258
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Timur Tengah memang tidak pernah berhenti bergejolak dari dulu hingga sekarang. Kawasan tempat diutusnya para nabi agama-agama Samawi (Islam, Kristen, Yahudi) seharusnya menjadi kawasan damai dan di berkahi karena Tuhan menurunkan wahyu-Nya. Kawasan ini sering terjadi tempat berlangsungnya berbagai peperangan besar yang mewarnai sejarah perjalanan dunia. Contohnya perang Israel dan Palestina yang masih terus berlanjut, peristiwa Arab Spring dan kini memunculkan konflik di Suriah. Syiria (Suriah) merupakan salah satu Negara di Timur Tengah yang mulai diperhitungkan keberadaannya pada era pasca Perang teluk. Hal ini bukan tidak mungkin karena ada anggapan bahwa perdamaian di Timur Tengah tidak akan tercapai tanpa campur tangan Suriah. Suriah dulu 1

repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/12843/6/BAB 2.doc · Web viewAtas tindakannya yang merusak pusara-pusara suci dan pembongkaran kuburan para nabi dan awliya yang shaleh

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Timur Tengah memang tidak pernah berhenti bergejolak dari dulu

hingga sekarang. Kawasan tempat diutusnya para nabi agama-agama Samawi

(Islam, Kristen, Yahudi) seharusnya menjadi kawasan damai dan di berkahi

karena Tuhan menurunkan wahyu-Nya. Kawasan ini sering terjadi tempat

berlangsungnya berbagai peperangan besar yang mewarnai sejarah perjalanan

dunia. Contohnya perang Israel dan Palestina yang masih terus berlanjut,

peristiwa Arab Spring dan kini memunculkan konflik di Suriah.

Syiria (Suriah) merupakan salah satu Negara di Timur Tengah yang mulai

diperhitungkan keberadaannya pada era pasca Perang teluk. Hal ini bukan tidak

mungkin karena ada anggapan bahwa perdamaian di Timur Tengah tidak akan

tercapai tanpa campur tangan Suriah. Suriah dulu merupakan Negara yang

mempunyai banyak wilayah yang mencakup seluruh Negara yang berada di Timur

Mediterania antara lain : Yordania, Lebanon, Israel, dan Profinsi Turki Hatay

tetapi akibat imperialis Eropa menyebabkan Suriah kehilangan Yordania dan

Israel dipisahkan dengan berada dibawah mandat Inggris. Lebanon di ambil untuk

melindungi minoritas kristennya dan Hatay dikembalikan kepada Turki demi

pertimbangan politik untuk Prancis.1

1 Harwanto Dahlan, Politik dan Pemerintahan Timur Tengah, Diklat Kuliah, UMY, 1995, hlm.109

1

2

Setelah merdeka, Suriah secara terus menerus mengalami Instabilitas

politik. Pada tahun 1954, stelah beberapa kali kudeta, akhirnya kaum Baath di

militer berkuasa. Kestabilan politik di suriah tidak lepas dari gaya kepemimpinan

seorang Hafizh al-Assad,yang semenjak bulan November 1970 telah

mendominasi pemerintahan partai Baath itu.2

Seiring dengan adanya pergantian Presiden Suriah yaitu Bashar al-Assad

yang merupakan sekretaris wilayah partai Baath sekaligus anak mantan presiden

Hafizh al-Assad, rakyat Suriah pada umumnya, termasuk kalangan oposisi

mengharapkan dilakukannya reformasi dalam segala bidang kehidupan. Saat

dilantik sebagai presiden pada tahun 2000, Bashar al-Assad berjanji menjadikan

Suriah menjadi lebih modern dan demokratis.3

Konflik yang terjadi di Suriah saat ini disebut-sebut tak bias dilepaskan

dari apa yang dikenal dengan Arab Spring, yaitu merujuk pada sebuah fenomena

merebaknya refolusi demokrasi di dunia Arab. Peristiwa ini diawalai oleh Tunisia

pada sekitar pertengahan tahun 2010, kemudian merambah ke Negara-negara lain,

seperti Mesir, Libya, Suriah dan Negara-negara Arab lainnya, kebanyakan Negara

Arab lainnya memang tidak menerapkan nilai demokrasi secara terbuka, untuk

itulah kebebasan-kebebasan rakyat dalam demokrasi secara terbuka, untuk itulah

kebebasan-kebebasan rakyat dalm demokrasi seringkali lebih menarik daripada

pemerintahan model kerajaan yang tertutup. Ekspresi kebebasan rakyat itulah

yang menjadi daya Tarik utama pada system demokrasi, selain adanya daya tarik

tersebut, demokratisasi dunia arab juga didorong oleh beberapa faktor, 2 Isyu Syria, dalam http://www.kbridamaskus.go.id/isyue/syria.php, diakses 18 Mei

2016.3 Ucep Yusup, “Sikap Suriah Terhadap Konflik Israel-Palestina”, Skripsi FISIP-HI unpas

tidak diterbitkan, 2005, hlm.49.

3

diantaranya adalah praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).terjadi dalam

model pemerintahan monarki autoritarianisme. Arab Spring secara implisit

menjadi hal yang dapat di kaitkan dengan globalisasi ala Negara-negara barat,

yang dimotori oleh Amerika Serikat.4

Di Suriah fenomena tersebut masih membara dan belum mampu

menggulingkan Assad dari Kursi Presiden.Oleh karena itu perang saudara yang

terjadi di Negara ini sebenarnya bertujuan menuntut mundurnya Bashar al-Assad,

Presiden Suriah, dari tampuk kekuasaan. Hal ini dikarenakan Bashar al-Assad

memerintah dengan gaya diktator, seperi yang terjadi di Negara-negara lain di

Timur Tengah yang juga mengalami Revolusi.5

Tanggal 26 Januari 2011 salah satu warga Suriah melakukan aksi bunuh

diri dengan cara mebakar diri. Aksi ini dilakukan untuk menuntut penghentian

Rezim al-Assad yang di anggap warga Suriah sebagai pemimpin otoriter. Rakyat

menuntut pemberhentian undang-undan darurat yang telah diterapkan sejak 1963,

meskipun undang-undang tersebut telah di amandemenkan beberapa kali tetapi hal

tersebut dianggap masih tidak memenuhi kepentingan Rakyat yang menginginkan

system pemerintah yang demokrasi seutuhnya. Berdasarkan laporan mantan

anggota kepolisisan Suriah, pemerintah Negara ini telah malakukan tindakan

holocaust.6

4 Timur Tengah Tak Lepas Dirundung Konflik, dalam http://nasional.sindonews.com/read/983860/149/timur-tengah-tak-lepas-dirundung-konflik1427856397, diakses 18 Mei 2016.

5 M.Agastya ABM., Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah yang Penuh Darah, (Jogjakarta:IRCiSoD,2003), hlm.154.

6 http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/ct/wp-content/uploads/2014/12/artikel%20%20(12-02-14-04-56-05).pdf, diakses 18 Mei 2016.

4

Tuntutan lainnya adalah diterapkannya system multipartai, dan juga

kebebasan yang lebih bagi rakyat. Rakyat Suriah hanya menginginkan

penghentian rezim Bashar al-Assad dan pembentukan pemerintah yang sama

sekali baru berdasarkan pemilu yang demokratis. Rakyat Suriah juga meminta

pemerintah Bashar untuk menghentikan dukungannya terhadap Iran dan Lebanon

yang sedang mengalami konflik internal. Warga Suriah tidak menginginkan

pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk apapun terhadap kedua Negara

tersebut karena dukungan yang diberikan tidka memberikan dampak positif bagi

Suriah dalam politik Internasional.7

Revolusi Suriah telah banyak mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.

Menurut pejabat HAM Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), Navy Pillay

menyebutkan korban tewas akiban perang saudara Suriah meningkat menjadi

191.000 jiwa. Data korban tewas itu tercatat sejak perang sipil pecah pada maret

2011. Jumlah terbaru yang jauh lebih tinggi ini termasuk korban dalam data

tambahan yang tewas dari periode-periode sebelumnya, serta kematian sejak

laporan terakhir.8

Problematika ini menjadi topik yang ramai diperbincangkan dan selalu

menjdai pemberitaan utama diberbagai media. Konflik tersebut menjadi sangat

rumit karena semakin banyaknya kehadiran kelompok bersenjata, dimulai dari

Free Syrian Army yang merupakan Kelompok Pemberontak Utama dalam perang

sipil Suriah, berdiri tahun 2011 yang terbentuk ketika sejumlah tentara pemerintah

memilih untuk membelot karena enggan menembaki demonstran anti-pemerintah, 7Ibid.,8 “PBB: Korban Tewas Perang Suriah Mencapai 191.000 Orang”, dalam

http://internasional.metrotvnews.com/read/2014/08/22/281351/pbb-korban-tewas-perang-suriah-mencapai-191-000-orang, diakses 19 Maret 2016.

5

seiring berjalannya waktu banyak warga sipil yang ikut bergabung dengan

kelompok ini. Kemudian Kelompok Pemberontak Jabhat Al-Nusra, yang masih

memiliki afiliansi dengan Al-Qaeda dan merupakan cikal bakal ISIS (islamic

State Iraq and Syiria). Dan yang terakhir adalah ISIS/ISIL/DAESH/IS yaitu

kelompok bersenjata yang merangkap Negara tnapa pengakuan internasional dan

memanfatkan kekacauan yang terjadi di Irak dan Suriah. Kemunculan ISIS cukup

menggemparkan dunia karena tafsir yang keras terhadap Islam dan

kebrutalannya.9

Seiring berjalannya waktu, kabar tentang peristiwa dunia Arab sudah

semakin ditinggalkan walaupun para Pejuang di Suriah masih terus merongrong

pemerintahan untuk lengser dari kursi kekuasaannya.10 Meski telah berlangsung

lima tahun sejak peristiwa Arab Spring tersebut dimulai di Tunisia, namun “angin

surga” belum juga datang memberi kedamaian bagi warga di tanah Arab. Justru

malah semakin bertambah rumit, hampir setiap Negara memunculkan pihak-pihak

pemberontak seperti disebutkan diatas. Di Suriah, Konflik panjang telah

melahirkan ISIS yang dengan sendirinya menggantikan isyu mengenai Musim

semi Arab.

Sejatinya Suriah beserta Negara Negara di Timur Tengah memiliki posisi

geografis yang unik, wilayahnya terletak pada pertemuan Eropa, Asia, dan Afrika,

sehingga ia menguasai jalan jalan strategis yang menuju ketiga benua tersebut.

Selain dibawah beberapa Negara di Timur Tengah mengandung emas hitam atau

9 “Daftar Kelompok Bersenjata Dalam Perang”, dalam http://www.re-tawon.com/2014/10/daftar-kelompok-bersenjata-dalam-perang.html, diakses 19 Maret 2016

10 “Melihat Peristiwa Arab Spring”, dalam http://hasbiaswar.blogspot.co.id/2014/04/melihat-peristiwa-arab-spring-dari.html, diakses 19 Maret 2016.

6

sumber minyak tungga besar. Maka dari itu konflik di Suriah tidak lagi menjadi

persoalan domestic Suriah semata, tetapi telah melebar ke Negara Negara tetangga

dan menjadi ancaman bagi keamanan internasional.11

Tidak heran bila banyak Negara yang turut membantu untuk menangani

keadaan buruk di Suriah, terutama Amerika Serikat dengan sekutu sekutunya

dengan menamakan diri sebagai koalisi anti ISIS, mengapa semua Negara hanya

terfokus melawan ISIS? Alasan yang masuk akal adalah karena jika dibiarkan

berpotensi merusak stabilitas keamanan Dunia dan menjadi tragedi besar

kemanusiaan. Akan tetapi koalisi pimpinan AS dianggap kurang mampu

membendung atau menghentikan kekuatan ISIS, terbukti dengan serangan

serangan yang dibuktikan koalisi AS selama satu tahun lamanya tidak dapat

menghentikan tindak tanduk ISIS. Namun Barrack Obama berjanji akan

melipatgandakan upaya untuk menghancurkan gerakan ISIS, sebagai respon atas

serangkaian serangan di Paris baru-baru ini yang disinyalir didalangin kelompok

radikal ISIS. 12

RivalAmerika Serikat seolah tidak ingin kehilangan momentum untuk ikut

campur tangan terhadap konflik Suriah, dimana terdapat pangkalan militer satu-

satunya dikawasan Timur Tengah di Pesisir Tartus yang dibuka pada tahun 1972.

Atas dasar permintaan Presiden Suriah, Rusia diminta untuk meningkatakan

bantuan militer guna memberikan serangan perlawanan terhadap para

pemberontak dan dukungan Kepada Presiden Bashar Al-Assad.13 Memang bukan

11 George lenczowski, Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia (Terjemahan Asgar Bixby),(bandung:Sinar Algensindo, 1992), hlm.Xxi

12 http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=27&date=2015-11-1613 “Assad akui minta bantuan militer pada Rusia”, sindonews, Jakarta, 12 0ktober 2015,

dalam http://international.sindonews.com/read/1049378/43/assad-akui-minta-bantuan-militer-militer-kepada-rusia-1443620463,diakses 22 maret 2016

7

sesuatu yang aneh apabila Suriah memohon kehadiran Rusia di negaranya, karena

faktanya kedua Negara ini sudah memiliki hubungan bilateral sejak era Uni Soviet

dan telah menandatangani fakta pertahanan dengan Rusia.

Kehadiran Rusia membuat Amerika Serikat berang, dan terus mengkritik

serangan serangan Rusia yang diklaim menyerang oposisi Suriah bukannya ISIS,

namun militer Rusia bersikeras bahwa serangan tersebut terbukti efektif sejauh

ini.14Terlepas dari fakta siapa yang benar dan siapa yang salah, keduanya memang

terlihat memiliki tujuan yang sama yaitu untuk melemahkan posisi ekstrimis ISIS

dan memiliki musuh yang sama yaitu ISIS, akan tetapi kenyataannya terdapat

tujuan yang sangat berbeda.

Analisis militer Andrew Foxall mengatakan Amerika Serikat dengan

koalisi NATO menginginkan perubahan Rezim pro-Rusia di Suriah. Kemunculan

Rusia di Suriah dikhawatirkan akan membuat tensi disana semakin panas,

dikarenakan dua Negara yang selalu berselisih dan merupakan musuh lama ini

akan saling berhadapan disuatu zona pernag. Masih menurut Andrew Foxall yang

berasal dari kelompok Think ThankHendry Jackson Society ini memperingatkan,

serangan koalisi AS dan Rusia di suriah bias menjadi bencana tak terbayangkan

jika suatu saat bersinggungan.15

Selanjutnya, konflik di Suriah menjadi konflik yang sangat rentan untuk

ditunggangi oleh kepentingan Negara lain, terlebih setiap Negara yang terlibat

14 http://indonesia.rbth.com/politics/2015/10/12/dua-koalisi-melawan-isis-bagaimana-nasib-suriah-selanjutnya_481927

15 “World War Three could be just 30 SECONDS away as attacks on ISIS stepped up”, Daily Mirror, London, 11 October 2015, dalam http://www.mirror.co.uk/news/world-news/world-war-three-could-just-6616199, diakses 22 maret 2016

8

mempunyai versi masing-masing mengenai pemberitaan yang mereka siarkan,

sehingga sulit untuk menemukan kebenaran perihal permasalahan ini. Lalu

dengan sendirinya mulai bermunculan teori-teori konspirasi. Semakin banyaknya

pihak yang terlibat dalam konflik di Suriah semakin menyulitkan untuk

mengetahui siapa teman dan siapa lawan. Ada banyak kelompok pemberontak,

jihadis, dan pasukan pemerintah Suriah yang saling bertempur, sementara elemen-

elemen dari luar Suriah juga ikut terlibat. Teman jadi lawan dan lawan jadi sekutu

sementara, semuanya berubah cepat tergantung lokasi pertempuran.16

Langkah yang diambil Rusia untuk turut ikut andil dalam konflik Suriah,

selain atas dasar pemerintah presiden Assad yang merupakan mitra satu-satunya

yang tersisa di Timur Tengah yaitu sebagai langkah balasan atas apa yang terjadi

di Ukraina. Amerika Serikat ditenggarai sebagai dalang dibalik polemik yang

terjadi disana dan berhasil mengobok-obok tentangga sekaligus Negara yang

sangat condong ke Rusia. Negara beruang merah tentunya tidak ingin kekalahan

pahit tersebut terjadi kembali, hal ini dapat dibuktikan dari keseriusan Rusia

menanggapi konflik di Suriah dengan terus meningkatkan intensitas militernya.

Sedangkan alasan atau tujuan Amerika Serikat adalah kebalikan dari apa yang

dipertahnkan Rusia, AS bersikeras untuk mengganti rezim dengan mendukung

aksi dan gerakan penggulingan Assad.17

Dengan kehadiran keua Negara yang saling bermusuhan yaitu Amerika

Serikat serta Rusia di Suriah, potensi untuk terpicunya World War III sangatlah

16 “Konflik Suriah siapa kawan siapa lawan dalam: http://jakartagreater.com/konflik-suriah-siapa-kawan-siapa-lawan/ diakses 22 maret 2016

17 “Pendekatan dinamis Rusia terhadap Suriah” dalam: http://indonesian.irib.ir/ranah/telisik/item/1006229-pendekatan-dinamis-rusia-terhadap-suriah diakses 22 maret 2016

9

besar. Ditambah peristiwa Turki yang merupakan anggota penuh NATO baru-

baru ini secara mengejutkan telah menembak jatuh peswat tempur

Rusia.18Sehingga muncul pertanyaan, hadirnya AS-Rusia di Suriah merupakan

langkah hadirnya AS-Rusia di Suriah merupakan langkah penyelesaian atau malah

memperlebar konflik yang secara otomatis akan terus membawa stabilitas

keamanan di Timur Tengah khususnya Suriah kedalam konflik berdarah yang

panjang dan berlarut.

Berdasarkan dengan konflik dan topic yang dibahas, penulis ingin

mengetahui lebih lanjut mengenai keterkaitan beberapa Negara terhadap masa-

masa kelam yang terjadi di Suriah dan dampak yang ditimbulkan dari hadirnya

dua negar kekuatan besar Dunia yang saling bermusuhan serta berbeda

kepentingan. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut diatas, maka penulis

tertarik untuk mengkaji dan mempelajari masalah tersebut. Hal ini akan membuat

penulis memahami serta menambah pengetahuan dalam mempelajari Ilmu

Hubungaan Internasional. Adapun judul yang diajukan dari penelitian ini adalah:

“Pengaruh Kontestasi Amerika Serikat dan Rusia Terhadap Stabilitas

Keamanan di Suriah”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mencoba untuk

mengidentifikasikan masalah yang sedang diteliti, sebagai berikut :18 “tembak jatuh jet su24 erdogan dicap pria gila pemicu perang dunia iii” dalam

http://international.sindonews.com/read/1064616/42/tembak-jatuh-jet-su-24-rusia-erdogan-dicap-pria-gila-pemicu-pd-iii-1448506073diakses22 maret 2016

10

1. Apa saja faktor kepentingan yang mendorong Negara Negara seperti

Amerika Serikat-Rusia ikut terlibat kedalam dinamika konflik di

Suriah ?

2. Apa saja peran/danpak yang dihasilkan dari hadirnya Amerika

Serikat-Rusia di Suriah? Menyelesaikan konflik atau memperparah?

3. Bagaimana proses penyelesaian guna mengatasi konflik berdarah yang

berlarut-larut di Suriah?

1. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang terpapar diatas diperoleh gambaran dimensi

permasalahan yang begitu kompleks dan luas. Namun menyadari adanya

keterbatan waktu dan pengetahuan, penulis memandang perlu memberi batasan

masalah. Selanjutnya untuk mempemudah penelitian ini maka penulis membatasi

ruang lingkup penelitian pada pengaruh kehadiran dua Negara berkekuatan besar

dunia yang saling bemusushan (AS-Rusia) kedalam zona konflik di Suriah.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas untuk

menghindari penelitian yang keluar dari jalur focus kajian yang telah di tetapkan

sebelumnya, selanjutnya perumusa masalah didalam penelitian ini diajukan

dengan research question sebagai berikut:

Sejauhmana keterkaitan Amerika Serikat dan Rusia dalam konflik di Suriah

dan pengaruh kehadirannya terhadap stabilitas keamanan disana?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

11

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui dan menjelaskan faktor kepentingan apa saja yang mendorong

Negara-negara seperti Amerika Serikat-Rusia ikut terlibat kedalam

dinamika konflik di Suriah.

b. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh dtau dampak apa saja yang

dihasilkan dari hadirnya Amerika Serikat-Rusia di Suriah.

c. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana proses penyelesaian guna

menanggulangi atau mengatasi konflik berdarah yang berlarut-larut di

Suriah.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan bagi pengembangan

ilmu social khususnya dibidang ilmu Hubungan Internasional mengenai

kemampuan suatu Negara yang memiliki kekuatan dan kemampuan

berlandaskan kepentingan untuk turut campur terhadap permasalahan dalam

Negara lain, seperti kasus saat ini terjadi di Suriah, yang dapat memperluas

pengetahuan penulis secara pribadi. Penulis berharap penelitian ini kelak

dapat menjadi referensi bagi peneli lain yang mempunyai keterkaitan hal

yang sama.

b. Secara Praktis

1. Sebagai sarana untuk membangun kembali pemahaman teori-teori

Hubungan Internasional uyang pernah dipelajari oleh penulis.

2. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan referensi bagi

pelajar studi Hubungan Internasional dalam hal kajian mengenai

12

intervensi suatu Negara dalam menjaga pengaruhnya terhadap Negara

lain.

3. Penelitian ini puila diharapkan dapat menjadi sumbangsih informasi

dan bahan kajian bagi para stakeholder ataupun pengambil kebijakan

terutama pemerintah Suriah dalam upaya penyelesain konflik

berdarah disana.

4. Sebagai bentuk tanggung jawab dalam menempuh program studi S1

dengan membuat suatu karya ilmiah yang menjadi salah satu syarat

kelulusan pada program studi Hubungan Internasionl fakultas ilmu

sosial dan ilmu politik (FISIP) di Universitas Pasundan.

D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis

1. Kerangka Teoritis

Untuk menunjang suatu penelitian dibutuhkan beberapa teori-teori atau

konsep-konsep yang relevan dan mendukung terhadap masalah yang sedang

diteliti. Teori-teori atau konsep-konsep digunakan sebagai penunjang yang akan

memberikan suatu bobot hasil suatu penelitian. Kerangka pemikiran ini

merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang terdapat antar berbagai

faktor yang saling berkaitan dan membentuk konstelasi permasalahan, juga

merupakan kajian teoritis berdasarkan pengujian secara empiris terhadap

kesimpulan analisis teoritis.19

Hubungan Internasional mempunyai ruang lingkup yang meliputi berbagai

interaksi antara suatu masyarakat Negara dengan Negara lain. Dimana pelakunya

19 Jujun S. Suriasumantri, filsafat ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Rajawali, 1990, hlm, 128.

13

bias pemerintah dan non pemerintah, baik formal maupun informal, artinya baik

yang mewakili Negara atau tidak memberikan kontribusinya masing-masing

dalam proses hubungan internasional. Hubungan internasional seperti yang

dijelaskan oleh Charles Mc. Clelland :

Hubungan internasional merupakan studi tentang interaksi anatara jenis-jenis kesatuan-kesatuan social tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi interaksi. dalam interaksi antara dua pihak tadi, sumber daya aksi-aksi adalah kedua pihak tersebut. kapanpun kita harus mengetahui bahwa sumber-sumber daya yang mungkin hanya ada terdapat dalam pihak-pihak atau pelaku-pelaku yang bersangkutan. akan tetapi, ada dua kompleksitas yang terlibat disini, yakni jika interaksi terjadi selama jangkat waktu tertentu. setiap pelaku mungkin dipengaruhi oleh interaksi yang dialami masa lalu, dan berdasarkan hal ini tersebut dapat dikatakan bahwa interaksi itu sendiri merupakan sumber daya pelaku. kedua, berdasarkan pengalaman interaksi masa lalu, pelaku-pelaku dapat memperkirakan apa yang bakal terjadi dan masing-masing dapat bertindak sesuai pemikirannya.20

Dalam mempelajari dan menganalisa setiap permasalahan dan fenomena

yang terjadi di masyarakat sehingga memudahkan proses pembedaan dan harus

mengenal paling tidak terjadi di dalam hubungan internasional. Hal ini dipertegas

dengan mengacu kepada definisi hubungan internasional yang dikemukakan oleh

K.J.Holsti dalm bukunya Politik Internasional Suatu Kerangka Analisa, yang

mengatakan:

“Hubungan internasional adalah segala bentuk interaksi diantara masyarakat Negara-negara baik yang dilakukan oleh pemerintah atau warga Negara. Lebih lanjut dikatakan termasuk didalamnya pengkajian terhadap politik luar negeri dan poliyik internasional, transportasi, pariwisata, komunikasi, perkembangan nilai-nilai dan etika internasional”

Seperti yang dijelaskan diatas, hubungan internasional mempunyai ruang

lingkup yang identik dengan interaksi antar Negara. Dalam berinteraksi suatu

Negara dengan Negara lain bias terjalin suatu kerjasama, terjadinya konflik, dan

adanya kompetisi. Dalam pengkajian ilmu hubungan internasional seperti yang

diterangkan oleh K.J.Holsti diatas, politik internasional termasuk yang dikaji.

20 Charles Mc. Clelland, ilmu hubungan internasional; teori dan system, Rajawali, Jakarta, 1987, hlm.

14

Politik internasional menurut K.J.Holsti adalah:

“...Politik internasional sebenarnya merupakan studi politik luar negeri, dimana kebijakan ini didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang merumuskan tujuan menentukan presiden, atau melakukan tindakan-tindakan tertentu dan tindakan yang diambil untuk mengimplementasikan keputusan-keputusan itu.”21

Politik tidak terlepas dari tujuan yang harus dicapai, begitu pula politik

internasional yang bercirikan adanya interaksi antar Negara untuk mencapai

tujuannya. Dalam mencapai tujuan itu sering terjadi perbedaan pandangan agama,

politik, dan kepentingan diantara Negara-negara yang saling berinteraksi.

Kepentingan suatu Negara selalu dikaitkan dengan politik luar negerinya.

Menurut Mochtar Kusumaatmadja politik luar negeri adalah:

“Politik luar negeri merupakan alat suatu Negara untuk mencapai kepentingan

nasional. Politik luar negeri merupakan aspek pokok dari strategi nasional dan harus sesuai

dengan tujuan nasional beserta sasaran-sasarannya yang jarak pendek dan jarak

panjang.”22

Politik luar negeri merupakan wewenang khusus dari Pemerintah, karena

pemerintahlah yang dapat bertindak atas nama seluruh rakyatnya. Hal ini

disebabkan karena perorangan atau subkelompok didalam suatu masyarakat tidak

dapat berfungsi baik dengan mengatasnamakan seluruh kelompok.

Pada pelaksanaannya politik luar negeri harus sesuai dengan realitas

sistem internasional. Sistem internasional mempengaruhi suatu Negara dalam

melaksanakan politik luar negerinya, Karena dalam hubungan internasional setiap

Negara mempunyai nilai yang harus dicapai.

Kepentingan nasional merupakan perpaduan antara nilai-nilai yang

dimiliki oleh suatu bangsa dengan lingkungan, Baik domestik maupun

21 K.J Holsti, Politik Internasional Krangka Analisa, hlm. 28.22 Mochtar Kusumaatmadja, Politik luar Negeri Indonesia dan pelaksanaan dewasa ini,

alumni, Bandung, 1983, hlm, 152.

15

internasional dari negaranya. Menurut Kauffman, kepentingan nasional menjadi

sangat penting bila dikaitkan dengan nilai-nilai nasionalnya.

Secara garis besar kepentingan nasional memiliki 4 (empat) core interest

yang berkaitan dengan nilai-nilai, yaitu national security, national prosperity,

national ideology,national prestigedan national power.23Kepentingan nasional

juga dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang

mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu Negara dalam merumuskan

kebijakan luar negerinya.

Sebuah negara dikatakan mempunyai national power apabila memiliki

lebih dari jumlah total populasi, bahan mentah, dan faktor-faktor kuantitatif.

Potensi gabungan dari sebuah Negara, kesetianegaraan, fleksibilitas institusi-

institusinya, bagaimana institusi tersebut beroperasi, kapasitas untuk menutupi

kelemahannya: adalah beberapa dari unsur kuantitatif yang menentukan total

kekuatan suatu Negara. Banyak aspek yang mempangaruhi dan berkontribusi

dalam meningkatkan national power suatu negara. Bisa dikatakan bahwa national

power adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu Negara atas segala sesuatu

yang dimilikinya. Lebih dari aspek fisik seperti geografis dan populasi, unsur-

unsur national power juga meliputi hal-hal yang tidak nyata, berupa kepiawaian

bernegosiasi dan lain sebagainya.24

Ada beberapa faktor yang berkontribusi bagi pondasi nationalpower.

Faktor-faktor tersebut adalah geografi, SDA, Populasi, teknologi, karakter dan

moral nasional, pengembangan ekonomi, struktur politik, elemen ideologi,

23 Daniel J.Kauffman, A Framework for Analyzing (Lexington: Lexington Book, 1985), hlm.14.

24 Bambang Sunaryono, Pengantar Ilmu Politik: Kekuasaan Politik, diktat kuliah, Jurusan Hubungan Internasional, UMY.

16

kepemimpinan, kesiapan militer dan diplomasi. Dalam penelitian ini dibatasi pada

geografi, sumber daya alam, populasi dan kesiapan militer dan diplomasi. 25

Dalam memperjuangkan kepentingan yang harus dicapai, suatu negara

sering berbenturan dengan kepentingan-kepentingan Negara lain, sehingga bisa

menimbulkan konflik yang merupakan potensi yang selalu ada dalam politik

internasional. Menurut Wese Becker konflik merupakan proses sosial dimana

orang atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menentang

pihak lain yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.26K. J. Holsti

memberikan kontribusi dalam menjelaskan konflik sebagai berikut:

Konflik yang mengarah pada pemakaian kekerasan yang direncanakan dengan

baik, timbul dari perpaduan berbagai sebab, seperti pertentangan tuntutan masalah, sikap

yang bermusuhan, serta jenis tindakan militer dan diplomatic tertentu … Konflik tersebut

umumnya disebabkan pertentangan dalam pencapaian tujuan tertentu seperti perluasan

atau mempertahankan wilayah territorial, Keamanan, semangat jalur kemudahan daerah

pemasaran, presiste, persekutuan, revolusi dunia penggulingan pemerintah Negara yang

tidak bersahabat, dst.27

Menurut Paul Conn, suatu konflik pada dasarnya dapat terbagi menjadi

dua, yaitu:28

1. Zero Sum Game (konflik menag-kalah), merupakan konflik yang

bersifat antagonistic, sehingga tidak memungkinkan adanya kompromi

maupun kerjasama antar pihak yang terlibat dalam konflik.

25Ibid.,26 Soerjono Soekanto, Sosiologi: suatu pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.

107.27 K. J. Holsti, Politik Internasional Suatu Kernagka Analisis, Bina Cipta, Bandung, 1992,

hlm. 169.28 Ramlan Surbakti, memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grasind, 2010), hlm. 169

17

2. Non Zero Sum Game (konflik menang-menang), merupakan situasi

konflik dimana pihak-pihak yang terlibat dalam konflik masih

memungkinkan untuk melakukan kompromi dan kerjasama.

Dari pengertian konflik diatas, apa yang terjadi disuriah termasuk kedalam

kategori konflik Zero Sum game. Hal ini desebabkan baik dari pihak pemerintah

Suriah maupun pihak pemberontak tidak dapat menemukan kata sepakat dalam

penyelesaian konflik internal tersebut. Kedua belah pihak menginginkan adanya

pemenuhan tuntutan maupun ada salah satu pihak diminimalisir posisi politiknya.

Konflik tersebut melibatkan pemerintah yang berkuasa dengan pihak non

pemerintah yaitu puhak oposisi yang menginginkan adanya penggulingan

pemerintah yang berkuasa serta terbentuknya Negara yang demokrasi.29

Dalam pembahasan mengenai Intervensi (keterlibatan) Amerika Serikat-

Rusia terhadap dinamika konflik di suriah. Intervensi menurut Oppenheim

Lauterpacht adalah sebagai berikut:

“intervensi sebagai campur tangan secara diktator oleh suatu Negara terhadap

urusan dalam negeri lainnya dengan maksud baik untuk mengubah keadaan, situasi atau

barang di negeri tersebut.”30

Sehingga dapat dikatakan bahwa intervensi merupakan suatu tindakan ikut

campur yang di lakukan suatu Negara lain melalui cara-cara yang dapat bersifat

militer baik itu berstatus diijinkan atau tanpa ijin Negara yang bersangkutan

dengan maksud menyelesaikan suatu masalah.

J. G. Starke menyatakan bahwa intervensi dapat digolongkan dalam tiga bentuk

yaitu:

29http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/, Op.Cit., hlm.1065.30 Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002), hlm. 31.

18

1. Intervensi Internal, yaitu intervensi yang dilakukan sebuah Negara dalam

urusan dalam negeri Negara lain.

2. Intervensi Eksternal, yaitu intervensi yang dilakukan sebuah Negara dalam

urusan luar negeri sebuah Negara dengan Negara lain.

3. Intervensi Punitive, yaitu intervensi sebuah Negara terhadap Negara lain

sebagai balasan atas kerugian yang diderita oleh Negara tersebut. 31

J.G Starke selanjutnya mengatakan intervensi ini dengan istilahsubversive

interventionyaitu:

“Mengacu kepada propaganda atau kegiatan lainnya yang dilakukan oleh suatu

Negara dengan tujuan untuk mendorong terjadinya revolusi atau perang saudara

di Negara lain”32

Berdasarkan penejalsan diatas, suatu Negara melakukan intervensi bukan

tanpa sebab dan tujuan, tentunya terdapat kepentingan nasional yang mendorong

suatu Negara sehingga melakukan intervensi. Menurut Donald E Nuechterlein

terdapat empat dimensi di dalam kepentingan nasional yaitu:33

1. Defence Interest : Merupakan perlindungan suatu Negara dan warga

negaranya terhadap ancaman kekerasan fisik yang diarahkan dari Negara

lain atau ancaman dari Negara lain terhdap system pemerintahan.

2. Economic Interest : Meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui

hubungan dengan Negara lain.

31 J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional I (Jakarta: Sinar Grafika, 1989), hlm. 136-137.

32 Ibid.33 Donald E. Nuechterlein, National Interest and Foreign Policy: A Conceptual Framework

for Analysis and Decision-Making, British Journal of International Studies, 1976, Vol.2, p.246-248

19

3. World Order Interest : Bertujuan untuk membangun tata dunia di bidang

keamanan dan ekonomi. Baik melalui kerjasama multilateral guna

kebaikan bersama dan mencapai perdamaian bebas.

4. Ideology Interest : Bertujuan untuk melindungi dan menyebarkan sejumlah

nilai dan kepercayaan kepada pihak lain.

Dalam setiap konflik selalu dicari jalan penyelesaian, konflik terkadang dapat

diselesaikan oleh kedua belah pihak yang bertikai secara langsung. Namun tak

jarang pula harus melibatkan pihak ketiga untuk menangani dan mencari jalan

keluar baik oleh Negara atau sebagai organisasi internasional. Penyelesaian

disebut sebagai Resolusi Konflik.

“Resolusi konflik adalah suatu proses analisis dan penyelesaian masalah yang

mempertimbangkan kebutuhna-kebutuhan individu dan kelompok seperti

identitas dan pengakuan juga perubahan-perubahan institusi yang diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan.”34

Selanjutnya, merujuk dari pengertian intervensi atau keterlibatan suatu

Negara serta penjelasan mengenai kepentingan nasional diatas, intervensi yang

dilakukan oleh AS merupakan respon dari kekacauan yang terjadi terlebih dengan

kehadiran ekstrimis ISIS, dan percaya bahwa instabilitas keamanan di Suriah

dapat terpecahkan apabila Assad turun dari tampuk kekuasaannya. Sedangkan

intervensi Rusia terjadi berlandaskan hubungan sejarah serta kerjasama yang

terjalin antara kedua Negara dan demi menjaga kepemimpinan Assad. Kehadiran

kedua Negara ini juga tentu tidak terlepas dari dimensi kepentingan nasional yang

terpapar diatas, sehingga sangat jelas apabila kedua Negara ini mempunyai

kepentingan dan tujuannya masing-masing dalam menyikapi konflik di Suriah.

34 “Resolusi Konflik” terdapat di http://www.sicripps.ohio.edu/news/cmdd/artikelefhtm Diakses 27 maret 2016

20

Dari beberapa kajian teoritis diatas, untuk mengarahkan dan menguatkan

munculnya hipotesis, maka penulis mencoba mengemukakan asumsi dasar

sebagai berikut:

1. Salah satu Negara di Timur Tengah yaitu Suriah saat ini tengah dilanda

dampak dari Arab Spring. Konflik ini bila dilihat dengan mata telanjang

merupakan konflik sederhana yang menginginkan turunnya Bashar al-

Assad yang bergeser karena begitu banyak pihak yang terlibat, salah

satunya dengan hadirnya ISIS, sehingga membuat konflik semakin

berkepanjangan dan sulit mencari jalan damai. Ditambah banyaknya

kepentingan baik dari segi politik, ekonomi dan militer dari pihak internal

maupun eksternal.

