Upload
dothien
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tujuan dalam pembangunan nasional adalah mengurangi tingkat
kemiskinan yang menjadi salah satu indikator pencapaian visi Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP Nasional) tahun 2005—2025,
yaitu mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Pengurangan
kemiskinan dapat ditempuh melalui penciptaan lapangan kerja dan menata
kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat. Selain sebagai tujuan pembangunan
nasional, kemiskinan perlu dikurangi karena dampak negatif kemiskinan dapat
memberikan kemunduran bagi kemajuan bangsa secara keseluruhan. Kemiskinan
dapat berdampak pada menurunnya kesempatan pendidikan, akses kesehatan yang
pada akhirnya mempengaruhi kualitas generasi bangsa. Oleh karena itu,
kemiskinan perlu diperangi dengan memikirkan berbagai strategi dengan cara
mengamati faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
kemiskinan itu.
Menurut Arsyad (2010: 299), masalah kemiskinan itu sendiri sangat
kompleks dan pemecahannya tidak mudah. Kebijakan sosial terkait dengan
kemiskinan menyangkut konsep tingkat hidup yang lebih luas, tidak hanya
menekankan pada tingkat pendapatan saja, tetapi juga masalah pendidikan,
perumahan, kesehatan, dan kondisi-kondisi sosial lainnya dari suatu masyarakat.
Selanjutnya permasalahan standar hidup yang rendah berkaitan pula dengan
jumlah pendapatan yang sedikit, perumahan yang kurang layak, kesehatan yang
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA TAHUN2008-2013SIDTHISONE, CANDLEUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
buruk, tingkat pendidikan yang rendah hingga berakibat pada rendahnya kualitas
sumber daya manusia.
Menurut Sharp, et al (1996 dalam Kuncoro, 2010: 57), menyatakan bawah
Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Di
Amerika Serikat (AS), yang tergolong negara maju dan salah satu negara kaya di
dunia, masih terdapat jutaan orang yang tergolong miskin. Sementara itu, yang
hidup tidak miskin relatif miskin dibanding penduduk AS yang lainnya. Inilah
yang disebut paradox Amerika, sebagaimana dikatakan oleh Sharp, et al., (1996):
“Poverty amidst plenty’’ is a striking feature of the America scene. Our
nation is the richest in the world, yet millions of people are poor, and
millions more that do not live in poverty are poor relative to others. This is
not the American dream; it is the American paradox’’.
Isu mendasar yang dihadapi oleh negara miskin adalah tidak hanya
bagaimana meningkatkan pertumbuhan GNP, namun juga siapa yang berperan
dalam pertumbuhan GNP. Apabila pertumbuhan disumbang oleh golangan kaya,
maka golangan tersebut yang paling mendapat manfaat dari pertumbuhan,
sementara kemiskinan dan distribusi pendapatan semakin memburuk. Akan tetapi,
bila pertumbuhan disumbang oleh banyak orang atau dari berbagai golangan maka
efek dari pertumbuhan ekonomi akan dirasakan lebih merata. Banyak negera
berkembang mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, tetapi tidak
membawa manfaat yang berarti bagi penduduk miskinnya. Ini dialami oleh
ratusan juta penduduk di Afrika, Asia, dan Amerika latin, di mana tingkat
kehidupan relatif berhenti dan bukan turun drastis dinilai secara riil (Kuncoro,
2010: 57).
United Nations (2000), menganggap bahwa pengurangan kemiskinan
sebagai salah satu tujuan pembangunan yang paling utama bagi negara-negara
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA TAHUN2008-2013SIDTHISONE, CANDLEUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
berkembang. Hagenaars (1991 dalam Wagle, 2002: 156), mendefinisikan
kemiskinan ke dalam beberapa kriteria bertahan hidup, biasanya berdasarkan
jumlah penghasilan untuk memperoleh kalori makanan minimum, sejumlah
minimal barang konsumsi, atau tingkat kesejahteraan dasar hidup. Kemiskinan
berarti ketidakmampuan manusia untuk membeli makanan yang layak, tempat
tinggal, pakaian dan rekreasi (Jolaosho 1996 dalam Akwara et al., 2013: 4).
