Upload
abdul-joshua-oh-mandai
View
95
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
I. Pengantar Wilayah kota merupakan pusat kegiatan ekonomi agar dapat melayani kota itu
sendiri maupun daerah sekitarnya. Agara dapat mewujudkan efektifitas, efisiensi pemanfaatan ruang dan tatanan
ruang yang baik sebagai tempat berlangsungnya kegiatan ekonomi dan social budaya, maka setiap kota perlu dikelola secara optimal melalui proses penataan ruang dan peraturan perencanaan kota setiap kota / wilayah.
Sesuai Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang “Penataan Ruang “ pasal 11
ayat 2, pemerintahan daerah kota memiliki hak dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah kota meliputi : Perencanaan tata ruang wilayah kota
→ meliputi proses dan prosedur penyusunan serta penetapan rencana tata ruang wilayah (RTRW).
Pemanfaatan ruang wilayah kota Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
Berikut beberapa peraturan yang berkaitan dengan perencanaan kota di Indonesia, yaitu : Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok-Pokok
Agraria Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan permukiman Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Undang-Undang Nomor28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan dan
Pembangunan Nasional Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batu Bara Peraturan pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
Peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah
Peraturan pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan Peraturan pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandar-udaraan Peraturan pemerintah Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penata-gunaan Tanah Peraturan pemerintah Nomor 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol Peraturan pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Peraturan pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan Peraturan pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah antar Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota
Peraturan pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan
Peraturan pemerintah Nomor 8 Tahun2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
Peraturan pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional
Peraturan pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah Peraturan pemerintah Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budi
Daya Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi
Penatanaan Ruang Nasional
II. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Berikut isi dari Peraturan Daerah Kota Medan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2008 – 2028 :
1) Bagian Pertama → Pengertian Umum pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : Daerah adalah Kota Medan.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan.
Kepala Daerah adalah Walikota Medan.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Medan.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya.
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan system jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945.
Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hokum bagi
Pemerintahan, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan
ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.
Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang.
Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif / aspek fungsional.
Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan
pelayanan pada tingkat wilayah.
Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan.
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi.
Kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber
daya buatan.
Budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agrobisnis.
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah
kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasab perkotaan inti dengan
kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional
yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi
dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000
(satu juta) jiwa.
Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 atau lebih kawasan
metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem.
Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkugan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai
warisan dunia.
Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
bidang penataan ruang.
2) Bagian Kedua → Muatan RTRW Kota Medan (pasal 2) Muatan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, mencakup: Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kota Medan.
Rencana Struktur Wilayah Kota Medan, memuat pengembangan dan kriteria
system perkotaan wilayah Kota Medan, pengembangan dan kriteria sistem jaringan tranportasi, pengembangan dan kriteria sistem jaringan energi, pengembangan dan kriteria sistem jaringan telekomunikasi, pengembangan dan kriteria sistem jaringan sumber daya air, muatan rencana struktur ruang sistem Kota Medan.
Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Medan, memuat peruntukan dan rencana pengelolaan kawasan lindung, peruntukan dan rencana pengelolaan kawasan budidaya wilayah Kota Medan.
Penetapan Kawasan Strategis Kota Medan, memuat kawasan stretegis pertahanan keamanan, kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial dan budaya, serta kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkung hidup Kota Medan.
Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Medan, memuat arahan pengembangan infrastruktur, arahan pengembangan wilayah, arahan penatagunaan sumber daya alam Kota Medan, dan Indikasi program utama.
Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Medan, memuat indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif disisentif, dan arahan sanksi.
Pengawasan Penataan Ruang Wilayah Kota Medan, memuat pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, fungsi dan manfaat, dan pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, pemantauan dan evaluasi, pelaporan serta hak, kewajiban dan peran serta masyarakat.
3) Bagian Ketiga → Fungsi dan Manfaat RTRW Kota Medan (pasal 3)
a) Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, adalah Menjaga konsistensi perkembangan Kota Medan dengan strategi
perkotaan nasional dan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara dalam jangka panjang;
Menciptakan keserasian perkembangan Kota Medan dengan wilayah sekitarnya;
Menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah.
b) Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, adalah sebagai pedoman untuk: Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di Wilayah Kota
Medan; Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan
perkembangan dan keserasian antar sector Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau
masyarakat di Kota Medan (rujukan bagi penerbitan ijin lokasi bagi pembangunan);
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Medan; Pemanfaatan ruang bagi kegiatan pembangunan.
4) Bagian ke-empat → Lingkup Wilayah Perencanaan RTRW Kota Medan (pasal 4) Lingkup wilayah perencanaan dalam kegiatan penyusunan Penyempurnaan RTRW Kota Medan ini, meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Medan dengan 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan dengan luas 26.510 Ha serta Mebidang dengan Struktur Umum.
5) Bagian Ke-lima → Jangka Waktu Pelaksanaan Paasl 5
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota adalah rencana tata ruang dalam wilayah administrasi Kota dengan jangka waktu perencanaan 20 tahun, yaitu mulai dari tahun 2008 – 2028.
Pasal 6 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan digambarkan dalam peta wilayah Kota Medan dengan tingkat ketelitian minimal skala 1 : 20.000, yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Peraturan Daerah ini.
