26
BAB I PENDAHULUAN FIBROADENOMA MAMMAE (FAM) Adalah tumor jinak tersering pada payudara dan umumnya menyerang para remaja dan wanita dengan usia 30-an tahun. Berbatas tegas, konsistensi padat kenyal, muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah digerakkan, dan diameter 1-10 cm. Fibroadenoma terdiri dari sel epitel dan stroma. ANATOMI PAYUDARA Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006). Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak 1

1 Lapsus FAM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapsus fam

Citation preview

Page 1: 1 Lapsus FAM

BAB I

PENDAHULUAN

FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)

Adalah tumor jinak tersering pada payudara dan umumnya menyerang

para remaja dan wanita dengan usia 30-an tahun. Berbatas tegas, konsistensi padat

kenyal, muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah digerakkan, dan

diameter 1-10 cm. Fibroadenoma terdiri dari sel epitel dan stroma.

ANATOMI PAYUDARA

Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua

sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media.

Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara

wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran,

sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan

lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006).

Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan

glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi

kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang

meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki

aliran limfe. Aliran limfe payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker

maupun penyebaran (metastase) kanker payudara (Haryono dkk, 2011).

Setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat

pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang membesar

tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh

daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang disebut areola mamma. Pada areola

mamma, terdapat tonjolan-tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar

areola di bawahnya. Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa

perbedaan di tempat yang berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila),

cenderung terasa bergumpal-gumpal besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti

pasir atau kerikil. Sedangkan bagian di bawah puting susu, akan terasa seperti

1

Page 2: 1 Lapsus FAM

kumpulan biji yang besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda pada orang yang

berbeda.

Menurut Hoskins et, al (2005) Untuk mempermudah menyatakan letak

suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu :

1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)

2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)

3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)

4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)

5. Regio puting susu (nipple)

Gambar 1.1 Anatomi Payudara,Sumber: Rosai, 2002.

Vaskularisasi kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri aksilaris,

ramus perforata intercostalis 1– 4 dari arteri mammaria internadan ramus

perforata arteri intercostalis 3 – 7. Vena dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yakni

superfisial dan profunda. Vena superfisial terletak disubkutis, mudah tampak,

bermuara ke vena mammaria interna atau venasuperfisial leher. Vena profunda

berjalan seiring dengan arteri yangsenama, dan secara terpisah bermuara ke vena

aksilaris, vena mammaria interna dan vena azigos atau vena hemiazigos.

2

Page 3: 1 Lapsus FAM

Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan mengikuti vena kelenjar

mammae, drainasenya terutama melalui :

1. Bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris.

2. Bagian medial masuk ke kelenjar limfe memmaria interna.

3. Saluran limfe subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus

limfatik subareolar.

Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 – 6 dan 3 – 4 rami

dari pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan terapi bedah adalah :

1. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m.pektoralis minor

melintasi anterior vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk

kepermukaan dalam m. pektoralis mayor.

2. Nervus torakalis medialis. Kira – kira 1 cm lateral dari nervus torakalis

lateralis, tidak melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah masuk ke

m.pektoralis minor dan m. pektoralis mayor.

3. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada

dinding toraks berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.

4. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama

pembuluh darah subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m.teres

mayor.

FISIOLOGI

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh hormon.

Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa

fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh

estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan juga hormon

hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari

ke-8 haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid

berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang – kadang timbul benjolan yang

nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi

tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin

3

Page 4: 1 Lapsus FAM

dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena

kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang.

 Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,

payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus

berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu

diproduksi oleh sel – sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui

duktus ke puting susu.

 

PATOFISIOLOGI

Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses

hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya

dihubungkan dengan suatu proses aberasi perkembangan normal. Penyebab

proliferasi duktus tidak diketahui, diperkirakan sel stroma neoplastik

mengeluarkan faktor pertumbuhan yang memengaruhi sel epitel. Peningkatan

mutlak aktivitas estrogen,diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Kira-kira

10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap tahunnya dan

kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai diameter

2 – 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.

Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami

postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya,

fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada

terapi pergantian hormon, dan pada orang – orang yang mengalami penurunan

kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan kegansan.

Pada pasien-pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, perkembangan

fibroadenoma berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.

 Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada

wanita remaja dan Myxoid Fibroadenomayang terjadi pada pasien dengan Carney

complex. Carney complex merupakan suatu sindrom neoplasma autosomal

dominan yang terdiri atas lesi pada kulit dan mukosa, myxomas dan

kelainan endokrin.

4

Page 5: 1 Lapsus FAM

DIAGNOSIS

DIAGNOSIS KLINIK

a. Gambaran Klinik

Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala

dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan fibroadenoma

relatif lambat dan hanya menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur

dalam beberapa bulan. Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan dengan

permukaan yang licin dan merah. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi

kadang dirasakan nyeri bila ditekan.

 

b. Pemeriksaan Fisik

. Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai massa soliter,

diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak terbentuk jaringan fibroblast

disekitar jaringan payudara, dengan diameter kira-kira 1 – 3cm, tetapi ukurannya

dapat bertambah sehingga membentuk nodul dan lobus. Fibroadenoma

dapatditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi tersering adalah pada

quadran lateral atas payudara. Tidak terlihat perubahan kontur payudara.

Penarikan kulit dan axillary adenopathy yang signifikan pun tidak ditemukan.

Pemeriksaan Histopatologi

Gambaran sitologi sebagai berikut: sediaan apus biasanya penuh sel

(hiperseluler), sebagian besar sediaan apus mengandung sejumlah besar sel-sel

epitel yang berbentuk lempengan bahkan menutupi seluruh lapangan sediaan

dibawah mikroskop. Lempengan sel menunjukkan satu lapisan sel dengan

ukuran sel yang bervariasi, tetapi kebanyakan epitel berlapis dengan susunan

kohesi sel yang kompak, menonjol seperti jari tangan atau bangunan teratur. Inti

telanjang, tidak diketahui pasti asalnya mungkin berasal dari stroma atau sel

duktus lapisan luar atau sel mioepitel apabila intiinti telanjang tersebut ukurannya

kecil, bewarna hitam dan berbentuk spindel dengan atau tanpa bipolar.

5

Page 6: 1 Lapsus FAM

Gambar 2.5. Sitologi Fibroadenoma Payudara

Sumber: Lestadi, 1999.

PEMERIKSAAN RADIOLOGIK

a. MammografiPada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan sebagai massa

berbentuk bulat atau ovaldengan batas yang halus dan berukuran sekitas 4 – 100

mm. Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang samadengan jaringan kelenjar

sekitarnya, tetapi, pada fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan

densitasyang lebih tinggi. Kadang-kadang, tumor terdiri atas gambaran kalisifikasi

yang kasar, yang diduga sebagai infraksi atau involusi. Gambaran kalsifikasi pada

fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah berbentuk bulat, oval atau

berlobus– lobus. Pada wanita postmenopause, komponen fibroglandular dari

fibroadenoma akan berkurang dan hanya meninggalkan gambaran kalsifikasi

dengan sedikit atau tanpa komponen jaringan ikat.

b.Ultrasonography (USG)

Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas,

berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan

dengan diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnyahomogen dan

ditemukan gambaran dari isoechoic sampaihypoechoic. Gambaran echogenic

kapsul yang tipis, merupakan gambaran khas dari fibroadenoma dan

mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma tidak memiliki kapsul,

gambaran kapsul yang terlihat padapemeriksaan USG merupakan pseudocapsule yang

disebabkan oleh penekanan dari jaringan di sekitarnya.

6

Page 7: 1 Lapsus FAM

Gambar 12. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata,

batas tegas pada sebagian lobus merupakan khas dari fibroadenoma.