Kemiskinan adalah keadaan hina suatu manusia, di mana seorang individu
tidak mampu memanfaatkan sumber daya di sekitarnya untuk meningkatkan
dirinya sendiri secara ekonomi, sosial, politik atau sebaliknya. Ini bisa disebabkan
oleh kurangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan bagi dasar setiap
perkembangan manusia. Kemiskinan bisa terjadi sebagai akibat dari kemalasan
atau penafsiran salah dari sebuah keyakinan yang berasal dari agama (Chigbo
1996 dalam Akwara, et al., 2013: 4).
United Nations (1998 dalam Ucha, 2010: 46), mendefinisikan kemiskinan
sebagai penolakan pada pilihan dan kesempatan, serta pelanggaran pada martabat
manusia. Hal ini berarti kurangnya kapasitas dasar untuk berpartisipasi secara
efektif dalam masyarakat sehingga tidak memiliki cukup makanan dan pakaian
untuk keluarga, tidak dapat bersekolah atau pergi ke klinik; tidak memiliki tanah
untuk bercocok tanam, tidak memiliki pekerjaan untuk mencari nafkah, dan tidak
memiliki akses ke kredit. Kondisi ini mencerminkan ketidakberdayaan dan
pengucilan dari individu, rumah tangga serta masyarakat, sehingga menimbulkan
kerentanan terhadap kekerasan, serta hidup pada lingkungan marginal yang rapuh,
tanpa akses ke air bersih atau kebersihan.
Menurut Adefolalu (1992 dalam Akwara, et al., 2013: 5), kemiskinan
disebabkan oleh apa yang disebut "kekuatan eksogen" atau kekuatan di luar
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA TAHUN2008-2013SIDTHISONE, CANDLEUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
kendali individu seperti, standar hidup yang tinggi, biaya hidup yang tinggi,
pendidikan yang tidak memadai, pengangguran dan degradasi lingkungan. Selain
itu, "kekuatan endogen" atau kekuatan yang berasal dari dalam diri manusia
seperti lepasnya tanggung jawab dan ketergantungan terhadap kesejahteraan, yang
mana hal ini diciptakan sendiri oleh manusia.
Kemiskinan bukan merupakan hal baru yang terjadi di Indonesia. Berbagai
perencanaan, kebijakan, dan program pembangunan yang bertujuan untuk
mengurangi jumlah penduduk miskin telah dilakukan oleh pemerintah,
sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 11/2009 tentang kesejahteraan social
dan UU No. 13/2011 tentang penanganan fakir miskin, dengan cara, antara lain
memberikan bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, bantuan modal bunga
rendah Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada pengusaha kecil yang diharapkan
dapat tumbuh dan berkembang. Namun upaya tersebut belumlah cukup karena
masalah kemiskinan terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang
saling berkaitan. Tingkat kemiskinan pada suatu daerah dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), realisasi belanja publik (untuk pendidikan,
kesehatan dan infrastruktur) dan tingkat pengangguran.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu
Provinsi dari 34 Provinsi di wilayah Indonesia. DIY terletak di Pulau Jawa bagian
selatan.