III. Tujuan, Kebijakan dan Strategi 1) Tujuan Penataan Wilayah Kota Medan → pasal 7
Tujuan Penataan Ruang Kota Medan yang akan dituju sesuai dengan visi Kota Medan
yaitu: “Mewujudkan wilayah Kota Medan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi”
2) Kebijakan Penataan Wilayah Kota Medan → pasal 8
Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka kebijakan penataan
ruang Kota Medan adalah sebagai berikut :
Mewujudkan Kota Medan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
melalui pembangunan kota yang berkeadilan ;
Mewujudkan perekonomian kota yang tangguh dan dinamis, melalui
peningkatan daya saing dan daya tarik yang tinggi sebagai daerah tujuan
investasi;
Mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Metropolitan dan sekaligus sebagai
Pusat Kegiatan Nasional melalui pembangunan sarana dan prasarana kota
yang modern, dan asri;
Mewujudkan masyarakat Kota Medan yang berilmu pengetahuan, menguasai
teknologi, beriman, bertaqwa serta mandiri.
3) Strategi Penataan Wilayah Kota Medan → pasal 9
Strategi penataan ruang untuk mendukung kebijakan penataan ruang yang
ditetapkan sebagai berikut :
Memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk semua aktifitas yang
memberikan nilai tambah yang positif bagi Pembangunan Kota Medan.
Mengembangkan pemanfaatan ruang kota untuk mendukung
berlangsungnya berbagai kegiatan sesuai dengan fungsi utama Kota Medan
sebagai Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Perdagangan dan Jasa Regional dan
Internasional, Pusat Kegiatan Industri, Pusat Pelayanan Sosial dan Pusat
Kegiatan Transportasi Regional dan Internasional.
Pengembangan kawasan permukiman yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan.
Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota yang memadai, meliputi :
a) Pengembangan RTH Publik seperti taman, lapangan olahraga, hutan kota,
taman tempat bermain, RTH yang bersatu dengan fasilitas (konsep KDB),
jalur hijau (daerah industri, jalur kereta api, gas, kuburan, dll) dan RTH
privat;
b) Pengembangan RTH konservasi (lindung) di Kota Medan berupa daerah
resapan, sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan hutan mangrove,
dll.
Pengembangan kawasan eks Bandara Polonia sebagai Central Business Distrik
(CBD), meliputi :
a) Pengembangan kawasan perkantoran pemerintah provinsi dan kota;
b) Pengembangan kawasan jasa dan perdagangan skala regional dan
internasional;
c) Pusat Pelayanan Umum.
Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota
(KSK) dengan memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang
memiliki pelayanan regional dan internasional, antara lain:
a) Pengembangan pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan hub
internasional;
b) Pengembangan pelabuhan penumpang (TOD), pelabuhan laut peti
kemas internasional, kawasan industri, pergudangan dan ekspedisi,
Export Processing Zone (EPZ) dan pusat permukiman.
c) Pusat perdagangan (TOD), pusat pelayanan kawasan industri,
kawasan industry high technology (KEK), pusat permukiman industri,
perlindungan kawasan dan bangunan bersejarah, water front city, dan
theme park;
d) Pelabuhan perikanan Samudera.
Pengembangan kawasan Utara harus berwawasan lingkungan/konservasi
dan estetika, yaitu dengan menerapkan konsep waterfront city, penguatan
ekosistem bakau (hutan bakau dan penanaman bakau dalam petak tambak),
penataan ruang terbuka hijau dan zona hijau (buffer zone).
Pengembangan sistem sarana transportasi massal untuk mendukung Kota
Medan sebagai Kota Metropolitan, yang meliputi bus line, busway, monorail,
LRT atau heavy rail.
Pengembangan sistem jaringan drainase dan utilitas kota yang memiliki
kapasitas yang sangat besar untuk mengantisipasi bahaya banjir.
Mengembangkan jaringan jalan baru untuk mengurangi beban pada pusat
kota. Pengembangan jalan baru tersebut antara lain:
a) Pengembangan jalan lingkar luar, jalan lingkar paling luar, jalan lingkar
Mebidangro, jalan lingkar pesisir utara dan jalan lingkar kawasan utara
medan;
b) Pengembangan jalan tol Medan – Medan dan Medan Kuala Namo;
c) Peningkatan jalur kereta api Medan – Belawan, Medan – Medan dan
pembangunan jalur kereta api baru Medan – Kuala Namo.
Mengarahkan pengembangan kegiatan permukiman (terutama ke arah Utara)
dan membatasai perkembangan permukiman ke arah selatan sebagai
kawasan konservasi.
Mengembangkan Kawasan USU (Universitas Sumatera Utara) dan Kampus
USU yang baru di Kuala Bekala sebagai kawasan pendidikan, penelitian dan
pelatihan yang memiliki skala pelayanan regional. Sedangkan kawasan
pendidikan tinggi lainnya yang sudah ada dikembangkan dengan pendekatan
intensifikasi lahan.
IV. Rencana Struktur Wilayah Kota Medan 1) Umum → pasal 10
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Medan, terdiri dari:
Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan; Rencana Sistem Jaringan Transportasi;
Rencana Sistem Jaringan Utilitas;
2) Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan → pasal 11
Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan Kota Medan, terdiri atas:
Pusat Primer Utara, terletak di antara Kecamatan Medan Labuhan dan Medan
Marelan, tepatnya disekitar Mesjid Raya Labuhan, Kelurahan Pekan Labuhan.
Pusat Primer di Pusat Kota, meliputi 7 (tujuh Kecamatan) di Pusat Kota Medan
antara lain :
a) Kecamatan Medan Polonia;
b) Kecamatan Medan Maimun;
c) Kecamatan Medan Baru (Kelurahan Darat dan Petisah Hulu);
d) Kecamatan Medan Petisah (Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip);
e) Kecamatan Medan Barat (Kelurahan Kesawan dan Silalas);
f) Kecamatan Medan Timur (Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang
Buntu);
g) Kecamatan Medan Kota (Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan
Kelurahan Mesjid)
Pusat Sekunder Belawan terletak di Kecamatan Medan Belawan, tepatnya di
Kelurahan Belawan lama.
