42
Makalah Traumatologi BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Jadi traumatologi merupakan ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup. Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa). Sementara luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Kekerasan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya. II.2 Jenis Penyebab Trauma Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik maupun psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa dengan teliti akan dapat di ketahui jenis penyebabnya yaitu : A. Benda–benda Mekanik 1. Benda Tajam Ciri- ciri umum dari luka benda tajam adalah sebagai berikut : Page 1

245819847 Traumatologi Forensik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

forensik

Citation preview

Page 1: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas

jaringan tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Jadi traumatologi merupakan

ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan

tubuh manusia yang masih hidup.

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa). Sementara luka adalah suatu keadaan

ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Kekerasan dapat dibedakan

berdasarkan sifatnya.

II.2 Jenis Penyebab Trauma

Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik

maupun psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa dengan teliti akan dapat

di ketahui jenis penyebabnya yaitu :

A. Benda–benda Mekanik

1. Benda Tajam

Ciri- ciri umum dari luka benda tajam adalah sebagai berikut :

- Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing

- Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan, tidak

menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit lengkung.

- Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.

- Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar

Page 1

Page 2: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

2. Benda Tumpul

Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam jenis

luka, antara lain :

a. Memar ( kontusi )

Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan jaringan

tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut disebabkan oleh

pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap ke jaringan di sekitarnya.

Mula–mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai 5

hari berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi

kekuningan. Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita kelainan

darah, kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar

dibandingkan pada orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat

di jadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya atau keras

tidaknya pukulan. Pada wanita atau orang–orang yang gemuk juga akan mudah

terjadi memar. Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi

jika di periksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaan – perbedaanya, yaitu :

Memar Lebam mayat

Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian terendah

Pembengkakan Positif Negatif

Bila ditekan Warna tetap Memucat/menghilang

Mikroskopik Reaksi jaringan (+) Reaksi jaringan (-)

Page 2

Page 3: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

Memar Lebam mayat

b. Luka lecet ( abrasi )

Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar dari

kulit, yang ciri – cirinya adalah :

o Bentuk luka tidak teratur

o Batas luka tidak teratur

o Tepi luka tidak rata

o Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan

o Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telah mengering )

o Warna coklat kemerahan

Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih di

tutupi epitel dan reaksi jaringan ( inflamasi )

Page 3

Page 4: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk tentang benda

penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang. Luka lecet

juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda – tanda sebagai

berikut :

o Warna kuning mengkilat

o Lokasi biasanya didaerah penonjolan tulang

o Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan tidak di

temukan reaksi jaringan.

c. Luka terbuka / robek ( laserasi )

Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan dengan benda

tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan di

bawahnya, yang ciri–cirinya sebagai berikut :

o Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata

o Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )

o Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan

o Di sekitar garis batas luka di temukan memar

o Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang ( misalnya

daerah kepala, muka atau ekstremitas )

Page 4

Page 5: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari luka

tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika benda tumpul

yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala maka luka

robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi. Kekerasan akibat benda tajam

dapat menimbulkan luka yang bentuknya tergantung dari cara benda tajam itu

mengenai sasaran. Jika diiriskan akan mengakibatkan luka iris, jika di tusukan akan

mengakibatkan luka tusuk dan jika di bacokan (di ayunkan dengan tenaga yang

kuat) akan mengakibatkan luka bacok.

Kekerasan akibat benda tumpul dapat menyebabkan luka memar, luka lecet atau

luka robek.

Perbedaan trauma tajam dan trauma tumpul

Trauma Tajam Tumpul

a. Bentuk luka Teratur Tidak teratur

b. Tepi luka Rata Tidak rata

c. Jembatan jaringan Tidak ada Ada

d. Rambut Ikut terpotong Tidak ikut terpotong

e. Dasar luka Berupa garis atau titik Tidak teratur

f. Sekitar luka Tidak ada luka lain Ada luka lecet atau memar

3. Benda Yang Mudah Pecah ( kaca )

Kekerasan oleh benda yang mudah pecah ( misal kaca ), dapat mengakibatkan

luka –luka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk dan luka lecet. Pada daerah

luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-fragmen dari benda yang mudah pecah

itu. Jika yang menjadi penyebabnya adalah kaca mobil maka luka-luka campuran yang

terjadi hanya terdiri atas luka lecet dan luka iris saja, sebab kaca mobil sengaja dirancang

sedemikian rupa sehingga kalau pecah akan terurai menjadi bagian-bagian kecil.