Sebagai salah satu Provinsi yang memiliki predikat khusus “Istimewa” di
Indonesia, Provinsi DIY memiliki persentase penduduk miskin yang tinggi di atas
presentase penduduk miskin nasional. Walaupun persentase penduduk miskin
Provinsi DIY dan nasional mengalami penurunan dari tahun 2008—2013, tetapi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA TAHUN2008-2013SIDTHISONE, CANDLEUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Provinsi DIY belum dapat menurunkan persentase penduduk miskinnya di bawah
persentase penduduk miskin nasional. Persentase penduduk miskin Provinsi DIY
dan nasional tahun 2008—2013 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Nasional dan Penduduk Miskin
Provinsi DIY Serta Garis Kemiskinan Provinsi DIY Selama Tahun 2008—2013
Tahun
Jumlah
penduduk
miskin
Nasional
(Ribu Jiwa)
Pesentase
penduduk
miskin
Nasional
Jumlah
penduduk
miskin DIY
(Ribu Jiwa)
Pesentase
penduduk
miskin DIY
Garis Kemiskinan
Provinsi DIY
(Rp/kapita/Bulan)
2008 34.963,10 15,42 608.80 18,32 202.362
2009 32.530,00 14,15 574.90 17,23 220.830
2010 31.023,60 13,33 539.60 16,83 224.258
2011 29.890,14 12,36 564.30 16,14 257.909
2012 28.594,64 11,66 562.10 15,88 270.110
2013 28.553,97 11,47 541.90 15,03 303.843
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2008—2013 (diolah)
Tabel 1.1 menunjukkan penurunan jumlah penduduk miskin nasional dari
tahun 2008—2013. Jumlah penduduk miskin nasional tahun 2008 sebesar
34.963,10 ribu jiwa turun menjadi 32.530,00 ribu jiwa pada tahun 2009, ada
penurunan sebesar 2.443,10 ribu jiwa. Tahun 2010 jumlah penduduk miskin
sebesar 31.023,60 ribu jiwa; ada penurunan dari tahun 2009 sampai sebesar
1.506,40 ribu jiwa; pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin sebesar 29.890,14
ribu jiwa; ada penurunan dari tahun 2010 sebesar 1.133,46 ribu jiwa; Tahun 2012
jumlah penduduk miskin sebesar 28.594,64 ribu jiwa; ada penurunan dari tahun
2011 sebesar 1.295,50 ribu jiwa. Tahun 2013 jumlah penduduk miskin sebesar
28.553,97 ribu jiwa; ada penurunan dari tahun 2012 sebesar 40,67 ribu jiwa.
Penurunan jumlah penduduk miskin juga terjadi di Provinsi DIY. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 1.2.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA TAHUN2008-2013SIDTHISONE, CANDLEUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
Table 1.2 Jumlah Penduduk Miskin Nasional, Provinsi DIY
dan Kabupaten di DIY (Ribu Jiwa)
No. Kabupaten/Kota Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Kab. Kulonprogo 97,90 89,90 90,00 92,80 92,40 86,50
2 Kab. Bantul 164,30 158,50 146,50 159,40 158,80 156,60
3 Kab. Gunungkidul 173,50 163,70 148,70 157,10 156,50 152,40
4 Kab. Sleman 125,00 117,50 116,60 117,30 116,80 110,80
5 Kota Yogyakarta 48,10 45,30 37,80 37,70 37,60 35,60
6 Provinsi DIY 608,80 574,90 539,60 564,30 562,10 541,90
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2008—2013 (diolah)
Tabel 1.2 jumlah penduduk miskin Provinsi DIY dari tahun 2008—2013
menunjukkan tren menurun. Tahun 2008 jumlah penduduk miskin sebesar 608,80
ribu jiwa; pada tahun 2009 sebesar 574,90 ribu jiwa; ada penurunan dari tahun
2008 sebesar 33.90 ribu jiwa. Tahun 2010 jumlah penduduk miskin sebesar
539,60 ribu jiwa ada penurunan dari tahun 2009 sejumlah 35,30 ribu jiwa. Tahun
2011 jumlah penduduk miskin sebesar 564,30 ribu jiwa; ada peningkatan dari
tahun 2010 sebesar 24,70 ribu jiwa. Tahun 2012 jumlah penduduk miskin sebesar
562,10 ribu jiwa; ada penurunan dari tahun 2011 sebesar 2,20 ribu jiwa; dan pada
tahun 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 541,90 ribu jiwa; ada penurunan dari
tahun 2012 sebesar 20,20 ribu jiwa.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA TAHUN2008-2013SIDTHISONE, CANDLEUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2008—2013 (diolah)
Gambar 1.1 Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota, Provinsi DIY dan Nasional
Tahun 2008–2013
Perbandingan penurunan presentase penduduk miskin di DIY dan Nasional
dari tahun 2008—2013 ditunjukkan pada Gambar 1.1. Tingkat kemiskinan
Provinsi DIY masih berada di tingkat 16,57 persen atau lebih tinggi dari tingkat
kemiskinan secara nasional, yaitu 13,07 persen. Rata-rata distribusi kemiskinan
berdasarkan masing-masing kabupaten/kota dalam 6 tahun adalah: Kabupaten
Kulonprogo sebesar 23,88 persen, Kabupaten Bantul sebesar 17,22 persen,
Kabupaten Gunungkidul sebesar 23,37 persen, Kabupaten Sleman sebesar 10,90
persen, dan Kota Yogyakarta sebesar 9,78 persen.
