30
26 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan Penelitian yang telah dilakukan berupa pengamatan di lapangan, pembagian kuesioner dan wawancara. Penelitian ini dilakukan pada proyek perumahan yang sedang dalam tahap pekerjaan pemasangan dinding, baik dinding dengan bata konvensional maupun bata ringan. Data pengamatan lapangan diperoleh dari enam proyek perumahan di Surabaya Barat dan Timur, sedangkan kuesioner dibagikan kepada kontraktor, pelaksana lapangan, pengawas maupun mandor yang mempunyai pengalaman menangani proyek perumahan dengan menggunakan material bata konvensional maupun bata ringan di kota Surabaya. Waktu pelaksanaan dimulai pada pertengahan bulan Maret 2009 hingga pertengahan bulan Mei 2009, sedangkan pengamatan mengenai persentase volume dilakukan pada awal bulan Mei 2009. Analisis data dibagi menjadi dua bagian yang meliputi: (1) observasi lapangan untuk mengetahui persentase berat dan volume sisa material pada pemasangan dinding bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan yang dilakukan oleh kontraktor, serta ditunjang dengan hasil wawancara dan dokumentasi yang didapat di lapangan. 4.2. Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh hasil berupa berat dan volume sisa material terhadap dinding yang terpasang. Pengambilan data pengamatan dilakukan pada enam proyek perumahan di Surabaya Barat dan Timur. Data proyek yang diamati dapat dilihat pada Tabel 4.1.

4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

26

Universitas Kristen Petra

4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Pendahuluan

Penelitian yang telah dilakukan berupa pengamatan di lapangan, pembagian

kuesioner dan wawancara. Penelitian ini dilakukan pada proyek perumahan yang

sedang dalam tahap pekerjaan pemasangan dinding, baik dinding dengan bata

konvensional maupun bata ringan. Data pengamatan lapangan diperoleh dari enam

proyek perumahan di Surabaya Barat dan Timur, sedangkan kuesioner dibagikan

kepada kontraktor, pelaksana lapangan, pengawas maupun mandor yang mempunyai

pengalaman menangani proyek perumahan dengan menggunakan material bata

konvensional maupun bata ringan di kota Surabaya. Waktu pelaksanaan dimulai pada

pertengahan bulan Maret 2009 hingga pertengahan bulan Mei 2009, sedangkan

pengamatan mengenai persentase volume dilakukan pada awal bulan Mei 2009.

Analisis data dibagi menjadi dua bagian yang meliputi: (1) observasi lapangan

untuk mengetahui persentase berat dan volume sisa material pada pemasangan dinding

bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang

menyebabkan sisa material dan usaha penanganan yang dilakukan oleh kontraktor,

serta ditunjang dengan hasil wawancara dan dokumentasi yang didapat di lapangan.

4.2. Observasi Lapangan

Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh hasil berupa berat dan

volume sisa material terhadap dinding yang terpasang. Pengambilan data pengamatan

dilakukan pada enam proyek perumahan di Surabaya Barat dan Timur. Data proyek

yang diamati dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Page 2: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

27

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.1. Data Proyek Observasi Lapangan

No. Nama Proyek Nama Perusahaan

Kontraktor Lokasi Proyek

Jenis Material yang

Diamati

1 Perumahan Onegolf Terrace,

Pakuwon Indah

PT. Duta Sarana

Sumberjaya Surabaya Barat

Bata Konvensional,

Mortar Konvensional 2

Perumahan Granada,

Pakuwon Indah

PT. Duta Sarana

Sumberjaya

3 Perumahan Puri Galaxy PT. Inti Daya

Kontraktor Surabaya Timur

Bata Ringan,

Mortar Siap Pakai 4

Perumahan Moca Residence,

Dian Istana CV. Bintang Jaya Surabaya Barat

5 Perumahan Alam Galaxy PT. Graha

Manunggal Permata Surabaya Barat

Mortar Siap Pakai

6 Perumahan San Diego,

Pakuwon City Candra (Perorangan) Surabaya Timur

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti saat di lapangan dalam pengambilan

data sisa material (bata konvensional, bata ringan, mortar untuk spesi dan plesteran)

dari pemasangan dinding, yaitu :

1. Pertama-tama peneliti mengamati permulaan dari pekerjaan yang dilakukan pada

saat itu yaitu pemasangan bata konvensional/bata ringan serta pekerjaan plesteran.

2. Setelah pekerjaan pemasangan dalam suatu periode, peneliti mengukur luasan

dinding yang terpasang (m2) dan mengumpulkan sisa dari pekerjaan pemasangan

tersebut. Kemudian peneliti mengukur sisa bata konvensional/bata ringan serta

mortar untuk spesi yang digunakan dengan cara menimbangnya, dan sisa tersebut

dimasukkan ke dalam kardus untuk diukur volumenya. Hal tersebut di atas juga

dilakukan pada sisa mortar dari pekerjaan plesteran.

Sedangkan pengolahan data untuk mendapatkan hasil persentase volume dari

setiap material tersebut dilakukan dalam beberapa tahap:

1. Mengetahui ukuran bata konvensional yaitu 5 cm x 20 cm x 10 cm, ukuran bata

ringan 20 cm x 60 cm x 10 cm, dan berat dari satu buah bata konvensional sebesar

1,5 kg, berat bata ringan sebesar 7,5 kg, serta rata-rata berat dari satu timba mortar

untuk masing-masing proyek.

2. Menghitung luasan dinding yang terpasang (m2), menimbang sisa bata, mortar

yang terpasang baik untuk spesi maupun plesteran, sisa mortar dari spesi dan

plesteran (kg).

