38
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya Buku Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit dapat selesai disusun. Buku Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang memberikan pelayanan di Rumah Sakit. Pedoman ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kebijakan pelayanan di rumah sakit. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam membantu menyelesaikan penyusunan pedoman ini. Medan, Januari 2015 Direktur Utama Dr.dr Yusirwan, Sp.B,Sp.BA (K),MARS NIP. 19621122 198903 1001

5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

  • Upload
    samaria

  • View
    84

  • Download
    24

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

Citation preview

Page 1: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya

Buku Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit dapat selesai disusun.

Buku Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang memberikan

pelayanan di Rumah Sakit.

Pedoman ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila ditemukan

hal-hal yang tidak sesuai dengan kebijakan pelayanan di rumah sakit.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

Tim Penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam membantu

menyelesaikan penyusunan pedoman ini.

Medan, Januari 2015Direktur Utama

Dr.dr Yusirwan, Sp.B,Sp.BA (K),MARSNIP. 19621122 198903 1001

Page 2: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan yang termasuk dalam subsistem Upaya

Kesehatan. Rumah sakit tidak boleh dipandang sebagai suatu entitas yang terpisah dan

berdiri sendiri dalam sektor kesehatan. Peran rumah sakit adalah mendukung pelayanan

kesehatan dasar melalui penyediaan fasilitas rujukan dan mekanisme bantuan. Menurut

WHO, rumah sakit harus terintegrasi dalam sistem kesehatan di mana ia berada.

Fungsinya adalah sebagai pusat sumber daya bagi peningkatan kesehatan masyarakat di

wilayah yang bersangkutan. Reformasi perumahsakitan di Indonesia sangat diperlukan

mengingat masih banyaknya rumah sakit yang hanya menekankan pelayanannya kepada

aspek kuratif dan rehabilitative saja. Padahal keadaan ini menyebabkan rumah sakit

menjadi sarana kesehatan yang elit dan terlepas dari sistem kesehatan dimana ia berada.

Pendidikan atau edukasi kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan

kesempatan berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana

individu dan keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,

tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu (Depkes RI dikutip dari

Effendi, 1998).

Menurut Craven dan Hirnle (1996), pendidikan kesehatan adalah penambahan

pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik belajar atau instruksi, dengan

tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan

terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide

baru.

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, pada kesimpulannya pendidikan

kesehatan merupakan proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu,

kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup

sehat. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok, atau

masyarakat dari yang tidak tahu tentang nilai kesehatan manjadi tahu, dan dari tidak

mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dengan demikian

pendidikan kesehatan merupakan usaha atau kegiatan untuk membantu individu,

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 2

Page 3: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap,

maupun keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal.

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara

lain dimensi sasaran pendidikan kesehatan, tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan,

dan tingkat pelayanan pendidikan kesehatan.

a. Sasaran pendidikan kesehatan :

1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu

2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.

b. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan :

1) Pendidikan kesehatan di sekolah

2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan

3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan.

c. Materi/pesan

Materi atau pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan

dengan kebutuhan kesehatan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat sehingga materi yang disampaikan dapat langsung dirasakan manfaatnya.

Materi yang disampaikan sebaiknya :

1) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dalam bahasa kesehariannya

2) Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit

3) Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk

mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran

4) Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran dalam masalah

kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.

B. Tujuan Pedoman

Pedoman Edukasi ini disusun agar menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan

edukasi di RSUP H. Adam Malik. Pedoman ini merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dengan Surat Keputusan Direktur Utama Nomor :

KP.01.01/II.5/7636/2012 Tentang Kebijakan Pelaksanaan Edukasi Pasien dan

Keluarga di RSUP H. Adam Malik.

C. Ruang Lingkup Pelayanan

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 3

Page 4: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

Ruang lingkup edukasi mencakup semua unit yang ada di RSUP H. Adam Malik,

mulai dari penerimaan pasien hingga pasien dipulangkan.

D. Batasan Operasional

Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus

dilakukan, dengan demikian merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk menentukan

atau melaksanakan kegiatan (Komisi Akreditasi RS, 2012).

Pendidikan Pasien dan Keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan

yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya.

Pendidikan diberikan ketika pasien berinteraksi dengan dokter, perawat atau petugas

kesehatan lainnya di rumah sakit (Standar Akreditasi RS, 2011).

E. Landasan Hukum

1. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan :

a. Pasal 7

Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang

kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.

b. Pasal 8

Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya

termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya

dari tenaga kesehatan.

c. Pasal 10

Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya

memperoleh lingkungan yang sehat baik fisk, biologi maupun social.

d. Pasal 11

Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,

mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.

e. Pasal 17

Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi,

edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan

memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

f. Pasal 18

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 4

Page 5: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif

masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.

g. Pasal 47

Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilaksankan secara

terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

h. Pasal 55

1) Pemerintah wajib menetapkan standar mutu pelayanan kesehatan

2) Standar mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

i. Pasal 62

1) Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan

oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat untuk

mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan

informasi, atau kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat.

2) Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan

oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat untuk

menghindari atau mengurangi resiko, masalah dan dampak buruk akibat

penyakit.

3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin dan menyediakan fasilitas

untuk kelangsungan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan

penyakit.

4) Ketentuan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Menteri.

j. Pasal 115

1) Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada fasilitas pelayanan kesehatan

2) Pemerintah Daerah wajib menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di

wilayahnya.

k. Pasal 168

1) Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien

diperlukan informasi kesehatan

2) Informasi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

melalui sistem informasi dan melalui lintas sector.

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 5

Page 6: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit

a. Pasal 1

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

b. Pasal 4

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna.

c. Pasal 10, ayat 2

Bangunan rumah sakit paling sedikit terdiri atas ruang, butir m) ruang

penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit.

d. Pasal 29

Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban; butir a) memberikan informasi

yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.

e. Pasal 32

Setiap pasien mempunyai hak, butir d) memperoleh layanan kesehatan yang

bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.

3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/MENKES/SK/II/2010 tentang

Penetapan Road Map Reformasi Kesehatan Masyarakat, dimana hal ini tidak

terpisahkan dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014. Salah

satu Prioritas Reformasi Kesehatan yang dimaksud adalah Rumah Sakit

Indonesia Kelas Dunia (Worl Class Hospital).

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 004 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis

Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

5. Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Nomor :

OT.01.01/IV.2.1/3943/2012 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Instalasi

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) di Rumah Sakit

Umum Pusat H. Adam Malik.

6. Surat Keputusan Direktur Utama Nomor : KP.01.01/II.5/7636/2012 tentang

Kebijakan Pelaksanaan Edukasi Pasien dan Keluarga di RSUP H. Adam Malik.

BAB II

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 6

Page 7: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Pelaksanaan edukasi dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan yang bertugas di RSUP

H. Adam Malik yang melayani pasien, mulai dari pintu masuk di Instalasi Rawat

Jalan atau melalui Instalasi Gawat Darurat. Edukasi awal dilaksanakan oleh petugas

customer service yang memberikan edukasi mengenai hak dan kewajiban pasien,

peraturan dan tata tertib rumah sakit serta tarif rumah sakit.

Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien harus memiliki pengetahuan dan

keterampilan dalam konseling. Untuk itu rumah sakit telah mengadakan pelatihan

kepada petugas kesehatan dengan materi utama komunikasi efektif.

Standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk rumah sakit adalah sebagai berikut :

Kualifikasi Kompetensi Umum

S1 Kesehatan/Kesehatan

Masyarakat

D3 Kesehatan ditambah

minat dan bakat di bidang

promosi kesehatan

- Membantu petugas rumah sakit

lain merancang pemberdayaan

- Membantu/fasilitasi

pelaksanaan pemberdayaan,

bina suasana dan advokasi

B. Distribusi Ketenagaan

Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Utama Nomor : KP.01.01/II.5/7636/2012

Tentang Kebijakan Pelaksanaan Edukasi Pasien dan Keluarga di RSUP H. Adam

Malik bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan promosi kesehatan rumah sakit

dilaksanakan oleh Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSUP H. Adam

Malik dan Pokja PFE (Patient and Family Education) yang merupakan salah satu

pokja dari 14 pokja Akreditasi JCIA.

SDM utama untuk PKRS meliputi :

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 7

Page 8: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

1) Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien (dokter, perawat, bidan, dan

lain-lain).

2) Tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu para pejabat fungsional Penyuluh

Kesehatan Masyarakat).

C. Pengaturan Petugas

Dalam pelaksanaan tugas, Instalasi PKRS membagi petugas menjadi dua bagian yang

masing-masing dipimpin oleh seorang koordinator. Dalam pelaksanaan tugas di

dalam rumah sakit, petugas PKRS dibagi menjadi tim yang terdiri dari dua orang

petugas yang bertugas untuk melaksanakan promosi kesehatan di Instalasi Rawat

Jalan dan di Instalasi Rawat Inap. Dan untuk pelaksanaan PKRS di luar rumah sakit

dikoordinir oleh seorang koordinator.

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 8

Page 9: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Ruang Instalasi PKRS terletak di gedung administrasi lantai 3 RSUP H. Adam

Malik. (denah ruang terlampir)

B. Standar Fasilitas

Beberapa sarana/peralatan yang dipakai dalam kegiatan Promosi Kesehatan Rumah

Sakit diantaranya adalah :

a. TV, LCD

b. Screen/layar

c. Amplifier dan wireless microphone

d. Komputer dan laptop

e. Pointer

f. Public Address System (PSA)/Megaphone

g. Flipchart / lembar balik

h. Leaflet/brosur/flyer

i. Kamera foto

Untuk dana atau anggaran PKRS memang sulit ditentukan standar, namun

demikian diharapkan rumah sakit dapat menyediakan dana/anggaran yang cukup

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan PKRS.

