46
1 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer tinggi guna meningkatkan kinerja reaktor anaerobik penghasil gas metan sebagai sumber energi terbarukan. 2. Ketua Peneliti: a. Nama Lengkap : Ir. Ahmad Wahyudi, M.Kes b. Bidang Keahlian : Biokimia dan Teknologi Fermentasi c. Jabatan Struktural : Pembina /IVb d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala e. Unit Kerja : Fakultas Peternakan-Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang f. Alamat Surat : Kampus III UMM, Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144 g. Telepon/faks : (0341) 464318 ext. 154 / (0341) 460782 h. E-mail : [email protected] 3. Anggota peneliti: ALOKASI WAKTU No. NAMA DAN GELAR AKADEMIK BIDANG KEAHLIAN INSTANSI Jam/mg Bulan/th 1. Ir.Listiari Hendraningsih, MP Mikrobiologi Pakan Nutrisi Ternak Ruminansia Fakultas Peternakan UMM 10 jam/mg 10 4. Objek penelitian : Tahun I : Isolasi dan Uji Kemampuan Bakteri Metanogenik Obyek penelitian tahun pertama adalah isolat bakteri metanogenik yang diisolasi dari lumpur (sludge) proses produksi biogas, sekum kuda dan kolon domba. Ketiga tempat tersebut merupakan sumber bakteri metanogenik dan digunakan sebagai perlakuan untuk memperoleh rekomendasi sumber bakteri metanogenik terbaik di lingkungan. Bakteri metanogenik diisolasi menggunakan media selektif padat metode Paynter and Hungate dalam Ogimoto and Imai (1981). Isolat metanogenik yang diperoleh selanjutnya dikultur dan

1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

  • Upload
    trandat

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

1

1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer tinggi guna

meningkatkan kinerja reaktor anaerobik penghasil

gas metan sebagai sumber energi terbarukan.

2. Ketua Peneliti:

a. Nama Lengkap : Ir. Ahmad Wahyudi, M.Kes

b. Bidang Keahlian : Biokimia dan Teknologi Fermentasi

c. Jabatan Struktural : Pembina /IVb

d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

e. Unit Kerja : Fakultas Peternakan-Perikanan

Universitas Muhammadiyah Malang

f. Alamat Surat : Kampus III UMM, Jl. Raya Tlogomas No. 246

Malang 65144

g. Telepon/faks : (0341) 464318 ext. 154 / (0341) 460782

h. E-mail : [email protected]

3. Anggota peneliti:

ALOKASI WAKTU No. NAMA DAN GELAR

AKADEMIK BIDANG

KEAHLIAN INSTANSI Jam/mg Bulan/th

1. Ir.Listiari Hendraningsih, MP

• Mikrobiologi Pakan

• Nutrisi Ternak Ruminansia

Fakultas Peternakan UMM

10 jam/mg 10

4. Objek penelitian :

Tahun I : Isolasi dan Uji Kemampuan Bakteri Metanogenik

Obyek penelitian tahun pertama adalah isolat bakteri metanogenik yang

diisolasi dari lumpur (sludge) proses produksi biogas, sekum kuda dan kolon

domba. Ketiga tempat tersebut merupakan sumber bakteri metanogenik dan

digunakan sebagai perlakuan untuk memperoleh rekomendasi sumber bakteri

metanogenik terbaik di lingkungan. Bakteri metanogenik diisolasi menggunakan

media selektif padat metode Paynter and Hungate dalam Ogimoto and Imai

(1981). Isolat metanogenik yang diperoleh selanjutnya dikultur dan

Page 2: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

2

dikembangkan dalam medium diperkaya dan kemampuannya diuji dengan

mengukur produksi gas metan.

Tahun II : Formulasi, Uji Produksi dan Daya Hidup Inokulum.

Obyek penelitian tahun kedua adalah inokulum metanogenik

berkemampuan tinggi dari hasil uji tahun I. Inokulum metanogenik itu

diformulasi bersama inokulum fibrolitik yang telah diperoleh dari penelitian

hibah bersaing tahun 2008 guna mengetahui efektifitas sintrofinya. Metode

penambahan dan kadar inokulum digunakan sebagai perlakuan guna mengetahui

efektivitas pemakaiannya dalam proses fermentasi limbah organik berserat.

Formula terbaik diuji ketahanannya terhadap bahan pengemas dan pembawa.

Dua jenis bahan yaitu polyethylene dan alumunium digunakan sebagai tempat

pengemas inokulum, sedangkan tiga jenis bahan pembawa dipakai dalam

penelitian ini adalah molases, tapioka dan jerami padi. Parameter penelitian yang

diukur selain gas metan adalah kepadatan mikroba selama 6 bulan periode

penyimpanan. Isolat metanogenik terbaik selanjutnya diidentifikasi sampai

tingkat genus.

5. Masa pelaksanaan penelitian

Mulai : Mei, 2010

Berakhir : Mei, 2012

6. Anggaran yang diusulkan :

Tahun pertama : Rp. 50.495.000,- ( lima puluh juta empat ratus sembilan puluh lima ribu rupiah ) Tahun kedua : Rp. 50.885.000,- ( lima puluh juta delapan ratus delapan puluh lima ribu rupiah ) Anggaran keseluruhan : Rp. 101.380.000,- (seratus satu juta tiga ratus delapan puluh ribu rupiah )

7. Lokasi penelitian :

Laboratorium Mikrobiologi Pusat Pengembangan Bioteknologi UMM,

Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta

Laboratorium Pusat Penelitian Terpadu UGM.

Page 3: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

3

8. Hasil yang ditargetkan

Mendapatkan produk berupa inokulum fermentasi gas metan titer tinggi yang

mudah dan efektif digunakan oleh masyarakat guna mengolah limbah organik

menjadi gas metan sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM sehingga

berpotensi paten.

9. Instansi lain yang terlibat :

Tidak ada

10. Keterangan lain yang dianggap perlu:

Rangkaian penelitian yang telah dilakukan terkait dengan judul program :

No. Judul Penelitian Tahun Posisi Peneliti Pemberi Dana

1. Evaluasi kandungan bakteri susu dan koliform air sumur pada beberapa peternak sapi perah pemakai instalasi digester gas bio di DIY

1992 Ketua Peneliti

Proyek Bank Dunia XVII, PAU Bioteknologi UGM

2. Isolasi bakteri selulolitik beberapa ternak ruminansia (kerbau, sapi, kambing dan domba)

1992 Ketua Peneliti

Proyek Bank Dunia XVII, PAU Bioteknologi UGM

3. Peningkatan toleransi S. erythrea CCRC 11513 terhadap minyak sawit sebagai praprekursor antibiotik eritromisin dengan cara induksi

1995 Ketua Peneliti

Thesis S2

4. Isolasi bakteri selulolitik asal rumen (dengan selulosa alami) untuk mendapatkan starter pada proses pengolahan limbah organik menjadi pakan

1998 Ketua Peneliti

Lemlit UMM

5. Uji aktivitas enzimatik biakan bakteri selulolitik rumen untuk menentukan potensi starter fermentasi pakan

1998 Ketua Peneliti

Lemlit UMM

6. Optimasi media kultur fermentasi bakteri selulolitik asal rumen terhadap nilai protein kasar

1999 Ketua Peneliti

Lemlit UMM

7. Evaluasi konsumsi bahan kering dan kecernaan energi pada domba ekor gemuk yang diberi probiotik selulolitik

2003 Ketua Peneliti

Lemlit UMM

8. Pengaruh pemberian probiotik bakteri selulolitik dan metode pemberian pakan terhadap penampilan domba ekor gemuk (DEG)

2004 AnggotaPeneliti

DIKTI /Dosen Muda

9. Evaluasi daya hidup bakteri selulolitik dengan bekatul sebagai bahan pembawa

2004 Ketua Peneliti

Lemlit UMM

10. Peningkatan kemampuan bakteri 2005 Ketua DIKTI/ Uber HKI

Page 4: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

4

selulolitik Rumen Untuk Probiotik Ternak Ruminansia

Peneliti

11. Evaluasi daya hidup bakteri selulolitik dalam kemasan urea molasses mineral blok (UMMB)

2005 Ketua Peneliti

Lemlit UMM

12. Pengkajian Kualitas Probiotik Selulolitik terhadap Produktivitas Daging dan Susu di Jawa Timur

2006 Ketua Peeliti

Disnak Propinsi Jawa Timur

13. Introduksi bakteri lignolitik kolon pseudoruminansia dalam kultur fermentasi mikroba selulolitik super ruminansia untuk meningkatkan produksi gas methan

2006 Ketua Peneliti

DIKTI/Uber HKI

14. Pengembangan starter fermentasi produksi biogas dengan reformulasi isolat bakteri fibrolitik asal rumen dan kolon domba

2007-2008

Ketua Peneliti

DIKTI/PHB

Page 5: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

5

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memproduksi inokulum bakteri metanogenik titer tinggi melalui interkoneksi dengan inokulum fibrolitik asetogenik yang telah diperoleh dari penelitian sebelumnya (PHB 2007-2008). Tahun pertama, dilakukan isolasi metanogenik dari lumpur (sludge) proses produksi gas bio, sekum kuda dan kolon domba. Ketiga tempat tersebut merupakan sumber bakteri metanogenik dan digunakan sebagai perlakuan untuk memperoleh rekomendasi sumber bakteri metanogenik terbaik di lingkungan. Bakteri metanogenik diisolasi menggunakan media selektif padat metode Paynter and Hungate dalam Ogimoto and Imai (1981). Isolat metanogenik yang diperoleh dikultur dan dikembangkan dalam media diperkaya dan dilakukan optimasi media. Kemampuan masing masing isolat diuji dengan mengukur produksi gas metan. Sumber bakteri dan formula media isolat metanogenik berkemampuan paling besar dipatenkan (PATEN I) dan digunakan sebagai obyek penelitian pada Tahun II. Tahun kedua, inokulum metanogenik berkemampuan tinggi dari hasil uji tahun I diformulasi bersama inokulum fibrolitik-asetogenik yang telah diperoleh dari penelitian hibah bersaing tahun 2008 guna mengetahui efektifitas sintrofinya. Cara penambahan dan kadar inokulum digunakan sebagai perlakuan guna memperoleh efektifitas pemakaian dalam proses fermentasi feses sapi perah. Starter terbaik diuji ketahanannya terhadap substrat dan pengemas. Tiga jenis karbohidrat yaitu molases, tapioka dan jerami padi digunakan sebagai sumber karbon sedangkan polyethylene dan alumunium digunakan sebagai tempat pengemas inokulum. Parameter penelitian yang diukur adalah produksi gas metan dan kepadatan mikroba selama penyimpanan. Metode penambahan dan kadar inokulum guna mendapatkan starter unggul dipatenkan (PATEN II). Isolat terbaik penyusun inokulum selanjunya diidentifikasi sampai tingkat genus.

Page 6: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

6

BAB I. PENDAHULUAN

Krisis energi secara berulang pasti akan selalu terjadi. Populasi penduduk dunia,

sistem transportasi dan produksi alat-alat bermotor terus meningkat sementara sumber

energi minyak tidak dapat diperbarui. Harga minyak mentah di pasar internasional saat

ini (Tahun 2009) memang sedang turun, namun karena penggunaannya yang terus

meningkat tak terkendali bukan tidak mungkin dalam waktu dekat harganya akan

meningkat lagi dengan cepat. Krisis energi haruslah secara konsisten diantisipasi karena

akan mempengaruhi eksistensi manusia. Berbagai negara dan sebagian besar penduduk

bumi umumnya merasa cemas jika krisis bahan bakar tersebut kini telah merembet pada

peningkatan harga bahan pangan dan mulai menciptakan multi krisis dimana-mana.

