Upload
others
View
72
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
4 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Bekisting
Formwork atau bekisting merupakan salah satu faktor penting dari tiga
komponen pokok yang harus direncanakan secara matang dalam suatu pekerjaan
konstruksi beton. Formwork atau bekisting adalah cetakan sementara yang
digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan
bentuk yang diinginkan (Stephens, 1985).
Menurut Blake (1975), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada
pemakaian bekisting dalam suatu pekerjaan konstruksi beton.
Aspek pertama adalah kualitas bekisting yang akan digunakan harus tepat
dan layak sesuai dengan bentuk pekerjaan struktur yang akan dikerjakan.
Permukaan bekisting yang akan digunakan harus rata sehingga hasil permukaan
beton baik.
Aspek kedua adalah keamanan bagi pekerja konstruksi tersebut, maka
bekisting harus cukup kuat menahan beton agar beton tidak runtuh dan
mendatangkan bahaya bagi pekerja sekitarnya.
Aspek yang ketiga adalah biaya pemakaian bekisting yang harus
direncanakan seekonomis mungkin.
Illingworth menyatakan ada beberapa hal yang harus direncanakan agar
pemakaian bekisting ekonomis. Hal pertama yang harus direncanakan berkaitan
dengan desain dari bentuk bekisting, dimana bekisting yang digunakan harus kuat
dan kaku tanpa perlemahan pada sambungan atau bagian lainnya. Selain itu
bekisting perlu direncanakan akan ketahanan pemakaian.
Tingkat pemakaian bekisting yang berulang kali ini tergantung dari
bahan material bekisting yang digunakan. Hal ini menyebabkan berkurangnya
biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan material dan pembuatan bekisting.
Untuk ketahanan bekisting yang terbuat dari material kayu dalam pemakaian
berulang adalah kurang lebih setengah kali ketahanan pemakaian berulang
bekisting yang terbuat dari material baja.
5 Universitas Kristen Petra
Pemilihan material bekisting yang baik juga akan mempengaruhi hasil
akhir permukaan beton yang dikerjakan. Pemakaian material baja atau fiberglass,
hasil akhir yang diperoleh jauh lebih baik daripada pemakaian material kayu. Hal
ini akan mempengaruhi pekerjaan finishing pada akhirnya. Semakin baik
permukaan beton yang dihasilkan semakin sedikit jumlah atau luasan permukaan
beton yang harus difinishing.
2.2 Tujuan Bekisting
Sebelum mendesain sesuatu, yang pertama paling penting yang harus
dilakukan adalah menyusun tujuan apa yang ingin dicapai. Kemudian yang kedua
adalah mengetahui faktor – faktor apa saja yang akan mempengaruhi keputusan –
keputusan mengenai metode material dan bentuk akhirnya.
Pada umumnya sebuah bekisting merupakan sebuah konstruksi yang
bersifat sementara dengan tiga fungsi utama :
1. Untuk memberi bentuk kepada sebuah konstruksi beton.
2. Untuk memperoleh struktur permukaan yang diharapkan.
3. Untuk memikul beton hingga konstruksi tersebut cukup keras untuk
dapat memikul dirinya sendiri.
Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan
dilepas/dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang
cukup. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada pemakaian bekisting
dalam suatu pekerjaan konstruksi beton :
a. Kualitas bekisting yang akan digunakan harus tepat dan layak
b. Keamanan bagi pekerja konstruksi
c. Biaya pemakaian bekisting yang harus direncanakan seekonomis
mungkin.
Hal – hal yang harus dipenuhi dalam pembuatan bekisting sehubungan
dengan tujuan dan sifatnya yang sementara dalam sebuah pembangunan, maka
yang harus diperhatikan adalah :
a. Dengan efektifitas bahan dapat menyalurkan beban yang cukup
besar ke perancah/ scaffolding.
b. Harus tahan dengan tekanan beton saat penuangan dan tahan
menahan pekerjanya..
6 Universitas Kristen Petra
c. Meminimalisir kegagalan pemasangan.
d. Mudah dikontrol.
e. Besarnya volume pekerjaan.
Dalam hal – hal yang ada untuk diperhatikan tersebut diperlukan siklus
dari sebuah pekerjaan agar mempermudahkan kita untuk mengetahui semua hal
yang diperlukan dalam pengerjaan bekisting.