Secara umum tingkat kemiskinan di DIY mengalami penurunan dari tahun
ke tahun. Dari 4 kabupaten dan 1 kota yang ada di DIY, Kabupaten Kulonprogo
dan Gunungkidul merupakan 2 kabupaten dengan tingkat kemiskinan terparah.
Tingkat kemiskinan terendah adalah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.
Dengan data tersebut juga dapat dikatakan terjadi ketimpangan pendapatan
2008 2009 2010 2011 2012 2013rata-rata
Kab. Kulonprogo 26.85 24.65 23.15 23.62 23.62 21.39 23.88
Kab. Bantul 18.54 17.64 16.09 17.28 17.28 16.48 17.22
Kab. Gunungkidul 25.96 24.44 22.05 23.03 23.03 21.7 23.37
Kab. Sleman 12.34 11.45 10.7 10.61 10.61 9.68 10.90
Kota Yogyakarta 10.81 10.05 9.75 9.62 9.62 8.82 9.78
Provinsi DIY 18.32 17.23 16.83 16.14 15.88 15.03 16.57
Nasional 15.42 14.15 13.33 12.36 11.66 11.47 13.07
0
5
10
15
20
25
30
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA TAHUN2008-2013SIDTHISONE, CANDLEUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
antarwilayah Kabupaten/Kota (ketimpangan regional) di wilayah DIY. Angka
kemiskinan di berbagai wilayah DIY mengalami penurunan, akan tetapi angka
penurunun kemiskinan relatif lambat. Kondisi ini diperparah dengan adanya
angka kemiskinan relatif yang lebih tinggi dibandingkan angka kemiskinan relatif
secara nasional.
Tabel 1.3 Presentase Penduduk Miskin di Pulau Jawa (persen), 2008—2013
Provinsi Tingkat Kemiskinan
Rata-rata 2008 2009 2010 2011 2012 2013
DKI Jakarta 4,29 3,62 3,48 3,75 3,69 3,72 3,76
Jawa Barat 13,01 11,96 11,27 10,65 10,09 9,61 11,10
Jawa Tengah 19,23 17,72 16,56 15,76 15,34 14,44 16,51
DI Yogyakarta 18,32 17,23 16,83 16,14 15,88 15,03 16,57
Jawa Timur 18,51 16,68 15,26 14,23 13,4 12,73 15,14
Banten 8,15 7,64 7,16 6,32 5,85 5,89 6,84
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2008—2013 (diolah)
Tabel 1.3 menunjukkan persentase penduduk miskin di Pulau Jawa dari
tahun 2008—2013 mengalami penurunan. Hal ini ditunjukkan dari Laporan BPS
bahwa Tingkat kemiskinan di Pulau Jawa dalam 6 tahun memiliki rata-rata: DKI
sebesar 3,76 persen, Jawa Barat sebesar 11,10 persen, Jawa Tengah 16,51 persen,
Jawa Timur sebesar 15,14 persen, Banten 6,84 persen, dan Daerah Istimewa
Yogyakarta sebesar 16,46 persen. Untuk masing-masing tahun Provinsi DIY dari
tahun 2008 sebesar 18,32 persen, dari tahun 2009 sebesar 17,23 persen, dari tahun
2010 sebesar 16,83 persen, dari tahun 2011 sebesar 16,14 persen, dari tahun 2012
sebesar 15,88 persen dan dari tahun 2013 sebesar 15,03 persen, rata-rata tingkat
kemiskinan DIY adalah 16,57 persen, sebagaimana dapat lihat pada Gambar 1.2.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA TAHUN2008-2013SIDTHISONE, CANDLEUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2008—2013 (diolah)
Gambar 1.2 Rata-rata Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa (persen)
Tahun 2008—2013
Gambar 1.2 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Provinsi DIY
masih cukup tinggi dengan menempati urutan pertama dari seluruh Provinsi di
Pulau Jawa. Untuk mengurangi angka kemiskinan tersebut, Pemerintah Provinsi
DIY menempuh berbagai upaya untuk penanggulangan kemiskinan, antara lain
dimulai dari pendataan warga miskin dengan sistem “by name by address” oleh
Badan Pusat Statistik DIY. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh BPS tersebut
adalah Rumah Tangga Sasaran (RTS).