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 9

Page 10: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

BAB IV

TATA LAKSANA PROMOSI KESEHATAN

A. PROMOSI KESEHATAN DI RUANG PENDAFTARAN

Begitu pasien masuk ke gedung rumah sakit, maka yang pertama kali harus

dikunjunginya adalah ruang/tempat pendaftaran, di mana terdapat loket untuk

mendaftar. Mereka akan tinggal beberapa saat di ruang pendaftaran itu sampai

petugas selesai mendaftar. Setelah pendaftaran selesai barulah mereka satu demi satu

diarahkan ke tempat yang sesuai dengan pertolongan yang diharapkan.

Kontak awal dengan rumah sakit ini perlu disambut dengan promosi kesehatan.

Sambutan itu berupa salam hangat yang dapat membuat mereka merasa tenteram

berada di rumah sakit. Di ruang ini pula, disediakan informasi tentang rumah sakit

yang meliputi manajemen rumah sakit, dokter/perawat jaga, pelayanan yang tersedia

di rumah sakit, serta informasi tentang penyakit baik pencegahan maupun tentang

cara mendapatkan penanganan penyakit tersebut.

Media informasi yang digunakan di ruang ini sebaiknya berupa poster dalam

bentuk neon box yang memuat foto dokter dan perawat yang ramah diserta kata-kata

“Selamat Datang, Kami siap Untuk Menolong Anda” atau yang sejenis. Di RSUP

H. Adam Malik telah tersedia running text yang terdapat di loket pendaftaran yang

berisi ucapan selamat datang kepada pasien atau pengunjung. Media lain yang

disediakan adalah leaflet yang berisi pesan-pesan kesehatan yang ada di kotak leaflet

yang terletak di ruang tunggu pasien.

B. PROMOSI KESEHATAN BAGI PASIEN RAWAT JALAN

Promosi kesehatan bagi pasien rawat jalan berpegang kepada strategi dasar

promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina suasana dan

advokasi.

1. Pemberdayaan

Idealnya pemberdayaan dilakukan terhadap seluruh pasien, yaitu di mana

setiap petugas rumah sakit yang melayani pasien meluangkan waktunya untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat

yang harus ditelannya. Tetapi jika hal ini belum mungkin dilaksanakan, maka

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 10

Page 11: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

dapat disediakan satu ruang khusus bagi para pasien rawat jalan yang

memerlukan konsultasi atau ingin mendapatkan informasi.

Ruang konsultasi ini disediakan di poliklinik dan dilayani oleh seorang

dokter atau perawat mahir (yang berkualifikasi) sesuai dengan poliklinik yang

bersangkutan. RSUP H. Adam malik telah meyediakan ruang konsultasi ini

disetiap poliklinik yang ada. Selain itu juga disediakan ruang konsultasi gizi yang

terletak di lantai 3 Poliklinik rawat jalan yang dikelola oleh Instalasi Gizi dan

yang bertugas adalah ahli gizi.

Konsultasi seyogyanya dilakukan secara individual. Namun demikian tidak

tertutup kemungkinan dilakukan konsultasi secara berkelompok.

Ruang konsultasi sebaiknya dilengkapi dengan berbagai media komunikasi

atau alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan. Media komunikasi yang efektif

digunakan di sini misalnya adalah lembar balik (flash cards), gambar-gambar

atau model anatomi, dan tayangan menggunakan OHP atau laptop dan LCD.

Selain itu dengan dikoordinir oleh Instalasi PKRS dilakukan penyuluhan

kesehatan bagi pasien rawat jalan yang dilaksanakan setiap hari Senin s/d Jumat

yang dilaksanakan di ruang tunggu pasien rawat jalan di depan apotik RSUP H.

Adam Malik. Pelaksanaan penyuluhan ini menggunakan fasilitas LCD/laptop dan

screen. Penyuluh berasal dari SMF yang terkait, Instalasi Gizi, Farmasi,

Keperawatan atau Instalasi Penunjang yang lain sesuai materi penyuluhan.

2. Bina Suasana

Sebagaimana disebutkan di atas, pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien

jalan adalah orang yang mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka ini tidak dalam

keadaan sakit, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai

media komunikasi yang tersedia di poliklinik. Oleh karena itu di setiap poliklinik,

khususnya di ruang tunggu, telah dipasang poster-poster, dan telah disediakan

selebaran (leaflet). Sebaiknya juga dipasang VCD/DVD player yang dirancang untuk

secara terus menerus menayangkan informasi tentang penyakit sesuai dengan

poliklinik yang bersangkutan.

Dengan mendapatkan informasi yang benar mengenai penyakit yang diderita

pasien yang diantarnya, si pengantar diharapkan dapat membantu rumah sakit

memberikan juga penyuluhan kepada pasien. Bahkan jika pasien yang bersangkutan

juga dapat ikut memperhatikan leaflet, poster atau tayangan yang disajikan, maka

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 11

Page 12: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

seolah-olah ia berada dalam suatu lingkungan yang mendorongnya untuk berperilaku

sesuai yang dikehendaki agar penyakit atau masalah kesehatan yang dideritanya

dapat segera diatasi.