2. Konflik Suriah telah menjadi ancaman bagi kemanan internasional

khususnya terhadap kawasan di Timur Tengah. Sehingga konflik tersebut

menjadi perhatian penting bagi dunia internasional, tak heran apabila

membuat banyak Negara turut campur tangan dalam penyelesaian konflik

ini.

3. AS dan Rusia merupakan dua Negara berpengaruh di dunia, sehingga

memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjaga keamanan dan

perdamaian dunia (selain PBB). Maka kehadiran keduanya diharapkan

mampu menjadi penengah dan mencari jalan keluarnya diantara pihak-

pihak yang terkait konflik. Akan tetapi AS-Rusia mempunyai sejarah

permusuhan yang kental hingga saat ini, terlebih keduanya memiliki

tujuan dan kepentingan masing-masing dalam konflik di Suriah. Oleh

karena itu kehadiran AS-Rusia termasuk kedalam langkah penyelesaian

21

masalah atau malah sebaliknya menjadikan konflik Suriah semakin

panjang berlarut.

2. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis dan perumusan masalah serta

asumsi yang telah dikemukakan diatas, maka penulis mempunyai jawaban

smentara bagi penelitian, yaitu: “Jika AS-Rusia secepatnya tidak saling

berkomitmen untuk bersama-sama mencari jalan keluar terhadap konflik di

Suriah dan memerangi kelompok radikal ISIS serta mengesampingkan

kepentingannya masing-masing, maka kehadiran AS-Rusia kedalam

dinamika konflik di Suriah berpotensi memunculkan permasalahan baru

sehingga kehadiran keduanya bukan merupakan proses penyelesaian

konflik.”

3.Tabel Operasionalisasi Variabel dan Indikator

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel

Variabel(Konsep Teoritik)

Indikator(Empirik) Verifikasi

Variabel Bebas:Jika AS-Rusia secepatnya tidak saling berkomitmen untuk bersama-sama mencari jalan keluar terhadap konflik di Suriah

1. Akar konflik Suriah.

1. Awal mula perang suriah adalah dilatar belakangi oleh kekecewaan rakyat Suriah terhadap rezim Bashar Asaad yang otoriter dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

22

dan memerangi kelompok radikal ISIS serta mengesampingkan kepentingannya masing-masing

2. Komitmen AS-Rusia mengenai konflik Suriah (ISIS).

2. Perang Suriah adalah revolusi Rabbani yaitu revolusi agama, Maka jelaslah bahwa penyebab perang Suriah adalah perang ideologi antara Islam Ahlussunah dengan Syiah. Data Fakta http://ippm-baiturrohim.blogspot.co.id/2013/09/apa-penyebab-perang-suriah.html

1.AS menginginkan agar Assad turun dari kekuasaannya, sedangkan Rusia mengatakan hanya warga Suriah yang berhak menentukan nasibnya.

2.Soal ISIS, AS-Rusia sepakat bahwa mereka “ancaman bagi setiap negara”

Data Fakta: http://bbc.com/indonesia/dunia/2015/12/151216_dunia_as_rusia_suriah

Variabel Terikat: maka kehadiran AS-Rusia kedalam dinamika konflik di Suriah berpotensi memunculkan permasalahan baru sehingga kehadiran keduanya bukan merupakan proses penyelesaian konflik.

1. Perbedaan kepentingan yang mewakili AS-Rusia untuk menerjunkan pasukan militer di Suriah.

1. Rusia dan ASbeda kepentingan soal intervensi militer di Suriah, di mana Rusia ingin mempertahankan pemerintah konstitusional Damaskus dan Presiden Bashar al-Assad, sementara AS berambisi untuk menggulingkan pemerintah sah Suriah.

2. Rusia menyerang semua kubu pemberontak dukungan Barat, sementara AS hanya ingin fokus pada serangan terhadap ISIS. Data Fakta: http://indonesian.irib.ir/editorial/fokus/item/101357-perseteruan-rusia-barat-dalam-konflik-suriah

23

2. Kehadiran kedua negara yang saling bersitegang dan berbeda kepentingan berpotensi menimbulkan gesekan.

3. Kehadiran keduanya bukan merupakan resolusi konflik.

1. Rusia memutuskan untuk melakukan penyerangan terhadap ISIS, penyerangan ini dilakukan setelah Bashar Assad meminta Rusia membantu pasukan Suriah. Presiden Vladimir Putin menyatakan bahwa tujuan dari intervensi tersebut adalah untuk menstabilkan pemerintahan dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk kompromi politik di Suriah.

2. Akan tetapi Keputusan Rusia untuk terlibat dalam pertempuran di Suriah mendapat kecaman dari Amerika Serikat, Menurut Barack Obama aksi Rusia tersebut bisa menjadi sumber bencana besar di Suriah. Data Fakta ://hasbiaswar.blogspot.co.id/2015/10/analisis-mengenai-konflik-terkini-suriah.html).

1. AS dan koalisinya mengumumkan telah melakukan 24 serangan terhadap ISIS. Di waktu yang sama, Rusia mengklaim telah menggempur 55 target ISIS.

2. Ketegangan antara AS-Rusia terus memanas.Data fakta: http://international .sindonews.com/read/105233 5/43/as-dan-rusia-berpotensi-perang-dunia-iii-di-suriah-1444621371

24

4. Skema Kerangka Teoritis

Alur Pemikiran Pengaruh Kontestasi Amerika Serikat dan Rusia

Terhadap Stabilitas Keamanan

di Suriah

Suriah

KonflikPemerintah

Radikalisasi

AS Rusia

Intervensi Militer

Kepentingan Nasional

Menyelesaikan Konflik

Memunculkan Konflik

Kebijakan Luar

Negeri

25

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1. Tingkat Analisis

Tingkat penelitian dilakukan untuk mempermudah penulis dalam memilah

masalah yang akan di analisis. Adapun tingkat analisis yang penulis gunakan

dalam penelitian ini yaitu tingkat analisis korelasionis, dimana terdapat peranan

negara-negara mengenai kepentingan nasionalnya terhadap peristiwa yang terjadi

di Suriah sebagai unit eksplanasi independen yaitu berpengaruh kepada

penyelesaian konflik. Sedangkan dalam unit analisis ternyata kepentingan tersebut

26

berpengaruh terhadap stabilitas keamanan, sehingga menjadikan kedatangannya

sebagai awal kemunculan konflik baru.

Dengan demikian, unit eksplanasi atau variabel independen berada pada

tingkat yang sama dengan unit analisis atau variabel dependen. Sehingga hal ini

menunjukan bahwa tingkat analisa yang dipergunakan adalah korelasionis.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Deskriptif Analisis, yaitu suatu metode yang bertujuan menggambarkan,

menganalisa, dan mengklarifikasi gejala-gejala berdasarkan pengamatan dari

beberapa kejadian secara sistematik, faktual, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,

serta hubungan antara fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode ini digunakan

untuk menjelaskan.Sejauhmana keterkaitan Amerika Serikat dan Rusia dalam

konflik di Suriah dan pengaruh kehadirannya terhadap stabilitas keamanan disana.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan ini, pengumpulan data yang penulis gunakan adalah

Studi Kepustakan (Library Search), yaitu berusaha untuk mencari data melalui

pengamatan tidak langsung dengan membaca buku-buku tertentu, laporan,

majalah, surat kabar, website dan artikel yang penulis gunakan untuk memperoleh

pengertian dan pengetahuan yang berkaitan dengan masalah ini.

F. Lokasi dan Lama Penelitian

1. Lokasi Penelitian

27

Untuk mendapatkan data serta keterangan yang dibutuhkan, penulis

mendatangi lembaga-lembaga seperti:

a. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pasundan Bandung.

Jl. Lengkong Besar No. 68 Bandung.

b. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Parahyangan Bandung.

Jl. Ciumbuleuit No.94, Bandung.

2. Lama Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, terhitung dari bulan Maret

2016 sampai dengan Agustus2016.

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun 2016

No BulanKegiatan2016

Maret April Mei Juni Juli Agustus1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Tahap Penelitiana. Konsultasib. Pengajuan Judul

28

c. Bimbingan Proposal

d. Seminar Proposal

e. Perbaikan Seminar Proposal

2. Penelitian

3. Pengolahan Data

4. Analisa Data

5. Kegiatan Akhira. Pelaporan

b. Persiapan dan Draft

c. Perbaikan Hasil Draft

d. Persiapan dan Sidang Skripsi

3. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab dimana setiap bab terbagi menjadi

beberapa sub bab yang disesuaikan dengan pembahasan yang dilakukan, yaitu

terdiri dari:

BAB I :PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari sub-sub judul sebagai berikut, latar belakang

penelitian, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

29

kerangka teoritis, hipotesis, metode penelitian dan teknik pengumpulan

data, lokasi dan lamanya penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II :KEMUNCULAN GERAKAN SPARATIS PILITIK NEGARA ISLAM

Dalam bab ini menjelaskan mengenai variabel-variabel bebas

atau unit eksplanasi penelitian yaitu Pengaruh kontestasi Amerika

Serikat dan Rusia terhadap stabilitas keamanan di Suriah. Bab ini

berisikan sub-sub bab sebagai berikut: tinjauan umum Negara Suriah,

Sejarah Negara Suriah, Politik Negara Suriah, Penyebab pasang surut

konflik Suriah, Munculnya Radikalisme dalam islam.

BAB III: HADIRNYA NEGARA-NEGARA SUPER POWER YANG SALING BERSEBERANGAN (AS-RUSIA) DALAM KONFLIK SURIAH

Dalam bab ini membahas variabel terikat dari unit eksplanasi

dari tema masalah yang berisi uraian atau informasi umum atau dasar

atau awal mengenai dasar konflik dan kemungkinan timbulnya

pengaruhnya terhadap stabilitas keamanan di Suriah, dalam bab ini

berisikan sub-sub bab sebagai berikut: Politik dan pemerintahan

Amerika Serikat, Politik dan pemerintahan Rusia, perkembangan

pasang surut hubungan As-Rusia.

BAB IV: ANALISA PENGARUH KONTESTASI AS DAN RUSIA TERHADAP STABILITAS KEAMANAN DI SURIAH

Dalam bab ini berisi jawaban atau bahasan terhadap hipotesis

dan indikator-indikator variabel bebas ataupun variabel terikat yang

dideskripsikan kedalam data atau fakta dan angka. Sub-sub judul ini

mencerminkan jawaban mengenai pengaruh yang ditimbulkan dari

30

Kontestasi Amerika Serikat dan Rusia di konflik Suriah dalam stabilitas

keamanan di Suriah.

BAB V : KESIMPULAN

Dalam bab ini berisi mengenai kesimpulan hasil penelitian

terutama dalam bab IV, kesimpulan ini berbentuk rangkuman singkat

yang jelas dan informatif pada bagian akhir ditulis penjelasan bahwa

hipotesis penelitian diterima atau ditolak.

BAB II

PROSES KEMUNCULAN GERAKAN SPARATIS POLITIK

NEGARA ISLAM

A. Tinjauan Umum Negara Suriah

31

Suriah merupakan sebuah negara yang termasuk ke dalam Asia Barat dan

memiliki letak sangat strategis untuk menuju pintu gerbang ke negeri Barat

ataupun Timur seperti Lebanon, Turki, Irak, Yordania, dan Israel. Tak heran

sepanjang catatan sejarah, negeri ini pernah menjadi rebutan negara-negara

adikuasa. Salah satunya ialah Perancis yang sukses menduduki negara ini, tetapi

akhirnya Suriah sukses memerdekan diri dari Perancis pada 1946.35

Suriah juga mendapat julukan negeri Syam dalam bahasa Arab. Suriah

merupakan salah satu negara yang berada di kawasan strategis Timur Tengah.

Ferdinand Von Richtofen misalnya menyebut Suriah sebagai Jalur Sutera karena

letaknya yang strategis tidak hanya dalam jalur perdagangan barang, tetapi juga

dalam budaya dan jalur militer global. Letaknya yang strategis ditambah dengan

limpahan 4 potensi kekayaan alam menjadikan Suriah sebagai negara yang

diperebutkan berbagai kekuatan politik regional dan global. Sekitar 74 %

mayoritas penduduk Suriah beragama Islam yang menganut paham Ahlussunnah

wal Jama’ah (Sunni), kemudian Syiah Alawiyah (12%), Druze (3%) dan sebagian

kecil menganut Ismailiyyah yang merupakan salah satu cabang dari aliran Syiah.3

Kelompok Syiah Alawiyah merupakan kelompok minoritas yang berpengaruh

dalam pemerintahan rezim Assad. Sementara itu sebagian besar penduduknya

sekitar 90% berasal dari keturunan Arab, diikuti 9% berasal dari suku Kurdi dan

kelompok minoritas Armenia, Sirkasian dan Turkmenistan. Beragamnya aliran

kepercayaan dan etnis yang berkembang menjadikan Suriah sebagai negara yang

rentan dengan konflik.36

35 “dinamika konflik Suriah” dalam http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/2832/1/vjhi-04-07-2012-dinamika_konflik_suriah_dan.pdf Diakses 13 april 2016

36Ibid.,

32

1. Sejarah Negara Suriah

Suriah merupakan salah satu pusat peradaban paling tua di muka bumi,

Penggalian oleh para arkeolog pada 1975 di Kota Ebla bagian utara Suriah

menunjukkan, sebuah kerajaan Semit sempat berdiri dan menyebar dari Laut

Merah ke Turki dan Mesopotamia pada 2500-2400 SM. Etnis Suriah diketahui

merupakan etnis Semit dengan 90 persen terdiri atas warga Muslim, 74 persen

Sunni dan 16 persen terdiri atas kelompok Muslim lainnya termasuk Alawi, Syiah

dan Druze. Sementara 10 persen adalah warga Kristen.Pada 1920, sebuah kerajaan

Arab dibawah kekuasaan Raja Faysal dari keluarga Hashimiah didirikan di

Suriah. Tidak hanya menjadi raja Suriah namun Raja Faysal juga menjadi Raja di

Irak.37 Kekuasaannya di Suriah berakhir seiring dengan kekalahan pasukannya

Pada 1920, sebuah kerajaan Arab dibawah kekuasaan Raja Faysal dari keluarga

Hashimiah didirikan di Suriah. Tidak hanya menjadi raja Suriah namun Raja

Faysal juga menjadi Raja di Irak. Kekuasaannya di Suriah berakhir seiring dengan

kekalahan pasukannya melawan Prancis dalam pertempuran Maysalun. Selama

beberapa tahun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meletakkan Suriah di bawah

mandat Prancis sebelum akhirnya Prancis terpuruk pada 1940. Kendali atas Suriah

pun segera diambil Pemerintahan Vichy hingga Pemerintah Inggris dan Prancis

kembali menjajah negara tersebut pada Juli 1941. Demikian ditulis State, Sabtu

(18/8/2012).Namun penjajahan ini sendiri tidak berlangsung lama karena

kelompok nasionalis Suriah mendesak agar Prancis segera menarik keluar

pasukannya dari Suriah pada April 1946. Suriah pun ditinggalkan Prancis dalam

37 “mengenal sejarah terbentuknya Negara” http://pandri-16.blogspot.co.id/2015/08/mengenal-sejarah-terbentuknya-negara.html Diakses 13 april 2016

33

kendali pemerintahan republik yang telah lebih dulu terbentuk ketika Prancis

memegang mandat PBB atas negara itu.38

Kendati perkembangan ekonomi Suriah berlangsung pesat diikuti dengan

deklarasi kemerdekaan pada 17 April 1946, namun pergolakan politik justru

terjadi di negara itu pada 1960-an.Suriah dan Mesir diketahui sempat bersatu

membentuk Republik Persatuan Arab, namun persatuan ini tidak berhasil

sehingga memicu terjadinya kudeta militer pada 28 September 1961. Suriah pun

akhirnya memisahkan diri dan bangkit kembali sebagai Negara Republik Suriah.

Kabinet baru pun dibentuk di bawah bayang-bayang Partai Ba'ath.Kudeta militer

kembali terjadi pada 13 November 1970 dimana Menteri Pertahanan Suriah saat

itu Hafiz al-Asad menobatkan dirinya sebagai Perdana Menteri. Setelah 30 tahun

berkuasa penuh atas Suriah pada 10 Juni 2000 Hafiz al-Assad pun dilaporkan

tutup usia.39

Pada masa ini perubahan konstitusi pun terjadi, dimana parlemen

menghendaki usia minimun bagi presiden adalah 40-43 tahun. Perubahan ini

memungkinkan putra Hafiz al-Assad, Bashar al-Assad untuk terpilih sebagai

presiden dimana ia maju mencalonkan diri tanpa pesaing. Bashar al-Assad secara

resmi dilantik pada 17 Juli 2000 untuk masa jabatan 7 tahun.40

2. Politik Negara Suriah

Telah lebih dari dua tahun Suriah diguncang oleh pergolakan politik.

Pergolakan yang kini bahkan menjurus pada perang saudara, ketika Pemerintahan

38Ibid.,39Ibid.,

40Ibid.,

34

Suriah pimpinan Bashar al-Assad bertempur melawan pasukan oposisi.  Bagi

sebagian kalangan, pergolakan ini adalah sebuah ‘revolusi rakyat’ yang berupaya

mengggulingkan ‘rezim tiran’ Bashar Assad, sama seperti gelombang

revolusi ‘Arab Spring’ lainnya yang berhasil menumbangkan kediktatoran di

Tunisia, Mesir dan Libya. Sejak kudeta yang dilakukan oleh sekelompok perwira

militer pimpinan Abdul Karim Nahlawy di tahun 1961, pemerintahan Suriah

berada dibawah kendali Partai Baath ((Hizb Al-Ba’ats Al-Isytiraki) hingga kini.

Partai Baath sendiri merupakan partai yang mengusung ideologi Baath’isme, yang

berintikan nilai-nilai Nasionalisme dan Sosialisme Arab, atau bisa dikatakan pula

ideologi sosialisme ‘khas’ Arab.41

Ideologi ini diintrodusir oleh seorang intelektual Suriah beragama Kristen,

Michel Aflaq, pada saat kolonialisme Eropa masih mencengkram Timur Tengah

pasca keruntuhan Daulah Turki Ustmani tahun 1924. Selain Suriah, rezim-rezim

di dunia Arab yang pernah menggunakan ideologi ini sebagai dasar negara  adalah

pemerintahan Gamal Abdul Nasser di Mesir (1952-1970), rezim Muamar Khadafi

di Libya (1969-2011) serta rezim Saddam Husein yang berkuasa di Irak hingga

tahun 2003. Berkuasanya Partai Baath di Suriah ini juga menuai dukungan dari

kalangan komunis yang tergabung dalam Partai Komunis Suriah. Namun, pada

tahun 1972, sebagian kecil kader dari partai tersebut yang dipimpin Riyad Turk

melancarkan Sejak kudeta yang dilakukan oleh sekelompok perwira militer

pimpinan Abdul Karim Nahlawy di tahun 1961, pemerintahan Suriah berada

dibawah kendali Partai Baath ((Hizb Al-Ba’ats Al-Isytiraki) hingga kini. Partai

41 “konflik Suriah dan intervensi imperialis barat” dalam http://www.berdikarionline.com/konflik-suriah-dan-intervensi-imperialis-barat/ Diakses 13 april 2016

35

Baath sendiri merupakan partai yang mengusung ideologi Baath’isme, yang

berintikan nilai-nilai Nasionalisme dan Sosialisme Arab, atau bisa dikatakan pula

ideologi sosialisme ‘khas’ Arab. Sebagian kecil kader dari partai tersebut yang

dipimpin Riyad Turk melancarkan kampanye untuk menentang aliansi partai

komunis dengan rezim Baath. Meski begitu, mainstream Partai Komunis Suriah

tetap mendukung pemerintahan Partai Baath sampai sekarang.42

Setelah rezim Baath berkuasa di Suriah, konflik politik di internal

pemerintahan tidak berhenti. Konflik itu berujung pada terjadinya kembali kudeta

militer pada 1970, ketika Menteri Pertahanan Suriah saat itu , Hafez al-Assad,

naik ke tampuk kekuasaan sebagai Perdana Menteri. Di tahun berikutnya, perwira

Angkatan Udara Suriah ini diangkat menjadi Presiden Suriah.Dibawah

kepemimpinan Hafez al-Assad, Suriah menunjukkan resistensi yang kuat terhadap

hegemoni imperialisme Barat dan ‘mitranya’ di Timur Tengah, Israel. 

Sepeninggal Gamal Abdul Nasser di tahun 1970, dunia Arab memang kehilangan

sosok tangguh yang berani melawan Barat dan Israel. Namun, berkuasanya Hafez

Assad dan Muamar Khadafi di Libya pada saat yang hampir bersamaan seakan

menghidupkan kembali ‘roh’ Nasser di Timur Tengah.43

Hafez Assad memang secara tegas mendukung penuh perjuangan bangsa

Palestina dalam melawan penjajahan Zionis Israel. Bentuk dukungan itu

ditunjukkannya melalui partisipasi Suriah dalam Perang Yom Kippur melawan

Israel di tahun 1973. Sebenarnya, sebelum Assad berkuasa pun, rezim Baath

Suriah telah menunjukkan resistensinya terhadap Israel dalam Perang Enam Hari

tahun 1967, yang membuat Suriah harus kehilangan sebagian wilayahnya di 42Ibid.,

43Ibid.,

36

Dataran Tinggi Golan lantaran diduduki Israel hingga sekarang.Perlawanan Assad

terhadap Israel juga diperlihatkan tatkala perang saudara bernuansa sektarian

meletus di Lebanon pada tahun 1975-1989.  Saat itu, awalnya Suriah mengirim

pasukan militer ke Lebanon guna melindungi kelompok Druze dan Syiah. Namun

setelah masuknya tentara Israel ke Lebanon  di tahun 1982 dengan alasan

melindungi kelompok Kristen (meski alasan sebenarnya adalah memburu

kelompok perlawanan Palestina di Lebanon), pasukan Suriah pun turut melawan 

kehadiran militer Israel di Lebanon.Keberpihakan Suriah terhadap gerakan

perlawanan Palestina juga ditunjukkan dengan dibukanya kantor perwakilan

Hamas dan PLO di Damaskus. Suriah juga mendukung  gerilyawan Hizbullah di

Lebanon secara finansial maupun politik. Disamping itu, faksi perlawanan

Palestina FPLP pimpinan George Habash juga didukung penuh oleh Suriah tidak

berhenti. Konflik itu berujung pada terjadinya kembali kudeta militer pada 1970,

ketika Menteri Pertahanan Suriah saat itu, Hafez al-Assad, naik ke tampuk

kekuasaan sebagai Perdana Menteri. Di tahun berikutnya, perwira Angkatan

Udara Suriah ini diangkat menjadi Presiden Suriah. Di kepemimpinan Hafez al-

Assad, Suriah menunjukkan resistensi yang kuat terhadap hegemoni imperialisme

Barat dan ‘mitranya’di Timur Tengah, Israel.  Sepeninggal Gamal Abdul Nasser

di tahun 1970, dunia Arab memang kehilangan sosok tangguh yang berani

melawan Barat dan Israel. Namun, berkuasanya Hafez Assad dan Muamar

Khadafi di Libya pada saat yang hampir bersamaan seakan menghidupkan

kembali ‘roh’ Nasser di Timur Tengah. Hafez Assad memang secara tegas

mendukung penuh perjuangan bangsa Palestina dalam melawan penjajahan Zionis

Israel. Bentuk dukungan itu ditunjukkannya melalui partisipasi Suriah

37

dalam Perang Yom Kippur melawan Israel di tahun 1973. Sebenarnya, sebelum

Assad berkuasa pun, rezim Baath Suriah telah menunjukkan resistensinya

terhadap Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967, yang membuat Suriah harus

kehilangan sebagian wilayahnya di Dataran Tinggi Golan lantaran diduduki Israel

hingga sekarang. Perlawanan Assad terhadap Israel juga diperlihatkan tatkala

perang saudara bernuansa sektarian meletus di Lebanon pada tahun 1975-1989. 

Saat itu, awalnya Suriah mengirim pasukan militer ke Lebanon guna melindungi

kelompok Druze dan Syiah. Namun setelah masuknya tentara Israel ke Lebanon 

di tahun 1982 dengan alasan melindungi kelompok Kristen (meski alasan

sebenarnya adalah memburu kelompok perlawanan Palestina di Lebanon),

pasukan Suriah pun turut melawan  kehadiran militer Israel di Lebanon.44

Keberpihakan Suriah terhadap gerakan perlawanan Palestina juga

ditunjukkan dengan dibukanya kantor perwakilan Hamas dan PLO di Damaskus,

Suriah juga mendukung geriliawan Hizbullah di Lebanon secara finansial maupun

politik. Disamping itu, faksi perlawanan Palestina FPLP pimpinan George Habash

juga didukung penuh oleh Suriah. Sementara itu, perlawanan Assad terhadap

Barat di tunjukkan dengan mendukung Revolusi Islam di Iran tahun 1979.

Revolusi yang berujung pada berkuasanya kaum Mullah Syiah pimpinan

Ayatullah Rohullah Khomeini itu memang merubah secara drastis haluan politik

luar negeri Iran yang tadinya bersahabat erat dengan Amerika Serikat (AS)

menjadi  negara yang sangat anti AS dan Israel.Suriah juga berpihak kepada Iran

dalam Perang Iran-Irak tahun 1980-1988, ketika AS menunjukkan dukungannya

pada Irak demi menhambat revolusi Islam Iran. Hal ini menjadikan Suriah dan

Iran sebagai sekutu dekat hingga kini, apalagi ditambah dengan fakta bahwa

44Ibid.,

38

mayoritas anggota Partai Baath Suriah berasal dari kalangan Alawit, suatu aliran

dalam ajaran Syiah.45

Inilah pula yang menjadi penyebab ketidakharmonisan pemerintahan

Assad dengan rezim Saddam Husein di Irak. Kebijakan represif Saddam terhadap

kaum Syiah Irak membuat tidak senang pemerintah Suriah, meskipun keduanya

berbasiskan ideologi yang sama, Baath’isme. Politik perlawanannya terhadap AS

dan Israel pun membuat rezim Assad tidak disukai pihak Barat. Namun, rezim

Assad justru memiliki hubungan ‘mesra’ dengan Uni Sovyet, apalagi dalam

politik domestiknya kaum komunis Suriah juga mendukung rezim Assad. Dalam

sejarahnya pun, Uni Sovyet memang berpihak pada Negara-negara Arab ketika

mereka berperang melawan Israel, seperti pada Perang Enam Hari dan Krisis

Terusan Suez tahun 1956.Dukungan Uni Sovyet terhadap Suriah ditunjukkan

melalui suplai persenjataan bagi militer Suriah serta bantuan finansial berupa

hutang luar negeri. ‘Kemesraan’ ini berlanjut pasca runtuhnya Uni Sovyet, dimana

Rusia yang menjadi ‘pewaris’ kejayaan Sovyet tetap menjadi sekutu Suriah

hingga kini. Hal itu tampak ketika di tahun 2005 Rusia menghapus 75 persen dari

total utang Suriah sebesar 13 miliar dollar AS.46

B. Penyebab Pasang Surut Konflik di Suriah

Negara Suriah modern didirikan usai Perang Dunia Pertama, yaitu setelah

mendapatkan kemerdekaannya dari Perancis pada tahun 1946. Pasca meraih

kemerdekaannya, Suriah kerap diguncang oleh gejolak serta kudeta militer, yang

45Ibid.,46Ibid.,

39

sebagian besar terjadi antara periode 1949-1971. Kemudian antara periode 1958-

1961, Suriah bergabung dengan Mesir membentuk perserikatan yang dikenal

dengan RPA (Republik Persatuan Arab). Perserikatan itu berakhir karena

terjadinya kudeta militer di Suriah. Sejak tahun 1963 hingga 2011, Suriah terus

memberlakukan UU Darurat Militer, sehingga dengan demikian sistem

pemerintahannya pun dianggap oleh pihak barat tidak demokratis.47

Presiden Suriah adalah Bashar al-Assad, yang telah mengambil tampuk

pemerintahan dari ayahnya Hafez al Assad dengan penunjukan secara aklamasi.

Serta telah berkuasa di negara itu mulai tahun 2000. Sejak era perang dingin,

Suriah terkenal dengan kekuatan militernya di kawasan, dan identik dengan

julukan Rusia Timur Tengah. Hal itu berkat kedekatan hubungan Suriah dengan

Rusia, sehingga kerap mendapat suplai senjata modern dari negara digdaya itu.

Alasan ini jualah yang membuat Israel sedikit segan untuk melakukan perang

frontal menghadapi Suriah dalam persengketaan Dataran Tinggi Golan. Di

samping itu, Suriah menjadi tumpuan beberapa negara kawasan dalam

menyelesaikan konflik militer yang sering terjadi di Timur Tengah.48

Fakta membuktikan, bahwa sebagian besar negara Arab adalah aliansi

abadi blok Barat, yang dinakhodai langsung oleh Amerika Serikat sebagai

kekuatan Super Power tunggal dunia. Keberadaan kekuatan militer Suriah di

kawasan tentu saja menjadikan mereka jengah, karena dianggap sebagai kekuatan

lawan. Tidak jarang, beberapa kasus sebelumnya sudah pernah diangkat untuk

merontokkan Suriah terutama presidennya, namun semuanya gagal.Terpaan Badai

47 “makalah Konflik Suriah” dalam http://vianlouis.blogspot.co.id/2013/09/makalah-konflik-suriah.html diakses 13 april 201648Ibid.,

40

Arab Spring 2011 ( Badai Musim Semi Arab 2011), yang telah merontokkan

beberapa kekuatan besar di negeri Arab. Ternyata dimanfaatkan dengan sangat

baik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Padahal sebelumnya, presiden Suriah

Bashar al Assad dengan sangat optimis telah mengungkapkan, bahwa badai

Musim Semi Arab tidak akan menerpa Suriah, karena rakyat Suriah secara umum

telah memperoleh hak-hak mereka secara adil, jadi tidak ada alasan bagi rakyat

Suriah untuk melakukan revolusi di negara tersebut.Namun, kesempatan emas itu

nampaknya tidak disia-siakan oleh pihak-pihak tertentu.49

Terbukti dengan merebaknya amunisi perlawanan rakyat yang dimotori

oleh kelompok minoritas di negera tersebut. Yang menurut informasi dari pejabat

Suriah, mereka pihak yang berkepentingan sengaja mendukung kelompok

minoritas untuk melakukan perlawanan demi suksesnya target jahat dalam

menghancurkan Suriah dari dalam.Sehingga kelompok negara-negara Arab yang

selama ini bersebrangan dengan Suriah, yang memang telah mendominasi Liga

Arab tersebut. Mendorong lembaga tertinggi negara-negara Arab itu untuk

membekukan keanggotaan Suriah, serta menyerahkan kasus Suriah kepada Dewan

Keamanan PBB untuk segera diselesaikan secara internasional.Selanjutnya, hal ini

pulalah yang membuat Rusia dan Cina sebagai mitra abadi semakin tidak nyaman

di kursinya. Karena mereka merasa termasuk kelompok yang paling dirugikan

berkaitan dengan masalah Suriah, jika putusan DK PBB itu disahkan. Yang pada

akhirnya berujung pada jatuhnya veto dari kedua negera adidaya tersebut.Dari

pertikaian dua kelompok penguasa dunia ini, yang paling menderita adalah rakyat

Suriah sendiri. Mereka adalah pihak pertama yang merasakan langsung imbas dari

49Ibid.,

41

pertarungan sengit saat ini. Sehingga, seorang ibu harus rela melihat anaknya

meregang nyawa tanpa sebab. Seorang isteri harus mampu menahan isak dan

dendam karena suami tercinta dieksekusi tanpa kesalahan yang dibuat. Bahkan,

ribuan anak-anak yang tidak berdosa tiba-tiba menjadi yatim piatu. Sebenarnya

inilah yang menjadi tanggungjawab kita saat ini. Yaitu menyelamatkan nyawa

anak manusia yang tidak berdosa, dan menyelamatkan rakyat Suriah dari

keserakahan dua kekuatan dunia. 50

1. Faktor Politik

Krisis politik yang terjadi di Suriah dewasa ini nampaknya sudah

mencapai anti klimaks, terutama dengan semakin meningkatnya kontak senjata

antara pemerintah Basyar Asad dengan kubu pemberontak di beberapa kota. Sejak

meletusnya revolusi puluhan ribu orang tewas serta ribuan lainnya harus

mengungsi ke negara-negara tetangga seperti Turki, Yordania dan Lebanon.

Sampai saat ini baik PBB, OKI maupun Liga Arab belummengambil sikap tegas

terkait kekejaman rezim al-Asad bahkan terkesan terombang ambing oleh

kebijakan Uni Soviet dan Amerika Serikat (AS) yang selama ini dinilai sarat

kepentingan baik politik maupun ekonomi. Sama halnya dengan negara-negara

Timur Tengah lainnya, Suriah merupakan negara yang juga terimbas badai

revolusi. Sudah setahun revolusi yang dimotori para aktivis pro-perubahan

tersebut berlalu.51

Namun, situasi politik di Suriah belum menunjukkan tanda-tanda

perbaikan. Bahkan Basyar Asad bersikeras akan tetap mempertahankan

50Ibid.,51 “membaca konflik Suriah” dalam http://www.politik.lipi.go.id/kolom/kolom-2/timur-

tengah/669-membaca-konflik-suriah 13 april 2016

42

kekuasaannya walaupun harus menggunakan jalur kekerasan. Sikap otoriter rezim

Basyar Asad tersebut akhirnya memunculkan gelombang demonstrasi yang

menuntut Presiden Basyar Asad mundur dari jabatannya. Para demonstran

tersebut menuntut Presiden Basyar Asad untuk melakukan langkah-langkah

terkait reformasi politik dan pelaksanaan Pemilu dalam waktu dekat.52

Tuntutan para demonstran tersebut dijawab pemerintah dengan merombak

struktur parlemen dan pemerintahan, namun rakyat tetap menolak karena mereka

menganggap struktur pemerintahan masih dijabat orang-orang lama yang tidak

lain adalah sekutu dekat Asad.  Suhu politik di Suriah pun semakin memanas

setelah pemerintah melakukan operasi militer di beberapa kota termasuk di

wilayah Khalidiyah provinsi Homs yang telah menewaskan ribuan orang.

Kekejaman yang dilakukan pemerintah pemerintah Suriah tersebut mendorong

PBB melalui dewan keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi terhadap Suriah.

Namun, resolusi tersebut gagal setelah Cina dan Rusia menolaknya. Sementara

itu, negara-negara Barat seperti AS, Perancis dan Inggris menyatakan bahwa

pemerintah Suriah tidak lagi sah dan menuntut Presiden Asad melepaskan

jabatannya.53

2. Faktor Ideologi

Kelompok pemerintah dan kelompok warga sipil, keduanya manganut

agama Islam. Tetapi mereka dibedakan dalam dua ideologi, kelompok pemerintah

menganut ideologi syiah dan kelompok warga sipil menganut ideologi sunni.

Telah diketahui bahwa paham ideologi dan sunni tidak pernah bisa disatukan

52Ibid.,53Ibid.,

43

dalam hal pemikiran, kehidupan social, dan kehidupan beragama. Hal tersebut

juga menjadikan penyebab terjadinya konflik. Dari adanya penyebab terjadinya

konflik di Suriah menjadikan terbaginya beberapa kelompok yang terlibat dalam

peperangan yang kini kian memanas. Kelompok tersebut ialah kelompok

pemerintah, kelompok pro pemerintah, kelompok pemberontak, kelompok pro

pemberontak.54

Ada banyak ideologi yang berbeda yang terdapat pada pihak para pejuang

dari mulai kaum liberal sekuler ekstrim yang menuntut demokrasi gaya Barat

hingga kelompok-kelompok Islam yang menuntut sebuah negara Islam. Ada

banyak faksi-faksi pejuang di antara kedua kutub spektrum ideologi. Posisi

alamimasyarakat Suriah yang konservatifakan menuntut peran Islam dalam rezim

pasca-Assad.55

C. Munculnya Radikalisme Dalam Islam

 Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang

mengingikan perubahan atau pembaharuan social dan politik dengan cara

kekerasan atau drastis. Namun, dalam artian lain, esensi radikalisme adalah

konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara itu radikalisme

menurut pengertian lain adalah inti dari perubahan itu cenderung menggunakan

kekerasan. Munculnya isu-isu politis mengenai radikalisme Islam merupakan

tantangan baru bagi umat Islam untuk menjawabnya. Isu radikalismeIslam ini

sebenarnya sudah lama mencuat di permukaan wacanainternasional. Radikalisme

Islam sebagai fenomena historis-sosiologis merupakan masalah yang banyak

54http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368874-MK-Nikita%20Pranissa.pdf55https://id-id.facebook.com/time.for.khilafah/posts/392899544126092

44

dibicarakan dalam wacana politik dan peradaban global akibat kekuatan media

yang memiliki potensi besar dalam menciptakan persepsi masyarakat dunia.56

Banyak label label yang diberikan oleh kalangan Eropa Barat dan

Amerika Serikat untuk menyebut gerakan Islam radikal, dari sebutan kelompok

garis keras, ekstrimis, militan, Islam kanan, fundamentalisme sampai terrorisme.