RTS adalah rumah tangga yang akan diberikan bantuan sebagaimana
tercantum dalam keputusan Gubernur No. 90/KEP/2013 tentang Penetapan
Rumah Tangga Sasaran dan Jumlah Bantuan Keuangan Khusus kepada
kabupaten/kota. Program kedua adalah Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM Mandiri Perkotaan). Pelaksanaan PNPM Mandiri kemudian
dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar
pengembangan pemberdayaan masyarakat di pedesaan beserta program
pendukungnya seperti PNPM Generasi, Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat di
perkotaan, dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)
3.76
11.1
16.51 16.57 15.14
6.84
0
5
10
15
20
DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA TAHUN2008-2013SIDTHISONE, CANDLEUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
untuk pengembangan daerah tertinggal, pascabencana, dan konflik. Selain itu,
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang merupakan
program pemerintah yang secara substansi, berupaya dalam penanggulangan
kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan
lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.
Dengan berbagai upaya tersebut, nampaknya pekerjaan rumah pemerintah
DIY masih cukup banyak jika melihat dari jumlah penurunan angka kemiskinan
yang masih berkisar di bawah satu persen. Perlu ada identifikasi sumber-sumber
masalah maupun faktor-faktor apa saja yang perlu menjadi perhatian. Berdasarkan
hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka
mengidentifikasi faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi tingkat kemiskinan
di Provinsi DIY.
1.2 Keaslian Penelitian
Penelitian terdahulu mengenai tingkat kemiskinan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya telah dilakukan dibeberapa wilayah yang berbeda-beda, juga
waktu dan alat analisisnya pun berbeda-beda sebagai berikut.
Tabel 2.1 Daftar Studi Empiris Terdahulu Terkait dengan Kemiskinan.
Peneliti/tahun
Lokasi
dan
periode
Alat analisis Hasil
Ahmad
dan Batul
(2013)
Pakistan Johanson
cointegration Test,
Vector Error
Correction Model
(VECM), Wald Test
dan Granger
causality test
Penelitian ini tidak menemukan hubungan
jangka panjang yang signifikan antara
tingkat kemiskinan dan belanja pendidikan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa,
peningkatan alokasi anggaran untuk
pendanaan sektor pendidikan saja tanpa
mengurangi tingkat kemiskinan, tidak akan
cukup untuk meningkatkan status
pendidikan dari negara.
Perzes (2014) Pakistan
1972—
2006
Agumented Dickey
Fuller, causality
and Johansen
cointegration
Tingkat pendidikan dan penerimaan kotor
memiliki hubungan negatif dan signifikan
pada efek kemiskinan jangka panjang tetapi
harapan hidup memiliki dampak positif
terhadap kemiskinan.
Awan et al. Pakistan Household Income Tingkat pendidikan berkontribusi secara
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA TAHUN2008-2013SIDTHISONE, CANDLEUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
(2011) 1998—
1997 dan
2001—
2002
and Expenditure
Survey (HIES)
signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
Jonaidi, (2012) Indonesia
1998—
2009
1. Regresi data
panel atua pooled
time-series cross
section
menggunakan
time series.
2. Analisis
deskriptif dan
ekonometrik
menggunakan
model persamaan
simultan.
Pertumbuhan ekonomi, investasi, harapan
hidup, melek huruf dan lama pendidikan
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan di Indonesia.