3. Advokasi

Advokasi bagi kepentingan penderita rawat jalan umumnya diperlukan jika

penderita tersebut miskin. Biaya pengobatan dengan rawat jalan bagi penderita

miskin memang sudah dibayar melalui program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Akan tetapi bagi penderita

yang miskin, tuntasnya pengobatan dengan rawat jalan tidak dapat dijamin jika

mereka tidak memiliki biaya untuk transportasi dari tempat tinggalnya ke rumah

sakit. Atau tidak memiliki dana untuk membangun jamban di rumahnya. Atau tidak

memiliki dana untuk menyemen lantai dan memasang genting kaca rumahnya agar

rumahnya tidak lembab. Oleh karena itu akan sangat membantu jika RS dapat

menyediakan uang pengganti ongkos bagi penderita miskin. Mereka bisa

menggunakan uang belanja terlebih dahulu atau mungkin meminjam kepada orang

lain, dan setelah itu rumah sakit akan menggantinya. Untuk itu tentu diperlukan suatu

pengaturan khusus guna mencegah penyalahgunaan.

Agar mampu melakukan upaya membantu penderita miskin tersebut, rumah sakit

dapat melakukan advokasi ke berbagai pihak, misalnya kepada para pengusaha

sukses untuk menyumbangkan dana. Dana ini selanjutnya dikelola secara khusus

dengan manajemen yang transparan dan akuntabel sehingga siapa pun dapat turut

mengawasi penggunaannya. Pengelolaannya bisa melalui pembentukan yayasan atau

lembaga fungsional lain di bawah kendali dari Direktur yang membawahi keuangan

rumah sakit.

C. PROMOSI KESEHATAN BAGI PASIEN RAWAT INAP

Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya pasien sangat

ingin mengetahui seluk beluk tentang penyakitnya. Walaupun ada juga pasien yang

acuh tak acuh. Terhadap mereka yang antusias, pemberian informasi dapat segera

dilakukan. Tetapi bagi mereka yang acuh tak acuh, proses pemberdayaan harus

dimulai dari awal, yaitu dari fase meyakinkan adanya masalah.

Sementara itu, pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang

berbeda-beda, seperti misalnya apatis, agresif, atau menarik diri. Hal ini dikarenakan

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 12

Page 13: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

penyakit kronis pada umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta

dampak social kepada penderintanya. Kepada pasien yang seperti ini, kesabaran dari

petugas rumah sakit sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan

pemberdayaan.

1. Pemberdayaan

Sebagaimana disebutkan di atas, pemberdayaan dilakukan terhadap pasien rawat

inap pada saat mereka sudah dalam fase penyembuhan dan terhadap pasien rawat

inap penyakit kronis (kanker, tuberculosis, dan lain-lain). Terdapat beberapa cara

pemberdayaan atau konseling yang dapat dilakukan dalam hal ini :

a. Konseling di Tempat Tidur (Bedside Counselling)

Konseling di tempat tidur dilakukan terhadap pasien rawat inap yang belum

dapat atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus

berbaring. Dalam hal ini perawat mahir yang menjadi konselor harus

mendatangi pasien demi pasien tersebut, dan melakukan pelayanan konseling.

Oleh karena harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain, maka alat pantau

media komunikasi yang digunakan haruslah yang mudah dibawa-bawa seperti

lembar balik (flashcards), gambar-gambar atau foto-foto. Alat peraga tersebut

sebaiknya sedikit mungkin mencantumkan kata-kata atau kalimat. Jika di

ruang perawatan pasien terdapat televisi, mungkin ia dapat membawa

VCD/DVD player dan beberapa VCD/DVD yang berisi informasi tentang

penyakit pasiennya.

b. Biblioterapi

Biblioterapi adalah penggunaan bahan-bahan bacaan sebagai sarana untuk

membantu proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien RS. Di Negara-

negara maju seperti Amerika Serikat, perpustakaan-perpustakaan yang dimiliki

rumah sakit tidak hanya berperan dalam mendukung perkembangan

pengetahuan petugas, melainkan juga dalam upaya penyembuhan pasien. Para

pasien dapat meminjam bahan bacaan dan mengembalikan apabila telah

selesai dibaca. Bagi pasien yang tidak dapat membaca, maka biblioterapi dapat

digabung dengan bedside conseling. Perawat akan membantu membacakan

sambil melakukan konseling.

c. Konseling Berkelompok

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 13

Page 14: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

Terhadap pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya dapat

dilakukan konseling secara berkelompok. Untuk itu disediakan ruangan untuk

penyuluhan atau konseling. Kegiatan ini telah terlaksana dan dikoordinir oleh

Instalasi PKRS. Di Instalasi Rindu A dan Rindu B tersedia ruang pertemuan

yang dilakukan untuk kegiatan penyuluhan dan konseling dengan narasumber

dari SMF atau Instalasi yang terkait sesuai dengan materi konseling.

