24
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pediculus humanus var. capitis 2.1.1 Taksonomi Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Anoplura Familia : Pediculidae Genus : Pediculus Spesies : Pediculus humanus var. capitis (Prianto, et al., 2015) Gambar 2.1 Pediculus humanus var.capitis (CDC,2017)

2.1 Pediculus humanus var. capitis

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pediculus humanus var. capitis

2.1.1 Taksonomi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Anoplura

Familia : Pediculidae

Genus : Pediculus

Spesies : Pediculus humanus var. capitis

(Prianto, et al., 2015)

Gambar 2.1

Pediculus humanus var.capitis

(CDC,2017)

Page 2: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

7

2.1.2 Morfologi

A. Stadium Telur

Telur Pediculus humanus var.capitis sering sulit dibedakan dengan

ketombe atau tetesan semprotan rambut. Telur ini dikeluarkan oleh kutu

betina dan biasanya ditempelkan pada pangkal batang rambut

mendekati kulit kepala dengan jarak sekitar 6 mm dari kulit kepala.

Bentuk telur oval, berukuran 0,8 mm x 0,3 mm, dan memiliki warna

kuning ke putih.Terdapat operculum serta perekat untuk merekat pada

rambut. Telur Pediculus humanus var.capitis membutuhkan waktu

sekitar 6-9 hari untuk menetas menjadi nympha (CDC, 2019)

Gambar 2.2

Telur Pediculus humanus var.capitis

B. Stadium Nympha

Pediculus humanus var.capitis membutuhkan waktu rata-rata 8 hari

untuk bertelur sampai menetas dan menjadi nimfa. Laporan terbaru

menunjukkan bahwa interval ini mencapai 13 hari di 1,2% dari sampel

yang diperiksa. Variasi mungkin disebabkan oleh perbedaan kepadatan

rambut, suhu, dan kelembaban pada bagian kulit kepala yang

(CDC,2017)

Page 3: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

8

berbeda.Nimfa bersifat mobile, meskipun mereka bergerak secara

signifikan lebih lambat daripada kutu dewasa (Meister & Ochsendorf,

2016).

C. Stadium Dewasa

Tubuh dibagi menjadi kepala, thorax, dan abdomen. Segmentasi thorax

tidak tampak jelas. Bagian kepala memiliki sepasang antena, mata tidak

tampak jelas terletak di bagian belakang kepala, dan pada bagian

mulutnya terdiri dari sucking mouth yang fleksibel, haustellum untuk

menghisap, dan gigi untuk memegang kulit host. Bagian thorax tidak

bersayap, mempunyai tiga pasang kaki yang disesuaikan untuk

memegang dan merangkak di rambut host. Stadium dewasa pipih dorso

ventral, dewasa betina berukuran 3-4 mm, ujung posterior abdomen

bifurcation sedangkan pada jantan tidak terdapat bifurcation tetapi

memiliki aedeagus. Kedua kulit baik jantan dan betina halus dan keras,

serta berwarna putih atau abu-abu. (Soebaktiningsih, 2017).

Page 4: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

9

2.1.3 Siklus Hidup

Gambar 2.3

Siklus hidup Pediculus humanus var.capitis

Pediculus humanus var.capitis betina dapat bertelur mencapai 200-300 butir

sepanjang hidupnya (Soebaktiningsih, 2017). Telur Pediculus humanus

var.capitis diletakkan oleh betina dewasa di pangkal batang rambut terdekat

kulit kepala.Betina dewasa mengeluarkan zat seperti lem dari organ

reproduksinya,untuk menempelkan setiap telur. Lem ini dengan cepat

mengeras menjadi "selubung nit" yang menutupi batang rambut dan seluruh

telur kecuali untuk operculum, sebuah topi tempat embrio bernapas. Telur

menetas keluar larva melalui operculum bentuknya mirip dengan stadium

dewasa hanya lebih kecil dan genetalianya belum matur, kemudian menjadi

nimfa setelah berganti kulit tiga kali menjadi bentuk dewasa jantan atau

betina (Soebaktiningsih, 2017).

