47
TEKNOLOGI ALTERNATIF PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUKSI BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI DAERAH ENDEMIK DESA PATAS, KECAMATAN GEROKGAK, BULELENG, BALI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN BIDANG KEGIATAN: PKM – GT Diusulkan oleh: 1. Carles Sugara (0810810032) Angkatan 2008 2. Rahmat Sandi Raharja (0810810058) Angkatan 2008 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 200 9

17515261 Karya Tulis Ilmiah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

TEKNOLOGI ALTERNATIF PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA

UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUKSI BUDIDAYA RUMPUT

LAUT (Eucheuma cottonii) DI DAERAH ENDEMIK DESA PATAS,

KECAMATAN GEROKGAK, BULELENG, BALI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

BIDANG KEGIATAN:

PKM – GT

Diusulkan oleh:

1. Carles Sugara (0810810032) Angkatan 2008

2. Rahmat Sandi Raharja (0810810058) Angkatan 2008

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2009

i

Page 2: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

TEKNOLOGI ALTERNATIF PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA

UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUKSI BUDIDAYA RUMPUT

LAUT (Eucheuma cottonii) DI DAERAH ENDEMIK DESA PATAS,

KECAMATAN GEROKGAK, BULELENG, BALI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

BIDANG KEGIATAN:

PKM – GT

Diusulkan oleh:

1. Carles Sugara (0810810032) Angkatan 2008

2. Rahmat Sandi Raharja (0810810058) Angkatan 2008

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2009

i

Page 3: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : TEKNOLOGI ALTERNATIF PEMANFAATAN

LIMBAH AIR KELAPA DALAM PENINGKATAN

KUALITAS BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma

cottonii) DI DAERAH ENDEMIK DESA PATAS,

KECAMATAN GEROKGAK, BULELENG, BALI.

2. Bidang Kegiatan : PKM – GT

3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Carles Sugara

b. NIM : 0810810032

c. Jurusan : Manajemen Sumber Daya Perairan

d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Brawijaya

e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Kertoasri No. 27, Malang

f. Alamat email : geboon _ t o k @ y a hoo.c o m

4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 1 orang

5. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Uun Yanuhar, S.Pi,M.Si.

b. NIP : 132 302 147

c. Alamat Rumah dan No. Telp/Hp : Villa Bukit Sengkaling

Menyetujui

Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa Ketua Pelaksana Kegiatan

Ir. Muhammad Musa, MS. Carles Sugara NIP. 131 471 522 NIM. 0810810032

Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping

Ir. A inurrasj i d , MS. Dr. U un Yanuhar S .Pi , M. S i NIP. 130 935 076 NIP. 132 302 147

ii

Page 4: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

KATA PENGANTAR

Hanya milik Tuhan Semesta Alam lautan, ilmu dan dengan kemurahan-

Nya kita mendapatkan limpahan ilmu milik-Nya untuk mengolah sebagian

kekayaan yang diberikan kepada kita. Sungguh sayang, jika kekayaan yang telah

dibentangkan di hadapan kita tidak dimanfaatkan dengan optimal.

Perairan sebagai media tumbuh senantiasa memberikan cukup nutrien

bagi tanaman. Pandangan tersebut memang benar, tetapi dalam peningkatan

kualitas produksi tidak cukup mengandalkan linkungan. Teknik budidaya

interfensi manusia pada lingkungan hidup tanaman terbukti menciptakan hasil-

hasil produksi yang jauh dua kali lipat lebih besar dalam waktu yang singkat.

Indonesia merupakan salah satu Negara tropika yang terkenal dengan

kelapa yang berlimpah, bahkan menjadi pengekspor terbesar. Kelapa sangat

banyak manfaatnya dimulai dari daun, batang, buah, akar, dan bunga kelapa.

Penggunaan median air kelapa karena air kelapa merupakan penghasil hormon

pertumbuhan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

mendukung penyusunan karya tulis ini yaitu Ibu Dr. Uun Yanuhar S.Pi,Msi selaku

dosen pendamping PKM – GT, Bapak Ngurah Permana atas segala dukungan dan

motivasinya, semua teman-teman yang menemani dan mendukung penulisan

karya tulis ilmiah ini dan semua pihak yang terkait dengan kegiatan penyusunan

karya tulis ilmiah hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca.

Malang, Maret 2009

Penulis

iii

Page 5: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

RINGKASAN ....................................................................................................... v

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 2

1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................. 2

1.4 Gagasan Kreatif ................................................................................... 3

II. TELAAH PUSTAKA

2.1 Kelapa ................................................................................................. 4

2.2 Rumput Laut E. cottonii ....................................................................... 5

2.3 Pendapat Tentang Air Kelapa Masalah Terdahulu ............................. 8

III METODE PENULISAN PROGRAM

3.1 Studi Literatur ...................................................................................... 10

3.2 Prosedur pengumpulan data ................................................................. 10

3.3 Metode analisa dan pemecahan masalah dengan cara: ........................ 10

IV. ANALISA DAN SINTESIS

4.1 Analisa Permasalahan .......................................................................... 11

4.2 Sintesis Permasalahan .......................................................................... 14

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 16

5.2 Saran ..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

iv

Page 6: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

RINGKASAN KARYA TULIS

Kegiatan budidaya rumput laut di Indonesia pada dasarnya digalakan secara

ekstensif, namun berkembang dengan kemajuan sains dan teknologi, budidaya

rumput laut dibudidayakan secara intensif dan hal ini dapat dilihat dari keadaan

alamnya banyak perairan pantai maupun karang yang sangat potensial untuk

budidaya rumput laut. Rumput laut memeiliki nilai ekonomis tinggi bagi

masyarakat pesisir. Nilai ekonomis dikarenakan rumput laut mampu

menghasilkan keragenan dan agar yang bisa dimanfaatkan secara pangan dan non

pangan.

