Upload
samaria
View
84
Download
24
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pedoman Pelaksanaan Pkrs Print
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya
Buku Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit dapat selesai disusun.
Buku Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang memberikan
pelayanan di Rumah Sakit.
Pedoman ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila ditemukan
hal-hal yang tidak sesuai dengan kebijakan pelayanan di rumah sakit.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
Tim Penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam membantu
menyelesaikan penyusunan pedoman ini.
Medan, Januari 2015Direktur Utama
Dr.dr Yusirwan, Sp.B,Sp.BA (K),MARSNIP. 19621122 198903 1001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan yang termasuk dalam subsistem Upaya
Kesehatan. Rumah sakit tidak boleh dipandang sebagai suatu entitas yang terpisah dan
berdiri sendiri dalam sektor kesehatan. Peran rumah sakit adalah mendukung pelayanan
kesehatan dasar melalui penyediaan fasilitas rujukan dan mekanisme bantuan. Menurut
WHO, rumah sakit harus terintegrasi dalam sistem kesehatan di mana ia berada.
Fungsinya adalah sebagai pusat sumber daya bagi peningkatan kesehatan masyarakat di
wilayah yang bersangkutan. Reformasi perumahsakitan di Indonesia sangat diperlukan
mengingat masih banyaknya rumah sakit yang hanya menekankan pelayanannya kepada
aspek kuratif dan rehabilitative saja. Padahal keadaan ini menyebabkan rumah sakit
menjadi sarana kesehatan yang elit dan terlepas dari sistem kesehatan dimana ia berada.
Pendidikan atau edukasi kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu dan keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,
tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu (Depkes RI dikutip dari
Effendi, 1998).
Menurut Craven dan Hirnle (1996), pendidikan kesehatan adalah penambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik belajar atau instruksi, dengan
tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan
terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide
baru.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, pada kesimpulannya pendidikan
kesehatan merupakan proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu,
kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup
sehat. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok, atau
masyarakat dari yang tidak tahu tentang nilai kesehatan manjadi tahu, dan dari tidak
mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dengan demikian
pendidikan kesehatan merupakan usaha atau kegiatan untuk membantu individu,
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 2
kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap,
maupun keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal.
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara
lain dimensi sasaran pendidikan kesehatan, tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan,
dan tingkat pelayanan pendidikan kesehatan.
a. Sasaran pendidikan kesehatan :
1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.
b. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan :
1) Pendidikan kesehatan di sekolah
2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan
3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan.
c. Materi/pesan
Materi atau pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan kesehatan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat sehingga materi yang disampaikan dapat langsung dirasakan manfaatnya.
Materi yang disampaikan sebaiknya :
1) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dalam bahasa kesehariannya
2) Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit
3) Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk
mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran
4) Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran dalam masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.
B. Tujuan Pedoman
Pedoman Edukasi ini disusun agar menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan
edukasi di RSUP H. Adam Malik. Pedoman ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan Surat Keputusan Direktur Utama Nomor :
KP.01.01/II.5/7636/2012 Tentang Kebijakan Pelaksanaan Edukasi Pasien dan
Keluarga di RSUP H. Adam Malik.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 3
Ruang lingkup edukasi mencakup semua unit yang ada di RSUP H. Adam Malik,
mulai dari penerimaan pasien hingga pasien dipulangkan.
D. Batasan Operasional
Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus
dilakukan, dengan demikian merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk menentukan
atau melaksanakan kegiatan (Komisi Akreditasi RS, 2012).
Pendidikan Pasien dan Keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan
yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya.
Pendidikan diberikan ketika pasien berinteraksi dengan dokter, perawat atau petugas
kesehatan lainnya di rumah sakit (Standar Akreditasi RS, 2011).
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan :
a. Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
b. Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya
dari tenaga kesehatan.
c. Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya
memperoleh lingkungan yang sehat baik fisk, biologi maupun social.
d. Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
e. Pasal 17
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan
memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
f. Pasal 18
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 4
Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif
masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
g. Pasal 47
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilaksankan secara
terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
h. Pasal 55
1) Pemerintah wajib menetapkan standar mutu pelayanan kesehatan
2) Standar mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
i. Pasal 62
1) Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat untuk
mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan
informasi, atau kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat.
2) Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat untuk
menghindari atau mengurangi resiko, masalah dan dampak buruk akibat
penyakit.
3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin dan menyediakan fasilitas
untuk kelangsungan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
4) Ketentuan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Menteri.
j. Pasal 115
1) Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada fasilitas pelayanan kesehatan
2) Pemerintah Daerah wajib menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di
wilayahnya.
k. Pasal 168
1) Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien
diperlukan informasi kesehatan
2) Informasi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui sistem informasi dan melalui lintas sector.
