34
7 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran 2.1.1. Pengertian Pemasaran Di era globalisasi sekarang ini pemasaran memberikan kontribusi sangat besar terhadap perkembangan suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan setiap kegiatan bisnis tidak lepas dengan pemasaran, yang merupakan proses sosial manajerial mulai dari merencanakan sampai dengan mendistribusikan produk untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, seperti yang dijelaskan oleh Kotler (1997:9), Marketing is a social and managerial process by which individuals and groups obtain what they need and want through creating, offering, and exchanging products of value with others.Menurut Stanton (1993:5), “Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.” Berdasarkan dua definisi di atas dapat dikatakan bahwa pemasaran merupakan proses dan manajerial atas kegiatan bisnis mulai dari merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan, baik kepada pembeli yang ada maupun kepada pembeli potensial. Hal ini berarti pemasaran bukan hanya sekedar menjual barang dan jasa kepada konsumen, tetapi suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen agar konsumen puas. Pemasaran berawal atau berangkat dari adanya kebutuhan dan keinginan konsumen. Ada perbedaan makna antara kebutuhan dan keinginan. Kotler (1997:9) memberikan pernyataan bahwa, “A human need is a state of deprivation of some basic satisfaction dan wants are desires for specific satisfiers of needs.” Maksudnya, kebutuhan manusia (need) adalah suatu keadaan di mana manusia merasa tidak memiliki kepuasan dasar, sedangkan keinginan manusia (wants ) adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan manusia (wants ) sudah menunjukkan sesuatu yang lebih nyata atau lebih spesifik

2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

7

2. TEORI PENUNJANG

2.1. Pemasaran

2.1.1. Pengertian Pemasaran

Di era globalisasi sekarang ini pemasaran memberikan kontribusi sangat

besar terhadap perkembangan suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan setiap kegiatan

bisnis tidak lepas dengan pemasaran, yang merupakan proses sosial manajerial mulai

dari merencanakan sampai dengan mendistribusikan produk untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen, seperti yang dijelaskan oleh Kotler (1997:9),

“Marketing is a social and managerial process by which individuals and groups

obtain what they need and want through creating, offering, and exchanging products

of value with others.”

Menurut Stanton (1993:5), “Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari

kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan

kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.”

Berdasarkan dua definisi di atas dapat dikatakan bahwa pemasaran

merupakan proses dan manajerial atas kegiatan bisnis mulai dari merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan, baik kepada pembeli yang ada maupun kepada

pembeli potensial. Hal ini berarti pemasaran bukan hanya sekedar menjual barang

dan jasa kepada konsumen, tetapi suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen agar konsumen puas.

Pemasaran berawal atau berangkat dari adanya kebutuhan dan keinginan

konsumen. Ada perbedaan makna antara kebutuhan dan keinginan. Kotler (1997:9)

memberikan pernyataan bahwa, “A human need is a state of deprivation of some

basic satisfaction dan wants are desires for specific satisfiers of needs.” Maksudnya,

kebutuhan manusia (need) adalah suatu keadaan di mana manusia merasa tidak

memiliki kepuasan dasar, sedangkan keinginan manusia (wants) adalah hasrat akan

pemuas tertentu dari kebutuhan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan

manusia (wants) sudah menunjukkan sesuatu yang lebih nyata atau lebih spesifik

Page 2: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

8

daripada kebutuhan (needs). Misal, orang butuh makan tetapi ingin hamburger, ayam

goreng, soto; butuh pakaian tetapi ingin jas, kaos, kemeja; butuh komunikasi tetapi

ingin handphone, telpon; butuh alat transportasi tetapi ingin motor, mobil, kereta.

Dalam realitasnya, kebutuhan manusia jumlahnya sedikit, tetapi keinginan manusia

jumlahnya banyak.

2.1.2. Bauran Pemasaran

Berbicara mengenai pemasaran tidak terlepas dari bauran pemasaran, yang

merupakan salah satu konsep kunci dalam teori pemasaran atau inti dari kegiatan

pemasaran itu sendiri, seperti yang dijelaskan oleh Kotler (1997:92), “Marketing mix

is the set of marketing tools that the firm uses to pursue its marketing objectives in the

target market.” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa bauran pemasaran adalah

sejumlah alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk menyakinkan obyek

pemasaran atau target pasar yang dituju. Ada banyak alat pemasaran, McCarthy

mempopulerkan pembagian kiat pemasaran ke dalam 4 (empat) faktor yang disebut

“the four Ps: product, price, place, and promotion” (cited in Kotler, 1992:92).

Stanton (1993:43) dalam Prinsip-Prinsip Pemasaran menjelaskan bahwa,

“Bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang

merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni produk, struktur harga,

kegiatan sistem distribusi, dan promosi.”

Berdasarkan dua pernyataan di atas, maka dapat dikatakan bahwa bauran

pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk

mencapai sasaran pemasaran atau target pasar dalam masyarakat, yang meliputi

produk, harga, saluran distribusi, dan promosi. Keempat bauran pemasaran tersebut

secara singkat dijelaskan sebagai berikut:

1. Product (produk) adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat untuk

dilihat, dipegang, dibeli atau dikonsumsi. Produk dapat terdiri dari product

variety, quality, design, feature, brand name, packaging, sizes, services,

warranties, and returns.

2. Price (harga), yaitu sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli produk

atau mengganti hal milik produk. Harga meliputi last price, discount, allowance,

payment period, credit terms, and retail price.

Page 3: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

9

3. Place (tempat), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang

dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. Tempat meliputi

antara lain channels, coverage, assortments, locations, inventory, and transport.

4. Promotion (promosi), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk mengkomunikasi-

kan dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran. Variabel promosi meliputi

antara lain sales promotion, advertising, sales force, public relation, and direct

marketing.

Kelima variabel promosi atau yang lazim disebut bauran komunikasi

pemasaran secara singkat dapat diterangkan sebagai berikut (Koter, 1997:604):

a. Advertising, yaitu semua bentuk presentasi nonpersonal dan promosi ide,

barang, atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat bayaran.

b. Sales promotion, yaitu insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan

mencoba atau pembelian produk dan jasa.

c. Public relations and publicity, yaitu berbagai program yang dirancang untuk

mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau produk individual

yang dihasilkan.

d. Personal selling, yaitu interaksi langsung antara satu atau lebih calon pembeli

dengan tujuan melakukan penjualan.

e. Direct marketing, yaitu melakukan komunikasi pemasaran secara langsung

untuk mendapatkan respon dari pelanggan dan calon tertentu, yang dapat

dilakukan dengan menggunakan surat, telepon, dan alat penghubung

nonpersonal lain.

Bauran pemasaran yang terdiri dari product, price, place, dan promotion

(4P) telah mengalami evolusi dan terus berkembang searah dengan perkembangan

perilaku konsumen dan kecerdasan para ahli pemasaran. Lovelock dan Wright

(2002:13-15) mengembangkan bauran pemasaran (marketing mix) menjadi integrated

service management dengan menggunakan pendekatan “8Ps”, yaitu “product

elements, place, cyberspace, and time, promotion and education, price and other user

outlays, process, productivity and quality, people, and physical evidence.” Masing-

masing variabel bauran pemasaran (8P) tersebut dapat dijelaskan secara singkat

sebagai berikut:

Page 4: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

10

1. Product elements adalah semua komponen dari kinerja layanan yang menciptakan

nilai bagi pelanggan.

2. Place, cyberspace, and time adalah keputusan manajemen mengenai kapan, di

mana, dan bagaimana menyajikan layanan yang baik kepada pelanggan.

3. Promotion and education adalah semua aktivitas komunikasi dan perancangan

insentif untuk membangun persepsi pelanggan yang dikehendaki perusahaan atas

layanan spesifik yang perusahaan berikan.

4. Price and other user outlays adalah pengeluaran uang, waktu, dan usaha yang

pelanggan korbankan dalam membeli dan mengkonsumi produk dan layanan yang

perusahaan tawarkan atau sajikan.

5. Process adalah suatu metode pengoperasian atau serangkaian tindakan yang

diperlukan untuk menyajikan produk dan layanan yang baik kepada pelanggan

6. Productivity and quality, produktivitas adalah sejauhmana efisiensi masukan-

masukan layanan ditransformasikan ke dalam hasil-hasil layanan yang dapat

menambah nilai bagi pelanggan, sedangkan kualitas adalah derajat suatu layanan

yang dapat memuaskan pelanggan karena dapat memenuhi kebutuhan, keinginan,

dan harapan.

7. People adalah pelanggan dan karyawan yang terlibat dalam kegiatan

memproduksi produk dan layanan (service production).

8. Physical evidence adalah perangkat-perangkat yang diperlukan dalam menyajikan

secara nyata kualitas produk dan layanan.

Inti dari pemasaran pada saat ini (baik 4P maupun 8P) adalah meningkatkan

kepuasan pelanggan melalui penciptaan nilai bagi pelanggan (Barnes, 2003:14).

Kepuasan pelanggan jangka panjang seharusnya menjadi tujuan dari semua aktivitas

pemasaran atau perusahaan. Untuk mencapai kepuasan pelanggan, setiap kegiatan

pemasaran terlebih dahulu harus mampu mempengaruhi keputusan pelanggan dalam

membeli produk/jasa yang ditawarkan. Hal itu berarti tenaga pemasaran hendaknya

terlebih dahulu memahami proses keputusan pembelian pelanggan, mulai dari

pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi informasi, hingga sampai pada

keputusan pembelian pelanggan. Dalam usaha menunjang hal tersebut, setiap tenaga

pemasaran atau perusahaan bisnis hendaknya memahami pemasaran tiga dimensi

(3D) yang dibuktikan mampu mempengaruhi keputusan pembelian pelanggan.

Page 5: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

11

2.2. Pemasaran Tiga Dimensi (3D)

2.2.1. Pengertian Pemasaran Tiga Dimensi

Dalam situasi persaingan bisnis yang sangat ketat, bagian pemasaran

memiliki posisi strategis dalam upaya membawa perusahaan ke arah yang lebih baik.