(CDC,2017)

Page 5: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

10

2.1.4 Kepentingan Medis

1. Menyebabkan Pedikulosis Kapitis

Infestasi paling sering dari Pediculus humanus var.capitis adalah

pedikulosis kapitis. Gejala utama yang terjadi yaitu pruritus atau rasa

gatal, terutama di daerah oksipital dan retroauricular pada kepala. Rasa

gatal ini disebabkan oleh saliva dan fesesnya. Kebiasaan menggaruk

berulang-ulang oleh individu yang terkena menyebabkan hilangnya

integritas kulit dengan infeksi bakteri sekunder. Tinja yang dikeluarkan

dapat menimbulkan respons peradangan akibat dari goresan yang

ditimbulkan dari garukan (Cummings, et al., 2018)

2. Menyebabkan vagabond disease

Rasa gatal yang berlebihan akan menyebabkan goresan dan

berakhir dengan timbulnya luka dan bisa juga menyebablan infeksi

bakteri sekunder pada kulit. Individu yang mengalami hal tersebut dan

dalam kondisi yang lama maka area kulit yang digigit menjadi tebal dan

gelap. Kondisi yang seperti ini disebut vagabond disease (CDC,2019).

3. Mengakibatkan louse-borne diaseses

Pediculus humanus var.capitis merupakan vektor penyakit

epidemic typhus yang disebabkan oleh bakteri Rickettsia prowazeki,

trench fever yang disebabkan oleh bakteri Bartonella quintana, dan

relapsing fever yang disebabkan oleh Borellia recurrentis

(Soebaktiningsih, 2017). Hal ini di dukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Fadime, et al pada tahun 2017 di Turki bagian tenggara

Page 6: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

11

tentang uji PCR real-time pada Pediculus humanus var.capitis untuk

menemukan bakteri-bakteri tersebut.

Tabel 2.1 Hasil Uji PCR Real-time pada Pediculus humanus

var.capitis

2.1.5 Tatalaksana Pedikulosis Kapitis

Tatalaksana untuk pedikulosis kapitis dapat dilakukan dengan

menggunakan dua metode yang mencakup metode fisik maupun kimiawi.

Metode secara kimiawi, yaitu penggunaan insektisida atau pedikulosida,

topikal. Pedikulosida topikal adalah pengobatan yang paling efektif untuk

pedikulosis kapitis dan secara luas telah dipakai diseluruh dunia.Namun,

pengobatan dengan pedikulosida topikal belum ada yang dapat membunuh

100% telur kutu. Oleh karena itu dibutuhkan pengobatan yang berulang

yaitu sekitar 7-10 hari untuk membunuh kutu yang baru menetas. Berikut

macam-macam obat pedikulosida topikal dan oral yang digunakan untuk

mengobati pedikulosis kapitis adalah:

1. Piretrin

Piretrin adalah ester alami dari asam krisan. Dalam kombinasi

dengan piperonil butoksida, ini tersedia dalam bentuk cairan, gel,

(Eroglu, et al., 2017)

Page 7: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

12

minyak, semprotan aerosol, busa, dan sampo. Piretrin efektif

melawan kutu, nyamuk, dan lalat rumah dengan bersifat

neurotoksin. Cara pemakaian obat ini dengan dioleskan pada rambut

dan kulit kepala dan dibiarkan selama 10 menit. Piretrin berasal dari

ekstrak krisan,oleh karena itu American Academy of Pediatrics

menyarankan bahwa individu yang sensitif terhadap krisan atau

ragweed harus menghindari pengobatan ini. Namun, rekomendasi

ini kontroversial karena uji tempel dan uji coba piretrin bersinergi

yang tersedia secara komersial gagal memperoleh respon pada

pasien alergi ragweed. Semprotan aerosol tidak boleh diresepkan

untuk pasien dengan riwayat asma (Sewon, et al., 2019).