Kelapa adalah satu tumbuhan endemik yang hidup di daerah tropis, terutama

Indonesia. Kelapa merupakan komoditas ekspor yang juga diandalkan karena

memiliki banyak manfaat., dimulai dari batang, daun, dan buah (daging dan air).

Penggunaan kelapa pada masa sekarang sudah tidak optimal lagi dikalangan

masyarakat maupun industri. Air kelapa salah satu limbah dari industri kopra dan

pengolahan minyak berskala rumah tangga, padahal air kelapa mengandung

beberapa hormon pertumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan tanaman.

Dengan dasar itulah penulis ingin menyampaikan informasi mengenai

pemanfaatan limbah air kelapa.

Morel (1974) mengatakan bahwa hormon yang terkandung dalam air kelapa

ada tiga antara lain sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin. Sitokinin

dapat memacu terjadinya organogenesis yang dapat mempercepat pertumbuhan

daun (Abidin, 1998). Selain berfungsi sebagai diferensiasi tunas adventif dan

organ, juga berfungsi dalam sintesis protein dan pembelahan sel. Dengan adanya

sitokinin maka bobot basah tanaman semakin bertambah. Hormon auksin

berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta

pertumbuhan aksis longitudinal dan juga untuk merangsang pertumbuhan akar

pada stekan atau cangkokan. Giberelin atau sering disebut asam giberelat (GA)

merupakan hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari

v

Page 7: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

Gibberella fujikuroi, aplikasi untuk memicu munculnya bunga. Penelitian

Murniati dan Zuhri (2002) mengungkapkan bahwa giberelin mampu mempercepat

pertumbuhan biji kopi. Giberelin merupakan senyawa organik yang berperan

dalam proses perkecambahan karena dapat mengaktifkan reaksi enzimatik di

dalam benih ( Wilkins, 1989).

Penulisan karya tulis ilmiah ini berawal dari studi literatur yang membahas

tentang bidang yang berhubungan dengan tujuan ditulisnya karya ilmiah ini. Studi

literatur ini didapatkan dari buku-buku, jurnal ilmiah, majalah, koran, internet, dan

sebagainya.

Dalam peningkatan pendapatan guna memperbaiki taraf hidup masyarakat

yang berada di desa Patas yang merupakan kawasan endemik yang daerah

pesisirnya baik untuk kawasan budidaya rumput laut terutama Eucheuma cottonii.

Budidaya rumput laut tidak hanya mengandalkan sistem budidaya secara alami

melainkan kita harus menciptakan suatu teknologi yang bisa meningkatkan hasil

produksi yang optimal. Salah satu pemanfaatannya adalah penggunaan media air

kelapa sebagai penghasil hormon tumbuh alami yang terdiri dari sitokinin, auksin

dan giberelin. Penggunaan media air kelapa dalam peningkatan kualitas produksi

budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii diharapkan hasil yang didapat bisa

jauh lebih besar. Berbagai literatur mengatakan bahwa air kelapa dapat

mempercepat pertumbuhan tunas, akar, daun, dan batang dari berbagai tanaman,

apabila diaplikasikan ke rumput laut kemungkinan air kelapa berpengaruh

terhadap pertumbuhan rumput laut terutama jenis E. cottonii. Berpengaruhnya air

kelapa sebagai hormon tumbuh alami terhadap rumput laut maka dapat

meningkatkan produksi budidaya rumput laut daerah pesisir pantai desa Patas

sehingga masyarakat setempat mendapat pendapatan yang lebih baik.

vi

Page 8: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan budidaya rumput laut di Indonesia pada awalnya digalakan

secara ekstensif, namun dinamika ini terus berkembang sejalan kemajuan sains

dan teknologi kini rumput laut dibudidayakan secara intensif, karena keadaan

alamnya yang merupakan perairan pantai maupun karangnya yang sangat

potensial untuk budidaya rumput laut. Rumput laut (sea weed) mempunyai nilai

ekonomis dan sosial yang tinggi bagi masyarakat pesisir. Nilai ekonomis tersebut

dikarenakan rumput laut mampu menghasilkan karaginan, agar dan alginat.

Potensi rumput laut ini tersebar di seluruh perairan Indonesia kurang lebih 2 juta

Ha yang dapat dimanfaatkan secara efektif untuk budidaya (Majalah Trobos,

2008).

Kelapa merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat

mulai dari daun, batang, dan buah (daging dan air) dan kelapa adalah salah satu

komoditas ekspor Indonesia. Pemanfaatan kelapa dikalangan masyarakat sudah

mulai berkurang. Salah satu bagian yang tidak dimanfaatkan secara optimal

adalah airnya, misalnya dalam pengolahan minyak kelapa skala rumah tangga,

sekarang air kelapa tersebut sudah tidak dimanfaatkan dengan baik, padahal air

kelapa mengandung beberapa hormon pertumbuhan yang dapat memacu

pertumbuhan tanaman.