3. Dari luasan yang terpasang, diperoleh jumlah bata (buah) dan berat total yang

terpasang (kg), dimana untuk dinding bata konvensional tebal spesi adalah 2-2,5

cm dan tebal plesteran 3 cm, sedangkan untuk dinding bata ringan tebal spesi

Page 3: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

28

Universitas Kristen Petra

adalah 2 mm dan tebal plesteran 1-1,5 cm sesuai dengan keadaan di proyek yang

diamati.

4. Memperoleh hasil berat sisa material yang telah ditimbang serta volume dari

setiap sisa material dengan menggunakan kotak/dus air minum untuk sisa bata dan

sisa mortar dengan menggunakan timba sebagai alat bantu untuk mengetahui

perkiraan volume dari sisa material yang terjadi

5. Mendapatkan berat volume sisa material (kg/m3) dari masing-masing material

yang diambil beberapa sample saja.

Berat volume sisa material = )(m sisa volume

(kg) sisaberat 3

6. Dari berat volume sisa akan didapatkan volume sisa material, kemudian dilakukan

perhitungan persentase (%) volume sisa material:

% 100 x )(m pengamatan selama terpasangyang material volume

)(m terjadiyang material sisa volume3

3

dimana : Volume bata yang terpasang = banyak bata yang terpasang x volume 1 bata

Volume mortar = banyak mortar (timba) yang terpasang x volume 1 timba

7. Perhitungan rata-rata persentase volume sisa dari keseluruhan pengamatan, dapat

dihitung dengan cara:

Ai

AiXiMean

4.2.1. Pengamatan Dinding Bata Konvensional

Pengamatan terhadap dinding bata konvensional dilakukan di 2 proyek yaitu di

proyek perumahan Onegolf Terrace dan di proyek perumahan Granada. Hasil

pengamatan untuk masing-masing material, adalah sebagai berikut:

Pada bata konvensional, pengambilan data untuk mengetahui berat volume

diambil secara acak sebanyak 11 kali dan diperoleh rata-rata berat volume sebesar

1180,84 kg/m3 (Lampiran 3). Pada kedua proyek dapat dilihat frekuensi

pengamatan secara keseluruhan dari persentase volume sisa bata konvensional

seperti terlihat pada Gambar 4.1, sedangkan pada Gambar 4.2 terlihat besarnya

persentase volume sisa bata konvensional berdasarkan luasan yang dilakukan saat

pengamatan. Dari kedua proyek dapat diperoleh rata-rata persentase volume

(mean) sisa bata sebesar 1,09%.

Page 4: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

29

Universitas Kristen Petra

Gambar 4.1. Frekuensi Persentase Volume Sisa Bata Konvensional

Gambar 4.2. Persentase Volume Sisa Bata Konvensional

Persentase volume sisa bata konvensional yang terjadi pada proyek Onegolf

Terrace lebih rendah dibandingkan dengan proyek di Granada. Dapat diketahui juga

pada luasan dinding terpasang yang lebih kecil menghasilkan persentase volume sisa

lebih banyak daripada luasan dinding yang besar. Hal ini disebabkan perbedaan

kontraktor dan perilaku pekerja dalam masing-masing proyek.

Pada mortar konvensional untuk spesi, perhitungan rata-rata berat volume diambil

dari pengambilan data secara acak sebanyak 11 kali dan diperoleh rata-rata berat

Page 5: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

30

Universitas Kristen Petra

volume sebesar 1624,47 kg/m3 (Lampiran 4). Pada kedua proyek dapat dilihat

frekuensi pengamatan secara keseluruhan dari persentase volume sisa mortar

konvensional untuk spesi seperti terlihat pada Gambar 4.3, sedangkan pada

Gambar 4.4 terlihat besarnya persentase volume sisa mortar konvensional untuk

spesi berdasarkan luasan yang dilakukan saat pengamatan. Dari kedua proyek

dapat diperoleh rata-rata persentase volume (mean) sisa mortar sebesar 0,68%.

Gambar 4.3. Frekuensi Persentase Volume Sisa Mortar Konvensional untuk Spesi

Gambar 4.4. Persentase Volume Sisa Mortar Konvensional untuk Spesi

Persentase volume sisa mortar konvensional untuk spesi yang terjadi pada

proyek Granada lebih rendah dibandingkan dengan proyek di Onegolf Terrace. Hal ini

Page 6: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

31

Universitas Kristen Petra

disebabkan perilaku pekerja yang berbeda-beda dan juga dipengaruhi ketebalan spesi

tiap luasan dinding terpasang dalam pekerjaan pemasangan dinding bata.

Pada mortar konvensional untuk plesteran, perhitungan rata-rata berat volume

diambil secara acak sebanyak 18 kali dan diperoleh rata-rata berat volume sebesar

1593,37 kg/m3. Pada kedua proyek dapat dilihat frekuensi pengamatan secara

keseluruhan dari persentase volume sisa mortar konvensional untuk plesteran

seperti terlihat pada Gambar 4.5, sedangkan pada Gambar 4.6 terlihat besarnya

persentase volume sisa mortar konvensional untuk plesteran berdasarkan luasan

yang dilakukan saat pengamatan. Dari kedua proyek dapat diperoleh rata-rata

persentase volume (mean) sisa mortar sebesar 1,64%.

Gambar 4.5. Frekuensi Persentase Volume Sisa Mortar Konvensional untuk Plesteran

Gambar 4.6. Persentase Volume Sisa Mortar Konvensional untuk Plesteran

Page 7: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

32

Universitas Kristen Petra

Persentase volume sisa mortar konvensional untuk plesteran yang terjadi pada

proyek Granada lebih rendah dibandingkan dengan proyek di Onegolf Terrace. Hal ini

disebabkan perilaku pekerja dalam masing-masing proyek yang berpengaruh terhadap

terjadinya sisa mortar konvensional untuk plesteran, seperti tidak menggunakan

kembali mortar yang belum mengering, kecerobohan pekerja dalam pemindahan

mortar sehingga mortar terjatuh/tercecer.