Bahkan di negara-negara Barat pasca hancurnya ideology komunisme (pasca

perang dingin) memandang Islam sebagai sebuah gerakan dari peradaban yang

menakutkan. Tidak ada gejolak politik yang lebih ditakuti melebihi bangkitnya

gerakan Islam yang diberinya label sebagai radikalisme Islam. Tuduhan-tudujan

dan propaganda Barat atas Islam sebagai agama yang menopang gerakan

radikalisme telah menjadi retorika internasional.57

Setidaknya ada empat penyebab adanya radikalisme agama. Pertama,

adanya beberapa ajaran dalam agama yang disalahpahami. Dalam Islam ada

ajaran jihad dan mati syahid, yang ironisnya dianggap membenarkan aksi-aksi

keras teroris.Penyebab kedua adalah mengenai adanya persoalan kesejahteraan di

masyarakat, seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial. Telah banyak fakta di

lapangan menyuguhkan kenyataan bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial

mampu membuat seseorang melakukan apa pun yang menguntungkan, walaupun

itu jelas terlarang seperti radikalisme. Kemudian penyebab ketiga adalah adanya

ideologi negara agama.58

56 “makalah radikalisme islam” dalam http://pakdhekeong.blogspot.co.id/2013/05/makalah-radikalisme-islam.html diakses 13 april 2016

57Ibid.,58 “munculnya radikalisme agama”http://www.kompasiana.com/nuninglistia/empat-

sekawan-pemicu-munculnya-radikalisme-agama_5535ac486ea834bf1cda4308 diakses 14 april 2016

45

Pada tahap tertentu ideologi negara agama turut menyuburkan paham

terorisme. Karena sebagaimana diakui para teroris, mereka menjalankan semua

aksinya dengan tujuan mendirikan negara agama. Bagi mereka, pemerintahan

yang ada saat ini (termasuk Indonesia) mengikuti sistem kafir. Adapun penyebab

keempat adalah adanya paham salafisme. Ideologi negara agama terus bertahan

karena mengendap di balik kecenderungan salafisme di kalangan pemeluk agama.

Salafisme adalah kecenderungan yang membayangkan masa lalu sepenuhnya suci,

ideal, sempurna, tanpa kekurangan apapun. Pada era suci inilah negara agama

diyakini pernah ada dan berdiri tegak dengan nilai-nilai luhur yang di praktikkan

paripurna. 59

1. Jihad

Kata Jihad berasal dari kata Al Jahd ( (الَجهْدُ dengan difathahkan huruf

jimnya yang bermakna kelelahan dan kesusahan atau dari Al Juhd ( ُ dengan (الُجهْد

didhommahkan huruf jimnya yang bermakna kemampuan. Kalimat ( ُجهْدَهُ (بَلَغَ

bermakna mengeluarkan kemampuannya. Sehingga orang yang berjihad dijalan

Allah adalah orang yang mencapai kelelahan karena Allah dan meninggikan

kalimatNya yang menjadikannya sebagai cara dan jalan menuju surga. Di balik

jihad memerangi jiwa dan jihad dengan pedang, ada jihad hati yaitu jihad

melawan syetan dan mencegah jiwa dari hawa nafsu dan syahwat yang

diharamkan. Juga ada jihad dengan tangan dan lisan berupa amar ma’ruf nahi

mungkar.60

59Ibid.,60 “memahami arti jihad” dalam https://muslim.or.id/4041-memahami-arti-jihad.html

diakses 14 april 2016

46

Jihad sebenarnya digunakan oleh Daulah Islam untuk menyebarkan serta

menyampaikan syi'ar Islam. Ianya digunakan sebagai tindakan fizikal

menghapuskan segala halangan kepada dakwah Islam dan dengan cara inilah

Islam dibawa keseluruh kawasan Daulah Islam baik pada zaman Rasulullah

mahupun zaman para sahabat dan begitu juga di zaman khulafa' yang seterusnya.

Ianya mempunyai tiga peringkat.Yang pertama, penduduk disesuatu kawasan itu

akan diajak memeluk Islam, dan mereka akan diberi tempoh untuk mengkaji dan

memahami Islam; sekiranya mereka menolak mereka akan dipelawa menjadi

rakyat Daulah Islam dengan membayar `jizyah' dan Islam akan diimplimentasikan

ke atas mereka, dan mereka akan diberikan hak -hak yang sama seperti mana-

mana umat Islam. Sekiranya pelawaan ini ditolak juga, maka tatkala itu barulah

tentera Islam akan berjihad.61

Perlulah difahami bahawa jihad hanyalah untuk menghapuskan rintangan

terhadap dakwah kepada Islam; bukan untuk menakluk atau memperhambakan

mana-mana kaum dan bukan untuk membina empayar dan tidak sekali untuk

memaksa seseorang itu memeluk Islam. Allah SWT berfirman:"Tidak ada

paksaan dalam beragama..."(Al-Baqarah: 256)Jika diteliti setiap satu `sariah' serta

`ghazwah' Rasulullah saw, kita dapati kesemuanya merupakan jihad menyerang

(offensive) dan hanya satu sahaja yang merupakan defensif (itu pun merupakan

satu tindakan yang taktikal sewaktu Perang Khandak). Tetapi dalam konteks masa

kini, semua bentuk jihad yang wujud hanyalah jihad defensif berbeza dengan apa

yang ditunjukkan oleh Rasulullah.62

61 “pengertian jihad dalam islam” dalam: http://pepitasngo.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-jihad-dalam-islam.html 14 april 2016

62Ibid.,

47

2. Jihad Modern

Futurolog (ahli masa depan) Muslim terkemuka asal Pakistan, Ziauddin

Sardar, menegaskan jihad merupakan upaya yang terarah dan terus menerus untuk

menciptakan perkembangan Islam. Itulah yang disebut jihad fisabilillah atau

berperang di jalan Allah. Dalam era modern yang serba global ini sebenarnya kita

juga bisa berjihad. Tentu jihadnya bukan dengan senjata atau bom. Kita sebagai

umat Islam sudah saat memiliki semangat baru dalam mengggunakan kata jihad,

seperti jihad al dakwah, jihad al tarbiyah, jihad bi al lisan, jihad bi al qolam, yakni

jihad dengan perantara lisan dan pena, jihad intelektual. Jihad dapat pula

dilakukan dengan harta benda yang disebut dengan jihad bi al amal. Dalam kata-

kata jihad bukan sekali-kali diartikan sebagai perang, melainkan perjuangan tanpa

senjata. Jihad bisa pula berbentuk perjuangan moral dan spiritual. Kesemuanya itu

termasukke dalam jihad fi sabilillah atau perang di jalan Allah, yakni jalan

kebenaran.63

Makna jihad perlu dotransformasikan menjadi etos kerja modern, Jihad

dalam konteks sekarang adalah perwujudan dari upaya mobilisasi sumber daya,

baik sumber daya manusia, sumber daya material maupun sumber daya teknologi

dan kelembagaan. Hal senada juga dikatakan oleh Menteri Sosial RI Bachtiar

Chamsyah. Dalam bukunya yang berjudul Teologi Penanggulangan Kemiskinan,

Bachtiar menuliskan bahwa jihad yang harus ditegakkan di era modern saat ini

adalah jihad sosial. Mengapa? Karena saat ini yang menjadi problema rakyat

Indonesia yang mayoritas Muslim adalah soal kemiskinan, KKN (korupsi, kolusi

dan nepotisme), keterlantaran, krisis moral (akhlak), rehabilitasi berbagai korban

63http://www.pelita.or.id/baca.php?id=78308

48

bencana akibat banjir, tnah longsor, gempa bumi, kelangkaan pangan, kerawanan

dan disintegrasi sosial akibat konflik berbau SARA, maraknya peredaran narkoba,

meningkatnya tindak kriminalitas, menurunnya kualitas pendidikan dan

kemampuan warga masyarakat dalam mengenyam pendidikan, tingginya angka

pengangguran akibat PHK dan sebagainya. Jihad sosial dimaksudkan sebagai

upaya bersama sekuat tenaga, secerdas dan searif daya nalar dan semampu dana

untuk berjuang mengatasi dan memberi solusi yang tepat terhadap berbagai

masalah sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, hukum dan sebagainya yang saat

tengah melanda masyarakat kita. Musuh utama yang paling mengancam eksistensi

bangsa ini adalaj kemiskinan, keterlantaran, kebodohan, ancaman disientegrasi,

ksisis akhlak, narkona, korupsi, ketidakadilan sosial-ekonomi-politik-pendidikn

dan hukum. Jadi, sasaran utama jihad sosial adalah penyelesaian berbagai

persoalan tersebut, meskipun tidak seratus persen tuntas. Jihad sosial bukanlah

sebuah upaya justifikasi (pembenaran) suatu doktrin agama terhadap kebijkan dan

tindakan pemerintah. Jihad sosial memang merupakan ajaran dasar dalam Islam.

Jika di telusuri lebih dalam, baikdalam Al Quran maun alhadis, perintah jihad

tidaklah terbatas pada soal perang melainkan semua aspek kehidupan. Menuntut

ilmu adalah jihad. Mengentskan kemiskinan adalah jihad. Memberdayakan kaum

mustadafin juga jihad. Semuanya dapat dinilai sebagai jihad asalkan fi-sabilillah

(dalam kerangka memperoleh ridha Allah atau untuk kepentingan agama Allah).64

D. Pertumbuhan Gerakan Sparatis di Suriah

Separatisme adalah suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan

memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan

64Ibid.,

49

kesadaran nasional yang tajam) dari satu Sama lain (atau suatu negara lain). Istilah

ini biasanya tidak diterima para kelompok separatis sendiri karena mereka

menganggapnya kasar, dan memilih istilah yang lebih netral seperti determinasi

diri.Gerakan separatis merupakan gerakan yang politis dan damai.65

Separatisme dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari konsep legitimasi dan

atau ketaatan terhadap pemerintah yang sedang berkuasa. Diskursus ini telah

dikembangkan oleh para pemikir Islam klasik semisal al-Ghazali, al-Muawardi,

dan ibn Taimiyyah yang kemudian dikembangkan dalam konsep bughat atau

pemberontakan. Sepanjang temuan para pemikir Islam penyebab sesungguhnya

bughat tidak lepas dari tiga pra kondisi:

1. Bughat disebabkan hanya sebatas masalah akses politik dan ekonomi yang

diikuti oleh nafsu untuk berkuasa dengan cara menyingkirkan pemerintah

yang sah. Dalam pndangan al-Muwardi tindakan bughat ini bisa disamakan

dengan tindakan riddah atau keluar dari islam sehingga dihukumi haram dan

pemerintah yang sah diperbolehkan melakukan tindakan militer terhadapnya.

2. Bughat disebabkan karena persoalan ketidaksepakatan ide atau

implementasinya dalam proses pemerintahan. Dalam konteks ini, menurut

pandangan Abdul Qadir Jailani dalam buku Negara ide menurut Islam

ketidakpahaman tersebut adalah suatu yang wajar dan mubah. Jika kemudian

seseorang tidak sepakat terhadap tata regim yang berkuasa, dan tidak

melakukan tindakan penentangan militer kepada Negara, orang, atau

organisasi tidak bisa dihukum ataupun ditindas. Sejarah islam pertama pernah

mencatat bagaimana Abu Bakar memberikan hak kepada Sa’ad bin Ubadah 65http://brainly.co.id/tugas/140113

50

yang tidak mau berba’at kepada kepemimpinan Abu Bakar, tidak menjadikan

Sa’ad bin ubadah sebagai pemberontak yang harus dihukum.

3. Bughattidak bisa dilepaskan karena pemerintah yang melakukan tindakan

represif dan zalim kepada rakyat. Dalam konteks ini bughat menjadi sangat

berdekatan dengan aktivitas amar makruf nahi munkar, artinya menjalankan

aktifitas bughat menjadi kewajiban masyarakat. Dalam hal ini imam al-

Ghazali merumuskan sebuah metode pengukuran dengan konsep asy-sayukah.

Metode ini menyadarkan kepada asumsi bahwa jika masyarakat memiliki

kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan penguasa yang zalim, dan

tindakan bughat bisa dimenangkan dengan penguasa yang zalim, dan tindakan

bughat bisa dimenangkan dengan proses yang cepat dan tidak menimbulkan

kemadharatan yang lebih banyak, maka aktivitas bughat melalui

pemberontakan bersenjata baru bisa dilakukan. Namun, dalam kenyataannya,

sedemikian sulit ditemukan pra-kondisi bahwa kekuatan militeristik

masyarakat sipil lebih kuat dibandingkan kekuatan militer Negara. Jadi

separatisme itu dalam hukum Islam tidak dibolehkan, disebabkan kita harus

taat kepada pemerintahan. Separatisme itu juga banyak merugikan

masyarakat, dan kalau kita lihat maslahatnya sungguh banyak dampak-

dampak yang membuat masyarakat resah dan tidak nyaman dan aman,

disebabkan banyaknya muncul separatis yang mereka ingin mendirikan

Negara diatas Negara seperti halnya di Suriah semakin banyak gerakan-

gerakan separatisme bermunculan seperti Free Syrian Armi (FSA), The Syrian

51

Liberation Front (SLF), The Syrian Islamic Front (SIF), Jabhat Al Nusra

Front, dan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).66

1. Free Syrian Armi (FSA)

Free Syrian Army disingkat (FSA) adalah struktur oposisi utama bersenjata

yang beroperasi di Suriah yang telah aktif selama perang saudara Suriah.Terdiri

dari para personel angkatan bersenjata suriahyang membelot dan

relawan,pembentukannya diumumkan pada tanggal 29 Juli 2011 dalam sebuah

video yang dirilis di internet oleh sekelompok desertir berseragam dari militer

Suriah yang dipanggil anggota tentara Suriah untuk membelot dan bergabung

dengan mereka untuk melawan rezim Bashar al-Asad, Free Syrian Army sendiri

dipimpin oleh kolonel Riad al-Asad yang sangat pro warga sipil sebagaimana

target utama dari Free Syrian Army adalah semua hal dari rezim bashar al-Asad

dan sekutunya yang mengancam keamanan warga sipil. Riad al-Asaad

menyatakan pada bulan Oktober 2011 bahwa Tentara Pembebasan Suriah tidak

memiliki tujuan politik kecuali untuk melengserkan Bashar al-Asad sebagai

presiden Suriah.FSA juga mengklaim bahwa konflik ini bukanlah konflik

sectarian. FSA beroperasi di seluruh Suriah, baik di daerah perkotaan maupun di

pedesaan. Pasukan aktif di barat laut (Idlib, Aleppo), wilayah tengah

(Homs, Hama, dan Rastan), pantai sekitar Latakia, selatan (Daraa dan Houran),

timur (Dayr al-Zawr, Abu Kamal), dan daerah Damaskus.67 Amerika Serikat

adalah salah satu Negara yang membacking pergerakan Free Syrian Armydengan

ikut mempersenjatai grup Free Syrian Army untuk menurunkan Bashar karena 66http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/436/1/102708-

FIRMANSYAH-FSH.PDF67 “tentara pembebasan Suriah” dalam:

https://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Pembebasan_Suriah diakses 14 april 2016

52

dianggap diktator, ditambah lagi musuh bebuyutan Amerika yaitu Rusia ikut

membacking presiden Bashar Al-Assad.68

Melalui forum Dewan Keamanan (DK) PBB, pada bulan Oktober 2011

dan Juli 2012 lalu, Amerika Serikat juga mendukung draf resolusi yang berisi

kecaman terhadap tindak kekerasan yang dilakukan oleh Pemerintahan Bashar al

Assad dan pemberian sanksi terhadap Suriah, tapi gagal diadopsi karena diveto

oleh Rusia dan China. Di lapangan, selain memberi bantuan berupa persenjataan

perang Amerika Serikat juga memberikan bantuan kepada kelompok oposisi Free

Syrian Army (FSA) berupa obat-obatan, makanan, dan alat komunikasi. Hal ini

dilakukan agar kelompok oposisi tetap bisa berjuang melawan Pemerintah Suriah

yang mendapat dukungan dari Rusia dan Iran.69

2. The Syrian Liberation Front (SLF)

The Syrian Liberation Front (SLF) juga dikenal dengan nama Syrian

Islamic Liberation Front atau jabhat al tahrir al souriya islamiya, adalah sebuah

kesatuan kelompok pemberontak yang terdiri dari sekitar 20 brigade pasukan

pemberontak. Diperkirakan SLF memiliki 37.000 pejuang, yang menjadikan

pasukan kedua terbesar setelah FSA. Kepemimpinan SLF secara garis besar juga

masih berhubungan dengan SMC, afiliasi SLF didorong untuk berideologi islam

modern dan menempatkan bersama para pasukan ekstrimis. Pasukan yang paling

terkenal di SLF adalah the Suquor al-Sham dan Farouq Batallions.

3. The Syrian Islamic Front (SIF)

68 “apa yang sebenarnya terjadi di timur tengah” dalam: http://jakartagreater.com/apa-yang-sebenarnya-terjadi-di-timur-tengah/ diakses 14 april 2016

69file:///C:/Users/jangkat%20villa/Downloads/S1-2014-299674-introduction%20(2).pdf

53

The Syrian Islamic Front juga dikenal sebagai jabhat al islamiyah al

tahrir al souriya, kelompok ini diperkirakan memiliki pasukan sebanyak 11

batalion yang tersebar diseluruh Suriah. Pasukan SIF yang paling dikenal adalah

Ahrar al-Sham, diperkirakan kelompok ini mempunyai 13.000 pejuang. Para

pejuang yang bergabung dengan SIF adalah para salafis konservatif, mereka

adalah orang-orang yang lebih termotivasi dari aspek agama daripada pasukan

FSA dan SLF. Kepemimpinan SIF tidak tergantung pada SMC, namun tetap

masih berhubungan dan bekerja sama dengan SMC, The Syrian Islamic Front

didanai oleh orang-orang kaya yang berasal dari Saudi Arabia dan Kuwait.

4. Jabhat Al-Nusra Front

Jabhat Al-Nusra adalah pasukan yang berafiliasi dengan Al-Qaeda,

pasukan ini diperkirakan mempunya sekitar 6.000 pejuang, baik dari lokal

ataupun pejuang asing, Al-Nusra dilaporkan mendapat dana, senjata dan pelatihan

dari Al-Qaeda dan ISIS. Beberapa anggota al-Nusra adalah pejuang asing yang

juga veteran perang dari pemberontakan di Iraq. Al-Nusra adalah kelompok yang

bertanggung jawab terhadap beberapa pengeboman bunuh diri dan penyergapan

terhadap rezim Assad.70

5. Islam State Iraq Syria (ISIS)

Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah sebuah negara dan kelompok

militan jihad yang tidak diakui di Irak dan Suriah. Kelompok ini dalam bentuk

aslinya terdiri dari dan didukung oleh berbagai kelompok pemberontak Sunni,

termasuk organisasi-organisasi pendahulunya seperti Dewan Syura Mujahidin dan

70http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30177/1/VICKY%20FABIANSYAH-FISIP.pdf

54

AlQaeda di Irak (AQI), termasuk kelompok pemberontak Jaysh al-Fatiheen, Jund

alSahaba, Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah dan Jeish al-Taiifa al-

Mansoura, dan sejumlah suku Irak yang mengaku Sunni. ISIS dikenal karena

memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam dan kekerasan brutal

seperti bom bunuh diri dan menjarah bank. Target serangan ISIS diarahkan

terutama terhadap Muslim Syiah dan Kristen.71

Pemberontak di Irak dan Suriah ini telah menewaskan ribuan orang.

Tokoh Sentral di Balik Militan ISIS adalah Abu Bakar al-Baghdadi di bawah

kepemimpinannya, ISIS menyatakan diri untuk bergabung dengan Front Al

Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afi liasi Al-Qaidah di

Suriah. ISIS memiliki hubungan dekat dengan AlQaeda hingga tahun 2014.

Namun karena misi berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan

perang sektarian di Irak dan Suriah dan penggunaan aksi-aksi kekerasan, Al-

Qaidah lalu tidak mengakui kelompok ini sebagai bagian darinya lagi. Jelaslah

kiranya ideologi ISIS menakutkan. Mereka menyebarkan teror fanatisme

komunal, menggelorakan konfl ik sektarian, fanatisme dan fundamentalisme.

Kesemuanya itu sangat berbahaya bagi kehidupan. Fundamentalisme misalnya

memaksakan kebenaran tertentu. Dalam konteks ini tentu ISIS ingin memaksakan

kebenaran menurut versi mereka. Dalam konteks ini tentu ISIS ingin memaksakan

kebenaran menurut versi mereka apa yang terjadi di Suriah dan Irak mutakhir

memberikan gambaran yang jelas dan gamblang.72

71http://jurnalkommas.com/docs/Jurnal%20Kom%20Vo%208%20No%202%20Juli%202015.pdf#page=19

72Ibid.,

55

BAB III

KEHADIRAN NEGARA-NEGARA SUPER POWER (AS-RUSIA) YANG

SALING BERSEBERANGAN DALAM KONFLIK SURIAH

A. Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat

Amerika serikat (A.S) atau United States of America (USA), adalah

sebuah republik federal yang terdiri dari 50 negara bagian yang sebagian besar

terletak di Amerika Utara.Amerika Serikat berbatasan dengan Meksiko di sebelah

selatan, dan dengan Kanada di sebelah utara dan barat laut (eksklave Alaska), di

sebelah barat negara ini berbatasan dengan Samudra Pasifik dan di sebelah timur

dengan Samudra Atlantik. Selain itu masih ada banyak daerah dan koloni di

banyak belahan dunia, seperti Hawaii, yang merupakan sebuah negara bagian, dan

daerah-daerah lainnyaseperti Puerto Riko, Guam, dan lain sebagainya yang

termasuk dalam persemakmuran.73

Pusat pemerintahan Amerika Serikat sendiri terletak di Washington dan

pemerintahan negara bagian(state). Adanya pembagian kekuasaan untuk

pemerintahan federal yang memiliki kekuasaan yang di delegasikan konstitusi.

Pemerintah negara bagian memiliki semua kekuasaan yang tidak didelegasikan

73“Sistem Politik dan Pemerintahan Amerika”, dalam http://anaseducation.blogspot.co.id/2012/01/sistem-politik-dan-pemerintahan-amerika.html, diakses 21 april 2016.

56

kepada pemerintahan federal.Sistem pemerintahan negara bagian menganut

prinsip yang sama dengan pemerintahan federal. .Sistem kepartaian menganut

sistem dwipartai (bipartai). Ada 2 partai yang menentukan sistem politik dan

pemerintahan Amerika Serikat, yaitu partai demokrat dan partai Republik. Dalam

setiap pemilu kedua partai ini saling memperebutkan jabatan-jabatan politik.74

Amerika Serikat merupakan sebuah negara Republik Federal yang

menganut sistem pemerintahan Presidensil dimana Presiden berperan sebagai

badan esksekutif dan Kongres berperan sebagai badan legislatif. Sedangkan

Majelis Tinggi ada di tangan Senat dan Majelis Rendah berada di tangan House

of  Representative (Dewan Perwakilan Rakyat). Hal ini menyebabkan Amerika

Serikat memiliki garis batas yang tegas antara Legislatif, Yudikatif, dan

Eksekutif. Badan- badan  tersebut membatasi satu sama lainnya dengan

asas Checks and Balances yang artinya saling mengawasi. Kekuasaan eksekutif

berada di tangan presiden dan dilengkapi otoritas legislatif dalam konstitusi

Amerika. Badan Yudikatif atau Mahkamah Agung  (Supreme Court) bebas dari

pengaruh badan Legislatif dan Eksekutif dan bertugas menjamin tegaknya hukum

serta menjamin kebebasan individu.75

1. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat di Timur Tengah

Sebelum Perang Dunia II, Amerika Serikat merupakan negara yang

isolasionis, yaitu negara yang memiliki pandangan bahwa lebih baik fokus pada

urusan domestik terlebih dahulu dibanding terlalu sibuk atau terlalu banyak

74 “sistem pemerintahan amerika serikat” dalam, https://prezi.com/kol7rerymn0v/sistem-pemerintahan-amerika-serikat/ diakses 21 april 2016

75 “politik pemerintahan Negara Amerika dalam, http://sweetbucks.blogspot.co.id/2012/10/politik-pemerintahan-negara-amerika_16.html Diakses 21 april 2016

57

mengurusi urusan negara lain. Akibatnya, Amerika Serikat memilih untuk tidak

memiliki dan menghindari peran yang besar dalam dunia internasional dan fokus

pada dirinya sendiri. Namun,Amerika Serikat yang baru dan berbeda muncul

pasca perang tersebut. Dengan mengandalkan pada wilayahnya yang luas

serta sistem pertahanan udaranya yang canggih, di mana seperti yang diketahui

bahwa Amerika Serikat memiliki pangkalan industri militer yang besar dan

ratusan pangkalan militer di negara-negara asing,hal tersebut secara tidak

langsung mengindikasikan bahwa Amerika Serikat telah mengubah

pandangannya dan menjadi negara yang internasionalis. Sejak Perang Dunia

II, Amerika Serikat banyak berperan sebagai pemimpin dunia (world leader)

yang di mana secara substansial memengaruhi kebijakan militer, diplomasi,

dan ekonominya. Perubahan pandangan ini juga menjadikan Amerika Serikat

sungguh-sungguh terlibat dalam berbagai urusan bangsa atau negara lain seperti

yang terlihat saat ini.76

Semasa pemerintahan George W. Bush, kebijakan luar negeri AS di Timur

Tengah didominasi oleh keberadaan mereka di Irak, meskipun tidak

mengenyampingkan isu-isu lain seperti konflik Palestina-Israel, proliferasi nuklir

Iran, dan juga radikalisme Islam di wilayah Timur Tengah. Hal ini sangat kontras

apabila dibandingkan dengan masa pemerintahan Bill Clinton yang dianggap

berbagai kalangan konservatif terlalu “lembek”. Bush mulai

mengimplementasikan kebijakannya di Irak semenjak tahun 2003 melalui

Operation Iraqi Freedom, masih pada periode pemerintahannya yang pertama.

76 “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Krisis Politik Suriah Era Barrack Obama”, dalam http://docplayer.info/108303-Kebijakan-luar-negeri-amerika-serikat-terhadap-krisis-politik-suriah-era-barack-obama.html, diakses 21 April 2016.

58

Kebijakan yang dicap orang sebagai agresi terhadap Irak ini, didasarkan kepada

hasil laporan intelijen yang menyatakan bahwa Irak dibawah pemerintahan

Saddam Hussein telah memiliki senjata biologis, yang lebih populer dengan

sebutan senjata pemusnah massal (weapons of mass destruction / WMD). Entah

karena laporan intelijen yang begitu meyakinkan, atau karena dendam pribadi

ketika Bush Senior tidak mampu mengalahkan Saddam dengan mutlak pada

Perang Teluk 1990an, Bush terus menerus menjalankan kebijakannya di Irak.

Padahal hingga turunnya dia dari jabatan presiden AS, WMD yang diwacanakan

sebelum serangan ke Irak tidak pernah ditemukan.77

Perang selama 5 (lima) tahun, telah meruntuhkan sendi perekonomian AS,

karena mayoritas dari anggaran belanja negara terserap untuk membiayai Perang

Irak. Hal ini pula yang menjadi salah satu faktor hancurnya ekonomi AS ketika

dunia terkena krisis ekonomi global di tahun 2008. Bush sendiri telah banyak

dikritik oleh berbagai kalangan setelah WMD yang diisukan tidak terbukti,

khususnya untuk meminta Bush menghentikan pendudukannya di Irak karena AS

tidak lagi memiliki alasan sekuat WMD. Hingga menjelang inaugurasi Barack

Obama sebagai presiden AS periode selanjutnya, tidak ada keinginan dari Bush

untuk sesegera mungkin menghentikan okupasinya di Irak.Dalam menghadapi

situasi yang serius di tanah Palestina, Bush tetap melakukan apa yang telah dibuat

oleh para pendahulunya, yaitu sebuah konferensi perdamaian yang melibatkan

berbagai broker untuk mendamaikan Palestina dengan Israel.78

77 “ Kebijakan Amerika Serikat di Timur” dalam, http://pirhot-nababan.blogspot.co.id/2009/01/kebijakan-amerika-serikat-di-timur.html. Diakses 21 April 2016

78Ibid.,

59

Langkah Bush untuk membuat Konferensi Annapolis memang tidak

istimewa jika dibandingkan dengan periode Clinton, yang berhasil membuat

Declaration of Principles atau yang lebih dikenal dengan Oslo Accords. Tetapi

dalam konferensi ini, Bush berhasil memasukkan klausul yang tidak pernah ada

dalam sejarah proses perdamaian sebelumnya, yaitu direalisasikannya “solusi dua

negara” (two-state solution), sekaligus menyelesaikan permasalahan di Palestina

sebelum tahun 2008. Bush sendiri terlihat tidak serius dalam menjalankan

Konferensi Annapolis, karena hanya terlihat meneruskan kebijakan pendahulunya,

sehingga apa yang dikemukakan di Annapolis tidak pernah terwujud hingga

bergantinya tahun 2008 ke 2009. Selebih itu, tidak ada lagi langkah-langkah nyata

yang dilakukan oleh Bush untuk menyelesaikan masalah Palestina.79

Mengenai isu nuklir Iran, usaha yang paling nyata ditunjukkan oleh AS

adalah dengan memasukkan permasalahan ini ke dalam Sidang Dewan Keamanan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Meskipun AS sendiri memiliki program

pengayaan nuklir, entah mengapa Iran menjadi sasaran utama AS dalam

memperluas pengaruhnya untuk meminimalisasi pengayaan nuklir diluar AS.

Pengaruh AS yang begitu besar dalam DK PBB telah berhasil meloloskan

Resolusi 1747 DK PBB untuk memberikan sanksi kepada Iran atas pengayaan

nuklirnya, meskipun International Atomic Energy Agency (IAEA) telah

melaporkan hal yang sebaliknya. Begitu besarnya pengaruh AS, hingga Indonesia

sendiri mendukung resolusi ini. Ahmadinejad yang memang selalu berseberangan

dengan AS semenjak dirinya menjabat sebagai Presiden Iran, nampaknya tidak

gentar menghadapi serangan AS melalui jalur diplomatik PBB ini. Pengayaan

79Ibid.,

60

nuklir yang telah dikenakan sanksi nampaknya akan terus berjalan, seiring dengan

masih menjabatnya Ahmadinejad sebagai presiden, hal yang juga diamini oleh

Ayatullah sebagai pemimpin tertinggi Iran. Tetapi, AS sendiri belum berhasil

menjamah Iran secara nyata selayaknya agresi yang mereka lakukan terhadap Irak

di tahun 2003. Kebijakan AS lainnya yang juga mendominasi pemerintahan Bush

adalah Perang Afghanistan di tahun 2001 pasca penyerangan terhadap World

Trade Center (WTC).80

Bush menyerang Afghanistan karena menganggap bahwa Osama bin

Laden sebagai pemimpin Taliban bersembunyi disana. Dan sama seperti agresi ke

Irak di tahun 2003, AS tidak mendapatkan hasil apa-apa dari Afghanistan selain

menumbangkan rezim Taliban dan menghasilkan krisis sosial yang baru.

Sebenarnya, Afghanistan sendiri tidak terlalu jelas untuk dimasukkan dalam

kawasan geopolitik tertentu.81

Tabel 3. Kebijakan-Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat di Timur tengah

TAHUN KEBIJAKAN LUAR NEGERI HASIL

2001

Agresi ke Afghanistan pasca serangan 9/11. AS bertujuan untuk menangkap Osama bin Laden yang mengklaim bahwa 9/11 adalah tanggung jawab dari Taliban.

Gagal. AS tidak berhasil menangkap Osama bin Laden.

2003

Agresi ke Irak, untuk menjatuhkan Saddam Hussein dan mencari WMD

Saddam berhasil digulingkan dan dikenai hukuman melalui pengadilan hibrid. Tetapi hingga saat ini WMD tidak pernah ditemukan

2007

Resolusi 1747 DK PBB, memberikan sanksi kepada Iran atas program pengayaan nuklir

PBB memberikan sanksi, tetapi program nuklir Iran tetap berjalan. Ahmadinejad tetap berseberangan dengan AS.

80Ibid.,81Ibid.,

61

2008Konferensi Annapolis untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel.

Gagal. Kesepakatan untuk menyelesaikan konflik sebelum tahun 2009 tidak terwujud.

2. Kepentingan Nasional Amerika Serikat di Timur Tengah

Menurut Andrew Hewyood dalam bukunya Global Politics, kepentingan

nasional didefinisikan sebagai tujuan kebijakan luar negeri atau preferensi

kebijakan yang menguntungkan bagi masyarakat suatu negara secara keseluruhan.

Definisi mengenai kepentingan nasional ini memang masih banyak menuai

perdebatan, tapi nampaknya semua setuju jika dikatakan bahwa kepentingan

nasional merupakan hal yang sentral dalam pembahasan kebijakan luar negeri

suatu negara. Menurut Vesna Danilovic, salah satu kontibutor dalam

Encyclopedia of International Relations and Global Politics yang menulis tentang

National Interest, setidaknya ada tiga hal yang dapat diketahui tentang politik luar

negeri suatu negara dengan melihat pada kepentingan nasionalnya. Ketiga hal

tersebut adalah dapat diketahui apa saja sumber preferensi kebijakan luar negeri

negara, dapat pula dilakukan evaluasi terhadap strategi atau langkah tertentu yang

diambil oleh negara, serta justifikasi atas keputusan yang diambil para pengambil

keputusan.Dalam kaitannya dengan kepentingan nasional Amerika Serikat di

Timur Tengah, menurut Robert D. Blackwill16 dan Walter B. Slocombe.82

Kepentingan nasional Amerika Serikat di Timur Tengah diantaranya

adalah mencegah proliferasi senjata pemusnah masal, terutama senjata nuklir;

memerangi terorisme dan ideologi Islam radikal dari asalnya; mempromosikan

proses transisi ke demokrasi dan pembangunan ekonomi di kawasan; menghalangi

82file:///C:/Users/jangkat%20villa/Downloads/S1-2014-299674-introduction%20(5).pdf

62

menyebarnya pengaruh Iran dan partner beserta proksinya, memastikan

ketersediaan minyak dan gas dengan harga yang masuk akal, menyelesaikan

konflik Arab – Israel melalui proses negosiasi, dan melindungi keamanan Israel.

Beragam kepentingan nasional Amerika Serikat di Timur Tengah yang disebutkan

di atas, dapat diidentifikasi beberapa kepentingan Amerika Serikat yang

berpotensi terancam dengan adanya konflik di Suriah. Adapun kepentingan

tersebut adalah mencegah proliferasi senjata pemusnah masal, memerangi

terorisme, menghalangi menyebarnya pengaruh Iran dan Rusia di Suriah, serta

menjaga keamanan Israel yang juga berpotensi untuk terganggu dengan adanya

pergolakan di Suriah.83

B. Politik dan Pemerintahan Rusia

Federasi Rusia (Bahasa Rusia: Росси́йская Федера́ция, Alihaksara:

Rossiyskaya Federatsiya) atau lebih dikenal dengan sebutan Rusia (Bahasa Rusia:

Росси́я, alihaksara: Rossiya:bahasa Tatar:Рәсәй), merupakan sebuah negara

yang membentang dengan luas disebelah timur Eropa dan utara Asia. Dengan

wilayah seluas 17.075.400 km², Rusia merupakan negara terbesar di dunia.