Sebagai respon terjadinya krisis energi dunia di era tahun 1980-an, 20 reaktor

pengolah limbah anaerobik penghasil gas metan dibangun di Netherland dan 10 unit

diantaranya dibangun oleh pabrik pengolah makanan. Beberapa sektor lain di tahun 1985-

an kemudian mengikuti jejak dengan membangun reaktor gas metan seperti pabrik kertas

dan pabrik minuman. Gas metan yang dihasilkan digunakan oleh berbagai pabrik tersebut

untuk substitusi BBM menggerakkan generator sehingga mensuplai sebagian kebutuhan

energi mereka. Pada tahun 1985-an para ahli dari industri, lembaga penelitian dan

pemerintah di Netherland merumuskan bahwa sistem anaerobik merupakan teknologi

yang menguntungkan dan mudah diaplikasikan untuk mengolah limbah organik. Sejak

saat itu reaktor energi anaerobik terus dibangun hingga tahun 1990-an dengan jumlah

mencapai ribuan unit diseluruh dunia.

Masalah energi terbarukan (renewable energi) di Jerman juga menjadi topik

krusial di Era 1990-an ketika krisis energi melanda Jerman. Pemerintah Jerman dengan

sungguh-sungguh menerapkan dua aturan penting untuk produksi energi terbarukan, yaitu

aturan teknis dan ekonomis pembuatan digester. Dengan diterapkannya dua aturan

tersebut maka pembangunan reaktor gas metan di Jerman berkembang sangat pesat.

Dalam 15 tahun berikutnya, sampai tahun 2002, para insinyur Jerman telah pembangunan

lebih dari 2000 unit reaktor gas metan dan saat ini reaktor gas metan telah menjadi

kebutuhan masyarakat dunia, khususnya untuk mengolah bahan organik menjadi gas

metan dan pupuk organik.

Page 7: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

7

Demam pembuatan reaktor biogas sempat pula terjadi di Indonesia di Era 1980-

an. Empat wilayah sentra pengembangan sapi perah di Jawa seperti di Malang Jawa

Timur, Boyolali Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Lembang Jawa Barat

saat itu banyak dibangun reaktor biogas. Namun terkendala dengan aspek rendahnya

pengetahuan dasar peternak mengenai teknik fermentasi, kurangnya perhatian pemerintah

dan kemudahan memperoleh bahan bakar minyak yang saat itu harganya relatif murah,

menyebabkan infrastruktur reaktor biogas terbengkelai setelah sempat beroperasi

beberapa tahun.

Menurut Ahring (2003), dalam hal produksi gas metan, penelitian mengenai

kemampuan mikroba (bioaugmentasi) merupakan bagian dari langkah penting yang harus

dilakukan guna meningkatkan efisiensi produksi. Namun kenyataannya penelitian

mengenai kemampuan mikroba dalam efisiensi produksi gas metan tidak banyak

dilakukan. Optimasi proses perombakan limbah secara anaerob seharusnya terus

dikembangkan karena disamping meningkatkan usaha pengurangan jumlah limbah di

seluruh dunia yang terus meningkat, juga sebagai upaya menghasilkan energi alternatif

terbarukan di era krisis energi dunia seperti dirasakan pada saat ini..

Gas metan hasil perombakan anaerob memiliki nilai ekonomi tinggi dan harus

dipertimbangkan di masa mendatang. Jika produksi bahan bakar bio lainnya seperti

bioetanol hanya menggunakan sebagian biomassa dan fraksi biomassa lainnya tertinggal

sebagai limbah, maka produksi gas metan justru memanfaatkan sisa fraksi biomassa

tersebut menjadi energi baru tanpa limbah. Dengan cara fermentasi produksi gas metan

maka nilai efisiensi produksi energi bioetanol dapat ditingkatkan 30% lebih tinggi

(Ahring, 2003). Optimasi perombakan anaerob memiliki dua fungsi utama yaitu

meningkatkan produksi gas metan sekaligus meningkatkan kualitas bahan organik yang

dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik berkualitas tinggi.

Faktor penting dalam peningkatan produksi gas metan seperti peningkatan proses

perombakan serat kasar limbah, optimasi media fermentasi, peningkatan kemampuan

mikroba terus diteliti hingga saat ini (Wahyudi, 2005). Produksi gas metan yang dibentuk

sebagai produk akhir perombakan bahan organik tanpa oksigen menjadi nilai utama

Page 8: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

8

dalam proses perombakan anaerob. Energi terbarukan dapat digunakan sebagai

pembangkit listrik dan bahan bakar pengganti minyak.

Beberapa kelompok mikroorganisme dengan peran berbeda dalam keseluruhan

proses bekerja dalam perombakan anaerob, secara alami terjadi di dalam ekosistem

anaerob seperti dalam sedimen tanah, lahan terendam air, tumpukan manure atau dalam

rumen ternak ruminansia (Stam et. al., 2003). Sekum dan kolon herbivora memiliki

komposisi mikroba mirip dengan rumen, (DeGregorio et al., 1984; Ullrey et al., 1997),

sehingga dapat digunakan sebagai sumber bakteri metanogenik. Tiga kelompok mikroba

yang berperan dalam perombakan anaerob adalah: (1) Mikroba yang bertanggung jawab

dalam perombakan awal terhadap polimer dan monomer yang terdapat pada materi

limbah dan menghasilkan terutama asetat dan hidrogen, dan juga sejumlah asam lemak

volatil (Volatile Fatty Acid) seperti propionat dan butirat serta alkohol, (2) Bakteri obligat

asetogenik penghasil hidrogen yang mengkonversi propionat dan butirat menjadi asetat

dan hidrogen dan (3) Kelompok bakteri metanogenik penghasil metan dari asetat atau

hidrogen. Bakteri perombak serat kasar penghasil asetat dan hidrogen merupakan

kelompok mikroba penting dalam proses pengolahan limbah secara anaerob menjadi gas

metan karena menyediakan prekursor metan dengan cara bersintrofi dengan bakteri

metanogenik. Sebaliknya jika metanogenik tidak ada maka produk akhir asam asetat dan

hidrogen akan bersifat toksik bagi asetogenik itu sendiri karena terjadi mekanisme feed

back inhibition dalam proses fermentasi bahan organik.

Hubungan sinergisme aseto-metanogenik perlu diteliti lebih lanjut guna memperoleh

efisiensi produksi gas metan sebagai bioenergi. Teknik isolasi, optimasi media,

interkoneksi mikroba, kadar inokulum, cara inokulasi, serta pengembangan teknologi

pemeliharaan kultur perlu dianalisis lebih mendalam.

Penelitian ini dilakukan guna meningkatkan efektivitas proses pengolahan limbah

organik secara anaerob dengan hasil akhir gas metan melalui analisis sintrofi aseto-

metanogenik. Target penelitian ini adalah menghasilkan inokulum fermentasi produksi

gas metan berkemampuan tinggi untuk mengatasi permasalahan krisis energi di masa

mendatang.

Page 9: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

9

Tujuan khusus penelitian adalah:

1. Mendapatkan isolat bakteri metanogenik unggul.

2. Memperoleh formula kombinasi aseto-metanogenik, metode penambahan optimal dan

kadar inokulum sebagai starter dalam produksi gas metan.

Keutamaan penelitian

Limbah organik berserat di lingkungan pertanian dan peternakan dapat diatasi

dengan mengolahnya kembali menjadi bioenergi dan produk bermanfaat lainnya seperti

pakan, pupuk dan probiotik dengan cara fermentasi. Kendala umum proses pengolahan

limbah organik berserat adalah bahwa fermentasi berlangsung begitu saja secara alami

dilakukan oleh mikroba yang telah ada di dalam limbah tersebut. Inokulum bakteri

metanogenik guna membantu meningkatkan efisiensi produksi metan selama ini tidak

tersedia karena belum ada peneliti di Indonesia melakukan isolasi bakteri metanogenik.

Padahal penelitian mengenai kemampuan mikrobia (bioaugmentasi) dalam sistem

fermentasi produksi bioenergi dari limbah organik berserat secara anaerobik merupakan

bagian dari langkah penting menuju efisiensi proses (Ahring, 2003).

Optimasi proses perombakan limbah secara anaerob perlu terus dilakukan karena

disamping berguna meningkatkan usaha pengurangan jumlah limbah organik di seluruh

dunia yang terus meningkat, menyediakan bahan baku industri, juga sebagai upaya

produksi energi alternatif terbarukan (renewable energy). Pakan, pupuk, dan gas metan

hasil perombakan anaerob memiliki nilai ekonomi tinggi di masa mendatang. Jika proses

produksi energi bio lain seperti bioethanol hanya menggunakan sebagian biomasa dan

fraksi biomasa lainnya tertinggal sebagai limbah, maka produksi gas metan justru

memanfaatkan sisa fraksi biomasa tersebut menjadi energi baru tanpa limbah. Dengan

cara fermentasi produksi gas metan maka nilai efisiensi sistem produksi energi

bioethanol dapat ditingkatkan 30% lebih tinggi (Ahring, 2003). Optimasi perombakan

anaerob memiliki dua fungsi utama yaitu meningkatkan produksi gas metan sekaligus

meningkatkan kualitas bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan dan pupuk

organik. Beberapa usaha penting dalam peningkatan produksi gas metan seperti

Page 10: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

10

peningkatan proses perombakan serat kasar, optimasi media fermentasi dan peningkatan

kemampuan mikroba terus diteliti hingga saat ini (Ahring, 2003; Wahyudi, 2005).

Kendala utama pemakaian starter fibrolitik asetogenik adalah bertumpuknya

produk hasil hidrolisis cepat selulosa menjadi hidrogen dan VFA yang bersifat asam.

Produk hidrogen berlebihan akan bersifat toksik bagi mikroba asetogenik itu sendiri

sehingga menghentikan proses fermentasi (feed back inhibition). Penumpukan hidrogen

hanya dapat dikurangi jika ada bakteri metanogenik di dalam reaktor. Namun sayang

bakteri metanogenik secara alami tumbuh pada tahap akhir proses sempurna fermentasi

anaerob, sehingga proses produksi gas metan butuh waktu relatif lama.

Penelitian ini dirancang guna mengatasi masalah penumpukan hidrogen yang

bersifat asam dan toksik dengan cara menambahkan starter bakteri metanogenik di awal

proses fermentasi agar tidak terjadi toksisitas hidrogen, dan bahkan terjadi produksi gas

metan lebih cepat. Penggunaan starter metanogenik akan menjamin kontinyuitas

fermentasi anaerobik secara sempurna karena terjadi proses sintrofisme produksi dan

penggunaan hidrogen.

Hubungan sinergisme aseto-metanogenik perlu diteliti lebih lanjut guna

memperoleh efisiensi produksi gas metan sebagai bioenergi. Teknik isolasi, optimasi

media, interkoneksi mikroba, kadar inokulum, cara inokulasi, serta pengembangan

teknologi pemeliharaan kultur metanogenik perlu dianalisis lebih mendalam. Berdasarkan

studi pustaka dan pelacakan jurnal ilmiah khususnya di Indonesia penelitian mengenai

bioaugmentasi bakteri metanogenik boleh dibilang langka karena tidak banyak peneliti

sanggup bekerja dengan bakteri obligat anaerob tersebut. Namun mengingat peran

penting bakteri metanogenik di masa mendatang sebagai penghasil energi alternatif

pengganti minyak maka produksi starter metanogenik rasanya tidak dapat ditunda lagi.

Page 11: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

11

BAB II. STUDI PUSTAKA

2.1. Fermentasi Anaerobik Produksi Gas Metan

Peningkatan bioproses menggunakan mikroba dengan peningkatan kemampuan

degradasi (bioaugmentation) telah diketahui selama bertahun-tahun. Tetapi hanya sedikit

penelitian mengenai bioaugmentasi dan hasilnya belum konsisten. Untuk mendapatkan

gambaran yang jelas mengenai potensi mikroba spesifik guna meningkatkan proses perlu

diikuti nasib mikroba yang ditambahkan dalam reaktor dari waktu ke waktu. Hanya

mikroba dengan kemampuan membelah diri tinggilah yang berperan penting dalam

proses. Teknik molekuler telah tersedia untuk mempelajari populasi pada sistem reaktor

dan penggunaan tehnik penggunaan bakteri selulolitik spesifik yang hidup pada kotoran

ternak pada reaktor. Tehnik yang sama dapat digunakan guna menguji penambahan

mikroba spesifik sebagai starter. Terjadi peningkatan 20% produk gas metan dengan

penambahan starter mikroba xylanolytic termofilik selama 2 hari sebelum materi limbah

difermentasi (Ahring, 2003). Penambahan cairan rumen sebagai inokulum juga terbukti

mampu meningkatkan produksi gas bio dan kadar gas metan (Lopes et. al., 2004).

