93
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangatlah penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan kesejahteraan masyarakat khususnya di indonesia. Proses pendidikan ini dilakukan melalui suatu pembelajaran agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan, salah satu mata pelajaran yang terlibat dengan kehidupan sehari-hari adalah mata pelajaran biologi. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan adanya interaksi proses pembelajaran agar memperoleh sesuatu profesi serta menyelesaikan masalah yang akan dihadapi. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Trianto (2011:5) bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi 1

mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/SKRIPSI 1.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangatlah penting dalam mencerdaskan

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangatlah penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa

dan kesejahteraan masyarakat khususnya di indonesia. Proses pendidikan ini

dilakukan melalui suatu pembelajaran agar sasaran dari perubahan itu dapat

tercapai sebagaimana yang diinginkan, salah satu mata pelajaran yang terlibat

dengan kehidupan sehari-hari adalah mata pelajaran biologi.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai

pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan adanya interaksi proses

pembelajaran agar memperoleh sesuatu profesi serta menyelesaikan masalah

yang akan dihadapi. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Trianto

(2011:5) bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya

mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-

hari.

Pada proses pembelajaran biologi siswa diharapkan benar-benar aktif.

Belajar aktif akan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

siswa mengetahui kegunaan dari ilmu biologi. Meskipun biologi tidak

dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit untuk dipahami namun

masih banyak siswa yang tidak menyukainya serta tidak tertarik untuk

mempelajarinya, akibatnya membuat siswa bosan untuk mengikuti pelajaran

biologi sehingga hasil belajar rendah. Kondisi tersebut harus dihindari dan

1

dicari alternatifnya, karena kemungkinan besar akan mempengaruhi

keberhasilan siswa dalam belajar.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 18 Januari 2016 yang

dilakukan peneliti di kelas X MA Al-Muhajirin Tugumulyo, diperoleh

informasi bahwa hasil belajar siswa di kelas X masih tergolong rendah. Hal

ini dapat dilihat dari nilai ketuntasan pada ulangan tengah semester siswa di

kelas X yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 100

siswa atau 38,16 % dari 262 siswa dan siswa yang belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal sebanyak 162 siswa atau 61,84 % dari 262 siswa.

Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran biologi yang diterapkan

selama ini kurang bervariasi karena sistem pembelajaran yang digunakan

lebih berfokus kepada guru, sehingga membuat siswa cenderung kurang aktif

dalam proses pembelajaran. Hal ini dilihat dari aktifitas siswa yang mencatat,

mendengarkan dan sedikit bertanya. Pembelajaran ini hanya menekankan satu

arah yaitu guru dengan siswa sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.

Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu adanya perbaikan cara

pembelajaran agar selama proses pembelajaran berlangsung siswa dapat

berperan lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini

dapat dilakukan dengan model Reciprocal Teaching. Keberhasilan belajar

dapat dicapai, apabila kemampuan siswa mendapatkan pengetahuan/informasi

dilakukan dengan cara memahami pengetahuan/informasi itu dengan

sedalam-dalamnya (deep understanding). Dalam kegiatan pembelajaran

menggunakan model Reciprocal Teaching, siswa aktif mencari tahu informasi

2

yang diperlukan untuk menjawab pertanyaannya sendiri sehingga relevan

dengan kebutuhan mereka sendiri.

Model Reciprocal Teaching merupakan model pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan

lebih aktif. Menurut Trianto (2011:96) Reciprocal Teaching terutama

dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar

yang bersifat kerja sama untuk mengajarkan pemahaman bacaan secara

mandiri di kelas. Model tersebut merupakan model yang menerapkan empat

strategi pemahaman mandiri, yaitu: menyimpulkan bahan ajar (summarizing),

menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya (questioning), menjelaskan

kembali pengetahuan yang telah diperoleh (clarifying), kemudian

memprediksi pertanyaan selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada

siswa (predicting).

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Model Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Biologi

Siswa Kelas XI IPA MA Al-Muhajirin Tugumulyo Tahun Pelajaran

2015/2016”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:” Apakah ada pengaruh Model

Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas XI IPA MA

AL-Muhajirin Tugumulyo tahun pelajaran 2015/2016?”.

3

B. Ruang Lingkup Penelitian

Supaya penelitian ini tidak terlalu luas dan keluar dari permasalahan,

maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini diantaranya adalah:

1. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif

yaitu aspek soal Pengetahuan (C1), Pemahaman (C2), Penerapan (C3),

Analisis (C4).

2. Materi pelajaran yang diberikan adalah struktur Sel.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar Biologi siswa

kelas XI IPA MA Al-Muhajirin Tugumulyo tahun pelajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai

berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Sebagai motivasi untuk memberikan kesempatan untuk aktif dalam

kegiatan belajar mengajar, mampu memahami dan mengemukakan

konsep/gagasan Biologi secara utuh dan benar sehingga dapat

meningkatkan pemahaman siswa.

4

b. Bagi Guru

Proses dan hasil penelitian menjadi masukan dan pertimbangan bagi

guru untuk menjadi guru yang profesional dalam memilih model

pembelajaran terutama model pembelajaran Reciprocal Teaching yang

dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi untuk meningkatkan

pemahaman konsep siswa.

c. Bagi Sekolah

Sebagai literatur untuk memberikan sumbangan pemikiran guna

meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan mata pelajaran biologi.

d. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman langsung dalam pelaksanaan model pembelajaran

Reciprocal Teaching dalam mengembangkan kemampuan peserta

didik serta memberikan sarana menimba ilmu pengetahuan untuk

menjadi guru yang profesional.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritik,

sehingga dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia

pendidikan. Untuk mengembangkan keilmuan dibidang pembelajaran

biologi dan untuk menambah khasanah kajian ilmiah dalam

mengembangkan strategi pembelajaran.

5

E. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching adalah model kegiatan

pembelajaran yang mengambil bentuk dialog antara guru dengan siswa,

dan antar siswa dengan siswa lainnya mengenai segmen teks untuk tujuan

membangun makna dari teks dengan tahapan memprediksi, membuat

pertanyaan, klarifikasi atau menjelaskan dan merangkum.

2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya dengan model Reciprocal Teacing. Hasil

belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang bersifat

kognitif yaitu komposisi soal pengetahuan (C1), pemahaman (C2),

penerapan (C3) dan analisis (C4) yang diperoleh melalui tes tertulis

berupa soal esay.

6

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Belajar

Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

masyarakat. Pengertian belajar jika diperhatikan dari pendapat seseorang

dengan orang lain akan berlainan jawabannya. Hal tersebut hanya semata-

mata disebabkan dari sudut pandang aspek-aspek belajar yang mereka

kemukakan berbeda antara yang satu dengan yang lain.

Robbins (dalam Trianto, 2011:15) mendefinisikan belajar sebagai

proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di

pahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Pandanagan Robbins selaras

dengan apa yang dikemukakan oleh Brunner (dalam Trianto, 2011:15) bahwa

belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengkonstruksi)

pengetahuan baru berdasarkan pada pengetahuan yang sudah dimilikinya.

Selain itu Harold Spears (dalam Suprijono, 2011:2) berpendapat, Learning is

to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow

direction, dengan kata lain bahwa belajar adalah mengamati, membaca,

meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.

Menurut Sudjana (2005:28) belajar adalah suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Selaras dengan pendapat di

atas, Dimyati dan Mudjiono (2006:7) mengemukakan bahwa belajar

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sedangkan

7

Trianto (2011:10) berpendapat belajar tidak hanya sekedar menghafal.

Siswa harus mengonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk menciptakan

hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang telah dipahami baik dengan cara

mengamati, mendengar serta mencoba sesuatu untuk memperoleh perubahan

tindakan dan prilaku pada diri seseorang. Semakin banyak usaha belajar maka

semakin banyak terjadi perubahan yang lebih aktif.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan dasar untuk menentukan tingkat keberhasilan

siswa dalam memahami suatu materi pelajaran, dengan belajar maka siswa

dapat berkembang dan menjawab tantangan yang muncul. Bukti bahwa

seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang

tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti

menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006:3). Dari sisi guru,

tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,

hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil

dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya.

Menurut Suprijono (2011:7) hasil belajar adalah perubahan perilaku

secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar pendidikan

sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,

8

melainkan komprehensif. Sedangkan Bloom (dalam Suprijono, 2011 : 6)

hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari interaksi tindak belajar

mengajar di mana dalam kegiatan diharapkan adanya perubahan belajar

dalam tingkah laku yang baru.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto

(2010: 54-60) adalah:

a. Faktor Internal.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu

siswa atau pembelajar meliputi faktor fisik atau jasmani dan faktor mental

atau faktor rohani. Faktor fisik misalnya fisik yang lemah, sakit dan

sebagainya. Faktor mental meliputi kecerdasan atau intelegensi, minat,

konsentrasi, ingatan, dorongan rasa ingin tahu siswa dan sebagainya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu

pembelajar meliputi faktor alam fisik, lingkungan, sarana fisik dan non fisik,

serta strategi pembelajaran yang dipilih dalam proses pembelajaran untuk

menunjang proses belajar mengajar.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, secara garis besar dapat

dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam) dari sisi subjek belajar dan

faktor ektern (dari luar) dari subjek belajar.

