84
DESAIN PRODUK HOLDER CONNECTOR VGA DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Persyaratan Akademik Mata Kuliah Tugas Akhir pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Widyatama Disusun oleh : NAMA : RIAN PERMANA NPM : 05.07.008 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS WIDYATAMA SK Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor: 045/BAN-PT/AK-XII/S1/II/2010 Tanggal 5 Februari 2010 BANDUNG 2013

0507008 Rian Permana Skripsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skripsi

Citation preview

Page 1: 0507008 Rian Permana Skripsi

DESAIN PRODUK HOLDER CONNECTOR VGA

DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Persyaratan Akademik Mata Kuliah Tugas Akhir

pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Widyatama

Disusun oleh :

NAMA : RIAN PERMANA

NPM : 05.07.008

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS WIDYATAMA

SK Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)

Nomor: 045/BAN-PT/AK-XII/S1/II/2010

Tanggal 5 Februari 2010

BANDUNG

2013

Page 2: 0507008 Rian Permana Skripsi

i

LEMBAR PENGESAHAN

DESAIN PRODUK HOLDER CONNECTOR VGA

DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

SKRIPSI

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI - FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WIDYATAMA

Disusun Oleh:

Nama : Rian Permana

NPM : 05.07.008

Telah Disetujui dan Disahkan di Bandung, Tanggal ...................................

Menyetujui:

Pembimbing

(Didir Damur Rochman, ST., MT.)

Mengesahkan: Ketua Program Studi

Teknik Industri

Dekan Fakultas Teknik

(Didit Damur Rochman, ST., MT.) (Setiadi Yazid, Ir., M.Sc., Ph.D.)

Page 3: 0507008 Rian Permana Skripsi

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rian Permana

NPM : 05.07.008

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 27 Januari 1989

Alamat : Jl. Arcamanik Sindanglaya Ds. Sindangjaya –

Bandung

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: “DESAIN PRODUK

HOLDER CONNECTOR VGA DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

(QFD)”adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat, atau materi dari

sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak

sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan

dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar Sarjana Teknik yang nanti saya

dapatkan.

Bandung, Februari 2013

(Rian Permana)

Page 4: 0507008 Rian Permana Skripsi

iii

ABSTRAK Kegiatan mengajar sering terganggu karena LCD proyektor tidak dapat

beroperasi dengan baik.Kerusakan-kerusakan pada LCD proyektor ini disebabkan

oleh banyak hal, mulai dari lampu yang sudah melemah, adanya kerusakan lensa dan

lain-lain.Tetapi 80% kerusakan disebabkan karena, kerusakan konektor dan kabel

proyektor. Diharapkan pembuatan holder connector ini mampu mengurangi

kerusakan konektor VGA dan memperlancar proses mengajar dikelas.

Perancangan holder connector dengan menggunakan metode Quality Function

Deployment dilakukan karena, QFD dapat membuat produk berdasarkan keinginan

serta kebutuhan para pengguna LCD proyektor.Perancangan produk dengan QFD ini

membutuhkan customer voices untuk menyusun matriks pada House of Quality.

Kebutuhan primer bagi para pengguna yang didapat dari customer voices ini nantinya

akan dijadikan dasar untuk merancang dan membuat holder connector VGA.Setelah

melakukan perancangan, holder connector VGA ini kemudian di cetak dengan

menggunakan Printer 3D dalam prototyping holder connector.

Holder connector ini diharapkan mampu untuk mengurangi kerusakan pada

LCD proyektor sebesar 80% yang merupakan hasil dari jumlah kerusakan LCD

proyektor yang disebabkan oleh konektor dan kabel. Jika akan diproduksi, holder

connector ini menghabiskan biaya per unit sebesar Rp.4.697.

Kata kunci: Quality Function Deployment, Desain, Holder Connector

Page 5: 0507008 Rian Permana Skripsi

iv

ABSTRACT

Teaching activities are often disturbed because of the LCD projector cannot

operate properly. Damage to the LCD projector was caused by many things, ranging

from a light bulb which is already weakened, there is damage to the lens and others.

But 80% of damage caused due to damage to the cable and the connector of the

projector. Expected production of holder connector is capable of reducing the

damage the VGA connector and streamline the process of teaching a class.

The design holder connector using Quality Function Deployment QFD, done

because it can make the products according to the wishes and needs of the users of

the LCD projector. Designing products with QFD requires customer voices to

compile the matrix on the House of Quality. Basic needs for those users who

obtained from customer voices this will be relied upon to design and make the holder

VGA connector. After doing the design, VGA connector holder is then printed using

a 3D Printer in prototyping holder connector.

Holder connector is expected to be able to reduce the damage to the LCD

projector for 80% which is a result of the amount of damage caused by the projector

LCD connectors and cables. If you want this connector holder produced, the cost per

unit is Rp. 4.697.

Keywords: Quality Function Deployment, Design, Holder Connector

Page 6: 0507008 Rian Permana Skripsi

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena telah memberikan

kesehatan dan berkahnya kepada saya hingga bisa menyelesaikan skripsi yang

berjudul “DESAIN PRODUK HOLDER CONNECTOR VGADENGAN QUALITY

FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)” dengan baik.

Skripsi ini disusun dengan melakukan penelitian di Universitas

Widyatama.Dikarenakan ilmu pengetahuan saya yang masih terbatas, maka dalam

penulisan skripsi ini banyak sekali orang yang terlibat didalamnya agar skripsi ini

menjadi lebih sempurna dan lebih baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua yang saya cintai, yang telah memberikan dukungan moril dan materil

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan semua kewajiban sebagai mahasiswa.

2. Kakak-kakak yang saya sayangi, yang telah menjadi contoh kepada penulis selama

menjadi mahasiswa.

3. Bapak Didit Damur Rochman, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik

Industri dan Dosen Pembimbing, yang telah rela berbagi ilmu dan dengan sabar

menuntun penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap dosen Teknik Industri yang telah memberikan ilmunya kepada saya dan

semoga ilmu tersebut bermanfaat untuk masa depan saya.

5. Teman-Teman TI 2007, yang selalu setia berbagi suka dan duka serta menjadi

penyemangat.Dea, Yazz, Lia dan Rio yang menjadi teman sampai titik akhir.

6. Indra, Dika dan Basten yang telah memberikan banyak motivasi dan inspirasi kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Atas bantuan dan

dorongan serta motivasinya penulis ucapkan terima kasih.

Page 7: 0507008 Rian Permana Skripsi

vi

Tulisan ini mungkin masih banyak kekurangan atau penulisan yang salah,

dengan ini saya minta kepada para dosen atau pihak lain dapat memberikan kritik

dan saran yang membangun supaya skripsi ini menjadi skripsi yang sempurna, dan

dapat bermanfaat bagi orang lain yang membacanya.

Bandung, Februari 2013

Rian Permana

Page 8: 0507008 Rian Permana Skripsi

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Tujuan Penelitian 2

1.4. Batasan Masalah 3

1.5. Sistematika Penulisan 3

BAB II LANDASAN TEORI 5

2.1. Desain 5

2.1.1. Pengertian Desain 5

2.1.2. Peranan Desain Produk 6

2.2. Quality Function Deployment 7

2.2.1. Perkembangan dan Manfaat Quality Function Deployment 9

2.3. Tahapan Quality Function Deployment 13

2.3. Analitychal Hierarchy Process 15

Page 9: 0507008 Rian Permana Skripsi

viii

2.3.1. Prinsip Dasar Analythical Hierarchy Process 18

2.3.2. Analisis Sensitivitas Pada Bobot Prioritas Dari Kriteria Keputusan 19

2.4. Harga Pokok Produksi 20

2.4.1. Pengertian Biaya 20

2.4.2. Penggolongan Biaya 20

2.4.3. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi 22

2.4.4. Metode Pengumpulan Biaya Produksi 24

2.5. Diagram Sebab Akibat 24

2.5.1. Diagram Pareto 25

2.5.2. Diagram Sebab Akibat 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29

3.1. Studi Literatur 30

3.2. Perumusan Masalah 30

3.3. Penetapan Tujuan Penelitian 30

3.4. Pengumpulan Data 31

3.5. Pengolahan Data 31

3.6. Analisis 33

3.7. Kesimpulan dan Saran 33

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 34

4.1. Pengumpulan Data 34

4.1.1. Data LCD Proyektor 34

4.1.2. Data Kerusakan Proyektor 34

4.1.3. Customer Voice 36

4.2. Pengolahan Data 38

4.2.1. Persentase Kerusakan Proyektor 39

4.2.2. QualityFunctionDeployment 39

Page 10: 0507008 Rian Permana Skripsi

ix

4.2.3. Perancangan Produk 53

4.2.4. Harga Pokok Produksi 58

BAB V ANALISIS 59

5.1. Analisis Kerusakan Menggunakan Diagram Pareto 59

5.2. Analisis Perancangan Dengan Metode Quality Function Deployment 61

5.3. Analisis Perancangan 62

5.4. Analisis Harga Pokok Produksi 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 63

6.1. Kesimpulan 63

6.2. Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN I 66

LAMPIRAN II 67

LAMPIRAN III 68

Page 11: 0507008 Rian Permana Skripsi

x

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 4. 1 Data Distribusi Proyektor 2012 Berdasarkan Gedung 34

Tabel 4. 2 Jumlah kerusakan LCD Proyektor 35

Tabel 4. 3 Customer Voice 37

Tabel 4. 4 Presentase Kerusakan Konektor 39

Tabel 4. 5 Pengelompokan Berdasarkan Affinity Diagram 40

Tabel 4. 6 Symbol Impact 44

Tabel 4. 7 Technical Importance 45

Tabel 4. 8 Technical Importance Setelah Di Susun 46

Tabel 4. 9 Hasil Sintesis Pada Alternatif Bentuk 48

Tabel 4. 10 Hasil Sintesis Pada Alternatif Fleksibilitas 48

Tabel 4. 11 Hasil Sintesis Pada Alternatif Fleksibilitas 49

Tabel 4. 12 Hasil Sintesis Pada Alternatif Material 50

Tabel 4. 13 Hasil Sintesis Pada Alternatif Fungsi 50

Tabel 4. 14 Hasil Sintesis Pada Alternatif Instalasi 52

Tabel 4. 15 Hasil Technical Response 55

Tabel 4. 16 Harga Bahan Baku 58

Tabel 4. 17 Harga Pokok Produksi 58

Tabel 5. 23 Data Kerusakan Proyektor 59

Tabel 5. 24 Tabel Jenis Kerusakan 59

Page 12: 0507008 Rian Permana Skripsi

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 House Of Quality 8

Gambar 2. 2 Organizational Motivation 10

Gambar 2. 3 Hirarki Keputusan 18

Gambar 2. 4 Diagram Pareto 26

Gambar 2. 5 Diagram Tulang Ikan 28

Gambar 3. 1 Flowchart Tahapan Penelitian 29

Gambar 4. 1 Kerusakan 1 36

Gambar 4. 2 Kerusakan 2 36

Gambar 4. 3 Kerusakan 3 36

Gambar 4. 4 Kerusakan 4 36

Gambar 5. 1 Diagram Pareto 60

Gambar 5. 2 Fishbone Diagram 61

Gambar 5. 3 Technical Importance 61

Gambar 5. 4 Hasil Perancangan 62

Page 13: 0507008 Rian Permana Skripsi

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 House of Quality 66

Lampiran 2 Hierarki AHP 67

Lampiran 3 Expert Choise 68

Page 14: 0507008 Rian Permana Skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini teknologi sangat berpengaruh dalam mendukung semua kegiatan

manusia di mukabumi. Semua orang tidak bisa lepas dari teknologi, baik itu

teknologi canggih ataupun teknologi sederhana.Contoh kecilnya semua orang sangat

membutuhkan telepon genggam untuk berkomunikasi.Teknologi-teknologi yang ada

sangat membantu manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Teknologi-teknologi yang

diterapkan dalam bidang pendidikan sangatlah pesat, ini dikarenakan semua pelajar

harus mampu menguasai apa yang akan mereka hadapi di dunia kerja nantinya.