Berdasarkan data pengamatan dengan melihat faktor application & residue

waste serta cutting waste, pada dinding bata konvensional telah diketahui rata-rata

persentase volume sisa material, sehingga dapat diketahui seberapa besar volume sisa

material yang terbuang dari satu rumah seperti contoh di bawah ini:

Pada proyek perumahan Onegolf Terrace, dengan luas bangunan 190 m2 dan luas

dinding 370,12 m2 diperoleh:

- Pada bata konvensional: rata-rata persentase volume sisa sebesar 1,09%,

sehingga didapat volume sisa bata yang terbuang yaitu 0,26 m3

- Pada mortar untuk spesi: rata-rata persentase volume sisa sebesar 0,68%,

sehingga didapat volume sisa mortar yang terbuang yaitu 0,09 m3

- Pada mortar untuk plesteran: rata-rata persentase volume sisa sebesar 1,64%,

sehingga didapat volume sisa mortar yang terbuang yaitu 0,18 m3

Pada proyek perumahan Granada, dengan luas bangunan 238 m2 dan luas dinding

538,11 m2 diperoleh:

- Pada bata konvensional: rata-rata persentase volume sisa sebesar 1,09%,

sehingga didapat volume sisa bata yang terbuang yaitu 0,35 m3

- Pada mortar untuk spesi: rata-rata persentase volume sisa sebesar 0,68%,

sehingga didapat volume sisa mortar yang terbuang yaitu 0,15 m3

- Pada mortar untuk plesteran: rata-rata persentase volume sisa sebesar 1,64%,

sehingga didapat volume sisa mortar yang terbuang yaitu 0,26 m3

Pada pengamatan di lapangan sisa bata dan sisa mortar terjadi pada saat

pemasangan dinding bata (application & residue), dimana sisa bata terjadi karena ada

bata yang terjatuh pada saat pekerja memasangnya, sedangkan sisa mortar terjadi

karena pekerja tidak mengumpulkan kembali mortar basah yang terjatuh pada saat

pemasangan (Gambar 4.7).

Page 8: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

33

Universitas Kristen Petra

Gambar 4.7. Sisa Bata dan Mortar Konvensional akibat Application & Residue

Sedangkan cara penanganan untuk mengurangi sisa mortar yang dilakukan

pekerja yaitu mengumpulkan kembali mortar yang belum mengering untuk digunakan

kembali, seperti terlihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Pengumpulan Mortar yang Belum Mengering

4.2.2. Pengamatan Dinding Bata Ringan

Pengamatan terhadap sisa bata ringan dan mortar siap pakai untuk spesi

dilakukan di proyek perumahan Puri Galaxy dan proyek perumahan Dian Istana.

Sedangkan pengamatan terhadap sisa mortar siap pakai untuk plesteran dilakukan di 2

proyek yang berbeda dengan sisa bata dan sisa mortar untuk spesi, yaitu pada proyek

perumahan Alam Galaxy dan perumahan San Diego. Hasil pengamatan untuk masing-

masing material, adalah sebagai berikut:

Pada bata ringan, perhitungan rata-rata berat volume sisa bata diambil dari

pengambilan data secara acak sebanyak 13 kali dan diperoleh rata-rata berat

volume sisa bata sebesar 647,28 kg/m3. Pada kedua proyek dapat dilihat frekuensi

Page 9: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

34

Universitas Kristen Petra

pengamatan secara keseluruhan dari persentase volume sisa bata ringan seperti

terlihat pada Gambar 4.9, sedangkan pada Gambar 4.10 terlihat besarnya

persentase volume sisa bata ringan berdasarkan luasan yang dilakukan saat

pengamatan. Dari kedua proyek dapat diperoleh rata-rata persentase volume

(mean) sisa bata sebesar 0,64%.

Gambar 4.9. Frekuensi Persentase Volume Sisa Bata Ringan

Gambar 4.10. Persentase Volume Sisa Bata Ringan

Persentase volume sisa bata ringan yang terjadi pada proyek Puri Galaxy lebih

besar dibandingkan dengan proyek Dian Istana. Selain itu dapat dilihat pada

pemasangan bata, luasan dinding yang terpasang lebih besar dikarenakan ukuran dari

bata ringan yang besar sehingga waktu pemasangan juga lebih cepat. Hal ini

Page 10: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

35

Universitas Kristen Petra

disebabkan perilaku pekerja yang belum terbiasa dalam pemasangan bata ringan dan

pada pemotongan bata tidak menggunakan alat yang dianjurkan dan penyalahgunaan

pekerja mengenai cara pemakaian alat.

Pada mortar siap pakai untuk spesi, perhitungan rata-rata berat volume sisa

diambil dari pengambilan data secara acak sebanyak 13 kali dan diperoleh rata-

rata berat volume sisa mortar untuk spesi sebesar 1348,62 kg/m3. Pada kedua

proyek dapat dilihat frekuensi pengamatan secara keseluruhan dari persentase

volume sisa mortar siap pakai seperti terlihat pada Gambar 4.11, sedangkan pada

Gambar 4.12 terlihat besarnya persentase volume sisa mortar siap pakai

berdasarkan luasan yang dilakukan saat pengamatan. Dari kedua proyek dapat

diperoleh rata-rata persentase volume (mean) sisa mortar sebesar 0,67%.

