Upload
kagek-bhe
View
82
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
4. fraktur mandibula by andy
Citation preview
Fraktur Mandibula
Oleh:Subandi
Anatomi Mandibula
Biomekanik Mandibula
Gerakan mandibula dipengaruhi oleh empat pasang otot
yang disebut otot-otot pengunyah, yaitu otot masseter,
temporalis, pterigoideus lateralis dan medialis.
Pada waktu membuka mulut, maka yang berkontraksi
adalah m. Pterigoideus lateralis bagian inferior, disusul m.
pterigoideus lateralis bagian superior (yang berinsersi pada
kapsul sendi) saat mulut membuka lebih lebar. Sedangkan otot
yang berperan untuk menutup mulut adalah m. Temporalis dan
masseter dan diperkuat lagi oleh m. Pterigoideus medialis.
Fraktur Mandibula
Fraktur didefinisikan sebagai deformitas linear atau terjadinya
diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur dapat terjadi
akibat trauma atau karena proses patologis.
Garis fraktur pada mandibula biasa terjadi pada area lemah dari
mandibula tergantung mekanisme trauma yang terjadi.
Daerah yang tipis pada mandibula adalah angulus dan sub condylus sehingga
bagian ini termasuk bagian yang lemah dari mandibula. Selain itu titik lemah
juga didapatkan pada foramen mentale, angulus mandibula tempat gigi molar
III terutama yang erupsinya sedikit, kolum kondilus mandibula terutama bila
trauma dari depan langsung mengenai dagu maka gayanya akan diteruskan
kearah belakang.
Pada fraktur mandibula, fragmen yang fraktur mengalami
displaced akibat tarikan otot-otot mastikasi, oleh karena itu maka
reduksi dan fiksasi pada fraktur mandibula harus menggunakan
splinting untuk melawan tarikan dari otot-otot mastikasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi displacement fraktur
mandibula antara lain ; arah dan kekuatan trauma, arah dan sudut
garis fraktur, ada atau tidaknya gigi pada fragmen, arah lepasnya
otot dan luasnya kerusakan jaringan lunak.
Insidens fraktur mandibula sesuai dengan lokasi anatomisnya;
prosesus condiloideus (29.1%), angulus mandibula (24%),
simfisis mandibula (22%), korpus mandibula (16%), alveolus
(3.1%), ramus (1.7%), processus coronoideus (1.3%).
Klasifikasi
Berdasar ada tidaknya gigi pada kiri dan kanan garis fraktur.
Berdasar arah fraktur dan kemudahan untuk direposisi dibedakan :
Horisontal yang dibagi menjadi favourable dan unfavourable.
Vertikal, yang juga dibagi menjadi favourable dan unfavourable.
Berdasar beratnya derajat fraktur, dibagi menjadi fraktur
simple/closed dan Fraktur compound.
Berdasar tipe fraktur dibagi menjadi fraktur greenstick (incomplete),
Fraktur tunggal, Fraktur multiple dan Fraktur komunitif.
Selain itu terdapat juga fraktur patologis , impacted fraktur, Fraktur ,
Indirect fractur.
Biomekanik Fraktur Mandibula
Rahang bawah memiliki bentuk anatomis yang unik, berdasarkan
arsitektur tulang, bentuk dan perlekatan otot mandibula dapat
digambarkan sebagai sebuah struktur yang mengubah tekanan yang
diterimanya menjadi suatu bentuk daya tensi dan kompresi. Kekuatan
kompresi dihasilkan sepanjang daerah basal mandibula sedangkan
kekuatan tensi terdapat pada sepanjang daerah alveolar. Aksis tranversal
imajiner yang terletak kira-kira sepanjang kanalis mandibula
memisahkan prosesus alveolaris yang merupakan daerah tegangan atau
disebut dengan tension area dari daerah basal mandibula yang merupakan
daerah kompresi atau disebut dengan compression area.
