of 44 /44
1 PENDAHULUAN 1.1 Umum Pada tanggal 30 Agustus 1999, antara Indonesia dan Portugis terjadi referendum yang disponsori oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam referendum tersebut mayoritas penduduk Timor Timur memilih merdeka dari Indonesia. Selanjutnya Pada 20 Mei 2002, Timor-Timur diakui secara internasional sebagai suatu negara merdeka dengan nama Timor Leste. Setelah Timor-Timur berpisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, banyak penduduk Timor-Timur yang memilih untuk menjadi warga negara Republik Indonesia. Mereka menetap di Indonesia, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Penduduk Timor-Timur yang pindah ke Provinsi Nusa Tenggara Timur tersebut selanjutnya akan disebut sebagai warga baru asal Timor-Timur (WB-ATT). 1.2 Tujuan Pendataan WB-ATT ini dimaksudkan untuk menyediakan data mikro mengenai kondisi demografi, sosial ekonomi dan perumahan secara khusus bagi WB-ATT yang bertempat tinggal di Provinsi NTT dengan kondisi yang mutakhir, yaitu kondisi tahun 2013. Selanjutnya hasil pendataan lengkap tersebut akan digunakan pemerintah sebagai dasar perencanaan alokasi bantuan dan pelayanan oleh pemerintah. 1.3 Ruang Lingkup Pendataan ini mencakup seluruh rumah tangga berkategori WB-ATT (sesuai dengan konsep dan definisi WB-ATT) yang bertempat tinggal di Provinsi NTT. BAB I

1.1 Umum - sirusa.bps.go.idsirusa.bps.go.id/webadmin/pedoman/Pedoman Pendataan... · 3 • Komunikasi dengan tokoh masyarakat dan narasumber lainnya • Tugas lainnya yang mendukung

  • Author
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of 1.1 Umum - sirusa.bps.go.idsirusa.bps.go.id/webadmin/pedoman/Pedoman Pendataan... · 3 •...

  • 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Umum

    Pada tanggal 30 Agustus 1999, antara Indonesia dan Portugis terjadi referendum yang

    disponsori oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam referendum tersebut mayoritas

    penduduk Timor Timur memilih merdeka dari Indonesia. Selanjutnya Pada 20 Mei 2002,

    Timor-Timur diakui secara internasional sebagai suatu negara merdeka dengan nama Timor

    Leste.

    Setelah Timor-Timur berpisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, banyak

    penduduk Timor-Timur yang memilih untuk menjadi warga negara Republik Indonesia.

    Mereka menetap di Indonesia, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

    Penduduk Timor-Timur yang pindah ke Provinsi Nusa Tenggara Timur tersebut selanjutnya

    akan disebut sebagai warga baru asal Timor-Timur (WB-ATT).

    1.2 Tujuan

    Pendataan WB-ATT ini dimaksudkan untuk menyediakan data mikro mengenai

    kondisi demografi, sosial ekonomi dan perumahan secara khusus bagi WB-ATT yang

    bertempat tinggal di Provinsi NTT dengan kondisi yang mutakhir, yaitu kondisi tahun 2013.

    Selanjutnya hasil pendataan lengkap tersebut akan digunakan pemerintah sebagai dasar

    perencanaan alokasi bantuan dan pelayanan oleh pemerintah.

    1.3 Ruang Lingkup

    Pendataan ini mencakup seluruh rumah tangga berkategori WB-ATT (sesuai dengan

    konsep dan definisi WB-ATT) yang bertempat tinggal di Provinsi NTT.

    BAB

    I

  • 2

    1.4 Jenis Data yang Dikumpulkan

    Jenis data yang dikumpulkan pada pendataan menggunakan daftar WB-ATT

    mencakup:

    a. Susunan anggota rumah tangga meliputi nama lengkap, hubungan dengan kepala rumah

    tangga, jenis kelamin, dan status perkawinan

    b. Keterangan anggota rumah tangga meliputi umur, tempat lahir, kewarganegaraan, suku

    bangsa orang tua kandung dan riwayat tempat tinggal.

    c. Keterangan pendidikan anggota rumah tangga 5 tahun ke atas.

    d. Keterangan kegiatan ketenagakerjaan anggota rumah tangga 10 tahun ke atas.

    e. Keterangan perumahan

    1.5 Tahapan Kegiatan

    Kegiatan pendataan WB-ATT meliputi verifikasi dan snowballing keberadaan rumah

    tangga WB-ATT berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil SP 2010 pada para

    narasumber. Pendataan seluruh anggota rumah tangga WB-ATT di Provinsi NTT

    menggunakan kuesioner WB-ATT.

    1.6 Petugas Lapangan

    Secara umum petugas WB-ATT dialokasikan sesuai kepadatan/keberadaan WB-ATT

    di wilayah tugasnya. Berikut adalah garis besar pengalokasian petugas WB-ATT tersebut:

    1. Wilayah konsentrasi keberadaan WB-ATT.

    Pada wilayah konsentrasi penuh keberadaan WB-ATT (merujuk pada jumlah rumah tangga

    di preprinted) petugas WB-ATT diset secara tim. Satu tim terdiri 3 (tiga) orang petugas

    pendataan WB-ATT, yang terdiri dari:

    a. Dua orang petugas pendataan WB-ATT (PCL 1 dan PCL2)

    • Diutamakan bukan dari WB-ATT

    • Melakukan verifikasi terhadap calon rumah tangga sasaran

    • Mengumpulkan keterangan rumah tangga

    b. Seorang petugas pendataan WB-ATT (PCL3)

    • Diutamakan dari WB-ATT sendiri

    • Informan deteksi dini calon rumah tangga sasaran

  • 3

    • Komunikasi dengan tokoh masyarakat dan narasumber lainnya

    • Tugas lainnya yang mendukung

    Beban tugas untuk masing-masing tim berdasarkan preprinted adalah sejumlah 100 – 200

    RT WB-ATT. Selanjutnya seorang pengawas/pemeriksa ditugaskan untuk mengkoordinir 3

    (tiga) sampai 4 (empat) tim.

    2. Wilayah bukan konsentrasi/jarang keberadaan WB-ATT.

    Pada wilayah bukan konsentrasi/jarang keberadaan WB-ATT pendataan akan dilakukan

    oleh tim task force dimana masing-masing tim task force terdiri dari 2 (dua) orang petugas

    pendataan. Satu tim task force dibebani 4 (empat) wilayah tugas. Namun demikian apabila

    beban tugas tersebut sudah dapat diselesaikan sebelum berakhir masa pencacahan, maka

    suatu tim task force dapat membantu tugas tim task force lain yang belum selesai.

    Di tingkat kabupaten/kota ditempatkan satu atau dua orang koordinator lapangan

    untuk mengkoordinasikan seluruh pengawas di suatu wilayah kabupaten/kota tergantung dari

    banyaknya jumlah rumah tangga WB-ATT dari preprinted SP2010.

    1.7. Dokumen yang Digunakan

    Dokumen yang digunakan dalam kegiatan pendataan WB-ATT terdiri dari peta

    wilayah (desa, blok sensus), daftar preprinted, daftar pertanyaan dan buku pedoman, yaitu:

    1. Peta wilayah (desa/kel, blok sensus)

    2. Preprinted SP2010 (PC1)

    3. Daftar TAMBAHAN (DT)

    4. Daftar SARINGAN (DS)

    5. Daftar REKAPITULASI (RKP)

    6. Daftar WB-ATT

    7. Stiker

    8. Buku pedoman pendataan

  • 4

    1.8. Jadwal Pelaksanaan

    Pelaksanaan Pendataan WB-ATT mencakup berbagai kegiatan yang dilaksanakan di

    BPS pusat dan daerah di seluruh Provinsi NTT. Kegiatan yang mencakup seluruh kegiatan

    mulai dari persiapan sampai pelaporan kegiatan memiliki jadwal sebagai berikut:

    Tabel 1. Rancangan Jadwal Kegiatan Pendataan WB-ATT

    No. Uraian Kegiatan Jadwal Pelaksanaan

    (1) (2) (3) A. Persiapan 1 Penyusunan draft kuesioner dan pedoman 28 Februari 2013 2 Presentasi di hadapan pimpinan BPS dan Tim BPS 4 Maret 2013 3 Rapat dengan Gubernur NTT 5 Maret 2013 4 Pembahasan metodologi, kuesioner dan pedoman 6-9 Maret 2013 5 Workshop persiapan pengolahan data preprinted 6-9 Maret 2013

    6 Rapat Interdep (BPS, Kemenkokesra, Kemenaker, Kemenpera, Bappenas, PU) 19 Maret 2013

    7 Uji coba WB-ATT dan konsultasi ahli 19-23 Maret 2013

    8 Rateknis WB-ATT (Deputi Bidang Stat. Sosial, Tim BPS, BPS Prov NTT dan 8 BPS Kab/Kota) 21-23 Maret 2013

    9 Pelatihan Innas 26-28 Maret 2013 10 Pelatihan Petugas 1-6 April 2013 B. Pelaksanaan 1 Pengumpulan data 8-30 April 2013 2 Supervisi lapangan 11-30 April 2013 C. Pengolahan 1 Editing/Entry Data 15 April-5 Mei 2013 2 Kompilasi dan validasi data 15 April-10 Mei 2013 3 Rekapitulasi dan exercise klasifikasi rumah tangga sasaran 20-29 Mei 2013 D. Evaluasi Hasil dan Publikasi 1 Presentasi Hasil 30 Mei 2013 2 Penyusunan Laporan Akhir 3-10 Juni 2013

  • 5

    1.9 Arus Dokumen

    Keterangan : Tulisan tebal artinya dokumen sudah dalam keadaan terisi

    Gambar 1. Arus dokumen pendataan Warga Baru Asal Timor Timur(WB-ATT)

  • 6

    1.10 Statistik yang Dihasilkan

    Hasil pendataan WB-ATT di Provinsi NTT ini akan menghasilkan berbagai statistik

    yang berkaitan dengan rumah tangga WB-ATT sebagai berikut:

    1. Tingkat kelayakan hunian rumah tangga WB-ATT.

    2. Wealth indeks rumah tangga WB-ATT.

    3. Persentil pengeluaran (pendapatan) rumah tangga WB-ATT.

    4. Indeks kondisi sosial rumah tangga WB-ATT lain.

  • 7

    URAIAN TUGAS

    2.1. Struktur Organisasi

    Struktur organisasi mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah seperti

    terlihat dalam Gambar 2.1 sebagai berikut:

    Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pendataan WB-ATT

    BAB

    II

    KETERANGAGaris Komando

    Garis Koordinasi

    KEPALA BPS

    DEPUTI BIDANG STATISTIK SOSIAL

    DIREKTUR STATISTIK KESRA

    KEPALA BPS PROVINSI

    KEPALA BPS KABUPATEN/KOTA

    KORLAP

    KASUBDIT STATISTIK KESEHATAN DAN

    PERUMAHAN

    PENGAWAS (PML)

    TASK FORCE TIM PENCACAH

  • 8

    Tingkat Pusat

    1) Pengarah adalah Kepala BPS dan Deputi Bidang Statistik Sosial.

