Upload
arief
View
264
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
1/50
BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan tekanan intrakranial menjadi penyebab sekunder kerusakan
setelah terjadi cedera otak traumatik atau dikenal dengan Traumatic Brain Injury
(TBI). Penanganan agresif mungkin tidak cukup untuk mengontrol peningkatan
tekanan intrakranial, maka prosedur kraniektomi dekompresi dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan.1
raniektomi dekompresi merupakan suatu teknik pembedahan dengan tujuan
mengurangi peningkatan tekanan intrakranial dan edema serebri yang disebabkan
berbagai macam penyebab patologi. Beberapa penyebab tersebut di antaranya, tumor
intrakranial, trauma kepala, hematom subdural, edema serebri akibat !asospasme
sekunder dari perdarahan subarachnoid, ensefalitis, hematom intraserebral,sinus
thrombosis dural dan !ena serebral, infark serebelar, dan iskemik supratentorial
serebral."
#dema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial merupakan proses
patofisiologis yang terjadi pada beberapa kasus neurologis, seperti perdarahan
subarachnoid, trauma otak, infark serebral, kelainan aliran darah serebral,
penghantaran oksigen tidak adekuat, dan kegagalan energi. Tujuan utama tatalaksana
pada kasus ini adalah memutus siklus patofisiologis terjadinya edema serebri yang
menyebabkan semakin meningkatnya tekanan intrakranial dan seterusnya.
$enurut penelitian retrospektif tahun "%%&'"%% mengenai hasil (outcome)
pada pasien yang mendapatkan tatalaksana kraniektomi dekompresi, didapatkan
baha prosedur kraniektomi dekompresi menurunkan tekanan intrakranial dan
meningkatkan tekanan perfusi serebral dalam batas normal atau lebih tinggi. *elain
1
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
2/50
itu, didapatkan pula angka kelangsungan hidup yang menjanjikan +&.& dan &1.-
dengan klinis neurologis yang baik.
"
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
3/50
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAK
/tak merupakan salah satu organ terbesar dan kompleks pada tubuh
manusia.Terdiri atas lebih dari milyaran saraf yang berkomunikasi dalam trriliunan
koneksi disebut sinapsis.Berat otak mengalami perubahan sejak lahir hingga deasa.
*aat lahir, berat rata'rata otak adalah 0%% gram, dan berkembang hingga 1%%% gram
selama masa kanak'kanak. Berat otak rata'rata ada anita deasa adalah 10% gram
sedangkan pada pria deasa sekitar 10%% gram.&
/tak tentunya memiliki jaringan pelindung, dimulai dari bagian luar,yaitu
kulit kepala (skin), tulang kepala, dan lapisan selaput otak.
a. ulit kepala
Terdapat tiga lapisan kulit kepala, yaitu 1. ulit kepala terluar yang ditumbuhi oleh jaringan rambut.
". 2aringan subkutaneus
. 3poneurotik beserta otot'ototnya.
ulit kepala memiliki peran sebagai pelindung bagi kepala, jika kepala tidak
memiliki kulit, maka kepala hanya mampu menahan pukulan &% pound4inch " tetapi
jika dilindungi oleh kulit kepala, dapat menahan pukulan hingga &"0'-%%
pound4inch".etiga lapisan kulit ini merupakan satu kesatuan yang dapat bergerak
dan terpisah, sehingga terdapat suatu daerah raan atau disebut locus minoris
resistensi di antara kulit dan tengkorak yang merupakan tempat berkumpulnya darah
atau cairan bila kepala mengalami kekerasan dan memudahkan terjadinya infeksi.
b. Tulang kepala
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
4/50
Tulang kepala secara garis besar dibagi menjadi dua bagian,yaitu
1. Tulang tengkorak (cranial bone)Tulang tengkorak terdiri atas tulang'tulang, seperti 1.1 os frontal (tulang dahi)
1." /s parietal (tulang ubun'ubun)
1. /s occipital (tulang kepala bagian belakang)
1.& /s temporalis1.0 /s sfenoid
1.5 /s ethmoid
". Tulang muka4ajah ( facial bone)".1 /s lakrimalis
"." /s nasalis
". /s concanasalis".& /s ma6ilaris
".0 /s 7igomatikum
".5 /s palatum".+ /s mandibular
". /s hyoid
c. *elaput otak (meningen)
*elaput otak terdiri atas tiga lapisan, yaitu 1. 8uramater
8uramater meliputi dua lapisan dan di antaranya terdapat rongga berisi
sistem !ena, disebut dural sinuses.8ural sinuses memiliki hubungan dengan
sistem !ena di otak dan kulit kepala.8uramater terletak di baah tulang
tengkorak dan diantaranya terdapat ruangan disebut epidural. 2ika terjadi
trauma kepala,pada epidural dapat terjadi perdarahan epidural yang berasal
dari arteri meningea media.". 3rakhnoidmater
*etelah duramater (di baah duramater) terdapat lapisan lunak, disebut
arakhnoidmater.9apisan ini mengelilingi otak melanjutkan diri sampai ke
sumsum tulang belakang.:uangan yang terbentuk antara duramater dan
arakhnoidmater disebut subdural space. Pada ruangan ini berjalan pembuluh
darah, yaitu bridging !ein menghubungkan sistem !ena otak dan
meningen.;ena ini sangat halus dan mudah trauma sehingga dapat
menyebabkan perdarahan subdural.
. Piamater
&
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
5/50
Piamater melekat erat pada otak dan mengikuti struktur gyrus.:uangan
yang terbentuk antara arakhnoidmater dan piamater disebut subarachnoid.
