37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes insipidus merupakan suatu penyakit yang jarang ditemukan. Penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu mekanisme neurohypophyseal-renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonversi air. Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan kasus idiopatik yang dapat bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin. 1 Terdapat 4 jenis diabetes insipidus yaitu diabetes insipidus sentral, nefrogenik, dipsogenik, dan gestasional. Pada diabetes insipidus sentral, kelainan terletak di hipofisis, sedangkan pada diabetes insipidus nefrogenik kelainan dikarenakan ginjal tidak memberikan respon terhadap hormon antidiuretik sehingga ginjal terus menerus mengeluarkan sejumlah besar air kemih yang encer. Diabetes insipidus bisa merupakan penyakit keturunan. Gen yang menyebabkan penyakit ini bersifat dominan dan dibawa oleh kromosom X. Wanita yang membawa gen ini bisa mewariskan penyakit ini kepada anak laki-lakinya. Penyebab lain dari diabetes insipidus nefrogenik adalah obat-obat tertentu. 2,3,4 Diabetes insipidus ditandai dengan gejala khas yaitu poliuria dan polidipsia. Jika penyebabnya 1

34273223 Rferat Diabetes Insipidus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

literarur

Citation preview

Page 1: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes insipidus merupakan suatu penyakit yang jarang ditemukan.

Penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu

mekanisme neurohypophyseal-renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan

tubuh dalam mengkonversi air. Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui

merupakan kasus idiopatik yang dapat bermanifestasi pada berbagai tingkatan

umur dan jenis kelamin.1

Terdapat 4 jenis diabetes insipidus yaitu diabetes insipidus sentral,

nefrogenik, dipsogenik, dan gestasional. Pada diabetes insipidus sentral, kelainan

terletak di hipofisis, sedangkan pada diabetes insipidus nefrogenik kelainan

dikarenakan ginjal tidak memberikan respon terhadap hormon antidiuretik

sehingga ginjal terus menerus mengeluarkan sejumlah besar air kemih yang encer.

Diabetes insipidus bisa merupakan penyakit keturunan. Gen yang menyebabkan

penyakit ini bersifat dominan dan dibawa oleh kromosom X. Wanita yang

membawa gen ini bisa mewariskan penyakit ini kepada anak laki-lakinya.

Penyebab lain dari diabetes insipidus nefrogenik adalah obat-obat tertentu.2,3,4

Diabetes insipidus ditandai dengan gejala khas yaitu poliuria dan

polidipsia. Jika penyebabnya genetik, gejala biasanya timbul segera setelah lahir.

Bayi tidak dapat menyatakan rasa hausnya, sehingga mereka bisa mengalami

dehidrasi. Bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan muntah dan

kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati bisa terjadi kerusakan

otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering

berulang juga akan menghambat perkembangan fisik.3,4

B. Tujuan Penulisan

Menambah wawasan ilmiah mengenai definisi, epidemiologi, etiologi,

klasifikasi, patogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, tatalaksana

dan prognosis diabetes insipidus.

1

Page 2: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

BAB II

ISI

A. DEFINISI

Diabetes insipidus merupakan suatu kondisi kronik dimana terjadi

peningkatan rasa haus dan peningkatan kuantitas urin dengan berat jenis yang

rendah. Kondisi ini merupakan manifestasi klinis dari defisiensi pitresin (ADH)

yang diproduksi oleh hipofisis lobus posterior yang berperan dalam mengatur

metabolisme air di tubuh atau merupakan kondisi klinis akibat dari ketidakpekaan

tubulus ginjal terhadap ADH.5

B. ETIOLOGI

Penyebab diabetes insipidus dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan,

yaitu :

1. Kelainan organis

Setiap lesi yang merusak unit neurohipofisis dan hipotalamus dapat

mengakibatkan diabetes insipidus. Kerusakan ini dapat terjadi sebagai

akibat dari :

Operasi (bersifat sementara)

Penyakit infeksi (meningitis, ensefalitis, tuberkulosis, lues, sarkoidosis,

aktinomikosis, dan lain-lain),

Tumor atau kista di daerah kiasma optika, infundibulum, ventrikel III,

atau korpus pinealis (terutama kraniofaringioma, glioma optik, dan

germinoma). Terutama tumor supraselar (30% kasus).