Wilayahnya kurang lebih dua kali wilayah Republik Rakyat Cina (Tiongkok;

RRC), Kanada atau Amerika Serikat. Penduduknya menduduki peringkat ketujuh

terbanyak di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Indonesia, Brasil,

dan Pakistan. Negara ini pernah menjadi negara bagian terbesar Uni Soviet. Rusia

adalah ahli waris utama Uni Soviet negara ini mewarisi 50% jumlah penduduk,

2/3 luas wilayah, dan kurang lebih 50% aset-aset ekonomi dan persenjataannya.84

83Ibid.,84 “Sejarah awal berdirinya negara Rusia” dalam,

http://kolomsejarahdunia.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-awal-berdirinya-negara-rusia.html Diakses 22 april 2016

63

Rusia sendiri menganut sistem pemerintahan semipresidensial, sistem

Semipresidensial adalah sistem pemerintahan yang menggabungkan kedua sistem

pemerintahan Presidensial dan Parlementer.Terkadang, sistem ini juga disebut

dengan Dual Eksekutif (Eksekutif Ganda). Dalam sistemini, Presiden dipilih

oleh rakyat sehingga memiliki kekuasaan yang kuat. Presiden melaksanakan

kekuasaan bersama-sama dengan perdana menteri.Yang membuat rusia

mempunyai sistem semipresidensial adalah karna Kekuasaan eksekutif presiden

diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih langsung oleh mereka atau

melalui badan perwakilan rakyat. Dan juga karna rusia Dikepalai oleh seorang

perdana menteri sebagai kepala pemerintahansedangkan kepala Negara dikepalai

oleh presiden, serta menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan

legislatif dan Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan

legislatif.85Sistem politik Rusia sendiri terdiri dari sebuah cabang Eksekutif,

cabaang Legislativ Bicameral, dan yang berada di posisi paling rendah adalah

Duma dan cabang Yudikatif. Presiden adalah kepala Negara memiliki kekuatan

yang signifikan seperti membuat keputusan Eksekutif. Pada masa pemerintahan

Vladimir Putin, Rusia tidak memiliki pemilu dan pemisahan kekuasaan

sebagaimana didefinisikan dalam konstitusi. Oleh karena itu realitas politik Rusia

dianggap jauh dari demokratis. Ditambah lagi dengan adanya pengadilan yang

tidak independen dan cabang Eksekutif yang sangat melebihi cabang lainnya,

telah mengakibatkan timbulnya suatu enigma tidak adil dan bebas pada

perpolitikan di Rusia.86

85 “bentuk dan sistem pemerintahan Rusia” dalam, http://www.demonkila.tk/bentuk-dan-sistem-pemerintahan-rusia-dem.xhtml Diakses 22 April 216

86 “sistem politik Rusia dan Perancis” dalam, http://mabert91.blogspot.co.id/2010/12/sistem-politik-rusia-dan-perancis.html Diakses 22 April 2016

64

1. Kebijakan Luar Negeri Rusia di Timur Tengah

Seperti kita ketahui Rusia adalah Negara yang bisa dikatakan Pro-Timur

tengah dengan bukti keterlibatan-keterlibatannya terhadapa Negara-negara di

timur tengan seperti Iraq, Iran, Israel, Palestina, dan Suriah, kebijakan-kebijakan

Rusia terhadap Timur Tengah cukup signifikan. Kebijakan-kebijakan kersama

sama terhadap Timur Tengah ditunjukkan Rusia degan bekerjasama dengan Israel

terhadap keamanan di Timur Tengah.  Pemerintah Rusia dilaporkan ingin terus

melakukan kerjasama militer dengan Israel. Hal ini dilakukan karena Rusia ingin

membantu menjaga keamanan dan membantu menstabilkan situasi di kawasan

tersebut. Melansir Sputnik, Rabu (31/12/2014), layanan pers Kremlin

menyatakan, keinginan tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Vladimir

Putin, saat dirinya mengucapkan selamat tahun baru kepada Perdana Menteri

Israel, Bejamin Netanyahu.87

Dan dengan Iran Rusia sendiri bekerjasama dalam bidang Nuklir,karena

Rusia merupakan bekas Soviet yang memiliki stok dan teknologi yang tinggi

untuk menciptakan senjata, Rusia juga sudah memiliki pasarnya sendiri. Dan

dikarenakan membeli senjata dengan Rusia tidak harus melewati banyak aturan

tidak seperti jika membeli senjata melalui AS atau NATO dengan segala standar

penggunaan senjata. Rusia pun memiliki pasar nya sendiri, salah satunya adalah

Iran. Iran merupakan negara yang secara letak geografis dekat dengan Rusia

terjalinnya kerjasama tidak hanya dalam bidang persenjataan namun juga dalam

bidang energi Iran merupakan salah satu penghasil minyak terbesar di Timur

87 “bantu keamanan di Timur Tengah Rusia ingin kerjasama dengan Israel” dalam, http://international.sindonews.com/read/944584/41/bantu-keamanan-di-timur-tengah-rusia-ingin-kerjasama-dengan-israel-1420031173 Diakses 25 April 2016

65

Tengah dan letaknya yang berdekatan dengan Rusia membuat hubungan yang

terjalin semakin erat.88

Empat hal kebijakan-kebijakan Rusia terhadap Timur Tengah:

a. Dimulainya Operasi Militer di Timur Tengah

Angkatan Udara Rusia yang memulai operasi militer melawan

organisasi-organisasi Islam radikal di Suriah pada akhir September

lalu mengejutkan sebagian besar pengamat. Hingga sekarang, mereka masih

belum sepakat mengenai alasan yang memicu keputusan tersebut. Pakar

menilai, keputusan Moskow bisa jadi didasari sejumlah faktor, atau kombinasi

dari hal-hal berikut: (1) kegagalan pasukan koalisi yang dipimpin AS, (2)

upaya untuk mendorong dialog politik di Suriah; dan (3) kekhawatiran bahwa

jika Rusia gagal bertindak cepat, zona larangan terbang akan diberlakukan di

Suriah, seperti di Libya.

b. Penembakan sukhoi(SU 24)

Turki datang ke garis depan, saat membahas penyelesaian isu Suriah,

setelah negara tersebut menembak jatuh pesawat pengebom Rusia Su-24 di

dekat perbatasan Suriah-Turki pada Selasa (24/11). Setelah insiden tersebut,

hubungan antara kedua negara memburuk.Media mulai membicarakan

kemungkinan konflik bersenjata antara Rusia dan negara NATO tersebut, dan

bahkan dengan blok itu secara keseluruhan. Namun, Moskow memilih untuk

tak merespon secara militer, melainkan memberi sanksi ekonomi terhadap

Ankara. Reaksi keras yang diambil oleh pemimpin Rusia berakar dari fakta

88http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318355-S-Zhahwa%20Chadijah%20Ramadhani.pdf

66

bahwa Moskow sepenuhnya sadar bahwa aksi Turki jelas merupakan

provokasi yang direncanakan. Situasi terkait insiden tersebut membuat pakar

Rusia yakin bahwa ini merupakan gestur demonstratif Turki yaitu sebuah

langkah politik yang terencana. Presiden Turki Tayyip Erdoğan hendak

mendemonstrasikan ‘semacam tinju besi’ untuk memperkuat popularitasnya di

kalangan masyarakat Turki, kata Elena Suponina, Orientalis dan pakar di

Russian Institute for Strategic Studies.Erdoğan mencoba memosisikan dirinya

sendiri sebagai pelindung Turkoman. Dengan menembak jatuh pesawat Rusia,

pemimpin Turki tersebut menunjukkan bahwa orang-orang itu, di luar fakta

bahwa mereka pendukung rezim Assad atau oposisi radikal, akan jatuh di

bawah perlindungan Turki, kata Kortunov.Selain hubungan Rusia-Turki,

korban lain dari konflik antara Ankara dan Moskow, menurut para pakar,

adalah upaya untuk menciptakan koalisi internasional sesungguhnya melawan

ISIS. Namun, para pakar menegaskan bahwa pembuatan koalisi semacam itu

memang sulit, karena adanya beragam pandangan dalam isu terkait pemain

utama di Timur Tengah.

c. Kesepakatan Gencatan Senjata di MINSK 2

Karena kehadiran krisis Suriah, masalah di Donbass mulai surut ke

belakang. Namun, krisis Ukraina masih menjadi hal utama dalam agenda

kebijakan luar negeri Rusia pada 2015. Tahun depan, situasi di Donbass akan

tetap relevan, meski sekarang tengah mereda.Penyelesaian krisis di Donbass

dilakukan di bawah slogan 'perlunya mengobservasi Kesepakatan Minsk 2'

yang dicapai di Minsk pada 12 Februari 2015. Kala itu, setelah negosiasi

berjam-jam, pemimpin Rusia, Jerman, Prancis, dan Ukraina menyepakati

67

langkah-langkah dasar yang dapat mengarah pada gencatan senjata dan

dimulainya proses damai di Ukraina tenggara.Namun meski terdapat

Kesepakatan Minsk 2, pertempuran, penembakan, meski dengan intensitas

yang lebih rendah, tetap berlanjut hingga akhir musim panas. Donbass mulai

tenang pada September lalu.

d. Kesepakatan Terkait Iran

Kesepakatan terkait program nuklir Iran, yang dicapai pada

pertengahan Juli lalu, bukan hal yang tak terduga. Banyak kesepakatan

fundamental antara enam negosiator (Lima anggota tetap Dewan Keamanan

PBB dan Jerman) serta Iran disepakati kembali pada April.Pada Juli lalu,

semua pihak berhasil mencapai kompromi akhir yang saling menguntungkan

dan dapat diterima. Kesepakatan tersebut dicapai antara P5+1 dan Iran,

termasuk pencabutan sanksi terhadap Iran sebagai balasan atas pembatasan

pengembangan program nuklir Iran, yang diyakini Barat ditujukan untuk

mengakusisi senjata nuklir.Peran yang dimainkan Rusia dalam kesepakatan ini

mengejutkan para pemimpin Barat. “Mereka terkejut bagaimana Putin dan

Pemerintah Rusia mampu membelah diri dalam dua isu utama, yaitu Iran dan

Ukraina. Kitatak akan pernah mencapai kesepakatan ini jika bukan karena

kesiapan Rusia untuk bekerja sama dengan anggota P5+1 lainnya guna

mencapai penyelesaian yang baik,” kata Presiden AS Barack Obama.

Pakarmenegaskan bahwa Iran sangat penting bagi Rusia, dalam konteks

membentuk kebijakan ekonomi internasional dan luar negeri yang

multivektor.89

89http://indonesia.rbth.com/politics/2015/12/11/lima-hal-kunci-dalam-kebijakan-luar-negeri-rusia-di-2015_549567

68

2. Kepentingan Nasional Rusia di Timur Tengah

Pada dasarnya politik luar negeri merupakan Action Theory, politik luar

negeri suatu negara ditujukan untuk mencapai suatu kepentingan tertentu terhadap

negara lain. Politik luar negeri merupakan suatu tindakan, sikap atau arahan suatu

negara untuk mencapai kepentingan dinegara lain. Dapat dilihat kepentingan

nasional Rusia di Timur Tengah adalah sebagai berikut:

a. Kepentingan Ekonomi

Ekonomi sebagai faktor sebuah kepentingan nasional yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas perekonomian negara, industri, dan perdagangan

negara. Baik-buruk ekonomi suatu negara berpengaruh terhadap keseluruhan

negaranya. Cara yang dilakukan sebuah negara untuk meningkatkan

perekonomian mereka adalah dengan cara ekspor-impor dan mendapatkan

kekayaan alam dari negara lain. Kekayaan alam tersebut seperti, pangan,

minyak dan gas alam. Dilihat dari teori tersebut adanya kepentingan Rusia di

Suriah untuk meningkatkan perekonomian Rusia yang menyebabkan Rusia

sangat membela pemerintahan Assad. Kepentingan tersebut adalah adanya

impor persenjataan yang dilakukan Rusia sejak zaman pemerintah Hafez Al-

asad demi meningkatkan industri dan perekonomian Rusia.

b. Kepentingan Keamanan dan Pertahanan

Kuat atau lemahnya suatu negara dilihat dari segi keamanan suatu

negara, sehingga kepentingan nasional lainnya yang relative sering dicari oleh

69

negara-negara adalah keamanan untuk mempertahankan keutuhan negara dan

kesejahteraan masyarakat. Keamanan dan pertahanan ini dapat diperoleh

dengan cara meningkatkan pangkalan militer, teknologi dan kualitas angkatan

senjata. Jika keamanan dan pertahanan suatu negara tercapai maka negara

tersebut dapat menciptakan Balance of Power atau keseimbangan kekuatan.

Rusia memiliki pelabuhan pangkalan militer di Tartus sejak masa

pemerintahan Uni Soviet, dipangkalan militer milik Rusia itu juga terdapat

kapal induk milik Rusia yang digunakan sebagai pertahanan militer Rusia di

wilayah Timur Tengah. Pangkalan tersebut juga merupakan pangkalan yang

digunakan untuk memasok persenjataan ke Suriah sejak lama bahkan pihak

militer Rusia juga mengadakan pelatihan-pelatihan militer bagi tentara Suriah.

c. Kepentingan Ideologi

Kepentingan ideologi adalah kepentingan yang bertujuan untuk dapat

melindungi dan mempertahankan ideologi suatu negara dari pengaruh ideologi

bangsa lain, banyak negara-negara di dunia sekarang yang menyaring ideologi

bangsa asing dan melihat dampak positif nya untuk keuntungan negara nya

sendiri. Dalam penelitian ini, hanya ditemukan dua unsur kepentingan

nasional yang ingin didapatkan dan dipertahankan Rusia terhadap Suriah.

Kepentingan nasioanal tersebut merupakan kepentingan ekonomi dan militer.

C. Perkembangan Pasang Surut Hubungan AS-Rusia

Sejak berakhirnya perang dingin, Rusia yang merupakan pewaris

takhta dari Uni Soviet tidak begitu diperhitungkan dalam politik luar negeri

70

Amerika Serikat. Hubungan antara kedua negara bahkan sempat memasuki

masa suram di masa pemerintahan George W. Bush. Amerika secara sepihak

menarik diri dari perjanjian Anti Ballistic Missile Treaty agar bisa membangun

sistem pertahanan rudal yang dekat dengan perbatasan Rusia dan berencana

untuk memasukkan negara bekas anggota blok Timur seperti Ukraina dan

Georgia ke dalam NATO.90

Kedua Negara Super Power ini selalu menunjukkan ketegangan dan

membuat hubungan kedua Negara ini menjalani fase pasang surut hubungan

baik dari segi politik, ekonomi,dan keamanan. Pada masa perang dingin meski

tidak ada kontak fisik langsung antara Rusia dan AS dan sekutunya namun

mereka selalu terlibat pada beberapa perang di negara lain dengan menyuplai

senjata bahkan tentara. Perang Korea di awal tahun 50an yg memecah Korea

jadi dua negara dan masih panas hingga kini. Jika AS tidak menurunkan

tentaranya hampir pasti seluruh Korea jatuh ke tangan Komunis. Kemudian

pada tahun 1961 dunia di ambang Perang Nuklir dipicu oleh pengiriman rudal

Soviet ke Kuba sebagai upaya melindungi Kuba dari serangan AS menyusul

insiden Teluk Babi. Moncong moncong rudal telah diarahkan ke daratan AS.

Krisis yang dikenal dengan Krisis Rudal Kuba berakhir setelah Presiden

Kennedy memberi jaminan ke Kruschev bahwa AS tidak akan menyerang

negerinya Fidel Castro tersebut. Kemudian Perang Vietnam yang berakhir

dengan jatuhnya Vietnam Selatan yang didukung AS ke dalam dekapan

Vietnam Utara yang komunis. Kehadiran ribuan pasukan AS tak bisa

90 “Urgensi As Rusia reset relations bagi Amerika Serikat dalam, https://mirfana.wordpress.com/2013/07/13/urgensi-u-s-russia-reset-relations-bagi-amerika-serikat/ Diakses 25 April 2016

71

menyelamatkan Saigon -kemudian menjadi Ho Chi Minh City- jatuh dan

terpaksa menarik pulang pasukannya.  Perang Afghanistan yang berakhir

dengan hengkangnya Uni Sovyet diusir pasukan Mujahidin yang mendapat

supply senjata dari Amerika. Rudal Stinger banyak memakan korban

helikopter dan tank Soviet. Belum lagi beberapa konflik di Timur Tengah dan

Amerika Latin selalu menghadirkan dua kekuatan adi daya tersebut.91

Manuver-manuver politik yang dilakukan Amerika Serikat di Negara

bekas bentukan Uni Soviet sangatlah terasa pada masa Russia mengalami

kejatuhan ekonomi. Amerika Serikat yang semula berniat membantu

perekonomian Russia malah memilih sibuk mencari simpati Negara-

negaraEropa Timur, bekas pecahan Uni Soviet. Upaya yang dilakukan

Amerika Serikat seperti ingin menciptakan sebuah garis antara Negara-negara

di Eropa dengan Russia. Russia tentu geram dengan hal demikian. Secara

geopolitik, Russia masih memiliki rasa keakuan terhadap Negara-negara

pecahan dari Uni Soviet. Mengapa demikian? Sebagian Negara pecahan Uni

Soviet merupakan Negara dimana penduduknya terdiri dari beberapa etnis dan

bangsa Russia. Implikasinya adalah terdapat otonomi khusus yang diberikan

kepada kelompok etnis yang terafiliasi kuat terhadap Russia. Seolah perlakuan

seorang Ibu terhadap anaknya, Russia menjadi sosok yang mengayomi dan

melindungi kepentingan Negara-negara dan wilayah otonom yang masih

memiliki identitas Russia yang kuat. Hal sedemikian rupa bisa jadi dianggap

sepele oleh sebagian besar orang. Hanya saja, perlu diingat bahwa rakyat

91 “mengenang Uni Soviet Negara nadikuasa yang telah binasa” dalam, http://www.kompasiana.com/busroni/mengenang-uni-soviet-negara-adi-kuasa-yang-telah-binasa_551b3fb2a33311e621b65e0a. Diakses 25 April 2016

72

punya hak untuk menentukan identitasnya baik secara politik maupun kultural

dan ketika sebagian masyarakat di Negara pecahan Uni Soviet merasa bahwa

mereka lebih pantas bernaung di bawah paying Russia, sepatutnya tidak ada

lagi yang campur tangan di dalamnya. Hal tersebut tentu tidak akan terjadi

semudah itu. Lantas, apa reaksi Amerika? Pernyataan perang bukanlah suatu

hal yang mudah untuk dilakukan, bahkan untuk Negara sekuat Amerika

sekalipun. Hal yang sama juga berlaku pada Russia.92

Itulah mengapa kita masih mendengar istilah Perang Dingin, seolah-

olah perang benar-benar terjadi. Perang Dingin tak lebih dari sekedar ide yang

dikonstruk untuk menjustifikasi secara tersembunyi maneuver politik yang

dilakukan Amerika di Eropa. Amerika Serikat membujuk dengan lihai melalui

tangan-tangan ekonomi kapitalistik dan perlindungan keamanan. Tak lain

penyebabnya adalah sebuah rasa tidak aman akan bangkitnya Russia. Amerika

akan dengan sangat kugas mendukung kesiapan Negara pecahan Uni Soviet

untuk bergabung dengan kekuatan ekonomi Uni Eropa dan keamanan bersama

NATO. Begitu pula dengan reaksi Amerika Serikat apabila Russia kembali

mengencangkan pengaruhnya di dataran Eurasia, Amerika Serkat akan

menjatuhkannya dengan dalih pelanggaran kedaulatan. Hal yang sangat

disayangkan adalah kepemimpinan Vladimir Putin terkadang goyah. Dia

memimpin Russia dengan banyak kaum pro-Barat, pro-liberal, dan pro-

Amerika di sekitarnya. Namun, Russia telah menunjukkan sikap tegas dalam

beberapa keputusan yang diambilnya sebagai sebuah bentuk penolakan akan

92 “kembalinya Rusia dalam rivalitas terhadap Amerika Serikat” dalam, https://www.facebook.com/notes/bandung-school/hi-di-amerika-kembalinya-russia-dalam-rivalitas-terhadap-amerika-serikat/10152803897218438 Diakses 25 April 2016

73

hadirnya Amerika Serikat di tengah halaman rumah Russia. Russia, dengan

Pax Russica, percaya bahwa dominansi Amerika Serikat bisa dikalahkan

dengan bersatunya kembali Negara pecahan Uni Soviet tanpa mengurangi rasa

hormat atas kemerdekaannya. Russia akan menjalin kerjasama kuat dalam

beberapa bidang, seperti ekonomi, keamanan, politik, dan pertahanan. Russia

juga akan berapa pada garis terdepan dalam manghalau Negara pecahan Uni

Soviet bergabung dengan Uni Eropa ataupun NATO. Dua contoh peran aktif

Russia dalam membendung kekuatan Amerika Serikat adalah keberadaan

Russia dalam konflik di South Ossetia, Georgia, dan di Crimea, Ukraina.93

1. World War

Perang Dunia pertama terjadipada 28 Juli 1914 sampai 11 November1918,

Perang ini pada akhirnya diikutioleh 4 (empat) Negara melawan kuranglebih 45

(empat puluh lima) Negara.Perang terjadi di Eropa, Afrika, Timur Tengah, Cina,

Kepulauan Pasifik jugaAmerika Selatan.Perang Dunia Pertama atau dalam bahasa

inggris disebutGreat War, War of the Nations danWar to End All Wars‖.Perang ini

menjadisimbol pecahnya orde dunia lama, yaitu monarki absolutisme di Eropa.

Perangini juga menjadi pemicu Revolusi Rusia, yang akan menginspirasi revolusi

lainnyadi negara lainnya seperti Tiongkok dan Kuba, dan akan menjadi basis

bagiPerang Dingin antara Uni Soviet dan AS.94

2. Perang Dingin (Cold War)

93Ibid.,94 “sejarah perang dunia 1” dalam, https://id.scribd.com/doc/111636286/Sejarah-

Perang-Dunia-1 diakses 25 April 2016

74

Perang dingin (Cold War) adalah sebuah era dimana terjadi konflik,

ketegangan dan kompetisi antara dunia negara adidaya, yakni Amerika Serikat

dan Uni Soviet. Perang tersebut terjadi antara tahun 1947 – 1991.  Awalnya

Amerika Serikat dan Uni Soviet dulunya bersekutu melawan Jerman saat Perang

Dunia II. Namun setelah perang berakhir, Amerika Serikat dan Uni Soviet

mengalami perbedaan yang justru menjadi pertentangan antar kedua negara

tersebut. Pertentangan demi pertentangan yang terjadi antar dua negara tersebut

menimbulkan persaingan. Persaingan antar keduanya menyangkut berbagai

bidang seperti bidang ekonomi, politik, koalisi militer, industri, pengembangan

teknologi, pertahanan, persenjataan, dan lain-lain. Dikabarkan bahwa perang

dingin ini akan berakhir dengan nuklir namun nyatanya tidak terjadi.95

 Perang Dingin sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch

dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang

terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut. Setelah AS dan Uni Soviet

bersekutu dan berhasil menghancurkan Jerman Nazi, kedua belah pihak berbeda

pendapat tentang bagaimana cara yang tepat untuk membangun Eropa

pascaperang. Selama beberapa dekade selanjutnya, persaingan di antara keduanya

menyebar ke luar Eropa dan merambah ke seluruh dunia ketika AS membangun

“pertahanan” terhadap komunisme dengan membentuk sejumlah aliansi dengan

berbagai negara, terutama dengan negara di Eropa Barat, Timur Tengah, dan Asia

Tenggara. Meskipun kedua negara adikuasa itu tak pernah bertempur secara

langsung, namun konflik di antara keduanya secara tak langsung telah

95 “makalah Sejarah Perang dingin” dalam, https://bacaanmenarikku.com/2015/10/11/makalah-sejarah-perang-dingin/ Diakses 29 April 2016

75

menyebabkan berbagai perang lokal seperti Perang Korea, invasi Soviet terhadap

Hungaria dan Cekoslovakia dan Perang Vietnam. Hasil dari Perang Dingin

termasuk (dari beberapa sudut pandang) kediktatoran di Yunani dan Amerika

Selatan.96

Krisis Rudal Kuba juga adalah akibat dari Perang Dingin dan Krisis Timur

Tengah juga telah menjadi lebih kompleks akibat Perang Dingin. Dampak lainnya

adalah terbaginya Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan Jerman

Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin. Namun ada pula masa-masa di mana

ketegangan dan persaingan di antara keduanya berkurang. Perang Dingin mulai

berakhir di tahun 1980-an ketika Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev

meluncurkan program reformasi, perestroika dan glasnost. Secara konstan, Uni

Soviet kehilangan kekuatan dan kekuasaannya terhadap Eropa Timur dan

akhirnya dibubarkan pada tahun 1991. Latar belakang Setelah Perang Dunia II

berakhir, muncul beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi kehidupan

bangsa-bangsa di dunia. Peristiwa-peristiwa itu antara lain yaitu: Pertama,

Amerika Serikat muncul sebagai salah satu negara pemenang perang di pihak

Sekutu. Peran Amerika Serikat sangat besar membantu negara-negara Eropa Barat

untuk memperbaiki kehidupan perekonomiannya setelah Perang Dunia II. Kedua,

Uni Soviet juga muncul sebagai negara besar pemenang perang dan berperan

membangun perekonomian negara-negara Eropa Timur. Ketiga, munculnya

negara-negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia II di wilayah Eropa.

Perang Dunia II yang berakhir dengan kemenangan di pihak Sekutu tidak terlepas

96 “Sejarah terjadinya perang dingin Amerika vs Uni Soviet. Dalam, https://adekabang.wordpress.com/2011/05/24/sejarah-terjadinya-perang-dingin-amerika-vs-uni-soviet/ Diakses 29 April 2016

76

dari peran Uni Soviet, Uni Soviet membebaska Eropa Timur dari tangan Jerman.

Sambil membebaskan Eropa Timur dari tangan Jerman, Uni Soviet

mempergunakan kesempatan itu untuk meluaskan pengaruhnya, dengan cara

mensponsori terjadinya perebutan kekuasaan di berbagai negara Eropa Timur

seperti di Bulgaria, Albania, Hongaria, Polandia, Rumania, dan Cekoslowakia,

sehingga negara-negara tersebut masuk kedalam pengaruh pemerintahan komunis

Uni Soviet. Uni Soviet mengalami penguatan otoritas yang cukup berarti setelah

Perang Dunia II.97

Kerjasama diplomatik dengan 52 negara terbentuk pada saat itu. Uni Soviet

pun turut serta dalam Konferensi Paris tahun 1946, untuk membahas nasib negara-

negara bekas sekutu Jerman seperti Italia, Bulgaria, Hungaria, Rumania, dan

Finlandia. Amerika Serikat bersama Uni Soviet juga memprakarsai berdirinya

PBB pada tahun 1945 bersama dengan kekuatan anti-Fasis lainnya. Namun

kemesraan hubungan negara-negara yang tergabung dalam koalisi anti-Fasisme

itu tidak bertahan lama dan semulus yang diharapkan. Pada tahun 1946, Stalin

yang mengusung ide “Komunisme Internasional” (Komintern) menuduh Inggris

dan Amerika Serikat melancarkan kebijakan-kebijakan internasional yang agresif.

Tuduhan ini dijawab oleh Perdana Menteri Inggris dengan menentang kekuatan

yang disebutnya “Komunis Timur”, yang akhirnya membelah sistem perpolitikan

internasional menjadi dua. Periode 1945-1969 Berakhirnya Perang Dunia II telah

mengubah perkembangan politik dunia. Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai

negara pemenang perang muncul menjadi kekuatan raksasa. Dua negara tersebut

97Ibid.,

77

memiliki perbedaan ideologi, Amerika Serikat memiliki ideologi liberal-kapitalis,

sedangkan Uni Soviet berideologi sosialis-komunis.98

Dalam waktu singkat memang pernah terjadi persahabatan diantara keduanya,

namun kemudian muncul antagonisme diantara mereka. Ada dua karakter pada

periode ini, Pertama, adanya keprihatinan akan ambisi rivalnya yang

menimbulkan pesimisme. Kedua, Amerika Serikat dan Uni Soviet merupakan

kekuatan militer yang sangat kuat dan memiliki kemampuan untuk

menghancurkan musuhnya dengan senjata atom. Sehingga dalam periode ini

muncul hal-hal sebagai berikut: Doktrin Pembendungan Bulan Februari 1946,

Stalin memberikan pidato yang berbicara tentang “tak terhindarnya konflik

dengan kekuatan kapitalis”. Dia mendesak rakyat Soviet untuk tidak terperdaya

dengan berakhirnya perang yang berarti negara bisa santai. Sebaliknya perlu

mengintensifkan usaha memperkuat dan mempertahankan tanah air. Tidak lama

setelah munculnya tulisan George F Kennan, diplomat di Kedubes AS di Uni

Soviet, yang memaparkan tentang kefanatikan Uni Soviet, Presiden Harry S

Truman mendeklarasikan apa yang kemudian disebut Doktrin Truman. Doktrin ini

menggarisbawahi strategi pembendungan politik luar negeri AS sebagai cara

untuk menghambat ambisi ekspansionis Uni Soviet. AS juga merekrut sekutu-

sekutunya untuk mewujudkan tujuan itu. Lingkungan Pengaruh dan Pembentukan

Blok Ketidakmampuan sebuah negara adidaya memelihara ”lingkungan

pengaruh” diinterpretasikan sebagai akibat dari program global negara adidaya

yang lain. Misalnya ketika Uni Soviet memasuki Eropa Timur, para pemimpin AS

menilainya sebagai bagian dari usaha Uni Soviet menaklukan dunia. Begitu pula

98Ibid.,

78

ketika AS membentuk Pakta ANZUS pada tahun 1951, para pemimpin Uni Soviet

menilainya sebagai bagian dari usaha AS untuk mendominasi dunia. Perebutan

lingkungan pengaruh diantara dua negara adidaya ini melahirkan sebuah pola

yang bipolar.99

AS dan sekutunya merupakan satu polar, sedangkan di polar (kutub) yang lain

muncul Uni Soviet dengan sekutunya. Amerika Serikat dan sekutunya membentuk

Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty

Organization/NATO) yang berdiri pada tanggal 4 April 1949 di Washington, AS.

Apabila salah satu anggota NATO diserang, maka serangan itu dianggap sebagai

serangan terhadap NATO. Di pihak lain, Uni Soviet dan sekutunya membentuk

Pakta Warsawa (Warsawa Pact) pada tanggal 14 Mei 1955 di Praha-Cekoslowakia

atas dasar ”Pact of Mutual Assistance and Unified Command”. Di berbagai

kawasan pun muncul blok-blok yang memihak salah satu negara adidaya, di Asia

Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) pada tanggal 8

September 1954 di Manila, Philipina . SEATO ditujukan untuk menahan

pengaruh komunis di Asia Tenggara, khususnya di Vietnam. Sebagai salah satu

organisasi yang berdiri di Asia Tenggara, negara-negara utama di Asia Tenggara

malah tidak diikutsertakan di SEATO, anggota-anggotanya yang utama justru

negara-negara Blok Barat yang dipimpin oleh AS. Di kawasan Timur Tengah juga

dibentuk Organisasi Pertahanan Timur Tengah (Middle Eastern Treaty

Organization/METO). Sedangkan Uni Soviet juga menjalin kerjasama dengan

RRC pada tahun 1950 untuk menghadapi kemungkinan agresi Jepang sebagai

negara di bawah kendali AS. Serta pembentukan Cominform (The Communist

99Ibid.,

79

Information Bureau) di Beograd, Yugoslavia pada tahun 1947. Di sisi lain,

kegiatan spionase juga turut mewarnai Perang Dingin. KGB (Komitet

Gusudarstvennoy Bezopasnosti), dinas rahasia Uni Soviet, dan CIA (Central

Intelligence Agency), dinas rahasia AS selalu berusaha untuk memperoleh

informasi rahasia mengenai segala hal yang menyangkut negara-negara yang

berada di bawah pengaruh kedua belah pihak serta informasi-informasi sensitif

mengenai lawannya sendiri. Periode 1969-1979 Richard Nixon Hubungan

Amerika Serikat-Uni Soviet mengalami perubahan drastis dengan terpilihnya

Richard Nixon sebagai Presiden AS. Didampingi penasehat keamanannya, Henry

A. Kissinger, Richard Nixon menempuh pendekatan baru terhadap Uni Soviet

pada tahun 1969. Tidak disangka, ternyata Uni Soviet juga sedang mengambil

pendekatan yang sama terhadap AS. Pendekatan ini lazim disebut détente

(peredaan ketegangan). Sebagai sebuah strategi politik luar negeri, détente

dijelaskan Kissinger sebagai upaya menciptakan kepentingan tertentu dalam

kerjasama dan perbatasan, sebuah lingkungan dimana kompetitor dapat

meregulasi dan menghambat perbedaan diantara mereka dan akhirnya melangkah

dari kompetisi menuju kerjasama. Sebagai langkah lebih lanjut, pada 26 Mei 1972

Presiden Richard Nixon dan Leonid Brezhnev menandatangani Strategic Arms

Limitation Treaty I (SALT I) di Moskow. SALT I berisi kesepakatan untuk

membatasi persediaan senjata-senjata nuklir strategis/Defensive Antiballistic

Missile System. SALT I juga berisi kesepakatan untuk membatasi jumlah misil

nuklir yang dimiliki oleh kedua belah pihak, sehingga Uni Soviet hanya diijinkan

untuk memiliki misil maksimal 1600 misil, dan AS hanya diijinkan memiliki 1054

misil. Periode 1979-1985 Setelah 10 tahun dijalankan, tampaknya Uni Soviet

80

tidak kuat lagi untuk menjalani détente. Akhirnya pada tahun 1979 Uni Soviet pun

menduduki Afghanistan yang sebenarnya mengundang pasukan Uni Soviet masuk

kesana untuk membantu mereka. Aksi semena-mena ini mengundang reaksi keras

dari pihak AS, Presiden AS Jimmy Carter menyatakan, agresi Uni Soviet di

Afghanistan mengkonfrontasi dunia dengan tantangan strategis paling serius sejak

Perang Dingin dimulai. Lalu akhirnya muncullah Doktrin Carter yang

menyatakan bahwa AS berkeinginan untuk menggunakan kekuatan militernya di

Teluk Persia.

Setelah Reagan mengambil alih jabatan presiden, dia juga melancarkan

Doktrin Reagan yang mendukung pemberontakan anti-komunis di Afghanistan,

Angola, dan Nikaragua. Para pemberontak ini bahkan diberi istilah halus ”pejuang

kemerdekaan” (freedom fighters). Bahkan AS juga berbicara tentang kemampuan

nuklirnya, termasuk ancaman serangan pertama. Tapi walaupun di periode ini

terjadi ketegangan yang memuncak antara AS dan Uni Soviet, ternyata masih bisa

terjadi perjanjian SALT II (Strategic Arms Limitation Treaty II) pada pertengahan

1979 di Vienna. Pada saat itu Carter dan Brezhnev setuju untuk membatasi

kepemilikan peluncur senjata nuklir maksimal 2400 unit, dan maksimal 1320 unit

Multiple Independently Targeted Reentry Vehicle (MIRV). Dan juga Perjanjian

Pengurangan Senjata-senjata Strategis (Strategic Arms Reduction Treaty/START)

pada tahun 1982 yang berisi kesepakatan untuk memusnahkan senjata nuklir yang

berdaya jarak menengah. Walaupun sudah banyak dilakukan perjanjian-perjanjian

pembatasan dan/atau pengurangan senjata nuklir, namun berdasarkan data pada

tahun 1983 ternyata Uni Soviet memiliki keunggulan yang cukup besar

dibandingkan dengan Amerika Serikat. Periode 1985-1991 Mikhail Gorbachev

81

Pada Maret 1985, Mikhail Gorbachev mulai memimpin Uni Soviet. Perubahan

secara besar-besaran mulai tampak pada masa ini. Gorbachev berbeda dengan

penguasa-penguasa Uni Soviet sebelumnya, pada tahun 1987 dia berkunjung ke

AS untuk mendekatkan keduanya ke dalam sebuah forum dialog.

Bahkan pada tahun 1988, Persetujuan Genewa dicapai dan pada 15 Februari

1989 seluruh tentara Uni Soviet telah mundur dari Afghanistan. Komitmen

Gorbachev semakin terlihat saat Uni Soviet tidak menghanyutkan diri dan

mengambil sikap lebih netral dalam Perang Teluk tahun 1990-1991. Bahkan

bantuan untuk Kuba yang telah diberikan selama 30 tahun pun dihentikan pada

tahun 1991 oleh Gorbachev. Namun kebebasan dan keterbukaan yang

dicanangkan oleh Gorbachev menimbulkan reaksi keras dari tokoh-tokoh komunis

dalam negeri. Puncaknya terjadi pada Kudeta 19 Agustus 1991 yang didalangi

oleh Marsekal Dimitri Yazow (Menteri Pertahanan), Jenderal Vladamir Kruchkov

(Kepala KGB), dan Boris Pugo (Menteri Dalam Negeri). Namun ternyata kudeta

itu gagal karena mendapat perlawanan dan penolakan dari rakyat Uni Soviet

dibawah pimpinan Boris Yeltsin dan Unit Militer Uni Soviet. Sebagai akibat dari

kudeta itu; Latvia, Lithuania, Estonia, Georgia, Maldova memisahkan diri dari

Uni Soviet. Latvia, Listhuania dan Estonia sendiri berhasil memperoleh

kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6 September 1991. Akhirnya,

Gorbachev mengakui bahwa sistem komunis telah gagal di Uni Soviet. Pada akhir

1991, negara Uni Soviet yang telah berumur 74 tahun itupun runtuh dan terpecah-

pecah menjadi beberapa negara yang sekarang termasuk dalam persemakmuran

82

Uni Soviet (Commonwealth of Independent State/CIS). Bubarnya Uni Soviet ini

menandai berakhirnya Perang Dingin dengan kemenangan di pihak AS.100

D. Perbandingan Kekuatan dan Kemampuan Militer (As-Rusia)

Rusia dan Amerika, dua negara adidaya yang yang menjadi rival sejak

dulu. Rusia sebagai anak terbesar dari Uni Soviet tentulah mewarisi sebagian

besar kekuatan Uni Soviet di masa lalu. jika antara Rusia dan Amerika terjadi

perang mungkin inilah saat yang ditunggu Amerika untuk mengulang kesuksesan

di masa lalu dalam melawan Uni Soviet dan hal ini tentu akan menjadi ajang

pembuktian bagi Rusia untuk menunjukan kekuatan sang pewaris terbesar Uni

Soviet.101

Rusia dan Amerika hingga saat ini terus bersaing untuk menjadi Negara

yang paling berpengaruh di dunia, Rusia tidak pernah tinggal diam, pelan-pelan

rusia membangun kekuatan militer nya untuk menyamai bahkan melebihi armada

kekuatan militer Amerika saat ini. Untuk itu mari kita simak perbandingan

kekuatan militerantara Amerika dan Rusia di tahun 2015-2016 ini,

sesuai dengan data yang dihimpun oleh GlobalFirePower.