9

4. Model Pembelajaran

Menurut Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2012:133), berpendapat

bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran dikelas. Menurut Soekamto (dalam Trianto, 2011:22)

mengatakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi

sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Menurut Joyce (dalam Trianto, 2011:5) mengatakan bahwa model

pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman

dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial

dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di

dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Setiap model

pembelajaran mengarahkan kita sebagai para perancang pembelajaran

kedalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian

rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran adalah suatu rencana dengan prosedur yang sistematis

yang digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan

10

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan belajar mengajar untuk

mencapai tujuan belajar.

5. Model Pembelajaran Reciprocal teaching

Menurut Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2011:96) pembelajaran

terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip

pembuatan/pengajuan pertanyaan. Pembelajaran terbalik (Reciprocal

Teaching) guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif

penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku

tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan

tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan

dan suatu sistem Scaffolding (Brown dalam Trianto, 2011:96).

Menurut Hasanah (2012:135) model Reciprocal Teaching adalah

suatu model pembelajaran yang membiasakan siswa dengan empat strategi

pemahaman mandiri, yakni menyimpulkan bahan ajar (summarizing),

menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya (questioning), menjelaskan

kembali pengetahuan yang telah diperolehnya (clarifying), dan memprediksi

(predicting). Penjelasan empat strategi itu menurut Palinscar dan Brown

(dalam Hasanah 2012:135) adalah sebagai berikut:

Merangkum artinya siswa mengidentifikasi intisari dan ide utama dari

apa yang mereka baca, menanyakan artinya siswa menanyakan diri mereka

sendiri pertanyaan untuk membuat mereka yakin apakah mereka mengerti

bacaan, dengan demikian monitoring pemahaman mereka sehingga mereka

siap memulai membaca materi, mengklarifikasi artinya siswa mengambil

11

langkah-langkah untuk mengklarifikasi bagian-bagian dari teks yang

membingungkan, dan memprediksi artinya siswa mengantisipasi apa yang

mungkin baca selanjutnya berdasarkan pada isyarat-isyarat dalam teks dan ide

yang telah disajikan.

Menurut Trianto (2011:173) pembelajaran terbalik terutama

dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar

yang bersifat kerja sama untuk mengajarkan pemahaman bacaan secara

mandiri di kelas. Melalui pembelajaran terbalik siswa diajarkan empat

strategi pemahaman pengaturan diri spesifik, yaitu perangkuman, pengajuan

pertanyaan, pengklarifikasian, dan prediksi. Penggunaan pendekatan ini

dipilih karena beberapa sebab, yaitu:

a. Merupakan kegiatan yang secara rutin digunakan pembaca;

b. Meningkatkan pemahaman maupun memberi pembaca peluang untuk

memantau pemahaman sendiri; dan

c. Sangat mendukung dialog bersifat kerja sama (diskusi).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Reciprocal Teaching adalah kegiatan pembelajaran yang

menekankan kemampuan membaca dalam bentuk interaksi dialog antar guru

dengan siswa, siswa dengan siswa lainnya mengenai segmen teks sehingga

siswa mampu memprediksi, bertanya, menjelaskan, dan merangkum.

12

6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Reciprocal teaching

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Reciprocal Teaching

(pembelajaran terbalik) menurut Nur dan Wikandari (Trianto, 2011:175)

melalui prosedur harian adalah sebagai berikut, disediakan teks bacaan berisi

materi yang hendak diselesaikan, dijelaskan bahwa pada segmen pertama

guru bertindak sebagai guru (model), siswa diminta membaca dalam hati

bagian teks yang ditetapkan, untuk memudahkan mula-mula bekerja paragraf

demi paragraf, Jika siswa telah menyelesaikan bagian pertama, dilakukan

pemodelan berikut ini:

1) Pertanyaan yang saya perkirakan akan ditanyakan guru adalah

2) Guru memberikan kesempatan siswa menjawab pertanyaan tersebut.

Bila perlu mereka boleh mengacu pada teks dengan kalimatnya

sendiri

3) Merangkum pokok pikiran yang terdapat dalam paragraf/subbab.

Bila perlu dapat menunjuk salah seorang siswa untuk membacakan

rangkumannya

4) Memberikan kesempatan siswa untuk memprediksi hal yang akan

dibahas pada paragraf selanjutnya

5) Memberikan kesempatan siswa mengajukan komentar atau

menemukan hal yang tidak jelas pada bacaan.

Siswa diminta untuk memberikan komentar tentang pengajaran yang baru

berlangsung dan mengenai bacaan, Segmen berikutnya dilanjutkan dengan

bagian bacaan/paragraf berikutnya dan dipilih satu siswa yang akan berperan

13

sebagai “guru-siswa”, siswa dilatih/diarahkan berperan sebagai “guru-siswa”

sepanjang kegiatan itu. Mendorong siswa lain untuk berperan serta dalam

dialog, namun selalu memberi “guru-siswa” itu untuk kesempatan memimpin

dialog. Memberikan banyak umpan balik dan pujian kepada “guru-siswa”

untuk peran sertanya, pada hari-hari berikutnya, semakin lama guru

mengurangi peran dalam dialog, sehingga “guru-siswa” dan siswa lainnya itu

berinisiatif sendiri menangani kegiatan itu. Peran guru selanjutnya sebagai

moderator, menjaga agar siswa tetap berada dalam jalur dan membantu

mengatasi kesulitan.

Menurut Efendi (2013:94) tahapan pengajaran Reciprocal Teaching antara lain: Membaca dan mencari ide pokok bacaan berdasarkan teks bacaan yang disediakan, membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan, merangkum informasi yang penting, memprediksi, mengidentifikasi hal-hal yang tidak jelas dari teks bacaan, mengklarifikasi hal-hal yang tidak jelas tersebut.

Menurut Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2011:97) dalam

mengawali pemodelan (Reciprocal Teaching) dilakukan dengan cara

membaca satu paragraf suatu bacaan. Kemudian menjelaskan dan

mengajarkan bahwa pada saat atau selesai membaca terdapat kegiatan-

kegiatan yang harus dilakukan yaitu, 1) Memikirkan pertanyaan-pertanyaan

penting yang dapat diajukan dari apa yang telah dibaca; berkenaan dengan

wacana dan memastikan bisa menjawabnya, 2) Membuat ikhtisar/rangkuman

tentang informasi terpenting dalam wacana, 3) Memprediksi/meramalkan apa

yang mungkin akan dibahas selanjutnya, 4) Mencatat apabila ada hal-hal yang

kurang jelas atau tidak masuk akal dari suatu bagian, selanjutnya memeriksa

apakah kita bisa berhasil membuat hal-hal itu masuk akal.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

langkah-langkah pembelajaran Reciprocal Teaching yang digunakan peneliti

adalah sebagai berikut:

14

a. Guru mempersiapkan teks bacaan sesuai materi dan membagikan

siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang.

b. Guru membagikan materi ajar yang akan digunakan pada

pertemuan tersebut, kemudian siswa ditugaskan untuk membacanya.

c. Setelah selesai membaca, siswa ditugaskan untuk merangkum

(menyimpulkan) bagian-bagian penting materi ajar tersebut,

menyusun pertanyaan-pertanyaan, dan menyusun pertanyaan baru

beserta jawabannya.

d. Guru memberi contoh peran siswa sebagai guru, dengan

menjelaskan materi ajar yang telah dibacanya, menyampaikan

pertanyaan-pertanyaan atau memberikan stimulus kepada siswa untuk

menyusun pertanyaan.

e. Selanjutnya siswa diberitahukan bahwa untuk pertemuan

selanjutnya yang menjadi guru adalah salah seorang siswa dalam kelas

tersebut yang akan dipilih secara acak, sehingga seluruh siswa harus

siap.

f. Sebagaimana pertemuan sebelumnya, guru membagikan materi

ajar yang telah disiapkan. Dipilih seorang siswa menjadi siswa guru

yang berperan aktif bersama teman-temannya membahas materi ajar

yang telah dibacanya. Siswa guru dan teman-temannya melakukan

langkah-langkah pembelajaran dengan Reciprocal Teaching. Dalam

hal ini guru berperan sebagai pengarah jika terjadi hambatan dalam

pelaksanaan pembelajaran tersebut. Untuk pertemuan-pertemuan

selanjutnya dilakukan langkah-langkah tersebut di atas.

15

7. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

Menurut Abu dan Khabibah (dalam Efendi, 2013:87) menyatakan

bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan dari model Reciprocal Teaching

yaitu:

a. Kelebihan Model Reciprocal Teaching1) Siswa belajar dengan mengerti2) Karena belajar dengan mengerti, maka siswa tidak mudah lupa3) Siswa belajar dengan mandiri4) Siswa termotivasi untuk belajar

b. Kelemahan Model Reciprocal Teaching1) Butuh waktu yang lama2) Sangat sulit diterapkan jika pengetahuan siswa tentang materi

kurang3) Adakalanya siswa tidak mampu akan semakin tidak suka dengan

pembelajaran tersebut tidak mungkin seluruh siswa akan mendapat giliran untuk menjadi “guru siswa”.