Hormon yang terkandung dalam air kelapa yaitu sitokinin, auksin dan

giberelin, yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tanaman. Auksin

berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan,

sedangkan sitokinin adalah hormon turunan dari adenin yang berfungsi untuk

pembelahan sel dan diferesiansi mitosis, disintesis pada ujung akar dan translokasi

pada pembuluh xilem. Giberelin merupakan hormon tumbuh alami pada tanaman

yang bersifat sintesis dan berperan mempercepat perkecambahan. Besar

kemungkinan air kelapa juga mampu menjadi hormon pertumbuhan bagi E.

cottoni dan hal ini sangat penting untuk dibuktikan secara ilmiah.

Page 9: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

1.2 Perumusan Masalah

Pengguanaan media air kelapa ini didasarkan pada pemanfaatan kelapa yang

kurang optimal dikalangan masyarakat, misalnya pada industri kopra, pasar

tradisional dan pengolahan minyak skala rumah tangga. Hal ini disebabkan karena

kurangnya pemahaman dari kalangan masyarakat tentang manfaat dari kelapa.

Banyaknya limbah kelapa yang tidak dimanfaatkan maka dari itu perlu adanya

teknologi dalam pemanfaatan limbah tersebut.

Rumusan dalam penulisan ilmiah ini meliputi:

1. Bagaimanakah teknologi pemanfaatan limbah air kelapa yang banyak

terdapat di pasar tradisional dan pengelola kopra dalam peningkatan

produksi rumput laut E. cottonii yang berada di desa Patas Kecamatan

Gerokgak yang tidak dimanfaatkan dengan optimal ?

2. Apakah dengan teknologi pemanfaatan limbah air kelapa terhadap

pertumbuhan rumput laut E. cottonii bisa meningkatkan taraf hidup

masyarakat di desa Patas terutama masyarakat yang berada di daerah

pesisir ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan

1) Pemanfaatan limbah air kelapa yang tidak dimanfaatkan secara optimal

oleh industri kopra, pengolahan minyak di pasar tradisional serta

mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap budidaya rumput laut E.

cottonii di desa Patas.

2) Upaya peningkatan produksi budidaya rumput laut E. cottonii dalam

meningkatkan tarah hidup terutama masyarakat pesisir di desa Patas.

Manfaat

1) Meningkatkan manfaat limbah air kelapa yang dalam pemanfaatanya

kurang optimal pada industri kopra dan pengolahan minyak.

2) Peningkatan pendapatan masyarakat dalam upaya mensejahterakan

masyarakat pesisir desa Patas.

2

Page 10: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

1.4 Gagasan Kreatif

Penggunaan media air kelapa dapat dilakukan terhadap semua jenis

tumbuhan (Bey, Y. dan dkk, 2005). Penggunaan media air kelapa untuk tanaman-

tanaman yang hidup di perairan laut sebagai media tumbuh dipandang senantiasa

memberikan cukup nutrien bagi pertumbuhan tanaman, dalam rangka

meningkatkan kualitas produksi tidak cukup hanya mengandalkan lingkungan

yang bersifat alami akan tetapi teknik budidaya dengan memanfaatkan limbah air

kelapa untuk mnengoptimalkan produksi budidaya rumput laut sekaligus untuk

meningkatkan taraf hidup petani di desa Patas yang menjadi pokok bahasan yang

menarik untuk dipecahkan.

3

Page 11: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

II. TELAAH PUSTAKA

2.1 Kelapa

Kelapa adalah salah satu jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae. Kelapa

adalah satu-satunya spesies dalam genus Cocos, dan pohonnya mencapai

ketinggian 30 m. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah pohon ini yang berkulit

keras dan berdaging warna putih.

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Cocos

Jenis : Cocos nucifera

Kelapa merupakan tanaman endemik yang sebagian besar ada di daerah di

Indonesia, yang sangat mudah tumbuh dalam keadaan apapun. Manfaat kelapa

sangat banyak sekali mulai dari buah, batang, daun, dan akarnya. Kelapa sekarang

banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, sebab kelapa memiliki nilai ekonomis

yang lumayan tinggi. Beberapa manfaat yang dapat diambil dari pohon kelapa

yakni, daun kelapa dalam masyarakat Bali sangat bermanfaat karena daun kelapa

yang masih muda dapat digunakan dalam upacara keagamaan, misalnya dalam

pembuatan banten yang merupakan simbol terima kasih kepada Tuhan. Batang

kelapa juga memiliki manfaat yang ekonomis yakni sebagai bahan bangunan yang

biasanya digunakan dalam pembuatan rumah. Buah kelapa memiliki banyak

manfaat mulai dari daging, tempurung, dan airnya. Daging buah kelapa sudah

banyak dimanfaatkan sebagai produksi kopra yang sudah marak di kalangan

masyarakat sekarang.

Air kelapa mengandung antioksidan dan hormon pertumbuhan. Antioksidan

adalah penahan radikal bebas bagi tubuh. Antioksidan ini akan menghentikan

reaksi berantai radikal bebas dalam tubuh bergantung pada jenis antioksidannya.