Pusat Sekunder Medan Labuhan, terletak di Kecamatan Medan Labuhan,
tepatnya di persimpangan jalan Marelan Raya dan Jalan Yos Sudarso, diantara
Kelurahan Pekan Labuhan dengan Kelurahan Martubung;
Pusat Sekunder Medan Marelan, terletak di Kecamatan Medan Marelan,
tepatnya dipersimpangan Jalan Marelan Raya dan Jalan Rahmad Budin
(Kelurahan Terjun);
Pusat Sekunder Medan Perjuangan, terletak di Kecamatan Medan Tembung
tepatnya disekitar aksara;
Pusat Sekunder Medan Area, terletak di Kecamatan Medan Amplas tepatnya
di sekitar persimpangan terminal Amplas, Kelurahan Timbang Deli;
Pusat Sekunder Medan Helvetia, terletak di antara Kecamatan Medan Helvetia
dan Kecamatan Medan Petisah tepatnya di Gaperta;
Pusat Sekunder Medan Selayang, terletak di Kecamatan Medan Selayang
tepatnya di sekitar simpang Pemda;
Pusat Sekunder Medan Timur, terletak Kecamatan Medan Timur tepatnya
disekitar (Pulo Brayan).
3) Rencana Sistem Jaringan Transportasi → pasal 12
Pusat Sekunder Medan Timur, terletak Kecamatan Medan Timur tepatnya disekitar 10
ayat (2), terdiri atas:
Angkutan Jalan Raya, terdiri atas:
a) Rencana dan fungsi jaringan jalan;
b) Rencana terminal;
c) Trayek angkutan umum;
d) Jaringan Pejalan kaki;
e) Ruang evakuasi
Angkutan Kereta Api
Angkutan Laut
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan;
Angkutan Udara
4) Pasal 13
a) Rencana dan fungsi jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(1) huruf a, terdiri atas jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor
primer, jaringan jalan arteri sekunder dan jaringan jalan kolektor sekunder;
b) Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan arteri Primer antara lain:
Jalan lingkar luar, yaitu meliputi ruas : Jalan Tritura, Jalan A.H Nasution,
Jalan Ngumban Surbakti, Jalan Gagak Hitam (Simpang Setia Budi –
Pondok Kelapa), Jalan Asrama, Jalan Kapten Sumarsono, Jalan Cemara,
Jalan Jamin Ginting (Simpang Pos-ke arah Berasyagi), dan Jalan Yos
Sudarso (Fly Over – hingga Belawan). Lebar jalan yang direncanakan
minimal 33 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 18
meter.
Jalan lingkar luar paling luar, yaitu meliputi ruas : Jalan Rahmad Buddin,
Jalan Kelambir Lima, Jalan Pinang Baris, Jalan Terusan Pinang Baris
(Pinang Baris – Simpang Melati) dan Jalan Plamboyan Raya. Lebar jalan
yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan
Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.
Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera). Lebar jalan yang
direncanakan minimal 100 meter dengan Garis Sempadan Bangunan
(GSB) sekitar 52 meter.
Rencana Jalan Tol Medan – Binjai. Lebar jalan yang direncanakan
minimal 50 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 26
meter.
Rencana Jalan Lingkar Luar Paling Luar bagian selatan (jalan
perbatasan Kota Medan) yaitu meliputi ruas: Simpang Kuala Bekala,
Jalan Bunga Rampai 3, Jalan Bunga Rampai, Jalan Stasiun, Jalan Bajak II,
Jalan Sumber Utama 2, Jalan Supir, dan Jalan Bendungan. Lebar jalan
yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan
Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.
c) Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Arteri Sekunder, yaitu: Jalan
Marelan Raya dan Jalan Sicanang. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26
meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.
d) Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Arteri Sekunder antara lain:
jalan Brigjen Katamso dan Jalan Letda Sujono. Lebar jalan yang direncanakan
minimal 26 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.
e) Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Kolektor Sekunder antara lain:
Jalan Pancing dan Jalan Sunggal. Lebar jalan yang direncanakan
minimal 33 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 18
meter;
Jalan Tengku Amir Hamzah, Jalan Bambu, Jalan Pelita II, Jalan Bangau,
Jalan Suka Ria, Jalan A.R Hakim, Jalan Halat, Jalan Juanda, Jalan
Mongonsidi, Jalan Jamin Ginting (Simpang Dr. Mansyur – Simpang Pos),
Jalan Rawe, Jalan Kasuari Jalan Kawat 4, dan Jalan Alfaka 7. Lebar jalan
yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan
Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.
Jalan Dr Mansyur, Jalan Setia Budi (Simpang Dr. Mansyur- Simpang
Batang Hari), dan Jalan Kapten Muslim. Lebar jalan yang direncanakan
minimal 20 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 12
meter;
5) Pasal 14
a) Rencana Terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b,
adalah dengan membangun terminal terpadu di CBD Polonia yang terintegrasi
dengan stasiun Kereta Api dan terminal-terminal kelas A yang telah ada
seperti Terminal Amplas, Terminal Belawan, Terminal Pinang Baris dan
Terminal W. Iskandar.
b) Untuk mendukung pengembangan kawasan Utara, maka pada Pusat Primer
Utara juga akan dibangun sebuah terminal yang terintegrasi dengan Stasin
Kereta Api, yaitu Terminal Labuhan.
