BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain. Proses pembangunan yang dilakukan olehh bangsa Indonesia harus diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemanfaatan sumber daya alam masih menjadi modal dasar pembangunan di Indonesia saat ini dan masih diandalkan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu penggunaan sumber daya alam tersebut harus dilakukan secara arif dan bijak. Salah satu kegiatan manusia yang sangat berhubungan dengan lingkungan adalah hadirnya sebuah industri. Industrialisasi yang berlangsung dalam proses pembangunan, pada hakekatnya sumber alam, keahlian manusia, modal, dan teknologi, secara berkesenambungan. Semakin banyak kebutuhan masyarakat, semamin banyak kegiatan industri yang berlangsung, sehinga semakin besar pula tekanan untuk meningkatkan pemanfaatan faktor-faktor tersebut. 1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak
asasi
dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh
karena itu,
negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban
untuk
melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam
pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat
tetap menjadi
sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk
hidup lain.
Proses pembangunan yang dilakukan olehh bangsa Indonesia
harus
diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan
lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang
Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemanfaatan sumber daya alam
masih
menjadi modal dasar pembangunan di Indonesia saat ini dan masih
diandalkan
pada masa yang akan datang. Oleh karena itu penggunaan sumber daya
alam
tersebut harus dilakukan secara arif dan bijak.
Salah satu kegiatan manusia yang sangat berhubungan dengan
lingkungan
adalah hadirnya sebuah industri. Industrialisasi yang berlangsung
dalam proses
pembangunan, pada hakekatnya sumber alam, keahlian manusia, modal,
dan
teknologi, secara berkesenambungan. Semakin banyak kebutuhan
masyarakat,
semamin banyak kegiatan industri yang berlangsung, sehinga semakin
besar pula
tekanan untuk meningkatkan pemanfaatan faktor-faktor
tersebut.
1
2
lingkungan hidup dan sumber daya alam. 1
Pembangunan sektor industri mempunyai dampak positif dan
dampak
negatif, dampak positif dengan dibangunnya industrialisasi yaitu
dapat
meningkatkan pendapatan perkapita, memperluas lapangan
pekerjaan,
meningkatnya mutu pendidikan masyarakat, memenuhi kebutuhan
hidup
masyarakat yang semakin meningkat dan masih banyak lagi sisi
positif dari
pembangunan. Sedangkan dampak negatif dengan adanya
pembangunan
industrialisasi adalah timbulnya berbagai macam pencemaran, akibat
penggunaan
mesin-mesin dari industri tersebut. 2
Industri telah memberikan potensi sumbangan bagi perekonomian
daerah
melalui barang produk dan jasa yang dihasilkan, namun disisi lain
pertumbuhan
industri telah menimbulkan masalah lingkungan yang cukup serius.
Buangan air
limbah industri mengakibatkan timbulnya pencemaran air sungai yang
berdampak
bagi masyarakat yang tinggal disepanjang aliran sungai, seperti
berkurangnya
hasil produksi pertanian, menurunnya hasil tambak, maupun
berkurangnya
pemanfaatan air sungai oleh penduduk. Perkembangan pembangunan
dengan
1 Hardjosoemantri, Koesnadi, Hukum Tata Lingkungan, Gajah Mada
University Press,
Yogyakarta, 1990, hlm. 196. 2 Isnaini Umraifun Afifah, Pengawasan
Dinas Lingkungan Hidup Terhadap Limbah
Pabrik Tahu, Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim, 2019.
https://www.google.com/search?q=skripsi+hukum+administrasi+negara+tentang+pengawasan+ba
dan+lingkungan+hidup+terhadap+izin+industri&oq=s&aqs=chrome.
Diakses tanggal 10
November 2020, Pukul 21.45 WIB
para industriawan pemahaman mengenai masalah lingkungan hidup
sangat
penting artinya di dalam menangani masalah limbah atau buangan yang
berasal
dari industri, sehingga lingkungan yang bersih dan nyaman akan
dapat terwujud.