4

Page 12: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

Beberapa hormon yang terkandung dalam air kelapa yaitu auksin, sitokinin, dan

giberelin. Hormon tersebut dapat berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan

tanaman, seperti auksin berfungsi sebagai pembesaran sel, sintesis kromosom,

serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang

pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Hormon sitokinin merupakan

hormon turunan dari adenin yang berfungsi dalam hal pembelahan sel dan

diferesiansi mitosis, disintesis pada ujung akar dan translokasi pada pembuluh

xilem. Giberelin merupakan hormon tumbuh alami pada tanaman yang bersifat

sintesis dan berperan mempercepat perkecambahan.

2.2 Rumput Laut E. cottonii

Wilayah sebaran rumput laut yang tumbuh alami (wild stock) hampir

terdapat di seluruh perairan dangkal laut Indonesia yang mempunyai rataan

terumbu karang. Lokasi budidaya E. cottoni tersebar di perairan pantai di

beberapa pulau yakni di kepulauan Riau, Bangka-Belitung, Lampung selatan,

Pulau Panjang, Pulau seribu, Nusa Dua, Nusa Lembongan, Nusa Penida, Lombok

dan masih banyak pulau – pulau yang membudidayakan E. cottonii (Anggadiredja

et al, 2009).

Berdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut dikelompokkan menjadi 4

kelas yaitu : Rhodophyceae (ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang cokelat),

Chlorophyceae (ganggang hijau), Cyanophyceae (ganggang biru hijau). Beberapa

jenis rumput yang bernilai ekonomi sejak dulu sudah diperdagangkan yaitu

Eucheuma sp., Hynea sp., Gracillaria sp., dan Gelidium sp., dari kelas

Rhodophyceae serta Sargassum sp., dari kelas Phaeophyceae.

Sejak tahun 1986 sampai sekarang jenis rumput laut yang banyak

dibudidayakan di Kepualauan Seribu adalah jenis E. cottonii. Rumput laut jenis E.

cottonii ini juga dikenal dengan nama Kappaphycus alvarezii.

5

Page 13: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

Dawes dalam Kadi dan Atmadja (1988) menjelaskan bahwa secara taksonomi

rumput laut jenis Eucheuma dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Solieriaceae

Genus : Eucheuma

Jenis : Eucheuma cottonii

Genus Eucheuma merupakan istilah populer di bidang niaga untuk jenis

rumput laut penghasil karaginan. Nama istilah ini resmi bagi spesies Eucheuma

yang ditentukan berdasarkan kajian filogenetis dan tipe karaginan yang

terkandung di dalamnya. Jenis Eucheuma ini juga dikenal dengan Kappaphycus

(Doty, 1987 dalam Yusron, 2005). Ciri-ciri E. cottonii adalah thallus dan cabang-

cabangnya berbentuk silindris atau pipih, percabangannya tidak teratur dan kasar

(sehingga merupakan lingkaran) karena ditumbuhi oleh nodulla atau spine untuk

melindungi gametan. Ujungnya runcing atau tumpul berwarna coklat ungu atau

hijau kuning. Spina E. cottonii tidak teratur menutupi thallus dan cabang-

cabangnya. Permukaan licin, cartilaginous, warna hijau, hijau kuning, abau-abu

atau merah. Penampakan thallus bervariasi dari bentuk sederhana sampai

kompleks (Ditjenkan Budidaya, 2004).

Penanaman rumput laut Eucheuma sp. dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa metode. Ada tiga metode yang sudah dikenal masyarakat.

1) Metode Dasar (bottom method)

Penanaman dengan metode ini dilakukan dengan mengikat bibit tanaman

yang telah dipotong pada karang atau balok semen kemudian disebar pada dasar

perairan. Metode dasar merupakan metode pembudidayaan rumput laut dengan

menggunakan bibit dengan berat tertentu.

2) Metode Lepas Dasar (off-bottom method)

Metode ini dapat dilakukan pada dasar perairan yang terdiri dari pasir

sehingga mudah untuk menancapkan patok/pancang. Metode ini sulit dilakukan

pada dasar perairan yang berkarang. Bibit diikat dengan tali rafia yang kemudian

6

Page 14: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

diikatkan pada tali plastik yang direntangkan pada pokok kayu atau bambu. Jarak

antara dasar perairan dengan bibit yang akan dilakukan berkisar antara 20-30 cm.

Bibit yang akan ditanam berukuran 100-150 gram, dengan jarak tanam 20-25 cm.

Penanaman dapat pula dilakukan dengan jaring yang berukuran yang berukuran

2,5x5 m2 dengan lebar mata 25-30 cm dan direntangkan pada patok kemudian

bibit rumput laut diikatkan pada simpul-simpulnya.

