23
LAPORAN PENDAHULUAN “ENSEFALITIS” STASE KEPERAWATAN ANAK DI RUANG ASTER RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO Disusun Oleh : Roro Wulandari, S.Kep G1B207020

189026714 LP Ensefalitis R Aster

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LP Ensefalitis R Aster

Citation preview

  • LAPORAN

    PENDAHULUAN

    ENSEFALITIS

    STASE KEPERAWATAN ANAK DI RUANG ASTER

    RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO

    Disusun Oleh :

    Roro Wulandari, S.Kep

    G1B207020

  • UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    PROGRAM PENDIDIKAN NERS

    PURWOKERTO

    2008

  • ENSEFALITIS

    A. Pengertian

    Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS (Central Nervus System) yang

    disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non purulent.

    B. Penyebab

    Penyebab ensefalitis terbanyak adalah virus; sering adalah herpes simplex, arbo

    virus; jarang adalah entero virus, mumps dan adeno virus; post infeksi adalah

    measles, influenza dan varisella; dan post vaksinasi adalah pertusis.

    Ensefalitis supuratif akut :

    Bakteri penyebab Ensefalitis adalah : Staphylococcusaureus, Streptokok,

    E.Coli, Mycobacterium dan T. Pallidum.

    Ensefalitis virus:

    Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (virus parotitis) virus morbili,

    virus rabies, virus rubella, virus denque, virus polio, cockscakie A, B, herpes

    zoster, varisela, herpes simpleks.

    C. Gejala

    Gejala-Gejala yang mungkin terjadi pada ensefalitis antara lain :

    1. Panas badan meningkat, photofobia, sakit kepala, muntah-muntah, lethargy,

    kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.

    2. Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai

    gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.

  • D. Patofisiologi

    Virus masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna setelah

    masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa

    cara:

    1. Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau

    organ tertentu.

    2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah. Kemudian

    menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.

    3. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput

    lendir dan menyebar melalui sistem saraf.

    Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,

    muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat. Gejala lain

    berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, kejang. Kadang-

    kadang disertai tanda neurologis tokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia,

    ataksia, paralisis syaraf otak.

  • E. Pathway

    Penyakit

    Campak

    Cacar AirHerpes

    Bronchopneumonia

    Virus/Bakteri masuk Jaringan Otak

    Pembentukan transudat & eksudat

    Peradangan Di Otak

    Edema

    Kerusakan saraf IXIritasi korteks cerebral area fokal seizure

    Kerusakan saraf IVReaksi kuman patogen

    Gangguan perfusi jaringan cerebral

    Sulit mengunyahSulit makan

    Resiko trauma Nyeri

    Peningkatan suhu tubuh

  • Deficit cairan hipovolemikGangguan pemenuhan nutrisi

    Kesadaran

    Stasis Cairan Tubuh Gangguan mobilitas fisik

    Gangguan persepsi sensori

    Penumpukan Sekret

    Bersihan jalan nafas tidak efektif

    F. Konsep Keperawatan

    1. Pengkajian

    a. Identitas

    Umur : dapat menyerang semua kelompok umur.

    Jenis Kelamin : tidak terdapat perbedaan.

    Status ekonomi : sering terjadi keadaan nutrisi yang buruk, karena faktor

    ekonomi.

    Lingkungan : Lingkungan tempat tinggal yang tidak memenuhi

    persyaratan kesehatan menunjang juga terjadinya penyakit ini.

    b. Riwayat keperawatan

    1) Keluhan utama

    Kejang-kejang dapat disertai dengan penurunan kesadaran,tanda-tanda

    peningkatan tekanan intrakranial (kaku kuduk).

    2) Riwayat penyakit sekarang

    Anak menjadi lesu atau terjadi kelemahan secara umum, nyeri

    ekstremitas, mudah terangsang/irritable, demam (39- 41C), nafsu

  • makan menurun, muntah-muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan,

    pucat, gelisah.

    3) Riwayat penyakit dahulu

    Anak pernah menderita penyakit yan disebabkan oleh virus, seperti virus

    influenza, varisella,adenovirus, coxsachie, echovirus atau parainfluenza,

    infeksi bakteri, parasit satu sel, cacing, fungus, riketsia.