    2) Penanggung jawab survei adalah Direktur Statistik Kesejahteraan Rakyat.

    3) Penanggung jawab teknis adalah Kepala Subdirektorat Statistik Kesehatan dan Perumahan

    dibantu Kepala Subdirektorat di lingkungan Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat.

    Tingkat Daerah

    1) Pengarah adalah Kepala BPS Provinsi.

    2) Penanggungjawab teknis daerah adalah Kepala Bidang Statistik Sosial.

    3) Penanggung jawab survei di tingkat Kabupaten/Kota adalah Kepala BPS Kabupaten/Kota.

    2.2. Tugas dan Tanggung Jawab

    Direktur Statistik Kesejahteraan Rakyat

    1) Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan.

    2) Mengkoordinasikan kegiatan persiapan WB-ATT.

    3) Menyusun rencana survei beserta seluruh tahapan kegiatannya.

    4) Menyusun jadwal kegiatan.

    5) Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan.

    Kepala Subdirektorat Statistik Kesehatan dan Perumahan

    1) Menyusun anggaran kegiatan.

    2) Menyusun kuesioner dan buku pedoman.

    3) Mengatur kegiatan pelatihan Instruktur Nasional, Koordinator Lapangan, dan Task Force

    Pusat.

    4) Merancang kegiatan pelaksanaan pendataan WB-ATT

    5) Merancang kegiatan supervisi.

    6) Membuat laporan teknis pelaksanaan.

    Kepala BPS Provinsi

    1) Menentukan susunan petugas.

    2) Memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan petugas di daerah.

    3) Memonitor dan mengevaluasi jalannya koordinasi dan pelaksanaan lapangan.

  • 9

    Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi

    1) Menyeleksi pencacah dan pengawas untuk setiap kabupaten/kota.

    2) Mengatur pengadaan dan pengiriman dokumen.

    3) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan survei

    Kepala BPS Kabupaten/Kota

    1) Menyiapkan berbagai kebutuhan lapangan antara lain surat tugas, surat pemberitahuan, perlengkapan survei, dokumen pelaksanaan lapangan maupun pendukungnya.

    2) Menyeleksi calon petugas lapangan dan mengirim petugas ke pusat pelatihan.

    3) Mengawasi pelaksanaan lapangan dalam rangka mengevaluasi prosedur pelaksanaan lapangan dan penerapan konsep/definisi yang digunakan.

    4) Mengirim hasil pencacahan ke pusat pengolahan di provinsi.

    5) Membuat dan mengirim laporan pelaksanaan kepada penanggung jawab survei tingkat provinsi.

    2.3. Organisasi Lapangan

    Organisasi lapangan pendataan WB-ATT seperti terlihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut:

    Gambar 2.2 Organisasi Lapangan Pendataan WB-ATT

    BPS PUSAT

    BPS PROVINSI NTT

    BPS KABUPATEN/KOTA

    BPS KABUPATEN/KOTA

    KORLAP

    PENGAWAS (PML)

    TASK FORCE

    TIM 1

    KORLAP

    PENGAWAS (PML)

    TIM 2 TIM 3

    PCL 1 PCL 2

    TASK FORCE

    TIM 1 TIM 2 TIM 3

    PCL 1 PCL 2 PCL 3 PCL 3

  • 10

    2.4. Uraian Tugas Petugas WB-ATT

    Di bawah ini adalah uraian tugas dari masing-masing petugas pendataan WB-ATT:

    2.4.1. Koordinator Lapangan (Korlap) WB-ATT

    Secara umum rangkaian tugas Korlap yang merupakan personil dari BPS pusat adalah

    sebagai berikut:

    1. Melakukan verifikasi keberadaan rumah tangga WB-ATT berdasarkan rekap dokumen preprinted SP 2010 per kecamatan di kabupaten/kota wilayah tugasnya.

    2. Membuat jadwal koordinasi lapangan untuk setiap pengawas/pemeriksa WB-ATT. 3. Membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ditemui pengawas/pemeriksa WB-ATT. 4. Mendistribusikan dokumen yang diperlukan sesuai dengan jenis maupun jumlahnya

    kepada pengawas WB-ATT dan mengumpulkan kembali daftar isian yang telah diisi oleh

    petugas pendataan WB-ATT.

    5. Memeriksa ketertiban dan kebenaran pengisian daftar-daftar yang digunakan, terutama

    konsistensi atau kelengkapannya. Bila isian ini tidak lengkap, tidak konsistensi atau tidak

    wajar tanyakan kembali kepada petugas pendataan WB-ATT.

    6. Posisi fungsional sebagai Wakil Kepala BPS Kab/Kota. 7. Melaksanakan seluruh tugas selama pelaksanaan pendataan lapangan sesuai jadwal yang

    telah ditentukan.

    2.4.2. Petugas Pengawas/Pemeriksa Lapangan WB-ATT

    Secara umum tugas pengawas/pemeriksa lapangan WB-ATT sebagai berikut:

    1. Mengikuti pelatihan petugas pengawas/pemeriksa lapangan WB-ATT.

    2. Seorang pengawas/pemeriksa lapangan membawahi 3-5 tim.

    3. Menerima wilayah tugas dari Korlap

    4. Membagi wilayah tugas kepada petugas WB-ATT

    5. Membuat jadwal pengawasan/pemeriksaan dan pelaksanaan lapangan untuk setiap tim

    pendataan.

    6. Memantau setiap saat keberadaan dan pergerakan petugas WB-ATT.

    7. Mendampingi setiap petugas pendataan WB-ATT paling sedikit satu hari selama

    periode pendataan. Pendampingan dimulai dari pendataan WB-ATT yang dinilai

    paling lemah dan dilakukan sedini mungkin, sehingga kesalahan-kesalahan yang

    mungkin terjadi dapat dikurangi/dihindari.

  • 11

    8. Membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ditemui dalam pendataan WB-ATT,

    jika menemukan masalah yang meragukan tentang konsep dan definisi, pengawas

    harus mengacu pada buku pedoman pendataan WB-ATT atau catatan yang diberikan

    selama pelatihan.

    9. Mendistribusikan dokumen yang diperlukan sesuai dengan jenis maupun jumlahnya

    kepada petugas pendataan WB-ATT dan mengumpulkan kembali daftar isian yang

    telah diisi oleh petugas pendataan WB-ATT.

    10. Bersama petugas pendataan WB-ATT mengenali dan mengelilingi batas terluar pada

    daerah tugas (desa yang berisi blok sensus) sehingga petugas pendataan WB- ATT

    dapat melakukan pendataan di desa yang merupakan wilayah tugasnya pada batas-

    batas blok sensus yang benar.

    11. Mengawasi petugas (PCL1 dan PCL 2) untuk selalu mewawancarai WB-ATT di

    rumah WB-ATT tersebut

    12. Memeriksa ketertiban dan kebenaran pengisian daftar-daftar yang digunakan, terutama

    konsistensi atau kelengkapannya. Bila isian ini tidak lengkap, tidak kosisten atau tidak

    wajar tanyakan kembali kepada petugas pendataan WB-ATT.

    13. Menyerahkan daftar yang telah diisi dan diperiksa kepada Korlap.

    14. Melaksanakan seluruh tugas sesuai jadwal yang telah ditentukan.

    2.4.3. Uraian Tugas Petugas Pendataan WB-ATT dan Task Force

    Secara umum Task Force mempunyai tugas yang sama dengan petugas pendataan

    WB-ATT yaitu melakukan pendataan ke rumah tangga. Petugas pendataan WB-ATT (khusus

    PCL 1 dan PCL2) memiliki tugas sebagai berikut:

    1. Mengikuti pelatihan petugas pendataan WB-ATT. 2. Mengenali wilayah tugas yaitu desa dan blok sensus bersama pengawas. 3. Melakukan verifikasi preprinted SP2010-C1 (dokumen preprinted SP 2010) yang menjadi

    tanggung jawabnya kepada kepala desa/lurah, dan ketua satuan lingkungan setempat secara berjenjang (misalnya: ke RW kemudian ke RT).

    4. Melakukan proses snowballing terhadap keberadaan WB-ATT yang tidak tertera pada dokumen preprinted SP 2010 saat melakukan verifikasi, termasuk pada saat melakukan pendataan WB-ATT juga dilakukan proses snowballing pada rumah tangga WB-ATT terhadap keberadaan rumah tangga WB-ATT lain yang tidak tertera pada dokumen preprinted SP 2010.

  • 12

    5. Melakukan pendataan pada rumah tangga WB-ATT menggunakan kuesioner WB-ATT. 6. Menjalin kerja sama dengan pengawas/pemeriksa lapangan yang membawahinya (untuk

    tim task force kepada pengawas/pemeriksa lapangan yang berdekatan dengan wilayah tugasnya) dan semua responden.

    7. Melakukan kunjungan ulang untuk wawancara yang belum selesai. 8. Mengoreksi dan memastikan kewajaran serta kelengkapan isian untuk meyakinkan bahwa

    semua pertanyaan telah diajukan ke responden dan semua jawaban responden telah dicatat dengan benar.

    9. Setiap hari melapor kepada pengawas/pemeriksa lapangan (untuk tim task force melapor langsung kepada korlap) mengenai hasil pendataan lapangan dan mendiskusikan masalah yang ditemui dalam pelaksanaan lapangan bersama pengawas/pemeriksa lapangan.

    10. Anggota tim berupaya agar selalu bersama dalam satu lokasi. Mendata secara terpisah dapat dilakukan jika dirasa memungkinkan dan aman

    11. Menyerahkan seluruh dokumen hasil pendataan kepada pengawas/pemeriksa lapangan (untuk tim task force kepada korlap) secara bertahap, tanpa menunggu satu blok sensus selesai semuanya.