8alam ruangan ini terdapat cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang
belakang.&
d. /tak
/tak sebagai bagian dari sistem saraf pusat terdiri dari serebrum,
serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh mesensefalon, pons, dan
medulla oblongata. Bila kal!aria dan dura mater disingkirkan, di baah
lapisan arachnoid mater kranialis dan pia mater kranialis terlihat gyrus, sulkus,
dan fisura korteks serebri. *ulkus dan fisura korteks serebri membagi hemisfer
serebri menjadi daerah lebih kecil yang disebut lobus.&
/tak terdiri dari beberapa bagian,yaitu &
1. *erebrum (otak besar)
*erebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
6/50
9obus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling depan
dari serebrum. 9obus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral dari
:olando.Pada daerah ini terdapat area motorik untuk mengontrol gerakan
otot'otot, gerakan bola mata= area broca sebagai pusat bicara= dan area
prefrontal (area asosiasi) yang mengontrol akti!itas intelektual.
9obus temporal berada di bagian baah dan dipisahkan dari lobus
oksipital oleh garis yang ditarik secara !ertikal ke baah dari ujung atas
sulkus lateral. 9obus temporal berperan penting dalam kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
9obus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus
temporal.9obus ini berhubungan dengan rangsangan !isual yang
memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang
ditangkap oleh retina mata.
". *erebelum (/tak ecil)
*erebelum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua
otak.*erebelum terletak di bagian baah belakang kepala, berada di belakang batang otak dan di baah lobus oksipital, dekat dengan ujung leher bagian
atas.*erebelum adalah pusat tubuh dalam mengontrol kualitas gerakan.
*erebelum juga mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya
mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot
dan gerakan tubuh.*elain itu, serebelum berfungsi menyimpan dan
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan
mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya.
. Batang /tak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian
dasar dan memanjang sampai medulla spinalis.Batang otak bertugas untuk
5
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
7/50
mengontrol tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, kesadaran, serta pola
makan dan tidur. Bila terdapat massa pada batang otak maka gejala yang
sering timbul berupa muntah, kelemahan otat ajah baik satu maupun dua
sisi, kesulitan menelan, diplopia, dan sakit kepala ketika bangun. Batang otak
terdiri dari tiga bagian yaitu mesenfalon, pons, dan medula oblongata.
e. ;askularisasi otak
/tak mendapat !askularisasi dari dua pasang arteri besar, yaitu sepasang
arteri karotis interna dan sepasang arteri !ertebralis dan cabang'cabangnya
beranastomosis di permukaan baah otak membentuk sirkulus >illis (?ambar &).
/tak menggunakan 1 dari total !olume darah yang beredar dalam tubuh.
2.2 EDEMA SEREBRI, HIPERTENSI INTRAKRANIAL, HERNIASI OTAK
8alam tinjauan pustaka ini, pembahasan akanlebih difokuskan pada prosedur
kraniektomi dekompresi dan dikaitkan dengan bidang anestesi. @amun, sebelum
mengulas kraniektomi dekompresi lebih jauh, pemahaman mengenai tekanan
intracranial, edema serebri serta herniasi otak yang menjadi indikasi utama
dilakukannya prosedur ini harus dipahami terlebih dahulu.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
8/50
Gambar 1. 8oktrin4
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
9/50
Gambar 2. 3liran cairan serebrospinal dalam otak
Peningkatan tekanan intracranial akan menurunkan tekanan perfusi serebral
sehingga menyebabkan penurunan aliran darah ke otak dan selanjutnya menimbulkan
iskemik akibat kurangnya oksigen. *el otak akan mengalami cedera dan kematian sel,
kaskade autolysis menyebabkan peningkatan !olume sel otak sedangkan membrane
sel tidak dapat menjaga gradient elektrokimiai yang bergantung pada pemecahan
pompa 3TP dependen @a4 3TPase. 3ir dan influ6 kalsium menyebabkan ekspansi
dalam !olume sel, di mana sel yang mati mengakibatkan lebih besar lagi
pembengkakan sehingga terjadi edema serebri yang pada akhirnya pembengkakan
tersebut menyebabkan semakin meningkatnya tekanan intracranial (?ambar ).0,5
Tekanan intrakranial normal memiliki nilai ber!ariasi sesuai dengan usia,
pada orang deasa 1%'10 mm
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
10/50
sedangkan peningkatan mencapai lebih dari &% mm
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
11/50
b.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
12/50
Gambar 4. 2enis herniasi otak
e.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
13/50
Penyebab paling banyak herniasi tonsillar adalah perluasan massa
infratentorial (misalnya, perdarahan serebelum). Tonsil serebelum, memaksa
melalui foramen magnum, menekan batang otak dan obstruksi aliran cairan
serebrospinal.
$ekanisme atau proses terjadinya herniasi otak berdasarkan jenisnya
dan akibat yang ditimbulkan jika terjadi herniasi, dapat dilihat pada tabel 1.
Tabe 1. E!e" Her#$a%$ O&a"
Je#$% Her#$a%$ Me"a#$%me Tem'a# K$#$%
Tra#%&e#&(r$a • ompresi saraf kranial
ketiga ipsilateral
• ompresi arteri serebral
• ompresi saraf kranial
ketiga kontralateral dan
pedunkulus serebral
(membentuk ernohan
notch)
• ompresi pedunkulus
serebral ipsilateral
• ompresi batang otak
bagian atas dan ilayah
sekitar thalamus
• Pupil terfiksasi dan
dilatasi unilateral
•
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
14/50
anterior, menyebabkan
infark korteks paramedian
• Perluasan area infark
• #dema
• Peningkatan tekanan
intracranial
Peningkatan resiko
herniasi trantentorial,
sentral atau keduanya
Se#&ra • Bilateral, kerusakan
simetris di bagian tengah
otak
• Penekanan lebih jauh pada
batang otak
• Pupil terfiksasi di posisi
tengah
• Posturing
•
Temuan klinis yangserupa dengan herniasi
transtentorial
•
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
15/50
• /bstruksi aliran cairan
serebrospinal
mata
• ?angguan pernafasan dan
henti jantung
2.3 MANAJEMEN PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
#dema serebral dan peningkatan tekanan (hipertensi) intrakranial merupakan
proses patofisiologis yang terjadi pada beberapa kasus neurologis, seperti perdarahan
subarachnoid, trauma otak, infark serebral, kelainan aliran darah serebral,
penghantaran oksigen tidak adekuat, dan kegagalan energi. ?angguan perfusi ke otak
yang disebabkan oleh presipitat tekanan mengakibatkan terjadinya kerusakan bahkan
kematian sel otak.