6) Pasal 15
Trayek Angkutan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c,
adalah Penataan rute angkutan umum dalam rangka meningkatkan distribusi
pelayanan serta efisiensi penggunaan jalan adalah sebagai berikut:
a) Memisahkan antara moda angkutan dalam kota dan luar kota. Moda angkutan
luar kota (AKAP dan AKDP) tidak diijinkan memasuki pusat kota. Bagi Bus
AKAP dan AKDP yang melintasi Kota Medan hanya diijinkan melintasi pada
jalan Lingkar Luar, yaitu jalan Tritura, Jalan AH Nasution dan Jalan Ngumban
Surbakti.
b) Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang dapat
mengangkut penumpang dalam jumlah besar, yang beroperasi secara cepat,
nyaman, aman, terjadwal dan berfrekuensi tinggi pada koridor-koridor utama
(jalur primer) berbasis rel atau jalan raya.
7) Pasal 16
a) Jaringan Pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d,
adalah penataan jalur khusus untuk pejalan kaki yang aman dan nyaman;
b) Pengembangan sarana pejalan kaki lebih diprioritaskan pada jalan-jalan utama
kota yang masih belum banyak terisi bangunan, sehingga berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai jalur khusus pejalan kaki, seperti jalan lingkar luar dan
jalan arteri yang dibuat pemisah antara jalur cepat, jalur lambat dan jalur
khusus pejalan kaki.
8) Pasal 17
a) Ruang evakuasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf e, adalah:
jalur penyelamatan (escape road) adalah jalan-jalan kota yang dikembangkan/
direncanakan sebagai jalur pelarian ke bangunan/bukit penyelamatan dan
wilayah yang aman apabila terjadi bencana alam (gempa atau tsunami);
b) Jalan-jalan yang dapat dikembangkan sebagai jalur penyelamatan (escape
road) di Kota Medan antara lain : jalan Yos Sudar dan Jalan Tol, Jalan-jalan
disekitar Lapangan Merdeka, Lapangan Benteng, Stadion Teladan dan jalan-
jalan yang mengarah ke lapangan terbuka lainnya.
9) Pasal 18
a) Angkutan Kereta Api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), terdiri
atas pengembangan jaringan rel kereta api dan stasiun kereta api;
b) Jaringan jalan/rel kereta api dari Kota Medan yang dapat dikembangkan
dimasa mendatang adalah :
Jalur Medan – Medan – Tanjung Pura – Hingga Banda Aceh;
Jalur Medan – Tebingtingg- Rantauprapat- hingga Pekanbaru;
Jalur Medan – Kuala Namo;
c) Beberapa Stasiun Kereta Api yang dapat dikembangkan lagi antara lain :
Stasiun Kereta Api Polu Brayan;
Stasiun Kereta Api Labuhan, dan;
Stasiun Kereta Api di Kecamatan Helvetia.
10) Pasal 19
Angkutan Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3), adalah
pengembangan pelabuhan laut Belawan menjadi Pelabuhan Hub Internasional.
11) Pasal 20
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (4), adalah rencana pengembangan angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan yang dapat dikembangkan di Kota Medan seperti pelabuhan Sungai
di Kecamatan Medan Labuhan (Kelurahan Nelayan Indah).
12) Pasal 21
Angkutan Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5), adalah; rencana
pemindahan Bandara Polonia ke Bandara Kuala Namo.
V. Rencana Sistem Jaringan Utilitas 1) Pasal 22
Rencana sistem jaringan utilitas Kota Medan, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (3), terdiri atas:
Rencana sistem jaringan energi dan kelistrikan; Rencana sistem jaringan telekomunkasi;
Rencana sistem jaringan gas; Rencana sistem jaringan air bersih;
Rencana sistem jaringan pembuangan air hujan; Rencana sistem jaringan air limbah; Rencana sistem persampahan
2) Pasal 23
a) Rencana sistem jaringan energi dan kelistrikan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (1), terdiri atas: bangunan pembangkit, gardu induk
dan jaringan transmisi;
b) Bangunan pembangkit yang ada di Kota Medan saat ini hanya satu unit,
yaitu Bangunan Pembangkit Listrik di Sicanang.
c) Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET), yang terdapat di wilayah
Sumatera Utara baru terdapat 2 (dua) unit, yaitu; GITET Kuala Tanjung dan
GITET Tebingtinggi.
d) Gardu Induk, memiliki tegangan 150 KV, yang ada saat ini di Kota Medan
terdapat sekitar 10 unit.
3) Pasal 24
Rencana sistem jaringan telekomunikasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 ayat (2), terdiri atas: rumah kabel dan jaringan distribusi yang
dikembangkan secara terus menerus untuk memberikan pelayanan jasa
telekomunikasi di seluruh wilayah Kota Medan.
4) Pasal 25
Rencana sistem jaringan gas, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3),
terdiri atas: pabrik gas dan jaringan distribusi yang dikembangkan secara terus
menerus untuk memberikan pelayanan gas di seluruh wilayah Kota Medan.
5) Pasal 26
Rencana sistem jaringan air bersih, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat
(4), terdiri atas: bangunan pengolahan, jaringan transmisi dan jaringan
distribusi yang dikembangkan secara terus menerus untuk memberikan
pelayanan air bersih di seluruh wilayah Kota Medan
6) Pasal 27
a) Rencana sistem jaringan air hujan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (5), terdiri atas: sistem primer, sistem sekunder dan sistem tersier;
b) Saluran primer, terdiri dari; Sungai Badera, Sungai Belawan, Sungai Deli,
Sungai Babura dan Sungai Percut.
c) Saluran drainase sekunder, terdiri dari : anak-anak sungai yang ada di
Kota Medan;
d) Saluran drainase tersier, terdiri dari; saluran drainase perumahan dan
saluran drainase permukiman
7) Pasal 28
Rencana sistem jaringan air limbah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (6), terdiri atas: instalasi pengolahan air limbah dan jaringan air limbah
yang dikembangkan secara terus menerus untuk memberikan pelayanan air
limbah di seluruh wilayah Kota Medan.