Gambar 4.11. Frekuensi Persentase Volume Sisa Mortar Siap Pakai untuk Spesi

Gambar 4.12. Persentase Volume Sisa Mortar Siap Pakai untuk Spesi

Page 11: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

36

Universitas Kristen Petra

Persentase volume sisa mortar siap pakai untuk spesi yang terjadi pada proyek

Puri Galaxy lebih rendah dibandingkan dengan proyek di Dian Istana. Perbedaan

persentase volume sisa mortar ini disebabkan oleh pekerja yang belum terbiasa dalam

pemasangan spesi pada mortar siap pakai, dimana pemasangan spesi pada dinding bata

ringan memiliki ketebalan yang lebih tipis daripada spesi pada dinding bata

konvensional.

Pada mortar siap pakai untuk plesteran, perhitungan rata-rata berat volume sisa

diambil secara random sebanyak 20 kali dan diperoleh rata-rata berat volume sisa

sebesar 1638,57 kg/m3. Pada kedua proyek dapat dilihat frekuensi pengamatan

secara keseluruhan dari persentase volume sisa mortar siap pakai seperti terlihat

pada Gambar 4.13, sedangkan pada Gambar 4.14 terlihat besarnya persentase

volume sisa mortar siap pakai berdasarkan luasan yang dilakukan saat

pengamatan. Dari kedua proyek dapat diperoleh rata-rata persentase volume

(mean) sisa mortar sebesar 0,73%.

Gambar 4.13. Frekuensi Persentase Volume Sisa Mortar Siap Pakai untuk Plesteran

Page 12: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

37

Universitas Kristen Petra

Gambar 4.14. Persentase Volume Sisa Mortar Siap Pakai untuk Plesteran

Persentase volume sisa mortar siap pakai untuk plesteran yang terjadi pada

proyek San Diego lebih rendah dibandingkan dengan proyek di Alam Galaxy. Hal ini

disebabkan perilaku pekerja yang sudah terbiasa dan adanya perbedaan ketebalan

pemasangan plesteran yang disesuaikan dengan dinding terpasang.

Berdasarkan data pengamatan dengan melihat faktor application & residue

waste serta cutting waste, pada dinding bata ringan telah diketahui rata-rata persentase

volume sisa material, sehingga dapat diketahui seberapa besar volume sisa material

yang terbuang dari satu rumah seperti contoh di bawah ini:

Pada proyek perumahan Puri Galaxy, dengan luas bangunan 413 m2 dan luas

dinding 1477,8 m2 diperoleh:

- Pada bata ringan: rata-rata persentase volume sisa sebesar 0,64%, sehingga

didapat volume sisa bata yang terbuang yaitu 0,93 m3

- Pada mortar untuk spesi: rata-rata persentase volume sisa sebesar 0,67%,

sehingga didapat volume sisa mortar yang terbuang yaitu 0,01311 m3

- Pada mortar untuk plesteran: rata-rata persentase volume sisa sebesar 0,73%,

sehingga didapat volume sisa mortar yang terbuang yaitu 0,11 m3

Pada proyek perumahan Dian Istana, dengan luas bangunan 465 m2 dan luas

dinding 1202,9 m2 diperoleh:

- Pada bata ringan: rata-rata persentase volume sisa sebesar 0,64%, sehingga

didapat volume sisa bata yang terbuang yaitu 0,76 m3

Page 13: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

38

Universitas Kristen Petra

- Pada mortar untuk spesi: rata-rata persentase volume sisa sebesar 0,67%,

sehingga didapat volume sisa mortar yang terbuang yaitu 0,01071 m3

- Pada mortar untuk plesteran: rata-rata persentase volume sisa sebesar 0,73%,

sehingga didapat volume sisa mortar yang terbuang yaitu 0,09 m3

Pada dinding bata ringan, sisa material yang terjadi saat pengamatan di

lapangan disebabkan pada saat pemasangan dinding (application & residue) serta pada

saat pemotongan bata (cutting), dimana sisa bata terjadi karena penggunaan alat yang

tidak semestinya. Sedangkan sisa mortar terjadi karena pekerja masih belum terbiasa

memakai alat yang dianjurkan yaitu trowel, sehingga banyak mortar yang keluar dari

batas bata dan menyebabkan mortar tersebut menjadi kering. Selain itu, sisa mortar

terjadi karena pekerja yang tidak mengumpulkan kembali mortar yang masih basah

tersebut (Gambar 4.15 dan Gambar 4.16).

Gambar 4.15. Sisa Bata Ringan dan Mortar Siap Pakai akibat Application & Residue

Gambar 4.16. Sisa Bata Ringan akibat Cutting

Page 14: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

39

Universitas Kristen Petra

4.2.3. Perbandingan Pengamatan Sisa Material Antara Dinding Bata

Konvensional dengan Dinding Bata Ringan

Dari masing-masing hasil pengamatan untuk dinding bata konvensional

maupun dinding bata ringan, dapat dilihat perbandingan rata-rata persentase volume

(Gambar 4.17) yaitu sebagai berikut:

1. Pada bata konvensional, rata-rata persentase volume sisa bata dari keseluruhan

pengamatan di proyek sebesar 1,09%. Untuk bata ringan, rata-rata persentase

volume sisa bata sebesar 0,64%.

2. Pada mortar konvensional, rata-rata persentase volume sisa mortar untuk spesi

yaitu 0,68%. Sedangkan pada mortar siap pakai, rata-rata persentase volume sisa

mortar pada keseluruhan pengamatan yaitu 0,67%.

3. Pada plesteran, rata-rata persentase volume sisa mortar konvensional yaitu 1,64%.

Untuk mortar siap pakai, rata-rata persentase volume sisa mortar yaitu 0,73%.