Sarana belajar saat ini sangat tergantung pada teknologi yang digunakan, baik pada

saat mengerjakan tugas, ujian ataupun melakukan presentasi. Sarana belajar yang

baik dan lengkap akan sangat membantu parasiswa dalam melaksanakan kegiatan

belajar. Semua peralatan penunjang dalam proses belajar haruslah dalam keadaan

baik dan dapat dioperasikan. Mulai dari jaringan internet, komputer, proyektor dan

lain-lain. Ketergantungan akan teknologi didalam kelas sangat tinggi, dikarenakan

kegiatan didalam kelas memiliki pressure yang berbeda jika dibandingkan dengan

mengerjakan tugas diluar kelas.

Kegiatan belajar dan mengajarakan terganggu jika peralatan yang mendukung

kegiatan belajar mengajar mengalami sedikit masalah. Seperti pada saat presentasi,

jika proyektor yang akan digunakan mengalami masalah maka kegiatan belajar pun

akan terganggu. Beberapa kerusakan yang terjadi pada saat penggunaan proyektor

antara lain, filter/saringan yang kotor, kerusakan kabel konektor dan konektor yang

menyebabkan tidak terdeteksinya input dari computer atau laptop. Kotornya saringan

pada proyektor dapat dibersihkan secara berkala oleh bagian maintenance,

sedangkan untuk konektor tidak ada penanganan khusus untuk mencegah kerusakan

Page 15: 0507008 Rian Permana Skripsi

2

terjadi pada konektor. Padahal jika saringan pada proyektor kotor, proyektor masih

dapat digunakan meskipun dengan adanya notifikasi yang mengganggu tampilan

presentasi. Kerusakan konektor yang terjadi berakibat pada proyektor yang tidak

dapat menerima input dari komputer atau laptop sehingga presentasi tidak dapat

dilakukan sama sekali.

Jumlah kerusakan yang ada di Universitas Widyatama dari total proyektor

sebanyak 35 unit atau sebesar 22,44% dan kerusakan akibat terinjaknya konektor dan

kerusakan kabel sebanyak 29 atau sebesar 82.86%. Melihat dari nilai tersebut,

kerusakan akibat terinjaknya konektor dan rusaknya kabel karena penyimpanan yang

salah lebih dari setengah dari jumlah keseluruhan dari kerusakan total.

Berdasarkan data kerusakan konektor dan kabel diatas, makaakan lebih baik

jika ada suatu alat yang dapat mengurangi kerusakan tersebut. Untuk itu, akan dibuat

sebuat holder untuk menyimpan konektor agar konektor dapat ditempatkan pada

tempat yang aman atau tidak terinjak. Metode yang akan digunakan adalah metode

Quality Function Deployment (QFD). Metode QFD digunakan karena, metode ini

dapat didukung dengan data-data yang ada pada saat observasi penelitian ini

dilakukan. Sehingga dapat memperlancar proses pengerjaan penelitian ini.

1.2. Perumusan Masalah

Melihat apa yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka akan dilakukan

sebuah kajian yang diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana merancang tempat penyimpanan konektor VGA pada LCD

proyektor sehingga kerusakan pada konektor dapat dikurangi?

2. Berapa besar biaya pokok produksi holder konektor tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Melihat perumusan masalah yang telah disusun, maka dapat disebutkan tujuan

utama dalam penulisan laporan skripsi ini:

1. Mendesain sebuah holder untuk konektor VGA pada LCD proyektor dengan

menggunakan QFD.

2. Menentukan biaya per unit produk hasil desain rancangan holder konektor.

Page 16: 0507008 Rian Permana Skripsi

3

1.4. Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan tetap relevan dengan tujuan penelitian,

sehingga tujuan-tujuan penelitian dapat dicapai dengan baik maka penelitian ini

hanya meliputi:

1. Penelitian dilakukan di Universitas Widyatama jalan Cikutra No. 204A

Bandung.

2. House of Quality pada proses QFD hanya House of Qualityhanya untuk

desain produk saja, House of Quality untuk manufaktur dan lain-lain tidak

dibuat.

3. Konektor VGA yang dipakai adalah konektor VGA 15 pin standard.

1.5. Sistematika Penulisan

Penyusunan sistematika penulisan dimaksudkan untuk lebih mempermudah

penyampaian informasi berdasarkan aturan dan urutan yang sistematis. Sistematika

penulisan laporan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

A. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, pokok permasalahan yang dikaji beserta

perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup masalah dan sistematika

penulisan.

B. BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas teori-teori dan konsep yang menjadi landasan berpikir serta

dasar dalam penyusunan kerangka penelitian. Teori-teori yang digunakan adalah

teori yang relevan dengan topik kajian.

C. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan pendekatan dan model masalah beserta langkah-langkah yang

dilakukan dalam penelitian dari awal sampai akhir untuk menyelesaikan masalah.

D. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisikan pengumpulan data yang terdiri dari data umum perusahaan,

data-data yang mendukung pemecahan masalah beserta pengolahan data yang akan

digunakan untuk melakukan análisis sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan

penelitian.

Page 17: 0507008 Rian Permana Skripsi

4

E. BAB V ANALISIS

Bab ini berisi interpretasi dari hasil pengolahan data penelitian dengan

berlandaskan teori sesuai dengan metodologi penelitian.

F. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang dirumuskan dari pembahasan masalah sesuai

dengan tujuan penelitian dan saran-saran yang berhubungan dengan penelitian

sebagai masukan bagi pihak yang memiliki kepentingan.

Page 18: 0507008 Rian Permana Skripsi

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Desain

2.1.1. Pengertian Desain

Menurut Kotler & Keller (2012), desain adalah sejumlah fitur-fitur yang

berdampak pada bagaimana suatu produk terlihat, dirasakan, dan berfungsi pada

konsumen. Desain merujuk pada pengorganisasian berbagai elemen dalam kemasan

(Kotler & Amstrong, 2001).

Hal tersebut senada dengan definisi yang dikemukakan oleh Eames (dalam

Morris, 2009), yaitu desain adalah sebuah rencana dalam menyusun elemen-elemen

terbaik yang digunakan untuk menyempurnakan sesuatu dengan tujuan

tertentu.Desain dipahami sebagai alat persaingan yang ampuh untuk meningkatkan

nilai suatu produk (Stokholm, 2003).

Desain juga dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas luas dari inovasi desain

dan teknologi yang digagaskan, dibuat, dipertukarkan (melalui transaksi jual-beli)

dan fungsional. Desain merupakan hasil kreativitas budidaya manusia yang

diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang memerlukan perencanaan,

perancangan maupun pengembangan desain, yaitu mulai dari tahap menggali ide atau

gagasan, dilanjutkan dengan tahapan pengembangan, konsep perancangan, sistem

dan detail, pembuatan prototype dan proses produksi, evaluasi, dan berakhir dengan

tahap pendistribusian. Jadi dapat disimpulkan bahwa, desain selalu berkaitan dengan

pengembangan ide dan gagasan,pengembangan teknik, proses produksi serta

peningkatan pasar (Wardani, 2003). Berdasarkan uraian di atas, maka desain adalah

suatu pengembangan ide dan gagasan yang dilakukan secara sadar pada sejumlah

fitur-fitur yang berdampak pada bagaimana suatu produk terlihat.

Page 19: 0507008 Rian Permana Skripsi

6

2.1.2. Peranan Desain Produk

Menurut Bagas (dalam Wardani, 2003), untuk menilai suatu hasil akhir dari

produk sebagai kategori nilai desain yang baik biasanya ada tiga unsur yang

mendasarinya, yaitu fungsional, estetika, dan ekonomi.Kriteria pemilihannya adalah

function and purpose, utility and economic, form and style, image and

meaning.Unsur fungsional dan estetika sering disebut fit-form-function, sedangkan

unsur ekonomi lebih dipengaruhi oleh harga dan kemampuan daya beli

masyarakat.Desain yang baik berarti mempunyai kualitas fungsi yang baik,

tergantung pada sasaran dan filosofi mendesain pada umumnya, bahwa sasaran

berbeda menurut kebutuhan dan kepentingannya, serta upaya desain berorientasi

pada hasil yang dicapai, dilaksanakan dan dikerjakan seoptimal mungkin.

Ada sejumlah alasan mengapa desain suatu produk dapat mempengaruhi

pilihan konsumen terhadap suatu produk.Desain suatu produk menentukan kesan

pertama konsumen terhadap produk dan dapat mengkomunikasikan manfaat produk

tersebut secara cepat.Selain itu, tampilan suatu produk dapat meningkatkan nilai

produk itu sendiri karena banyak konsumen memilih membeli produk yang terlihat

estetis (Schoorman & Cruesen, 2005).

Schoorman & Cruesen (2005), membagi peran desain produk menjadi enam, yaitu

sebagai berikut:

1. Communication of aesthetic

Nilai estetika dari suatu produk berkaitan dengan kesenangan yang didapat dari

melihat produk, tanpa mempertimbangkan kegunaan produk tersebut. Ketika produk

alternatif lain memiliki fungsi dan harga yang hampir sama, konsumen akan memilih

produk yang menarik bagi mereka secara estetis. Beberapa penelitian telah

menentukan sifat-sifat dari suatu produk yang berhubungan dengan estetika, salah

satunya adalah warna suatu produk.

2. Symbolic

Penampilan suatu produk dapat mengkomunikasikan pesan produk

tersebut.Sebuah produk misalnya dapat terlihat “ceria”, “membosankan”, “mahal”,

dan“kekanakan”.

Page 20: 0507008 Rian Permana Skripsi

7

3. Functional

Nilai fungsional dari suatu produk berkaitan dengan fungsi kegunaan produk

yang ditunjukkan.Kegunaan suatu produk bisa langsung terlihat jelas dari

penampilannya.Contohnya adalah adanya pegangan pada sebuah produk

menunjukkan bahwa produk tersebut mudah dibawa.

4. Ergonomic product information

Nilai ergonomis suatu produk membutuhkan suatu penyesuaian produk

tersebut dengan kualitas manusia. Secara teknik, fungsi ergonomis suatu produk

dapat diimplementasikan pada sebuah produk dengan cara membuat produk menjadi

mudah digunakan. Hal ini mencakup aspek emosional dalam hal tidak adanya rasa

frustasi ketika menggunakan suatu produk dan produk tersebut memberikan

pengalaman penggunaan yang menyenangkan.Konsumen dapat membentuk kesan

tentang kemudahan penggunaan suatu produk atas dasar penampilan produk tersebut.

5. Attention drawing

Mendapatkan perhatian konsumen adalah langkah awal bagi suatu produk yang

memungkinkan konsumen untuk membeli suatu produk. Atensi adalah pembagian

kapasitas pengolahan informasi pada suatu stimulus. Secara umum, kemampuan

suatu produk dalam menarik perhatian konsumen dapat ditingkatkan melalui ukuran

ataupun penggunaan warna yang cerah.

6. Categorization

Konsumen menggunakan tampilan produk untuk mengkategorisasikan suatu

produk.Contohnya adalah, bentuk umum produk sabun mandi padat adalah

berbentuk kotak.

2.2. Quality Function Deployment

Quality Function Deployment (QFD) merupakan suatu metode yang digunakan

untuk menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan konsumen serta

mengelompokannya. QFD dapat digunakan baik pada perusahaan yang menawarkan

produk ataupun jasa bagi konsumen. Berikut ini beberapa definisi QFD:

a. QFD adalah metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan

dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan

keinginan konsumen serta mengevaluasi secara sistematis kapabilitas suatu

Page 21: 0507008 Rian Permana Skripsi

8

produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen,

1995).

b. QFD adalah suatu metodologi untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan

konsumen kedalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknis

dan karakteristik kualitas tertentu (Akao, 1990).

c. QFD adalah sebuah sistem pengembangan produk yang dimulai dari

merancang produk, proses manufaktur, sampai produk tersebut ke tangan

konsumen, dimana pengembangan produk berdasarkan keinginan konsumen

(Djati, 2003).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, QFD merupakan metode yang digunakan

untuk mengetahui keinginan konsumen dengan mengumpulkan customer voices dan

customer needs. Kedua hal tersebut kemudian diklasifikasi dan diurutkan

berdasarkan prioritas.Proses QFD dapat melibatkan satu atau lebih matriks.Matriks

pertama dalam QFD disebut juga dengan House of Quality (HoQ).Matiks tersebut

terdiri dari beberapa sub-matriks yang bergabung dengan beberapa cara, masing-

masing memiliki informasi yang saling berhubungan antar satu dengan yang lain.