8) Pasal 29
Rencana sistem persampahan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (7),
terdiri atas: TPA, TPS dan sarana pengangkutan sampah yang dikembangkan
secara terus menerus untuk memberikan pelayanan persampahan di seluruh
wilayah Kota Medan.
VI. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Medan 1) Kawasan Lindung → pasal 30
Kawasan Lindung di Kota Medan, terdiri dari:
Hutan Rawa Sekunder (Hutan Manggrove Sekunder);
Sempadan Sungai;
Sempadan Danau;
Sempadan Rel Kereta api, dan
Jalur Hijau SUTET.
2) Pasal 31
Hutan Rawa Sekunder (Hutan Manggrove Sekunder), sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 ayat (1), terdiri atas: Kawasan Pantai Berhutan Bakau (Hutan
Mangrove) di wilayah Kecamatan Medan Belawan seluas 1.029 Ha yang
berfungsi menjaga kelestarian lingkungan serta menjaga ekosistem ikan dan
mencegah abrasi pantai.
3) Pasal 32
Sempadan sungai, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2), adalah jalur
disisi kiri dan kanan sungai yang ditetapkan sebesar:
Sungai Belawan 15 m.
Sungai Percut 15 m.
Sungai Deli 15 m.
Sungai Babura 15 m.
Sungai Sei Selayang 15 m.
Parit Emas 5 m.
Sungai-sungai kecil 5 m.
4) Pasal 33
Sempadan Danau, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3), adalah:
daratan sepanjang tepian danau buatan/bendungan yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau buatan/bendungan antara
50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Rencana kawasan
lindung danau buatan/bendungan direncanakan di Danau Siombak yang
diperkirakan sebesar 26,4 Ha.
5) Pasal 34
Sempadan rel kereta api, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (4),
adalah: kawasan di sisi kiri dan kanan rel kereta api dengan jarak
sekurangkurangnya 18 meter.
6) Pasal 35
Jalur Hijau SUTET, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (5), adalah:
kawasan di sisi kiri dan kanan saluran udara tegangan ekstra tinggi dengan
jarak sekurang kurangnya 60 meter.
7) Kawasam Budidaya → Pasal 36
Kawasan Budidaya di Kota Medan, terdiri dari:
Kawasan Perumahan dan Permukiman
Kawasan Komersial
Kawasan industry
Fasilitas Pelayanan
Kawasan khusus
Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota,
Kawasan Pertanian
8) Pasal 37
a) Kawasan perumahan dan permukiman, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36 ayat (1), adalah: lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus
menciptakan interaksi sosial;
b) Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman terutama diarahkan
ke arah Utara kota, yaitu di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan
Medan Labuhan;
9) Pasal 38
a) Kawasan Komersial, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2),
terdiri dari: kegiatan perdagangan, niaga, bisnis, perkantoran
pemerintah dan swasta, dan kegiatan informal;
b) Arahan lokasi untuk kegiatan jasa tersebut adalah:
BWK Pusat Kota (CBD Polonia) yang terdiri dari 7 (tujuh)
Kecamatan;
Kawasan Pelabuhan Belawan;
Pusat Primer Utara dan setiap Pusat Sekunder.
10) Pasal 39
a) Kawasan industri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3),
terdiri dari:
Kawasan industri,
Pergudangan dan
Kawasan ekonomi khusus (KEK);
b) Pengembangan kawasan industri di Kota Medan adalah :
Kawasan industri di Kecamatan Medan Labuhan (Lamhotma)
dan
Area industri di KIM di Kecamatan Medan Deli.
11) Pasal 40
a) Kawasan fasilitas pelayanan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
ayat (4), adalah Kawasan pelayanan sosial-budaya, seperti :
Pendidikan,
Kesehatan,
Peribadatan,
Olahraga dan
Fasilitas sosial lainnya.
b) Lokasi kawasan pelayanan sosial-budaya tersebar di seluruh kawasan
budidaya dan dipusatkan di pusat-pusat pelayanan sesuai dengan skala
pelayanannya (fungsional, kecamatan dan kelurahan).
12) Pasal 41
a) Kawasan khusus, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (5),
adalah: kegiatan-kegiatan yang memiliki fungsi tertentu dan tidak
semua orang bisa masuk secara bebas (kawasan terbatas);
b) Kawasan-kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan khusus
di Kota Medan, antara lain :
Kawasan Pelabuhan Belawan di Kecamatan Medan Belawan
dengan kegiatan utama, pelabuhan penumpang, pelabuhan peti
kemas, dan perikanan samudera;
Kawasan Militer
Kawasan depot pertamina di Kecamatan Medan Labuhan;
Bangunan Pembangkit listrik PLN di Sicanang Kecamatan
Medan Belawan
13) Pasal 42
a) Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH), sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 ayat (6), adalah: ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang
lebih luas baik bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area
memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka
yang pada dasarnya tanpa bangunan;
b) Untuk memenuhi kebutuhan RTH Kota sebesar 7.953 Ha (30%) maka
arahan lokasi RTH yang akan dikembangkan diluar kawasan lindung
(hutan manggrove dan jalur hijau), antara lain:
Kawasan Wisata,
RTH Hutan kota,
RTH Taman Kota,
RTH Tempat Pemakaman Umum.