    Secara umum Petugas Pendataan WB-ATT ( PCL 3) memiliki tugas khusus sebagai berikut: 1. Membuka jalan kepada tim dengan melakukan komunikasi kepada penguasa wilayah

    atau tokoh masyarakat di wilayah tugasnya. 2. Memberikan informasi dini kepada PCL1 dan PCL2 tentang keberadaan WB-ATT di

    wilayah tugasnya. 3. Menggali informasi keberadaan WB-ATT dari narasumber dan menyisir keberadaan

    WB-ATT di wilayah tugasnya. 4. Tugas lainnya yang mendukung kelancaran pelaksanaan lapangan.

    2.5. Persiapan Lapangan

    Dokumen, bahan, dan perlengkapan yang perlu dipersiapkan adalah:

    1. Peta wilayah blok sensus yang menjadi wilayah tugasnya. 2. Preprinted PC1 3. Daftar TAMBAHAN (DT) 4. Daftar SARINGAN (DS) 5. Daftar REKAPITULASI (RKP) 6. Daftar WB-ATT 7. Stiker WB-ATT 8. Stamp pad dan tinta. 9. Buku pedoman pendataan

  • 13

    10. Pensil hitam, rautan, penghapus, dan lain-lain 11. Surat tugas atau surat pengantar (dengan cap/stempel dari aparat setempat).

    Dokumen-dokumen, bahan dan perlengkapan tersebut harus diyakinkan tidak ada

    yang kurang, baik dalam hal jumlah maupun kondisinya.

    2.6. Pencarian Informasi Situasi dan Kondisi Wilayah Tugas

    Hal ini penting dilakukan karena situasi dan kondisi lapangan dapat mempengaruhi

    jadwal dan kelancaran pelaksanaan lapangan. Beberapa informasi yang perlu dikumpulkan

    antara lain terkait:

    1. Letak geografis wilayah tugas.

    2. Ketersediaan transportasi ke lokasi pendataan. Untuk mengantisipasi apabila ada lokasi

    pendataan yang membutuhkan biaya dan waktu khusus.

    3. Profil masyarakat pada wilayah yang akan dituju untuk menerapkan teknik wawancara

    yang tepat digunakan.

    4. Nara sumber untuk mendapatkan keberadaan WB-ATT

    2.7. Koordinasi dan Komunikasi dengan BPS Provinsi NTT dan

    Pejabat Wilayah Tugas

    Sebelum mulai bertugas, koordinasi dan komunikasi seluruh petugas WB-ATT di

    Provinsi NTT dengan pejabat daerah di seluruh Provinsi NTT harus dilakukan. Hal ini

    dikarenakan proses pendataan WB-ATT ini sangat membutuhkan verifikasi dan informasi

    dari berbagai pihak mengenai keberadaan WB-ATT yang kemudian akan didata.

    Setiap petugas (Korlap, Pengawas/Pemeriksa dan Petugas Pendataan) WB-ATT

    mendapat surat pengantar atau surat tugas yang diperlihatkan sebagai tanda bukti kepada

    pejabat setempat maupun responden bahwa mereka adalah petugas pendataan WB-ATT.

    Kemahiran dalam berkomunikasi dengan pejabat setempat akan membantu tim untuk diterima

    masyarakat dengan baik.

    2.8. Pengenalan Wilayah Tugas

    Salah satu langkah yang harus dilakukan oleh petugas pendataan WB-ATT sebelum

    verifikasi maupun snowballing adalah mengenali lokasi wilayah tugas. Berbekal peta blok

    sensus yang diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota, pengawas/pemeriksa dan petugas pendataan

  • 14

    WB-ATT terlebih dulu harus mengunjungi wilayah tugas (desa) dan mengenali batas-batas

    wilayah (sesuai batas blok sensus terluar di suatu desa) yang harus dikunjungi.

    Adanya peta akan sangat membantu menentukan arah, jarak, dan letak suatu wilayah

    tugas. Dalam beberapa kasus, beberapa peta tidak sesuai dengan fakta lapangan. Untuk itu,

    Pengawas harus berkoordinasi dengan Korlap untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.

  • 15

    TATA CARA PENDATAAN LAPANGAN

    Strategi pendataan perlu dirancang dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan

    lapangan, antara lain bagaimana menemukan keberadaan rumah tangga WB-ATT, bagaimana

    mengatur waktu dengan responden yang harus diwawancarai, bagaimana etika dan teknis

    berwawancara yang sesuai dengan karakteristik masyarakat WB-ATT, dan lain-lain.

    3.1. Metode Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dari rumah tangga dilakukan melalui wawancara tatap muka antara

    petugas pendata WB-ATT dengan rumah tangga WB-ATT. Untuk pertanyaan-pertanyaan

    dalam kuesioner WB-ATT yang ditujukan kepada individu perlu diusahakan agar individu

    yang bersangkutan yang diwawancarai. Keterangan rumah tangga dapat dikumpulkan melalui

    wawancara dengan kepala rumah tangga, suami/istri kepala rumah tangga atau anggota rumah

    tangga lain yang mengetahui tentang karakteristik yang ditanyakan.

    Babak yang paling penting dalam pengumpulan data adalah cara menemukan

    keberadaan WB-ATT. Untuk WB-ATT yang mempunyai garis keturunan Timor Timur baik

    yang berada di pengungsian maupun yang tinggal berbaur dengan masyarakat, cara

    menemukan keberadaannya dimulai dengan melakukan verifikasi keberadaan dengan

    menggunakan Daftar Preprinted hasil SP2010 kepada narasumber WB-ATT seperti

    lurah/kepala desa, pengurus rt, dan tokoh masyarakat. Untuk WB-ATT yang tidak tinggal di

    pengungsian dan bukan keturunan Timor Timur keberadaannya dilacak melalui snowballing

    berdasarkan informasi narasumber (lurah/kepala desa, pengurus rt, tokoh masyarakat).

    BAB

    III

  • 16

    Proses secara keseluruhan pengumpulan data WB-ATT bisa dilihat pada gambar 2.3.

    berikut ini:

    Gambar 2.3 Mekanisme pengisian dari daftar-daftar pendataan WB-ATT

    WBATT di pengungsian atau

    keturunan Timor Timur

    WBATT bukan di pengungsian

    atau bukan keturunan Timor Timur

    Apakah calon WB-ATT dapat

    ditemukan?

    T

    Stop

    Lakukan pengisian Daftar SARINGAN

    Y

    Apakah sesuai kriteria

    WB-ATT? Y

    Lakukan pengisian Daftar

    REKAPITULASI Lakukan pengisian Daftar WB-ATT

    T

    Y

    Lakukan pengisian Daftar TAMBAHAN

    (DT)

    T

    Apakah seluruh nama pada WB-ATT.DT

    dan preprinted sudah diverifikasi?

    T

    Y

    snowballing keberadaan

    calon WB-ATT pada

    keluarga WB-ATT

    Daftar Preprinted SP2010 calon

    WB-ATT

    Mulai

    Apakah ada informasi calon WB-ATT lain?

    verifikasi keberadaan calon WB-ATT pada penguasa

    wilayah/tomas

    Mulai

  • 17

    3.2. Etika Bertamu dan Berwawancara

    Pendataan rumah tangga WB-ATT dilakukan dengan mengunjungi rumah tangga WB-

    ATT dan melakukan wawancara langsung dengan anggota rumah tangga di rumah WB-ATT

    sesuai dengan pedoman. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, harap diperhatikan tata

    cara berwawancara berikut ini:

    1. Usahakan agar kunjungan dapat diatur sedemikian rupa sehingga orang yang diwawancarai

    (responden) sedang berada di rumah. Jangan mengadakan wawancara jika ada kesibukan

    dalam rumah tangga tersebut, misalnya pesta dan upacara.

    2. Pada saat berkunjung hendaknya berpakaian yang rapi dan sopan. Sebelum memasuki

    rumah untuk mengadakan wawancara, mintalah izin terlebih dahulu dengan mengucapkan

    salam, mengetuk pintu atau dengan cara lain yang biasa berlaku didaerah setempat.

    3. Sebelum melakukan wawancara perhatikan suasana pada saat itu. Apabila saatnya kurang

    baik, pencacahan dapat ditunda pada waktu/hari lain asalkan tidak melampaui batas waktu

    yang telah ditentukan.

    Untuk menghindari penolakan dari responden, petugas harus dapat menguasai teknik

    berwawancara yang baik. Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan oleh petugas dalam

    melakukan wawancara dengan respoden:

    1. Awali wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan

    Pencacah, mengapa wawancara diperlukan. Bila perlu tunjukkan surat tugas dan tanda

    pengenal petugas.

    2. Mengerti dan mengetahui siapa yang seharusnya diwawancarai. Jangan mewawancarai

    tamu, saudara atau tetangga yang sedang berkunjung ke rumah responden.

    3. Lakukan wawancara dalam bahasa daerah bila responden lebih menyukainya agar

    responden tidak merasa segan untuk memberikan jawaban yang tepat dan benar.

    4. Sebelum mulai mengajukan pertanyaan, jelaskan pentingnya survei ini diadakan dan

    yakinkan responden bahwa keterangan yang diberikan akan dirahasiakan, sesuai dengan

    Undang-Undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik.

    5. Gunakan kecakapan, kesabaran, keramahan selama berwawancara, bila ditemui sikap dan

    tingkah laku responden yang ragu-ragu, tidak tegas, curiga atau bersikap menantang.

    6. Wawancara agar tetap berada pada topik pertanyaan pada kuesioner. Apabila responden

    membelokkan percakapan kepada hal-hal yang menyimpang, kembalikanlah pembicaraan

    secara bijaksana ke arah daftar isian.

  • 18

    7. Jangan memberikan tanggapan terhadap jawaban yang diberikan responden. Jangan

    kehilangan kesabaran, bersikaplah tenang dalam menghadapi suasana yang tidak

    diinginkan.

    8. Tetap bersikap sabar terhadap rasa ingin tahu responden dan jawablah pertanyaan

    responden dengan tepat dan jelas. Ucapkan terima kasih setelah selesai melakukan

    wawancara, dan beritahu tentang kemungkinan adanya kunjungan ulang apabila masih ada

    keterangan yang diperlukan.

  • 19

    MEKANISME PENGISIAN DAFTAR-DAFTAR

    PENDATAAN WB-ATT

    4.1. Tata Tertib Pengisian Daftar

    Kuasai konsep, definisi, maksud, dan tujuan pendataan;

    Tulis semua isian dengan huruf kapital menggunakan pensil hitam sejelas-jelasnya agar

    mudah dibaca dan pada tempat yang telah disediakan, dan diteliti kembali isian daftar

    serta perbaiki bila terdapat kesalahan pengisian sebelum diserahkan ke pml.

