Upload
zulfa-vinanta
View
27
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
work
Citation preview
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM
DISLIPIDEMIA
Pembimbing :
dr. Dasril Nizam, Sp. PD,KGEH
Disusun oleh :
Zulfa Vinanta- 1102011302
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran YARSI
Rumah Sakit Bhayangkara tk.I R.S. Sukanto – Jakarta
Periode 21 Desember 2015 – 28 Februari 2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dislipidemia disebabkan oleh terganggunya metabolisme lipid akibat
interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Walau terdapat bukti hubungan
antara kolesterol total dengan kejadian kardiovaskular, hubungan ini dapat
menyebabkan kesalahan interpretasi di tingkat individu seperti pada wanita yang
sering mempunyai konsentrasi kolesterol HDL yang tinggi. Kejadian serupa juga
dapat ditemukan pada subjek dengan DM atau sindrom metabolik di mana
konsentrasi kolesterol HDL sering ditemukan rendah. Pada keadaan ini, penilaian
risiko hendaknya mengikutsertakan analisis berdasarkan konsentrasi kolesterol
HDL dan LDL.
Terdapat bukti kuat hubungan antara kolesterol LDL dengan kejadian
kardiovaskular berdasarkan studi luaran klinis sehingga kolesterol LDL
merupakan target utama dalam tatalaksana dislipidemia. Kolesterol HDL dapat
memprediksi kejadian kardiovaskular bahkan pada pasien yang telah diterapi
dengan statin tetapi studi klinis tentang hubungan peningkatan konsentrasi
kolesterol HDL dengan proteksi kardiovaskular tidak meyakinkan. Bila target
kolesterol LDL sudah tercapai, peningkatan kolesterol HDL tidak menurunkan
risiko kardiovaskular berdasarkan studi klinis yang ada. Peran peningkatan
konsentrasi TG sebagai prediktor terhadap penyakit kardiovaskular masih menjadi
perdebatan. Hubungan antara TG puasa dengan risiko kardiovaskular yang
didapat berdasarkan analisis univariat melemah setelah dilakukan penyesuaian
terhadap faktor lain terutama kolesterol HDL. Konsentrasi TG yang tinggi
2
BAB II
LIPID DAN LIPOPROTEIN
Lipid dalam tubuh kita ada tiga jenis yaitu kolestrol, trigliserid dan
fosfolipid. Lipid sulit larut dalam lemak oleh karenanya perlu dibuat bentuk yang
terlarut, terdapat suatu zat pelarut dalam bentuk protein yang dikenal dengan
apolipoprotein atau apoprotein. Dikenal 9 jenis apoprotein yang diberi nama
secara alfabetis, contoh Apo A, Apo B, Apo C, Apo D, Apo E dan seterusnya.
Ikatan senyawa lipid dengan apoprotein ini dikenal dengan lipoprotein. Tiap jenis
lipoprotein memiliki Apo sendiri, misal VLDL, IDL dan LDL mangandung Apo
100 sedangkan kilomikron mengandung Apo B48. Apoprotein ditemukan pada
permukaan lipoprotein.
Gambar 1 Lipoprotein
Sumber: Adam. MF Jhon. Dislipidemia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3.
2004
Pada manusia dapat dibedakan 6 jenis lipoprotein, yaitu HDL ( high
density lipoprotein), LDL (low density lipoprotein), IDL (intermediate density
lipoprotein), VLDL (very low density lipoprotein), kilomikron dan lipoprotein a
kecil (Lp(a)).
3
Tabel 1 Karakteristik Apolipoprotein
Sumber: Adam. MF Jhon. Dislipidemia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 2004
Jenis lipoprotein
1. Kilomikron
Lipoprotein dengan komponen 80% trigliserida dan 5% kolesterol ester.
Kilomikron membawa makanan ke jaringan lemak dan otot rangka serta
membawa kolesterol kembali ke hepar. Kilomikron yang dihidrolisis akan
mengecil membentuk kilomikron remnan yang kemudian masuk ke hepatosit.
Kilomikronemia post pandrial mereda setelah 8 – 10 jam.
2. VLDL
Lipoprotein terdiri dari 60% trigliserida dan 10 – 15 % kolesterol. VLDL
digunakan untuk mengangkut trigliserida ke jaringan. VLDL reman sebagian akan
diubah menjadi LDLyang mengikuti penurunan hipertrigliserida sedangkan
sintesis karbohidrat yang berasal dari asam lemak bebas dan gliserol akan
meningkatkan VLDL.