Sedangkan bagi pejabat pemerintah dan pemerintah daerah,
diperlukan
adanya perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang berwawasan
lingkungan
secara terpadu, sehingga kualitas dan kenyamanan hidup benar–benar
dapat
dicapai. Masyarakat umum juga diharapkan partisipasinya terutama
berkaitan
dengan kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan
agar daya
dukung alam bagi kelangsungan hidup manusia tetap terjamin sampai
akhir
zaman. Pada akhirnya semua lapisan masyarakat memang harus terlibat
dan ikut
menjaga serta melestarikan fungsi lingkungan hidup
Industrialisasi sebagai proses dan pembangunan yang berada pada
satu
jalur kegiatan, yaitu pada hakikatnya berfungsi meningkatkan
kualitas hidup dan
kesejahteran rakyat. Industrialisasi sendiri tidak terlepas dari
upaya peningkatan
mutu sumber daya manusia dan pemanfaatan sumber daya alam.
Semakin
berkembangnya industri di berbagai daerah, maka masalah lingkungan
hidup juga
menjadi perhatian yang sangat besar dan harus mendapat perhatian
yang lebih dari
pihak swasta tersebut.
ketentuan peraturan perundang-undangan, baik terhadap
undang-undang,
peraturan pemerintah maupun peraturan Daerah (Perda), maka
dijatuhkan
4
Provinsi, dimana pelanggaran terhadap izin perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup dianggap sebagai pelanggaran terhadap izin
lingkungan, maka
berdasarkan Pasal 16 Perda Nomor 6 Tahun 2012, Gubernur menerapkan
sanksi
administratif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika
dalam
pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
Sanksi
administratif terdiri atas: teguran tertulis; paksaan Pemerintah;
pembekuan izin
lingkungan; atau pencabutan izin.
membawa dampak yang luar biasa terhadap kehidupan masyarakat karena
bisa
menimbulkan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu perlu penanganan
yang
serius untuk mengatasinya. Sehingga antara pemerintah, masyarakat
dan
lingkungan dibutuhkan hubungan timbal balik yang selalu harus
dikembangkan
agar tetap dalam keadaan yang serasi dan dinamis. Untuk
melastarikan hubungan
tersebut dibutuhkan adanya peran serta dari masyarakat maupun
pemerintah itu
sendiri. Hal ini agar tidak terjadi gangguan, masalah-masalah
maupun perusakan
yaitu pencemaran lingkungan.
Mencapai tujuan organisasi perlu diadakan kegiatan pengawasan
agar
segala sesuatu yang telah direncanakan dapat berjalan sesuai dengan
apa yang
diharapkan serta ketika terjadi penyimpangan-penyimpangan bisa
dilakukan
koreksi terhadap kejadian tersebut. Karena tujuan utama dari
pengawasan ialah
mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Untuk
dapat
benar-benar merealisasi tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada
taraf
5
pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
instruksi yang telah
dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta
kesulitan-
kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan
publika.
Dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
Indonesia, maka salah satu otoritas pemerintah yaitu menerapkan
izin lingkungan
(environmental licence). Izin merupakan salah satu wujud tindakan
pemerintahan.
Tindakan pemerintahan tersebut berdasarkan kewenangan publik
yaitu
membolehkan atau memperkenankan menurut hukum bagi seseorang atau
badan
hukum untuk melakukan sesuatu kegiatan. 3
Menurut N.M.Spelt dan JBJM. Ten Berge membedakan penggunaan
istilah
perizinan dan izin,
Dimana perizinan merupakan pengertian izin dalam arti luas,
sedangkan istilah izin digunakan untuk pengertian izin dalam arti
sempit. Pengertian
perizinan (izin dalam arti luas) adalah suatu persetujuan dari
penguasa
berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk
dalam
keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan
perundangan. Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan
orang
yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu
yang
sebenarnya dilarang. 4
adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang
akan
dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu
melaksanakan
kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan
secara efektif dan efisien. Bahkan melalui pengawasan tercipta
suatu aktivitas
3 Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Tata Perizinan Pada
Era Otonomi Daerah,
Makalah, Surabaya, November, 2001, hlm. 1. 4 NM Spelt, dan JBJM Ten
Berge, 1993, Pengantar Sanksi Perizinan, disunting oleh
Philipus M.Hadjon, Yuridika, Surabaya, hlm.2.