2. Permetrin 1%

Permetrin (3-phenoxybenzyl-cis-trans-3 (2,2dichlorovingl)-2,2-

dimethyl cyclopropan-carboxilate) merupakan pedikulosida piretoid

sintesis yang bekerja dengan menghambat transpor sodium dalam

saraf hingga menyebabkan neurotoksisitas,paralisis secara

perlahan,dan akhirnya membunuh kutu. Pyrethroid merupakan

derivat sintetik piretrin yang toksisitasnya rendah, metabolisme di

hepar berlangsung sangat cepat, sehinggga tidak ditemukan

metabolitnya pada jaringan. Permetrin tersedia dalam konsentrasi

1% dan 5 %. Losion permetrin 1% merupakan terapi utama untuk

tatalaksana pedikulosis kapitis sedangkan permetrin konsentrasi 5%

biasanya digunakan pada skabies. Permetrin dapat diaplikasikan

Page 8: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

13

dengan cara mencuci rambut terlebih dahulu dengan sampo tanpa

kondisioner dan dikeringkan menggunakan handuk. Setelah itu

aplikasikan permetrin 1% dirambut dan diamkan selama 10 menit

lalu bilas dengan air. Permetrin membunuh kutu namun tidak

membunuh telurnya. Namun, disarankan untuk mengulang

pengobatan untuk membunuh nimfa yang akan menetas. Pemakaian

berulang dapat dilakukan setelah tujuh hari atau lebih pengobatan.

Di Perancis, Inggris, dan Republik Ceko dilaporkan telah dijumpai

resistensi pedikulosis kapitis terhadap permetrin (Diamantis, et al.,

2009).

3. Permetrin 5%

Permetrin adalah satu-satunya piretoid sintesis yang memiliki

aktifitas residual selama 2 minggu setelah pengobatan tunggal

selama 10 menit. Permetrin krim di aplikasikan selama 10 menit,

namun pengobatan 8-12 jam dengan krim 5% untuk penyakit kudis

atau skabies adalah pengobatan alternatif dan lebih efektif.

(Sewon, et al., 2019). Resistensi terhadap konsentrasi tinggi juga

menjadi masalah, terutama di daerah dimana terdapat resistensi DDT

atau piretroid (Hardiyanti, et al., 2015). Akan tetapi, permetrin 5%

ternyata juga mampu membunuh pediculus humanus var.capitis.

Berdasarkan penelitian Ilhamsyah (2015), menunjukkan bahwa

walaupun secara statistik tingkat kesembuhan losio permetrin 5%

dibandingkan dengan losio heksaklorosikloheksan tidak berbeda

bermakna, namun secara klinis nilai kesembuhan yang didapat pada

Page 9: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

14

hari ke-7 dan hari ke-14 lebih tinggi pada kelompok losio permetrin

5% dibandingkan dengan losio heksaklorosikloheksan 0.5%.

Perbedaan tingkat kesembuhan pada hari ke-14 sebesar 8,7% secara

klinis akan bermanfaat, selain itu waktu penggunaan losio permetrin

yang singkat hanya 10 menit lebih nyaman digunakan,sehingga akan

meningkatkan kepatuhan penderita pedikulosis kapitis (Yuda,2015).

Efek samping yang terjadi berupa keluhan subyektif, seperti pusing

dan gatal lebih banyak dirasakan oleh kelompok losio

heksaklorosikloheksan 0,5%,sedangkan efek samping yang

dirasakan pada kelompok losio permetrin 5% berupa rasa panas

dirasakan saat pengolesan pada kepala. Mekanisme permetrin 5%

dalam membunuh kutu rambut adalah bekerja dengan mengganggu

saluran natrium sehingga membuat depolarisasi terhambat.

Penggunaanya dapat diaplikasikan ke rambut dan didiamkan selama

semalam lalu keesokan harinya rambut di cuci dengan sampo dan

dibilas hingga bersih (Sewon, et al., 2019).

4. Malathion 0,5% atau 1%

Malathion yang memberikan efek pedikulosid dengan cara

pemberian sebanyak 0,5% atau 1%. Malathion tersedia dalam

sediaan losion dan spray. Losion malathion digunakan pada malam

hari sebelum tidur setelah rambut dicuci dengan sabun, kemudian

kepala ditutup dengan kain. Keesokan harinya (setelah 8-12 jam),

rambut dicuci lagi dengan sabun dan disisir menggunakan sisir rapat

atau sisir serit. Pengobatan dapat diulangi satu minggu kemudian

Page 10: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

15

jika masih terdapat telur. Tujuan pengobatan ini adalah untuk

membunuh kutu dan telur. Akan tetapi, terdapat adanya efek

samping yang potensial dan juga banyak ditemukan terjadinya

resistensi Pediculus humanus var.capitis terhadap beberapa

insektisida (Hardiyanti, et al., 2015).