Gambar 4.17. Perbandingan Persentase Volume Sisa Material

Dari hasil pengamatan untuk mendapatkan persentase volume sisa material,

dapat dilihat perbedaan yang cukup signifikan antara persentase volume sisa material

dinding bata konvesional dengan dinding bata ringan yaitu pada sisa mortar untuk

plesteran. Hal ini disebabkan karena pada awal pengamatan sisa mortar tersebut

banyak terbuang.

Page 15: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

40

Universitas Kristen Petra

4.3. Kuesioner

Kuesioner ditujukan kepada pihak kontraktor yang pernah menangani proyek

perumahan yang menggunakan dinding bata konvensional dan dinding bata ringan.

Kuesioner diisi oleh 60 responden, masing-masing 40 responden untuk dinding bata

konvensional, dan 20 responden untuk dinding bata ringan. Dalam satu perusahaan

terdapat satu hingga empat responden yang mengisi kuesioner. Pada awal

pendistribusian kuesioner ke pihak kontraktor, peneliti membagikan sebanyak 40

kuesioner sama rata antara kuesioner dinding bata konvensional maupun dinding bata

ringan. Tetapi pengembalian kuesioner tidak sebanding, hal ini disebabkan belum

banyaknya perumahan di Surabaya yang menggunakan dinding bata ringan.

4.3.1. Dinding Bata Konvensional

a. Data Responden:

Kuesioner untuk dinding bata konvensional ini dibagikan ke beberapa kontraktor

perumahan di Surabaya seperti terlihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Data Perusahaan Kontraktor Pada Dinding Bata Konvensional

No. Perusahaan Kontraktor

1 CV.Bintang Jaya

2 PT. Duta Sarana Sumber Jaya

3 PT. Pakuwon

4 Cahaya Bangun

5 Multiarindo

6 Grasindo

7 PT. Trieka Perdana

8 Tjendra

9 PT. Anugrah Bina Sukses

10 CV. Murni Jaya

11 PT. Karunia Cipta Mandiri

12 PT. Wijaya Prakarya Steel

13 PT. Mitra Suara Inti Pratama

14 CV. Media Cipta

15 PT. Cempaka Pertiwa

16 PT. Graha Primula

17 CV. Cipta Persada Indah

18 PT. Triaxial

19 WHL

20 CV. Tirta Kusuma

21 CV. JAP

22 PT. Graha Manunggal Permata

Page 16: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

41

Universitas Kristen Petra

Responden yang mengisi kuesioner untuk dinding bata konvensional adalah

Pelaksana Lapangan, Pengawas Lapangan dan Mandor. Selain itu, yang termasuk di

dalam golongan lainnya adalah Quantity Surveyor, Site Arsitek, Logistik, dan Manajer

Proyek yang terlihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Jabatan Responden Pada Dinding Bata Konvensional

No. Jabatan Jumlah Responden Persentase (%)

1 Pelaksana Lapangan 13 32

2 Pengawas Lapangan 15 38

3 Mandor 8 20

4 Lain-lain 4 10

Total 40 100

Pada Tabel 4.4 terlihat sebagian besar responden adalah lulusan S1 atau Sarjana

Teknik kemudian yang termasuk golongan lain-lain yaitu lulusan S2 sebanyak 2

orang, lulusan STM sebanyak 4 orang, lulusan SLTA sebanyak 4 orang, lulusan SMP

sebanyak 3 orang, lulusan SD sebanyak 1 orang, serta lulusan D3.

Tabel 4.4. Pendidikan Terakhir Responden Pada Dinding Bata Konvensional

Untuk pengalaman kerja responden terbagi dalam tiga bagian, yaitu yang

mempunyai pengalaman 1-5 tahun, lebih dari 5-10 tahun dan mempunyai pengalaman

selama lebih dari 10 tahun, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Pengalaman Kerja Responden Pada Dinding Bata Konvensional

No. Pengalaman Kerja Jumlah Responden Persentase (%)

1 1 - 5 thn 8 20

2 > 5 - 10thn 12 30

3 > 10thn 20 50

Total 40 100

No. Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Persentase (%)

1 S1 21 52

2 D3 5 13

3 Lain-lain 14 35

Total 40 100

Page 17: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

42

Universitas Kristen Petra

b. Faktor-faktor penyebab sisa material

Menurut hasil kuesioner, rata-rata skala nilai untuk faktor-faktor penyebab sisa

bata konvensional yaitu seperti yang terlihat pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18. Faktor Penyebab Sisa Bata Konvensional

Rata-rata hasil dari faktor penyebab sisa bata konvensional berdasarkan urutan

skala terbesar yaitu:

1. Sering terjadi yang disebabkan oleh transport & delivery waste (dengan skala

nilai 2,85), internal site transit waste (skala nilai 2,60), site storage waste dan

application & residue waste (skala nilai 2,55).

2. Jarang terjadi yang disebabkan oleh cutting waste (skala nilai 2,48), learning

waste dan fixing waste (skala nilai 1,78).

Pada mortar konvensional, rata-rata skala nilai faktor-faktor penyebab sisa mortar

baik untuk spesi maupun plesteran, yaitu seperti terlihat pada Gambar 4.19.

.

Gambar 4.19. Faktor Penyebab Sisa Mortar Konvensional

Page 18: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

43

Universitas Kristen Petra

Rata-rata sisa mortar konvensional berdasar skala terbesar yaitu akibat internal

site transit dengan skala nilai 2,95 (sering terjadi), application & residue dengan skala

nilai 2,83 (sering terjadi), fixing dengan skala nilai 1,90 (jarang terjadi), learning

dengan skala nilai 1,65 (jarang terjadi).

Pada pengamatan di lapangan, sisa bata konvesional yang terjadi karena letak dan

cara penumpukan bata yang tidak baik, dapat dilihat pada Gambar 4.20.

