25
11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Kualitas Audit a. Pengertian Audit Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Audit menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) dalam Haryono Yusuf (2002) adalah “Pengauditan adalah suatu proses sistimatis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.” b. Standar Audit Arens (2008:42) menyatakan bahwa standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi

11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

11

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Kualitas Audit

a. Pengertian Audit

Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu

proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti

secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat

kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria

yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada

pemakai yang berkepentingan.

Audit menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing

Concepts) dalam Haryono Yusuf (2002) adalah

“Pengauditan adalah suatu proses sistimatis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secaraobyektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”

b. Standar Audit

Arens (2008:42) menyatakan bahwa standar auditing

merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi

Page 2: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

12

tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan

historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas

professional seperti Kompetensi dan Independensi, persyaratan

pelaporan, dan bukti. (dalam Hanny dkk, 2011).

Standar Auditing dalam Haryono Yusuf (2002) menurut

SPAP yang disahkan per 1 Agustus 1994 (SA Seksi 150) :

“Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “Prosedur” menyangkut langkah yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang bersangkutan. Jadi, berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu profesional (Professional Qualities) auditor independen dan pertimbangan (Judgment) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor.”

Standar audit yang telah ditetapkan dan disahkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut :

1) Standar Umum

a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang

memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai

auditor.

b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,

Independensi dalam sikap mental harus dipertahan oleh

auditor.

c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,

auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya

dengan cermat dan seksama.

Page 3: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

13

2) Standar Pekerjaan Lapangan

a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika

digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian

intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan

menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan

dilakukan.

c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan

konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan auditan.

3) Standar Pelaporan

a) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan

telah disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang

Berlaku Umum.

b) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang

didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten

diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode

berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang

diterapkan dalam periode sebelumnya.

c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus

dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan

audit.

Page 4: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

14

Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat

mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi

bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat

secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus

dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan

laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas

mengenai sifat pekerjaan audit, jika ada, dan tingkat

tanggungjawab yang dipikul.

c. Pengertian Kualitas Audit

De Angelo mendefinisikan Kualitas Audit sebagai

kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan

menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem

akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan

menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor

(Kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung

pada Independensi auditor (Kusharyanti 2003 dalam Siti Hardjanti,

2011).

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit

yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi

standar auditing dan standar pengendalian mutu. Langkah-langkah

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Kualitas Audit adalah

Page 5: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

15

1) Me ningkatkan pendidikan profesionalnya,

2) Mempertahankan Independensi dalam sikap mental,

3) Dalam melaksanakan pekerjaan audit, menggunakan kemahiran

profesionalnya dengan cermat dan seksama,

4) Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik,

5) Memahami struktur pengendalian intern klien dengan baik,

6) Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten,

7) Membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi klien atau

sesuai dengan hasil temuan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit

a. Kompetensi

Menurut SPAP tahun 2001, Standar umum pertama

menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau

lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup

sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga, menyebutkan

bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,

auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan

cermat dan seksama (due professional care).

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan Nomor: PER – 1274/K/JF/2010 Tentang

Pendidikan, Pelatihan, dan Sertifikasi Auditor Aparat Pengawasan

Intern Pemerintah diatur dalam Pasal 3 dan 4, yaitu:

Page 6: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

16

1) Pasal 3

a) Diklat auditor bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,

keahlian/keterampilan, dan sikap profesional dengan

dilandasi kepribadian dan etika agar dapat melaksanakan

tugas-tugas pengawasan secara profesional, efisien dan

efektif serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b) Sertifikasi Auditor bertujuan untuk menentukan kelayakan

dalam memenuhi syarat kompetensi.

2) Pasal 4

a) Sasaran Diklat Auditor adalah terwujudnya Auditor yang:

(1) Memiliki pengetahuan, keahlian/keterampilan dan sikap

profesional sesuai dengan Standar Kompetensi Auditor.