Akibat nilai strategis pemasaran ini, setiap perusahaan kemudian berlomba menyusun

strategi pemasaran (Ahmad, 2002:50). Di sisi lain, perkembangan peradaban yang

yang cepat dengan motor utama teknologi, memiliki pengaruh besar terhadap perilaku

pelanggan. Teknologi telah memberikan fasilitas kepada pemasar untuk terus

berkreasi dalam upaya meraih berbagai segmen pasar. Dengan latar belakang seperti

itu, Court et al. (1999) menggagas konsep pemasaran yang disebut “pemasaran tiga

dimensi (3D)”.

Pemasaran 3D merupakan sebuah konsep yang mengedepankan pendekatan

konsumen melalui tiga dimensi, yaitu dimensi keunggulan fungsional, dimensi

keunggulan fungsional, dan dimensi keunggulan proses (Court et al. 1999, cited in

Ahmad, 2002:50-51). Strategi pemasaran 3D merupakan jawaban atas kesenjangan

yang terjadi pada penerapan strategi pemasaran yang hanya menekankan pada

pentingnya strategi diferensiasi produk, yang lebih menonjolkan kualitas atau

performasi. Dicontohkan oleh Ahmad (2002:50), di dalam industri otomotif, di mana

tuntutan terhadap kualitas dan performasi saat ini lebih tinggi dibanding dibanding

sebelumnya. Tidak ada industri mobil yang sangat menonjol kualitas dan

performasinya. Kualitas dan performasi masing-masing produsen mobil relatif sama,

meski dengan standar tinggi. Produsen mobil hanya mengandalkan strategi pemasaran

berdimensi satu, yaitu mengandalkan fungsional produk. Akibat dari kondisi tersebut,

produsen mobil harus kreatif untuk menemukan formulasi baru strategi pemasaran.

Strategi pemasaran 3D merupakan formulasi baru strategi pemasaran.

Strategi pemasaran 3D di samping menekankan aspek keunggulan fungsional juga

menekankan aspek keunggulan jalinan relasi dan aspek keunggulan proses, seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut ini.

Page 6: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

12

Gambar 2.1. Aspek Keunggulan Pemasaran Tiga Dimensi (3D) Sumber: Court et al. (1999) dalam Ahmad, Taufik (2002:51).

Hasil survei terhadap konsumen yang dilakukan Court et al. (1999),

membuktikan bahwa pada beberapa industri, konsumen mulai memperhatikan aspek

proses dan jalinan relasi selain aspek fungsional (cited in Ahmad, 2002:50-51). Di

industri kartu kredit, konsumen lebih menekankan kombinasi keunggulan fungsional

dan keunggulan jalinan relasi. Di industri kosmetik, konsumen konsumen lebih

menyukai kombinasi keunggulan proses dan keunggulan jalinan relasi. Di industri

jasa komunikasi jarak jauh, konsumen lebih mengharapkan keuntungan dari sisi

fungsional dan jalinan relasi. Sebaliknya di industri otomotif, konsumen lebih

menyukai kombinasi tiga dimensi dari pemasaran 3D, yaitu keunggulan jalinan relasi,

keunggulan fungsional, dan keunggulan proses. Sebelum membahas 3 dimensi

pemasaran tersebut, maka terlebih dahulu dijelaskan peran teknologi dalam

pemasaran 3D dan membangun pemasaran 3D.

2.2.2. Peran Teknologi dalam Pemasaran 3D

Teknologi mempunyai peran besar dalam implementasi pemasaran 3D.

Teknologi telah menciptakan model pemasaran yang sebelumnya tidak terbayangkan,

terutama untuk merespon segmen pelanggan yang kecil, tetapi memberikan

keuntungan yang besar (Ahmad, 2002:53).

Keunggulan Jalinan Relasi

1. Nilai baru dari perusahaan berupa pelayanan khusus yang bersifat pribadi.

2. Munculnya ikatan emosional yang kuat dari perusahaan

3. Munculnya information sharing yang mendorong terciptanya pertukaran nilai antara pelanggan-perusahaan

4. Munculnya diferensiasi penghargaan terhadap loyalitas pelanggan

Keunggulan Fungsional1. Kualitas 2. Performasi 3. Nilai 4. Atribut/fitur produk

Keunggulan Proses 1. Kemudahan terhadap

akses informasi produk. 2. Pilihan produk yang

banyak/aneka ragam 3. Membantu/menyederha

nakan proses pengambilan keputusan pembelian

4. Transaksi yang lebih cepat, mudah, dan nyaman

5. Pemenuhan kembali terhadap permintaan produk dengan segera

PEMASARAN 3D

Page 7: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

13

Terdapat 3 perana penting teknologi dalam pemasaran 3D, yakni:

1. Melakukan proses customized produk secara massal

Teknologi mempermudah pemasar untuk menemukan dan mengirimkan

berbagai nilai produk customized kepada pelanggan. Bahkan terkadang bisa

mengundang pelanggan, untuk melakuakn proses customized sendiri terhadap

produk yang diinginkan. Adanya kemampuan teknologi ini, proses customized

bida dilakukan dalam jumlah dan variasi yang besar. Contoh, program

personalisasi boneka Barbie yang dilakukan Mattel. Mattel menawarkan lebih

dari 6.000 desain boneka, untuk dipilih pembeli sesuai selera. Tawaran tersebut

diberikan dengan harga premium yang nilainya dua kali dari harga biasa.

2. Merajut keuntungan potensial dari kelompok kecil pelanggan

Banyak keuntungan perusahaan berasal dari segmen/kelompok pelanggan

kecil. Perusahaan bisa menggunakan teknologi untuk terus menemukan dan

melayani kelompok pelanggan tersebut. Contoh, layanan telpon 1-800 yang

digunakan oleh pabrik mobil Ford akan menyortir tipe pelanggan, sehingga

pelanggan yang ‘bernilai tinggi’ teridentifikasi. Selanjutnya bagian pelayanan

mobil Ford diinstruksikan untuk menyediakan pelayanan khusus terhadap

pelanggan tersebut.

3. Menurunkan biaya pemasaran

Perusahaan menggunakan teknologi baru untuk mengurangi biaya

interaksi dengan pelanggan. Di masa lalu telpon atau komputer yang dirangkai

banyak digunakan. Tetapi sekarang dengan adanya teknologi web, maka banyak

pelanggan bermigrasi ke internet, sehingga dapat mengurangi biaya tenaga kerja.

Sebagai contoh, Cisco secara dramatis bisa menghemat $500 dengan

menggantikan kertas katalog, distribusi, dan customer service dengan

memindahkan ke jaringan web.

2.2.3. Membangun Pemasaran 3D

Dalam upaya memenuhi keinginan pelanggan atau membuat pelanggan

puas, membangun strategi pemasaran 3D merupakan hal penting bagi perusahaan.

Hal tersebut dapat dibangun melalui beberapa tahap (Ahmad, 2002:53-54), yaitu:

Page 8: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

14

1. Membangun Portofolio Peluang 3D

Langkah ini ditujukan untuk memperluas peluang produk/jasa dan

memperbanyak jumlah segmen. Pembangunan portofolio 3D dilakukan dengan

cara:

a. Mengidentifikasi dan Menjaring Pelanggan

Dalam proses ini, ditampung informasi dari pelanggan/pasar melalui:

(1) Kontak langsung dengan konsumen secara kontinyu. (2) Pengumpulan data

konsumen sebanyak-banyakya. (3) Membangun jaringan dengan partner

inovatif dengan kapabilitas teruji. (4) Peningkatan kapabilitas teknologi untuk

menangkap keinginan pelanggan.

b. Mengaplikasikan uji teknologi untuk setiap peluang

Setiap peluang bisnis harus diuji dahulu untuk menentukan bagaimana

teknologi dapat membantu melakukan customize secara massal, mereduksi

biaya pengiriman atau menurunkan biaya dengan potensi profit tertinggi.

c. Melakukan peninjauan intensif terhadap segmentasi yang ditetapkan

Portofolio 3D mensyaratkan segmen baru yang memiliki karakteristik

khas hasil kombinasi aspek fungsional proses jalinan relasi. Untuk itu perlu

sering dilakukan riset pasar dengan cara yang berbeda-beda untuk

mendapatkan berbagai sudut pandang terhadap peluang yang diperoleh.

Dengan cara ini sangat mungkin, segmentasi akan berubah-ubah dan jumlah

segmen pun bertambah banyak.

2. Memperkuat Portofolio dengan Merek 3D

Pemasaran 3D menghadirkan peluang dan risiko terhadap merek produk,

yang dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

a. Peluang terletak pada kemungkinan peningkatan (apresiasi) terhadap merek

Pemasaran 3D berarti pengembangan merek 3D, yang menggambarkan

peluang memperluas peran merek yang hanya memiliki fungsional. Riset

menunjukkan, merek yang kuat memberikan profitabilitas tinggi yaitu 5% di

atas rata-rata. Merek yang dibangun aspek fungsional semata, cenderung

terbatas upaya peningkatan potensinya, karena dibatasi keuntungan spesifik

yang ditawarkan. Strategi merek meliputi 3P, yaitu Performasi, Personalitas,

dan Presence (keberadaan). Performasi memperlihatkan konsistensi

Page 9: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

15

pengiriman ‘nilai’ kepada konsumen/pelanggan (McDonald dengan rasa yang

sama). Personalitas adalah tampilan dan rasa dari pengalaman memakai merek

(Nike is cool and hip). Dan presence adalah anggapan konsumen secara total

terhadap keberadaan merek di pasar (Coke ada di mana saja).

b. Risiko ada pada kenyataan bahwa portofolio 3D terlalu luas, sehingga bisa

memperlemah merek

Ketika penawaran berkembang dengan cepat, pemasaran 3D mimiliki

pada penawaran produk, proses, dan jalinan relasi yang tidak berhubungan

dengan personalitas dan keberadaan merek. Risiko meningkat sesuai dengan

jangkauan dan kecepatan penawaran. Jadi, untuk mencegah terjadinya

penurunan ekuitas merek, sebaiknya jangkauan dan kecepatan penawaran harus

disesuaikan dengan prinsip 3P (Performasi, Personalitas, dan Presence).