RTH Jalur Hijau Jalan
RTH Ruang Pejalan kaki
c) Kawasan wisata yang dapat dikembangkan sekaligus berfungsi sebagai
RTH adalah kawasan wisata di Utara Medan (Kecamatan Medan
Marelan), yang meliputi: Theme Park, Water Front City, dan danau
Siobak;
d) Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Hutan Kota di Kota
Medan antara lain adalah Taman Beringin dan Eks Kebun Binatang
Medan;
e) Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Taman Kota di Kota
Medan antara lain adalah Taman Tingkat RW, Taman Lingkungan,
Taman Kelurahan, dan Taman Kecamatan
f) Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Tempat Pemakaman
Umum adalah TPU kristen dengan luas lebih kurang 6 ha dan TPU
Muslim dengan luas lebih kurang 10 Ha di Kelurahan Simalingkar B,
Kecamatan Medan Tuntungan;
g) Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Jalur Hijau jalan
adalah penempatan tanaman antara 20–30% dari ruang milik jalan
(rumija) sesuai dengan klas jalan
h) Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH ruang pejalan kaki
adalah ruang yang disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-kanan jalan
atau di dalam taman.
14) Pasal 43
Kawasan pertanian, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (7), adalah:
kawasan agropolitan yang terdapat di Kecamatan Medan Marelan dengan
luas 200 Ha.
VII. Penetapan Kawasan Strategis Kota Medan 1) Pasal 44
Jenis kawasan strategis, antara lain, adalah:
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan,
Kawasan strategis dari sudut pertumbuhan ekonomi,
Kawasan strategis dari sudut sosial-budaya,
kawasan strategis dari sudut pendayagunaan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi
kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), adalah: kawasan perbatasan
negara, termasuk pulau kecil terdepan, dan kawasan latihan militer;
b) Lokasi-lokasi strategis untuk kegiatan pertahanan dan keamanan, antara lain:
Kawasan Pelabuhan Belawan, merupakan pantai yang relatif landai dan
berada pada jalur pelayaran internasional yang padat, rawan terhadap
invasi pihak asing, karena letaknya yang langsung berhadapan dengan
Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran internasional paling padat
di dunia. Kawasan Pantai Belawan juga rawan terhadap penyelundupan
barang-barang dari luar negeri.
Pada lokasi-lokasi pintu masuk dan keluar dari wilayah Kota Medan,
seperti Pinang Baris, Amplas dan Tuntungan juga merupakan lokasi yang
strategis untuk menjaga keamanan dan ketenteraman Kota Medan.
2) Pasal 45
a) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2), adalah: kawasan
metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan pengembangan
ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan
dan pelabuhan bebas
b) Kawasan Strategis Kota (KSK) Medan yang dapat dikembangkan
sebagai Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi, antara lain:
Kawasan Metropolitan, di Kota Medan meliputi 7 (tujuh)
kecamatan di Pusat Kota yang ditetapkan sebagai Pusat
Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu:
Kecamatan Medan Polonia,
Medan Maimun,
Medan Barat,
Medan Petisah,
Medan Baru
Medan Timur
Medan Kota
Kawasan ekonomi khusus, yang akan di kembangkan adalah di
Kecamatan Medan Labuhan.
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu, meliputi:
Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Labuhan,
Kecamatan Medan Deli, Pusat Kota (CBD Polonia) dan
Kecamatan Amplas.
Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas, meliputi :
Kawasan Pelabuhan Belawan di Kecamatan Medan Belawan
dan Pusat-Pusat Primar dan Sekunder.
3) Pasal 46
a) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3), adalah: kawasan adat
tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan
budaya yang diakui sebagai warisan dunia;
b) Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikatagorikan sebagai
kawasan strategis soaial budaya adalah:
Kawasan Medan Polonia;
Kawasan Kota Lama Labuhan Deli (Toapekong Labuhan,
Rumah-rumah Toko Pekong, Rumah-rumah Melayu, Mesjid Raya
Labuhan, Bangunan Eks Bea Cukai dan Stasin Kereta Api
Belawan).
Kawasan Perumahan dan Pergudangan Eks DSM di Pulo Brayan;
Kawasan Istana Maimun;
Kawasan Kampung Keling
Kawasan Kesawan
4) Pasal 47
a) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (4), adalah: Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi
termasuk pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai, serta
kawasan yang menjadi lokasi instalasi tenaga nuklir;
b) Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikatagorikan sebagai
kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi adalah tidak ada.
5) Pasal 48
a) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (5),
adalah: kawasan pelindungan dan pelestarian lingkungan hidup,
termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia seperti Taman
Nasional;
b) Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikatagorikan sebagai
kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup, adalah:
Kawasan Agropolitan di Kecamatan Medan Marelah;
Kawasan Hutan Manggrove dan rawa di Kecamatan Medan
Belawan;
Kawasan Wisata (Theme Park dan Natural Park) di Kecamatan
Medan Marelan;
Kawasan rencana pengembangan waduk-waduk buatan yang
menyebar di Kecamatan Medan Labuhan.
VIII. Arahan Pemanfaatan Ruang 1) Pasal 49
a) Pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan berpedoman pada rencana
struktur ruang dan pola ruang.
b) Pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan dilaksanakan melalui
penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta
perkiraan pendanaannya.
c) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Pasal 50
a) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49
ayat (2) disusun berdasarkan indikasi program utama lima tahunan
yang ditetapkan dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
b) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, investasi swasta, dan/atau kerja sama pendanaan.
c) Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
IX. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang 1) Umun → pasal 51
a) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang di wilayah Kota Medan.
b) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas:
Indikasi arahan peraturan zonasi;
Arahan perizinan
Arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan
Arahan sanksi.