2.3 Siklus Pekerjaan Bekisting
Pelaksanaan bekisting merupakan bagian terintegrasi dari suatu proses
konstruksi beberapa terminology digunakan dalam pekerjaan beton dan bekisting.
Proses penyediaaan bekisting dan beton merupakan integrasi yang mutlak
dibutuhkan. Siklus pada bagian kiri pada Gambar 2.1 Menggambarkan siklus dari
pekerjaan bekisting. Sedangkan yang bagian kanan menggambarkan siklus
pekerjaan beton. Dua intersection menggambarkan awal dan akhir dari siklus
pekerjaan beton.
Siklus bekisting dimulai dengan pemilihan metode bekisting. Aktifitas
siklus bekisting ini digambarkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Fabrikasi bekisting (tahap perencanaan), tahap pelaksanaan, dan pembongkaran.
Sedangkan siklus pekerjaan beton dimulai setelah fabrikasi bekisitng dan selesai
sebelum pembongkaran bekisting. Fungsi dari siklus pekerjaan bekisting untuk
penyediaan kebutuhan struktur akan kekuatan, durabilitas dan bentuk permukaan.
Gambar 2.1 Integrasi antara siklus pekerjaan bekisting
dengan pekerjaan beton
7 Universitas Kristen Petra
Untuk mencapai semuanya itu maka diperlukan siklus yang baik
diperlukan perencanaan yang matang sebelum mencapai siklus yang tersebut. Dan
perencanaan tersebut perlu juga beberapa pertimbangan dari berbagai faktor.
2.3.1 Perencanaan Bekisting
Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi sesuatu
yang sepenuhnya perlu dipertimbangkan baik - baik. Sehingga segala resiko
dalam pekerjaan tersebut sudah pasti menjadi hal yang harus ditekan serendah
mungkin. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan sematang
mungkin dengan memperhatikan segala faktor yang menjadi pendukung atau yang
malah menjadi kendala dalam pelaksanaan nantinya.
Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengambil suatu
keputusan mengenai metode bekisting yang akan dipakai yaitu :
a) Kondisi struktur yang dikerjakan
Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan
bekisting menjadi komponen utama keberhasilan untuk
menghasilkan kualitas dimensi struktur seperti yang direncanakan
dalam bestek. Metode bekisting yang diterapkan pada bangunan
dengan dimensi struktur besar tentu tidak akan efisien bila
diterapkan pada dimensi struktur kecil. Disini juga mencakup
kekuatan yang harus diperhitungkan dalam pembuatan bekisting
b) Luasan bangunan yang akan dipakai
Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat
pakai ulang (memiliki siklus perpindahan material). Oleh karena
itu, luas bangunan ini menjadi salah satu pertimbangan utama
untuk penentuan siklus pemakaian material bekisting. Hal ini juga
akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pengajuan harga
satuan pekerjaan.
c) Ketersediaan material dan alat
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau
kesulitan untuk memperoleh material atau alat bantu dari sistem
bekisting yang diterapkan.
8 Universitas Kristen Petra
Selain faktor-faktor tersebut masih banyak pertimbangan lain termasuk
waktu pengerjaan proyek (work-time schedule), harga material, tingkat upah
pekerja, sarana transportasi dan lain sebagainya. Setelah melakukan pertimbangan
secara matang terhadap faktor-faktor tersebut maka diambilah keputusan
mengenai metode bekisting yang diterapkan. Dari faktor – faktor dalam
perencanaan itulah menjadi pertimbangan untuk kita dapat memilih macam –
macam metode dari pelaksanaan bekisting tersebut.
2.3.2 Pemilihan Metode pelaksanaan Bekisting
Pemilihan metode pelaksanaan bekisting termasuk proses pemilihan
metode untuk elemen struktur yang berbeda. Itu juga termasuk pemilihan
aksesoris, bracing dan ketersediaan komponen untuk sistem bekisting tersebut.
Ada beberapa bentuk sistem yang dipakai dalam konstruksi struktur beton
bertulang. Terlebih dahulu kita harus tahu adanya beberapa macam metode
pelaksanaan bekisting tersebut yaitu :
1. Bekisting Metode konvensional
Bekisting dengan pembuatan langsung ditempat atau biasanya dengan
material kayu.