DRelationships

(Impact of Technical Response on Customer

Needs and Benefits)

ACustomer

Needs and

Benefits

BPlanning

Matrix(Market

Research and

Strategic Planning)

FTechnical Matrix

(Technical Response Priorities, Competitive Technical Benchmark,

Technical Target)

CTechnical Response

ETechnical

Correlations

Gambar 2.1 House Of Quality

(Sumber: Quality Function Deployment, Cohen 1995)

Penggunaan QFD akan sangat membantu dalam proses perancangan produk

untuk memperoleh produk yang kompetitif dengan menciptakan produk yang sesuai

Page 22: 0507008 Rian Permana Skripsi

9

dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Bukan hanya menciptakan produk

sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen, tapi melibatkan konsumen

sebagai sumber inspirasi dalam perancangan dan perencanaan desain produk.

QFD bertujuan untuk memenuhi sebanyak mungkin kebutuhan dan keinginan

konsumen, bahkan berusaha melampaui harapan dan keiginan tersebut dengan

merancang dan menciptakan produk baru yang dapat bersaing dengan produk lain.

QFD berguna untuk untuk memastikan bahwa suatu perusahaan sebelum

perancangan dilakukan.

2.2.1. Perkembangan dan Manfaat Quality Function Deployment

Hal yang menjadi alasan utama perlunya dilakukan riset untuk

mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan pentingnya berkomunikasi dengan

pelanggan baik internal maupun eksternal adalah apakah produk yang akan

diproduksi dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Konsep QFD dikembangkan

untuk menjamin bahwa produk yang memasuki tahap produksi benar-benar akan

memenuhi kebutuhan pelanggan.

QFD dikembangkanpertama kali di Jepang oleh Mitshubishi’s Kobe Shipyard

pada tahun 1972, yang kemudian diadopsi oleh Toyota.Ford Motor Company dan

Xerix membawa konsep ini ke Amerika Serikat pada tahun 1986.Sejak saat itu QFD

banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang, Amerika Serikat dan

Eropa.Perusahaan-perusahaan besar seperti Procter & Gamble, General Motors,

Digital Equipment Corporation, Hewlett Packard dan AT & T kini menggunakan

konsep ini untuk memperbaiki komunikasi, pengembangan produk, serta proses dan

sistem pengukuran.

QFD menjadi terkenal di Amerika Serikat berkat usaha Don Clausing dari

Xerox yang kemudian beralih ke MIT, dan Bob King dari GOAL/QPC.Kedua orang

ini bekerja masing-masing hingga akhirnya bertemu pada Oktober 1985, ketika

Clausing mempresentasikan QFD di konferensi GOAL/QPCdi Massachusetts.Pada

saat itu, keduanya telah memperkenalkan serta memberika kontribusi terhadap

pengenalan QFD di Amerika Serikat.

Page 23: 0507008 Rian Permana Skripsi

10

Beberapa karakter QFD dalam bahasa Jepang antara lain:

a. Hinshitsu, yang berarti kualitas atau atribut.

b. Kino, yang berarti fungsi atau mekanisasi.

c. Tenkai, yang berarti penyebaran, pengembangan atau evolusi.

Motivasi suatu organisasi sama persis dengan motivasi manusia secara

individual. Persamaan diantara individu dan organisasi terbentuk secara natural,

karena organisasi tercipta untuk memenuhi kebutuhan dari setiap individu.Sebagai

seorang individu, pertama-tama kita membutuhkan makanan dan tempat tinggal,

dengan kata lain keamanan. Jaminan keamanan yang kita dapatkan akan

memudahkan kita untuk mencari tujuan baru seperti menambah inspirasi dari orang-

orang disekitar. Sebaliknya, jika keamanan akan makanan dan tempat tinggal kita

terganggu kita hanya akan mempunyai tujuan untuk mengamankan pasokan makanan

dan tempat tinggal. Seperti yang terlihat pada gambar 2.2.

SURVIVAL

SECURITYEXPANSION

Gambar 2.2 Organizational Motivation

(Sumber: Quality Function Deployment, Cohen 1995)

QFD sangat berperan penting dalam membantu suatu organisasi menjadi

lebih kuat, dan dapat bertahan, semakin aman serta semakin berkembang.Cara yang

paling mudah untuk membagi strategi dalam penangaan organisasi dibagi menjadi 2

kategori, yaitu mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan.

Mengurangi biaya dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti menurunkan

biaya pembelian material dan jasa, mereduksi overhead cost untuk kantor dan pabrik

atau mengurangi gaji karyawan. Pengurangan biaya juga dapat dilakukan dengan

menyederhanakan proses dan mengurangi langkah pengerjaan ulang dan

menurunkan pembuangan.

Page 24: 0507008 Rian Permana Skripsi

11

Kategori ke 2 dalam menangani suatu organisasi adalah dengan

menaingkatkan keuntungan perusahaan. Pada dasarnya, peningkatan keuntungan

dapat dilakukan dengan cara menjual produk atau jasa sebanyak-banyaknya atau

menambahkan keuntungan di tiap produk atau jasa. Kedua cara tersebut dapat

dicapai jika produk atau jasa yang dijual dapat lebih menarik perhatian konsumen.

Produk atau jasa yang dapat menarik kosumen adalah produk atau jasa yang sangat

memenuhi kebutuhan mereka.

QFD berkontribusi dalam meningkatkan keuntungan dengan membantu

perusahaan berkonsentrasi terhadap usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan

konsumen, serta sangat efektif dan akurat untuk menterjemahkan keinginan

konsumen menjadi desain produk atau jasa yang memiliki karakteristik yang tepat.

Penggunaan metode QFD dalam perancangan dan pengembangan produk

akan sangat membantu, karena akan meningkatkan nilai kompetitif bagi produk

tersebut dengan produk perusahaan lain. Beberapa manfaat QFD dalam proses

perancangan produk adalah (Dale, 1994):

1. Meningkatkan keandalan produk.

2. Meningkatkan kualitas produk.

3. Meningkatkan kepuasan konsumen.

4. Memperpendek time to market.

5. Mereduksi/mengurangi biaya desain produk.

6. Meningkatkan komunikasi antara perusahaan dan konsumen.

7. Meningkatkan produktivitas.

8. Meningkatkan keuntungan perusahaan.

Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses

pengembangan produk sedini mungkin. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa

pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk yang telah dihasilkan dengan

sempurna, bila mereka memang tidak menginginkan atau membutuhkannya. QFD

sendiri terdiri atas beberapa aktivitas berikut:

a. Penjabaran keperluan pelanggan (kebutuhan akan kualitas).

b. Penjabaran karakteristik kualitas yang dapat diukur.

c. Penentuan hubungan antara kebutuhan kualitas dan karaktersitik.

Page 25: 0507008 Rian Permana Skripsi

12

d. Penetapan nilai-nilai berdasarkan nagka tertentu terhadap masing-masing

karakteristik kualitas.

e. Penyatuan karakterisktik kualitas kedalam produk.

f. Perancangan, produksi dan pengendalian kualitas produk.

Penerapan QFD dapat mengurangi waktu desain sebesar 40% dan biaya desain

sebesar 60% secara bersamaan dengan dipertahankan dan ditingkatkannya kualitas

desain. QFD berperan besar dalam meningkatkan kerjasama tim interfungsional yang

terdiri dari anggota-anggrota departemen pemasaran, riset dan pengembangan,

pemanufakturan dan penjualan dalam focus pada pengembangan produk. Selain itu

ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari QFD bagi perusahaan yang berusaha

meningkatkan daya saingnya melalui perbaikan kualitas dan produktivitasnya secara

berkesinambugan. Manfaat-manfaat tersebut adalah:

1. Fokus pada Pelanggan

Organisasi TQM (Total Quality Management) merupakan organisasi yang

berfokus pada pelanggan.QFD memerlukan pengumpulan masukan dan umpan balik

dari konsumen.Informasi tersebut kemudian diterjemahkan kedalam sekumpulan

persyaratan konsumen yang spesifik.Kinerja organisasi dan pesaing dalam memenuhi

persyaratan tersebut dipelajari dengan teliti.Dengan demkian, organisasi dapat

mengetahui sejah mana organisasi itu sendiri dan pesaingnya memenuhi kebutuhan.

2. Efisisensi Waktu

QFD dapat mengurangi waktu pengembangan produk karena memfokuskan

pada persyaratan konsumen yang spesifik dan teah diidentifikasi dengan jelas.Oleh

karena itu, tidak terjadi pemborosan waktu untuk mengembangkan ciri-ciri produk

yang tidak atau hanya member sedikit nilai (value) kepada konsumen.

3. Orientasi Kerjasama Tim (Teamwork Oriented)

QFD merupakan pendekatan kerjasama tim. Semua keputusan dalam proses

didsarkan pada consensus dan dicapai melalui diskusi mendalam dan brainstorming/

oleh karena setiap tindakan yang perlu dilakukan diidentifikasi sebagai bagian dari

proses maka setiap individu memahami posisinya yang paling tepat dalam proses

tersebut, sehingga pada gilirannya hal ini mendorong kerjasama tim yang lebih

kokoh.

Page 26: 0507008 Rian Permana Skripsi

13

4. Orientasi pada Dokumentasi

Salah satu produk yang dihasilkan dari proses QFD adalah dokumen

komprehensif mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses yang

ada dan perbandingannya dengan persyaratan pelanggan. Dokumen ini berubah

secara konstan setiap kali ada informasi baru yang dipelajari dari informasi lama

yang dibuang. Informasi yang baru mengenai persyaratan pelanggan dan proses

internal, sangat berguna bila terjadi turnover.

2.3. Tahapan Quality Function Deployment

Sebelum merancang QFD, dilakukan terlebihdahulu pelaksanaan tahapan

perencanaan dan persiapan.Tahapan ini dilakukan bertujuan untuk mempermudah

pelaksanaan QFD dengan mengimplementasikan dalam beberapa kata kunci. Kata

kunci yang dimaksud adalah:

a. Menetapkan dukungan yang bersifat organisasi

Dukungan manajemen mengacu pada komitmen dari manajemen level atas

untuk menyediakan dan mengalokasikan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk

menyelesaikan aktifitas.Dukungan fungsional mengacu kepada komitmen dari

kelompok fungsional untuk berpartisipasi yang berhubungan dengan aktifitas QFD,

meliputi purchasing, manufacturing, quality assurance, sales dan

service.Pengembangan proses juga dilakukann meliputi purchasing, training,

marketing dan finance.

Dukungan teknikal QFD mengacu pada keterampilan yang dibutuhkan untuk

mengimplementasikan QFD.

b. Menentukan kemungkinan yang mungkin didapat

Beberapa keuntungan yang diberikan jika melaksanakan metode QFD antara lain:

• Dapat mengerti akan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

• Menghasilkan urutan dari kemampuan produk.

• Mengembangkan visi tim secara umum dari sebuah produk atau jasa

• Mendokumentasikan seluruh keputusan dan asumsi-asumsi selama

implementasi secara ringkas.

Page 27: 0507008 Rian Permana Skripsi

14

• Meminimasi kemungkinan pengulangan di tengah proyek. Keuntungan ini

didapat dari tersedianya informasi terbaru ditengah pengembangan produk

yang dapat ditambahkan dari House of Quality atau matriks QFD lainnya.

• Mempercepat perencanaan produk. Walaupun QFD tampak menghabiskan

waktu, sebagian besar kelompok menemukan bahwa perencanan produk

menjadi lebih cepat, lebih lengkap dan lebih efisien jika menggunakan struktur

House of Quality.

3. Memutuskan siapa pelanggan

a. Pentingnya definisi yang jelas.

Definisi yang jelas digunakan untuk memperkirakan hubungan antara produk

dengan kemampuan pelayanan dan kebutuhan pelanggan, agar keputusan menjadi

berarti.

b. Mengidentifikasi semua pelanggan yang mungkin.