Gambar 4.20. Site Storage Waste

Sisa bata konvensional akibat pemindahan bata dari tempat penumpukan ke

tempat pemasangan, misal: pekerja yang melempar bata seperti terlihat pada Gambar

4.21. Apabila pekerja tidak berhati-hati maka akan mengakibatkan bata terjatuh dan

tidak dapat digunakan lagi sehingga akan menimbulkan sisa bata di proyek.

Gambar 4.21. Internal Site Transit Waste

c. Cara penanganan yang dilakukan oleh kontraktor

Menurut hasil kuesioner, rata-rata skala nilai untuk cara penanganan terhadap sisa

bata konvensional yang dilakukan oleh kontraktor dapat dilihat pada Gambar 4.22.

Page 19: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

44

Universitas Kristen Petra

Gambar 4.22. Cara Penanganan Sisa Bata Konvensional

Rata-rata penanganan yang dilakukan oleh kontraktor terhadap sisa bata

konvensional berdasarkan skala terbesar, yaitu:

1. Penanganan yang sering dilakukan berupa reduce :

- Memperhatikan kualitas dari bata yang digunakan dengan skala nilai 3,43.

- Memilah sisa bata yang masih bisa digunakan kembali dengan skala nilai 3,40.

- Merencanakan dan mengatur jarak antar tempat penumpukan bata dengan

tempat pemasangan dengan skala nilai 3,23.

- Mengatur alur pemindahan bata dengan skala nilai 3,13.

- Memberikan pengarahan, pembelajaran, dan perhatian kepada pekerja sebelum

pekerjaan pemasangan dinding dimulai dengan skala nilai 3,10.

- Merencanakan dan mengatur letak, sistem penumpukan dengan skala nilai

3,08.

- Memberi pengarahan kepada pekerja mengenai cara pemotongan bata yang

benar dengan skala nilai 2,95.

2. Penanganan yang sering dilakukan berupa reuse, yaitu menggunakan kembali

sisa bata untuk urugan dengan skala nilai 2,93.

Page 20: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

45

Universitas Kristen Petra

3. Penanganan yang jarang dilakukan berupa salvage, yaitu memberikan sisa bata

kepada pihak ketiga dengan skala nilai 1,78.

Sedangkan rata-rata skala nilai untuk cara penanganan terhadap sisa mortar

konvensional yang dilakukan oleh kontraktor yaitu seperti terlihat pada Gambar 4.23.

Gambar 4.23. Cara Penanganan Sisa Mortar Konvensional

Cara penanganan yang dilakukan oleh kontraktor terhadap sisa mortar

konvensional untuk spesi dan plesteran berdasarkan skala terbesar, yaitu:

1. Penanganan yang sering dilakukan berupa reduce :

- Melakukan pengawasan terhadap tebal spesi dan plesteran sesuai dengan

standar dengan skala nilai 3,35.

- Merencanakan dan mengatur letak pengadukan mortar dengan skala nilai 3,30.

- Merencanakan sistem pemindahan mortar dengan skala nilai 3,10.

- Memberi pengarahan kepada pekerja mengenai cara pemasangan mortar yang

benar untuk spesi dan plesteran dengan skala nilai 3,08.

- Memberikan pengarahan, pembelajaran, dan perhatian kepada pekerja sebelum

pekerjaan pemasangan dinding dimulai dengan skala nilai 3,05.

2. Penanganan yang sering dilakukan berupa reuse, yaitu mengumpulkan sisa mortar

yang belum mengering untuk digunakan kembali dengan skala nilai 2,75.

Page 21: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

46

Universitas Kristen Petra

3. Penanganan yang jarang dilakukan berupa salvage, yaitu membuang mortar yang

telah mengering sebagai sampah dengan skala nilai 2,23.

4.3.2. Dinding Bata Ringan

a. Data Responden

Pada kuesioner untuk dinding bata ringan ini ditujukan kepada beberapa

kontraktor khususnya yang pernah menggunakan bata ringan di Surabaya (Tabel 4.6).

Responden yang mengisi kuesioner untuk dinding bata ringan adalah Pelaksana

Lapangan sebanyak delapan orang dari total responden 20 orang, kemudian Pengawas

Lapangan sejumlah lima orang, serta Mandor empat orang. Selain itu, yang termasuk

di dalam golongan lainnya adalah tiga orang Project Manager seperti yang terlihat

pada Tabel 4.7.

Tabel 4.6. Data Perusahaan Kontraktor Pada Dinding Bata Ringan

No. Perusahaan Kontraktor

1 CV. Bintang Jaya

2 PT. Medex

3 Candra

4 Ongky

5 PT. Inti Daya Kontraktor

6 Tjendra

7 PT. Graha Manunggal Permata

8 WHL

9 CV. Adhi Karya

10 CV. Grasindo

11 PT. Triaxial Surya Perkasa

Tabel 4.7. Jabatan Responden Pada Dinding Bata Ringan

No. Jabatan Jumlah Responden Persentase (%)

1 Pelaksana Lapangan 8 40

2 Pengawas Lapangan 5 25

3 Mandor 4 20

4 Lain-lain 3 15

Total 20 100

Page 22: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

47

Universitas Kristen Petra

Pada Tabel 4.8 pendidikan terakhir responden dapat terlihat lulusan S1 atau

Sarjana Teknik, yaitu delapan orang. Lulusan D3 sebanyak dua orang, sedangkan

untuk lain-lain yaitu lulusan STM sebanyak 7 orang, lulusan SLTA sebanyak 3 orang.

