13
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial Institute of Social Development 1 1. Latar Belakang Visit Indonesia Years yang merupakan salah satu kebijakan pariwisata di Indonesia dikatakan telah berhasil menambah jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Namun yang menjadi perhatian ialah apakah kontribusi pemuda telah dimaksimalkan. Hal ini mengingat data yang menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun angka pertumbuhan devisa dari sektor pariwisata terus meningkat dan pada tahun 2012 tercatat sebesar 8,55 milyar dolar 1 . Selain devisa, sektor pariwisata juga menyumbang sebesar 6,87% terhadap ketersediaan lapangan tenaga kerja di Indonesia 2 . Dengan begitu, pariwisata menjadi potensi devisa yang harus selalu dikembangkan setiap tahun. Terdapat data yang menarik dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bahwa penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara atau wisatawan lokal yang mengunjungi daerah-daerah di Indonesia sebesar Rp 158 Triliun 3 . Angka ini merupakan angka fantasis apalagi didukung dengan jumlah pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang selalu meningkat Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011, jumlah wisatawan nusantara atau wisatawan domestik yang melakukan perjalanan sebesar 236.752 dan jumlah tersebut selalu meningkat dari tahun 2007. Begitu juga dengan pengeluaran yang dikeluarkan kurang lebih Rp 662.000,- setiap perjalanan. Gambar 1.1 Statistik Wisatawan Nusantara 4 1 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2011. Maret 2012 2 Ibid 3 Ibid 4 http://www.budpar.go.id/budpar/asp/detil.asp?c=110&id=1312 Bagaimana Peran Pemuda ?

1. Latar Belakang - PUSKAMUDA

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development

1

1. Latar Belakang

Visit Indonesia Years yang merupakan salah satu kebijakan pariwisata di

Indonesia dikatakan telah berhasil menambah jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara. Namun yang menjadi perhatian ialah apakah kontribusi pemuda telah

dimaksimalkan. Hal ini mengingat data yang menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun

angka pertumbuhan devisa dari sektor pariwisata terus meningkat dan pada tahun

2012 tercatat sebesar 8,55 milyar dolar1. Selain devisa, sektor pariwisata juga

menyumbang sebesar 6,87% terhadap ketersediaan lapangan tenaga kerja di

Indonesia2. Dengan begitu, pariwisata menjadi potensi devisa yang harus selalu

dikembangkan setiap tahun.

Terdapat data yang menarik dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (Lakip) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bahwa penerimaan

dari pengeluaran wisatawan nusantara atau wisatawan lokal yang mengunjungi

daerah-daerah di Indonesia sebesar Rp 158 Triliun3. Angka ini merupakan angka

fantasis apalagi didukung dengan jumlah pendapatan perkapita penduduk Indonesia

yang selalu meningkat

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011, jumlah

wisatawan nusantara atau wisatawan domestik yang melakukan perjalanan sebesar

236.752 dan jumlah tersebut selalu meningkat dari tahun 2007. Begitu juga dengan

pengeluaran yang dikeluarkan kurang lebih Rp 662.000,- setiap perjalanan.

Gambar 1.1 Statistik Wisatawan Nusantara4

1 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2011. Maret 2012 2 Ibid 3 Ibid 4 http://www.budpar.go.id/budpar/asp/detil.asp?c=110&id=1312

BagaimanaPeran Pemuda ?

LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development

2

Bertambahnya jumlah wisatawan nusantara dan meningkatnya jumlah devisa

Negara tidak merupakan suatu jaminan telah suksesnya pengembangan pariwisata di

Indonesia karena akan membutuhkan regenerasi. Hal ini bedasarkan fakta bahwa

jumlah pemuda lebih besar dibandingkan dengan populasi usia tua dan anak.

Perbandingan ini diistilahkan sebagai ‘dependency ratio.’ Persentase usia produktif

(15-64 tahun) adalah 60% dari total populasi Indonesia di tahun 2010.