Pelaksanaan tahap ini dengan membuat daftar pelanggan potensial, hal ini

dilakukan saat riset pasar. Alat yang berguna untuk mengatur daftar pelanggan

adalah Affinity Diagram yang digunakan untuk mengelompokan item-item

brainstorming.

c. Identifikasi pelanggan kunci.

Setelah dilakukan pengelompokan terhadap semua pelanggan, maka akan

didapat pelanggan kunci. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan dalam

memutuskan desain produk nantinya.Analytichal Hierarchy Process (AHP) adalah

salah satu metode alternatif yang dapat digunakan untuk memutuskan pemilihan

pelanggan kunci.

Pelaksanaan QFD pada dasarnya terdiri dari tiga tahapan, dimana semua

kegiatan pada masing-masing tahapan dapat diterapkan seperti pada sebuah proyek

dengan melakukan tahap perencanaan terlebih dahulu. Ketiga tahapan yang dilalui

tersebut adalah (Cohen, 1995):

1. Pengumpulan Voice of Customer

Pengumpulan voice of customer dilakukan dengan survey yang ditulis sebagai

atribut dari produk atau jasa.Atribut ini biasanya disebut sebagai data pelanggan

Page 28: 0507008 Rian Permana Skripsi

15

secara kualitatif dan informasi numeric tiap atribut sebagai data kuantitatif.Data

kualitatif secara umum diperoleh dari pembicaraan dan observasi langsung dengan

konsumen, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari survey atau penarikan suara.

2. Penyusunan House of Quality

Penerapan metode QFD dalam proses perancangan produk atau jasa diawali

dengan pembentukan matriks perencanaan produk atau sering disebut dengan House

of Quality.

3. Analisa dan Implementasi

Tahap ini dilakukan proses memasukan data yang telah didapat kedalam House

of Quality yang kemudian dianalisa agar nantinya dapat diimplementasikan dengan

baik.

Sedangkan Kannan (2008) membagi sistemQFD menjadi empat tahapan, yaitu:

1. Tahap perencanaan produk, juga dikenal sebagai House of Quality.

2. Tahapperencanaan.

3. Tahap perencanaan proses dan produksi.

4. Tahap perencanaan operasi.

Setiap tahap diatas diwujudkan oleh matriks yang terdiri satu sel input (disebut

‘whats’ dalam HOQ) dan output (disebut sebagai ‘hows’ dalam HOQ).

2.3. Analitychal Hierarchy Process

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.

Saaty pada tahun 70 – an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah

satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan

memperhatikan faktor – faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP

menggabungkan penilaian – penilaian dan nilai – nilai pribadi ke dalam satu cara

yang logis.

Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah multikriteria

yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat di artikan

bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),struktur

masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan,

Page 29: 0507008 Rian Permana Skripsi

16

pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia.

Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah

permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama

adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke

bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang

kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur

menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur

dan sistematis.

Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif

atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan

keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian – bagiannya,

menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik

pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis

berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki

prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang

bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang

beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana

yang dipersentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.

Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang

terdiri dari:

1. Reciprocal Comparison, yang mengandung arti si pengambil keputusan harus

bisa membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu

sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B

dengan skala x, maka B lebih disukai dari A dengan skala .

2. Homogenity, yang mengandung arti preferensi seseorang harus dapat

dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat

dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka

elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogenous dan harus

dibentuk suatu’cluster’ (kelompok elemen-elemen) yang baru.

3. Independence, yang berarti preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan

bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan

Page 30: 0507008 Rian Permana Skripsi

17

oleh objektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan

atau pengaruh dalam model AHP adalah searah keatas, Artinya perbandingan

antara elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh

elemen-elemen dalam level di atasnya.

4. Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki

diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil

keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau

diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.

Tahapan – tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya

adalah sebagai berikut :

1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan kriteria-kriteria dan alternatif - alternatif pilihan yang ingin di rangking.

3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan

atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan

atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkat

kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam

matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten

maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang

dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan

menggunakan matlab maupun dengan manual.

6. Mengulangi langkah, 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintetis

pilihan dalam penentuan prioritas elemen pada tingkat hirarki terendah sampai

pencapaian tujuan.

8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,100 maka

penilaian harus diulangi kembali.

Page 31: 0507008 Rian Permana Skripsi

18

2.3.1. Prinsip Dasar Analythical Hierarchy Process

Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip

dasar yang harus dipahami antara lain :

1. Decomposition

Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh

menjadi unsur – unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana

setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat,

pemecahan dilakukan terhadap unsur – unsur sampai tidak mungkin dilakukan

pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang

hendak dipecahkan.Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai

complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua

elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada

tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki

complete.

Bentuk struktur dekomposisi yakni :

Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal)

Tingkat kedua : Kriteria – kriteria

Tingkat ketiga : Alternatif – alternatif

Gambar 2.3 Hirarki Keputusan

Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan

dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem.

Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses

Page 32: 0507008 Rian Permana Skripsi

19

pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan

suatu struktur tertentu.

2. Comparative Judgement

Comparative judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif

dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya.

Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan

prioritas dari elemen – elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan

dalam bentuk matriks pairwisecomparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan

memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi

yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal

importance) sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan paling tinggi

(extreme importance).

3. Synthesis of Priority

Synthesis of priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method

untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan keputusan.

4. Logical Consistency

Logical consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai

dengan mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan

hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang

menghasilkan urutan pengambilan keputusan.

2.3.2. Analisis Sensitivitas Pada Bobot Prioritas Dari Kriteria Keputusan

Analisis sensitivitas pada kriteria keputusan dapat terjadi karena ada informasi

tambahan sehingga pembuat keputusan mengubah penilaiannya.Akibat terjadinya

perubahan penilaian menyebabkan berubahnya urutan prioritas. Dari tabel prioritas

global dapat dirumuskan persamaan urutan prioritas global sebagai berikut :

Page 33: 0507008 Rian Permana Skripsi

20

Apabila dilakukan perubahan terhadap penilian dimana bobot prioritas kriteria

maka urutan prioritas berubah. Bobot prioritas Kriteria dapat diubah lebih kecil dari

atau lebih besar dari .Analisis sensitivitas ini juga dapat dilakukan terhadap kriteria-

kriteria lainnya.Sehingga analisis ini menunjukkan perubahan terhadap urutan

prioritas.

2.4. Harga Pokok Produksi

2.4.1. Pengertian Biaya

Pengertian biaya menurut beberapa ahli diantaranya, yaitu :

a. Biaya adalah jumlah yang dinyatakan dari sumber-sumber (ekonomi) yang

dikorbankan (terjadi dan akan terjadi) untuk mendapatkan sesuatu atau

mencapai tujuan tertentu. (Harnanto, 1992).

b. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang

yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu

(Mulyadi, 1993).

c. Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka

memperoleh penghasilan (revenue) yang akan dipakai sebagai pengurang

penghasilan (Supriyono, 1999,16).

Ada 4 unsur pokok dalam defenisi biaya tersebut diatas :

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

2. Diukur dalam satuan uang.

3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi

4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tersebut.

2.4.2. Penggolongan Biaya

Dalam Akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai cara. Umumnya

penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan

penggolongan tersebut, karena dalam Akuntansi Biaya dikenal dengan konsep

“Different of cost for purpose”.

Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan

perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongakan menjadi :

1. Biaya Variabel

Page 34: 0507008 Rian Permana Skripsi

21

Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan

volume kegiatan, contohnya adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.

2. Biaya Semi Variabel

Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume

kegiatan.Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya

variabel.

3. Biaya Semifixed

Adalah biaya tetap untuk tongkat kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah

konstan pada volume produksi tertentu.

4. Biaya Tetap

Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan

tertentu.Contohnya adalah gaji direktur produksi.

A. Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi adalah merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap jual.

Contoh: Biaya depresiasi mesin dan peralatan, biaya bahan baku, biaya bahan

penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang

langsung maupun yamg tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.

(Mulyadi, 1993).

B. Pengertian Harga Pokok

Pengertian Harga Pokok menurut beberapa ahli diantaranya adalah :

• Harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.

(Mulyadi, 1993).

• Harga pokok adalah sebagai bagian dari harga perolehan suatu aktiva yang

ditunda pembebannya dimasa yang akan datang. ( Abdul Halim, 2003).

C. Pengertian Harga Pokok Produksi

Harga Pokok Produksi adalah merupkan penjumlahan dari tiga unsur biaya

produksi yaitu : bahan baku, upah langsung, dan overhead pabrik. (Mas’ud

Machfoedz, 1995)

Page 35: 0507008 Rian Permana Skripsi

22

2.4.3. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Informasi biaya sangat bermanfaat untuk menentukan harga pokok produksi

yang dihasilkan oleh perusahaan. Ada dua metode pendekatan didalam menentukan

harga pokok produksi, yaitu :

a. Full Costing

Metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya

produksi sebagai harga pokok produksi yaitu :

Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi,

yang terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik ysng bersifat variabel maupun tetap (Mulyadi, 1993).

Page 36: 0507008 Rian Permana Skripsi

23

Penentuan Harga Pokok Produksi

Dengan Pendekatan metode Full Costing Biaya Langsung

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya Tenaga Kerja

Biaya OH Pabrik Variabel

Biaya OH Pabrik Tetap

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX +

Harga Pokok Produksi XXX

Biaya Admistrasi dan Umum

Biaya Pemasaran

XXX

XXX +

Harga Pokok Produk XXX

b. Variabel Costing

Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya-

biaya produksi yang bersipat variabel kedalam harga pokok produksi atau secara

keseluruhan dapat didefenisikan sebagai berikut :

Variabel costing adalah penentuan harga pokok yang hanya memperhitungkan

biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi, yang terdiri

dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik

variabel.

Penentuan Harga Pokok Produksi

Dengan Pendekatan metode Variabel Costing Biaya Bahan Baku

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya Overhead Pabrik Variabel

XXX

XXX

XXX +

Harga Pokok Produksi XXX

Biaya Variabel

Biaya Administrasi Dan Umum

Biaya Pemasaran Variabel

Biaya Tetap

Biaya Administrasi Umum dan Tetap

Biaya Pemasaran Tetap

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX +

Harga Pokok Produksi XXX

Page 37: 0507008 Rian Permana Skripsi

24

2.4.4. Metode Pengumpulan Biaya Produksi

Pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh sifat dari pengolahan produk.

Pengolahan produk dapat dilakukan atas dasar pesanan dari langganan atau proses

produksi yang dilakukan oleh perusahaan lain. Oleh karena itu pengelompokan biaya

produksi dapat dikelompokkan menjadi dua metode, yaitu :

a. Metode Harga Pokok Pesanan

Pada metode harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan menurut

pesanan.Metode ini dianggap tepat untuk perusahaan yan menghasilkan berbagai

macam produk yang masing-masing bersfat khas, seperti misalnya perusahaan

percetakan.

Pada metode harga pokok pesananini, harga pokok pesanan harus ditentukan

segera pada saat suatu pesanan telah diselesaikan dari produksinya.

b. Metode Harga Pokok Proses

Pada metode harga pokok proses biaya produksi dikumpulkan berdasarkan atas

departemen atau pusat-pusat yang dibentuk yang dibentuk sesuai dengan tahap-tahap

pengolahan produksinya. System ini dianggap tepat untuk perusahaan-perusahaan

yang menghasilkan produk yang sama dan proses produksinya berjalan secara

kontinyu, seperti pabrik makanan atau pabrik mainan.

2.5. Diagram Sebab Akibat

Kebanyakan suatu cacat produk mengakibatkan seorang operator melakukan

pengerjaan ulang yang mengakibatkan terlambatnya proses, hal ini disebabkan oleh

beberapa penyebab utama. Penyebab-penyebab utama inilah yang harus dicari,

dikaji, dan ditanggulangi sehingga masalah dapat diselesaikan hingga akarnya dan

diharapkan jika penanggulangan tepat sasaran, masalah yang menimbulkan cacat

produk atau pengerjaan berulang tidak timbul kembali.