(2) Mampu mengimplementasikan pengetahuan,

keahlian/keterampilan, dan sikap profesional yang

dimiliki dalam melaksanakan tugas-tugas pengawasan

secara efisien dan efektif; dan

(3) Mampu memelihara dan mengembangkan pengetahuan,

keahlian/ keterampilan dan sikap profesional secara

berkelanjutan sesuai dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi di bidang pengawasan.

b) Sasaran Sertifikasi Auditor adalah terwujudnya pegawai

yang mempunyai sertifikat Auditor yang dapat

melaksanakan tugas-tugas pengawasan intern pemerintah

Page 7: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

17

secara profesional, efisien, efektif dan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Menurut Suraida (2005), Kompetensi adalah kualifikasi yang

dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar,

yang diukur dengan indikator mutu personal, pengetahuan umum,

dan keahlian khusus. Kompetensi berkaitan dengan keahlian

profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan

formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan,

seminar, maupun symposium.

b. Tekanan Waktu

Dalam setiap melakukan kegiatan audit, auditor akan

menemukan adanya suatu kendala dalam menentukan waktu untuk

mengeluarkan hasil audit yang akurat dan sesuai dengan aturan

yang ditetapkan. Tekanan Waktu yang dialami oleh auditor ini

dapat berpengaruh terhadap menurunnya Kualitas Audit karena

auditor dituntut untuk menghasilkan hasil audit yang baik dengan

waktu yang telah dijanjikan dengan klien.

Menurut De Zoort dan Lord (1997) dalam Andini (2011),

yang menyebutkan bahwa saat menghadapi tekanan anggaran

waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu,

fungsional dan disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku

auditor untuk bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-

Page 8: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

18

baiknya. Sedangkan, tipe disfungsional adalah perilaku auditor

yang membuat penurunan Kualitas Audit.

Penurunan kualitas audit ini disebabkan adanya faktor

dalam pembatasan pengumpulan bukti yang dilakukan oleh

auditor, ada dua faktor yaitu faktor biaya dan waktu. Herningsih

(2001) dalam Amalia Yuliana dkk, (2009), auditor dituntut untuk

melakukan efisiensi biaya dan waktu dalam melaksanakan audit.

Tekanan waktu memiliki dua dimensi sebagai berikut :

1) Time Budget Pressure merupakan keadaan dimana auditor

dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu

yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam

anggaran yang sangat ketat.

2) Time Deadline Pressure merupakan kondisi dimana auditor

dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya.

c. Pengalaman Kerja

Pengalaman Kerja menurut SPAP (2001), dalam standar

umum pertama PSA no 4, yaitu dalam melaksanakan audit untuk

sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa

bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang

auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan

formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman

selanjutnya dalam praktik audit. Pengalaman Kerja auditor adalah

Page 9: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

19

pengalaman yang dimiliki auditor dalam melakukan audit yang

dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya

tugas pemeriksaan yang telah dilakukan.

Pengalaman menurut Mulyadi (2002), seorang auditor

harus mempunyai pengalaman dalam kegiatan auditnya,

pendidikan formal dan Pengalaman Kerja dalam profesi akuntan

merupakan dua hal penting dan saling melengkapi. Pemerintah

mensyaratkan Pengalaman Kerja sekurang-kurangnya tiga tahun

sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit bagi akuntan

yang ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik.

Menurut Arens (2004), sesuai dengan standar umum dalam

Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan

memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang

ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan

berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti.

d. Etika

Menurut S. Munawir (1984), Etika adalah suatu prinsip

moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya

seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh

masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan

martabat dan kehormatan seseorang.

Kode Etik Akuntan Indonesia dapat diartikan :

Page 10: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

20

1) Sebagai suatu sistem prinsip-prinsip moral dan pelaksanaan

peraturan yang memberikan pedoman kepada akuntan dalam

berhubungan dengan klien, masyarakat dan akuntan lain

sesama profesi.

2) Suatu alat atau sarana untuk memberikan keyakinan kepada

klien, pemakai laporan keuangan dan masyarakat pada

umumnya tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan oleh

akuntan.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia sebagaimana

ditetapkan dalam Kongres VIII Ikatan Akuntan Indonesia di

Jakarta pada tahun 1998 terdiri dari (Haryono Yusuf, 2002 : 11) :

1) Prinsip Etika

2) Aturan Etika

3) Interpretasi Etika

Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika

yang mengatur pelaksanaan pemberi jasa profesional oleh anggota.

Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh

anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota

Himpunan dan hanya mengikat Anggota Himpunan yan

bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi

yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan yang

telah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak

berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan

Page 11: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

21

Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan

penerapannya.

1) Prinsip-prinsip Etika

Kode Etik dalam Kongres VIII Ikatan Akuntan

Indonesia di Jakarta pada tahun 1998 (Haryono Yusuf, 2002)

memuat delapan prinsip Etika sebagai berikut :

(a) Tanggung jawab profesi.

Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan

moral dan profesional dalam semua kegiatan yang

dilakukannya.

(b) Kepentingan publik.

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa

bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,

menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan

komitmen atas profesionalisme.

(c) Integritas.

Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab

profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin.

(d) Objektivitas.

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan

bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan

kewajiban profesionalnya.

(e) Kompetensi dan kehati-hatian profesional.

Page 12: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

22

Setiap anggota harus melaksanakan jasa

profesionalnya dengan hati-hati, Kompetensi dan

ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk

mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan

profesional.

(f) Kerahasiaan.

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan

informasi yang diperoleh selama melakukan jasa

profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan

informasi tersebut tanpa persetujuan.

(g) Perilaku Profesional.

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten

dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan

yang dapat mendiskreditkan profesi.

(h) Standar Teknis.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa

profesionalnya dengan standar teknis dan standar

profesional yang relevan.

e. Independensi

Independensi menurut standar umum SA seksi 220 dalam

SPAP (2001), standar ini mengharuskan auditor bersikap

independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia

Page 13: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

23

melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum(dibedakan

dalam hal ia praktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia

tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab

bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia

akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting

untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun,

independensi dalam hal ini tidak berarti sperti sikap seorang

penuntut dalam perkara pengadilan, namun lebih dapat disamakan

dengan sikap tidak memihaknya seorang hakim. Auditor mengakui

kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemiliki

perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang

meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan

auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur.

Independensi menurut Arens dkk. (2008:111) berarti

mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya

harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam

penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact) ada

bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak

bias sepanjang audit, sedangkan Independensi dalam penampilan

(independent in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas

Independensi ini.

Independensi menurut Mulyadi (2002:26-27) berarti sikap

mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak

Page 14: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

24

lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti

adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan

fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam

diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Unike (2007) dalam Indrawan (2010) menyatakan bahwa

Independensi dapat diproksikan menjadi empat indikator, yaitu :

1) Lama hubungan dengan klien

2) Tekanan dari klien

3) Telaah dari rekan auditor, dan

4) Pemberian jasa non audit.

Independensi pada dasarnya merupakan sesuatu yang

dirasakan oleh masing-masing menurut apa yang diyakini sedang

berlangsung (Pusdiklatwas BPKP 2008). Sehubungan dengan hal

tersebut, Independensi auditor dapat ditinjau dan dievaluasi dari

dua sisi, yakni Independensi praktisi dan Independensi profesi.

Secara lengkap hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Independensi Praktisi

Merupakan Independensi yang faktual atau nyata yang

diperoleh atau dipertahankan oleh auditor dalam seluruh

rangkaian kegiatan audit, mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan hingga tahap pelaporan. Independensi dalam fakta

ini merupakan tinjauan terhadap kebebasan yang sesungguhnya

Page 15: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

25

dimiliki oleh auditor, sehingga merupakan kondisi ideal yang

harus diciptakan oleh auditor.

2) Independensi Profesi

Merupakan Independensi yang ditinjau menurut citra

(image) auditor dari pandangan publik atau masyarakat umum

terhadap auditor yang bertugas. Independensi menurut tinjauan

ini sering pula dinamakan Independensi dalam penampilan

(independence in appearance). Independensi menurut tinjauan

ini sangat krusial karena tanpa keyakinan publik bahwa seorang

auditor adalah independen, maka segala hal yang dilakukan

serta pendapatnya tidak akan mendapat penghargaan dari

publik atau pemakainya.

