27
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA PROFESI APOTEKER SEMESTER : GENAP 2009/2010 FORMULASI : OVULA ANTIJAMUR Mengandung : Metronidazol Nistatin I. PENDAHULUAN Infeksi jamur sering baerkaitan gangguan daya tahan tubuh, tetapi bila daya tubuh turun, maka pengobatan jamur sering mengalami kegagalan. Demikian juga pengobatan infeksi dermatofitosis tidak berhasil jika binatang yang menjadi sumber penularan tidak disingkirkan. (ISO farmakoterapi, hal 721) I.1 Definisi Sediaan Suppistoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vaginal atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut ( Farmakope Indonesia ed IV hal 16) Supositoria vaginal (ovula) umumnya nberbentuk bulat telur dan berbobotlebih kurang 5 g. dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat

24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA

PROFESI APOTEKER

SEMESTER : GENAP 2009/2010

FORMULASI : OVULA ANTIJAMUR Mengandung : Metronidazol

Nistatin

I. PENDAHULUAN

Infeksi jamur sering baerkaitan gangguan daya tahan tubuh, tetapi bila

daya tubuh turun, maka pengobatan jamur sering mengalami kegagalan. Demikian

juga pengobatan infeksi dermatofitosis tidak berhasil jika binatang yang menjadi

sumber penularan tidak disingkirkan.

(ISO farmakoterapi, hal 721)

I.1 Definisi Sediaan

Suppistoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang

diberikan melalui rectal, vaginal atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau

melarut ( Farmakope Indonesia ed IV hal 16)

Supositoria vaginal (ovula) umumnya nberbentuk bulat telur dan

berbobotlebih kurang 5 g. dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang

dapat bercampur dalam air, seperti polietilenglikol atau gelatin.ukuran berkisar

1,25 – 1,5 inchi dan diameter 5/8 inchi.

Tujuan penggunaan ovula yaitu biasanya digunakan untuk lokal dengan

efek antiseptic, kontrasepsi, anastetik lokal, dan pengobatan penyakit infeksi

seperti trichomonal, bakteri monilial. Pada umumnya ovula digunakan pada efek

lokal, tpi beberapa penelitian menunjukana da beberapa obat yang dapat berdifusi

melalui mukosa dan masuk dalam peredaran darah.

(Husa’s Pharmaceutical Dispensing .hal 117)

Page 2: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

Kelebihan dan kelemahan dari bentuk sediaan ini

Kelebihan : Efek kerja lokal (vagina), memberikan rasa sejuk untuk bagian

yang gatal atau sakit akibat vaginitis, dapat menghindari

pengaruh PH dan asam lambung, sesuai untuk zat yang rasa dan

baunya tidak enak.

Kelemahan : Kurang disenangi penderita karena penggunaannya yang tidak

praktis dan acapkali pasien merasa risih.

II. FORMULA

2.1 Formula Umum

R/ Zat Aktif

Basis supositoria vaginal (ovula)

- Basis berlemak : contoh oleum cacao

- Basis larut air dan basis yang bercampur dengan air :

Contoh Polyetilenglikol (PEG)

PEG 1000 96%, PEG 4000 4%

PEG 1000 75%, PEG 4000 25%

(Lachman hal 578)

2.2 Formula Baku

Zat aktif : - Metronidazol

A.Nistatin

Basis : PEG 1000 : PEG 6000 = 2 : 8

Ovula metronidazol

Tiap ovula mengandung :

Metronidazolum 500 mg

Zat tambahan yang cocok q.s

(Fornas, hal 198)

2

Page 3: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

Ovula Nistatin

Tiap Formula mengandung :

Nistatin 100.000 UI

(MIMS 2008, hal 359)

Flagystatin

Tiap ovula mengandung :

- metronidazol 500 mg

- nistatina 100000 UI

(MIMS 2008, hal 258)

Vagistin

Tiap ovula mengandung :

- metronidazol 500 mg

- nistatina 100000 UI

(MIMS 2008, hal 259)

2.3 Zat Aktif

a. Metronidazol

1. Monografi

Struktur Kimia :

Rumus Molekul : C6H9N3O3

Berat Molekul : 171,2

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih hingga kuning pucat;

tidak berbau; stabil di udara tetapi lebih gelap bila

terpapar oleh cahaya.