Masalah-masalah yang timbul, diklasifikasikan sesuai jenisnya untuk

mempermudah proses penanggulangan, sehingga kualitas produk dapat dikendalikan

sesuai standard yang ada. Ada beberapa piranti atau alat untuk perbaikan kualitas,

antara lain: diagram Pareto, diagram tulang ikan, ataupun sumbang saran. Berikut

dijabarkan beberapa teori yang terkait dengan masalah-masalah yang dibahas

penulis.

Page 38: 0507008 Rian Permana Skripsi

25

2.5.1. Diagram Pareto

Diagram Pareto (Pareto Chart) adalah diagram yang dikembangkan oleh

seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto pada abad XIX. Diagram

Pareto digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun

menurut ukurannya, dari yang paling besar di sebelah kiri ke yang paling kecil di

sebelah kanan. Susunan tersebut membantu menentukan tingkat prioritas untuk

penyelesaian masalah.

Fungsi diagram pareto diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menunjukan pioritas sebab-sebab kejadian atau persoalan yang perlu ditangani.

2. Membantu memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani

dalam upaya perbaikan.

3. Menunjukan hasil upaya perbaikan. Setelah dilakukan tindakan koreksi

berdasar prioritas, kita dapat mengadakan pengukuran ulang dan membuat

Diagram Pareto baru. Apabila terdapat perubahan dalam Diagram Pareto baru,

maka tindakan korektif ada efeknya.

4. Menyusun data menjadi informasi yang berguna, data yang besar dapat

menjadi informasi yang signifikan.

Hasil Pareto Chart dapat digunakan pada diagram sebab-akibat untuk

mengetahui akar penyebab masalah. Setelah penyebab potensial diketahui dari

diagram tersebut, diagram Pareto dapat disusun untuk merasionalisasi data

yang diperoleh dari diagram sebab akibat. Selanjutna, diagram Pareto dapat

digunakan pada semua tahap PDCAcycle. Pada tahap evaluasi hasil, diagram

Pareto ditampilkan untuk melihat perbrdaan pada waktu sebelum dan sesudah

proses penanggulangan untuk mengetahui efek upaya perbaikan. Gambar 2.1

adalah gambar contoh grafik diagram Pareto.

Page 39: 0507008 Rian Permana Skripsi

26

Gambar 2.4 Diagram Pareto

2.5.2. Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat (cause and effect diagram) atau sering disebut sebagai

“diagram tulang ikan” (fishbone diagram) atau diagram Ishikawa (Ishikawa

diagram) diperkenalkan ileh Prof. Karou Ishikawa dari Jepang (Nasution, 2004).

Diagram sebab akibat adalah pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan

analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebeb-penyebab suatu masalah,

ketidaksesuaian dan kesenjangan yang terjadi. Diaram ini digunakan dalam situasi:

(1) terdapat pertemuan atau diskusi dengan sumbang saran (brainstorming) untuk

mengidentifikasi mengapa suatu masalah terjadi, (2) diperlukan analisis lebih

terperinci terhadap sustu masalah, dan (3) terdapat kesulitan untuk memisahkan

penyebab dari akibat.

Penggunaan diagram sebab akibat mengikuti langkah-langkah (Gaspertsz,

1997).

1. Dapatkah kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan ungkapan masalah itu

sebagai suatu pertanyaan masalah.

2. Temukan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan teknik

brainstorming atau membentuk anggota tim yang memiliki ide-ide yang

berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi.

3. Gambarkan diagram dengan pertanyaan mengenai masalah untuk ditempatkan

pada sisi kanan (membentuk kepala ikan) dan kategori utama, seperti bahan

Page 40: 0507008 Rian Permana Skripsi

27

baku, metode, manusia, mesin dan lingkungan ditempatkan pada cabang utama

(membentuk tulang-tulang besar dari ikan). Kategori utama dapat diubah sesuai

kebutuhan.

4. Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang sesuai dengan

menempatkannya pada cabang yang sesuai.

5. Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan “mengapa” untuk menemukan

akar penyebab, kemudian tulis akar-akar penyebab itu pada cabang-cabang

yang sesuai dengan kategori utama (membentuk tulang-tulang kecil dari ikan).

Untuk menemukan akar penyebab, kita dapat menggunakan teknik bertanya

“mengapa” sampai lima kali.

6. Interpretasi atas diagram sebab-akibat itu adalah dengan melihat penyebab-

penyebab yang muncul secara berulang, kemudian dapatkan kesepakatan

melalui konsensus tentang penyebab tersebut. Selanjutnya, fokuskan perhatian

pada penyebab yang dipilih melalui konsensus. Alas an yang lebih kuat untuk

menentukan prioritas dominan adalah dengan mereferansi data yang ditemukan

saat analisa kondisi yang ada dilapangan.

7. Terapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram sebab-akibat, dengan

cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif yang

dilakukan efektif karena telah menghilangkan akar penyebab dari masalah

yang dihadapi.

Penyebab terjadinya masalah umumnya dibagi menjadi 5 aktor, yaitu:

1. Faktor manusia,

2. Faktor metode,

3. Faktor alat/mesin,

4. Faktor material, dan

5. Faktor lingkungan.

Sumbang saran dan penelusuran lanjut diperlukan untuk menemukan faktor-

faktor penyebab terjadinya masalah tersebut.Setiap faktor, dibagi lagi menjadi akar-

akar kecil sampai penyebab sesungguhnya kenapa masalah tersebut ditemukan.

Tidak semua faktor digunakan untuk mencari penyebab terjadinya masalah,

tetapi hanya factor-faktor yang berhubungan dengan kondisi yang ada saja yang

Page 41: 0507008 Rian Permana Skripsi

28

ditarik akar penyebabnya. Bias jadi dalam satu masalah hanya ada 1 faktor saja,

namun terdiri dari beberapa penyebab.

Berikut ini adalah contoh diagram tulang ikan:

Gambar 2.5 Diagram Tulang Ikan

Page 42: 0507008 Rian Permana Skripsi

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian berfungsi untuk mengarahkan penyusunan laporan

sehingga tersusun dengan baik.Metode penelitian ini menjelaskan tentang langkah

dan tahapan yang dilakukan selama penelitian untuk memudahkan penulis dalam

mengerjakan laporan Tugas Akhir.

Gambar 3.1 Flowchart Tahapan Penelitian

Page 43: 0507008 Rian Permana Skripsi

30

3.1. Studi Literatur

Studi literatur dilaksanakan untuk mengumpulkan teori-teori yang dapat

menunjang serta mendukung terhadap tugas akhir, semua teori yang didapatkan

dijadikan referensi dalam penyusunan tugas akhir.Teori yang dicari untuk

mendukung penelitian tugas akhir ini adalah teori Quality Function

Deployment.Teori Quality Function Deployment akan mendukung penelitian dan

membantu dalam perancangan produk yang akan dilakukan.

3.2. Perumusan Masalah

Setelah melakukan studi literatur dan mendapatkan teori yang sesuai maka

disusun perumusan masalah.Perumusan masalah atau identifikasi masalah

merupakan tindak lanjut dari observasi yang telah dilakukan. Penelitian yang

dilakukan berupa penelitian deskriptif yang kemudian akan dijadikan rujukan atau

usulan kepada pihak Universitas Widyatama dalam merancang alat penahan konektor

proyektor.

Tenaga pengajar di Universitas Widyatama sering kali mendapatkan kendala

ketika akan melakukan kegiatan belajar mengajar tetapi proyektor yang akan dipakai

tidak dapay beroperasi sebagaimana mestinya. Salah satu penyebabnya adalah

konektor proyektor yang rusak atau kabel yang putus. Dengan adanya penelitian

tentang perancangan holder konektor proyektor, diharapkan dapat meminimalisir

bahkan menghilangkan kemungkinan kejadian tersebut akan terjadi.

3.3. Penetapan Tujuan Penelitian

Pada Bab I Pendahuluan telah dijelaskan tentang tujuan dari penelitian ini.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui cara penanganan dan pencegahan kerusakan terhadap konektor.

2. Mengetahui penanganan konektor yang telah rusak dan melakukan

improvement jika tidak ada penanganan khusus terhadap konektor yang rusak.

3. Mendesain sebuah holder untuk konektor pada proyektor.

Landasan Teori dan metode yang digunakan dalam penelitian ini akan

mempermudah penyelesaian penelitian tugas akhir ini. Harapan setelah penelitian

tugas akhir ini selesai adalah kerusakan konektor pada proyektor dapat diminimalisir

bahkan dihilangkan, sehingga proses kegiatan belajar mengajar tidak akan terganggu

karena konektor tidak dapat meneriman display dari laptop.

Page 44: 0507008 Rian Permana Skripsi

31

3.4. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini nantinya akan diolah dengan

menggunakan metode yang telah dipilih. Data yang dikumpulkan adalah data primer

dan data sekunder, antara lain:

a. Data Primer

Data yang langsung didapatkan dari sumber asli tanpa melalui perantara dan

data yang belum pernah diolah oleh pihak lain. Beberapa data primer yang ada antara

lain:

1. Customer voices hasil wawancara. Wawancara dilakukan terhadap dosen dan

perawat ruangan.

2. Data kerusakan proyektor di Universitas Widyatama.

b. Data Sekunder

Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara dan data yang telah diolah oleh pihak lain, di

bawah ini merupakan data penunjang dari data primer:

• Data harga bahan baku dan

• Berat jenis akrilik,

• Data tarif listrik PLN.

3.5. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses utama dalam sebuah penelitian. Data-data

yang didapat baik secara langsung ataupun melalui perantara diolah dengan

menggunakan metode yang telah dipilih sebelumnya. Berikut ini adalah tahapan

pengolahan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini:

1. Pengumpulan Voice of Customer

Pengumpulan voice of customer dilakukan dengan menyebarkan kuisioner

terbuka ke setiap pengajar yang berada di lingkup Universitas Widyatama. Kuisioner

yang disebarkan berisikan tentang kondisi konektor dan kabelnya yang ada pada saat

ini dan harapan produk holder seperti apayang diharapkan oleh tenaga pengajar agar

memudahkan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

Tahap ini akan memakan banyak waktu dan membutuhkan ketelitian dalam

mengelompokan keinginan konsumen. Prosedur yang biasanya dilakukan dalam

Page 45: 0507008 Rian Permana Skripsi

32

pengambilan data ini adalah untuk mengumpulkan atribut-atribut pelanggan (data

kualitatif) dan mengukur atribut-atribut (data kuantitatif).Data kualitatif didapat dari

penyebaran kuisioner dan observasi dengan pelangan, sedangkan data kuantitatif

didapatkan dari poling atau pengukuran tingkat kepentingan.

2. Menyusun House of Quality

Langkah ini merupakan langkah penting yang akan menentukan arah penelitian

dengan menggunakan metode QFD. Penyusunan House of Quality dimaksudkan

untuk memetakan permasalahan ‘What’ dan ‘How’ dalam penyelesaian metode

QFD. Penyusunan House of Quality bisa dilakukan dengan 2 cara, antara lain:

a. Pendekatan 4 Fase.

• Pada tahap pertama, perencanaan produk, kita membatasi persyaratan

pelanggan (WHATs) dan persyaratan teknis (HOWs) dan menetapkan

hubungan mereka.

• Pada tahap kedua, penyebaran bagian-bagian merupakan persyaratan teknis

yang penting dari rumah mutu, menjadi WHATs dari matriks baru.

• Pada tahap ketiga, perencanaan proses, karakteristik bagian penting menjadi

WHATs dan karakteristik proses menjadi HOWs.

• Pada tahap keempat, perencanaan produksi, kita mewujudkan hasil bagan

pertama menjadi tindakan untuk operasi produksi.

b. Pendekatan Matriks Kelipatan

Pendekatan ini sama sekali tidak memiliki struktur seperti pendekatan 4 fase,

namun memberikan keleluasaan dalam menyusun House of Quality.

3. Analisa dan Implementasi

Tahap ini dilakukan proses memasukan data yang telah didapat kedalam House

of Quality yang kemudian dianalisa agar nantinya dapat diimplementasikan dengan

baik.Analisa juga dilakukan untuk mengecek ulang pekerjaan atau tahapa mana saja

yang harus atau telah dilalui dalam penyusunan metode QFD.