Isolasi dan karakterisasi bakteri metanogenik pengguna asetat dari kotoran sapi

termofilik menunjukkan perbedaan penting antara isolat spesies Methanosarcina yang

berbeda karena perbedaan temperatur optimal dan tingkat pertumbuhan. Jika penggunaan

metanogenik tersebut dalam reaktor yang telah dimuati bahan organik ditambah lipid

pada kotoran ternak maka reaktor yang diberi inokulum menunjukkan hasil lebih superior

dibandingkan tanpa inokulum, karena reaktor tanpa inokulum metanogenik dihambat

secara hebat oleh akumulasi VFA. Tidak terjadinya akumulasi VFA pada reaktor dengan

inokulum dibandingkan tanpa inokulum metanogenik disebabkan karena aktivitas

metanogenik pada asetat lebih tinggi dibandingkan hidrogen dan format, yang selalu

hampir sama pada ke dua reaktor. Fakta bahwa inokulum mempengaruhi waktu retensi

ditunjukkan dengan peningkatan pertumbuhan metanogenik dan produksi gas metan pada

reaktor. Penemuan ini memiliki implikasi praktis dan memperlihatkan performan lebih

baik jika limbah yang mengandung lipid ditambahkan pada reaktor gas bio perombak

kotoran ternak. Jika reaktor diberi inokulum metanogenik pengguna asetat maka tingkat

Page 12: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

12

perombakan dan produksi metan lebih tinggi dibandingkan proses alami pada sistem

(Ahring, 2003).

2.2. Pengembangan Inokulum Fermentasi

Tujuan utama pengembangan inokulum fermentasi adalah menyediakan starter

aktif yang dapat menyebabkan fase lag berjalan sesingkat mungkin. Fase lag yang

panjang harus dihindari karena selain memerlukan waktu juga karena nutrisi dalam media

harus diprioritaskan untuk pertumbuhan.

Fase lag dipengaruhi oleh kadar inokulum fermentasi dan kondisi fisiologisnya.

Jumlah inokulum fermentasi yang biasa digunakan adalah 3-10% volume kultur.

Inokulum fermentasi bakteri harus segera memasuki fase pertumbuhan logaritmik pada

saat sel aktif secara metabolik. Umur inokulum fermentasi penting pada pertumbuhan

bakteri berspora, jika inokulum diinduksikan pada akhir fase logaritma dan penggunaan

inokulum mikroba berspora tinggi akan menyebabkan fase lag berlangsung lama

(Stanbury and Whitaker, 1984, Whitaker et al., 1997).

Pada proses produksi enzim bakteri, fase lag fermentasi dapat dibatasi dengan

penggunaan media inokulum yang memiliki komposisi sama dengan media fermentasi

dan penggunaan kultur inokulum yang tumbuh secara aktif. Penggunaan inokulum dalam

kondisi fisiologis aktif dibutuhkan dalam produksi metabolit primer. Sebagai contoh

bakteri asam asetat yang digunakan pada proses pembuatan cuka, bersifat aerobik dan

sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Untuk menghindari kerusakan, 40% sel

pada akhir fermentasi digunakan sebagai inokulum pada fermentasi berikutnya.

Keuntungan dari penggunaan inokulum aktif ini lebih tinggi dibandingkan kerugian

akibat kemungkinan terjadinya kontaminasi dan penurunan kemampuan bakteri.

Keuntungan penggunaan inokulum fermentasi seperti itu juga diperoleh pada proses

fermentasi produksi gas bio secara anaerob (Basuki, 1991; Soejono et. al., 1990; Lopes

et. al., 2004).

Untuk mempercepat proses fermentasi anaerob diperlukan inokulum yang

mengandung bakteri penghasil gas metan. Berdasarkan jenisnya dikenal beberapa macam

inokulum:

Page 13: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

13

a. Inokulum alami; berasal dari alam, misalnya lumpur aktif slude, cairan rumen,

timbunan kotoran, timbunan sampah dan lain-lain.

b. Inokulum semi buatan; dari digester pembentuk gas bio dalam stadium aktif.

c. Inokulum buatan; bakteri penghasil metan atau prekursornya dibiakkan di dalam

laboratorium dengan media buatan.

Proses pembentukan gas metan akan dipercepat dengan penambahan inokulum

metanogenik ke dalam limbah organik. Dengan penambahan inokulum metanogenik

sekitar 51% karbon ditransformasi menjadi asetat sebelum dimetabolisme menjadi metan

dan karbondioksida, namun jumlah tersebut hanya berkisar antara 10 - 30% jika reaktor

tanpa ditambah inokulum (Gambar 1 dan 2).

Gambar 1. Aliran Karbon pada kondisi anaerob dengan penambahan inokulum

metanogenik (Ahring, 2003)

Proses perombakan anaerob yang seimbang membutuhkan produk yang

dihasilkan oleh dua kelompok bakteri pertama yang bertanggung jawab pada proses

hidrolisis dan fermentasi substrat menjadi hidrogen dan asetat, secara simultan

digunakan oleh kelompok bakteri ketiga untuk menghasilkan metan dan karbondioksida.

51% 30%

19%

11%

30%70%

Bahan Organik Kompleks

Intermediates

Metan

Hidrogen/ Karbondioksida

Asetat 19%

Page 14: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

14

Gambar 2. Aliran karbon pada kondisi anaerob tanpa inokulum metanogenik (Ahring, 2003)

Kelompok bakteri pertama dapat bertahan tanpa kehadiran bakteri metanogenik

tetapi dalam kondisi tersebut dapat menyebabkan penghambatan proses karena terjadi

akumulasi asam propionat dan butirat (senyawa intermediat). Aktivitas kelompok bakteri

kedua akan bergantung pada aktivitas metanogenik untuk memindahkan hidrogen agar

metabolisme secara termodinamika dapat berlangsung sebagaimana reaksi endergonik

dibawah kondisi standar dan hanya terjadi bila hidrogen dapat dipertahankan pada

konsentrasi tertentu (Gambar 3).

Gambar 3. Transfer hidrogen antar spesies

Hubungan antara bakteri perombak asam propionat-butirat (VFA) dan

metanogenik pengguna hidrogen didefinisikan sebagai sintropik karena ketergantungan

alami hubungan dan proses ini disebut transfer hidrogen antar spesies. (Gambar 3).

Semakin rendah konsentrasi hidrogen semakin baik bagi termodinamika

prombakan VFA. Perbedaan antara perombak VFA dan pengguna hidrogen akan

Bahan Organik Kompleks

Intermediat Hidrogen/

Karbondioksida Asetat

10%-30% 50%-70%

20%-30%

Asetat

H2

Pengguna VFA Metanogenik pengguna H2

Page 15: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

15

mempengaruhi konsentrasi hidrogen pada fase cair yang pada akhirnya akan

mempengaruhi termodinamika proses secara keseluruhan. Dua kelompok mikroba harus

membagi energi yang terdapat dalam jumlah kecil dan kepastian energi tersedia bagi ke

dua kelompok hanya dapat dicapai dalam kosentrasi hidrogen dalam kisaran sempit.

2.3. Sintropik Konversi Asetat

Hubungan sintropik selalu dapat dijumpai karena kepentingan konversi asetat

pada saat metanogen pengguna asetat dihambat oleh konsentrasi amonia atau sulfit yang

tinggi. Pada kondisi tersebut, metanogenik pengguna asetat akan dihambat dan kelompok

mikroba lain akan mengambil alih untuk mendapatkan energi dari oksidasi asetat menjadi

hidrogen dan karbon dioksida seperti ilustrasikan pada Gambar 4.

Guna mempertahankan termodinamika proses lebih lanjut dapat ditingkatkan

dengan peningkatan temperatur dan cara transformasi asetat jika temperatur lebih tinggi

dari 600C, mendekati batas temperatur tertinggi dari metanogenik termofilik pengguna

asetat. Populasi Methanosarcina akan menghilang segera dari reaktor gas bio jika

temperatur ditingkatkan dari 550C menjadi 650C. Konsentrasi asetat pertama akan naik

dan kemudian stabil pada level sedikit diatas konsentrasi pada suhu 600C.

Polimer Kompleks(Polisakarida, Protein, Lemak)

1

Mono dan Oligomer(gula, asam amino, asam

lemak rantai panjang)

1

Asam LemakTerbang(C > 2)

Metan danKarbondioksida

AsetatHidrogen(H2+CO2)

1

3

22

1

1

Gambar 4. Modifikasi perombakan anaerob dengan konversi sintropik asetat (Ahring, 2003)

Page 16: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

16

Peningkatan secara nyata populasi mikrobia metanogenik pengguna hidrogen

memberikan indikasi bahwa mikroba kelompok ini menjadi dominan pada konversi

secara keseluruhan. Sintropik oksidasi asetat dan metanogenesis dari asetat secara aktif

terjadi secara simultan pada sebuah sistem reaktor. Sebagai indikasi beberapa penelitian

isotop menunjukkan kurang dari 95% metan yang dihasilkan dari asetat dibentuk dari

grup metil. Penelitian isotop pada biomasa dari reaktor termofilik menunjukkan bahwa

konsentrasi asetat mempengaruhi kompetisi diantara dua proses. Jika konsentrasi asetat

rendah, konversi sintropik asetat merupakan proses utama untuk transformasi asetat. Jika

konsentrasi asetat melebihi batas ambang kebutuhan populasi mikroba spesifik

metanogenik pengguna hidrogen pada bioreaktor, maka kelompok ini menjadi kelompok

utama pada sistem. Hal ini menjelaskan mengapa jumlah metanogenik pengguna

hidrogen tinggi pada granula termofilik yang secara khusus diberi asetat dalam waktu

panjang. Jumlah metanogenik pengguna asetat tertinggi ada pada bagian di dekat

permukaan granula sementara populasi metanogenik pengguna hidrogen meningkat di

bagian tengah granula.

Mikroba yang pertama kali membentuk oksidasi asetat adalah bakteri

termofilik yang termasuk dalam kelompok bakteri homo-asetogenik yang mampu

membentuk kembali asetat dari hidrogen dan karbondioksida. Kelompok bakteri ini

menggunakan substrat yang sangat terbatas yang semua berhubungan dengan homo-

asetogenik alami. Mikroba lain telah diidentifikasi mampu melakukan reaksi ini.

Beberapa mikroba tersebut digunakan pada berbagai substrat yang berbeda dan

selanjutnya menjadi anggota populasi bakteri fermentatif pada bioreaktor termofilik. Hal

ini memberikan indikasi paling tidak pada bioreaktor termofilik, oksidasi sintropik asetat

dapat dilakukan oleh bakteri fermentatif yang berbeda pada reaktor jika substrat lain tidak

tersedia.

2.4. Pembentukan Gas Metan

Pembentukan gas metan berlangsung melalui suatu proses fermentasi

anerobik atau tidak berhubungan dengan udara bebas. Proses fermentasinya merupakan

Page 17: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

17

suatu reaksi oksidasi-reduksi didalam sistem biologi yang menghasilkan energi, dimana

sebagai donor dan akseptor elektronnya digunakan senyawa organik. Fermentasi

anaerobik hanya dapat dilakukan oleh mikroba yang dapat menggunakan molekul lain

selain oksigen sebagai akseptor elektronnya (Wilkie, 2000). Fermentasi anaerobik

menghasilkan gas bio yang terdiri dari metana sebanyak 50 – 70 persen, karbon dioksida

25 – 45 persen, sedikit hidrogen, nitrogen, dan hidrogen sulfida (Soejono et al., 1990).