6
pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan.
menyelenggarakan pengawasan dalam mengelola limbah pabrik.
Dekosentrasi
bidang lingkungan hidup tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kapasitas
daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan menjunjung pencapaian
alam dan
lingkungan hidup yang diukur berdasarkan indikator kinerja utama
meningkatnya
pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi
penurunan
pencemaran lingkungan pada air.
mampu sebagai penghubung atau menjabatani pihak swasta dengan
masyarakat.
Dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi
mempunyai
peran untuk mengawasi perusahan-perusahaan industri pengelolaan
kayu agar
tidak ada penyimpangan izin yang telah diberikan.
Akibat perusahaan-perusahaan industri membuang limbah yang
tidak
sesuai dengan ketentuan baku mutu atau batas maksimum limbah cair
yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan alam. Padahal dalam setiap
kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan, terutama dalam hal membuang limbah
industri harus
memiliki izin lingkungan seperti dalam Pasal 1 butir (1) PP Nomor
27 Tahun
2012 Tentang Izin Lingkungan, disebutkan bahwa: “Izin Lingkungan
adalah izin
yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang
wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup sebagai persyaratan memperoleh izin usaha dan/atau
kegiatan”
7
Selanjutnya sebagai peraturan pelaksana maka lahirlah
Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, terlebih
dahulu definisi
izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan
usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam
rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai persyaratan
memperoleh
izin usaha atau kegiatan. Pemrakarsa wajib menyusun dokumen Amdal
atau UKL-
UPL dan mempresentasikan dihadapan Komisi Penilai Amdal serta
perwakilan
masyarakat yang terkena dampak, Komisi Penilaian Amdal melakukan
penilaian
dan hasilnya berupa rekomendasi hasil penilaian akhir yang nantinya
disampaikan
kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati Walikota sesuai
kewenangannya.
Pemrakarsa yang tidak mampu menyusun dokumen Amdal/UKL-UPL
dapat meminta bantuan jasa konsultan Amdal atau perorangan yang
telah
memiliki sertifikat kompetensi dalam penyusunan Amdal. Permohonan
izin
lingkungan diajukan secara tertulis oleh penanggung jawab usaha
dan/atau
kegiatan selaku pemrakarsa kepada Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota
sesuai kewenangannya bersama dengan pengajuan dokumen Amdal
(Amdal/RKL/RPL) atau pemeriksaan UKL-UPL. Permohonan izin
lingkungan ini
ketika disampaikan harus dilengkapi dengan dokumen Amdal atau
dokumen
UKL-UPL, dokumen pendirian usaha atau kegiatan serta profil
usaha.
Rekomendasi hasil penilaian akhir Amdal/UKL-UPL yang disampaikan
komisi
penilaian Amdal kepada yang berwenang (Menteri,
Gubernur/Bupati/Walikota)
menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan izin. Pejabat yang
berwenang
setelah menerima permohonan izin lingkungan, wajib mengumumkan
kepada
8
masyarakat luas (melalui media cetak dan elektronik). Masyarakat
yang terkena
dampak akibat adanya usaha/kegiatan wajib memberikan masukan guna
menjadi
bahan pertimbangan (batas waktunya selama tiga hari kerja sejak
diumumkan)
setelah dipertimbangkan, izin lingkungan kemudian
diterbitkan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, mewajibkan kepada instansi terkait
untuk
melakukan pengawasan dan memberikan sanksi administasi terhadap
izin yang
diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang menggunakan
Amdal/UKL-UPL.
Pengawasan diatur dalam Pasal 71 dan Pasal 72 UUPPLH.
1. Pengawasan
Pasal 71
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
(2) Menteri, Gubernur, atau bupati/walikota dapat
mendelegasikan
kewenangnnya dalam melakukan pengawasan kepada
pejabat/instansi
teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
merupakan pejabat fungsional.
melakukan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap izin lingkungan.