4
3. IDL
Lipoprotein yang mengandung 30% trigliserida, dan 20% kolesterol. IDL
merupakan zat perantara sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi IDL.
4. LDL
Lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar (70%). Katabolisme LDL melalui
receptor-mediated endocytosis di hepar. Hidrolisis LDL menghasilkan kolesterol
bebas yang berfungsi untuk sintesis sel membran dan hormone steroid. Kolesterol
juga dapat disintesis dari enzim HMG-CoA reduktase berdasarkan tinggi
rendahnya kolesterol di dalam sel.
5. HDL
HDL diklasifikasikan lagi berdasarkan Apoprotein yang dikandungnya. Apo
A-I merupakan apoprotein utama HDL yang merupakan inverse predictor untuk
resiko penyakit jantung koroner. Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok,
pasien diabetes yang tidak terkontrol dan pemakai kombinasi estrogen-progestin.
HDL memiliki efek protektif yaitu mengangkut kolesterol dari perifer untuk di
metabolisme di hepar dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui
paraoksonase (protein antioksidan yang bersosiasi dengan HDL).
6. Lipoprotein (a)
Terdiri atas partikel LDL dan apoprotein sekunder selain apoB-100.
Lipoprotein jenis ini menghambat fibrinolisis atau bersifat aterogenik.
Metabolisme Lipoprotein
1. Jalur eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid
dan kolestrol. Selain dari makanan di dalam usus terdapat pula
kolestrol dari hati yang dieksresi bersama empedu ke usus halus.
Kedua lemak tersebut, yang berasal dari makanan dan dari hati
disebut lemak eksogen. Dalam usus trigilserid dan kolestrol akan
diserap oleh enterosit mukosa usus halus, trigliserid akan diserap
5
sebagai asam lemak bebas dan kolestrol sebagai kolestrol.
Kemudian masih di usus halus, asam lemak bebas diubah lagi
menjadi trigliserid sedangkan kolestrol akan mengalami esterifikasi
menjadi kolestrol ester dan keduanya bersama fosfolipid dan
apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang disebut
kilomikron. Lalu kilomikron akan masuk ke saluran limfe dan
melalui duktus torasikus akan masuk aliran darah.
Trigliserid dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis
karna enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi
asam lemak bebas. Asam lemak bebas tersebut akan disimpan
dalam adipose (jaringan lemak) namun bila terdapat dalam jumlah
yang banyak maka sebagian akan diambil oleh hati untuk bahan
pembentukan trigilserid, kilomikron tanpa kandungan trigliserid
disebut kilomikron remnant dan akan dibawa di hati.
Gambar 2 Jalur Metabolism Eksogen
Sumber: Adam. MF Jhon. Dislipidemia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3.
2004
2. Jalur endogen
Trigliserid dan kolestrol yang disintesis di hati akan
disekresi ke dalam sirkulasi sebagai VLDL, selanjutnya oleh enzim
lipoprotein lipase VLDL akan dihidrolisis menjadi IDL dan
akhirnya akan dihidrolisis menjadi LDL. Ketiga lipoprotein ini
akan mengangkut kolestrol dari sirkulasi kembali ke hati, yang
6
paling banyak mengandung kolestrol adalah LDL. Selain hati, ada
beberapa lokasi yang memiliki reseptor LDL contohnya kelenjar
adrenal, testis dan ovarium. Sebagian LDL akan mengalami
oksidasi dan ditangkap oleh makrofag dan akan menjadi sel busa
(foam cell). Makin banyak kadar LDL dalam plasma maka makin
banyak jumlah sel busa. Beberapa kondisi yang mmpengaruhi
tingkat oksidasi adalah, bertambahnya jumlah LDL kecil padat dan
menurunnya kadar HDL yang mana HDL itu memiliki sifat
protektif terhadap oksdasi LDL.