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 5
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit
a. Pasal 1
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
b. Pasal 4
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna.
c. Pasal 10, ayat 2
Bangunan rumah sakit paling sedikit terdiri atas ruang, butir m) ruang
penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit.
d. Pasal 29
Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban; butir a) memberikan informasi
yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.
e. Pasal 32
Setiap pasien mempunyai hak, butir d) memperoleh layanan kesehatan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/MENKES/SK/II/2010 tentang
Penetapan Road Map Reformasi Kesehatan Masyarakat, dimana hal ini tidak
terpisahkan dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014. Salah
satu Prioritas Reformasi Kesehatan yang dimaksud adalah Rumah Sakit
Indonesia Kelas Dunia (Worl Class Hospital).
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 004 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis
Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
5. Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Nomor :
OT.01.01/IV.2.1/3943/2012 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Instalasi
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) di Rumah Sakit
Umum Pusat H. Adam Malik.
6. Surat Keputusan Direktur Utama Nomor : KP.01.01/II.5/7636/2012 tentang
Kebijakan Pelaksanaan Edukasi Pasien dan Keluarga di RSUP H. Adam Malik.
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 6
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Pelaksanaan edukasi dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan yang bertugas di RSUP
H. Adam Malik yang melayani pasien, mulai dari pintu masuk di Instalasi Rawat
Jalan atau melalui Instalasi Gawat Darurat. Edukasi awal dilaksanakan oleh petugas
customer service yang memberikan edukasi mengenai hak dan kewajiban pasien,
peraturan dan tata tertib rumah sakit serta tarif rumah sakit.
Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam konseling. Untuk itu rumah sakit telah mengadakan pelatihan
kepada petugas kesehatan dengan materi utama komunikasi efektif.
Standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk rumah sakit adalah sebagai berikut :
Kualifikasi Kompetensi Umum
S1 Kesehatan/Kesehatan
Masyarakat
D3 Kesehatan ditambah
minat dan bakat di bidang
promosi kesehatan
- Membantu petugas rumah sakit
lain merancang pemberdayaan
- Membantu/fasilitasi
pelaksanaan pemberdayaan,
bina suasana dan advokasi
B. Distribusi Ketenagaan
Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Utama Nomor : KP.01.01/II.5/7636/2012
Tentang Kebijakan Pelaksanaan Edukasi Pasien dan Keluarga di RSUP H. Adam
Malik bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan promosi kesehatan rumah sakit
dilaksanakan oleh Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSUP H. Adam
Malik dan Pokja PFE (Patient and Family Education) yang merupakan salah satu
pokja dari 14 pokja Akreditasi JCIA.
SDM utama untuk PKRS meliputi :
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 7
1) Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien (dokter, perawat, bidan, dan
lain-lain).
2) Tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu para pejabat fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat).
C. Pengaturan Petugas
Dalam pelaksanaan tugas, Instalasi PKRS membagi petugas menjadi dua bagian yang
masing-masing dipimpin oleh seorang koordinator. Dalam pelaksanaan tugas di
dalam rumah sakit, petugas PKRS dibagi menjadi tim yang terdiri dari dua orang
petugas yang bertugas untuk melaksanakan promosi kesehatan di Instalasi Rawat
Jalan dan di Instalasi Rawat Inap. Dan untuk pelaksanaan PKRS di luar rumah sakit
dikoordinir oleh seorang koordinator.
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 8
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Ruang Instalasi PKRS terletak di gedung administrasi lantai 3 RSUP H. Adam
Malik. (denah ruang terlampir)
B. Standar Fasilitas
Beberapa sarana/peralatan yang dipakai dalam kegiatan Promosi Kesehatan Rumah
Sakit diantaranya adalah :
a. TV, LCD
b. Screen/layar
c. Amplifier dan wireless microphone
d. Komputer dan laptop
e. Pointer
f. Public Address System (PSA)/Megaphone
g. Flipchart / lembar balik
h. Leaflet/brosur/flyer
i. Kamera foto
Untuk dana atau anggaran PKRS memang sulit ditentukan standar, namun
demikian diharapkan rumah sakit dapat menyediakan dana/anggaran yang cukup
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan PKRS.
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 9
BAB IV
TATA LAKSANA PROMOSI KESEHATAN
A. PROMOSI KESEHATAN DI RUANG PENDAFTARAN
Begitu pasien masuk ke gedung rumah sakit, maka yang pertama kali harus
dikunjunginya adalah ruang/tempat pendaftaran, di mana terdapat loket untuk
mendaftar. Mereka akan tinggal beberapa saat di ruang pendaftaran itu sampai
petugas selesai mendaftar. Setelah pendaftaran selesai barulah mereka satu demi satu
diarahkan ke tempat yang sesuai dengan pertolongan yang diharapkan.
Kontak awal dengan rumah sakit ini perlu disambut dengan promosi kesehatan.