Pada waktu mandibula mengalami fraktur, prinsip perawatan
dilakukan dengan mempertimbangkan kekuatan-kekuatan pada
kedua sisi dari aksis imajiner tersebut, sehingga kedua kekuatan
tegangan yang berlawanan tersebut harus dinetralisir untuk
mendapatkan reduksi fungsional yang stabil.
Diagnosis
Pada kasus trauma, pemeriksaan penderita dengan kecurigaan fraktur
mandibula harus mengikuti kaidah ATLS, dimana terdiri dari pemeriksaan
awal (primary survey) yang meliputi pemeriksan airway, breathing,
circulation dan disability. Pada penderita trauma dengan fraktur mandibula
harus diperhatikan adanya kemungkinan obstruksi jalan nafas yang bisa
diakibatkan karena fraktur mandibula itu sendiri ataupun akibat perdarahan
intraoral yang menyebabkan aspirasi darah dan clot.
Setelah dilakukan primary survey dan kondisi penderita stabil,
dilanjutkan dengan pemeriksaan lanjutan secondary survey yaitu
pemeriksaan menyeluruh dari ujung rambut sampai kepala.
• Anamnesa
• Pemeriksaan fisik ; Untuk memeriksa apakah ada fraktur
mandibula dengan palpasi dilakukan evaluasi false
movement dengan kedua ibu jari di intraoral, korpus
mandibula kanan dan kiri dipegang kemudian digerakkan
keatas dan kebawah secara berlawanan sambil diperhatikan
disela gigi dan gusi yang dicurigai ada frakturnya. Bila ada
pergerakan yang tidak sinkron antara kanan dan kiri maka
false movement +, apalagi dijumpai perdarahan disela gusi.
• Pemeriksaan penunjang ; pada fraktur mandibula dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang foto Rontgen untuk mengetahui pola fraktur yang
terjadi.
Penatalaksanaan
Prinsip dasar umum dalam perawatan fraktur mandibula ialah, Evaluasi
klinis secara keseluruhan dengan teliti, pemeriksaan klinis fraktur dilakukan
secara benar, kerusakan gigi dievaluasi dan dirawat bersamaan dengan perawatan
fraktur mandibula, mengembalikan oklusi merupakan tujuan dari perawatan
fraktur mandibula.
Apabila terjadi fraktur multiple di wajah, fraktur mandibula lebih baik
dilakukan perawatan terlebih dahulu dengan prinsip dari dalam keluar, dari
bawah keatas. Waktu penggunaan fiksasi intermaksiler dapat bervariasi
tergantung tipe, lokasi, jumlah dan derajat keparahan fraktur mandibula serta usia
dan kesehatan pasien maupun metode yang akan digunakan untuk reduksi dan
imobilisasi. Penggunaan antibiotik untuk kasus compound fractures, monitor
pemberian nutrisi pasca operasi.
Penanganan fraktur mandibula secara umum dibagi menjadi 2 metode
yaitu reposisi tertutup dan terbuka.
• Reposisi tertutup (closed reduction) patah tulang rahang bawah ;
penanganan konservatif dengan melakukan reposisi tanpa operasi
langsung pada garis fraktur dan melakukan imobilisasi dengan
interdental wiring atau eksternal pin fixation.
• Reposisi terbuka (open reduction) ; tindakan operasi untuk melakukan
koreksi deformitas-maloklusi yang terjadi pada patah tulang rahang
bawah dengan melakukan fiksasi dengan interosseus wiring serta
imobilisasi dengan menggunakan interdental wiring atau dengan mini
plat+skrup.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur mandibula
antara lain adanya infeksi, dengan kuman patogen yang
umum adalah staphylococcus, streptococcus dan
bacterioides. Terjadi malunion dan delayed healing,
biasanya disebabkan oleh infeksi, reduksi yang inadekuat,
nutrisi yang buruk, dan penyakit metabolik lainnya.