tubuh.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 27

Gambar Diagram sirkulasi darah reptil.

Walaupun system arteri kiri berasal dari ventrikel kanan, darah ini tersuplai oleh oksigen

dari darah kaya oksigen di ventrikel kiri melalui foramen panizza. Karena tekanan dalam system

sirkulasi lebih tinggi dari sirkulasi paru-paru. Katup pada basal system arteri kiri tetap tertutup

untuk menjaga darah tetap terpisah.

Ketika buaya menyelam, tekanan udara terbentuk dalam paru-paru, menurunkan aliran

pada system paru-paru. Ini menurunkan jumlah darah yang mengalir ke paru-paru dan output

dari ventrikel kanan langsung masuk ke system arteri kiri. Dengan cara ini, buaya mampu

mencegah aliran darah ke paru-paru jika tidak diperlukan.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 28

F. SISTEM DIGESTORIA

Gambar Sistem Pencernaan Pada Reptil

Sistem Pencernaan Reptil meliputi :

Rongga Mulut (Cavum Oris)

Terdapat maxilla dan mandibula, mulut dapat terbuka lebar memiliki dentes (gigi-gigi)

yang berfungsi untuk keperluan ofensif dan mempertahankan serta menguyah. Barisan

gigi ini dapat dibedakan menjadi dua deretan. Deretan conissch (bentuk kerucut)

menempel pada rahang dan gigi pleurodont, bengkok ke arah cavum oris. Pada palatum

(tulang langit-langit) trdapat deretan gigi harus yang disebut dentis palatini. Lingua yang

pipih bersifat bipida (bercabang dua) terletak di dasar cavum oris. Pada reptilia yang

masih hidup di air, misalnya buaya bagian belakang dari lingua terdapat lipatan

transversal. Bagian ini bila ditekan akan menutup sehingga bagain cavum oris terpisah

dari pharynx. Oleh karena itu walaupun hewan ini membuka mulut pada waktu berada di

air, paru-paru tidak akan dimasuki oleh air. Kelenjar pencernaan di mulut berkembang

dengan baik, hal ini dimaksudkan untuk pelumasan makanan yang kering serta

mengurangi gesekan saat menelan. Kelenjar-kelenjar lain di mulut adalah fasial, lingual,

dan sublingual. Umumnya kelenjar racun berasal dari beberapa kelenjar ini, misalnya

kelenjar racun pada kadal yang beracun merupakan modifikasi dari kelenjar sublingual.

Esofagus (kerongkongan),

Letaknya dibelakang pharynx terdapat oesophagus yang merupakan saluran silindris

menuju ventriculus.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 29

Ventrikulus(lambung)

Intestinum

Intestinum terdiri atas usus halus (intesine tenue) dan usus besar (intestine crsum),

diantara kedua intestinum itu terdapat ceacum yang sangat pendek. Glandulae digestiva

berupa hepar yang terdiri atas lobus dexter dan sinister berwarna coklat pada bagian

caudal lobus dexter hepatis terdapat vesika fellea. Glandula pancreatica terletak diantra

ventriculum dan bagian eranial intestunum tenue

Cloaca

Setelah dari Intestinum dilanjutkan ke rectum dan akhirnya bermuara ke kloaka. Cloaca

merupakan muara umum untuk tractus digestiva, ekxcretoria dan reproduksinya.

G. SISTEM RESPIRATORIA

Terdiri dari :

1. Rima glotis (celah tekak)

2. Larynx

3. Trachea, dinding tersusun oleh cincin dari tulang rawan yang ujungnya lidah

berhubungan dengan anulus trachealis, dihubungkan oleh ligamen

4. Bronchus (Cabang trachea)

5. Bipracatio tracheal, percabangan trachea yang masuk ke pulmo

6. Paru-paru (dexter dan sinister)

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 30

Gambar Paru-paru kadal dilingkupi oleh tulang iga (gambar bagian atas) dan paru-paru

dipotong longitudinal sehingga deretan faveolus tampak (gambar bagian bawah)