Tujuan utama tatalaksana pada kasus ini adalah memutus siklus patofisiologis
terjadinya edema serebri yang menyebabkan semakin meningkatnya tekanan
intrakranial dan seterusnya.Tatalaksana ini dilakukan dengan cara mengontrol
pembengkakan otak dan menjaga tekanan intrakranial di baah target. egagalan
memutus siklus ini, menghasilkan outcome yang buruk pada pasien.0
Dpaya menurunkan tekanan intrakranial dibedakan menjadi dua kategori,
yaitu kategori pertama dengan prinsip mengurangi !olume.ategori ini menggunakan
hukum $onroe'ellie.ategori kedua menjelaskan pengangkatan mekanis yang
mendesak.*alah satu tatalaksana menurut kategori dua ini adalah kraniektomi
dekompresi.5*edangkan menurut pedoman 33@*, manajemen peningkatan tekanan
intrakranial dibagi menjadi " Tiers.
10
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
16/50
Beberapa inter!ensi dilakukan pada kasus hipertensi intrakranial, termasuk
ele!asi kepala 10%'%%, mengontrol kejang, !entilasi untuk mendapatkan PaA/" 0
mm
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
17/50
antibiotic profilaksis dan pergantian kateter rutin tidak direkomendasikan
untuk mengurangi infeksi nosokomial.
b. 8iuresis menggunakan manitol, %."0'1."0 mg4kg selama 1% menit.
$anitol menurunkan tekanan intrakranialdengan cara mengurangi edema
otak dan meningkatkan aliran darah ke otak. /smolalitas serum diperiksa
tiap 5 jam. >aktu paruh mannitol adalah %,15 jam. #fikasi terlihat dalam
10'% menit, dan durasi efek adalah -% menit hingga 5 jam.$ekanisme mannitol memberikan efek yang menguntungkan dalam terapi
ini masih kontro!ersial, tetapi mungkin meliputi kombinasi berikut
1. $enurunkan tekanan intrakranial
a. #kspansi plasma segera menurunkan hematokrit dan !iskositas darahdimana akan meningkatkan aliran darah otak dan /" delivery. Ini akan
menurunkan tekanan intrakranial dalam beberapa menit.
b. #fek osmotik meningkatkan tonisitas serum menggambarkan edema
cairan dari parenkim otak.". $endukung mikrosirkulasi dengan memperbaiki reologi darah.
@amun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian
mannitol yaitu sebagai berikut
i. $annitol membuka saar darah otak, dan mannitol yang melintasi
saar darah otak ke sistem saraf pusat dapat memperburuk edema otak.
2adi penggunaan mannitol harus diturunkan perlahan (tapering ) untuk
mencegah rebound tekanan intrakranial.ii. Pemberian bolus yang berlebihan dapat menyebabkan hipertensi dan
jika autoregulasi terganggu maka akan meningkatkan aliran darah otak
dimana dapat mencetuskan herniasi daripada mencegahnya.
iii. $annitol dosis tinggi beresiko untuk terjadinya gagal ginjal akut
khususnya pada osmolaritas serum E "% m/sm49, penggunaan obat'
obatan nefrotoksik lainnya, sepsis, adanya penyakit ginjal sebelumnya.
c.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
18/50
*edangkan untuk terapi second-tier dijelaskan seperti di baah ini
a.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
19/50
2ika hiper!entilasi diperpanjang pada PaA/"G"0'% mm
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
20/50
barbiturat koma adalah pengendalian tekanan intrakranial jangka panjang
sampai faktor yang memperburuk tekanan intrakranial dapat dihilangkan.
Barbiturat mungkin juga memberikan proteksi otak dengan menurunkan
metabolisme otak. Beberapa dari perkiraan mekanisme yang mana
barbiturat menurunkan metabolisme otak termasuk penurunan Aa influks,
blokade teroongan @a, menghambat pembentukan radikal bebas,
memberbesar akti!itas ?3B3, dan menghambat transfer glukosa
menembus barier darah'otak. *emua dari mekanisme ini konsisten dengan
laporan ?oodman dkk baha pentobarbital koma mengurangi laktat,
glutamat dan aspartat pada ruangan ekstraseluler pada pasien cederakepala dengan peningkatan tekanan intrakranial yang hebat. Pada
penelitian in!itro menyokong baha tiopental juga memperlambat
hilangnya perbedaan elektrik transmembran yang disebabkan karena
aplikasi @$83 dan 3$P3. *ayangnya, hanya trial klinis yang
memberikan bukti dari proteksi barbiturat.
ebanyakan penderita trauma otak yang berat sudah dalam keadaan
hiper!entilasi dan optimal hipokarbia dan tambahan hiper!entilasi pasif tidak akan
menurunkan tekanan intrakranial lebih lanjut malah menurunkan oksigenasi serebral.
Begitupun banyak pengarang menganjurkan kombinasi moderate hiper!entilasi
dengan PaA/" ("0'%mm
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
21/50
selalu efektif pada setiap pasien, karena pada beberapa kasus berat, diperlukan
metode yang lebih agresif .
*elain itu, beberapa inter!ensi yang disebutkan di atas memiliki efek samping
signifikan. Aontohnya, pemberian manitol menimbulkan efek kongesti pulmoner,
gagal jantung, kon!ulsi, rebound hipertensi intrakranial, peningkatan parado6 tekanan
intrakranial seperti gangguan cairan dan elektrolit= barbiturat dilaporkan
menyebabkan hipotensi dan menurunkan fungsi jantung sedangkan peningkatan
kembali tekanan intrakranial diketahui terjadi pada hiper!entilasi. /leh sebab itu,
pada beberapa kasus diperlukan terapi in!asi!e, yaitu kraniektomi dekompresi.0,
2.4 KRANIEKTOMI DEKOMPRESI
2.4.1 De!$#$%$
onsep bedah dekompresi sebagai pengurangan tekanan intrakranial
merupakan konsep bedah saraf lama. onsep kraniektomi dekompresi modern
adalah pengangkatan bagian tulang tengkorak (kranium) untuk meningkatkan
!olume potensial ruang cranium . Prosedur dekompresi ini, melibatkan adanya
flap tulang, duraplasti, drainase cairan serebrospinal dan pengangkatan lesi
massa intrakranial jika ada. Pengangkatan tulang tengkorak ini dapat
digunakan sebagai langkah yang drastis atau radikal untuk managemen
peningkatan tekanan intrakranial yang tidak responsi!e terhadap terapi lainnya.