4. Menghitung Harga Pokok Produksi

Setelah melakukan penelitian untuk mendisain sebuah produk dengan

menggunakan metode QFD, maka langkah selanjutnya adalah menentukan harga

Page 46: 0507008 Rian Permana Skripsi

33

terhadap produk tersebut.Perhitungan HPP ini untuk mengetahui biaya per-unit jika

nanti produk ini akan di produksi.

3.6. Analisis

Bagian ini terdapat beberapa analisis yang akan dipaparkan, berikut ini adalah

analisi yang nantinya akan dijelaskan:

1. Analisis Kerusakan

Pada tahap ini, penulis akan menganalisis tentang kerusakan-kerusakan yang terjadi

pada proyektor baik kabel ataupun konektor dengan menggunakan diagram Pareto.

2. Analisis Perancangan

Analisis perancangan merupakan tahap menganalisis tentang perancangan produk

yang telah dilakukan dengan menggunakan metode QFD.

3. Analisis Harga Pokok Produksi

Analisis biaya produksi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan harga jika

nantinya produk ini akan di produksi.

3.7. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan yang diambil ini berdasarkan analisis dan pengolahan data yang

telah dilakukan.Bagian terakhir ini juga berfungsi untuk menjawab tujuan penelitian

yang telah dipaparkan pada Bab I Pendahuluan. Kesimpulan yang diambil sebaiknya

dapat menjawab pertanyaan, efektif atau tidak pembuatan holder konektor untuk

proyektor dalam mencegah kerusakan yang dapat mengganggu kelangsungan proses

belajar mengajar di Universitas Widyatama.Penelitian ini juga dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas belajar dan mengajar di Universitas Widyatama.

Page 47: 0507008 Rian Permana Skripsi

34

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data

Kerusakan pada konektor disaat kegiatan belejar mengajar berlangsung

disebabkan oleh beberapa aspek, antara lain; saringan udara yang kotor, lampu yang

sudah lemah dan atau rusaknya konektor serta kabel konektor. Penyebab-penyebab

itu seringkali terjadi dan mengganggu kegiatan belajar.Proyektor yang saringannya

kotor dan lampu yang lemah masih dapat digunakan, hanya dengan sedikit gangguan

seperti munculnya warning untuk membersihkan saringan dan mengganti

lampu.Tidak seperti kerusakan yang dialami jika konektor dan kabel yang rusak,

maka konektor tidak akan dapat dipakai karena proyektor tidak akan mampu

membaca input dari laptop ke proyektor.

4.1.1. Data LCD Proyektor

Penyebaran LCD proyektor di Universitas Widyatama dapat dilihat pada tabel

4.1.Data penyebaran LCD proyektor ini berdasarkan pada data penyebaran LCD

proyektor pada tahun 2012.

Tabel 4.1 berisi penyebaran LCD Proyektor di Universitas Widyatama pada

tahun 2012. Penyebaran LCD proyektor

Tabel 4.1 Data Distribusi Proyektor 2012 Berdasarkan Gedung

No. Gedung Kelas/Lab Jumlah

1 B Lab 42

2 C Kelas 31

3 D Kelas 5

4 K Kelas 11

(Sumber: Biro Fasilitas,2012)

4.1.2. Data Kerusakan Proyektor

Data kerusakan proyektor dibutuhkan untuk melihat dan mengitung persentase

kerusakan yang terjadi pada proyektor pada tiap tiap ruangan dan gedung.Dibawah

ini adalah jumlah kerusakan proyektor pada tahun 2012.

Page 48: 0507008 Rian Permana Skripsi

35

Tabel 4.2 berisi data kerusakan LCD proyektor pada tiap-tiap ruangn di

Universitas Widyatama.

Tabel 4.2 Jumlah kerusakan LCD Proyektor

No. Jumlah Jumlah

1 Laboratorium 2

2 Ruang Kelas 4

3 Gedung STMIK 0

4 Kantor 1

5 User 28

JUMLAH 35

(Sumber: Data Distribusi Proyektor, 2012)

Dibawah ini beberapa contoh kerusakan yang terjadi pada konektor proyektor

dan bagaimana keadaan penyimpanan pada saat observasi dilakukan. Pada gambar

4.1 dan 4.2 merupakan contoh gambar konektor yang rusak, sedangkan gambar 4.3

dan 4.4 contoh penyimpanan kabel dan upaya perbaian kerusakan pada konektor.

Page 49: 0507008 Rian Permana Skripsi

36

Gambar 4. 1 Kerusakan 1

Gambar 4. 2 Kerusakan 2

Gambar 4. 3 Kerusakan 3

Gambar 4. 4 Kerusakan 4

4.1.3. Customer Voice

A. Customer Voice

Pengumpulan customer voice dilakukan dengan melakukan wawancara

terhadap beberapa pegawai., baik dari dosen dan perawat ruangan. Wawancara

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Bagaimana kondisi konektor proyektor pada saat ini, kekurangan dan atau

kerusakan yang sering dialami pada konektor dan kabel?

2. Kebutuhan Anda akan tempat atau dudukan penyimpanan kabel data

proyektor, yang mendukung pekerjaan Anda seperti apa?

Pertanyaan yang dipakai sebagai customer voice adalah daftar yang keluar dari

pertanyaan nomer 2, karena pertanyaan tersebut memuat keinginan para pegawai

dalam perancangan produk holder connector.Setelah pertanyaan tersebut diajukan,

didapat beberapa keinginan untuk perancangan holder connector, daftar tersebut ada

pada tabel 4.1.

Page 50: 0507008 Rian Permana Skripsi

37

Tabel 4.3 Customer Voice

No. Customer Needs No. Customer Needs

1 Memudahkan untuk menemukan konektor. 41 Bahan holder aman.

2 Umur pakai panjang. 42 Dengan penggunaan holder, ruangan menjadi rapih.

3 Ujungnya tidak tajam. 43 Holder mudah digunakan. 4 Ukurannya tidak terlalu besar. 44 Memudahkan penyimpanan konektor. 5 Terlihat dengan jelas. 45 Memudahkan pengambilan konektor. 6 Mudah terjangkau. 46 Mudah dipindahkan. 7 Dapat ditempatkan dimana saja. 47 Bisa digunakan siapa saja. 8 Terdapat informasi penyimpanan. 48 Membuat ruangan menjadi lebih rapih.

9 Penahan terbuat dari bahan yang kuat. 49 Bisa dipasang di dinding.

10 Tidak mudah patah. 50 Menempel dengan kuat jika dipasang. 11 Penggunaannya mudah. 51 Tidak membahayakan tangan.

12 Memudahkan dalam mengambil konektor. 52 Tidak menghalangi penyimpanan laptop.

13 Terpasang kuat di meja. 53 Menahan konektor dengan baik.

14 Bentuk tidak berbahaya bagi pengguna. 54 Tidak mudah slip pada konektor.

15 Ukurannya pas dengan konektor. 55 Pemakaiannya mudah.

16 Dapat menahan konektor agar tidak jatuh. 56 Instalasi mudah.

17 Konektor pas pada holder. 57 Pemasangannya dapat dimana saja. 18 Mudah dibersihkan. 58 Daya tahannya lama. 19 Mudah dipasang. 59 Pemasangannya mudah. 20 Dudukannya pas dengan konektor. 60 Dapat menahan konektor dari benturan. 21 Konektor mudah diambil. 61 Konektor mudah saat diambil.

22 Tidak perlu membungkuk untuk meraih konektor. 62 Tidak mengandung bahan berbahaya.

23 Sangat mudah disimpan dan digunakan. 63 Dapat dipasang dengan alat sederhana.

24 Dapat dipakai dalam jangka waktu lama. 64 Dapat digunakan oleh siapa saja.

25 Tidak menghabiskan tempat di meja. 65 Membantu merapihkan ruangan. 26 Dapat disimpan dimana saja. 66 Terbuat dari material yang ringan.

Page 51: 0507008 Rian Permana Skripsi

38

Tabel Lanjutan 4.3 Customer Voice

No. Customer Needs No. Customer Needs

27 Tidak mengganggu aktivitas. 67 Penahan tidak mudah tergeser dari tempatnya.

28 Mudah di tempelkan dimana saja. 68 Mempunyai bentuk yang tidak membahayakan.

29 Tidak berbahaya pada saat di bersihkan. 69 Mudah dirawat.

30 Pemasangan konektor dilakukan dengan mudah. 70 Tidak menghalangi pergerakan

pengguna.

31 Memudahkan dosen untuk meraih konektor. 71 Disertai gambar petunjuk penggunaan.

32 Konektor tidak mudah jatuh. 72 Tidak mudah lepas dari tempat menempelnya.

33 Dapat menempel dengan kuat dimana saja. 73 Dapat membuat kelas terlihat rapih.

34 Mudah memasangkan konektor pada holder. 74 Ukuran disesuaikan dengan dimensi

konektor.

35 Desain pas untuk konektor. 75 Pinggiran holder halus dan tidak berbahaya.

36 Pengambilan dan pemasangan konektor mudah.

37 Bentuknya kecil.

38 Kuat, karena pemakaian yang berulang.

39 Dapat dipasang dekat meja dosen. 40 Pemasangan holder mudah.

4.2. Pengolahan Data

Pengolahan pada penelitian ini meliputi 2 hal, yaitu; mendesain holder

connector dengan menggunakan pendekatan Quality Function Deployment dan

menentukan harga pokok produksi produk holder connector jika nantinya akan

komersialisasikan.

Page 52: 0507008 Rian Permana Skripsi

39

4.2.1. Persentase Kerusakan Proyektor Tabel 4.4 Presentase Kerusakan Konektor

No. Masalah Frekuensi Frek (%) Frek Kumulatif (%)

1 Konektor 20 57.143 57.14

2 Kabel 9 25.714 82.86

3 Lampu Warning 5 14.286 97.14

4 Bintik-bintik 1 2.857 100

JUMLAH 35 100

(Sumber: Data Distribusi Proyektor 2012)

Berdasarkan data pada tabel 4.8, kerusakan proyektor yang disebabkan

konektor dan kabel mencapai 82,8% atau 29. Kerusakan sebanyak itu disebabkan

karena penyimpanan konektor yang tidak benar, seperti penyimpanan dilantai atau

konektor terjatuh saat disimpan diatas meja sehingga membuat pin didalam konektor

tersebut rusak.

4.2.2. QualityFunctionDeployment

I. Menyusun House of Quality

A. Segmentasi/Pengelompokan Customer Voice

Pengelompokan customer voice ini dilakukan untuk mempermudah dalam

membuat Technical Requirement.Pengelompokan customer voice ini dibagi menjadi

5 kelompok berdasarkan Affinity Diagram, yaitu:

1. Desain

Meliputi keinginan konsumen yang berhubungan dengan bentuk/desain holder

connector.

2. Fleksibilitas

Berisi keinginan konsumen yang merujuk kepada kemudahan penggunaan holder

connector.

3. Material

Keinginan-keinginan yang berhubungan dengan material seperti, jenis bahan,

kekuatan sampai keamanan bahan untuk holder connector.

Page 53: 0507008 Rian Permana Skripsi

40

4. Fungsi atau Kegunaan

Berisikan keinginan konsumen dalam efektifitas holder connector sebagaimana

fungsinya.

5. Instalasi

Pemasangan dan perawatan yang mudah adalah contoh dari keinginan konsumen

yang masuk kedalam kelompok ini.

Berikut ini tabel pembagian kelompok berdasarkan 5 kategori diatas:

Tabel 4.5 Pengelompokan Berdasarkan Affinity Diagram

NO. GROUP

1 Bentuk

1A Ujungnya tidak tajam.

1B Ukurannya tidak terlalu besar.

1C Bentuk tidak berbahaya bagi pengguna.

1D Ukurannya pas dengan konektor.

1E Desain pas untuk konektor.

1F Bentuknya kecil.

1G Tidak membahayakan tangan.

1H Mempunyai bentuk yang tidak membahayakan.

1I Ukuran disesuaikan dengan dimensi konektor.

1J Pinggiran holder halus dan tidak berbahaya.

1K Konektor pas pada holder.