Udara masuk melalui nares externa terus menembus plat yang keras menuju ke nares

interna (di belakang lubang) ini pada Reptilia yang hidup di air terdapat vvellum dan kemudia

melalui glottis sebagai celah lingua menuju ke larynx. Larinx tersusun atas tulang rawan tiga

buah dan berisi beberapa pasang pita suara (nagi yang bersuara). Selanjutnya berhubungan

dengan trachea yang tersusun atas gelang-gelang tulang rawan trachea bercabang menjadi dua

bronchi yang selanjutnya masing-masing menuju ke paru-paru.Paru-paru kiri pada ular tereduksi

atau bahkan tidak ada, reduksi atau eliminasi ini ada hubungannya dengan bentuk tubuh yang

memanjang. Sedangkan paru-paru buaya mirip mamal, sementara pada kadal memiliki

deverticula yang terentang di bagian posterior paru-paru, berfungsi seperti halnya kantong uadara

pada burung. misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang

memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.

H. SISTEM UROGENITAL

Ginjal reptil dikenal sebagai tipe metanefros, sedangkan ginjal saat embrio adalah

pronefros dan mesonefros. Ginjal metanefros pada dasarnya serupa dengan mesonefros, tetapi

lebih ringkas dan memuat lebih banyak unit – unit renal, ada saluran menuju tubulus dan

akhirnya menyatu disebut ureter. Perkembangan tipe ginjal adalah untuk efisiensi ekskretori

akibat meningkatnya aktivitas. Ada reptil yang memiliki kentung kemih, tetapi pada buaya, kadal

dan ular, tidak ditemukan.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 31

Gambar system urogenital pada kadal

Sejumlah reptil mempunyai kelenjar ekskresi garam di kepala, berfungsi untuk

mengeliminasi garam lebih cepat. Ekskresi garam disalurkan menuju rongga hidung. Kelenjar -

kelenjar ini sangat berkembang pada Iguana laut Galaphagos ( Amblyrhyncus cristatus), yang

hidup bergantung pada alga laut. Setelah makan, hewan ini ke pantai untuk istirahat di atas

karang. Garam yang terbawa saat makan, secara berkala dikeluarkan lewat hidung berbentuk uap

selama hewan bernafas. Kadal padang pasir (Dipsosaurus dorsalis) mengeluarkan kadar garam

darah serupa dengan Iguana laut akibat dari urin yang sangat pekat. Kehidupan di gurun

berkaitan dengan efisiensi pemanfaatan air, maka air pada urin diserap kembali. Reabsorpsi ini

terjadi di kloaka.

Ular – ular laut dari genus Pelamis dan Lacticauda yang sebagian besar hidupnya di

dalam laut mempunyai kelenjar sublingual di permukaan ventrolateral lidah yang mampu

mengeluarkan cairan pekat. Cairan tersebut mengandung banyak sodium klorida (NaCl) dan

dikeluarkan waktu lidah dijulurkan.

Ovaium dan testes pada reptil adalah berpasangan. Telur reptil sedikit lebih keras

dibandingkan telur amfibi. Kuning telur lebih banyak dibutuhkan untuk perkembangan embrio

dan setelah menetas. Telur reptil seringkali diselubungi oleh albumin dan lapisan pembungkus

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 32

luar berupa cangkang kalkareus (cangkang kapur). Albumin dan cangkang dihasilkan oleh

kelenjar di sepanjang oviduk, kemudian telur dikeluarkan lewat kloaka.

Arkhinefros atau pembuluh Wolffian mengalami degenerasi pada reptil betina, tapi pada

hewan jantan menjadi saluran genital yang fungsional dan ujung atas bergelung disebut

epididimis. Telur reptil dibuahi secara interna, akibatnya pejantan pada banyak spesies

mempunyai organ kawin khusus untuk memindahkan sperma ke betinanya. Organ ini pada kadal

dan ular terdapat sepasang, terletak di sekitar kloaka disebut hemipenis. Struktur organ kawin

pada buaya dan kura – kura mungkin homolog dengan mamalia.

I. SISTEM SARAF

Otak tengah pada amniota adalah sebagai pusat dari aktivitas, tetapi pada reptilia terdapat

perubahan cerebrum. Perubahan tersebut terjadi akibat perkembangan ukuran dari belahan –

belahan otak karena adanya invasi pallium oleh beberapa sel saraf sehingga menjadi bentuk

neopallium. Cerebellum reptil relatiflebih besar daripada milik amfibi. Kemampuan ini

dihubungkan dengan macam gerakan dari kebanyakan reptil. Reptil memiliki 12 saraf kranial.