Gambar 3 Jalur Metabolisme Endogen
Sumber: Adam. MF Jhon. Dislipidemia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 2004
3. Jalur reverse cholesterol transport
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskon kolestrol
yang mengandung apolipoprotein A, C dan E dan disebut HDL
nascent. HDL nascent akan mendekati makrofag dan mengambil
kolestrol nantinya akan berubah menjadi HDL dewasa. Kolestrol
bebas akan mengalami esterifikasi menjadi kolestrol ester oleh
enzim lecithin cholesterol aciltransferase (LCAT). Selanjutnya
HDL yang membawa kolestrol akan melalui 2 jalur untuk kembali
ke hati, jalur pertama jalur langsung ke hati dan jalur kedua yaitu
jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa
kolestrol ke hati.
7
Gambar 4 Jalur Metabolisme reverse cholesterol transport
Sumber: Adam. MF Jhon. Dislipidemia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3.
2004
Gambar berikut menjelaskan keseluruhan jalur metabolism lipoprotein
baik eksogen, endogen dan reverse cholesterol transport.
Gambar 5 Jalur Metabolisme LipoproteinSumber Fauci AS, Kasper DL, Braunwald E. Harrisons Principle of Internal Medicine, 17th Edition
8
DISLIPIDEMIA
2.1 Pengertian
Dislipidemia adalah kalainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida,
serta penurunan kolesterol HDL.
2.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Kadar lipoprotein, terutama LDL meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Pada keadaan normal pria memiliki kadar LDL yang lebih tinggi, tetapi
setelah menopause kadarnya pada wanita lebih banyak. Faktor lain yang
menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (VLDL dan LDL) adalah:
1. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia
2. Obesitas
3. Diet kaya lemak
4. Kurang melakukan olah raga
5. Penyalahgunaan alkohol
6. Merokok sigaret
7. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
8. Hipotiroidisme
9. Sirosis
2.3 Patofisiologi
Lipid dalam plasma terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan
asam lemak bebas. Normalnya lemak ditranspor dalam darah berikatan dengan
lipid yang berbentuk globuler. Ikatan protein dan lipid tersebut menghasilkan 4
kelas utama lipoprotein : kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL. Peningkatan lipid
dalam darah akan mempengaruhi kolesterol, trigliserida dan keduanya
(hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia atau kombinasinya yaitu
hiperlipidemia). Hiperlipoproteinemia biasanya juga terganggu.
9
Pasien dengan hiperkolesterolemia (> 200 – 220 mg/dl serum) merupakan
gangguan yang bersifat familial, berhubungan dengan kelebihan berat badan dan
diet. Makanan berlemak meningkatkan sintesis kolesterol di hepar yang
menyebabkan penurunan densitas reseptor LDL di serum (> 135 mg/dl). Ikatan
LDL mudah melepaskan lemak dan kemudian membentuk plak pada dinding
pembuluh darah yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya arterosklerosis
dan penyakit jantung koroner.
Gambar 1. Lipoprotein Metabolisme (Silbernagl, 2000)
10
Gambar 2. Metabolisme Lipoprotein Lanjutan (Silbernagl, 2000)
2.4 Klasifikasi
1. Klasifikasi Fenotipik
a. Klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society).
11
Tabel 1. Klasifikasi Berdasarkan EAS (European Atheroselerosis
Society).
b. Klasifikasi NECP (National Cholesterol Education Program).
Tabel 2. Klasifikasi Berdasarkan NECP (National Cholesterol Education
Program).
c. Klasifikasi WHO (World Health Organization).
Tabel 3. Klasifikasi Berdasarkan WHO (World Health Organization).
2. Klasifikasi Patogenik
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan atas ada atau tidaknya penyakit dasar
yaitu primer dan sekunder. Dislipidmia primer memiliki penyebab yang tidak
jelas sedangkan dislipidemia sekunder memiliki penyakit dasar seperti
sindroma nefrotik, diabetes melitus, hipotiroidisme. Contoh dari dislipidemia
12
primer adalah hiperkolesterolemia poligenik, hiperkolesterolemia familial,
hiperlipidemia kombinasi familial, dan lain-lain.
2.5 Gejala Klinis
Kebanyakan pasien adalah asimptomatik selama bertahun-tahun sebelum
penyakit jelas secara klinis. Gejala-gejala yang bisa tampak diantaranya
berkeringat, jantung berdebar, nafas pendek dan cemas.
2.6 Diagnosis
1. Pada anamnesis biasanya didapatkan pasien dengan faktor resiko seperti
kegemukan, diabetes mellitus, konsumsi tinggi lemak, merokok dan faktor
resiko lainnya.