2. Bina Suasana

Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat inap

adalah para penjenguk (pembezuk). Biasanya para pembezuk ini sudah

berdatangan beberapa saat sebelum jam bezuk dimulai.

a. Pemanfaatan Ruang Tunggu

Agar para penjenguk tertib saat menunggu jam bezuk, maka

rumah sakit telah menyediakan ruang tunggu. Ruang tunggu ini dapat

digunakan sebagai sarana untuk bina suasana. Pada dinding ruang

tunggu telah dipasang poster cetakan yang berisi pesan-pesan

kesehatan. Juga tersedia box leaflet yang dapat diambil secara gratis.

Sebaiknya ruang tunggu juga disediakan televise yang menayangkan

berbagai pesan kesehatan dari VCD/DVD player.

Dengan berbagai informasi tersebut diharapkan para pembezuk

mendapat informasi yang nantinya dapat disampaikan juga kepada

pasien yang akan dibezuknya.

b. Pembekalan Pembezuk Secara Berkelompok

Para pembezuk yang sedang menunggu jam bezuk dapat pula

dikumpulkan dalam ruangan-ruangan yang berbeda sesuai dengan

penyakit pasien yang akan dibezuknya. Dokter atau perawat ataupun

tenaga kesehatan lainnya dapat memberikan penjelasan diserrtai

diskusi dengan para pembezuk. Pada saat tersebut dapat disampaikan

pesan agar para pembezuk kiranya dapat membantu memberi

penjelasan kepada pasien yang mereka bezuk agar proses

penyembuhan menjadi lebih cepat.

c. Pendekatan Keagamaan

Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk

mempercepat penyembuhan penyakit juga dapat dilakukan dengan

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 14

Page 15: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

pendekatan keagamaan. Dalam hal ini petugas RS, baik dengan upaya

sendiri atau dengan dibantu pemuka agama, mengajak pasien untuk

melakukan pembacaan doa. Di RSUP H. Adam Malik setiap hari Rabu

dilaksanakan pengajian di Mesjid Nurul Iman dan perawat akan

menganjurkan kepada pasien atau keluarganya yang beragama Islam

untuk mengikuti pengajian tersebut. Untuk yang beragama Kristiani

dapat melakukan ibadah setiap hari Kamis dan hari Minggu. Selain itu

juga disediakan Pastoral Care dengan mendatangkan pemuka agama

apabila pasien membutuhkan sesuai dengan agama masing-masing.

3. Advokasi

Untuk promosi kesehatan pasien rawat inap advokasi diperlukan,

khususnya dalam rangka menciptakan kebijakan atau peraturan

perundang-undangan sebagai rambu-rambu perilaku dan menghimpun

dukungan sumber daya, khususnya untuk membantu pasien miskin.

Bagi pasien miskin, biaya untuk rawat inap juga sudah tercakup

dalam Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin.

Namun demikian, sebenarnya tidak hanya itu yang dibutuhkan oleh

pasien miskin. Apalagi jika yang harus dirawat inap adalah kepala

keluarga, maka praktis pendapatan pendapatan keluarga hilang atau

berkurang. Jika RS dapat membantu meringankan beban ekonomi

keluarga dengan memberi bantuan biaya hidup keluarga, tentu akan

sangat membantu dan kemungkinan dapat mempercepat kesembuhan.

Dana yang dibutuhkan RS untuk melaksanakan bantuan tersebut

dapat digalang dari Pemerintah Daerah, donasi para dermawan dan

pengusaha, serta sumber-sumber lain (misalnya organisasi

internasional). Hal ini dilaksankan melalui advokasi RS terhadap

berbagai pihak, khususnya DPRD, Pemerintah Daerah, para

dermawan dan para pengusaha.

Tentu diperlukan manajemen tersendiri untuk menangani bantuan

tersebut. Untuk itu, RS dapat membentuk semacam kelompok kerja

yang bekerja secara professional dan akuntabel.

4. Promosi Kesehatan di tempat Pembayaran

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 15

Page 16: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

Sebelum pulang, pasien rawat inap yang sudah sembuh atau

kerabatnya harus singgah dahulu di tempat pembayaran. Di ruang

perpisahan ini pasien/kerabatnya itu memang tidak berada terlalu

lama. Namun hendaknya promosi kesehatan juga masih hadir, yaitu

untuk menyampaikan salam hangat dan ucapan selamat jalan, semoga

semakin bertambah sehat. Perlu juga disampaikan bahwa kapanpun

kelak pasien membutuhkan lagi pertolongan, jangan ragu-ragu untuk

datang lagi ke rumah sakit.

Datang diterima dengan salam hangat, dan pulang pun diantar

dengan salam hangat. Biarlah kenangan yang baik selalu tertanam

dalam ingatan pasien/kerabatnya, sehingga mereka benar-benar

menganggap RS sebagai penolong yang baik.

D. PROMOSI KESEHATAN DALAM PELAYANAN PENUNJANG

MEDIK

Dalam rangka pelayanan penunjang medik, PKRS terutama dapat dilaksanakan

di pelayanan Laboratorium, Pelayanan Rontgen, Pelayanan Obat/Apotek, dan

Pelayanan Pemulasaraan Jenazah.