Sambutan itu berupa salam hangat yang dapat membuat mereka merasa tenteram
berada di rumah sakit. Di ruang ini pula, disediakan informasi tentang rumah sakit
yang meliputi manajemen rumah sakit, dokter/perawat jaga, pelayanan yang tersedia
di rumah sakit, serta informasi tentang penyakit baik pencegahan maupun tentang
cara mendapatkan penanganan penyakit tersebut.
Media informasi yang digunakan di ruang ini sebaiknya berupa poster dalam
bentuk neon box yang memuat foto dokter dan perawat yang ramah diserta kata-kata
“Selamat Datang, Kami siap Untuk Menolong Anda” atau yang sejenis. Di RSUP
H. Adam Malik telah tersedia running text yang terdapat di loket pendaftaran yang
berisi ucapan selamat datang kepada pasien atau pengunjung. Media lain yang
disediakan adalah leaflet yang berisi pesan-pesan kesehatan yang ada di kotak leaflet
yang terletak di ruang tunggu pasien.
B. PROMOSI KESEHATAN BAGI PASIEN RAWAT JALAN
Promosi kesehatan bagi pasien rawat jalan berpegang kepada strategi dasar
promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina suasana dan
advokasi.
1. Pemberdayaan
Idealnya pemberdayaan dilakukan terhadap seluruh pasien, yaitu di mana
setiap petugas rumah sakit yang melayani pasien meluangkan waktunya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat
yang harus ditelannya. Tetapi jika hal ini belum mungkin dilaksanakan, maka
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 10
dapat disediakan satu ruang khusus bagi para pasien rawat jalan yang
memerlukan konsultasi atau ingin mendapatkan informasi.
Ruang konsultasi ini disediakan di poliklinik dan dilayani oleh seorang
dokter atau perawat mahir (yang berkualifikasi) sesuai dengan poliklinik yang
bersangkutan. RSUP H. Adam malik telah meyediakan ruang konsultasi ini
disetiap poliklinik yang ada. Selain itu juga disediakan ruang konsultasi gizi yang
terletak di lantai 3 Poliklinik rawat jalan yang dikelola oleh Instalasi Gizi dan
yang bertugas adalah ahli gizi.
Konsultasi seyogyanya dilakukan secara individual. Namun demikian tidak
tertutup kemungkinan dilakukan konsultasi secara berkelompok.
Ruang konsultasi sebaiknya dilengkapi dengan berbagai media komunikasi
atau alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan. Media komunikasi yang efektif
digunakan di sini misalnya adalah lembar balik (flash cards), gambar-gambar
atau model anatomi, dan tayangan menggunakan OHP atau laptop dan LCD.
Selain itu dengan dikoordinir oleh Instalasi PKRS dilakukan penyuluhan
kesehatan bagi pasien rawat jalan yang dilaksanakan setiap hari Senin s/d Jumat
yang dilaksanakan di ruang tunggu pasien rawat jalan di depan apotik RSUP H.
Adam Malik. Pelaksanaan penyuluhan ini menggunakan fasilitas LCD/laptop dan
screen. Penyuluh berasal dari SMF yang terkait, Instalasi Gizi, Farmasi,
Keperawatan atau Instalasi Penunjang yang lain sesuai materi penyuluhan.
2. Bina Suasana
Sebagaimana disebutkan di atas, pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien
jalan adalah orang yang mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka ini tidak dalam
keadaan sakit, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai
media komunikasi yang tersedia di poliklinik. Oleh karena itu di setiap poliklinik,
khususnya di ruang tunggu, telah dipasang poster-poster, dan telah disediakan
selebaran (leaflet). Sebaiknya juga dipasang VCD/DVD player yang dirancang untuk
secara terus menerus menayangkan informasi tentang penyakit sesuai dengan
poliklinik yang bersangkutan.
Dengan mendapatkan informasi yang benar mengenai penyakit yang diderita
pasien yang diantarnya, si pengantar diharapkan dapat membantu rumah sakit
memberikan juga penyuluhan kepada pasien. Bahkan jika pasien yang bersangkutan
juga dapat ikut memperhatikan leaflet, poster atau tayangan yang disajikan, maka
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 11
seolah-olah ia berada dalam suatu lingkungan yang mendorongnya untuk berperilaku
sesuai yang dikehendaki agar penyakit atau masalah kesehatan yang dideritanya
dapat segera diatasi.