2. Pada pemeriksaan fisik sukar ditemukan kelainan yang spesifik kecuali
jika didaptkan riwayat penyakit yang menjadi faktor resiko dislipidemia.
Selain itu, kelainan mungkin didaptkan bila sudah terjadi komplikasi lebih
lanjut seperti penyakit jantung koroner.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan
diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserid.
a. Persiapan
Pasien sebaiknya berada dalam keadaan metabolik yang stabi tanpa
adanya perubahan berat badan, pola makan, kebiasaan merokok, olahraga,
tidak sakit berat ataupun tidak ada operasi dalam 2 bulan terakhir. Selain
itu, sebaiknya pasien tidak mendapatkan pengobatan yang mempengaruhi
kadar lipid dalam 2 minggu terakhir. Apabila keadaan ini tidak
memungkinkan, pemeriksaan tetap dilakukan dan disertai dengan catatan.
b. Pengambilan Bahan Pemeriksaan
Pengambilan bahan dilakukan dengan melakukan bendungan vena
seminimal mungkin dan bahan yang diambil adalah serum. Pengambilan
bahan ini dilakukan setelah pasien puasa selama 12-16 jam.
13
c. Analisis
Analisis kadar kolesterol dan trigliserid dilakukan dengan metode
ensimatik sedangkan analisis kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL
dilakukan dengan metode presipitasi dan ensimatik. Kadar kolesterol LDL
dapat dilakukan secara langsung atau menggunakan rumus Friedewaid jika
didapatkan kadar trigliserida < 400mg/d menggunakan rumus sebagai
berikut:
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam dislipidemia dimulai dengan melakukan penilaian
jumlah faktor resiko koroner pada pasien untuk menentukan kolesterol-LDL yang
harus dicapai. Berikut ini adalah tabel faktor resiko (selain kolesterol LDL) yang
menentukan sasaran kolesterol LDL yang ingin dicapai berdasarkan NCEP-ATP
III :
Tabel Faktor Resiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan Sasaran
Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
Faktor Resiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan Sasaran Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
- Umur pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun.- Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah
usia < 55 tahun dan ibu < 65 tahun.- Kebiasaan merokok- Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat obat
atihipertensi)- Kolesterol HDL rendah ( <40 mg/dl). Jika didapatkan kolesterol
HDL ≥60mg/dl maka mengurangi satu faktor resiko Setelah menemukan banyaknya faktor resiko pada seorang pasien, maka
pasien dibagi kedalam tiga kelompok resiko penyakit arteri koroner yaitu resiko
tinggi, resiko sedang dan resiko tinggi. Hal ini digambarkan pada tabel berikut ini:
14
Tabel Tiga Kategori Resiko yang Menentukan Sasaran Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai berdasarkan NCEP
Kategori Resiko Sasaran Kolesterol LDL (mg/dl)
1. Resiko Tinggia. Mempunyai Riwayat PAK danb. Mereka yang disamakan dengan PAK- Diabetes Melitus- Bentuk lain penyakit arterosklerotik yaitu strok,
penyakit arteri perifer, aneurisma aorta abdominalis
- Faktor resiko multipel (> resiko) yang diperkirakan dalam kurun waktu 10 tahun mempunyai resiko PAK > 20 %
2. Resiko Multipel (≥2 faktor resiko)3. Resiko Rendah (0-1 faktor resiko)
<100
<130<160
Selanjutnya penatalaksanaan pada pasien ditentukan berdasarkan kategori
resiko pada tabel diatas. Berikut ini adalah bagan penatalaksanaan untuk masing-
masing katagori resiko :
Gambar Bagan Penatalaksanaan dislipidemia dengan faktor resiko tinggi
Gambar Bagan Penatalaksanaan dislipidemia dengan faktor resiko sedang
15
Gambar Bagan Penatalaksanaan Dislipidemia dengan faktor resiko 0-1
Penatalaksanaan Dislipidemia terdiri dari:
Pada kondisi dislipidemia terdapat penatalaksanaan farmakologis
dan non farmakologis. Tatalaksana non farmakologis terdiri dari nutrisi
medis, aktivitas fisik, menghindari rokok, menurunkan BB dan
pembatasan asupan alkohol.
