54

repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 2: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 3: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 4: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 5: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 6: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 7: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 8: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 9: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 10: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 11: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 12: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 13: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 14: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 15: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 16: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 17: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 18: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 19: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 20: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 21: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 22: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 23: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 24: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada
Page 25: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

PENERAPAN DINI PSAK REVISI 2009 TENTANG LABA KOMPREHENSIF

(Studi pada Emiten Sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)

Ninuk Riesmiyantiningtias

Wiwik Utami

Universitas Mercu Buana, Jakarta

Abstract

This study aimed to test whether there is an influence of variables Leverage Ratio, institutional

ownership, public accounting firm and the size of the company against the practice of early

adoption of PSAK I (Revised 2009). This study uses logistic regression analysis testing to

measure the relative leverage ratio, institutional ownership, public accounting firm and firm

size are proxies for the asset. This study uses the company's manufacturing sector in Indonesia

Stock Exchange for the year 2010 as a sample research report. Based on purposive sampling

obtained 114 manufacturing companies that meet the criteria of sample. The test results

showed no effect of the leverage ratio, institutional ownership and the Public Accounting Firm

(KAP) of the reporting practices of Comprehensive Income. While the size of the company

affects the reporting practices of Comprehensive Income.

Keywords: Comprehensive Income, the leverage ratio, institutional ownership, public

accounting firm, firm size

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh variabel Rasio Leverage,

kepemilikan institusional, kantor akuntan publik dan ukuran perusahaan terhadap praktik

penerapan awal PSAK I (Revisi 2009). Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik

pengujian untuk mengukur rasio leverage yang relatif, kepemilikan institusional, kantor

akuntan publik dan ukuran perusahaan adalah proxy untuk aset. Penelitian ini menggunakan

sektor manufaktur perusahaan di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2010 sebagai laporan

penelitian sampel. Berdasarkan purposive sampling diperoleh 114 perusahaan manufaktur

yang memenuhi kriteria sampel. Hasil tes menunjukkan tidak ada pengaruh rasio leverage,

kepemilikan institusional dan Kantor Akuntan Publik (KAP) dari praktik pelaporan Pendapatan

Komprehensif. Sedangkan ukuran perusahaan mempengaruhi praktik pelaporan Pendapatan

Komprehensif.

Kata kunci: Pendapatan Komprehensif, rasio leverage, kepemilikan institusional, Kantor

Akuntan Publik, ukuran perusahaan

Page 26: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan yang sudah go public di Indonesia diwajibkan menyampaikan laporan

keuangan perusahaannya kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) sesuai Peraturan

BAPEPAM Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003

tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yang menyatakan bahw laporan

keuangan tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan dengan pendapat yang lazim dan

disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah

tanggal laporan keuangan tahunan.

Berdasarkan PSAK 1 (Revisi 2009) yang telah disahkan oleh Dewan Standar

Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tanggal 23 Desember 2009 yang mengacu pada

International Accounting Standar (IAS) 1 tentang Presentation of Financial Statement, dimana

terdapat perubahan format pelaporan laba rugi yang sebelumnya disebut laporan laba rugi

(income statement) ditambahkan dengan pos laba komprehensif (other comprehensive income)

menjadi laporan laba rugi komprehensif (comprehensive income). PSAK 1 (Revisi 2009) mulai

berlaku per 1 Januari 2011 dan diwajibkan kepada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia untuk mengikuti kebijakan yang berlaku di PSAK dalam hal pelaporan

keuangan perusahaannya.

Pelaporan keuangan perusahaan sesuai PSAK 1 (Revisi 2009) tidak berbeda jauh

dengan sebelum direvisi, hanya terdapat penambahan komponen laporan laba rugi

komprehensif (Comprehensive Income) yang harus dilaporkan selain komponen pendapatan

dan biaya, diantaranya memasukkan komponen–komponen perubahan aset atau liabilitas yang

tidak mempengaruhi laba pada periode berjalan. Komponen–komponen dalam laba rugi

komprehensif sebelumnya dilaporkan secara terpisah dalam catatan atas laporan keuangan.

Sebelum diterapkannya PSAK 1 (Revisi 2009) di Indonesia, pelaporan komponen laba

rugi komprehensif masih bersifat sukarela (voluntary) atau belum menjadi komponen

pelaporan yang wajib dilaporkan. Setelah diterapkannya PSAK 1 (Revisi 2009) pelaporan

komponen comprehensive income menjadi informasi yang bersifat wajib (mandatory) apabila

dalam operasional perusahaan berhubungan dengan transaksi komponen laba rugi

komprehensif yang harus diungkap.

Page 27: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Sebelum berlakunya PSAK 1 (Revisi 2009), sebagian perusahaan sudah ada yang

melaporkan komponen laba rugi komprehensif dalam pelaporan keuangannya. Alasan untuk

melaporkan komponen laba rugi komprehensif lebih dini adalah untuk memberikan informasi

yang lebih berkualitas sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Laba rugi merupakan

salah satu tolak ukur kinerja perusahaan di masa lalu yang menjadikan dasar para investor dan

manajemen perusahaan untuk memprediksi kinerja masa depan.

Menurut PSAK 1 (Revisi 2009), laporan laba rugi komprehensif meliputi semua

perubahan ekuitas selama suatu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya,

selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai

pemilik. Laporan laba rugi komprehensif merupakan salah satu masalah khusus dari laporan

laba rugi sebagai upaya perusahaan untuk menampilkan performance yang baik.

Menurut Brian et al. (2010) menyatakan bahwa seluruh item laba komprehensif

dilaporkan setelah pajak, hal tersebut untuk mengeliminasi kebutuhan untuk pengguna data

keuangan dalam mengungkapkannya di catatan kaki, tujuan utamanya adalah transparansi

akuntansi. Wegant et al. (2009: 362), menyatakan bahwa pihak internal dan eksternal

perusahaan memiliki kepentingan terhadap kinerja perusahaan. Target laba internal merupakan

alat penting dalam memotivasi para manajer untuk meningkatkan usaha penjualan,

pengendalian biaya, dan penggunaan sumber daya yang lebih efisien. Perhitungan bonus

internal berdasarkan laba turut mendorong munculnya manajemen laba. Tekanan dari eksternal

perusahaan salah satunya diwakili oleh ekspektasi pasar yang direkomendasikan oleh analis

keuangan. Perusahaan juga memiliki insentif untuk melakukan manajemen laba guna

menjamin agar angka yang dilaporkan paling sedikit sama dengan laba yang diperkirakan oleh

para analis.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Bamber et al.

(2010) terhadap 500 perusahaan di Standard & Poor's (S&P) selama periode laporan keuangan

tahun 1998 sampai dengan tahun 2001. Kajian riset yang dilakukan oleh Bamber et al. (2010)

dihubungkan dengan kebijakan pemerintah USA yang mewajibkan perusahaan-perusahaan

yang listing bursa untuk melaporkan komponen laba rugi komprehensif dalam laporan kinerja

dan bukan dalam laporan ekuitas. Dari penelitian yang dilakukan oleh Bamber, Jiang, Petroni

dan Wang (2010) menyimpulkan bahwa banyak perusahaan yang menampilkan komponen

laba rugi komprehensif dalam laporan ekuitas agar tidak mempengaruhi harga saham

perusahaan di pasar.