3. Advokasi
Advokasi bagi kepentingan penderita rawat jalan umumnya diperlukan jika
penderita tersebut miskin. Biaya pengobatan dengan rawat jalan bagi penderita
miskin memang sudah dibayar melalui program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Akan tetapi bagi penderita
yang miskin, tuntasnya pengobatan dengan rawat jalan tidak dapat dijamin jika
mereka tidak memiliki biaya untuk transportasi dari tempat tinggalnya ke rumah
sakit. Atau tidak memiliki dana untuk membangun jamban di rumahnya. Atau tidak
memiliki dana untuk menyemen lantai dan memasang genting kaca rumahnya agar
rumahnya tidak lembab. Oleh karena itu akan sangat membantu jika RS dapat
menyediakan uang pengganti ongkos bagi penderita miskin. Mereka bisa
menggunakan uang belanja terlebih dahulu atau mungkin meminjam kepada orang
lain, dan setelah itu rumah sakit akan menggantinya. Untuk itu tentu diperlukan suatu
pengaturan khusus guna mencegah penyalahgunaan.
Agar mampu melakukan upaya membantu penderita miskin tersebut, rumah sakit
dapat melakukan advokasi ke berbagai pihak, misalnya kepada para pengusaha
sukses untuk menyumbangkan dana. Dana ini selanjutnya dikelola secara khusus
dengan manajemen yang transparan dan akuntabel sehingga siapa pun dapat turut
mengawasi penggunaannya. Pengelolaannya bisa melalui pembentukan yayasan atau
lembaga fungsional lain di bawah kendali dari Direktur yang membawahi keuangan
rumah sakit.
C. PROMOSI KESEHATAN BAGI PASIEN RAWAT INAP
Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya pasien sangat
ingin mengetahui seluk beluk tentang penyakitnya. Walaupun ada juga pasien yang
acuh tak acuh. Terhadap mereka yang antusias, pemberian informasi dapat segera
dilakukan. Tetapi bagi mereka yang acuh tak acuh, proses pemberdayaan harus
dimulai dari awal, yaitu dari fase meyakinkan adanya masalah.
Sementara itu, pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang
berbeda-beda, seperti misalnya apatis, agresif, atau menarik diri. Hal ini dikarenakan
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 12
penyakit kronis pada umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta
dampak social kepada penderintanya. Kepada pasien yang seperti ini, kesabaran dari
petugas rumah sakit sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan
pemberdayaan.
1. Pemberdayaan
Sebagaimana disebutkan di atas, pemberdayaan dilakukan terhadap pasien rawat
inap pada saat mereka sudah dalam fase penyembuhan dan terhadap pasien rawat
inap penyakit kronis (kanker, tuberculosis, dan lain-lain). Terdapat beberapa cara
pemberdayaan atau konseling yang dapat dilakukan dalam hal ini :
a. Konseling di Tempat Tidur (Bedside Counselling)
Konseling di tempat tidur dilakukan terhadap pasien rawat inap yang belum
dapat atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus
berbaring. Dalam hal ini perawat mahir yang menjadi konselor harus
mendatangi pasien demi pasien tersebut, dan melakukan pelayanan konseling.
Oleh karena harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain, maka alat pantau
media komunikasi yang digunakan haruslah yang mudah dibawa-bawa seperti
lembar balik (flashcards), gambar-gambar atau foto-foto. Alat peraga tersebut
sebaiknya sedikit mungkin mencantumkan kata-kata atau kalimat. Jika di
ruang perawatan pasien terdapat televisi, mungkin ia dapat membawa
VCD/DVD player dan beberapa VCD/DVD yang berisi informasi tentang
penyakit pasiennya.
b. Biblioterapi
Biblioterapi adalah penggunaan bahan-bahan bacaan sebagai sarana untuk
membantu proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien RS. Di Negara-
negara maju seperti Amerika Serikat, perpustakaan-perpustakaan yang dimiliki
rumah sakit tidak hanya berperan dalam mendukung perkembangan
pengetahuan petugas, melainkan juga dalam upaya penyembuhan pasien. Para
pasien dapat meminjam bahan bacaan dan mengembalikan apabila telah
selesai dibaca. Bagi pasien yang tidak dapat membaca, maka biblioterapi dapat
digabung dengan bedside conseling. Perawat akan membantu membacakan
sambil melakukan konseling.
c. Konseling Berkelompok
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 13
Terhadap pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya dapat
dilakukan konseling secara berkelompok. Untuk itu disediakan ruangan untuk
penyuluhan atau konseling. Kegiatan ini telah terlaksana dan dikoordinir oleh
Instalasi PKRS. Di Instalasi Rindu A dan Rindu B tersedia ruang pertemuan
yang dilakukan untuk kegiatan penyuluhan dan konseling dengan narasumber
dari SMF atau Instalasi yang terkait sesuai dengan materi konseling.
2. Bina Suasana
Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat inap
adalah para penjenguk (pembezuk). Biasanya para pembezuk ini sudah
berdatangan beberapa saat sebelum jam bezuk dimulai.
a. Pemanfaatan Ruang Tunggu
Agar para penjenguk tertib saat menunggu jam bezuk, maka
rumah sakit telah menyediakan ruang tunggu. Ruang tunggu ini dapat
digunakan sebagai sarana untuk bina suasana. Pada dinding ruang
tunggu telah dipasang poster cetakan yang berisi pesan-pesan
kesehatan. Juga tersedia box leaflet yang dapat diambil secara gratis.