1. Tatalaksana Non Farmakologis
Nutrisi Medis
Perlu dilakukan anamnesis nutrisi, pengukuran status nutrisi dan diagnosis
nutrisi. Pada pasien dengan kadar kolestrol total atau kolestrol LDL tinggi
maka perlu dikurangi asupan lemak total dan lemak jenuh serta meningkatan
asupan lemak tidak jenuh rantai tunggal dan ganda. Pada pasien dengan kadar
trigliserida tinggi maka dikurangi asupan karbohidrat, alcohol dan lemak.
Perlu diketahui bahwa tempe adalah sumber protein nabati yang baik dan
murah serta dapat menurunkan kadar kolestrol total, trigliserida dan juga
meningkatkan kadar kolestrol HDL. Penilaian pola makan penting untuk
menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I atau langsung ke diet
tahap ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu
dan kemudian setelah 3 bulan. Pada pasien dengan kadar kolesterol LDL atau
kolesterol total yang tinggi sebaiknya mengurangi asupan lemak jenuh.
Namun pada pasien ini sebaiknya banyak mengkonsumsi lemak tak jenuh
16
rantai tunggal dan ganda. Asupan karbohidrat, alkohol dan lemaak perlu
dikurangi pada pasien dengan trigliserid yang tinggi.
Tabel Komposisi Tahap I dan Tahap II
Aktifitas Fisik
Prinsipnya, pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas
fisik sesuai dengan kondisi dan kemampuan. Semua jenis
aktivitas fisik bermanfaat untuk pasien, misal jalan kaki,
mengerjakan pekerjaan rumah tangga dsb. Dari beberapa
penelitian terbukti bahwa aktifitas fisik yang teratur dapat
meningkatkan kadar kolestrol HDL dan apoA1 dan
menurunkan kadar kolestrol LDL dan kolestrol trigliderida,
meningkatkan sensitivitas insulin, memperbaiki toleransi
glukosa, meningkatkan kebugaran serta menurunkan berat
badan. Berhenti beraktivitas dapat menurunkan kadar kolestrol
HDL dalam beberapa bulan.
Setelah 6 minggu menjalani terapi non farmakologis dilakukan
evaluasi ulang, bila belum sesuai dengan target kadar kolestrol LDL maka
perlu ditingkatkan kegiatan terapi non farmakologis sembari dievaluasi
ada atau tidak penyebab dislipidemia sekunder untuk segera diatasi.
Kemudian 6 bulan setelahnya dieveluasi ulang, bila belum tercapai target
kolestrol LDL maka ditambahkan terapi farmakologis dengan tetap
kegiatan terapi non farmakologis dilanjutkan.
17
2. Tatalaksana Farmakologis
Saat ini dikenal 6 jenis obat yang dapat memperbaiki profil lipid
serum yaitu golongan statin, resin, fibrat, asam nikotinat dan ezetimibe.
Selain obat tersebut, saat ini telah ada obat kombinasi obat penurun lipid
dalam satu tablet seperti Advicor (lofastatin dan niaspan). Vytorin
(simvastatin dan ezetimibe).
Bile acid sequestrans
Terdapat 3 jenis bile acid sequestrans yaitu kolestiramin,
kolestipol dan kolesevelam. Golongan ini mengikat asam empedu
dalam usus. Hal ini berakibat peningkatan konversi kolestrol
menjadi asam empedu di hati sehingga kandungan kolestrol dalam
sel hati menurun. Selain itu, akibatnya dapat berupa peningkatan
aktifitas resptor LDL dan sintesis kolestrol intrahepatik. Total
kolestrol dan kolestrol LDL menurun tapi kolestrol HDL tetap atau
meningkat sedikit. Pada pasien hipertrigliseridemia obat ini dapat
menurunkan trigliserida dan menurunkan kolestrol HDL. Obat ini
tergolong kuat dengan efek samping ringan. Efek samping berupa
keluhan gastrointestinal yaitu kembung, konstipasi, sakit perut dan
perburukan hemoroid.
HMG- CoA Reduktase Inhibitor
Saat ini telah terdapat 6 jenis yaitu, lofastatin,
simvastatin,pravastatin, fluvastatin, atrovastatin dan rosuvastatin.
Golongan ini menghambat kerja enzim HMG CoA reductase yaitu suatu
enzim di hati yang berperan pada sintesis kolestrol. Selain itu akan terjadi
18
peningkatan reseptor LDL pada permukaan hati sehingga kolestrol LDL di
darah akan ditarik ke hati. Efek samping berupa nyeri musculoskeletal,
nausea, vomitus, nyeri abdominal, konstipasi dan flatulen. Makin tinggi
dosis statin maka makin besar terjadinya efek samping.