2. Bekisting Metode PERI
Bekisting mengunakan panel – panel patent dan metode ini
menggunakan multiplex dengan perkuatan dari baja maupun kayu. Salah
satunya adalah dengan mengunakan PERI.
Dari dua metode diatas memiliki beberapa perbedaan entah dalam bahan
– bahan yang dipakai, cara pemasangan, alat yang dipakai, dan masih banyak lagi
perbedaan antara bekisting metode konvensional dengan metode PERI.
2.3.2.1 Bekisting Metode Konvensional
Bekisting tradisional dengan menggunakan material kayu ini dalam
proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan
dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan pelepasan bagian – bagian
bekisting satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi
bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan,
9 Universitas Kristen Petra
namun jika material kayu masih memungkinkan untuk dipakai maka dapat
digunakan kembali untuk bekisting pada elemen struktur lain.
Hasil dari permukaan beton yang diperoleh dengan menggunakan
bekisting material kayu ini tidak terlalu baik, namun pemakaian bekisting ini
mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Dikatakan tinggi, karena bekisting
tradisional ini dapat dibuat dan dipakai untuk struktur bangunan dengan bentuk
yang bervariasi. Sehingga walaupun dalam perkembangan selanjutnya terdapat
jenis material bekisting baru yang dapat digunakan dalam pembuatan bekisting,
biasanya tetap mengkombinsikan pemakaian bekisting tradisional dengan
bekisting modern untuk pekerjaan – pekerjaan struktur kecil.
Pada metode ini memiliki beberapa bahan yang harus diketahui dalam
pembuatan bekisting konvensional:
1. Papan kayu / multiplek
Berfungsi sebagai bahan untuk pembuatan dinding dari bekisting
2. Balok kayu
Berfungsi sebagai pengaku dari papan atau multiplek yang ada agar dapat
menahan yang diterima oleh bekisting.
3. Paku
Berfungsi sebagai bahan untuk menyambung papan kayu atau multiplek
dengan balok kayu.
Dalam pemakaiannya metode ini dapat dipakai sebagai bekisting dari
bagian struktur apapun. Dari bekisting balok, pelat, maupun kolom. Dan memiliki
bagian – bagiannya tersendiri. Dibawah ini merupakan bagian – bagian dan cara
pemasangan dari struktural yang mengunakan bekisting konvensional:
10 Universitas Kristen Petra
A. Bekisting Kolom
Bahan - bahan untuk pembuatan bekisting kolom :
1 Papan, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm
2 Kasau 5/7 cm
3 Paku reng
4 Paku usuk
Bagian – bagian dari bekisting kolom :
1. Dinding kolom
Berfungsi sebagai media kontak dengan beton yang juga berguna
agar beton cair tidak tercecer kemana – mana biasanya terbuat dari
papan kayu atau multiplek.
2. Pengikat kolom
Berfungsi sebagai pengaku bagian horizontal, pemersatu tiap papan
– papan kayu yang juga berguna sebagai pengikat agar bekisting tidak
pecah.
3. Stud
Berfungsi sebagai penyatu antar pengikat kolom bahkan pengikat
kolom dengan beton dibawahnya.
Pelaksanaan bekisting kolom :
1 Pasang beton tahu pada begel kolom
2 Dirikan cetakan kolom sesuai dengan gambar kerja
Gambar 2.2 Bekisting Kolom
11 Universitas Kristen Petra
3 Periksa tegak lurusnya acuan dengan unting – unting
4 Perkuat cetakan kolom dengan menggunakan skur pada tiang cetakan
hingga keadaannya tidak bergerak
5 Bersihkan kotoran di dalam bekisting lewat lubang yang telah
disiapkan.
B. Bekisting Balok dan Pelat
1. Balok
Bahan - bahan untuk pembuatan bekisting balok :
1. Papan, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm
2. Kasau 5/7 cm
3. Paku reng
4. Paku usuk
5. Bambu/ kayu sebagai tiang penyangga
Bagian – bagian dari bekisting balok :
1. Balok Suri
Berfungsi sebagai balok penahan bekisting yang dipakai untuk
menahan beban atau penyalur kepada perancah.
2. Landasan
Berfungsi sebagai papan penahan bagian bawah yang terbuat dari
kayu untuk menahan beban beton cair.
Gambar 2.3 Bekisting balok dan pelat
12 Universitas Kristen Petra
3. Tembereng
Berfungsi sebagai papan penahan samping yang terbuat dari kayu
untuk menahan beban beton cair.