Sebaiknya ruang tunggu juga disediakan televise yang menayangkan
berbagai pesan kesehatan dari VCD/DVD player.
Dengan berbagai informasi tersebut diharapkan para pembezuk
mendapat informasi yang nantinya dapat disampaikan juga kepada
pasien yang akan dibezuknya.
b. Pembekalan Pembezuk Secara Berkelompok
Para pembezuk yang sedang menunggu jam bezuk dapat pula
dikumpulkan dalam ruangan-ruangan yang berbeda sesuai dengan
penyakit pasien yang akan dibezuknya. Dokter atau perawat ataupun
tenaga kesehatan lainnya dapat memberikan penjelasan diserrtai
diskusi dengan para pembezuk. Pada saat tersebut dapat disampaikan
pesan agar para pembezuk kiranya dapat membantu memberi
penjelasan kepada pasien yang mereka bezuk agar proses
penyembuhan menjadi lebih cepat.
c. Pendekatan Keagamaan
Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk
mempercepat penyembuhan penyakit juga dapat dilakukan dengan
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 14
pendekatan keagamaan. Dalam hal ini petugas RS, baik dengan upaya
sendiri atau dengan dibantu pemuka agama, mengajak pasien untuk
melakukan pembacaan doa. Di RSUP H. Adam Malik setiap hari Rabu
dilaksanakan pengajian di Mesjid Nurul Iman dan perawat akan
menganjurkan kepada pasien atau keluarganya yang beragama Islam
untuk mengikuti pengajian tersebut. Untuk yang beragama Kristiani
dapat melakukan ibadah setiap hari Kamis dan hari Minggu. Selain itu
juga disediakan Pastoral Care dengan mendatangkan pemuka agama
apabila pasien membutuhkan sesuai dengan agama masing-masing.
3. Advokasi
Untuk promosi kesehatan pasien rawat inap advokasi diperlukan,
khususnya dalam rangka menciptakan kebijakan atau peraturan
perundang-undangan sebagai rambu-rambu perilaku dan menghimpun
dukungan sumber daya, khususnya untuk membantu pasien miskin.
Bagi pasien miskin, biaya untuk rawat inap juga sudah tercakup
dalam Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin.
Namun demikian, sebenarnya tidak hanya itu yang dibutuhkan oleh
pasien miskin. Apalagi jika yang harus dirawat inap adalah kepala
keluarga, maka praktis pendapatan pendapatan keluarga hilang atau
berkurang. Jika RS dapat membantu meringankan beban ekonomi
keluarga dengan memberi bantuan biaya hidup keluarga, tentu akan
sangat membantu dan kemungkinan dapat mempercepat kesembuhan.
Dana yang dibutuhkan RS untuk melaksanakan bantuan tersebut
dapat digalang dari Pemerintah Daerah, donasi para dermawan dan
pengusaha, serta sumber-sumber lain (misalnya organisasi
internasional). Hal ini dilaksankan melalui advokasi RS terhadap
berbagai pihak, khususnya DPRD, Pemerintah Daerah, para
dermawan dan para pengusaha.
Tentu diperlukan manajemen tersendiri untuk menangani bantuan
tersebut. Untuk itu, RS dapat membentuk semacam kelompok kerja
yang bekerja secara professional dan akuntabel.
4. Promosi Kesehatan di tempat Pembayaran
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 15
Sebelum pulang, pasien rawat inap yang sudah sembuh atau
kerabatnya harus singgah dahulu di tempat pembayaran. Di ruang
perpisahan ini pasien/kerabatnya itu memang tidak berada terlalu
lama. Namun hendaknya promosi kesehatan juga masih hadir, yaitu
untuk menyampaikan salam hangat dan ucapan selamat jalan, semoga
semakin bertambah sehat. Perlu juga disampaikan bahwa kapanpun
kelak pasien membutuhkan lagi pertolongan, jangan ragu-ragu untuk
datang lagi ke rumah sakit.
Datang diterima dengan salam hangat, dan pulang pun diantar
dengan salam hangat. Biarlah kenangan yang baik selalu tertanam
dalam ingatan pasien/kerabatnya, sehingga mereka benar-benar
menganggap RS sebagai penolong yang baik.
D. PROMOSI KESEHATAN DALAM PELAYANAN PENUNJANG
MEDIK
Dalam rangka pelayanan penunjang medik, PKRS terutama dapat dilaksanakan
di pelayanan Laboratorium, Pelayanan Rontgen, Pelayanan Obat/Apotek, dan
Pelayanan Pemulasaraan Jenazah.