8. Materi Sel

Sel pertama kali diamati leh Robert Hooke pada tahun 1665. Hoke

menggunakan mikroskop untuk mengamati sayatan gabus. Pada sayatan yang

diamatinya, Hooke melihat ruang-ruang kecil, yang kemudian diberi nama

sel. Kata sel berasal dari bahasa latin, yaitu celula yang bearti ruang-ruang

kecil. Ruang-ruang kecil yang diamati oleh Hooke ternyata adalah sel-sel

gabus. Akan tetapi, sel-sel gabus yang diamati Hooke merupakan sel-sel yang

tidak lagi hidup, kosong tanpa isi. Robert Brown pada tahun 1831

memperjelas defenisi sel. Menurut brown, sel adalah suatu ruangan kecil

yang dibatasi oleh membran, dimana di dalam membran tersebut terdapat

cairan yang disebut protoplasma. Pada tahun 1839 , Theodor Schwann

16

mengemukakan bahwa semua organisme tersusun atas sel. Hugo von Mohl

pada tahun 1846 membedakan antara protoplasma dengan cairan sel, yang

pada tahun 1862 oleh kölliker disebut dengan istilah sitoplasma. Rudolf

Vircov menytakan bahwa sel berasal dari sel sebelumnya.

Ernawati (2006:13) menyatakan bahwa sel merupakan unit struktural

dan fungsional terkecil dari makhluk hidup. Sel sebagai unit struktural

merupakan penyusun struktur tubuh organisme, baik uniseluler maupun

multiseluler. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel,

karena itulah sel dapat berfungsi secara otonom asalkan seluruh kebutuhan

hidupnya terpenuhi.

Sel tumbuhan dan hewan sama-sama memiliki bagian-bagian berikut:

a. Membran Plasma

Selaput atau membran plasma terletak di lapisan paling luar sel dan

membungkus suatu massa, yaitu protoplasma. Molekul-molekul penyusun

membran plasma mementuk lapisan fosfolipid bilayer. Pada lapisan

fosfolipid ini terdapat protein-protein membran, yaitu protein integral yang

terbenam dan protein periferi yang menempel. Salah satu fungsi

membrane plasma ini adalah menyelenggarakan transportasi zat yang

berlangsung dalam sel.

b. Sitoplasma

Matrik cair dalam sel disebut dengan sitoplasma.penyususn utama

sitoplasma adalah air (90%) yang berfungsi sebagai pelarut zat-zat kimia

serta sebagai media terjadinya reaksi kimiawi sel. Sitoplasma yang

17

berwujud cairan kental disebut sitosol (tanpa inti sel), komponen sitosol

berupa air, senyawa anorganik dan organik, serta sitokleton (rangka sel).

Di dalam sitoplasma terdapat berbagai organel sel yang berfungsi sebagai

pendukung kehidupan sel dan tempat sintesis juga degradasi protein.

c. Organel sel

Organel-organel yang terdapat dalam sel hewan dan tumbuhan antara

lain:

1) Inti Sel

Inti sel merupakan tempat sintesis DNA dan RNA. Fungsi utama inti

sel adalah mengatur keseluruhan aktivitas sel. Inti sel juga berperan dalam

pewarisan informasi genetik karena mengandung DNA yang disusun bersama

protein histon membentuk kromatin.

2) Retikulum Endoplasma

Retikulum endoplasma mempunyai struktur menyerupai kantong

pipih. Fungsi RE adalah menampung protein yang disintesis oleh ribososom

(RE kasar) untuk di salurkan ke badan golgi, menyintesis lemak dan

kolesterol (RE kasar dan halus), serta berperan dalam system transport

intraseluler.

3) Ribosom

Ribosom merupakan organel sel terkecil yang tersebar di dalam sel.

Ribosom berfungsi untuk melangsungkan sintesis protein.

4) Mitokondria

18

Mitokondria sangat penting bagi metabolisme energi dalam sel.

Mitokondria diselubungi oleh membrane rangkap. Membran mitokondria

bagian dalam berlekuk-lekuk dan disebut krista. Krista berfungsi untuk

memperluas bidang permukaan mitokondria, sehingga proses respirasi seluler

berlangsung lebih efektif. Fungsi mitokodria adalah sebagai pusat respirasi

seluler yang menghasilkan ATP.

5) Lisosom

Lisosom adalah organel seperti vakuola (vakuola: kantong) berbentuk

bulat, yang menyekresikan enzim-enzim pencernaan bahan makanan. Enzim-

enzim yang dihasilkan lisosom juga berguna dalam mematikan sel. Lisosom

akan melepaskan zat-zat yang menghancurkan sel yang telah mati.

6) Badan Golgi

Fungsi utama badan golgi adalah untuk menyimpan hasil sekresi

sel. Badan golgi juga berperan dalam memproses dan mengemas protein dan

juga berperan dalam sintesis polisakarida.

7) Peroksisom

Ukuran peroksisom lebih kecil dari mitokondria dan memiliki satu

membran. Peroksisom berperan dalam metabolisme asam lemak dan

metabolit lainnya.

Hewan dan tumbuhan memiliki beberapa organel sel yang berbeda.

Organel-organel sel yang dimiliki tumbuhan tetapi tidak dimiliki hewan

adalah sebagai berikut:

19

a. Dinding Sel

Dinding sel dapat dibedakan menjadi lamella tengah, dinding primer

dan dinding sekunder. Lamela tengah adalah perekat yang mengikat sel-sel

bersama-sama agar dapat membentuk jaringan. Dinding primer adalah

dinding yang pertama kali dibentuk oleh sel baru, sedangkan dinding

sekunder dibentuk dari permukaan dalam dinding primer.

b. Vakuola

Membran vakuola adalah membran tunggal yang disebut tonoplas.

Melalui membran vakuola terjadi proses osmosis air dari sitoplasma ke

vakuola. Ini terjadi karena cairan sitoplasma bersifat hipertonik bagi

lingkungannya. Akibat perpindahan air ini, vakuola jadi membesar dan

meningkat tekanan airnya (tekanan turgor). Fungsi vakuola adalah

memelihara tekanan turgor sel, yaitu mengatur gerakan osmosis cairan dari

luar ke dalam sel. Vakuola juga berperan dalam menjaga volume sel.

c. Plastida

Plastida adalah organel khas yang memiliki membran rangkap.

Plastida mengandung berbagai pigmen. Tiga tipe utama plastid antara lain

leukoplas, kromoplas, dan kloroplas. Leukoplas adalah plastida tidak bewarna

yang terdapat dalam sel jaringan tumbuhan yang umumnya tidak terkena

sinar matahari. Kromoplas merupakan plastid non-fotosintesis yang bewarna.

Kloroplas bewarna hijau akibat adanya pigmen klorofil.

d. Glioksisom

20

Glioksisom terdapat pada biji dan menghasilkan enzim yang dapat

mengurai lemak menjadi karbohidrat. Proses penguraian ini akan

menghasilkan energi untuk selama dan sesudah perkecambahan. enzim

tersebut dapat mengurai hydrogen peroksida (H2O2).Ada juga organel yang

yang hanya ditemui pada sel hewan. Organel itu adalah sentriol yang

berbentuk seperti bintang dan berperan dalam pembelahan sel, baik mitosis

maupun meiosis.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebelumnya penelitian dengan Penerapan Model Pembelajaran

Reciprocal Teaching ini sudah pernah diteliti oleh:

Aprilia (2010) dengan judul Pengaruh model pembelajaran Reciprocal

Teaching terhadap hasil belajar Biologi siswa pada konsep protista

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran

Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar Biologi siswa pada konsep

protista. Hal ini terlihat pada perhitungan uji t, diperoleh harga t hitung 2,67

dan ttabel 1,99 pada derajat kebebasan (dk) = 78 dengan taraf signifikansi 5%.

Ini berarti thitung > ttabel (2,67 > 1,99).

Effendi (2013) dengan judul Pendekatan Pengajaran Reciprocal

Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa

SMA. Menyimpulkan bahwa Pengajaran Resiprok (Reciprocal Teaching)

merupakan suatu pendekatan yang melatihkan keterampilan melalui empat

strategi, yaitu (1) menyusun pertanyaan-pertanyaan dari teks bacaan dan

21

menjawabnya, (2) membuat rangkuman (ringkasan) informasi-informasi

penting dari teks bacaan, (3) membuat prediksi, dan (4) mengidentifikasi hal-

hal yang kurang jelas dan memberikan klarifikasi (penjelasan). Dengan empat

keterampilan tersebut, siswa akan menjadi pebelajar yang mandiri, dapat

mengerti dan memahami materi bacaan secara mendalam. (Effendi, 2013: 84-

97) Penerapan Pengajaran Resiprok perlu dilakukan sebagai salah satu

alternatif strategi pendekatan pembelajaran guna peningkatan ketuntasan hasil

belajar biologi siswa SMA.

Santiaji (2013) dengan judul Pengaruh Pembelajaran Reciprocal

Teaching dipadukan Think Pair Share Terhadap Peningkatan Kemampuan

Metakognetif Belajar Biologi Siswa SMA Berkemampuan Akademik

Berbeda Di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

penelitian ini bertujuan untuk untuk menerapkan Reciprocal Teaching (RT),

Think Pair Share (TPS), Reciprocal Teaching ditambah Think Pair Share

(RT + TPS) belajar strategis untuk meningkatkan kemampuan metakognitif

dalam pembelajaran biologi untuk siswa SMA di Sidoarjo dengan

kemampuan akademik yang berbeda. Penelitian ini merupakan eksperimen

semu. Desain penelitian adalah pre-post test non-setara desain kelompok

kontrol dengan pola 4x2 faktorial. Total sampel adalah 240 siswa. Data

dikenakan statistik anakova dan diikuti dengan uji LSD dengan gelar

signifikansi 0,05. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa strategi

pembelajaran dan kemampuan akademik mempengaruhi kemampuan siswa

metakognitif.