    4.2. Daftar Tambahan (DT)

    Daftar Tambahan (DT) digunakan untuk mencatat penduduk yang termasuk WB-ATT berdasarkan informasi narasumber (lurah/kepala desa, rw, rt, tokoh masyarakat, responden

    WB-ATT) yang telah didata. Informasi yang dicatat dalam daftar DT mencakup tempat

    tinggal, nama lengkap, alamat, jenis kelamin, dan suku bangsa.

    Daftar DT harus segera diberikan ke korlap untuk ditindaklanjuti apabila terdapat

    nama-nama calon WB-ATT yang tempat tinggalnya bukan di wilayah kerja petugas.

    4.3. Daftar Saringan (DS)

    Daftar saringan digunakan untuk melakukan saringan terhadap pendataan seluruh

    rumah tangga WB-ATT dari daftar PC1 dan DT sebelum melakukan pendataan lengkap

    rumah tangga dengan menggunakan daftar WB-ATT. Blok ini berisi keterangan tempat

    mengenai kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, klasifikasi desa/kelurahan, nomor blok

    sensus, nomor urut rumah tangga, nama kepala rumah tangga, alamat, sumber informasi, dan

    nama responden pemberi informasi.

    BAB

    IV

  • 20

    Rumah tangga biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Dimaksud dengan makan dari satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola bersama menjadi satu. Rumah tangga biasa umumnya terdiri dari ibu, bapak, dan anak. Juga dianggap sebagai satu rumah tangga biasa, antara lain:

    1. Seseorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi makannya diurus sendiri.

    2. Rumah tangga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih dalam (sub) blok sensus yang sama dianggap sebagai satu rumah tangga.

    3. Pondokan dengan makan (indekos) yang pemondoknya kurang dari 10 orang. Pemondok dianggap sebagai ART induk semangnya.

    4. Beberapa orang yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa.

    5. Anggota TNI yang tinggal di asrama bersama rumah tangganya dan mengurus sendiri kebutuhan sehari-harinya

    Penjelasan:

    1. Rumah tangga yang menerima pondokan dengan makan (indekos) kurang dari 10 orang dianggap sebagai satu rumah tangga biasa dengan yang indekos.

    2. Jika yang mondok dengan makan 10 orang atau lebih, maka rumah tangga yang menerima pondokan dengan makan merupakan rumah tangga biasa, sedang yang mondok dengan makan dianggap sebagai rumah tangga khusus.

    3. Pengurus asrama, pengurus panti asuhan, pengurus lembaga pemasyarakatan, dan sejenisnya yang tinggal sendiri maupun bersama anak istri serta art lainnya dianggap rumah tangga biasa.

    Kepala rumah tangga (KRT) adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang

    bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga tersebut atau orang yang

    dianggap/ditunjuk sebagai kepala rumah tangga (misalnya beberapa mahasiswa yang bersama-

    sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya

    sendiri-sendiri, maka salah seorang dari mahasiswa tersebut dianggap/ditunjuk sebagai KRT).

    Penjelasan: Kepala rumah tangga yang mempunyai tempat tinggal lebih dari satu, hanya

    dicatat di salah satu tempat tinggalnya di mana ia berada paling lama. Khusus

    untuk kepala rumah tangga yang mempunyai kegiatan/usaha di tempat lain dan

    pulang ke rumah istri dan anak-anaknya secara berkala (setiap minggu, setiap

  • 21

    bulan, setiap 3 bulan) tetapi kurang dari 6 bulan, tetap dicatat sebagai kepala

    rumah tangga (KRT) di rumah istri dan anak-anaknya.

    Anggota rumah tangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu

    rumah tangga, baik ada pada waktu pencacahan maupun sementara tidak ada. Anggota rumah

    tangga yang bepergian selama 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian

    kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah atau akan meninggalkan rumah selama 6

    bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai anggota rumah tangga. Orang yang telah tinggal di

    rumah tangga selama 6 bulan atau lebih atau yang telah tinggal di rumah tangga kurang dari 6

    bulan tetapi berniat tinggal untuk 6 bulan atau lebih, dianggap sebagai anggota rumah tangga.

    Penjelasan: Pembantu rumah tangga atau sopir yang tinggal dan makan di rumah majikannya

    dianggap sebagai ART majikannya, tetapi yang hanya makan atau tinggal saja

    dianggap bukan ART majikannya.

    Contoh:

    1. Paulina indekost di Kota Kupang dekat dengan kampus Universitas Nusa Cendana

    karena kuliah di Fakultas Ekonomi, sedang orang tua beserta adik-adiknya tinggal di

    Kabupaten Belu. Setiap hari Minggu Paulina pulang ke Belu, maka Paulina dicatat

    sebagai penduduk Kota Kupang.

    2. Gabriel adalah pegawai BPS Provinsi yang seluruh anggota rumah tangganya tinggal di

    Kabupaten Belu. Untuk menghemat biaya transpor, ia pulang ke Belu hanya setiap hari

    Jum’at sore sampai hari Senin pagi. Karena Gabriel adalah kepala rumah tangga, maka ia

    tetap dicatat sebagai penduduk Kabupaten Belu.

    3. Felipe seorang kepala rumah tangga dengan anggota rumah tangga sebanyak 5 orang

    tinggal di desa Oemat Nunu Kabupaten Kupang. Sejak bulan April 2008 hingga saat

    pencacahan ia tinggal di Kabupaten Flores Timur. Pada saat tiga hari terakhir

    dilaksanakan pencacahan, Felipe dicatat sebagai penduduk Kabupaten Flores Timur,

    karena lebih dari 6 bulan tinggal di Kabupaten Flores Timur.

    4. Fransisco mempunyai 5 orang anak yaitu Martino tinggal di Soe, Kabupaten Timur

    Tengah Selatan, Ximenes tinggal di Kabupaten Manggarai, Maria tinggal di Ende, Felipe

    tinggal di Jakarta, dan Fransisca tinggal di Bandung. Secara bergantian Fransisco

    mengunjungi anak-anaknya dan berada di tempat anaknya sekitar satu bulan. Tepat pada

    saat pencacahan Fransisco berada di rumah Maria sejak seminggu sebelum pencacahan,

    maka Fransisco dicatat sebagai penduduk Ende.

  • 22

    Untuk menentukan calon responden akan didata sebagai WB-ATT atau bukan, maka

    dilakukan probing. Probing bertujuan menyaring warga baru asli Timor Timur yang

    menjadi sasaran berdasarkan kriteria tinggal di pengungsian, keturunan Timor Timur ,

    dan pernah tinggal di Timor-Timur kemudian pindah keluar dari Timor Timur bulan

    Januari 1999 sampai dengan Desember 2003.

    Perlu diperhatikan, bahwa kapan pindah keluar dari Timor Timur ini adalah probing

    penelusuran dari petugas kepada anggota rumah tangga yang pindah. Pertanyaan ini berkaitan

    dengan warga baru asal Timor Timur yang melakukan eksodus yang berkaitan dengan

    pemisahan Provinsi Timor Timur menjadi Negara Timor Leste. Gelombang pengungsi yang

    menuju Indonesia sebagian besar terjadi pada Tahun 1999.

    Kriteria pengungsi yang akan didata, yaitu:

    - Tinggal di pengungsian dan terdaftar, maksudnya memiliki kartu hijau resmi atau diakui

    ketua camp/paguyuban/pengungsian.

    - Tinggal di pengungsian dan tidak terdaftar.

    Anggota rumah tangga keturunan campuran Timor Timur adalah apabila salah satu orang tua

    atau kakek/nenek keturunan Timor Timur.

    4.4. Daftar Rekapitulasi (RKP)

    Daftar ini bertujuan untuk merekap semua WB-ATT yang merupakan sasaran dalam

    satu blok sensus. Pengisian daftar ini dilakukan sebelum wawancara dengan daftar WB-ATT.

    Daftar RKP berisi identitas wilayah dan petugas. Pada daftar RKP dicatat juga nomor urut

    yang akan digunakan sebagai identitas rumah tangga. Daftar RKP digunakan untuk

    menghitung banyaknya rumah tangga di 8 kabupaten/kota menurut kriteria A, B, C, dan non

    kriteria.

    4.5. Daftar Pendataan WB-ATT

    Daftar WB-ATT dimaksudkan untuk melakukan pendataan seluruh WB-ATT yang

    sesuai dengan konsep operasional yaitu:

  • 23

    A. Berstatus pengungsi asal Timor Timur, atau pada saat pendataan (April 2013) berstatus

    masih sebagai pengungsi Timor Timur dan tinggal di barak/camp pengungsian resmi

    dengan catatan:

    1. Terdaftar sebagai pengungsi.

    2. Sehari-hari atau biasanya tinggal di pengungsian pada waktu pendataan.

    3. Jika ada, termasuk orang yang bukan asal Timor Timur tapi menjadi anggota rumah

    tangga pengungsi.

    B. Warga Negara Republik Indonesia (WNRI) Keturunan orang Timor-Timur, atau mereka

    yang tinggal di Provinsi Nusa Tenggara Timur WNRI dengan syarat :

    1. Kedua orang tuanya (Ayah dan Ibu) asli Timor Timur.

    2. Ayah saja asli Timor Timur (Ibu bukan asli).

    3. Ibu saja asli Timor Timur (Ayah bukan asli).

    4. Kedua orangtuanya (Ayah dan Ibu) keturunan campur Timor Timur.

    5. Ayah saja keturunan campur Timor Timur.

    6. Ibu saja keturunan campur Timor Timur.

    C. Pindahan dari Timor Timur terkait pemisahan (1999) adalah mereka yang:

    1. Pernah bertempat tinggal di Timor Timur dan pindah ke wilayah Republik Indonesia.

    2. Perpindahan sekitar waktu pemisahan Timor Timur menjadi Timor Leste yaitu

    Januari 1999 sampai dengan Desember 2003.

    3. Alasan pindahnya memilih sebagai Warga Negara Indonesia.

    Jika kriteria A-C ada minimal 1 terpenuhi, maka dilanjutkan dengan pendataan

    lengkap menggunakan daftar WB-ATT.

    BLOK I. KETERANGAN TEMPAT

    Blok ini berisi keterangan tempat mengenai kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan,

    klasifikasi desa/kelurahan, nomor blok sensus, nomor urut rumah tangga, nama kepala rumah

    tangga, dan alamat. Nomor urut rumah tangga salin dari daftar REKAPITULASI (RKP) yang

    ada isian kode (1) di kolom 3 atau 4 atau 5 .