1. PKRS di Pelayanan Laboratorium
Di pelayanan laboratorium, selain dapat dijumpai pasien (orang sakit), juga
klien (orang sehat), dan para pengantarnya. Kesadaran yang ingin
diciptakan dalam diri mereka adalah pentingnya melakukan pemeriksaan
laboratorium, yaitu :
a. Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh
dokter.
b. Bagi klien atau mereka yang sehat lainnya adalah untuk memantau
kondisi kesehatan, agar dapat diupayakan untuk tetap sehat.
Karena pasien/keluarga tidak terlalu lama di laboratorium, maka
pendidikan kesehatan dapat diberikan dengan adanya poster-poster atau
leaflet yang dapat diambil secara gratis.
2. PKRS di Pelayanan Rontgen
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 16
Sebagaimana di Pelayanan laboratorium, di Pelayanan Rontgen pun
umumnya pasien, klien, dan para pengantarnya tidak tinggal terlalu lama.
Di sini kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka serupa dengan di
pelayanan Laboratorium. Dengan demikian media pendidikan yang
diperlukan juga adalah poster dan leaflet.
3. PKRS di Pelayanan Obat/Apotek
Di pelayanan Obat/Apotek juga dijumpai pasien, klien dan pengantarnya.
Kesadaran yang ingin diciptakan adalah terutama tentang :
a. Manfaat obat generic dan keuntungan jika menggunakan obat generic.
b. Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat.
c. Pentingnya memelihara Taman Obat Keluarga (TOGA) dalam rangka
memenuhi kebutuhan akan obat-obatan sederhana.
Di pelayanan Obat/Apotek boleh jadi pasien, klien atau pengantarnya
berada agak lama, karena menanti disiapkannya obat. Dengan demikian
selain poster dan leaflet, di kawasan ini juga dapat dioperasikan VCD/DVD
Player dan televisi yang menayangkan pesan-pesan kesehatan.
4. PKRS di Pelayanan Pemulasaraan jenazah
Di pelayanan pemulasaraan Jenazah tentu tidak akan dijumpai pasien,
karena yang ada adalah pasien yang telah meninggal dunia. Yang akan
dijumpai di kawasan ini adalah para keluarga yang mengurus pengambilan
jenazah dan transportasinya. Adapun kesadaran dan perilaku yang hendak
ditanamkan kepada mereka adalah tentang pentingnya memantau dan
menjaga kesehatan dengan mempraktekkan Perilaku Hidup bersih dan
sehat. Namun perlu diingat bahwa di kawasan ini suasananya adalah
suasana berkabung, sehingga tidak mungkin dilakukan promosi kesehatan
yang formal dan ketat. Dengan demikian, cara yang paling tepat adalah
dengan memasang poster atau menyediakan leaflet yang dapat diambil
secara gratis. Akan lebih menyentuh jika pesan-pesan dalam poster dan
leaflet juga dikaitkan dengan pesan-pesan keagamaan.
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 17
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 18
BAB V
TATA LAKSANA PROMOSI KESEHATAN BAGI KLIEN SEHAT
Strategi PKRS bagi pasien yang sehat termasuk pasien dalam masa rehabilitasi,
sama dengan strategi untuk pasien, yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina
suasana dan advokasi.
A. PEMBERDAYAAN
Dalam rangka pemberdayaan terhadap pasien sehat, rumah sakit dapat membentuk
kelompok-kelompok diskusi, kelompok paduan suara, kelompok senam dan
membuka konseling berbagai aspek kesehatan.
1. Pengelolaan Kelompok Diskusi
Banyak anggota masyarakat yang dalam keadaan sehat ingin mempertahankan
terus kesehatannya. Oleh karena itu, akhir-akhir ini media massa penyedia
informasi kesehatan (seperti tabloid, majalah, Koran, dan juga acara-acara radio
dan televisi) semakin banyak penggemarnya. Peluang ini dapat ditangkap oleh
rumah sakit dengan menyediakan sarana atau mengorganisasi interaksi
masyarakat, seperti Simposium, Seminar, Lokakarya, dan forum-forum diskusi
lainnya. Bagi rumah sakit hal ini tidak merupakan sesuatu yang merepotkan,
karena rumah sakit sendiri cukup memiliki sumber daya manusia yang dapat
digunakan sebagai narasumber dalam forum-forum tadi.
Jika forum yang besar belum dapat dilaksanakan, maka diskusi bisa dilakukan
dalam bentuk forum kecil hal inilah yang telah dilakukan selama ini dengan
melaksanakan kegiatan penyuluhan di Instalasi Rawat Jalan, Rawat inap dan
sosialisasi kegiatan pelayanan dengan nara sumber dari SMF atau Instalasi yang
terkait.
2. Pengelolaan Kelompok Paduan Suara
Bernyanyi dipercaya orang sebagai salah satu jalan keluar (outlet) untuk
mencegah stress. RSUP H. Adam Malik telah memiliki kelompok paduan suara
yang berasal dari staf RS.