Lebih jauh lagi, regenerasi ini akan membutuhkan peran pemuda sebagai

pelaku wisata dan pengelola wisata. Pemuda sebagai pelaku wisata berarti pemuda

yang berwisata di berbagai daerah di Indonesia. Dalam hal ini, terkait kontribusi

pemuda untuk lebih memilih berwisata dalam negeri atau di luar negeri. Sementara

itu, pemuda sebagai pengelola wisata ialah pemuda yang menjalankan usaha wisata

dan bersifat berkesinambungan sehingga dapat dikatakan tourism entrepreneur.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian dan kajian ini adalah :

1. Bagaimana pola motivasi berwisata bagi pemuda ?

2. Bagaimana karakteristik jasa wisata yang dikelola pemuda ?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dan kajian ini adalah :

1. Bagaimana pola motivasi berwisata bagi pemuda ?

2. Bagaimana karakteristik jasa wisata yang dikelola pemuda ?

4. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yang digunakan untuk menjelaskan kontribusi pemuda

dalam pengembangan pariwisata nasional antara lain pariwisata & motivasi berwisata,

karakteristik berwisata, pemuda & pelaku wisata, dan pemuda &penyedia jasa wisata.

LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development

3

4.1 Pariwisata & Motivasi Berwisata Bagi Anak Muda

Menurut UU nomor 10 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 3 tentang Kepariwisataan,

pariwisata ialah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Sementara itu, industri

pariwisata menurut UU nomor 10 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 9 adalah

kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka

menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata5.

Menurut UU nomor 10 Tahun 2009 Pasal 5, Kepariwisataan

diselenggarakan dengan prinsip6:

a) Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai

pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan

hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa,

hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan

hubungan antara manusia dan lingkungan;

b) Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan

kearifan lokal;

c) Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan,

kesetaraan, dan proporsionalitas;

d) Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;

e) Memberdayakan masyarakat setempat;

f) Menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antara

pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik

dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antar

pemangku kepentingan;

g) Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan

internasional dalam bidang pariwisata; dan

h) Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5 www.budpar.go.id/.../4636_1364-UUTentangKepariwisataannet1.pdf - 6 Ibid

LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development

4

Sementara itu, motivasi wisatawan termasuk di dalamnya ialah motivasi pemuda

untuk berwisata akan terkait 4 aspek7 :

a. Pshysical or physiological motivation

b. Cultural motivation

c. Social motivation

d. Fantasy motivation (ego-enhacement)

RW Mc Intosh mengungkapkan bahwa motivasi untuk berwisata termasuk juga

motivasi berwisata untuk anak muda adalah sebagai berikut8:

a) Pleasure (bersenang-senang)

b) Relaxation, rest and recreation (beristirahat untuk menghilangkan stress)

c) Health (kesehatan), yaitu berkunjung ke tempat-tempat yang dapat membantu

menjaga kesehatan

d) Participation in sports (olah raga yang bersifat rekreasi)

e) Curiosity and culture (rasa ingin tahu dan motivasi yang berkaitan dengan

kebudayaan)

f) Spiritual and religious (alasan yang bersifat spiritual dan keagamaan);

g) Status and prestige (menunjukkan status sosial dan gengsi)

h) Professional or business

4.2 Pemuda & Pelaku Wisata

Karakteristik berwisata dari masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh berbagai

macam faktor. Secara harfiah dapat dibagi menjadi faktor penarik dan faktor

pendorong perjalanan wisata seperti yang terdapat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Faktor Penarik & Pendorong Perjalanan Bewisata9

Faktor Penarik Faktor Pendorong

1. Location climate

2. National promotion

1. Escape

2. Relaxation

7 Lihat Cohen (1979) 8 Bhatia,A.K.2002.TourismDevelopment:PrinciplesandPractices.NewDelhi:SterlingPublishersPrivateLimited:49-52.9 Lihat Jacson (1989)

LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development

5

3. Retail advertising

4. Wholesale marketing

5. Special events

6. Incetive schemes

7. Visiting friends

8. Visiting realitves

9. Tourist attraction

10. Culture

11. Natural man-made environment

3. Play

4. Strengthening family bonds

5. Prestige

6. Social interaction

7. Romance

8. Educational oppurtunity

9. Self-fulfilment

10. Whis-fulfilment

Faktor penarik dan faktor pendorong ini yang mempengaruhi kecenderungan

pemuda di Indonesia untuk berwisata. Dalam hal ini, nilai-nilai lokal dan

nasionalisme akan memiliki peran dalam keputusan pemuda untuk berwisata sehingga

terdapat pertimbangan untuk berwisata di dalam negeri atau luar negeri.