    4) Riwayat penyakit keluarga

    Anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang dapat menular

    kepada anak.

    c. Riwayat tumbuh kembang

    Anak usia todler adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa

    yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 12-36 bulan.

    Pada usia ini anak mengeksplorasi secara giat tentang lingkungannya

    sepereti berusaha mengetahui bagaimana sersuatu bekerja, apa kata-kata dan

    bagaimana mengontrolnya dengan tuntunan, negativisme dan berkeras

    kepala. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan

    kepandaian dan pertumbuhan intelektual.

    1) Perkembangan biologis

    Rata-rata penambahan berat badan sekitar 1,8 2,7 kg atau

    kurang lebih 2,5 kg/tahun. Pada usia 2 tahun rata-rata BB 12 kg dan pada

    usia 2,5 tahun menjadi 4 kali berat badan waktu lahir. Penambahan TB

    juga melambat kurang lebih 7,5 cm/tahun.

    2) Perkembangan fungsi Mental/intelektual mulai lahir 2 tahun.

    Pada masa ini anak berkembang dari aktif refleks ke

    pengulangan tingkah laku sederhana, anak juga mulai merasakan

    penyebab sesuatu dan akibatnya. Keingintahuan anak besar dan

    memcoba memperoleh kesenangan. Dan mulai menyadari dirinya dan

    obyek yang menarik diluar dirinya. Pada tahap akhir dari masa ini

    kemampuan bahasa anak mulai berkembang.

    3) Perkembangan psikososial/emosional

    Bayi setelah lahir tidak berdaya terhadap lingkungannya,

    sehingga ia harus dibantu untuk mempertahankan hidupnya, seperti

  • sewaktu masih dalam kandungan dimana hidupnya secara teratur dan

    nyaman serta semua kebutuhannya dipenuhi.

    d. Pola-pola fungsi kesehatan

    1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

    Riwayat imunisasi yang telah diberikan

    2) Pola nutrisi dan metabolisme

    Terjadi perubahan dalam kebiasaan atau jenis makanan yang diberikan

    akibat dari kondisi penyakitnya.

    3) Pola eliminasi

    Terjadi perubahan dari karakteristik faeses dan urine (warna ,

    konsistensi, bau), dapat terjadi inkontinensia atau retensi dari urin atau

    alvi, nyeri tekan abdomen.

    4) Pola tidur dan istirahat

    Anak menjadi mudah terangsang/irritable, terjadi kejang spastik,

    penurunan kesadaran (apatis-koma).

    5) Pola aktivitas

    Dapat ditemukan gerakan-gerakan yang involunter, hipotonia,

    keterbatasan dalam rentang gerak, ataksia, kelumpuhan, masalah dalam

    hal berjalan atau keterbatsan akibat dari kondisi penyakitnya.

    6) Pola hubungan dan peran

    Terjadi perubahan status mental.

    7) Pola persepsi dan konsep diri

    Pada anak usia toddler tidak dapat diikuti.

    8) Pola sensori dan kognitif

    Pada anak usia toddler dengan keadaan terjadi penurunan tingkat

    kesadaran terjadi penurunan status mental, bisa terjadi letargi sampai

    kebingungan yang sangat berat hinggga koma, delusi atau

    halusinasi/psikosis organik.

    9) Pola reproduksi seksual

    10) Pola penanggulangan stress

    11) Pola tata nilai dan kepercayaan

  • DAFTAR PUSTAKA

    Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak. 1998, Pedoman diagnosis dan terapi, FK UNAIR, Surabaya.

    Ngastiyah. 1997, Perawatan anak sakit, EGC, Jakarta.

    Rahman, M. 1986, Petunjuk tentang penyakit, pemeriksaan fisik dan laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta.

    Sacharian, R. M. 1993, Prinsip keperawatan pediatrik, Edisi 2, EGC, Jakarta.

    Sutjinigsih. 1995, Tumbuh kembang anak, EGC, Jakarta.

  • Rencana Asuhan Keperawatan

    No.

    Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

    1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

    Tujuan :- Pasien kembali pada keadaan

    status neurologis sebelum sakit

    - Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

    Kriteria hasil :- Tanda-tanda vital dalam

    batas normal- Rasa sakit kepala berkurang- Kesadaran meningkat- Tidak ada atau hilangnya

    tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.

    - Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal

    - Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS

    - Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik

    - Monitor intake dan output

    - Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat menyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak

    - Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut

    - Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuatif. Kegagalan autoregulasi akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.

    - Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadar serta

  • - Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.

    - Kolaborasi : Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.

    - Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen

    - Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika.

    nausea yang menurunkan intake per oral

    - Aktifitas muntah atau batuk dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava

    - Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral

    - Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral

    - Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler, menurunkan edema serebri dan menurunkan metabolik sel/konsumsi dan kejang.

    2. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak

    Tujuan :- Pasien terlihat rasa sakitnya

    berkurang / rasa sakit terkontrol

    Kriteria evaluasi :

    - Independent : Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang

    - Menurunkan reaksi terhadap rangsangan ekternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan pasien untuk beristirahat

  • - Pasien dapat tidur dengan tenang

    - Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.

    - Kompres dingin (es) pada kepala dan kain dingin pada mata

    - Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati

    - Kolaborasi : Berikan obat analgesik

    - Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah otak

    - Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan rasa sakit/discomfort

    - Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit. Catatan : Narkotika merupakan kontraindikasi karena berdampak pada status neurologis sehingga sukar untuk dikaji.

    3. Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran

    Tujuan:- Pasien bebas dari injuri yang

    disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran

    - Independent : Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya

    - Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat suction selalu berada dekat pasien.

    - Pertahankan bedrest total selama fase akut

    - Kolaborasi : Berikan terapi sesuai advis dokter seperti;

    - Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.

    - Melindungi pasien bila kejang terjadi

    - Mengurangi resiko jatuh/terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia terjadi

    - Untuk mencegah atau mengurangi kejang. Catatan :

  • diazepam, phenobarbital, dll. phenobarbital dapat menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi.

    4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskulaer, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif

    Tujuan :- Tidak terjadi kontraktur,

    footdrop, gangguan integritas kulit, fungsi bowell dan bladder optimal serta peningkatan kemampuan fisik

    - Independen : Review kemampuan fisik dan kerusakan yang terjadi

    - Kaji tingkat imobilisasi, gunakan skala ketergantungan dari 0 4

    - Berikan perubahan posisi yang teratur pada klien

    - Pertahankan body aligment adekuat, berikan latihan ROM pasif jika klien sudah bebas panas dan kejang

    - Berikan perawatan kulit secara adekuat, lakukan masasse, ganti pakaian klien dengan bahan linen dan pertahankan tempat tidur dalam keadaan kering

    - Mengidentifikasi kerusakan fungsi dan menentukan pilihan intervensi

    - Kemungkinan tingkat ketergantungan (0) hanya memerlukan bantuan minimal (1) Memerlukan bantuan moderate (3) Memerlukan bantuan komplit dari perawat (4) Klien yang memerlukan pengawasan khusus karena resiko injury yang tinggi

    - Perubahan posisi teratur dapat mendistribusikan berat badan secara meneyluruh dan memfasilitasi peredaran darah serta mencegah dekubitus

    - Mencegah terjadinya kontraktur atau foot drop serta dapat mempercepat pengembalian fungsi tubuh nantinya

    - Memfasilitasi sirkulasi dan mencegah gangguan integritas kulit

  • - Berikan perawatan mata, bersihkan mata dan tutup dengan kapas yang basah sesekali

    - Kaji adanya nyeri, kemerahan, bengkak pada area kulit

    - Melindungi mata dari kerusakan akibat terbukanya mata terus menerus

    - Indikasi adanya kerusakan kulit

    5. Kerusakan sensori persepsi berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensori, transmisi sensori dan integrasi sensori

    Tujuan :- Kesadaran klien dan persepsi

    sensori membaik

    - Evaluasi secara teratur perubahan orientasi klien, kemampuan bicara, keadaan emosi serta proses berpikir klien

    - Kaji kemampuan menterjemahkan rangsang sensori misalnya : respon terhadap sentuhan, panas atau dingin, serta kesadaran terhadap pergerakan tubuh.