Xantomatosis (hand-schuller-christian),

Leukimia

Hodgkin

Pelagra

Trauma pada kepala terutama fraktur basis cranii, atau setelah suatu

prosedur operatif dekat kelenjar pituitaria atau hipotalamus

Sindrom laurence-moon riedel

Idiopatik DI (30% kasus)

2

Page 3: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

Ensefalopati iskemik atau hipoksia

Familial DI

Radiasi

Edema serebri

Perdarahan intrakranial

Keadaan tersebut akan berakibat gangguan dalam :

Pengangkutan ADH/AVP yang tidak bekerja dengan baik akibat

rusaknya

akson pada traktus supraoptikohipofisealis

Sintesis ADH terganggu

Kerusakan pada nukleus supraoptik paraventricular

Gagalnya pengeluaran vasopressin 2,4.6,7

2. Kelainan ginjal (diabetes insipidus nefrogenik)

Kelainan terletak pada ginjal yaitu tubulus yang tidak peka

terhadap hormon antidiuretik (ADH). Faktor keturunan yaitu gen sex

linked dominant merupakan penyebab kelainan ini. Diabetes insipidus

nefritogenik sering disertai retardasi mental. Dalam keadaan normal, ginjal

mengatur konsentrasi air kemih sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Pengaturan ini merupakan respon terhadap kadar hormon antidiuretik di

dalam darah. Hormon antidiuretik (yang dihasilkan dari kelenjar hipofisa),

memberikan sinyal kepada ginjal untuk menahan air dan memekatkan air

kemih. Diabetes insipidus nefrogenik adalah suatu kelainan dimana ginjal

menghasilkan sejumlah besar air kemih yang encer karena ginjal gagal

memberikan respon terhadap hormon antidiuretik dan tidak mampu

memekatkan air kemih. Penyebab lain dari diabetes insipidus nefrogenik

adalah obat-obat tertentu yang bisa menyebabkan kerusakan pada ginjal,

diantaranya :

Penyebab primer : primary familial: x-linked recessive dimana bentuk

berat terdapat pada anak laik-laki, dan bentuk yang lebih ringan

terdapat pada anak perempuan.

Penyebab sekunder :

3

Page 4: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

1) Penyakit ginjal kronik :

Penyakit ginjal polikistik

Medullary cystic disease

Pielonefretis

Obstruksi ureteral

Gagal ginjal lanjut

2) Gangguan elektrolit

Hipokalemia

Hiperkalsemia

3) Obat –obatan : Antibiotik aminoglikosid, demeklosiklin dan

antibiotik, litium, asetoheksamit, tolazamid, glikurid, propoksifen,

colchicine, fluoride, cidofovir, demeclocycline, methoyflurane.

4) Penyakit sickle cell

5) Gangguan diet : deprivasi protein

6) Amiloidosis

7) Sjogren syndrome8

3. IdiopatikSelain karena penyebab sentral dan nefrogen, beberapa kasus diabetes insipidus tidak diketahui penyebabnya. Pada

sejumlah kecil kasus, diabetes insipidus merupakan kelainan herediter. Bentuk autosom dominan ditandai dengan onsetnya yang

bervariasi mulai sejak lahir sampai umur beberapa tahun, dan semakin lama ada variasi keparahan dalam keluarga dan individu.

Gejala menurun pada dekade ke 3 dan ke 5. Kadar AVP mungkin tidak ada (< 0,5 pg/mL) atau menurun secara bervariasi. Gena

berada pada kromosom nomor 20, dan praprotein yang mengkode berisi AVP dan neurofisin (NPII), protein pembawa hormon.

Rantai tunggal pembawa polipeptide ini terbelah dalam granula sekretori dan kemudian disambung lagi ke dalam kompleks

AVP-NP sebelum sekresi. Mutasi yang meyebabkan diabetes insipidus autosom dominan telah dilokalisasi di bagian NP II.

Meskipun mutasi hanya melibatkan satu allele, mutan kompleks AVP NP II mengganggu fungsi allele normal, mengakibatkan

pewarisan atosom dominan. 2,6,7,8

C. KLASIFIKASI

1. Diabetes insipidus sentral

Merupakan bentuk tersering dari diabetes insipidus dan biasanya

berakibat fatal. Diabetes insipidus sentral merupakan manifestasi dari

4

Page 5: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

kerusakan hipofisis yang berakibat terganggunya sintesis dan penyimpanan

ADH. Hal ini bisa disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik,

paraventrikular, dan filiformis hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain itu,

diabetes insipidus sentral (DIS) juga timbul karena gangguan pengangkutan

ADH akibat kerusakan pada akson traktus supraoptikohipofisealis dan akson

hipofisis posterior di mana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan

ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan. DIS dapat juga terjadi karena tidak

adanya sintesis ADH, atau sintesis ADH yang kuantitatif tidak mencukupi

kebutuhan, atau kuantitatif cukup tetapi tidak berfungsi normal. Terakhir,

ditemukan bahwa DIS dapat juga terjadi karena terbentuknya antibodi

terhadap ADH.2

Penanganan pada keadaan DI sentral adalah dengan pemberian

sintetik ADH (desmopressin) yang tersedia dalam bentuk injeksi, nasal spray,

maupun pil. Selama mengkonsumsi desmopressin, pasien harus minum

hanya jika haus. Mekanisme obat ini yaitu menghambat ekskresi air sehingga

ginjal mengekskresikan sedikit urin dan kurang peka terhadap perubahan

keseimbangan cairan dalam tubuh. 3

2. Diabetes insipidus nefrogenik

Keadaan ini terjadi bila ginjal kurang peka terhadap ADH. Hal

ini dapat disebabkan oleh konsumsi obat seperti lithium, atau proses kronik

ginjal seperti penyakit ginjal polikistik, gagal ginjal, blok parsial ureter, sickle

cell disease, dan kelainan genetik, maupun idiopatik. Pada keadaan ini, terapi

desmopressin tidak akan berpengaruh. Penderita diterapi dengan

hydrochlorothiazide (HCTZ) atau indomethacin. HCTZ kadang

dikombinasikan dengan amiloride. Saat mengkonsumsi obat ini, pasien hanya

boleh minum jika haus untuk mengatasi terjadinya volume overload.8,9,11

3. Diabetes insipidus dipsogenik

Kelainan ini disebabkan oleh kerusakan dalam mekanisme haus di

hipotalamus. Defek ini mengakibatkan peningkatan rasa haus yang abnormal

sehingga terjadi supresi sekresi ADH dan peningkatan output urin.

5

Page 6: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

Desmopressin tidak boleh digunakan untuk penanganan diabetes insipidus

dipsogenik karena akan menurunkan output urin tetapi tidak menekan rasa

haus. Akibatnya, input air akan terus bertambah sehingga terjadi volume

overload yang berakibat intoksikasi air (suatu kondisi dimana konsentrasi Na

dalam darah rendah/hiponatremia) dan dapat berefek fatal pada otak. Belum

ditemukan pengobatan yang tepat untuk diabetes insipidus dipsogenik.2,3

4. Diabetes insipidus gestasional

Diabetes insipidus gestasional terjadi hanya saat hamil jika enzim

yang dibuat plasenta merusak ADH ibu. Kebanyakan kasus diabetes

insipidus pada kehamilan membaik diterapi dengan desmopressin. Pada

kasus dimana terdapat abnormalitas dari mekanisme haus, desmopresin tidak

boleh digunakan sebagai terapi.2

D. PATOFISIOLOGI

Vasopresin arginin merupakan suatu hormon antidiuretik yang dibuat di

nucleus supraoptik, paraventrikular , dan filiformis hipotalamus bersama dengan

pengikatnya yaitu neurofisin II. Vasopresin kemudian diangkut dari badan-badan

sel neuron tempat pembuatannya, melalui akson menuju ke ujung-ujung saraf

yang berada di kelenjar hipofisis posterior, yang merupakan tempat

penyimpanannya.9,11

Secara fisiologis, vasopressin dan neurofisin yang tidak aktif akan

disekresikan bila ada rangsang tertentu. Sekresi vasopresin diatur oleh rangsang

yang meningkat pada reseptor volume dan osmotik. Suatu peningkatan

osmolalitas cairan ekstraseluler atau penurunan volume intravaskuler akan

merangsang sekresi vasopresin. Vasopressin kemudian meningkatkan

permeabilitas epitel duktus pengumpul ginjal terhadap air melalui suatu

mekanisme yang melibatkan pengaktifan adenolisin dan peningkatan AMP siklik.

Akibatnya, konsentrasi kemih meningkat dan osmolalitas serum menurun.

Osmolalitas serum biasanya dipertahankan konstan dengan batas yang sempit

antara 290 dan 296 mOsm/kg H2O.10,11

Sekresi ADH dalam mereabsorbsi air diatur oleh dua mekanisme yaitu

osmoreseptor dan baroreseptor

6

Page 7: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

1. Osmoreseptor

Terletak di anterolateral hipotalamus. Sel ini berperan dalam menjaga

keseimbangan air dan Na. Perubahan dalam tekanan osmolar plasma akan

merangsang signal untuk rilis atau inhibisi ADH. Tekanan osmolaritas di

bawah 280 mOsm/kg tidak akan merangsang sekresi ADH. Rangsang rilis

ADH mulai ketika terjadi perubahan terjadi perubahan tekanan osmolaritas di

atas 280 msml/kg. Tekanan osmolaritas 290 mOsm/kg akan merangsang

sekresi ADH sebesar 5pg/ml.

Gambar : Peningkatan Osmolalitas Cairan Ekstraseluler Atau Penurunan Volume Intravaskuler Akan Merangsang Sekresi Vasopressin

7

Page 8: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

2. Baroreseptor

Terletak di sinus carotis dan arkus aorta yang mengatur tekanan darah.

Stimulasi rilis ADH terjadi jika tekanan darah turun sehingga mensupresi

8

Page 9: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

baroreseptor. Serabut saraf sensoris dari nervus IX dan X membawa signal ini

dari sinus dan arcus untuk merangsang rilis ADH di hipotalamus.