    BLOK II. SUSUNAN ANGGOTA RUMAH TANGGA

    Penyusunan ART

    1. Isi lebih dulu kolom (2) Nama ART, (3) Hubungan dengan KRT, (4) Jenis kelamin, dan

    (5) Status Perkawinan, untuk semua ART. Lalu lanjutkan mengisi kolom (6) Nomor

  • 24

    keluarga, (7) Hubungan dengan Kepala Keluarga, dan Kolom (8) kapan mulai

    berkeluarga.

    2. KRT harus ditempatkan pada nomor urut 1, lalu dilanjutkan dengan pasangannya dan

    anak-anaknya yang belum kawin.

    3. Setelah mencatat butir 2, lanjutkan mencatat anak yang sudah kawin dengan diikuti

    pasangannya serta anak-anak mereka yang belum kawin.

    4. Lakukan pencatatan seperti butir 3 untuk setiap rumah tangga yang menjadi ART.

    Untuk Kepala Keluarga yang belum pernah kawin, kolom (8) tetap diisi kapan mulai

    terbentuk keluarga ini.

    Contoh Kasus:

    Kasus Pembantu

    No Urut Keluarga Hubungan dengan Kepala Keluarga

    1. Sebatang kara,sudah menikah No keluarga sendiri Kode 1

    2. Mempunyai keluarga lain di luar rumah tangga

    “-“ “-“

    3. Sebatang kara, < 17 atau belum menikah

    “-“ “-“

    4. Mempunyai keluarga yang tinggal bersama di rumah majikan

    No keluarga sendiri sesuaikan

    Keluarga adalah seseorang/sekelompok orang dalam ikatan perkawinan. Keluarga inti terdiri

    dari: suami, istri dan anak yang belum kawin.

    Seseorang yang sudah bercerai (hidup/mati) dianggap sebagai satu keluarga sendiri bersama

    dengan anak-anaknya yang belum kawin.

    Seseorang yang sudah dewasa (17+ atau pernah kawin) yang sudah mandiri atau tidak tinggal

    bersama dengan orang tuanya, dianggap juga keluarga tersendiri.

    Komposisi satu keluarga bisa terdiri dari :

    1. Suami, istri, dan anak yang belum kawin atau 2. Suami dan istri, atau 3. Seorang ayah dan anak, atau 4. Seorang ibu dan anak, atau 5. Seorang pria yang berstatus cerai hidup/mati, atau 6. Seorang wanita yang berstatus cerai hidup/ mati

  • 25

    Perlakuan bagi yang memiliki garis keturunan Timor Timor, belum kawin, dan tidak tinggal

    bersama orang tuanya :

    1. Jika usia 17 tahun atau lebih, dicatat sebagai satu keluarga tersendiri

    2. Jika usia dibawah 17 tahun yang tinggal bersama keluarga asal Timor Timur, tidak

    dicatat sebagai anggota keluarga tersebut bila mempunyai atau masih memiliki

    keluarga di tempat lain.

    3. Jika usia dibawah 17 tahun yang tinggal bersama keluarga lain (bukan asal Timor

    Timur), dicatat sebagai anggota keluarga tersebut bila mempunyai atau masih

    memiliki keluarga di tempat lain.

    4. Seseorang yang tinggal sendiri, dicatat sebagai keluarga tersendiri, bila sudah dewasa

    Anggota keluarga adalah orang yang memiliki hubungan keluarga di dalam tempat tinggal

    tersebut sesuai dengan kriteria keluarga.

    Kepala keluarga adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keluarga atau ditunjuk

    sebagai kepala keluarga.

    Istri/suami adalah istri/suami dari kepala keluarga.

    Anak, mencakup anak kandung, anak tiri, dan anak angkat (adopsi legal) kepala keluarga.

    Lainnya, yaitu mereka yang memiliki hubungan dengan kepala keluarga selain dua kategori

    di atas.

    Jenis Kelamin

    Jangan menduga jenis kelamin seseorang berdasarkan namanya. Untuk meyakinkannya

    tanyakan apakah anggota rumah tangga tersebut laki-laki atau perempuan.

    Status Perkawinan

    Belum kawin adalah status perkawinan bagi mereka yang belum pernah terikat dalam

    perkawinan sampai pada saat pendataan.

    Kawin adalah status perkawinan bagi mereka yang terikat dalam perkawinan atau mempunyai

    istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan) pada saat pendataan, baik tinggal bersama

    maupun terpisah. Dalam hal ini termasuk mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama,

    negara, dan sebagainya).

    Cerai hidup adalah berpisah sebagai suami-istri karena bercerai dan sekarang belum kawin

    lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara

  • 26

    hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus

    kawin, misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena bekerja,

    mencari pekerjaan, sekolah, atau untuk keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah

    kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup.

    Cerai mati adalah seseorang ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum kawin lagi.

    Isikan nomor urut anggota keluarga pemberi keterangan serta tuliskan jumlah anggota

    keluarga. Jika anggota keluarga berjumlah lebih dari 10 (sepuluh) orang maka tambahkan

    daftar WB-ATT.

    Bubuhkan cap jari (jempol kiri) dan tanda tangan di tempat yang telah disediakan bagi

    responden yang memberi keterangan. Bila responden tidak ada jempol kiri, maka

    gunakan jari sesuai urutan dibawah ini,

    1. Jempol kanan 2. Jari telunjuk kiri 3. Jari tengah kiri 4. Jari manis kiri 5. Jari kelingking kiri 6. Jempol kiri salah satu anggota rumah tangga

    BLOK III. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA

    Penulisan nama harus menggunakan huruf kapital

    Umur dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun

    yang terakhir. Perhitungan umur didasarkan pada kalender Masehi.

    Apabila responden tidak mengetahui bulan dan tahun lahirnya dengan pasti, usahakan untuk

    memperoleh keterangan mengenai umurnya dengan cara sebagai berikut:

    1. Melalui akte kelahiran, surat kenal lahir, kartu dokter, kartu imunisasi, dan Kartu

    Menuju Sehat (KMS) atau catatan lain yang dibuat oleh orang tuanya. Perhatikan

    tanggal dikeluarkannya surat-surat tersebut (misalnya KTP atau kartu keluarga) bila

    yang tercatat di sana adalah umur (bukan tanggal lahir).

    2. Menghubungkan waktu kelahiran responden dengan tanggal, bulan dan tahun kejadian

    atau peristiwa penting yang terjadi di Indonesia atau di daerah yang dikenal secara

    nasional maupun regional.

  • 27

    Contoh:

    Pemilu, gunung meletus, banjir, kebakaran, pemilihan kepala desa/lurah, dan

    sebagainya. Beberapa peristiwa penting yang dapat digunakan dalam memperkirakan

    umur antara lain:

    a) Pendaratan Jepang di Indonesia (1942).

    b) Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (1945).

    c) Pemilu I (1955).

    d) Pemberontakan G30S/PKI (1965).

    3. Membandingkan umur anggota ruta dengan saudara-saudara kandungnya. Mulailah

    dengan memperkirakan umur anak yang terkecil, kemudian bandingkan dengan anak

    kedua terkecil dengan menanyakan kira-kira berapa umur atau sudah bisa berbuat apa

    saja {duduk (6 bulan), merangkak (8 bulan), berdiri (9 bulan), berjalan (12 bulan)} si

    kakak waktu adiknya lahir atau mulai ada dalam kandungan. Lakukan cara-cara di atas

    ini untuk mencari keterangan mengenai anak-anak yang lebih besar.

    4. Membandingkan dengan anak tetangga/saudara yang diketahui umurnya dengan pasti.

    Perkirakan berapa bulan anak yang bersangkutan lebih tua atau lebih muda dari anak-

    anak tersebut.

    Jika bulan lahir tidak tahu maka isikan 99.

    Jika tahun lahir tidak tahu maka isikan 9999.

    Pendidikan

    Tidak/belum pernah bersekolah adalah tidak pernah atau belum pernah terdaftar dan

    tidak/belum pernah aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal

    maupun non formal (Paket A/B/C), termasuk juga yang tamat/belum tamat taman kanak-

    kanak tetapi tidak melanjutkan ke sekolah dasar.

    Masih bersekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu

    jenjang pendidikan formal maupun non formal (Paket A/B/C), yang berada di bawah

    pengawasan Kemdiknas, Kementrian Agama (Kemenag), Instansi Negeri lain maupun

    Instansi Swasta.

    Penjelasan: bagi mahasiswa yang sedang cuti dianggap masih bersekolah.

    Tidak bersekolah lagi adalah pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu

    jenjang pendidikan formal maupun non formal (Paket A/B/C), tetapi pada saat pendataan

    tidak lagi terdaftar dan tidak lagi aktif.

  • 28

    Ijazah/STTB meliputi:

    1) Tidak punya ijazah SD adalah kategori bagi mereka yang pernah bersekolah tetapi

    tidak/belum tamat Sekolah Dasar, Sekolah Luar Biasa Tingkat Dasar, Madrasah

    Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Pamong (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua dan

    Guru), Sekolah Dasar Kecil, Paket A1 s.d A100, SD Proyek Perintis Sekolah

    Pembangunan atau SD Indonesia (di Luar Negeri). Mereka yang tamat Sekolah Dasar

    3 tahun atau sederajat dianggap tidak tamat SD.

    2) Tamat SD/sederajat adalah tamat Sekolah Dasar (SD) atau sekolah yang

    setara/sederajat misalnya: Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Luar Biasa Tingkat Dasar,

    Sekolah Dasar Kecil, Sekolah Dasar Pamong, Paket A dan memperoleh ijazah

    persamaan SD, SD Proyek Perintis Sekolah Pembangunan dan SD Indonesia (di Luar

    Negeri).

    3) Tamat SMP/sederajat adalah tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sekolah

    yang setara/sederajat misalnya: Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah,

    MULO, HBS 3 tahun, Sekolah Luar Biasa Lanjutan Tingkat Pertama, SMP Proyek

    Perintis Sekolah Pembangunan, SMP Indonesia (di Luar Negeri) dan SMP Olahraga.

    4) Tamat SMA/SMK/sederajat adalah tamat Sekolah Menengah Atas/Kejuruan atau

    sekolah yang setara/sederajat misalnya: Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah,

    HBS 5 tahun, AMS, Sekolah Lanjutan Persiapan Pembangunan, SMA Proyek Perintis

    Sekolah Pembangunan, SMA Indonesia (di Luar Negeri), SMA para atlit, Sekolah

    Menengah Industri Kerajinan, Sekolah Menengah Seni Rupa, Sekolah Menengah

    Karawitan Indonesia, Sekolah Menengah Musik, Sekolah Menengah Teknolagi

    Pertanian, Sekolah Menengah Teknologi Perkapalan, Sekolah Menengah Teknologi

    Pertambangan, Sekolah Menengah Teknologi Grafika, Sekolah Menengah Pekerja

    Sosial, Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga, Sekolah Menengah Ekonomi

    Atas, Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak, Sekolah Asisten Apoteker, Kursus Pegawai

    Administrasi Atas, Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, dan Sekolah Menengah

    Analis Kimia.