Banyak dipercaya baha kraniektomi dekompresi ini malah dapat
meningkatkan kerusakan yang disebabkan secondary injury seperti kenaikan
tekanan intrakranial dan penurunan oksigenasi ke otak.Terdapat dua tipe kraniektomi dekompresi yaitu dekompresi primer
profilaksis dan dekompresi sekunder terapeutik. Prosedur pertama digunakan
sebagai langkah pencegahan meningkatnya tekanan intrakranial dan prosedur
kedua digunakan untuk mengontrol tekanan intrakranial yang tinggi, baik dari
"1
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
22/50
yang refrakter sampai dengan terapi medikasi yang sudah maksimal.
raniektomi dekompresi terapeutik hanya dilakukan setelah dilakukan langkah
langkah terapeutik lainnya gagal untuk menurunkan tekanan intrakranial.
raniektomi dekompresi mengurangi tekanan intrakranial dan meningkatkan
aliran darah= hal ini ditunjukkan dengan adanya semakin besar kraniektomi
maka penurunan tekanan intrakranial juga semakin besar.0,-
$ekanisme kraniektomi dekompresi dapat mengurangi tekanan
intrakranial yang meningkat adalah 0
1. raniektomi dekompresi dapat menurunkan tekanan intrakranial dengan
cepat dan bersifat permanen.
". Prosedur ini menambahkan !ector ekpansi hemisfer serebral yang kemudian
mengurangi herniasi otak.
. $emudahkan eksplorasi ruang subdural.
&. *elain itu, prosedur ini memberikan hasil penurunan yang lebih cepat
dibanding terapi lain, yaitu hipotermia, barbiturate, diuretic osmotic,
!entrikulostomi, hiper!entilasi kontinu, dan hipertonis salin, untuk
menghindari potensi komplikasi
2.4.2 Seara
raniektomi dekompresi pertama kali dikerjakan oleh ocher pada
tahun 1-%1. ocher menyebutkan baha H2ika tidak ada tekanan dari cairan
serebrospinal, tetapi terdapat tekanan dari otak, penurunan tekanan harus
dicapai dengan membuka cranium.+
ocher melakukan bedah dekompresi pada pasien post trauma4cedera
pembengkakan otak.Bedah dekompresi sering dilakukan pada situasi
kegaatan, misalnya trauma otak, pseudotumor cerebri, ensefalitis, dan infark
hemisfer. 3alnya teknik bedah dekompresi ini banyak ditinggalkan
mengingat angka komplikasi pasca operasi yang tinggi, tetapi sekarang sangat
""
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
23/50
sering dan secara luas banyak digunakan. Indikasi kraniektomi dekompresi
sendiri masih sulit untuk didefinisikan pada situasi kegaatan, selain itu
tekniknya juga menyisakan kontro!ersi pada beberapa literatur.1%,11,1"
onsep modern mengenai dekompresi dipaparkan oleh alaupun prosedur bedah ini digunakan untuk trauma atau kondisi
lain yang ditandai dengan peningkatan tekanan intrakranial, bedah dekompresi
tidak secara rutin dilakukan hingga pada tahun 1--%'an.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
24/50
Tahun "%1 telah dilakukan sur!ey terhadap ahli bedah saraf mengenai
prosedur kraniektomi dekompresi pada trauma otak.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
25/50
Penjelasan lain mengatakan baha outcome yang buruk ini berhubungan
dengan prosedur operasi dimana diduga pendekatan bilateral lebih banyak
menyebabkan komplikasi dibandingkan unilateral."
:uf B et al tahun "%% melaporkan prosedur dekompresi kraniektomi
setelah traumatic brain injury pada enam pasien pediatrik. Tekanan
intracranial semua pasien menjadi normal segera setelah dilakukan prosedur.
etiga anak tanpa disabilitas, dua anak dengan hemiparesis ringan di lengan
dan penurunan !erbal, satu anak dengan hemiparesis spastic dan penurunan
!erbal.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
26/50
8engan demikian, dapat disimpulkan baha kraniektomi dekompresi
dengan teknik apapun dilakukan pada kasus trauma otak untuk mengurangi
peningkatan tekanan intrakranial.1&
2.4.4 I#0$"a%$
Tidak ada literature spesifik yang melaporkan indikasi atau aktu
yang tepat dilakukannya prosedur kraniektomi dekompresi. 8ari beberapa
literature didapatkan data baha, kraniektomi dekompresi paling sering
dilakukan pada pasien trauma otak (traumatic brain injury), dan infark
serebral berkaitan dengan hipertensi intracranial intractable. Indikasi lain yangsering dijelaskan dalam laporan kasus tunggal atau seri kasus kecil adalah
meningitis, empyema subdural, ensefalitis, ensefalomielitis diseminata akut,
sensefalopati pada sindrom :eye, toksoplasmosis, dan thrombosis !ena sentral
serta sinus dural.0
Bagaimanapun juga debat terkait Hbila dan Hkapan dilaksanakan
prosedur ini masih terus berlangsung. $enurut $unch ("%%%), faktor faktor
seperti usia dan skor ?A* aal merupakan faktor prognostik yang potensial.
*udah tentu, semua prosedur operasi berkaitan dengan risiko yang melekat.
Bila dekompresi sudah diputuskan, reseksi fragmen tulang yang lebih besar,
secara umum direkomendasikan untuk membuat ekspansi dura yang lebih luas
dengan risiko herniasi yang lebih kecil (Asokay "%%1, Aompagnone "%%0,
*koglund "%%5).