Gambar : Baroseptor Stimulan Rilis ADH

Tabel : Karakteristik Osmoreseptor dan Baroreseptor

Receptors Osmoreceptors Baroreceptors

Location anterolateral hypothalamuscarotid sinus & aortic arch

Value Measured Posm circulating volume

ADH Release Stimulated By activation of receptor suppression of receptor

Change Required for Action 1% above 280 mosm/kg 10-15% decrease

Resulting Amount of ADH small large

Override Other? no yes

Ginjal menyaring 70-100 liter cairan dalam 24 jam, dan dari jumlah ini

85% direabsorbsi di tubulus bagian proksimal tanpa pertolongan ADH. Sisanya

di reabsorbsi di tubulus bagian distal di bawah pengaruh ADH. Vasopresin

bekerja dengan memperbesar permeabilitas jaringan terhadap air.

9

Page 10: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

Gambar : Mekanisme Kerja Vasopresin Dengan Memperbesar Permeabilitas Jaringan Terhadap Air Di Tubulus Ginjal.

Gangguan dari fisiologi vasopressin ini dapat menyebabkan

pengumpulan air pada duktus pengumpul ginjal karena berkurang

permeabilitasnya, yang akan menyebabkan poliuria atau banyak kencing. Selain

itu, peningkatan osmolalitas plasma akan merangsang pusat haus, dan sebaliknya

penurunan osmolalitas plasma akan menekan pusat haus. Ambang rangsang

osmotik pusat haus lebih tinggi dibandingkan ambang rangsang sekresi

vasopresin. Sehingga apabila osmolalitas plasma meningkat, maka tubuh terlebih

dahulu akan mengatasinya dengan mensekresi vasopresin yang apabila masih

meningkat akan merangsang pusat haus, yang akan berimplikasi orang tersebut

minum banyak (polidipsia).5,9,11

E. GEJALA KLINIS

1. Poliuria dan polidipsia

Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia.

Jumlah cairan yang diminum maupun produksi urin per 24 jam sangat

banyak, dapat mencapai 5–10 liter sehari. Berat jenis urin biasanya sangat

rendah, berkisar antara 1,001 – 1,005 atau 50 – 200 mOsmol/kg berat badan.

Poliuria yang terjadi ialah primer dan untuk mengimbanginya penderita akan

minum banyak (polidipsia). Pada bayi kecil yang diberikan minum biasa

10

Page 11: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

akan tampak gelisah yang terus-menerus, kemudian timbul dehidrasi, panas

tinggi dan kadang-kadang dapat timbul syok. Untuk menghindari syok, harus

diberikan cairan dalam jumlah besar, sebaiknya air putih. Gejala lain yaitu

lekas marah, letih, dan keadaan gizi kurang. Enuresis bisa merupakan gejala

dini penyakit ini. Kulit biasanya kering, karena anak tidak berkeringat.

Sering terdapat anoreksia. Kadang-kadang terdapat gejala tambahan seperti

obesitas, kakeksia, gangguan pertumbuhan, pubertas prekoks, gangguan

emosionil, dan sebagainya, bergantung pada letak lesi di otak. Jika

merupakan penyakit keturunan, maka gejala poliuria dan polidipsia biasanya

mulai timbul segera setelah lahir. Bayi sangat sering menangis dan tidak puas

dengan susu tambahan tetapi senang bila mendapat air. Pada anak haus yang

berlebih akan mengganggu aktivitas tidur, bermain, dan belajar.2,7

2. Dehidrasi

Bila tidak mendapat cairan yang adekuat akan terjadi dehidrasi. Komplikasi

dari dehidrasi, bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan

muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati, bisa

terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental.

Dehidrasi yang sering berulang juga akan menghambat perkembangan fisik.

3. Hipertermia

4. Nyeri kepala, lemah dan lesu, nyeri otot, hipotermia dan takikardia.

5. Berat badan turun dengan cepat

6. Enuresis, pada anak yang telah dapat mengendalikan kandung kencing

7. Tidak berkeringat atau keringat sedikit, sehingga kulit kering dan pucat

8. Anoreksia, lebih menyukai karbohidrat

9. Gejala dan tanda lain

Tergantung pada lesi primer, misalnya penderita dengan tumor daerah

hipotalamus akan mengalami gangguan pertumbuhan, obesitas, atau

kakheksia prgresif, hiperpireksia, gangguan tidur, seksual prekoks, atau

gangguan emosional. Lesi yang pada awalnya menyebabkan diabetes

insipidus akhirnya dapat merusak hipofisis anterior, pada keadaan demikian

diabetes insipidus cenderung lebih ringan atau hilang sama sekali.4,5, 6,7,10

11

Page 12: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

F. DIAGNOSIS

Diagnosis diabetes insipidus ditegakkan berdasarkan gejala klinik,

laboratorium (urinalisis fisis dan kimia dan tes deprivasi air). Guna mendiagnosa

penyebab suatu poliuria adalah akibat diabetes insipidus, bukan karena penyakit

lain, caranya adalah dengan menjawab tiga pertanyaan yang dapat kita ketahui

dengan anamnesa dan pemeriksaan.