Page 5

Page 6: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

B. Benda Fisika

Kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda fisik, antara lain:

Benda bersuhu tinggi

Benda bersuhu rendah

Sengatan listrik

Petir

Tekanan (barotrauma)

1. Benda bersuhu tinggi

Kekerasan dengan benda bersuhu tinggi akan menimbulkan luka bakar yang

cirinya amat tergantung pada bendanya, ketinggian suhunya, serta lamanya berkontak

dengan benda tersebut. Api, benda padat panas atau membara dapat mengakibatkan

luka bakar derajat I,II,III dan IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar

derajat I, II dan III.

Luka bakar derajat I Luka bakar derajat II

Luka bakar derajat III Luka bakar derajat IV

Page 6

Page 7: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

2. Benda bersuhu rendah

Kekerasan oleh benda bersuhu dingin (rendah) biasanya dialami oleh bagian

tubuh yang terbuka, seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau hidung. Mula-mula

pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah superficial sehingga

terlihat pucat. Selanjutnya akan terjadi paralisis kontrol vasomotor yang menyebabkan

daerah tersebut berubah menjadi kemerahan. Pada keadaan yang lebih berat akan

berubah menjadi gangren.

3. Sengatan listrik

Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai

akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas. Besarnya pengaruh listrik pada

jaringan tersebut tergantung dari besarnya tegangan (voltase), kuatnya arus (ampere),

besarnya tahanan kulit (ohm), dan kontak serta luasnya daerah yang terkena kontak.

Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan jaringan

kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah pucat, dikelilingi

daerah hipereremis. Sering ditemukan adanya metalisasi.

Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukan adanya luka.

Bahkan kadang-kadang bagian baju atau sepatu yang dilalui arus listrik ketika

Page 7

Page 8: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

meninggalkan tubuh juga ikut terbakar.Tegangan arus kurang dari 65 volt biasanya

tidak mebahayakan, tetapi tegangan antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkan

kuat arus (ampere) yang dapat mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi

akibat fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan atau pusat pernapasan.

Sedangkan faktor yang sering mempengaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang

akan adanya listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-orang yang tidak

menyadari adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya biasanya pengaruhnya

lebih berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari berhubungan dengan

listrik.

4. Petir

Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya

dapat mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah. Luka-luka

karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat listrik,

panas dan ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat ledakan

udara berupa luka-luka yang mirip dengan luka akibat persentuhan dengan beda

tumpul.

Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan susunan

saraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi karena efek

ledakan atau efek dari gas panas yang ditimbulkannya. Pada korban mati sering

ditemukan adanya arborecent mark (percabangan pembuluh darah terlihat seperti

Page 8

Page 9: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari logam yang dipakai, magnetisasi

benda-benda dari logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.

5. Tekanan (barotrauma)

Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar tubuh

manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang sering disebut disbarisme

yang terdiri atas 2 macam, yaitu:

a. Hiperbarik:

Sindroma ini disebabkan oleh tekanan tinggi, antara lain:

- Turun dari ketinggian secara mendadak (saat pesawat mendarat atau turun

gunung)

- Berada di kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba diving (menyelam

dengan tangki oksigen), snorkling (menyelam dengan tube di mulut)

penyelam dengan pakaian khusus.

Gejala yang ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebut dapat berupa:

- Barotraumas pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atau emfisema

interstitialis.

- Barotalgia: rasa nyeri, membran tympani pecah, perdarahan, vertigo,

dizziness.

- Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeri atau

bahkan meletus.

- Narkosis nitrogen: amnesia, disorientasi.

b. Hipobarik

Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara lain:

- Naik tempat tinggi secara mendadak saat pesawat mengudara atau saat

pesawat meluncur ke ruang angkasa.

- Berada di ruangan bertekanan rendah, misalnya dalam decompression

chamber.

Page 9

Page 10: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan pengumpulan

gelembung-gelembung udara di dalam jaringan lunak atau organ-organ berongga.

Gejala tersebut antara lain:

- Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat

- Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yang hebat.

- Gejala pada susunan saraf tergantung letak emboli dan letak emfisema

subkutan

- Rongga perut terasa kembung

- Gigi geligi terasa nyeri.

C. Kombinasi Benda Mekanik dan Fisik

Luka akibat tembakan senjata api pada dasarnya merupakan luka yang disebabkan

oleh trauma benda mekanik (benda tumpul) dan fisik (panas), yaitu anak peluru yang

jalannya giroskopik (berputar/mengebor).

Mengingat lapisan kulit memiliki elastisitas yang kurang baik dibandingkan lapisan di

bawahnya, maka jaringan yang hancur akibat terjangan anak peluru lebih luas. Akibatnya

bentuk luka tembak masuk terdiri atas lubang, dikelilingi cincin lecet yang diameternya

lebih besar. Diameter cincin tersebut lebih mendekati kaliber pelurunya.