Page 28: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Motivasi peneliti dalam melakukan penelitian mengenai pratik lebih awal PSAK 1

(Revisi 2009) yang diterapkan per 1 Januari 2011 ini adalah ingin menguji apakah faktor-faktor

internal dan eksternal dalam perusahaan mempengaruhi pelaporan comprehensive income lebih

awal oleh perusahaan sebelum diberlakukannya PSAK 1 (Revisi 2009). Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan oleh Bamber et al. (2010) memotivasi peneliti untuk melakukan replikasi

penelitian yang sejenis dengan menambahkan variabel tambahan serta pengujian terhadap

perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian-penelitian sebelumnya adalah peneliti menambahkan variabel struktur kepemilikan

institusional dan ukuran perusahaan sebagai faktor internal perusahaan yang diperkirakan

berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan dalam melakukan praktik lebih awal PSAK 1

(Revisi 2009).

Penelitian mengenai pengaruh leverage, kepemilikan institusional, reputasi KAP yang

melakukan audit di perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap pelaporan laba rugi

komprehensif penting dilakukan karena dua alasan. Pertama, laporan laba rugi merupakan

gambaran kinerja perusahaan dalam satu periode yang memberikan informasi terhadap

pengambilan keputusan investasi oleh investor dan analis keuangan sehingga dalam pelaporan

komponen laba rugi komprehensif akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kedua,

pelaporan komponen laba rugi komprehensif diduga berpotensi terjadinya earningss

management sehingga diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan referensi kepada

para pembuat kebijakan dalam menyusun aturan yang mendorong transparansi dalam

pengungkapan laporan keuangan.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh leverage ratio terhadap penerapan dini pelaporan laba

konprehensif.

2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap penerapan dini pelaporan laba

konprehensif.

3. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap penerapan dini

pelaporan laba konprehensif.

4. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap penerapan dini pelaporan laba

konprehensif.

5. Untuk mengetahui pengaruh reputasi Akuntan Publik yang ditunjuk untuk mengaudit

laporan keuangan perusahaan terhadap penerapan dini pelaporan laba konprehensif.

Page 29: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

1.3 Kontribusi Penelitian

Kontribusi dari penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Bagi regulator yang mengeluarkan kebijakan pasar modal, dalam hal ini pemerintah

untuk mendorong adanya transparansi dalam pelaporan laba rugi perusahaan-

perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia agar para pemakai informasi tidak

mengalami bias dalam pengambilan keputusan.

2. Bagi para investor atau manajer investasi dapat mengantisipasi adanya praktik

manajemen laba dan dapat mengestimasi nilai perusahaan dengan mengeluarkan

komponen laba rugi komprehensif dalam memperhitungkan return saham.

3. Bagi akademisi, peneliti ingin memberikan kontribusi dalam literatur akuntansi

keuangan dan dapat memberikan fenomena baru dalam penulisan-penulisan

selanjutnya.

2. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Teori Keagenan, perusahaan berusaha untuk menunjukkan kinerja perusahaan

yang bagus agar sesuai dengan ekspektasi pasar yaitu untuk kemakmuran para investor.

Dengan menampilkan laporan keuangan sesuai dengan harapan pasar maka perusahaan akan

melakukan cara-cara agar laporan laba rugi dapat menampilkan nilai perusahaan yang

meningkat atau bagus.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Istianingsih (2011) mendefinisikan bahwa

perusahaan merupakan kumpulan kontrak antara pemilik (principal) dan manajer (agent) yang

melakukan jasa untuk kepentingan prinsipal, termasuk mendelegasikan kekuasaan untuk

mengambil keputusan kepada manajer. Artinya bahwa manajer sebagai agent memiliki

kepentingan untuk mencapai harapan principal maupun pihak luar. Dalam proses pembentukan

kontrak terjadi, muncul bermacam biaya yang disebut biaya kontrak. Untuk meminimalkan

biaya kontrak yang ditanggungnya manajemen harus berupaya untuk mempertahankan kinerja

perusahaan.

Menurut Ikhsan & Suprasto (2008:80) bahwa Teori Agensi memberikan kontribusi

dalam pemikiran organisasional sebagai berikut:

Page 30: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

a. Perlakuan terhadap informasi, informasi sebagai komoditi memiliki biaya yang harus

dibeli sehingga memunculkan adanya sistem informasi formal yang ditujukan sebagai

controlling terhadap perilaku dewan direksi. Jika dewan memiliki informasi yang

memadai maka kompensasi akan didasarkan pada kinerja, sehingga agen akan

berperilaku sesuai dengan keinginan principal.

b. Perhatian terhadap implikasi resiko, mengingat adanya ketidakpastian terhadap masa

depan maka principal cenderung netral terhadap resiko.

2.2. Teori Signalling

Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk

memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada para investor. Manajer

berusaha memberikan sinyal berupa informasi yang dapat dipercaya dan tidak mudah ditiru.

Pelaporan laba rugi komprehensif dalam laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu

sinyal tidak langsung yang berusaha ditampilkan oleh para manajer perusahaan.

Menurut Hughes (1986) dalam Istianingsih (2011) menunjukkan bagaimana

pengungkapan dapat menjadi sinyal yang dapat diandalkan, sehingga nilai pasar saham

perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan. Pengungkapan dapat berbentuk informasi

finansial yang merupakan pegungkapan wajib dalam bentuk laporan keuangan dan informasi

non finansial yang biasanya diungkapkan secara sukarela, misalnya: penampilan grafik,

informasi mengenai penghargaan-penghargaan yang telah diterima oleh perusahaan dan lain

sebagainya.

Survei yang dilakukan oleh Graham (2005) dalam Bamber, Jiang, Petroni & Wang

(2010) menyatakan bahwa persepsi pasar terhadap kinerja perusahaan akan menurunkan harga

saham perusahaan dan penurunan penilaian kinerja manajer perusahaan. Hipotesis yang

muncul adalah ada pengaruh pemilihan lokasi komponen laba rugi komprehensif oleh manajer

perusahaan terhadap harga saham perusahaan (nilai perusahaan).

Dalam investasi di pasar modal, semua informasi yang muncul dari luar dan dalam

perusahaan akan mempengaruhi reaksi pasar. Dalam hal ini investor akan memproses

informasi atau isu yang muncul untuk mengambil keputusan pasar yang menguntungkan

investor di masa depan. Yang perlu dihindari adalah asimetri informasi yang diterima oleh

investor atau adanya informasi tidak seimbang yang diterima oleh investor dan hal tersebut

sangat diharapkan efeknya oleh perusahaan.

Page 31: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Informasi dalam pasar modal yang diserap oleh investor dibagi menjadi informasi

fundamental dan informasi teknikal. Informasi fundamental adalah informasi yang

berhubungan dengan isu atau informasi di dalam perusahaan dan informasi teknikal merupakan

informasi yang dipengaruhi oleh isu -isu didalam pasar modal secara tehnis. Dengan informasi

fundamental yang ada, investor akan menilai kinerja perusahaan dari laporan laba rugi

keuangan yang dibuat dan indikasi nilai laba bersih akan digunakan untuk memperkirakan

return saham dan dividen yang akan diterima di masa yang akan datang.