3

Page 4: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

2. Sifat Fisika dan Kimia

Kelarutan :

Sukar larut dalam eter; agak sukar larut dalam air, dalam etanol, dan

dalam kloroform. Satu bagian metronidazol larut dalam 100 bagian

air, 200 bagian etanol, 250 bagian kloroform; sukar larut dalam

aseton dan diklorometan; agak larut dalam dimetilformamida; larut

dalam larutan asam.

(Farmakope Indonesia, edisi IV, hal. 560)

pH : larutan metronidazole jenuh memiliki pH 5,8. Konstanta

disosiasi

pKa = 2,5 ; Koefisien partisi :Log P (octanol/pH 7,4), -0,1

3. Stabilitas

Harus disimpan pada suhu 15-30 C, gel vaginal tidak boleh beku

(untuk 0,75 % krim topikal dan 0,75 % gel vaginal). Krim

metronidazol 1 % disimpan pada suhu 20-25 C. Metronidazol stabil

di udara tapi menjadi gelap pada penampakan cahaya. Bila disimpan

dalam kondisi baik, gel vaginal dapat stabil untuk 3 tahun.

b. Nistatin

1. Monografi

Struktur kimia :

Ana Espinel-Ingroff, Kedokteran ilmu cendawan di Amerika Serikat:

sebuah analisis historis (1894-1996), Springer, 2003, hal 62. 62.

Nama resmi : Nystatinum

4

Page 5: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

Pemerian : Serbuk berwarna kuning hingga cokelat muda, berbau

biji – bijian, higroskopik dan dapat terpaengaruh

cahaya, panas dan udara dalam waktu lama.

(Farmakope Indonesia Edisi IV hal 625)

2. Sifat Fisika dan Kimia

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, sukar hingga agak sukar

larut dalam etanol, metanol dalam n- propanolol,dan dalam n-

butanol, tidak larut dalam kloroform dalam eter dan dalam benzene.

pH : 6,5 - 8

(Farmakope Indonesia Edisi IV hal 625)

2.4 Farmakologi

a. Metronidazol

3. Mekanisme Kerja

Metronidazol bekerja dengan cara merusak membrane sel dan juga

menghambat sintesis DNA pada T vaginalis and Clostridium

bifermentans (Goodman and Gilman’s edisi 9, 1996, hal: 996)

Berdasarkan perintangan sintesis asam nukleinat setelah direduksi oleh

enzim yang terdapat pada bakteri anaerob. Efek mutagennya

diperkirakan juga berdasarkan mekanisme ini.

(Katzung hal 744)

4. Farmakokinetik

Absorpsi metronidazol berlangsung dengan baik sesudah pemberian

oral. Satu jam sesudah pemberian dosis tunggal 500 mg per oral

diperoleh kadar plasma kira-kira 10 mikrogram/ ml. Waktu paruhnya

berkisar antara 8-10 jam. Obat ini dieksresi melalui urine dalam bentuk

asal dan bentuk metabolit hasil oksidasi dan glukuronidasi. Juga

dieksresi melalui urin dalam bentuk melalui air liur, air susu, cairan

vagina (Farmakologi dan Terapi, edisi IV, hal. 540).

5

Page 6: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

5. Penggunaan

Merupakan pilihan pertama untuk amubiasis hati. Pada infeksi

Helicobacter pylori ( tukak usus 12 jari) digunakan pada

triple/quadruple therapy, bersamaan dengan 2 atau 3 obat lain

(bismutoksida, omeprazole, amoksisilin). Selain itu juga diindikasikan

untuk pengobatan infeksi intra – abdomen anaerob atau campuran,

Pengobatan vaginitis oleh Trichomonas vaginalis, pengobatan

enterokoloitis yang terkait antibiotic.

(Katzung edisi 8 jilid 3,2002, hal: 163)

6. Efek samping, Kontra Indikasi, dan Interaksi Obat

Efek Samping :

ringan berupa gangguan saluran cerna, mulut kering dan rasa logam,

pusing atau sakit kepala, rash kulit dan sewaktu-waktu leukopenia.

Air kemih dapat menjadi coklat kemerah-merahan disebabkan oleh

zat warna yang terbentuk

Kontra Indikasi : Gangguan ringan seperti vaginitis

Interaksi Obat :

- Kombinasi dengan Disulfiram menyebabkan perilaku psikotik

(kebingungan).

- Dengan antikoagulan dapat meningkatkan efek antikoagulan,

akibatnya resiko pendarahan meningkat.

- Dengan alkohol dapat menyebabkan reaksi yang sama seperti yang

disebabkan oleh difulsiram yakni dengan gejala pusung, wajah

merah, sakit kepala dan sesak nafas.