Sedangkan luka akibat senjata yang tidak menggunakan mesiu sebagai tenaga

pendorong anak pelurunya (senjata angin) pada hakekatnya merupakan luka yang

disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul saja.

Ciri-ciri luka tembak amat bergantung pada jenis senjata yang ditembakkan, jarak

tembakan, arah tembakan, serta posisinya (sebagai tempat masuk atau keluarnya anak

peluru).

Page 10

Page 11: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

D. Zat Kimia Korosif

Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh manusia.

Ciri-ciri lukanya amat tergantung pada golongan zat kimia tersebut.

1. Golongan asam

Termasuk zat kimia korosif dari golongan asam antara lain:

- Asam mineral, antara lain: H2SO4, HCl dan NO3

- Asam organik, antara lain: asam oksalat, asam formiat dan asam asetat

- Garam mineral, antara lain: AgNO3 dan zinc chloride

- Halogen, antara lain: F, Cl, Ba dan J

Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan luka, ialah:

- Mengekstraksi air dan jaringan

- Mengkoagulasi protein menjadi albuminat

- Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin

Ciri-ciri luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut ialah:

- Terlihat kering

- Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitrit acid berwarna

kuning kehijauan

- Perabaan keras dan kasar

2. Golongan basa

Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:

Page 11

Page 12: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

- KOH

- NaOH

- NH4OH

Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka adalah:

- Mengadakan ikatan denga protoplasma sehingga membentuk alkaline albumin

dan sabun

- Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematine

Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini adalah:

- Terlihat basah dan edematous

- Berwarna merah kecoklatan

- Perabaan lunak dan licin

II.3 Waktu Terjadinya Kekerasan

Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi keperluan

penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum terdakwa serta untuk

penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus, informasi tentang waktu terjadinya

kekerasan itu akan dapat digunakan sebagai bahan analisa guna mengungkapkan banyak hal,

tidak seharusnya seseorang dituduh atau dihukum jika pada saat terjadinya tindak pidana ia

berada ditempat yang jauh dari tempat kejadian perkara.

Dengan melakukan pemeriksaan yang teliti, akan dapat ditentukan :

- Luka terjadi antemortem atau postmortem.

- Umur luka.

A. Luka Antemortem dan Postmortem

Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaannya ialah luka itu terjadi

sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dicari ada tidaknya

tanda-tanda intravital. Jika ditemukan berarti luka terjadi sebelum mati dan demikian pula

sebaliknya.

Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan tanda yang menunjukan bahwa :

Page 12

Page 13: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

- Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma.

- Organ dalam masih berfungsi ketika terjadi trauma.

1. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma.

Tanda-tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan hidup ketika

terjadi trauma antara lain :

a. Retraksi jaringan

Terjadi karena serabut-serabut elastis dibawah kulit terpotong dan kemudian

mengkerut sambil menarik kulit diatasnya. Jika arah luka memotong serabut

secara tegak lurus maka bentuk luka akan menganga, tetapi jika arah luka sejajar

dengan serabut elastis maka bentuk luka tak begitu menganga.

b. Reaksi vaskuler

Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :

Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa :

- Eritema (kulit berwarna kemerahan)

- Vesikel atau bulla

Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk intravital berupa :

- Kontusi atau memar

c. Reaksi mikroorganisme (infeksi).

Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma dan meninggalkan luka

terbuka maka kuman-kuman akan masuk serta menimbulkan infeksi yang ciri-

cirinya sebagai berikut :

- Warna kemerahan.

- Terlihat bengkak.

- Terdapat pus.

- Bila sudah lama telihat adanya jaringan granulasi.

d. Reaksi biokimiawi.

Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka pada daerah tersebut akan

terjadi aktivitas biokimiawi berupa :

- Kenaikan kadar serotonin(kadar maksimal terjadi 10 menit sesudah trauma).

Page 13

Page 14: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

- Kanaikan kadar histamine (kadar maksimal terjadi 20-30 menit sesudah

trauma).

- Kanaikan kadar enzim (ATP, aminopeptidase, acid-phosphatase) yang terjadi

beberapa jam sesudah trauma sebagai akibat dari mekanisme pertahanan

jaringan.

2. Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma.

Jika organ dalam (jantung atau paru-paru) masih dalam keadaan berfungsi ketika

terjadi trauma maka tanda-tandanya antara lain :

a. Perdarahan hebat (profuse bleeding)

Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan perdarahan yang

banyak sebab jantung masih bekerja sehingga terus-menerus memompa darah

keluar lewat luka. Berbeda sekali dengan trauma yang terjadi sesudah mati sebab

keluarnya darah disini secara pasif karena pengaruh gravitasi sehingga jumlahnya

tidak banyak.