Olga dan
Vijayakumar,
(2012)
Sri Lanka Analisis OLS
regresi, F-statistics
dan
Durbin–Watson
stat.
Pekerjaan di sektor indistri, pendidikan,
akses terhadap pasar dan infrastruktur
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan.
Mehmood dan
Sadiq (2010)
Pakistan
1976-2010
ECM Model, dan
John
Cointergration
Hasil menujukkan hubungan negatif antara
pengeluaran pemerintah.
Iniguez-
Montiel, (2014)
Mexico
periode
1992—
2008
Growth Incidence
Curves (GICs)
Kemiskinan mengurangi efek pertumbuhan
yang telah diidentifikasi, hasil penelitian
menunjukkan bahwa penurunan diamati
dari ketimpangan pendapatan kontribusi
cukup merata terhadap pengurangan
kemiskinan di Mexico.
Tukoboya,
(2012)
Maluku
Utara
2006—2011
Regresi data panel Laju pertumbuhan ekonomi dan realisasi
pengeluaran pemerintah di bidang
pendidikan dan kesehatan berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan.
Jauhar, (2016) Sulawesi
Barat
2005—
2013
Regresi data panel Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
PDRB riil per kapita, angka melek huruf,
angka penyerapan angkatan kerja,
presentase jumlah penduduk yang bekerja
di sektor pertanian, dan upah minimum
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan.
Dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini
mempunyai persamaan dan perbedaan. Penelitian ini memiliki persamaan dengan
penelitian terdahulu, yaitu penggunakan variabel tingkat kemiskinan sebagai
variabel terikat (dependent variabel). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah penggunakan PDRB riil per kapita (PDRB), Pendidikan
diproksikan rata-rata lama sekolah (PEND), Angkatan Kerja (AK), dan Belanja
Modal (BML) sebagai variabel bebas (independent variabel). Selain itu, periode
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA TAHUN2008-2013SIDTHISONE, CANDLEUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
penelitian yang digunakan adalah 6 tahun yaitu dari tahun 2008—2013. Perbedaan
lain adalah lokasi penelitian di DIY yang terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota yaitu:
Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten
Sleman, dan Kota Yogyakarta.
1.3 Rumusan Masalah
Tingkat kemiskinan di Provinsi DIY berada di atas rata-rata tingkat
kemiskinan di Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di
Provinsi DIY masih cukup tinggi dan terdapat 3 Kabupaten di DIY yang memiliki
tingkat kemiskinan yang tinggi. Oleh karena itu, analisis terkait faktor-faktor yang
memengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi DIY perlu dilakukan.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka ada
beberapa pertanyaan penelitian yang akan dijawab di dalam penelitian ini. Oleh
kerena itu, pertanyaan penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi
tingkat kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008—2013?
1.5 Tujuan Penelitian
Beradasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penilitan sebelumnya.
Oleh karena itu, tujuan penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi tingkat kemiskinnan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun
2008—2013.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA TAHUN2008-2013SIDTHISONE, CANDLEUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
1. Sebagai bahan masukan untuk pihak yang memerlukan kajian lebih dalam
mengenai kemiskinan di masa akan datang.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Daerah kota Yogyakarta, Kabupaten
Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Sleman
dan Pemerintah Provinsi DIY dalam mengambil kebijakan.
3. Sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kemiskinan sehingga dapat diambil kebijakan yang
tepat untuk mengatasi masalah kemiskinan di DIY.
4. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji bidang
yang sama dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini terdiri dari 5 Bab, secara garis besar sebagai berikut.
Bab I terdiri dari Pendahuluan yang berisikan latar belakang, keaslian penelitian,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan. Bab II adalah Landasar Teori yang terdiri dari, teori,
menentukan model penelitian, kerangka penelitian serta kajian penelitian
terdahulu. Bab III merupakan Metode Penelitian yang terdiri dari desain
penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional, model analisis data.
Bab IV merupakan Hasil Analisis yang memuat mengenai deskripsi data dan
pembahasan. Bab V merupakan Kesimpulan dan Saran.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA TAHUN2008-2013SIDTHISONE, CANDLEUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/