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari fibroadenoma, antara lain :

1. Cystosarcoma Phyllodes. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan

diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil,

sekitar 3–4 cm, tetapi sebagian besar terus tumbuh dan membesar

sehingga menyebabkan payudara membesar. Tumor ini terdapat pada

semua usia, namun kebanyakan ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran

radiologis (mammografi) dari tumor ini berupa massa berbentuk bulat dan

berbatas tegas.

2. Kista Payudara. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketikalamina

duktus dan acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan

epitel. Gambaran mamografinya berupa massa bulat atau oval yang

berbatas tegas. Tepi kista ini dapat berbatasan dengan jaringan

fibroglandular, baik sebagian maupun seluruhnya.

3. Papilloma. Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan

75% tumbuh di bawah areola mamma. Papilloma memberikan gejala

berupa sekresi cairan serous atau berdarah, adanya tumor subareola kecil

dengan diameter beberapa millimeter atau retraksi puting payudara (jarang

7

Page 8: 1 Lapsus FAM

ditemukan). Biasanya, ukuran lesi papilloma sangat kecil, hanya beberapa

milimeter, sehingga pada mamografi, terlihat gambaran sedikit

pengembungan atau normal dari duktus retro-areolar.

PENATALAKSANAAN

Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma.

Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara

dan untuk menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan

ukuran dan lokasi dari lesidi payudara. Terdapat 3 tipe insisi yang biasa

digunakan, yaitu:

1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.

2. Circumareolar Incision

3. Curve/Semicircular Incision

Tipe insisi yang paling sering digunakan adalah tipe radial. Tipe

circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dandeformitas, tetapi

hanya memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk

fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas

areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang

besar dan berada di daerah lateral payudara.

PROGNOSIS

Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang

tinggi untuk menderita kanker payudara. bagian yang tidak diangkat harus

diperiksa secara teratur.

.

8

Page 9: 1 Lapsus FAM

BAB II

LAPORAN KASUS

II.1 Identitas Pasien

Nama : Nn. A

Nomor RM : 041626

Umur : 18 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat : Gading 5/2 Tuntang

Tanggal Masuk : 20 Agustus 2013

II. 2 Anamnesa

Keluhan utama

Benjolan di payudara sebelah kanan

Keluhan tambahan

(-)

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke poli bedah dengan keluhan terdapat benjolan di payudara

sebelah kanan sejak 1 bulan. Benjolan tidak terasa sakit. Benjolan awalnya

kecil namun semakin lama semakin membesar.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit dan belum pernah

menjalankan operasi sebelumnya, riwayat DM (-), riwayat darah tinggi (-),

riwayat batuk lama (-).

Riwayat penyakit keluarga

9

Page 10: 1 Lapsus FAM

Anggota keluarga yang punya keluhan sama (-), riwayat DM (-),riwayat

batuk lama (-).

Riwayat alergi

(-)

Riwayat trauma

Tidak ada trauma sebelumnya.

II.3 Pemeriksaan Fisik

Status generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/mnt

R : 20 x/mnt

S : 36,8 OC.

Kepala

Bentuk : Bentuk bulat, mesosephal, deformitas (-).

Rambut : Warna hitam, lebat dan distribusi rambut merata.

Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik

(-/-), pupil isokor diameter 3 mm, reflek cahaya (+),

pergerakan mata ke segala arah baik.

Telinga : Deformitas (-/-), benjolan (-/-), discharge (-/-),

nyeri tekan (-/-), pendengaran normal.

Hidung : Deformitas (-), deviasi septum (-), napas cuping

hidung (-), perdarahan (-), sekret (-), daya

penciuman normal

Mulut : warna mukosa bibir kemerahan, sianosis (-),

mukosa kering (-)

10

Page 11: 1 Lapsus FAM

Jantung

Inspeksi

- Permukaan kulit : massa (-), sikatriks (-), petekie (-),

jejas (-)

- Ictus cordis tidak tampak

- Deviasi trakea (-)

- Tipe pernapasan torakoabdominal dengan frekuensi

20x/menit

Palpasi

- Tidak teraba adanya massa (-), krepitasi (-), edema (-),

suhu teraba normal.