Keseluruhan reaksi pembentukan gas bio dinyatakan dalam reaksi berikut:

anaerobik NHSHCOCHismeMikroorgan Organik Bahan 22224 ++++⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ →⎯

Proses fermentasi anaerobik dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah

reduksi organik komplek menjadi senyawa sederhana oleh bakteri hidrolitik. Bakteri

hidrolitik ini bekerja pada suhu antara 30 – 40oC untuk kelompok mesophilik dan 50-

60oC untuk kelompok thermofilik. Tahap pertama proses ini berlangsung dengan pH

optimum antara 6 sampai 7.

Pada tahap kedua, organisma pembentuk asam merubah senyawa sederhana

dari tahap pertama di atas menjadi asam organik mudah menguap seperti asam asetat,

asam butirat, asam propionat dan lain-lain. Dengan terbentuknya asam organik maka pH

akan terus menurun, namun pada waktu yang bersamaan terbentuk pula buffer alkali

(larutan penyangga alkali) yang dapat menetralisir pH. Untuk mencegah penurunan pH

yang drastis maka perlu ditambahkan kapur sebagai buffer sebelum tahap pertama

berlangsung.

Tahap ketiga adalah konversi asam organik menjadi metan, CO2, dan gas lain

dalam jumlah sedikit oleh bakteri metan. Bakteri metan yang aktif pada tahap ini antara

lain: Methanobacterium omelianskii, M. sobngenii, M. suboxydans, M. propionicum, M.

formicium, M. ruminantium, M. bakeril, M. vannielii, M. mazei

Pada mulanya bahan organik yang terlarut, masih cukup mengandung

oksigen, sehingga proses mikrobiologis yang terjadi adalah proses aerobik dengan

pembentukan CO2. Segera setelah oksigen terkonsumsi habis, barulah proses anaerobik

dimulai. Pada tahap ini yang sangat aktif adalah bakteri-bakteri pembentuk asam-asam

organik dari senyawa karbohidrat, protein dan lemak. Bakteri tersebut tumbuh dan

Page 18: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

18

berkembang biak cepat. Asam organik yang penting untuk proses pembentukan gas bio

adalah asam organik yang mudah menguap (volatile), terutama asam asetat, yang pada

tahap metanogenik diubah menjadi gas methan oleh bakteri pembentuk gas metan.

Gambar 5. Tiga tahap proses pembentukan gas metan (Basuki, 1990).

Bahan organik + H2O

Bahan organik komplek yang terlarut

Sel bakteri Gas CH4, CO2 + H2 Hasil-hasil lainnya

Sel bakteri Asam organik yang volatil

Gas CO2 dan H2 Hasil-hasil lainnya

a)Tahap Pelarutan

(b) Tahap asidifikasi

(c) Tahap metanogenik

Page 19: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

19

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Materi Penelitian

Materi utama penelitian ini adalah sampel segar berasal dari lumpur (sludge) proses

pengolahan limbah organik penghasil gas bio, sekum kuda dan kolon domba.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam 2 Tahun, yaitu :

Tahun I : Isolasi dan uji kemampuan metanogenik :

Tahap 1. Isolasi.

Dilakukan pada media selektif padat (modifikasi metode Paynter and

Hungate dalam Ogimoto dan Imai, 1982)

Tahap 2. Uji kemampuan isolat metanogenik:

Isolat metanogenik yang diperoleh selanjutnya dikultur dan dikembangkan

dalam media diperkaya. Berdasarkan lokasi ketiga sumber isolat yaitu

sludge, sekum kuda dan kolon domba selanjutnya diukur kadar gas

methan. Ulangan dilakukan 5 kali untuk mendapatkan tingkat kepercayaan

yang cukup, dan isolat metanogenik berkemampuan tertinggi berdasarkan

asalnya digunakan sebagai obyek penelitian tahun II.

Tahun II : Formulasi, Uji Produksi, Daya Hidup dan Identifikasi

Obyek penelitian tahun kedua adalah isolat metanogenik berkemampuan

tinggi dari hasil uji tahun I. Isolat metanogenik itu diformulasi bersama

inokulum fibrolitik asetogenik yang telah diperoleh dari penelitian hibah

bersaing tahun 2008 guna mengetahui efektifitas sintrofinya. Isolat

fibrolitik dipelihara dalam media pertumbuhan secara subkultur. Cara

penambahan dan kadar inokulum metanogenik digunakan sebagai

perlakuan guna mengetahui efektivitas pemakaiannya dalam proses

fermentasi limbah organik berserat (Ahring, 2003). Formula terbaik diuji

ketahanannya terhadap senyawa asing, bahan pengemas dan pembawa.

Dua jenis bahan yaitu polyethylene dan alumunium digunakan sebagai

Page 20: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

20

tempat pengemas inokulum, sedangkan tiga jenis bahan pembawa dipakai

dalam penelitian ini adalah molases, tapioka dan jerami padi. Parameter

penelitian yang diukur adalah produksi gas metan dan kepadatan mikroba.

Isolat penyusun inokulum terbaik selanjutnya diidentifikasi secara

morfologis dan biokhemis sampai tingkat genus metode Priest and Austin,

(1995).

3.3. Road Map Pelaksanaan penelitian Tahun I dan II.

Penelitian ini merupakan proses lanjut dari penelitian PHB sebelumnya (2007-

2008) yang tidak dapat dipisahkan karena menyangkut kesempurnaan sistem fermentasi

bahan organik berserat secara anaerob. Dalam PHB sebelumnya telah diperoleh inokulum

fibrolitik unggul perombak serat kasar. Inokulum fibrolitik unggul tersebut tidak akan

bekerja efektif jika tidak digabungkan dengan inokulum metanogenik unggul. Oleh

karena itu alur penelitian ini merupakan lanjutan yang tak terpisahkan dari alur penelitian

sebelumnya.

INPUT PROSES OUTPUT

Isolasi dan uji kemampuan fibrolitik

Isolasi, Uji Morfologi dan Kemampuan Metanogenik :

1. Seleksi dengan media

2. Uji produksi gas metan

Pengujian Sintrofi

1. Uji metode inokulasi

2. Uji daya tahan cekaman

3. Identifikasi sampai tingkat genus

Sludge dan sal. pencernaan herbivora

Sumber Isolat bakteri metanogenik berkemampuan tinggi

Metode penambahan dan kadar inokulum

aseto-metanogenik terbaik

Starter Fermentasi Produksi Gas Metan (interkoneksi)

Tahu

n II

Tahu

n I

Inokulum fibrolitik unggul

PATE

N I

PATE

N II

Inokulum fibrolitik unggul

Kolon domba

PHB 0

7-08

Page 21: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

21

3.4. Alur Penelitian Tahun I . Isolasi dan Uji Kemampuan Metanogenik

Isolat metanogenik terbaik berdasarkan sumbernya (PATEN I)

Uji kemampuan isolat metanogenik

Media diperkaya (optimasi media)

Koloni Bakteri Metanogenik

Media selektif padat

Lumpur (Sludge), sekum kuda dan kolon domba

− Anaerob − Inkubasi 390 C 7

− Anaerob − Inkubasi 390 C 7

Page 22: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

22

3.5. Alur Penelitian Tahun II. Formulasi, Uji Produksi, Daya Hidup dan

Identifikasi.

Stock Culture Isolat Metanogenik terbaik

Fermentasi Feses Sapi Perah

Uji daya hidup dalam kemasan

Uji daya hidup dalam

pahan pembawa

Metode terbaik cara penambahan dan kadar

inokulum aseto-metanogenik (PATEN II)

Anaerob Inkubasi 390 C 7 hr

Teknik introduksi aseto-metanogenik (Uji Sintrofi)

Page 23: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

23

3.7. Analisis Laboratorium a. Preparasi media selektif metanogenik metode Paynter and Hungate, (1968)

dalam Ogimoto and Imai, (1981) sbb: 80% H2 dan 20% CO2; 0,05 g K2HPO4;

0,05 g KH2PO4; 0,10 g NaCl ; 0,05 g (NH4)2SO4; 0,05 g MgSO4; 0,01 g CaCl2;

0,1 ml Resazurin 0,1% lar; 0,5 g NaHCO3 ; 0,03 g Cystein-HCl.H2O; 30ml

Cairan Rumen ; 0,03 g Na2S ; 70 ml Aquadest. pH ditentukan 6,8 dan media

dibagikan ke dalam tabung Hungate sambil dialiri campuran gas hidrogen-

karbondiokasida, ditutup karet rapat-rapat dan disterilisasi dengan otoklaf selama

20 menit. Inokulasikan cairan rumen segar dari pengenceran 10-3 sampai 10-1 dan

tambahkan 0,1% Cystein sebagai agen pereduksi sambil tetap diisi campuran gas

Hidrogen-Karbondioksida. Tutup kembali dengan karet dan inkubasikan pada

temperatur 39oC selama 7 sampai 14 hari.

b. Preparasi media metanogenik dipekaya metode Paynter and Hungate, (1968)

dalam Ogimoto and Imai, (1981) yang telah dimodifikasi, sbb: 80% H2 dan 20%

CO2; 0,05 g K2HPO4; 0,05 g KH2PO4; 0,10 g NaCl ; 0,05 g (NH4)2SO4; 0,05 g

ekstrak yeast; 0,05 g MgSO4; 0,01 g CaCl2; 0,1 ml Resazurin 0,1% lar; 0,5 g

NaHCO3 ; 0,03 g Cystein-HCl.H2O; 60ml Cairan Rumen ; 0,03 g Na2S; 40 ml

Aquadest.

c. Produktivitas VFA diukur dengan khromatografi. Konsentrasi VFA total dan

parsial ditentukan dengan cara sebagai berikut : (1) 2 ml sampel cairan hasil

fermentasi dipipet, (2) ditambahkan sekitar 30 mg asam 5-sulfosalisilat, (3)

digojok sampai homogen dengan stirrer, (4) disentrifuge 3000rpm selama 10

menit, dan (5) ambil supernatan dan injeksikan pada alat kromatografi.

d. Gas Test secara in vitro dan Gas Kromatografi. Campuran cairan limbah

(ditambah starter) dan buffer dimasukkan ke dalam syringe dan diinkubasi pada

suhu 39oC semalam menggunakan pipet semiotomatis sebanyak 30ml. Bila ada

gelembung udara diusahakan agar naik kepermukaan dengan cara digoyang. Gas

CO2 dialirkan beberapa saat (15 menit). Klip penutup dibaca dan syringe

diinkubasi pada 39oC. Dibuat pula blanko untuk koreksi dengan cara sama hanya

tanpa penambahan starter. Catat kenaikan volume gas setelah diinkubasi selama 1,

Page 24: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

24

2, 4, 6, 8, 12, 24, 36, 48 dan 72 jam. Pada saat tertentu bila volume gas dalam

syringe sudah maksimum gas dikeluarkan dengan cara membuka klip dan volume

dikembalikan pada posisi semula. Komposisi gas diuji menggunakan GC (Gas

Chromatography).