2. Sanksi Administrasi
dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin
lingkungan.
9
a. Teguran tertulis;
b. Paksaan pemerintah;
d. Pencabutan izin lingkungan.
lingkungan hidup yang dilakukannya.
hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
yang
dilakukannya atas beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan.
hidup di luar dari kewenangan yang dialokasikan kepada pemerintah
(pusat)
dan provinsi menjadi kewenangan otonomi kabupaten/kotamadya
yang
meliputi kewenangan-kewenangan sebagai berikut:
masyarakat adat/setempat (penyelenggaraan perizinan).
2. Pengendalian dampak dari suatu kegiatan terhadap sumber daya
air,
udara, tanah, termasuk melaksanakan pengawasan penataan
sampai
dengan penjatuhan sanksi administrasi (pengendalian dampak
lingkungan) 5
industri pengolahan hasil kayu. Dalam kegiatan industri pengolahan
hasil kayu
sebagian besar industri tersebut berada dipinggir sungai
Batanghari, sehingga
tidak menutup kemungkinan limbah-limbah dari pengolahan kayu
tersebut akan
dibuang ke sungai sehingga mengakibat adanya pencemaran air sungai.
Terhadap
5 Bachrul Amiq, Penerapan Sanksi Administrasi dalam Hukum
Lingkungan, Laksbang
Mediatama, Yogyakarta, 2013, hlm. 50
10
perusahaan yang berdampak terhadap keseimbangan ekosistem
lingkungan.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka penulis
tertarik untuk
meneliti lebih lanjut dan untuk dijadikan karya ilmiah dalam bentuk
skripsi
dengan judul “Pengawasan Terhadap Izin Lingkungan Perusahaan
Industri
Pengolahan Kayu di Kabupaten Muaro Jambi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
yang
menjadi rumusan dalam skripsi ini adalah:
1. Bagaimana Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Izin Lingkungan
pada
Perusahaan Industri Pengolahan Kayu di Kabupaten Muaro Jambi?
2. Apa Hambatan Pengawasan Terhadap Perusahaan Industri Pengolahan
Kayu
di Kabupaten Muaro Jambi?
1. Tujuan Penelitian
pada Perusahaan Industri Pengolahan Kayu di Kabupaten Muaro
Jambi.
b. Untuk mengetahui hambatan Pengawasan Terhadap Perusahaan
Industri
Pengolahan Kayu di Kabupaten Muaro Jambi.
11
pengetahuan hukum, khususnya Hukum Administrasi Negara di
bidang
peran pengawasan Izin Industri
pemecahan masalah yang timbul saat ini, berkaitan dengan
Pengawasan
Terhadap Izin Lingkungan Perusahaan Industri Pengolahan Kayu
di
Kabupaten Muaro Jambi.
D. Kerangka Konseptual
maka penulis mendefenisikan konsep-konsep dari judul penelitian ini
sebagai
berikut:
organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang
sedang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan
sebelumnya 6
menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas
atau
6 Angger Sigit Pramukti & Meylani Chahyaningsih, Pengawasan
Hukum Terhadap
Aparatur Negara, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016, hlm.13
12
pengawasan tersebut menekankan pada suatu proses pengawasan
berjalan
sistematis sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan.
2. Izin Lingkungan
pemerintah yang bersifat yuridis preventif, dan digunakan sebagai
instrumen
administrasi untuk mengendalikan perilaku dalam rangka perlindungan
dan
pengelolaan lingkungan hidup. 8
Pasal 1 angka (22) Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 16
Tahun
2012 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi,
menyebutkan
bahwa “Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan
oleh instansi
teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan”
Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau
pelaku
usaha Kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda
daftar
usaha. Izin ialah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan
dalam
hukum administrasi untuk mengemudikan tingkah laku para
warga.
Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku
usaha
Kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar
usaha. Izin ialah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan
dalam
hukum administrasi untuk mengemudikan tingkah laku para
warga.