2.3. Teori Akuntansi Positif

Laba rugi komprehensif dihubungkan pula dengan teori akuntansi positif yang menjadi

motivasi para manajer untuk melakukan creating accounting atau suatu prediksi atas suatu aksi

terhadap pilihan–pilihan akuntansi yang terjadi, sikap manajer dan bagaimana manajer akan

merespon proposed standart akuntansi yang baru. Menurut Watts & Zimmerman (1986) dalam

Scott (2006) dalam teori akuntansi positif dikenal tiga pendekatan hipotesis sebagai berikut:

a. Bonus Plan Hypothesis, mengambarkan perilaku manajer dalam memilih suatu

kebijakan akuntansi dengan tujuan oportunistik yaitu untuk tujuan peningkatan bonus

manajer dilihat dari kinerja atas laporan keuangan yang dihasilkan.

b. Debt Covenant Hypothesis, menggambarkan perilaku manajer dalam memilih suatu

kebijakan akuntansi untuk meminimalkan pelanggaran atas jaminan hutang atau

meminimalkan biaya kontrak.

c. Political Cost Hypothesis, menggambarkan perilaku manajer dalam memilih suatu

kebijakan akuntansi dengan tujuan untuk kepentingan pihak lain, contoh: untuk

penghindaran pajak.

2.4. Laba komprehensif

Dalam Epstein & Jermakowicz (2009:111) definisi dari Laba konprehensif adalah

sebagai berikut :

The change in equity (net assets) of an entity during a period from transactions and

other events and circumstances from nonowner sources. It includes all changes in net

assets during a period, except those resulting from investments by owners and

distributions to owners. It comprises all components of “profit or loss” and “other laba

konprehensif” presented in the statement of laba konprehensif.

Terminologi total laba rugi komprehensif menurut PSAK 1 (Revisi 2009) adalah

perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya,

selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai

Page 32: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

pemilik. Perusahaan diwajibkan menyajikan seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui

dalam satu periode.

Pada PSAK 1 (Revisi 2009) paragraph 79 juga dijelaskan mengenai cakupan dari laporan

laba rugi komprehensif minimal menyajikan jumlah pos-pos berikut untuk periode:

a. Pendapatan

b. Biaya keuangan

c. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat menggunakan

metode ekuitas

d. Beban pajak

e. Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:

(i) Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan; dan

(ii) Keuntungan dan kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar

dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang

dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan

f. Laba rugi

g. Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai

dengan sifat (selain jumlah dalam huruf (h))

h. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang

dicatat dengan menggunakan metode ekuitas; dan

i. Total laba rugi komprehensif

Menurut Stice, James & Skousen (2009: 231), laba rugi komprehensif adalah angka

yang digunakan untuk menunjukkan semua nilai perubahan kekayaan perusahaan selama satu

periode yang mencakup semua komponen yang umumnya muncul dari perubahan kondisi pasar

yang tidak berhubungan dengan operasi normal perusahaan. Komponen laba rugi

komprehensif tidak termasuk dalam laba bersih karena dianggap memberikan sedikit informasi

tentang kinerja ekonomi dari operasi normal perusahaan. Laba rugi komprehensif mencakup

semua pos yang umumnya muncul dari perubahan kondisi pasar yang tidak berhubungan

dengan operasi normal perusahaan.

Menurut Pandit & Philips (2004) dalam Fitzpatrick, Raju & Tocco (2010), SFAS 130

menentukan format pelaporan komponen laba rugi komprehensif lainnya disajikan dengan

salah satu cara dari 3 cara yang telah ditentukan yaitu:

1. Laporan laba rugi kedua yang terpisah, mengindikasikan bahwa keuntungan dan

Page 33: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

kerugian yang didefinisikan sebagai laba rugi komprehensif lainnya memiliki status

yang sama dengan keuntungan dan kerugian tradisional.

2. Laporan laba rugi gabungan, dimana laba bersih tradisional menjadi angka subtotal

sedangkan total akhirnya adalah total laba komprehensif.

3. Laporan ekuitas pemegang saham, dimana melaporkan pos–pos laba komprehensif ke

dalam laporan ekuitas pemegang saham (statement of stakeholder equity)

Sedangkan menurut PSAK 1 (Revisi 2009) paragraf 78 ada dua cara dalam menyajikan

laporan laba rugi komprehensif sebagai berikut:

1. Dalam bentuk satu laporan laba rugi kompehensif atau

2. Dalam bentuk dua laporan:

(i) Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi ( laporan laba rugi terpisah); dan

(ii) Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan

komprehensif lain (laporan laba rugi komprehensif)

Laba rugi komprehensif biasa disebut dengan laba ekonomi karena menggambarkan

laba atau rugi ekonomi perusahaan secara keseluruhan. Selain itu, laba rugi komprehensif biasa

juga digunakan sebagai manajemen laba perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Berdasarkan PSAK 1 (Revisi 2009) komponen pendapatan komprehensif lain

mencakup :

1. Perubahan dalam surplus revaluasi diatur dalam PSAK 16 (revisi 2007) mengenai aset

tetap dan PSAK 19 (revisi 2009) mengenai aset tidak berwujud.

2. Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui sesuai

dengan PSAK 24 mengenai imbalan kerja.

3. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas

asing diatur dalam PSAK 10 (revisi 2009) mengenai pengaruh perubahan nilai tukar

valuta asing.

4. Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang dikategorikan

sebagai AFS (avalaible for sale) diatur dalam PSAK 55 (revisi 2006) mengenai

instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran.

5. Keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas

diatur dalam PSAK 55 (revisi 2006).

Page 34: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Menurut Wild, Subramanyam dan Hansley (2004:318, Fitzpatrick, Raju & Tocco,

2010), untuk menghasilkan laba konprehensif maka net income yang berasal dari perusahaan

ditambah atau dikurangi dengan:

1) keuntungan/ kerugian yang belum terealisasi atau marketable securities

2) keuntungan/ kerugian atas penjabaran mata uang asing

3) penambahan atau pengurangan atas kewajiban pensiun karyawan

4) keuntungan atau kerugian atas transaksi derivative seperti hedging

5) dampak translasi laporan keuangan

6) selisih revaluasi asset tetap

7) perubahan nilai investasi available for sale

Berdasarkan pengembangan hipotesis yang dilakukan oleh Bamber, Jiang, Petroni dan

Wang (2010) menyatakan bahwa manajer perusahaan percaya bahwa dengan ditampilkannya

pelaporan kinerja akan membuat pengguna laporan keuangan cenderung melihat kinerja

perusahaan tidak stabil. Sifat dari laba komprehensif adalah lebih stabil dibandingkan laba

bersih. Dalam teori pengguna laporan keuangan, penghasilan suatu entitas hanya sampai

pendapatan bersih setelah pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Hirshleifer & Teoh (2003) dalam Bamber, Jiang, Petroni &

Wang (2010) menyimpulkan bahwa laporan yang volatile, sementara dan tidak lengkap akan

meningkatkan penilaian pengguna laporan mengenai kinerja perusahaan. Pengguna lebih

mudah mengasimilasi informasi yang relevan dan menonjol dibandingkan informasi yang tidak

menonjol. Argumentasi tersebut menyimpulkan bahwa jika laporan laba rugi komprehensif

lebih menonjol maka :

1) pengguna akan menempatkan bobot yang lebih tinggi pada laba rugi komprehensif

sebagai ukuran kinerja

2) pengguna akan gagal untuk mempertimbangkan offsetting atas kerugian dan

keuntungan yang belum terealisasi atas aktiva dan kewajiban lainnya yang tidak diakui

dalam arus akuntansi

Lee (2006) dalam Bamber, Jiang, Petroni & Wang (2010) pernah melakukan riset

terhadap pengaruh pemilihan format laba rugi komprehensif terhadap peningkatan nilai

perusahaan. Riset yang menginvestigasi industri asuransi properti menghasilkan adanya

pengaruh laporan laba rugi komprehensif yang dilaporkan dalam ekuitasnya meningkatkan

nilai Available for Sale (AFS).