J. ORGAN INDERA

Kuncup perasa pada kebanyakan reptil hanya sebatas di daerah faringeal disebut organ

Jacobson., terletak di antara lintasan nasal. Organ Jacobson ini mencapai pengembangan

sempurna pada ular dan kadal.

Penyesuaian jarak pandang ini pada reptil dan sebagian amniota diatasi dengan

mengganti bentuknya. Lensa mata bentuknya menjadi lebih pipih untuk pandangan jauh dan

lensa lebih membulat untuk pandangan dekat. Pipih atau membulatnya lensa ini dihasilkan dari

kerja otot – otot lensa mata.

Beberapa kadal diurnal dan kura – kura mampu membedakan secara tepat warna kuning,

merah, biru dan hijau keran reseptor warnanya mengalami kemunduran sehingga hanya

gelombang panjang saja yang dapat dikenali. Kelopak mata pada beberapa reptil umumnya dapat

digerakkan. Beberapa reptil memiliki membran niktitan di bawah kelopak mata atas dan bawah.

Struktur telinga pada reptil juga bervariasi. Lagena pada reptil lebih panjang darpada

lagena amphibia dan pada buaya betul – betul membentuk saluran rumah siput agak serupa

dengan yang ada pada burung. Depresi gelombang suara itu harus melewati kanal pendek pada

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 33

alat pendengar bagian luar agar mengenai membran timpani - telinga tengah - saluran eustachius.

Ular tidak memiliki membran timpani, telinga tengah dan saluran eustachius. Ular setelah

menerima vibrasi ditransmisikan melalui quadrat menuju kolumella.

K. KELENJAR ENDOKRIN

Kelenjar paratiroid seringkali lebih kranial dari kelenjar tiroid dan tidak berpasangan.

Kelenjar endokrin lain pada reptil tidak berbeda nyata dengan kebanyakan reptilia tingkat tinggi.

L. SISTEM EKSKRESI PADA REPTIL

Alat ekskresi pada Reptil berupa sepasang ginjal metanefros, kulit, dan paru-paru.

Metanefros berfungsi setelah pronefros dan mesonefros yang merupakan alat ekskresi utama saat

stadium embrio menghilang. Ginjal dihubungkan oleh ureter ke vesika urinaria yang bermuara

langsung ke kloaka. Bentuk ureter menyempit di bagian posterior, ukurannya kecil, dan

permukaannya beruang-ruang. Selain ginjal, reptile memiliki kelenjar kulit yang menghasilkan

asam urat tertentu yang berguna untuk mengusir musuh. Pada jenis kura-kura tertentu terdapat

sepasang vesika urinaria tambahan yang juga bermuara langsung ke kloaka dan berfungsi

sebagai organ respirasi.

Pada kura-kura betina, alat respirasinya juga berperan membasahi tanah yang dipersiapkan

untuk pembuatan sarang sehingga menjadikan tanah lebih lunak dan mudah digali. Hasil ekskresi

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 34

reptile adalah asam urat. Dibandingkan Amfibi, Reptil hanya menggunakan sedikit air untuk

membilas sampah nitrogen dari darah karena sebagian sisa metabolisme diekskresikan sebagai

asam urat yang tidak beracun dalam bentuk pasta berwarna putih. Sisa air direabsorpsi oleh

bagian tabung ginjal. Pada beberapa anggota Reptil, seperti buaya dan kura-kura air, selain

mengekskresikan asam urat juga mengekskresikan amonia. Khusus pada kura-kura laut terjadi

ekskresi garam dari sepasang kelenjar garam di kepala yang bermuara di sudut mata, sehingga

sering terlihat seperti mengeluarkan air mata. Anggota lainnya, seperti ular, crocodilian, dan

alligator tidak mempunyai vesika urinaria sehingga asam urat keluar bersama feses.

M. CIRI KHUSUS

1. Warna Tubuh

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 35

Ada bagian dermis berupa kromotofora yang bertanggung jawab terhadap warna tubuh.