7 Sujamto, Otonomi Daerah Yang Nyata dan Bertanggung Jawab, Sinar
Grafika, Jakarta,
1990, hal. 17. 8 Helmi, “Membangun Sistem Perizinan Terpadu Bidang
Lingkungan Hidup di
Indonesia”. Journal. Fakultas Hukum Universitas Jambi.
13
Industri adalah kegiatan ekonomi mengolah dan merubah bahan
menjadi suatu produk yang baru agar mempunyai nilai tambah yang
lebih
tinggi dari sebelumnya 9 yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang
setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun
dan
perekayasaan industri.
adalah industri yang langsung mengolah kayu (industri pengolahan
kayu hulu)
seperti industri kayu gergajian, pulp dan kayu lapis. Sedangkan
industri
pengolahan kayu hilir seperti moulding dan mebel (furniture)
mengolah bahan
baku yang berasal dari industri kayu gergajian. Dengan
demikian
berkembangnya industri hilir sangat ditentukan oleh industri
pengolahan kayu
hulu sebagai pemasok bahan baku. Jenis kayu yang banyak digunakan
adalah
kayu Meranti, Pinus dan Karet. 10
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka yang dimaksud
dengan
judul skripsi adalah sutu kegiatan pengamatan izin industri
pengolahan kayu,
baik gergajian, pulp atau kayu lapis di Kabupaten Muaro
Jambi.
9 Vallen Laurinda Defrina Widyawan, et.all, “Pengembangan Industri
Pengolahan Kayu
Sebagai Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal”, Jurnal Administrasi
Publik (JAP), Vol. 3, No. 7,
hlm. 105 10
merupakan kegiatan mengawasi saja,dalam arti melihat sesuatu
dengan
seksama. 11
pengamatan pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin
agar semua pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah
ditentukan sebelumnya” 12
kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan sesuai
dengan
rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki.
Pengawasan, pada dasarnya merupakan bagian dari penegakan
hukum
lingkungan secara preventif, yaitu upaya mewujudkan atau
merealisasikan
Planningnya seperti yang tertuang dalam ketentuan-ketentuan
dibidang
lingkungan hidup, dalam Pasal 71 Ayat (1) Undang-undang
Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup ditegaskan: “Menteri, gubernur,
atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan
pengawasan
terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas
ketentuan
yang di tetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. “Selanjutnya ayat (2) pasal ini
menyatakan:
“Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan
11 M.Victor Situmorang dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan
Melekat Dalam
Lingkungan Aparatur Pemerintah, PT.Rineka Cipta,Jakarta. 1993,
hlm.17 12
Siagian P. Sondang, Filsafat Administrasi, Haji Mas Agung, Jakarta
1989, hlm. 98.
15
yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan
hidup. “Pada ayat (3), dikatakan: “Dalam melaksanakan pengawasan,
menteri,
gubernur, atau bupati/walikota menetapkan pejabat pengawas
lingkungan
hidup yang merupakan pejabat fungsional.”
Berdasarkan Pasal 71 ayat (3) jo Pasal 74 ayat (1)
Undang-undang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pejabat
pengawas
lingkungan hidup sebagai pejabat profesional yang ditunjuk/diangkat
oleh
menteri, gubernur, atau pun oleh bupati/walikota memiliki wewenang
yang
cukup luas, termasuk dapat melakukan tindakan administratif
berupa
“menghentikan pelanggaran tertentu. Pasal 74 ayat (2)
Undang-undang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menegaskan
“dalam
melaksanakan tugasnya, pejabat pengawas lingkungan hidup dapat
melakukan
koordinasi dengan pejabat penyidik pegawai negeri sipil.” Pada ayat
(3)
dinyatakan: “penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dilarang
menghalangi
pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup.
Pelaksanaan pengawasan terhadap pemerintah, dapat ditentukan
oleh
beberapa teori konsekuensi pengawasan yang berpeluang dapat
menjelaskan
penyebab keberhasilan dan kegagalan atau efektifitas suatu sistem
pengawasan.