3) Metode Apung (floating method)/ Longline

Metode ini cocok untuk perairan dengan dasar perairan yang berkarang

dan pergerakan airnya di dominasi oleh ombak. Penanaman menggunakan rakit -

rakit dari bambu sedang dengan ukuran tiap rakit bervariasi tergantung dari

ketersediaan material, tetapi umumnya ukuran yang digunakan 2,5 x 5 m untuk

memudahkan pemeliharaan, pada dasarnya metode ini sama dengan metode lepas

dasar hanya posisi tanaman terapung dipermukaan mengikuti gerakan pasang

surut yang befungsi mempertahankan rakit, agar tidak hanyut digunakan pemberat

dari batu atau jangkar. Penghematan area dapat dilakukan dengan, beberapa rakit

dapat dijadikan menjadi satu dan tiap rakit diberi jarak 1 meter untuk

memudahkan dalam pemeliharaan. Bibit diikatkan pada tali plastik dan atau pada

masing-masing simpul jaring yang telah direntangkan pada rakit tersebut dengan

ukuran berkisar antara 100-150 gram.

Zatnika Achmad, dkk 2009, mengatakan bibit yang akan ditanam harus

berkualitas baik agar tanaman dapat tumbuh sehat. Oleh karena itu, perlu

dilakukannya pemilihan bibit tersebut yakni dengan kriteria sebagai berikut:

1) Bibit yang digunakan merupakan thallus muda yang bercabang banyak,

rimbun, dan berujung runcing.

2) Bibit tanaman harus sehat dan tidak terdapat bercak, luka, atu terkelupas

sebagai akibat terserang penyakit ice – ice atau terkena bahan cemaran,

seperti minyak buangan dari industri maupun buangan dari kapal – kapal.

3) Bibit rumput laut harus terlihat cerah dan segar yaitu coklat cerah dan

hijau cerah terutama jenis Eucheuma sp.

4) Bibit harus seragam dan tidak boleh tercampur dengan jenis lain.

5) Berat awal diupayakan seragam, sekitar 100 gr per ikatan/ rumpun.

7

Page 15: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

Sudradjat, 2008, menjelaskan bahwa waktu yang diperlukan oleh tanaman

dalam mencapai tingkat kadungan bahan utama maksimal merupakan patokan

dalam menentukan waktu panen. Rumput laut jenis E. cottonii memiliki

kandungan keragenan yang optimal setelah mencapai pemeliharaan selama 45

hari, pemanenan rumput laut sebaiknya dilakukan setelah 45 hari. Panen rumput

laut untuk bibit dapat dilakukan umur tanaman berkisar 23 – 25 hari. Panen

sebaiknya dilakukan pada cuaca yang cerah agar kualitas rumput laut yang

dihasilkan akan terjamin. Panen dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni secara

selektif atau parsial dan secara keseluruhan.

Panen secara selektif dilakukan dengan cara memotong tanaman secara

langsung tanpa melepas ikatan dari tali ris. Keuntungan ini adalah penghematan

tali raffia pengikat rumput laut, tetapi memerlukan kinerja yang relatif lama. Cara

panen keseluruhan dilakukan dengan mengangkat seluruh tanaman sekaligus

sehingga waktu kerja yang dilakukan relatif lebih singkat dibanding cara panen

sebelumnya.

Rumput laut yang mempunyai banyak manfaat dapat digunakan dalam

industri pangan dan non pangan. Industri pangan E. cottonii salah satu

produksinya adalah jelly yang merupakan makanan paling sederhana yang dibuat

dari agar atau keragenan. Jelly diproduksi biasanya dicampur dengan buah –

buahan, ekstrak buah, atau bubur kacang – kacangan pada industri rumah tangga.

Industri makanan dalam kaleng, seperti daging dan ikan dalam kaleng,

memerlukan bahan pengental, pembentuk gel, serta pensuspensi dengan

memanfaatkan agar dan keragenan. Produksi agar-agar memiliki kelebihan

dibandingkan dengan keragenan, di mana agar mempunyai kemampuan melting

temperatur dan gel strength lebih tinggi, industri non pangan penggunaan agar dan

keragenan di antaranya pada industri makanan ternak, keramik, cat, tekstil, kertas,

dan pembuatan film.

2.3 Pendapat Tentang Air Kelapa Masalah Terdahulu

Junairiah dan Fatimah (2004), dalam penelitianya mengatakan bahwa

tentang pemanfaatan air kelapa sebagai zat pengatur tumbuh alami untuk

pertumbuhan kencur ternyata membuahkan hasil yang cukup bagus. Berdasarkan

8

Page 16: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

hasil yang didapat pertumbuhan tanaman kencur dapat dilihat dari jumlah tunas,

jumlah daun, panjang daun dan lebar daun. Dilihat dari pertumbuhan tunas

diketahui bahwa sitokinin terbukti dapat memacu diferensiasi jaringan tunas

(Hendaryono,1994). Perbedaan jumlah daun juga disebabkan oleh hormon

sitokinin dalam air kelapa yang dapat memacu terjadinya organogenesis sehingga

jumlah daun yang terbentuk lebih banyak dan sitokinin dapat mensimulasi

pertumbuhan tunas dan daun (Abidin,1985).

Hormon sitokinin juga berpengaruh terhadap panjang daun karena sitokinin

dapat memacu pembelahan sel sehingga ukuran panjang daun menjadi bertambah.

Lebar daun juga dipengaruhi oleh hormon sitokinin. Dalam hal ini, sitokinin

berperan aktif untuk mendorong pembelahan sel karena hormon ini

mempengaruhi asam nukleat sehingga langsung mempengaruhi sintesis protein

dan mengatur aktivitas enzim (Hendaryono dan Wijayani,1994). Berdasarkan

hasil yang didapat, ternyata air kelapa sebagai zat pengatur tubuh alami untuk

tanaman kencur yang mengandung hormon sitokinin dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan produksi tanaman kencur.