Tabel 4.8. Pendidikan Terakhir Responden Pada Dinding Bata Ringan

Untuk pengalaman kerja responden terbagi dalam tiga bagian, yaitu 5 responden

mempunyai pengalaman 1-5 tahun, 3 responden mempunyai pengalaman lebih dari 5-

10 tahun dan 12 responden mempunyai pengalaman selama lebih dari 10 tahun seperti

yang dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Pengalaman Kerja Responden Pada Dinding Bata Ringan

No. Pengalaman Kerja Jumlah Responden Persentase (%)

1 1 - 5 thn 5 25

2 > 5 - 10thn 3 15

3 > 10thn 12 60

Total 20 100

b. Faktor-faktor penyebab sisa material

Rata-rata hasil dari faktor penyebab sisa bata ringan berdasarkan urutan skala

terbesar (Gambar 4.24):

1. Sering terjadi yang disebabkan oleh application & residue waste (skala nilai

2,55).

2. Jarang terjadi yang disebabkan oleh cutting waste (skala nilai 2,50), learning

waste (skala nilai 2,35), fixing waste (skala nilai 2,20), transport & delivery (skala

nilai 1,95), internal site transit (skala nilai 1,90) dan site storage (skala nilai

1,80).

No. Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Persentase (%)

1 S1 8 40

2 D3 2 10

3 Lain-lain 10 50

Total 20 100

Page 23: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

48

Universitas Kristen Petra

Gambar 4.24. Faktor Penyebab Sisa Bata Ringan

Pada mortar siap pakai untuk spesi maupun plesteran, rata-rata faktor penyebab

sisa mortar siap pakai ini dapat dilihat pada Gambar 4.25.

Gambar 4.25. Faktor Penyebab Sisa Mortar Siap Pakai

Rata-rata hasil sisa mortar siap pakai berdasarkan urutan skala terbesar yaitu

application & residue dengan skala nilai 2,80 (sering terjadi), akibat learning dengan

skala nilai 2,50 (jarang terjadi), internal site transit dengan skala nilai 2,25 (jarang

terjadi), fixing dengan skala nilai 2,25 (jarang terjadi).

Pada pengamatan yang dilakukan di lapangan, sisa bata ringan yang terjadi akibat

letak dan cara penumpukan bata (site storage waste) seperti terlihat pada Gambar 4.26,

sehingga terdapat pecahan-pecahan bata pada tempat penumpukan bata tersebut.

Page 24: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

49

Universitas Kristen Petra

Gambar 4.26. Sisa Bata Ringan Pada Tempat Penumpukan

Sisa bata ringan akibat perbaikan (rework) atau perubahan dimensi sehingga

pasangan bata harus dibongkar, seperti terlihat pada Gambar 4.27.

Gambar 4.27. Sisa Bata Ringan Akibat Rework

c. Cara penanganan yang dilakukan oleh kontraktor

Rata-rata penanganan yang dilakukan oleh kontraktor terhadap sisa bata ringan

berdasarkan skala terbesar (Gambar 4.28) yaitu:

1. Penanganan yang selalu dilakukan berupa reduce:

- Memilah sisa bata yang masih bisa digunakan kembali dengan skala nilai 3,70.

- Memberikan pengarahan, pembelajaran, dan perhatian kepada pekerja sebelum

pekerjaan pemasangan dinding dimulai dengan skala nilai 3,70.

- Memberi pengarahan kepada pekerja mengenai cara pemotongan bata yang

benar dengan skala nilai 3,60.

Page 25: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

50

Universitas Kristen Petra

2. Penanganan yang sering dilakukan berupa reduce :

- Memperhatikan kualitas dari bata yang digunakan dengan skala nilai 3,30.

- Merencanakan dan mengatur letak, sistem penumpukan dengan skala nilai

3,30.

- Merencanakan dan mengatur jarak antar tempat penumpukan bata dengan

tempat pemasangan dengan skala nilai 3,10.

- Mengatur alur pemindahan bata dengan skala nilai 3,00.

3. Penanganan yang sering dilakukan berupa reuse, yaitu menggunakan kembali sisa

bata untuk urugan dengan skala nilai 2,85.

4. Penanganan yang jarang dilakukan berupa salvage, yaitu memberikan sisa bata

kepada pihak ketiga dengan skala nilai 1,95.

Gambar 4.28. Cara Penanganan Sisa Bata Ringan

Cara penanganan yang dilakukan oleh kontraktor terhadap sisa mortar siap pakai

untuk spesi dan plesteran berdasarkan skala terbesar (Gambar 4.29) yaitu:

1. Penanganan yang selalu dilakukan berupa reduce:

- Melakukan pengawasan terhadap tebal spesi dan plesteran sesuai dengan

standar dengan skala nilai 3,75.

Page 26: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

51

Universitas Kristen Petra

- Memberikan pengarahan, pembelajaran, dan perhatian kepada pekerja sebelum

pekerjaan pemasangan dinding dimulai dengan skala nilai 3,70.

- Memberi pengarahan kepada pekerja mengenai cara pemasangan mortar yang

benar untuk spesi dan plesteran dengan skala nilai 3,55.

2. Penanganan yang sering dilakukan berupa reuse, yaitu mengumpulkan sisa mortar

yang belum mengering untuk digunakan kembali dengan skala nilai 3,20.

3. Penanganan yang sering dilakukan berupa reduce:

- Merencanakan dan mengatur letak pengadukan mortar dengan skala nilai 2,95.

- Merencanakan sistem pemindahan mortar dengan skala nilai 2,90.

4. Penanganan yang jarang dilakukan berupa salvage, yaitu membuang sisa mortar

yang telah mengering sebagai sampah dengan skala nilai 2,45.

