27
3 TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Tujuan Pengelolaan Perikanan Tujuan pengelolaan perikanan menurut pasal 3 UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan adalah meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil, meningkatkan penerimaan dan devisa negara, mendorong perluasan dan kesempatan kerja, meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan, mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan, meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing, meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan, mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungan sumberdaya ikan secara optimal serta menjamin kelestarian sumberdaya ikan, dan tata ruang. Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan diarahkan untuk mencapai tujuan pengelolaan perikanan tersebut di atas. Kondisi pengelolaan perikanan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan harapan karena tidak dikelola secara baik. Pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan banyak dilakukan secara tidak bertanggung jawab yang menggunakan alat-alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bagan dengan mata jaring berukuran sangat kecil, banyak aktivitas perikanan tidak dilaporkan secara benar dan akurat sehingga kebijaksanaan yang diambil selalu ada penyimpangan dan banyak aturan-aturan yang telah dibuat tidak aplikatif di lapangan, sebagai contoh masih adanya sebagian dari masyarakat nelayan menggunakan trawl. 3.2 Definisi Pelabuhan Perikanan Ditinjau dari sub sistem angkutan (transpor), menurut Kramadibrata (1985) bahwa pelabuhan adalah salah satu simpul dari mata rantai bagi kelancaran angkutan muatan laut dan darat. Jadi secara umum pelabuhan adalah suatu daerah perairan yang terlindung terhadap badai/ombak/arus, sehingga kapal dapat berputar (turning basin), bersandar/membuang sauh, sedemikian rupa hingga bongkar muat atas barang dan perpindahan penumpang dapat dilaksanakan; guna mendukung fungsi-fungsi tersebut dibangun dermaga, jalan, gudang, fasilitas penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan

3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

3 TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tujuan Pengelolaan Perikanan

Tujuan pengelolaan perikanan menurut pasal 3 UU No. 31 tahun 2004

tentang Perikanan adalah meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan

pembudidaya ikan kecil, meningkatkan penerimaan dan devisa negara,

mendorong perluasan dan kesempatan kerja, meningkatkan ketersediaan dan

konsumsi sumber protein ikan, mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan,

meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing, meningkatkan

ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan, mencapai pemanfaatan

sumberdaya ikan dan lingkungan sumberdaya ikan secara optimal serta menjamin

kelestarian sumberdaya ikan, dan tata ruang.

Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan diarahkan untuk mencapai

tujuan pengelolaan perikanan tersebut di atas.

Kondisi pengelolaan perikanan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan

harapan karena tidak dikelola secara baik. Pemanfaatan sumberdaya ikan di

perairan banyak dilakukan secara tidak bertanggung jawab yang menggunakan

alat-alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bagan dengan

mata jaring berukuran sangat kecil, banyak aktivitas perikanan tidak dilaporkan

secara benar dan akurat sehingga kebijaksanaan yang diambil selalu ada

penyimpangan dan banyak aturan-aturan yang telah dibuat tidak aplikatif di

lapangan, sebagai contoh masih adanya sebagian dari masyarakat nelayan

menggunakan trawl.

3.2 Definisi Pelabuhan Perikanan

Ditinjau dari sub sistem angkutan (transpor), menurut Kramadibrata (1985)

bahwa pelabuhan adalah salah satu simpul dari mata rantai bagi kelancaran

angkutan muatan laut dan darat. Jadi secara umum pelabuhan adalah suatu daerah

perairan yang terlindung terhadap badai/ombak/arus, sehingga kapal dapat

berputar (turning basin), bersandar/membuang sauh, sedemikian rupa hingga

bongkar muat atas barang dan perpindahan penumpang dapat dilaksanakan; guna

mendukung fungsi-fungsi tersebut dibangun dermaga, jalan, gudang, fasilitas

penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan

Page 2: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

27

dari/ke kapal yang bersandar di pelabuhan menuju tujuan selanjutnya dapat

dilakukan.

Menurut Ayodhyoa (1975) pelabuhan perikanan adalah:

(1) Pelabuhan khusus merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan, baik

dilihat dari aspek produksi maupun aspek pemasarannya.

(2) Gabungan area perairan dan daratan dengan dilengkapi berbagai fasilitas yang

dapat digunakan oleh kapal perikanan.

(3) Wilayah perairan terbuka dan terlindung dari angin topan, badai sehingga

menjadikannya tempat yang aman dan menyenangkan bagi kapal yang

mencari tempat perlindungan, pengisian bahan bakar, pengisian keperluan

melaut, perbaikan atau aktivitas bongkar.

(4) Pusat berbagai aktivitas industri perikanan, kegiatannya mulai dari kapal

berangkat ke laut dan kembali ke pangkalan.

Selanjutnya menurut Lubis (2002), pelabuhan perikanan adalah suatu

wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai

pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas

sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Pelabuhan perikanan adalah

merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi,

pengolahan dan pemasaran, baik berskala lokal, nasional maupun internasional.

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994) yang diacu Lubis (2002),

bahwa aspek-aspek tersebut secara terperinci adalah:

(1) Produksi: bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan

perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil

tangkapannya.

(2) Pengolahan: bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang

dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya.

(3) Pemasaran: bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan

tempat awal pemasaran hasil tangkapannya.

Pengembangan ekonomi perikanan tersebut juga ditunjang oleh industri

perikanan baik hulu maupun hilir dan pengembangan sumberdaya manusia

khususnya masyarakat nelayan.

Page 3: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

28

Menurut Murdiyanto (2004), Jepang sebagai negara terkemuka dalam

bidang perikanan mendefinisikan pelabuhan perikanan atau ’Fishing Port’ sebagai

berikut: ..........is a composition of water area, land area and facilities to be used

as a natural or artificial fishing base, which is designated by the Minister of

Agriculture and Forestry………

Definisi pelabuhan perikanan menurut UU No.31 tahun 2004 tentang

Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya

dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan

sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan

bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

3.3 Pengertian Pola Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Menurut Al Barry (1994), yang dimaksud dengan ”pola” adalah model;

contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

Wojowasito (1972) adalah contoh; suri; model. Berdasarkan pengertian ”pola” di

atas, maka yang dimaksud ”pola” dalam penelitian ini adalah suatu contoh atau

pedoman atau ukuran-ukuran dalam mengembangkan suatu pelabuhan perikanan

berdasarkan konsep triptyque portuaire. Ukuran-ukuran yang akan ditentukan

yang merupakan pola pengembangan pelabuhan perikanan terdiri dari ukuran-

ukuran pada komponen wilayah produksi (foreland), komponen pelabuhan

perikanan dan komponen wilayah distribusi (hinterland). Pengembangan adalah

merupakan suatu usaha ke arah perubahan dari kondisi yang dinilai kurang kepada

suatu kondisi baik atau suatu proses untuk mencapai kemajuan. Pengembangan

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses untuk mencapai kemajuan

pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu sesuai dengan pola

pengembangannya guna mengoptimalkan fungsinya.

Pola pengembangan pelabuhan perikanan adalah acuan awal yang sangat

diperlukan didalam mengembangkan pelabuhan perikanan. Selama ini didalam

perencanaan pelabuhan perikanan di Indonesia banyak dilakukan belum

sempurna, yakni dalam penyusunan pola pengembangan tidak mengkaitkan

sinergitas antara wilayah produksi (foreland), pelabuhan perikanan dan wilayah

Page 4: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

29

distribusi (hinterland), sehingga mengakibatkan banyak pelabuhan perikanan

yang tidak berkembang dan berfungsi secara optimal. Hal tersebut diindikasikan

bahwa pada tahun 1997 produksi perikanan laut yang didaratkan dipelabuhan

perikanan hanya sebesar 793.710 ton atau sekitar 22% dari total produksi

perikanan laut sebesar 3.612.961 ton. Sebanyak 357 buah atau sekitar 60% dari

total pelabuhan perikanan sebanyak 595 buah belum berfungsi secara optimal

(Lubis, 2002).