3. Mengirimkan Portofolio melalui Teknologi dan Kapabilitas

Portofolio 3D menunjukkan segmen yang beragam, yang perbedaannya

terletak pada nilai yang ditujukan terhadap setiap segmen. Pendekatan ini

memunculkan konsekuensi timbulnya kompleksitas, di mana pemain yang

membuka segmen lebih besar dan lebih luas tidak akan kompetitif dari sudut biaya

dibandingkan spesialis yang hanya menargetkan segmen tertentu. Pemasaran 3D

dapat menghindari hal ini dengan dua hal, yaitu: (a) menggunakan teknologi untuk

mentrasformasi bisnis, dan (b) meningkatkan kapabilitas yang menjamin

superioritas pelayanan dengan biaya yang kompetitif.

4. Berinvestasi di Tempat yang Memerlukan Usaha yang Paling Keras

Portofolio pemasaran 3D bekerja dengan perpindahan investasi yang

cepat dan efisien menuju area di mana pemasaran tersebut akan membuat

perubahan besar. Untuk itu maka diperlukan: (a) Pengalokasian dana melalui

portofolio peluang berdasarkan profitabilitas potensial dan saat ini dari pelanggan.

(b) Menentukan marketing mix yang tepat untuk setiap elemen portofolio.

Misalnya dengan memilih beberapa media yang tepat, yaitu multimedia yang

dapat membantu bagaimana upaya marketing mix berlangsung dengan lebih

efisien.

Page 10: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

16

2.2.4. Tantangan Organisasi Pemasaran 3D

Pemasaran 3D dengan portofolio penawaran dan segmen yang lebih luas

merupakan tantangan bagi pemasar, yang juga merupakan awal redefinisi organisasi

pemasaran (Ahmad, 2002:54). Bagi sebagian besar organisasi pemasaran, ini

merupakan perubahan radikal. Pemantauan peluang, evaluasi peluang, upaya meraih

peluang dan ketepatan waktu, mensyaratkan infrastruktur yang fleksibel dan sumber

daya yang andal. Karena itu struktur organisasi, proses staffing dan kepemimpinan

harus ditransformasi.

Beberapa hal penting yang patut mendapat perhatian lebih dari organisasi

pemasaran 3D adalah:

1. Organisasi peluang

Susunan organisasi yang sesuai untuk mendukung strategi pemasaran 3D

cenderung berupa organisasi matriks. Struktur yang rigid, yang terfokus pada

segmen dan produk tidak cukup fleksibel untuk merespon tuntutan multifungsi

dari peluang baru yang muncul. Dibutuhkan pengetahuan produk, segmen,

jaringan pemasaran dan teknologi pada tempat dan saat yang sama, sehingga

dibutuhkan struktur organisasi yang fleksibel.

2. Ruang gerak spesialisasi dibatasi

Keberadaan keahlian dalam organisasi pemasaran berevolusi secara

dramatis sesuai persyaratan baru dalam proses pencarian peluang dan evaluasinya

yang cepat. Para pemasar yang sukses saat ini sedang mengumpulkan/

menginvestasikan kumpulan bakat baru dalam organisasi. Para spesialis dibatasi

ruang geraknya hanya dalam tim. Para spesialis ini bersama-sama di dalam tim

menciptakan peluang melalui ide-ide serta merencanakan bagaimana meraih

peluang tersebut.

3. Peran kepemimpinan yang baru

Mengelola para spesialis dengan struktur yang fleksibel merupakan

tantangan tersendiri. Menetapkan jumlah tim peluang beroperasi pada satu waktu,

cara tim bekerja dan siapa yang memimpin tim memerlukan prioritas penetapan

dari pimpinan. Dibutuhkan sejumlah manajer yang berpengalaman untuk memilih

bisnis yang akan dijalankan, untuk menetapkan peluang yang diambil sesuai

Page 11: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

17

dengan sumber daya yang dimiliki. Para manajer akan berspekulasi, memelihara

peluang dan mematangkannya, menghentikan kerugian dengan cepat dan tepat,

serta menfokuskan sumber daya pada peluang baru yang muncul. Dalam hal ini

perlu disadari bahwa infrastruktur pengambilan keputusan dan analisis untuk

masuk dan keluar dari peluang yang diciptakan sama penting dengan manajemen

penciptaan peluang itu sendiri.

2.3. Dimensi-Dimensi dari Pemasaran 3D

2.3.1. Dimensi Keunggulan Jalinan Relasi

Keunggulan jalinan relasi merupakan persepsi konsumen atas layanan

personal dan penghargaan atas loyalitas konsumen yang diberikan perusahaan.

Keunggulan jalinan relasi merupakan dimensi pertama dari strategi pemasaran 3D

yang digagas oleh Court et al. (1999).

Jalinan relasi atau dapat diartikan hubungan dengan pelanggan, merupakan

konsep baru dalam strategi pemasaran. “Konsep pemasaran yang terlefleksi dalam

perpaduan unsur 4P dalam pemasaran sangat menonjol dalam pemikiran dan praktik

pemasaran sampai pertenghan tahun 1980-an. Konsep pemasaran (4P) walaupun

masih relevan, telah dikembangkan untuk memasuki dimensi hubungan” (Barnes,

2003:10).

Hubungan terjadi ketika pelanggan secara sukarela atau bahkan secara

antusias melakukan bisnis atau transaksi dengan sebuah perusahaan selama jangka

waktu yang lama. Membangun hubungan berarti mendekati pelanggan dan berusaha

untuk memahami dan melayani pelanggan dengan lebih baik. Sifat alamiah suatu

hubungan membutuhkan kepercayaan, komitmen, komunikasi, dan pemahaman.

Ada 3 faktor yang berperan dalam meningkatkan kesadaran para ahli

pemasaran tentang keuntungan menaruh perhatian pada hubungan atau jalinan relasi,

yaitu: perpindahan pelanggan, penekanan sektor pelayanan, dan sifat persaingan

(Barnes, 2003:10-11). Ketiga faktor tersebut secara singkat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Perpindahan pelanggan

Perpindahan pelanggan bagi perusahaan merupakan sesuatu yang tidak

enomonis. Apabila perpindahan pelanggan menjadi kenyataan, maka perusahaan

Page 12: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

18

akan bekerja keras dan menghabiskan banyak uang untuk menarik pelanggan

baru, yang sesungguhnya hanya untuk menggantikan pelanggan yang pergi, di

mana hal itu menjadi sangat tidak menarik. Itulah sebabnya, banyak perusahaan

mulai memusatkan perhatian pada strategi-strategi untuk memuaskan dan

mempertahankan pelanggan yang ada, pada saat yang sama juga mencoba menarik

pelanggan baru. Untuk kali pertama, perusahaan memperlakukan pelanggan

sebagai asset atau investasi untuk dikelola dengan baik agar pelanggan puas dan

menjadi loyal kepada perusahaan.

2. Penekanan sektor pelayanan

Berkembanganya penekanan pada sektor pelayanan yang tumbuh dengan

cepat dan pada pelayanan dalam bidang bisnis secara umum, para ahli pemasaran

mulai lebih memperhatikan sisi “yang lebih lembut” dari interaksi karyawan

dengan pelanggan. Banyak perusahaan mulai menyadari bahwa memiliki produk

yang hebat dan harga yang murah tidak cukup. Keputusan pelanggan untuk terus

bertransaksi dengan sebuah perusahaan sebagian besar dipengaruhi oleh

bagaimana pelanggan tersebut diperlakukan atau bahkan perasaan apa yang

tumbuh dalam diri pelanggan saat bertransaksi dengan perusahaan tersebut.

Dengan kemajuan dalam pelayanan, pemikiran pemasaran mulai menyadari

bahwa banyak faktor berperan pada apakah seorang pelanggan kembali atau tidak

kembali.

3. Sifat persaingan

Perusahaan harus mampu berkompetisi pada level yang amat berbeda

dari apa yang pernah dilakukan pada waktu lalu. Pada waktu lalu, perusahaan

yang mampu memberikan produk yang berkualitas tinggi mendapat keuntungan

atas pesaing-pesaing yang ada. Pada sekarang ini, karena standar produksi dan

kemajuan teknologi hampir dipastikan diterapkan oleh banyak perusahaan yang

bersaing, maka produk-produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik atau

jarang gagal di pasar. Sebaliknya, persaingan memperebutkan pelanggan

diarahkan pada pelayanan yang berkualitas, yang dapat diwujudkan dalam

membangun hubungan sejati dengan pelanggan.

Page 13: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

19

Seperti yang ditunjukkan pada gambar Aspek Keunggulan Pemasaran Tiga

Dimensi (Gambar 2.1), keunggulan jalinan relasi meliputi empat hal, yaitu:

1. Nilai baru dari perusahaan berupa pelayanan khusus yang bersifat pribadi.

2. Munculnya ikatan emosional yang kuat dari perusahaan.

3. Munculnya information sharing yang mendorong terciptanya pertukaran nilai

antara pelanggan-perusahaan.

4. Munculnya diferensiasi penghargaan terhadap loyalitas pelanggan.

Secara deskriptif empat hal jalinan relasi di atas dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Nilai baru dari perusahaan berupa pelayanan khusus yang bersifat pribadi

Service are deeds, processes, and performances (Zeithaml dan Bitner,

1996:123). Pernyataan tersebut dapat diartikan, pelayanan adalah perbuatan,

proses, dan kinerja. Pengertian pelayanan lebih mendalam, yaitu “A service is any

act or performance that one party can offer to another that is essentially

intangible and does not result in the ownership of anything. It's production may

or may not be tied to physical product” (Kotler, 1997:467). Maksudnya, pelayanan

adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak

kepada pihak lain, yang bersifat tidak berwujud dan tidak menghasilkan

kepemilikan sesuatu. Produksi layanan bisa berhubungan dengan produk fisik

maupun tidak.

Agar pelayanan yang diberikan perusahaan kepada pelanggan sangat

berarti, maka pelayanan harus berkualitas sesuai dengan yang diharapkan

pelanggan, terutama mampu memberikan nilai lebih pada pelanggan. Kualitas

pelayanan memiliki 5 dimensi, yaitu “reliability, responsiveness, assurance,

empathy, dan tangibles” (Lovelock dan Wright, 2002:266-267; Zeithaml dan

Bitner, 1996:118).