Beberapa ahli bedah saraf lainnya melakukan kraniektomi dekompresi
dengan alasan tertentu. $isalnya, :eddy et.al melakukan prosedur ini dengan
adalasan adanya efek massa dengan midline shift pada pencitraan neuro dan
gangguan kesadaran menurut ?lasgo Aoma *cale J 1". 3lbaneKse et.al
melakukan prosedur ini lebih aal (dalam "& jam) pada pasien trauma kepala,
jika pasien memiliki ?A* F 5 dan menunjukkan tanda klinis adanya herniasi
serebral. $ereka juga menggunakan prosedur ini dengan indikasi dekompresi
"5
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
27/50
LterlambatK (E "& jam), di mana terjadi hipertensi intrakranial, yaitu di atas 0
mm
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
28/50
hemisfer (unilateral atau bilateral), lokasi gangguan (frontal, temporal,
parietal, atau oksipital), ukuran, dan pembukaan dura (dura dibiarkan intak,
atau terbuka, atau dural graft patch).-
8alam menentukan hemisfer yang terlibat, salah satu penentu
fundamentalnya adalah ada tidaknya pergeseran garis tengah atau midline
shift . Pada pasien trauma otak, edema otak difus, dan tidak ada midline shift ,
maka dapat dilakukan kraniektomi bilateral. *edangkan pada pasien trauma
otak, pembengkakan hemisfer unilateral, dan terdapat midline shift , maka
dilakukan kraniektomi unilateral. Teknik ini juga sesuai digunakan untuk
kasus pembengkakan akibat stroke iskemik dan *3
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
29/50
untuk lesi massa merupakan respon bedah saraf standar terhadap berbagai
proses yang terjadi di bagian fossa posterior (perdarahan, tumor, infeksi, atau
stroke) yang mengancam herniasi tonsilar serebelum, dan tidak kontro!ersial.
raniektomi dekompresi hemisfer secara luas digunakan pada kasus
trauma. raniektomi dekompresi bifrontal (?ambar 5) merupakan pendekatan
agresif yang dijelaskan oleh jellberg dan Prieto sebelum era modern
pencitraan menggunakan AT. Pendekatan ini terutama bermanfaat pada
pediatric yang mengalami trauma difus tanpa lesi massa dan dengan
peningkatan tekanan intrakranial yang relatif sering terjadi. raniektomi
bifrontal dilakukan dengan pasien dalam posisi supinasi, posisi Trendelenberg berkebalikan derajat sedang, insisi kulit bikoronal dan otot temporal
merefleksi secara inferior.+
Gambar 5. raniektomi dekompresi bifrontal.-
8ekompresi bitemporal untuk memberikan pengurangan kompresi
pada batang otak secara bilateral.Pada hemikraniektomi bilateral, hanya
sekeliling tulang yang disisakan di bagian atas sinus sagittal superior untuk
menghindari ligase fal6 dan sinus. *etelah dura terbuka, dan mulai dari bagian
basis temporal, dura diperluas dengan fasia temporal dalam cara sambungan,
diikuti penutupan water-tight dura dan graft fasia. lap tulang disimpan dalam
kondisi steril suhu '%%A dan diimplantasi kembali setelah 5 minggu hingga
bulan. *emakin besar flap tulang yang diangkat, semakin besar penurunan
tekanan intrakranial.+
"-
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
30/50
Besarnya ukuran kraniektomi juga penting untuk dipertimbangkan.
Dkuran kraniektomi secara langsung berhubungan dengan derajat ekspansi.
3schoff et.al telah menjelaskan baha peningkatan !olume potensial
ditentukan oleh ukuran kraniektomi. $inimal dengan ukuran 1% cm, dapat
meningkatkan !olume cranium hingga 0% ml. Dkuran kraniektomi yang
direkomendasikan setidaknya 1" cm. raniektomi kecil berhubungan dengan
infark lebih jauh dan perdarahan di bagian batas kraniektomi. 3ngka kematian
juga dilaporkan meningkat pada diameter kraniektomi kecil.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
31/50
@amun, membuka dura tanpa pelindung untuk jaringan otak dasar
dapat meningkatkan resiko komplikasi bedah sekunder, seperti herniasi otak
melalui defek kraniektomi, epilepsi, infeksi intrakranial, dan kebocoran cairan
serebrospinal melalui insisi scalp atau lesi intrakranial kontralateral. /leh
sebab itu, kraniektomi dekompresi dikombinasikan dengan duraplasti
augmentasi yang banyak direkomendasikan para ahli (?ambar ). raniektomi
dekompresi saja tanpa durotomi mengurangi tekanan intrakranial hingga 10.
*edangkan jika dikombinasikan dengan duraplasti mengurangi tekanan
intrakranial tambahan 00.5,-
Mang et al . menemukan baha pasien yang mengalami kraniektomi
dekompresi dikombinasi dengan duraplasti augmentasi memiliki hasil operasi
yang lebih baik dan insiden komplikasi bedah sekunder (misalnya,hidrosefalus,
efusi subdural, dan epilepsi) yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien
yang hanya mengalami operasi dekompresi, meninggalkan dura terbuka.