22

Dwi (2014) dengan judul Penerapan Pembelajaran Reciprocal

Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan

Kemandirian Belajar Matematika Siswa. Kemampuan komunikasi matematis

siswa yang mempergunakan pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik

daripada siswa yang menggunakan pembelajaran langsung. Sedangkan untuk

kemandirian belajar siswa yang diperoleh dari hasil uji perbedaan rata-rata

untuk 1 sisi sebesar 0,187 yang menyebabkan > 0,05, berdasarkan kriteria

pengujian disimpulkan terdapat perbedaan kemandirian belajar siswa antara

yang menggunakan pembelajaran Reciprocal Teaching dengan yang

menggunakan pembelajaran langsung.

Sumiati (2015) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran

Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas

X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2014/2015.

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa bahwa hasil belajar fisika setelah

diterapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching dalam pembelajaran

fisika di kelas X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo secara signifikan

tuntas. Rata-rata hasil belajar fisika sebesar 78,6 dengan persentase jumlah

siswa yang tuntas mencapai 79%.

Yudian (2015) dengan judul Pengaruh Model Reciprocal Teaching

terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA

Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang

menggunakan model Reciprocal Teaching lebih baik daripada siswa yang

23

menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini berarti bahwa ada

pengaruh yang signifikan model Reciprocal Teaching terhadap kemampuan

berpikir kreatif matematika siswa kelas XI IPA SMA Negeri 5 Lubuklinggau

tahun pelajaran 2015/2016. Rata-rata skor post-test kelas eksperimen sebesar

26,29 dan rata-rata skor post-test kelas kontrol sebesar 20,09.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi di MA Al-

Muhajirin Tugumulyo, berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa hasil

belajar Biologi siswa kelas X MA Al-Muhajirin Tugumulyo rendah atau

kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Hal ini disebabkan

oleh kurangnya aktif siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar serta

metode yang digunakan selama proses pembelajaran kurang variatif, sehingga

menyebabkan rendahnya hasil belajar. Kemudian peneliti perlu melakukan

perbaikan cara pembelajaran agar selama proses pembelajaran berlangsung

siswa dapat berperan lebih aktif dan kreatif dalam menyelesaikan masalah.

Pembelajaran ini dapat dilakukan dengan model Reciprocal Teaching.

Kegiatan pembelajaran menggunakan model Reciprocal Teaching,

siswa aktif mencari tahu informasi yang diperlukan untuk menjawab

pertanyaannya sendiri sehingga relevan dengan kebutuhan mereka sendiri.

Pemberian model Reciprocal Teaching dilakukan di kelas experimen siswa

dapat berperan lebih aktif dan kreatif dalam menyelesaikan masalah,

sedangkan di kelas konvensional siswa cenderung kurang aktif karna

24

pembelajaran yang diterapkan kurang bervariasi, sehingga mempengaruhi

hasil belajar siswa.

Sebelum menggunakan model Reciprocal Teaching, peneliti

memberikan pre-tes kepada siswa. Setelah pembelajaran selesai dilakukan tes

akhir post- tes untuk mengetahui hasil belajar, setelah pemberian model

Reciprocal Teaching sehingga terdapat pengaruh model Reciprocal Teaching

terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas XI MA AL-Muhajirin Tugumulyo

tahun pelajaran 2015/2016. Kerangka berfikir dalam penelitian ini disajikan

dalam bentuk bagan. Adapun bagan kerangka berfikir dalam penelitian ini

dapat dilihat pada bagan 1.2.

25

Kondisi Awal

Guru belum menerapkan model

Reciprocal Teaching

Siswa kurang aktif dalam pembelajaran sehingga

menyebabkan rendahnya hasil belajar

Perlakuanpada

kelas penelitian

Guru menerapkan model pembelajaran Reciprocal

Teaching pada kelas eksperimen

Guru menerapkan model konvensional pada kelas

kontrol

Kondisi AkhirRata-rata hasil belajar eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol

Bagan 2.1. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Arikunto (2010:110) menyatakan bahwa hipotesis adalah

suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,

sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini

adalah “Ada pengaruh Model Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar

biologi siswa kelas XI IPA MA AL-Muhajirin Tugumulyo tahun pelajaran

2015/2016”.

26

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2010:203). Sedangkan menurut

Sugiyono (2013:1), mengatakan bahwa penelitian merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni kategori

pre-test dan post-test yaitu sebuah penelitian eksperimen dan satu kelas lagi

sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan

menggunakan model Reciprocal Teaching sedangkan kelas kontrol

memperoleh pembelajaran konvensional.

Desain eksperimen penelitian menurut Arikunto (2010:126) dapat

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1Desain Penelitian

E O1 X O2

K O3 - O4

Keterangan:E = Kelas eksperimenK = Kelas kontrolO1dan O2 = Pre-test dan Post- test kelas eksperimenO3danO4 = Pre-test dan Post-test kelas kontrolX=Perlakuan menggunakan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching - = Perlakuan tanpa menggunakan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching.

27

Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2013:3). Variabel dalam peneltian ekperimen ini terdiri dari

variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas (x) sedangkan variabel

akibat disebut variabel terikat (y) (Arikunto, 2010:162). Berdasarkan

penjelasan tersebut maka variabel bebas (x) dalam penelitian ini merupakan

model pembelajaran Reciprocal Teaching dan variabel terikat (y) dalam

penelitian ini adalah hasil belajar biologi siswa.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2013:61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MA

Al-Muhajirin Tugumulyo tahun pelajaran 2015/2016, dengan jumlah 100

siswa yang terdiri dari tiga kelas. Secara rinci populasi penelitian dapat dilihat

pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2Populasi Penelitian

No KelasJenis Kelamin

JumlahLaki-Laki Perempuan

1. XI.IPA 1 10 24 34

2. XI.IPA 2 13 21 34

28

3. XI.IPA 3 10 22 37

Jumlah 33 67 100Sumber : Tata Usaha MA Al-Muhajirin Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2013:62). Teknik pengambilan sampel

dilakukan secara Simple Random Sampling (secara acak), karena berdasarkan

hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi diketahui bahwa setiap

kelas mempunyai kemampuan yang relatif sama (homogen). Cara

pengambilan yaitu setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor

urut mulai dari 1 sampai dengan banyaknya kelas. Setiap nomor ditulis dalam

kertas kemudian digulung, dan dimasukkan ke dalam kotak. Kemudian kocok

semua gulungan kertas yang ada dalam kotak, sedemikian rupa agar gulungan

kertas tersebut berbaur tidak rata. Ambil satu kertas gulungan pertama, nama

yang tertulis pada gulungan kertas yang terambil pertama dari kotak tersebut

adalah kelas eksperimen, kemudian dilakukan penguncaggan kedua untuk

mengetahui kelas kontrol, cara yang dilakukan sama seperti pada

pengocangan pertama. Setelah melakukan penguncaggan terdapat kelas yang

dijadikan kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA2 dan kelas kontrol dikelas XI

IPA1.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik berupa tes. Tes adalah serentetan pertanyaan serta alat yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

29

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok

(Arikunto, 2010:193).

Insrumen penelitian ini menggunakan teknik Tes. Tes dalam penelitian

ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum diberi materi pelajaran (pre-

test) dan sesudah materi pelajaran (post-test). Pre-test dilakukan untuk

mengukur pencapaian siswa sebelum menggunakan model Reciprocal

Teaching dan Post-test dilakukan untuk mengukur pencapaian siswa setelah

menggunakan model Reciprocal Teaching. Tes yang digunakan berbentuk

essay.

C. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka kegiatan

selanjutnya adalah melakukan analisis data tersebut. Analisis yang dilakukan

untuk menjawab rumusan masalah. Maka teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Menghitung rata-rata dan simpangan baku

Rumus dalam menghitung rata-rata dan simpangan baku dalam teknik

analisis data pada penelitian ini adalah:

x=∑ xin

(Sugiyono, 2013:49)

dan σ=√∑ ¿¿¿¿ (Sugiyono, 2013:57)

Keterangan: x = Skor rata-rata

30

σ = Simpangan baku populasi ∑Xi = Jumlah X ke i n = Jumlah siswa

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji kenormalan data yaitu untuk

mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Teknik

pengujian normalitas data ini menggunakan rumus Chi kuadrat (x¿¿2)¿.

Secara matematika Chi kuadrat dapat dirumuskan sebagai berikut:

χ2=∑ (f 0−f h)2

f h (Sugiyono, 2013:107)

Keterangan:χ2 = Chi kuadratf 0 = Frekuensi yang di observasif h = Frekuensi yang diharapkan

Selanjutnya χ2hitung dibandingkan dengan χ2

tabel dengan derajat

kebebasan (d¿¿k )=n−1¿, dimana n adalah banyaknya kelas interval data

dengan taraf signifikansinya 5% (α=0,05¿. Jika χ2h itung ≤ χ2

tabel berarti data

berdistribusi normal, dan Jika χ2h itung> χ2

tabel berarti data tidak berdistribusi

normal (Sugiyono, 2013:80).