3.4 Landasan Hukum Pengelolaan Pelabuhan Perikanan

Undang-undang yang baru tentang perikanan yaitu UU No 31 tahun 2004

tentang Perikanan pada pasal 41, menyatakan bahwa:

(1) Pemerintah menyelenggarakan dan membina pelabuhan perikanan.

(2) Menteri menetapkan:

1) Rencana induk pelabuhan perikanan secara nasional.

2) Klasifikasi pelabuhan perikanan dan suatu tempat yang merupakan

bagian perairan dan daratan tertentu yang menjadi wilayah kerja dan

pengoperasian pelabuhan perikanan.

3) Persyaratan dan/atau standar teknis dan akreditasi kompetensi dalam

perencanaan, pembangunan, operasional, pembinaan, dan pengawasan

pelabuhan perikanan.

4) Wilayah kerja dan pengoperasian pelabuhan perikanan.

5) Pelabuhan perikanan yang tidak dibangun oleh pemerintah.

Penjabaran UU No 31/2004 tentang Perikanan, maka telah diterbitkan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No: PER.16/MEN/2006 tanggal 23

Juni 2006 tentang Pelabuhan Perikanan antara lain mengatur bahwa:

(1) Rencana induk pelabuhan perikanan secara nasional disusun dengan

mempertimbangkan: daya dukung sumberdaya ikan yang tersedia, daya

dukung sumberdaya manusia, wilayah pengelolaan perikanan (WPP), rencana

umum tata ruang wilayah propinsi/kabupaten/kota, dukungan prasarana

wilayah, dan geografis daerah dan kondisi perairan.

(2) Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan rencana induk secara nasional.

(3) Pemerintah menyelenggarakan dan membina pelabuhan perikanan yang

Page 5: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

30

dibangun oleh pemerintah, BUMN maupun perusahaan swasta.

(4) Pemerintah, BUMN maupun perusahaan swasta yang akan membangun

pelabuhan perikanan wajib mengikuti rencana induk pelabuhan perikanan

secara nasional dan peraturan pelaksanaannya.

(5) Pembangunan pelabuhan perikanan dilaksanakan melalui pentahapan study,

investigation, detail design, construction, operation dan maintenance

(SIDCOM).

(6) Selain pemerintah, pihak swasta dapat membangun dan mengoperasionalkan

pelabuhan perikanan.

(7) Klasifikasi pelabuhan perikanan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No: PER.16/MEN/2006 tanggal 23

Juni 2006 tentang Pelabuhan Perikanan membagi ke dalam 4 kelas Pelabuhan

Perikanan, yakni Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan Pangkalan

Pendaratan Ikan (PPI).

Tabel 6 memuat secara rinci kriteria teknis klasifikasi pelabuhan perikanan

menurut Menteri Kelautan dan dan Perikanan

(8) Setiap pembangunan pelabuhan perikanan wajib terlebih dahulu memperoleh

persetujuan Menteri Kelautan dan Perikanan. Lokasi pembangunan pelabuhan

perikanan ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat.

(9) Pengelolaan pelabuhan perikanan dipimpin oleh seorang Kepala Pelabuhan.

Kepala Pelabuhan Perikanan bertindak sebagai koordinator tunggal dalam

penyelenggaraan pelabuhan perikanan.

(10) Dalam menata dan menertibkan penyelenggaraan pelabuhan perikanan,

kepala pelabuhan perikanan dapat menerbitkan ketentuan-ketentuan yang

berkaitan dengan penyelenggaraan pelabuhan perikanan.

(11) Fasilitas-fasilitas yang ada di pelabuhan perikanan:

1) Fasilitas pokok, yaitu fasilitas dasar yang diperlukan dalam kegiatan di

suatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan

kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan

maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas pokok antara lain: (a)

pelindung seperti breakwater, revetment, dan groin dalam hal secara

Page 6: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

31

teknis diperlukan, (b) tambat seperti dermaga dan jetty, (c) perairan

seperti kolam, dan alur pelayaran, (d) penghubung seperti jalan,

drainase, gorong-gorong, jembatan, (e) lahan pelabuhan perikanan.

Tabel 6 Kriteria teknis klasifikasi pelabuhan perikanan

Kelas Pelabuhan Perikanan Samudera

Pelabuhan Perikanan Nusantara

Pelabuhan Perikanan Pantai

Pangkalan Pendaratan Ikan

Daerah penangkapan ikan

Laut teritorial, ZEEI, laut lepas

Laut territorial, ZEEI

Perairan pedalaman, Perairan kepulauan, laut teritorial

Perairan pedalaman dan perairan kepulauan

Fasilitas tambat labuh ukuran kapal (GT) ≥60 ≥30 ≥10 ≥3

Panjang dermaga (m) ≥300 ≥150 ≥100 ≥50Kedalaman kolam (m) ≥3 ≥3 ≥2 2

Kapasitas tampung kolam sekaligus

≥100 unit kapal atau ≥6000 GT

≥75 unit kapal atau ≥2250 GT

≥30 unit kapal atau ≥ 300 GT

≥20 unit kapal atau ≥ 60 GT

Pemasaran Sebagian untuk ekspor

- - -

Keberadaan industri perikanan ada ada - -

Sumber: Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No: PER.16/MEN/2006 tanggal 23 Juni 2006 tentang Pelabuhan Perikanan.

2) Fasilitas fungsional, yakni fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan

nilai guna dari fasitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di

pelabuhan, (a) pemasaran hasil perikanan seperti tempat pelelangan

ikan, (b) navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet,

SSB, rambu-rambu, lampu suar, dan menara pengawas, (c) suplai air

bersih, es dan listrik, (d) pemeliharaan kapal dan alat penangkap ikan

seperti dock/slipway, bengkel dan tempat perbaikan jaring,

(e) penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit sheed dan

laboratorium pembinaan mutu, (f) perkantoran seperti kantor

administrasi pelabuhan, (g) transportasi seperti alat-alat angkut ikan dan

Page 7: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

32

es dan (h) pengolahan limbah seperti instalasi pengolah air limbah

(IPAL).

3) Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung

meningkatkan peranan pelabuhan, yakni fasilitas (a) pembinaan

nelayan seperti balai pertemuan nelayan, (b) pengelolaan pelabuhan

seperti mess operator, pos jaga, dan pos pelayanan terpadu, (c) sosial

dan umum seperti tempat peribadatan dan MCK, (d) kios IPTEK, (e)

penyelenggaraan tugas pemerintahan seperti keselamatan pelayaran,

K3, bea dan cukai, keiimigrasian, pengawas perikanan, kesehatan

masyarakat, dan karantina ikan.

Selanjutnya Lubis et al. (2005) mengatakan bahwa selain fasilitas yang vital

juga terdapat fasilitas penting dan fasilitas pelengkap. Fasilitas vital atau fasilitas

yang mutlak diperlukan di pelabuhan perikanan ada 9 jenis yakni dermaga

pendaratan ikan dan muat, kolam pelabuhan, sistem rambu-rambu navigasi yang

mengatur keluar masuknya kapal, tempat pelelangan ikan, dimana dilakukan

transaksi lelang, pabrik es, tangki dan instalasi air, penyediaan bahan bakar,

bengkel reparasi dan kantor administrasi.

Jenis fasilitas lainnya yakni fasilitas penting, adalah fasilitas yang jelas

diperlukan agar pelabuhan perikanan dapat berfungsi dengan baik, namun

realisasinya dapat ditunda. Fasilitas penting tersebut adalah generator listrik,

kantor kepala pelabuhan, tempat parkir, pos penghubung radio (SSB), ruang

pengepakan.