(Harkness, Richard., Interaksi Obat,, hal. 8, 52, 202, 213)

5. Dosis

Vaginal 500 mg, diberikan pada waktu malam hari selama 10 hari.

( Goodman & Gilman hal 1107)

6

Page 7: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

b. Nistatin

1. Mekanisme Kerja

Nistatin akan diikat oleh jamur atau ragi yang sensitive aktivitas anti

jamur tergantung dari adanya ikatan dengan sterol membrane jamur,

terutama ergosterol. Akibat dari terbentuknya ikatan antara sterol

dengan nistatin maka terjadi perubahan permeabilitas membrane sel

sehingga menyebabkan hilangnya kation dan makromolekul dalam sel.

(Katzung edisi 6, 1998, hal; 757)

2. Farmakokinetik

a. Absorbsi

Nistatin tidak diabsorpsi jika diberikan per oral dan terlalu toksik jika

diberikan secara parenteral sehingga diberikan secara topical tetapi

tidak diabsorbsi secara bermakna dari kulit, mukosa, atau saluran

pencernaan.

b. Eliminasi

Nistatin dieksresikan ke dalam feses (Katzung edisi 6,1998, hal: 757).

3. Penggunaan

1. Pengobatan infeksi kandida di kulit, selaput lendir dan selaput cerna

2. Pengobatan infeksi kandida di vagina

3. pengobatan guam oropharyngeal

(Katzung edisi 8 jilid 3, 2002, hal: 122)

4. Efek samping, Kontra Indikasi, dan Interaksi Obat

Efek Samping : Mual, muntah dan diare ringan, Iritasi kulit maupun

selaput lendir pada pemakaian topical belum pernah dilaporkan.

Kontraindikasi (Goodman and Gilman’s edisi 9, 1996, hal: 1188)

Sampai sekarang tidak ada kontraindikasi pada pemakaian nistatin.

7

Page 8: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

5. Dosis

Tiap 1 mg nistatin mengandung tidak kurang dari 200 unit nistatin

1. Dalam bentuk krim dan salep mengandung 100.000 unit nistatin

pemakaian 2-3 kali sehari.

2. Tablet Vaginal mengandung 100.000 unit nistatin/tablet pemakaian

1-2 kali sehari

3. Suspensi obat tetes oral mengandung 500.000 unit nistatin

2.5 Penggolongan Obat

Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan

keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari

obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan

narkotika ( DepKes RI, 2006).

2.5.1 Obat Keras

Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter

gigi, dan dokter hewan ditandai dengan tanda lingkaran merah dan terdapat huruf

K di dalamnya. Yang termasuk golongan ini adalah beberapa obat generik dan

Obat Wajib Apotek (OWA). Juga termasuk didalamnya narkotika dan

psikotropika tergolong obat keras.

Logo dari Obat Keras

Dexamethason termasuk dalam golongan obat keras, sehingga penandaan

pada kemasan menggunakan logo obat keras ( DepKes RI, 2006 ).

8

Page 9: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

III. Rancangan Penentuan Formula dan Proses pembuatan

Formula :

Dibuat 3 tablet vaginal / ovula @ 3 g

Dalam tiap ovula mengandung :

No

.Nama Bahan Jumlah/ovula Fungsi

1. Metronidazol 500 mgAntiamuba/

antitrikhomoniasis

2. Nistatin 100000 UI Anastetik Lokal

3. Gylesrin 2% Emollient

3. PEG 1000 : PEG 6000 2 : 8 Basis

Alasan Pemilihan Formul a

Metronidazol (antiprotozoa yang ditujukan untuk penggunaan lokal) larut

dalam 100 bagian air, dan nistatin sangat sukar larut dalam air sehingga

diperlukan basis yang larut air untuk memudahkan pelepasan zat aktif dari

basisnya dalam vagina. PEG (polyetilen glikol) dipilih sebagai basis karena

sifatnya yang hidrofil, non iritan, pelepasan zat aktif tidak bergantung pada titik

leleh, stabil secara fisik pada suhu penyimpanan. PEG. Zat aktif dalam ovula,

dengan efek lokal, dilepaskan lambat dari basisnya, dan pada pendekatan formula

ini, kita memakai basis PEG 1000 : PEG 6000 dengan perbandingan 2 : 8.

Dosis metronidazol yang digunakan yaitu 500 mg dan nistatin 100000 UI.