3.8. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan selama 3 tahun dengan rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:

TAHUN I TAHUN II BULAN KE BULAN KE

JENIS

KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tahun I Persiapan Media selektif

Sampling sludge

Isolasi metanogenik

Kultur dalam medium pertumbuhan

Gas Test Analisis data, seminar dan laporan

Pemeliharaan Tahun II Formulasi inokulum

Optimasi Starter

Fermentasi Feses Sapi PF

Gas Test Uji daya hidup Analisisdata, seminar dan laporan

Pemeliharaan

Page 25: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

25

BAB IV. PEMBIAYAAN

JENIS PENGELUARAN TAHUN I TAHUN II Honorarium Peneliti 15.000.000 15.000.000 Komponen Peralatan 6.110.000 6.650.000

Bahan Habis Pakai 17.985.000 17.535.000

Biaya Perjalanan 5.900.000 6.300.000

Biaya lain-lain 5.500.000 5.500.000

Jumlah 50.495.000 50.885.000

Total Anggaran 50.495.000 101.380.000

Page 26: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

26

DAFTAR PUSTAKA

Abram, J.W and D.B. Nedwell, 1978, Hydrogen as a substrat for methanogenesis and

sulphate reduction in anaerobic saltmarsh sediment, Arch Microbiol. Apr., 27; 117 (1) : 93-7

Abram, J.W and D.B. Nedwell, 1978, Inhibition of methanogenesis by sulphate reducing

bacteria competing for transferred hydrogen., Arch Microbiol. Apr., 27; 117 (1) : 89-92

Ahring, B. K., 2003, Perspectives for Anaerobic Digestion, Advances in Biochemical

Engineering/Biotechnology, Vol. 81, Series editor : T.Scheper, Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Akin, D.E. and R. Benner, 1988, Degradation of Polysaccharides and Lignin by Ruminal

Bacteria and Fungi. Applied and Environmental Microbiology, P. 1117 – 3655.

Anonimous, 1991, Biological Feed Aditive, Kursus Singkat Penanganan Limbah Industri, PAU-Bioteknologi UGM, Yogyakarta.

Brock, T.D. and Michael T. Madigan. 1991. Biology of Microorganism. Sixt Edition. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New Jersey. 07632

Chen, J. and Paul J. Weimer, 2001. Competition Among Three Predominant Ruminal Cellulolytic Bacteria in The Absence or Presence of Non-Cellulolytic Bacteria. Journal of Environmental Microbiology 147: 21-30.

Chen, Y., R.E. Muck, P.J. Weimer, Z.G., Weinberg, and M.Gamburg, 2004, Lactid Acid Bacteria Used in Inoculants for Silage as Probiotics for Ruminants. Applied Biochemistry and Biotechnology, 2004, Vol. 18, No. 1/3, p 1-10 http://www.cababstractsplus.org/google/abstract.asp?AcNo=20053136919

Cheng K.J., C.W. Forsberg, H. Minato, JW. Costerton. 1991. Physiological Aspects of Digestion and Metabolism in Ruminants: Proceeding of the Seventh International Symposium on Ruminant Physiology.

Colberg P.J., 2001, Microbial degradation of Lignin-derivat Compound Under Anaerobic Conditions, Stanford University Publ. USA.

Dehority, 1998. Microbial Interaction in The Rumen. Rev. Fac. Agron. (LUZ) 1998, 15: 69-86.

Page 27: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

27

DeGregorio, R.M., R.E. Tucker, G.E. Mitchell, and W.W. Gill. 1984. Acetate and propionate production in the cecum and proximal colon of lamb. J. Anim Sci. : 58(1): 203-7

Flagel and Meetivision, 1998, Livestock and Feeding. Fourth Editions, Durham and Doney, Oregon, USA

Gordon J. I. and E. A. Groisman, 2006, The Friendly Bacteria WithinUs.www.hhmi.org/bulletin/winter2005/bacteria/bacteria2.html

Howard R. L., Abotsi E., Jansen van Rensburg E.L and Howard S., 2003. Lignocellulose Biotechnology : issues of bioconversion and enzyme production. African Journal of Biotechnology, vol. 2, No. 12, pp. 602 – 619.

Hungate, R. 1966, The Rumen and Its Microbes, Academics Press, New York.

Johansson, E., C. Krantz-Rulcker, B. X. Zhang and G. Oberg, 2000. Chlorination dan biodegradation of lignin, Soil Biology dan Biochemistry 32 (2000) p: 1029-1032.

Jutono, 1980. Pedoman praktikum mikrobiologi untuk perguruan tinggi. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

Krause D.O., McSweeney C.S. and Robert Foster, 2001. Molecular ecological methods to study fibrolytic ruminal bacteria: Phylogeny, competition and persistence (SIRO tropical agriculture).

Krause, D. O., 2001. Repeated ruminal dosing of Ruminococcus spp. does not result in persistence, but changes in other microbial populations occur that can be measured with quantitative 165 – rRNA – based probes.

Labat, M. and J. L., Garcia, 1986, Study on the Development of Methanogenic Microflora During Anaerobic Digestion of Sugar Beet Pulp, Appl. Microbiol Biotechnology, 25, 163-168.

Lopes, W. S., V. D. Leite and S. Prasad, 2004, Influence of inoculum on performance of anaerobic reactors for treating municipal solid waste, Bioresource Technology, 94, 261-266. www.sciencedirect.com

Lynd L.R., Paul J. Weimer, Willem H. Van Zyl, and Isak S. Pretorius. 2002. Microbial Cellulase Utilization. Microbiology and Molecular Biology Review. Vol. 66 no. 3.

Madigan, M.T., J.M. Martinko, and J. Parker, 1997, Biology of Microorganisms, 8th ed., Prentice Hall International, Inc.

Page 28: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

28

Maglione G., J.E. Wells and J.B. Russel. 1997. Kinetic of Cellulose Digestion by Firbobacter Succinogenes. 585. Dairy Forage Research Center Research Summaries.

Martani, E., N. Haedar dan S. Margino, 2003, Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Pendegradasi Lignin dari Beberapa Substrat Alami, Gama Sains V (2) : 32 – 35.

McAllister. 2000. Learning More About Rumen Bugs: Genetic and Environmental Factor Affecting Rumen Bugs. Souther Alberb Beef Review. Vol. 2, Issue 1.

Mester T., E. D. Jong and J. A. Field, 1995. Manganese Regulation of veratryl Alcohol in white Rot Fungi and Its Indirect effect on Lignin Peroxidase, Applied and Environmental Microbiology, May 1995, p : 1881-1887

Mester, T., Pena, M., and Field, J.A. 1996. Nutrient regulation of extracellular peroxidases in the white rot fungus Bjerkandera sp. Strain BOS55. Appl. Microbiol. Biotechnol. 44: 778-784.

Mester T., H. J. Swarts, S. Romero, S. Jan A, M. Bont and J. A. Field, 1997, Stimulation of Aryl Metabolite Production in the Basidiomycete Bjerkandera sp. Strain BOS55 with Biosynthetic Precursors and Lignin Degradation Products, Applied and Environmental Microbiology, May 1997, p : 1987-1993

Miron, J., D. Ben-Ghedalia and M. Morisson, 2001. Invited Review: Adhesion Mechanism of Rumen Cellulolytic Bacteria. Journal of Doing Science, Vol. 84, Issue 6.

Odier, E., G. Janin and B. Monties, 1981, Poplar Lignin Decomposition by Gram-Negative Aerobic Bacteria, Applied and Environmental Microbiology, p. 337-341.

Ogimoto, K. and S. Imai, 1981, Atlas of Rumen Microbiology, Japan Scientific Societies Press, Tokyo.

Owen, FN, and A.L. Goetsch, 1988. Ruminal Fermentation. In Church C.D; The Ruminant Animal. Digestive Physiology and Nutrition. Prentice Hall. Englewood Cliffs, New Jersey.

Peres, J., J. Munoz-Dorado, T de la Rubia dan J. Martinez, 2002. Biodegradation and Biological Treatment of Cellulose, Hemicellulose and Lignin: an overview. Int. Microbiol. 5 : 53-56.

Raibaud, P., Ducluzeau, R., Dubos, F. 1980. Implantation of Bacteria from the Digestive Tract of Man and Various Animals into Gnobiotic Mice. Amer. J. Clin. Nutr. 33

Page 29: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

29

Rowland, I.R., Mallet, A.K. and Wise. 1985. The Effect of Diet on the Mammalian Gut Flora and Its Metabolic Activities. CRC Crit. Rev. Toxicol. 16.

Ruttimann, C., R. Vicuna, M.D. Mozuch and T.K., Kirk, 1991, Limited Bacteria Mineralization of Fungal Degradation Intermediate from Synthhetic Lignin. Applied and Environmental Microbiology, P. 3652 – 3655.

Shi Y. Ddt Christine L and Paul Weimer, 1996. Competition Among Three Predominant Cellulolytic Bacteria For Cellobiose Under Substrate – Unlimited and Substrate Limited Condition.

Shi, Y. and P.J. Weimer, 1995. Predicted Outcome of Competition Among Ruminal Cellulolytic Bacteria for Soluble Product of Cellulose Digestion. U.S Dairy Forage Research Center Research Summaries.

Smith, P. H. and R. E. Hungate, 1958, Isolation and Characterization of Methanobacterium Ruminantium N. SP, Department of Bacteriology, University of California, Davis, California.

Soejono, M. 1998. Limbah Pertanian Sebagai Pakan dan Manfaat Lain .Bioconversion Project Workshop. Grati, Pasuruan.

Soejono, M., 1990, Simbiosis Ruminansia, Kursus Singkat Ekologi Mikrobia, PAU Bioteknologi-UGM, Yogyakarta.

Soejono, M., 2006, Perkembangan dan Arah Pengembangan Teknologi Pakan di Indonesia. Prosiding Orasi dan Seminar Pelepasan Dosen Purna Tugas 2006, Menyongsong Rencana Kecukupan Daging Tahun 2010, Fakultas Peternakan UGM.

Soliva, C.R., I. K. Hindrichsen, L. Meile, M. Kreuzer and A. Machmuller, 2003, Effect of Mixtures of Lauric and Myristic Acid on Rumen Methanogens and Methanogenesis in vitro, Applied Microbiology, 37, 35-39.

Stams, A.J.M., S.J.W.H. Oude Elferink and P. Wastermann, 2003, Metabolic Interactions Between Methanogenic Consortia and Anaerobic Respiring Bacteria, Advances in Biochemical Engineering/Biotechnology, Vol. 81, Series editor : T.Scheper, Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Stone, 1991. Formation of Lignin in Wheat Plants. J. Chain. 29., p. 734 – 745.

Taga, M.E. and B.L. Bassler, 2003, Chemical communication among bacteria. Proc. Nat. Acad. USA. 100 Suppl. 2:14549-14554.

Ullrey, D. E., S. D. Crissey, and H. F. Hints. 1997. Elephants : Nutrition and Dietary Husbandry, Michigan State University. www.nagoline.net/Technical %20Papers/NAGFS00497Elephants-JONIFEB24,2002MODIFIED2.pdf

Page 30: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

30

Van Soest, 1994. Nutritional Ecology of The Ruminant: O&B Book Inc. Oregon. USA.

Varga, G. A. and Erie S. Kolver. 1997. Microbial and Animal Limitation to Fiber Digestion and Utilization. The Journal of Nutrition Vol 127 No. 5.

Varrel, V.H. and Burk A. Dehority. 1989. Ruminal Cellulolytic Bacteria and Protozoa From Bison, Cattle – Bisson Hybrids, and Cattle Feed Three Alfalfa – Coin Diets. Applied and Environmental Microbiology. Vol. 55 No. 1

Vogels, G. D., W. F. Hoppe and C. K. Stumm, 1980, Association of Methanogenic Bacteria with Rumen Ciliates, Applied and Environmental Microbiology, 40, 608-612.

Wahyudi, A., M. Ismadi dan R. S. Sudibyo, 1996, Peningkatan toleransi Saccharopolyspora erythrea CCRC 11513 terhadap minyak sawit sebagai praprekursor eritromisin dengan cara induksi. Berkala Ilmiah Pasca Sarjana, Program Pasca Sarjana UGM

Wahyudi, A., 1997, Fenomena Resistansi Bakteri pada Peternakan Ayam Potong di Indonesia. Poultry Indonesia, edisi September 1997 No. 211.

Wahyudi, A., dan Z. Bachrudin, 2004, Isolasi Mikrobia Selulolitik Cairan Rumen beberapa Ternak Ruminansia (kerbau, sapi, kambing dan domba) Sebagai Probiotik Pakan Sapi. Jurnal Ilmiah Terakreditasi Fakultas Peternakan-Perikanan UMM, edisi Juli 2004.