Pertama, reliability (keandalan), yaitu kemampuan perusahaan

memberikan pelayanan yang sesuai dengan waktu yang dijanjikan (providing

service as promised) dan akurat (acurately). Ini berarti, menuntut personil

perusahaan bekerja dengan alokasi waktu yang tepat dan akurat (tepat) dalam

memberikan pelayanan kepada pelanggan.

Page 14: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

20

Kedua, responsiveness (daya tanggap), yaitu kesediaan karyawan

membantu pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tangkas. Ini berarti,

menuntut personil perusahaan untuk dengan senang hati menolong pelanggan dan

bekerja dengan cepat sesuai dengan keinginan pelanggan.

Ketiga, asssurance (jaminan), yaitu pengetahuan, kecakapan, dan

kesopanan karyawan untuk mampu memberikan kepercayaan dan keyakinan

pelanggan. Pelanggan yang ragu-ragu perlu diyakinkan. Ini berarti, menuntut

setiap perusahaan untuk mendidik karyawan yang dipekerjakan agar memiliki

pengetahuan produk dan layanan yang memadai serta keterampilan yang baik.

Keempat, empathy (peduli), yaitu kepedulian dan perhatian karyawan

atau perusahaan kepada semua pelanggan, meliputi kemudahan melakukan

hubungan atau komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami

kebutuhan para pelanggan. Ini berarti, setiap karyawan perusahaan harus dapat

memanjakan pelanggan, memperhatikan pelanggan, dan menjadikan pelanggan

sebagai raja yang harus dilayani dengan baik dan menjadikan pelanggan sebagai

asset kekayaan perusahaan yang harus dipelihara dan ditingkatkan kepuasannya.

Kelima, tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik yang

dimiliki oleh perusahaan. Misalnya, perlengkapan kantor, ruang transaksi, tempat

parkir, dan sarana komunikasi. Keberadaan tangibles yang baik dalam suatu

perusahaan sangat diperlukan untuk menarik minat pelanggan agar bersedia

datang ke lokasi usaha untuk melihat-lihat, datang untuk bertanya-tanya, dan

membeli.

Sebuah produk yang baik dengan harga yang bersaing tidak selalu

diterjemahkan sebagai nilai bagi pelanggan. Adapun yang dimaksud dengan nilai,

yaitu persepsi yang dimiliki pelanggan berdasarkan apa yang didapat dan apa yang

dikorbankan dalam melakukan transaksi (Chan, 2003:14). Nilai juga dapat

diartikan kelebihan manfaat atas harga yang telah dibayar pelanggan (Kotler,

1997:38).

Nilai pelanggan tercipta ketika pelanggan menerima sesuatu yang lebih

dari perusahaan, ketika pelanggan diperlakukan sebagai orang penting, dihormati

dan dihargai. Karyawan dapat menciptakan nilai dengan bahasa isyarat sederhana

dan melakukan sedikit lebih banyak dari yang seharusnya (Barnes, 2003:26-27).

Page 15: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

21

Dari sisi perusahaan, perusahaan yang mampu memberikan pelayanan yang

berkualitas kepada pelanggan, akan mendapatkan nilai lebih dari pelanggan. Nilai

lebih tersebut merupakan nilai baru perusahaan yang dapat meningkatkan prestise

dan daya saing perusahaan.

2. Munculnya ikatan emosional yang kuat dari perusahaan

Pelanggan akan merasakan adanya ikatan emosional dan merasa dekat

dengan perusahaan, apabila perusahaan dapat membuat situasi yang sulit menjadi

mudah dan menyenangkan (Barnes, 2003:23). Situasi yang sulit dapat berbentuk

lokasi perusahaan yang tidak mudah dijangkau oleh pelanggan, informasi produk

yang kurang memadai, tidak tersedianya produk yang ditawarkan ketika

pelanggan membutuhkan, sulitnya melakukan komunikasi karena telpon tidak

mudah dihubungi, atau karyawan yang memiliki pengetahuan produk dan layanan

yang terbatas.

Perusahaan yang mampu memberikan pelayanan yang baik, maka akan

dapat membuat pelanggan puas. Apabila kepuasan pelanggan meningkat, maka

pelanggan akan menjadi loyal kepada perusahaan. Pelanggan yang loyal

cenderung tidak lagi menggunakan kemampuan rasional untuk menentukan

pilihan, tetapi lebih banyak menggunakan emosi atau perasaan. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Kotler (1997:40), “High satisfaction or delight creates an

emotional affinity with the brand, not just a rational preference, and this creates

high customer loyalty.” Maksudnya, pelanggan yang merasa sangat puas akan

mimiliki ikatan emosional dengan merek, tidak lagi menggunakan rasio dalam

pembelian, tetapi cenderung menjadi loyal kepada perusahaan. Jadi, tujuan dari

setiap perusahaan sebenarnya diarahkan pada membuat pelanggan tidak hanya

puas, tetapi menjadi sangat puas agar tercipta ikatan emosional.

Barnes (2003:38) menjelaskan bahwa “Pelanggan sering mengatakan

bahwa perasaan yang tumbuh saat bertransaksi dengan perusahaan adalah yang

membuat pelanggan kembali atau bahwa kedekatan pelanggan dengan staf yang

membuat enak bertransaksi dengan perusahaan tersebut.” Ikatan emosional yang

membuat pelanggan menjadi loyal dan mendorong pelanggan untuk terus

bertransaksi dengan perusahaan dan membuat rekomendasi. Untuk alasan inilah,

penting bagi perusahaan untuk memusatkan perhatian pada bagaimana perusahaan

Page 16: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

22

memperlakukan pelanggan dan bagaimana menumbuhkan perasaan positif dalam

diri pelanggan. Hasil penelitian James G. Barnes (1997), menyimpulkan bahwa

kepuasan yang dirasakan pelanggan ketika berhubungan dengan para pelaku bisnis

sangat dipengaruhi oleh sentuhan emosi dan hubungan tersebut (Barnes, 2003:71).

Inti dari ikatan emosional antara perusahaan dan pelanggan terwujud

dalam perbedaan antara jumlah emosi positif dengan jumlah emosi negatif. Emosi

negatif timbul karena perusahaan gagal memenuhi harapan-harapan pelanggan

dalam berinteraksi dengan perusahaan. Sebaliknya, emosi positif muncul saat

perusahaan mampu memberikan lebih dari yang diharapkan pelanggan (Barnes,

2003:142-143).

3. Munculnya information sharing yang mendorong terciptanya pertukaran nilai

antara pelanggan-perusahaan

Makin banyak perusahaan yang mulai menggunakan database canggih

sebagai sarana untuk menjadi lebih dekat dengan pelanggan. Sementara banyak

yang telah sukses dalam mengumpulkan informasi tentang pelanggan, tetapi hanya

sedikit yang menggunakan informasi tersebut untuk membangun hubungan yang

dekat dan kuat dengan pelanggan (Barnes, 2003:184). Beberapa perusahaan

menggunakan database pelanggan untuk menjadi lebih efektif dalam soal harga

dengan membagi pelanggan dalam segmen-segmen berdasarkan informasi

tersebut dan mengidentifikasi segmen pelanggan yang lebih menguntungkan dan

mempunyai potensi yang lebih besar. Database mungkin memiliki sejumlah besar

informasi, informasi tersebut harus ditempatkan dalam format yang berguna, yang

dapat diakses oleh karyawan dalam melayani pelanggan dan menggunakannya

untuk menambah nilai.

Dari sisi pelanggan, apabila pelanggan memiliki keterbatasan sumber

daya finansial tetapi mempunyai keinginan yang kuat untuk membeli suatu

produk, dapat memberikan informasi kepada perusahaan agar dapat dicarikan

solusi. Misalnya dengan melakukan pembelian secara kredit (kredit mobil), yang

dewasa ini diterapkan oleh banyak perusahaan, didukung oleh industri perbankan

(contoh Bank Niaga) (Jawa Pos, 22 September 2004). Demikian halnya

perusahaan yang mempunyai keterbatasan kapasitas produksi, hendaknya

memberikan informasi kepada pelanggan untuk pemenuhan pesanan, yaitu dengan

Page 17: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

23

melakukan sistem inden. Misalnya, inden Daihatsu Xenia, karena permintaan

masyarakat melebihi dari kapasitas produksi (Jawa Pos, 24 Juni 2004). Hal ini

akan saling menguntungkan kedua belah pihak, sehingga dapat menciptakan

pertukaran nilai antara pelanggan-perusahaan.

4. Munculnya diferensiasi penghargaan terhadap loyalitas pelanggan

Salah satu unsur fundamental dari hubungan dengan pelanggan adalah

fokus pada ketahanan pelanggan. Unsur lain adalah penghargaan terhadap nilai

seorang pelanggan. Tujuan dari hubungan yang sejati dengan pelanggan adalah

kepuasan jangka panjang yang melampaui transaksi individual (Barnes, 2003:23).

Rewards can and do build customers’ loyalty (O’Brien dan Jones,

1995:75). Maksudnya, memberikan penghargaan atau reward kepada pelanggan

adalah suatu sarana untuk membangun loyalitas pelanggan. Sebagaimana yang

dilakukan oleh BCA dengan program BCA reward, di mana BCA reward

sebenarnya merupakan salah satu fitur yang dikembangkan oleh BCA untuk

memupuk loyalitas pemegang kartu kredit BCA (Chan, 2003:214). Sejak

diluncurkan pada tanggal 15 November 2001, program tersebut banyak

memberikan kontribusi, baik dalam menjaring pemegang kartu baru maupun

dalam memperbesar tingkat pengeluaran para pemegang kartu kredit BCA. Hanya

saja belum tersedia data yang pasti mengenai sejauh apa kontribusi yang telah

diberikan oleh program Reward BCA ini, baik dalam hal akuisisi pelanggan baru

maupun peningkatan pengeluaran dari pemegang kartu kredit yang telah ada

sekarang.