Pertama; teori kekuatan yuridis, kedua; teori tipe pengawasan.
Ketiga; teori
16
keenam; teori arogansi kekuasaan. 13
Mengenai definisi pengawasan dari segi tata bahasa, istilah
pengawasan
dalam bahasa Indonesia asal katanya adalah awas sehingga
pengawasan
merupakan kegiatan mengawasi saja, dalam arti melihat sesuatu
dengan
seksama. Dalam memberikan definisi atau batasan tentang
pengawasan
tidaklah mudah.
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
pekerjaan
yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya
sedang menurut Sarwoto definisi pengawasan adalah kegiatan manajer
yang
mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan rencana
yang
ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki. Definisi pengawasan
dari
Soekarno K sebagai berikut pengawasan adalah suatu proses yang
menentukan
tentang apa yang harus di kerjakan, agar apa yang harus dikerjakan,
agar apa
yang harus diselenggarkan sejalan dengan rencana. 14
Pengawasan, pada dasarnya merupakan bagian dari penegakan
hukum
lingkungan secara preventif, yaitu upaya mewujudkan atau
merealisasikan
Planningnya seperti yang tertuang dalam ketentuanketentuan
dibidang
lingkungan hidup, dalam Pasal 71 Ayat (1) Undang-undang
Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup ditegaskan: “Menteri, gubernur,
atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan
pengawasan
13 Fitria, “Karakteristik Pengawasan Peradilan Administrasi
terhadap Tindakan
Pemerintah”. Jurnal Hukum, Vol. 7 No. 3 tahun 2014. 14
M.Victor Situmorang dan Jusuf Juhir, Op. Cit, hlm.17
17
dan pengelolaan lingkungan hidup. “Selanjutnya ayat (2) pasal ini
menyatakan:
“Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan
kewenangannya dalam melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi
teknis
yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan
hidup. “Pada ayat (3), dikatakan: “Dalam melaksanakan pengawasan,
menteri,
gubernur, atau bupati/walikota menetapkan pejabat pengawas
lingkungan
hidup yang merupakan pejabat fungsional.”
2. Teori Kewenangan
kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang
sedang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan
sebelumnya. 15
sendi utama penyelenggaraan pemerintahan, wewenang
pemerintahan
(bestuursbevoegheid) berasal dari peraturan
perundang-undangan.
Menurut Bagir Manan, mengatakan bahwa:
Wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan
(macht).
Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak
berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus bearti hak dan
kewajiban
(rechtem en plichten). Kewajiban secara horizontal berarti
kekuasaan
untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya.
vertikal
15
1986, hlm. 19
ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan. 16
Kewenangan yang di dalamnya terkandung hak dan kewajiban,
menurut
P. Nicolai dalam Ridwan, adalah:
Kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu (yaitu
tindakan-
tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum, dan
mencakup mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum). Hak
berisi
kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan
tertentu
atau memuat pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu,
sedangkan
kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak
melakukan
tindak tertentu. 17
F. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Muaro Jambi.
Penelitian ini adalah penelitian empiris. Penelitian empiris
memandang
.
3. Spesifikasi Penelitian
menggambarkan dan menganalisis hal-hal yang bersifat umum,
kemudian
16 Bagir Manan, Wewenang Provinsi, Kabupaten, dan Kota dalam Rangka
Otonomi
Daerah, Makalah pada Seminar Nasional, Fakultas Hukum Unpad,
Bandung, 13 Mei 2000, hlm. 1 17
Ibid 18
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju,
Bandung, 2008, hlm.
81
19
4. Populasi Sampel dan informan peneliti
a. Populasi
dengan karakter yang sama. Populasi adalah seluruh obyek,
seluruh
individu, seluruh gejala atau seluruh kejadian termasuk waktu,
tempat,
gejala-gejala, pola sikap, tingkah laku, dan sebagainya yang
mempunyai ciri
atau karakter yang sama dan merupaka unit satuan yang diteliti.