4. Tiang penyangga
Berfungsi sebagai penahan/penyangga tembereng agar tidak terjadi
kegagalan.
5. Tie rod
Berfungsi sebagai pengaku bekisting yang dipasang pada
tembereng dengan jarak tertentu agar bentuk dari bekisting sesuai
dengan perencanaan awal.
Pelaksanaan bekisting balok :
1. Menentukan dan mengukur ketinggian dasar bekisting balok,
kemudian menarik dua dari buah titik yang sudah diukur dengan
waterpass sebagai dasar bekisting dan pemasangan landasan tiang.
2. Dirikan tiang – tiang perancah dengan jarak 50-70 cm.
3. Hubungkan tiap tiang perancah dengan batang melintang dan
membujur sehingga tidak goyah.
4. Memasang gelagar memanjang (balok suri) dengan posisi gelagar
bagian atas menyentuh benang yang sudah di waterpass diatas tiang..
5. Pemasangan rangka atas balok (landasan) dengan mengacu pada titik
as balok yang telah ditandai dengan benang dan unting-unting..
6. Setelah alas balok terpasang dengan benar, maka dilakukan
perangkaian panel tembereng balok. Diusahakan agar posisi tembereng
balok tegak lurus alas balok.
7. Pemasangan skur penahan untuk mempertahankan ketegakan
tembereng balok dan menahan beban pada saat pengecoran terjadi.
2. Pelat
Bahan - bahan untuk pembuatan bekisting pelat :
1. Papan, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm.
2. Kasau 5/7 cm.
3. Paku reng.
4. Paku usuk.
13 Universitas Kristen Petra
5. Bambu/ kayu sebagai tiang penyangga.
Bagian – bagian dari bekisting pelat :
1. Bekisting kontak
Berfungsi sebagai bidang kontak bekisting dengan beton yang
biasanya terbuat dari multiplek atau papan kayu.
2. Balok anak
Berfungsi sebagai balok penahan beban yang diterima dari
multiplek / bekisting kontak kemudian disalurkan kebalok penyangga
3. Balok penyangga/suri
Berfungsi sebagai balok penahan yang menyalurkan beban dari
balok anak kepada perancah.
4. Perancah
Berfungsi menahan beban bekisting dan beban cor dan bersifat
sementara.
Pelaksanaan bekisting pelat lantai :
1. Menentukan dan mengukur ketinggian dasar bekisting balok,
kemudian menarik dua dari buah titik yang sudah diukur dengan
waterpass sebagai dasar bekisting, kemudian pemasangan landasan
tiang perancah.
2. Memasang papan alas sebagai tempat berdirinya perancah(tiang).
3. Memasang perancah/stempel kaso atau balok dengan jarak antar riang
sesuai dengan gambar kerja dengan perkiraan jarak antara 50-70 cm.
4. Pemasangan pengaku antar tiang perancah apabila diperlukan dengan
menghubungkan tiap tiang dengan batang melintang dan membujur
sehingga tidak goyah.
5. Pemasangan balok suri di atas gelagar memanjang dengan jarak
pemasangan sesuai gambar rencana diatas tiang perancah.
6. Kontrol kedataran gelagar dengan waterpas/selang plastic.
7. Pasang papan cetakan diatas gelagar dan kontrol kedatarannya
sepanjang balok.
8. Perkuat papan samping dengan skur.
14 Universitas Kristen Petra
2.3.2.2 Bekisting Metode PERI
Dalam metode ini merupakan salah satu metode dimana bentuk dari
bekisting ini setting dari awal sebelum pemakaian,dan bekisting dengan metode
PERI ini sudah dirakit sedemikian rupa sehingga tiap sisinya mempunyai
kekuatan yang sama, sehingga PERI mempunyai data – data yang pasti dan dirakit
dengan memiliki semboyan “SAFE STRUCTURE” atau aman dan mudah
digunakan oleh semua proyek konstruksi. Pengerjaan PERI dibagi menjadi dua
bagian, yaitu sisi kanan dan sisi kiri untuk kolom sehingga pengerjaannya sangat
cepat, terlebih lagi untuk pengerjaan core lift sistem PERI dapat dikerjakan tanpa
membongkar hanya bergerak ke atas sehingga waktu pengerjaannya cepat.