Page 35: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Pada beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya merumuskan bahwa

pengungkapan laba komprehensif bersifat volatile, tidak tetap dan incomplete. Kondisi tersebut

mengakibatkan turunnya stock price dan rendahnya evaluasi terhadap kinerja perusahaan

(sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Maines & McDainel (2000) dan Hunion, Libby &

Mazza (2006)).

2.5. Leverage Ratio

Menurut Graham et.al (2005) dalam Bamber et.al (2010) menyatakan bahwa manajer

yang memiliki nilai leverage yang tinggi cenderung melakukan smooting earnings untuk

meminimalkan resiko perusahaan. Leverage ratio dihitung dengan membagi hutang jangka

panjang terhadap total aset pada laporan tahunan perusahaan. Formula yang digunakan untuk

mengukur nilai perusahaan sebagai berikut:

Leverage ratio: Hutang jangka panjang

Total Asset

Menurut Subramanyam & Wild (2008:265), leverage keuangan merupakan

penggunaan utang untuk meningkatkan laba. Bagi investor saham biasa, utang merupakan

cerminan kerugian investasi yang diimbangi oleh potensi keuntungan dari leverage keuangan.

Leverage memperbesar keberhasilan (laba) dan kegagalan (rugi) manajerial. Investor lebih

menyukai peningkatan modal sebagai pelindung atas kerugian pada saat yang sulit.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bamber, Jiang, Petroni & Wang (2010) ketika

menguji 20 perusahaan menggunakan univariate tests terhadap perubahan pemilihan format

laporan laba rugi komprehensif menyatakan bahwa perusahaan dengan nilai leverage yang

tinggi lebih menyukai pelaporan laba rugi komprehensif dalam laporan modal (Statement of

Equity).

Adapun dari sudut pandang pemegang saham, utang merupakan sumber pendanaan

eksternal yang lebih disukai karena alasan berikut:

1) bunga atas sebagian besar utang jumlahnya tetap dan apabila bunganya lebih kecil

daripada pengembalian atas aset operasi bersih maka selisih pengembalian tersebut

akan menjadi keuntungan bagi investor ekuitas

2) bunga merupakan beban yang dapat mengurangi pajak sedangkan dividen tidak

2.6. Kepemilikan Institusional

Page 36: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Kepemilikan institusi dibagi menjadi kepemilikan publik (jika perusahaan go public)

dan kepemilikan oleh perusahaan (modal sendiri). Kepemilikan institusional merupakan

proporsi kepemilikan saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun yang diukur dalam

persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional dalam suatu perusahaan.

Menurut teori keagenan menyatakan bahwa adanya pemisahan fungsi kepemilikan dan

pengelolaan perusahaan memungkinkan adanya konflik antara pemilik dan pengelola. Menurut

Jensen & Meckling (1976) dalam Istianingsih (2011), salah satu mekanisme untuk menurunkan

adanya konflik kepentingan adalah dengan menggunakan monitoring. Menurut Tarjo (2008)

dalam Wien Ika Permanasari (2010), kepemilikan institusional merupakan proporsi

kepemilikan saham pada akhir tahun yang dimiliki oleh lembaga. Kepemilikan institusional

memiliki arti penting dalam memonitor manajemen serta akan mendorong peningkatan

pengawasan yang lebih optimal. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan dalam bentuk

institusional maka akan memberikan pengawasan kepada manajemen secara lebih efektif

sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sri Sofyaningsih & Pancawati Hardiningsih

(2011) menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai

perusahaan. Tinggi rendahnya kepemilikan saham tidak efektif dalam memonitor perilaku

manajer dalam perusahaan, karena adanya asimetri informasi antara investor dan manajer.

Investor belum tentu sepenuhnya memiliki informasi yang dimiliki oleh manajer sebagai

pengelola perusahaan sehingga manajer sulit dikendalikan oleh invetor institusional. Struktur

kepemilikan menggambarkan komposisi kepemilikan saham dari suatu perusahaan serta

menjelaskan komitmen pemilik untuk mengelola dan menyelamatkan perusahaan (Wardhani,

2006 dalam Ririn, 2011).

2.7. Reputasi Kantor Akuntan Publik (Auditor Eksternal)

Bagi perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diwxajibkan untuk

diaudit laporan keuangan tahunannya oleh Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk oleh

manajemen perusahaan dan diwajibkan untuk melaporkan laporan keuangan hasil audit serta

dipublikasikan ke publik melalui media cetak. Kantor Akuntan Publik yang besar biasanya

diidentikkan dengan reputasi KAP yang bagus dan berskala Internasional. Bagi pemakai

laporan keuangan mempersepsikan KAP yang memiliki reputasi yang baik adalah KAP yang

berafiliasi dengan kantor akuntan internasional dan termasuk dalam Big 4. Reputasi KAP

dapat dikaitkan dengan kualitas seperti pelatihan, jasa audit yang komprehensif dan pengakuan

Page 37: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

internasional.

Menurut hasil penelitian Bamber et al. (2010), sangat sedikit perusahaan-perusahaan

yang diaudit oleh auditor E&Y melaporkan komponen laba rugi komprehensif dalam

performance reporting. Terkait dengan kualitas KAP, Meutia (2004) dan Johl (2007) dalam

Madinatush (2012) berhasil membuktikan bahwa auditor Big 5 akan cenderung peka dalam

mendeteksi adanya abnormal accrual dibandingkan auditor non Big 5.

2.8. Rerangka Pemikiran

Atas dasar asumsi agency theory , manajemen berusaha untuk menunjukkan kinerja

perusahaan yang terbaik agar kepentingannya tercapai sekaligus mewujudkan tujuan pemilik

perusahaan (investor). Laba merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja

perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informasi harus disajikan

sesuai dengan karakteristik informasi laporan keuangan yaitu dapat dipahami, relevan, andal

dan dapat diperbandingkan.

Manajemen perusahaan juga berusaha memberikan sinyal mengenai informasi yang

dimiliki kepada investor melalui laporan keuangan (Teori Signalling). Dengan melakukan

penyajian laporan laba rugi komprehensif lebih awal (sebelum diberlakukannya PSAK 1 revisi

2009 per 1 Januari 2011) yang merupakan salah satu sinyal tidak langsung maka diharapkan

dapat membangun kepercayaan investor.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jourdan dan Clark (1998), Mohsen Datsgir

dan Ali (2008) mengungkapkan bahwa laba komprehensif lebih unggul daripada net income

dalam penilaian kinerja. Penelitian yang dilakukan Graham at.al (2005), Yen, Hirst & Hopkins

(2007), Bamber et.al (2010) menyimpulkan bahwa ada pengaruh pengungkapan komponen

laba rugi komprehensif terhadap performance perusahaan.

Menurut hasil penelitian Jensen & Meckling (1976), Jogiyanto (1998), Tarjo (2008)

dan Soebiantoro (2007) bahwa ada pengaruh nilai perusahaan terhadap kepemilikan

institusional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Graham et al. (2005) dan Bamber, Jiang

&Petroni (2010) membuktikan ada hubungan antara leverage terhadap pemilihan format

pelaporan laba konprehensif. Ada pengaruh Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk oleh

perusahaan untuk mengaudit laporan keuangannya terhadap pemilihan format penyajian

laporan laba konprehensif sesuai dengan hasil penelitian oleh Bamber et.al (2010).