Fasilitas pelengkap adalah jenis fasilitas yang diperlukan agar pelabuhan

perikanan dapat berfungsi dengan baik, tetapi pengadaannya baru pada

pengembangan pelabuhan tahap ketiga. Fasilitas pelengkap ini meliputi dermaga

muat terpisah, slipway, ruang pertemuan, kamar kecil, pos penjagaan, balai

pertemuan nelayan, rumah dinas, mushola, mobil dinas dan motor dinas.

Selanjutnya Lubis et al. (2005) menyatakan bahwa, setelah dilakukan

penelitian terhadap fasilitas pelabuhan perikanan di Laut Jawa, ternyata bahwa

jumlah pelabuhan yang termasuk kategori baik sangat sedikit, yakni 5 unit

pelabuhan perikanan. Sebagian besar pelabuhan perikanan termasuk kategori

Page 8: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

33

cukup (73%), tetapi mayoritas PPI termasuk buruk (59%). Tabel 7 menunjukkan

evaluasi kondisi fasilitas vital pelabuhan perikanan/PPI di Pulau Jawa tahun

2005.

Tabel 7 Evaluasi kondisi fasilitas vital pelabuhan perikanan/PPI di Pulau Jawa tahun 2005

No Hasil penelitian % PP % PPI

1 Kategori baik 5 dari 30 (17%) 0 dari 204 (0%)

2 Kategori cukup 22 dari 30 (73%) 83 dari 204 (41%)

3 Kategori buruk 3 dari 30 (10%) 121 dari 204 (59%)

Sumber : Lubis et al. 2005.

Selanjutnya dikatakan bahwa, dari 30 unit pelabuhan perikanan, 14 unit atau

46% diantaranya berkategori buruk, sedangkan 184 unit PPI atau 90% dari 204

unit PPI berkategori buruk. Adanya 90% dari PPI di Pulau Jawa yang masih

termasuk kategori buruk, merupakan suatu jumlah yang besar sekali, dan hal ini

berarti adanya kesulitan yang begitu besar bagi para nelayan dalam melakukan

kegiatan-kegiatannya. Tabel 8 memperlihatkan evaluasi kondisi fasilitas penting

di pelabuhan perikanan/PPI.

Tabel 8 Evaluasi kondisi fasilitas penting pelabuhan perikanan/PPI di Pulau Jawa tahun 2005

No Hasil penelitian % PP % PPI

1 Kategori baik 5 dari 30 (17%) 2 dari 204 (1%)

2 Kategori cukup 11 dari 30 (37%) 18 dari 204 (9%)

3 Kategori buruk 14 dari 30 (46%) 184 dari 204 (90%)

Sumber : Lubis et al, 2005.

Demikian juga keberadaan fasilitas pelengkap, yakni sebanyak 12 unit atau

40% dari 30 unit pelabuhan perikanan memiliki fasilitas pelengkap berkategori

buruk dan ada 183 unit atau 90% dari 204 unit PPI berkategori buruk seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 9. Kondisi ini sangat memperlemah kinerja pelabuhan

perikanan/PPI sehingga pelayanan yang diberikan tidak optimal.

Page 9: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

34

Tabel 9 Evaluasi kondisi fasilitas pelengkap pelabuhan perikanan/PPI di Pulau Jawa tahun 2005

No Hasil penelitian % PP % PPI

1 Kategori baik 2 dari 30 (7%) 0 dari 204 (0%)

2 Kategori cukup 16 dari 30 (53%) 19 dari 204 (9%)

3 Kategori buruk 12 dari 30 (40%) 183 dari 204 (90%)

Sumber : Lubis et al. 2005.

Menurut pasal 42 UU No. 31/2004 tentang Perikanan bahwa:

(1) Dalam rangka keselamatan pelayaran, ditunjuk syahbandar di pelabuhan

perikanan.

(2) Setiap kapal perikanan yang akan berlayar dari pelabuhan perikanan wajib

memiliki surat izin berlayar kapal perikanan yang dikeluarkan oleh

syahbandar.

(3) Selain menerbitkan surat izin berlayar, syahbandar di pelabuhan perikanan

mempunyai kewenangan lain yakni: memeriksa ulang kelengkapan dokumen

kapal perikanan dan memeriksa ulang alat penangkapan ikan yang ada di

kapal perikanan. Syahbandar di pelabuhan perikanan diangkat oleh Menteri

Kelautan dan Perikanan.

Selain itu, landasan hukum yang mendasari pengelolaan pelabuhan

perikanan adalah:

(1) Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2006 tentang perubahan atas Peraturan

Pemerintah No.62 tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP).

(2) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.46/MEN/2002 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan.

(3) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.Per.17/MEN/2006 tentang

Usaha Perikanan Tangkap.

Peraturan mengenai pelabuhan perikanan sangat tertinggal dibandingkan

dengan peraturan pelabuhan umum, sehingga didalam pelaksanaan pembangunan

dan operasionalnya sejak tahun 1972 (mulai adanya istilah dan pembangunan

pelabuhan perikanan) mengalami banyak hambatan karena setiap kali

Page 10: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

35

pembangunan dan operasional pelabuhan perikanan selalu didahului melalui

proses perijinan dari Menteri Perhubungan. Akibatnya perkembangan

pembangunan dan operasional pelabuhan perikanan terganggu. Namun dengan

adanya UU No.31 tahun 2004 tentang Perikanan dan Peraturan Menteri No.16

tahun 2006, maka kedudukan, hak dan kewajiban, tugas dan aturan lainnya

mengenai pelabuhan perikanan semakin jelas dan petugas di lapangan tidak ragu-

ragu lagi untuk mengupayakan agar fungsi pelabuhan perikanan dapat berjalan

secara optimal.

3.5 Fungsi dan Peranan Pelabuhan Perikanan

Menurut Lubis (2002), terdapat dua jenis pengelompokan fungsi pelabuhan

perikanan yakni ditinjau dari pendekatan kepentingan dan pendekatan aktivitas.

Fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan pendekatan kepentingan adalah:

(1) Fungsi maritime, dimana pelabuhan perikanan merupakan suatu tempat

kontak bagi nelayan atau pemilik kapal, antara laut dan daratan melalui

penyediaan kolam pelabuhan dan dermaga.

(2) Fungsi pemasaran, dimana pelabuhan perikanan merupakan suatu tempat

awal untuk mempersiapkan pemasaran produksi perikanan dengan

melakukan transaksi pelelangan ikan.

(3) Fungsi jasa, dimana pelabuhan perikanan memberikan jasa-jasa pelabuhan

mulai dari ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan.

Fungsi pelabuhan perikanan ditinjau dari segi aktivitas khususnya adalah:

(1) Fungsi pendaratan dan pembongkaran, dalam hal ini pelabuhan perikanan

lebih ditekankan sebagai pemusatan sarana dan kegiatan pendaratan dan

pembongkaran hasil tangkapan di laut.

(2) Fungsi pengolahan, dimana pelabuhan perikanan sebagai tempat membina

peningkatan mutu serta pengendalian mutu ikan dalam menghindari

kerugian dari pasca tangkap.

(3) Fungsi pemasaran, dimana pelabuhan perikanan berfungsi sebagai tempat

untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan atau mendapat

harga yang layak baik bagi nelayan maupun bagi pedagang.

Page 11: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

36

(4) Fungsi pembinaan terhadap masyarakat nelayan, dimana pelabuhan

perikanan dapat dijadikan sebagai lapangan kerja bagi penduduk di

sekitarnya dan sebagai tempat pembinaan masyarakat nelayan.

Menurut Murdiyanto (2004), pelabuhan perikanan merupakan basis utama

kegiatan industri perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya

aktivitas usaha perikanan tangkap di laut. Pelabuhan perikanan berperan sebagai

terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu

sistem usaha yang berdaya guna tinggi.