Beberapa penelitian prospektif menyetujui baha prosedur
kraniektomi dekompresi dengan duraplasti augmentasi simultan juga dapat
mengontrol hipertensi intrakranial refrakter dan berperan penting pada pasien
trauma otak berat. *elain itu, beberapa inde6 patologis meningkat setelah
kombinasi prosedur kraniektomi dekompresi dengan duraplasti augmentasi,
seperti perfusi darah dan suplai oksigen ke otak.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
32/50
Gambar 7. Prosedur hemikraniektomi
Indikator klinis untuk dekompresi hemikraniektomi dengan duraplasti
(decompression hemycraniectomy with duraplasty 4 88) termasuk kerusakan
lebih lanjut dalam status neurologis dari masuk dan tanda'tanda sindrom herniasi
aal, seperti pupil tetap dan melebar unilateral. *etelah tanda'tanda akhir herniasi
yang hadir pada pasien, seperti pupil tetap melebar, koma, kesulitan pernapasan, dan
ekstensor sikap, pasien tidak lagi memenuhi syarat sebagai kandidat yang baik untuk
dekompresi hemikraniektomi dengan duraplasti. *ebuah tekanan intrakranial
berkelanjutan yang lebih besar dari "0 mm
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
33/50
dengan substantial shift dan herniasi sentral adalah kandidat yang tidak tepat untuk
dekompresi hemikraniektomi dengan duraplasti
2.4.5 Pr(#(%$%
8ata klinis menunjukkan baha banyak pasien mendapatkan hasil
fungsional yang baik pada beberapa studi.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
34/50
pasien dengan kraniektomi terbatas, diukur pada 5 bulan dan satu tahun
setelah operasi.
Pada penelitian pasien pediatri dengan cedera otak traumatik, Taylor
"%%1, anak anak dengan hipertensi intrakranial diacak untuk dilakukan
kraniektomi dekompresi atau tetap melanjutkan terapi kon!ensional.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
35/50
Aochrane "%%5 menemukan tidak ada bukti untuk merekomendasikan
penggunaan rutin kraniektomi dekompresi untuk mengurangi outcome yang
tidak diinginkan pada pasien deasa dengan tekanan intrakranial yang tidak
terkontrol. Bagaimanapun juga mereka tetap merekomendasikan baha
kraniektomi dekompresi bisa menjadi pilihan yang berguna pada populasi
pediatri dimana terapi medikasi maksimal gagal untuk mengontrol tekanan
intrakranial.
raniektomi dekompresi memang paling banyak dikerjakan pada
pasien cedera otak traumatik (akibat benturan keras pada kepala)
dibandingkan dengan cedera otak non traumatik. im et al . menjelaskan
baha dari +0 pasien yang menjalani prosedur kraniektomi dekompresi, "
pasien diklasifikasikan sebagai pasien cedera otak traumatik, "& pasien
dengan perdarahan intraserebral dan " pasien dengan infark mayor. Pasien
dengan skor ?A* F dan mengalami midline shift lebih dari 5 mm pada
gambaran AT dipertimbangkan sebagai kandidat dapat operasi. 3ngka
mortalitas setelah 5 bulan operasi adalah "1.& untuk kasus cedera otak
traumatic, "0 pada pasien perdarahan intraserebral dan 5%.- pada kasus
infark mayor. *tudi ini menunjukkan baha kraniektomi dekompresi lebih
efektif pada kasus perdarahan intraserebral dan cedera otak traumatik. 5
8ata klinis mengindikasikan baha kraniektomi dekompresi
mengurangi mortalitas, meningkatkan perbaikan fungsional, mengurangi
durasi lamanya peraatan di ruang intensif dan meningkatkan skor indeks
barthel terutama jika dilakukan lebih aal.?uerra et.al melaporkan baha
lebih dari 50 pasien yang mengalami kraniektomi dekompresi untuk kasus
pembengkakan otak difus refrakter mengalami perbaikan yang baik dalam
satu tahun. *ecara garis besar, faktor'faktor yang menentukan prognosis
kraniektomi dekompresi dapat dilihat pada table ".0
0
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
36/50
Tabe 2. Fa"&(r e#e#&' r(#(%$% "ra#$e"&(m$ 0e"(mre%$0
N(. Fa"&(r 8a#meme#ar'$
Ke&era#a#
1. egagalan inter!ensi
farmakoterapetik
Peningkatan tekanan intrakranial
yang menetap dan tidak respon
terhadap strategi konser!atif
memberikan prognosis buruk,
dengan tingkat mortalitas %.
raniektomi dekompresi menjadi
inter!ensi terakhir.
". >aktu 8ekompresi kraniektomi lebih aal
(dalam & jam) memiliki prognosis
lebih baik.
.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
37/50
prognosis buruk.
. Tekanan intracranial 3kan lebih baik jika F&% mm
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
38/50
komplikasi akhir, misalnya, hidrosefalus post traumatic, infeksi, kegagalan
resorpsi tulang, dan gangguan neurologis biasanya muncul '5 bulan setelah
operasi.1%
2. MANAJEMEN ANESTESI PADA KRANIEKTOMI DEKOMPRESI
Tujuan yang akan dicapai adalah mempertahankan kestabilan hemodinamik.
Beberapa aspek yang harus diperhatikan adalah pengaruh obat terhadap AB
(cerebral blood flow), IAP (intracranial pressure), A$: (cerebral metabolic rate),
autoregulasi, respon terhadap perubahan A/". /bat anestesi yang ideal digunakan
pada neuroanestesi pada umumnya adalah agen yang menurunkan aliran darah ke
otak dan dengan demikian akan menurunkan konsumsi oksigen otak dan tidak banyak
mempengaruhi metabolis cerebral sehingga akan mencegah terjadinya metabolisme
anaerob yang sangat merugikan otak.15,1+
a. Pre(era&$!
Persiapan secara umum hampir sama, dimulai dari kunjungan pra bedah,
anamnesis terhadap riayat penyakit. Pasien bedah saraf memerlukan anamnesis
khusus terhadap penyakit sistem saraf, seperti adanya riayat kejang dan harus
dinilai tipe dan jenis pengobatannya, adanya pemakaian obat yang dikonsumsinya.