B. Penelitian yang Relevan

Berikut adalah ringkasan dari penelitian terdahulu yang menjadi

dasar dari penelitian empiris ini :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Mawar Indah (2010)

Universitas Diponegoro

Penelitian Siti Nur Mawar Indah (2010) meneliti tentang

Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas

Audit. Hasilnya menunjukkan Pengetahuan dengan tingkat

signifikansi 0,005 dan nilai t hitung sebesar 3,343 hal ini menjukkan

bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh positif terhadap

Page 16: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

26

Kompetensi. Pengalaman dengan tingkat signifikansi 0,001 dan nilai t

hitung sebesar 2,900 hal ini menjukkan bahwa pengetahuan

mempunyai pengaruh positif terhadap Kompetensi. Lama hubungan

dengan klien, dengan tingkat signifikansi 0,032 dan nilai t hitung

sebesar -2,189 hal ini menjukkan bahwa lama hubungan dengan klien

mempunyai pengaruh negatif terhadap terhadap Independensi.

Tekanan dari klien dengan tingkat signifikansi 0,004 dan nilai t hitung

sebesar -3,010 hal ini menjukkan bahwa tekanan dari klien

mempunyai pengaruh negatif terhadap Independensi. Dan telaah dari

rekan auditor dengan tingkat signifikansi 0,042 dan nilai t hitung

sebesar 2,074 hal ini menjukkan bahwa telaah dari rekan auditor

mempunyai pengaruh positif terhadap Independensi.

Persamaan penelitian ini dengan relevan adalah sama-sama

meneliti tentang pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap

Kualitas Audit, sedangkan perbedaannya adalah:

a. Penelitian ini menambah variabel Tekanan Waktu, Pengalaman

Kerja dan Etika sebagai variabel independen.

b. Penelitian Siti Nur Mawar Indah (2010) menggunakan KAP di

Semarang, sedangkan penelitian ini menggunakan KAP di Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Page 17: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

27

2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Hardjanti (2011) Universitas

Negeri Yogyakarta

Penelitian Siti Hardjanti (2011) meneliti tentang Pengaruh

Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan

Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel Pengalaman Kerja dengan tingkat

signifikansi 2,000 dan nilai t hitung 2,502 memiliki pengaruh positif

terhadap Kualitas Audit. Variabel Independensi dengan tingkat

signifikansi 2,000 dan nilai t hitung 3,555 memiliki pengaruh positif

terhadap Kualitas Audit. Variabel Kompetensi dengan tingkat

signifikansi 2,000 dan nilai t hitung 4,538 memiliki pengaruh positif

dengan Kualitas Audit.

Persamaan penelitian ini dengan relevan adalah sama-sama

meneliti tentang pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi dan

Kompetensi, sedangkan perbedaan penelitian ini:

a. Peneliti menambahkan variabel Tekanan Waktu dan Etika sebagai

varibel independen.

b. Penelitian ini menggunakan beberapa KAP di Yogyakarta, BPK

Perwakilan Provinsi DIY dan BPKP Perwakilan Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta tahun 2011, sedangkan peneliti

menggunakan 6 KAP di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Page 18: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

28

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nungky Nurmalita Sari (2011)

Universitas Diponegoro

Penelitian Nungky Nurmalita Sari (2011) tentang Pengaruh

Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Etika

Auditor Terhadap Kualitas Audit. Berdasarkan penelitian yang

terdahulu, terdapat pengaruh positif antara variabel Kompetensi,

Pengalaman Kerja, Etika dan Independensi. Semakin tinggi tingkat

Kompetensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula tingkat

auditor dalam menghasilkan Kualitas Audit yang akurat. Variabel

Pengalaman Kerja menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman

auditor melakukan kegiatan audit maka tingkat auditor dalam

menghasilkan Kualitas Audit semakin akurat. Dan variabel Etika dan

Independensi menunjukkan bahwa semakin tinggi auditor menjaga

sikap tidak terpengaruh oleh pihak lain dalam mengambil keputusan

maka semakin akurat tingkat Kualitas Audit yang dihasilkan.

Persamaan penelitian ini dengan relevan adalah sama-sama

meneliti tentang pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi dan Etika.