Air kelapa salah satu bahan alami yang didalamnya terkandung hormon

sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l, dan giberilin dalam jumlah sedikit serta

senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan.

Sehubungan dengan lamanya waktu yang diperlukan untuk berkecambah dan

peranan giberilin dalam memacu perkecambahan biji, begitu juga dengan peran

air kelapa dalam perkecambahan maka dilakukannya penelitian untuk mengetahui

pengaruh pemberian giberilin dan air kelapa terhadap biji anggrek bulan. Menurut

Yusnida Bey, dkk, (2006) mengatakan bahwa pengaruh pemberian giberilin dan

air kelapa terhadap perkecambahan bahan biji anggrek bulan dengan konsentrasi

tertentu berpengaruh positif terhadap pertumbuhan perkecambahan biji anggrek

bulan. Pertumbuhan tersebut dapat dilihat saat munculnya daun, akar, dan tinggi

kecambah. Ternyata hasil yang didapat menunjukan bahwa air kelapa dan

giberilin berpengaruh positif terhadap perkecambahan biji anggrek bulan.

9

Page 17: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

III METODE PENULISAN PROGRAM

3.1 Studi Literatur

Penulisan karya tulis ilmiah ini berawal dari studi literatur yang membahas

tentang bidang yang berhubungan dengan tujuan ditulisnya karya ilmiah ini. Studi

literatur ini didapatkan dari buku-buku, jurnal ilmiah, majalah, koran, internet, dan

sebagainya. Pokok bahasan yang diambil dari studi literatur meliputi:

1) Budidaya rumput laut terutama E. cottoni.

2) Pertumbuhan kelapa yang merupakan tumbuhan endemik

3) Kandungan hormon dari air kelapa sebagai stimulan bagi pertumbuhan

rumput laut terutama E. cottoni.

4) Pemanfaatan air kelapa sebagai zat pengatur tumbuh alami untuk

pertumbuhan kencur ( Kaemferia galanga L.)

5) Pengaruh pemberian giberilin (GA3) dan air kelapa terhadap

perkecambahan bahan biji anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis BL.)

secara in vitro.

6) Pengaruh pemberian air kelapa sebagai hormon tumbuh alami terhadap

pertumbuhan tanaman anggrek.

3.2 Prosedur pengumpulan data

Data-data diperoleh dengan pengumpulan data yang didapat dari internet,

buku, dan jurnal ilmiah nasional dan international. Karya tulis ini ditulis dan

dibuat dengan menggunakan aturan Bahasa Indonesia yang baku dengan tata

bahasa dan ejaan yang disempurnakan, sederhana, dan jelas.

3.3 Metode analisa dan pemecahan masalah dengan cara:

1. Diskusi2. Komparasi3. Analisa mendalam

10

Page 18: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

IV. ANALISA DAN SINTESIS

4.1 Analisa Permasalahan

Tanaman kelapa (C. nucifera L.) merupakan tanaman yang serba guna, baik

untuk keperluan pangan maupun nonpangan. Setiap bagian dari tanaman kelapa,

dari akar hingga pucuk daun, dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.

Daging buah merupakan lapisan tebal berwarna putih. Bagian ini mengandung

berbagai zat gizi. Kandungan zat gizi tersebut beragam sesuai dengan tingkat

kematangan buah . Selama perkembangannya, buah kelapa secara kontinyu

mengalami kenaikan berat. Ukuran berat maksimum tercapai pada bulan ketujuh,

saat itulah jumlah air kelapa mencapai titik maksimal. Zaman sekarang air kelapa

sudah jarang dimanfaatkan secara optimal. Industri kopra dan minyak berskala

rumah tangga sudah tidak memanfaatkan kelapa dengan baik, padahal banyak

manfaat yang ada di dalam air kelapa salah satunya adalah mengandung hormon

pertumbuhan.

Morel (1974) mengatakan air kelapa mengandung hormon sitokinin 5,8

mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat

menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan. Hormon sitokinin sangat

berperan penting dalam pembelahan sel, bahkan juga bermanfaat bagi

pertumbuhan tanaman (Wattimena,1998; Hariyadi, 2002). Hendaryano (1994)

mengatakan bahwa sitokinin juga terbukti memacu deferensiasi dari jaringan

tunas. Tunas dapat tumbuh dari jaringan kalus , daun, akar dan potongan batang

atau kotiledon. Sitokinin dalam air kelapa juga dapat memacu terjadinya

organogenesis yang dapat mempercepat pertumbuhan daun (Abidin, 1998). Selain

berfungsi sebagai diferensiasi tunas adventif dan organ, juga berfungsi dalam

sintesis protein dan pembelahan sel dengan adanya sitokinin maka bobot basah

tanaman semakin bertambah. Hormon auksin berfungsi untuk merangsang

pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal

dan juga untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan.

Giberelin atau sering disebut asam giberelat (GA) merupakan hormon perangsang

pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi, aplikasi untuk

11

Page 19: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

memicu munculnya bunga. Murniati dan Zuhri (2002) mengungkapkan bahwa

giberelin mampu mempercepat pertumbuhan biji kopi.