2.3.2. Dimensi Keunggulan Fungsional

Keunggulan fungsional merupakan persepsi konsumen atas keunggulan

suatu produk, yang meliputi kualitas, kinerja, nilai, dan atribut produk yang

ditawarkan perusahaan. Keunggulan fungsional merupakan dimensi kedua dari

strategi pemasaran 3D yang digagas oleh Court et al. (1999).

Seperti yang ditunjukkan pada gambar Aspek Keunggulan Pemasaran Tiga

Dimensi (Gambar 2.1), keunggulan fungsional meliputi empat hal, yaitu:

1. Kualitas

2. Performasi

Page 18: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

24

3. Nilai

4. Atribut/fitur produk

Kualitas merupakan tingkat keunggulan suatu produk yang ditawarkan

perusahaan untuk memenuhi harapan pelanggan. Produk yang memiliki sejumlah

keunggulan, sering disebut produk yang berkualitas. Performasi (performance) adalah

kinerja atau manfaat utama suatu produk. Adapun nilai, yaitu kelebihan manfaat atas

harga yang telah dibayar pelanggan. Sedangkan atribut/fitur produk adalah ciri-ciri

yang melekat pada suatu produk, yang digunakan untuk membedakan satu produk

dengan produk yang lain.

Apabila diamati dengan seksama keempat hal keunggulan fungsional di atas

pada hakekatnya mengacu pada dimensi kualitas produk. Tetapi, sebelum

menjelaskan dimensi kualitas produk, maka pertama kali akan dijelaskan mengenai

produk, karena keunggulan fungsional dari pemasaran 3D banyak berhubungan

dengan produk atau berfokus pada produk.

Produk merupakan salah satu dari empat variabel bauran pemasaran, di

samping harga, distribusi, dan promosi yang keberadaannya cukup penting, karena

produk merupakan sesuatu atau obyek yang ditawarkan ke pasar untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan pelanggan. Menurut Kotler (1997:430), “A product is

anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use or

consumption that might satisfy a want or a need.” Maksudnya, suatu produk adalah

apa saja yang ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dibeli, digunakan atau

dikonsumsi untuk memenuhi atau memuaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan.

Yang dihasilkan dari setiap perusahaan adalah produk, dapat berupa barang maupun

jasa. Produk yang dihasilkan perusahaan tersebut agar laku dijual maka harus

ditawarkan ke pasar, karena pasar merupakan tempat berkumpul penjual dengan

pembeli. Di pasar produk akan diperhatikan, dibeli, dipakai atau dikonsumsi oleh

pelanggan. Produk yang dibeli oleh pelanggan tentu produk yang menarik selera

pelanggan, terutama untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Produk yang dihasilkan suatu perusahaan dapat terdiri dari 3 komponen,

yaitu barang (goods), jasa (services), dan ide (an ideas). Dicontohkan oleh Kotler

(1997:430), “A fast-food restaurant is supplying goods (humburgers, fries, soft

drinks), services (purchasing, cooking, seating), and an idea ("save me time").”

Page 19: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

25

Maksudnya, restoran cepat saji menyajikan barang (hamburger, ayam goreng,

minuman), menyajikan layanan (transaksi, masakan, tempat duduk), dan menyajikan

ide (penghematan waktu).

Untuk menarik minat beli calon pelanggan, maka produk harus dibuat

berkualitas. Kualitas produk merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh

setiap perusahaan jika ingin produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar. Dewasa

ini karena kemampuan ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat cenderung

meningkat, sebagian besar masyarakat semakin kritis dalam mengkonsumsi suatu

produk. Pelanggan selalu ingin mendapatkan produk yang berkualitas sesuai dengan

harga yang dibayar, meskipun ada sebagian masyarakat berpendapat bahwa, produk

yang mahal adalah produk yang berkualitas.

Menurut Kotler et al. (1999:30), “Product quality is the totality of features

and characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy stated or

implied needs.” Definisi tersebut menjelaskan bahwa kualitas produk merupakan

keseluruhan ciri atau sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuannya

dalam memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat. Setiap perusahaan

yang menginginkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, maka akan

berusaha membuat produk yang berkualitas, yang ditampilkan baik melalui ciri-ciri

luar (design) produk maupun inti (core) produk itu sendiri.

Adam dan Eberts (1995:511) menambahkan bahwa, “Product quality is the

appropriateness of design specification of function and use as well the degree

specification.” Hal ini menunjukkan bahwa kualitas produk merupakan spesifikasi

rancangan yang tepat atau yang layak untuk digunakan sebaik mungkin sesuai dengan

tingkatan spesifikasinya. Ada kalanya spesifikasi rancangan produk ditentukan oleh

konsumen (buyer), ini berarti perusahaan tinggal memproduksi dan menawarkan hasil

produksi kepada pelanggan atau yang memesan. Spesifikasi rancangan, ada kalanya

juga berasal dari perusahaan sebagai hasil riset di pasar dalam mengamati selera

pelanggan yang semakin hari semakin kritis, yang kemudian diterjemahkan secara

teknik oleh bagian rekayasa dan pembikinan, seperti yang dijelaskan oleh Feigenbaum

(1996:7), “Product quality can be defined as: The total composite product

characteristic of marketing, engineering, manufacture, and maintenance through

which the product and service in use will meet the expectations of the customer.”

Page 20: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

26

Maksudnya, kualitas produk merupakan keseluruhan gabungan karakteristik produk

dari pemasaran, rekayasa, pembikinan, dan pemeliharaan yang membuat produk yang

digunakan memenuhi harapan-harapan pelanggan. Jadi, kualitas produk adalah

sejumlah atribut atau sifat-sifat yang dideskripsikan di dalam produk (barang dan jasa)

yang digunakan untuk memenuhi harapan-harapan pelanggan. Dengan demikian

tujuan diciptakan produk yang berkualitas oleh suatu perusahaan adalah untuk dapat

memenuhi harapan-harapan pelanggan, seiring dengan cita rasa yang dimiliki.

Produk yang dipasarkan oleh perusahaan di pasar, pada hakekatnya memiliki

dimensi-dimensi tertentu, dimensi-dimensi inilah yang dinilai oleh konsumen

potensial yang hendak mengkonsumsi suatu produk. Menurut Guiltinan dan Paul

(1994:7) terdapat 8 (delapan) dimensi kualitas produk. Kedelapan dimensi kualitas

produk yang dimaksudkan adalah “performance, features, reliability, conformance,

durability, serviceability, aesthetics, and perceived quality.” Secara singkat 8 dimensi

kualitas produk di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Performance (Kinerja)

Performance menunjukkan kinerja atau tingkat operasi utama suatu

produk atau kegunaan dasar dari suatu produk. Dalam implementasinya

performance diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap manfaat utama atau

manfaat inti dari produk yang dikonsumsi pelanggan. Misal, mobil operasi

utamanya adalah sebagai alat transportasi yang lincah, mudah dalam

mengoperasikan, hemat bahan bakar, lajunya mantap.

2. Features (Ciri-ciri)

Features adalah sifat sekunder yang menunjang fungsi dasar produk.

Dalam implementasinya feature diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap ciri-

ciri produk yang merupakan kiat kompetitif untuk membedakan produk perusahaan

dengan produk dari pesaing yang digunakan untuk menunjang manfaat inti produk.

Misal, mobil adalah desain produk, aneka variasi, daya tampung penumpang.

Konsumen biasanya menyukai produk yang mempunyai ciri-ciri yang baik atau

yang mempunyai penampilan fisik yang menarik.

3. Reliability (Keandalan)

Reliability, yaitu mengukur kemungkinan produk tidak rusak atau rewel

selama jangka waktu tertentu. Dalam implementasinya reliability diartikan sebagai

Page 21: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

27

persepsi pelanggan terhadap keandalan produk yang dinyatakan dengan waktu

garansi atau jaminan produk tidak rusak sebelum masa kedaluwarsa yang

ditetapkan. Misal, mobil harus bisa diandalkan kualitasnya dalam jangka waktu

yang telah ditetapkan.

4. Conformance (Kesesuaian)

Conformance, yaitu sejauhmana karakteristik disain dan operasi produk

memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam

implementasinya conformance diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap

tingkat kesesuaian produk atas standar-standar yang ditetapkan. Misal, gas buang

mobil tidak boleh melebihi dari ambang batas carbon monoksida (CO) yang

ditetapkan.

5. Durability (Daya tahan)

Durability, yaitu mengukur berapa lama suatu produk dapat terus

digunakan. Dalam implementasinya durability diartikan sebagai persepsi

pelanggan terhadap umur ekonomis produk yang akan dikonsumsi. Misal, mobil

dapat bertahan minimal hingga 5 tahun mendatang.

6. Serviceability (Kemudahan Perbaikan)

Serviceability, yaitu mudah untuk diperbaiki, yang meliputi perbaikan,

dan penanganan keluhan yang memuaskan. Dalam implementasinya serviceability

diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan

perusahaan atau dealer kepada pelanggan ketika mengkonsumsi produk. Pelayanan

yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga selama proses

penjualan hingga purna jual. Misal, perbaikan kecepatan mobil, keramahan dan

kompetensi petugas perbaikan.

7. Aesthetics (Keindahan)

Aesthetics, yaitu keindahan produk yang menjadi daya tarik produk

terhadap panca indera, misalnya bentuk fisik/desain yang artistik, warna yang

menarik, dan sebagainya. Dalam implementasinya aesthetics diartikan sebagai

persepsi pelanggan terhadap daya tarik produk yang dapat ditangkap oleh panca

indra. Konsumen dewasa ini cenderung memilih produk yang berpenampilan

menarik dan tidak serupa dengan kebanyakan orang. Karakteristik konsumen yang

demikian dicermati oleh setiap perusahaan, sehingga banyak perusahaan senantiasa

Page 22: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

28

membuat produk yang unik dan beraneka macam. Misal, penampilan mobil, suara

sound system, keindahan interior.

