Upload
phungdung
View
222
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Kualitas Audit
a. Pengertian Audit
Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu
proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan.
Audit menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing
Concepts) dalam Haryono Yusuf (2002) adalah
“Pengauditan adalah suatu proses sistimatis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secaraobyektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”
b. Standar Audit
Arens (2008:42) menyatakan bahwa standar auditing
merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi
12
tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan
historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas
professional seperti Kompetensi dan Independensi, persyaratan
pelaporan, dan bukti. (dalam Hanny dkk, 2011).
Standar Auditing dalam Haryono Yusuf (2002) menurut
SPAP yang disahkan per 1 Agustus 1994 (SA Seksi 150) :
“Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “Prosedur” menyangkut langkah yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang bersangkutan. Jadi, berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu profesional (Professional Qualities) auditor independen dan pertimbangan (Judgment) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor.”
Standar audit yang telah ditetapkan dan disahkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Standar Umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai
auditor.
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
Independensi dalam sikap mental harus dipertahan oleh
auditor.
c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama.
13
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian
intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan
konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan.
3) Standar Pelaporan
a) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum.
b) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang
didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam periode sebelumnya.
c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
audit.
14
Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit, jika ada, dan tingkat
tanggungjawab yang dipikul.
c. Pengertian Kualitas Audit
De Angelo mendefinisikan Kualitas Audit sebagai
kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan
menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem
akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan
menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor
(Kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung
pada Independensi auditor (Kusharyanti 2003 dalam Siti Hardjanti,
2011).
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit
yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi
standar auditing dan standar pengendalian mutu. Langkah-langkah
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Kualitas Audit adalah
15
1) Me ningkatkan pendidikan profesionalnya,
2) Mempertahankan Independensi dalam sikap mental,
3) Dalam melaksanakan pekerjaan audit, menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama,
4) Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik,
5) Memahami struktur pengendalian intern klien dengan baik,
6) Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten,
7) Membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi klien atau
sesuai dengan hasil temuan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit
a. Kompetensi
Menurut SPAP tahun 2001, Standar umum pertama
menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau
lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga, menyebutkan
bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan
cermat dan seksama (due professional care).
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan Nomor: PER – 1274/K/JF/2010 Tentang
Pendidikan, Pelatihan, dan Sertifikasi Auditor Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah diatur dalam Pasal 3 dan 4, yaitu:
16
1) Pasal 3
a) Diklat auditor bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keahlian/keterampilan, dan sikap profesional dengan
dilandasi kepribadian dan etika agar dapat melaksanakan
tugas-tugas pengawasan secara profesional, efisien dan
efektif serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b) Sertifikasi Auditor bertujuan untuk menentukan kelayakan
dalam memenuhi syarat kompetensi.
2) Pasal 4
a) Sasaran Diklat Auditor adalah terwujudnya Auditor yang:
(1) Memiliki pengetahuan, keahlian/keterampilan dan sikap
profesional sesuai dengan Standar Kompetensi Auditor.
(2) Mampu mengimplementasikan pengetahuan,
keahlian/keterampilan, dan sikap profesional yang
dimiliki dalam melaksanakan tugas-tugas pengawasan
secara efisien dan efektif; dan
(3) Mampu memelihara dan mengembangkan pengetahuan,
keahlian/ keterampilan dan sikap profesional secara
berkelanjutan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang pengawasan.
b) Sasaran Sertifikasi Auditor adalah terwujudnya pegawai
yang mempunyai sertifikat Auditor yang dapat
melaksanakan tugas-tugas pengawasan intern pemerintah
17
secara profesional, efisien, efektif dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Menurut Suraida (2005), Kompetensi adalah kualifikasi yang
dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar,
yang diukur dengan indikator mutu personal, pengetahuan umum,
dan keahlian khusus. Kompetensi berkaitan dengan keahlian
profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan
formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan,
seminar, maupun symposium.
b. Tekanan Waktu
Dalam setiap melakukan kegiatan audit, auditor akan
menemukan adanya suatu kendala dalam menentukan waktu untuk
mengeluarkan hasil audit yang akurat dan sesuai dengan aturan
yang ditetapkan. Tekanan Waktu yang dialami oleh auditor ini
dapat berpengaruh terhadap menurunnya Kualitas Audit karena
auditor dituntut untuk menghasilkan hasil audit yang baik dengan
waktu yang telah dijanjikan dengan klien.