5. Lindane 1% atau Heksaklorosikloheksan

Heksaklorosikloheksan atau disebut juga Gamma benzen

heksaklorida merupakan hidrokarbon berklorinasi. Obat ini

mempunyai aktivitas insektisida. Obat ini secara klinis bersifat

neurotoksik pada kutu, maupun terhadap manusia. Efek neurotoksik

pada manusia terjadi apabila diabsorbsi melalui kulit dalam jangka

waktu lama dan jumlah yang berlebihan. Isomer gamma pada

heksaklorosikloheksan mempunyai efek merangsang sistem saraf

pusat. Heksaklorosikloheksan mempunyai permeabilitas yang tinggi

untuk memasuki sistem saraf pusat, karena sifatnya yang larut dalam

lemak. Heksaklorosikloheksan dimetabolisme di hepar dan dieksresi

melalui feses dan urin. Heksaklorosikloheksan merupakan

organoklorid yang dapat diberikan untuk pengobatan kutu kepala.

Pemberiannya hanya disarankan apabila tidak responsif terhadap

pengobatan lain. Obat ini dioleskan pada rambut yang kering dan

dibiarkan selama tidak lebih dari 4 menit, lalu cuci dengan bersih.

FDA menyarankan penggunaan obat ini apabila tidak memberi

respons terhadap pegobatan lini pertama yang lebih aman. Pada

tahun 2002, heksaklorosikloheksan ditarik dari pasaran karena dapat

Page 11: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

16

mencemari lingkungan. Efektivitas heksaklorosikloheksan

dilaporkan mengalami penurunan dalam 16 tahun terakhir.

Sehubungan dengan efektifitas yang kurang dan efek samping yang

ditimbulkan, heksaklorosikloheksan digunakan sebagai terapi lini

kedua untuk pedikulosis kapitis dan hanya boleh diberikan apabila

terapi lini pertama tidak berhasil. Pemberian obat ini harus berhati-

hati pada anak-anak dan geriatri. Penyerapan heksaklorosikloheksan

akan meningkat apabila terdapat lesi kulit terbuka.

Heksaklorosikloheksan dilaporkan mempunyai efek samping berupa

toksisitas sistem saraf pusat dan peningkatan risiko kejang pada usia

kurang dari 2 tahun dan gangguan neurologi.

Heksaklorosik1oheksan termasuk dalam kategori C pada kehamilan,

dan kontraindikasi pemberian heksaklorosikloheksan adalah pada

bayi prematur,neonatus dan pada seseorang dengan riwayat kejang

(Nolan, et al., 2012).

6. Benzyl Alkohol 5%

Benzyl alkohol 5% (Ulesfia@) telah mendapatkan persetujuan FDA

pada tahun 2009 sebagai pengobatan kutu rambut untuk anak di atas

usia 6 bulan. Benzyl alcohol tidak bersifat neurotoksik dan

membunuh kutu kepala dengan cara membuatnya sesak napas atau

asfiksi . Dua penelitian terdahulu menunjukan, lebih dari 75% dari

subjek penelitian yang diobati dengan benzyl alcohol tidak lagi

didapatkan kutu setelah 14 hari pengobatan pertama. Namun, benzyl

alcohol 5% tidak bersifat ovisidal yang mana tidak bisa membasmi

Page 12: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

17

telur kutu. Cara pemakaian obat ini dengan dioleskan pada rambut

dan kulit kepala dan dibiarkan selama 10 menit, diberikan pada hari

pertama dan hari ke-7 serta dapat diulang pada hari ke-9. Efek

samping yang mungkin ditimbulkan di antaranya pioderma,pruritus,

eritema, iritasi okular (Frankowski & Bocchini, 2012).

7. Karbaril 0,5%

Karbaril 0,5% adalah inhibitor cholinesterase yang dapat

menyebabkan paralisis di respirasi.Di Inggris dan dinegara-negara

lain,karbaril tersedia dalam bentuk lotion dan sampo 0,5%. Produk

ini tidak tersedia diAmerika Serikat dan mungkin tidak disetujui

FDA karena toksisitasnya (Sewon, et al., 2019) karbaril lebih

beracun dan bersifat karsinogenik pada pasien dan kurang

mematikan tungau.Karbaril 0,5% digunakan pada malam hari dan

didiamkan.Keesokan harinya rambut dicuci lagi dengan sabun dan

disisir menggunakan sisir rapat atau serit. Pengobatan dapat diulangi

satu minggu kemudian jika masih terdapat telur (Hardiyanti, et al.,

2015)