    - Batasi suara-suara bising serta pertahankan lingkungan yang tenang

    - Tetap bicara dengan klien dengan suara yang tenang, gunakan kata-kata yang sederhana dan singkat serta pertahankan kontak mata

    - Kerusakan area otak akan menyebabkan klien mengalami gangguan persepsi sensori. Sejalan dengan proses peneymbuhan, lesi area otak akan mulai membaik sehingga perlu dievaluasi kemajuan klien

    - Informasi tersebut penting untuk menentukan tindak lanjut bagi klien

    - Menurunkan kecemasan, dan mencegah kebingungan pada klien akibat rangsang sensori berlebihan

    - Rangsang sensori tetap diberikan pada klien walaupun dalam keadaan tidak sadar untuk memacu kemampuan sensori persepsi klien

    - Untuk dapat memberikan

  • - Kolaborasi : Rujuk ke ahli fisioterapi atau okupasi

    penanganan menyeluruh pada klien

    6. Ketidakseimbangan

    nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh

    berhubungan

    dengan

    ketidakmampuan

    pemasukan b.d

    faktor biologis.

    Tujuan :Status nutrisi: intake makanan, gizi dan cairan.

    Kriteria hasil :- BB normal sesuai umur dan

    tinggi badan- Mengkonsumsi nutrisi yang

    adekuat- Tidak menunjukkan tanda

    mal nutrisi

    Managemen nutrisi- Kolaborasi dengan ahli gizi

    tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan

    - Tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c

    - Anjurkan untuk makan TKTP dan tingkatkan minum sesuai kebutuhan

    - Monitor intake nutrisi dan kalori

    Nutritional terapi- Kaji kebutuhan untuk

    pemasangan NGT- Berikan makanan melalui NGT

    k/p- Berikan lingkungan yang

    nyaman dan tenang untuk mendukung makan

    - Berikan makanana sedikit-sedikit tetapi sering

    - Monitor penurunan dan peningkatan BB

    - Kaji rasa mual dan muntah- Monitor kelemahan, fatigue- Monitor intake kalori dan gizi- Kaji kemampuan klien dalam

    menelan, batuk dan adanya

    - Membuat klien merasa aman sehingga asupan dapat dipertahankan

    - Untuk mengevaluasi efektifitas dari asupan makanan

    - Faktor-faktor tersebut menentukan kemampuan

  • sekret- Auskultasi bowel sounds, amati

    penurunan atau hiperaktivitas suara bowell

    menelan klien dan klien harus dilindungi dari resiko aspirasi

    - Fungsi gastro intestinal tergantung pula pada kerusakan otak, bowell sounds menentukan respon feeding atau terjadinya komplikasi misalnya illeus

    7. Resiko infeksi b/d daya tahan tubuh bekurang.

    -

    NOC : Immune Status Risk control

    Kriteria Hasil : Klien bebas dari tanda dan

    gejala infeksi Menunjukkan kemampuan

    untuk mencegah timbulnya infeksi

    Jumlah leukosit dalam batas normal

    Menunjukkan perilaku hidup sehat

    NIC :Infection Control (Kontrol infeksi) Bersihkan lingkungan setelah

    dipakai pasien lain Pertahankan teknik isolasi Batasi pengunjung bila perlu Instruksikan pada pengunjung

    untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

    Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

    Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan

    Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

    Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

    Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai

  • dengan petunjuk umum Gunakan kateter intermiten

    untuk menurunkan infeksi kandung kencing

    Tingktkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila

    perlu

    Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) Monitor tanda dan gejala

    infeksi sistemik dan lokal Monitor hitung granulosit,

    WBC Monitor kerentanan terhadap

    infeksi Batasi pengunjung Saring pengunjung terhadap

    penyakit menular Partahankan teknik aspesis

    pada pasien yang beresiko Pertahankan teknik isolasi k/p Berikan perawatan kuliat pada

    area epidema Inspeksi kulit dan membran

    mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase

    Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

    Dorong masukkan nutrisi yang

  • cukup Dorong masukan cairan Dorong istirahat Instruksikan pasien untuk

    minum antibiotik sesuai resep Ajarkan pasien dan keluarga

    tanda dan gejala infeksi Ajarkan cara menghindari

    infeksi Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif

    8. Hipertermi b/d proses infeksi

    NOC : ThermoregulationKriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang

    normal Nadi dan RR dalam

    rentang normal Tidak ada perubahan

    warna kulit dan tidak ada pusing

    NIC :Fever treatment Monitor suhu sesering

    mungkin Monitor IWL Monitor warna dan suhu kulit Monitor tekanan darah, nadi

    dan RR Monitor penurunan tingkat

    kesadaran Monitor WBC, Hb, dan Hct Monitor intake dan output Berikan anti piretik Berikan pengobatan untuk

    mengatasi penyebab demam Selimuti pasien Lakukan tapid sponge Berikan cairan intravena