Menurut De Zoort dan Lord (1997) dalam Andini (2011),
yang menyebutkan bahwa saat menghadapi tekanan anggaran
waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu,
fungsional dan disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku
auditor untuk bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-
18
baiknya. Sedangkan, tipe disfungsional adalah perilaku auditor
yang membuat penurunan Kualitas Audit.
Penurunan kualitas audit ini disebabkan adanya faktor
dalam pembatasan pengumpulan bukti yang dilakukan oleh
auditor, ada dua faktor yaitu faktor biaya dan waktu. Herningsih
(2001) dalam Amalia Yuliana dkk, (2009), auditor dituntut untuk
melakukan efisiensi biaya dan waktu dalam melaksanakan audit.
Tekanan waktu memiliki dua dimensi sebagai berikut :
1) Time Budget Pressure merupakan keadaan dimana auditor
dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu
yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam
anggaran yang sangat ketat.
2) Time Deadline Pressure merupakan kondisi dimana auditor
dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya.
c. Pengalaman Kerja
Pengalaman Kerja menurut SPAP (2001), dalam standar
umum pertama PSA no 4, yaitu dalam melaksanakan audit untuk
sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa
bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang
auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan
formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman
selanjutnya dalam praktik audit. Pengalaman Kerja auditor adalah
19
pengalaman yang dimiliki auditor dalam melakukan audit yang
dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya
tugas pemeriksaan yang telah dilakukan.
Pengalaman menurut Mulyadi (2002), seorang auditor
harus mempunyai pengalaman dalam kegiatan auditnya,
pendidikan formal dan Pengalaman Kerja dalam profesi akuntan
merupakan dua hal penting dan saling melengkapi. Pemerintah
mensyaratkan Pengalaman Kerja sekurang-kurangnya tiga tahun
sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit bagi akuntan
yang ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik.
Menurut Arens (2004), sesuai dengan standar umum dalam
Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan
memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang
ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan
berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti.
d. Etika
Menurut S. Munawir (1984), Etika adalah suatu prinsip
moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya
seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh
masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan
martabat dan kehormatan seseorang.
Kode Etik Akuntan Indonesia dapat diartikan :
20
1) Sebagai suatu sistem prinsip-prinsip moral dan pelaksanaan
peraturan yang memberikan pedoman kepada akuntan dalam
berhubungan dengan klien, masyarakat dan akuntan lain
sesama profesi.
2) Suatu alat atau sarana untuk memberikan keyakinan kepada
klien, pemakai laporan keuangan dan masyarakat pada
umumnya tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan oleh
akuntan.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia sebagaimana
ditetapkan dalam Kongres VIII Ikatan Akuntan Indonesia di
Jakarta pada tahun 1998 terdiri dari (Haryono Yusuf, 2002 : 11) :
1) Prinsip Etika
2) Aturan Etika
3) Interpretasi Etika
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika
yang mengatur pelaksanaan pemberi jasa profesional oleh anggota.
Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh
anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota
Himpunan dan hanya mengikat Anggota Himpunan yan
bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi
yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan yang
telah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan
21
Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya.
1) Prinsip-prinsip Etika
Kode Etik dalam Kongres VIII Ikatan Akuntan
Indonesia di Jakarta pada tahun 1998 (Haryono Yusuf, 2002)
memuat delapan prinsip Etika sebagai berikut :
(a) Tanggung jawab profesi.
Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan
moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
(b) Kepentingan publik.
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa
bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme.
(c) Integritas.
Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin.
(d) Objektivitas.
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan
bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya.
(e) Kompetensi dan kehati-hatian profesional.
22
Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya dengan hati-hati, Kompetensi dan
ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan
profesional.
(f) Kerahasiaan.
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan
informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan.
(g) Perilaku Profesional.
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten
dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan
yang dapat mendiskreditkan profesi.
(h) Standar Teknis.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya dengan standar teknis dan standar
profesional yang relevan.
e. Independensi
Independensi menurut standar umum SA seksi 220 dalam
SPAP (2001), standar ini mengharuskan auditor bersikap
independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia
23
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum(dibedakan
dalam hal ia praktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia
tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab
bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia
akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting
untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun,
independensi dalam hal ini tidak berarti sperti sikap seorang
penuntut dalam perkara pengadilan, namun lebih dapat disamakan
dengan sikap tidak memihaknya seorang hakim. Auditor mengakui
kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemiliki
perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang
meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan
auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur.
Independensi menurut Arens dkk. (2008:111) berarti
mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya
harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam
penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact) ada
bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak
bias sepanjang audit, sedangkan Independensi dalam penampilan
(independent in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas
Independensi ini.
Independensi menurut Mulyadi (2002:26-27) berarti sikap
mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak
24
lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti
adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan
fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam
diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Unike (2007) dalam Indrawan (2010) menyatakan bahwa
Independensi dapat diproksikan menjadi empat indikator, yaitu :
1) Lama hubungan dengan klien
2) Tekanan dari klien
3) Telaah dari rekan auditor, dan
4) Pemberian jasa non audit.
Independensi pada dasarnya merupakan sesuatu yang
dirasakan oleh masing-masing menurut apa yang diyakini sedang
berlangsung (Pusdiklatwas BPKP 2008). Sehubungan dengan hal
tersebut, Independensi auditor dapat ditinjau dan dievaluasi dari
dua sisi, yakni Independensi praktisi dan Independensi profesi.
Secara lengkap hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Independensi Praktisi
Merupakan Independensi yang faktual atau nyata yang
diperoleh atau dipertahankan oleh auditor dalam seluruh
rangkaian kegiatan audit, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan hingga tahap pelaporan. Independensi dalam fakta
ini merupakan tinjauan terhadap kebebasan yang sesungguhnya
25
dimiliki oleh auditor, sehingga merupakan kondisi ideal yang
harus diciptakan oleh auditor.
2) Independensi Profesi
Merupakan Independensi yang ditinjau menurut citra
(image) auditor dari pandangan publik atau masyarakat umum
terhadap auditor yang bertugas. Independensi menurut tinjauan
ini sering pula dinamakan Independensi dalam penampilan
(independence in appearance). Independensi menurut tinjauan
ini sangat krusial karena tanpa keyakinan publik bahwa seorang
auditor adalah independen, maka segala hal yang dilakukan
serta pendapatnya tidak akan mendapat penghargaan dari
publik atau pemakainya.
B. Penelitian yang Relevan
Berikut adalah ringkasan dari penelitian terdahulu yang menjadi
dasar dari penelitian empiris ini :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Mawar Indah (2010)
Universitas Diponegoro
Penelitian Siti Nur Mawar Indah (2010) meneliti tentang
Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit. Hasilnya menunjukkan Pengetahuan dengan tingkat
signifikansi 0,005 dan nilai t hitung sebesar 3,343 hal ini menjukkan
bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh positif terhadap
26
Kompetensi. Pengalaman dengan tingkat signifikansi 0,001 dan nilai t
hitung sebesar 2,900 hal ini menjukkan bahwa pengetahuan
mempunyai pengaruh positif terhadap Kompetensi. Lama hubungan
dengan klien, dengan tingkat signifikansi 0,032 dan nilai t hitung
sebesar -2,189 hal ini menjukkan bahwa lama hubungan dengan klien
mempunyai pengaruh negatif terhadap terhadap Independensi.