1L Dudukannya pas dengan konektor.

2 Fleksibilitas

2A Mudah terjangkau.

2B Dapat ditempatkan dimana saja.

2C Memudahkan dalam mengambil konektor.

2D Mudah dipasang.

2E Sangat mudah disimpan dan digunakan.

2F Dapat disimpan dimana saja.

Page 54: 0507008 Rian Permana Skripsi

41

Tabel Lanjutan 4.5 Pengelompokan Customer Voice Berdasarkan Affinity Diagram NO. GROUP

2 Fleksibilitas

2G Mudah di tempelkan dimana saja.

2H Dapat dipasang dekat meja dosen.

2I Pemasangan holder mudah.

2J Mudah dipindahkan.

2K Bisa digunakan siapa saja.

2L Menempel dengan kuat jika dipasang.

2M Pemakaiannya mudah.

2N Instalasi mudah.

2O Pemasangannya dapat dimana saja.

2P Pemasangannya mudah.

2Q Dapat dipasang dengan alat sederhana.

2R Konektor mudah diambil.

2S Pemasangan konektor dilakukan dengan mudah.

2T Tidak mudah slip pada konektor.

2U Tidak mengganggu aktivitas.

3 Material

3A Penahan terbuat dari bahan yang kuat.

3B Tidak mudah patah.

3C Tidak berbahaya pada saat di bersihkan.

3D Kuat, karena pemakaian yang berulang.

3E Bahan holder aman.

3F Daya tahannya lama.

3G Terbuat dari material yang ringan.

3H Dapat dipakai dalam jangka waktu lama.

3I Umur pakai panjang.

3J Tidak mengandung bahan berbahaya.

Page 55: 0507008 Rian Permana Skripsi

42

Tabel Lanjutan 4.5 Pengelompokan Customer Voice Berdasarkan Affinity Diagram

NO. GROUP

4 Fungsi atau Kegunaan

4A Memudahkan untuk menemukan konektor.

4B Penggunaannya mudah.

4C Dapat menahan konektor agar tidak jatuh.

4D Tidak perlu membungkuk untuk meraih konektor.

4E Memudahkan dosen untuk meraih konektor.

4F Konektor tidak mudah jatuh.

4G Mudah memasangkan konektor pada holder.

4H Pengambilan dan pemasangan konektor mudah.

4I Dengan penggunaan holder, ruangan menjadi rapih.

4J Holder mudah digunakan.

4K Memudahkan penyimpanan konektor.

4L Memudahkan pengambilan konektor.

4M Menahan konektor dengan baik.

4N Dapat menahan konektor dari benturan.

4O Konektor mudah saat diambil.

4P Dapat digunakan oleh siapa saja.

4Q Membantu merapihkan ruangan.

4R Tidak menghalangi pergerakan pengguna.

4S Tidak mudah lepas dari tempat menempelnya.

5 Instalasi

5A Terdapat informasi penyimpanan.

5B Terpasang kuat di meja.

5C Mudah dibersihkan.

5D Tidak menghabiskan tempat di meja.

5E Dapat menempel dengan kuat dimana saja.

5F Bisa dipasang di dinding.

5G Mudah dirawat.

5H Disertai gambar petunjuk penggunaan.

Page 56: 0507008 Rian Permana Skripsi

43

Tabel Lanjutan 4.5 Pengelompokan Customer Voice Berdasarkan Affinity Diagram

NO. GROUP

5 Instalasi

5I Tidak menghalangi penyimpanan laptop.

5J Terlihat dengan jelas.

5K Penahan tidak mudah tergeser dari tempatnya.

Sumber: Data Diolah

B. Technical Response

Technical response ini dibuat berdasarkan kebutuhan yang diminta oleh

konsumen.Permintaan-permintaan konsumen yang sudah dikelompokan tercantum

pada tabel 4.7, dari pengemlompokan tersebut dapat di tentukan respon/tindakan

yang harus dilakukan untuk memenuhi permintaan kebutuhan dari konsumen

tersebut.Technical response jumlahnya tidak harus selalu sama dengan jumlah

customer voice, tetapi semua kebutuhan dan keinginan konsumen dapat di penuhi

oleh respon yang dibuat. Berikut ini technical response yang dibuat untuk memenuhi

customer voice:

1. Disain dibuat berujung round atau bulat.

2. Bentuk disain dibuat disesuaikan dengan ukuran dan dimensi konektor.

3. Ukuran penahan terlihat dinamis dengan ukuran konektor dan lingkungannya.

4. Holder ditempatkan dekat dengan pengguna.

5. Penahan holder tidak paten, atau dapat dibuka pasang.

6. Instalasi holder menggunakan baut.

7. Holder dibuat menggunakan bahan yang kuat.

8. Bahan yang digunakan adalah bahan yang tidak mengandung bahan kimia.

9. Pembuatan holder menggunakan bahan yang ramah lingkungan.

10. Terdapat instruksi dan cara pemakaian disamping holder sebagai petunjuk.

11. Holder dibuat dengan warna yang mencolok.

12. Pembuatan holder disesuaikan dengan tinggi rata-rata pengguna.

Pemilihan respon-respon diatas telah mempertimbangkan semua keinginan

konsumen yang ada, sehingga semua keinginan konsumen dapat dipenuhi oleh

semua respon tersebut.

Page 57: 0507008 Rian Permana Skripsi

44

Technical Response yang sudah disusun dan ditetapkan kemudian di pasangkan

dengan keinginan konsumen, dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.5Technical Requirement

(Diagram Technical Response dapat dilihat pada lampiran 1)

C. Matriks Relationship

Matriks ini merupakan matriks yang menghubungkan technical response dan

customer needs and benefits.Antara technical response dan customer needs and

benefits pasti ada hubungan dengan tingkat kepentingan yang berbeda beda, maka

dari itu semua keinginan konsumen yang berhubungan dengan technical response

dinilai untuk dijadikan sebuah acuan dalam mendisain nantinya. Mengisi matriks ini

dimulai dengan menentukan impact yang sesuai dengan keterkaitan hubungan antara

technical response dan customer needs and benefits yang di wakilkan dengan

simbol-simbol seperti pada tabel 4.8.

Tabel 4.6 Symbol Impact

Simbol Arti Nilai

Not Linked Tidak berhubungan 0

Possibly Linked

Bila Kemungkinan terjadi hubungan

diantara keduanya 1

Moderately

Linked Bila hubungan yang terjadi biasa biasa saja 5

Strongly Linked Bila ada hubungan kuat 9

Ujungnya tidak tajam.

Ukurannya tidak terlalu besar.

Bentuk tidak berbahaya bagi pengguna.

Ukurannya pas dengan konektor.

Desain pas untuk konektor.

Bentuknya kecil.

Tidak membahayakan tangan.

DES

AIN

Hold

er d

ibua

t den

gan

men

ggun

akan

war

na y

ang

men

colo

k

Pene

mpa

tan

hold

er d

isesu

aika

n de

ngan

ting

gi

rata

-rat

a pen

ggun

a

CUSTOMER REQUIREMENTS

TECHNICAL RESPONSES

Inst

alas

i hol

der m

engg

unak

an b

aut

Hold

er d

ibua

t den

gan

men

ggun

akan

bah

an

elas

tis n

amun

kua

t

Baha

n ya

ng d

igun

akan

mer

upak

an b

ahan

yan

g tid

ak m

enga

ndun

g bah

an k

imia

Pem

buat

an h

olde

r men

ggun

akan

bah

an p

last

ik

yang

ram

ah li

ngku

ngan

Terd

apat

inst

ruks

i dan

cara

pem

akai

an

disa

mpi

ng h

olde

r

Desa

in d

ibua

t ber

ujun

g rou

nd at

au b

ulat

Bent

uk y

ang d

ibua

t dise

suai

kan

deng

an u

kura

n da

n di

men

si ko

nekt

or

Ukur

an p

enah

an te

rliha

t din

amis

deng

an u

kura

n ko

nekt

or d

an li

ngku

ngan

nya

Hold

er d

item

patk

an d

ekat

den

gan

peng

guna

Pena

han

hold

er ti

dak

pate

n, d

apat

dib

uka p

asan

g

Technical

Requireme

nt

Page 58: 0507008 Rian Permana Skripsi

45

Hasil pengisian matriks relationship dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.6 Matriks Relationship

(Diagram Technical Response dapat dilihat pada lampiran 1)

D. Technical Importance

Setelah menentukan relationship, kemudian matriks tersebut dihitung

berdasarkan jumlah dan bobot yang sudah ditentukan. Penjumlahan bobot tersebut

dilakukan untuk menentukan technical response mana yang harus menjadi prioritas

dalam mendisain holder connector nanti, sehingga disain yang diciptakan nantinya

akan mendekati dengan keinginan konsumen. Penentuan technical importance ini

dihitung dengan mengalikan bobot dengan jumlah symbol yang terpadat pada satu

baris vertikal technical response.Masing-masing technical importance sebagai

berikut:

Tabel 4.7 Technical Importance

TECHNICAL RESPONSE BOBOT

Desain dibuat berujung round atau bulat 0.917

Bentuk yang dibuat disesuaikan dengan ukuran dan dimensi konektor 1.726

Ukuran penahan terlihat dinamis dengan ukuran konektor dan lingkungannya 0.721

Holder ditempatkan dekat dengan pengguna 1.612

Penahan holder tidak paten, dapat dibuka pasang 0.662

Instalasi holder menggunakan baut 0.652

Holder dibuat dengan menggunakan bahan elastis namun kuat 0.789

Bahan yang digunakan merupakan bahan yang tidak mengandung bahan kimia 0.551

Pembuatan holder menggunakan bahan plastik yang ramah lingkungan 0.528

Ujungnya tidak tajam.

Ukurannya tidak terlalu besar.

Bentuk tidak berbahaya bagi pengguna.

Ukurannya pas dengan konektor.

Desain pas untuk konektor.

Bentuknya kecil.

Tidak membahayakan tangan.

DES

AIN

Hold

er d

ibua

t den

gan

m

men

Pene

mpa

tan

hold

er d

i

rata

-rat

a

CUSTOMER REQUIREMENTS

Inst

alas

i hol

der m

Hold

er d

ibua

t den

gan

elas

tis n

a

Baha

n ya

ng d

igun

akan

tidak

men

gand

Pem

buat

an h

olde

r men

ya

ng ra

mah

Terd

apat

inst

ruks

i

disa

mpi

Desa

in d

ibua

t ber

uj

Bent

uk y

ang d

ibua

t dis

da

n di

men

Ukur

an p

enah

an te

rliha

kone

ktor

dan

Hold

er d

item

patk

an d

Pena

han

hold

er ti

dak

pa

Matriks

Relationship

Page 59: 0507008 Rian Permana Skripsi

46

Tabel Lanjutan 4.7Technical Importance (Sebelum di Susun)

TECHNICAL RESPONSE BOBOT

Terdapat instruksi dan cara pemakaian disamping holder 1.249

Holder dibuat dengan menggunakan warna yang mencolok 0.555

Penempatan holder disesuaikan dengan tinggi rata-rata pengguna 1.160

Tabel 4.8 Technical Importance Setelah Di Susun TECHNICAL RESPONSE BOBOT

Bentuk yang dibuat disesuaikan dengan ukuran dan dimensi konektor 1.726

Holder ditempatkan dekat dengan pengguna 1.612

Terdapat instruksi dan cara pemakaian disamping holder 1.249

Penempatan holder disesuaikan dengan tinggi rata-rata pengguna 1.160

Desain dibuat berujung round atau bulat 0.917

Holder dibuat dengan menggunakan bahan elastis namun kuat 0.789

Ukuran penahan terlihat dinamis dengan ukuran konektor dan lingkungannya 0.721

Penahan holder tidak paten, dapat dibuka pasang 0.662

Instalasi holder menggunakan baut 0.652

Holder dibuat dengan menggunakan warna yang mencolok 0.555

Bahan yang digunakan merupakan bahan yang tidak mengandung bahan kimia 0.551

Pembuatan holder menggunakan bahan plastik yang ramah lingkungan 0.528

Melihat hasil pada tabel 4.10, selain dari penempatannya yang dekat dengan

pengguna konektor dan holder connector tersebut yaitu disain holder connector

harus sesuai dengan dimensi dari konektor.