Oleh karena adanya konsentrasi dan dispersi granula-granula pigmen dalam kromatofora ini

menjadikan reptil mampu melakukan mimikri yaitu mengganti warna dalam menanggapi

rangsang dari lingkungan. Contohnya adalah bunglon.

Warna tubuh reptil juga seperti kebanyakan vertebrata lain yang memiliki beberapa

fungsi. Pewarnaan mungkin untuk penyamaran dengan latar belakang lingkungannya dan

dengan demikian hewan menjadi tersembunyi dan terlindung. Pewarnaan mungkin juga untuk

tanda khusus atau tanda seksual. Contohnya pada beberapa spesies kadal menunjukkan tanda

seksual dalam warna dimorfisme, khususnya pada masa kawin. Warna juga menjadi penting

dalam termoregulasi, yaitu akan menjadi perubahan konsentrasi granula-granula pigmen dalam

kromatofora akibat respon temperatur tinggi dengan mengurangi pewarnaan sehingga warna

menjadi lebih terang., sementara itu temepratur rendah menyebabkan pewarnaan gelap. Warna

juga disiapkan untuk melindungi organ-organ vital dari bahaya radiasi matahari. Kadangkala

pigmentasi berfungsi untuk perisai organ intermuskular bahkan untuk perlindungan jaringan

peritoneum.

2. Sisik Epidermal

Tubuh reptil dibungkus oleh sisik kering sebagai pelindung tubuh seperti halnya sisik

ikan. Sisik-sisik ini terbagi dalam 2 kategori, yaitu epidermal dan dermal. Tipe sisik reptil adalah

superfisial dan umumnya berganti secara berkala. Sisik dermal adalah lempengan tulang yang

tertanam permanen pada kulit dan bertahan selama hidupnya.

Reptil memiliki sisik epidermal yang terlihat amat nyata pada kadal dan ular. Sisik

epidermal secara terus menerus diproduksi oleh karena pertumbuhan dari lapisan stratum

germinativun epidermis dan umunya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih satu sama lain.

Ketika lapisan sisik epidermal tumbuh secara sempurna atau secara utuh, akhirnya menjadi

terpisah dari stratum germinativum dan tampak sebagai benda mati. Ular dan kadal sisik-sisiknya

berganti yang disebut dengan proses ekdisis. Sebelum berlangsungnya ekdisis, sisik-sisik baru

yang akan menggantikan sisik yang sudah tua sudah terbentuk. Kebanyakan ular berganti kulit

secara sekaligus. Epidermal yang lepas pertama pada daerah kepala termasuk kulit di dorsal

mata, ular pada akhirnya beringsut ke luar dari penutup lama. Pergantian kulit pada ular dihitung

mulai saat pertama seekor ular berganti kuloit adalah bergantung pada tingkat pertumbuhannya.

Jenis ular yang cepat pertumbuhannya biasanya berganti kulit setiap dua bulan.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 36

Beberapa ular berbisa seperti pada Crotalus cerates dan Cerates cerates memiliki

struktur seperti tanduk di atas matanya yang merupakan modifikasi dari sisik-sisik. Tanduk ini

akan melipat ke bawah menutupi mata ketika kepala ular ditekan. Tanduk ini mungkin

bermanfaat untuk melindungi mata ketika ular bergerak melalui bebatuan, akar-akar, belukar

atau apa saja yang dapat menyebabkan luka. Lapisan kulit epidermal pada kadal tidak berganti

secara keseluruhan dalam waktu relatif pendek.

Gambar Cerates cerates

Karapaks dan plastron adalah tempurung dorsal dan ventral yang melindungi tubuh kura-

kura dan penyu. Strukturnya tersusun sebagian besar oleh tulang dari lempengan kulit dermal

dan bagian luar yang terbungkus sisik epidermal bertanduk yang tidak menyerupai sisik

epidermal pada ular dan kadal. Sisik-sisik ini tidak berganti secara berkala, meskipun sisik yang

lebih tua yang merupakan lapisan terluar mengelupas sebagai akibat dari ekspansi laisan stratum

germinativum. Sisik baru berukuran lebih besar daripada sisik yang terdahulu yang menutupinya.