Gambar 4.1 Pilihan Pemuda Untuk Berwisata

Mengingat pariwisata menyumbang devisa yang besar bagi negara maka

menjadi krusial untuk memetakan fakta bahwa pemuda di Indonesia dengan

nasionalisme’nya cenderung berwisata di dalam negeri atau di luar negeri karena

terpengaruh oleh globalisasi. Hal ini dikarenakan dua-duanya dijalankan oleh pemuda

di Indonesia

4.3 Pemuda & Penyedia Jasa Wisata

Pengolalaan jasa wisata dapat dikatakan sebagai industri

wisata. Pengertian industri pariwisata lainnya ialah suatu organisasi

baik pemerintah maupun swasta terkait dalam pengembangan

produk dan pemasangan produk suatu layanan yang memenuhi

kebutuhan orang yang sedang berpergian, dan kepariwisataan

Pemuda Nasionalisme Globalisasi Wisata Dalam Negeri

Wisata Luar Negeri

LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development

6

sebagai sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan

pariwisata10.

Industri pariwisata termasuk industri pariwisata yang dikelola pemuda dapat

mengurangi tingkat kemiskinan karena karakteristiknya yang khas sebagai berikut11:

a) Konsumennya datang ke tempat tujuan sehingga membuka peluang bagi

penduduk lokal untuk memasarkan berbagai komoditi dan pelayanan

b) Membuka peluang bagi upaya untuk mendiversifikasikan ekonomi lokal yang

dapat menyentuh kawasan-kawasan marginal

c) Membuka peluang bagi usaha-usaha ekonomi padat karya yang berskala kecil

dan menengah yang terjangkau oleh kaum miskin

d) Tidak hanya tergantung pada modal, akan tetapi juga tergantung pada modal

budaya (cultural capital) dan modal alam (natural capital) yang seringkali

merupakan asset yang dimiliki oleh kaum miskin

Pemuda dalam menjalankan kontribusinya sebagai penyedia jasa wisata akan

berperan sebagai tourism entrepreneur. Tourism entrepreneur dapat mendayagunakan

investasi sosial dimana difokuskan pada upaya penjaminan agar tiap-tiap individu

punya kemampuan dan kualitas yang diperlukan untuk bekerja, bertahan hidup, dan

menjalankan fungsinya sebagai warga negara atau singkatnya dapat berfungsi secara

sosial ekonomi. Oleh karena itu, tourism entrepreneur yang dijalankan oleh pemuda

dapat dikatakan sebagai agent of change dan berbeda dengan entrepreneur biasa.

Modal Sosial

= =

Gambar 4.2 Tourism entrepreneur Berperan Sebagai Agent of Change

10 http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/mpar/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-35403033-9443-majapahit-chapter2.pdf 11Basuki,“SosialisasidanGerakanSadarWisata”,yangdiselenggarakanolehDinasKebudayaandanPariwisataProvinsiSumateraBarat,diSolok,12Oktober2011.

Pemuda Agent of Change

Pertumbuhan dan Pemerataan

Tourism Entrepreneur

LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development

7

Dari gambar 4.2 maka dapat dilihat bahwa terdapat perbandingan yang jelas

antara tourism entrepreneur dengan entrepreneur, dimana entrepreneur biasa sebagai

aktor pembangunan ekonomi atau intelektual ekonomi tidak akan bisa melakukan

upaya pertumbuhan dan pemerataan secara bersamaan. Berbeda dengan tourism

entrepreneur yang mendayagunakan investasi sosial ekonomi dengan melibatkan

modal sosial dan bukan investasi ekonomi biasa.