8. Perceived Quality (Kualitas yang Dipersepsikan)

Perceived quality (kualitas yang dipersepsikan), yaitu citra dan reputasi

produk, citra dan reputasi perusahaan serta tanggung jawab perusahaan terhadap

produk. Dalam implementasinya perceived quality diartikan sebagai persepsi

pelanggan atas kualitas produk yang banyak dikaitkan dengan reputasi dan

bonafiditas perusahaan penghasil produk serta menciptakan nilai pelanggan atau

nilai perusahaan. Pemasaran pada intinya adalah menciptakan nilai bagi pelanggan

(Barnes, 2003:229). Banyak perusahaan yang menyatakan telah menciptakan nilai

atau menambahkan nilai bagi pelanggan. Misalnya melalui merek mobil,

advertensi mobil, hadiah-hadiah inden yang ditawarkan, prestise yang dimiliki

ketika membeli produk, atau prestise perusahaan penghasil produk.

2.3.3. Dimensi Keunggulan Proses

Keunggulan proses merupakan persepsi konsumen atas akses informasi

produk, pilihan alternatif produk, transaksi, dan kemampuan perusahaan menyajikan

produk. Keunggulan proses merupakan dimensi ketiga dari strategi pemasaran 3D

yang digagas oleh Court et al. (1999).

Seperti yang ditunjukkan pada gambar Aspek Keunggulan Pemasaran Tiga

Dimensi (Gambar 2.1), keunggulan proses meliputi lima hal, yaitu:

1. Kemudahan terhadap akses informasi produk.

2. Pilihan produk yang banyak/aneka ragam.

3. Membantu/menyederhanakan proses pengambilan keputusan pembelian.

4. Transaksi yang lebih cepat, mudah, dan nyaman.

5. Pemenuhan kembali terhadap permintaan produk dengan segera.

Kelima hal keunggulan proses yang disebutkan di atas dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Kemudahan terhadap akses informasi produk

Setiap perusahaan yang ingin unggul dalam bersaing selalu berusaha

menyajikan informasi produk yang lengkap dan mudah diakses oleh calon

pelanggan. Informasi mengenai produk adalah penting, karena dari informasi

Page 23: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

29

tersebut calon pelanggan mendapatkan gambaran spesifikasi produk, dimensi

produk, dan keunggulan-keunggulan produk secara lengkap. Perusahaan dapat

menjadikan informasi produk melalui iklan, brosur, personal selling, sales

promotion, dan internet.

Dijelaskan oleh Hamel dan Sampler (1998), “Penggunaan internet (web)

telah secara radikal mengubah harapan pelanggan tentang kenyamanan, kecepatan,

harga, layanan, dan kemampuan membandingkan” (cited in Barnes, 2003:279).

Pelanggan dapat mengakses internet untuk mendapatkan informasi tentang

produk, jasa, biaya, dan keistimewaan sebelum membeli. Makin banyak pembeli

mobil, handphone keluaran mutakhir, dan barang-barang besar lain yang mencari

informasi tentang harga ritel dan membandingkan produk secara online sebelum

calon pembeli datang ke dealer atau toko-toko ritel. Sebagai contoh, banyaknya

dealer mobil yang tersebar di kota dan adanya homepage akan memudahkan calon

pelanggan mengakses informasi produk yang diinginkan. Demikian halnya dengan

seringnya dealer mengadakan pameran (sales promotion) merupakan usaha

mendekatkan diri dengan calon pelanggan yang tersebar di berbagai tempat akan

dapat menarik calon pelanggan baru untuk mendapatkan informasi mengenai

produk yang diinginkan.

2. Pilihan produk yang banyak/aneka ragam

Setiap perusahaan yang ingin unggul dalam bersaing, hampir dapat

dipastikan membuat produk dengan berbagai tipe atau varian. Masing-masing

varian pun diproduksi dengan berbagai jenis atau aneka ragam. Usaha membuat

aneka varian dan ragam tersebut merupakan salah satu strategi bersaing generik,

yaitu diferensiasi produk untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan

pelanggan (Porter, 1994:12). Diferensiasi produk merupakan dasar bagi penjual

dalam menentukan motif-notif pembelian selektif (Swastha dan Irawan, 1997:87).

Itulah sebabnya, adanya sejumlah pilihan produk yang ditawarkan oleh

perusahaan membuat calon pelanggan dapat memilih salah satu yang menjadi

keinginan sesuai dengan cita rasa dan kemampuan (finansial) yang ada. Sebagai

contoh, mobil yang dipasarkan perusahaan, ada yang dalam keadaan standar

(dengan harga yang relatif murah) dan ada pula yang dilengkapi dengan berbagai

macam asesoris.

Page 24: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

30

3. Membantu/menyederhanakan proses pengambilan keputusan pembelian

Setiap perusahaan yang ingin unggul dalam bersaing selalu berusaha

membantu calon pelanggan untuk dapat mengambil keputusan pembelian dengan

mudah memalui komunikasi pemasaran yang efektif. Komunikasi pemasaran itu

sendiri merupakan kegiatan untuk membantu dalam pengambilan keputusan

pembelian serta mengarahkan pertukaran agar lebih memuaskan semua pihak,

yaitu penjual dan pembeli (Swastha dan Irawan, 1997:345).

Setelah melewati serangkaian tahap keputusan pembelian mulai dari

pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi, maka calon pelanggan

melakukan keputusan pembelian (Kotler, 1997:192). Dengan kata lain, keputusan

pembelian pelanggan merupakan kulminasi (titik puncak) pencarian dari proses

evaluasi. Dapat dibayangkan, apabila calon pelanggan setelah melalui beberapa

tahap pembelian dan memutuskan untuk membeli suatu produk, tetapi sistem yang

ditawarkan perusahaan berbelit-belit, maka calon pelanggan dapat dipastikan akan

kecewa dan membatalkan niat untuk membeli. Apabila hal tersebut terjadi, maka

perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan transaksi dan pelanggan

yang potensial. Itulah sebabnya, sistem pembelian yang diterapkan perusahaan

hendaknya dibuat sedemikian mudah dengan syarat-syarat yang ringan, apabila

tidak maka calon pelanggan akan mengalihkan pilihannya kepada produk-produk

kompetitor. Sebagai contoh, banyak perusahaan yang menjual mobil kepada calon

pelanggan menawarkan sistem penjualan tunai dan kredit dengan menawarkan

kerja sama dengan bank atau perusahaan pembiayaan dengan bunga yang ringan

dan syarat-syarat kredit yang mudah.

4. Transaksi yang lebih cepat, mudah, dan nyaman

Setiap perusahaan yang ingin unggul dalam bersaing selalu berusaha

memanfaatkan momen (kesempatan) dengan baik dan cepat ketika berhadapan

dengan pelanggan potensial. Perusahaan tidak ingin kehilangan kesempatan

(transaksi) karena calon pelanggan berubah pikiran. Perusahaan dalam hal ini

salesman harus dengan cermat menangkap isyarat-isyarat dari calon pelanggan

bahwa waktu penyelesaian transaksi penjualan sudah mendekat dan merealisasi

transaksi (Winardi, 1999:138). Itulah sebabnya, banyak perusahaan menerjunkan

salesman atau SPG (sales promotion girls) yang andal di kegiatan-kegiatan

Page 25: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

31

pameran (sales promotion) agar transaksi dengan calon pelanggan dapat terjadi

dengan cepat, mudah, dan nyaman. Dalam arti tidak berbelit-belit, membutuhkan

waktu yang singkat untuk dapat membuat suatu transaksi, sederhana, dan

menguntungkan kedua belah pihak. Oleh karena itu, kemampuan salesman atau

SPG (sales promotion girls) dalam membujuk atau mempengaruhi pelanggan

potensial agar bersedia membeli produk yang ditawarkan merupakan tuntutan

yang tidak dapat ditawar (Swastha dan Irawan, 1997:408-409). Pemasar harus

peduli kepada pelanggan, dan hal ini merupakan suatu keharusan yang tidak boleh

ditawar-tawar lagi (Noor, 2004:5). Itulah sebabnya dibutuhkan pemasar yang

memiliki komitmen, fleksibilitas, dan effort tinggi dalam mengakomodasikan pada

yang diinginkan dan diharapkan oleh calon pelanggan dan pelanggan yang ada.

5. Pemenuhan kembali terhadap permintaan produk dengan segera

Setiap perusahaan yang ingin unggul dalam bersaing selalu berusaha

memenuhi permintaan pelanggan dengan ketersediaan stok barang yang memadai.

Tetapi kerap kali terjadi, iklan suatu produk ditawarkan lebih dahulu atau lebih

cepat daripada ketersediaan barang. Hal ini membuat calon pelanggan kecewa,

karena ketika berniat ingin membeli tetapi barang tidak tersedia.

Ketidaktersediaan barang dapat dimungkinkan karena distribusi yang lambat,

keterbatasan kapasitas produksi, dan dapat juga disebabkan pemasar ingin

mengetahui reaksi pasar terlebih dahulu. Alasan karena distribusi yang lambat

pernah terjadi pada produk pasta gigi Pepsodent Cristal, di mana iklan di TV lebih

cepat daripada distribusinya (Indomaret, Januari 2003). Alasan pemasar ingin

mengetahui reaksi pasar terlebih dahulu terjadi pada PT Telkomsel ketika

memasarkan produk m-BCA TELKOMSEL dengan memasang iklan di Jawa

Pos, 20 September 2004, tetapi produk baru siap dikonsumsi masyarakat di awal

Oktober 2004 (GraPARI, di Graha Pena, Jawa Pos, 20 September 2004). Adapun

alasan keterbatasan kapasitas produksi terjadi pada mobil Daihatsu Xenia.

Kapasitas terpasang produksi Daihatsu Xenia adalah 3.000 unit/bulan, sedangkan

permintaan pasar melebihi jumlah tersebut, sehingga pelanggan harus inden cukup

lama. Untuk mengantisipasinya, produsen meningkatkan kapasitas produksi

menjadi 6.000 unit/bulan, sehingga waktu tunggu yang semula 6 bulan menjadi

lebih cepat, yakni 3 bulan (Jawa Pos, 24 Juni 2004). Tidak adanya stok barang

Page 26: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

32

merupakan permasalahan tersendiri bagi perusahaan dan calon pelanggan. Bagi

pelanggan yang sabar menunggu, maka akan menunggu sampai dengan jatuh

tempo waktu yang ditetapkan. Sebaliknya, bagi pelanggan yang tidak sabar

menunggu, maka akan beralih ke produk pesaing. Bagi perusahaan, kesempatan

memperoleh pelanggan baru dan keuntungan menjadi hilang.