Perbandingan Kekuatan Militer Amerika vs Rusia (Versi GFP)

100Ibid.,101https://teknooksigen.wordpress.com/2015/06/18/analisis-perang-rusia-vs-amerika/

comment-page-1/

83

No Field

Country

Amerika Rusia

GFP Rank1 World Rank 1 (dari 126) 2 (dari 126)

2 PwrIndx 0.1663 0.1865

Man Power1 Total Population 320,202,220 142,470,272

2 Available Manpower 145,212,012 69,117,271

3 Fit for Service 120,022,084 46,812,553

4 Reaching Military Age Annually 4,217,412 766,055

5 Active Frontline Personnel 1,400,000 110,000

6 Active Reserve Personnel 1,100,000 2,485,000

Land Systems1 Tanks 8,848 15,398

2 Armored Fighting Vehicles (AFVs): 41,062 31,298

3 Self-Propelled Guns (SPGs) 1,934 5,972

4 Towed-Artillery 1,299 4,625

5 Multiple-Launch Rocket Systems

(MLRSs):

1,331 3,793

Air Power1 Total Aircraft 13,892 3,429

2 Fighters/Interceptors 2,207 769

3 Fixed-Wing Attack Aircraft 2,797 1,305

3 Transport Aircraft 5,366 1,083

4 Trainer Aircraft 2,809 346

5 Helicopters + Attack Helicopters 6,196  +  920 1,120 + 462

Naval Power1 Total Naval Strength 473 352

2 Aircraft Carriers 20 1

3 Frigates 10 4

 4 Destroyers 62 12

 5 Corvettes 0 74

 6 Submarines 72 55

84

 7 Coastal Defense Craft 13 65

 8 Mine Warfare 11 34

Logistical1 Labor Force 155,400,000 75,290,000

2 Merchant Marine Strength 393 1,143

3 Major Ports and Terminals 24 7

 4 Roadway Coverage 6,586,610 982,000

 5 Railway Coverage 224,792 87,157

 6 Serviceable Airports 13,513 1,218

Resource  ( Petroleum )1 Oil Production 7,441,200 bbl/day 10,580,000 bbl/day

2 Oil Consumption 19,000,000 bbl/day 3,200,000 bbl/day

3 Proven Oil Reserves 20,680,000,000

bbl/day

80,000,000,000

bbl/day

Financial ( USD )1 Defense Budget $577.1 Billions 60.4 Billions

2 External Debt $15,680 Billions $714.2 Billions

3 Reserves of Foreign Exchange and

Gold

$150.2 Billions $515.6 Billions

 4 Purchasing Power Parity $16,720 Billions $2,553 Billions

Perbandingan kekuatan armada dan komponen penunjang militer lain antara

dua Negara super power USA (amerika) dan Rusia.  Ini hanyalah analisa dan data

yang dihimpun oleh GlobalFirePower.

1. Kemampuan Militer Amerika Serikat

Amerika Serikat adalah satu-satunya negara adikuasa yang ada di dunia

setelah runtuhnya Uni Soviet. Amerika dengan sejarahnya yang begitu panjang,

memiliki hereditas tersendiri bagi kehidupan politik dunia, ditambah dengan

dominasi dan hegemoninya terbukti dapat memaksimalkan daya tawarnya yang

85

begitu tinggi dalam mengatur kebijakan-kebijakan luar negerinya bagi negara

laindemi kepentingannya, bahkan Amerika tidak segan-segan untuk menerapkan

standar ganda demi memenuhi kepentingan nasionalnya.102

Sudah lazim orang menganggap Amerika satu superpower, sekurang-

kurangnya superpower militer. Akan tetapi Emmanuel Todd, seorang pakar ilmu

pengetahuan Perancis berpendapat lain. Bukunya. yang berjudul Apres l’empire.

Essai sur la decomposition du systeme Americain (Editions Gallimard, Paris

2002) telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Dalam versinya yang bahasa

Jerman, yaitu Weltmacht USA, ein Nachruf yang telah diterbitkan Piper Verlag

GmbH, Munchen pada tahun 2003, Emmanuel Todd menulis bahwa Amerika

bukan superpower , baik dalam ekonomi maupun militer.. Tentang ekonomi

cukup disampaikan di sini bahwa Todd menilai besarnya ketergantungan Amerika

kepada bangsa-bangsa lain dalam berbagai aspek ekonomi sebagai indikasi bahwa

Amerika bukan satu superpower ekonomi yang mengungguli ekonomi

dunia. Untuk membahas pandangan Todd bahwa Amerika bukan superpower

militer perlu kita telaah pokok-pokok argumentasi Todd. Ia mengatakan bahwa

bangsa Amerika mempunyai kelemahan struktural dalam bidang militer. Dalam

sejarahnya bangsa Amerika tidak pernah beradu kekuatan dengan musuh yang

sama kekuatannya. Dimulai dengan perangnya yang asimmetris dengan suku-suku

Indian. Juga dalam Perang Dunia II AS berhadapan dengan Jerman yang tinggal

runtuh karena pukulan berat oleh tentara Uni Soviet.103

102https://www.facebook.com/chevrevolver/posts/267965156591392:0103 “ kekuatan militer Amerika Serikat” dalam,

http://septianmulyana.blogspot.co.id/p/kekuatan-militer-amerika-serikat.html 29 April 2016

86

Setelah melakukan pendaratan di Normandie Amerika melakukan operasi

militer yang tidak seimbang dengan keunggulannya dalam material dan jumlah

manusia. Todd mengemukakan pendapat Liddell Hart, pakar strategi dan sejarah

militer Inggeris, yang mengatakan betapa lambat dan birokratis cara bergeraknya

tentara AS di darat. Keunggulan Amerika di laut dan udara memang sangat besar

sebagai hasil kekuatan industrinya. Setelah memenangkan pertempuran laut

Midway, perang AS lawan Jepang mirip perangnya dengan Indian. Keunggulan

material dan logistik AS terlalu besar dan Jepang tidak mampu mengimbanginya.

Akan tetapi lain halnya operasinya di darat. Setelah Perang Dunia II tampak jelas

bahwa kekuatan darat Amerika kurang mampu untuk memenangkan perang. Di

Korea keberhasilan hanya separoh, sedangkan di Vietnam gagal sama sekali.104

Padahal AS menghadapi negara yang kecil dan jauh lebih rendah kemampuan

industrinya. Dalam tahun-tahun akhir ini AS mengembangkan konsep perang

yang tidak atau seminimal mungkin mengakibatkan korban mati bagi orang

Amerika. Cara berpikir demikian berakibat bahwa kemampuan operasi darat

makin kurang dapat diandalkan. Sebab dalam operasi darat sukar untuk

menghindari perjumpaan langsung dengan kekuatan lawan. Konsep AS tersebut

didasarkan keunggulan teknologinya yang hendak dimanfaatkan semaksimal

mungkin. Konsep itu. mengutamakan serangan udara yang bertujuan

menghancurkan perlawanan musuh melalui pemboman udara dan pukulan dengan

peluru kendali. Teknologi precision guided munition (PGM) memungkinkan

penembakan peluru kendali dengan perkenaan tepat pada jarak jauh. Di samping

itu dikembangkan smart bombs atau bom yang perkenaannya tepat. Sedangkan

104Ibid.,

87

untuk penentuan sasaran digunakan remote sensing atau peninjauan saksama ke

seluruh wilayah dengan memanfaatkan satelit udara. Dilengkapi dengan aksi

intelijen manusia yang dilengkapi sarana komunikasi untuk memungkinkan

laporan instant dan dilanjutkan oleh serangan udara seketika. Dengan cara

demikian diperkirakan bahwa musuh dapat dihancurkan dalam waktu tidak lama

oleh serangan udara tanpa penggunaan kekuatan darat.105

Setelah musuh dihancurkan baru tentara darat bergerak ke daerah musuh

untuk mengkonsolidasi kemenangan. Cara demikian diharapkan akan

mengakibatkan korban minimal pada tentara AS. Akan tetapi konsep ini akan

sukar dilaksanakan apabila musuh mempunyai kemampuan pertahanan udara

yang efektif, kata Todd. Oleh sebab itu AS hanya akan berperang kalau

menghadapi pihak lain yang lemah dan terbatas kekuatan militernya, terutama

pertahanan udaranya. Untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa AS masih

kuat dan kuasa diadakan penempatan pasukan AS dalam jumlah besar di luar

negeri, antara lain di Jerman 60.053, Jepang 41.257, Korea Selatan 35.663, Italia

11.677, Inggeris 11.379, di Spanyol 3.575. Selain itu di daerah Balkan ada 13.774

dan di Timur Tengah 9.956 orang. Namun untuk mengadakan operasi militer AS

tidak mempunyai kemampuan kongkrit yang sesuai dengan potensinya. Memang

kapal-kapal induk AS (aircraft carrier) mampu bergerak leluasa di lautan dunia.

Hal ini merupakan projection of power yang penting bagi supremasi politik. Akan

tetapi karena kurang kesediaan mengoperasikan kekuatan darat, maka AS kurang

sanggup mengadakan konfrontasi militer terhadap lawan yang kekuatan

105Ibid.,

88

militernya cukup besar. dan hanya bertindak terhadap pihak lain yang diyakini

lemah.106

2. Kemampuan Militer Rusia

Rusia memang negara besar nan merupakan saingan primer Amerika

Perkumpulan di bidang militer. Berdasarkan data nan dihimpun oleh Dunia Fire

Power tahun 2013, Rusia memiliki kekuatan militer nomor 2 di dunia. Sementara

satu taraf di atasnya nan merupakan negara terkuat di dunia, masih dipegang oleh

Amerika Serikat. Melalui kekuatan militernya, kini, setiap negara berlomba buat

menguasai dunia. ari perspektif strategis militer, selama 15 tahun di bawah rezim

Vladimir Putin Rusia telah bangkit dan muncul kembali sebagai kekuatan militer

yang digdaya dan mampu mengimbangi kekuatan Barat. Selain membangun

kekuatan darat dan udara yang berbasis nuklir, militer Rusia juga telah

membangun kekuatan armada laut dengan kapal selam nuklirnya. Pada matra

darat, Rusia telah menghadirkan tank Armata T-14 yang oleh kalangan analis

militer dinilai merupakan tank terkuat dan paling mutakhir di dunia saat ini.

Sementara itu, produsen senjata legendaris Kalashnikov telah memproduksi

senapan serbu tercanggih dan mematikan, AK-74 M. Senapan terbaru ini diklaim

50 persen lebih akurat untuk menembak dalam jarak 300 meter dalam waktu apa

pun dan kondisi cuaca apa saja, dengan akurasi dan presisi yang tinggi. Jika

jumlah personel Angkatan Udara Rusia tercatat yang terbesar ketiga di dunia,

Angkatan Darat Rusia memiliki 766 ribu pasukan reguler-organik, selain 2,5 juta

pasukan cadangan. Dengan demikian, pasukan darat reguler-organik Rusia

merupakan yang terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok (2,3 juta), India (1,4

106Ibid.,

89

juta) dan Amerika Serikat (1,3 juta). Menyadari ketertinggalannya dari segi

teknologi dibanding AS, sejak 2009 Rusia mendongkrak belanja militer secara

spektakuler. Tahun 2015 Rusia menggelontorkan 3,2 triliun rubel atau setara

dengan 4,5 persen dari PDB Rusia, yang dihabiskan untuk sektor pertahanan.

Jumlah itu naik dari 3,6 persen dari PDB Rusia sejak Putin berkuasa pada tahun

2000.107

Kekuatan Laut Setelah cukup lama pasca Perang Dingin AS terkesan

meremehkan kemampuan militer Rusia, kini mereka dikejutkan oleh kehadiran

militer Rusia di Suriah yang percaya diri dan berkemampuan prima. Sebuah

laporan Pentagon (Kementerian Pertahanan AS) menyingkap kekhawatiran

Washington atas manuver-manuver mematikan armada militer Kremlin dalam

memerangi ISIS di Suriah. Menurut laporan yang disusun George Fedoroff,

pejabat ahli intelijen Angkatan Laut AS dan pemantau militer Rusia, yang

berjudul “The Russian Navy: A Historic Transition”, kini AS "baru terjaga"

setelah melihat gelar kekuatan Angkatan Laut Rusia di mandala Suriah, seperti

dilaporkan Sputnik belum lama ini. Sebagai contoh, Oktober lalu Rusia

meluncurkan rudal-rudal jelajah Kalibr-M dari kapal perang yang digelar di Laut

Kaspia. Rudal itu melesat lebih dari 1.500 mil melintasi angkasa Irak dan Iran

sebelum akhirnya menghajar basis teroris di Suriah. Pergerakan rudal itu

dikabarkan mengejutkan AS. Menurut laporan Fedoroff, Rusia telah membuat

"langkah besar" dengan membangun Angkatan Laut yang "sangat tangkas dan

mengesankan". Fedoroff mencatat, armada militer Rusia memiliki banyak kapal

perang dan kapal selam, yang saat ini berjumlah 186 kapal. Dia juga memantau

107 “fenomena kebangkitan militer Rusia” dalam, http://indonesiasatu.co/detail/fenomena-kebangkitan-militer-rusia. Diakses 29 April 2016

90

persenjataan Angkatan Laut Rusia yang patut dipertimbangkan AS. Menurut

Fedoroff, AS telah lama meremehkan kemampuan militer Rusia sejak akhir

Perang Dingin. Namun, kini  untuk pertama kalinya dalam 24 tahun Pentagon

mulai "memperhatikan kehebatan militer Rusia". Rupanya, dalam analisis

Fedoroff, kemajuan dan pertumbuhan ekonomi Rusia yang kian stabil sejak 2000

memampukan negeri itu merevitalisasi militernya. Fedoroff menilai, manuver

rudal jelajah Kalibr Rusia merupakan tanda meningkatnya kekuatan AL negeri itu.

(Rudal) Kalibr berpijak pada platform sederhana, seperti (kapal perang jenis)

korvet, dengan kemampuan ofensif yang signifikan. Perkembangan kemampuan

AL Rusia sangat maju dan mampu menghalangi, mengancam atau

menghancurkan target musuh,” tulis Fedoroff. Keunggulan Udara Sementara itu,

kekuatan Angkatan Udara Rusia pun tak dapat dipungkiri kian menakutkan. Salah

satu faktornya, negeri Beruang Merah itu memiliki lima pesawat tempur canggih

yang sangat mematikan. Berikut ini pesawat tempur canggih Rusia sebagaimana

dikutip dari laman nationalinterest.108

Sukhoi Su-27 Su-27 -- yang oleh NATO dijuluki Flanker -- merupakan jet

tempur yang dibikin untuk mengimbangi jet tempur canggih AS F-16. Namun,

ternyata Su-27 lebih unggul dalam hal kecepatan. Jet ini mampu meluncur dengan

kecepatan 2.525 km/jam, sedangkan F-16 mencatat 2.200 km/jam. Pesawat

tempur ni berkemampuan mengangkut rudal jarak menengah R-27R1 yang punya

daya ledak lumayan besar. Selain Vietnam, India dan Tiongkok, TNI AU kita pun

sudah menggunakan Su-27 untuk memperkuat armada tempur udaranya.

108Ibid.,

91

MiG-29 Jet  tempur yang berjulukan Fullcrum ini mampu bermanuver

"penuh gaya" dan sangat mengagumkan di angkasa. Para analis militer menilai,

MiG-29 lebih lincah ketimbang Su-27 Rusia maupun F-16 AS. Pesawat ini

mampu mengusung berbagai jenis peluru kendali, termasuk rudal AA-8 dan AS-

12 yang efektif dan cocok untuk menghancurkan objek di darat.Suriah, Kuba, Iran

dan Korea Utara mengandalkan MiG-29 untuk mempertajam armada AU-nya.

Sukhoi Su-35 Pesawat tempur Su-35 yang dijuluki Super Flanker ini

diproduksi dalam rangka merespons tantangan era pasca Perang Dingin. Sebagai

pengembangan dari Su-27, jet tempur canggih ini mampu mengangkut beberapa

rudal seperti K-77ME dan KH-59. Lebih andal dan cepat dibanding

pendahulunya, Su-27 Flanker, Su-35 Super Flanker lebih garang dan mampu

melejit dengan kecepatan maksimum hingga 2.390 km/jam sambil memboyong

beban rudal berbobot 8000 kg.

Sukhoi T-50 Nah, inilah pesawat tempur yang sangat diperhitungkan

bahkan menakutkan para musuh Rusia. Jet tempur paling mutakhir ini punya

kecepatan dahsyat, mencapai 2.600 km/jam. T-50 dilengkapi berbagai alat tempur

penghancur seperti R77, 1.500 kg bom darat dan senapan mesin yang mampu

memuntahkan 1.800 peluru per menit. Sukhoi T-50 jauh lebih unggul dari para

pendahulunya, bahkan para analis militer dan pakar pertahanan AS pun

berspekulasi bahwa Sukhoi T-50 lebih lincah ketimbang F-35 andalan dan

kebanggaan AS. Pesawat tempur T-50 ini baru digunakan terbatas oleh Rusia

sendiri.

92

Tupolev Tu-160 Dengan julukan Blackjack, bomber atau pesawat pembom

ini memiliki kecepatan maksimum 2.220 km/jam. Kecepatan itu

melampaui maximum speed pesawat pembom AS B1-B Lancer yang mencapai

1.448 km/jam. Tentu saja jauh lebih unggul dibanding B-52 milik AS yang hanya

mampu melesat 1.000 km/jam. Bagi negara-negara musuh Rusia, pembom ini

ditakuti karena mampu memboyong senjata/bom konvensional maupun nuklir.

Dengan kemampuan membawa hulu ledak dalam radius hingga 3.000 km, Tu-160

jelas merupakan "momok udara" yang menebar horor bagi negara lawan

manapun.109

Militer Rusia atau Rusia militer memiliki ciri nan berbeda dengan militer-

militer negara lain, yakni unsur kemisteriusannya nan tinggi. Tidak heran jika

Jenderal Guderian, salah satu bawahan Hitler, pernah mengingatkan Hitler buat

tak menyentuh Rusia sedikit pun. Rusia nan sejak dulu dikenal sebagai negara

tertutup, memunculkan berbagai pertanyaan perihal dengan kekuatan militernya.

Sampai saat ini, pusat pabrikan senjata Rusia juga masih disembunyikan di daerah

pedalaman lembah pegunungan Kaukasus. Loka nan sangat terpencil dan

tersembunyi. Bahkan, pesawat pengebom pun sulit buat dapat menembus loka itu.

Teknologi persenjataan Rusia saat ini digadang-gadang sebagai nan terbaik di

dunia. Selain itu, jumlah ilmuwan-ilmuwan teknologi persenjataan Rusia sampai

saat ini juga belum dapat diketahui secara pasti.110

109Ibid.,110 “Rusia militer kekuatan nan Misterius” dalam,

http://www.binasyifa.com/779/48/26/rusia-militer-kekuatan-nan-misterius.htm diakses 29 April 2016

93

BAB IV

ANALISA PENGARUH KONTESTASI AS DAN RUSIA

TERHADAP STABILITAS KEAMANAN DI SURIAH

A. Perkembangan Kelompok Ekstrimis di Suriah (ISIS)

94

Saat ini sebagian besar wilayah Suriah dikontrol oleh ISIS dan kelompok-

kelompok oposisi yang lain. Ratusan faksi militer yang bertempur di Suriah,

namun yang paling banyak disorot adalah ISIS. Komentar-komentar AS

danRusia di media-media kebanyakan membesar-besarkan ancaman ISIS padahal

bukan hanya ISIS yang seharusnya menjadi ancaman.

KeberadaanISIS di Suriah pun menimbulkan kontroversi ditengah-tengah

kelompok-kelompok oposisi, bahkan ISIS cenderung menghambat perjuangan

melawan rezim Asad sehingga ada kesimpulan yang muncul bahwa ISIS adalah

bagiandari proyek AS di Timur Tengah. Kecurigaan tersebut semakin terbukti

saat banyak laporan yang menunjukkan bahwa, terkadang AS dan Israel

menjatuhkan senjata melalui udara dan yang menikmatinya adalah ISIS.111

Berkaitan dengan kiprah ISIS di Suriah, ISIS dianggap tidak serius

memerangi pemerintah Suriah, Janes terrorism and insurgency center (JTIC)

melaporkan, 64% serangan militer ISIS diarahkan kepada kelompok-kelompok

bersenjata non pemerintah dan hanya 13% yang menargetkan angkatan saat ini

sebagian besar wilayah Suriah dikontrol oleh ISIS dan kelompok-kelompok

oposisi yang lain. Ratusan aksi militer yang bertempur di Suriah, namun yang

paling banyak disorot adalah ISIS. Komentar-komentar AS danRusia di media-

media kebanyakan membesar-besarkan ancaman ISIS, padahal bukan hanya ISIS

yang seharusnya menjadi ancaman. KeberadaanISIS di Suriah pun menimbulkan

kontroversi ditengah-tengah kelompok-kelompok oposisi, bahkan ISIS cenderung

111 “analisa terakhir mengenai konflik Suriah keterlibatan Rusia’ dalam, https://www.academia.edu/17499834/Analisis_terakhir_mengenai_Konflik_Suriah-Keterlibatan_Rusia. Diakses 10 Mei 2016

95

menghambat perjuangan melawan rezim Assad sehingga ada kesimpulan yang

muncul bahwa ISIS adalah bagiandari proyek AS di Timur Tengah.112

Kecurigaan tersebut semakin terbukti saat banyak laporan yang

menunjukkan bahwa, terkadang AS dan Israel menjatuhkan senjata melalui udara

dan yang menikmatinya adalah ISIS. Berkaitan dengan kiprah ISIS di Suriah, Isis

dianggap tidak serius memerangi pemerintah Suriah, Laporan HIS jane’s

Terorrism and insurgencycenter (JTIC) 2014 melaporkan, 64% serangan militer

isis diarahkan kepada kelompok-kelompok bersenjata non-pemerintah dan hanya

13% yang menargetkan angkatan militer Suriah. Sebaliknya, serangan Assad

kepada para pejuang bersenjata lebih banyak ditunjukan kelompok-kelompok

non-ISIS. Dari 982 serangan tahun 2014, menurut laporan JTIC, hanya 6% yang

menarget ISIS. Hal ini menimbulkan kecurigaan bagi kelompok-kelompok

pejuang yang lain yang selama ini berjuang melawan Assad, seperti kelompok,

pasukan mujahidin (Al-Mujahidin Army) yang melihat sendiri di lapangan, bahwa

garis depan perbatasan wilayah pasuka ISIS dan pemerintah cenderung tenang

tanpa kontak senjata, berbeda jika pasukan pemerintah perbatasan dengan pasukan

oposisi yang lain, kontak senjata bisa 24 jam. Sebelum masuknya ISIS di Suriah

dan perjuangan perlawanan terhadap pemerintah Suriah baru saja dikobarkan.

Para pejuang telah memperlihatkan visi besar mereka dalam perjuangan

meruntuhkan Bashar al-Assad dengan cita-cita penegakan Khilafah ditahan Syam.

Setelah masuknya ISIS, konsentrasi perang para mujahidin menjadi terpecah

antara berhadapan dengan ISIS yang haus darah kepada mujahidin non-ISIS, dan

pasukan Assad yang didukung oleh AS dan rusia. Dengan keberadaan ISIS, yang

paling diuntungkan adalah pasukan Assad dan seluruh Negara yang

112Ibid.,

96

mendukungnya. Dengan adanya ISIS, istilah Khilafah menjadi sangat berdarah-

darah. Majelis Shura Mujahidin, dalam sebuah pernyataannya menyampaikan

bahwa, deklarasi khilafah oleh ISIS adalah bagian dari kampanye sistematis untuk

mendistrorsi istilah-istilah syariah, seperti jihad, Syariah, Huddud dan Khilafah.113

1. Penafsiran Yang Keras Terhadap Islam

Islam State Iraq Syria (ISIS), dikenal karena memiliki interpretasi atau

tafsir yang keras pada Islam Wahhabi dan kekerasan brutal seperti bom bunuh diri

dan menjarah bank.Target serangan ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim

Syiah dan Kristen. Pemberontak di Irak dan Suriah ini telah menewaskan ribuan

orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan lebih dari 2.400 warga

Irak yang mayoritas warga sipil tewas sepanjang Juni 2014.114

Jumlah korban tewas ini merupakan yang terburuk dari aksi kekerasan di

Irak dalam beberapa tahun terakhir. Aksi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ini

telah menyebabkan tak kurang dari 30.000 warga kota kecil di timur Suriah harus

mengungsi.Tokoh Sentral di Balik Militan ISIS adalah Abu Bakar al-Baghdadi.Di

bawah kepemimpinannya, ISIS menyatakan diri untuk bergabung dengan Front Al

Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di

Suriah. ISIS memiliki hubungan dekat dengan Al-Qaeda hingga tahun 2014.

Namun karena misi berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan

perang sektarian di Irak dan Suriah dan penggunaan aksi-aksi kekerasan, Al-

Qaidah lalu tidak mengakui kelompok ini sebagai bagian darinya lagi. Abu Bakar

al-Baghdadi bahkan bersumpah untuk memimpin penaklukan Roma.Pemimpin

militan ISIS Abu Bakar al-Baghdadi ini juga menyerukan umat Islam untuk

113Ibid.,114 “mengenal ISIS dan bahayanya” dalam, http://www.mohlimo.com/mengenal-isis-dan-

bahayanya/. diakses 10 Mei 2016

97

tunduk kepadanya.ISIS adalah kelompok ekstremis yang mengikuti ideologi garis

keras Al-Qaidah dan mematuhi prinsip-prinsip jihad global. Seperti Al-Qaidah

dan kelompok-kelompok jihad modern lainnya, ISIS muncul dari ideologi

Ikhwanul Muslimin, kelompok pertama di dunia Islam di akhir tahun 1920-an di

Mesir yang mengikuti interpretasi anti-Barat yang ekstrim Islam, mempromosikan

kekerasan sektarian dan menganggap mereka yang tidak setuju dengan penafsiran

sebagai kafir dan murtad. Atas tindakannya yang merusak pusara-pusara suci dan

pembongkaran kuburan para nabi dan awliya yang shaleh di Irak, Mufti

Pemerintah Mesir, Prof. Dr. Syauqi Allam mengecam tindakan ISIS dan

menganggapnya tidak sesuai dengan ajaran mazhab Islam yang mana pun dan

bertentangan dengan kewajaran manusia.115

Bisa dikatakan penafsiran ISIS terhadap islam sangatlah salah,

mengatasnamakan Islam pasti sumbernya sama: Al-Quran dan hadis. Problemnya

adalah bagaimana mereka menafsirkan. Yang jelas, penafsiran dilakukan ISIS

salah.Karena pertama, mereka melihat ayat atau hadis itu secara tesktual bukan

kontekstual. Jadi sejarah munculnya ayat atau hadis tidak mereka lihat. Mustahil

kita bisa mengetahui maksud ayat atau hadis itu tanpa melihat konteks keluarnya

ayat atau hadis itu. Kedua, mereka relatif membaca ayat atau hadis begitu saja.

Misalnya ketika disuruh membunuh, mereka membunuh. Tidak tahu bagaimana

cara membunuhnya atau apakah masih relevan pembunuhan seperti itu dengan

situasi sekarang di mana hubungan antara Islam dan non-Islam relatif lebih baik.

Ketiga, tafsiran-tafsiran dilakukan ISIS disesuaikan kepentingan mereka. Al-

Quran dan hadis itu hadir di suatu zaman dan ruang tertentu serta begitu universal.

Jadi begitu mudah ditafsirkan ke mana-mana.Perlu ditegaskan, ISIS bukan Al-

115 Ibid.,

98

Qaidah sehingga tidak bisa mengatakan ISIS itu organisasi teroris

mengatasnamakan Islam. Ulama-ulama dunia, termasuk Indonesia, harus benar-

benar menanggapi serius tafsiran-tafsiran menyimpang dilakukan oleh ISIS.

Kalau tidak, akan banyak orang membaca dan terpengaruh karena memang

didasarkan pada Al-Quran dan hadis.116

Selanjutnya, ISIS Anti pada nilai-nilai cinta-kasih dan rahmat sekaligus

mendukung dan menjunjung tinggi nilai-nilai kekerasan dan kekejaman. Mereka

melakukan kekerasan terhadap orang-orang yang berada diluar kelompoknya.

Dalam ideologinya, ISIS tidak mengenal prinsip kasih sayang maupun

perdamaian. Paham yang mereka anut dalam ideologinya adalah kekerasan dan

perang. Selain itu, ISIS menjadikan kekerasan sebagai solusi atas segala

perbedaan dan perselisihan antar umat. Menuduh bid’ah (sesat) segala bentuk

akulturasi ajaran Islam dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, serta

penghormatan terhadap berbagai peninggalan sejarah. ISIS menafsirkan makna

bid’ah secara serampangan.117

B. Faktor Pendorong Kehadiran Militer Amerika Serikat Rusia di Suriah

Amerika Serikat adalah negara adidaya yang memiliki kekuatan yang

sangat diperhitungkan di dunia internasional. Tak jarang pula karena kekuatan

yang dimilikinya, Dewan Keamanan tetap PBB yang mengklaim dirinya sebagai

polisi internasional ini ikut campur dalam urusan Negara-negara yang sebenarnya

116 “tafsiran ISIS atas Quran dan hadist menyimpang” dalam, http://albalad.co/wawancara/2015A1154/tafsiran-isis-atas-quran-dan-hadis-menyimpang/ Diakses 13 Mei 2016

117http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/15775/SKRIPSI%20REKTORAT.pdf?sequence=1

99

bukan termasuk wilayah teritorialnya. Berbagai alasan seperti perang melawan

teroris, sering dipakai guna melegalkan aksi yang dilakukannya. Invasi ke

Afghanistan yang mengatas namakan perang melawan Al Qaidah hingga

penggulingan diktator Irak, Saddam Hussein yang berdalih untuk mengamankan

senjata pemusnah masal, adalah beberapa contoh dari kebijakan intervensi

Amerika Serikat di kawasan timur tengah.  Beberapa revolusi yang sering

diistilahkan dengan sebutan Arab Spring yang terjadi di beberapa Negara di

kawasan timur tengah dan Afrika Utara juga tak luput dari andil besar negri

Paman Sam tersebut.118

Hal yang sama pula di Suriah, Negara yang saat ini dipimpin oleh Presiden

Basyar Asad tersebut kini mengalami masa-masa krisis yang diakibatkan dengan

adanya pemberontakan oleh rakyatnya sendiri yang menginginkan Asad untuk

turun dari jabatannya karena dianggap otoriter dan banyak melakukan tindak

kejahatan kemanusiaan. Dalam krisis Suriah tersebut, dengan sangat tegas

Amerika Serikat memberikan dukungannya kepada pihak oposisi karena

menganggap pemerintahan Basyar Asad telah melakukan kejahatan kemanusiaan

dan bertindak otoriter.119

1. Faktor Ideologi dan Demokratisasi (Perspektif AS)

Amerika Serikat adalah Negara liberal jadi Amerika Serikat juga

menganut sistem ideologi yang liberal juga, dengan pandangan demokrasi

merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik, anggota masyarakat memiliki

kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan berbicara, kebebasan beragama

118 Agil Maulana El Jibal, “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Oposisi Suriah (2011-2012)”, dalam http://agilleljibal.blogspot.co.id/2014/07/kepentingan-amerika-serikat-mendukung.html, diakses 13 Mei 2016.

119Ibid.,

100

dan kebebasan pers, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal

yang buruk. Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga

penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan dicurigai

sebagai hal yang cenderung disalahgunakan, dan karena itu, sejauh mungkin

dibatasi, dan suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau

sebagian besar individu berbahagia. Walau masyarakat secara keseluruhan

berbahagia, kebahagian sebagian besar individu belum tentu maksimal. Dengan

demikian, kebaikan suatu masyarakat atau rezim diukur dari seberapa tinggi

indivivu berhasil mengembangkan kemampuan-kemampuan dan bakat-bakatnya.

Ideologi liberalisme ini dianut di Inggris dan koloni-koloninya termasuk Amerika

Serikat.120

Dalam konteks konflik Suriah Amerika Serikat sendiri di dalam posisi

membingungkan untuk masalah Suriah. Secara garis besar, Amerika Serikat butuh

tetap adanya perimbangan kekuatan agama Islam (Sunni) dengan agama Syiah di

Timur Tengah. Di dalam melihat rezim Bashar al Assad, Amerika Serikat

mempunyai dilema yang tidak dimiliki oleh Iran.Bashar al Assad, seorang kepala

negara dinasti Syiah Alawite yang lama memimpin Suriah yang mayoritas Islam,

disebut oleh dunia internasional sebagai rezim yang keji sehingga Amerika

Serikat tidak mungkin membelanya. Amerika Serikat tetap butuh adanya Syiah

yang kuat di Timur Tengah sebagai penyeimbang Islam (Sunni) namun Amerika

Serikat tidak bisa mendukung Bashar al Assad yang otoriter. Bashar al Assad

boleh jatuh namun Syiah jangan jatuh di Suriah, kurang lebih begitu jika melihat

120 “ideology Amerika dan dasar negaranya” dalam, http://iecakhairunnisa.blogspot.co.id/2011/09/ideologi-amerika-dan-dasar-negaranya.html Diakses 13 Mei 2016

101

kebijakan pemerintahan Amerika Serikat di Suriah. Amerika Serikat punya

pandangan bahwa jika rezim Bashar al Assad misalnya harus turun maka itu

urusan nanti karena prioritasnya kini adalah memukul mundur ISIS. Sikap

setengah-setengah Amerika Serikat ini berbeda dengan kepentingan Iran

menyikapi Bashar al Assad. Iran butuh Bashar al Assad di dalam menjaga

pengaruh dan kekuasaan Syiah di Suriah. Oleh sebab itulah tidaklah

mengherankan jikalau Iran dan aktivis pro-Iran akan mati-matian membuat klaim

mengenai ketidakterlalubersalahan dan otoriternya Bashar al Assad di dalam

memimpin Suriah sebagai perang psikologis.121

Di dalam aspek bantuan militer, Iran memberi bantuan kepada

pemerintahan Bashar al Assad di dalam memerangi tidak hanya ISIS (yang

ditolak ke-Sunni-annya oleh sebagian besar Sunni) namun juga pemberontak

Kurdi (yang bergerak memberontak karena isu etnis kekurdian, lihat juga gerakan

Kurdi di Irak utara) dan gerakan resistensi terhadap rezim Bashar al Assad yang

digalang oleh kombatan Sunni (sebut misalnya kelompok Jabhat al Nusra).

Awalnya kisah Suriah adalah perlawanan melawan rezim Bashar al Assad yang

lebih dimulai karena pemerintahan otoriter namun dalam perkembangannya

perlawanan itu menjurus kepada perang sektarian, etnis, dan lalu melibatkan

negara-negara yang berkepentingan dengan narasi klasik mengenai Timur

Tengah.Yang pasti, Amerika Serikat tak ingin Suriah jatuh ke ISIS atau Jabhat al

Nusra yang dianggap sebagai Islam (Sunni) radikal tapi juga ragu-ragu dan

berisiko untuk tetap mempercayai Bashar al Assad. Tidak bisa tetap mendukung

121 Ideologi-ideologi anti perbedaan dan ironi” dalam, https://dipanugraha.org/2015/07/18/ideologi-ideologi-antiperbedaan-dan-ironi/. Diakses 13 Mei 2016

102

Bassar al Assad tetapi Amerika Serikat juga tak ingin pemerintahan Suriah jatuh

ke tangan Islam (Sunni) yang radikal. Pemerintahan yang jatuh, apalagi kalau

jatuh ke tangan ISIS atau Jabhat al Nusra, tidak baik bagi mereka di dalam

menjaga kisah Islam – Syiah – Yahudi di Timur Tengah. Belum lagi jika misalnya

Suriah jatuh ke tangan Sunni yang anti-Amerika Serikat maka Amerika Serikat

yang sudah ngos-ngosan terlalu aktif melawan Sunni yang anti-Amerika Serikat di

Afghanistan, Irak, dan Yaman, akan kian buruk neraca keuangannya dan meleset

perkiraan awal mengenai pencapaian pemenuhan kebutuhan minyak dari negara-

negara yang mau kooperatif di Timur Tengah.Jadi kisah perang Suriah seakan

Iran bersendirian. Di negara-negara tetangga, sekutu Syiah mereka sudah mulai

kedodoran dan mengharapkan main mata Amerika Serikat di dalam kisah proksi

Timur Tengah tidaklah semulus dahulu.Belum lagi “ancaman” dari dalam negeri

mereka. Di dalam negeri mereka, Iran pun berusaha mengurangi ancaman

ideologi yang berseberangan dengan ideologi resmi teokrasi mereka. Tindakan

ekstremkemudian menjadi terpaksa dilakukan terhadap “musuh negara” yang

berseberangan ideologi. 122

a. Faktor Ekonomi Berupa Kekayaan Minyak

Kepentingan ekonomi dalam kenyataannya amat mempengaruhi

kejibakan luar negeri suatu negara. Beberapa Negara termasuk Amerika

Serikat terbukti memiliki kepentingan terselubung yakni kepentingan ekonomi

berupa minyak dan gas ketika melakukan beberapa intervensi maupun invasi

di kawasan Timur Tengah, meskipun pada awalnya negeri Paman Sam

mengklaim melakukan kebijakan luar negerinya tersebut dengan dalih

122Ibid.,

103

moralitas dan kemanusiaan. Melalui dukungannya terhadap oposisi pada krisis

Suriah Amerika Serikat secara lantang menyatakan bahwa dukungannya

tersebut bertujuan untuk melengserkan pemerintah Bashar al Assad yang

dianggap otoriter dan telah melakukan tindak kejahatan kemanusiaan. Akan

tetapi patut dicurigai bahwa dukungan yang diberikan adalah retorika

moralitas yang sebenarnya bertujuan untuk kepentingan minyak.123

Semangat Barat untuk menginvasi suriah sudah jelas dilandasi Faktor

Ekonomi. Apalagi Assad anti barat dan condong pada Rusia dan China yang

merupakan seteru abadi amerika. Tak heran dua Negara Komunis tersebut

berkali-kali memveto Resolusi PBB yang menginginkan Intervensi Militer

untuk mengatasi krisis Politik Suriah.Suriah merupakan Negara yang kaya

akan minyak, bahkan seperempat pendapatan Suriah berasal dari minyak

bumi. Sejak 2009, Suriah menghasilkan sekitar 400.000 barrel minyak bumi

per hari. Begitu penting posisi Suriah dalam mensuplai minyak ke luar

negerinya bahkan ke Eropa, mendorong Rusia untuk berpendapat bahwa

boikot yang saat ini dilakukan oleh sebagian besar Negara Uni Eropa (EU)

terhadap produksi minyak Suriah adalah tindakan yang keliru. Pasalnya, 95

persen ekspor minyak Suriah atau setara dengan 150.000 barrel per hari justru

menjadi kebutuhan negara-negara UE. Khususnya, Jerman, Italia, dan

Perancis. Beberapa perusahaan minyak raksasa Eropa misalnya Shell milik

Belanda dan Inggris serta perusahaan minyak Perancis, Total, diketahui

menanamkan modal yang cukup besar di Suriah.124

123 Agil Maulana El Jibal, Op.Cit.,124Ibid.,

104

Posisi Timur Tengah yang kaya akan minyak dan gas dianggap

memiliki posisi strategis bagi Amerika Serikat guna mendongkrak kegiatan

industrinya dan meningkatkan perekonomian barat sejak Perang dunia kedua.