Kegiatan bisnis yang dilakukan tourism entrepreneur terkait upaya

pertumbuhan, sementara itu melibatkan modal sosial yang terdapat di suatu

masyarakat atau komunitas ialah bentuk lain dari pemerataan itu sendiri. Trust dan

norm dalam modal sosial akan mempercepat upaya pemerataan dibandingkan trust

dan norm dalam bisnis seperti yang dilakukan entrepreneur.

5. Meteodologi

5.1 Pendekatan

Penelitian ini berjenis penelitian eksploratorif, yaitu penelitian untuk

medapatkan gambaran awal tentang motivasi pemuda sebagai pelaku wisata dan

karakteristik usaha wisata yang penyedia jasa wisata-nya pemuda. Penelitian ini

didesain sebagai penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran

motivasi berwisata serta karakteristik usaha yang dijalankan dan dimiliki pemuda.

Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Metode Kuatitatif untuk

mengukur motivasi berwisata dan Metode Kualitatif untuk mengkaji karakteristik

usaha wisata. Walaupun menggunakan Metode Kuantitatif, penelitian ini tidak

berusaha untuk mengidentifikasi keterkaitan antar variable yang diteliti. Kedalaman

dan kelengkapan hasil penelitian menjadi tujuan utama untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan penelitian.

5.2 Metode Pengumpulan Data (Lokasi, Populasi & Sampel) Penelitian ini akan berusaha menjelaskan mengenaik motivasi berwisata

pemuda dan karakteristik usaha wisata dimana pemuda sebagai penyedia layanan

wisata nasional. Agar didapat memenuhi kriteria pertanyaan tersebut, ditetapkan

tempat wisata di empat kota agar dapat mewakili karakteristik wilayah Indonesia

antara lain, tempat wisata di Provisnsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai wakil

wilayah Indonesia bagian barat, tempat wisata di Provinsi Bali sebagai wakil wilayah

LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development

8

Indonesia bagian tengah, Provinsi Sulawesi Utara sebagai wakil wilayah Indonesia

bagian timur, dan Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara.

Populasi adalah seluruh objek penelitian yang sesuai dengan criteria yang

telah ditetapkan dalam penelitian (Polit & Hungler, 1999). Populasi untuk pertanyaan

motivasi pemuda sebagai pelaku wisata merupakan infinite population, sehingga sulit

untuk menerapkan metode penarikan sampel dimana setiap anggota populasi

mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (probability sampling).

Metode penarikan sampel yang akan diterapkan adalah penarikan acak dengan kuota

tertentu (quota sampling). Berikut kuota yang akan diambil pada tiap-tiap tempat

seperti yang terdapat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Sampling Area

Provinsi (Tempat Wisata) Jumlah Sampel DI Yogyakarta 250 Bali 250 Sulawesi Utara 250 DKI Jakarta 250

Sedangkan untuk pertanyaan karakteristik usaha wisata dimana pemuda

sebagai penyedia layanan wisata, akan dipilih pemuda yang memiliki usaha layanan

wisata di masing-masing provinsi. Penerapan probability sampling juga terkendala

dengan karakteristik sampel dimana usaha layanan wisata yang menjadi populasi

penelitian adalah pemuda. Oleh karena itu ditetapkan untuk menarik sampel secara

acak sebanyak tiga usaha layanan wisata pada masing-masing wilayah. Untuk

kedalaman kajian akan ditelusuri juga perbedaan-perbedaan usaha tersebut

berdasarkan kriteria lama usaha berdiri, omset yang didapat per tahun, jumlah

konsumen yang dilayani dan lainnya.