2.4. Keputusan Pembelian Konsumen

2.4.1. Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen

Untuk sampai kepada keputusan pembelian pada diri pelanggan dibutuhkan

adanya komunikasi pemasaran. Di muka telah disebutkan bahwa, komunikasi

pemasaran merupakan kegiatan untuk membantu dalam pengambilan keputusan

pembelian serta mengarahkan pertukaran agar lebih memuaskan semua pihak, yaitu

penjual dan pembeli (Swastha dan Irawan, 1997:345). Sebenarnya apa yang

dimaksud dengan keputusan pembelian konsumen?

Keputusan pembelian konsumen merupakan kulminasi (titik puncak)

pencarian dari proses evaluasi (Winardi, 2001:200). Kotler (1995:239) memberikan

definisi, “Keputusan pembelian konsumen merupakan proses dalam pembelian yang

nyata.” Sedangkan menurut Paul dan Olson (2000:162), “Keputusan pembelian

konsumen adalah proses pengintegrasian yang dikombinasikan untuk mengevaluasi

dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu di antaranya.”

Berdasarkan tiga pengertian di atas disimpulkan bahwa keputusan pembelian

konsumen merupakan titik puncak (kulminasi) dari proses pencarian dan evaluasi atas

beberapa alternatif yang ada untuk menentukan pembelian yang nyata atas suatu

produk, yang menguntungkan atau memberikan manfaat sesuai dengan keinginan dan

kebutuhan konsumen.

Perilaku konsumen bersifat dinamis dan melibatkan interaksi antara

pengaruh, kognisi (pikiran), lingkungan, dan kesediaan melakukan pertukaran (Paul

dan Olson, 2000:6). Pada umumnya, konsumen dalam melakukan pembelian suatu

produk dan jasa tentu mempertimbangkan manfaat (benefit) dari produk dan jasa

yang akan dikonsumsi. Konsumen tidak ingin kecewa, sebaliknya konsumen ingin

mendapatkan kepuasan sesuai dengan harga yang dibayar melalui keputusan

pembelian yang dilakukan.

Page 27: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

33

2.4.2. Tahap Keputusan Pembelian Pelanggan

Sebelum sampai pada keputusan pembelian, konsumen melakukan

serangkaian tindakan atau beberapa tahap yang harus dilalui, yang lazim disebut

dengan istilah tahap keputusan pembelian pelanggan. Keputusan pembelian

pelanggan mempunyai 5 (lima) tahap, yaitu: “problem recognition, information

search, evaluation, purchase decision, and postpurchase behavior” (Engel et.al.

1994:32; Kotler, 1997:192), seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2. Tahap Keputusan Pembelian Pelanggan

Sumber: Kotler (1997:192).

Lima tahap keputusan pembelian pelanggan di atas secara singkat diterangkan

sebagai berikut:

1. Problems recognition

Pada tahap problems recognition (pengenalan kebutuhan), calon

pelanggan merasakan ada perbedaan antara keadaan yang nyata dengan keadaan

yang diinginkan untuk dapat dipenuhi, sehingga melahirkan kebutuhan.

Kebutuhan seseorang dapat berasal dari stimuli (rangsangan) intern atau dorongan

dari diri sendiri juga dapat berasal dari stimuli ekstern. Dari kondisi ini calon

pelanggan merasakan ada kebutuhan yang ingin dapat dipenuhi, misalnya ingin

memiliki mobil Mercedes Benz, sehingga memotivasi calon pelanggan untuk

mencari informasi mengenai Mercedes Benz.

2. Information search

Pada tahap information search (pencarian informasi), calon pelanggan

yang tergerak oleh kebutuhan memiliki mobil Mercedes Benz akan

berusaha mencari banyak informasi, baik informasi dari dalam ingatan sendiri

(internal) maupun informasi dari lingkungan luar (eksternal). Sumber-sumber

informasi calon pelanggan dapat berasal dari (1) sumber pribadi: keluarga, teman,

tetangga, kenalan; (2) sumber komersial: iklan, tenaga penjual, perantara, dealer;

dan (3) sumber umum: media massa, organisasi rating calon pelanggan. Banyak

informasi yang diperoleh merupakan perbendaharaan di dalam diri calon

pelanggan untuk dievaluasi atas dasar kebutuhan dan keinginan calon pelanggan.

Problems recognition

Information search

Evaluation Purchase decision

Postpurchase behavior

Page 28: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

34

3. Evaluation of alternatives

Pada tahap evaluation of alternatives (evaluasi alternatif), calon

pelanggan mengevaluasi banyak informasi atau alternatif yang masuk mengenai

mobil Mercedes Benz dan menyempitkan menjadi beberapa alternatif. Calon

pelanggan kembali mengadakan evaluasi atas beberapa alternatif mobil Mercedes

Benz yang ada hingga menemukan satu alternatif Mercedes Benz yang benar-

benar mampu memberikan manfaat seperti yang diharapkan untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan.

4. Purchase decision

Pada tahap purchase decision (keputusan pembelian), calon pelanggan

melakukan keputusan pembelian satu produk yang telah dievaluasi dengan cermat

di antara sejumlah merek produk dalam kelompok pilihan, misalnya mobil

Mercedes Benz C-240 (C-Class). Pada tahap ini, pelanggan telah berhasil

memecahkan masalah yang diarahkan pada sasaran yang diinginkan atau

dibutuhkan, sehingga pengambilan keputusan pelanggan dapat disimpulkan

sebagai proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan pelanggan untuk memiliki mobil Mercedes Benz.

5. Postpurchase behavior

Pada tahap postpurchase behavior (perilaku setelah pembelian),

pelanggan mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih, yaitu mobil Mercedes

Benz C-240 mampu memenuhi kebutuhan dan harapan sesudah dikonsumsi atau

digunakan. “Dalam tahap ini pelanggan merasakan tingkat kepuasan atau

ketidakpuasan tertentu yang akan mempengaruhi perilaku berikutnya” (Tjiptono,

1998:21). Pelanggan, jika merasa puas akan memperlihatkan peluang yang lebih

besar untuk melakukan pembelian ulang di masa yang akan datang atau

memperkatakan kepada pihak lain yang membutuhkan, sebaliknya jika pelanggan

merasa tidak puas akan bereaksi dengan tindakan yang berbeda. Ada yang diam

saja dan ada yang melakukan komplain (mengeluh) kepada perusahaan dan tidak.

Tahapan keputusan pembelian pelanggan yang dijelaskan di atas (yang

terdiri dari lima tahap) adalah perilaku pembelian pelanggan yang kompleks.

Sebaliknya, perilaku pembelian pelanggan yang tidak kompleks atau keputusan untuk

mengadakan pembelian ulang, pelanggan hanya cukup mengenali kebutuhan (tahap

Page 29: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

35

ke-1) dan langsung mengadakan keputusan pembelian (tahap ke-4). Hal ini

didasarkan pertimbangan bahwa pelanggan merasa puas atas produk yang pernah

dikonsumsi sebelumnya. Jadi, kepuasan pelanggan merupakan titik sentral tujuan

keputusan pembelian pelanggan.

2.4.3. Perilaku Pelanggan Setelah Pembelian

Dalam tahap postpurchase behavior pelanggan merasakan tingkat kepuasan

atau ketidakpuasan tertentu yang akan mempengaruhi perilaku berikutnya. Pada

hakekatnya, tujuan akhir dari setiap keputusan pembelian pelanggan adalah kepuasan

(Tjiptono, 1998:21). Kepuasan atau satisfaction adalah kata dari bahasan Latin, yaitu

satis yang berarti enough atau cukup dan facere yang berarti to do atau melakukan

(Irawan, 2002:2). Jadi, produk atau jasa yang bisa memuaskan adalah produk atau

jasa yang sanggup memberikan sesuatu (facere) yang dicari oleh pelanggan sampai

pada tingkat cukup (enough). Dengan demikian titik pangkal kepuasan pelanggan

terletak pada kemampuan suatu produk atau jasa dalam memberikan sesuatu yang

cukup kepada pelanggan yang mengkonsumsinya.

Dalam konteks teori consumer behavior, kepuasan lebih banyak

didefinisikan dari perspektif pengalaman pelanggan setelah mengkonsumsi atau

menggunakan suatu produk atau jasa. Titik pangkal kepuasan terletak pada penilaian

pelanggan atas produk atau jasa yang dikonsumsi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh

Kotler (1997:40), “Satisfaction is a person's feeling of pleasure or disappointment

resulting from comparing a product's perceived performance (or outcome) in

relation to his or her expectations.” Maksudnya, kepuasan pelanggan adalah tingkat

perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (performance) yang dirasakan

(dari keputusan pembelian yang dilakukan) dengan yang diharapkan (expectation).

Demikian juga dengan Band (2001:80) menjelaskan bahwa, “Customer

satisfaction is state in which customer needs, wants, and expectations through the

transaction cycle are met or exceeded, resulting in repurchasing and continuing

loyalty.” Maksudnya, kepuasan pelanggan diperoleh melalui transaksi yang dapat

memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan Pelanggan. Pelanggan yang merasa

puas akan melakukan pembelian ulang atas suatu produk dan menjadikan dirinya

pelanggan loyal (setia) terhadap suatu produk yang dikonsumsi.

Page 30: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

36

Berdasar pada dua definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa untuk sampai pada

tingkat kepuasan terlebih dahulu pelanggan mempunyai harapan-harapan yang ingin

dipenuhi melalui transaksi (keputusan pembelian) dengan perusahaan yang

menawarkan produk. Setiap terjadi transaksi, maka akan ada evaluasi di dalam diri

pelanggan, dengan demikian evaluasi kepuasan pelanggan akan berjalan secara

otomatis sejalan dengan harapan dengan realitas yang diterima.

Mengenai evaluasi kepuasan pelanggan, Kotler (1997:40) menjelaskan

sebagai berikut, “If the performance falls short of expectation, the customer is

dissatisfied. If the performance matches the expectation, customer is satisfied. If the

performance exceeds expectations, the customer is highly satisfied or delighted.”