Sedangkan perbedaannya adalah

a. Peneliti menambahkan variabel Kompetensi dan Tekanan Waktu

sebagai variabel independen.

b. Nungky Nurmalita Sari (2011) menggunakan KAP di Semarang

tahun 2011, sedangkan peneliti menggunakan KAP di Daerah

Istimewa Yogyakarta tahun 2012.

Page 19: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

29

4. Penelitian yang dilakukan oleh Andini Ika Setyorini (2011) Universitas

Diponegoro

Penelitian Andini Ika Setyorini (2011) tentang Pengaruh

Komplesitas Audit, Tekanan Anggaran Waktu, dan Pengalaman

Auditor Terhadap Kualitas Audit dengan Variabel Moderating

Pemahaman Terhadap Sistem Informasi. Menunjukkan bahwa tekanan

anggaran waktu mempunyai pengaruh negatif terhadap Kualitas Audit

karena auditor menganggap bahwa dengan adanya batasan waktu

dalam kegiatan audit, maka temuan sebagai bukti audit kurang

maksimal dan akan menurunkan Kualitas Audit yang akan dihasilkan.

Variabel Pengalaman Kerja menunjukkan bahwa pengalaman

mempunyai pengaruh positif terhadap Kualitas Audit karena semakin

banyaknya pengalaman auditor, maka kejadian yang ada dalam

kegiatan audit dapat dipahami oleh auditor, sehingga akan

meningkatkan Kualitas Audit.

Persamaan penelitian ini dengan relevan yaitu sama-sam

meneliti pengaruh Tekanan Waktu dan Pengalaman Kerja.

Perbedaannya adalah penelitian terdahulu menggunkan variabel

moderating terhadap sistem informasi dan Andini Ika Setyorini (2011)

menggunakan KAP di Semarang, sedangkan peneliti menambakan

variabel Independensi, Kompetensi dan Etika sebagai variabel

independen dan menggunakan KAP di Daerah Istimewa Yogyakarta

tahun 2012.

Page 20: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

30

5. Penelitian yang dilakukan oleh Heryandi Prabowo (2010) Universitas

Negeri Yogyakarta

Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Independensi,

Pengalaman dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus

Persepsi Auditor di Yogyakarta)”. Dari penelitian tersebut dihasilkan

bahwa secaraa umum auditor di Yogyakarta memiliki Independensi,

Pengalaman dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit. Variabel

Independensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit yang

ditunjukkan dengan nilai thitung 3,528 dan tingkat signifikansi sebesar

0,001. Variabel Pengalaman berpengaruh signifikan terhadap Kualitas

Audit yang ditunjukkan dengan nilai thitung 2,911 dan tingkat

signifikansi sebesar 0,006, dan variabel Akuntabilitas berpengaruh

signifikan terhadap Kualitas Audit yang ditunjukkan dengan nilai thitung

8,061 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000.

Persamaan penelitian sekarang dengan terdahulu yaitu

menggunakan dua variabel yang sama, yaitu Independensi dan

Pengalaman sebagai variabel independen dan Kualitas Audit sebagai

variabel dependen. Perbedaan penelitian sekarang dan dahulu yaitu

penelitian dahulu melihat tentang persepsi auditor di Yogyakarta dan

penelitian dilakukan pada tahun 2010, sedangkan peneliti melakukan

penelitian pada KAP di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012.

Page 21: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

31

6. Penelitian yang dilakukan oleh Devi Indrayanti (2010) Universitas

Negeri Yogyakarta

Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Penerapan Kode Etik

Akuntan Indonesia Terhadap Peningkatan Independensi Akuntan

Publik (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta)”.

Dari penelitian tersebut dihasilkan bahwa Kode Etik dapat

meningkatkan Independensi akuntan. Variabel Penerapan Kode Etik

Akuntan Indonesia berpengaruh signifikan dengan Peningkatan

Independensi Akuntan Publik di Yogyakarta ditunjukkan dengan nilai

thitung 4,459 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000.

Persamaan penelitian sekarang dengan terdahulu yaitu

menggunakan kode etik atau Etika. yaitu Etika sebagai variabel

independen, sedangkan perbedaan penelitian ini terletak pada variabel

dependen. Penelitian ini menggunakan variabel Kualitas Audit

sedangkan penelitian terdahulu menggunakan variabel Peningkatan

Independensi Akuntan Publik di Yogyakarta sebagai variabel

dependen dan dilakukan pada tahun 2010, sedangkan peneliti

melakukan penelitian pada KAP di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun

2012.