Sebagai konsekuensi, ada lempengan epidermal yang ebih besa membentuk cincin atau lingkaran

pertumbuhan sebagai akumulasi lapisan-lapisan sisik bertanduk. Beberapa kura-kura tidak

memiliki sisik dan mempunyai sebuah kulit keras sebagai pengganti. Tubuh aligator dan

sejenisnya juga terbungkus sisik epidermal yang tidak secara bersamaan berganti tetapi

berangsur-angsur mengelupas dan digantikan sisik baru.

Sisik epidermal reptil menunjukkan lebih banyak keragaman bentuk dan struktur,

terutama pada ular dan kadal. Sisik tersebut mugkin tersusun secara longitudinal, diagonal atau

transversal (baris-baris melintang). Sisik pada kepala umumnya berbeda dalam penampilan dari

sisik bagian tubuh lain dan diberi nama sesuai dengan lokasinya. Sisik di sepanjang bagia bibir

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 37

atas disebut sisik-sisik labial atas.,sisik yang melingkari mata adalah sisik okular, yang diantara

kedua mata adalah sisik interokular. Perbedaan dalam ukuran, bentuk dan jumlah sisik ini

memberikan ciri khusus dan penting untuk klasifikasi.

Sisik ular biasanya sikloid atau berbentuk segi empat. Sisik kadal mungkin

dikelompokkan ke dalam sisik granular, sikloid, quadrangular atau mucromate, dan sisik

mungkin halus atau kasar. Sisik bagian tubuh tertentu bisa termodifikasi hingga menjadi panjang

seperti duri yang ditemukan pada iguana.

Sisik pada bagian ventral tubuh ukar umumnya lebih besar umumnya lebih besar,

pitamoris melintang disebut scute yang berfungsi untuk memperluas lebar tubuh. Keberadaan

scute di bagian bawah permukaan tubuh biasanya digunakan sebagai ciri dasar untuk

membedakan ular dari kadal.

3. Kelenjar Kulit

Karena sisik epidermal kering maka reptil pada dasarnya hanya memiliki sedikit kelenjar

kulit. Kelenjar mukus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi selama masa bercumbu.

Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin di dekat kloaka di masa kawin. Kadal ini

memiliki lubang-lubang disebut sebagai lubang preanal atau lubang femoral, umumnya pada

betina lebih kecil atau ditemukan hanya pada pejantan. Kelenjar ini menjadi sangat aktif pada

musim kawin.

Tipe kelenjar holokrin telah ditemukan disebut kelenjar keturunan atau generation gland.

Perubahan sekresi dari kelenjar-kelenjar ini tampak dihubungkan dengan pertumbuhan sisik pada

kulit.

4. Gigi

Gigi sama sekali tidak ada pada kura-kura dan penyu, tetapi diganti dengan lapisan

tanduk baik di rahang atas maupun bawah seperti layaknya paruh burung. Reptilia kelompok lain

umumnya mempunyai gigi dan berkembang dengan baik. Gigi-gigi Crocodilia agak seragam,

berbentuk kerucut, kelengakapan giginya mengarah pada gigi tipe thedocont.

Sebagian besar kadal memiliki gigi seragam atau homodont. Ada (sedikit) reptilia yang

memiliki gigi seri, taring dan geraham, sehingga pertumbuhan gigi ini mengarah pada

heterodont. Sebagian kecil kadal memiliki gigi yang tumbuh pada langit-langit mulut, tetapi

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 38

umumnya melekat pada rahang. Ada tipe gigi yang hanya melekat pada rahang sehingga tidak

terletak pada lubang rahang, disebut tipe acrodont. Tipe gigi pleurodont yaitu gigi berada dan

melekat pada sisi dalam rahang. Gigi bawah pada genus Holoderma (kadal berbisa) adalah

pleurodont. Racun yang disekresikan oleh kelenjar labial pada rahang bawah Holoderma tidak

melewati lubang taring tetapi mengalir melalui luka akibat tusukan gigi.