Wahyudi, A., dan Z. Bachrudin, 2005, Aktivitas Enzim Selulase Ekstraseluler Bakteri Rumen Kerbau, Sapi, Kambing dan Domba pada Beberapa Kultur Fermentasi : Upaya mendapatkan Starter Probiotik bagi ternak ruminansia. Proseding Seminar Nasional ”Pengembangan Usaha Peternakan berdaya Saing di Lahan Kering” . Edisi Pertama, Fakultas Peternakan UGM.

Wahyudi, A., 2005, Ketersediaan N, P, K pada Manure Sapi Perah dengan Introduksi Bakteri Selulolitik. Proseding Seminar Nasional ”Prospek Pengembangan Peternakan tanpa Limbah” Program Studi Peternakan UNS.

Wahyudi, A., 2007, Evaluasi Penggunaan Urea Molases Mineral Probiotik Blok (UMMPB) pada Sapi Perah Laktasi Terhadap Produksi dan Kualitas Susu, Proseding Seminar Nasional Rekonstruksi Bidang Peternakan dalam Swasembada Pangan, Fakultas Peternakan UMM

Wahyudi, A., 2007, Evaluasi Daya Hidup Bakteri Selulolitik dalam Urea Molases Mineral Probiotik Blok (UMMPB) 2007, Proseding Seminar Nasional AINI VI, Kearifan Lokal dalam Penyediaan serta Pengembangan Pakan dan Ternak di Era Globalisasi, Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM

Page 31: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

31

Wahyudi, A. dan L. Hendraningsih, 2007, Probiotik : Konsep dan Penerapan pada Ternak Ruminansia, UMM Press, Malang.

Wang, X., S. Haruta, P.Wang, M.Ishii, Y.Igarashi and Z.Chui, 2006, Diversity of Stable Enrichment Culture which is Useful for Silage Inoculat and Its Succession in Alfalfa Silage, FEMS Microbiol Ecol. 2006 Jul;57(1):106-15

Weilberg, Z. G., Y. Chen and M. Gamburg, 2004, The Passage of Lactic Acid Bacteria from Silage into Rumen Fluid, In Vitro Studies. J. Dairy Sci. 87:3386-3397. http://jds.fass.org/cgi/content/full/87/10/3386

Weilberg, Z., R. Muck, P. Weimer, Y. Chen and M. Gamburg, 2004, Lactic Acid Bacteria Used in Inoculants for Silage as Probiotics for Ruminants. Applied Biochemistry and Biotechnology., 118: 1-10 http://www.ars.usda.gov/research/publications/publications.htm?seq_no_115=164275

Weimer P.J. et.al. 1996. Ruminal Cellulolytic Bacteria: Physiology, Ecology and Beyond. U.S.. Informational Conference with Dairy and Forage Industries. U.S. Dairy Forage Research Center.

Weimer P.J. G.C. Waghorn, DR. Merten S., 1999. Effect of Diet on Population of Three Species of Ruminal Cellulolytic Bacteria in Lactating Dairy Cows. Journal of Dairy Science. Vol. 82

Wells J. E and JB. Russel. 1996. The Lysis of Fibrobacter Succinogenes. V. S. Dairy Forage Research Center. Research Summaries.

Wilkie, A. C., 2000, Anaerob Digestion: Holistic bioprocessing of animal manures, in Proceeding of the Animal Residuals Management Coference., p. 1 – 12. Water Environment Federation, Virginia.

Page 32: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

32

LAMPIRAN 1. Pertimbangan Alokasi Biaya

Tahun I. Isolasi dan Uji Kemampuan Metanogenik

1. Honorarium Peneliti No Nama Peran Jam/

mg Mg/ bln

Bln Kerja

Tarip/ jam Rp)

Jumlah (Rp)

1. Ir. Ahmad Wahyudi, MKes Ketua 18 4 10 10.000 7.200.000

2. Ir. Listiari H. MP Anggota 10 4 10 7.500 3.000.000

3. Drs Joko. Trisilo Laboran 20 4 10 3.000 2.400.000

4. M. Gozin, SPt Bag. Lapangan 20 4 10 3.000 2.400.000

Sub total 15.000.000

2. Komponen Peralatan No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan Satuan x

jumlah Jumlah (Rp)

1. Erlenmeyer 250ml pyrex kultur 12 x 45.000 540.000

2. Erlenmeyer 500ml pyrex kultur 12 x 55.000 660.000

3. Erlenmeyer 1000ml pyrex Pem. media 6 x 85.000 510.000

4. Gelas ukur 10ml pyrex Pemb. media 6x 50.000 300.000

5. Gelas ukur 50ml pyrex Pemb. media 2 x 150.000 300.000

6. Tabung reaksi pyrex pengenceran 48 x 12.500 600.000

7. Venoject 20ml steril Sampling gas 60x 5.500 330.000

8. Botol 1000ml plastik sampling 10 x 15.000 150.000

9. Botol 250ml gelas Sampling limb 60 x 2.500 150.000

10. Petri disk d 6mm kultur 60 x 14.500 870..000

11. Eppendorf 1,5 ml Sampling sel 1 x 800.000 800.000

12. Termos dingin plastik Container 1 x 150.000 150.000

13. Anaerobic jar Kaca berklep Kultur anaerob 3 x 250.000 750.000

Sub total 6.110.000

3. Bahan Habis Pakai

a. ATK

No Nama Bahan Volume Satuan Biaya Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

1 Kertas A4 80g 3 rim 35.000 105.0002 Spidol permanen 2 pak 40.000 80.0003 Flash disc 2 gb 150.000 300.0004 Disket 10 buah 5.000 50.0005 CD-RW 5 buah 5.000 25.000

Page 33: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

33

6 Cartridge 1 set 375.000 375.0007 Cutter 1 pak 20.000 20.0008 Gunting 2 buah 15.000 30.0009 Transparant sheet 1 pak 75.000 75.000

10 Kertas foto 2 pak 60.000 120.00011 Label 5 pak 5.000 25.00012 Selotip 5 roll 5.000 25.00013 Tinta refil 2 kali 30.000 60.00014 Kertas label 3 pak 10.000 30.000

Sub Total 1.320.000

b. Bahan Analis Kimia No Jenis bahan Kebutuhan Satuan x jumlah Jumlah (Rp)

1. Selulosa 500g 1 x 700.000 700.000

2. Xylan 100g 1 x 2.500.000 2.500.000

3. Selubiosa 100g 1 x 2.500.000 2.500.000

4. Resazurin 5 g 1 x 1.000.000 1.000.000

5. Agar 1000g 1 x 725.000 725.000

6. Mineral 1 5lt 5 x 60.000 300.000

7. Mineral 2 5lt 5 x 60.000 300.000

8. Cystein HCl 10g 1 x 720.000 720.000

9. Larutan pengencer (ADS) 3lt 3 x 35.000 105.000

10. KH2PO4 100g 1 x 600.000 600.000

11. K2HPO4 100g 1 x 500.000 550.000

12. MgSO4 100g 1 x 450.000 450.000

13. Na2S 100g 1 x 375.000 375.000

14. Alumunium foil 10 rol 10 x 55.000 550.000

15. Kertas payung 200lbr 200 x 1.400 280.000

16. Karet gelang 2kg 2 x 20.000 40.000

17. Masker 1 pak 1 x 525.000 525.000

18. Sarung tangan 1 pak 1 x 575.000 575.000

19. Spiritus 10lt 10 x 36.000 360.000

20. Alkohol 10lt 10 x 31.000 310.000

21. Gas CO2 : Gas H2 = 20% : 80% 45kg 1.900.000 1.900.000

22. Anaerobik gen. kit 2 box 2x 450.000 900.000

23. Kapas 2 kg 2x 50.000 100.000

24. Kain kassa 1 roll 1 x 50.000 50.000

25. Aquadest 50 lt 50x 4.000 200.000

Sub total 16.665.000

Total biaya a dan b 17.985.000

Page 34: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

34

4. Biaya Perjalanan No Jenis Pengeluaran Satuan Harga/Satuan Jumlah (Rp)

1. Malang – Jakarta PP 2 2 x 1.200.000 2.400.000

2. Malang – Jogja 4 4 x 500.000 2.000.000

3. Lokal 5 org x 5 bln 15 15 x 100.000 1.500.000

Sub total 5.900.000

5. Biaya lain-lain No Jenis Pengeluaran Satuan Harga/Satuan Jumlah (Rp)

1. Administarsi Laboratorium 1 tahun 1 x 1.000.000 1.000.000

2. Pemeliharaan kultur isolat 10 bln 10 x 100.000 1.000.000

3. Pemotretan bakteri 2 roll 2 x 150.000 300.000

4. Penelusuran pustaka 5 x 5 x 100.000 500.000

5. Pembuatan Laporan 7 eks 7 x 100.000 700.000

6. Seminar dan Publ. ilmiah 1x 1 x 1.000.000 1.000.000

7. Pendaftaran Paten 1 1x 1.000.000 1.000.000

Sub total 5.500.000

Biaya Total Tahun I 50.495.000

Tahun II. Formulasi, Uji Produksi, Daya Hidup dan Identifikasi

1. Honorarium Peneliti No Nama Peran Jam/

mg Mg/ bln

Bln Kerja

Tarip/ jam Rp)

Jumlah (Rp)

1. Ir. Ahmad Wahyudi, MKes Ketua 18 4 10 10.000 7.200.000

2. Ir. Listiari H. MP Anggota 10 4 10 7.500 3.000.000

3. Drs Joko. Trisilo Laboran 20 4 10 3.000 2.400.000

4. M. Gozin, SPt Bag. Lapangan 20 4 10 3.000 2.400.000

Sub total 15.000.000

2. Komponen Peralatan No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan Satuan x

jumlah Jumlah (Rp)

1. Erlenmeyer 250ml pyrex kultur 12 x 45.000 540.000

2. Erlenmeyer 500ml pyrex kultur 12 x 55.000 660.000

3. Erlenmeyer 1000ml pyrex Pem. media 12 x 85.000 1.020.000

4. Gelas ukur 10ml pyrex Pemb. Media 6x 50.000 300.000

5. Gelas ukur 20ml pyrex Pemb media 6x 75.000 450.000

Page 35: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

35

6. Gelas ukur 50ml pyrex Pemb. media 2 x 150.000 300.000

7. Tabung reaksi pyrex pengenceran 48 x 12.500 600.000

8. Venoject 20ml steril Sampling gas 120x 5.500 660.000

9. Botol 1000ml plastik sampling 10 x 15.000 150.000

10. Botol 250ml gelas Sampling limb 120x 2.500 300.000

11. Petri disk d 6 mm kultur 60 x 14.500 870.000

12. Eppendorf 1,5 ml Sampling sel 1 x 800.000 800.000

Sub total 6.650.000

3. Bahan Habis Pakai

a. ATK

No Nama Bahan Volume Satuan Biaya Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

1 Kertas A4 80g 3 rim 35.000 105.0002 Spidol permanen 2 pak 40.000 80.0003 Flash disc 2 gb 150.000 300.0004 Disket 10 buah 5.000 50.0005 CD-RW 5 buah 5.000 25.0006 Cartridge 1 set 375.000 375.0007 Cutter 1 pak 20.000 20.0008 Gunting 2 buah 15.000 30.0009 Transparant sheet 1 pak 75.000 75.000

10 Kertas foto 2 pak 60.000 120.00011 Label 5 pak 5.000 25.00012 Selotip 5 roll 5.000 25.00013 Tinta refil 2 kali 30.000 60.00014 Kertas label 3 pak 10.000 30.000

Sub Total 1.320.000

b. Bahan Analis Kimia No Jenis bahan Kebutuhan Satuan x jumlah Jumlah (Rp)