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah dua varians

data sama atau tidak. Populasi-populasi dengan varians sama besar

dinamakan populasi dengan varians yang homogen. Dalam hal lainnya

disebut populasi dengan varians yang heterogen (Sudjana, 2005:249).

Pengujian homogenitas varians digunakan uji F (Fisher) dengan rumus

berikut:

31

F = V terbesar

V terkecil atau F =

s12

s22 (Sudjana, 2005:249-250)

Keterangan:σ 1

2 = varians populasi terbesarσ 2

2 = varians populasi terkecil

Kriteria pengujian, jika Fhitung<F tabel berarti varians populasi

homogen, tapi jika Fhitung ≥ F tabel berarti varians populasi tidak homogen

dengan taraf signifikan (α=0,05), n1−1 adalah dk pembilang n2−1 adalah dk

penyebut.

4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus kesamaan

dua rata-rata. Hipotesis statistika pada penelitian ini sebagai berikut:

H 0: Rata-rata skor hasil belajar Biologi siswa kelas ekperimen yang

menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching kurang dari

atau sama dengan rata-rata skor hasil belajar Biologi siswa kelas

kontrol (μ1 ≤ μ2)

H a: Rata-rata skor hasil belajar Biologi siswa kelas ekperimen yang

menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching lebih dari rata-

rata skor hasil belajar Biologi siswa kelas kontrol (μ1>¿μ2¿)

Uji hipotesis bertujuan untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis

yang telah dirumuskan untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Data yang telah

diperoleh harus diolah dengan menggunakan rumus t-test 1 sampel karena

32

simpangan baku populasinya tidak diketahui (Sugiyono, 2011). Rumusnya

adalah sebagai berikut:

Jika data berdistribusi normal dan varians homogen, maka uji statistik

yang digunakan adalah uji-t dengan rumus:

t= x1−x2

s√ 1n1

+ 1n2

s² = ¿¿ (Sudjana, 2005)

Keterangan:x1 = Skor rata-rata kelompok eksperimenx2 = Skor rata-rata kelompok kontroln1 = Jumlah siswa kelompok eksperimenn2 = Jumlah siswa kelompok kontrols1 = Simpangan baku kelompok eksperimens2 = Simpangan baku kelas kontrolt = Nilai t yang dihitung.

Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika thitung < ttabel dan tolak Ho

jika thitung > tabel pada taraf signifikan yaitu α = 0,05 dan untuk derajat

kebebasan dk = n-1.

Kriteria pengujian hipotesis yang diambil sehubungan dengan

penelitian ini adalah Jika kedua data berdistribusi normal, varians tidak

homogen, dan simpangan baku diketahui, maka uji statistik yang

digunakan adalah uji-t semu (t’).

t '=x1−x2

√ σ 12

n1+

σ22

n2

(Sudjana, 2005:241)

33

Kriteria pengujian jika t ' ≥w1t 1+w2t 2

w1+w2 berarti terima H a dan tolak

H 0, sedangkan t '<w1t 1+w2 t2

w1+w2 berarti tolak H a dan terima H 0. Dengan

w 1=σ1

2

n1, w 2=

σ22

n2, t 1=t

(1− 12 α),( n1−1 ) dan t 2=t

(1− 12 α), ( n2−1 )

D. Pertanggungjawaban Penelitian

Uji coba instrumen berupa tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

kualitas instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpulan data. Instrumen

yang baik harus menggunakan dua persyaratan penting yaitu valid dan

realiabel (Arikunto, 2010:211). Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah tes hasil belajar. Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman

siswa mengenai materi Struktur Sel. Agar tes yang digunakan dalam

penelitian ini berkualitas, maka diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa yang

telah mempelajari materi tes. Kemudian hasil uji coba dilakukan perhitungan

untuk mengetahui apakah soal tes tersebut valid, serta untuk mengetahui daya

pembeda dan indeks kesukarannya.

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid

atau sahih apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti

secara tepat (Arikunto, 2010:211). Untuk mengetahui validitas butir soal,

dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir soal tersebut dengan skor total

34

diperoleh. Cara mencari koefisien validitas dapat menggunakan rumus

korelasi yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal korelasi Product

Moment sebagai berikut :

r xy=N ∑ XY−(∑ X ) (∑Y )

√{N (∑ X 2−(∑ X )2)}{N (∑Y 2 )−(∑Y )2}(Arikunto, 2010:213)

Keterangan:r xy= Koefisien korelasi X = Skor butir soal Y = Skor total N = Banyak subjek

Klasifikasi untuk menginterprestasikan besarnya koefisien menurut

Suherman dan Sukjaya (1990:147) adalah sebagai berikut:

Tabel.3.3.Interpretasi Kriteria Validitas

Nilai Keterangan0,80 < r xy < 1,00 Sangat tinggi0,60 < r xy < 0,80 Tinggi0,40 < r xy < 0,60 Cukup0,20 < r xy < 0,40 Rendah

r xy < 0,20 Sangat rendah

Menentukan keberartian dari koofesien validitas, digunakan uji-t

dengan rumus sebagai berikut:

t = rxy√ n−21−(r xy ) ² (Sugiyono, 2011:251)

Keterangan:rxy = Koefisien korelasir = Koefisien validitasn = Banyak data

35

Selanjutnya t h itung dibandingkan dengan t tabeldengan derajat kebebasan

(dk) = n – 2 dan taraf signifikan α= 0,05, jika t h itung< t tabel maka hipotesis

diterima (tidak signifikan) dan jika t h itung≥ t tabelmaka hipotesis ditolak

(signifikan), dengan kata lain butir soal tersebut dikatakan valid.

Tabel 3.4.Hasil Analisis Validitas Tes Instrumen

No Nilai rxy thitung ttabel Keterangan 1 0,49 3,29 1,66 Cukup/Valid2 0,43 2,79 1,66 Cukup/Valid3 0,63 4,73 1,66 Tinggi/Valid4 0,62 4,62 1,66 Tinggi/Valid5 0,48 3,21 1,66 Cukup/Valid6 0,61 4,48 1,66 Cukup/Valid7 0,26 1,56 1,66 Rendah/Tidak Valid8 0,22 1,31 1,66 Rendah/Tidak Valid9 0,76 6,83 1,66 Tinggi/Valid10 0,84 8,84 1,66 Sangat Tinggi/Valid11 0,28 1,69 1,66 Rendah/Tidak Valid12 0,49 3,29 1,66 Cukup/Valid13 0,23 1,44 1,66 Rendah/Tidak Valid14 0,38 2,38 1,66 Cukup/Valid15 0,11 0,64 1,66 Rendah/Tidak Valid

Dari tabel 3.3 diatas bahwa pada hasil analisis validitas butir soal, didapat

15 soal yang digunakan sebanyak yaitu soal 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14

dan 15 yang memenuhi kreteria soal cukup, tinggi, rendah. Validitas pada soal

tersebut berkategori tinggi dan cukup.

2. Reliabilitas

Reliabilitas bagi sebuah tes berhubungan dengan masalah

kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi

jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian

36

reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes (Arikunto,

2005:86). Karena dalam penelitian ini adalah teknik tes hasil belajar

menggunakan materi tes berbentuk essay maka rumus yang digunakan untuk

mencari koefisien bentuk uraian adalah dengan rumus Alpa, yaitu sebagai

berikut:

r11=( kk−1 )(1−∑ σb

2

σ t2 ) (Arikunto, 2010:239)

Keterangan: r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ σb

2 = Jumlah varians butir σ t

2 = Varians total

Klasifikasi untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas suatu tes

menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990:194) yaitu:

Tabel 3.5. Interpretasi Kriteria Reliabilitas

Nilai Keterangan0,90 < r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi0,70 < r11≤ 0,90 Tinggi0,40 < r11≤ 0,70 Sedang0,20 < r11 ≤0,40 Rendah

r11 < 0,20 Sangat Rendah

Setelah hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus alpha di

atas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,83. Hal ini berarti reliabilitas

instrumen soal termasuk dalam katagori tinggi.

3. Daya Pembeda

37

Daya pembeda dari butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan

suatu butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang pandai

(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan

rendah). Dalam menghitung Daya Pembeda (DP) butir soal bentuk uraian,

maka digunakan rumus seperti yang dikemukakan Guilford (dalam Suherman

dan Sukjaya, 1990:201) sebagai berikut:

DP=JB A−JBB

JS Aatau DP=

JB A−JBB

JSB

Keterangan: DP = Indeks daya pembeda

JBA = Jumlah skor kelompok atasJBB = Jumlah skor kelompok bawah

JSA /JSB = Jumlah skor ideal (kelompok atas atau bawah)

Klasifikasi interprestasi untuk daya pembeda menurut Suherman

dan Sukjaya (1990:202) yaitu:

Tabel 3.6. Klasifikasi Kriteria Daya Pembeda

Nilai Keterangan0,70 < DP < 1,00 Sangat baik0,40 < DP < 0,70 Baik0,20 < DP < 0,40 Cukup0,00 < DP < 0,20 Jelek

DP < 0,00 Sangat jelek

Berdasarkan hasil perhitungan analisis daya pembeda tes uji coba

(lampiran B), dapat dilihat tabel 3.6.