Hal ini berdasarkan sediaan ovula yang berada dipasaran. Zat aktif metronidazol

dan nistatin berkhasiat unutk mengatasi vaginitis sehingga akan lebih baik jika

diformulasikan dalam bentuk sediaan yang berefek lokal. Oleh karena itu dipilih

sediaan ovula yang memberikan efek lokal disekitar vagina. (Katzung, hal 744)

9

Page 10: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

Keterangan perhitungan :

a) Metronidazol : 500 mg

b) Nistatin : 100000 UI

Bentuk sediaan Nistatin yang ada di lab yaitu 500000 UI/ gr

Jadi = , jadi untuk 100000 UI dibutuhkan 200 mg

c) Glyserin : 2 % x 3 g = 0,06 g ≈ 60 mg

d) PEG 1000 : PEG 6000 = 2 : 8

Yang dibuat adalah ovula @ 3 g, sehingga basis untuk tiap masing

masing ovula

Basis = 3000 mg – (500 mg + 200 + 60)

= 3000 mg – 760 mg

= 2240 mg

dengan berat masing-masing PEG sbb :

PEG 1000 = x 2240 = 448 mg ~ 0,5 g

PEG 6000 = x 2240 = 1792 mg ~ 1,8 g

Proses pembuatan :

Tergantung dari basis yang digunakan, dalam hal ini basisnya PEG 1000:

PEG 6000 dengan perbandingan 2 : 8, Tahap-tahapnya pembuatannya

sebagai berikut:

1. Masing – masing bahan di timbang dengan seksama

2. Basis PEG 1000 dipanaskan sampai 60oC (karena jumlahnya lebih

sedikit), lalu ditambahkan PEG 6000 sampai meleleh sempurna,

kemuadian ditambahkan glyserin.

3. Metronidazol dan nistatin digerus halus sampai homogen

10

Page 11: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

4. Setelah kombinasi basis meleleh dan tidak terlalu panas lalu zat aktif

( metronidazol dan nistatin) ditambahkan ke dalamya,

5. Diaduk tetapi tidak terlalu kuat agar tidak terbentuk gelembung,

6. Cetakan diisi sampai penuh (sedikit berlebih, untuk menghindari

kontraksi volume),

7. Didiamkan sampai suhu kamar,

8. Dimasukkan ke lemari pendingin (8 - 10C) selama 10 menit,

9. Dimasukkan dalam freezer.

IV. Rancangan Pembungkusan dan Penandaan

1. Wadah

Ovula dibungkus dengan aluminium foil, kemudian dimasukkan ke

dalam kemasan dus.

2. Kemasan

Di dalam kemasan dilengkapi dengan penahan / pembatas antar ovula :

Pada kemasan tertera :

Nama produk :

Komposisi dari tiap 1 ovula

Kemasan produk (kotak berisi sekian ovula)

Harus dengan resep dokter

Indikasi

Dosis pemakaian

Penyimpanan

Peringatan : Ovula ini bukan untuk ditelan

No. Reg : DKL 0902123917B1

Batch No. : 151005

Expire Date : Des 2010

Diproduksi oleh (produsen) :

11

Page 12: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

Kemasan sekunder

12

Page 13: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

3. Brosur

Di dalam kemasan terdapat brosur yang memuat keterangan yang lebih

lengkap dari sediaan yang dibuat, meliputi nama perusahaan. Nama obat

bentuk sediaan, komposisi, indikasi dan kontraindikasi, dosis, efek

samping, peringatan dan perhatian, interaksi obat, isi bersih, nomor

registrasi, nomor batch, expire date, dan tanda peringatan. Brosur

terbuat dari kertas putih.

13

Page 14: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

V. Evaluasi Sediaan

1. Keseragaman sediaan (Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan )

Keseragaman bobot dapat ditetapkan pada produk yang mengandung

zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50 % atau lebih dari bobot

sediaan

Keseragaman kandungan zat aktif supositoria yang tidak dinyatakan

lain dlam masing-masing monografi terletak antara 85,0 – 11,5 % dari

yang tertera pada etiket dan dan simpangan baku relatif kurang dan

atau sama dengan 6 %.