- Ictus cordis tidak kuat angkat

- Nyeri tekan di kedua lapang paru (-)

- Deviasi trakea (-)

Perkusi

- Sonor di seluruh lapang paru

- Nyeri ketok (-)

Auskultasi

- S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Paru

Inspeksi

- Permukaan kulit : massa (-), sikatriks (-), petekie (-),

jejas (-)

- Pergerakan simetris, statis dan dinamis, retraksi

intercoste (-), ketinggalan gerak (-)

- Tipe pernapasan abdominotorakal dengan frekuensi

20x/menit

Palpasi

- Tidak teraba adanya massa (-), krepitasi (-), edema (-),

suhu teraba normal.

- Nyeri tekan di kedua lapang paru (-)

11

Page 12: 1 Lapsus FAM

- Fremitus taktil dextra dan sinistra sama

Perkusi

- Sonor di seluruh lapang paru

- Nyeri ketok (-).

Auskultasi

- Suara dasar vesikuler (+/+) di seluruh lapang paru,

ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi

- Bentuk : normal

- Permukaan kulit : sikatrik (-), massa (-), darm kountur

(-), darm steifung (-)

Auskultasi

- Bising usus (+)

Palpasi

- Turgor : normal

- Defans muscular (-), nyeri tekan (-) diseluruh lapang

abdomen

- Hepar/Lien/Ginjal: tidak teraba

Perkusi

- Timpani dan pekak

Ekstremitas

Atas : Akral hangat (+/+), deformitas (-/-),

edema (-/-), sianosis (-/-), perfusi refill <

2 detik.

Bawah : Akral hangat (+/+), deformitas (-/-),

edema (-/-), perfusi refill < 2 detik

12

Page 13: 1 Lapsus FAM

Status Lokalis

- Teraba massa dengan diameter ± 3 cm. Bulat, berbatas tegas,

mobile, nyeri tekan (-), permukaan licin, konsistensi kenyal, warna

seperti kulit sekitar .

II. 4 Diferensial Diagnosis

Tu mamme :

- Jinak

- Ganas

II.5 Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

SATUAN METODE KETERANGAN

HEMATOLOGIDarah RutinDarah RutinHb 14 12-16 g/dL Spectropno

metryLeukosit 10,5 4-10 ribu E

impedenceEritrosit 4,5 4,2-5,4 juta E

impedenceHt 39,8 37-43 % Integration

VolumeTrombosit 252 200-400 Ribu E

impedenceMCV 91,0 96-108 mikro m3 E

impedenceMCH 30,7 27-34 pg E

impedenceMCHC 35,1 32-36 g/dL E

impedencePDW 11,2 10-16 % E

impedenceMPV 7,4 7-11 mikro m3 E

impedenceLimfosit 1,8 1,7-3,5 E

impedenceMonosit 0,6 0,2-0,6 E

impedenceGranulosit 8,1 H 25-7 E

impedenceLimfosit % 17,6 L 25-35 E

13

Page 14: 1 Lapsus FAM

impedenceMonosit % 5,3 4-6 E

impedenceGranulosit 77,1 50-80 E

impedence

Pemeriksaan LaboratoriumPEMERIKSAAN HASIL NILAI

RUJUKANSATUAN METODE KETERAN

GANPCT 0,178 0,2-0,5 % E ImpedancePDW 14,1 10-18 % E ImpedanceSEROLOGI

HBsAg Non-reaktif Non-reaktif mm/jam Chormatography

II.6 Diagnosis Kerja

Tumor Mammae Dextra susp. Jinak DD FAM

II.7 Terapi

Infus RL 20 tpm

Inj Cefotaxime 2x1 gr

Inj Ketorolac 3x1

Inj Ranitidin 2x1

Eksisi tumor biopsi jaringan

Laporan Operasi (Tanggal 20 Agustus 2013 Pukul 12.25 – 12.50 WIB)