Tabel 3.7.Hasil Analisis Daya Pembeda

No soal

Jumlah Skor

Kelompok Atas

Jumlah Skor

Kelompok Bawah

Jumlah Skor Ideal

Kelompok Atas/Bawah

Daya Pembeda

(DP)

Keterangan

38

1 41 17 58 0,48 Baik 2 45 19 64 0,32 Baik 3 43 10 42 0,66 Baik 4 59 22 81 0,46 Cukup5 39 19 58 0,40 Baik 6 65 22 87 0,54 Baik 7 53 34 87 0,24 Cukup 8 28 24 52 0,05 Jelek 9 65 6 71 0,39 Cukup 10 63 1 64 0,52 Baik 11 34 15 49 0,24 Cukup 12 55 22 77 0,22 Cukup 13 48 34 82 0,17 Jelek 14 64 41 105 0,19 Jelek 15 54 44 98 0,12 Jelek

Dari tabel 3.6 diatas bahwa pada hasil analisi daya pembeda, didapat

15 soal yang digunakan sebanyak yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12, 13, 14 dan 15 yang memenuhi kreteria soal jelek, baik, cukup

validitas pada soal tersebut berkatagori sedang dan cukup.

2. Indeks Kesukaran

Hasil evaluasi dari seperangkat tes yang baik akan menghasilkan

skor atau nilai yang membentuk distribusi normal. Soal yang terlalu

mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.

Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus

asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar

jangkauannya maka dapat juga dikatakan jika soal terlalu sulit, maka

frekuensi distribusi yang paling banyak terletak pada skor rendah. Sebaliknya

jika soal terlalu mudah, maka frekuensi distribusi yang paling banyak terletak

pada skor yang tinggi.

39

Cara menghitung Indeks Kesukaran (IK) butir soal bentuk uraian,

digunakan rumus yang dikemukakan oleh Suherman dan Sukjaya (1990:213)

yaitu sebagai berikut:

IK=JBA+JBB

JSA+JSB

Keterangan : IK = Indeks kesukaran butir soal

JBA = Jumlah skor kelompok atas JBB= Jumlah skor kelompok bawah JSA = Jumlah skor ideal kelompok atas

JSB = Jumlah skor ideal kelompok bawah

Klasifikasi interprestasi untuk indeks kesukaran (IK) pembeda

menurut Suherman dan Sukjaya (1990:202) yaitu:

Tabel 3.8. Klasifikasi Kriteria Indeks Kesukaran

Nilai KeteranganIK ¿ 0,00 Terlalu sukar

0,00 < IK < 0,30 Sukar0,30 < IK < 0,70 Sedang0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK=1,00 Terlalu mudah

Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran B), rekapitulasi hasil analisis

tingkat kesukaran dapat di lihat pada tabel 3.8.

Tabel 3.9.Hasil Analisis Tingkat Kesukaran

No soal

Jumlah Skor Ideal Kelompok

Atas

Jumlah Skor Ideal Kelompok

Bawah

Jumlah Skor Ideal Kelompok

Atas

Jumlah Skor Ideal Kelompok

Bawah

IK Ket

1 41 17 58 58 0,58 Sedang2 45 19 64 64 0,40 Sedang

40

3 43 10 42 42 0,53 Sedang 4 59 22 81 81 0,51 Sedang5 39 19 58 58 0,58 Sedang6 65 22 87 87 0,54 Sedang7 53 34 87 87 0,54 Sedang8 28 24 52 52 0,33 Sedang9 65 6 71 71 0,24 Sukar10 63 1 64 64 0,27 Sukar11 34 15 49 49 0,31 Sedang 12 55 22 77 77 0,26 Sukar 13 48 34 82 82 0,51 Sedang14 64 41 105 105 0,43 Sedang 15 54 44 98 98 0,61 Sedang

Dari tabel 3.4. diatas bahwa pada hasil analisi indeks kesungkaran

butir soal, didapat 15 soal yang digunakan sebanyak yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,

9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 yang memenuhi kreteria soal validitas pada soal

tersebut berkategori sedang dan sukar.

Tabel 3.10.Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen

No Validitas Daya Pembeda Indeks Kesungkaran

Ket

1 0,49 Cukup 0,48 Baik 0,58 Sedang Dipakai

2 0,43 Cukup 0,32 Baik 0,40 Sedang Dipakai

3 0,63 Tinggi 0,66 Baik 0,53 Sedang Dipakai

4 0,62 Tinggi 0,46 Cukup 0,51 Sedang Dipakai

5 0,48 Cukup 0,40 Baik 0,58 Sedang Dipakai

6 0,61 Cukup 0,54 Baik 0,54 Sedang Dipakai

7 0,26 Rendah 0,24 Cukup 0,54 Sedang Tidak Dipakai

8 0,22 Rendah 0,05 Jelek 0,33 Sedang Tidak Dipakai

9 0,76 Tinggi 0,39 Cukup 0,24 Sukar Dipakai

10 0,84 Sangat Tinggi 0,52 Baik 0,27 Sukar Dipakai

11 0,28 Rendah 0,24 Cukup 0,31 Sedang Tidak Dipakai

12 0,49 Cukup 0,22 Cukup 0,26 Sukar Dipakai

41

13 0,23 Rendah 0,17 Jelek 0,51 Sedang Tidak Dipakai

14 0,38 Cukup 0,19 Jelek 0,43 Sedang Dipakai

15 0,11 Rendah 0,12 Jelek 0,61 Sedang Tidak Dipakai

Dari tabel 3.9. diatas bahwa pada soal yang telah diuji coba, didapat

10 soal yang akan digunakan sebagai soal pre-test dan post-test yaitu soal

nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 12 dan 14 yang memenuhi kreteria soal mudah,

sedang, sukar. Validitas pada soal tersebut berkategori tinggi dan cukup serta

memiliki daya pembeda berkategori cukup, baik. Dan lima soal yang tidak

dipakai karena tidak valid yaitu no 7, 8, 11, 13, dan 15.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MA AL-Muhajirin Tugumulyo, dari

tanggal 20 juli – 20 Agustus 2016 dilakukan langsung oleh peneliti, dan

dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang berlaku disekolah. Sebelum

penelitian dimulai, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen tes yang

bertujuan untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba instrumen dilakukan di

kelas XII IPA MA AL- Muhajirin Tugumulyo dengan jumlah siswa 32

orang pada materi pokok tentang Sel. Tes yang digunakan berupa soal

esay yang berjumlah 15 soal. Setelah melakukan uji coba instrumen

melalui perhitungan didapatkan soal yang layak digunakan yaitu 10 soal

yang memenuhi kriteria validitas, realibilitas, tingkat kesungkaran. Dari

42

soal 10 yang valid peneliti hanya menggunakan 8 soal pada saat pre-test

dan post-test karena 8 soal yang digunakan sudah memenuhi indikator

pembelajaran.

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan dua kelas sampel, yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA2

dengan jumlah siswa 34, sedangkan kelas kontrol yaitu kelas XI IPA1

dengan jumlah siswa 34. Pada penelitian ini proses pembelajaran kelas

eksperimen (kelas XI IPA2) menggunakan model Reciprocal Teaching,

sedangkan kelas kontrol (kelas XI IPA1) proses pembelajaran

menggunakan metode konvensional. Pada pelaksanaan pembelajaran

peneliti bertindak sebagai guru.

Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan mengerjakan soal tes awal

(pre-test), untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi

yang akan dipelajari. Setalah tes awal dikerjakan, siswa diberi perlakuan

oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal

Teaching untuk kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol yang diberi

perlakuan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan tanpa

menggunakan model pembelajaran, kemudian peneliti diakhiri dengan

mengerjakan tes akhir (post-test), untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Siswa

Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran pada

materi tentang Sel, merupakan data penelitian yang diperoleh dari tes

43

awal (pre-test). Soal pre-test dilakukan pada pertemuan pertama dan

hari yang sama, namun waktu yang berbeda, diikuti oleh 34 siswa pada

kelas eksperimen dan 34 orang pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil

perhitungan tes awal siswa dapat dilihat pada lampiran C.

a. Rata-rata(x) dan Simpangan Baku (s) Skor Tes Awal

Hasil perhitungan rata-rata (x) dan simpangan baku (s) skor kelas

awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada table 4.1.

Tabel 4.1.

Rata-rata dan Simpangan Baku Skor Tes Awal

Kelas Jumlah Siswa x Simpangan Baku

Eksperimen 34 54,76 11,22

Kontrol 34 52,02 10,73

Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat bahwa skor rata-rata kelas

eksperimen 54,76 dan skor kelas kontrol 52,02. Hal ini dapat di

deskripsikan bahwa kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol tidak terdapat perbedaan yang begitu besar. Dapat dilihat

dalam lampiran C.

b. Rata-rata dan Simpangan Baku Skor Tes Akhir

Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi tentang Sel,

merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Kemampuan akhir diperoleh melalui post-test (tes akhir). Pelaksanaan

post-test berfungsi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

44

mengikuti, proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara berbeda

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil perhitungan

(terlampiran C), dapat dikemukakan rekapitulasi hasil rata-rata dan

simpangan baku dari hasil post-test yang dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2.

Rata-rata dan Simpangan Baku Skor Tes Akhir

Kelas Jumlah Siswa x Simpangan Baku

Eksperimen 34 78,61 14,61

Kontrol 34 70,09 12,59

` Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut, diketahui bahwa skor rata-rata

yang didapatkan dari post-test antara kelas eksperimen dengan kelas

kontrol berbeda, kelas eksperimen mendapatkan skor rata-rata lebih

besar dari pada skor rata-rata kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dalam

lampiran C.