Page 38: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Berdasarkan kajian pustaka baik teoritis maupun empirik, peneliti menggambarkan

kerangka pemikiran hubungan leverage, kepemilikan institusional, auditor eksternal, ukuran

perusahaan, pelaporan komponen laba rugi komprehensif dengan diagram sebagai berikut:

Gambar 1

Rerangka Pemikiran Penelitian

2.9 Hipotesis

Pengaruh Leverage Ratio terhadap penerapan dini pelaporan laba rugi komprehensif

Rasio leverage berguna untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan yang didanai

oleh hutang jangka panjang. Leverage lebih relevan sebagai penaksir resiko yang melekat

dalam perusahaan. Semakin besar leverage ratio maka semakin besar pula resiko investasi dan

sebaliknya semakin kecil leverage ratio maka semakin kecil pula resiko investasi. Sehubungan

dengan keputusan manajemen untuk memilih eksternal financing pada prinsipnya apabila

perusahaan masih bisa melakukan usaha sumber pendanaan internal maka sumber pendanaan

eksternal tidak akan diusahakan.

Menurut Scott (2006) dalam Debt Covenant Hypothesis menyatakan bahwa perilaku

manajer dalam memilih suatu kebijakan akuntansi untuk meminimalkan pelanggaran atas

jaminan hutang atau meminimalkan biaya kontrak. Maka dengan menampilkan kinerja yang

Kepemilikan

Institusional (X2)

Reputasi KAP

(X3)

Ukuran

Perusahaan (X4)

Pelaporan Laba Rugi

Komprehensif (Y)

Leverage Ratio

(X1)

Page 39: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

baik maka perusahaan akan meningkatkan kepercayaan kreditur untuk memberikan tambahan

pinjaman.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Graham et al (2005) dalam Bamber, Jiang,

Petroni & Wang (2010) menemukan bahwa manajemen pada perusahaan yang memiliki

leverage yang lebih besar akan lebih fokus melakukan pemerataan laba untuk meminimalkan

resiko perusahaan.

Dari uraian teori dan penelitian–penelitian sebelumnya maka manajemen berusaha

menyajikan laporan keuangan perusahaan yang maksimal salah satunya dengan memberikan

sinyal tidak langsung dengan melakukan praktik lebih awal PSAK 1 (Revisi 2009) sehingga

diharapkan mendapatkan kepercayaan dari investor. Nilai leverage dapat mempengaruhi

keputusan manajemen untuk menjalankan lebih awal penyajian laba rugi komprehensif.

Berdasarkan uraian tersebut di atas hipotesis yang diajukan adalah:

H1 : Leverage ratio berpengaruh terhadap penerapan dini pelaporan laba komprehensif

Pengaruh kepemilikan institusional terhadap penerapan dini pelaporan laba

komprehensif

Kepemilikan institusional terbagi menjadi kepemilikan publik dan kepemilikan

perusahaan (modal sendiri). Dalam teori keagenan dinyatakan bahwa perusahaan merupakan

kumpulan kontrak antara pemilik (principal) dan manager (agent) yang melakukan jasa untuk

kepentingan principal. Perbedaan kepentingan antara principal sebegai pemilik modal dan

agent sebagai manajer yang berusaha untuk mencapai harapan principal maupun pihak luar

sebagai pemakai laporan keuangan menuntut agent melakukan pilihan–pilihan metode

akuntansi untuk memaksimalkan kinerja perusahaan.

Perusahaan yang memiliki struktur modal yang didominasi oleh publik harapannya

akan cenderung transparan dalam melaporkan laporan keuangannya karena sebagai bentuk

monitoring atas pertanggung jawaban manajemen kepada pemilik modal. Pemilik modal yang

didominasi publik lebih concern dalam melakukan monitoring segala kebijakan atau

penyesuaian yang terjadi dalam laporan keuangan. Sedangkan perusahaan yang struktur

Page 40: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

modalnya didominasi oleh kepemilikan perusahaan cenderung melakukan penyesuaian–

penyesuaian dalam laporan keuangannya sesuai keinginan pemilik modal mayoritas.

Menurut penelitian Tarjo (2008) dalam Permanasari (2010) ada pengaruh antara

kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. Sedangkan hasil penelitian Sofyaningsih

& Hardiningsih (2011) menyimpulkan tidak ada pengaruh kepemilikan institusional terhadap

nilai perusahaan.

Sesuai dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya, peneliti mencoba

mengembangkan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap penerapan dini pelaporan laba rugi

komprehensif

Pengaruh reputasi KAP terhadap penerapan dini pelaporan laba komprehensif

Sebagai bentuk pertanggung jawaban atas pelaporan keuangan yang dibuat

oleh manajemen kepada pemakai laporan keuangan maka diwajibkan pada perusahaan yang

sudah go public untuk dilakukan audit atas laporan keuangan yang dibuatnya oleh pihak

independen diluar perusahaan. Sesuai dengan teori agensi dimana principal selalu melakukan

monitoring terhadap kebijakan atau laporan yang dikeluarkan oleh agent. Sebagai bentuk

monitoring salah satunya dengan melakukan audit terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh

agent. Audit dilakukan oleh pihak yang independen dan ditunjuk langsung oleh manajemen.

Menurut Becker et al. (1998) dan Reynolds & Francis (2000) dalam Giri (2010)

menyatakan bahwa auditor yang berkualitas tinggi (KAP) dapat mendeteksi praktik

manajemen laba karena mereka memiliki pengetahuan yang cukup dan dapat mencegah

tindakan manajemen laba yang oportunis oleh klien. Reputasi KAP diukur dari kemampuan

independensi dalam melaksanakan audit dan tidak ada ketergantungan secara ekonomi klien.

Sehingga hasil audit mencerminkan profesionalisme auditor dan kualitas audit yangdapat

dipertanggung jawabkan

Menurut Bamber et.al. (2010) KAP yang berreputasi mempunyai kecenderungan untuk

melakukan pelaporan laba konprehensif kedalam laporan laba rugi (performance reporting).

Sesuai dengan teori dan fenomena mengenai pelaporan laba rugi komprehensif, maka peneliti

merumuskan hubungan kausal sebagai berikut:

Page 41: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

H3 : Reputasi Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap penerapan dini pelaporan

laba komprehensif

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap penerapan dini pelaporan laba komprehensif

Ukuran perusahaan biasanya diproksikan dengan total aset, total penjualan,

total net aset, jumlah area ekspansi perusahaan atau jumlah total karyawan. Perusahaan yang

besar biasanya mendapatkan sorotan dan tekanan dari publik, sehingga perusahaan besar

cenderung untuk melakukan kebijakan–kebijakan yang dibuat oleh otoritas pemerintah

sehubungan dengan kepemilikannya yang sudah go public.

Dalam penelitian yang dilakukan Bamber, Jiang, Petroni & Wang (2010) mengambil

variabel ukuran perusahaan dengan melakukan log atas harga pasar saham biasa perusahaan

yang masih outstanding pada periode akhir dilaporkannya laba rugi komprehensif.