C. Kerangka Berpikir

Dalam menghasilkan Kualitas Audit yang akurat, dapat dipercaya

dan dapat dipertanggungjawabkan, maka auditor tersebut harus memiliki

Page 22: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

32

beberapa sikap sebagai dasar dalam mengambil keputusan kegiatan

auditnya. Sikap yang harus dimiliki auditor tersebut antara lain :

Kompetensi, Tekanan Waktu, Pengalaman Kerja, Etika dan Independensi.

Kompetensi adalah salah satu sikap auditor yang harus mempunyai

pengetahuan dan keahlian profesional dalam kegiatan auditnya. Karena

dalam mengevaluasi laporan keuangan, maka auditor dituntut untuk paham

laporan keuangan yang baik dan memiliki keahlian tertentu dalam bidang

laporan keuangan yang akan diaudit untuk menghasilkan Kualitas Audit

yang akurat.

Selain itu, Tekanan Waktu bagi auditor juga dapat mempengaruhi

Kualitas Audit, dimana Tekanan Waktu digunakan sebagai batasan yang

diberikan auditor dalam menyelesaikan kegiatan audit. Jika auditor tidak

dapat menggunakan waktu itu sebaik-baiknya, maka akan berpengaruh

langsung terhadap penurunan Kualitas Audit yang akan dikeluarkan.

Pengalaman Kerja merupakan dasar yang harus dimiliki oleh

auditor dalam kegiatan mengevaluasi laporan keuangan, semakin lama

Pengalaman Kerja yang dimiliki auditor, maka auditor dapat menggunakan

kemampuan tersebut dalam memahami berbagai laporan yang telah

diauditnya dan auditor dapat membuat Kualitas Audit yang lebih baik dari

hasil audit sebelumnya.

Etika juga mempunyai pengaruh yang positif karena auditor harus

memperhatikan beberapa aturan yang telah dibuat oleh Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI) dalam menjalin hubungan dengan klien. Etika digunakan

Page 23: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

33

sebagai dasar yang harus dimengerti oleh auditor dalam menjag

hubungannya dengan klien selama kegiatan audit dilakukan. Hal ini harus

diperhatikan oleh auditor untuk mendukung Independensi auditor dalam

mengeluarkan pendapat atau pernyataan auditor dari hasil pemeriksaan

audit yang telah dilakukan.

Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari

seorangauditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam

melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk

menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari

auditor. Karena jika auditorkehilangan Independensinya maka laporan

audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga

tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Jadi,

Independensi merupakan salah satu standar audit yang harus dipenuhi agar

audit yang dilaksanakan auditor berkualitas (dalam Siti Hardjanti, 2011).

Page 24: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

34

H1

H2

H3

H4

H5

H6

D. Paradigma Penelitian

Gambar 1. Paradigma Penelitian

Keterangan gambar :

: Pengaruh secara simultan

: Pengaruh secara parsial

“ Pengaruh Kompetensi, Tekanan Waktu, Pengalaman Kerja, Etika

dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit ”

Kualitas Audit (Y)

Kompetensi Auditor (X1)

Etika Auditor (X4)

Tekanan Waktu Auditor (X2)

Pengalaman Kerja Audtor (X3)

Independensi Auditor (X5)

Page 25: 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian

35

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

H1 : Kompetensi Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit

2. Pengaruh Tekanan Waktu Auditor Terhadap Kualitas Audit

H2 : Tekanan Waktu Auditor berpengaruh negatif terhadap Kualitas

Audit

3. Pengaruh Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Kualitas Audit

H3 : Pengalaman Kerja Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas

Audit

4. Pengaruh Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit

H4 : Etika Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit

5. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

H5 : Independensi Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit

6. Pengaruh Kompetensi, Tekanan Waktu, Pengalaman Kerja, Etika dan

Indpendensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

H6 : Kompetensi, Tekanan Waktu, Pengalaman Kerja, Etika dan

Independesi Auditor secara simultan berpengaruh positif terhadap

Kualitas Audit