    5) Tamat Akademi/perguruan tinggi adalah tamat dari Akademi/perguruan tinggi.

    Akademi meliputi :

    Tamat Diploma I/II adalah tamat program DI/DII pada suatu perguruan tinggi yang

    menyelenggarakan program diploma I/II pada pendidikan formal. Program Akta I dan

    II termasuk dalam jenjang pendidikan program DI/DII.

  • 29

    Tamat Diploma III/Akademi adalah tamat program DIII atau mendapat gelar sarjana

    muda pada suatu akademi atau perguruan tinggi yang menyelenggarakan program

    diploma atau mengeluarkan gelar sarjana muda, misalnya Akademi Seni Musik

    Indonesia, Akademi Seni Tari Indonesia, Akademi Bahasa Asing, Akademi Pimpinan

    Perusahaan, Akademi Kimia Analis, Akademi Meteorologi dan Geofisika.

    Perguruan Tinggi meliputi:

    Tamat Diploma IV/S1 adalah tamat program pendidikan Diploma IV atau Sarjana

    pada suatu Universitas/Institut/Sekolah Tinggi, sedangkan Program Akta IV sejajar

    dengan jenjang Diploma IV.

    Tamat S2/S3 adalah tamat program pendidikan Pasca Sarjana termasuk Doktor atau

    Spesialis I dan II pada suatu Universitas atau Perguruan tinggi.

    Catatan: Bagi siswa SD, SLTP dan SLTA yang baru dinyatakan lulus dari suatu jenjang

    pendidikan tertentu pada saat pencacahan dianggap sudah memiliki ijazah sesuai

    jenjangnya.

    Ketenagakerjaan

    Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu

    memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam sebulan

    terakhir. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus.

    Penghasilan atau keuntungan mencakup upah/gaji termasuk semua tunjangan dan bonus bagi

    pekerja/karyawan/pegawai dan hasil usaha berupa sewa atau keuntungan, baik berupa uang

    atau barang termasuk bagi pengusaha.

    Penjelasan:

    a. Melakukan pekerjaan dalam konsep bekerja adalah melakukan kegiatan

    ekonomi yang menghasilkan barang atau jasa.

    b. Orang yang melakukan kegiatan budidaya tanaman yang hasilnya hanya

    untuk dikonsumsi sendiri dianggap tidak bekerja, kecuali budidaya tanaman

    bahan makanan pokok, yaitu padi, jagung, sagu, dan atau palawija (ubi kayu,

    ubi jalar, kentang).

    c. Anggota ruta yang membantu melaksanakan pekerjaan kepala ruta atau

    anggota ruta yang lain, misal di sawah, ladang, warung/toko dan sebagainya

    dianggap bekerja walaupun tidak menerima upah/gaji (pekerja tak dibayar).

  • 30

    d. Orang yang memanfaatkan profesinya untuk keperluan keluarga sendiri

    dianggap bekerja.

    Contoh:

    i. Dokter yang mengobati anggota keluarga sendiri, tukang bangunan yang memperbaiki

    rumah sendiri, dan tukang jahit yang menjahit pakaian sendiri.

    ii. Seseorang yang mengusahakan persewaan mesin/alat pertanian, mesin industri,

    peralatan pesta, alat pengangkutan dan sebagainya dikategorikan bekerja.

    iii. Pembantu ruta termasuk kategori bekerja, baik sebagai anggota keluarga majikannya

    maupun bukan anggota keluarga majikannya.

    iv. Seseorang menyewakan tanah pertanian kepada orang lain secara bagi hasil,

    dikategorikan bekerja bila ia menanggung risiko (ada keterlibatan biaya produksi) atau

    turut mengelola atas usaha pertanian itu.

    v. Pekerja serabutan/bebas baik yang bekerja di sektor pertanian maupun nonpertanian

    yang sedang menunggu pekerjaan, dianggap tidak bekerja.

    vi. Seorang petinju atau penyanyi profesional yang sedang latihan dalam rangka

    profesinya, dianggap sebagai bekerja.

    Kategori mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah mereka yang

    mempunyai pekerjaan/usaha tetapi selama sebulan terakhir tidak bekerja karena sesuatu sebab

    seperti sakit, cuti, menunggu panen, atau mogok kerja. Mereka yang digolongkan sebagai

    punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah:

    1. Pekerja profesional yang sedang tidak bekerja karena sakit atau menunggu pekerjaan

    berikutnya. Contoh: Dalang, tukang pijat, dukun dan penyanyi.

    2. Pekerja tetap, pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak bekerja karena cuti,

    sakit, mangkir, mogok kerja, atau diistirahatkan sementara karena perusahaan

    menghentikan kegiatannya sementara, misalnya karena kerusakan mesin, bahan baku

    tidak tersedia dan sebagainya.

    3. Petani yang mengusahakan tanah pertanian sedang tidak bekerja karena alasan sakit

    atau menunggu pekerjaan berikutnya seperti menunggu panen atau musim hujan untuk

    menggarap sawah.

  • 31

    Penjelasan:

    1. Orang yang sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja pada saat

    pencacahan tidak dikategorikan sementara tidak bekerja. Isikan

    kegiatannya sesuai yang dilakukannya selama seminggu terakhir sebelum

    pencacahan.

    2. Pekerja bukan profesional, seperti pekerja serabutan/bebas, tukang cangkul

    keliling, buruh tani dan buruh lepas lainnya yang sementara tidak ada

    pekerjaan atau tidak melakukan kegiatan "bekerja" selama seminggu terakhir,

    tidak dikategorikan sebagai sementara tidak bekerja.

    Cara menentukan pekerjaan utama adalah sebagai berikut:

    1) Jika ART selama sebulan yang lalu hanya mempunyai satu pekerjaan, maka

    pekerjaan tersebut dicatat sebagai pekerjaan utama.

    2) Jika ART selama sebulan yang lalu mempunyai lebih dari satu pekerjaan, maka

    pekerjaan yang menggunakan waktu terbanyak dicatat sebagai pekerjaan utama. Jika

    waktu yang digunakan sama, maka pekerjaan yang memberikan penghasilan terbesar

    dianggap sebagai pekerjaan utama. Jika waktu yang digunakan sama dan

    penghasilannya juga sama besar, maka terserah pada responden pekerjaan mana yang

    dianggapnya merupakan pekerjaan utama.

    3) ART dianggap mempunyai pekerjaan lebih dari satu apabila pengelolaan pekerjaan

    tersebut dilakukan secara terpisah. Buruh tani, meskipun bekerja pada beberapa

    petani (pengelolaan terpisah) dikategorikan hanya mempunyai satu pekerjaan.

    Penjelasan:

    1) ART yang sedang cuti dan pada masa cuti tersebut ia tidak melakukan pekerjaan lain,

    maka pekerjaan utamanya adalah pekerjaan yang dia cutikan. Misalnya seseorang

    bekerja pada perusahaan asuransi, sebulan yang lalu dalam masa cuti sakit dan tidak

    melakukan kegiatan bekerja lain, maka lapangan pekerjaannya adalah pegawai

    perusahaan asuransi.

    2) ART yang sedang cuti dan pada masa cuti tersebut melakukan pekerjaan lain, maka

    salah satu dari pekerjaan lainnya itu merupakan pekerjaan utamanya. Misalnya

    seseorang bekerja di pabrik pertukangan kayu meubeler, sebulan yang lalu cuti atau

  • 32

    libur, dan dalam masa cuti itu ia membantu istrinya berjualan pakaian di pasar, maka

    lapangan pekerjaannya adalah “membantu usaha istri berjualan pakaian di pasar.”

    Kode pekerjaan utama dan tambahan :

    Kode Nama pekerjaan utama/tambahan

    01 Pertanian tanaman padi dan palawija (jagung, singkong, dll)

    02 Hortikultura (sayur, buah, tanaman hias, tanaman obat, dll)

    03 Perkebunan (tebu, teh, tembakau, karet, sawit, coklat, dll)

    04 Perikanan (penangkapan, budidaya, biota laut, dll) 05 Peternakan (pembibitan dan budidaya ternak besar/kecil, dll)

    06 Kehutanan dan pertanian lainnya (perburuan, sagu, rotan, dll)

    07 Pertambangan dan penggalian (pasir, emas, batubara, dll) 08 Industri pengolahan (anyaman, sepatu, pakaian, dll)

    09 Listrik dan gas (PLN, Non-PLN, PN Gas, strom aki, dll)

    10 Konstruksi/bangunan (gedung, jembatan, jalan, rumah, dll)

    11 Perdagangan (toko, pedagang keliling, kaki lima, supermarket, dll)

    12 Hotel dan rumah makan (wisma, penginapan, restoran, dll)

    13 Transportasi dan pergudangan (angkutan, ojek, becak, dll)

    14 Informasi dan komunikasi (TV, radio, pos, warnet, wartel, dll) 15 Keuangan dan asuransi (bank, penyedia dana berbadan hukum, dll)

    16 Jasa pendidikan (lembaga pendidikan, kursus, ponpes, dll)

    17 Jasa kesehatan (rumah sakit, puskesmas, apotek, dll) 18 Jasa kemasyarakatan, pemerintahan dan perorangan

    19 Lainnya (real estat, penyedia air, dll)

    BLOK IV KETERANGAN PERUMAHAN

    Blok ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan kesejahteraan rumah tangga ditinjau

    dari status penguasaan bangunan dan tanah, kualitas bangunan, sumber air minum,

    penerangan, sanitasi serta jenis bantuan yang pernah diterima sebelumnya.

    Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal

  • 33

    Milik sendiri, jika tempat tinggal tersebut pada waktu pencacahan betul-betul sudah milik

    KRT atau salah seorang anggota rumah tangga. Rumah yang dibeli secara angsuran

    melalui kredit bank atau rumah dengan status sewa beli dianggap rumah milik sendiri;

    Kontrak, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh KRT/anggota rumah tangga dalam

    jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara pemilik dan pemakai,

    misalnya 1 atau 2 tahun. Cara pembayaran biasanya sekaligus di muka atau dapat

    diangsur menurut persetujuan kedua belah pihak. Pada akhir masa perjanjian pihak

    pengontrak harus meninggalkan tempat tinggal yang didiami dan bila kedua belah pihak

    setuju bisa diperpanjang kembali dengan mengadakan perjanjian kontrak baru;

    Sewa, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh KRT atau salah seorang anggota rumah

    tangga dengan pembayaran sewanya secara teratur dan terus menerus tanpa batasan

    waktu tertentu;

    Bebas sewa milik orang lain, jika tempat tinggal tersebut diperoleh dari pihak lain

    (bukan famili/orang tua) dan ditempati/didiami oleh rumah tangga tanpa mengeluarkan

    suatu pembayaran apapun;

    Bebas sewa milik orang tua/sanak/saudara, jika tempat tinggal tersebut bukan milik

    sendiri melainkan milik orang tua/sanak/saudara dan tidak mengeluarkan suatu

    pembayaran apa pun untuk mendiami tempat tinggal tersebut;

    Dinas, jika tempat tinggal tersebut dimiliki dan disediakan oleh suatu instansi atau

    perusahaan tempat bekerja KRT/salah satu anggota rumah tangga baik dengan membayar

    sewa maupun tidak;

    Pengungsian, jika tempat tinggal tersebut merupakan lokasi pengungsian warga baru asal

    Timor Timur;

    Lainnya, jika tempat tinggal tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu

    kategori di atas, misalnya tempat tinggal milik bersama, rumah adat.

    Jenis Bukti Kepemilikan Tanah :

    1. Sertifikat Hak Milik (SHM) atas nama ART adalah SHM yang diterbitkan oleh

    Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau Kantor Agraria terhadap sebidang

    tanah/kavling kepada pemilik tanah, dalam hal ini salah seorang ART.

    2. Sertifikat Hak Milik (SHM) bukan atas nama ART adalah SHM yang diterbitkan

    oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau Kantor Agraria terhadap sebidang

  • 34

    tanah/kavling kepada pemilik tanah, dalam hal ini seseorang yang bukan termasuk

    ART.

    3. Sertifikat lain adalah tanda bukti yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional

    (BPN) atau Kantor Agraria terhadap sebidang tanah/kavling kepada pemilik tanah,

    dalam hal ini salah seorang ART. Sertifikat ini bisa berupa:

    a. SHGB (sertifikat hak guna bangunan)

    b. SHP (sertifikat hak pakai)

    c. SSRS (sertifikat atas satuan rumah susun)

    4. Lainnya (Girik, Akte Jual Beli, dll) adalah salah satu tanda bukti kepemilikan tanah

    oleh pejabat pembuat akta tanah (PPAT/Notaris). Girik adalah surat tanda bukti

    kepemilikan pemilik tanah yang biasa disebut juga salinan Letter C yang dikeluarkan

    Kepala Desa/Kelurahan, baik yang sudah dipecah maupun induknya. Akte Jual Beli

    adalah akte perjanjian jual beli yang diterbitkan oleh Notaris PPAT (Pejabat Pembuat

    Akte Tanah), baik yang sudah atas nama ART maupun orang lain. Termasuk di

    Lainnya adalah SHGU (Sertifikat Hak Guna Usaha). Tanda lain yang dianggap bisa

    menguatkan bukti penguasaan tetapi bukan bukti kepemilikan tanah, antara lain Surat

    lembaga lain yang bukan Notaris/PPAT, SPPT (d/h: Ipeda/kartu kuning), Keterangan

    lain, seperti IMB, surat izin menggarap (dari Perhutani).

    Catatan :

    Sertifikat yang dimiliki atas nama anggota rumah tangga yang sedang bepergian lebih

    dari 6 bulan (bukan anggota rumah tangga saat pendataan) dianggap sertifikat atas

    nama anggota rumah tangga. Misalnya sertifikat atas nama anggota rumah tangga

    yang bekerja atau sekolah di luar daerah namun pulang sewaktu libur, maka sertifikat

    dianggap atas nama anggota rumah tangga.

    Atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan sehingga orang yang mendiami di bawahnya

    terlindung dari terik matahari, hujan dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat, atap yang

    dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut.

    Beton adalah atap yang terbuat dari campuran semen, kerikil, dan pasir yang dicampur

    dengan air.

    Genteng adalah tanah liat yang dicetak dan dibakar. Termasuk pula genteng yang terbuat

    dari beton (genteng yang terbuat dari campuran semen dan pasir), genteng fiber cement,

    dan genteng keramik.

  • 35

    Sirap adalah atap yang terbuat dari kepingan kayu yang tipis dan biasanya terbuat dari

    kayu ulin atau kayu besi.

    Seng adalah atap yang terbuat dari bahan seng. Atap seng berbentuk seng rata, seng

    gelombang, termasuk genteng seng yang lazim disebut decrabond (seng yang dilapisi

    epoxy dan acrylic).

    Asbes adalah atap yang terbuat dari campuran serat asbes dan semen. Pada umumnya

    atap asbes berbentuk gelombang.

    Ijuk/rumbia adalah atap yang terbuat dari serat pohon aren/enau atau sejenisnya yang

    umumnya berwarna hitam.

    Lainnya adalah atap selain jenis atap di atas, misalnya papan, bambu, dan daun-daunan.

    Dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan bangunan fisik

    lainnya. Bila bangunan tersebut menggunakan lebih dari satu jenis dinding yang luasnya

    sama, maka yang dianggap sebagai dinding terluas adalah dinding yang bernilai lebih tinggi.

    Tembok adalah dinding yang terbuat dari susunan bata merah atau batako biasanya

    dilapisi plesteran semen. Termasuk dalam kategori ini adalah dinding yang terbuat dari

    pasangan batu merah dan diplester namun dengan tiang kolom berupa kayu balok, yang

    biasanya berjarak 1 - 1 21 m;

    Kayu adalah dinding yang terbuat dari kayu;

    Bambu adalah dinding yang terbuat dari bambu. Termasuk dalam kategori ini adalah

    dinding yang terbuat dari anyaman bambu dengan luas kurang lebih 1 m x 1 m yang

    dibingkai dengan balok, kemudian diplester dengan campuran semen dan pasir.

    Lainnya adalah selain kategori 1-3.

    Lantai adalah bagian bawah/dasar/alas pada lantai sebagian besar atau seluruh ruangan.

    Luas lantai bangunan tempat tinggal adalah jumlah luas lantai dari setiap bagian bangunan

    (sebatas atap) yang ditempati (dihuni) dan digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh

    keluarga, termasuk teras, garasi, tempat mencuci, WC, gudang, lantai setiap tingkat untuk

    bangunan bertingkat dalam satu bangunan sensus.

    Luas lantai tempat tinggal rumah tangga tidak termasuk ruangan khusus untuk usaha, warung,

    restoran, toko, salon, kandang ternak, lantai jemur (lamporan semen), lumbung padi dan lain-

  • 36

    lain. Untuk bangunan bertingkat, luas lantai adalah jumlah luas dari semua tingkat yang

    ditempati.

    Catatan:

    1. Jika satu bangunan sensus ditempati oleh beberapa rumah tangga, maka luas lantainya

    adalah luas lantai yang dipakai sendiri ditambah dengan ruangan yang dipakai bersama

    dibagi dengan banyaknya rumah tangga yang menggunakannya.

    2. Jika ada 2 bangunan terpisah yang ditempati oleh satu rumah tangga dan masih dalam satu

    blok sensus, maka luas lantainya dihitung seluruhnya.

    3. Taman yang di dalam rumah, atau yang disamping rumah namun masih di bawah atap,

    semuanya ditambahkan sebagai luas lantai.

    4. Jika luas lantai lebih dari 998 m2 ditulis 998.

    Sumber air minum utama

    Perlu pula diingat bahwa yang ditanyakan di sini adalah sumbernya. Jadi kalau rumah tangga

    mendapatkan air dari mata air yang disalurkan sampai ke rumah, maka sumber airnya adalah

    mata air. Bila responden menggunakan air yang berasal dari beberapa sumber air, maka pilih

    salah satu sumber air yang volume paling banyak digunakan oleh rumah tangga tersebut.

    Air kemasan bermerk adalah air yang diproduksi dan didistribusikan oleh suatu

    perusahaan dalam kemasan botol (500 ml, 600 ml, 1 liter, 12 liter, atau 19 liter) dan

    kemasan gelas; misalnya air kemasan merk Aqua, Moya, 2 Tang, VIT, dsb.

    Air isi ulang adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan tidak memiliki

    merk.

    Leding meteran adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan

    sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air sampai di

    rumah responden. Sumber air ini diusahakan oleh PAM (Perusahaan Air Minum), PDAM

    (Perusahaan Daerah Air Minum), atau BPAM (Badan Pengelola Air Minum), baik

    dikelola oleh pemerintah maupun swasta.

    Leding eceran adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan

    (air PAM) sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air

    di tempat tertentu/umum. Rumah tangga yang mendapatkan air leding dengan cara ini

    baik dengan cara membeli atau tidak termasuk dalam kategori ini.

  • 37

    Sumur bor/pompa adalah air tanah yang cara pengambilannya dengan menggunakan

    pompa tangan, pompa listrik, atau kincir angin, termasuk sumur artesis (sumur pantek).

    Sumur terlindung adalah air yang berasal dari dalam tanah yang digali dan lingkar

    sumur tersebut dilindungi oleh tembok paling sedikit 0,8 meter di atas tanah dan 3 meter

    ke bawah tanah, serta ada lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar sumur.

    Sumur tak terlindung adalah air yang berasal dari dalam tanah yang digali dan lingkar

    sumur tersebut tidak dilindungi oleh tembok dan lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar

    sumur.

    Mata air terlindung adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan

    sendirinya dan terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci, atau lainnya.

    Mata air tak terlindung adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan

    sendirinya tetapi tidak terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci, atau

    lainnya.

    Air sungai adalah air yang berasal dari sungai.

    Air hujan adalah air yang berasal dari hujan, biasanya di daerah yang sulit air, sehingga

    pada musim penghujan mereka menampung air hujan tersebut di suatu bak/kolam,

    sehingga pada waktu musim kemarau air tersebut bisa dipergunakan.

    Lainnya adalah sumber air selain yang tersebut di atas seperti air waduk/danau.