Gambar 4.29. Cara Penanganan Sisa Mortar Siap Pakai

4.3.3. Perbandingan Antara Dinding Bata Konvensional dengan Dinding Bata

Ringan

Dari hasil kuesioner dapat diketahui perbandingan faktor-faktor penyebab sisa

bata seperti yang terlihat pada Gambar 4.30. Pada bata konvensional faktor penyebab

yang sering terjadi yaitu transport & delivery, site storage, internal site transit dan

Page 27: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

52

Universitas Kristen Petra

application & residue. Hal ini disebabkan karena kualitas bata yang kurang baik,

mudah patah atau pecah-pecah sehingga pada saat pengiriman dan penurunan banyak

terdapat pecahan-pecahan bata sehingga sisa bata yang terjadi lebih banyak. Faktor

penyebab internal site transit disebabkan banyak bata yang dilempar oleh pekerja

pada saat pemindahan bata. Pada faktor penyebab site storage, sisa bata terjadi akibat

penumpukan bata yang tidak baik oleh pekerja sehingga banyak bata yang pecah dan

pada saat pemasangan (application & residue) sisa bata terjadi karena adanya bata

yang terjatuh.

Pada bata ringan, faktor penyebab sisa yang sering terjadi yaitu application &

residue disebabkan pekerja yang tidak terbiasa atau kurang berpengalaman dalam

pemasangan maupun penggunaan alat yang dianjurkan sehingga hal ini menyebabkan

terjadinya sisa material.

Gambar 4.30. Perbandingan Faktor Penyebab Sisa Bata

Pada mortar konvensional, faktor penyebab sisa yang sering terjadi yaitu akibat

internal site transit dan application & residue. Hal ini disebabkan perilaku pekerja di

lapangan seperti pekerja yang tidak berhati-hati dalam membawa timba mortar,

mengisi timba dengan mortar yang terlalu penuh serta pada saat pemasangan bata

banyak mortar yang jatuh atau tercecer. Pada mortar siap pakai, faktor penyebab yang

sering terjadi yaitu saat application & residue, seperti perilaku pekerja yang

memasang spesi terlalu tebal sehingga ketika hendak direkatkan dengan bata yang

Page 28: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

53

Universitas Kristen Petra

lain, mortar keluar dari dimensi bata yang terpasang. Perbandingan faktor penyebab

sisa mortar dapat dilihat pada Gambar 4.31.

Gambar 4.31. Perbandingan Faktor Penyebab Sisa Mortar

Cara penanganan yang banyak dilakukan oleh kontraktor yaitu berupa reduce.

Pada hasil kuesioner untuk cara penanganan sisa bata konvensional yang sering

dilakukan yaitu memperhatikan kualitas bata, memilah sisa bata yang masih bisa

digunakan kembali, merencanakan dan mengatur jarak antar tempat penumpukan bata

dengan tempat pemasangan, mengatur alur pemindahan bata, memberi pengarahan,

pembelajaran dan perhatian kepada pekerja sebelum pekerjaan dinding dimulai

termasuk mengenai cara pemotongan bata yang benar, merencanakan dan mengatur

letak dan sistem penumpukan serta menggunakan kembali sisa bata untuk urugan. Hal

ini bisa dilakukan untuk meminimalisasi sisa bata, karena apabila menggunakan bata

dengan kualitas yang baik dan tidak mudah patah secara langsung akan berpengaruh

terhadap volume sisa yang dihasilkan. Cara penanganan dengan memilah sisa bata

yang masih bisa digunakan lagi dan mengatur alur pemindahan, letak penumpukan,

sistem penumpukan serta jarak tempat penumpukan dengan tempat pemasangan

bertujuan agar volume sisa bata yang terbuang tidak besar.

Pada bata ringan, cara penanganan yang selalu dilakukan adalah memilah sisa

bata yang bisa digunakan lagi dan memberi pengarahan, pembelajaran, perhatian

kepada pekerja yang belum berpengalaman serta memberi pengarahan mengenai cara

Page 29: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

54

Universitas Kristen Petra

pemotongan bata yang benar. Hal ini dilakukan karena bata ringan termasuk produk

yang masih baru, dimana pekerja belum terbiasa sehingga perlu adanya suatu

pembelajaran dalam pemasangan bata maupun penggunaan peralatan dalam proses

pemasangan dinding bata ringan. Perbandingan cara penanganan sisa bata dapat dilihat

pada Gambar 4.32.

Gambar 4.32. Perbandingan Cara Penanganan Sisa Bata

Secara garis besar cara penanganan terhadap sisa mortar konvensional dan

mortar siap pakai hampir sama yaitu melakukan pengawasan terhadap tebal spesi dan

plesteran dengan tujuan agar dalam pemasangan dinding baik spesi maupun plesteran

nantinya dapat menghasilkan dinding yang baik dan rata, serta memberi pengarahan,

pembelajaran, dan perhatian kepada pekerja sebelum pekerjaan pemasangan dinding

dimulai serta pengarahan mengenai cara pemasangan mortar yang benar. Selain itu

cara penanganan yang juga sering dilakukan adalah merencanakan letak pengadukan

mortar dan sistem pemindahan mortar. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya

mortar yang jatuh atau tercecer pada saat pemindahan mortar dengan timba. Dan juga

cara penanganan yang sering dilakukan oleh kontraktor yaitu mengumpulkan kembali

sisa mortar yang belum mengering untuk digunakan lagi, hal ini dapat meminimalisasi

Page 30: 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · bata konvensional dan bata ringan, (2) data kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dan usaha penanganan

55

Universitas Kristen Petra

sisa mortar yang terjadi di lapangan. Perbandingan cara penanganan sisa mortar

konvensional dengan mortar siap pakai dapat dilihat pada Gambar 4.33.

Gambar 4.33. Perbandingan Cara Penanganan Sisa Mortar