8. Spinosad 0,9%

Spinosad merupakan campuran alami pedikulosida tetrasiklik

makrolid. Spinosad terdiri dari spinosyn A dan spynosyn D dengan

rasio 5:1.Spinosad diturunkan dari bakteri tanah yaitu actinomycetes

Saccharopolyspora spinosa yang merupakan sisa akhir fermentasi

bakteri yang berasal dari makanan. Saccharopolyspora spinosa yang

menyebabkan eksitasi luas sistem saraf pusat serangga yang

Page 13: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

18

mengakibatkan kelumpuhan. Spinosad dapat menjadi obat untuk

pedikulosis kapitis dengan dioleskan pertama kali pada kulit kepala,

kemudian dilanjutkan sampai ujung rambut dan didiamkan selama

10 menit kemudian dibilas.Hal tersebut dilakukan berulang selama

7 hari atau seminggu (Sewon, et al., 2019).Obat ini telah lama

digunakan sebagai pestisida dan di Amerika dikategorikan oleh

Environtment Protection Agency sebagai pestisida risiko rendah.

Spinosad bekerja dengan overstimulasi sel saraf dengan

memperpanjang impuls elektrik sepanjang sinaps seperti asetilkolin.

Paralisis bukan efek utama yang dihasilkan, namun akibat

perpanjangan hipereksitasi sistem saraf, akan menyebabkan

kelelahan neuromuskular.Obat ini tidak berbahaya untuk oral, mata

dan inhalasi. Obat ini diserap lambat melalui kulit, kontakyang lama

dapat menyebabkan iritasi. Spinosad termasuk dalam obat

kehamilan kategori B, pemberian obat ini harus hati-hati pada

neonatus, bayi, dan ibu menyusui. Pada sebuah penelitian di India

yang membandingkan efektifitas spinosad O, 9% tanpa penyisiran

dengan permetrin dan dilakukan penyisiran pada 1038 peserta.

Spinosad memberikan hasil yang lebih efektif dibandingkan

permetrin dengan hasil mencapai 84.6% untuk spinosad dan hanya

44,9% untuk permetrin (Hardiyanti, et al., 2015).

9. Ivermektin topikal

Ivermektin adalah obat antiparasit yang digunakan untuk mengobati

berbagai penyakit infestasi pada hewan dan manusia. Ivermektin

Page 14: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

19

juga telah ditunjukkan khasiat dalam pengobatan kutu

rambut.Pengobatan dengan topikal ivermektin melalui penilaian

akhir 2 minggu setelah pengobatan tunggal menunjukkan bahwa

formulasi ini memiliki aktivitas melawan telur kutu, ivermektin

sistemik tampaknya tidak memiliki aktivitas seperti itu. Aktivitas

pengobatan topikal mungkin karena paparan langsung telur terhadap

ivermektin yang terjadi dengan aplikasi topikal. Sebuah laporan

baru-baru ini menggambarkan studi laboratorium di mana

ivermektin diterapkan pada sel telur kutu kepala. Hasilnya

menunjukkan bahwa walaupun sel telur kemudian menetas, semua

nimfa dilepaskan cepat mati. Kematian nimfa dikaitkan dengan

kelumpuhan bagian mulut yang diinduksi ivermektin..Ivermektin

topikal menunjukkan efek pedikulosid yang tinggi dalam 24 jam,

dengan sebagian besar pasien yang dirawat tetap bebas kutu melalui

penilaian akhir 2 minggu setelah pengobatan tunggal, tanpa perlu

menyisir.Ivermektin dapat diformulasikan untuk aplikasi topikal,

yang memiliki keuntungan yaitu risiko sistemik yang lebih rendah

efek samping daripada ivermektin oral (Pariser, et al., 2012). Pada

bulan Februari 2012, topikal 0,5% ivermektin (Sklice, Sanofi

Pasteur,Lyon) telah disetujui oleh FDA di Amerika Serikat sebagai

dosis tunggal, dengan cara pemberiannya 10 menit tanpa perlu

menyisir pada individu berusia 6 bulan atau lebih. Meskipun tidak

ovisidal, tampaknya mencegah nimfa bertahan hidup (Deeks, et al.,

2013).