- Pasien terlentang di meja OP dengan GA

- Disinfeksi daerah yang akan di operasi dengan betadine-alkohol-

betadine

- Ditutup dengan doek steril

- Dilakukan insisi pada daerah tumor

- Insisi diperdalam, tumor diekspose

- Dibebaskan dengan jaringan sekitar

- Tumor diambil

- Jahit lapis demi lapis

- Tutup dengan kassa

- OP selesai

14

Page 15: 1 Lapsus FAM

BAB III

ANALISA KASUS

Analisa kasus berdasarkan SOAP

III.1 S (Subjektif)

Pasien Nn. A, 18 tahun, mengeluh terdapatnya benjolan berdiameter ±3

cm di payudara kanannya kurang lebih sejak 1 bulan yang semakin lama

semakin membesar dan tidak terasa nyeri. Umumnya fibroadenoma mammae

memang mengenai wanita usia muda. Ukuran dari tumor ini pun umumnya

hanya berkisar dari 1-10 cm dan soliter. Biasanya tidak nyeri tekan namun

juga tidak sedikit yang terdapat nyeri tekan.

III.2 O (Objektif)

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien

Inspeksi

- Massa tunggal dengan ukuran kurang lebih 3 cm,

- Warna kulit sama dengan sekitar.

Palpasi

- Mobile

- Berbatas tegas

- Permukaan licin

- Konsistensi kenyal

Hasil pemeriksaan ini lebih mengarah pada tumor yang bersifat

jinak. Dimana salah satu tumor payudara jinak yang sering ditemukan

adalah fibroadenoma mammae.

III.3 A (Assesment)

Berdasarkan temuan klinis yang ditemukan dari hasil anamnesa

dan pemeriksaan fisik di tegakkan diagnosa tumor mammae dextra.

15

Page 16: 1 Lapsus FAM

III.4 P (Planning)

a. Pre operatif

1. Cek laboratorium

Untuk melihat kemungkinan dilakukannya operasi. Meninjau dari

segi kelayakan pasien untuk menjalani operasi dan dari segi keamanan

bagi tim operasi seperti mengecek apakah pasien menderita penyakit

menular melalui darah.

2. Infus RL

Terapi cairan diberikan pada pasien sebagai pengganti nutrisi

selama sebelum dilakukan tindakan operatif.

3. Injeksi Cefotaxime

4. Injeksi Ketorolac

5. Injeksi Ranitidin

b. Tindakan operasi

Berupa eksisi jaringan tumor payudara kemudian hasil biopsy

segera dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk mengetahui sifat dari

tumor tersebut.

c. Terapi post operatif

1. Injeksi Analgetik

Indikasinya adalah manajemen jangka pendek nyeri sedang

sampai parah setelah prosedur bedah.

2. Antibiotik

Antibiotik pasca operasi diberikan untuk mengurangi resiko

terjadinya infeksi nosokomial.

3. Ranitidin

Kandungannya yaitu ranitidina-HCI setara ranitidina 150

mg/tablet; 300 mg/ kaplet; 25 mg/ml injeksi. Indikasinya adalah untuk

tukak lambung, usus 12 jari, refluks esofagitis, hipersekresi patologis

16

Page 17: 1 Lapsus FAM

seperti sindroma Zollinger-Ellison.Kontraindikasi yaitu pada pasien

hipersensitivitas.

17

Page 18: 1 Lapsus FAM

DAFTAR PUSTAKA

1. Jong, W. D & Sjamsuhidayat, R. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta

2. Pramudianto, A. 2012. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. PT. Buana Ilmu

Populer. Jakarta

3. Universitas Sumatra Utara. Tersedia dalam: URL:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31141/4/Chapter

%20II.pdf

4. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest PaulJ.

Histopathology of Fibroadenoma of The Breast. Available

from :http://ajcp.ascpjournals.org/   .  

5. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available

from :http://caonline.amcancersoc.org/   .

6. Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

2006. Hal. 1301 – 1302.

7. Desen Wan. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai

PenerbitFKUI. Jakarta. 2008. Hal. 366 – 369.

8. Makes Daniel. Atlas Ultrasonografi Payudara dan Mamografi. Balai Penerbit

FKUI. Jakarta. 1992. Hal 16

18