Aktivitas unit penangkapan ikan di laut keberangkatannya dari pelabuhan

harus dilengkapi dengan bahan bakar, perbekalan makanan, es dan lain-lain

secukupnya. Informasi tentang data harga dan kebutuhan ikan di pelabuhan perlu

dikomunikasikan dengan cepat dari pelabuhan ke kapal di laut. Setelah selesai

melakukan pekerjaan di laut, kapal akan kembali dan masuk ke pelabuhan untuk

membongkar dan menjual ikan hasil tangkapan. Selain memberikan pelayanan

terhadap kapal, yaitu melayani segala kebutuhan keberangkatan, kedatangan,

berlabuh, perbaikan dan docking, pelabuhan juga melayani aktivitas pemasaran

dan distribusi ikan dan pedagang atau pihak lainnya untuk berusaha dalam bidang

perikanan. Selain itu pelabuhan juga mengumpulkan data statistik perikanan.

Selanjutnya dinyatakan bahwa fungsi khusus pelabuhan perikanan yang

membedakan dengan pelabuhan lain adalah terutama yang dicirikan dari

karakteristik komoditas perikanan yang sifatnya mudah busuk (highly perishable).

Hal ini menghendaki pelayanan khusus berupa perlakukan penanganan,

pendistribusian hasil ikan secara cepat ataupun pengolahan (fish processing) yang

tepat. Untuk komoditas hasil perikanan ini perlu bongkar muatan ikan dilakukan

berkali-kali dalam sehari. Ciri khusus lain adalah ukuran kapal yang relatif kecil

dan berjumlah banyak. Hal ini menyebabkan perlunya bangunan pelabuhan yang

dapat memberikan perlindungan dengan derajat yang lebih tinggi untuk kapal-

kapal ukuran besar. Selain itu sifat usaha perikanan tangkap yang tergantung dari

kondisi alam yang tidak menentu, ada musim ikan, ada musim paceklik

menyebabkan perhitungan arus lalu lintas kedatangan dan keberangkatan kapal

(traffic flow) menjadi tidak teratur sehingga diperlukan alokasi waktu lama dan

area yang cukup lapang untuk kapal bertambat pada musim paceklik.

Page 12: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

37

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Per. 16/Men/2006,

pelabuhan perikanan mempunyai fungsi mendukung kegiatan yang berhubungan

dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai

dari praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran. Fungsi

pelabuhan perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan

pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya dapat berupa

pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan,

pelayanan bongkar muat, pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil

perikanan, pemasaran dan distribusi ikan, pengumpulan data tangkapan dan hasil

perikanan, pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan,

pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan, pelaksanaan pengawasan dan

pengendalian sumberdaya ikan, pelaksanaan kesyahbandaran, pelaksanaan fungsi

karantina ikan, publikasi hasil riset kelautan dan perikanan, pemantauan wilayah

pesisir dan wisata bahari dan pengendalian lingkungan.

Dalam penjelasan pasal 41 ayat 1 UU No.31/2004 tentang Perikanan,

dinyatakan bahwa pelabuhan perikanan berfungsi antara lain sebagai tempat

tambat-labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran dan

distribusi ikan, tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan, tempat

pengumpulan data tangkapan, tempat pelaksanaan penyuluhan serta

pengembangan masyarakat nelayan, dan tempat untuk memperlancar kegiatan

operasional kapal perikanan.

3.6 Pelabuhan Perikanan di Negara Lain

Terdapat beberapa pengalaman pembangunan dan pengelolaan pelabuhan

perikanan di negara Jepang, Philipina, Jerman dan Perancis yang dapat dijadikan

contoh keberhasilannya, sehingga perlu meneladani pelabuhan-pelabuhan yang

sudah ada di negara lain.

(1) Pelabuhan perikanan di Jepang

Negara Jepang membagi pelabuhan perikanan menjadi 4 tipe. Tabel 10

menunjukkan tipe dan jumlah pelabuhan perikanan di Jepang tahun 1995.

Dengan jumlah 2.944 unit pelabuhan perikanan tahun 2001 dan panjang

pantai negara Jepang 34000 km berarti setiap pelabuhan perikanan memiliki jarak

Page 13: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

38

12 km. Selain itu ada 7000 desa nelayan, 5000 desa nelayan diantaranya berada

dekat dengan pelabuhan perikanan. Bandingkan dengan negara Indonesia yang

memiliki 17.508 buah pulau dan panjang pantai 81000 km, wilayah lautannya

meliputi 5,8 juta km2 atau 70% dari luas total territorial Indonesia hanya memiliki

pelabuhan perikanan sebanyak 784 unit, dengan demikian setiap pelabuhan

perikanan berjarak 103 km.

Tabel 10 Tipe dan jumlah pelabuhan perikanan di Jepang tahun 1995

Tipe Jumlah Karakteristik Tipe 1 2.218 Pelabuhan-pelabuhan yang digunakan untuk perikanan

lokal Tipe 2

512

Pelabuhan-pelabuhan yang kisaran kebutuhannya lebih luas dari tipe 1 dan dibawah tipe 3

Tipe 3

113

Pelabuhan-pelabuhan yang digunakan oleh seluruh kapal Jepang

Tipe 4

101

Pelabuhan-pelabuhan di dalam isolasi (tertutup) oleh pulau-pulau atau tempat terpencil yang dibutuhkan untuk pengembangan daerah penangkapan dan tempat berlindung kapal-kapal penangkapan.

Jumlah 2.944 Sumber: National Fishing Port Association, 1995.

Selanjutnya dikatakan bahwa, jumlah kapal perikanan tahun 1993 di

pelabuhan perikanan terbanyak pada pelabuhan perikanan tipe I yakni sebesar

150.581 unit, pada tipe II sebanyak 91.140 unit, tipe III sebanyak 22.878 unit dan

tipe IV sebanyak 14.331 unit. Jumlah pendaratan ikan pada tahun 1993 terbanyak

pada tipe III yakni sebesar 2.384.000. ton, pada tipe II sebanyak 1.382.000 ton,

pada tipe I sebanyak 1.343.000 ton.

Jepang adalah negara kepulauan yang sering dilanda gempa dan sering

terjadi tsunami. Sebagai contoh tsunami yang terjadi pada tahun 1986 telah

menimbulkan naiknya gelombang air laut setinggi 24,4 m dan telah menewaskan

sebanyak 27.122 orang. Untuk mengatasi masalah tsunami tersebut, maka selain

memperbaiki struktur pantai, pembangunan rumah, gedung tahan gempa, maka

pelabuhan perikanan yang dibangun di sepanjang pantai dirancang sekokoh

mungkin sehingga berfungsi untuk mempertahankan pantai dari serangan

gelombang tsunami. Akibatnya dana pembangunan pelabuhan perikanan menjadi

lebih besar (National Fishing Port Association, 1995).

Page 14: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

39

Pelabuhan perikanan dipimpin oleh seorang administrator yang diangkat

oleh walikota. Peraturan pelabuhan perikanan di Jepang mengatur bagaimana

Pemerintah merencanakan, membangun, mengelola dan memelihara pelabuhan

perikanan. Jika pelabuhan perikanan secara legal diakui, maka pertama

rancangannya harus disetujui oleh Pemerintah dalam hal ini Menteri Pertanian,

Kehutanan dan Perikanan setelah mendengar pendapat dari lembaga umum lokal.

Pemerintah Pusat menetapkan rencana induk pelabuhan perikanan 5 sampai 6

tahun ke depan. Administrasi pelabuhan perikanan di Jepang semuanya dikelola

oleh Dinas Perikanan di Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Dana

pembangunan breakwater, dermaga, alur pelayaran, kolam pelabuhan, jalan dan

fasilitas transportasi dibiayai 50% dari Pemerintah Pusat dan 50% dari Pemerintah

Daerah. Pembangunan fasilitas yang bersifat komersial seperti unit pembekuan

ikan, pabrik es diserahkan kepada pihak swasta atau koperasi perikanan. Biaya

pemeliharaan dan manajemen ditanggung oleh Pemerintah Daerah.