5.2.1 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data merupakan penjamin validitas dan reabilitas dalam

menilai hasil penelitian (Burn & Grove, 2001). Untuk itu, penelitian ini akan

menggunakan beberapa alat untuk mengumpulkan data lapangan, antara lain:

1. Kuesioner: untuk mendapatkan data motivasi berwisata pemuda

2. Panduan wawancara: sebagai panduan wawancara untuk pemilik tempat usaha

3. Form observasi: untuk menggambarkan proses usaha wisata yang dilakukan

LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development

9

Ketiga alat ini akan dikembangkan sesuai dengan hasil supervise selanjutnya

5.2.2 Prosedur Pengambilan Data

Pengambilan data akan dilakukan pada beberapa provinsi yang telah

disebutkan sebelumnya, melalui beberapa prosedur, antara lain:

1. Peneliti mengunjungi tempat wisata pada provinsi yang dimaksud

2. Peneliti memilih responden yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian

3. Peneliti menjelaskan maksud pengambilan data

4. Peneliti meminta responden mengisi kuesioner yang dimaksud, apabila ada

yang tidak jelas dapat langsung ditanyakan pada peneliti

5. Setelah kuesioner telah terisi, langsung dikumpulkan oleh peneliti

Sedangkan untuk usaha layanan wisata, prosedur yang dilakukan, antara lain:

1. Peneliti menelusuri usaha wisata yang dimiliki oleh pemuda

2. Peneliti meminta izin wawancara dan observasi

3. Setelah mendapatkan izin, wawancara dan observasi dapat dilakukan.

Target group dari kajian dan penelitian ialah empat area yang berbasis pada

dinamika pemuda dalam berwisata baik itu sebagai pelaku maupun pengelola. Motif,

kecenderungan dan pola berwisata pemuda akan dapat dipetakan sehingga terlihat

apakah kecenderungan nasionalisme atau globalisasi dalam berwisata. Begitu juga,

dengan pengelolaan usaha pariwisata yang dijalankan oleh pemuda serta berbagai

tantangannya akan juga dapat dilihat gambarannya. Masing-masing dari target group

ini dioperasionalisasikan sejalan dengan sistem dan dinamika mahasiswa di Makasar

seperti yang terdapat dalam gambar 5.1.

Dinas Pariwisata

Dinas Pemuda & Olahraga Pemuda èTourism

Entrepreneur Pemuda Pelaku Wisata

Pengelola Tempat Wisata

Pemerintah

Tempat Wisata

Usaha Jasa Wisata

LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development

10

Gambar 5.1 Sistem dari Target Group

6. Rencana Kerja, Timeline & Budget 6.1 Rencana Kegiatan

Impelementasi dari rencana kerja ini difokuskan untuk melihat kontribusi

pemuda bagi pengembangan pariwisata nasional dilihat dari dua sisi yaitu pemuda

sebagai pelaku wisata dan pemuda sebagai pengelola jasa wisata.

6.1.1 Rencana Kajian & Penelitian

• Persiapan Instrument dan Studi Literatur. Langkah awal ini dibutuhkan untuk

menemukan data awal dan konsep yang digunakan dalam penelitian dan

kajian.

• Observasi. Observasi ini dilaksanakan dalam situasi formal dan informal.

• In Depth Interview, Survei, dan Informal Talks. Koleksi data dengan banyak

teknik untuk menjaga validitas dan reabilitas.

• Mengkoleksi data dan informasi relevan serta melaksanakan triangulasi.

• Menganalisis data. Setelah data dikumpulkan maka dipersiapkan untuk

rencana aksi dalam bentuk pengembangan kapasitas mahasiswa untuk menjadi

agen anti kekerasan.

• Finalisasi laporan

6.2 Timeline

Waktu kerja dari kajian dan penelitian ini membutuhkan waktu kurang lebih

10 bulan yang meliputi dua lingkup utama yaitu kajian & penelitian, dan sosialisasi.

Tabel 6.1 Timeline Kerja

No Kegiatan Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Studi Literatur 2 Pengumpulan Data Sekunder 3 Pembuatan Kuesioner 4 Uji Validitas & reliabilitas 5 Pembuatan Laporan Pendahuluan

LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development

11

6 Pengumpulan Data primer (Survei)

7 Focus Group Discussion 8 Entry dan Pengolahan Data 9 Analisis Data

10 Penyelesaian Draft Laporan Akhir

11 Seminar Hasil Penelitian 12 Laporan Akhir

6.3 Budget

Total budget untuk penelitian yang akan dilaksanakan di Jakarta, Yogyakarta,

Manado dan Bali sebesar Rp 250.000.000,00.