2) Indikasi Arahan Peraturan Zonasi → pasal 52
a) Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota
Medan dalam menyusun peraturan zonasi.
b) Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
ayat (2) huruf a, terdiri dari:
Pemanfaatan ruang yang diijinkan dalan peraturan zonasi
Pemanfaatan ruang yang diijinkan secara terbatas dalan
peraturan zonasi
Pemanfaatan ruang yang diijinkan bersyarat dalan peraturan
zonasi
Pemanfaatan ruang yang dilarang dalan peraturan zonasi
c) Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
ayat (2) huruf a, disusun berdasarkan klasifikasi penggunaan lahan dan
sub katagori penggunaan lahan yang ditetapkan dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
3) Arahan Perizinan → pasal 53
a) Arahan Perizinan Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota
Medan dilaksanakan melalui mekanisme perizinan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
b) izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pemerintah Kota Medan sesuai
wewenangnya apabila sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Medan;
c) Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi peraturan
zonasi yang berlaku di lokasi kegiatan pemanfaatan ruang tersebut.
4) Arahan Insentif dan Disinsentif → pasal 54
a) Untuk mendorong pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan yang
sesuai dengan Peraturan Daerah ini dikembangkan perangkat insentif
dan disinsentif;
b) Insentif dan disinsentif diberikan Pemerintah kepada pemerintah
daerah dan/atau masyarakat
5) Pasal 55
a) Insentif diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan
swasta yang melaksanakan pembangunan sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Medan
b) Disinsentif dibebankan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat
dan/atau swasta yang melaksanakan pembangunan tidak sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan.
6) Pasal 56
Insentif diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan swasta
dalam bentuk:
Keringanan pajak;
Pemberian kompensasi;
Imabalan
Sewa Ruang
Urun Saha
Penyediaan infrastruktur
Kemudahan prosedur perizinan
Penghargaan
7) Pasal 57
Disinsentif diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan swasta
dalam bentuk :
Pengenaan pajak yang tinggi;
Pembatasan penyediaan infrastruktur;
Pengenaan kompensasi;
Penalti
8) Arahan Pengenaan Sanksi → Pasal 58
Arahan Pengenaan Sanksi diberikan apabila pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah Kota Medan,
meliputi:
Pelanggaran ketentuan arahan peratuan zonasi;
Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW Kota Medan;
Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kota Medan;
Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kota Medan;
Pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
dan/atau pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan
prosedur yang tidak benar.
9) Pasal 59
a) Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi
administratif dan/atau sanksi pidana;
b) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan kepada orang
perseorangan dan/atau korporasi yang melakukan pelanggaran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
X. Pengawasan Penataan Ruang Wilayah
Kabupaten / Kota 1) Pemantauan dan Evaluasi → pasal 60
a) Pemantauan adalah usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan
memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan
lingkungan.
b) Pemantauan merupakan dasar dalam melakukan kegiatan pelaporan.
c) Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh dinas teknis, seperti Bappeda,
Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan, BPN, dan lain-lain atau disesuaikan
dengan kelembagaan yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Medan.
2) Pasal 61
a) Evaluasi adalah usaha untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan
ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang.
b) Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh dinas teknis, seperti Bappeda,
Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan, BPN, dan lain-lain atau disesuaikan
dengan kelembagaan yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Medan.
c) Untuk dapat melakukan evaluasi sejauhmana simpangan pemanfaatan
ruang terhadap rencana yang ditetapkan, perlu diperhatikan kriteria
bahwa pemanfaatan ruang kota dinyatakan sesuai atau tidak terjadi
simpangan apabila terpenuhi :
RTRW Kota Medan telah ditetapkan sebagai peraturan daerah
dan terdiseminasi ke instansi pemerintah daerah dan
masyarakat luas;
RTRW Kota Medan benar-benar dijadikan acuan pelaksanaan
kegiatan pembangunan yang memanfaatkan ruang sehingga
RTRW Kota Medan merupakan dukumen resmi dalam Rapat
Koordinasi Pembangunan Daerah seperti halnya dokumen
rencana tata ruang dan rencana pembangunan daerah lainnya
(RPJP maupun RPJM Daerah);
Struktur dan pola pemanfatan ruang yang diwujudkan benar-
benar sesuai dengan arahan dalam RTRW Kota Medan;
RTRW Kota Medan menjadi acuan dalam penyusunan rencana
tata ruang rinci kawasan di bawahnya (RDTR dan RTR Kawasan);
RTRW Kota Medan tidak menimbulkan konflik kepentingan
antar sektor atau tumpang tindih alokasi kegiatan antar sektor;
3) Pelaporan → Pasal 62
a) Pelaporan adalah berupa kegiatan memberi informasi secara objektif
mengenai pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang
b) Pelaporan didasarkan pada hasil pemantauan terhadap perubahan
kualitas tata ruang dan lingkungan
c) Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh dinas teknis seperti Bappeda,
Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan, BPN, dan lain-lain atau disesuaikan
dengan kelembagaan yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Medan.
d) Sistem pelaporan pemanfaatan ruang dilaksanakan berupa pemberian
laporan secara periodik dan berjenjang. Laporan secara periodik, yaitu
penyampaian informasi pemanfaatan ruang secara rutin dalam jangka
waktu tertentu. Laporan berjenjang, yaitu penyampaian laporan
pemanfaatan ruang yang dilaksanakan secara bertahap, dimulai dari
tingkat pemerintahan terkecil menyampaikan laporan ke tingkat di
atasnya.
e) Penyampaian laporan pemanfaatan ruang dimulai dari tingkat desa,
secara rutin setiap tiga bulan sekali kepala desa menyampaikan laporan
kepada camat. Camat selanjutnya meneruskan laporan ini ke Walikota
Medan melalui Kantor Bappeda atau Dinas Tata Kota dan Tata
Bangunan dan Walikota akan membentuk Tim Tata Ruang untuk
menindak-lanjuti laporan.
f) Materi laporan adalah ruang lingkup laporan yang perlu diinformasikan.