2. Pengujian Hipotesis

Untuk dapat menarik kesimpulan dari data post-test (tes akhir),

maka dilakukan pengujian hipotesis secara statistik, adapun hipotesis

dalam penelitian adalah “ada pengaruh model Reciprocal Teaching

terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XII MA AL- Muhajirin

Tugumulyo”. Sebelum pengujian dilakukan terlebih dahulu diadakan uji

normalitas dan uji homogenitas varians antara kelas ekperimen dan kelas

kontrol setelah itu dilakukan uji hipotesis dengan mengunakan uji

kesamaan dua rata-rata.

45

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan

statistic mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan α =

0,05 jika x2 hitung < x2

tabel, maka masing-masing data berdistribusi normal.

Hasil perhitungan uji normalitas tes awal dan tes akhir untuk

kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3.

Hasil Uji Normalitas Skor Pre-test dan Post-Test

Kelas X2 hitung Dk X2

tabel Kesimpulan

Eksperimen Pre-TestPost-Test

3,96039,2212

55

11,0711,07

NormalNormal

Kontrol Pre-TestPost-Test

6,48373,1809

55

11,0711,07

NormalNormal

Pada tabel 4.3 menujukan bahwa nilai x2hitung data tes awal maupun tes

akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari pada x2tabel.

Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji x2

(chi kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing dapat digunakan

untuk tes awal maupun tes akhir kelas eksperien dan kelas kontrol

berdistribusi normal pada taraf kepercayaan α = 0,05 dan derajat kebebasan

(dk) = 5. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran C.

b. Uji Homogenitas

46

Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah hasil pos-test

(tes akhir) pada kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau

tidak. Dari uji homogenitas varians tes awal dan tes akhir pada taraf

kepercayaan 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4.

Hasil Uji Homogenitas Skor Pre-Test dan Post-Test

Tes Fhitung Dk Ftabel Kesimpulan

Pre-Test 1,09 33;33 1,66 Homogen

Post-Test 1,34 33;33 1,66 Homogen

Pada tabel 4.4 menujukkan bahwa varians kedua kelompok yang

dibandingkan pada tes awal dan tes akhir adalah homogen, karena fhitung

< ftabel pada taraf kepercayaan 0,05. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat dalam lampiran C.

c. Uji Kesamaan Rata-rata

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji kesamaan dua

rata-rata. Uji kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk membuktikan

hipotesis dan mendapatkan suatu kesimpulan. Berdasarkan hasil uji

normalitas dan uji homogen yang telah dilakukan, maka kedua kelas

pada pre-test dan post-test berdistribusi normal dan homogen sehingga

dengan demikian, uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah

uji t.

Hipotesis statistik pre-test dua pihak yang diuji adalah:

47

H0 = Hipotesis pembading, rata-rata nilai kelas eksperimen sama dengan rata-rata sama dengan rata-rata nilai kelas kontrol (µ1 = µ2)

Ha = Hipotesis kerja, rata-rata nilai kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata nilai kelas kontrol (µ1 ≠ µ2)

Hipotesis statistik post-test yang diuji adalah:

H0 = Hipotesis pembading, rata-rata skor kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata sama dengan rata-rata skor kelas kontrol (µ1 ≤ µ2)

Ha = Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen skor kelas eksperimen lebih besar dari pada rata-rata skor kelas kontrol (µ1 > µ2)

Tabel 4.5

Hasil Uji Kesaaan Dua rata-rata Awal dan Tes Akhir

Tes THitung DK tTabel Keterangan

Pre-Test 1,24 66 1,99 tHitung < tTabel Ho diterima

Post-Test 3,13 66 1,66 tHitung > tTabel Ho ditolak

Pada tabel 4.5. hasil perhitungan uji t pada pre-test nilai

thitung(1,24) > ttabel(1,99) dengan taraf signifikan α=0,05 menggunakan

uji dua pihak dan dk = (n1 + n2 – 2), hal ini berarti H0 diterima dan Ha

ditolak. Dengan demikian rata-rata skor pre-test kelas eksperimen dan

rata-rata skor pre-test kelas kontrol adalah sama. Sedangkan hasil

perhitungan uji t untuk post-test nilai thitung(3,13) > ttabel(1,66), dengan

taraf signifikan α=0,05 menggunakan uji satu pihak dan dk = (n1 + n2 –

2) hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian rata-rata

48

skor post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata skor

post-test kelas kontrol.

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t mengenai kemampuan akhir

(lampiran C) menunjukkan bahwa tHitung (3,13) > tTabel (1,66). Hal ini

berarti H0 ditolak dan Ha diterima, dengan demikian hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini diterima kebenarannya. Jadi, hasil belajar

biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan model Reciprocal

Teaching lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang diajarkan

menggunakan metode ceramah bervariasi pada siswa kelas XI IPA

MA AL-Muhajirin Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016.

B. Pembahasan

Penelitian ini dimulai dari tanggal 20 Agustus sampai 20

September 2016 di MA AL-Muhajirin Tugumulyo Tahun Ajaran

2015/2016 dengan sampel penelitian siswa kelas XII IPA2 (34 siswa)

sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XII IPA1 (34 siswa) sebagai

kelas kontrol, penelitian dilakukan sebanyak dua kali pertemuan untuk

tiap kelas sampel dan satu kali pertemuan untuk

melakukan pendekatan dengan perkenalan siswa dan

pembagian kelompok untuk kelas eksperimen.

Sebelum melaksanakan penelitian pada kedua kelas yang menjadi

sampel penelitian, terlebih dahulu melakukan tes uji instrumen pada

kelas XII IPA 1 MA AL-Muhajirin Tugumulyo pada tanggal 15 Juni

2016 dengan jumlah siswa yang ikut melaksanakan adalah 36 siswa

49

pada materi tentang sel mengunakan soal esay sebanyak 15 soal yang

telah dibuat oleh peneliti, hal ini karena dipahami bahwa peneliti

sebagai mahasiswa dan peneliti pemula dinilai belum layak untuk

membuat soal, oleh karena itu harus diajukan terlebih dahulu untuk

menentukan soal yang mana yang dikategorikan baik sehingga dapat

digunakan untuk penelitian. Hasil dari analisis, ternyata dari 15 soal

yang digunakan pada uji coba instrumen, maka berdasarkan hasil

analisis uji instrumen kategori soal yang dapat digunakan yaitu 10 soal

yang memenuhi kriteria soal validitas tinggi 4 dan validitas sedang 6,

sehingga peneliti mendapatkan data dengan menggunakan tes tertulis,

berbentuk essay sebanyak 8 soal yang memenuhi kriteria mudah,

sedang dan tinggi soal yang dapat digunakan sebagai soal pre-test dan

post-test pada penelitian karena 8 soal ini sudah mencukupi indikator

pembelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data dengan

menggunakan tes tertulis, tes tertulis tersebut diberikan kepada kelas

yang menjadi sampel penelitian yang dilakukan sebelum dan sesudah

melaksanakan kegiatan pembelajaran biologi dengan model Reciprocal

Teaching pada materi tentang sel.

Pemberian tes awal (pre-test) dilaksanakan pada tanggal 23

Agustus 2016. Analisis data awal diperoleh bahwa data kedua

kelompok sampel berdistribusi normal, karena kedua kelompok

dilakukan uji homogenitas, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua

50

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama atau homogen. Pada

hasil pre-test dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa relatif

sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilihar dari nilai rata-

rata kedua kelas yaitu untuk kelas eksperimen dengan rata-rata 54,76

dan untuk kelas kontrol 52,02, dengan perhitungan uji thitung 3,13 < ttabel

1,66 sehingga tidak ada perbedaan yang begitu besar dari kedua kelas

tersebut.

Setelah kemampuan awal siswa diketahui, dilanjutkan kegiatan

pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching untuk kelas

eksperimen dan model konvensional untuk kelas kontrol. Kegiatan

pembelajaran dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pada

tanggal 23 Agustus dan 30 Agustus 2016. Pelaksanaan pembelajaran

untuk kelas eksperimen dan kontrol jadwalnya di hari yang sama tetapi

jamnya yang berbeda.

Pada saat pertemuan pertama, jumlah siswa yang hadir untuk kelas

eksperimen 34 siswa. Sebelum memulai pembelajaran peneliti terlebih

dahulu menginformasikan langkah-langkah pelaksanaan model

Reciprocal Teaching. Pada saat proses pembelajaran berlangsung

dengan pembahasan materi tentang struktur sel, pada awal

pembelajaran siswa sedikit merasa kesulitan memahami dan mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan model Reciprocal Teaching hal ini

terlihat hanya 3 kelompok dari 6 kelompok yang mampu menjelaskan

materi didepan kelas, karena termasuk pembelajaran baru bagi mereka.