(2) Pelabuhan perikanan di Perancis

Menurut Lubis (2002), di Perancis sebelum tahun 1965, pelabuhan

mempunyai dua pembagian wewenang yaitu kementerian perhubungan adalah

penanggung jawab infrastruktur dan kamar dagang dan industri adalah

penanggung jawab suprastruktur. Namun sejak tahun 1983, pengelolaan

sepenuhnya dipegang oleh kamar dagang dan industri dan pemerintah pusat tetap

sebagai pemiliknya. Sejak tahun 1992, di beberapa daerah, pengelolaaannya

diserahkan oleh perusahaan swasta yang mempunyai kontrak mengelola

pelabuhan perikanan selama 15 tahun. Perancis pada umumnya mengelompokkan

pelabuhan perikanan menjadi pelabuhan perikanan besar dan kecil, masing-

masing mempunyai karakteristik. Tabel 11 menunjukkan karakteristik pelabuhan

perikanan di Perancis.

Tabel 11 Karakteristik pelabuhan perikanan di Perancis

Jenis Pelabuhan Tipe pelabuhan Ukuran kapal

Distribusi

Pelabuhan besar Industri & semi industri >50 GT Nasional & ekspor Pelabuhan kecil Tradisional atau pantai <50 GT Lokal & nasional

Sumber : Lubis, 2002.

Page 15: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

40

Menurut Le Ry JM (2005), bahwa di Cornouaille terdapat 7 pelabuhan

perikanan pada 100 km garis pantai, yakni Douarnenez, Audierne, Saint Guenole,

Guilvinec, Lesconil, Loctudy dan Concarneau. Pada tahun 2004 telah didaratkan

sebanyak 59.000 ton ikan pada 7 pelabuhan perikanan tersebut. Ada sebanyak

500 buah kapal perikanan memanfaatkan pelabuhan perikanan tersebut, mulai dari

handliner berukuran panjang 6 m sampai kepada kapal high sea trawlers

memiliki panjang 30 m dan tuna seiner memiliki panjang lebih dari 75 m. Fasilitas

pokok telah dibangun oleh negara Perancis. Pengelolaan pelabuhan dilakukan

oleh Regional Administration. Kontrak telah dibuat antara Regional

Administration dengan chambers of commerce and industry (CCI) untuk

memelihara pelabuhan perikanan, membangun baru pelabuhan perikanan. CCI

mewakili perusahaan swasta lokal. Pelelangan ikan dilaksanakan satu sampai dua

kali sehari. Beberapa kegiatan di pelabuhan perikanan antara lain penanganan ikan

di kapal oleh koperasi dan perusahaan swasta, penyaluran BBM oleh koperasi,

penyediaan es oleh CCI atau perusahaan swasta, pembangunan kapal oleh

perusahaan swasta, perbaikan kapal oleh perusahaan swasta, slipway atau boat lift

oleh CCI, kredit oleh professional bank Marine Credit, pembongkaran ikan oleh

CCI, penjualan ikan oleh perusahaan swasta, cold storage oleh perusahaan swasta,

pengalengan ikan oleh perusahaan swasta dan transportasi refrigerasi oleh

perusahaan swasta.

(3) Pelabuhan perikanan di Jerman

Menurut Lubis (2002), di Jerman, pengklasifikasian pelabuhan perikanan

lebih ditekankan pada jenis ikan dan atau skala perikanan yang beroperasi, yaitu:

1) Pelabuhan perikanan skala besar/perikanan laut dalam (port of large-scale

deep sea fisheries); pelabuhan ini mempunyai karakteristik sama dengan

pelabuhan besar di Perancis. Seperti contoh: Bremerhaven, Cuxhaven,

Hamburg dan Kiel.

2) Pelabuhan untuk perikanan hering (port of lugger hering fisheries); di

pelabuhan ini terdapat banyak perusahaan-perusahaan penangkapan khusus

untuk ikan hering. Seperti contoh: Bremen-Vegesack, Emden, Gluckstad dan

Laer.

Page 16: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

41

3) Pelabuhan perikanan pantai (port of inshore fisheries); pelabuhan ini adalah

tempat mendaratnya kapal-kapal kecil yang beroperasi di perairan pantai.

Hasil tangkapan umumnya dijual pada koperasi dan perusahaan-perusahaan

industri perikanan. Contoh: Dorum, Biisum, Maasholan, dan Nieustad.

(4) Pelabuhan perikanan General Santos-Philipina

Menurut Mahyuddin (2004) bahwa Pelabuhan Perikanan General Santos-

Philipina Selatan adalah salah satu pelabuhan perikanan yang ada di Philipina.

Perencanaan pelabuhan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat Philipina.

Perencanaan pelabuhan dilakukan dengan pendekatan keterpaduan, yakni

perencanaan yang mensinergikan antara pemanfaatan potensi perikanan di

wilayah foreland dan pelabuhan perikanan sebagai pusat kegiatan dikaitkan

dengan penyerapan hasil produksi ikan dari pelabuhan perikanan ke daerah

hinterland. Pembangunan pelabuhan perikanan dilakukan oleh Pemerintah Pusat,

pengoperasionalannya dilakukan oleh administrator pelabuhan yang diangkat oleh

pemerintah. Pasokan listrik dari Pemerintah sangat murah guna merangsang

pengusaha untuk meningkatkan investasinya di pelabuhan perikanan, seperti

pabrik es, cold storage, industri pengalengan ikan.

Pelabuhan tidak memungut biaya tambat labuh guna mengurangi biaya

operasional setiap kapal penangkap. Berjarak 3 km dari pelabuhan, terdapat

lapangan pesawat terbang yang sehari-harinya dapat digunakan untuk mengekspor

ikan ke luar negaranya. Jalan yang menghubungkan pelabuhan ke daerah

hinterland sangat bagus dan cukup lebar. Di sepanjang pantai kiri-kanan

pelabuhan telah banyak tumbuh pabrik-pabrik yang mendukung kegiatan

perikanan, seperti pabrik es, cold storage, pengalengan ikan. Kegiatan-kegiatan

yang ada di pelabuhan perikanan adalah aktivitas bongkar muat ikan/barang,

aktivitas pelelangan ikan, tambat labuh kapal, aktivitas pengisian perbekalan kapal

melaut, aktivitas distribusi ikan, penyortiran ikan kualitas ekspor, aktivitas

perbaikan kapal dan alat tangkap dan administrasi pelabuhan.

3.7 Persaingan Antar Pelabuhan Perikanan di WPP 9 Samudera Hindia dan Penentuan Sektor Basis

Pelabuhan perikanan dalam operasionalnya diharuskan untuk

mengoptimalkan fungsinya, sehingga masing-masing pelabuhan harus memiliki

Page 17: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

42

kesiapan misalnya fasilitas, sumberdaya manusia dan layanan yang semakin

membaik. Semakin besar peranannya, maka semakin lengkap pula fasilitas,

sumberdaya manusia dan layanan yang diberikan. Untuk melihat tingkat

persaingan antar pelabuhan perikanan, maka menurut Rustiadi et al. (2005), dapat

menggunakan metode hierarki perkembangan wilayah (metode skalogram).

Metode skalogram adalah metode untuk menentukan hirarki wilayah termasuk

hierarki pelabuhan perikanan. Rumus dan cara untuk menentukan indeks hierarki

skalogram dapat dilihat pada metodologi.