Penggunaan steroid dapat meningkatkan glukosa darah oleh karena pacuan
pada glukoneogenesis dan menyebabkan supresi langsung pada kelenjar adrenal yang
mungkin menyebabkan hipotensi dengan adanya stress operasi. Pemeriksaan status
!olume cairan dan elektrolit terutama ion alium sangat diperlukan karena
kemungkinan terjadinya hipo!olemia sering terjadi akibat pemberian manitol dan
diuretik, sebaiknya pada kasus hipo!olemia harulah dikoreksi dulu sebelum
dilakukan tindakan pembedahan karena aktu yang lama dan perdarahan bisa terjadi
selama operasi berlangsung. 1,1-
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
39/50
Pemeriksaan radiologik diperlukan untuk informasi oedem cerebral dan
pergeseran garis tengah otak. 8ata laboratorium, hematokrit dan crossmatch,
pemeriksaan koagulasi penting karena bisa terjadi perdarahan yang besar dan
membutuhkan darah yang banyak.1,1-
#!aluasi neurologis yang perlu diperhatikan diantaranya "%
1. :iayat pasien
a. ejang, derajat kesadaran
b. Peningkatan TI (nyeri kepala, mual'muntah)
c. okus neurologis (hemiparesis)
d.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
40/50
Teknik anestesi dan pemilihan obat'obatan yang perlu diperhatikan pada
operasi kraniektomi dekompresi adalah15,"1
• Pengendalian tekanan intrakranial
• $elindungi jaringan saraf dan !olume otak
• $engurangi perdarahan
• Pencegahan dan penanganan emboli udara
• $empertahankan APP
• :elaksasi otak dan stabilisasi kardio!askuler
• Tekanan darah dan irama terutama pada saat penempatan retractor dekat
batang otak.
Oba& a#e%&e%$ $#aa%$
*emua obat anestesi inhalasi menyebabkan peningkatan aliran darah
ke otak yang akan menyebabkan kenaikan tekanan intrakranial. Pemberianagent inhalasi harus diberikan secara bertahap sampai diperoleh tingkat
anestesi yang cukup.1+,"1Dntuk pasien dengan tekanan intracranial yang sangat
tinggi dan kesadaran yang rendah sebaiknya tidak menggunakan anestesi
inhalasi.
• @itrous /ksida, dapat meningkatkan aliran darah ke otak, laju metabolic
otak terhadap oksigen, dan tekanan intrakranial, tetapi dengan pemberian
barbiturat dan keadaan hiper!entilasi dapat mencegah efek @"/.
•
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
41/50
sampai %% mm
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
42/50
Oba& a#e%&e%$ $#&ra9e#a
/bat anestesi intra!ena semuanya menurunkan tekanan intrakranialkecuali ketamine bisa menaikkan aliran darah ke otak 5" dalam keadaan
normokapnia./leh sebab itu ketamin tak ada tempat dalam anestesi bedah
syaraf alaupun 3lbanese dkk meneliti ketamin dapat mengendalikan tekanan
intrakranial.
?olongan barbiturat dapat menurunkan aliran darah ke otak dan laju
metabolic otak terhadap oksigen, juga tidak mempengaruhi autoregulasi
serebral dan respon pembuluh darah serebral dan dapat menurunkan akti!itas
radikal bebas, kemungkinan mencegah cedera selanjutnya terhadap daerah
iskemik sehingga dapat digunakan untuk proteksi otak. *elain itu barbiturat
mempunyai kemampuan menurunkan sekresi cairan serebrospinal, mencegah
terjadinya kejang, dan memperbaiki aliran darah serebral (inverse steal
phenomena), juga dapat mencegah kenaikan tekanan intrakranial selama
dilakukan tindakan intubasi.
Propofol, dapat menurunkan aliran darah ke otak, laju metabolik otak
terhadap oksigen yang tergantung dosis. Penurunan aliran darah ke otak
berasal dari efek depresi metabolik, kepekaan terhadap A/" dan mekanisme
autoregulasi tetap dipertahankan selama anestesi dengan propofol. Propofol
dapat menurunkan atau tidak mempengaruhi tekanan intrakranial, umumnya
mean arterial blood pressure turun dan juga cerebral perfusion pressure,
propofol lebih efektif mencegah respon hemodinamik pada saat intubasi.15,1+,"1
/bat'obat respiratory depressant seperti opiat akan menaikkan
PaA/" karena hipo!entilasi akan menaikkan tekanan intrakranial secara fatal
pada penderita kelainan cerebral tetapi bila digunakan dengan kontrol
hiper!entilasi merupakan obat yang berguna. 8ilaporkan morfin dan pethidin
dosis tinggi bisa menurunkan aliran darah ke otak, tekanan intracranial dan
&"
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
43/50
laju metabolic serebral terhadap oksigen kalau hiper!entilasi kontrol tetapi
efek !asokonstriksi cerebralnya akan hilang bila ada hiperkapnia.
entanyl tak banyak mempengaruhi aliran darah ke otak, namun
Tobias dan 3lbanese menemukan fentanyl bisa menaikkan tekanan
intrakranial, namun infus remifentanil mampu mengendalikan tekanan
intrakranial. Pada keadaan normokapnia, thiopentone akan menurunkan aliran
darah ke otak, tekanan intrakranial dan laju metabolik otak terhadap oksigen
sampai 0%. 8alam dosis ringan saja thiopentone dapat menurunkan laju
metabolik otak terhadap oksigen %.
Oba& e'm' (&(&
*emua obat pelumpuh otot dapat menurunkan aliran darah ke otak dan
tekanan intrakranial secara tak langsung karena efeknya pada PaA/",tekanan
darah dan tekanan intrathorakal kecuali suksinil kolin menaikkan aliran darah
ke otak dan tekanan intrakranial karena efek !asodilator serebral dan sekunder
meningkatnya akti!itas muscle spindle yang meningkatkan input afferent
serebral. 15,1+,"1
• *uksinil kolin dapat meningkatkan tekanan intrakranial oleh karena
terjadinya fasikulasi otot, dan biasanya peningkatan ini dapat
diminimalkan dengan prekurarisasi dengan obat pelumpuh non
depolarisasi.
• Pankuronium dan !ekuronium mempunyai efek minimal terhadap aliran
darah ke otak, laju metabolic serebral terhadap oksigen, dan tekanan
intracranial.
• :okuronium mempunyai onset cepat dan lama kerja pendek dibandingkan
dengan pelumpuh otot non depol yang lain, sehingga merupakan pilihan
pengganti suksinilkolin untuk induksi cepat.