Sedangkan untuk pengerjaan dari lantai metode PERI ini mengunakan PERI beam
atau yang dikenal dengan sebutan Hori Beam atau lebih lengkapnya Hori
Adjustable Beam, jenis PERI ini dapat diatas panjangnya sehingga memudahkan
dalam pembuatan lantai.
Bekisting dengan metode PERI ini memiliki bagian – bagian yang
dipakai untuk merancang satu dimensi yaitu :
1. Multiplek
Berfungsi sebagai dinding penahan beban beton basah dan member
bentuk beton.
Gambar 2.4 Multiplek
15 Universitas Kristen Petra
2. PERI girder GT24
Rangka batang yang berbahan dari kayu yang berfungsi sebagai
penahan beban dari beton basah.
3. Column waler SSRZ 24
Sebagai pengabung dan pengaku antara girder PERI GT24.
4. Hook Strap
Berfungsi sebagai penyambung antara PERI girder GT24 dengan
column waler SSRZ24.
Gambar 2.5 PERI girder GT24
Gambar 2.6 Column waler SSRZ 24
16 Universitas Kristen Petra
5. VARIO Coupling VSRZ 24
6. Corner Coupling EKZ
Berfungsi sebagai penyambung antar SSRZ.
Gambar 2.7 Column waler SSRZ 24
Gambar 2.8 VARIO Steel waler VSRZ24
17 Universitas Kristen Petra
7. Wedge KZ
Besi yang berfungsi sebagai pengunci antar EKZ dengan SSRZ.
8. Girder Headpiece
Berfungsi sebagai pengikat antara PERI GT24 dengan push pull
prop RSS 1.
Gambar 2.9 VARIO Steel waler VSRZ24
Gambar 2.10 Wedge KZ
18 Universitas Kristen Petra
9. Wedge Headpiece
Berfungsi sebagai penyambung antara SSRZ dengan kicker brace
AV1.
10. Tie Rod
Sebagai bracing/pengikat pada bagian siku dari bekisting.
Gambar 2.11 Girder Headpiece
Gambar 2.12 Wedge Headpiece
19 Universitas Kristen Petra
11. Wing Nut
Sebagai bracing/pengikat pada bagian siku dari bekisting.
12. Tie Yoke
Sebagai bracing/pengikat pada bagian siku dari bekisting.
13. Adjustable Brace RSS dan adjustable RS
Berfungsi sebagai penyangga Peri GT24 agar tetap berdiri dan
sebagai penyalur beban ke base plate.
Gambar 2.13 Tie Rod DW 15
Gambar 2.14 Wing Nut
Gambar 2.15 Tie Yoke SKZ
20 Universitas Kristen Petra
14. Kicker AV
Berfungsi sebagai penahan beban beton basah di bekisting bagian
bawah dan sebagai penyalur beban ke base plate.
15. Baseplate
Plat besi yang ditanam di lantai yang berfungsi sebagai penyalur
beban dari push pull prop dankicker bracekelantai.
Gambar 2.16 Adjustable Brace RSS dan
Adjustable Brace RS
Gambar 2.17 Kicker AV
21 Universitas Kristen Petra
16. Scaffold Bracket
Berfungsi sebagai tempat mobilisasi pekerja di bagian atas
bekisting.
Pada dasarnya semua bagian yang ada diatas adalah bagian yang dipakai
untuk merakit satu bentuk bekisting entah itu untuk kolom, balok, pelat, maupun
dinding. Perencanaan untuk perencahaan dari bekisting metode ini dalam segi
perhitungan tidak memerlukan perhitungan lagi yang rumit dikarenak pihak sub
kontraktor dalam bagian ini sudah menyediakan tabel yang memudahkan kita
dalam merakit tiap girder – girder yang ada dengan segala kelengkapannya. Tabel
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.
Gambar 2.18 Baseplate for RSS dan
Baseplate for RS
Gambar 2.19 Scaffold Bracket
22 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.1 Perencanaan untuk jumlah girder
Dari tabel diatas tiap perusahaan konstruksi dapat mengetahui tiap
jumlah girder yang dibutuhkan untuk tiap dimensi bekisting yang dibutuhkan.
Dengan adanya diatas diperlukan juga sistem pemasangan untuk metode ini.
Seperti yang diketahui bahwa pemasangan bekisting metode ini lebih mudah
dibanding dengan metode konvensional tetapi tetap diperlukan langkah – langkah
pemasangan.