3. Penyelenggaraan Acara Rekreasi
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 19
Rekreasi juga dipercaya sebagai salah satu jalan keluar untuk mencegah stress.
Untuk itu sebaiknya RS juga mengorganisasikan pelayanan rekreasi baik untuk
staf RS maupun untuk masyarakat umum yang dapat dikaitkan dengan upaya
kesehatan. Misalnya dari sekolah yang berada di sekitar RS dapat melihat proses
pelayanan langsung di rumah sakit, melihat taman gizi dan pengolahan makanan
sehat, melihat proses pengolahan limbah RS, yang dapat dipadukan dengan
kegiatan diskusi kesehatan di alam terbuka.
4. Pengelolaan Kelompok Senam
Dengan semakin diidolakannya bentuk tubuh yang ramping tetapi sehat, saat ini
semakin marak kegiatan senam di tengah masyarakat. Rumah sakit tentunya juga
dapat menangkap peluang ini dengan menawarkan pelayanan kelompok-
kelompok senam. Saat ini yang ada adalah senam untuk staf pegawai RS yang
diadakan setiap hari Jumat dan senam Osteoporosis yang dilaksanakan oleh
Instalasi Rehabilitasi Medik.
5. Pelayanan Konseling
Banyak pelayanan konseling dapat diselenggarakan di RS bagi klien sehat.untuk
remaja dapat dibuka konseling Kesehatan Remaja atau Konseling Pendidikan
Seks. Di Bagian Paru dapat dibuka Konseling Berhenti Merokok. Kepada
pasangan usia subur dapat diberi konseling Pra Nikah, Konseling Keluarga
Berencana, Konseling Ayah-Bunda, dsb.
B. BINA SUASANA
Pihak yang berpengaruh terhadap klien sehat terutama adalah para petugas RS
dan mereka yang direkrut RS untuk mengelola pelayanan-pelayanan dalam rangka
pemberdayaan. Mereka ini diharapkan menjadi teladan yang baik bagi klien dalam
hal pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Oleh karena itu pembinaan terhadap petugas RS yang bertugas sangatlah penting.
Demikian juga rekrutmen dan pembinaan terhadap mereka yang membantu
mengelola pelayanan-pelayanan pemberdayaan seperti misalnya moderator diskusi,
instruktur paduan suara, instruktur senam, pemandu rekreasi dan para petugas
konseling. Selain kompeten dalam tugas yang diembannya, mereka juga harus
konsisten melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Penampilan juga harus
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 20
mencerminkan kompetensinya, seperti misalnya instruktur senam harus tampak
langsing, bugar, sehat dan ceria.
Selain itu dapat dilakukan beberapa hal lain untuk bina suasana, antara lain :
1. Pemasangan poster di dinding-dinding, baik dalam bentuk cetakan maupun neon box
atau bentuk-bentuk lain.
2. Penyediaan perpustakaan atau bahan-bahan bacaan.
3. Penyediaan leaflet atau selebaran atau bahan-bahan informasi lain yang dapat
diambil secara gratis.
4. Penyediaan VCD/DVD player dan televisi yang menayangkan informasi-informasi
yang dibutuhkan.
5. Penyelenggaraan pameran yang dilakukan secara berkala dengan mengganti topik
dan bahan-bahan pamerannya.
C. ADVOKASI
Pada umumnya klien sehat datang dari segmen masyarakat mampu, walaupun
tidak tertutup kemungkinan adanya klien sehat dari segmen masyarakat miskin. Oleh
karena itu, dukungan yang diharapkan oleh rumah sakit dalam pemberdayaan klien
sehat terutama adalah adanya kebijakan atau peraturan perundang-undangan yang
dapat menjadi rambu-rambu perilaku bagi mereka. Misalnya peraturan menjaga
kebersihan rumah sakit, peraturan tentang rumah sakit sebagai Kawasan Tanpa
Rokok, peraturan menjaga kesopanan dan tata tertib di kawasan rumah sakit, dan
sebagainya. Kebijakan atau peraturan-peraturan semacam ini akan lebih kuat
pengaruhnya jika dating dari pembuat kebijakan di atas rumah sakit, seperti misalnya
Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota atau Peraturan daerah. Oleh karena itu
diperlukan advokasi kepada Gubernur/Bupati/Walikota dan DPRD.
BAB VI
TATA LAKSANA PROMOSI KESEHATAN
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 21
DI LUAR GEDUNG RUMAH SAKIT
Pendidikan kesehatan di luar gedung rumah sakit pada hakikatnya berupa
pemanfaatan media luar ruang dan pemanfaatan sarana-sarana di luar gedung rumah
sakit untuk promosi kesehatan. Pemanfaatan media luar ruang dapat berupa pemasangan
spanduk, baliho/billboard, neon box, pembuatan taman obat keluarga dan lain-lain.