&
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
44/50
• 3trakurium tidak mempunyai efek terhadap peningkatan TI.
Penggunaan dosis besar yang diberikan secara cepat dapat menurunkan
tekanan darah. $etabolisme terjadi di jaringan dan plasma. Tidak
didapatkan dosis akumulasi.
+. Te"#$" a#e%&e%$
Penggunaan @"/ harus lebih hati'hati digunakan karena efek dari
pembedahan adalah sering terjadi emboli dan dengan pemakaian @"/ akan
berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. *ebelum dilakukan ekstubasi,
harus dinilai tindakan yang dilakukan oleh operator dan aktu operasi dan
beberapa penyulit lainnya, jika ditemukan ada beberapa penyulit sebaiknya pasien
dalam keadaan terintubasi dan dibantu dengan alat bantu nafas."1,""
*elain itu sebaiknya juga harus mempertimbangkan posisi penderita dan
dekatnya operasi dengan ner!i kranialis dan struktur batang otak yang mengatur
respirasi dan kardio!askuler, biasanya untuk posisi saat duduk yang paling mudah
terjadinya emboli udara. *asaran utama adalah mempertahankan tekanan intra
kranial dan mempertahankan tekanan cerebral. Pada penderita dengan tekanan
intrakranial yang tinggi dihindari pemakaian hipnotik dan narkotik, karena dapat
menyebabkan depresi pernafasan sehingga terjadi peningkatan A/", selain itu
narkotik juga dapat menyebabkan mual dan muntah sehingga dapat meningkatkan
tekanan intrakranial. Pilihan pertama adalah golongan ben7odia7epine.15,"1
Teknik !entilasi yang digunakan biasanya digunakan nafas kendali untuk
menghindari hiperkapnia, hipoksemia dan untuk mengontrol respon simpatis.Premedikasi dengan sedatif pada pasien dengan penurunan kesadaran merupakan
kontra indikasi, terutama golongan narkotik karena akan mendepresi langsung
sistem pernafasan dan kardio!askuler sehingga akan mempermudah terjadinya
&&
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
45/50
hiperkarbia dan akan memperberat lesi pada fossa posterior. *ebaiknya pemberian
obat'obatan ini harus dalam kondisi termonitor dan minimal di ruang operasi.15,"1
BAB III
RINGKASAN
Telah diketahui baha penyebab terjadinya peningkatan tekanan intracranial
bermacam'macam, tetapi terapi yang sangat direkomendasikan ketika manajemen lini
pertama tidak dapat mengurangi tekanan tersebut, maka dilakukan tindakan
kraniektomi dekompresi. Prosedur kraniektomi dekompresi dinilai menurunkan
tekanan intrakranial dan meningkatkan tekanan perfusi serebral dalam batas normal
atau lebih tinggi. *elain itu, didapatkan pula angka kelangsungan hidup yang
menjanjikan +&.& dan &1.- dengan klinis neurologis yang baik.
Tidak semua pasien yang mengalami peningkatan tekanan intracranial dapat
dilakukan kraniektomi dekompresi. Beberapa factor yang perlu dipertimbangkan, di
antaranya adalah factor usia, tingkat kesadaran pasien sebelum dilakukan operasi,
dan seberapa tinggi tekanan yang terjadi. 8alam kaitannya dengan manajemen
anestesi, pada dasarnya harus memperhatikan obat'obatan yang digunakan apakah
memiliki efek meningkatkan tekanan intrakranial.
&0
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
46/50
DAFTAR PUSTAKA
1. A:J$%$ A, Sa'a RS, A:Jea#$ H, Lam('re') J, Mae"$ M, Mar+(') J.
Primary or secondary decompressi!e craniectomy different indication and
outcome. Aan 2 @eurol *ci. 2ul=(&)51"'"%, "%11
". 3dams 2
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
47/50
+. >ani 33, 8ar IT, :am7an 3D, $alik @, et.al. 8ecompressi!e craniectomy in
head injury. I@2T. 5(")1%'11%, "%%-
. @efield P, Aottrell 2. illiams and >ilkins,.&""'&"&p, "%%5
-.
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
48/50
1+. 2ohn . B, 8a!id A.$, and 2ohn 8.>. $organ $ikhailKs Alinical
3nesthesiology 0th edition. D*3 $c ?ra'. $organ $ikhailKs Alinical
3nesthesiology 0th edition. D*3 $c ?ra'ilkins. "%%"
"1. Aulley 8.2, Arosby ?. 3nesthesia for Posterior ossa *urgery, in illiams >ilkins. "%%"
"". Babaour 3.:. ?uide to The Aare of The Patient >ith Araniotomy Post'Brain
Tumor :esection. 33@@. "%%5
". Aooper 82. 8ecompressi!e Araniectomy in 8iffuse Traumatic Brain Injury. @
#ngl 2 $ed. "%11= 50"%&%
"&. :uf B,
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
49/50
RI=A>AT HIDUP
@ a m a dr. 3rdana Tri 3rianto, $.*i, $ed, *p3n
@ I P 1-+-%1%+ "%1%%1 1 %1"
Tempat, tgl lahir ebumen, + 2anuari 1-+-
2abatan *taf Bagian 4 *$ 3nestesiologi Terapi Intensif
D@* 4 :*D8 8r. $oeardi
3gama Islam
:iayat pendidikan 1. Tahun 1--1 lulus *8
". Tahun 1--& lulus *9TP
. Tahun 1--+ lulus *9T3
&. Tahun "%%& lulus akultas edokteran D@8IP
0. Tahun "%%- lulus $agister Ilmu Biomedik
D@8IP
5. Tahun "%%- lulus 8okter *pesialis 3nestesiologi
D@8IP
:iayat pekerjaan 1. @o!ember "%%- Q sekarang
*taf *$ 3nestesiologi dan Terapi Intensif :*D8
8r. $oeard
". 2anuari "%1%
&-
8/17/2019 3. Kraniektomi Dekompresi (Agst 2015)
50/50
Pegaai @egeri *ipil Propinsi 2aa Tengah