Perdarahan pada luka intravital dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan internal

dan eksternal. Perdarahan internal mudah dibuktikan karena darah tertampung

dirongga badan (rongga perut, rongga dada, rongga panggul, rongga kepala, dan

kantong perikardium) sehingga dapat diukur pada waktu otopsi. Sedangkan

perdarahan eksternal (darah tumpah ditempat kejadian) hanya dapat disimpulkan

jika pada waktu otopsi ditemukan tanda-tanda anemis (muka dan organ-organ

dalam pucat) disertai tanda-tanda limpa melisut, jantung dan nadi utama tidak

berisi darah.

b. Emboli udara

Terdiri atas emboli udara venosa (pulmoner) dan emboli udara arterial

(sistemik). Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena yang terpotong tidak

mengalami kolap karena terfiksir dengan baik seperti misalnya vena jugularis

eksterna atau subclavia. Udara akan masuk ketika tekanan dijantung kanan

negatif. Gelembung udara yang terkumpul di jantung kanan dapat terus menuju

kedaerah paru-paru sehingga dapat mengganggu fungsinya.

Page 14

Page 15: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli udara venosa

pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai akibat dari tindakan

pneumotorak artefisial atau karena luka-luka yang menembus paru-paru.

Kematian dapat terjadi akibat gelembung udara masuk pembuluh darah koroner

atau otak.

c. Emboli lemak

Emboli lemak dapat terjadi pada trauma tumpul yang mengenai jaringan

berlemak atau trauma yang mengakibatkan patah tulang panjang. Akibatnya,

jaringan lemak akan mengalami pencairan dan kemudian masuk kedalam

pembuluh darah vena yang pecah menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat

terus menuju daerah paru-paru.

d. Pneumotorak

Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru-paru menderita luka,

sementara paru-paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka tersebut dapat berfungsi

sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau udara paru-paru akan masuk ke rongga

pleura setiap inspirasi.

Semakin lama udara yang masuk kerongga pleura, semakin banyak yang

pada akhirnya akan menghalangi pengembangan paru-paru sehingga pada

akhirnya paru-paru menjadi kolap.

e. Emfisema kulit (krepitasi kulit)

Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk paru-

paru maka pada setiap ekspirasi udara paru-paru dapat masuk ke jaringan ikat

dibawah kulit.

Pada palpasi akan terasa ada krepitasi disekitar daerah trauma. Keadaan

seperti ini tidak mungkin terjadi jika trauma terjadi sesudah orang meninggal

dunia. Jika trauma terjadi sesudah orang meninggal dunia maka kelainan-kelainan

tersebut diatas tidak mungkin terjadi mengingat pada saat itu jantung dan paru-

parunya sudah berhenti bekerja.

Page 15

Page 16: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

B. Umur Luka

Untuk mengetahui kapan terjadinya kekerasan, perlu diketahui umur luka. Hanya saja,

tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk menilai dengan tepat kapan suatu

kekerasan (baik pada korban hidup ataupun mati) dilakukan mengingat adanya faktor

individual, penyulit (misalnya infeksi, kelainan darah atau penyakit defisiensi) serta faktor

kualitas dari kekerasan itu sendiri.

Kendati demikian ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperkirakannya, yaitu

dengan melakukan :

- Pemeriksaan makroskopik.

- Pemeriksaan mikroskopik (histologik).

- Pemeriksaan histokemik (histochemical examination).

- Pemeriksaan biokemik (biochemical examination).

1. Pemeriksaan makroskopik.

Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan berapa

umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiraan dihitung dari saat trauma sampai

saat diperiksa dan pada korban mati, mulai dari saat trauma sampai saat kematiannya.

Pada kekerasan dengan benda tumpul, umur luka dapat diperkirakan dengan

mengamati perubahan-perubahan yang terjadi. Mula-mula pada daerah yang

mengalami trauma akan terlihat pembengkakan akibat ekstravasasi dan inflamasi,

berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 samapai 5 hari warna tersebut berubah menjadi

kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi kekuningan.

Pada luka robek atau terbuka juga dapat diperkirakan umurnya dengan

mengamati perubahan–perubahannya. Dalam selang waktu 12jam sesudah trauma

akan terjadi pembengkakan pada tepi luka, selanjutnya kondisi luka akan di dominasi

oleh tanda-tanda inflamasi dan kemudian di susul tanda-tanda penyembuhan.