1. Agar 1000g 1 x 725.000 725.000

2. Mineral 1 5lt 5 x 60.000 300.000

3. Mineral 2 5lt 5 x 60.000 300.000

4. Gas CO2 : Gas H2 = 20% : 80% 45kg 1.900.000 1.900.000

5. Alumunium foil 10 rol 10 x 55.000 550.000

6. Kertas payung 200lbr 200 x 1.400 280.000

7. Karet gelang 2kg 2 x 20.000 40.000

8. Masker 1 pak 1 x 525.000 525.000

9. Sarung tangan 1 pak 1 x 575.000 575.000

Page 36: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

36

10. Spiritus 10lt 10 x 36.000 360.000

11. Alkohol 10lt 10 x 31.000 310.000

12. Analisis VFA 3 x 9 x 3 x 50.000 4.050.000

13. Analisis Gas Bio/Methan 3 x 9 x 3 x 50.000 4.050.000

14. Anaerobik gen. kit 4 box 4x 450.000 1.800.000

15. Kapas 2 kg 2x 50.000 100.000

16. Kain kassa 1 roll 1 x 50.000 50.000

17. Aquadest 50 lt 50x 4.000 200.000

Sub Total 16.115.000

Total a dan b 17.435.000

4. Biaya Perjalanan No Jenis Pengeluaran Satuan Harga/Satuan Jumlah (Rp)

1. Malang – Jakarta PP 2 2 x 1.200.000 2.400.000

2. Malang – Jogja 4 4 x 600.000 2.400.000

3. Lokal 5 org x 5 bln 15 15 x 100.000 1.500.000

Total 6.300.000

5. Biaya lain-lain No Jenis Pengeluaran Satuan Harga/Satuan Jumlah (Rp)

1. Administarsi Laboratorium 1 tahun 1 x 1.000.000 1.000.000

2. Pemeliharaan kultur isolat 10 bln 10 x 100.000 1.000.000

3. Pemotretan bakteri 2 roll 2 x 150.000 300.000

4. Penelusuran pustaka 5 x 5 x 100.000 500.000

5. Pembuatan Laporan 7 eks 7 x 100.000 700.000

6. Seminar dan Publ. ilmiah 1x 1 x 1.000.000 1.000.000

7. Pendaftaran paten 1 1x 1.000.000 1.000.000

Total 5.500.000

Biaya Total Tahun II 50.885.000

Page 37: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

37

LAMPIRAN 2. Dukungan pada Pelaksanaan Penelitian

Semenjak harga minyak mentah di pasar internasional meningkat tak terkendali

(di atas $US 100) beberapa tahun lalu, antusiasme masyarakat akan energi alternatif

pengganti minyak semakin meningkat pula. Sebagian besar penduduk Indonesia saat ini

mulai merasa cemas karena krisis energi tersebut kini telah merembet pada peningkatan

harga bahan pangan dan mulai menciptakan multi krisis dimana-mana.

Pemerintah Pusat dan Kabupaten di seluruh Indonesia saat ini terus

mencanangkan program “memasyarakatkan biogas untuk mengatasi masalah limbah dan

produksi bahan bakar alternatif pengganti bbm” (Jawa Pos, 7 Maret 2006). Beberapa

perusahaan telah mendatangi kami selaku peneliti di bidang teknologi fermentasi untuk

berkonsultasi dan meminta produk berupa starter fermentasi produksi biogas guna

mendapatkan energi alternatif pengganti BBM dari limbah organik yang dihasilkannya.

Oleh karena itu starter fermentasi metanogenik saat ini dan di masa �upern sangat

diperlukan oleh masyarakat untuk menjamin keberhasilan �upernatan menghasilkan gas

bio sebagai sumber energi baru terbarukan. Namun �upern starter fermentasi produksi

biogas tersebut sampai saat ini belum tersedia dengan mudah di masyarakat, sehingga

memiliki potensi ekonomi tinggi dan layak dipatenkan.

Page 38: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

38

LAMPIRAN 3. Sarana Pendukung Penelitian

a. Peralatan Utama di Laboratorium Bioteknologi UMM

NO. NAMA ALAT FUNGSI 1. HPLC Mengukur kadar bahan 2. Spektrofotometer UV Mengukur absorban 3. Fermenter Kultur Fermentasi 4. Water bath Inkubasi sesuai dengan suhu yang

dikehendaki 5. Laminar air flow Inokulasi 6. Ruang isolasi Proses isolasi bakteri 7. Mikro Camera fotoshof Memotret preparat bakteri 8. Heath stirrer Homogenisasi larutan 9. Analitical balance Menimbang bahan kimia 10. Autoclaf Sterilisasi alat dan bahan 11. Lampu spiritus Pemanas 12. Incubator t = 39oC Inkubasi media 13. Refrigerator Penyimpanan media persiapan 14. Mikropipet 50 f, 200 f, 1000 f dan

5000 f Alat pengambil reagent

15. Tip micropipette Mengambil sample 16. Vortek Alat homogenisasi larutan 17. Centrifuge besar Memisahkan �upernatant 18. Centrifuge mikrofuge Memisahkan supernatan

b. Peralatan Utama di Laboratorium Bionutrisi Fak. Peternakan UGM

NO. NAMA ALAT FUNGSI 19. Pemurni Gas CO2 Fermentasi anaerob 20. Regulator Gas Fermentasi anaerob 21. Tabung gas CO2 dan H2 Fermentasi anaerob 22. Spektrofotometer UV Mengukur absorban 23. Instalasi Gas test Produksi gas in vitro anaerobik 24. Water bath Inkubasi sesuai dengan suhu yang

dikehendaki 25. Lemari asam Preparasi reaksi biokhemis

Page 39: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

39

26. Ruang isolasi berpengatur suhu Proses isolasi bakteri 27. Mikro Camera fotoshof Memotret preparat bakteri 28. Instalasi Analisis Proksimat Analisis SK 29. Instalasi Uji Aktivitas Enzim Uji aktivitas enzim 30. Anaerobic Jar Container anaerobik 31. Analitical balance Menimbang bahan kimia 32. Autoclaf Sterilisasi alat dan bahan 33. Tabung Hungate Kultur anaerob 34. Incubator t = 39oC Inkubasi media 35. Cold storage Penyimpanan media dan kultur 36. Mikropipet 50 f, 200 f, 1000 f dan

5000 f Alat pengambil reagent

37. Tip micropipette Mengambil sample 38. Vortek Alat homogenisasi larutan 39. Centrifuge besar Memisahkan �upernatant 40. Centrifuge mikrofuge Memisahkan supernatan

c. Peralatan Utama di Laboratorium PAU Pangan-Gizi UMM

NO. NAMA ALAT FUNGSI 41. Gas Kromatografi Mengukur kadar VFA dan Gas

d. Peralatan Utama di Experimental Farm UMM

NO. NAMA ALAT FUNGSI 42. Sapi Perah dan sapi potong Penghasil limbah 43. Digester Produksi gas bio/metan

Page 40: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

40

LAMPIRAN 4. Biodata Ketua Peneliti

1. Nama Lengkap dan Gelar Tempat/Tanggal Lahir Ir. Ahmad Wahyudi, M.Kes Magetan, 9 November 1965 NIP : 131 919 547

2. Pendidikan (dari Sarjana Muda /yang Sederajat) dan Pelatihan

a. Pendidikan No Nama Institusi/Kota Bidang Keahlian Gelar/Tahun

1. Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta

Biokimia (Nutrisi dan Makanan Ternak)

Insinyur/ 1989

2. Pasca Sarjana UGM Yogyakarta Biokimia Nutrisi (Ilmu Kedokteran Dasar)

Magister Kesehatan/ 1996

b. Pelatihan

No. Nama Pelatihan Tahun dan

Lama Pelatihan

Tempat Pelatihan Keterangan Lain /Sponsor

1. Penanganan Limbah Industri 1992 /6 bulan PAU Bioteknologi UGM Yogyakarta

Proyek Bank Dunia XVII

2. Magang Bidang Teknologi Fermentasi 1992 /6 bulan PAU Bioteknologi

UGM Yogyakarta Proyek Bank Dunia XVII

3. Uji Mikrobiologi Pangan Mutakhir 1993 /1 bulan PAU – Gizi UGM

Yogyakarta Proyek Bank Dunia XVII

4. Meat Science & Technology 1996 /2 mg

Hohenheim University dan UNIBRAW Malang

UNIBRAW dan DAAD Jerman

5. University Management 2000/10 hari

Murdoch University, Australia

UMM

6. Technology Institute Management 2000/3 hari

Curtin Institute of Technology, Australia

UMM

7. University Management 2000 /2 hari University of West Australia

UMM

8. Rapid Identification System for Mikroorganism 2003 /4 hari ITB, Bandung UMM

9. Kiat Sukses Mengelola Jurnal Ilmiah Menuju Terakreditasi dan Kemandirian

2004 /1 hari UNAIR, Surabaya UMM

10. Pengelolaan dan Penyuntingan Jurnal Ilmiah 2004 /4 hari Universitas Negeri

Malang UMM

11. Pelatihan Sistem Manajemen Mutu ISO: 9001 : 2000 2004 /3 hari Univ.Muhammadiy

ah Malang UMM

Page 41: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

41

3. RIWAYAT PEKERJAAN

a. Riwayat Kepangkatan Golongan Ruang Penggajian

No. Pangkat dan Jabatan Gol. Ruang Penggajian

Berlaku Terhitung Mulai Tgl. Keterangan

1. Asist. Ahli Madya III A 01 April 1992 2. Asist. Ahli III B 01 September 1994 3. Lektor Muda III C 01 April 1997 4. Lektor Madya III D 01 September 1999 5. Lektor III D 01 Januari 2001 6. Lektor Kepala IVA 01 Juli 2005 7. IVB 01 Oktober 2007

b. Pengalaman Kerja dalam Bidang Profesi serta Kedudukan Saat ini

No. Jabatan Struktural Periode Institusi Keterangan

1. Sekretaris I 1991 – 1992 Pusat Bioteknologi UMM 2. Sekretaris 1996 – 1998 Pusat Bioteknologi Pertanian

UMM

3. Dekan 1998 – 2001 Fakultas Peternakan UMM 5. Sekretaris 2005 - 2006 Pusbang Bioteknologi UMM

4. PENELITIAN

No Judul Tahun, Sponsor 1. Evaluasi kandungan bakteri susu dan koliform air sumur

pada beberapa peternak sapi perah pemakai instalasi digester di DIY

1992, Proyek Bank Dunia XVII, PAU Bioteknologi UGM

2. Isolasi mikroba selulolitik beberapa ternak ruminansia (kerbau, sapi, kambing dan domba)

1992, Proyek Bank Dunia XVII, PAU Bioteknologi UGM

3. Increasing the tolerance of S. erythrea CCRC 11513 to palm oil as prae-precursor erythromycin by induction.

1996, Tesis S2

4. Isolasi mikroba selulolitik asal rumen (dengan selulosa alami) untuk mendapatkan starter pada proses pengolahan limbah organik

1998, Lemlit UMM

5. Uji aktivitas enzimatik biakan mikroba selulolitik rumen untuk menentukan potensi starter fermentasi pakan

1998, Lemlit UMM

6. Optimasi media kultur fermentasi mikroba selulolitik asal rumen terhadap nilai protein kasar

1999, Lemlit UMM

7. Evaluasi konsumsi bahan kering dan kecernaan energi pada domba ekor gemuk yang diberi probiotik selulolitik

2003, Lemlit UMM

8. Pengaruh Pemberian Probiotik bakteri Selulolitik dan 2004, Dosen Muda, DIKTI

Page 42: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

42

Metode Pemberian Pakan Terhadap Penampilan Domba Ekor Gemuk (DEG)

9. Pengaruh Pemberian probiotik selulolitik terhadap konsumsi, kecernaan bahan kering, kecernaan energi (TDN) berbagai hijauan pada sapi limousine cross.