Page 15: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

20

10. Ivermektin Oral

Ivermektin merupakan obat oral yang telah mendapat persetujuan

FDA untuk pengobatan cacing onkoserkosis, strongilodiasis dan

juga efektif untuk pengobatan skabies. Ivermektin bekerja dengan

terikat pada kanal glutamat klorida otot invertebra dan sel saraf

sehingga menyebabkan paralisis dan kematian parasit. ObPemberian

ivermektin oral dapat dilakukan pada hari ke 1,8, dan 15 dengan

dosis (200 µg / kg) terbukti efektif untuk membunuh kutu kepala.

Efikasi yang sangat baik pada kutu dewasa meskipun lebih rendah

dari permetrin. Ivermektin ini tidak memiliki efek ovisidal, jadi telur

kutu ini tidak menetas namun bersifat pedikulosidal (Sewon, et al.,

2019). Efek samping yang terjadi berupa sakit kepala, pusing, mual,

gatal dan ruam kulit. FDA tidak menyarankan penggunaanya untuk

anak dengan berat badan di bawah 15 kg. Ivermektin merupakan

kategori C untuk ibu hamil dan keamanannya pada ibu menyusui

belum dilaporkan. Ivermektin merupakan pilihan terapi pada

infestasi yang parah.Dalam sebuah penelitian multisenter yang

terbaru, dilakukan oleh Chosidow dkk. mengevaluasi penggunaan

ivermektin oral dibandingkan ke losion malathion di 812 peserta

yang gagal merespons untuk pengobatan lini pertama, dosis

ivermektin oral 400 µg / kg diulang dalam 7 hari telah terbukti lebih

efektif menyembuhkan kutu rambut dalam 95,2% kasus

dibandingkan dengan 85% dari mereka yang diobati dengan 0,5%

malathion losion (p <0,001) . Tablet ivermektin tidak disetujui untuk

Page 16: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

21

pengobatan kepala kutu oleh Food and Drug Administration (FDA)

tetapi telah disarankan sebagai pengobatan ketika terapi lain gagal

(Frankowski & Bocchini, 2012)

Penggunaan bahan kimiawi sebagai obat tersebut diharuskan

menggunakan resep dari dokter akibat butuh pengawasan akan efek

samping serta pemilihan obat yang tepat. Efek samping terdiri atas iritasi,

gatal, bengkak, hingga gangguan sistem saraf. Penggunaan obat juga

berbeda tergantung umur pasien. Bayi berumur dibawah 6 bulan

mempunyai tata laksana khusus. Bila terjadi infeksi sekunder oleh bakteri,

infeksi bakteri diobati terlebih dahulu dengan antibiotik, setelah infeksi

bakteri sembuh lalu dilanjutkan dengan pilihan pengobatan tersebut diatas

Metode fisik yang dapat digunakan adalah menggunakan wet combing

dengan sisir serit. Pada keadaan infeksi sekunder yang berat, sebaiknya

mencukur rambut untuk membantu agar obat topikal yang diberikan dapat

bekerja lebih baik dan tidak terhalang rambut.

Page 17: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

22

2.1.6 Pencegahan terhadap Pedikulosis Kapitis

Terdapat dua metode pencegahan yaitu mencegah penularan

langsung dan tidak langsung. Metode pencegahan penularan kontak

langsung yaitu dengan menghindari adanya kontak langsung rambut

dengan rambut ketika bermain dan beraktivitas dirumah, sekolah,

dan dimanapun. Berikut metode pencegahan penularan tidak

langsung adalah sebagai berikut :

1. Menjaga kebersihan kulit kepala dan rambut dengan cuci rambut

minimal sekali dalam dua hari.

2. Tidak menggunakan pakaian seperti topi, scarf, jaket, kerudung,

kostum olahraga,ikat rambut secara bersamaan.

3. Tidak menggunakan sisir, sikat, dan handuk secara bersamaan.

Apabila ingin memakai sisir atau sikat dari orang yang terinfeksi

dapat melakukan desinfeksi sisir dan sikat dengan cara

direndam di air panas sekitar 130 F selama 5-10 menit.

4. Mencuci dan menjemur pakaian, perlengkapan tempat tidur,

karpet, dan barang-barang lain.

5. Menyapu dan membersihkan lantai dan perabotan lainnya

(Hardiyanti, et al., 2015).