Sedangkan sarana-sarana di luar gedung rumah sakit dapat berupa kantin atau warung
dan took/kios, tempat ibadah, dan lain-lain yang berada dalam kawasan rumah sakit.
Banyak cara yang dapat dilaksanakan untuk promosi kesehatan di luar gedung rumah
sakit, yaitu :
A. PKRS DI TEMPAT PARKIR
Tempat parkir rumah sakit dapat berupa lapangan parker atau gedung/bangunan
parkir (termasuk basement rumah sakit). Semua kategori klien rumah sakit dapat
dijumpai di tempat parkir, sehingga ditempat parkir sebaiknya dilakukan PKRS yang
bersifat umum. Misalnya tentang pentingnya melaksanakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS), seruan Presiden RI tentang Kesehatan, himbauan untuk
menggunakan obat generik berlogo, bahaya merokok, bahaya mengkonsumsi
minuman keras, bahaya penyalahgunaan napza, dan lain-lain.
Di tempat parkir yang berupa lapangan pesan kesehatan dapat dibuat dalam
bentuk baliho/billboard atau balon udara di sudut lapangan dan neon box di atap
bangunan atau gardu parkir.
B. PKRS DI TAMAN RUMAH SAKIT
Rumah sakit pada umumnya memiliki taman, baik di halaman depan, di
sekeliling, ataupun di belakang gedung RS. Taman RS ini dapat dimanfaatkan
menjadi Taman Obat Keluarga (TOGA).
Banyak jenis tanaman berkhasiat obat yang dapat ditanam di TOGA RS, yang
selain memiliki daun atau bunga yang indah serta buah yang dapat dimanfaatkan
menjadi obat sederhana. Setiap tanaman dapat diberi label kecil yang berisi nama
dan manfaat dari tanaman tersebut.
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 22
C. PKRS DI DINDING LUAR RUMAH SAKIT
Pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Hari AIDS,
Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Hari Kanker Sedunia dan lain-lain, di dinding luar
rumah sakit dapat ditampilkan pesan-pesan kesehatan berupa giant banner atau
spanduk.
D. PKRS DI PAGAR PEMBATAS KAWASAN RUMAH SAKIT
Seiring dengan pemasangan spanduk di dinding luar rumah sakit, di sekeliling pagar
pembatas kawasan rumah sakit juga dapat dipasang spanduk-spanduk yang berisi
pesan-pesan kesehatan sebagai media penambah pengetahuan masyarakat sekitar.
E. PKRS DI KANTIN/KIOS DI KAWASAN RUMAH SAKIT
Di kawasan rumah sakit juga terdapat kantin, kios atau toko yang menyediakan
berbagai kebutuhan pengunjung rumah sakit. Sarana ini dapat dimanfaatkan untuk
PKRS.
Pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan disesuaikan dengan fungsi dari sarana
tersebut. Misalnya dikantin ditampilkan pesan yang berkaitan dengan konsumsi gizi
seimbang dan bahaya merokok.
F. PKRS DI TEMPAT IBADAH
Tempat ibadah yang tersedia di rumah sakit berupa mesjid yang selain digunakan
oleh seluruh staf rumah sakit juga oleh masyarakat sekitar, selain itu ada beberapa
tempat ibadah untuk kepentingan individu atau kelompok kecil berupa musholla atau
ruang yang digunakan untuk kebaktian umat kristiani.
Pesan kesehatan dapat disampaikan dalam bentuk poster atau penyediaan
leaflet/brosur atau selebaran yang dapat diambil secara gratis. Pesan yang
disampaikan sebaiknya yang berisi pesan untuk kesehatan jiwa dan pentingnya
menjaga kebersihan/kesehatan lingkungan yang dikaitkan dengan perintah-perintah
agama.
BAB VII
PENUTUP
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 23
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa dalam Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) telah memuat kegiatan Pendidikan Pasien dan Keluarga
yang pada pelaksanaannya dikoordinir oleh Instalasi PKRS. Tetapi untuk diingat bahwa
pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah sakit merupakan tugas dan tanggung jawab
seluruh jajaran rumah sakit.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya
pemberdayaan, baik pemberdayaan terhadap pasien (rawat jalan dan rawat inap) maupun
terhadap klien sehat.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil jika
didukung oleh upaya-upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadap
mereka yang paling berpengaruh terhadap pasien/klien, sedangkan advokasi dilakukan
terhadap mereka yang dapat mendukung/membantu rumah sakit dari segi kebijakan
(peraturan perundang-undangan) dan sumber daya dalam rangka memberdayakan
pasien/klien.
Banyak sekali peluang untuk melaksanakan PKRS, dan peluang-peluang tersebut
harus dapat dimanfaatkan dengan baik, sesuai dengan fungsi dari peluang yang
bersangkutan.
Direktur Utama
Dr.dr. Yusirwan, SpB, SpBA(K), MARSNIP. 19621122 198903 1001
PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT Page 24