Derivat asam fibrat
Terdapat 4 jenis yaitu gemfibrozil, fenofibrat, bezafibrat dan
ciprofibrat. Golongan ini mempunyai efek meningkatkan aktivitas
lipoprotein lipase, menghambat produksi VLDL hati dan meningkatkan
aktifitas reseptor LDL. Golongan ini mengaktifkan enzim lipoprotein
lipase yang memecah trigliserida. Selain itu, dapat meningkatkan kolestrol
HDL. Efek samping jarang, yang tersering gangguan gastrointestinal,
peningkatan transaminase, reaksi alergi kulit serta miopati. Pada penelitian
BECAIT menggunakan bezafibrat dapat dibuktikan adanya regresi pasien
aterosklerosis.
Asam nikotinik
Golongan ini diduga menghambat enzim hormone sensitive lipase
di jaringan adipose yang mana dapat mengurangi jumlah asam lemak
bebas. Diketahui bahwa sebagian asam lemak bebas dalam darah akan
ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber pembentukan VLDL. Bila
sintesis VLDL di hati turun maka akan ada penurunan kadar trigliserida
dan juga kolestrol LDL di plasma. Selain itu golongan ini dapat
meningkatkan kolestrol HDL . oleh karena dapat menurunkan trigliserida
19
dan kolestrol LDL serta meningkatkan kolestrol HDL maka golongan ini
disebut pula dengan broad spectrum lipid lowering agent. Efek samping
paling sering yaitu flushing, perasaan panas di muka dan badan. Untuk
menghindari efek samping tersebut maka dimulai dengan dosis rendah
yaitu 375mg/hari kemudian ditingkatkan secara bertahap hingga dosis
maksimal 1500-2000 mg/hari. Hasil yang sangat baik bila dikombinasikan
dengan golongan statin.
Ezetimibe
Ezetimibe merupakan obat pertama yang dipasarkan dari golongan
obat penghambat absorpsi kolestrol, secara selektif, menghambat absorpsi
kolestrol dari lumen usus halus ke enterosit. Golongan ini tidak
mempengaruhi absorpsi trigliserida, asam lemak, asam empedu atau
vitamin yang larut lemak (A, D, E dan ά dan β karoten). Kombinasi
dengan golongan statin meningkatkan efek penurunan LDL. Ezetimibe 10
mg dan atorvastatin 10 mg sama efektifnya dengan pemberian atorvastatin
80 mg. Efek samping bila diberi tunggal adalah sakit kepala, sakit perut
dan diare.
Berikut tabel ringkasan obat untuk pengelolaan dislipidemia:
20
Dislipidemia pada keadaan khusus
a. Dislipidemia pada Diabetes Mellitus
Macam dislipidemia yang sering ditemukan pada pasien
DM tipe 2 adalah hipertrigliseridemi dan kadar kolestrol HDL
rendah, sedangkan kadar kolestrol LDL normal atau sedikit
meningkat. Ketiga kondisi tersebut membuat pasien DM tipe 2
sangat berisiko tinggi untuk mengalami penyakit kardiovaskuler.
Sasaran kolestrol LDL harus <100 mg/dl. Pilihan obat pertama
adalah golongan statin, kecuali bila kadar trigliserid >400mg/dl
maka harus dimulai dengan fibrat.
b. Dislipidemia pada Sindroma Metabolik
Macam dislipidemia yang ditemukan pada sindroma
metabolic adalah hipertrigliseridemia, kadar kolestrol HDL rendah
partikel LDL kecil padat meningkat. Sasaran utama adalah
menurunkan kadar kolestrol LDL, dengan obat golongan statin
sebagai lini pertama, kecuali dalam kondisi kadar trigliserida ≥ 400
mg/dL obat pilihan adalah golongan fibrat.