Rumput laut adalah salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah

pesisir dan laut. Sumber daya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang

berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Beberapa daerah pantai

di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui

hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak.

Faktor ekologi yang diperhatikan adalah arus, kondisi dasar perairan, kedalaman,

salinitas dan kecerahan. Arus air dapat membantu menghindari kotoran pada

thallus, membantu pengudaraan dan mencegah fluktuasi. Kondisi perairan yang

baik untuk rumput laut E. cottonii adalah perairan yang mempunyai dasar pecahan

– pecahan karang dan pasir. Kedalaman perairan yang baik untuk rumput laut E.

cottonii adalah 30 – 60 cm pada waktu surut terendah. Kadar salinitas yang baik

berkisar antara 28 – 35 ppt dengan nilai optimum adalah 33 ppt. Rumput laut juga

memerlukan cahaya matahari sebagai sumber energi guna pembentukan bahan

organik yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

Sistem budidaya rumput laut ada 3 metode yang sering digunakan oleh

pembudidaya yaitu metode lepas dasar (off bottom method), rakit apung (floating

rack method), dan rawai (long line method). Bibit yang baik digunakan dalam

budidaya adalah thallus yang masih muda bercabang banyak dan rimbun, bibit

tanaman harus sehat dan tidak terserang penyakit ice – ice, bibit E. cottonii harus

terlihat segar dan berwarna cerah, bibit seragam tidak boleh tercampur dengan

bibit jenis lain, serta bibit diupayakan seragam sekitar 100 gram per

ikatan/rumpun. Kualitas rumput laut yang siap panen harus memiliki agar,

keragenan, alginat dengan kadar yang tinggi, karena ketiga kandungan tersebut

dapat menambah nilai ekonomis yang dapat digunakan dalam olahan pangan

maupun non pangan, misalnya olahan pangan yaitu jelly yang merupakan

makanan paling sederhana yang dibuat dari agar atau keragenan. Jelly diproduksi

yang biasanya dicampur dengan buah – buahan, ekstrak buah, atau bubur kacang–

12

Page 20: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

kacangan pada industri rumah tangga dan olahan non pangan misalnya pakan

ternak, keramik, cat dan tekstil.

Pemanfaatan limbah air kelapa guna peningkatan kualitas produksi budidaya

rumput laut dilaksanakan di desa Patas Kecamatan Gerokgak yang merupakan

daerah endemik yang memiliki luas 3236 Ha dan terletak pada ketinggian ± 300 m

dari permukaan laut. Adapun batas – batas desa Patas sebagai berikut:

1. Sebelah utara : Laut Bali

2. Sebelah selatan : Kabupaten Jembrana

3. Sebelah barat : Sungai Desa Gerokgak

4. Sebelah timur : Sungai Yehbiu

Jumlah penduduk desa Patas sebanyak 9099 jiwa yang terdiri dari 4621 laki

– laki dan 4478 perempuan. Agama yang dianut penduduk desa Patas bermacam–

macam antara lain Hindu sebanyak 6408 jiwa, Islam 2602 jiwa, Kristen 67 jiwa,

Katolik 3 jiwa, dan Budha 19 jiwa. Mata pencaharian penduduk desa Patas

bermacam–macam mulai dari karyawan swasta hingga PNS. Sebagian besar

penduduk desa Patas adalah petani mengingat banyaknya lahan pertanian di desa

Patas. Desa Patas juga memiliki potensi pesisir yang luas, hal ini disebabkan

banyak orang luar yang mengolah sumber daya pesisir. Daftar penduduk terlihat

seperti Tabel 1. Potensi pesisir yang ada salah satunya yaitu rumput laut jenis E.

cottonii. Namun, hasil dari budidaya rumput laut belum optimal karena kurangnya

teknologi tentang rumput laut sehingga pendapatan penduduk pesisir kurang

optimal. Salah satu teknologi alternatif yang bisa dimanfaatkan yaitu penggunaan

media air kelapa yang mengandung hormon alami.

13

Page 21: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

Tabel 1 Penduduk menurut mata pencaharian.

No Mata pencaharian Jumlah

1

2

3

4

5

6

PNS Swasta

Wiraswasta

Petani

Nelayan

Jasa

182

394

495

4116

286

54

Total 5527

Kantor Kepala Desa Patas tahun 2008

4.2 Sintesis Permasalahan

Upaya peningkatan pendapatan guna memperbaiki taraf hidup masyarakat

yang berada di Desa Patas yang merupakan kawasan endemik yang daerah

pesisirnya baik untuk kawasan budidaya rumput laut terutama E. cottonii.