    Penjelasan:

    a. Rumah tangga yang minum dari air leding yang diperoleh dari pedagang air keliling

    dianggap mempunyai sumber air minum leding eceran.

    b. Rumah tangga yang air minumnya berasal dari mata air atau air hujan yang ditampung

    dan dialirkan ke rumah dengan menggunakan pipa pralon/pipa leding maka sumber air

    minumnya tetap mata air atau air hujan.

    c. Rumah tangga yang menggunakan dua sumber air minum atau lebih, maka sumber air

    minum yang dicatat adalah yang terbanyak dimanfaatkan selama sebulan terakhir.

    d. Bila suatu rumah tangga menggunakan sumur terlindung sebagai sumber air minum,

    namun dalam mengambil (menaikkan) airnya, rumah tangga itu menggunakan pompa

    (pompa tangan atau pompa listrik), maka sumber air minum rumah tangga tersebut tetap

    dikategorikan sebagai sumur terlindung.

    e. Untuk sumber air dari leding, sumur terlindung dan sumur tak terlindung berlaku baik

    yang terletak di dalam rumah, di luar rumah, maupun di tempat umum.

  • 38

    Jarak ke penampungan adalah jarak sumber air minum utama yang ada di lingkungan

    rumah tangga itu sendiri maupun tetangga ke penampungan kotoran.

    Penggunaan Fasilitas Air Minum

    Pendekatan yang digunakan adalah air minum yang banyak digunakan dalam satu bulan

    terakhir. Instalasi yang dikelola oleh non-PAM/PDAM dapat menggunakan cara penjernihan

    air yang sama atau berbeda dengan PAM/PDAM, seperti penyaluran air dari mata air ke

    rumah dengan menggunakan pipa atau bambu.

    Sendiri, bila fasilitas air minum hanya digunakan oleh rumah tangga responden saja.

    Bersama, bila fasilitas air minum digunakan oleh rumah tangga responden bersama

    dengan beberapa rumah tangga tertentu.

    Umum, bila fasilitas air minum dapat digunakan oleh setiap rumah tangga.

    Tidak ada fasilitas, bila fasilitas air minum rumah tangga responden jaraknya > 2,5

    km atau mengambil air langsung dari sungai/danau/air hujan tanpa proses

    penjernihan dengan mesin penjernih air atau membeli.

    Cara Memperoleh Air Minum

    Membeli adalah apabila membeli air untuk minum. Contoh: Leding dari PAM/

    PDAM/BPAM, atau air kemasan.

    Tidak membeli adalah bila diperoleh dengan usaha sendiri tanpa harus membayar.

    Penjelasan: Bila menyuruh tetangga untuk mengambil air dari waduk dengan memberi upah,

    cara memperoleh air minum dianggap membeli.

    Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh air minum (pulang-pergi) adalah dalam

    menit.

    Fasilitas tempat buang air besar adalah ketersediaan jamban atau kakus yang digunakan

    oleh rumah tangga responden.

    Sendiri adalah bila fasilitas tempat buang air besar yang digunakan khusus oleh rumah

    tangga responden, walaupun kadang-kadang ada yang menumpang.

    Bersama adalah bila fasilitas tempat buang air besar digunakan bersama dengan

    beberapa rumah tangga tertentu. Tidak ada batasan berapa rumah tangga yang

  • 39

    menggunakan secara bersama-sama, asalkan penggunaannya terbatas pada beberapa

    rumah tangga.

    Umum adalah bila fasilitas tempat buang air besar yang penggunaannya tidak terbatas

    pada rumah tangga tertentu, tetapi siapa saja dapat menggunakannya. Contoh MCK yang

    disediakan pemerintah untuk masyarakat, dan sejenisnya.

    Tidak ada bila rumah tangga responden tidak mempunyai fasilitas tempat buang air

    besar, misalnnya lahan terbuka yang bisa digunakan untuk buang air besar

    (tanah/kebun/halaman/semak belukar), pantai, sungai, danau, kolam dan lainnya.

    Kloset adalah tempat duduk/jongkok yang digunakan di WC/kakus.

    Leher angsa adalah kloset yang di bawah dudukannya terdapat saluran berbentuk

    huruf “U” (seperti leher angsa) dengan maksud menampung air untuk menahan agar

    bau tinja tidak keluar.

    Plengsengan adalah jamban/kakus yang di bawah dudukannya terdapat saluran rata

    yang dimiringkan ke pembuangan kotoran.

    Cemplung/cubluk adalah jamban/kakus yang di bawah dudukannya tidak ada

    saluran, sehingga tinja langsung ke tempat pembuangan/penampungan akhirnya.

    Tempat Pembuangan Akhir Tinja merupakan tempat akhir dimana tinja dibuang, baik

    melalui saluran ataupun tidak.

    Tangki/SPAL adalah tempat pembuangan akhir yang berupa bak penampungan,

    biasanya terbuat dari pasangan bata/batu atau beton baik mempunyai bak resapan maupun

    tidak, termasuk di sini daerah permukiman yang mempunyai Saluran Pembuangan Air

    Limbah (SPAL) terpadu yang dikelola oleh pemerintah kota. Dalam sistem pembuangan

    limbah cair seperti ini, air limbah rumah tangga tidak ditampung di dalam tangki atau

    wadah semacamnya, tetapi langsung dialirkan ke suatu tempat pengolahan limbah cair.

    Di tempat pengolahan tersebut, limbah cair diolah sedemikian rupa (dengan teknologi

    tertentu) sehingga terpilah menjadi 2 bagian yaitu lumpur dan air. Air hasil pengolahan

    ini dianggap aman untuk dibuang ke tanah atau badan air (sungai, danau, laut). Pada

    beberapa jenis jamban/kakus yang disediakan di tempat umum/keramaian, seperti di

    taman kota, tempat penampungannya dapat berupa tong yang terbuat dari logam atau

    kayu. Tempat penampungan ini bisa dilepas untuk diangkut ke tempat pembuangan.

  • 40

    Dalam hal demikian tempat pembuangan akhir dari jamban/kakus ini dianggap sebagai

    tangki;

    Kolam/sawah, bila limbahnya dibuang ke kolam/sawah;

    Sungai/danau/laut, bila limbahnya dibuang ke sungai/danau/laut;

    Lubang tanah, bila limbahnya dibuang ke dalam lubang tanah yang tidak diberi

    pembatas/tembok (tidak kedap air);

    Pantai/tanah lapang/kebun, bila limbahnya dibuang ke daerah pantai atau tanah lapang,

    termasuk dibuang ke kebun;

    Lainnya, bila limbahnya dibuang ke tempat selain yang telah disebutkan di atas.

    Pertanyaan mengenai listrik ditujukan untuk mendapatkan data animo masyarakat dalam

    penggunaan listrik. Apabila rumah tangga ini menggunakan lebih dari satu sumber

    penerangan, maka pilih sumber penerangan yang mempunyai nilai lebih tinggi (kode

    terkecil).

    Listrik PLN adalah sumber penerangan listrik yang dikelola oleh PLN. Rumah tangga

    dikatakan menggunakan listrik PLN baik menggunakan maupun tidak menggunakan

    meteran (volumetrik).

    Listrik non-PLN adalah sumber penerangan listrik yang dikelola oleh instansi/pihak lain

    selain PLN termasuk yang menggunakan sumber penerangan dari accu (aki), generator,

    dan pembangkit listrik tenaga surya (yang tidak dikelola oleh PLN).

    Petromak/aladin adalah Sumber penerangan dari minyak tanah seperti petromak/lampu

    tekan, dan aladin (termasuk lampu gas).

    Pelita/sentir/obor adalah Lampu minyak tanah lainnya (teplok, sentir, pelita, dan

    sejenisnya).

    Lainnya adalah Lampu karbit, lilin, biji jarak, dan kemiri.

    Tempat Tinggal lain dan Penerimaan Bantuan

    Suatu keluarga dikatakan mempunyai tempat tinggal lain bila ada salah satu anggota keluarga

    yang mempunyai tempat tinggal di tempat lain selain rumah/bangunan ini.

  • 41

    Suatu keluarga dikatakan pernah mendapat bantuan perumahan bila bantuannya dalam bentuk

    rumah jadi/siap pakai. Bila bantuannya dalam bentuk bahan (semen, batu bata, pasir, seng dan

    lainnya) tidak termasuk mendapat bantuan perumahan.

    Sebagai WB-ATT, setiap keluarga akan ditanyakan tentang bantuan yang pernah diterima,

    seperti bantuan pendidikan, pekerjaan, dan perumahan. Termasuk yang ditanyakan kepada

    keluarga adalah sumber bantuan atau siapa pemberi bantuan.

    BLOK IV.B KETERANGAN PERUMAHAN PENGUNGSIAN

    Pada bagian ini ditanyakan kepada rumah tangga yang tinggal di pengungsian terkait bentuk

    fisik pengungsian, kondisi bangunan, dan kesediaan rumah tangga untuk dipindahkan

    (direlokasi) ke lokasi lain di luar pengungsian.

    Kondisi Bangunan disini merupakan kondisi bangunan yang dilihat secara kasat mata berdasarkan kerusakan dari sisi atap, dinding, dan lantai.

    Baik adalah rumah yang kerangka pokoknya (kerangka atap, dinding, dan lantai) atau

    komponen bangunannya belum memerlukan perbaikan.

    Rusak ringan adalah rumah yang kerangka pokoknya atau sebagian kecil komponen

    bangunannya memerlukan perbaikan atau salah satu kerangka pokoknya rusak, misalnya

    dinding saja yang rusak.

    Rusak sedang adalah rumah yang dua dari kerangka pokoknya rusak atau sebagian besar

    komponen bangunannya memerlukan perbaikan.

    Rusak berat adalah rumah yang seluruh kerangka pokoknya memerlukan perbaikan

    segera karena membahayakan keselamatan penghuninya.

    BLOK V. CATATAN

    Blok ini digunakan untuk mencatat segala hal penting yang terkait dengan isian dokumen

    seperti kepemilikan dokumen-dokumen yang terkait keberadaan responden saat di Timor

    Timur, contoh KTP dan Kartu Keluarga pada saat masih Provinsi Timor Timur.

    BLOK VI. KETERANGAN PETUGAS

    Blok ini mencatat keterangan tentang petugas (pencacah dan pengawas) yang bertanggung

    jawab melakukan pencacahan dan pemeriksaan Kuesioner WB-ATT serta keterangan tanggal

    pencacahan dan pemeriksaan.

  • 42

    Kode petugas

    kotak 1 s.d. 2 adalah kode kabupaten/kota, untuk kotak ke-3 kode 1 untuk pencacah, kode 2

    untuk pengawas dan kode 9 untuk Task Force. Kotak 4 s.d. 5 untuk nomor urut

    pencacah/pengawas dalam 1 kabupaten/kota.

  • 43

    LAMPIRAN

  • 44