Ukuran perusahaan yang digunakan sebagai variabel independen karena

ada kencederungan perusahaan yang memiliki ukuran yang besar berusaha untuk melakukan

kepatuhan atau adopsi aturan yang diberlakukan oleh pemerintah lebih awal karena publik akan

berusaha melakukan monitoring terhadap performance perusahaan. Berdasarkan hal tersebut

maka peneliti merumuskan pengembangan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerapan dini pelaporan laba

komprehensif

3. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan menggunakan design penelitian kausal yang bertujuan untuk

menguji hipotesis tentang pengaruh satu atau beberapa variabel independen terhadap variabel

dependen. Pada penelitian ini ingin menguji pengaruh variabel leverage ratio, kepemilikan

institusional, reputasi auditor eksternal, ukuran perusahaan terhadap penerapan dini pelaporan

komponen laba rugi komprehensif PSAK 1 (Revisi 2009).

3.1. Definisi dan Operasionalisasi Variabel

Adapun variabel–variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.1 Leverage Ratio (X1)

Page 42: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Leverage ratio merupakan perhitungan dari long-term debt terhadap total asset.

Pengukuran leverage ratio menggunakan skala ratio.

1.2 Kepemilikan institusional (X2)

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan oleh institusi yang besarnnya lebih dari

5%. Pengukuran menggunakan variabel dummy, dimana akan bernilai 1 apabila

kepemilikan moyoritas oleh kepemilikan perusahaan dan bernilai 0 apabila sebaliknya.

1.3 Reputasi KAP (X3)

KAP bereputasi adalah KAP yang bekerja sama dengan asing, dalam hal ini adalah

KAP the Big Four. Pengukuran menggunakan variabel dummy, dimana akan bernilai 1

apabila termasuk perusahaan yang diaudit oleh salah satu KAP the Big Four dan

bernilai 0 apabila sebaliknya.

1.4 Ukuran perusahaan (X4)

Variabel ukuran perusahaan diproksikan berdasarkan total asset perusahaan.

Pengukuran ukuran perusahaan menggunakan skala ratio.

1.5 Penerapan dini pelaporan laba rugi komprehensif

Penerapan dini PSAK 1 (Revisi 2009) mengenai komponen laba rugi komprehensif

diukur menggunakan variabel dummy, dimana akan bernilai 1 apabila ada pelaporan

komponen laba rugi komprehensif pada tahun 2010 dan bernilai 0 apabila sebaliknya.

Adapun yang termasuk dalam komponen laba rugi komprehensif adalah sebagai berikut

:

1.) keuntungan/ kerugian yang belum terealisasi atau marketable securities

2.) keuntungan/ kerugian atas penjabaran mata uang asing

3.) penambahan atau pengurangan atas kewajiban pensiun karyawan

4.) keuntungan atau kerugian atas transaksi derivative seperti hedging

5.) dampak translasi laporan keuangan

6.) selisih revaluasi asset tetap

7.) perubahan nilai investasi available for sale

Tabel 1

Operasionalisasi Variabel

Page 43: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Variabel Definisi Skala Pengukuran

Variabel Eksogen

Leverage ratio

(X1)

Kepemilikan

institusional (X2)

Reputasi KAP

Auditor Eksternal

(X3)

Ukuran perusahaan

(X4)

Leverage ratio

merupakan rasio

perbandingan long-term

debt terhadap total aset.

Kepemilikan saham

institusional lebih besar

dari 5%

Auditor eksternal dalam

penelitian ini yang

termasuk dalam the Big

Four

Total aset

Rasio

Rasio

Nominal

Rasio

Rasio

Leverage Ratio = long-

term ratio : total asset

Kepemilikan

institusional lebih besar

dr 5% bernilai 1 dan

kurang dari 5% bernilai

nol

Bernilai 1 = diaudit oleh

KAP The Big Four dan

bernilai 0 = tidak diaudit

oleh KAP The Big Four

Jumlah total aset

Variabel

Dependen

Penerapan dini

Pelaporan

komponen laba

rugi komprehensif

(Y)

Komponen laba rugi

komprehensif

dilaporkan dalam

format performance

report atau dalam

format laporan ekuitas

saham

Nominal

Bernilai 1 = jika

melaporkan komponen

laba rugi komprehensif ;

0 = jika tidak ada

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Page 44: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metoda

purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

1. Data laporan keuangan (kecuali laporan perubahan modal) perusahaan tersedia

untuk tahun pelaporan keuangan 2010. Laporan keuangan harus tersedia untuk

menghitung Pelaporan komponen laba rugi komprehensif menurut PSAK 1 (Revisi

2009).

2. Perusahaan sampel tersebut mempublikasikan laporan keuangan auditan dengan

tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember.

3. Menampilkan data dan informasi yang digunakan untuk menganalisis pelaporan

lebih awal PSAK 1 Revisi 2009.

Sampel penelitian yang diambil adalah perusahaan industri manufaktur yang

melaporkan komponen laba rugi komprehensif pada periode 2010, hal ini didasarkan pada

pertimbangan untuk menguji hipotesis penerapan dini konvergensi IFRS dalam PSAK 1

(Revisi 2009), sehingga pengungkapan komponen laba rugi komprehensif masih bersifat

subsidiary (belum diwajibkan)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data

arsip yaitu metode pengumpulan data dengan basis data berupa laporan keuangan tahunan dari

emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi tahun 2010. Data didapatkan dari website Bursa

Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id.

4. Metode Analisis

Berdasarkan model hubungan antar varibel dan pengukuran variable dependen dengan

skala nominal maka untuk uiji hipotesis digunakan model analisa logistic, dengan persamaan

regresi sebagai berikut:

Ln (p/1-p) = a + bLEV + cOWN + dKAP + eASSET + e

Dimana :

LEV : Leverage Ratio

OWN : Kepemilikan institusional

Page 45: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

KAP : Reputasi auditor eksternal

ASSET : Ukuran perusahaan

Ln p/1-p : Pelaporan komponen laba rugi komprehensif

e : Error

4. ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Deskriptif

Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan keuangan tahun 2010 sebanyak 128.

Jumlah yang tidak mencantumkan laporan auditor eksternal untuk laporan keuangan 2010

sebanyak 8 perusahaan. Sebanyak 3 perusahaan tidak mencantumkan rincian kepemilikan

modal saham dalam laporan keuangan tahun 2010 dan 3 perusahaan dikeluarkan dalam

pengolahan data karena outlier, sehingga 114 perusahaan yang dijadikan sampel untuk

dianalisa lebih lanjut.

Tabel 2 menyajikan hasil pengambilan sampel berdasarkan metode purposive sampling.

Tabel 2

Pengambilan Sampel

Kriteria Pengambilan Sampel: Jumlah

Jumlah Sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI tahun 2010 128

Perusahaan yang tidak mencantumkan laporan auditor

eksternal -8

Perusahaan yang tidak mencantumkan kepemilikan

modal saham -3

Perusahaan yang datanya dikeluarkan karena outliers -3

Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 114

Page 46: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Jumlah perusahaan yang melaporkan adanya laba komprehensif pada laporan

keuangan tahun 2010 sebanyak 45 perusahaan (39,5%), sedangkan perusahaan yang laporan

keuangannnya diaudit oleh KAP Big Four sebanyak 48 atau 42,1%. Perusahaan yang masuk

kategori sebagai perusahaan yang dimiliki oleh institusional sebanyak 79 perusahaan. Statistik

diskriptif disajikan pada table 4 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

N

Minimu

m

Maximu

m Mean

Std.