Diagnosis sindroma metabolik ditegakkan bila terdapat ≥3 kriteria
berikut:
Lingkar pinggang ≥ 90 cm (pria), ≥ 80
cm (wanita)
Glukosa darah puasa ≥ 110 mg/dL
Trigliserida ≥ 150 mg/dL
Kolestrol HDL < 40 mg/dL (pria), <
50 (wanita)
Tekanan darah ≥ 135/85 mmHg
Kadar kolestrol LDL sasaran harus disesuaikan dengan
risiko PJK yang dimiliki pasien. Pasien sindroma metabolic
diklasifikasikan sebagai risiko tinggi PJK. Kadar kolestrol LDL
sasaran adalah < 100 mg/dL. Pada pasien dengan kadar LDL
normal maka kadar kolestrol non-HDL dapat dihitung dari
kolestrol total dikurangi kolestrol HDL, dengan kadar sasaran
21
setara dengan kadar kolestrol LDL ditambah 30 mg/dL. Sebagai
contoh bila kadar kolestrol LDL adalah 130 mg/dL maka kadar
kolestrol non-HDL adalah 160 mg/dL.
Dislipidemia pada orang lanjut usia
Orang lanjut usia harus diperlakukan sebagai risiko tinggi.
Ternyata pada orang lanjut usia penurunan kadar kolestrol LDL
dapat mengurangi angka kematian koroner dan infark miokard
non-fatal. Oleh karena itu, pada orang lanjut usia tetap perlu
dilakukan pencegahan sekunder mengingat orang lanjut usia
memiliki risiko tinggi.
c. Dislipidemia pada hipertensi
Beberapa obat anti hipertensi dapat mempengaruhi kadar lipid
serum. Obat antihipertensi yang mempunyai efek kuat
meningkatkan kadar lipid adalah penyekat beta. Sedangkan obat
antihipertensi yang tidak mempengaruhi kadar lipid atau minimal
efeknya adalah calcium channel blocker, penghambat ACE, tiazid
dosis rendah dan sartan (ARB). Golongan resin dapat mengganggu
absorpsi obat-obat lain, oleh karena itu obat antihipertensi diberi 1
jam sebelum atau 4 jam setelah pemberian obat golongan resin
pengikat asam empedu. Golongan asam nikotinat dapat
memperkuat efek penurunan tekanan darah obat vasodilator.
d. Dislipidemia pada gagal ginjal
Pemberian statin maupun fibrat harus hati-hati pasien gagal
ginjal kronik. Sebaiknya statin dimulai dengan dosis kecil dan
selalu pantau fungsi ginjal dan enzim CPK. Pemberian fibrat
terbatas pada pasien dengan gangguan ginjal ringan, kontraindikasi
bila bersihan kreatinin (CCT) < 10 ml/menit. Tidak dianjurkan
kombinasi antara golongan statin dan fibrat.
22
2.8 Komplikasi
Apabila dislipidemia tidak segera diatasi maka dapat terjadi berbagai macam
komplikasi, antara lain atherosklerosis, penyakit jantung kororner, penyakit
serebrovaskular seperti stroke, kelainan pembuluh darah tubuh lainnya, dan
paankreatitis akut.
23
BAB III
KESIMPULAN
Dislipidemia adalah keadaan dimana terjadi gangguan dalam metabolisme
lipid bisa disebabkan karena gaya hidup yang salah ataupun karena pengaruh lain
sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol dalam darah
atau trigliserida dalam darah yang dapat disertai penurunan kadar HDL kolesterol
(Andry Hartono, 2000).
Dislipidemia diklasifikasikan menjadi 2, yaitu Dislipidemia primer dan
Dislipidemia sekunder. Dislipidemia primer yaitu kelainan penyakit genetik dan
bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah, dan
Dispilidemia sekunder disebabkan oleh suatu keadaan seperti hiperkolesterolemia
yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik syndroma, kehamilan, anoreksia
nervosa, dan penyakit hati obstruktif. . Faktor yang mempengaruhi tingginya
kadar lipid adalah faktor genetik, pola makan, obesitas, kebiasaan merokok,
kurang berolahraga dan merokok.
Penyakit Akibat Dislipidemia antara lain aterosklerosis, hipertensi,
Klaudikasio intermitten, Penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke.
24
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Bahri. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung
Koroner. Medan : FK USU.
Darey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Ganiswarna, Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru.
PDT. 2008. Standar Pelayanan Medis RSUD dokter Soetomo, Surabaya
Silbernagl, Stefan, Florian, Lang. 2000. Color Atlas of Patophysiology. New York
: Thieme.
Sudoyo, Ary, Setyohadi, Bambang, Alwi, Idrus. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : FK UI.
Sukandar, Elind., et al. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI.
25