(Teknologi Farmasi, Voight, hal.305)

2. Uji Kisaran dan Waktu Meleleh

Kisaran leleh merupakan rentang suhu zat padat mulai meleleh

sampai meleleh semourna, sedangkan waktu meleleh adalah waktu

dari mulai zat padat meleleh adalah waktu dari mulai zat padat

meleleh sampai meleleh sempurna. Waktu meleleh supositoria diukur

pada suhu 37 + 0,50C

(Teori dan Praktek Farmasi Industri, edisi III, 1994, hal.1191)

3. Uji Titik Patah

Dilakukan pada suhu kamar dengan cara memberikan tekanan pada ovula

sesuai

dengan air yang diteteskan pada penampung. Pada saat ovula mulai pecah

(terpotong), berat air yang ditampung dicatat dan inilah yang disebut titik

patah (Breaking point)

4. Uji Kekerasan

14

Page 15: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

Ovula yang baik memiliki kekerasan yang besar tetapi tetap meleleh pada

suhu tubuh (37 +0,5 0C)

(Teknologi Farmasi, Voight, hal.305)

VI. REALISASI FORMULASI

Formula lengkap

Tiap 1 ovula (3 g) mengandung :

Metronidazol 500 mg

Nistatin 200 mg

Glyserin 60 mg

PEG 1000 0,5 g

PEG 6000 1,8 g

VII. REALISASI PEMBUATAN SEDIAAN

VII.1 Penimbangan bahan

No Nama Bahan

Jumlah Paraf Cek Waktu

1 buahPerencanaan

(3 ovula)

1. Metronidazol 0,5 g 1,5 g

2 Nistatin 0,2 g 0,6 g

3 Glyserin 0,06 g 0,18 g

4 PEG 1000 0,5 g 1,5 g

5 PEG 6000 1,8 g 5,4 g

15

Page 16: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

VII.2 Prosedur pembuatan

No Prosedur Paraf Cetak

1 Ditimbang masing – masing bahan

2 Metronidazol dan nistatin digerus halus samapai

homogen.

3 Basis PEG 1000 dipanaskan sampai 60oC (karena

jumlahnya lebih sedikit), lalu ditambahkan PEG

6000 sampai meleleh sempurna, kemudian

ditambahkan 60 mg glyserin.

4 Setelah kombinasi basis meleleh dan tidak terlalu

panas lalu metronidazol dan nistatin ditambahkan.

5 Diaduk tetapi tidak terlalu kuat agar tidak terbentuk

gelembung,

6 Campuran dimasukan ke dalam cetakan. cetakan

diisi sampai penuh (sedikit berlebih, untuk

menghindari kontraksi volume),

7 Didiamkan sampai suhu kamar, sekitar 15-30 menit

8 Dimasukkan ke lemari pendingin (8 - 10C) selama

10 menit,

9 Ovula yang telah memadat dimasukan kedalam

wadah

16

Page 17: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

VIII. EVALUASI SEDIAAN

Evaluasi fisik/ farmasetik

Keseragaman bubur

Bobot minimal 3 ovula diukur lalu hasilnya dirata-ratakan

No. Berat (mg) Paraf

1.

2.

3.

Rata - rata

VIII.1.1.1.1.1.1 Uji titik patahan

No Banyaknya air (ml) Paraf Keterangan

1.

2.

3.

Uji waktu dan kisaran meleleh

No. Titik leleh (0C) Titik leleh (Menit) Paraf

1.

2.

3.

17

Page 18: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

DAFTAR PUSTAKA

AHFS Drug Information, Published by Authority of The Board of Director of The American Society of Health System Pharmacist, 2002

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope III. Edisi ke-3. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope IV. Edisi ke-4. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional. Edisi ke-2. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Ganiswarna, G.S. et al. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI

Katzung, B.G. 2004. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Edisi ketiga. Penerbit : Salemba Medika.

Lachman, L., et al., 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ke-3. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Martindale The Extra Pharmacopeiea, Thirty-first Edition, Vol. II, The Royal Pharmaceutical Society, London 1990

MIMS annual Indonesia, Medi Media International Group

Mutschler, Ernst., Dinamika Obat, edisi kelima, Penerbit ITB Bandung, 1991

Richard Harkness, Interaksi Obat, Penerbit ITB Bandung, 1989

Tan,Hoan Tjay, Obat-Obat Penting, edisi kelima, cetakan kedua, Jakarta, November 2002,

The Pharmaceutical CODEX, “Principle and Practice of Pharmaceutics”. 12nd ed. 1994. London: The Pharmaceutical Press.

Wade, A. & P.J. Weller, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 1994, 2nd ed, The Pharmaceutical Press London.

18

Page 19: 24560584-Jurnal-Ovula-OK (1)

19