1. Apakah yang menyebabkan poliuria tersebut adalah pemasukan bahan tersebut

(dalam hal ini air) yang berlebihan ke ginjal atau pengeluaran yang berlebihan.

Bila pada anamnesa ditemukan bahwa pasien memang minum banyak, maka

wajar apabila poliuria itu terjadi.

2. Apakah penyebab poliuria ini adalah faktor renal atau bukan. Poliuria bisa

terjadi pada penyakit gagal ginjal akut pada periode diuresis ketika

penyembuhan. Namun, apabila poliuria ini terjadi karena penyakit gagal ginjal

akut, maka akan ada riwayat oliguria (sedikit kencing).

3. Apakah bahan utama yang membentuk urin pada poliuria tersebut adalah air

tanpa atau dengan zat-zat yang terlarut. Pada umumnya, poliuria akibat

diabetes insipidus mengeluarkan air murni, namun tidak menutup

kemungkinan ditemukan adanya zat-zat terlarut. Apabila ditemukan zat-zat

terlarut berupa kadar glukosa yang tinggi (abnormal) maka dapat dicurigai

bahwa poliuria tersebut akibat DM yang merupakan salah satu differential

diagnosis dari diabetes insipidus.2

Jika kita mencurigai penyebab poliuria ini adalah diabetes insipidus,

maka harus melakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis dan untuk

membedakan apakah jenis diabetes insipidus yang dialami, karena

penatalaksanaan dari dua jenis diabetes insipidus ini berbeda. Ada beberapa

pemeriksaan pada diabetes insipidus, antara lain:

1. Hickey Hare atau Carter-Robbins

2. Fluid deprivation

3. Uji nikotin

Apapun pemeriksaannya, prinsipnya adalah untuk mengetahui volume,

berat jenis, atau konsentrasi urin. Sedangkan untuk mengetahui jenisnya, dapat

dengan memberikan vasopresin sintetis, pada diabetes insipidus sentral akan

12

Page 13: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

terjadi penurunan jumlah urin, dan pada diabetes insipidus nefrogenik tidak terjadi

apa-apa.2,4

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium : darah, urinalisis fisis dan kimia.

Jumlah urin biasanya didapatkan lebih dari 4-10 liter dan berat jenis

bervariasi dari 1,001-1,005 dengan urin yang encer. Pada keadaan normal,

osmolalitas plasma kurang dari 290 mOsml/l dan osmolalitas urin 300-450

mOsmol/l. Pada keadaan dehidrasi, berat jenis urin bisa mencapai 1,010,

osmolalitas plasma lebih dari 295 mOsmoll dan osmolalitas urin 50-150

mOsmol/l. Urin pucat atau jernih. Kadar natrium urin rendah. Pemeriksaan

laboratorium menunjukkan kadar natrium yang tinggi dalam darah. Fungsi

ginjal lainnya tampak normal.9

Test deprivasi air diperlukan untuk pasien dengan diabetes insipidus

dengan defisiensi ADH parsial dan juga untk membedakan diabetes insipidus

dengan polidipsia primer pada anak. Pemeriksaan harus dilakukan pagi hari.

Hitung berat badan anak dan periksa kadar osmolalitas plasma maupun urin

tiap 2 jam. Pada individu normal, osmolalitas akan naik (<300) namun output

urin akan berkurang dengan berat jenisyang naik (800-1200).6

3. Radioimunoassay untuk vasopresin

kadar plasma yang selalu kurang dari 0,5 pg/mL menunukkan diabetes

insipidus neurogenik berat. Kadar AVP yang subnormal pada

hiperosmolalitas yang menyertai menunjukkan diabetes insipidus neurogenik

parsial. Pemeriksaan ini berguna dalam membedakan diabetes insipidus

parsial dengan polidipsia primer.

4. Rontgen cranium

Rontgen cranium dapat menunjukkan adanya bukti tumor intrakranium

seperti kalsifikasi, pembesaran sella tursika, erosi prosesus klinoid, atau

makin melebarnya sutura.

5. MRI

MRI diindikasikan pada pasien yang dicurigai menderita diabetes insipidus.

Gambaran MRI dengan T1 dapat membedakan kelenjar pituitaria anterior dan

posterior dengan isyarat hiperintense atau yang disebut titik terang/isyarat

13

Page 14: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

terang. Titik terang muncul pada MRI kebanyakan penderita normal, namun

tidak tambap pada penderita dengan lesi jaras hipotalamik-neurohipofise.