Budidaya rumput laut tidak hanya mengandalkan sistem budidaya secara alami

melainkan kita harus menciptakan suatu teknologi yang bisa meningkatkan hasil

produksi yang lebih besar dua kali lipat dari sebelumnya. Salah satunya adalah

penggunaan media air kelapa sebagai penghasil hormon tumbuh alami yang terdiri

dari sitokinin, auksin dan giberelin, karena hormon yang dihasilkan oleh air

kelapa bisa mempercepat pertumbuhan khususnya dalam pembelahan sel,

pertumbuhan tunas, dan mempercepat pertumbuhan akar pada stekan atau

cangkokan. Dengan menggunakan media air kelapa dalam peningkatan kualitas

produksi budidaya rumput laut jenis E. cottonii maka diharapkan hasil yang

didapat bisa jauh lebih besar. Air kelapa berdasarkan beberapa penelitian dapat

mempercepat pertumbuahan tunas, akar, daun, dan batang dari berbagai tanaman,

apabila diaplikasikan ke rumput laut kemungkinan air kelapa berpengaruh

terhadap pertumbuhan rumput laut terutama jenis E. cottonii. Pengaruh air kelapa

sebagai hormon tumbuh alami terhadap rumput laut dapat menigkatkan produksi

budidaya rumput laut E. cottonii daerah pesisir pantai desa Patas sehingga

14

Page 22: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

masyarakat setempat mendapat pendapatan yang lebih baik dari sebelumnya,

dengan pendapatan yang lebih baik maka masyarakat setempat akan sejahtera dan

perekonomian di Desa Patas berjalan lancar.

Data peningkatan produksi rumput laut desa Patas setelah memanfaatkan

media air kelapa sebagai media pengkaya budidaya rumput laut E. cottonii

ditunjukkkan dengan meningkatnya produksi berat basah seperti terlihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Laju pertumbuahan rumput laut E. cottoni menggunakan media air

kelapa.

No MingguLaju pertumbuhan (gr)

Wo (gr) Wt (gr) G (gr) Keterangan

1 I 100 125,7 3,67

2 II 100 239 9,92

3 III 100 259 7,75

4 IV 100 279 6,3

Dari tabel di atas, diketahui bahwa berat awal rumput laut 100 gr,

mengalami pertumbuhan sebanyak 25,7 gr sehingga total berat pada Minggu

pertama 125,7 gr dan laju pertumbuhannya 3,67 gr. Pada Minggu kedua bobot

rumput laut bertambah 113,3 gr menjadi 239 gr dari berat total Minggu awal

dengan laju pertumbuhannya 9,92 gr. Di sini tampak perbedaan pertumbuhan

yang sangat signifikan dari Minggu pertama ke Minggu kedua, sedangkan pada

Minggu ketiga berat rumput laut menjadi 259 gr mengalami pertambahan berat 20

gr dari Minggu ke dua yang beratnya 239 gr dan laju pertumbuhannya sebesar

7,75 gr. Minggu terakhir yakni Minggu ke empat mengalami pertambahan berat

seperti pada Minggu kedua sebesar 20 gr menjadi 279 gr dan laju

pertumbuhannya sebesar 6,3 gr. Pertumbuhan dari Minggu kedua sampai Minggu

keempat tidak terlalu signifikan seperti pada Minggu awal sampai Minggu ke dua.

Ini berarti pengaruh perendaman bibit rumput laut pada air kelapa optimal dalam

jangka waktu tertentu.

15

Page 23: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penulisan ini adalah:

1 Teknik pemanfaatan limbah air kelapa sebagai media pengkaya

budidaya rumput laut E. cottonii dapat meningkatkan produksi

rumput laut yang ditunjukkan dengan berat basah E. cottonii yang

berati dapat meningkatkan pendapatan dan upaya peningkatan taraf

hidup masyarakat yang berada di pesisir pantai desa Patas.

2 Teknologi pemanfaatan limbah air kelapa secara tidak langsung

dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

pesisir pantai desa Patas.

5.2 Saran

Upaya memanfaatkan limbah air kelapa di masyarakat luas guna

peningkatan produksi rumput laut yang berkualitas untuk menunjang produksi

budidaya rumput laut secara optimal.

16

Page 24: 17515261 Karya Tulis Ilmiah

17

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., 1985. Dasar – Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh, Angkasa. Bandung.

Anggadiredja, J.T., Zatnika. A., Purwoto, H., dan Istini, S. 2009. Rumput Laut.Penebar Swadaya. Jakarta.

Bey, Y., W. Syafii, dan N. Ngatifah. 2005. Pengaruh Pemberian Giberelin Pada Media Vacint dan Went Terhadap Perkecambahan Biji Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis BL) secara In Vito Jurnal Biogenesis. Vol 1(2):57-61.

Dinna Sofia. 2005. Antioksidan dan Radikal Bebas. Majalah ACID FMIPA Universitas Lampung Edisis III/Tahun V/Mei 2005, ISSN: 1410-1858. Lampung.

Hariyadi, P. 2002, Air Kelapa Sebagai Minuman Isotonik Alami. Kompas. Bogor.

Hendaryono, DPS dan Wijayani, A. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius,Yogyakarta.

Henrikson, R. (1989), Earth food Spirulina, California/USA, Ronore Enterprises,180 p. Flesseltine, C.W. Solid state fermentation. Biotechnology andBioengineering, 1972, vol. 14, p. 5 17-532.

Hernani dan Mono Rahardjo. 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. PenebarSwadaya. Jakarta.

Junairiah dan Fatimah, 2004. Pemanfaatan Air Kelapa Sebagai Zat Pengatur Tumbuh Alami Untuk Pertumbuhan Kencur (Kaemferia galangal L.). Halaman 145 – 149.

Trobos. 2007. Media Agribisnis Peternakan dan Perikanan. No. 93 Juni 2007Tahun VIII. Hal 19-21.