Suplai minyak dari kawasan timur tengah merupakan suatu faktor penting bagi

kestabilan perekonomian Amerika Serikat dan sekutunya. Lima perusahaan

minyak raksasa AS (Exxon, Mobil, Texaco, Socal dan Gulf) semenjak masa

sebelum Perang Dunia II telah menguasai rantai produksi hingga pemasaran

minyak Timur Tengah, walaupun peran mereka pernah mengalami penurunan

akibat nasionalisasi persial yang dilakakukan Negara-negara Arab produsen

minyak. Misalnya, keuntungan kelima perusahaan tersebut pada tahun

1980 “windfall profit” mencapai US $ 8 milyar.125

Amerika Serikat merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. Tapi

pada dasarnya Amerika Serikat tidak secara langsung bergantung pada sumber

daya alam berupa minyak yang tersedia di kawasan Timur Tengah karena

Amerika sebenarnya memiliki cadangan minyak yang melimpah yang terdapat

di Texas dan Alaska. Bahkan diprediksi pada 2020 nanti Amerika Serikat

(AS) bakal menggeser posisi Arab Saudi sebagai penghasil minyak terbesar di

dunia. Selama ini AS memang menyimpan cadangan minyaknya dan banyak

mengimpor minyak mentah dari luar negeri. Lembaga International Energy

Agency (IEA) menyatakan, situasi bergesernya produsen minyak ini bakal

mengubah peta perdagangan energi dunia. Hal ini akan menjadikan Amerika

Serikat menjadi semakin kuat secara ekonomi maupun politik dan akan terus

memiliki kekuatan untuk menghegemoni Negara-negara yang bergantung

125 Sidik Jatmika, AS Penghambat Demokrasi: Membongkar Standar Ganda Amerika Serikat, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000), hlm 162.

105

kepadanya.Amerika Serikat sadar akan pentingnya menguasai sumber energi

minyak guna menunjang program industrialisasi suatu Negara dalam jangka

panjang. Seorang ahli ekonomi politik internasional Susan Strange

berpendapat bahwa kekuatan minyak berbanding lurus dengan kekuatan suatu

Negara yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sebuah negara akan

dilakukan. Komoditas minyak pada akhirnya menjadi asset kekuatan nasional

karena kekuatan komoditas ini dalam mempengaruhi berjalan dan tumbuhnya

perekonomian. Bahkan kebergantungan yang sangat tinggi terhadap sumber

energi minyak membuat negara-negara yang menguasainya memiliki potensi

besar untuk menjadikannya sebagai alat politik, dan ini terbukti dari embargo

minyak yang dilakukan oleh Negara-negara OPEC khususnya dari Negara-

negara Arab kepada Negara-negara yang mendukung langkah agresi Israel

dalam konflik Arab-Israel di Timur Tengah telah berhasil meruntuhkan

perekonomian negara-negara Barat sehingga membuat AS langsung

memfasilitasi penghentian agreasi Israel dan memulai untuk proses

perdamaian Arab-Israel di timur tengah.126

b. Kepentingan Hegemoni dan Eksistensi Israel

Sudah menjadi rahasia umum bahwa dasar kepentingan Amerika

Serikat dalam berbagai intervensinya di kawasan Timur Tengah adalah untuk

menguatkan posisinya melalui jalur kepanjangan tangannya di kawasan

tersebut, yakni Israel. Secara jelas, disebutkan bahwa kepentingan nasional

dan keamanan Israel adalah hal pokok yang mendasari kebijakan luar negri

Amerika Serikat. Bahkan secara tegas Obama telah menegaskan di hari

126 Agil Maulana El Jibal, Op.Cit.,

106

pertama pemerintahannya sebagai presiden baru AS bahwa ia akan melibatkan

diri langsung dalam konflik Arab-Israel. Disebutkan pula bawa pemerintahan

AS menjadikan konflik Arab-Israel sebagai persoalan penting yang akan

menjadi salah satu prioritas mereka. Dalam pidatonya di Florida menjelang

pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2012 lalu, Obama dengan lantang

menegaskan bahwa dukungan negaranya untuk Israel tidak dapat dipatahkan.

Obama juga menambahkan bahwa Amerika Serikat tidak hanya memegang

teguh hubungan yang erat dengan Israel, tetapijuga telah memperkuatnya.127

Ada beberapa alasan politis yang berkaitan dengan dukungan AS atas

oposisi guna meruntuhkan pemerintahan Basyar Asad yang akan yang akan

penulis uraikan sebagai berikut:128

Pertama, runtuhnya Basyar Asad akan memperkokoh posisi Israel.

komitmen untuk keamanan Israel dan kesejahteraannya telah menjadi

landasan kebijakan AS di Timur Tengah sejak berdirinya Negara Zionis

tersebut pada tahun 1948. Dari kaca mata AS sebenarnya tidak ada motivasi

atau alasan ekonomi yang khusus bagi hubungan kedua negara, tetapi lebih

merupakan hubungan strategis. Tanpa adanya suplai minyak yang

memadai dari kawasan Timur Tengah yang pernah melakukan embargo

minyak terhadap AS dan sekutunya pada Perang Yom Kippur tahun 1973,

baik perusahaan-perusahaan AS maupun mesin-mesin perang (NATO) dan

dukungan kepada Eropa Barat tidak akan berfungsi secara efektif. Untuk

pengamanan jalur-jalur tersebut, AS memerlukan negara pendukung yang

strategis. Karena negara-negara Arab dan Timur Tengah pada awalnya tidak

127Ibid.,128Ibid.,

107

menyediakan fasilitas tersebut, maka satu-satunya bantuan adalah dari Israel.

Dalam kerangka strategi ini pula AS memberikan bantuan ekonomi maupun

militer secara besar-besaran terhadap Israel, agar Israel tumbuh menjadi

sekutu yang tangguh.  

Kedua, kedekatan Suriah dengan Hizbullah dan Hamas sangat

membahayakan keamanan Israel. Hizbullah merupakan kekuatan militer yang

terdapat di Lebanon dan sangat menentang kebijakan-kebijakan Israel di

Timur Tengah. Sementara Hamas adalah sebuah partai politik di Palestina dan

merupakan sebuah gerakan yang menjadi poros perlawanan rakyat Palestina

terhadap arogansi Israel. Kedua organisasi tersebut dikenal memiliki

kedekatan yang sangat erat dengan pemerintahan Suriah. Kedekatan tersebut

membuat khawatir Israel, yang menjadi sekutu utama Amerika Serikat di

kawasan Timur Tengah.

Ketiga, jatuhnya Basyar Asad akan merubah konstalasi kekuatan

politik di Suriah. Posisi Amerika Serikat bisa menjadi semakin kuat

dibandingkan sebelumnya mengingat pemerintahan pasca era Basyar Asad

diharapkan oleh AS tunduk kepada kepentingannya. Musim Semi Arab

dianggap sebagai harapan baru bagi Amerika Serikat untuk memperoleh posisi

yang strategis dalam hubungannya dengan Suriah jika Basyar Asad lengser.

Basyar Asad dikenal sangat dekat dengan Rusia dan China yang merupakan

rival utama Amerika Serikat. Terlebih ketika Suriah dilanda krisis yang telah

berlangsung dua tahun ini sejak 2011 lalu, Rusia dan China, yang merupakan

anggota tetap Dewan Keamanan PBB memveto resolusi PBB yang mengecam

pemerintahan Basyar Asad dan berupaya menjatuhkan sanksi kepada

108

pemerintah yang berkuasa. Kedekatan tersebut juga tergambar dengan

dikirimnya satuan anti teror Rusia pada tanggal  20 Maret

2012 yang dilaporkan berada di Suriah dan diduga untuk membantu tentara

setempat dalam memberantas para pemberontak. Kedekatan terjalin sangat

harmonis, terutama karena perdagangan senjata yang menguntungkan

Moscow miliaran dolar. Kedekatan keduanya juga terlihat dari didirikannya

pangkalan militer Rusia di wilayah Tartus, yang memudahkan pasukan Putin 

menuju Laut Mediterania.

Saat ini ketika Suriah dihembus angin revolusi, lengsernya Basyar

Asad dianggap sebagai peluang bagi Amerika Serikat untuk kembali menjalin

hubungan baik dengan Suriah yang selama ini terkenal sering membangkang

atas kepentingan AS dan anti terhadap Israel (selain Iran, Hizbullah dan

Hamas). Hal ini dipergunakan Amerika Serikat untuk memperkecil pengaruh

Rusia di kawasan tersebut dan merebut pasar senjatanya di Suriah.

2. Faktor Kedekatan History (Perspektif Rusia)

Hubungan Rusia dan Suriah sebenarnya merupakan hubungan lama

yang dijalin kembali, hubungan tersebut sudah ada bahkan pada saat Rusia masih

berbentuk Uni Soviet dan Suriah masih belum menjadi sebuah negara yang diakui

oleh dunia internasional dan PBB pada 17 April 1946 Pada sejarahnya, Rusia

meletakkan Byzantyne Armydi Suriah pada abad ke 10 dan 11, dan setelah

perjanjian Carlovit dengan Ottoman empire pada 1699 semakin banyak para

pendatang Rusia yang mengunjungi Suriah dalam perjalananmereka ke Palestina

dengan berbagai tujuan yang ada, termasuk didalamnya masyarakat Kristen

Orthodok. Hal ini membuat kekaisaran Orthodok memperluas pengaruhnya

109

hingga membuat sebuah pos konsuler yang beroperasi di Aleppo, atkia, Beirut,

dan Saida pada 1893. Pengaruhnya terus meluas sampai ke Suriah, dimana

mereka juga membangun sebanyak tujuh puluh empat sekolah untuk

memajukan pendidikan di Suriah pada 1905. Halini merupakan awal kedekatan

hubungan Rusia dan Suriah yang nantinya akan terus berlanjut di kemudian harii

Seperti contoh, Suriah menjadi salah satu partner yang sangat kronis bagi Uni

Soviet yang pada saat itu menjadi salah satu kunci kekuatan Uni Soviet dalam

menjaga dominasinya di dunia internasional.129

Selain itu, Suriah juga menjadi aliansi Uni Soviet untuk mencapai

kepentingannya di dunia internasional, khususnya dalam peransebagai pintu

masuk yang digunakan Uni Soviet untuk masuk ke kawasan Timur Tengah

Berlanjut setelah berakhirnya perang dunia, yaitu pada saat pecahnya Uni Soviet

pada tahun 1991. Rusia kemudian menjadi negara yang bisa dibilang masih

merepresentasikan UniSoviet dibanding negara negara kecil pecahan Uni Soviet

lainnya, Rusia mulai membenahikondisi yang ada didalam negerinya untuk bisa

kembali aktif dan mendominasi dalam politik internasional. Rusia kemudian

merumuskan kembali semua bentuk kebijakan luar negerinya untuk kembali

mencapai kejayaan masa lalunya Hal itu tertuang di beberapa dokumen

keamanannya yang tercermin dari kebijakan yang dikeluarkan Presiden Vladimir

Putin yangingin mengembalikan pengaruh Rusia dengan mengeluarkan national

Security concept pada tahun 2000 dokumen tersebut menjelaskan bahha Rusia

129 “faktor latar belakang intervensi Rusia terhadap Suriah” dalam, https://www.academia.edu/11897237/Faktor_latar_belakang_intervensi_rusia_terhadap_suriah Diakses 22 Mei 2016

110

telah kembali ke arenapolitik internasional dan berusaha untuk mengembalikan

kejayaan masa lalu yang dimilikinya.130

Rusia masih memandang Timur Tengah sebagai kawasan yang cukup

strategis baginya dalam politik internasional untuk mencapai kepentingan

nasionalnya. Hal ini yangkemudian membuat Rusia kembali membangun

hubungannya yang dulu pernah terjalin begitu dekat khususnyadengan Suriah.

Selain itu melalui hubungannya dengan Suriahitulah menjadi jalan bagi Rusia

untuk mengambil keuntungan menjadi negara yang berpengaruh mengingat

kawasan Timur Tengah merupakan kawasanshatterbelt. Shatterbelt merujuk

terhadap kawasan geografis dengan dua kondisi yaitu, didalamnya benyak terjadi

konflik lokal dengan atau antara Negara-negara kawasan tersebut, dan terdapat

keterlibatan beberapa actor major power yang berasal dari luar kawasan tersebut

menjadi alasan yangsama bagi Amerika untuk menaruh pengaruhnya di Timur

Tengah Hal ini juga yangmenjadikan ambisi politik Rusia di Timur Tengah

mengingat masih adanya rivalitas antaraRusia dan Amerika.131

C. Tantangan dan Kesulitan As-Rusia Dalam Memerangi ISIS

Meskipun diserang bertubi-tubi oleh pasukan koalisi yang dipimpin

Amerika Serikat dan bahkan Rusia, kelompok Negara Islam Irak dan Suriah

(ISIS) ternyata tak membuat mereka lemah. ISIS malah tambah kuat dan makin

membesar.Seorang ahli dan peneliti politik Timur Tengah yang berpusat di Al-

Ahram Center, Mesir, Saeed Al-Lawindi mengatakan,  setelah lebih dari 4.000

kali serangan tentara koalisi terhadap kelompok ini selama kurang lebih satu

130Ibid.,131Ibid.,

111

tahun, ISIS yang secara peralatan dan jumlah pasukannya kalah jauh ternyata

masih eksis.Serbuan AS dan Rusia ke wilayah Irak mengarah kepada hasil cepat,

tapi ISIS makin meluas serta menguasai banyak wilayah penting sehingga

menimbulkan kekacauan regional dan membuat Irak serta negara Arab lain

guncang.132

Menariknya lagi, gerakan ISIS bukan hanya sulit ditaklukan, tapi makin

menyudutkan tentara AS yang diterjunkan di sana. Selama ini strategi tentara AS

hanya fokus bagaimana membunuh para pemimpin militan.  Tapi strategi inilah

yang membuat bumerang bagi AS. Serangan-serangan udara yang dilancarkan

tentara AS terhadap lokasi yang diduga basis tempat tinggal para pemimpin

kelompok itu memang telah mengacaukan kemampuan komando dan kontrol

mereka. Tapi hal itu hanya sesaat, bukan melemahkan. Gerakan ISIS malah makin

berkembang dan sulit ditumpas karena mereka mendapat dukungan dan tambahan

pasukan dari penduduk sekitar  yang telah kehilangan harta benda dan nyawa

saudara mereka, akibat serangan udara pasukan koalisi.133

Cara-cara yang sejauh ini dilakukan belum begitu ampuh untuk menumpas

keberadaan ISIS di Irak.  Hal ini mungkin salah cara pandang inteljen terhadap

struktur komando ISIS. Bagi intelijen AS khususnya, menghadapi ISIS jauh lebih

sulit dibandingkan dengan menghadapi Al-qaeda.Efek perlakuan dari penanganan

yang salah terhadap pemimpin garis keras Islam yang konon anti AS, kini harus

dibayar mahal oleh negara adidaya ini.

1. Kuatnya Kemampuan Militer ISIS

132 “ISIS sulit ditumpas bisa-bisa kewalahan” dalam, http://indonesianreview.com/ds-muftie/isis-sulit-ditumpas-bisa-kewalahan. Diakses 22 Mei 2016

133Ibid.,

112

Setahun setelah deklarasi pembentukan kekhalifahan ISIS oleh Abu Bakr

al-Baghdadi, kelompok tersebut masih kuat, walaupun sudah diserang berulang

kali oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.Tujuan serangan serangan udara

yang dilancarkan ke Iraq dan Suriah sejak Agustus 2014 lalu, menurut Presiden

AS Barack Obama, adalah untuk “melumpuhkan dan kemudian menghancurkan”

ISIS.Nyatanya, ISIS malah menunjukkan ketahanan yang mengejutkan dan tampil

lebih kuat. Sebuah kajian yang mengupas strategi militer ISIS mencoba

menjelaskanalasan mengapa kelompok itu begitu kokoh.Tiga lingkaranInti

strategi militer ISIS adalah konsep “Bertahan dan Berkembang”.Dengan

mempraktikkan teori itu, ISIS dapat bertahan di lokasi yang dianggap menjadi

markas mereka, Raqqa di Suriah dan Mosul di Irak.Bulan lalu, lokasi pertahanan

ISIS melebar ke Ramadi, ibu kota Provinsi Anbar di Irak, serta Kota Palmyra di

Suriah.Untuk bisa berkembang lebih jauh, ISIS telah mengotakkan dunia menjadi

tiga bagian.134

Sumber: https://indocropcircles.wordpress.com/2014/08/02/isis-dibuat-oleh-cia-

dan-mossad-untuk-memecah-islam/

134 “dunia strategi ISIS” dalam, http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/06/150616_dunia_strategi_isis Diakses 22 Mei 2016

113

Selain memiliki strategi global, ISIS juga menerapkan taktik tempur yang

spesifik. Di Irak dan Suriah, taktik penggunaan bom mobil atau Vehicle Borne

Improvised Explosive Devices (VBIEDS) terbukti menjadi senjata perang yang

sukses. Bom semacam itu dipasang di mobil Hummer AS yang dirampas dari

militer Irak.Wilayah-wilayah perkotaan yang lebih kecil diserbu menggunakan

“manuver jepit” dengan menempatkan bom mobil di kedua sisinya, disusul

militan-militan yang menggunakan rompi bunuh diri lalu diikuti prajurit dan

kendaraan-kendaraan yang dilengkapi persenjataan.135

Kota-kota besar dikuasai dengan metode gabungan antara infiltrasi,

khususnya melalui komunitas Sunni yang terpinggirkan di Irak, dan "Strategi

Belt" atau sabuk.Dengan strategi itu awalnya kota-kota dan pedesaan yang di

sekitar pusat kota besar dikuasai terlebih dahulu, dan menutup jalanan.Serbuan

makin digencarkan melalui anggota-anggota ISIS yang bergerak maju dan mulai

memasuki pusat kota layaknya sabuk.ISIS menggunakan wilayah gurun pasir

yang luas di Suriah dan Irak, menarik diri ke dalamnya untuk kemudian muncul

dari sana juga sesuka mereka. Taktik itu memerlukan mobilitas tingkat tinggi,

organisasi yang efisien, serta pasokan amunisi dan air yang banyak.Walaupun

serangan udara telah menghambat pergerakan di padang, ISIS mengatasi itu

dengan memecah pasukan menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan sulit

terdeteksi.136

Dengan itu, jumlah anggota ISIS yang sedikit bisa menghadapi pasukan

dalam jumlah besar sementara anggota ISIS lainnya menyerang sebuah kota,

135Ibid.,136Ibid.,

114

pangkalan militer atau lokasi strategis lainnya seperti sebuah bendungan atau

kilang minyak.Berdasarkan penjabaran tersebut, tampak jelas bahwa

ISISmerupakan pasukan tempur yang kuat, sangat termotivasi dan terdisiplin.

Selain itu mereka adalah organisasi denganrencana yang jelas, tersusun secara

sistematis dan memiliki strategi perang yang terbukti berhasil.belum ada

kesepakatan mengenai ukuran pasti kekuatan militer gerombolan itu.

Laman Wikipedia menyitir sejumlah sumber demi menuliskan jumlah pasukan

ISIS di Irak dan Suriah: klaim dari pejuang suku Kurdi (200.000 orang), informasi

militer Rusia (70.000 orang), pengakuan para mujahid (100.000 orang), dan data

dinas intelijen Amerika Serikat atau CIA (20.000 - 30.000 orang).Colin Clarke,

ilmuwan politik madya dari Rand Corporation, spesialis urusan pemberontakan

dan terorisme lintas negara, menaksir jumlah pejuang ISIS mencapai 10.000

orang.Angka itu memang jauh dari hitungan kasar sejumlah pihak sebagaimana

termuat dalam Wikipedia. Namun, menurut Clarke, "yang mengkhawatirkan

justru" ketika "komunitas intelijen bahkan tidak mengetahui" angka

pastinya.Problem buramnya data yang persis mengenai jumlah pasukan ISIS ini

agaknya turut dipicu oleh arus pasokan serdadu yang seolah tanpa henti dari

pelbagai wilayah.Indonesia sendiri tidak ketinggalan menjadi salah satu

'penyumbang' tentara ISIS. Pada akhir 2014, jumlah warga negara Indonesia yang

bergabung dengan organisasi berbendera hitam itu bertambah tiga kali

lipat menjadi setidaknya 500 orang.International Business Times, mengutip

laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), pada September 2014

mengatakan bahwa dukungan terhadap ISIS berkembang melalui ruang

mengobrol daring yang dikelola oleh sebuah organisasi teroris Inggris pada 2005,

115

Al-Muhajiroun.Pendiri ruang mengobrol digital itu kemudian mulai berupaya

meyakinkan banyak orang untuk memberikan sokongan kepada ISIS.Itu baru

perkara personel. Dan ISIS tidak hanya memiliki pasukan darah dan

daging.Persenjataan yang mereka miliki beragam, mulai dari yang konvensional

seperti roket antitank dan antiserangan udara, senjata artileri berat seperti

Howitzer M198, berjenis kendaraan lapis baja seperti M1 Abrams dan T-72; dan

rudal Scud.Kelompok itu pernah menembak jatuh helikopter Irak pada 2014 dan

mengaku telah melumpuhkan beberapa helikopter lain di tahun yang sama.

Mereka dicuriga memiliki sistem rudal antiserangan udara canggih seperti FN-6

buatan Tiongkok.ISIS juga menyimpan beberapa helikopter tempur UH-60

Blackhawk serta pesawat jet MiG21 dan MiG 23.Namun, jika menimbang laporan

Departemen Pertahanan AS dalam urusan kampanye militer bersama sekutu

dalam upaya menggerus daya ISIS, kekuatan kelompok milisi itu mungkin jauh

lebih besar.

Sumber: http://www.defense.gov/News/Special-Reports/0814_Inherent-Resolve

Besarnya kapasitas militer ISIS kemungkinan besar terwujud berkat

kecakapan mereka mendanai gerakannya. Tidak seperti Al-Qaeda, demikian

116

tulis CBC, yang menerima sebagian besar dana dari negara kaya di Teluk, ISIS

menggalang kebanyakan dana secara solo lewat pembajakan kendaraan,

perampokan bank, pemerasan, dan penculikan dengan tuntutan tebusan. Taksiran

uang yang ditangguk ISIS per harinya berkisar USD1 juta, atau bahkan USD25

juta - USD30 juta per tahun. Bahkan, ada pula pihak yang memproyeksikan

bahwa jumlah dana harian yang berhasil dikumpulkan mencapai USD2 juta

hingga USD4 juta. Namun, Newsweek pada November 2014 merilis warta

mengenai sepak terjang ISIS dan bagaimana kelompok itu mendanai operasinya.

Pemerintah atau pihak swasta dari Arab Saudi, Qatar, dan Kuwait--serta jejaring

luas donor pribadi-- pada 2012-2014 memberikan dana kotor sebesar USD40 juta.

Hingga kini, ketiga negara itu masih menggelontorkan sejumlah uang demi

memerangi rezim Bashar Assad di Suriah, yang satu di antaranya adalah ISIS.

Setelah mendapatkan kecaman dari Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton,

serta masyarakat internasional, Arab Saudi pada 2013 meloloskan Undang-

undang demi menjatuhkan sanksi bagi para penyokong keuangan organisasi

teroris seperti Al-Qaeda, Al-Nusra, dan ISIS.137

2. Terbaginya Kekuatan dalam Memerangi ISIS

Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak Rusia menumpas ISIS

bersama koalisi internasional yang dipimpin AS ketimbang mengerahkan

kekuatan militer di Suriah untuk membela Presiden Bashar al-Assad.Desakan itu

disampaikan juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, Selasa waktu AS. Dia

mengatakan, Presiden Barack Obama tidak berbicara dengan Presiden Rusia,

Vladimir Putin, tentang masalah perang terhadap kelompok Negara Islam Irak dan

137 “Seberapa besar kekuatan ISIS” dalam, https://beritagar.id/artikel/berita/seberapa-besar-kekuatan-militer-isis. diakses 22 Mei 2016

117

Suriah (ISIS). Obama dan Putin jarang berkomunikasi sejak krisis Ukraina pecah.

Hubungan kedua negara itu juga memburuk ketika AS menjatuhkan sanksi

terhadap banyak tokoh dan perusahaan Rusia. Sanksi dijatuhkan, karena Rusia

dianggap melakukan intervensi dalam krisis Ukraina.138

Rusia sendiri menghendaki pembentukan koalisi internasional penumpas

ISIS yang di dalamnya melibatkan rezim Suriah. Sedangkan AS menolak Suriah

bergabung dalam koalisi internasional untuk memerangi ISIS.Kremlin pada

akhirnya tetap memberikan dukungan militer pada rezim Suriah untuk memerangi

ISIS. Laporan terbaru, Suriah sudah mengerahkan beberapa tank tempur di

wilayah Suriah. Keputusan Kremlin itu membuat cemas AS dengan alasan

kehadiran militer Rusia justru memperburuk situasi dan bisa memicu konfrontasi

dengan koalisi yang dipimpin AS.139

Seminggu setelah Rusia meluncurkan serangan udara terhadap ISIS di

Suriah, harapan untuk koalisi yanglebih luas dalam memerangi militan ISIS yang

merebut sejumlah besar wilayah Suriah menguap. Harapan bahwa musuh

bersama, yang merepresentasikan tantangan peradaban, dapat mendekatkan

kembali Rusia dan Barat, ternyata prematur. Di luar kritik tajam Barat terhadap

serangan Rusia, yang menuduh Rusia menyerang oposisi Suriah bukannya ISIS, militer

Rusia bersikeras bahwa serangan tersebut terbukti efektif sejauh ini.Menghadapi

langkah Rusia yang cukup tegas, Presiden AS Barack Obama mengumumkan

rencana strategis untuk meluncurkan serangan umum secara de facto ke ibu kota

ISIS, kota Raqqa di timur laut Suriah. Operasi tersebut akan melibatkan 20 ribu

138 “As-Rusia tumpaslah ISIS ketimbang kerahkan militer di Suriah” dalam, http://international.sindonews.com/read/1045133/42/as-rusia-tumpaslah-isis-ketimbang-kerahkan-militer-di-suriah-1442370023 Diakses 22 Mei 2016

139Ibid.,

118

tentara Kurdi dan sekitar lima ribu pemberontak yang merepresentasikan oposisi

Suriah, didukung oleh AU Amerika.Inisiatif Obama untuk meluncurkan serangan

pada ISIS di Suriah, yang tak dilakukan selama lebih dari setahun sejak kehadiran

koalisi yang dipimpin AS, hanya memperburuk hubungan Moskow dan Obama

terkait strategi memerangi ISIS. Ada kecurigaan di kalangan pengamat Rusia

bahwa rencana tersebut tak lain hendak menunjukan kompetensi AS untuk

‘menyelesaikan hal yang tak tertangani oleh Rusia’. Sementara, koalisi anti-ISIS

yang mulai terbentuk antara Russia, Iran, dan Irak serata Damaskus menggunakan

caranya sendiri untuk bersatu sebagai sebuah pasukan anti-ISIS. Koalisi baru ini

membentuk pusat koordinasi di Baghdad untuk melakukan pengintaian dan

analisis, dan unit tersebut akan mulai beroperasi dalam beberapa minggu

mendatang.140

Pendatang baru di koalisi anti-ISIS kedua, yang dipimpin oleh Moskow,

yakni Irak, membuat komitmen tegas. Dilihat sebagai negara klien setelah lebih

dari satu dekade kehadiran militer Amerika di negara tersebut sejak jatuhnya

diktator Saddam Hussein, Irak berjanji akan lebih aktif memerangi ISIS dan

menyediakan data intelijen untuk Iran, Suriah, dan Rusia. Sementara, reaksi

internasional atas aksi militer Rusia berkisar dari penolakan penuh (Arab Saudi

dan Turki) hingga potensi kerja sama (Prancis), dan keacuhan (Uni Emirat Arab).

Secara tak terduga, Emirat menyambut keterlibatan Rusia, menyebutkan bahwa

mereka tak keberatan akan hal itu.141

140 “dua koalisi melawan ISIS bagaimana nasib Suriah selanjutnya” dalam, http://indonesia.rbth.com/politics/2015/10/12/dua-koalisi-melawan-isis-bagaimana-nasib-suriah-selanjutnya_481927. diakses 25 Mei 2016

141Ibid.,

119

Sejak Rusia terlibat dalam konflik Suriah, perubahan konfigurasi aliansi

politik dan loyalitas meningkat. Namun, hal ini tetap tak membuka jalan bagi

aliansi yang benar-benar luas dan komprehensif. Dua koalisi anti-ISIS tak

sepenuhnya saling bicara, meski terdapat kontak intens antara pejabat militer

Rusia dan Amerika. Terdapat cukup banyak retorika di udara yang menyebutkan

dua sekutu tersebut bersaing satu sama lain, mencoba melegitimasi superioritas

terkait pasukan anti-ISIS. Apakah hal ini akan mengganggu proses penumpasan

ISIS dan kelompok regional lain yang mengacaukan stabilitas regional? Dmitry

Polikanov, anggota Center for Policy Studies in Russia yang berbasis di Moskow,

menyampaikan pada Troika Report. Ini bisa mengarah pada upaya yang tak

terkoordinasi dan menciptakan pergesekan antara anggota kelompok koalisi,

secara tak disengaja. Saya berasumsi sepertinya lebih baik kedua koalisi

mengeluarkan pakta untuk menghindari perselisihan. Rusia dan AS harus sepakat

untuk bertindak lebih bijak.Saat ini, Barack Obama telah menyatakan perlunya

menyediakan senjata lebih banyak bagi pemberontak Suriah. Seperti kita tahu,

persenjataan tersebut sebelumnya dikirim oleh para pemberontak untuk teroris,

yang menghambat operasi yang dilakukan Rusia.

ISIS dianggap sebagai ancaman global, tantangan global. Perlu upaya

global untuk menumpas hal itu. Mengapa tak ada koordinasi antara Rusia dan

Barat pada titik kritis ini? Hal ini karena kurangnya keinginan politik dari pihak

Barat. Pemerintah Rusia berulang kali mengajak membentuk upaya bersama

memerangi ISIS. Semua upaya gagal, sayangnya. Hal ini mungkin dimotivasi oleh

ambisi personal pemimpin negara tertentu.Apakah mungkin salah satu koalisi

menyatakan diri sebagai pemenang? Sesungguhnya, tak ada yang benar-benar

120

menang dalam perang ini. Sangat berbahaya untuk mengaku sebagai pemenang.

ISIS, sama seperti organisasi teroris lain, merupakan organisasi jaringan. Secara

praktis tak mungkin mencapai kemenangan absolut. Saya rasa lebih masuk akal

untuk bicara mengenai proses, tapi tidak perlu bicara mengenai hasilnya. Tujuan

koalisi Rusia dan AS harus ditegaskan untuk mengurangi potensi tempur ISIS.

Pada dasarnya, kompetisi antara dua koalisi tak akan menentukan siapa yang

menang atas ISIS, melainkan memperlihatkan siapa yang lebih kuat di wilayah

tersebut. Bagi AS, mereka lebih butuh pengakuan sebagai penjaga keamanan

Timur Tengah. Bagi Rusia, ini adalah tentang mengamankan rezim pro-Moskow

di Damaskus, menciptakan hubungan khusus dengan kekuatan regional yang

sedang tumbuh, Iran, dan kembali ke politik global sebagai agen asertif yang bisa

diperhitungkan. Di luar perbedaan kepentingan strategis, tujuan utama kedua

koalisi sudah tentu memusnahkan ISIS dari dunia yang beradab.142

Saat ini Rusia dan Amerika sama-sama kesulitan untuk sepakat bekerja

sama, bahkan dalam memerangi ancaman bersama sekelas ISIS. Terdapat

beberapa alasan yang melatarbelakangi hal tersebut. Alasan pertama adalah

perbedaan strategi. "Kebijakan Amerika di Timur Tengah tak memiliki

pendekatan yang sistematis. Belum selesai membasmi al-Qaeda di Irak, AS

beralih ke Libya, kemudian setelah itu melakukan intervensi konflik Suriah," kata

Isayev.143

Amerika malah berusaha mengintervensi urusan internal negara-negara

tersebut dan mencampuri proses demokrasi di sana. Sementara, strategi Rusia

142Ibid.,143 “pakar perselisihan as dan rusia hanya menguntungkan teroris” dalam,

http://indonesia.rbth.com/politics/2015/03/04/pakar_perselisihan_as_dan_rusia_hanya_menguntungkan_teroris_27019. Diakses 25 Mei 2016

121

untuk memerangi terorisme berbasis pada dukungan untuk rezim yang sedang

berkuasa, tanpa memandang aspek demokrasi dan hak asasi manusia di negara-

negara tersebut. Alasan kedua yang mempersulit terciptanya kerja sama untuk

membebaskan Timur Tengah dari teroris adalah keengganan Washington untuk

menjadikan Moskow sebagai mitra. "Logika konfrontasi membuat mereka enggan

bekerja sama dan perlu menimbang-nimbang dengan seksama apakah hal tersebut

benar-benar perlu," kata Suslov. "Selain itu, kedua pihak memiliki penilaian yang

berbeda mengenai penyebab munculnya ancaman terorisme ini. Rusia

menganggap pihak yang paling bersalah atas kemunculan ISIS adalah AS.

Kebijakan AS yang diterapkan pada Suriah dilihat sebagai pengulangan dari

situasi pada tahun 1980-an, ketika Amerika mendukung muhajidin Afganistan

untuk melawan Uni Soviet.".144

D. Pengaruh kontestasi As-Rusia Terhadap Stabilitas Keamanan di Suriah

Arab Spring atau Musim Semi Arab sering diasosiasikan dengan

pembaharuan dimana rakyat di Timur Tengah melakukan revolusi. Arab Spring

dimulai ketika turunnya Presiden Tunisia, yaitu Ben Ali. Kemudian itu berlanjut

ke negara-negara timur tengah lainnya, seperti Mesir, Libya, Yaman, dan terakhir

yaitu Suriah. Pergolakan yang terjadi di Suriah sampai sekarang masih berlanjut

yang dipimpin oleh Presiden Bashar Al-Assad. Konflik di Suriah tersebut tentu

berdampak pada negara-negara dunia yang memiliki kepentingan di Suriah

khususnya Amerika Serikat dan Rusia. Kepentingan di bidang politik merupakan

kepentingan utama Amerika di negara-negara Timur Tengah khususnya Suriah.145

144Ibid.,145 “konflik Suriah kontestasi Amerika Rusia” dalam, http://jakartagreater.com/konflik-

suriah-kontestasi-amerika-rusia/. Diakses 25 Mei 2016

122

Suriah merupakan satu-satunya penghambat untuk Amerika setelah Irak

ditundukkan untuk menguasai negara-negara Timur Tengah. Sebagian besar

negara-negara di Timur Tengah sudah mulai menjadi pengikut atau sudah menjadi

teman dekat dengan Amerika Serikat. Akan tetapi berbeda dengan Suriah yang

cenderung lebih condong ke Rusia ketimbang dengan Amerika Serikat. Suriah

juga dianggap oleh Amerika sebagai ancaman besar bagi Israel selain Iran. Suriah

memiliki kedekatan yang erat dengan gerakan Hezbollah di Lebanon dan Hamas

di Palestina yang menjadi musuh besar Israel. Amerika sangat melindungi Israel

dari ancaman Suriah disebabkan karena Israel merupakan sekutu terdekatnya

Amerika di Timur Tengah dan sebagian besar orang yang berada di pemerintahan

Amerika adalah orang-orang Yahudi yang sangat memperjuangkan Israel dalam

dunia internasional.146

Berdasarkan sejarah, Suriah merupakan salah satu sekutu terdekatnya

Rusia di kawasan Timur Tengah. Kedekatan itu disebabkan secara ideologis,

rezim Ba’athis (sebuah partai politik yang berkuasa atau dominan di Suriah) yang

berkuasa di Suriah lebih berorientasi kepada sosialis ketimbang sebagian besar

rezim-rezim yang berkuasa di Arab. Selain itu, rezim Ba’athis juga lebih cocok

diidentifikasikan dengan Blok Timur ketimbang Gerakan Non-Blok.Rusia

memiliki kepentingan dalam bidang politik dan ekonomi dalam konflik internal

Suriah. Kepentingan politik Rusia di Suriah berkaitan dengan adanya usaha Rusia

dalam mempertahankan pengaruhnya di Timur Tengah dalam menghadapi

dominasi Amerika yang ingin menguasai Timur Tengah. Suriah juga dipandang

oleh Rusia sebagai aset geostrategis penting dalam mencapai kepentingan

146Ibid.,

123

nasionalnya. Kepentingan Rusia dalam bidang politik di Suriah terlihat dengan

adanya pangkalan angkatan laut milik Rusia di Pelabuhan Tartus. Pangkalan laut

tersebut merupakan satu-satunya yang dimiliki oleh Rusia di Timur

Tengah.Adapun kepentingan ekonomi Rusia dalam konflik internal Suriah yakni

adanya keinginan Rusia menjadikan Suriah sebagai pasar potensial untuk

perdagangan senjata. Semua produk senjata dan kendaraan militer Suriah

merupakan buatan Rusia. 147

Gambaran lebih jelas atas instabilitas timur tengah dapat ditelusuri lewat

politik imperialisme Negara-negara besar. Ekspansi ideologis berikut bentuk-

bentuk praksis politik dan ekonomi turunannya telah lama dilakukan sejak era

perang dingin. Afghanistan, Iraq, Iran, Mesir, Arab Saudi, Palestina, atau Libya

kesemuanya pernah dan sedang menjadi medan turbulensi geopolitik. Barat tidak

pernah berperan sebagai juru selamat, juru runding, atau fasilitator perdamaian.