Penderita dengan dabetes insipidus autosom dominan, titik terang biasanya

muncul, mungkin disebabkan oleh akumulasi mutan kompleks AVP-NP II.

Menebalnya tangkai kelenjar pituitaria dapat terlihat dengan MRI pada

penderita dengan diabetes insipidus dan histiositosis sel langerhans (LCH)

atau infiltrasi limfosit. Pada beberapa penderita abnormalitas MRI dapat

dideteksi bahkan sebelum bukti klinis LCH lain ada.9

H. DIAGNOSIS BANDING

1. Kelainan ginjal seperti penyakit polikistik, pielonefritis kronis,

nefronoptisis familial. Kenaikan kadar ureum dan kreatinin plasma, anemia,

dan urin isotonis merupakan khas penyakit ginjal primer.

2. Defisiensi AVP yang diwariskan atau di dapat. Kegagalan berespon

terhadap AVP atau desmopresin penting untuk membedakan diabetes insipidus

dengan defisensi AVP primer.

3. Hipokalemia dan hiperkalsemia bisa menyebabkan polidipsia, dan poliuria

dengan berat jenis urin yang rendah

4. Insufisiensi adrenal, diantaranya salt losing syndrom

5. Polidipsia psikogenik : compulsive water drinkers. Dalam keadaan ini

terdapat kelainan jiwa seperti neurosis yang dilatarbelakangi oleh keinginan

memperoleh perhatian. Anak yang terkena biasanya mampu dengan mudah

enghasilkan urin yang terkonsentrasi bila cairan dikurangi. Namun kadang-

kadang diagnosisnya sukar karena polidipsia yang lama menurunkan kadar urin

maksimum yang dapat dicapai setelah dehidrasi atau bahkan setelah infus

larutan garam hipertonik.

6. Adipsia atau hipodipsia

Merupakan manifestasi klinis dari defek pusat haus murni. Namun sangat

jarang terjadi. Hal ini dikarenakan osmoreseptor untuk haus dan AVP

menempati daerah hipotalamus anterior yang berdekatan, hipernatremia

hipodipsik biasanya disertai dengan defek pada fungsi ADH. Ini paling sering

terjadi pada penderita dengan tumor hipotalamus, terutama germinoma,

glioma, histiositosis, malformasi kongenital, dan mikrosefali.7,8

14

Page 15: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

Tabel : Perbedaan Diabetes Insipidus dengan SIADH dan CSW

I.KOMPLIKASI

1. Dehidrasi hipernatremik serta komplikasi neurologisnya

2. Retardasi mental

3. Hidronefrosis 6

J. PENATALAKSANAAN

Faktor penyebab patut mendapatkan pertimbangan pertama pada

pengobatan. Pengobatan pada diabetes insipidus harus sesuai dengan gejala yang

ditimbulkannya. Pada pasien diabetes insipidus sentral (DIS) parsial tanpa gejala

nokturia dan poliuria yang mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari tidak

diperlukan terapi khusus. Pada DIS yang komplit, biasanya diperlukan terapi

hormone pengganti (hormonal replacement) yaitu desmopressin atau DDAVP (1-

desamino-8-d-arginine vasopressin) yang merupakan pilihan utama. Analog ini

lebih tahan terhadap degradasi oleh peptidase daripada AVP alami. Aktivitas

antidiuretik DDAVP adalah 2000-3000 kali lebih besar daripada aktivitas

pressornya, dan 1 mikrogram menghasilkan diuresis yang berakhir dalam waktu

8-10 jam, dibandingkan dengan hanya 2-3 jam untuk AVP alami. DDAVP

15

  D.I.S.I.A.D.H./DDAVP toxic

C.S.W./Renal.S.W.

Na+ plasma ↑ ↓ ↓

Na+urine ↑ / N ↑ / N ↑↑

Plasma osmo ↑ ↓ ↓

Plasma gluc. N N N

Urine gluc. -ve -ve -ve

Urine output↑↑

(unless dry)↓

↑↑

(unless dry)

Urine SG ↓ ↑ ↑ / N

Fluid volumeDepleted dilute

polyuria

OverloadedConcentrated

oliguria

DepletedConcentrated

polyuria

Management↑ fluids +/-

DDAVPFluid restriction

Fluid & Na+ re-placement

Page 16: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

diberikan melalui sistem pemasukan pipa hidung yang mengalirkan sejumlah

tepat pada mukosa hidung. Dosis berkisar antara 5-15 mikrogram yang diberikan

sebagai dosis tunggal atau terbagi menjadi 2 dosis. Anak umur kurang dari 2

tahun memerlukan dosis yang lebih kecil (0,15-0,5 mikrogram/kg/24 jam).