1. PKRS di Pelayanan Laboratorium

Di pelayanan laboratorium, selain dapat dijumpai pasien (orang sakit), juga

klien (orang sehat), dan para pengantarnya. Kesadaran yang ingin

diciptakan dalam diri mereka adalah pentingnya melakukan pemeriksaan

laboratorium, yaitu :

a. Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh

dokter.

b. Bagi klien atau mereka yang sehat lainnya adalah untuk memantau

kondisi kesehatan, agar dapat diupayakan untuk tetap sehat.

Karena pasien/keluarga tidak terlalu lama di laboratorium, maka

pendidikan kesehatan dapat diberikan dengan adanya poster-poster atau

leaflet yang dapat diambil secara gratis.

2. PKRS di Pelayanan Rontgen

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 16

Page 17: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

Sebagaimana di Pelayanan laboratorium, di Pelayanan Rontgen pun

umumnya pasien, klien, dan para pengantarnya tidak tinggal terlalu lama.

Di sini kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka serupa dengan di

pelayanan Laboratorium. Dengan demikian media pendidikan yang

diperlukan juga adalah poster dan leaflet.

3. PKRS di Pelayanan Obat/Apotek

Di pelayanan Obat/Apotek juga dijumpai pasien, klien dan pengantarnya.

Kesadaran yang ingin diciptakan adalah terutama tentang :

a. Manfaat obat generic dan keuntungan jika menggunakan obat generic.

b. Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat.

c. Pentingnya memelihara Taman Obat Keluarga (TOGA) dalam rangka

memenuhi kebutuhan akan obat-obatan sederhana.

Di pelayanan Obat/Apotek boleh jadi pasien, klien atau pengantarnya

berada agak lama, karena menanti disiapkannya obat. Dengan demikian

selain poster dan leaflet, di kawasan ini juga dapat dioperasikan VCD/DVD

Player dan televisi yang menayangkan pesan-pesan kesehatan.

4. PKRS di Pelayanan Pemulasaraan jenazah

Di pelayanan pemulasaraan Jenazah tentu tidak akan dijumpai pasien,

karena yang ada adalah pasien yang telah meninggal dunia. Yang akan

dijumpai di kawasan ini adalah para keluarga yang mengurus pengambilan

jenazah dan transportasinya. Adapun kesadaran dan perilaku yang hendak

ditanamkan kepada mereka adalah tentang pentingnya memantau dan

menjaga kesehatan dengan mempraktekkan Perilaku Hidup bersih dan

sehat. Namun perlu diingat bahwa di kawasan ini suasananya adalah

suasana berkabung, sehingga tidak mungkin dilakukan promosi kesehatan

yang formal dan ketat. Dengan demikian, cara yang paling tepat adalah

dengan memasang poster atau menyediakan leaflet yang dapat diambil

secara gratis. Akan lebih menyentuh jika pesan-pesan dalam poster dan

leaflet juga dikaitkan dengan pesan-pesan keagamaan.

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 17

Page 18: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 18

Page 19: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

BAB V

TATA LAKSANA PROMOSI KESEHATAN BAGI KLIEN SEHAT

Strategi PKRS bagi pasien yang sehat termasuk pasien dalam masa rehabilitasi,

sama dengan strategi untuk pasien, yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina

suasana dan advokasi.

A. PEMBERDAYAAN

Dalam rangka pemberdayaan terhadap pasien sehat, rumah sakit dapat membentuk

kelompok-kelompok diskusi, kelompok paduan suara, kelompok senam dan

membuka konseling berbagai aspek kesehatan.

1. Pengelolaan Kelompok Diskusi

Banyak anggota masyarakat yang dalam keadaan sehat ingin mempertahankan

terus kesehatannya. Oleh karena itu, akhir-akhir ini media massa penyedia

informasi kesehatan (seperti tabloid, majalah, Koran, dan juga acara-acara radio

dan televisi) semakin banyak penggemarnya. Peluang ini dapat ditangkap oleh

rumah sakit dengan menyediakan sarana atau mengorganisasi interaksi

masyarakat, seperti Simposium, Seminar, Lokakarya, dan forum-forum diskusi

lainnya. Bagi rumah sakit hal ini tidak merupakan sesuatu yang merepotkan,

karena rumah sakit sendiri cukup memiliki sumber daya manusia yang dapat

digunakan sebagai narasumber dalam forum-forum tadi.

Jika forum yang besar belum dapat dilaksanakan, maka diskusi bisa dilakukan

dalam bentuk forum kecil hal inilah yang telah dilakukan selama ini dengan

melaksanakan kegiatan penyuluhan di Instalasi Rawat Jalan, Rawat inap dan

sosialisasi kegiatan pelayanan dengan nara sumber dari SMF atau Instalasi yang

terkait.