Menurut Budiharsono (2001), bahwa inti dari model ekonomi basis

(economic base model) adalah arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan

oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang-barang dan jasa,

termasuk tenaga kerja. Sektor (industri) yang bersifat seperti ini disebut sektor

basis. Selain sektor basis, ada kegiatan-kegiatan sektor pendukung yang

dibutuhkan untuk melayani pekerja pada sektor basis dan kegiatan sektor basis itu

sendiri. Kegiatan sektor pendukung, seperti perdagangan dan pelayanan

perseorangan, disebut sektor non basis. Kedua sektor tersebut mempunyai

hubungan dengan permintaan dari luar wilayah. Sektor basis berhubungan

langsung, sedangkan sektor non basis berhubungan secara tidak langsung, yaitu

melalui sektor basis dulu. Apabila permintaan dari luar meningkat, maka sektor

basis akan berkembang. Hal ini pada gilirannya nanti akan mengembangkan

sektor non basis. Salah satu metode apakah suatu sektor merupakan sektor basis

atau non basis adalah menggunakan metode pengukuran tidak langsung melalui

metode location quotient (LQ). Alasan penggunaan metode ini karena tidak

memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang banyak seperti metode pengukuran

langsung dengan survei lapangan.

3.8 Hubungan Pelabuhan Perikanan dengan Wilayah

Pelabuhan perikanan adalah bagian penting dari wilayah pesisir. Pelabuhan

perikanan adalah pusat aktivitas perikanan dan titik temu antara aktivitas ekonomi

masyarakat berbasis daratan dan lautan. Pelabuhan perikanan adalah tempat yang

strategis di dalam kawasan strategis di wilayah pesisir.

Menurut Rustiadi (2001), bahwa wilayah pesisir adalah kawasan strategis.

Kawasan strategis adalah suatu kawasan ekonomi yang secara potensial memiliki

Page 18: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

43

efek ganda (multiplier effect) yang signifikan secara lintas sektoral, lintas spasial

(wilayah) dan lintas pelaku. Dengan demikian, perkembangan wilayah strategis

memiliki efek sentrifugal karena dapat menggerakkan secara efektif

perkembangan ekonomi sektor-sektor lainnya, perkembangan wilayah di

sekitarnya serta kemampuan menggerakan ekonomi masyarakat secara luas,

dalam arti tidak terbatas ekonomi masyarakat kelas-kelas tertentu saja. Peranan

strategis wilayah pesisir hanya tercapai jika memenuhi persyaratan-persyaratan

berikut:

(1) Basis ekonomi (economic base) wilayah yang bertumbuh atas sumberdaya-

sumberdaya domestik yang terbarui (domestic renewable resources).

(2) Memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan ke depan (forward

linkage) terhadap berbagai sektor ekonomi lainnya di daerah yang

bersangkutan secara signifikan, sehingga perkembangan sektor basis dapat

menimbulkan efek ganda terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya di

daerah yang bersangkutan.

(3) Efek ganda (multiplier effect) yang signifikan dari sektor basis dan sektor-

sektor turunan dan penunjangnya dengan penciptaan tenaga kerja dan

pendapatan masyarakat (sektor rumah tangga), sektor pemerintah dan PDRB

wilayah.

(4) Keterkaitan lintas regional di dalam maupun antar wilayah yang tinggi (intra

and inter-regional interactions) akan lebih menjamin aliran alokasi dan

distribusi sumberdaya yang efisien dan stabil sehingga menurunkan

ketidakpastian (uncertainty).

(5) Terjadinya learning process secara berkelanjutan yang mendorong terjadinya

koreksi dan peningkatan secara terus menerus secara berkelanjutan.

Menurut Hagget et al. (1977), yang diacu Rustiadi (2001), bahwa konsep

wilayah terdiri dari 3 kategori, yaitu wilayah homogen, wilayah nodal dan wilayah

perencanaan.

Konsep wilayah homogen yang lebih menekankan prinsip pewilayahan yang

menekankan homogenitas (kesamaan) di dalam kelompok dan memaksimumkan

perbedaan antar kelompok tanpa memperhatikan bentuk hubungan fungsional

antar wilayah-wilayahnya. Berbeda dengan konsep homogen, konsep wilayah

Page 19: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

44

nodal adalah konsep yang menekankan adanya pemisahan bagian-bagian di dalam

wilayah berdasarkan fungsinya. Konsep wilayah nodal didasarkan atas asumsi

bahwa suatu wilayah diumpamakan sebagai sel hidup yang mempunyai plasma

dan inti. Wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan

kenyataan terdapatnya sifat-sifat tertentu pada wilayah baik akibat sifat alamiah

maupun non alamiah sehingga perlu perencanaan secara integral.

Menurut Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB (2000), proses

pengembangan pelabuhan perikanan dipengaruhi oleh 8 faktor kewilayahan

pelabuhan perikanan yang masing-masing bersifat saling berpengaruh terhadap

pengembangan pelabuhan perikanan. Kedelapan faktor kewilayahan pelabuhan

perikanan adalah sebagai berikut:

(1) Kondisi wilayah perairan laut, meliputi kondisi sumberdaya ikan dan daerah

penangkapan ikan. Besarnya potensi sumberdaya ikan yang tersedia dan

lestari dan adanya daerah-daerah penangkapan ikan yang dapat dijangkau

armada perikanan suatu pelabuhan perikanan akan menentukan

pengembangan pelabuhan perikanan dan sebaliknya.

(2) Aktivitas perikanan wilayah, terutama yang terkait dengan berapa besar

permintaan pasar terhadap komoditi perikanan (lokal, regional dan atau

global) akan mempengaruhi pengembangan pelabuhan perikanan dan

sebaliknya.

(3) Pertumbuhan ekonomi wilayah, seperti yang tergambar dalam PDRB dan

inflasi, dapat memacu pengembangan suatu pelabuhan perikanan baik berupa

kesiapan ekonomi pemerintah, maupun kesiapan ekonomi masyarakat dan

sebaliknya.

(4) Kondisi prasarana dan sarana umum wilayah, merupakan unsur pendukung

penting bagi pengembangan suatu pelabuhan perikanan. Kondisi prasarana

sarana umum yang tersedia (prasarana dan sarana transportasi, air, listrik dan

telekomunikasi) aktivitas-aktivitas didalam dan keluar pelabuhan perikanan

seperti distribusi pemasaran ikan, dan lain sebagainya. Sebaliknya, aktivitas

yang tinggi dari suatu pelabuhan perikanan, akan memberikan tekanan

kepada perlunya dikembangkan prasarana dan sarana umum yang telah ada

disuatu wilayah.

Page 20: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

45

(5) Kondisi penduduk suatu wilayah, terutama didalam bentuk pendapatan

perkapita, konsumsi ikan perkapita (yang juga dapat diartikan sebagai potensi

pasar), pertumbuhan penduduk suatu wilayah, dan kondisi aspek sosial

penduduk adalah jelas mempengaruhi pengembangan pelabuhan perikanan.

Pendapatan perkapita yang tinggi, konsumsi ikan yang tinggi, pertumbuhan

penduduk yang tinggi dan kondisi sosial penduduk yang positif akan

memberikan pengaruh positif terhadap pengembangan suatu pelabuhan

perikanan disuatu wilayah. Sebaliknya walau tidak terjadi secara otomatis,

ketersediaan jumlah komoditi ikan yang tinggi akibat pengembangan suatu

pelabuhan perikanan misalnya, akan memberikan tekanan kepada

peningkatan pendapatan, sekurang-kurangnya pada sebagian penduduk suatu

wilayah seperti nelayan dimana suatu pelabuhan perikanan berada.

Demikian pula berdampak sosial positif bagi penduduk tersebut.

(6) Kondisi lahan lokasi pelabuhan perikanan yang meliputi lahan daratan dan

perairan suatu pelabuhan perikanan menentukan pula pengembangan

pelabuhan perikanan tersebut. Keterbatasan lahan daratan suatu pelabuhan

perikanan akan dapat membatasi pengembangannya.

(7) Aktivitas-aktivitas non perikanan wilayah yang terdapat disekitar pelabuhan

perikanan dapat mempengaruhi pengembangan pelabuhan perikanan tersebut.