Page 18: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

23

2.2 Allium sativum L.

2.2.1 Taksonomi Allium sativum L.

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superrdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Liliidae

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae

Genus : Allium L.

Spesies : Allium sativum L.

(Anderson, 2019)

(litbang Departemen Pertanian, 2008)

Gambar 2.4

Bawang putih (Allium sativum L.)

Page 19: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

24

2.2.2 Deskripsi Allium sativum L.

Bawang putih adalah herbal semusim berumpun yang

mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Memiliki batang semu berwarna

hijau dan bagian bawahnya bersiung-siung bergabung menjadi umbi

besar berwarna putih (Khairani, 2014). Bawang putih juga merupakan

bahan makanan penting di seluruh dunia, telah lama diketahui memiliki

efek antibakteri, antijamur, dan antivirus (Lee et al.,2011).

2.2.3 Kandungan Allium sativum L.

Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada bawang putih

yaitu allixin, adenosin, ajoene, flavonoid, saponin, tuberholosida,

scordinin (Sukma, 2016). Beberapa sifat allixin, flavonoid, dan

saponin yang berfungsi sebagai insektisida alami pembasmi kutu

rambut (Pediculus humanus var.capitis) yaitu:

1. Allixin

Kandungan kimia dari umbi bawang putih per 100 gram mengandung

allixin sebesar 1,5% (Untari, 2010). Allixin berperan memberi aroma

yang khas pada bawang putih dan mengandung sulfur dengan struktur

tidak jenuh yang mudah terurai. Allixin bekerja dengan cara merusak

membran sel parasit sehingga parasit tidak dapat berkembang lebih

lanjut. Allixin merupakan zat aktif yang mempunyai daya antibiotik

cukup ampuh (Hanani, 2013). Allixin juga dapat menghambat sintesis

RNA dengan cara membentuk ikatan yang sangat kuat (Akintobi et al,

2013 dalam Bayati, 2017).

Page 20: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

25

2. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa yang berperan sebagai antioksidan yang

juga memiliki sifat sebagai racun perut (stomach poisoning), yang mana

apabila senyawa tersebut masuk dalam tubuh serangga maka akan

mengganggu organ pencernaan. Senyawa tersebut mengalami

biotransformasi menghasilkan senyawa yang larut dalam air. Proses

metabolisme tersebut membutuhkan energi, semakin banyak racun

yang masuk kedalam tubuh serangga mengakibatkan terhambatnya

metabolisme sehingga serangga kekurangan energi dan mengalami

kematian (Nisma, 2011).

3. Saponin

Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau

hemalosis pada darah (Rachman, 2015). Saponin masuk kedalam tubuh

vektor penyakit melalui dua cara yaitu melalui sistem pernafasan dan

melalui kontak fisik serta bekerja dengan cara menghambat enzim

pencernaan sehingga metabolisme vektor penyakit akan terganggu dan

mengakibatkan kematian pada vektor penyakit (Muta’ali, 2015).

Untuk mendapatkan senyawa allixin, saponin, dan flavonoid dapat

dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut etanol dan untuk

umur bawang putih yang baik saat dipanen yaitu bekisar 3,5-4 bulan

dengan proses pengeringan bersusut sampai sekitar 15% dari berat awal

atau selama 7-10 hari proses penjemuran (Khairani, 2014).

Page 21: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

26

2.3 Cymbopogon nardus L.

2.3.1 Taksonomi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superrdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon nardus L.

(Muttalib, et al., 2018)

(BPTP ACEH, 2016)

Gambar 2.5

Sereh wangi (Cymbopogon nardus L. )

Page 22: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

27

2.3.2 Deskripsi

Tanaman sereh wangi atau Cymbopogon nardus L. berasal dari Ceylon atau

Sri Langka dengan varietas Lenabatu, namun sudah banyak dibudidayakan di Asia

dan Eropa. Sejak tahun 1900, masyarakat Eropa lebih menyukai minyak hasil

budidaya sereh wangi yang berasal dari Indonesia tepatnya dari Pulau Jawa.