Tabel 6.2 Total Budget

No Pelaksanaan Total Biaya

1 Gaji/Upah Rp 75,888,000

2 Belanja Habis Bahan Pakai Rp 98,432,000

3 Belanja Perjalanan Rp 68,000,000

4 Belanja Lain-lain Rp 7,680,000

Total Rp 250,000,000

a) Gaji/Upah

No. Pelaksana Kegiatan Jumlah Personil

Upah (Rp)/jam

Jumlah Jam/pekan

Jumlah Pekan (dalam

10 bulan)

Total Biaya (Rp)

1 Pengarah 2 28000 8 20 8,960,000

2. Periset Utama 1 27.000 10 32 8,640,000 3. Periset Anggota 4 25000

17 32 54,400,000

4. Pembantu Periset/

tenaga pendukung 1 18000 9 24 3,888,000

Jumlah 75,888,000

b) Belanja Bahan Habis Pakai

No. Uraian Volume

Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)

LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development

12

1. Komunikasi 6 10 bln 100,000 6,000,000 2. Pengadaan literature 1 1,300,000 1,300,000 3. Flashdisk 1 400,000 400,000 4. Souvenir partisipan 40 4 Wilayah 50,000 8,000,000 5 Insentif partisipan 40 4 Wilayah 50,000 8,000,000 6 Jasa Surveyor 200 4 Wilayah 40,000 32,000,000 7 Kertas A4 4 50,000 200,000 8 Toner Printer 2 450,000 900,000 9 Alat Tulis 1 500,000

500,000

10 Fotokopi 1 200,000 200,000 11 Penggandaan laporan 20 15,000 300,000 12 Compac Disk 10 10,000 100,000 13 Materi disseminasi

&publikasi 1 2,500,000 2,500,000

14 Auditor Jurnal Internasional 1 1,000,000 1,000,000 15 Peralatan Workshop 2 4 wilayah 1,000,000 8,000,000 16 Sewa projector 2 10 hari 250,000 5,000,000 17 Spanduk 2 4 wilayah 300,000 2,400,000 18 Baterai kamera 10 15,000 150,000 19 Kaset kamera 15 20,000 300,000 20 Jasa Transkrip 1 500,000 500,000 21 Cetak foto 100 5,000 500,000 22 Kuisoner 200 4 wilayah 10,000 8,000,000 23 Materi workshop 100 4 wilayah 15,000 6,000,000 24 Jasa tabulasi data 1 4 wilayah 1,500,000 6,000,000 25 Jasa distribusi 1 4 wilayah 45,500 182,000

Jumlah 98,432,000

c) Belanja Perjalanan No. Uraian Volume Biaya

Satuan (Rp) Biaya (Rp)

1. Transportasi Peneliti utama 1 3 wilayah 3000,000 9,000,000

2. Transportasi anggota peneliti 2 3 wilayah 3000,000 18,000,000

3. Transportasi tenaga pendukung 1 3 wilayah 3000,000 9,000,000

4 Transportasi lokal 2 4 wilayah 1000,000 8,000,000

LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development

13

4 5 Akomodasi 6 4 wilayah 1,000,000 24,000,000

Jumlah 68,000,000

d) Belanja Lain-lain No.

Uraian Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp) 1. Consultaty Meeting

8 3 x 8 Bulan 41,000 7,680,000

Jumlah 7,680,000

7. Kesimpulan

Kajian dan penelitian ini berlandaskan pada konsep perpaduan antara

pengembangan pariwisata dan kontribusi pemuda. Kontribusi pemuda ialah sebagai

pelaku wisata dan pengelola jasa wisata. Program ini kurang lebih membutuhkan

waktu 10 bulan untuk melaksanakan kajian, penelitian dan sosialisasi. Hasil dari

kajian dan penelitian ini sebagai pemetaan dan solusi kebijakan dalam upaya

mengembangkan kontribusi pemuda baik itu sebagai pelaku wisata maupun pengelola

wisata.