Materi laporan sekurang-kurangnya berisi mengenai :
Perkembangan perubahan fungsi dan perubahan peruntukan;
Perkembangan pembangunan fisik dan ijin mendirikan
bangunan;
Perkembangan perubahan hak atas tanah;
Masalah-masalah yang perlu segera diatasi;
Masalah-masalah yang akan muncul dan perlu diantisipasi;
XI. Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat 1) Pelaksanaan Kewajiban Masyarakat → Pasal 63
Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Kota Medan, setiap orang wajib :
a) Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b) Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang;
c) Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang; dan
d) Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
2) Pasal 64
Setiap orang yang melanggar ketentuan, dikenai sanksi administratif.
3) Pasal 65
Sanksi administratif dapat berupa:
a) Peringatan tertulis;
b) Penghentian sementara kegiatan;
c) Penghentian sementara pelayanan umum;
d) Penutupan lokasi;
e) Pencabutan Izin;
f) Pembatalan Izin;
g) Pembongkaran bangunan;
h) Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i) Denda Administratif
4) Pasal 66
Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang, dilaksanakan
dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, dan baku mutu sesuai
dengan nilai kebenaran ilmiah serta aturan-aturan penataan ruang yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.
a) Mengetahui rencana tata ruang;
b) Menikmati pertambahan nilai ruang
c) Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
d) Mengetahui secara terbuka perencanaan penataan ruang wilayah
provinsi, ruang wilayah kabupaten/kota dan rencana detail lainnya;
e) Menikmati manfaat ruang atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat
dari pembangunan dan penataan ruang
f) Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya
sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai
dengan perencanaan ruang.
5) Pasal 67
a) Untuk mengetahui perencanaan penataan ruang, masyarakat dapat
melihat dan mempelajari dokumen penataan ruang, dan mengetahui
dari pengumuman atau penyebarluasan atau informasi yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah.
b) Pengumuman atau penyebarluasan informasi tata ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat diketahui masyarakat di kantor-kantor
yang secara fungsional menangani kegiatan penataan ruang atau
melalui media massa dan internet (Web Site)
6) Pasal 68
Masyarakat dapat menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumber daya
alam yang terkandung di dalamnya yang dilaksanakan atas dasar pemilikan,
penguasaan, atau pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan ataupun atas hukum adat atau kaidah yang berlaku atas
ruang pada masyarakat setempat.
7) Pasal 69
a) Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap
perubahan status semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat
pelaksanaan Penataan Ruang diselenggaraan dengan cara
musyawarah antara pihak-pihak yang berkepentingan.
b) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang
layak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka penyelesaiannya
dilakukan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8) Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat → Pasal 70
Dalam pemanfaatan ruang di daerah, peran serta masyarakat dapat dilakukan,
antara lain melalui :
a) Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b) Partisipasi dalam pemanfaatan ruang.
c) Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
9) Pasal 71
a) Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang di daerah,
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dengan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan dengan
b) pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), dikoordinasikan oleh walikota.
10) Pasal 72
Dalam pengendalian pemanfaatan ruang, peran serta masyarakat dapat
berbentuk :
a) Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan,
termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan
ruang dimaksud;
b) Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban
pemanfaatan ruang
11) Pasal 73
Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang, dapat
disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Kepala Daerah dan pejabat yang
berwenang.
12) Pasal 74
Apabila terjadi konflik tata ruang antara pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholder) maka penyelesaiannya diupayakan melalui musyawarah
mufakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
apabila tidak tercapai kesepakatan antara pihak yang berkepentingan, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Pengadilan Negeri setempat.
XII. Penyidikan 1) Penyelidikan → Pasal 75
a) Penyelidikan atas tindak pidana terhadap pelanggaran pemanfaatan
ruang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Pemerintah Kota Medan yang pengangkatannya sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
b) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana tersebut pada ayat 1 pasal ini berwenang :
Menerima laporan akan pengaduan dari seseorang tentang
adanya tindak pidana
Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian
serta melukan pemeriksaan
Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka
Melakukan penyitaan benda dan atau surat.
Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi
Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau pemeriksaan perkara.
Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau
peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik umum memberitahukan hal
tersebut kepada penuntut umum tersangka atau keluarganya.
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggung jawabkan.
c) Penyidik Pengawai Negeri Sipil membuat berita acara setiap tindakan
tentang :
Pemeriksaan tersangka;
Pemasukan rumah;
Penyitaan benda;
Pemeriksaan surat;
Pemeriksaan saksi;
Pemeriksaan ditempat kejadian; dan mengirimkannya kepada
Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.
2) Ketentuan Pidana → Pasal 76
a) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
b) Jika pelanggaran tindak pidana mengakibatkan perubahan fungsi
ruang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
c) Jika pelanggaran tindak pidana mengakibatkan kerugian terhadap
harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
d) Jika pelanggaran tindak pidana mengakibatkan kematian orang,
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
XIII. Peninjauan Kembali Tata Ruang Wilayah
Pasal 77
a) Untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan akan
dilakukan peninjuaan kembali (evaluasi) secara berkala setiap lima
tahun sekali.
b) Apabila diadakan revisi setelah peninjauan (evaluasi) sebagaimana
dimaksud ayat 1 pasal ini maka revisi tersebut dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan dan perundangan yang berlaku.
XIV. Ketentuan Peralihan 1) Pasal 78
a) Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan
yang berkaitan dengan penataan ruang yang telah ada tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan
peraturan daerah ini.
b) Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, maka semua rencana terkait
pemanfaatan ruang dan sektoral yang berkaitan dengan penataan
ruang Daerah tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
RTRW Kota Medan.
2) Pasal 79
Pelaksanaan Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Walikota.
XV. Ketentuan Penutup 1) Pasal 80
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor .... Tahun 1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Tahun 1995-2005, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
2) Pasal 81
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.