2. Pengelolaan Kelompok Paduan Suara

Bernyanyi dipercaya orang sebagai salah satu jalan keluar (outlet) untuk

mencegah stress. RSUP H. Adam Malik telah memiliki kelompok paduan suara

yang berasal dari staf RS.

3. Penyelenggaraan Acara Rekreasi

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 19

Page 20: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

Rekreasi juga dipercaya sebagai salah satu jalan keluar untuk mencegah stress.

Untuk itu sebaiknya RS juga mengorganisasikan pelayanan rekreasi baik untuk

staf RS maupun untuk masyarakat umum yang dapat dikaitkan dengan upaya

kesehatan. Misalnya dari sekolah yang berada di sekitar RS dapat melihat proses

pelayanan langsung di rumah sakit, melihat taman gizi dan pengolahan makanan

sehat, melihat proses pengolahan limbah RS, yang dapat dipadukan dengan

kegiatan diskusi kesehatan di alam terbuka.

4. Pengelolaan Kelompok Senam

Dengan semakin diidolakannya bentuk tubuh yang ramping tetapi sehat, saat ini

semakin marak kegiatan senam di tengah masyarakat. Rumah sakit tentunya juga

dapat menangkap peluang ini dengan menawarkan pelayanan kelompok-

kelompok senam. Saat ini yang ada adalah senam untuk staf pegawai RS yang

diadakan setiap hari Jumat dan senam Osteoporosis yang dilaksanakan oleh

Instalasi Rehabilitasi Medik.

5. Pelayanan Konseling

Banyak pelayanan konseling dapat diselenggarakan di RS bagi klien sehat.untuk

remaja dapat dibuka konseling Kesehatan Remaja atau Konseling Pendidikan

Seks. Di Bagian Paru dapat dibuka Konseling Berhenti Merokok. Kepada

pasangan usia subur dapat diberi konseling Pra Nikah, Konseling Keluarga

Berencana, Konseling Ayah-Bunda, dsb.

B. BINA SUASANA

Pihak yang berpengaruh terhadap klien sehat terutama adalah para petugas RS

dan mereka yang direkrut RS untuk mengelola pelayanan-pelayanan dalam rangka

pemberdayaan. Mereka ini diharapkan menjadi teladan yang baik bagi klien dalam

hal pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Oleh karena itu pembinaan terhadap petugas RS yang bertugas sangatlah penting.

Demikian juga rekrutmen dan pembinaan terhadap mereka yang membantu

mengelola pelayanan-pelayanan pemberdayaan seperti misalnya moderator diskusi,

instruktur paduan suara, instruktur senam, pemandu rekreasi dan para petugas

konseling. Selain kompeten dalam tugas yang diembannya, mereka juga harus

konsisten melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Penampilan juga harus

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 20

Page 21: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

mencerminkan kompetensinya, seperti misalnya instruktur senam harus tampak

langsing, bugar, sehat dan ceria.

Selain itu dapat dilakukan beberapa hal lain untuk bina suasana, antara lain :

1. Pemasangan poster di dinding-dinding, baik dalam bentuk cetakan maupun neon box

atau bentuk-bentuk lain.

2. Penyediaan perpustakaan atau bahan-bahan bacaan.

3. Penyediaan leaflet atau selebaran atau bahan-bahan informasi lain yang dapat

diambil secara gratis.

4. Penyediaan VCD/DVD player dan televisi yang menayangkan informasi-informasi

yang dibutuhkan.

5. Penyelenggaraan pameran yang dilakukan secara berkala dengan mengganti topik

dan bahan-bahan pamerannya.

C. ADVOKASI

Pada umumnya klien sehat datang dari segmen masyarakat mampu, walaupun

tidak tertutup kemungkinan adanya klien sehat dari segmen masyarakat miskin. Oleh

karena itu, dukungan yang diharapkan oleh rumah sakit dalam pemberdayaan klien

sehat terutama adalah adanya kebijakan atau peraturan perundang-undangan yang

dapat menjadi rambu-rambu perilaku bagi mereka. Misalnya peraturan menjaga

kebersihan rumah sakit, peraturan tentang rumah sakit sebagai Kawasan Tanpa

Rokok, peraturan menjaga kesopanan dan tata tertib di kawasan rumah sakit, dan

sebagainya. Kebijakan atau peraturan-peraturan semacam ini akan lebih kuat

pengaruhnya jika dating dari pembuat kebijakan di atas rumah sakit, seperti misalnya

Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota atau Peraturan daerah. Oleh karena itu

diperlukan advokasi kepada Gubernur/Bupati/Walikota dan DPRD.

BAB VI

TATA LAKSANA PROMOSI KESEHATAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 21

Page 22: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

DI LUAR GEDUNG RUMAH SAKIT

Pendidikan kesehatan di luar gedung rumah sakit pada hakikatnya berupa

pemanfaatan media luar ruang dan pemanfaatan sarana-sarana di luar gedung rumah

sakit untuk promosi kesehatan. Pemanfaatan media luar ruang dapat berupa pemasangan

spanduk, baliho/billboard, neon box, pembuatan taman obat keluarga dan lain-lain.