2004, Disnak Propinsi Jatim-FPP UMM

10. Evaluasi daya hidup bakteri pada probiotik selulolitik (yogurt sapi) dengan bekatul sebagai bahan pembawa

2004, Lemlit UMM

11. Peningkatan Kemampuan Bakteri Selulolitik Cairan Rumen Untuk Probiotik Ternak Ruminansia

2004, Uber HKI-Dirjen DIKTI

12. Pengaruh Penambahan Isolat Bakteri Selulolitik Rumen Pada Fermentasi Feses Sapi Perah Terhadap Kadar N, P, dan K

2005, Lemlit UMM

13. Introduksi Mikroba Cairan Kolon Pseudoruminansia dalam Kultur Fermentasi Bakteri Selulolitik Super Ruminansia untuk Peningkatan Produksi Gas Bio

2005, Uber HKI, DIKTI

14. Pengkajian Kualitas Probiotik terhadap Produktivitas Daging dan Susu di Jawa Timur

2006, UMM-DISNAK Jawa Timur

15. Pengembangan Starter Fermentasi Produksi Gas Bio dengan Reformulasi Isolat Bakteri Fibrolitik Rumen dan Kolon Domba

2007-2008, PHB, Dirjen DIKTI

5. PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

No. Judul Tahun

1. Evaluasi kandungan bakteri susu dan koliform air sumur pada beberapa peternak sapi perah pemakai instalasi digester di DIY

1992, Buletin Fak. Peternakan UGM edisi Khusus

2. Optimasi medium dengan penambahan tapioka pada biakan Saccharopolyspora erythrea NRRL 2338 untuk Meningkatkan Produksi Eritromisin

1995, Prosiding Seminar Nasional IBBMI Denpasar Bali

3. Pengaruh perbedaan konsentrasi starter Lactobacillus bulgaricus terhadap pH, kadar asam laktat dan kadar laktosa pada yoghurt

1995, Jurnal Ilmu Peternakan Ex-Farm UMM

4. Fermentasi produksi eritromisin oleh Saccharopolyspora erythrea NRRL 2338 dengan pra-prekursor minyak sawit dalam medium gojok dan fermentor

1996, Prosiding Konggres Ilmiah ISFI Semarang

5. Peningkatan toleransi Saccharopolyspora erythrea CCRC 11513 terhadap minyak sawit sebagai pra-prekursor eritromisin dengan cara induksi

1996, Berkala Ilmiah Pasca Sarjana UGM

6. Resistensi mikroba terhadap antibiotic dalam pemeliharaan ayam potong 1997, Poultry Indonesia Edisi September

7. Increasing the tolerance of Saccharopolyspora erythrea CCRC 11513 to palm oil as pra-precursor erythromycin by induction

1997, Proceeding The International Biotechnology

Conference, Jakarta

8. Yoghurt dan Penurunan Kadar Kolesterol Darah : konsep menuju hidup sehat. 1998, Jurnal Ilmu Peternakan Ex-Farm UMM ed. Juli

9. Kultur in vitro mikroba selulolitik asal rumen untuk mendapatkan starter pada proses dekomposisi bahan organik berserat

1998, Jurnal Ilmu Peternakan Ex-Farm UMM ed. Desember

10. Evaluasi konsumsi bahan kering dan kecernaan energi pada domba ekor gemuk yang diberi probiotik selulolitik

2004, Jural Ilmu Peternakan, PROTEIN, ed. Januari

11. Isolasi mikroba selulolitik cairan rumen beberapa ternak ruminansia (kerbau, sapi, kambing, dan domba) untuk starter probiotik pakan sapi

2004, Jurnal Ilmu Peternakan, ed. Juli PROTEIN, ed. Juli

Page 43: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

43

12. Titer Enzim dan Kecernaan Fibrolitik (in vitro) Cairan Rumen Dengan Introduksi Bakteri Selulolitik.

2005, Jurnal Ilmu Peternakan PROTEIN, Ed. Januari

13. Ketersediaan N, P, K pada Manure Sapi Perah dengan Introduksi Bakteri Selulolitik.

2005, Proseding Seminar Nasional ”Prospek Pengembangan

Peternakan tanpa Limbah” Program Studi Peternakan UNS

14. Aktivitas Enzim Selulase Ekstraseluler Bakteri Rumen Kerbau, Sapi, Kambing dan Domba pada Beberapa Kultur Fermentasi : Upaya mendapatkan Starter Probiotik bagi ternak ruminansia

2005, Proseding Seminar Nasional ”Pengembangan Usaha

Peternakan berdaya Saing di Lahan Kering” Fak.Peternakan

UGM-Puslitbang Petrnakan DEPTAN.

15. Kecernaan Fraksi Serat Kasar Pakan Dengan Penambahan Probiotik Bakteri Selulolitik Pada Metode Pemberian Pakan Berbeda.

2005, Proseding Seminar Nasional ”Pengembangan Usaha

Peternakan berdaya Saing di Lahan Kering” Fak.Peternakan

UGM-Puslitbang Petrnakan DEPTAN.

16. Evaluasi Penggunaan Urea Molases Mineral Probiotik Blok (UMMPB) pada Sapi Perah Laktasi Terhadap Produksi dan Kualitas Susu

2007, Proseding Seminar Nasional Rekonstruksi Bidang Peternakan dalam Swasembada Pangan, Fak. Peternakan UMM

17. Evaluasi Daya Hidup Bakteri Selulolitik dalam Urea Molases Mineral Probiotik Blok (UMMPB)

2007, Proseding Seminar Nasional Kearifan Lokal dalam

Penyediaan serta Pengembangan Pakan dan Ternak di Era

Globalisasi, AINI-Fak Peternakan UGM

Demikian biodata ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Malang, 9 Mei 2009

Ir. Ahmad Wahyudi, M.Kes

Page 44: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

44

LAMPIRAN 5. Biodata Anggota Peneliti 1. Nama Lengkap dan Gelar Tempat/Tanggal Lahir

Ir. Listiari Hendraningsih, MP Bandung, 11 Oktober 1964 2. Pendidikan (dari Sarjana Muda /yang Sederajat) dan Pelatihan

No. Universitas /Lokasi Gelar Tahun Selesai Bidang Studi

1. Universitas Padjajaran Bandung Insinyur 1989 Ilmu Ternak

2. Universitas Padjajaran Bandung Magister 1999 Nutrisi Ternak

3. Pengalaman Kerja dalam Bidang Profesi serta Kedudukan Saat ini No. Institusi Jabatan Periode Kerja 1. Kopertis Wilayah VII dpk. UM Malang Staf Pengajar 1990 – sekarang

2. Fakultas Peternakan – Perikanan UMM Ketua Jurusan 1998 – 2001

3. Fakultas Peternakan – Perikanan UMM Pembantu Dekan I 2001 – sekarang

4. Laboratorium Nutrisi Peneliti 1998 – sekarang

4. Daftar Publikasi yang Relevan dengan Proposal Penelitian No. Judul Tahun 1. Pengaruh Penambahan Lemak Dalam Pakan Terhadap Sapi

Laktasi Ex-Farm Jurnal No. 7 Tahun VI Januari – Juni 1999 Pusbit Fak.

Peternakan UMM

2. Pengaruh Penambahan Bakteri Asam Laktat sebagai Probiotik Terhadap Kecernaan Serat dan Produksi Asam Lemak Terbang Secara In-Vitro

Ex-Farm Jurnal no. 8 Tahun VI Juli – Desember 1999

3. Pengaruh Suplementasi Mineral Terhadap Penyerapan Calcium dan Phosphor Pada Domba Ekor Gemuk dengan Pemberian Limbah Pertanian

PROTEIN Journal Ilmiah Ilmu Peternakan dan Perikanan Juli –

Desember 2003, Nomor 20

4. The effect fermentation with cellulolytic bacteria isolate on feed quality of rice straw basal feed

AGRITEK, Januari 2002, Vol. 10

5. The effect of rice straw fermented on feeds quality of straw Proceeding Indonesian Biotechnology Conference 2001

6. Evaluasi Kecernaan Serat Kasar, Hemiselulosa, dan Selulosa Pada Domba Ekor Gemuk dengan Pemberian Probiotik Bakteri Selulolitik

Jurnal Ilmu Peternakan,Protein edisi Juni 2004

5. Pengalaman Penelitian

No Judul Tahun, Sponsor 1. Pengaruh Penambahan Bakteri Asam Laktat Sebagai Probiotik

Terhadap Kondisi Ekologis Rumen. 1998, DIKTI

2. Pengaruh Pemberian Bakteri Selulolitik Terhadap Kecernaan Serat Kasar, Hemiselulosa dan Selulosa pada Domba Ekor Gemuk dengan Metode Pemberian Pakan Yang Berbeda.

2003, Lemlit UMM

3. Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Pada Metode Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Penampilan Produksi Domba Ekor Gemuk (DEG) Periode Pertumbuhan

2004, Dirjen Dikti.

4. Pengaruh Pemberian Bakteri Selulolitik Terhadap Kecernaan Serat Kasar, Hemiselulosa dan Selulosa pada Sapi Limousine pada Berbagai Hijauan

2004, Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur- FPP

UMM

Page 45: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

45

5. Evaluasi Daya Hidup Probiotik Selulolitik (Yoghurt Sapi) Dengan Pollard Sebagai Bahan Pembawa

2004, LEMLIT umm

6. Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Selulolitik Pada Metode Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Penampilan Domba Ekor Gemuk (DEG) Periode Pertumbuhan.

2004, DIKTI

6. Evaluasi Daya Hidup Probiotik Bakteri Selulolitik Dengan Pollard Sebagai Bahan Pembawa.

2004, Lemlit UMM

7. Kemampuan Bakteri Selulolitik Cairan Rumen untuk Probiotik Ternak Ruminansia

2004, Dirjen Dikti

8. Kecernaan Serat Kasar dan Energi pada Media Fermentasi Berbasis Manure Sapi Perah Dengan Introduksi Bakteri Selulolitik.

2004, Lemlit UMM

9. Peningkatan Kecernaan Serat Kasar dan Produksi Gas (In Vitro) Pada Media Fermentasi Berbasis Jerami Pad dengan Introduksi Bakteri Selulolitik.

2005, Lemlit UMM

10. Introduksi Mikroba Cairan Kolon Pseudoruminansia dalam Kultur Fermentasi Bakteri Selulolitik Super Ruminansia Untuk Peningkatan Produksi Gas Bio

2005, Dirjen Dikti

11. Introduksi Bakteri Lignolitik Kolon Pseudoruminansia dalam Kultur Fermentasi Bakteri Selulolitik Super Ruminansia Untuk Peningkatan Produksi Gas Methan

2005, Dirjen Dikti

12. Evaluasi Daya Hidup Bakteri Selulolitik Dalam Kemasan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok (UMMPB).

2005, Lemlit UMM

13. Evaluasi Pemberian Probiotik Bakteri Selulolitik terhadap Peningkatan Kualitas Susu Sapi

2006, Lemlit UMM

14. Evaluasi Penggunaan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok (UMMPB) Selulolitik Pada Sapi Perah Laktasi Terhadap Produksi dan Kualitas Susu

2006, Lemlit UMM

15. Pengkajian Kualitas Probiotik Terhadap Kualitas Daging dan Susu di Jawa Timur

2006, Disnak propinsi Jawa Timur

16. Eksplorasi Potensi Bakteri Asam Laktat Sebagai Probiotik Ruminansia Muda

2007, Lemlit UMM

17. Probiotik Bakteri Selulolitik Dalam Upaya Peningkatan Penampilan Produksi Sapi Perah

2007, Dirjen ikti

Malang, 9 Mei 2009

Ir. Listiari Hendraningsih, MP

Page 46: 1. Judul Usulan : Produksi inokulum metanogenik titer ...dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PHB'2010.pdf · Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Fakultas Peternakan UGM, serta ... kecernaan

46

USUL PENELITIAN

HIBAH BERSAING PERGURUAN TINGGI

Nama Peneliti Utama dan Anggota :

Ir. Ahmad Wahyudi, M.Kes

Ir. Listiari Hendraningsih, MP

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

MEI, 2009

PRODUKSI INOKULUM METANOGENIK TITER TINGGI GUNA MENINGKATKAN KINERJA

REAKTOR ANAEROBIK PENGHASIL GAS METAN SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN

PERTANIAN