Pada hakekatnya, evaluasi kepuasan pelanggan merupakan usaha membandingkan

antara kinerja yang diterima dari perusahaan dengan harapan yang ada pada

pelanggan. Evaluasi antara kinerja dengan harapan pelanggan melahirkan 3 (tiga)

alternatif, yaitu:

a. Kinerja yang diterima apabila lebih rendah dari yang diharapkan, maka

pelanggan akan merasa tidak puas. Pernyataan tersebut dapat diformulasikan:

Kinerja < Harapan Tidak puas.

b. Kinerja yang diterima sesuai dengan yang diharapkan, maka pelanggan akan

puas. Pernyataan tersebut dapat diformulasikan: Kinerja = Harapan Puas.

c. Kinerja yang diterima melebihi dari yang diharapkan, maka pelanggan akan

merasa sangat puas. Pernyataan tersebut dapat diformulasikan: Kinerja > Harapan

Sangat puas.

Mengacu pada pernyataan di atas, kepuasan pelanggan adalah perbandingan

antara harapan (expectation) dan kinerja atau realitas. Realitas adalah kinerja

perusahaan yang diterima pelanggan, sedangkan “customer expectation are beliefs

about service delivery that function as standards or reference points againts which

performance is judged” (Zeithaml dan Bitner, 1996:76). Maksudnya, harapan

pelanggan merupakan keyakinan pelanggan mengenai manfaat dari produk/jasa, yang

dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk yang hendak dikonsumsi.

Perilaku pelanggan yang membandingkan antara persepsi atas kinerja dengan

harapan, akan menjadi penting bagi tenaga pemasar untuk mengukur tingkat

keberhasilan yang dicapai.

Page 31: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

37

2.5. Kaitan antar Konsep

Di muka telah disinggung, bahwa inti dari aktivitas pemasaran pada saat ini

adalah meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penciptaan nilai bagi pelanggan.

Untuk sampai pada tingkat kepuasan, pelanggan tentu harus terlebih dahulu

memutuskan untuk membeli suatu produk seperti yang diharapan, baru kemudian

masuk pada tahap postpurchase behavior. Pada tahap postpurchase behavior

(perilaku setelah pembelian), pelanggan mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih

atau realitas yang diterima dari perusahaan memenuhi harapan. Apabila realitas tidak

sama dengan harapan, maka pelanggan akan tidak puas. Sebaliknya, apabila realitas

yang diterima sesuai dengan harapan, maka pelanggan menjadi puas. Lebih-lebih

apabila realitas yang diterima pelanggan melebihi harapan, maka pelanggan akan

sangat puas.

Pemasaran 3D yang menfokuskan pada dimensi keunggulan fungsional,

keunggulan jalinan relasi, dan keunggulan proses pada intinya adalah mensukseskan

program-program pemasaran dan memenangkan persaingan bisnis yang sangat ketat

dewasa ini dengan pendekatan pelanggan. Pada dewasa ini, pelanggan tidak hanya

menuntut produk yang berkualitas, yaitu merupakan dimensi keunggulan fungsional

dari setiap transaksi yang dilakukan, tetapi juga mengharapkan keunggulan jalinan

relasi atau pelayanan yang berkualitas dan keunggulan proses yang berkaitan dengan

pembelian produk sesuai dengan harga yang dibayar. Dalam hal ini adalah pembelian

mobil premium Mercedes Benz.

Keunggulan fungsional dari pemasaran mobil Mercedes Benz, mulai dari

singkatnya waktu akselarasi, hemat pemakaian BBM, jaminan keselamatan

penumpang, keandalan di berbagai medan, kursi yang dapat diatur, antispasi slip

dengan sistem ESP (Electronic Stability Program), adanya Thermatic yang dapat

mengatur penyaluran udara secara otomatis, adanya sensor cahaya yang secara

otomatis akan menghidupkan lampu apabila diperlukan, adanya sensor hujan, adanya

lampu depan bi-xenon dengan cornering light function yang akan membuat cahaya

lampu depan dapat mengikuti gerakan stir, prestise, hingga harga jual kembali yang

tinggi. Kiranya indikator-indikator tersebut menjadi beberapa alternatif yang

dijadikan dasar calon pelanggan dalam melakukan keputusan pembelian atas

Mercedes Benz. Apabila indikator atau atribut-atribut mobil Mercedes Benz di atas

Page 32: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

38

sesuai dengan harapan calon pelanggan, atau memenuhi kriteria-kriteria yang

ditetapkan, maka calon pelanggan akan memiliki keputusan bulat untuk membeli

mobil Mercedes Benz. Sebaliknya, apabila indikator-indikator keunggulan fungsional

tidak sesuai dengan harapan calon pelanggan, maka calon pelanggan tidak akan

memutuskan membeli mobil Mercedes Benz.

Keunggulan proses pemasaran mobil Mercedes Benz, mulai adanya

homepage untuk memudahkan pelanggan mengakses informasi produk dan layanan

yang diinginkan, adanya aneka class Mercedes Benz (C-Class, E-Class, S-Class

hingga A-Class), sistem pembelian yang ditawarkan fleksibel (tunai dan kredit),

transaksi cepat dan dapat dilakukan di manapun juga, hingga realisasi pengiriman

Mercedes Benz hanya beberapa hari dari tanggal transaksi. Kiranya indikator-

indikator keunggulan proses tersebut menjadi beberapa alternatif yang dijadikan dasar

calon pelanggan dalam melakukan keputusan pembelian atas Mercedes Benz.

Apabila indikator-indikator keunggulan proses di atas sesuai dengan harapan calon

pelanggan, atau memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan, maka calon pelanggan

akan memiliki keputusan bulat untuk membeli mobil Mercedes Benz. Sebaliknya,

apabila indikator-indikator keunggulan proses tidak sesuai dengan harapan calon

pelanggan, maka calon pelanggan tidak akan memutuskan membeli mobil Mercedes

Benz.

Dealer mobil Mercedes Benz di Surabaya menerapkan keunggulan jalinan

relasi, mulai dari kunjungan penjualan ke rumah-rumah calon pelanggan yang

meminta informasi produk, memberikan layanan emergensi selama 24 jam sehari,

pelayanan pada hari Minggu (09.00 – 14.00 am), perhatian pribadi, ramah, dan

cekatan, hingga memberikan janji menyerahkan mobil tepat waktu serta memberikan

kompensasi atau penghargaan atas kesediaan pelanggan menunggu mobil yang

pelanggan beli. Apabila indikator-indikator keunggulan jalinan relasi di atas sesuai

dengan harapan calon pelanggan, atau memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan,

maka calon pelanggan akan memiliki keputusan bulat untuk membeli mobil

Mercedes Benz. Sebaliknya, apabila indikator-indikator keunggulan jalinan relasi

tidak sesuai dengan harapan calon pelanggan, maka calon pelanggan tidak akan

memutuskan membeli mobil Mercedes Benz.

Page 33: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

39

2.6. Kerangka Berpikir

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir Sumber: Diolah peneliti.

Rumusan Masalah 1. Apakah pemasaran 3D yang meliputi keunggulan jalinan relasi, keunggulan fungsional, dan keunggulan

proses mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian mobil Mercedes Benz di Surabaya?

2. Manakah di antara keunggulan jalinan relas i, keunggulan fungsional, dan keunggulan proses yang memberikan pengaruh secara dominan terhadap keputusan pembelian mobil Mercedes Benz di Surabaya?

Kesimpulan dan Saran

Model Analisis Regresi Linier Berganda

Hipotesis 1. Diduga pemasaran 3D yang meliputi keunggulan jalinan relasi, keunggulan fungsional, dan keunggulan

proses mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian mobil Mercedes Benz di Surabaya.2. Diduga keunggulan fungsional mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian mobil

Mercedes Benz di Surabaya daripada keunggulan jalinan relasi dan keunggulan proses.

Keunggulan Jalinan Relasi

1. Datang ke rumah calon pelanggan.

2. Layanan emergensi. 3. Pelayanan pada hari Minggu.4. Memberikan perhatian

pribadi, ramah, dan cekatan.5. Memunculkan ikatan

emosional. 6. Berjanji menyerahkan mobil

tanpa harus menunggu lama.7. Memberikan kompensasi atau

penghargaan atas kesediaan pelanggan menunggu mobil pesanan

Keunggulan Proses 1. Dealer Mercedes Benz yang

memiliki homepage di internet.2. Terdapat aneka class Mercedes

Benz ditawarkan 3. Sistem pembelian Mercedes

Benz fleksibel 4. Transaksi pembelian Mercedes

Benz cepat, mudah, dan aman5. Realisasi pengiriman Mercedes

Benz dijanjikan hanya beberapa hari

Keunggulan Fungsional 1. Mesin mampu memberikan

akselerasi 0-100 km/jam dalam waktu yang relatif singkat

2. Dengan new direct-injection unit, menyebabkan mesin hemat BBM

3. Dilengkapi dua airbag, sidebag, dan windowbag

4. Dilengkapi 4 wheel drive 5. Kursi dapat digerakkan 6. Dilengkapi sistem ESP 7. Dilengkapi Thermatic 8. Dilengkapi sensor cahaya 9. Dilengkapi sensor hujan 10. Menggunakan lampu depan bi-

xenon dengan cornering light function

11. Mobil premium atau mewah yang memberikan nilai prestise tinggi

12. Memiliki harga jual bekas tetap tinggi

Keputusan Pembelian Pelanggan

Pemasaran 3D

Page 34: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pemasaran

40

2.7. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah yang ada, yang harus diuji

kebenarannya (Arcana, 1996:66). Hipotesis yang diajukan, yaitu:

1. Diduga pemasaran 3D yang meliputi keunggulan jalinan relasi, keunggulan

fungsional, dan keunggulan proses mempunyai pengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian mobil Mercedes Benz di Surabaya.

2. Diduga keunggulan fungsional mempunyai aspek dominan terhadap keputusan

pembelian mobil Mercedes Benz di Surabaya daripada keunggulan jalinan relasi

dan keunggulan proses.