Sedangkan sarana-sarana di luar gedung rumah sakit dapat berupa kantin atau warung

dan took/kios, tempat ibadah, dan lain-lain yang berada dalam kawasan rumah sakit.

Banyak cara yang dapat dilaksanakan untuk promosi kesehatan di luar gedung rumah

sakit, yaitu :

A. PKRS DI TEMPAT PARKIR

Tempat parkir rumah sakit dapat berupa lapangan parker atau gedung/bangunan

parkir (termasuk basement rumah sakit). Semua kategori klien rumah sakit dapat

dijumpai di tempat parkir, sehingga ditempat parkir sebaiknya dilakukan PKRS yang

bersifat umum. Misalnya tentang pentingnya melaksanakan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS), seruan Presiden RI tentang Kesehatan, himbauan untuk

menggunakan obat generik berlogo, bahaya merokok, bahaya mengkonsumsi

minuman keras, bahaya penyalahgunaan napza, dan lain-lain.

Di tempat parkir yang berupa lapangan pesan kesehatan dapat dibuat dalam

bentuk baliho/billboard atau balon udara di sudut lapangan dan neon box di atap

bangunan atau gardu parkir.

B. PKRS DI TAMAN RUMAH SAKIT

Rumah sakit pada umumnya memiliki taman, baik di halaman depan, di

sekeliling, ataupun di belakang gedung RS. Taman RS ini dapat dimanfaatkan

menjadi Taman Obat Keluarga (TOGA).

Banyak jenis tanaman berkhasiat obat yang dapat ditanam di TOGA RS, yang

selain memiliki daun atau bunga yang indah serta buah yang dapat dimanfaatkan

menjadi obat sederhana. Setiap tanaman dapat diberi label kecil yang berisi nama

dan manfaat dari tanaman tersebut.

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 22

Page 23: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

C. PKRS DI DINDING LUAR RUMAH SAKIT

Pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Hari AIDS,

Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Hari Kanker Sedunia dan lain-lain, di dinding luar

rumah sakit dapat ditampilkan pesan-pesan kesehatan berupa giant banner atau

spanduk.

D. PKRS DI PAGAR PEMBATAS KAWASAN RUMAH SAKIT

Seiring dengan pemasangan spanduk di dinding luar rumah sakit, di sekeliling pagar

pembatas kawasan rumah sakit juga dapat dipasang spanduk-spanduk yang berisi

pesan-pesan kesehatan sebagai media penambah pengetahuan masyarakat sekitar.

E. PKRS DI KANTIN/KIOS DI KAWASAN RUMAH SAKIT

Di kawasan rumah sakit juga terdapat kantin, kios atau toko yang menyediakan

berbagai kebutuhan pengunjung rumah sakit. Sarana ini dapat dimanfaatkan untuk

PKRS.

Pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan disesuaikan dengan fungsi dari sarana

tersebut. Misalnya dikantin ditampilkan pesan yang berkaitan dengan konsumsi gizi

seimbang dan bahaya merokok.

F. PKRS DI TEMPAT IBADAH

Tempat ibadah yang tersedia di rumah sakit berupa mesjid yang selain digunakan

oleh seluruh staf rumah sakit juga oleh masyarakat sekitar, selain itu ada beberapa

tempat ibadah untuk kepentingan individu atau kelompok kecil berupa musholla atau

ruang yang digunakan untuk kebaktian umat kristiani.

Pesan kesehatan dapat disampaikan dalam bentuk poster atau penyediaan

leaflet/brosur atau selebaran yang dapat diambil secara gratis. Pesan yang

disampaikan sebaiknya yang berisi pesan untuk kesehatan jiwa dan pentingnya

menjaga kebersihan/kesehatan lingkungan yang dikaitkan dengan perintah-perintah

agama.

BAB VII

PENUTUP

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 23

Page 24: 5. Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print

Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa dalam Promosi

Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) telah memuat kegiatan Pendidikan Pasien dan Keluarga

yang pada pelaksanaannya dikoordinir oleh Instalasi PKRS. Tetapi untuk diingat bahwa

pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah sakit merupakan tugas dan tanggung jawab

seluruh jajaran rumah sakit.

Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya

pemberdayaan, baik pemberdayaan terhadap pasien (rawat jalan dan rawat inap) maupun

terhadap klien sehat.

Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil jika

didukung oleh upaya-upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadap

mereka yang paling berpengaruh terhadap pasien/klien, sedangkan advokasi dilakukan

terhadap mereka yang dapat mendukung/membantu rumah sakit dari segi kebijakan

(peraturan perundang-undangan) dan sumber daya dalam rangka memberdayakan

pasien/klien.

Banyak sekali peluang untuk melaksanakan PKRS, dan peluang-peluang tersebut

harus dapat dimanfaatkan dengan baik, sesuai dengan fungsi dari peluang yang

bersangkutan.

Direktur Utama

Dr.dr. Yusirwan, SpB, SpBA(K), MARSNIP. 19621122 198903 1001

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 24