Dosisnya harus secara individu dan penting disesuaikan jadwal dosisnya sehingga

memungkinkan penderita dalam keadaan poliuria ringan sebelum dosis berikutnya

diberikan. Untuk penderita yang memerlukan lebih dari 10 mikrogram dosis

preparat semprot hidung juga tersedia. Preparat parenteral DDAVP (0,03-0,15

mikrogram/kg) tersedia dan bermanfaat paska bedah transfenoidalis, bila

penyumbatan hidung menghalangi peniupan hidung.9

Desmopressin seperti halnya ADH memfasilitisasi reabsorbsi air di

tubulus kolektivus dengan cAMP-mediated insersion. Hasilnya volume urin

berkurang dan berat jenis urin meningkat. Efek samping dari desmopressin yaitu

hiponatremia dan pada dosis tinggi dapat menyebabkan hipertensi.2

Harus berhati-hati pada penderita dengan diabetes insipidus yang koma,

menjalani pembedahan, atau mendapat cairan intravena karena alasan apapun.

Tanpa melihat bentuk terapi setiap dosis yang efektif boleh diulangi hanya setelah

pengaruhnya berkurang dan poliuria berulang. Diabetes insipidus paska bedah

sering sementara, penilaian kembali tiap hari untuk kebutuhan ADH diperlukan

setelah pengobatan dimulai.9

DDAVP juga berpengaruh pada reseptor eksternal seperti V2 yang

mengakibatkan keluarnya faktor VIII dan faktor Von Willebrand. Penderita

dengan hemofilia A ringan atau sedang atau penyakit von Wilebrand terpilih dapat

disembuhkan secara berhasil dengan dosis DDAVP 15 kali lebih tinggi daripada

dosis yang dipergunakan untuk antidiuresis. Desmopresin semakin banyak

dipergunakan pada penatalaksanaan anak dengan enuresis. Dosis yang diperlukan

adalah 20-40 µgr, diberikan sebagai semprot hidung sebelum tidur.9

Selain terapi hormon pengganti, bisa juga digunakan terapi adjuvant yang

mengatur keseimbangan air, seperti:

- Diuretik Tiazid

- Klorpropamid

16

Page 17: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

- Klofibrat

- Karbamazepin2

Untuk mencegah dehidrasi, penderita harus selalu minum cairan dalam

jumlah yang cukup ketika mereka merasa haus. Penderita bayi dan anak-anak

harus sering diberi minum. Terutama pada bayi yang masih sukar

mengekspresikan rasa hausnya . Jika asupan cairan mencukupi, jarang terjadi

dehidrasi.3,4

K. PROGNOSIS

Diabetes insipidus jarang mengancam jiwa, tetapi mungkin menunjukkan

keadaan serius yang mendasari. Penderita dengan diabetes insipidus tanpa

komplikasi dapat hidup selama bertahun-tahun dengan kesulitan poliuria dan

polidipsia sepanjang mereka memiliki mekansme haus yang utuh dan

mendapatkan air dengan bebas.9

Diabetes insipidus ini mungkin hanya sementara setelah trauma atau

intervensi bedah pada daerah hipotalamus atau kelenjar pituitaria. Pada beberapa

penderita dengan retikuloendoteliosis sel Langerhans, remisi spontan terjadi tetapi

pada penderita lain, diabetes insipidus mungkin hanya sisa lama setelah remisi

keadaan primer. Perbaikan diabetes insipidus klinis dapat menunjukkan

perkembangan insufisensi kelenjar pituitari anterior. Prognosis penderita dengan

tumor otak tergantung pada lokasi lesi dan tipe sel neoplastik.9

17

Page 18: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

BAB III

KESIMPULAN

Diabetes insipidus merupakan suatu kondisi kronik dimana terjadi

peningkatan rasa haus dan peningkatan kuantitas urin dengan berat jenis yang

rendah. Kondisi ini merupakan manifestasi klinis dari defisiensi pitresin (ADH)

atau merupakan kondisi klinis akibat dari ketidakpekaan tubulus ginjal terhadap

ADH. Penyebab diabetes insipidus dapat karena penyebab sentral yang

menyebabkan penurunan produksi ADH maupun kelainan ginjal (diabetes

insipidus nefrogenik) yang menyebabkan ginjal kurang peka terhadap ADH, serta

idiopatik.

Gejala klinis khas diabetes insipidus yaitu poliuria dan polidipsia,h gejala

lainnya yaitu dehidrasi, hipertermia, nyeri kepala, lemah dan lesu, nyeri otot,

hipotermia dan takikardia. Berat badan turun dengan cepat, serta gejala enuresis,

pada anak yang telah dapat mengendalikan kandung kencing, keringat sedikit

sehingga kulit kering dan pucat, anoreksia, lebih menyukai karbohidrat.

Komplikasi dari dehidrasi, bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai

dengan muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati, bisa

terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental.