Ular umumnya memiliki gigi tipe pleurodont yang tersusun pada jajaran di rahang atas

dan bawah. Beberapa ular berbisa memiliki gigi berlekuk yang disebut gigi opistoglifi. Ular

berbisa kuat, umumnya memiliki sepasang taring berlubang terletak pada bagian anterior rahang

atas, bentuk taring seperti jarum hipodermik dan dasar taring berhubungan dengan kantong

kelenjar bisa. Kontraksi otot di sekitar kelenjar bisa pada saat ular menyerang, bertanggung

jawab untuk menyuntikkan bisa melewati taring ke korban. Taring, seperti juga gigi yang lain

akan diganti bila tanggal. Taring ular berbisa opistoglifi adalah gigi bisa yang terletak pada

rahang atas bagian posterior sedangkan gigi bisa yang terletak pada rahang atas bagian anterior

dan dapat dilipat (bisa digerakkan) karena ada engsel disebut gigi solenoglifi. Gigi bisa pada ular

kobra dan ular mamaba taringnya terletak pada rahang atas bagian anterior dan gigi bisa ini tidak

bisa digerakkan yang disebut dengan tipe gigi taring proteroglifi.

5. Alat Gerak (appendages) dan Lokomosi

Kadal dapat berlari dengan menggunakan 4 tungkai tetapi ada yang hanya menggunakan

2 tungkai belakang pada saat berlari. Ada kadal yang mampu memanjat permukaan vertikal,

misalnya pada kelompok tokek karena ada alat tambahan berupa kait. beberapa kadal dari genus

Draco mampu meluncur di udara karena memiliki kulit tambahan seperti jaring yang lebar

disetiap sisi tubuh tetapi tidak memiliki tungkai. Dua pasang tungkai pada kadal tidak selalu

pentadaktil, terkadang jari-jari pada satu atau kedua pasang tungkai menghilang. Kadal tak

bertungkai dikelompokkan dalam famili Ellidae atau famili Anguidae sehingga Nampak seperti

ular. Buaya mampu berjalan di atas tanah sebaik berenang di air. Mungkin jaringan selaput antar

jari tersebut bervariasi, akan tetapi kecepatan di air disempurnakan oleh gerakan tubuh

mengombak ke samping.

Reptil yang teradaptasi sangat baik untuk kehidupan akuatik adalah kura-kura laut.

Tungkainya termodifikasi menjadi sirip, kuku mereduksi atau tidak ada. Kura-kura tanah

memiliki tungkai yang kuat dan mampu mengangkat tubuh untuk bergerak. Kura-kura laut dan

air tawar dapat merubah berat badannya secara spesifik sehingga mampu bertahan dalam air

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 39

pada kedalaman tertentu, dapat mengambang di permukaan atau bergerak di dasar kolam.

Kemungkinan ini dicapai dengan merubah volume udara di paru-paru dengan menambah atau

mengurangi jumlah air yang disimpan di kloaka.

Gerakan melata pada ular adalah hal yang menarik. Ternyata ular melata dengan cara

berbeda. Ada 4 tipe gerakan maju, yaitu berombak horizontal, rectilinear,concertina dan

sidewinder. Rattlesnake dan ular berbisa memiliki lubang sensor khusus di setiap sisi kepala.

Keberadaan lubang ini telah dipelajari oleh Noble dan Schmidt (1937), bahwa walaupun semua

organ utama dirusak atau diblok ternyata ular mapu menemukan atau mengetahui lokasi dan

mematuk mangsanya sebab objek memiliki suhu tubuh lebih tinggi atau lebih rendah dari

lingkungan sekitar. Lubang-lubang sensor ini bersifat saraf opthithalmic cabang dari saraf cranial

ke V. Organ sensor di kepala ular fiton Australia (Morelia spilotes) mampu menerima sinar infra

merah.

Daftar Pustaka

Administrator.2009. Kelas Reptilia. http://ksh.biologi.ugm.ac.id [diakses pada tanggal 15 Maret 2010]

Danu,Prince.2009. Reptil. http://kusmandanuunindra4.blogspot.com/2009/07/reptil.html [diakses pada tanggal 15 Maret 2010]

Jasin, Maskoeri. 1991. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi.Sinar Jaya: Surabaya

Sukiya dkk,2005. Biologi Vertebrata.UM PRESS: IKIP Malang

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 40