Kesemuanya hanyalah kedok. Sandiwara rutin di tiap meja diplomasi guna

menutupi standar ganda mereka. Hal yang sama juga berlaku untuk Rusia dan

Putin. Sebagian pihak berasumsi kehadiran Rusia layaknya oase ditengah tindakan

unilateral dan kegagalan massif AS di Timur-tengah.148

Penilaian semacam itu mudah berkubang dalam oversimplifikasi. Putin

menyimpan agendanya sendiri secara rapat. Peran Rusia tentu pada gilirannya

akan meminta imbal balik. Dalam setiap episode perang kepentingan bisnis

menguntit pelan dari dekat. Profit perang sangatlah menjanjikan di timur tengah.

Bisnis minyak, proyek infrastruktur rehabilitasi paska perang, hutang luar negeri 147Ibid.,148 “Koalisi internasional melawan ISIS” dalam,

http://morrisama.blogspot.co.id/2015/12/koalisi-internasional-melawan-isis-dan.html. Diakses 25 Mei 2016

124

dan jual beli senjata merupakan sisi lainnya. Akumulasi capital semacam ini

adalah fenomena yang inheren. ISIS dan perang melawannya sulit lepas dari

aspek ekonomi-politik. Oleh karenanya, analisa demikian pada gilirannya akan

menyentuh platform politik rezim-rezim berkuasa di timur tengah. Bahwa mereka

juga bagian dari masalah. Saddam, monarki Saudi, Bassar, atau Erdogan

memainkan politik standar ganda sembari memelihara kekuasaan otoriternya.

Arus demokratisasi politik pun menjadi tumbal. Kedaulatan rakyat berada di

tangan dan lidah penguasa. Perang bagaimanapun juga adalah sebuah mega

proyek. Banyak hal krusial akan dikalkulasi, untung dan ruginya. Sama sekali tak

ada altruisme disana. Satu-satunya garansi yang menanti dengan setia adalah

pertumpahan darah, disintegrasi, dan chaos.149

Dengan demikian wacana dan praktek koalisi internasional melawan ISIS

atau terorisme adalah sesuatu yang baru sekaligus lama. namun yang pasti

fenomena tersebut setidaknya memungkinkan dan menjustifikasi dua hal.

Pertama, probabilitas bergesernya peta Geopolitik Barat di Timur-tengah, dan

kedua, faktor kepentingan nasional masing-masing Negara pada akhirnya dapat

menegasikan pendekatan politiknya dengan Negara lain. Diplomasi sekali lagi

membuktikan premis lamanya. Tujuan diplomasi bukanlah menemukan solusi

yang sempurna melainkan seni mengelola resiko. Kecuali memang yang akan

menanggung hampir semua resikonya adalah rakyat biasa. 150

Amerika Serikat (AS) dan koalisinya mengumumkan telah melakukan 24

serangan terhadap ISIS di Suriah dalam 24 jam. Di waktu yang sama, Rusia

mengklaim menggempur 55 target ISIS. Analis militer, Andrew Foxall dari 149Ibid.,150Ibid.,

125

kelompok think thank Henry Jackson Society, memperingatkan, serangan koalisi

AS yakni NATO dan Rusia di Suriah bisa menjadi bencana tak terbayangkan jika

suatu saat bersinggungan. Kedua kekuatan dunia itu, bahkan bisa terlibat Perang

Dunia III di Suriah. Dalam beberapa hari ini saja, ketegangan antara AS dan Rusia

terus memanas, di mana AS menuduh serangan Rusia mengenai pasukan

pemberontak Suriah yang dilatih AS. Sebaliknya, Rusia mengejak koalisi AS

yang sudah setahun menyerang kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)

tapi tidak begitu terlihat hasilnya. Foxall, mengatakan insiden diplomatik bisa

berubah jadi bencana. Dia menggambarkan bahwa lalu lintas udara di Suriah kini

semakin padat.151

Pesawat tempur, helikopter, drone, rudal dan artileri baik dari Rusia

maupun koalisi AS telah jadi pemandangan setiap saat di wilayah udara Suriah.

”Mengingat jumlah lalu lintas militer di udara (yang padat), ada kekhawatiran

nyata bahwa pesawat akan ditembak jatuh karena kesalahpahaman yang jadi

bencana. Ini berarti kita bisa menjadi saksi detik-detik dari eskalasi yang tiba-tiba

membawa kita ke ambang perang,” kata Foxall. Komandan serangan udara AS di

Suriah, Letnan Jenderal Charles Brown, telah mengakui adanya ketegangan kedua

pihak. Dia mencontohkan, pesawat AS dan Rusia nyaris berhadapan dalam jarak

20 mil. Jika tidak dikendalikan, hal itu bisa jadi bencana dalam hitungan detik.

“Rusia memiliki tujuan yang sangat berbeda dengan koalisi NATO yang

menginginkan perubahan rezim di Suriah,” kata Foxall, seperti dikutip Daily

Mirror, semalam. (Sementara) kepentingan utama Kremlin adalah

151 “konflik Suriah bisa picu perang dunia ketiga” dalam, https://www.salafynews.com/konflik-suriah-bisa-picu-perang-dunia-ketiga.html. Diakses 27 Mei 2016

126

mempertahankan rezim pro-Rusia di Suriah.152 Pengaruh antara Barat (AS)

dengan Rusia dan China tengah berjalan secara ketat. Hal tersebut bisa

diindikasikan dengan sikap China dan Rusia yang dua kali melakukan veto

terhadapa resolusi yang digalang oleh AS beserta sekutu-sekutunya. Sikap China

dan Rusia itu bukan tanpa dasar, tetapi merupakan sikap perlawanan atas

dominasi AS khususnya di Timur Tengah. Perseteruan Rusia dan AS bisa dilacak

dari perang dunia maya (cyber war) antara keduanya dan yang paling menonjol

adalah penentangan Rusia atas upaya pembangunan sistem pertahanan rudal (anti-

ballistic missile defense) yang dibangun oleh AS dan NATO di negara-negara

Eropa Timur seperti Polandia, Spanyol, dan Rumania. Untuk meminimalisir

pengaruh dan dominasi AS khususnya di Timur Tengah, China dan Rusia bersatu

padu untuk menjegal langkah AS dan para sekutunya agar tidak sewenang-

wenang dalam menyelesaikan setiap masalah di kawasan yang kaya minyak

tersebut. China dan Rusia tidak ingin kecolongan lagi seperti masalah Somalia,

Irak, dan Libya. Hal itu telah disampaikan secara jelas oleh Perdana Menteri

China Wen Jiabao dan Menlu Rusia Sergei Lavrov.153

Kedua Negara adidaya ini saling menunjukkan ketengangan satu sama lain

karna perbedaan pandangan terhadap konflik yang terjadi di Suriah. Dimana

dipihak Amerika Serikat mendesak Rusia agar fokus pada serangan melawan ISIS

di Suriah dan melengserkan Presiden Assad, Sedangkan dari pihak Rusia yang

mendukung penuh kediktatoran Presiden Suriah, Bashar al Assad.154

152Ibid.,153http://fatkurrohman.blogspot.co.id/2013/06/as-terjegal-di-suriah-oleh-

fatkurrohman.html154 “Amerika dan Rusia bersitegang di Suriah” dalam,

http://www.mustanir.com/2015/10/03/amerika-dan-rusia-bersitegang-di-suriah/ diakses 29 Mei 2016

127

a. Konflik Suriah dijadikan Alat Promosi Persenjataan

Rusia dan Amerika Serikat saling unjuk kekuatan di Suriah dengan

masing-masing mendukung dua pihak yang bermusuhan di mana Rusia

mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad yang berbasis Syiah Alawiyah

sedangkan AS menyokong pihak pemberontak yang umumnya Sunni.Kedua

negara berdalih menggelarkan kekuatan militernya di Suriah demi melikuidasi

kelompok ekstremis militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).Hari ini

Washington mengonfirmasikan bahwa Rusia telah menggelarkan 28 pesawat

tempur di Suriah yang berarti Rusia meningkatkan kehadiran militernya di negara

terkoyak perang ini.Sebaliknya AS mengirimkan 70 tentara pemberontak didikan

pasukan khusus AS ke medan perang Suriah Senin waktu setempat.155

Seperti di kutip CNN Indonesia Rusia memamerkan sejumlah peralatan

militer modern dalam parade besar di Lapangan Merah, Moskow, termasuk sistem

pertahanan rudal udara yang digunakan di pangkalan udara Suriah dan beberapa

jet yang diterbangkan untuk melakukan misi militer di sana.156

Kementerian Pertahanan Rusia dilaporkan akan menjadikan misi di Suriah

sebagai misi debut pesawat terbaru mereka, yakni Su-35S. Misi ini akan

menentukan apakah proyek terbaru Sukhoi ini sukses, seperti generasi

sebelumnya, atau berakhir gagal, beberapa hari yang lalu, empat Su-35S, yang

diserahkan ke Angkatan Udara Rusia akhir tahun lalu telah diangkut ke Suriah

155 “Rusia dan As saling gertak di Suriah” dalam, http://www.antaranews.com/berita/519551/rusia-dan-as-saling-gertak-di-suriah Diakses 29 Mei 2016

156 “parade militer Rusia pamer senjata yang digunaka di Suriah” dalam, http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160509180812-134-129527/parade-militer-rusia-pamer-senjata-yang-digunakan-di-suriah/ Diakses 29 Mei 2016

128

melalui Iran dan Irak, untuk dibawa ke pangkalan udara Rusia di Hmeymim,

dekat Latakia, di barat laut Suriah. Su-35S merupakan generasi terbaru dari jet

tempur legendaris Rusia, Sukhoi. Jet ini merupakan pengembangan dari Su-27,

yang saat ini turut terlibat dalam operasi anti-teror Rusia di Suriah, untuk

membasmi ISIS. Rusia sendiri saat ini sedang getol memodernisasi peralatan

militernya. Rencananya, pada tahun 2020 semua peralatan Rusia sudah dilengkapi

dengan teknologi paling baru dan paling canggih. Modernisasi ini merupakan

bagian dari perombakan besar-besaran dari Angkatan Bersenjata Rusia.157

Rusia dibawah kendali Presiden Vladimir Putin tetap teguh memegang

prinspnya untuk melindungi satu-satunya sekutu strategis di timur tengah,

Presiden Suriah Bashar Al Assad. Meksi didesak oleh para pemimin G8, Putin

tetap berjalan lurus melindungi Suriah dari intervensi militer langsung oleh

Amerika Serikat dan Barat. Ditengah keputusan Barat yang secarat terbuka akan

mengirimkan lebih banyak senjata canggih pada kelompok pemberontak membuat

Ruisa merespon keputusan ini dengan mengirim lebih banyak senjata canggih

pada Presiden Suriah Bashar Al Assad. Langkah putin ini secara tak langsung

memberi efek luar biasa bagi Barat, upaya untuk menyerang Suriah secara

langsung sepreti kasus Libya tak akan mudah lagi, bila dipaksakan Barat akan

terbentur dengan kekuatan militer Rusia. Muncul kabar terbaru bahwa senjata-

senjata canggih yang akan di supply Rusia ke Suriah merupakan senjata baru yang

belum pernah terlihat di medan pertempuran alias senjata non Battle Proven,

sengaja atau tidak dibalik penggelaran senjata baru Rusia di Suriah bisa jadi

157 “Suriah jadi debut jet tempur terbaru Rusia” dalam, http://international.sindonews.com/read/1081829/41/suriah-jadi-debut-jet-tempur-terbaru-rusia-1454314698. Diakses 29 Mei 2016

129

dimanfaatkan sebagai ajang uji coba bagi senjata baru tersebut sehingga berhak

menyangang Title Battle Proven.158

Melalui ajang uji di pertempuran yang nyata akan didapatkan informasi

faktual seberapa hebat senjata baru tersebut, kelebihan dan kelamahan bisa

diperlihatkan dengan jelas sebagai informasi berharga untuk pengembangan lebih

lanjut. Tentu saja, bila senjata baru Rusia ini memanen sukses besar di Suriah,

maka otomatis mengangkat nama senjata-senjata rusia tersebut yang berimplikasi

kuat di sektor bisnis penjualan senjata. Sukses di medan perang (battle Proven)

akan semakin meningkatkan kepercayaan calon pembeli senjata untuk membeli

senjata tersebut. Title Battle Proven merupakan jaminan kuat bagi senjata tersebut

untuk laku di pasaran, Seperti pepatah lama, tak ada bantuan yang sepenuhnya

gratis, mungkin ini juga ditengah dimainkan Rusia dalam konflik Suriah.159

Jika sebelumnya Amerika Serikat dan Rusia selalu di kubu yang

berseberangan, kini kedua negara tersebut, meski tak bertemu secara fisik di

medan perang, namun saling memamerkan teknologi persenjataannya di Suriah.

Inilah yang sebuat Proxy War atau perang proksi. Suriah menjadi lokasi

pertempuran, di mana AS dan Rusia saling memamerkan teknologi

persenjataannya di Suriah. Di Suriah, AS dan Rusia tidak bertemu, tapi kedua

negara adidaya itu mempertemukan teknologinya masing-masing.160

b. Konflik Suriah Dijadikan Ajang Pembuktian Kekuatan

158 “sisi lain perang Suriah ajan uji coba senjata baru Rusia” dalam, http://www.kompasiana.com/kasamago/sisi-lain-perang-suriah-ajang-uji-coba-senjata-baru-rusia_552c11116ea834803a8b45b0. 29 Mei 2016

159Ibid.,160 “pamer senjata As Rusia perang proxy di suriah” dalam,

https://www.islampos.com/mustafa-nahrawardaya-pamer-senjata-as-rusia-perang-proxy-di-suriah-221193/. Diakses 29 Mei 2016

130

Keberhasilan strategi presiden Rusia, Vladimir Putin dalam intervensi

militer di Suriah ini diakui dalam assessment yang dibuat pemerintah di

Washington. “Tidak perlu diragukan lagi, posisi presiden Suriah, Bashar al Assad

kini lebih aman dibanding sebelumnya”, ujar seorang petinggi di Pentagon kepada

KB Reuters. Juga posisi tawar menawar Rusia di meja perundingan internasional

terkait konflik Suriah langsung melambung. Kini tidak mungkin ada solusi damai

tanpa keterlibatan Moskow. 161

Presiden Putin sebelummnya menegaskan, intervensi militer Rusia di

Suriah memang bertujuan mengokohkan pemerintahan Assad dan membantunya

memerangi Islamic State-ISIS. Sementara negara barat menuding serangan udara

Rusia terutama ditujukan ke posisi pemberontak moderat. Salah satu grup yang

diklaim moderat adalah Front Al-Nusra yang sempalan Al Qaida. Lima pejabat

tinggi pemerintah Amerika yang diwawancarai Reuters, secara senada juga

mengakui sukses strategi Putin di Suriah. “Secara umum misi Rusia di Suriah

sukses, dan ongkos perang relatif rendah”. 162

Amerika Serikat dan aliansinya yang telah melakukan intervensi militer

lebih dari tiga tahun, tidak berhasil mengubah perimbangan kekuatan di negara

yang dicabik perang saudara sejak lebih dari empat tahun itu. Ironisnya, justru

kekuatan dan kawasan yang bisa direbut Islamic State – ISIS di Suriah dan Irak

makin kokoh dan meluas.163

161 “Rusia demonstrasi perang aktif di Suriah” dalam, http://www.dw.com/id/rusia-demonstrasikan-perang-efektif-di-suriah/a-18946744 diakses 29 Mei 2016

162Ibid.,163Ibid.,

131

Sebuah laporan Pentagon Amerika Serikat (AS) mengungkap

kekhawatiran Washington atas manuver-manuver mematikan armada militer

Kremlin dalam memerangi ISIS di Suriah. Padahal, AS sempat meremehkan

kemampun militer Rusia sejak akhir Perang Dingin. Laporan itu disusun George

Fedoroff, pejabat ahli intelijen Angkatan Laut AS pemantau militer Rusia dengan

judul; “The Russian Navy: A Historic Transition”.164

AS merasa “baru terbangun” melihat kekuatan Angkatan Laut Rusia

terkini saat unjuk kekuatan di Suriah. militer Rusia meluncurkan rudal-rudal

jelajahKaliber-M dari kapal perang yang ditempatkan di Laut Kaspia. Rudal yang

melesatlebih dari 1.500 mil dan melewati langit Irak dan Iran sebelum akhirnya

menggempur basis teror di Suriah telah dipantau AS. Para pejabat AS saat itu

sempat menuduh, beberapa rudal jelajah Rusia itu menyasar ke Iran. Namun

tuduhan itu disangkal baik oleh Moskow maupun Teheran.165

Dalam laporannya, Fedoroff mencatat armada militer musuh AS dalam

Perang Dingin itu tumbuh, di mana Kremlin memiliki banyak kapal perang dan

kapal selam, yang saat ini berjumlah 186 kapal. Dia juga memantau persenjataan

Angkatan Laut Rusia yang patut dipertimbangkan AS. Fedoroff mengakui bahwa

AS telah meremehkan kemampuan militer Rusia sejak akhir Perang

Dingin. Namun, sekarang, untuk pertama kalinya dalam 24 tahun, Pentagon mulai

memperhatikan kehebatan militer Moskow.166

164 “Amerika mulai takut dengan kekuatan militer Rusia” dalam, http://www.lintasnasional.com/2015/12/29/amerika-mulai-takut-dengan-kekuatan-militer-rusia/. Diakses 30 Mei 2016

165Ibid.,166Ibid.,

132

Sejak tahun 2000, kondisi pemerintah dan ekonomi Rusia telah stabil,

telah ada upaya yang terfokus dan didanai untuk merevitalisasi militer

Rusia, termasuk angkatan lautnya,” lanjut laporan Fedorrof, seperti

dilansir Sputnik. Fedoroff juga mencatat manuver rudal jelajah Kalibr Rusia

sebagai tanda meningkatnya kekuatan angkatan laut Rusia.”(Rudal) Kalibr

memberikanplatform sederhana, seperti korvet, dengan kemampuan ofensif yang

signifikan dan dengan menggunakan rudal serangan darat,

semua platform memiliki kemampuan yang signifikan untuk membuat target tetap

jauh berisiko,” imbuh laporan itu.167

Pesawat-pesawat jet tempur Rusia yang menghujani Suriah dengan bom-

bom dahsyat dinilai menjadi pukulan semacam “bom” psikologis bagi Amerika

Serikat (AS). Demikian analisis kolomnis terkemuka Rusia, Vladimir Soloviev.

Menurutnya, dalam sebulan terakhir, opini publik dunia beralih dari menonton

video propaganda kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ke agresi militer

Kremlin di Suriah yang sudah membuat AS dan sekutunya kesal. Soloviev

melanjutkan, waktu untuk diskusi tentang teroris berjenggot telah lewat. Sekarang

semua orang berbicara tentang aksi pilot-pilot Rusia. Menurutnya, Washington

mau tidak mau harus menyaksikan “pahlawan” baru di Suriah dalam memerangi

kelompok teror.168

Analisis Soloviev bukan sekadar argumen pribadi. Dia mengutip

pengakuan Komandan Pasukan Angkatan Darat di Eropa, Jenderal Ben Hodges,

yang terkejut dengan kemampuan Moskow menyebarkan tentaranya di kawasan 167Ibid.,168 “hujan bos Rusia di Suriah jadi pukulan psikologis bagi As”dalam,

http://international.sindonews.com/read/1056133/41/hujan-bom-rusia-di-suriah-jadi-pukulan-psikologis-bagi-as-1445822892 diakses 30 Mei 2016

133

Timur Tengah dalam waktu yang sangat singkat. “Ia bingung dengan hal ini,”

tulis Soloviev dalam sebuah kolom yang dikutip Sputnik, Senin (26/10/2015).

Soloviev juga mengutip analisis pemberitaan wartawan Italia yang pernah

membuat laporan kehebatan agresi Rusia di Suriah. ”Rusia terlalu kuat,” judul

laporan itu. ”Ledakan bom Rusia di Suriah telah memukul Amerika dengan

gelombang ledakan. Ini semacam ‘bom psikologis”, kata Soloviev. Intervensi

militer Rusia di Suriah, kata dia, telah mematahkan citra AS di panggung dunia.

Terlebih, Rusia telah mengusulkan Pemilu sebagai solusi untuk mengakhiri krisis

Suriah.169

2. Pengaruhnya Terhadap Stabilitas Keamanan di Suriah

Sampai hari ini, Konflik di Suriah tidak lagi sekedar pertempuran antara

kubu pro atau anti presiden Assad, namun telah berubah menjadi konflik

sektarian.Konflik telah membawa kelompok Sunni sebagai mayoritas di negara itu

untuk melawan presiden Syiah Alawit. Isu Sunni-syiah kemudian cepat

berhembus dan menarik negara-negara tetangga dan kekuatan dunia ikut turun

tangan.Konflik berkepanjangan membuat Suriah terbagi menjadi empat wilayah

yang masing-masing dikontrol empat kekuatan. Empat kekuatan tersebut adalah

rezim Suriah, faksi-faksi oposisi Suriah, milisi Kurdi dan ISIS.Pemberontakan

Musim Semi Arab melawan penguasa otoriter Assad telah berkembang menjadi

perang proxy yang menjadi persaingan kekuatan regional dan dunia.Konflik

suriah begitu kompleksnya. Seakan semua aktor dunia  bertemu di satu panggung.

Amat sulit menebak kesudahan konflik Suriah. Lebih-lebih melihat perimbangan

kekuatan kedua kubu yang sama-sama didukung raksasa Kekuatan dunia (AS dan

169Ibid.,

134

Rusia).Korban terus berjatuhan dan pengungsi makin tak pasti nasibnya.

Sebenarnya kita berharap pada badan dunia seperti PBB, namun pengalaman

selama ini berbicara bahwa badan dunia itu masih setengah-setengah dalam

bertindak.Saat ini Suriah dalam kondisi gencatan senjata yang ditengahi oleh

Rusia dan Amerika Serikat, dimana hal itu mulai berlaku pada 27 Februari.

Gencatan senjata yang dicapai antara pemerintah Suriah dan puluhan kelompok

militan yang beroperasi di negara tersebut, tidak berlaku untuk kelompok teroris

Daesh dan front al-Nusra.Namun, merebaknya kekerasan baru di beberapa bagian

Suriah, khususnya di sekitar Aleppo, telah menjadikan gencatan senjata tersebut

compang-camping akibat adanya banyak pelanggaran dalam beberapa pekan

terakhir dan hal ini mempengaruhi pembicaraan damai terkait konflik

Suriah.Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, memperkirakan

bahwa lebih dari 500.000 orang telah tewas dalam konflik. Dan lebih dari

setengah dari populasi di Suriah juga telah mengungsi.170

Konflik di Suriah kini memasuki tahun kelima. Jumlah korban semakin

meningkat, hingga mendekati 500.000 korban jiwa. Bagi rakyat Suriah,

pengeboman, pembunuhan dan penyiksaan adalah horor yang mereka hadapi

setiap hari.Suriah mengungkap sebuah fakta tentang ketidakberdayaan Dewan

Keamanan PBB di era rivalitas yang tajam hari ini. Karena di Suriah, sistem di

PBB bekerja, tapi tidak untuk rakyat Suriah.Apa yang terungkap dari konflik di

Suriah tentang PBB adalah bahwa sistem tersebut “tidak bermoral”, bahkan saat ia

“berfungsi” sekalipun. Ia dipasang untuk menjalankan kepentingan great powers-

dan mengurangi kemungkinan terjadinya perang di antara mereka. Sistem tersebut

170https://arrahmahnews.com/2016/06/28/keamanan-iran-kunjungi-rusia-bahas-krisis-suriah/

135

memberikan sebuah tatanan dasar. Tapi, tatanan tersebut jauh dari keadilan-

sebagaimana yang kita lihat di Suriah, dan gagal untuk menghadirkan

perdamaian.Banyak yang terkejut dengan meningkatnya eskalasi kekerasan yang

terjadi di sana. Namun, sejatinya hal yang paling mengejutkan adalah semua

orang terkejut dengan kegagalan PBB tersebut. PBB adalah organisasi yang cacat

yang tidak mampu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ia nyatakan, apalagi

memenuhi kebutuhan dan harapan berbagai pihak yang tertindas dan mengalami

penderitaan di seluruh dunia—yang menjadikan PBB sebagai harapan terakhir

mereka.Setelah berulangkali mengeluarkan resolusi untuk mengatasi konflik di

Suriah, dengan nilai F yang mereka dapatkan, PBB mengeluarkan Plan of Action

to Prevent Violent Extremism.171

Mereka menganggap kelompok radikal Islam sebagai ancaman terbesar

bagi tatanan dunia dan nilai-nilai Barat. Untuk melawannya, segala upaya pun

dilakukan, mulai dari serangan darat, serangan udara, pembunuhan, penyiksaan,

penahanan secara masif, hingga sanksi ekonomi. Yang terbaru, mereka membuat

pendekatan lain yang diberi nama “Prevent Violent Extremism” untuk mencegah

tersebarnya paham-paham ekstrimisme. Langkah ini diambil karena program

deradikalisasi, yang mencoba untuk mengubah pikiran orang-orang yang sudah

radikal, dinilai tidak efektif.Globalisasi program PVE ini tidak lepas dari usaha

pemerintah AS sebagai penggerak utamanya. Plan of Action memberikan lebih

dari 70 rekomendasi kepada seluruh negara anggota dan juga sistem PBB untuk

mencegah penyebaran ekstremisme kekerasan. PBB juga merekomendasikan

negara anggotanya untuk mengadopsi inisiatif yang ada dalam plan of

171https://www.arrahmah.com/rubrik/narasi-tunggal-pbb-gagal-di-suriah-pbb-membuat-prevent-violent-extremism.html

136

action tersebut yang berfokus pada tujuh area kunci untuk menangkal violent

extremism, yaitu:

Dialog dan Pencegahan KonflikMenguatkan Good Governance, HAM, dan Aturan HukumPelibatan KomunitasPenguatan PemudaPersamaan Gender dan Pemberdayaan PerempuanPendidikan, Pengembangan Skill, dan Kemudahan Lapangan KerjaKomunikasi Strategis, Internet, dan Media Sosial

Plan of action tersebut bukan tanpa kritikan, banyak lubang cacat di sana yang

membuat sejumlah akademisi memberikan catatan dan kritikan.

Pertama, tidak mendefinisikan apa itu violent extremism, bahkan PBB

menyerahkan definisi tersebut pada negara masing-masing yang berpotensi

disalahgunakan untuk melakukan represinya atas rakyatnya.

Kedua, tidak mampu memberi bukti yang meyakinkan tentang penyebab violent

extremism. Tidak banyak bukti yang mendukung penyebab violent

extremism yang diklaim oleh Plan of Action. Plan of Action sendiri menjelaskan

bahwa tidak ada konsensus di antara para ahli tentang “apa yang

menyebabkan violent extremism” dan tidak ada bukti kuantitatif tentang apa yang

menyebabkan seseorang menjadi ektrimis atau teradikalisasi. Tentu saja,

konsensus ini akan makin sulit dicapai jika definisi saja tidak jelas.172

Ketiga, PVE memiliki dampak menyeluruh, di mana ia bisa memasukkan

kepentingan yang legal di bawah bendera “menekan violent extremism“. Plan of

Action tidak mendasarkan konsep violent extremism pada hukum internasional.

Tidak jelas, apakah seluruh aksi violent extremism bisa dianggap melanggar 172 .,Ibid

137

hukum, terutama yang terjadi di saat konflik. Namun di saat yang sama, Plan of

Action berusaha menampakkan diri menghormati hukum internasional sebagai

jalan utama untuk menghentikan momokviolent extremism.

Keempat, jika PVE gagal, biaya politik dan keamanannya tidaklah nol. Jika Plan

of Action diimplementasikan, sebagaimana harapan Sekjen PBB, maka seluruh

negara di dunia akan memiliki National Plan of Action tentang PVE. Negara akan

mengerahkan sumber dayanya untuk usaha ini. Mereka akan membuat hukum

baru. Mereka akan mengubah ke mana dana pembangunan dan bantuan akan

diinvestasikan. Para pejabat mereka akan terus menyorot komunitas, kelompok

etnis, atau kelompok agama yang “rentan” terhadap terorisme. Komunitas tersebut

akan terus diawasi atas nama PVE. Negara akan meningkatkan usaha untuk

membuat orang “lebih moderat”, atau mengajari mereka bahwa ‘teks-teks agama

mereka mempunyai tafsir yang lain dari yang mereka yakini’.

Karenanya, PVE berpotensi menciptakan para violent extremist sebanyak

yang berhasil mereka cegah. Ada potensi pukulan balik di sini, dan hal ini harus

dipandang serius dalam lingkungan geopolitik saat ini.Represi yang timbul dari

inisiatif tersebut tidaklah mengejutkan. Akar dari semua itu terdapat pada cacat

semantik dan konseptual yang melekat di dalamnya. Strategi tersebut didasarkan

pada “pemahaman yang simplistik dari proses [radikalisasi] sebagai sebuah jalur

pasti kepada violent extremism dengan tanda yang bisa diidentifikasi sepanjang

jalur tersebut.” Dalam teori tersebut, jika seseorang berpikiran radikal, pada

ujungnya otomatis dia akan menjadi seorang teroris. Padahal, meski sudah banyak

dilakukan riset dengan dana yang sangat besar, “tidak ada data statistik yang

otoritatif tentang jalur yang membawa seseorang menjadi radikal.”Di atas kertas,

138

hampir semua strategi untuk melawan ekstremisme kekerasan bersifat generik.

Namun, dalam praktiknya, mereka cenderung menargetkan kelompok tertentu

yang dicap paling ‘beresiko’ tertarik pada ekstremisme kekerasan. Pendekatan

semacam ini bisa sangat diskriminatif dan memberikan stigma berbagai kelompok

minoritas, etnis, agama atau adat tertentu. Inti strategi ini adalah persepsi bahwa

untuk mencegah terorisme, yang mereka lihat sebagai ancaman terbesar di era ini,

mereka harus mencegah Muslim yang ‘rentan’ dari teradikalisasi oleh

ekstremisme kekerasan. Mereka menganggap ideologi sebagai akar dari terorisme.

Strategi Prevent menganggap keyakinan Islam sebagai masalah.PVE adalah

program yang dimotivasi oleh politik, bukan strategi kontraterorisme. Dan alasan

kenapa ia berhasil diterapkan adalah sebagian umat Islam dengan mudah

menerima narasi tunggal yang disetir oleh Barat yang berlaku dalam “perang

melawan teror”. Narasi yang digunakan terkait dengan kekerasan politik,

ekstremisme, radikalisasi, dan persoalan Islam/Muslim sangat dipengaruhi

oleh think tanks AS dan Inggris serta kelompok kebijakan mereka, yaitu bersifat

ideologis dan politis.Hasilnya adalah sebuah kebijakan yang tidak lagi tentang

pencegahan kekerasan yang termotivasi oleh politik—yang disebabkan oleh

dukungan Barat pada pemerintah yang zalim dan penindasan yang mereka

lakukan pada dunia Islam, bukan ideologi—tapi lebih kepada kebijakan untuk

mengalahkan ideologi Islam itu sendiri, dengan hanya menerima Islam yang

bersahabat bagi nilai-nilai Barat.Dengan program PVE-nya, Barat berusaha

mendefinisikan ulang Islam. Meski dalam retorikanya ingin perdamaian dan

persatuan, realitanya mereka justru berusaha memecah belah Islam dengan

139

membuat pengelompokan: Islam moderat dan Islam ekstrim. Padahal, “Islam

adalah Islam, dan akan selalu demikian hingga hari kiamat.”173

Aspek iklim keamanan secara sosial keadaan Suriah dibentuk dalam sebuah

model perdamaian yang berkelanjutan pemahaman pertama kedua kondisi pra-

perang negara dan karakteristik utama dari konflik, termasuk tetapi tidak terbatas

pada unsur sektarian perang. Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan,

menyatakan bahwa untuk menghindari satu ukuran cocok untuk semua formula

dan impor model asing, dan, sebaliknya, mendasarkan dukungan kami pada

penilaian nasional, partisipasi nasional dan kebutuhan nasional dan aspirasi174.

Penyebab dan unsur utama konflik diuraikan, oleh karena itu, akan sebuah

pembagian kekuasaan. Model diusulkan dan aplikasi potensinya dalam konteks

spesifik perang sipil Suriah dieksplorasi.

Gangguan dari masyarakat internasional dalam konflik Suriah sekaligus

sebuah kutukan dan berkat. Keterlibatan pemain internasional yang signifikan

untuk menyelesaikan konflik, aktor-aktor eksternal harus berperan dalam

perdamaian internasional. Resolusi sulit dicapai tanpa keterlibatan pihak

internasional yang relevan dalam "konflik dengan sangat berbahaya pendukung

eksternal dan kuasanya. Pada saat yang sama waktu, ketidakstabilan sedangkan

bahaya gangguan eksternal menciptakan lebih besar adalah masalah yang sedang

berlangsung di Suriah, keterlibatan luar umumnya dianggap penting dalam transisi

dari konflik sipil dari perang untuk perdamaian.

173 .,Ibid174 Groarke.(2016).Mission Impossible :Exploring The Viability of Power –Sharing as a Conflict Resolution Tool in Syria.Internatioanl Journal of Conflict Management

140

Keterlibatan partai politik turut berperan langkah untuk mengamati

perlucutan senjata dan proses demobilisasi, diyakini bahwa pihak yang bertikai

berkomitmen untuk perdamaian lebih mudah175

Pada saat tidak ada pemerintahan yang sah dan tidak ada lembaga hukum

yang ada untuk menegakkan kontrak, yang diminta untuk demobilisasi, melucuti,

dan melepaskan kekuatan militer mereka dan mempersiapkan diri untuk

perdamaian. Negosiasi gagal karena lawan perang sipil tidak bias kredibel berjanji

untuk mematuhi ketentuan yang berbahaya tersebut. Hanya ketika penegak hukum

di luar langkah untuk menjamin hal melakukan komitmen untuk melucuti dan

berbagi kekuasaan politik menjadi dipercaya 176.

Hanya kemudian kerjasama tidak menjadi mungkin. Oleh karena itu,

kehadiran pihak ketiga adalah batas untuk spoiler potensi perdamaian, karena

biaya untuk melanjutkan peningkatan konflik dan menyebabkan lebih kuat

kepercayaan komitmen semua pihak untuk proses perdamaian. Dalam pengaturan

pasca-konflik di masa depan di Suriah, bentuk lain dari intervensi eksternal juga

akan menjadi vital. Situasi ekonomi negara mengerikan dan setiap masa re-

stabilisasi negara akan menuntut bantuan dari luar utama, sebaiknya dalam bentuk

dukungan dari PBB atau masyarakat internasional lainnya177.

175 Ranft, F. (2014), “Understanding the resolution of civil wars with power-sharing peace agreements”, PSS-ISA Joint International Conference, Corvinus University, Budapest, 21 June176 Walter, B. (1997), “The critical barrier to civil war settlement”, International Organization, Vol. 51 No. 3, pp. 335-354177 Ibid

141

BAB V

KESIMPULAN

Konflik yang terjadi di Suriah saat ini disebut-sebut tak bisa dilepaskan

dari apa yang dikenal dengan Arab Spring, yaitu merujuk pada sebuah fenomena

merebaknya revolusi demokrasi di dunia Arab. Munculnya kelompok militan ISIS

yang berpotensi merusak stabilitas keamanan dunia dan menjadi tragedi besar

kejahatan kemanusiaan menjadikan konflik di Suriah telah menjadi ancaman bagi

keamanan internasional. Dengan demikian terkait adanya intervensi Amerika

Serikat dan Rusia sekaligus memberikan pengaruh kontestasi dua negara adidaya

terhadap stabilitas keamanan ditengah konflik Suriah, dari pembahasan bab-bab

sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. ISIS dianggap tidak serius memerangi pemerintah Suriah, Laporan HIS

jane’s Terorrism and insurgencycenter (JTIC) 2014 melaporkan, 64% serangan

militer isis diarahkan kepada kelompok-kelompok bersenjata non-pemerintah dan

hanya 13% yang menargetkan angkatan militer Suriah. namun yang paling banyak

disorot adalah ISIS, komentar-komentar AS dan Rusia di media-media

kebanyakan membesar-besarkan ancaman ISIS, padahal bukan hanya ISIS yang

seharusnya menjadi ancaman. Keberadaan ISIS di Suriah pun menimbulkan

kontroversi ditengah-tengah kelompok-kelompok oposisi, bahkan ISIS cenderung

142

menghambat perjuangan melawan rezim Assad sehingga ada kesimpulan yang

muncul bahwa ISIS adalah bagiandari proyek AS di Timur Tengah.