Tekanan dari klien dengan tingkat signifikansi 0,004 dan nilai t hitung
sebesar -3,010 hal ini menjukkan bahwa tekanan dari klien
mempunyai pengaruh negatif terhadap Independensi. Dan telaah dari
rekan auditor dengan tingkat signifikansi 0,042 dan nilai t hitung
sebesar 2,074 hal ini menjukkan bahwa telaah dari rekan auditor
mempunyai pengaruh positif terhadap Independensi.
Persamaan penelitian ini dengan relevan adalah sama-sama
meneliti tentang pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap
Kualitas Audit, sedangkan perbedaannya adalah:
a. Penelitian ini menambah variabel Tekanan Waktu, Pengalaman
Kerja dan Etika sebagai variabel independen.
b. Penelitian Siti Nur Mawar Indah (2010) menggunakan KAP di
Semarang, sedangkan penelitian ini menggunakan KAP di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
27
2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Hardjanti (2011) Universitas
Negeri Yogyakarta
Penelitian Siti Hardjanti (2011) meneliti tentang Pengaruh
Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan
Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel Pengalaman Kerja dengan tingkat
signifikansi 2,000 dan nilai t hitung 2,502 memiliki pengaruh positif
terhadap Kualitas Audit. Variabel Independensi dengan tingkat
signifikansi 2,000 dan nilai t hitung 3,555 memiliki pengaruh positif
terhadap Kualitas Audit. Variabel Kompetensi dengan tingkat
signifikansi 2,000 dan nilai t hitung 4,538 memiliki pengaruh positif
dengan Kualitas Audit.
Persamaan penelitian ini dengan relevan adalah sama-sama
meneliti tentang pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi dan
Kompetensi, sedangkan perbedaan penelitian ini:
a. Peneliti menambahkan variabel Tekanan Waktu dan Etika sebagai
varibel independen.
b. Penelitian ini menggunakan beberapa KAP di Yogyakarta, BPK
Perwakilan Provinsi DIY dan BPKP Perwakilan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta tahun 2011, sedangkan peneliti
menggunakan 6 KAP di Daerah Istimewa Yogyakarta.
28
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nungky Nurmalita Sari (2011)
Universitas Diponegoro
Penelitian Nungky Nurmalita Sari (2011) tentang Pengaruh
Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Etika
Auditor Terhadap Kualitas Audit. Berdasarkan penelitian yang
terdahulu, terdapat pengaruh positif antara variabel Kompetensi,
Pengalaman Kerja, Etika dan Independensi. Semakin tinggi tingkat
Kompetensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula tingkat
auditor dalam menghasilkan Kualitas Audit yang akurat. Variabel
Pengalaman Kerja menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman
auditor melakukan kegiatan audit maka tingkat auditor dalam
menghasilkan Kualitas Audit semakin akurat. Dan variabel Etika dan
Independensi menunjukkan bahwa semakin tinggi auditor menjaga
sikap tidak terpengaruh oleh pihak lain dalam mengambil keputusan
maka semakin akurat tingkat Kualitas Audit yang dihasilkan.
Persamaan penelitian ini dengan relevan adalah sama-sama
meneliti tentang pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi dan Etika.
Sedangkan perbedaannya adalah
a. Peneliti menambahkan variabel Kompetensi dan Tekanan Waktu
sebagai variabel independen.
b. Nungky Nurmalita Sari (2011) menggunakan KAP di Semarang
tahun 2011, sedangkan peneliti menggunakan KAP di Daerah
Istimewa Yogyakarta tahun 2012.