Aktivitas-aktivitas di sekeliling pelabuhan perikanan yang sudah tertata rapi,

tidak akan mudah untuk diubah peruntukkannya bagi kepentingan pelabuhan

perikanan. Aktivitas-aktivitas pelabuhan perikanan yang mungkin dapat

menghasilkan limbah ke perairan laut misalnya mempengaruhi usaha tambak

masyarakat sekitar pelabuhan perikanan, dapat menimbulkan tekanan yang

negatif bagi pengembangan pelabuhan perikanan tersebut.

(8) Kebijakan pemerintah daerah ataupun pusat, secara jelas akan mempengaruhi

pengembangan suatu pelabuhan perikanan karena pemerintah merupakan

pihak yang melakukan pengarahan bagi pengembangan perikanan; melalui

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan.

Terhadap kedelapan faktor tersebut diatas maka PPN Palabuhanratu sudah

memenuhi kebutuhan kedelapan faktor tersebut walaupun masih ada masalah-

masalah yang perlu ditindaklanjuti untuk diselesaikan.

Page 21: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

46

3.9 Konsep Triptyque Portuaire

Menurut Vigarié (1979) yang diacu oleh Lubis (1989) bahwa ada tiga

komponen yang harus diperhatikan dalam menganalisis suatu pelabuhan niaga

yakni avant pays marin (foreland), port de pêche (fishing port) dan arrière-pays

terrestre (hinterland) yang disebut triptyque portuaire. Dalam bukunya, Vigarié

(1979) menjelaskan pengertian dari triptyque sebagai berikut : "La notion de

triptyque; elle évoque l’image de trois volets qui sont ici : l’arrière-pays, l’avant-

pays océanique, et au milieu, l’étendue correspondant au périmètre portuaire".

Triptyque ini digunakan dalam suatu metode analisis pelabuhan niaga.

Selanjutnya dijelaskan lebih detil tentang pengertian l’arrière-pays dan l’avant-

pays adalah sebagai berikut :

"L’arrière-pays réel d’un port est la partie de l’espace terrèstre dans laquelle il

vend ses services et, par concéquent, recrute sa clientèle; de façon générale, l’on

peut concidérer que celle-ci se trouve en arrière du rivage où se trouvent les

installations portuaires concidérer; mais il peut y avoir à cette interprétation des

exceptions, par exemple dans le cas de trasshipment. D’autre part, cette notion

est souvent obscurcie par celle d’un hinterland théorique" .

"La définition de l’avant-pays repose sur l’existence des routes maritimes. Ces

dernières sont des faisceaux de cheminements permanents que suivent les navires;

elles sont marquées par certains caractères : leur tracé sur le globe dépend des

secteurs côtiers séparés par l’Océan, et que l’on veut relier; elles ont une certaine

largeur : 20-30 milles généralement sauf lorsqu’elles se ressertent dans un détroit

ou dans un canal transisthmique. La notion d’avant-pays peut être approchée soit

en terme de relation maritimes exprimées par le nombre de lignes de navigation,

le nombre de départs ou le tonnage our une certaine direction, soit un termes

d’origine et de distination des marchandises traversant le port ".

Pengertian l’avant-pays dapat didekati melalui hubungan kemaritiman yang

dinyatakan pada jumlah jalur pelayaran, jumlah unit atau GT kapal yang

berangkat dari suatu pelabuhan untuk tujuan tertentu, baik ditinjau dari asal

maupun tujuan barang.

Pengertian l’arrière-pays dan l’avant-pays masing-masing ekivalen dengan

hinterland dan foreland. Hal ini diperjelas lagi oleh Charlier (1983) bahwa : "Les

Page 22: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

47

termes arrière-pays et avant-pays ont pour équivalents respectifs hinterland et

foreland en anglais, hinterlandslage et meerslage en allemand, retroterra et

proiezone marittima en italien. La plupart des auteurs donnent des définitions très

voisines de l’arrière-pays, alors que le contenu conféré à l’avant-pays varie

davantage ".

Selanjutnya menurut Chaussade (1986) yang diacu Lubis (1989), konsep

triptyque portuaire tersebut diterapkan untuk pelabuhan perikanan yang terdiri

dari sub sistem wilayah produksi/foreland, sub sistem wilayah distribusi/

hinterland dan sub sistem pelabuhan perikanan/fishing port sendiri. Hinterland

dan foreland adalah dua wilayah yang saling bergantung sama lain yang tidak

dapat dipisahkan. Pelabuhan perikanan adalah sebagai penghubung diantara

keduanya. Dalam merencanakan pelabuhan perikanan perlu dilakukan analisis

secara geografis terhadap tiga elemen tersebut di atas yaitu foreland, pelabuhan

perikanan dan hinterland-nya.

Analisis foreland berkaitan dengan daerah penangkapan ikan, potensi dan

tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan. Secara khusus foreland dapat dikatakan

sebagai fishing ground atau daerah penangkapan ikan dan jalur maritim yang

dilalui oleh kapal-kapal dalam rangka pendistribusian baik secara nasional

maupun ekspor.

Selanjutnya dikatakan oleh Lubis (2003), bahwa foreland selain disebut juga

daerah penangkapan, secara umum juga berarti :

(1) Tempat beroperasinya nelayan-nelayan penangkapan ikan di fishing ground.

(2) Jalur distribusi hasil tangkapan dari fishing ground ke fishing base atau

menuju pasar yang melalui laut.

(3) Wilayah perairan di jalur transportasi maritim nasional atau internasional.

(4) Beberapa wilayah perairan merupakan perairan yang ramai dan dapat

meningkatkan resiko terjadinya tabrakan antar kapal-kapal ikan.

(5) Jalur-jalur maritim yang dilalui oleh kapal penangkapan tersebut untuk

menuju fishing ground dan untuk mendaratkan hasil tangkapan ke pelabuhan

perikanan.

Fishing ground sangat berkaitan dengan pelabuhan perikanan karena:

(1) Fishing ground ini sangat menentukan dalam memperoleh informasi

Page 23: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

48

penyebaran ikan yang menjadi tujuan penangkapan, wilayah yang over

fishing, jalur-jalur yang ramai.

(2) Fishing ground dapat berkaitan dengan pembagian wilayah perairan dimana

terdapat wilayah perairan dengan jenis tertentu agar nantinya dapat diketahui

jenis alat tangkap apa saja yang harus dikembangkan di masing-masing

wilayah perairan tersebut.

(3) Fishing ground di daerah tropis mempunyai jenis dan ragam ikan yang lebih

banyak dari pada fishing ground di daerah sub tropis.

Hinterland pelabuhan perikanan secara khusus dapat dikatakan sebagai

daerah konsumen atau hilir dari pelabuhan perikanan (Lubis, 2003). Parameter ini

penting dalam analisis perencanaan pelabuhan perikanan karena berkaitan dengan

pasar atau sampai sejauh mana konsumen menyerap ikan-ikan yang didaratkan di

pelabuhan perikanan. Parameter ini berkaitan dengan jumlah dan daerah

konsumen.

Selanjutnya dikatakan oleh Lubis (2003), bahwa terdapat 3 jenis hinterland:

(1) Hinterland primer adalah hinterland yang merupakan daerah distribusi dari

ikan-ikan hasil pendaratan langsung.

(2) Hinterland sekunder atau tidak langsung adalah hinterland yang merupakan

daerah distribusi ikan hasil pengolahan, hasil pembekuan.

(3) Hinterland perpaduan atau overlap hinterland adalah suatu hinterland yang

didistribusikan oleh beberapa pelabuhan perikanan yaitu dari pelabuhan

perikanan besar dan kecil atau dari beberapa pelabuhan perikanan yang sama

besar atau sama kecil.

Ketiga jenis hinterland tersebut dapat bersifat lokal, interinsuler dan ekspor.