2. Pemeriksaan mikroskopik.

Page 16

Page 17: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

Mengingat hasil pemeriksaan makroskopik sangat variatif dan jauh dari

ketetapan maka perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati. Selain

berguna bagi penentuan intravitalisasi luka, pemeriksaan mikroskopik juga dapat

menentukan umur luka secara lebih teliti. Caranya ialah dengan mengamati

perubahan-perubahan histologiknya.

Menurut Walcher, Robertson dan Hodge, infiltrasi perivaskuler dari leukosit

polimorfonukler dapat dilihat dengan jelas pada kasus-kasus dengan periode survival

sekitar 4 jam atau lebih. Dilatasi kapiler dan marginasi sel leukosit mungkin dapat

dilihat lebih dini lagi, bahkan dalam beberapa menit sesudah trauma. Leukosit yang

mula-mula masuk kejaringan adalah jenis polimorfonuklear. Pada stadium berikutnya

akan tampak monosit, namun leukosit jenis ini jarang ditemukan pada eksudat kurang

dari 12 jam sesudah trauma. Pada trauma dengan inflamasi aseptik, proses eksudasi

akan mencapai puncaknya dalam waktu 48 jam.

Epitelisasi baru terjadi pada hari ketiga, sedangkan sel-sel fibroblast mulai

menunjukan perubahan reaktif ( dalam bentuk proliferasi ) sekitar 15 jam sesudah

trauma. Tingkat proliferasi tersebut serta proses pembentukan kapiler-kapiler baru

sangat variatif, tetapi biasanya jaringan granulasi lengkap dengan vaskularisasinya

akan terbentuk paling tidak sesudah 3 hari.serabut-serabut kolagen yang baru juga

mulai tebentuk 4 atau 5 hari sesudah trauma.

Pada luka-luka kecil, kemungkinan jaringan perut tampak pada akhir minggu

pertama. Biasanya sekitar 12 hari sesudah trauma, aktifitas sl-sel epitel dan jaringan

dibawah nya mengalami tahapan regresi. Akibatnya jaringan epitel akan mengalami

atrofi, vaakularisasi jaringan di bawahnya juga berkurang diganti serabut-serabut

kolagen,sampai beberapa minggu sesudah penyembuhannya, serabut-serabut elastis

masih tampak lebih banyak dari jaringan yang tak terkena trauma. Perubahan-

perubahan histologik dari luka ini sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya infeksi dan

perlu diketahui bahwa infeksi akan memperlambat proses penyembuhan luka.

3. Pemeriksaan Histokemik

Page 17

Page 18: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

Perubahan-perubahan morfologik dari jaringan hidup yang mendapat trauma

merupakan akibat dari fenomena fungsional yang sering sejalan dengan aktifitas

enzim, yaitu protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi biologik. Oleh sebab itu

di temukannya enzim yang bertanggung jawab terhadap perubahan tersebut dapat

membuktikan lebih dini tentang adanya trauma sebelum perubahan morfologiknya

dapat dilihat.

Pemeriksaan histokemik ini didasarkan pada reaksi yang dapat dilihat dengan

pemeriksaan mikroskopik dengan menambahkan zat-zat tertentu. Mula-mula luka

atau bagian dari luka dipotong dengan mengikutsertakan jaringan disekitarnya, kira-

kira setengah inci. Separo dari potongan itu difiksasi dengan menggunakan formalin

10% didalam refrigerator dengan suhu 4 derajat celcius sepanjang malam untuk

membuktikan adanya aktifitas esterase dan fosfatase. Separonya lagi dibekukan

dengan isopentane dengan menggunakan es kering (dry ice) guna mendeteksi adanya

adenosine triphosphatase dan aminopeptidase.

Peningkatan aktifitas adenosine triphosphatase dan esterase dapat dilihat lebih

dini, yaitu setengah jam setelah trauma. Peningkatan aktifitas aminopeptidase dapat

dilihat sesudah 2 jam, sedangkan peningkatan acid phosphatase dan alkali

phosphatase sesudah 4 jam.

4. Pemeriksaan Biokemik.

Meskipun pemeriksaan histokemik lebih banyak menolong, tetapi reaksi

trauma yang dapat ditunjukkannya masih memerlukan waktu yang relatif panjang

yaitu beberapa jam sesudah trauma. Padahal yang sering terjadi korban mati beberapa

saat sesudah trauma sehingga belum dapat dilihat reaksinya dengan metode tersebut.

Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan biokemik.