29
4. Penelitian yang dilakukan oleh Andini Ika Setyorini (2011) Universitas
Diponegoro
Penelitian Andini Ika Setyorini (2011) tentang Pengaruh
Komplesitas Audit, Tekanan Anggaran Waktu, dan Pengalaman
Auditor Terhadap Kualitas Audit dengan Variabel Moderating
Pemahaman Terhadap Sistem Informasi. Menunjukkan bahwa tekanan
anggaran waktu mempunyai pengaruh negatif terhadap Kualitas Audit
karena auditor menganggap bahwa dengan adanya batasan waktu
dalam kegiatan audit, maka temuan sebagai bukti audit kurang
maksimal dan akan menurunkan Kualitas Audit yang akan dihasilkan.
Variabel Pengalaman Kerja menunjukkan bahwa pengalaman
mempunyai pengaruh positif terhadap Kualitas Audit karena semakin
banyaknya pengalaman auditor, maka kejadian yang ada dalam
kegiatan audit dapat dipahami oleh auditor, sehingga akan
meningkatkan Kualitas Audit.
Persamaan penelitian ini dengan relevan yaitu sama-sam
meneliti pengaruh Tekanan Waktu dan Pengalaman Kerja.
Perbedaannya adalah penelitian terdahulu menggunkan variabel
moderating terhadap sistem informasi dan Andini Ika Setyorini (2011)
menggunakan KAP di Semarang, sedangkan peneliti menambakan
variabel Independensi, Kompetensi dan Etika sebagai variabel
independen dan menggunakan KAP di Daerah Istimewa Yogyakarta
tahun 2012.
30
5. Penelitian yang dilakukan oleh Heryandi Prabowo (2010) Universitas
Negeri Yogyakarta
Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Independensi,
Pengalaman dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus
Persepsi Auditor di Yogyakarta)”. Dari penelitian tersebut dihasilkan
bahwa secaraa umum auditor di Yogyakarta memiliki Independensi,
Pengalaman dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit. Variabel
Independensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit yang
ditunjukkan dengan nilai thitung 3,528 dan tingkat signifikansi sebesar
0,001. Variabel Pengalaman berpengaruh signifikan terhadap Kualitas
Audit yang ditunjukkan dengan nilai thitung 2,911 dan tingkat
signifikansi sebesar 0,006, dan variabel Akuntabilitas berpengaruh
signifikan terhadap Kualitas Audit yang ditunjukkan dengan nilai thitung
8,061 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Persamaan penelitian sekarang dengan terdahulu yaitu
menggunakan dua variabel yang sama, yaitu Independensi dan
Pengalaman sebagai variabel independen dan Kualitas Audit sebagai
variabel dependen. Perbedaan penelitian sekarang dan dahulu yaitu
penelitian dahulu melihat tentang persepsi auditor di Yogyakarta dan
penelitian dilakukan pada tahun 2010, sedangkan peneliti melakukan
penelitian pada KAP di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012.
31
6. Penelitian yang dilakukan oleh Devi Indrayanti (2010) Universitas
Negeri Yogyakarta
Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Penerapan Kode Etik
Akuntan Indonesia Terhadap Peningkatan Independensi Akuntan
Publik (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta)”.
Dari penelitian tersebut dihasilkan bahwa Kode Etik dapat
meningkatkan Independensi akuntan. Variabel Penerapan Kode Etik
Akuntan Indonesia berpengaruh signifikan dengan Peningkatan
Independensi Akuntan Publik di Yogyakarta ditunjukkan dengan nilai
thitung 4,459 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Persamaan penelitian sekarang dengan terdahulu yaitu
menggunakan kode etik atau Etika. yaitu Etika sebagai variabel
independen, sedangkan perbedaan penelitian ini terletak pada variabel
dependen. Penelitian ini menggunakan variabel Kualitas Audit
sedangkan penelitian terdahulu menggunakan variabel Peningkatan
Independensi Akuntan Publik di Yogyakarta sebagai variabel
dependen dan dilakukan pada tahun 2010, sedangkan peneliti
melakukan penelitian pada KAP di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun
2012.