Dengan mengetahui jenis hinterland, maka kita dapat merencanakan

bagaimana pola pendistribusian yang akan dilakukan serta sarana transportasi,

lembaga-lembaga dan organisasi yang diperlukan serta peraturan yang

menyertainya. Luasnya hinterland dari suatu pelabuhan dipengaruhi oleh sampai

sejauh mana proses penanganan, pengolahan dan jenis sarana transportasi yang

digunakan. Semakin baik penanganan ikan yang dilakukan akan semakin jauh

hinterland, berarti jenis pengolahan ikan juga akan mempengaruhi luas

Page 24: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

49

hinterland. Demikian halnya jenis transportasi apabila ikan didistribusikan dengan

menggunakan pesawat terbang akan lebih dapat menjangkau hinterland yang

jauh.

Selanjutnya dikatakan oleh Lubis (2003), bahwa keterkaitan hinterland dan

pelabuhan perikanan ini perlu dianalisis agar :

(1) Produksi hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan perikanan dapat

terserap habis sesegera mungkin tanpa menunggu terlalu lama.

(2) Dapat diketahui kemungkinan dalam memperluas hinterland.

(3) Dapat diketahui berapa produksi ikan yang harus dieksploitasi oleh para

nelayan untuk dapat didaratkan pelabuhan perikanan tersebut.

(4) Dapat diketahui jenis dan kapasitas fasilitas di pelabuhan perikanan untuk

menampung sejumlah ikan tersebut.

(5) Dapat diketahui hubungan antara hinterland yang satu dengan hinterland

yang lain dalam menerima produksi perikanan dari pelabuhan itu dan atau

dari pelabuhan perikanan lain.

(6) Dapat diketahui distribusi jenis olahan di hinterland sehubungan dengan

rencana pengembangan terhadap tipe olahan ikan yang dikembangkan di

pelabuhan.

3.10 Penentuan Kualitas Pemasaran Ikan

Kegiatan pemasaran ikan yang merupakan komponen dari hinterland sangat

berpengaruh terhadap penyerapan produksi ikan di PPN Palabuhanratu.

Bagaimanapun banyaknya produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu,

jika tidak didukung oleh kegiatan pemasaran yang optimal, maka fungsi PPN

Palabuhanratu tidak akan optimal. Nelayan akan tertarik mendaratkan kapalnya di

suatu pelabuhan, apabila pemasaran ikan di pelabuhan tersebut lebih menarik

dibandingkan dengan tempat lain. Untuk melihat perbandingan kualitas

pemasaran di suatu pelabuhan perikanan dibandingkan dengan di kabupaten/

provinsi, maka menurut Lubis (2003) perlu dihitung indeks relatif nilai

produksinya (I).

Page 25: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

50

3.11 Proses Hierarki Analitik (PHA)

Proses Hierarki Analitik (PHA) adalah salah satu metode analisis dalam

mengambil keputusan yang baik dan fleksibel. Salah satu alat analisis yang dapat

menentukan prioritas kegiatan pembangunan adalah PHA.

PHA pada dasarnya didesain untuk mendapatkan persepsi orang yang

berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang

didesain untuk sampai kepada suatu skala preferensi diantara berbagai set

alternatif.

Menurut Saaty (1988), dalam memecahkan persoalan dengan PHA terdapat

tiga prinsip:

(1) Menyusun hierarki

Menentukan tujuan, kriteria dan aktivitas yang terdapat dalam suatu hirarki

bahkan dalam sistem yang lebih umum. Masalah yang harus dipecahkan

dalam bagian ini adalah menentukan atau memilih tujuan dalam rangka

mengkomposisikan kompleksitas sistem. Perlu pendefinisian tujuan secara

rinci sesuai dengan persoalan yang akan ditangani.

(2) Struktur hierarki

Struktur hirarki merupakan bagian dari suatu sistem yang mempelajari fungsi

intereaksi komponen secara menyeluruh. Struktur ini mempunyai bentuk yang

saling terkait, tersusun dari suatu sasaran utama turun ke sub-sub tujuan, lalu

ke pelaku (aktor) yang memberi dorongan, turun ke tujuan-tujuan aktor dan

kemudian alternatif strategi. Penyusunan hirarki atau struktur keputusan

dilakukan untuk menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan

yang teridentifikasi.

(3) Penyusunan bobot

Tingkat kepentingan (bobot) dari elemen-elemen keputusan yang ada pada

setiap tingkat hirarki keputusan, ditentukan melalui penilaian pendapat dengan

cara komparasi berpasangan. Komparasi tersebut adalah membandingkan

setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkat hirarki secara

berpasangan, sehingga terdapat nilai tingkat kepentingan. Untuk

menstransformasikan dari data kualitatif menjadi data kuantitatif digunakan

skala penilaian, sehingga diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka yang

Page 26: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

51

menggambarkan variabel mana yang mempunyai prioritas tinggi.

3.12 Kajian Penelitian Terdahulu

Menurut Ibrahim (2001), bahwa strategi yang perlu dilakukan dalam

meningkatkan upaya peningkatan kinerja PPN Palabuhanratu adalah peningkatan

sarana dan prasarana. Dalam penelitian tersebut belum terungkap jenis sarana dan

prasarana yang akan dikembangkan, kuantitas setiap sarana dan prasarana yang

akan dikembangkan sehingga perlu penelitian lebih lanjut.

Dalam penelitian Lubis (1998) tentang pola pengembangan pelabuhan

perikanan di wilayah perairan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan yang efisien

dan efektif, menyimpulkan bahwa PP dan PPI yang berada di kedua wilayah

perairan tersebut hampir semuanya (90%) tidak berfungsi optimal. Penyebabnya

adalah keterbatasan kondisi dan ketersediaan fasilitas, jarak antara fishing

ground/foreland dan lokasi PP/PPI yang tidak menguntungkan, rendahnya harga

ikan di PP/PPI, jauhnya jarak PP/PPI terhadap pemukiman nelayan dan problem

hasil distribusi hasil tangkapan ikan ke daerah hinterland. Berdasarkan analisis

triptyque portuaire terdapat dua pola dasar, yakni pola dasar I lebih diperuntukkan

bagi pengembangan PP/PPI untuk melayani ekspor hasil tangkapannya. Pola dasar

II lebih ditujukan untuk pengembangan PP/PPI untuk melayani pasar lokal atau

pemerintah kabupaten di masing-masing provinsi.

Pemanfaatan daerah penangkapan ikan oleh nelayan longline dengan perahu

congkreng dan kapal gillnet sering menimbulkan konflik. Menurut Herwening

(2003), bahwa modernisasi perikanan di Palabuhanratu menyebabkan persaingan

pemanfaatan wilayah penangkapan sehingga menimbulkan potensi konflik antar

armada yang meliputi potensi konflik pemanfaatan wilayah penangkapan antara

armada bagan apung dengan perahu congkreng dan antara armada longline

dengan perahu congkreng dan kapal motor gillnet. Dalam kaitan ini, maka

potensi konflik yang melibatkan armada penangkapan di PPN Palabuhanratu dan

merupakan suatu hambatan didalam pengembangan PPN Palabuhanratu.

PPN Palabuhanratu berkewajiban menjaga kualitas ikan sesuai dengan

standar mutu ikan. Menurut Nurani et al. (2004), bahwa kualitas produksi ikan

layur yang dihasilkan nelayan Palabuhanratu berada diluar batas proses produksi

untuk tujuan kualitas ekspor. Secara umum faktor penyebab ikan layur tidak

Page 27: 3 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan ... contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja. Sedangkan pengertian”pola”menurut

52

memenuhi kualitas ekspor yaitu pelaku utamanya belum menyadari akan

pentingnya ikan yang berkualitas, kesalahan proses penangkapan, sarana

penanganan tidak mencukupi dan proses transportasi dan alat transportasi belum

memadai. Dalam kaitan ini, karena kualitas beberapa ikan layur tidak memenuhi

standar ekspor, maka akan melemahkan kondisi di hinterland.