2. Hubungan Rusia dan Suriah merupakan hubungan lama yang dijalin

kembali, hubungan tersebut sudah ada bahkan pada saat Rusia masih berbentuk

Uni Soviet dan Suriah masih belum menjadi sebuah negara yang diakui oleh dunia

internasional dan PBB pada 17 April 1946 Pada sejarahnya, Rusia meletakkan

Byzantyne Armydi Suriah pada abad ke 10 dan 11, dan setelah perjanjian Carlovit

dengan Ottoman empire pada 1699 semakin banyak para pendatang Rusia yang

mengunjungi Suriah dalam perjalanan mereka ke Palestina dengan berbagai tujuan

yang ada, Rusia masih memandang Timur Tengah sebagai kawasan yang cukup

strategis dalam politik internasional untuk mencapai kepentingan nasionalnya.

Selain itu Suriah menjadi jalan bagi Rusia untuk mengambil keuntungan menjadi

negara yang berpengaruh mengingat kawasan Timur Tengah merupakan kawasan

shatterbelt. Shatterbelt merujuk terhadap kawasan geografis dengan dua kondisi

yaitu, didalamnya benyak terjadi konflik lokal dengan atau antara Negara-negara

kawasan tersebut, dan terdapat keterlibatan beberapa actor major power yang

berasal dari luar kawasan yaitu Amerika untuk menaruh pengaruhnya di Timur

Tengah. Hal ini yang menjadikan ambisi politik Rusia di Timur Tengah

mengingat masih adanya rivalitas antar Rusia dan Amerika. hadirnya Amerika

Serikat dalam konflik Suriah sendiri di dalam posisi membingungkan, di dalam

melihat rezim Bashar al Assad, Amerika Serikat mempunyai dilema yang tidak

dimiliki oleh Iran. Bashar al Assad, seorang kepala negara dinasti Syiah Alawite

yang lama memimpin Suriah yang mayoritas Islam, disebut oleh dunia

internasional sebagai rezim yang keji sehingga Amerika Serikat tidak mungkin

143

membelanya. Semangat Barat untuk menginvasi suriah dilandasi salah satunya

oleh faktor Ekonomi, suplai minyak dari kawasan timur tengah merupakan suatu

faktor penting bagi kestabilan perekonomian Amerika Serikat dan sekutunya,

apalagi Assad anti barat dan condong pada Rusia dan China yang selalu berbeda

kepentingan dengan Amerika. Sejak 2009. Alasan politis yang berkaitan dengan

dukungan AS atas oposisi guna meruntuhkan pemerintahan Basyar diantaranya:

a. runtuhnya Basyar Asad akan memperkokoh posisi Israel.

b. kedekatan Suriah dengan Hizbullah dan Hamas sangat membahayakan

keamanan Israel.

c. jatuhnya Basyar Asad akan merubah konstalasi kekuatan politik di Suriah

3. Tantangan dan Kesulitan AS-Rusia Dalam Memerangi ISIS adalah

Kuatnya Kemampuan Militer ISIS.

Setahun setelah deklarasi pembentukan kekhalifahan ISIS oleh Abu Bakr al-

Baghdadi, kelompok tersebut masih kuat, walaupun sudah diserang berulang kali

oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, ISIS malah menunjukkan ketahanan

yang mengejutkan dan tampil lebih kuat. Sebuah kajian yang mengupas strategi

militer ISIS mencoba menjelaskan alasan mengapa kelompok itu begitu kokoh

dalah konsep “Bertahan dan Berkembang”. Dengan mempraktikkan teori itu, ISIS

dapat bertahan di lokasi yang dianggap menjadi markas mereka, Raqqa di Suriah

dan Mosul di Irak. Bulan lalu, lokasi pertahanan ISIS melebar ke Ramadi, ibu

kota Provinsi Anbar di Irak, serta Kota Palmyra di Suriah. Selain memiliki strategi

global, ISIS juga menerapkan taktik tempur yang spesifik. Di Irak dan Suriah,

taktik penggunaan bom mobil atau Vehicle Borne Improvised Explosive

144

Devices (VBIEDS) terbukti menjadi senjata perang yang sukses. Bom semacam

itu dipasang di mobil Hummer AS yang dirampas dari militer Irak.Wilayah-

wilayah perkotaan yang lebih kecil diserbu menggunakan “manuver jepit” dengan

menempatkan bom mobil di kedua sisinya, disusul militan-militan yang

menggunakan rompi bunuh diri lalu diikuti prajurit dan kendaraan-kendaraan

yang dilengkapi persenjataan.

Kota-kota besar dikuasai dengan metode gabungan antara infiltrasi,

khususnya melalui komunitas Sunni yang terpinggirkan di Irak, dan "Strategi

Belt" atau sabuk. Dengan strategi itu awalnya kota-kota dan pedesaan yang di

sekitar pusat kota besar dikuasai terlebih dahulu, dan menutup jalanan. Taktik itu

memerlukan mobilitas tingkat tinggi, organisasi yang efisien, serta pasokan

amunisi dan air yang banyak. Dengan demikian jumlah anggota ISIS yang sedikit

bisa menghadapi pasukan dalam jumlah besar sementara anggota ISIS lainnya

menyerang sebuah kota, pangkalan militer atau lokasi strategis lainnya seperti

sebuah bendungan atau kilang minyak. belum ada kesepakatan mengenai ukuran

pasti kekuatan militer gerombolan itu. Akan tetapi Laman Wikipedia menyitir

sejumlah sumber demi menuliskan jumlah pasukan ISIS di Irak dan Suriah: klaim

dari pejuang suku Kurdi (200.000 orang), informasi militer Rusia (70.000 orang),

pengakuan para mujahid (100.000 orang), dan data dinas intelijen Amerika

Serikat atau CIA (20.000 - 30.000 orang). Colin Clarke, ilmuwan politik madya

dari Rand Corporation, spesialis urusan pemberontakan dan terorisme lintas

negara, menaksir jumlah pejuang ISIS mencapai 10.000 orang.

Besarnya kapasitas militer ISIS kemungkinan besar terwujud berkat

kecakapan mereka mendanai gerakannya. ISIS menggalang kebanyakan dana

145

secara solo lewat pembajakan kendaraan, perampokan bank, pemerasan, dan

penculikan dengan tuntutan tebusan. Taksiran uang yang ditangguk ISIS per

harinya berkisar USD1 juta, atau bahkan USD25 juta - USD30 juta per tahun.

Bahkan, ada pula pihak yang memproyeksikan bahwa jumlah dana harian yang

berhasil dikumpulkan mencapai USD2 juta hingga USD4 juta.

Pengaruh kontestasi As-Rusia Terhadap Stabilitas Keamanan di Suriah

dinyatakan oleh Andrew Foxall dari kelompok think thank Henry Jackson Society

yang memperingatkan, serangan koalisi AS yakni NATO dan Rusia di Suriah bisa

menjadi bencana tak terbayangkan jika suatu saat bersinggungan. Kedua kekuatan

dunia itu, bahkan bisa terlibat Perang Dunia III di Suriah. AS menuduh serangan

Rusia mengenai pasukan pemberontak Suriah yang dilatih AS. Sebaliknya, Rusia

mengejak koalisi AS yang sudah setahun menyerang kelompok Negara Islam Irak

dan Suriah (ISIS) tapi tidak begitu terlihat hasilnya. konflik di Suriah telah

berubah menjadi konflik sektarian.Konflik telah membawa kelompok Sunni

sebagai mayoritas di negara itu untuk melawan presiden Syiah Alawit. Isu Sunni-

syiah kemudian cepat berhembus dan menarik negara-negara tetangga dan

kekuatan dunia ikut turun tangan.Konflik berkepanjangan membuat Suriah terbagi

menjadi empat wilayah yang masing-masing dikontrol empat kekuatan. Empat

kekuatan tersebut adalah rezim Suriah, faksi-faksi oposisi Suriah, milisi Kurdi dan

ISIS.Pemberontakan Musim Semi Arab melawan penguasa otoriter Assad telah

berkembang menjadi perang proxy yang menjadi persaingan kekuatan regional

dan dunia.Konflik suriah begitu kompleksnya. Seakan semua aktor dunia bertemu

di satu panggung. Amat sulit menebak kesudahan konflik Suriah. Lebih-lebih

melihat perimbangan kekuatan kedua kubu yang sama-sama didukung raksasa

146

Kekuatan dunia (AS dan Rusia).Korban terus berjatuhan dan pengungsi makin tak

pasti nasibnya. Sebenarnya kita berharap pada badan dunia seperti PBB, namun

pengalaman selama ini berbicara bahwa badan dunia itu masih setengah-setengah

dalam bertindak.Saat ini Suriah dalam kondisi gencatan senjata yang ditengahi

oleh Rusia dan Amerika Serikat, dimana hal itu mulai berlaku pada 27 Februari.

Gencatan senjata yang dicapai antara pemerintah Suriah dan puluhan kelompok

militan yang beroperasi di negara tersebut, tidak berlaku untuk kelompok teroris

Daesh dan front al-Nusra.Namun, merebaknya kekerasan baru di beberapa bagian

Suriah, khususnya di sekitar Aleppo, telah menjadikan gencatan senjata tersebut

compang-camping akibat adanya banyak pelanggaran dalam beberapa pekan

terakhir dan hal ini mempengaruhi pembicaraan damai terkait konflik

Suriah.Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, memperkirakan

bahwa lebih dari 500.000 orang telah tewas dalam konflik. Dan lebih dari

setengah dari populasi di Suriah juga telah mengungsi.

Konflik di Suriah kini memasuki tahun kelima. Jumlah korban semakin

meningkat, hingga mendekati 500.000 korban jiwa. Bagi rakyat Suriah,

pengeboman, pembunuhan dan penyiksaan adalah horor yang mereka hadapi

setiap hari.Suriah mengungkap sebuah fakta tentang ketidakberdayaan Dewan

Keamanan PBB di era rivalitas yang tajam hari ini. Karena di Suriah, sistem di

PBB bekerja, tapi tidak untuk rakyat Suriah.Apa yang terungkap dari konflik di

Suriah tentang PBB adalah bahwa sistem tersebut “tidak bermoral”, bahkan saat ia

“berfungsi” sekalipun. Ia dipasang untuk menjalankan kepentingan great powers-

dan mengurangi kemungkinan terjadinya perang di antara mereka. Sistem tersebut

memberikan sebuah tatanan dasar. Tapi, tatanan tersebut jauh dari keadilan-

147

sebagaimana yang kita lihat di Suriah, dan gagal untuk menghadirkan

perdamaian.Banyak yang terkejut dengan meningkatnya eskalasi kekerasan yang

terjadi di sana. Namun, sejatinya hal yang paling mengejutkan adalah semua

orang terkejut dengan kegagalan PBB tersebut. PBB adalah organisasi yang cacat

yang tidak mampu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ia nyatakan, apalagi

memenuhi kebutuhan dan harapan berbagai pihak yang tertindas dan mengalami

penderitaan di seluruh dunia-yang menjadikan PBB sebagai harapan terakhir

mereka.Setelah berulangkali mengeluarkan resolusi untuk mengatasi konflik di

Suriah, dengan nilai F yang mereka dapatkan, PBB mengeluarkan Plan of Action

to Prevent Violent Extremism.

Mereka menganggap kelompok radikal Islam sebagai ancaman terbesar

bagi tatanan dunia dan nilai-nilai Barat. Untuk melawannya, segala upaya pun

dilakukan, mulai dari serangan darat, serangan udara, pembunuhan, penyiksaan,

penahanan secara masif, hingga sanksi ekonomi. Yang terbaru, mereka membuat

pendekatan lain yang diberi nama “Prevent Violent Extremism” untuk mencegah

tersebarnya paham-paham ekstrimisme. Langkah ini diambil karena program

deradikalisasi, yang mencoba untuk mengubah pikiran orang-orang yang sudah

radikal, dinilai tidak efektif. Globalisasi program PVE ini tidak lepas dari usaha

pemerintah AS sebagai penggerak utamanya. Plan of Action memberikan lebih

dari 70 rekomendasi kepada seluruh negara anggota dan juga sistem PBB untuk

mencegah penyebaran ekstremisme kekerasan. PBB juga merekomendasikan

negara anggotanya untuk mengadopsi inisiatif yang ada dalam plan of

action tersebut yang berfokus pada tujuh area kunci untuk menangkal violent

extremism, yaitu:

148

Dialog dan Pencegahan Konflik Menguatkan Good Governance, HAM, dan Aturan Hukum Pelibatan Komunitas Penguatan Pemuda Persamaan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Pendidikan, Pengembangan Skill, dan Kemudahan Lapangan Kerja Komunikasi Strategis, Internet, dan Media Sosial

Plan of action tersebut bukan tanpa kritikan, banyak lubang cacat di sana yang

membuat sejumlah akademisi memberikan catatan dan kritikan.

Pertama, tidak mendefinisikan apa itu violent extremism, bahkan PBB

menyerahkan definisi tersebut pada negara masing-masing yang berpotensi

disalahgunakan untuk melakukan represinya atas rakyatnya.

Kedua, tidak mampu memberi bukti yang meyakinkan tentang penyebab violent

extremism. Tidak banyak bukti yang mendukung penyebab violent

extremism yang diklaim oleh Plan of Action. Plan of Action sendiri menjelaskan

bahwa tidak ada konsensus di antara para ahli tentang “apa yang

menyebabkan violent extremism” dan tidak ada bukti kuantitatif tentang apa yang

menyebabkan seseorang menjadi ektrimis atau teradikalisasi. Tentu saja,

konsensus ini akan makin sulit dicapai jika definisi saja tidak jelas.

Ketiga, PVE memiliki dampak menyeluruh, di mana ia bisa memasukkan

kepentingan yang legal di bawah bendera “menekan violent extremism“. Plan of

Action tidak mendasarkan konsep violent extremism pada hukum internasional.

Tidak jelas, apakah seluruh aksi violent extremism bisa dianggap melanggar

hukum, terutama yang terjadi di saat konflik. Namun di saat yang sama, Plan of

Action berusaha menampakkan diri menghormati hukum internasional sebagai

jalan utama untuk menghentikan momok violent extremism.

149

Keempat, jika PVE gagal, biaya politik dan keamanannya tidaklah nol. Jika Plan

of Action diimplementasikan, sebagaimana harapan Sekjen PBB, maka seluruh

negara di dunia akan memiliki National Plan of Action tentang PVE. Negara akan

mengerahkan sumber dayanya untuk usaha ini. Mereka akan membuat hukum

baru. Mereka akan mengubah ke mana dana pembangunan dan bantuan akan

diinvestasikan. Para pejabat mereka akan terus menyorot komunitas, kelompok

etnis, atau kelompok agama yang “rentan” terhadap terorisme. Komunitas tersebut

akan terus diawasi atas nama PVE. Negara akan meningkatkan usaha untuk

membuat orang “lebih moderat”, atau mengajari mereka bahwa ‘teks-teks agama

mereka mempunyai tafsir yang lain dari yang mereka yakini’.

Karenanya, PVE berpotensi menciptakan para violent extremist sebanyak

yang berhasil mereka cegah. Ada potensi pukulan balik di sini, dan hal ini harus

dipandang serius dalam lingkungan geopolitik saat ini.Represi yang timbul dari

inisiatif tersebut tidaklah mengejutkan. Akar dari semua itu terdapat pada cacat

semantik dan konseptual yang melekat di dalamnya. Strategi tersebut didasarkan

pada “pemahaman yang simplistik dari proses (radikalisasi) sebagai sebuah jalur

pasti kepada violent extremism dengan tanda yang bisa diidentifikasi sepanjang

jalur tersebut.” Dalam teori tersebut, jika seseorang berpikiran radikal, pada

ujungnya otomatis dia akan menjadi seorang teroris. Padahal, meski sudah banyak

dilakukan riset dengan dana yang sangat besar, “tidak ada data statistik yang

otoritatif tentang jalur yang membawa seseorang menjadi radikal.”Di atas kertas,

hampir semua strategi untuk melawan ekstremisme kekerasan bersifat generik.

Namun, dalam praktiknya, mereka cenderung menargetkan kelompok tertentu

yang dicap paling ‘beresiko’ tertarik pada ekstremisme kekerasan. Pendekatan

150

semacam ini bisa sangat diskriminatif dan memberikan stigma berbagai kelompok

minoritas, etnis, agama atau adat tertentu. Inti strategi ini adalah persepsi bahwa

untuk mencegah terorisme, yang mereka lihat sebagai ancaman terbesar di era ini,

mereka harus mencegah Muslim yang ‘rentan’ dari teradikalisasi oleh

ekstremisme kekerasan. Mereka menganggap ideologi sebagai akar dari terorisme.

Strategi Prevent menganggap keyakinan Islam sebagai masalah.PVE adalah

program yang dimotivasi oleh politik, bukan strategi kontraterorisme. Dan alasan

kenapa ia berhasil diterapkan adalah sebagian umat Islam dengan mudah

menerima narasi tunggal yang disetir oleh Barat yang berlaku dalam “perang

melawan teror”. Narasi yang digunakan terkait dengan kekerasan politik,

ekstremisme, radikalisasi, dan persoalan Islam/Muslim sangat dipengaruhi

oleh think tanks AS dan Inggris serta kelompok kebijakan mereka, yaitu bersifat

ideologis dan politis.Hasilnya adalah sebuah kebijakan yang tidak lagi tentang

pencegahan kekerasan yang termotivasi oleh politik—yang disebabkan oleh

dukungan Barat pada pemerintah yang zalim dan penindasan yang mereka

lakukan pada dunia Islam, bukan ideologi—tapi lebih kepada kebijakan untuk

mengalahkan ideologi Islam itu sendiri, dengan hanya menerima Islam yang

bersahabat bagi nilai-nilai Barat.Dengan program PVE-nya, Barat berusaha

mendefinisikan ulang Islam. Meski dalam retorikanya ingin perdamaian dan

persatuan, realitanya mereka justru berusaha memecah belah Islam dengan

membuat pengelompokan: Islam moderat dan Islam ekstrim. Padahal, “Islam

adalah Islam, dan akan selalu demikian hingga hari kiamat”.

Aspek iklim keamanan secara sosial keadaan Suriah dibentuk dalam sebuah

model perdamaian yang berkelanjutan pemahaman pertama kedua kondisi pra-

151

perang negara dan karakteristik utama dari konflik, termasuk tetapi tidak terbatas

pada unsur sektarian perang. Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan,

menyatakan bahwa untuk menghindari satu ukuran cocok untuk semua formula

dan impor model asing, dan, sebaliknya, mendasarkan dukungan kami pada

penilaian nasional, partisipasi nasional dan kebutuhan nasional dan aspirasi.

Penyebab dan unsur utama konflik diuraikan, oleh karena itu, akan sebuah

pembagian kekuasaan. Model diusulkan dan aplikasi potensinya dalam konteks

spesifik perang sipil Suriah dieksplorasi.

Gangguan dari masyarakat internasional dalam konflik Suriah sekaligus

sebuah kutukan dan berkat. Keterlibatan pemain internasional yang signifikan

untuk menyelesaikan konflik, aktor-aktor eksternal harus berperan dalam

perdamaian internasional. Resolusi sulit dicapai tanpa keterlibatan pihak

internasional yang relevan dalam "konflik dengan sangat berbahaya pendukung

eksternal dan kuasanya. Pada saat yang sama waktu, ketidakstabilan sedangkan

bahaya gangguan eksternal menciptakan lebih besar adalah masalah yang sedang

berlangsung di Suriah, keterlibatan luar umumnya dianggap penting dalam transisi

dari konflik sipil dari perang untuk perdamaian.

Keterlibatan partai politik turut berperan langkah untuk mengamati

perlucutan senjata dan proses demobilisasi, diyakini bahwa pihak yang bertikai

berkomitmen untuk perdamaian lebih mudah Pada saat tidak ada pemerintahan

yang sah dan tidak ada lembaga hukum yang ada untuk menegakkan kontrak,

yang diminta untuk demobilisasi, melucuti, dan melepaskan kekuatan militer

mereka dan mempersiapkan diri untuk perdamaian. Negosiasi gagal karena lawan

152

perang sipil tidak bias kredibel berjanji untuk mematuhi ketentuan yang

berbahaya tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Sunaryono.2016.Pengantar Ilmu Politik: Kekuasaan Politik, diktat

kuliah, Jurusan Hubungan Internasional, UMY

Charles Mc. Clelland.1987.Ilmu Hubungan Internasional; Teori dan

System.Jakarta:Rajawali

Daniel J.Kauffman.1985. A Framework for Analyzing.Lexington: Lexington

Book.

Donald E. Nuechterlein.1976. National Interest and Foreign Policy: A

Conceptual Framework for Analysis and Decision-Making, British Journal

of International Studies.Vol.2, p.246-248

George lenczowski.1992. Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia.Bandung:Sinar

Algensindo

Groarke.(2016).Mission Impossible :Exploring The Viability of Power –Sharing

as a Conflict Resolution Tool in Syria.Internatioanl Journal of Conflict

Management

Harwanto Dahlan. 1995.Politik dan Pemerintahan Timur Tengah. Jogjakarta:

Diklat Kuliah UMY

Huala Adolf.2002.Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional.Jakarta:Raja

Grafindo Persada.

153

J.G. Starke.1989.Pengantar Hukum Internasional I.Jakarta: Sinar Grafika.

Jujun S. Suriasumantri.1990.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.Jakarta:

Pustaka Sinar Rajawali

K. J. Holsti.1992. Politik Internasional Suatu Kernagka Analisis.Bandung:Bina

Cipta

K.J Holsti.2000.Politik Internasional Krangka Analisa

M.Agastya ABM.2003. Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah Yang Penuh

Darah.Jogjakarta:IRCiSoD

Mochtar Kusumaatmadja.1983.Politik Luar Negeri Indonesia dan

Pelaksanaan.Bandung.

Ramlan Surbakti.2010.Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo

Ranft, F. (2014), “Understanding the resolution of civil wars with power-sharing

peace agreements”, PSS-ISA Joint International Conference, Corvinus

University, Budapest, 21 June

Sidik Jatmika.2000.AS Penghambat Demokrasi: Membongkar Standar Ganda

Amerika Serikat.Yogyakarta: Bigraf Publishing.

Soerjono Soekanto.2009.Sosiologi: suatu pengantar.Jakarta: Rajawali Pers.

Ucep Yusup.2005. Sikap Suriah Terhadap Konflik Israel-

Palestina.Bandung:Skripsi FISIP-HI UNPAS

Walter, B. (1997), “The critical barrier to civil war settlement”, International

Organization, Vol. 51 No. 3, pp. 335-354

Internet :

154

“Analisa terakhir mengenai konflik Suriah keterlibatan Rusia’ dalam,

https://www.academia.edu/17499834/Analisis_terakhir_mengenai_Konflik_

Suriah-Keterlibatan_Rusia. Diakses 10 Mei 2016

“As-Rusia tumpaslah ISIS ketimbang kerahkan militer di Suriah” dalam,

http://international.sindonews.com/read/1045133/42/as-rusia-tumpaslah-

isis-ketimbang-kerahkan-militer-di-suriah-1442370023 Diakses 22 Mei

2016

“Bantu keamanan di Timur Tengah Rusia ingin kerjasama dengan Israel” dalam,

http://international.sindonews.com/read/944584/41/bantu-keamanan-di-

timur-tengah-rusia-ingin-kerjasama-dengan-israel-1420031173 Diakses 25

April 2016

“Kebijakan Amerika Serikat di Timur” dalam, http://pirhot-

nababan.blogspot.co.id/2009/01/kebijakan-amerika-serikat-di-timur.html.

Diakses 21 April 2016

“Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Krisis Politik Suriah Era

Barrack Obama”, dalam http://docplayer.info/108303-Kebijakan-luar-

negeri-amerika-serikat-terhadap-krisis-politik-suriah-era-barack-

obama.html, diakses 21 April 2016.

“Kekuatan militer Amerika Serikat” dalam,

http://septianmulyana.blogspot.co.id/p/kekuatan-militer-amerika-

serikat.html 29 April 2016

155

“Konflik Suriah siapa kawan siapa lawan dalam:

http://jakartagreater.com/konflik-suriah-siapa-kawan-siapa-lawan/ diakses

22 maret 2016

“Melihat Peristiwa Arab Spring”, dalam

http://hasbiaswar.blogspot.co.id/2014/04/melihat-peristiwa-arab-spring-

dari.html, diakses 19 Maret 2016

“Membaca konflik Suriah” dalam

http://www.politik.lipi.go.id/kolom/kolom-2/timur-tengah/669-membaca-

konflik-suriah 13 april 2016

“PBB: Korban Tewas Perang Suriah Mencapai 191.000 Orang”, dalam

http://internasional.metrotvnews.com/read/2014/08/22/281351/pbb-korban-

tewas-perang-suriah-mencapai-191-000-orang, diakses 19 Maret 2016

“Sistem pemerintahan amerika serikat” dalam,

https://prezi.com/kol7rerymn0v/sistem-pemerintahan-amerika-serikat/

diakses 21 april 2016

“tembak jatuh jet su24 erdogan dicap pria gila pemicu perang dunia iii” dalam

http://international.sindonews.com/read/1064616/42/tembak-jatuh-jet-su-

24-rusia-erdogan-dicap-pria-gila-pemicu-pd-iii-1448506073diakses22 maret

2016

“World War Three could be just 30 SECONDS away as attacks on ISIS stepped

up”, Daily Mirror, London, 11 October 2015, dalam

http://www.mirror.co.uk/news/world-news/world-war-three-could-just-

6616199, diakses 22 maret 2016

156

Agil Maulana El Jibal, “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Oposisi Suriah

(2011-2012)”, dalam http://agilleljibal.blogspot.co.id/2014/07/kepentingan-

amerika-serikat-mendukung.html, diakses 13 Mei 2016.

Amerika dan Rusia bersitegang di Suriah” dalam,

http://www.mustanir.com/2015/10/03/amerika-dan-rusia-bersitegang-di-

suriah/ diakses 29 Mei 2016

Amerika mulai takut dengan kekuatan militer Rusia” dalam,

http://www.lintasnasional.com/2015/12/29/amerika-mulai-takut-dengan-

kekuatan-militer-rusia/. Diakses 30 Mei 2016

Apa yang sebenarnya terjadi di timur tengah” dalam:

http://jakartagreater.com/apa-yang-sebenarnya-terjadi-di-timur-tengah/

diakses 14 april 2016

Assad akui minta bantuan militer pada Rusia”, sindonews, Jakarta, 12 0ktober

2015, dalam http://international.sindonews.com/read/1049378/43/assad-

akui-minta-bantuan-militer-militer-kepada-rusia-1443620463,diakses 22

maret 2016

Bentuk dan sistem pemerintahan Rusia” dalam, http://www.demonkila.tk/bentuk-

dan-sistem-pemerintahan-rusia-dem.xhtml Diakses 22 April 216

Daftar Kelompok Bersenjata Dalam Perang”, dalam

http://www.re-tawon.com/2014/10/daftar-kelompok-bersenjata-dalam-

perang.html, diakses 19 Maret 2016

Dinamika konflik Suriah” dalam

http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/2832/1/vjhi-04-07-

2012-dinamika_konflik_suriah_dan.pdf Diakses 13 april 2016

157

Dua koalisi melawan ISIS bagaimana nasib Suriah selanjutnya” dalam,

http://indonesia.rbth.com/politics/2015/10/12/dua-koalisi-melawan-isis-

bagaimana-nasib-suriah-selanjutnya_481927. diakses 25 Mei 2016

Dunia strategi ISIS” dalam,

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/06/150616_dunia_strategi_isis

Diakses 22 Mei 2016

Faktor latar belakang intervensi Rusia terhadap Suriah” dalam,

https://www.academia.edu/11897237/Faktor_latar_belakang_intervensi_rusi

a_terhadap_suriah Diakses 22 Mei 2016

Fenomena kebangkitan militer Rusia” dalam,

http://indonesiasatu.co/detail/fenomena-kebangkitan-militer-rusia. Diakses

29 April 2016

file:///C:/Users/jangkat%20villa/Downloads/S1-2014-299674-introduction

%20(2).pdf

file:///C:/Users/jangkat%20villa/Downloads/S1-2014-299674-introduction

%20(5).pdf

http://brainly.co.id/tugas/140113

http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/, Op.Cit., hlm.1065

http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/ct/wp-content/uploads/2014/12/artikel

%20%20(12-02-14-04-56-05).pdf, diakses 18 Mei 2016.

http://fatkurrohman.blogspot.co.id/2013/06/as-terjegal-di-suriah-oleh-

fatkurrohman.html

158

http://indonesia.rbth.com/politics/2015/10/12/dua-koalisi-melawan-isis-

bagaimana-nasib-suriah-selanjutnya_481927

http://indonesia.rbth.com/politics/2015/12/11/lima-hal-kunci-dalam-kebijakan-

luar-negeri-rusia-di-2015_549567

http://jurnalkommas.com/docs/Jurnal%20Kom%20Vo%208%20No%202%20Juli

%202015.pdf#page=19

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318355-S-Zhahwa%20Chadijah

%20Ramadhani.pdf

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368874-MK-Nikita%20Pranissa.pdf

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/436/1/102708-

FIRMANSYAH-FSH.PDF

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/15775/SKRIPSI

%20REKTORAT.pdf?sequence=1

http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=27&date=2015-11-16

http://www.pelita.or.id/baca.php?id=78308

http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30177/1/VICKY

%20FABIANSYAH-FISIP.pdf

https://arrahmahnews.com/2016/06/28/keamanan-iran-kunjungi-rusia-bahas-

krisis-suriah/

https://teknooksigen.wordpress.com/2015/06/18/analisis-perang-rusia-vs-

amerika/comment-page-1

159

https://www.arrahmah.com/rubrik/narasi-tunggal-pbb-gagal-di-suriah-pbb-

membuat-prevent-violent-extremism.html

Hujan bos Rusia di Suriah jadi pukulan psikologis bagi As”dalam,

http://international.sindonews.com/read/1056133/41/hujan-bom-rusia-di-

suriah-jadi-pukulan-psikologis-bagi-as-1445822892 diakses 30 Mei 2016

Ideologi-ideologi anti perbedaan dan ironi” dalam,

https://dipanugraha.org/2015/07/18/ideologi-ideologi-antiperbedaan-dan-

ironi/. Diakses 13 Mei 2016

Ideology Amerika dan dasar negaranya” dalam,

http://iecakhairunnisa.blogspot.co.id/2011/09/ideologi-amerika-dan-dasar-

negaranya.html Diakses 13 Mei 2016

ISIS sulit ditumpas bisa-bisa kewalahan” dalam, http://indonesianreview.com/ds-

muftie/isis-sulit-ditumpas-bisa-kewalahan. Diakses 22 Mei 2016

Isyu Syria, dalam http://www.kbridamaskus.go.id/isyue/syria.php, diakses 18 Mei

2016.

Kembalinya Rusia dalam rivalitas terhadap Amerika Serikat” dalam,

https://www.facebook.com/notes/bandung-school/hi-di-amerika-

kembalinya-russia-dalam-rivalitas-terhadap-amerika-serikat/

10152803897218438 Diakses 25 April 2016

Koalisi internasional melawan ISIS” dalam,

http://morrisama.blogspot.co.id/2015/12/koalisi-internasional-melawan-isis-

dan.html. Diakses 25 Mei 2016

160

Konflik Suriah bisa picu perang dunia ketiga” dalam,

https://www.salafynews.com/konflik-suriah-bisa-picu-perang-dunia-

ketiga.html. Diakses 27 Mei 2016

Konflik Suriah dan intervensi imperialis barat” dalam

http://www.berdikarionline.com/konflik-suriah-dan-intervensi-imperialis-

barat/ Diakses 13 april 2016

Konflik Suriah kontestasi Amerika Rusia” dalam,

http://jakartagreater.com/konflik-suriah-kontestasi-amerika-rusia/. Diakses

25 Mei 2016

Makalah Konflik Suriah” dalam http://vianlouis.blogspot.co.id/2013/09/makalah-

konflik-suriah.html diakses 13 april 2016

Makalah radikalisme islam” dalam

http://pakdhekeong.blogspot.co.id/2013/05/makalah-radikalisme-islam.html

diakses 13 april 2016

Makalah Sejarah Perang dingin” dalam,

https://bacaanmenarikku.com/2015/10/11/makalah-sejarah-perang-dingin/

Diakses 29 April 2016

Memahami arti jihad” dalam https://muslim.or.id/4041-memahami-arti-jihad.html

diakses 14 april 2016

Mengenal ISIS dan bahayanya” dalam, http://www.mohlimo.com/mengenal-isis-

dan-bahayanya/. diakses 10 Mei 2016

161

Mengenal sejarah terbentuknya Negara”

http://pandri-16.blogspot.co.id/2015/08/mengenal-sejarah-terbentuknya-

negara.html Diakses 13 april 2016

Mengenang Uni Soviet Negara nadikuasa yang telah binasa” dalam,

http://www.kompasiana.com/busroni/mengenang-uni-soviet-negara-adi-

kuasa-yang-telah-binasa_551b3fb2a33311e621b65e0a. Diakses 25 April

2016

Munculnya radikalisme agama”http://www.kompasiana.com/nuninglistia/empat-

sekawan-pemicu-munculnya-radikalisme-

agama_5535ac486ea834bf1cda4308 diakses 14 april 2016

Pakar perselisihan as dan rusia hanya menguntungkan teroris” dalam,

http://indonesia.rbth.com/politics/2015/03/04/pakar_perselisihan_as_dan_ru

sia_hanya_menguntungkan_teroris_27019. Diakses 25 Mei 2016

Pamer senjata As Rusia perang proxy di suriah” dalam,

https://www.islampos.com/mustafa-nahrawardaya-pamer-senjata-as-rusia-

perang-proxy-di-suriah-221193/. Diakses 29 Mei 2016

Parade militer Rusia pamer senjata yang digunaka di Suriah” dalam,

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160509180812-134-

129527/parade-militer-rusia-pamer-senjata-yang-digunakan-di-suriah/

Diakses 29 Mei 2016

Pendekatan dinamis Rusia terhadap Suriah” dalam:

http://indonesian.irib.ir/ranah/telisik/item/1006229-pendekatan-dinamis-

rusia-terhadap-suriah diakses 22 maret 2016

162

Pengertian jihad dalam islam” dalam:

http://pepitasngo.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-jihad-dalam-islam.html

14 april 2016

Politik pemerintahan Negara Amerika dalam,

http://sweetbucks.blogspot.co.id/2012/10/politik-pemerintahan-negara-

amerika_16.html Diakses 21 april 2016

Resolusi Konflik” terdapat di

http://www.sicripps.ohio.edu/news/cmdd/artikelefhtm Diakses 27 maret

2016

Rusia dan As saling gertak di Suriah” dalam,

http://www.antaranews.com/berita/519551/rusia-dan-as-saling-gertak-di-

suriah Diakses 29 Mei 2016

Rusia demonstrasi perang aktif di Suriah” dalam, http://www.dw.com/id/rusia-

demonstrasikan-perang-efektif-di-suriah/a-18946744 diakses 29 Mei 2016

Rusia militer kekuatan nan Misterius” dalam,

http://www.binasyifa.com/779/48/26/rusia-militer-kekuatan-nan-

misterius.htm diakses 29 April 2016

Seberapa besar kekuatan ISIS” dalam, https://beritagar.id/artikel/berita/seberapa-

besar-kekuatan-militer-isis. diakses 22 Mei 2016

Sejarah awal berdirinya negara Rusia” dalam,

http://kolomsejarahdunia.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-awal-berdirinya-

negara-rusia.html Diakses 22 april 2016

163

Sejarah perang dunia 1” dalam, https://id.scribd.com/doc/111636286/Sejarah-

Perang-Dunia-1 diakses 25 April 2016

Sejarah terjadinya perang dingin Amerika vs Uni Soviet. Dalam,

https://adekabang.wordpress.com/2011/05/24/sejarah-terjadinya-perang-

dingin-amerika-vs-uni-soviet/ Diakses 29 April 2016

Sisi lain perang Suriah ajan uji coba senjata baru Rusia” dalam,

http://www.kompasiana.com/kasamago/sisi-lain-perang-suriah-ajang-uji-

coba-senjata-baru-rusia_552c11116ea834803a8b45b0. 29 Mei 2016

Sistem Politik dan Pemerintahan Amerika”, dalam

http://anaseducation.blogspot.co.id/2012/01/sistem-politik-dan-

pemerintahan-amerika.html, diakses 21 april 2016

Sistem politik Rusia dan Perancis” dalam,

http://mabert91.blogspot.co.id/2010/12/sistem-politik-rusia-dan-

perancis.html Diakses 22 April 2016

Suriah jadi debut jet tempur terbaru Rusia” dalam,

http://international.sindonews.com/read/1081829/41/suriah-jadi-debut-jet-

tempur-terbaru-rusia-1454314698. Diakses 29 Mei 2016

Tafsiran ISIS atas Quran dan hadist menyimpang” dalam,

http://albalad.co/wawancara/2015A1154/tafsiran-isis-atas-quran-dan-hadis-

menyimpang/ Diakses 13 Mei 2016

Tentara pembebasan Suriah” dalam:

https://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Pembebasan_Suriah diakses 14 april

2016

164

Timur Tengah Tak Lepas Dirundung Konflik, dalam

http://nasional.sindonews.com/read/983860/149/timur-tengah-tak-lepas-

dirundung-konflik1427856397, diakses 18 Mei 2016

Urgensi As Rusia reset relations bagi Amerika Serikat dalam,

https://mirfana.wordpress.com/2013/07/13/urgensi-u-s-russia-reset-

relations-bagi-amerika-serikat/ Diakses 25 April 2016