Varietas sereh wangi asli dari Jawa dikenal dengan varietas Mahapengiri. Hal ini

dikarenakan kualitas minyak yang dihasilkan lebih baik.Kualitas minyak sereh

wangi ditentukan oleh karakteristik alami dari minyak tersebut dan bahan-bahan

asing yang tercampur di dalamnya. Terdapat negara lain yang sampai saat ini selalu

aktif membeli minyak sereh wangi dari Indonesia, yaitu Singapura, Jepang,

Australia, India, dan Taiwan (Sulaswatty, et al., 2019). Genus Cymbopogon telah

terinvestigasi berpotensi untuk kepentingan farmako terapi. Maka dari itu

Cymbopogon nardus L. banyak dibudiyakan di subtropikal dan tropikal area Asia,

Afrika, dan Amerika. Tanaman ini banyak ditanam untuk diambil minyaknya di

negara berkembang seperti Guatemala, Brazil, Hindia Barat, Indo Cina, Kongo,

Republik Malagasy,dan Tanzania. (Soebardjo , 2010).

Direktorat Jenderal Perkebunan menyatakan bahwa tanaman sereh wangi

tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.Namun, penghasil utamanya yaitu

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD),Jawa Barat, dan Jawa Tengah dengan

produksi lebih dari 95% dari total produksi Indonesia (Sulaswatty, et al., 2019).

Sereh wangi tumbuh dengan berumpun,memiliki akar serabut dengan

jumlah yang cukup banyak sehingga mampu menyerap unsur hara dalam tanah

cukup baik. Maka dari itu pertumbuhannya lebih cepat. Memiliki batang berwarna

Page 23: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

28

hijau dan merah keunguan. Daun sereh wangi berbentuk pipih memanjang serta

melengkung menyerupai alang – alang dengan panjang 1 meter dan lebar 1-2 cm

pada pertumbuhan yang normal. Apabila daun diremas akan tercium aroma tajam

khas sereh wangi. Warna daun hijau muda hingga hijau kebiru – biruan. Cara

berkembang biaknya dengan anak atau akarnya yang bertunas. Penanaman

sebaiknya dilakukan dengan jarak sekitar 65 cm perbaris supaya daunnya tumbuh

subur dan lebat. Tanaman ini hidup baik di daerah yang udaranya panas maupun

basah, sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Pertumbuhan akan

optimal pada areal dengan jenis tanah alluvial yang subur pada ketinggian sampai

2.500 m dpl, beriklim lembab dengan curah hujan 1.800 – 2.500 mm per tahun

dengan distribusi yang merata sepanjang tahun. Tanaman sereh wangi dapat hidup

sampai 6 tahun, namun semakin lama produktivitasnya dapat menurun.

Perbanyakan tanaman yang paling mudah adalah dengan pemecahan rumpun

tanaman dewasa. Sereh wangi yang akan diambil minyak atsirinya dipangkas

sebelum muncul bunga, karena jika bunganya sudah muncul maka mutu minyaknya

akan lebih rendah. Panen daun sereh wangi pertama kali pada saat sudah berumur

enam bulan sejak penanaman, panen selanjutnya dapat dilakukan tiga kali setiap

tahunnya.Ketepatan waktu panen sangat berpengaruh pada jadi waktu panen

dilakukan sebaiknya pada pagi hari, pemangkasan daun jangan terlalu rendah cukup

di pangkal daun karena bagian di bawah pangkal daun tidak mengandung minyak

atsiri. (Suroso, 2018).

2.3.3 Kandungan Cymbopogon nardus L.

Komponen yang terkandung dalam Cymbopogon nardus L.adalah

citronellal (35%), geraniol (22,77%), geranial (14,54%), neral (11,21%), beta-

Page 24: 2.1 Pediculus humanus var. capitis

29

sitronelol (11,85), geranyle asetat (0,26%),elemol (0,11%),D-limonene (2,47%),

citronellol asetat (0,31%). Senyawa citronellal merupakan racun yang dapat

mengakibatkan kematian serangga karena kehilangan cairan terus-menerus atau

bersifat desiccant (CTS Silva, 2017).

Dari berbagai tanaman obat yang ada, sereh wangi (Cymbopogon nardus L.)

merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat. Hasil penyulingan

daun dan batang sereh wangi diperoleh minyak atsiri yang dalam dunia

perdagangan dikenal dengan nama citronellal oil. Menurut Burdock (2002)

komponen senyawa utama minyak sereh wangi ini terdiri dari citronellal,

sitronellol, dan geraniol.

Tabel 2.2

Kandungan Cymbopogon nardus L.

(De Toledo, et al., 2016)