Perlu diketahui bahwa histamine dan serotonin merupakan zat vasoaktif yang

bertanggung jawab terhadap terjadinya inflamasi akut, terutama pada stadium yang

Page 18

Page 19: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

paling awal dari trauma. Penerapannya bagi kepentingan forensik telah dipublikasikan

untuk yang pertama kali pada tahun 1965 oleh Vazekas dan Viragos-Kis. Mereka

melaporkan adanya kenaikan histamine bebas pada jejas jerat antemortem pada kasus

menggantung. Oleh peneliti lain dibuktikan bahwa kenaikan histamin terjadi 20-30

menit sesudah trauma sedangkan serotonin naik setelah 10 menit.

II.4 Cara Melakukan Kekerasan

Dengan melihat bentuk serta ciri-ciri luka, dapat juga diketahui cara benda penyebabnya

digunakan. Sudah barang tentu tergantung dari jenis benda penyebab luka tersebut.

Untuk senjata tajam, cara senjata itu digunakan dapat dibedakan, yaitu:

Diiriskan

Ditusukkan

Dibacokkan

Untuk senjata api, cara senjata itu ditembakkan juga dapat ditentukan, yaitu:

Secara tegak lurus atau miring

Dengan jarak tembak tempel, dekat, sedang atau jauh

1. DIIRISKAN

Diiriskan artinya bahwa mata tajam dari senjata tersebut ditekankan lebih dahulu ke suatu

bagian dari tubuh kemudian digeser ke arah yang sesuai dengan arah senjata. Luka yang

ditimbulkannya merupakan luka iris (incised wound) yang ciri-cirinya:

Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam

Panjang luka lebih besar dari dalamnya luka

Page 19

Page 20: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

2. DITUSUKKAN

Ditusukkan artinya bagian ujung dari senjata tajam ditembakkan pada suatu bagian dari

tubuh dengan arah tegak lurus atau miring dan kemudian ditekan ke dalam tubuh sesuai

arah tadi. Luka yang ditimbulkan merupakan luka tusuk (stab wound) yang ciri-cirinya:

Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam

Dalam luka lebih besar dari panjangnya luka

3. DIBACOKKAN

Dibacokkan artinya bahwa senjata tajam yang ukurannya relatif besar dan diayunkan

dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata tersebut mengenai suatu bagian

dari tubuh. Tulang-tulang dibawahnya biasanya berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut

menderita luka. Luka yang ditimbulkannya merupakan luka bacok (chop wound) yang

ciri-cirinya:

Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam

Ukuran luka besar dan menganga

Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka

Page 20

Page 21: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka

Jika senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka disekitar garis batas luka terdapat

memar.

4. DITEMBAKKAN

Jika ditembakkan tegak lurus ke arah permukaan tubuh, maka ciri-cirinya:

Letak lubang luka terhadap cincin lecet konsentris

Jika ditembakkan secara miring ke arah permukaan tubuh maka ciri-cirinya:

Letak lubang luka terhadap cincin lecet episentris

Jika ditembakkan dengan jarak kontak maka luka yang terjadi mempunyai ciri-ciri:

Bentuknya seperti bintang (cruciform)

Terlihat memar berbentuk sirkuler akibat hentakan balik dari moncong senjata

Jika ditembakkan dengan jarak dekat (1 inci – 2 kaki) maka ciri-ciri dari luka yang terjadi

adalah:

Berupa lubang berbentuk bulat yang dikelilingi cincin lecet

Terdapat produk dari mesiu (tatto, sisa-sisa mesiu atau jelaga)

Jika ditembakkan dengan jarak jauh (lebih dari 2 kaki) maka ciri-ciri dari luka yang

terjadi adalah:

Berupa lubang berbentuk bulat yang dikelilingi cincin lecet

Tidak ditemukan produk mesiu

II.5. Akibat Trauma

A. Aspek Medik

Berdasarkan prinsip inersia (principle of inertia) dari Galileo Galilei, setiap benda

akan tetap pada bentuk dan ukurannya sampai ada kekuatan luar yang mampu

merubahnya. Selanjutnya Isaac Newton dengan 3 buah hukumnya berhasil menemukan

metode yang dapat dipakai untuk mengukur dan menghitung energi.

Dengan dasar-dasar tadi maka dapat diterangkan bagaimana suatu energi potensial dalam

Page 21

Page 22: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

bentuk kekerasan berubah menjadi energi kinetik yang mampu menimbulkan luka, yaitu

kerusakan jaringan yang dapat disertai atau tidak disertai oleh diskontinuitas permukaan

kulit.

Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat berupa :

1. Kelainan fisik / organik.

Bentuk dari kelainan fisik atau organik ini dapat berupa :

- Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh.

- Hilangnya sebagian atau seluruh organ tertentu.

2. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu.

Bentuk dari gangguan fungsi ini tergantung dari organ atau bagian tubuh yang terkena

trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain lumpuh, buta, tuli atau terganggunya

fungsi organ-organ dalam.