  • Kompres pasien pada lipat paha dan aksila

    Tingkatkan sirkulasi udara Berikan pengobatan untuk

    mencegah terjadinya menggigil

    Temperature regulationMonitor suhu minimal tiap 2

    jamRencanakan monitoring suhu

    secara kontinyuMonitor TD, nadi, dan RRMonitor warna dan suhu kulitMonitor tanda-tanda hipertermi

    dan hipotermi Tingkatkan intake cairan dan

    nutrisi Selimuti pasien untuk

    mencegah hilangnya kehangatan tubuh

    Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas

    Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan

    Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan

  • penanganan emergency yang diperlukan

    Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan

    Berikan anti piretik jika perlu

    Vital sign Monitoring Monitor TD, nadi, suhu, dan

    RR Catat adanya fluktuasi tekanan

    darah Monitor VS saat pasien

    berbaring, duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua

    lengan dan bandingkan Monitor TD, nadi, RR,

    sebelum, selama, dan setelah aktivitas

    Monitor kualitas dari nadi Monitor frekuensi dan irama

    pernapasan Monitor suara paru Monitor pola pernapasan

    abnormal Monitor suhu, warna, dan

    kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad

    (tekanan nadi yang melebar,

  • bradikardi, peningkatan sistolik)

    Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

    9. Bersihan jalan

    napas tidak efektif

    b.d sekresi di

    bronchus

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan 3x24 jam,

    diharapkan:

    Status pernafasan: Ventilasi

    dengan indikator :

    1. Frekuensi pernafasan dbn (5)

    2. Irama nafas sesuai yang

    diharapkan (5)

    3. Bernafas mudah (5)

    4. Pengeluaran sputumpada

    jalan nafas (5)

    5. Tidak suara nafas tambahan

    (5)

    6. Tidak ada dispnea saat

    istirahat (5)

    7. Auskultasi suara nafas sesuai

    yang diharapkan (5)

    Status pernafasan: Kepatenan

    1. Airway management :

    a. Kaji /pantau frekuensi

    pernafasan, catat rasio

    inspirasi/ekspirasi.

    b. Auskultasi suara nafas, catat

    adanya suara tambahan

    c. Posisikan pasien untuk

    memaksimalkan ventilasi

    d. Keluarkan sekret dengan batuk

    atau suction

    e. Berika bronkodilator bial perlu

    - Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat

    ditemukan pada penerimaan

    atau selama stress/ adanya

    proses infeksi akut.

    - Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi

    jalan nafas dan dapat/tidak

    dimanifestasikan adanya nafas

    advertisius.

    - Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan

    dengan menggunakan gravitasi.

    - Batuk dapat mengeluarkan secret yang ada di dalam

    bronchus

    - Merelaksasikan otot halus dan

  • Jalan Nafas dengan

    indikator :

    1. Tidak ada tercekik (5)

    2. Frekuensi pernafasan sesuai

    yang diharapkan (5)

    3. Pengeluaran sputum pada

    jalan nafas (5)

    Bebas dari suara nafas tambahan (5)

    2. Peningkatan batuk

    a. Monitor pernafasan

    b. Bantu pasien untuk meninggikan kepala tempat

    tidur, duduk pada sandaran

    tempat tidur

    c. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah.

    Bantu tindakan untuk

    keefektipan memperbaiki

    upaya batuk.

    d. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.

    menurunkan spasme jalan nafas,

    mengi, dan produksi mukosa.

    - Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat

    ditemukan pada penerimaan

    atau selama stress/ adanya

    proses infeksi akut.

    - Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan

    dengan menggunakan gravitasi.

    - Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya

    pada klien lansia, sakit

    akut/kelemahan.

    - Rasional : dapat meningkatkan/ banyaknya sputum dimana

    gangguan ventilasi dan

    ditambah ketidak nyaman upaya

  • bernafas.

    ENSEFALITISSTASE KEPERAWATAN ANAK DI RUANG ASTERRSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTORoro Wulandari, S.KepG1B207020

    PROGRAM PENDIDIKAN NERSPenyakitCampakVirus/Bakteri masuk Jaringan Otak

    Peradangan Di OtakEdema