51

Hal ini bukan karena tidak menguasai materi tetapi siswa masih

kesulitan dalam menjelaskan materi didepan kelas, kemampuan

komunikasi siswa yang masih dalam tahap mencoba dan siswa juga

malu-malu untuk menjelaskan materi kemudian siswa kurang percaya

diri untuk menggungkapkan pendapatnya tentang materi pelajaran yang

akan dipresentasikan di depan kelas tetapi ketika proses belajar sudah

berlangsung semuanya berjalan dengan lancar. Hal ini sesuai dengan

pendapat Efendi, (2013) menyatakan bahwa Model Reciprocal

Teaching membutuhkan waktu yang lama, sangat sulit diterapkan jika

pengetahuan siswa tentang materi kurang, adakalanya siswa tidak

mampu akan semakin tidak suka dengan pembelajaran tersebut tidak

mungkin seluruh siswa akan mendapat giliran untuk menjadi guru

siswa.

Pada pertemuan kedua, yaitu mengenai materi stuktur sel. Jumlah

siswa yang hadir untuk kelas eksperimen 34 siswa. Siswa sudah mulai

terlihat tertarik dan berminat dalam belajar, siswa langsung memahami

teks materi yang telah diberikan guru sebelumnya. Sehingga siswa

mampu menganalisis dan mampu menjelaskan teks materi yang talah

diberikan. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa mengalami

peningkatan dari pada pertemuan pertama karena terlihat dari semua

kelompok mampu menjelaskan materi didepan kelas dan setiap

kelompok mampu melaksanakan tahap tersebut dengan baik. Siswa

sudah mulai berani untuk mengutarakan ide/pendapatnya dan mereka

52

tidak malu-malu lagi untuk memperesntasikan tugasnya didepan kelas,

siswa juga terlihat lebih aktif dalam proses pembelajaran karena mereka

merasa dilibatkan dalam belajar, dimana siswa lebih antusias untuk

mengungkapkan pendapat-pendapat mereka berdasarkan pengetahuan

yang mereka punya baik melalui teks bacaan materi, kemudian siswa

lebih percaya diri dalam mengungkapkan ide/pendapat tentang materi

pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Efendi, (2013)

menyatakan bahwa Model Reciprocal Teaching siswa belajar dengan

mengerti, karena belajar mengerti, maka siswa tidak mudah lupa, siswa

belajar dengan mandiri kemudian siswa termotivasi untuk belajar.

Pada akhir penelitian dilakukan tes akhir (post-test) Kemampuan

akhir siswa adalah dilaksanakan pada tanggal 02 September 2016.

Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 78,61 dengan nilai

terendah 34 dan nilai tertinggi 73. Selanjutnya dilakukan tes akhir pada

kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 70,09 memperoleh nilai

terendah 29 dan nilai tertinggi 72.

Nilai rata-rata hasil post-test kelas eksperimen lebih besar

dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil post-test kelas kontrol. Hasil

perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas yang telah dilakukan,

maka kedua kelas berdistribusi normal dan homogen sehingga uji

hipotesis yang digunakan adalah uji t. Hipotesis terbukti karena thitung

terletak pada daerah penolakan H0 dan diterima Ha yaitu thitung (3,13) >

ttabel (1,66). Dengan demikian rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi

53

dibandingan dengan rata-rata kelas kontrol, sehingga ada pengaruh

model Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas

XI IPA MA AL-Muhajirin Tugumulyo.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas

eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, terdapat perbedaan

nilai rata-rata antara kelas eksperimen dan kontrol ini dikarenakan pada

kelas eksperimen menggunakan model Reciprocal Teaching yang

membantu siswa untuk lebih aktif dalam belajar berkelompok dan

berdiskusi mengenai materi tentang struktur sel. Dimana ada

perwakilan dari kelompok untuk maju kedepan untuk menjadi seorang

guru siswa yang akan menjelaskan materi yang sudah disimpulkan dan

menyampaikan pertanyaan-pertanyaan untuk menstimulus siswa untuk

menyusun pertanyaan. Trianto (2011:97) menjelaskan dalam

mengawali pembelajaran (Reciprocal Teaching)

dilakukan dengan cara membaca satu paragraf suatu

bacaan. Kemudian menjelaskan dan mengajarkan bahwa

pada saat atau selesai membaca terdapat kegiatan-

kegiatan yang harus dilakukan yaitu:

a. Memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat diajukan dari apa yang telah dibaca berkenaan dengan wacana dan memastikan bisa menjawabnya

b. Membuat ikhtisar/rangkuman tentang informasi terpenting dalam wacana

c. Memprediksi/meramalkan apa yang mungkin akan dibahas selanjutnya

54

d. Mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari suatu bagian, selanjutnya memeriksa apakah kita bisa berhasil membuat hal-hal itu masuk akal.

Penelitian sebelumnya yang memperkuat hasil dari penelitian ini,

yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2014) yang

menyatakan bahwa Model Reciprocal Teaching mampu

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan

kemandirian belajar matematika siswa. Kemampuan

komunikasi matematis siswa yang mempergunakan

pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik dari pada

siswa yang menggunakan pembelajaran langsung, hal ini

bisa dilihat dari perbedaan nilai rata-rata 0,187 > 0,05.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Aprilia (2010)

yang menyimpulkan bahwa penerapan model Reciprocal

Teaching dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa

pada konsep protista. Hal ini dapat dilihat dari hasil

perhitungan uji t bahwa thitung (2,67) > ttabel (1,99) pada

derajat kebebasan (dk) = 78 dengan taraf signifikan 5%.

Selanjutnya penelitian Yudian (2015) yang

menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif

matematika siswa yang menggunakan model Reciprocal

Teaching lebih baik dari pada siswa yang menggunakan

55

pembelajan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai

uji perbedaan rata-rata yaitu skor post-test kelas

eksperimen sebesar 26,29 dan rata-rata skor post-tes

kelas kontrol sebesar 20,09.

Berdasarkan uraian tersebut maka model Reciprocal Teaching ini

dapat diterapkan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar di

kelas untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa.

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun penelitian ini terdapat banyak kendala atau kesulitan

yang ditemui peneliti dalam menerapkan model pembelajaran

Reciprocal Teaching terutama pada saat awal pelaksanaan dengan

penggunaan model pebelajaran Reciprocal Teaching. Siswa belum

terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran ini, sehingga

mereka banyak bertanya pada peneliti dan mereka juga belum tahu

bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran Reciprocal Teaching,

serta perlu penyesuaian bagi semua siswa. Keterbatasan atau

kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya:

1. Sedikitnya waktu yang tersedia dalam proses penelitian ini bila

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Kurangnya atau keterbatasan sarana dan prasarana dalam proses

penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching.

56

3. Peneliti dalam penelitian ini masih kurang mampu dalam

penguasaan kelas, serta mengatasi siswa yang masih banyak

bermain-main, dibandingkan dengan yang serius.

4. Membutuhkan kesabaran ketika berhadapan dengan para siswa

yang sedang diteliti.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti

menyimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan

model pembelajaran Reciprocal Teaching lebih tinggi dari pada kelas

57

kontrol yang menggunakan model konvensional. Kelas eksperimen

memperoleh nilai rata-rata tes akhir 78,61, sedangkan kelas kontrol

diperoleh nilai rata-rata tes akhir 70,09. Dengan hasil uji t 3,13 > ttabel 1,66

thitung (3,13) sedangkan ttabel (1,66) dengan kriteria jika thitung > ttabel maka H0

ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan Ada pengaruh model

pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar siswa pada

materi pokok Sel dikelas XI IPA MA AL-Muhajirin Tugumulyo.

B. Saran

Model pembelajaran Reciprocal Teaching perlu diterapkan pada

materi yang lain, untuk memotivasi siswa lebih aktif dan kreaktif

sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar.

1. Siswa sebagai pendorong siswa untuk dapat berinteraksi aktif dalam

proses pembelajaran, meningkatkan hasil belajar dan melatih siswa

untuk berfikir kritis, logis dan sisteatis sehingga siswa dapat

memahami materi yang akan diberikan.

2. Guru diharapkan dapat mengajar dengan menggunakan model

pembelajaran Reciprocal Teaching sebagai alternative dalam

meningkatkan hasil belajar Biologi siswa.

3. Sekolah MA AL-Muhajirin Tugumulyo sebagai bahan masukan

dalam rangka peningkatan mutu dan prestasi belajar.

4. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi Sel dalam waktu yang

relatif singkat, maka diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk

58

dapat melaksanakan penelitian pada materi yang lain dan dalam ruang

lingkup yang lebih luas serta dengan waktu yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teacing terhadap hasil belajar Biologi siswa. Skripsi. Lubuklinggau: Tidak diterbitkan.

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyanti dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Renika Cipta.

Dwi. 2014. Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Matemtika Siswa. Jurnal Pendidikan, 2 (1), 11-23.

Efendi. 2013. Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA. Jurnal Pedagogia, 2 (1), 84-97.

59

Efendi. 2013. Pengaruh Pembelajaran Reciprocal Teaching Dipadukan Think Pair Share Terhadap Peningkatan Kemampuan Metakognetif Belajar Biologi Siswa SMA Berkemampuan Akademik Berbeda di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Pendidikan, 3 (2), 87-131.

Hasanah, dkk., 2012. Pembelajaran Model Reciprocal Teaching Bernuansa Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis. Unnes Journal of Mathematics Education Research, 2 (1), 134-138.

Rahmayani. 2014. Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Unsika, 2 (1), 13-23.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Santi. 2010. Pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista. Jakarta: Tidak diterbitkan

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta

Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Sumiati. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2014/2015. Lubuklinggau: Tidak diterbitkan.

Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.

Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

60

Yudian. 2015. Pengaruh Model Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Lubuklinggau: Tidak diterbitkan.

61