3. Infeksi

Seperti diketahui bahwa kulit atau membrana mukosa merupakan barier terhadap

infeksi. Bila kulit atau membrana tersebut rusak maka kuman akan masuk lewat pintu

ini. Bahkan kuman dapat masuk lewat daerah memar atau bahkan iritasi akibat benda

yang terkontaminasi oleh kuman. Jenis kuman dapat berupa Streptococcus,

Staphylococcus, Eschericia coli, Proteus vulgaris, Clostridium tetani serta kuman yang

menyebabkan gas gangren.

4. Penyakit

Trauma sering dianggap sebagai precipitating factor terjadinya penyakit jantung

walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan masih dalam kontroversi.

5. Kelainan psikis

Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat menjadi

precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental yang spektrumnya amat luas; yaitu

dapat berupa compensational neurosis, anxiety neurosis, dementia praecox primer

Page 22

Page 23: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

(schizophrenia), manic depressive atau psikosis. Kepribadian serta potensi individu

untuk terjadinya reaksi mental yang abnormal merupakan faktor utama timbulnya

gangguan mental tersebut; meliputi jenis, derajat serta lamanya gangguan. Oleh sebab

itu pada setiap gangguan mental post-trauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya yang

terdiri atas latar belakang mental dan emosi serta nilai relatif bagi yang bersangkutan

atas jaringan atau organ yang terkena trauma. Secara umum dapat diterima bahwa

hubungan antara kerusakan jaringan tubuh atau organ dengan psikosis post trauma

didasarkan atas :

Keadaan mental benar-benar sehat sebelum trauma.

Trauma telah merusak susunan syaraf pusat.

Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan seseorang.

Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur atau fungsinya dapat

mempengaruhi emosi organ genital, payudara, mata, tangan atau wajah.

Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan.

Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal.

Korban dihantui oleh kejadian (kejahatan atau kecelakaan) yang menimpanya.

B. Aspek Yuridis

Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau tidak disertai

diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma maka dari sudut hukum, luka merupakan

kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang bersifat intensional

(sengaja), recklessness (ceroboh), atau negligence (kurang hati-hati). Untuk menentukan

berat ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka.

Kebijakan hukum pidana didalam penentuan berat ringannya luka tersebut didasarkan atas

pengaruhnya terhadap :

- Kesehatan jasmani.

- Kesehatan rohani.

Page 23

Page 24: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

- Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan.

- Estetika jasmani

- Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian.

- Fungsi alat indera :

1. Luka ringan.

Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan

dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya.

2. Luka sedang.

Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan

pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya untuk sementara waktu.

3. Luka berat.

Luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP, yang terdiri atas:

a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan

sempurna. Pengertian tidak akan sembuh dengan sempurna lebih ditujukan

pada fungsinya. Contohnya trauma pada satu mata yang menyebabkan

kornea robek. Sesudah dijahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat

melihat.

b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut. Dapat mendatangkan bahaya

maut pengertiannya memiliki potensi untuk menimbulkan kematian, tetapi

sesudah diobati dapat sembuh.

c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan

jabatan atau mata pencahariannya. Luka yang dari sudut medik tidak

membahayakan jiwa, dari sudut hukum dapat dikategorikan sebagai luka

berat. Contohnya trauma pada tangan kiri pemain biola atau pada wajah

Page 24

Page 25: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

seorang peragawati dapat dikategorikan luka berat jika akibatnya mereka

tidak dapat lagi menjalankan pekerjaan tersebut selamanya.

d. Kehilangan salah satu dari panca indera. Jika trauma menimbulkan kebutaan

satu mata atau kehilangan pendengaran satu telinga, tidak dapat digolongkan

kehilangan indera. Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat

berdasarkan butir (a) di atas.

e. Cacat besar atau kudung.

f. Lumpuh.

g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir

tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia,

disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa lainnya.

h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Yang dimaksud dengan

keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa waktunya, yaitu tidak

didahului oleh proses sebagaimana umumnya terjadi seorang wanita ketika

melahirkan. Sedangkan, kematian janin mengandung pengertian bahwa janin

tidak lagi menunjukkan tanda-tanda hidup, tidak dipersoalkan bayi keluar

atau tidak dari perut ibunya.

II.6 Kontek Peristiwa Penyebab Luka

Latar belakang terjadinya luka dapat disebabkan oleh peristiwa pembunuhan, bunuh diri atau

kecelakaan.