C. Kerangka Berpikir
Dalam menghasilkan Kualitas Audit yang akurat, dapat dipercaya
dan dapat dipertanggungjawabkan, maka auditor tersebut harus memiliki
32
beberapa sikap sebagai dasar dalam mengambil keputusan kegiatan
auditnya. Sikap yang harus dimiliki auditor tersebut antara lain :
Kompetensi, Tekanan Waktu, Pengalaman Kerja, Etika dan Independensi.
Kompetensi adalah salah satu sikap auditor yang harus mempunyai
pengetahuan dan keahlian profesional dalam kegiatan auditnya. Karena
dalam mengevaluasi laporan keuangan, maka auditor dituntut untuk paham
laporan keuangan yang baik dan memiliki keahlian tertentu dalam bidang
laporan keuangan yang akan diaudit untuk menghasilkan Kualitas Audit
yang akurat.
Selain itu, Tekanan Waktu bagi auditor juga dapat mempengaruhi
Kualitas Audit, dimana Tekanan Waktu digunakan sebagai batasan yang
diberikan auditor dalam menyelesaikan kegiatan audit. Jika auditor tidak
dapat menggunakan waktu itu sebaik-baiknya, maka akan berpengaruh
langsung terhadap penurunan Kualitas Audit yang akan dikeluarkan.
Pengalaman Kerja merupakan dasar yang harus dimiliki oleh
auditor dalam kegiatan mengevaluasi laporan keuangan, semakin lama
Pengalaman Kerja yang dimiliki auditor, maka auditor dapat menggunakan
kemampuan tersebut dalam memahami berbagai laporan yang telah
diauditnya dan auditor dapat membuat Kualitas Audit yang lebih baik dari
hasil audit sebelumnya.
Etika juga mempunyai pengaruh yang positif karena auditor harus
memperhatikan beberapa aturan yang telah dibuat oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) dalam menjalin hubungan dengan klien. Etika digunakan
33
sebagai dasar yang harus dimengerti oleh auditor dalam menjag
hubungannya dengan klien selama kegiatan audit dilakukan. Hal ini harus
diperhatikan oleh auditor untuk mendukung Independensi auditor dalam
mengeluarkan pendapat atau pernyataan auditor dari hasil pemeriksaan
audit yang telah dilakukan.
Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari
seorangauditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk
menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari
auditor. Karena jika auditorkehilangan Independensinya maka laporan
audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga
tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Jadi,
Independensi merupakan salah satu standar audit yang harus dipenuhi agar
audit yang dilaksanakan auditor berkualitas (dalam Siti Hardjanti, 2011).
34
H1
H2
H3
H4
H5
H6
D. Paradigma Penelitian
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Keterangan gambar :
: Pengaruh secara simultan
: Pengaruh secara parsial
“ Pengaruh Kompetensi, Tekanan Waktu, Pengalaman Kerja, Etika
dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit ”
Kualitas Audit (Y)
Kompetensi Auditor (X1)
Etika Auditor (X4)
Tekanan Waktu Auditor (X2)
Pengalaman Kerja Audtor (X3)
Independensi Auditor (X5)
35
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
H1 : Kompetensi Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit
2. Pengaruh Tekanan Waktu Auditor Terhadap Kualitas Audit
H2 : Tekanan Waktu Auditor berpengaruh negatif terhadap Kualitas
Audit
3. Pengaruh Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Kualitas Audit
H3 : Pengalaman Kerja Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas
Audit
4. Pengaruh Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit
H4 : Etika Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit
5. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
H5 : Independensi Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit
6. Pengaruh Kompetensi, Tekanan Waktu, Pengalaman Kerja, Etika dan
Indpendensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
H6 : Kompetensi, Tekanan Waktu, Pengalaman Kerja, Etika dan
Independesi Auditor secara simultan berpengaruh positif terhadap
Kualitas Audit