19
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pubrik kayu yang berjumlah 24
(dua
puluh emat) industri/pabrik pengolahan kayu di Muaro Jambi.
b. Sampel Responden
atau sebagian dari Populasi. 20
Penarikan sampel pada penelitian izin
perusahaan pengolahan kayu dengan metode Purposive Sampling
yaitu
dengan menentukan terlebih dahulu kriteria-kriteria bagi responden
yang
dianggap paling berkompeten dengan masalah yang diteliti,
yaitu
pengawasan badan lingkungan hidup daerah terhadap izin
perusahaan
industri pengolahan kayu di Kabupaten Muaro Jambi. Adapun
sampel
dalam penelitian yaitu berjumlah 4 (empat) perusahaan
industri
pengolahan kayu yang penulis ambil 15% dari 24 industri pengolahan
kayu
di Kabupaten Muaro Jambi.
19 Ibid., hlm. 145
20 Ibid., hlm. 145.
2. Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu
5. Jenis dan Sumber Data
Adapun mengenai jenis dan sumber data yang akan digunakan
dalam
penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat
sebagai
sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan. Perolehan
data
primer dari penelitian lapangan dapat dilakukan baik melalui
pengamatan
(observasi), wawancara ataupun penyebaran kuesioner. 21
b. Data Sekunder
yang dari kekuatan sudut mengikatnya digolongkan kedalam :
1. Bahan hukum primer
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Perindustrian
No.
14/M-IND/PER/6/2008 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian
hlm.16.
21 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007,
21
Izin Usaha Indstri Izin Perusahaan dan Tanda Daftar Industri,
dan
Peraturan Perundang-Undangan lain yang berkaitan dengan
pembahasan dalam penelitian ini.
2. Bahan Hukum Sekunder
mengenai bahan hukum primer, seperti, buku-buku hukum, karya
ilmiah, bahan internet, majalah, koran, artikel, pendapat dari
kalangan
pakar hukum (Doktrin Hukum) sepanjang relevan dengan objek
kajian
penelitian dan bahan-bahan hukum lainnya.
3. Bahan Hukum Tersier
primer dan bahan hukum sekunder yang lebih dikenal dengan
nama
bahan acuan bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum,
seperti
kamus umum dan kamus hukum sepanjang memuat informasi yang
relevan.
Teknik pengumpulan data yang digunaka dalam penelitian ini adalah
dengan
wawancara (interview) kepada responden untuk menjawab
beberapa
pertanyaan yang ditentukan oleh penulis dan studi kepustakaan yang
diperoleh
melalui bahan-bahan tertulis seperti buku-buku, dokumen atau
literatur yang
berkaitan dengan penelitian ini.
22
Undang, literatur, buku- buku lain yang relevan dengan materi
penelitian
yang dibahas.
penelitian, berupa data primer, dokumen-dokumen, keterangan
atau
informasi dilakukan dengan wawancara terstruktur kepada Kepala
Kantor
Dinas Lingkungan Hidup Muaro Jambi, dan Kepala Dinas
Penanaman
Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Muaro Jambi, dimana
wawancara
dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai
pedoman,
dengan maksud untuk memperoleh penjelasan dari responden.
6. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah
analisis deskriptif kualitatif yaitu menganalisis data yang sudah
terkumpul
diolah berupa gambaran dan penjabaran secara sistematis
menggunakan
kalimat-kalimat sehingga diperoleh hasil bahasan atau paparan yang
sistematis
dan dapat dimengerti. 22
Bab I. Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, perumusan
masalah,
kerangka konsepsional, kerangka teoritis, tujuan dan manfaat
penelitian,
metode penelitian serta sistematika penulisan.
22
2007, hlm. 10
Terhadap Izin Pada Perusahaan Indsutri
Pengolahan Kayu. Bab ini menguraikan
tetang pengertian perizinan, pengawasan,
Kewenangan, Proses Penerbitan Izin
Lingkungan Terhadap Perusahaan Industri
Bagaimanakah pelaksanaan pengawasan
Bab IV. Bab Penutup berisikan kesimpulan dan saran dari bab
pembahasan.