1. Pembunuhan

Ciri-ciri lukanya adalah:

Lokasi luka di sembarang tempat, yaitu daerah yang mematikan maupun yang

tidak mematikan

Lokasi tersebut di daerah yang dapat dijangkau maupun yang tidak dapat

dijangkau oleh tangan korban

Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek terkena senjata

Page 25

Page 26: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

Dapat ditemukan luka tangkisan (defensive wounds), yaitu pada korban yang

sadar ketika mengalami serangan. Luka tangkisan tersebut terjadi akibat reflek

menahan serangan sehingga letak luka tangkisan biasanya pada lengan bawah

bagian luar.

2. Bunuh diri

Ciri-ciri lukanya adalah:

Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat

Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan

Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata

Ditemukan luka-luka percobaan (tentative wounds).

Luka percobaan tersebut terjadi karena yang bersangkutan masih ragu-ragu atau

karena sedang memilih letak senjata yang pas sambil mengumpulkan keberaniannya,

sehingga ciri-ciri luka percobaan adalah:

Jumlahnya lebih dari satu

Lokasinya di sekitar luka yang mematikan

Kualitas lukanya dangkal

Tidak mematikan

3. Kecelakaan

Jika ciri-ciri luka yang ditemukan tidak menggambarkan pembunuhan atau bunuh diri

maka kemungkinannya adalah akibat kecelakaan. Untuk lebih memastikannya perlu

dilakukan pemeriksaan di tempat kejadian.

II.7 Kualifikasi luka

Pengertian kualifikasi luka disini semata-mata pengertian Ilmu Kedokteran Forensik

sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XX pasal 351 dan 352

serta Bab IX pasal 90

Pasal 351

Page 26

Page 27: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan

bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan

pidana penjara paling lama lima tahun.

3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh

tahun.

4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana

Pasal 352

1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak

menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau

pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling

lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu

terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.

2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 90

Luka berat berarti:

(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh

sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut

(2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan

pencarian;

(3) Kehilangan salah satu pancaindera;

(4) Mendapat cacat berat;

(5) Menderita sakit lumpuh;

(6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;

(7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Page 27

Page 28: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Luka pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian terpenting.

Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka bisa terjadi akibat

kekerasan mekanik, kekerasan fisik, & kekerasan kimiawi. Luka dapat

diklasifikasikan berdasarkan jenis benda, yaitu akibat kekerasan benda tumpul, akibat

benda tajam, akibat tembakan senjata api, akibat benda yang muda pecah, akibat

suhu/temperatur, akibat trauma listrik, akibat petir, dan akibat zat kimia korosif.

Selain itu luka bisa diketahui waktu terjadinya kekerasan, apakah luka terjadi

antemortem atau postmortem. Terkadang dari luka kita bisa mengetahui umur luka.

Walaupun belum ada satupun metode yang digunakan untuk menilai dengan tepat

kapan suatu kekerasan dilakukan mengingat adanya berbagai macam faktor yang

mempengaruhinya; seperti faktor infeksi, kelainan darah, atau penyakit defisiensi. 

Dari deskripsi luka kita sebagai dokter juga dapat membantu pihak hukum untuk

menentukan kualifikasi luka sesuai dengan KUHP Bab XX pasal 351 dan 352 serta

Bab IX pasal 90. Yang pada tindak pidana untuk menentukan hukuman yang

diberikan kepada pelaku kekerasan dengan melihat deskripsi luka yang kita buat. Oleh

karena itu diharapkan kita sebagai calon dokter yang nantinya sebagai dokter di

masyarakat umum akan banyak menemukan kasus kekerasan yang menyebabkan luka

baik pada korban hidup maupun korban mati, bisa mendeskripsikan luka sebaik-

baiknya dalam Visum et Repertum.

Page 28

Page 29: 245819847 Traumatologi Forensik

Makalah Traumatologi

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, Amri. Trauma Mekanik. Dalam. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua Medan: Percetakan Ramadhan. 2005

2. Amir, Amri. Traumatologi. Dalam. Ilmu Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Forensik. Medan:. 2000.

3. Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang : 2003.

4. Dahlan, Sofwan. Traumatologi. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.2004

5. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Luka. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

6. Budiyanto, Arif. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 1997

7. Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara: Jakarta 1997.

8. Satyo, Alfred.C. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah Kedokteran Nusantara Vol.39. Universitas Sumatera Utara: Medan: Desember 2006.

9. Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar [online]. 2010.Available at :sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomolmemar_rev.pdf

10. Apuranto, Hariadi. Luka tumpul [online]. 2010. Available at: www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/.../LUKA%20TUMPUL.pdf

11. Apuranto, Hariadi. Luka tajam [online]. 2010. Available at : www.fk.uwks.ac.id/elib/.../LUKA%20AKIBAT%20BENDA%20TAJAM.pdf

Page 29