Dehidrasi yang sering berulang juga akan menghambat perkembangan fisik.

Gejala dan tanda lain tergantung pada lesi primer.

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesa dan pemeriksaan penunjang

(laboratorium : darah, urinalisis fisis dan kimia), test deprivasi air,

radioimunoassay untuk vasopresin, rontgen cranium, dan MRI. komplikasi

diabetes insipidus dapat terjadi dehidrasi hipernatremik serta komplikasi

neurologisnya, retardasi mental, hidronefrosis.

Pada DIS yang komplit, terapi hormon pengganti (hormonal replacement)

yaitu desmopressin atau DDAVP (1-desamino-8-d-arginine vasopressin)

merupakan pilihan utama. Selain terapi hormon pengganti, bisa juga digunakan

terapi adjuvant yang mengatur keseimbangan air, seperti: diuretik tiazid,

klorpropamid, klofibrat, karbamazepin. Untuk mencegah dehidrasi, penderita

harus selalu minum cairan dalam jumlah yang cukup ketika mereka merasa haus.

18

Page 19: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

Diabetes insipidus jarang mengancam jiwa. Penderita dengan diabetes insipidus

tanpa komplikasi dapat hidup selama bertahun-tahun dengan kesulitan poliuria

dan polidipsia sepanjang mereka memiliki mekanisme haus yang utuh dan

mendapatkan air dengan bebas.

19

Page 20: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

DAFTAR PUSTAKA

1. Asman Boedi Santoso. Diabetes Insipidus. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta, FK UI, hal 816

2. National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse. 2009.

Diabetes insipidus. from http://www.niddk.org. Diakses 20 Oktober 2009

3. Askep Diabetes Insipidus.2009. from http: //www.medikastore.com. Diakses

20 Oktober 2009

4. Mahmud. 2009. Diabetes Insipidus Nefrogenik. From

http://www.perisaihusada.net. Diakses 20 Oktober 2009

5. C.B. Pender dan Clarke Fraser. 2009. Dominant Inheritance Of Diabetes In-

sipidus: A Family Study. American Academy of Pediatrics ournal, 15 : 246-

254

6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Endokrinologi Anak. Dalam

Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak 1985. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan

Anak FKUI; cetakan kesebelas.

7. Endokrinologi Anak. Dalam : Manual textbook of Nelson’s Pediatrics.

8. Sands, Jeff M., Bichet, Daniel G. Nephrogenic Diabetes Insipidus. Ann In-

tern Med. 2006; 144:186-194.

9. Abdelazis Elamin. 2009. Diabetes Insipidus. Departement of Child Health

and Pediatric Endocrinologist Sultan Qaboos University.

10. Jamest R West dan James G. Kramer. Nephrogenic Diabetes Insipidus. Amer-

ican Academy of Pediatrics Journal, 15 ;424-432

20

Page 21: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

REFERAT

DIABETES INSIPIDUS

Diajukan kepada :

dr. Supriyanto, Sp.A

Disusun Oleh

Elies Fitriani : K1A004016

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

SMF ILMU PENYAKIT ANAKRSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO

PURWOKERTO2009

21

Page 22: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui referat berjudul

DIABETES INSIPIDUS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Ujian

Kepaniteraan Klinik Senior Di Bagian Ilmu Penyakit Anak

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun Oleh :

Elies Fitriani

K1A004016

Pada tanggal: Oktober 2009

Pembimbing,

dr. Supriyanto, Sp.A

22

Page 23: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, atas karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan pembuatan referat yang berjudul “Diabetes

Insipidus” ini. Penulisan referat ini merupakan salah satu syarat mengikuti ujian

Program Pendidikan Profesi di bagian Ilmu Penyakit Anak RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto. Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat

untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian dan dapat

dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima

kasih kepada:

1. dr. Supriyanto, SpA selaku dokter pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan referat ini

2. Teman-teman di stase anak serta semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan referat ini

Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih

banyak dijumpai kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan yang bersifat

membangun dari para penelaah sangat diharapkan demi proses penyempurnaan.

Purwokerto, Oktober 2009

Penulis

23

Page 24: 34273223 Rferat Diabetes Insipidus

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................

BAB II. PEMBAHASAN ...............................................................................

A. Definisi ........................................................................................

B. Etiologi ........................................................................................

C. Klasifikasi ....................................................................................

D. Patofisiologi ................................................................................

E. Manifestasi Klinis ........................................................................

F. Diagnosis .....................................................................................

G. Pemeriksaan Penunjang ..............................................................

H. Diagnosa Banding ......................................................................

I. Komplikasi ...................................................................................

J. Penatalaksanaan ............................................................................

K. Prognosis .....................................................................................

BAB III. PENUTUP .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

i

ii

iii

1

2

2

3

5

6

10

12

13

14

15

15

17

18

20

24