Deviation Variance

Leverage 114 .0001 1.316 .1856 .2184 .048

Total Aset 114 3.4860 8.752 6.0966 .9237 .853

Sumber: data diolah

Rata rata leverage sebesar 18,56 % yang bermakna bahwa asset perusahaan didanai

oleh hutang jangka panjang sebesar 18,56%. Nilai rata rata 18,56 % termasuk dalam kategori

baik karena hutang jangka panjang dijamin oleh asset yang yang memadai dan risiko hutang

yang relative rendah. Jumlah rata rata asset sebesar Rp. 6,09 trilyun.

4.2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisa model regresi logistic. Untuk

menilai model fit dapat dilihat dari nilai statistik -2logL pada Tabel 5 yaitu tanpa variabel

apapun atau hanya konstanta saja sebesar 156.772 setelah dimasukkan empat variabel baru

maka nilai -2logL turun menjadi 146.814. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan variabel

independen LEV, OWN, KAP dan ASSET kedalam model memperbaiki model fit.

Tabel 4.2. Hasil uji Goodness of Fit

Page 47: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Step

-2 Log

likelihoo

d

Cox &

Snell R

Square

Nagelkerke

R Square

1 146.814(

a) .084 .112

Nilai Cox dan Snell’s R Square dan Nagelkerke’s R dapat juga digunakan untuk menilai

model fit. Nilai Nagelkerke’s R square dapat diinterprestasikan seperti nilai R2 pada multiple

regression. Hasil output SPSS memberikan nilai Cox dan Snell’s R sebesar 0.084 dan nilai

Nagelkerke’s R R2 sebesar 0.112. Yang berarti variabilitas varibel independen yang dapat

dijelaskan oleh variabilitas variabel dependen sebesar 11.2%.

Tabel 4.3 Hosmer and Lemeshow Test

Step

Chi-

square Df Sig.

1 5.548 8 .698

Sumber :Data diolah

Dari hasil SPSS yang terlihat di table 4.2 menunjukkan bahwa nilai Hosmer-Leweshow

sebesar 5.548 dan signifikan pada 0.698 oleh karena nilai signifikan di atas 0.05 maka model

dikatakan fit dan model dapat diterima.

Tabel 4.2 menyajikan klasifikasi estimasi yang salah dan benar atas dasar model regresi

yang telah diolah.

Tabel 4.3. Classification Prediksi

Observed

Predicted

COMPRE

Percentage

Correct

Page 48: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Tidak Ada

Laba

konprehens

if

Ada Laba

konprehens

if

Tidak Ada

Laba

konprehens

if

Step

1

COMPRE Tidak Ada Laba

konprehensif 48 15 76.2

Ada Laba

konprehensif 26 25 49.0

Overall Percentage 64.0

Dari hasil perhitungan tabel 4.3 klasifikasi 2 x 2 untuk menghitung nilai estimasi yang

benar (correct) dan yang salah (incorrect) dapat dijelaskan bahwa menurut prediksi bahwa

perusahaan yang tidak melaporkan komponen Laba konprehensif dalam laporan keuangannya

(kode 0) adalah 63 perusahaan , sedangkan hasil observasi hanya 48 perusahaan jadi ketepatan

klasifikasi 76.2% (48/63). Sedangkan prediksi perusahaan yang melaporkan Laba konprehensif

(kode 1) 51 perusahaan, sedangkan hasil observasi hanya 25 perusahaan dengan ketepatan

klasifikasi 49% (25/51) atau secara keseluruhan ketepatan klasifikasi adalah 64%.

Untuk menguji hipotesis dapat dilihat dari koefisien regresi logistic yang disajikan pada

Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Variabel yang masuk dalam model logistik

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step LEV .795 .939 .716 1 .397 2.215

OWN -.677 .494 1.878 1 .171 .508

KAP .463 .447 1.074 1 .300 1.590

ASSET .470 .248 3.578 1 .059 1.599

Constant -2.93 1.467 3.989 1 .046 .053

a Variable(s) entered on step 1: LEV, OWN, KAP, ASSET.

Page 49: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui koefisien regresi dan nilai signifikan dari masing masing

variable independen, serta persamaan logistiknya adalah sebagai berikut:

Ln (p/1-p) = -2.930 + 0.795LEV -0.677OWN + 0.463KAP + 0.470 ASSET

Variabel ASSET yaitu proksi ukuran perusahaan signifikan pada tingkat keyakinan

(confidance level) 90%, atau dengan tingkat error dibawah 10%. Dalam table 4.4 tingkat

signifikansi asset adalah 0,059 atau error dibawah 10%. Dari persamaan logistic regression

dapat dilihat bahwa koefisien asset bertanda positip, hal ini dapat diinterpretasikan bahwa

semakin tinggi nilai ASSET, maka probabilitas perusahaan melakukan penerapan lebih dini

komponen Laba konprehensif semakin tinggi.

4.3. Pembahasan

Pengaruh Leverage Ratio terhadap pelaporan lebih awal laba rugi komprehensif

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa leverage ratio tidak berpengaruh positif

terhadap pelaporan lebih awal komponen laba rugi komprehensif dengan nilai sifnifikan error

39.7% dengan tingkat kepercayaan 90%. Hasil pengujian ini bertentangan dengan hasil

penelitian yang dilakukan Scott (2006) dalam Debt Covenant Hypothesis yang menyatakan

bahwa perilaku manajer dalam memilih suatu kebijakan akuntansi untuk meminimalkan

pelanggan atas jaminan hutang atau meminimalkan biaya kontrak.

Pengujian hipotesis ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Bamber, Jiang,

Petroni & Wang (2010) ketika menguji 20 perusahaan menggunakan univariate test

menyatakan bahwa perusahaan dengan nilai leverage yang tinggi lebih menyukai pelaporan

Laba konprehensif dengan metode Equity. Dalam penelitian dari 117 perusahaan yang

melaporkan komponen Laba konprehensif hanya 52 perusahaan dimana 47 perusahaan

melaporkan dengan menggunakan metode equity dan 5 perusahaan memasukkan dalam metode

laba rugi. Dalam hal ini perusahaan tidak memperhitungkan leverage ratio pada keputusan

mengpraktikan lebih awal PSAK 1 (revisi 2009).

Pengaruh kepemilikan institusional terhadap pelaporan lebih awal laba rugi

komprehensif

Page 50: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara kepemilikan

institusional terhadap pelaporan lebih awal komponen laba rugi komprehensif dengan

signifikan error 17.1% dengan tingkat kepercayaan 90%. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sri Sofyaningsih & Pancawati Hardiningsih (2011) bahwa tidak

ada pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.

Dari 52 perusahaan yang kepemilikan perusahaan yang melaporkan lebih awal Laba

konprehensif, 12 perusahaan didominasi kepemilikan modalnya oleh publik dan 39 perusahan

struktur modalnya dimiliki oleh institusional. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan

perusahaan untuk menerapkan PSAK 1 (revisi 2009) mengenai Laba konprehensif tidak

dipengaruhi oleh kepemilikan modal yang didominasi oleh institusi maupun publik.

Pengaruh reputasi KAP terhadap pelaporan lebih awal laba rugi komprehensif

Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh

reputasi KAP terhadap pelaporan lebih awal laba rugi komprehensif, hal ini ditunjukkan

dengan hasil pengujian signifikan error 30% dengan tingkat kepercayaan 90%. Dari total

perusahaan sebanyak 51 perusahaan yang melaporkan komponen laba rugi komprehensif, 23

perusahaan diantaranya diaudit oleh KAP yang tidak termasuk Big Four dan 28 perusahaan

lainnya diaudit oleh KAP Big Four.

Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bamber, Jiang,

Petroni & Wang (2010) yang menyatakan bahwa ada kecenderungan perusahaan yang diaudit

oleh Ernst & Young (E&Y) melaporkan komponen laba rugi komprehensif kedalam laporan

laba rugi (performance reporting).

Hal ini menyimpulkan pelaporan lebih awal laba rugi komprehensif tidak berpengaruh

terhadap reputasi KAP Big Four dan ada kemungkinan pula bahwa perusahaan yang tidak

melaporkan komponen laba rugi komprehensif memang dikarenakan tidak ada transaksi yang

termasuk dalam komponen laba rugi komprehensif yang harus diungkap.

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pelaporan lebih awal laba rugi komprehensif

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan ada pengaruh signifikan ukuran

perusahaan terhadap pelaporan lebih awal laba rugi komprehensif. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai signifikan error 5.9% dengan dengan tingkat kepercayaan 90%. Artinya bahwa ukuran

perusahaan yang diproksikan terhadap total aset berpengaruh terhadap pelaporan lebih awal

komponen Laba konprehensif. Ada kecenderungan bahwa perusahaan yang memiliki total aset

Page 51: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

yang semakin tinggi akan melaporkan komponen laba rugi komprehensif lebih awal.

Perusahaan akan berusaha untuk melakukan kepatuhan terhadap adopsi aturan yang

diberlakukan oleh pemerintah lebih awal karena publik akan berusaha melakukan monitoring

terhadap performance perusahaan.

5. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, hipotesis dan hasil

penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulakn sebagai berikut :

1. Leverage Ratio, kepemilikan institusional dan reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap

penerapan dini PSAK 1 (revisi 2009). Terdapat dua pandangan tentang bentuk hubungan

leverage ratio, kepemilikan institusional dan reputasi KAP yaitu pandangan pertama yang

menyatakan ada hubungan positif dengan nilai perusahaan yang dilakukan oleh Tarjo

(2008) dalam Permanasari (2010), Bamber, Jiang, Petroni & Wang. Pandangan kedua yang

menyatakan bahwa tidak ada pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan

seperti yang dilakukan oleh Sofyaningsih & Hardiningsih (2011).

2. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dengan penerapan dini PSAK 1 tentang pelaporan

komponen laba rugi komprehensif. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sri & Pancawati (2011) dan Bamber et al. (2010) yang menunjukkan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh terhadap performance perusahaan dan pemilihan format

pelaporan laba konprehensif.

5.2 Implikasi

Sesuai dengan hasil riset maka implikasi penelitian ini sebagai berikut:

Bagi pemegang keputusan mengenai kebijakan pasar modal dalam hal ini pemerintah,

diharapkan penelitian ini dapat mendorong pemerintah untuk melakukan standarisasi

pelaporan komponen laba rugi komprehensif PSAK 1 (revisi 2009)

Bagi investor agar penelitian ini bermanfaat untuk menjadi acuan dalam menganalisa

perusahaan dari sisi ketepatan dan kepatuhan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

5.3 Keterbatasan dan Saran

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya

yaitu:

Page 52: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

1. Dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel

sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada jenis perusahaan lain

seperti perbankan, transportasi atau telekomunikasi.

2. Penelitian ini hanya menguji pengaruh leverage ratio, kepemilikan institusional,

reputasi KAP dan ukuran perusahaan sesuai replikasi penelitian yang dilakukan oleh

Bamber, Jiang dan Petroni (2010). Jika memungkinkan untuk penelitian berikutnya

dapat menambahkan variable lain yang diprediksikan berpengaruh terhadap praktik

lebih awal adopsi PSAK 1 (Revisi 2009).

3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi selain total aktiva untuk mengukur

ukuran perusahaan seperti total penjualan untuk mengetahui perbedaan hasil yang

diperoleh dengan menggunakan proksi yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Bamber, Linda Smith., Jiang, John., Petroni, Kathy R., & Wang, Isabel Yayan. (2010). Laba

konprehensif : Who's Afraid of Performance Reporting?. The Accounting Review.

85(1), 97-122

Stice, Earl K. Stice, James D. & Skousen,Fred K. (2007). Intermediate Accounting. Buku edisi

16, 196 – 238, 354 – 388

Weygandt, Jerry. Kimmel, Paul D. & Kieso, Donald E. (2011). Financial Accounting, IFRS

Edition, 564 -569

Epstein, Barry J. & Jermakowicz, Eva K. (2009). Interpretation and Application of

International Financial Reporting Standards, Wiley IFRS 2009,111

Scott, W.R (2006), Financial Accounting Theory. Fourth Edition. Prentice Hall Inc.

Toronto

Page 53: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Fitzpatrick, Brian.D., Raju, Sudhakar S., & Tocco, Anthony I, (2010). Laba konprehensif

Option: A Detriment To Transparency. International Business& Economics Research

Journal. 9(8), 21 – 28

Utami, Wiwik. (2010). Dampak Pengungkapan sukarela dan Manajemen Laba terhadap Biaya

Modal Ekuitas dengan Asimetri Informasi sebagai Variabel Intervening (studi pada

perusahaan publik sektor manufaktur), Jurnal Telaah Akuntansi dan Bisnis. 1(2), 57-

80

Istianingsih. (2011). Faktor-faktor penentu pengungkapan informasi dan kinerja modal

intelektual serta dampaknya terhadap kemampuan imbal hasil saham dalam

memprediksi laba masa depan perusahaan. Disertasi Doktoral di UI, 34-40.

Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Keempat. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ikhsan, Irfan., & Suprapto, Berkulanus Bambang. (2008). Teori Akuntansi dan Riset

Multiparadigma. Buku edisi pertama, 80.

Dewi, Diastiti Okkarisma. (2010). Pengaruh Jenis Usaha, ukuran perusahaan dan leverage

terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. 39-40

Anggraini, Dwi Ririn. (2011). Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan asing

terhadap pengungkapan pertanggung jawaban sosial perusahaan dalam Annual Report.

UNDIP Semarang

Natawidnyana. (2008). Sejarah Big Four Auditors. Diakses pada 26 November 2011 dari

Weblog.htm: http: Natawidnyana’s weblog.htm

Sofyaningsih, Sri., & Hardiningsih, Pancawati (2011). Struktur Kepemilikan, Kebijakan

Deviden, Kebijakan Utang dan Nilai Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan,

3 (1), 68 – 87

Page 54: repository.bsi.ac.id · 2.2. Teori Signalling Dalam teori signalling menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha untuk memberikan signal (sinyal) mengenai informasi yang dimiliki kepada

Permanasari, Wien Ika. (2010). Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional,

dan Corporate Social Responsibility terhadap pengungkapan Nilai Perusahaan. UNDIP

Semarang

Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK 1 (Revisi 2009), Jakarta.

Prena, Gine Das. (2011). Pengaruh Laba konprehensif Pada Kecepatan Penyampaian Laporan

Keuangan Perusahaan yang Terdaftar di BEI tahun 2008. Universitas Udayana

Denpasar.

Nazwirman. (2008). Penilaian Harga Saham dengan Price Earnings Ratio (PER) ; Studi Kasus

pada Saham Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia. MAKARA

Sosial Humaniora, 12 (2), 98-106

Muliati, Ni Ketut. (2011). Pengaruh Asimetris Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktik

Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Udayana Bali

Badan Pusat Statistik Indonesia. (2012). Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-

Ekonomi Indonesia. Jakarta.