23 Universitas Kristen Petra
A. Bekisting Kolom
Bahan – bahan untuk pembuatan bekisting kolom:
1. Kelengkapan bagian – bagian PERI
2. Multiplek
Pelaksanaan bekisting kolom
1. Setelah pemasangan tulangan dan sepatu kolom sebagai acuan atau
patokan agar bekisting dipasang menempel agar dimensi dari kolom
tersebut sesuai dengan gambar rencana.
2. Perakitan bekisting PERI, dengan pengangkatan bekisting dengan
bantuan alat angkut seperti mobile crane atau tower crane.
3. Pemasangan bekisting.
4. Perkuat bekisting kolom dengan menggunakan skur pada tiang
cetakan hingga keadaannya tidak bergerak.
5. Lihat vertikalitas dari bekisting dengan unting – unting.
6. Bersihkan kotoran di dalam bekisting lewat lubang yang telah
disiapkan
Gambar 2.20 Bekisting kolom
24 Universitas Kristen Petra
B. Bekisting Balok dan Pelat
Bahan – bahan untuk pembuatan bekisting balok :
1. Multiplek
2. Hori Beam
Pelaksanaan bekisting balok :
1. Pasang scaffolding dengan jarak dan perkuatan yang sesuai dengan
gambar kerja.
2. Pemasangan balok – balok suri diatas scaffolding.
3. Pemasangan landasan dan tembereng dengan mengukur kedataran dari
papan tersebut.
4. Penyusunan Hori Beam yang diletakan pada suri – suri dari bekisting
balok.
5. Pemasangan multiplek.
6. Pembersihan kotoran.
Gambar 4.21 Bekisting balok dan pelat
25 Universitas Kristen Petra
C. Bekisting Dinding geser (shearwall)
Bahan – bahan untuk pembuatan bekisting shearwall :
1. Kelengkapan bagian – bagian PERI
2. Multiplek
Pelaksanaan bekisting dinding
1. Setelah pemasangan tulangan dan sepatu dinding sebagai acuan agar
bekisting berada pada tempatnya sesuai dengan rencana.
2. Perakitan bekisting PERI untuk kedua bagian dari bekisting.
3. Pemasangan bekisting
4. Perkuat bekisting dinding dengan menggunakan skur pada tiang
cetakan hingga keadaannya tidak bergerak
5. Bersihkan kotoran di dalam bekisting lewat lubang yang telah
disiapkan
Pada bagian pelaksanaan merupakan salah satu bagian yang cukup
signifikan dalam proyek kontruksi, dikarenakan keberhasilan dari pekerjaan
struktur salah satunya dipengaruhi oleh proses pelaksanaan bekisting yang
memadahi. Oleh karena penting sekali jika ada standart yang menjadi patokan
dalam pelaksanaan.
Gambar 2.21 Bekisting dinding
26 Universitas Kristen Petra
2.4 Standard Operating Procedure
Standard Operating Procedure adalah suatu prosedur yang
mengambarkan operasi yang dilakukan secara rutin dan berulang digunakan untuk
praktik yang berulang – ulang, sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dan
bertujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dengan cara yang benar.
Contoh hal – hal yang harus diperhatikan dalam standard operating procedure
yaitu :
1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh balok-
balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.
2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak
diperbolehkan.
3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada
point 1 harus dengan persetujuan konsultan pengawas.
4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan shop drawing untuk bentuk
konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi.
5. Penggunaan bekisting sistem bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui
oleh konsultan pengawas.
6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan residu
atau cairan ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting
waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang
rapi.
7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan
campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
9. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi
,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh kontraktor
10. Pelaksanaan dengan alat theodolit dan waterpass. Pemeriksaan secara
manual tidak dibenarkan.
11. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh konsultan pengawas sebelum
dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
27 Universitas Kristen Petra
12. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh konsultan
pengawas karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat
proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat dipertanggung
jawabkan.
13. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaa beton jika hal
ini terjadi kontraktor pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan
acian beton.
14. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan
bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh konsultan pengawas.
Dengan adanya hal – hal yang diperhatikan dalam standard operating
procedure ini dapat mendukung jalannya proyek dan mencegah banyak masalah
yang terjadi pada saat pelaksanaan.