Gambar 4.7 Technical Importance

Tech

nica

l Im

porta

nce

Page 60: 0507008 Rian Permana Skripsi

47

E. Menentukan Importance to Customer

Setelah kita melakukan perhitungan terhadap technical response dan

mengetahui tingkat kepentingan dari technical response tersebut, kita harus

menentukan kepentingan dari masing-masing keinginan konsumen.Perhitungan ini

dimaksudkan untuk menentukan tingkat kepentingan keinginan konsumen pada tiap-

tiap kriteria.Perhitungan importance to customer ini dihitung dengan menggunakan

metode Analithycal Hierarchy Process (AHP) dengan menggunakan software Expert

Choise.AHP ini membantu memilih keinginan konsumen berdasarkan prioritas

berdasarkan bobot yang tiap-tiap kriteria yang ada.Dibawah ini ada gambar yang

diambil dari Expert Choise untuk menentukan bobot customer voice.

Responden untuk AHP pada importance to customer adalah panel responden

sebanyak 4 orang.4 orang tersebut terdiri atas 2 dosen, 1 orang perawat ruangan dan

bagian akademik 1 orang. Struktur hirarki untuk importance to customer adalah

sebagai berikut,

Gambar 4.8 Hierarki AHP

Sub-kriteria untuk masing-masing kriteria diatas dapat dilihat pada lampiran

2.Pengisian perbandingan berpasangan dilaksanakan secara langsung dengan

memasukan data ke software Expert Choise 11.Hasil Penilaian dapat dilihat pada

tabel 4.9; 4.10; 4.11; 4.12 dan 4.13.

GOAL

Material Fleksibilitas Desain Fungsi Instalasi

Sub Kategori Desain

Sub Kategori

Fleksibilitas

Sub Kategori Material

Sub Kategori Fungsi

Sub Kategori Instalasi

Page 61: 0507008 Rian Permana Skripsi

48

Tabel 4.9 Hasil Sintesis Pada Alternatif Bentuk

Alternative Priority

Desain pas untuk konektor 0.131

Pinggiran holder halus dan tidak berbahaya 0.120

Mempunyai bentuk yang tidak membahayakan 0.109

Ukuran pas dengan konektor 0.100

Tidak membahayakan tangan 0.099

Bentuk tidak berbahaya bagi pengguna 0.084

Ujungnya Tidak Tajam 0.081

Ukuran disesuaikan dengan dimensi konektor 0.075

Konektor pas pada holder 0.064

Dudukannya pas dengan konektor 0.064

Ukurannya tidak terlalu besar 0.039

Bentuknya kecil 0.035

(Sumber: Data Diolah)

Berdasarkan prioritas pada tabel 4.9, maka desain holder connector nanti

harus pas dengan konektor.Alasannya adalah pada saat penyimpanan konektor tidak

mudah lepas atau jatuh dari holder.Sedangkan bentuknya kecil menjadi prioritas

terakhir karena bentuk dari holder akan disesuaikan dengan ukuran atau dimensi

konektor yang akan dipakai.

Tabel 4.10 Hasil Sintesis Pada Alternatif Fleksibilitas Alternative Priority

Memudahkan dalam mengambil konektor 0.083

Konektor mudah diambil 0.076

Mudah terjangkau 0.072

Instalasi mudah 0.060

Pemasangan dapat dimana saja 0.057

Bisa digunakan siapa saja 0.055

Pemakaiannya mudah 0.055

Pemasangannya mudah 0.054

Page 62: 0507008 Rian Permana Skripsi

49

Tabel 4.11 Hasil Sintesis Pada Alternatif Fleksibilitas

Alternative Priority

Sangat mudah disimpan dan digunakan 0.050

Dapat disimpan dimana saja 0.050

Dapat dipasang dengan alat sederhana 0.046

Mudah ditempelkan dimana saja 0.041

Pemasangan konektor dilakukan dengan mudah 0.039

Mudah dipasang 0.038

Pemasangan holder mudah 0.037

Menempel dengan kuat jika dipasang 0.037

Dapat ditempatkan dimana saja 0.036

Mudah dipindahkan 0.036

Dapat dipasang dekat meja dosen 0.033

Tidak mudah slip pada konektor 0.024

Tidak mengganggu aktivitas 0.021

(Sumber: Data Diolah)

Pada tabel 4.10 prioritas pertama adalah holder connector harus mampu

membantu pengguna untuk menggunakan konektor, contoh peng-aplikasiannya

adalah dengan menempatkan holder dekat dengan pengguna.Prioritas terakhir dari

alternatif fleksibilitas adalah tidak mengganggu aktivitas.Jadi, adanya holder

connector ini tidak mengganggu gerak dari pengguna (dosen).

Page 63: 0507008 Rian Permana Skripsi

50

Tabel 4.12 Hasil Sintesis Pada Alternatif Material

Alternative Priority

Tidak berbahaya pada saat dibersihkan 0.168

Terbuat dari material yang ringan 0.150

Bahan holder aman 0.149

Tidak mengandung bahan berbahaya 0.135

Kuat jika dipakai berulang ulang 0.076

Umur pakai panjang 0.073

Tidak mudah patah 0.071

Penahan terbuat dari bahan yang kuat 0.069

Daya tahan lama 0.056

Dapat dipakai dalam jangka waktu lama 0.054

Sumber: Data Diolah

Maksud dari prioritas pertama pada tabel 4.11 diatas, holder tidak akan

melukai tangan ataupun merusak alat yang digunakan untuk membersihkan. Holder

sebaiknya berumur pendek, ini mengacu pada aspek ekonomis dan holder

membutuhkan pengembangan yang berkelanjutan.

Tabel 4.13 Hasil Sintesis Pada Alternatif Fungsi

Alternative Priority

Memudahkan untuk menemukan konektor 0.083

Tidak perlu membungkuk untuk meraih konektor 0.083

Menahan konektor dengan baik 0.081

Dapat menahan konektor dari benturan 0.066

Penggunaannya mudah 0.063

Memudahkan penyimpanan konektor 0.055

Memudahkan pengambilan konektor 0.054

Dapat menahan konektor agar tidak jatuh 0.053

Mudah memasangkan konektor pada holder 0.053

Page 64: 0507008 Rian Permana Skripsi

51

Tabel Lanjutan 4.13. Hasil Sintesis Pada Alternatif Fungsi

Alternative Priority

Konektor mudah saat diambil 0.052

Konektor tidak mudah jatuh 0.051

Pengambilan dan pemasangan konektor mudah 0.051

Memudahkan dosen untuk meraih konektor 0.044

Holder mudah digunakan 0.039

Dapat digunakan oleh siapa saja 0.036

Tidak mudah lepas dari tempat menempelnya 0.035

Membuat ruangan jadi lebih rapih 0.027

Membantu merapihkan ruangan 0.026

Tidak menghalangi gerakan pengguna 0.026

Dapat membuat kelas terlihat rapih 0.022

Sumber: (Data Diolah)

Dua prioritas pada tabel 4.12 memiliki nilai bobot yang sama besar.

Memudahkan untuk menemukan konektor ini maksudnya, pengguna yang akan

mengambil konektor tidak perlu mencari konektor karena konektor berada pada

tempatnya dan pengguna juga tidak perlu membungkuk untuk menghindari

terjadinya cedera pada tulang punggung. Holder juga tidak boleh menghalangi

gerakan pengguna nantinya (dalam hal ini dosen).

Page 65: 0507008 Rian Permana Skripsi

52

Tabel 4.14 Hasil Sintesis Pada Alternatif Instalasi Alternative Priority

Dapat menempel dengan kuat dimana saja 0.183

Terpasang kuat dimeja 0.128

Penahan tidak mudah tergeser dari tempatnya 0.120

Terdapat informasi penyimpanan 0.110

Bisa dipasang di dinding 0.107

Tidak menghabiskan tempat dimeja 0.077

Mudah dirawat 0.070

Disertai gambar petunjuk penggunaan 0.069

Tidak menghalangi penyimpanan laptop 0.051

Terlihat dengan jelas 0.046

Mudah dibersihkan 0.038

Sumber: Data Diolah

Holder connector harus dapat menempel kuat dimana saja, ini akan didukung

dengan penggunaan baut untuk instalasi holder nantinya. Jadi, holder akan kuat

menempel dimana saja dan dapat dipindahkan tempatnya sesuai dengan kebutuhan

pengguna.

Setelah dilakukan perhitungan bobot pada setiap kriteria dan sub kriterianya,

maka didapat importance to customer yang dimasukan kedalam house of quality.

Gambar 4.9Importance to Customer

Bobot yang

didapat dari

AHP

Page 66: 0507008 Rian Permana Skripsi

53

Langkah perhitungan importance to customer adalah langkah terakhir dalam

menyusun QFD ini.Setelah disusun maka didapat house of quality seperti yang

terlampir pada lembar lampiran.

Pembuatan HoQ sudah selesai, maka dari itu perancangan produk

berdasarkan hasil dari house of quality adalah sebagai berikut:

Berdasarkan Technical Responsepada tabel 4.8, produk yang akan dirancang

nantinya harus sesuai dengan dimensi konektor. Sehingga, pada saat melakukan

penyimpanan konektor tidak mudah terjatuh.

4.2.3. Perancangan Produk

Setelah melakukan perancangan produk holder connector dengan menggunan

metode QFD, kemudian hasilnya di interpretasikan menggunakan software autocad

(ACAD).Perancangan dengan menggunakan ACAD dilakukan dengan membuat

beberapa alternatif.Beberapa desain yang dibuat dapat di ACAD dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.

Gambar 4.10 Desain Holder ConnectorAlternatif1

Page 67: 0507008 Rian Permana Skripsi

54

Gambar 4.11 Desain Holder Connector Alternatif 2

Gambar 4.12 Desain Holder ConnectorAlternatif 3

Ketiga desain diatas akan dipilih salah satu. Pemilihan desain yang dipakai

ini dipilih berdasarkan QFD dan HOQ.Dalam HOQ terdapat prioritas pada masing-

masing kriteria, prioritas tersebut akan dibandingkan dengan desain-desain diatas.

Desain yang paling memenuhi kriteria tersebut lah yang akan dipilih dan digunakan.

Desain yang dipilih adalah desain 2. Berikut ini alasan terpilihnya desain 2:

Page 68: 0507008 Rian Permana Skripsi

55

Tabel 4.15 Hasil Technical Response

TECHNICAL RESPONSE BOBOT

Bentuk yang dibuat disesuaikan dengan ukuran dan dimensi konektor 1.726

Holder ditempatkan dekat dengan pengguna 1.612

Terdapat instruksi dan cara pemakaian disamping holder 1.249

Penempatan holder disesuaikan dengan tinggi rata-rata pengguna 1.160

Desain dibuat berujung round atau bulat 0.917

Holder dibuat dengan menggunakan bahan elastis namun kuat 0.789

Ukuran penahan terlihat dinamis dengan ukuran konektor dan lingkungannya 0.721

Penahan holder tidak paten, dapat dibuka pasang 0.662

Instalasi holder menggunakan baut 0.652

Holder dibuat dengan menggunakan warna yang mencolok 0.555

Bahan yang digunakan merupakan bahan yang tidak mengandung bahan kimia 0.551

Pembuatan holder menggunakan bahan plastik yang ramah lingkungan 0.528

Berdasarkan technical response pada tabel 5.1, maka holder connector akan

dirancang berdasarkan kriteria sesuai dengan jumlah bobot pada masing masing

kriteria. Berikut ini adalah perancangan holder connector berdasarkan pada

technical response:

a. Bentuk holder connector yang dibuat disesuaikan dengan ukuran dan dimensi

konektor.

Holder connector yang dibuat, didesain untuk konektor VGA D-SUB 15 pin

dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran konektor tersebut. Ukuran holder

connector untuk konektor VGA D-SUB 15 pin dapat dilihat pada gambar 5.1.

Page 69: 0507008 Rian Permana Skripsi

56

41mm

75 m

m

Gambar 4.13 Dimensi holder connector

b. Holder ditempatkan dekat dengan pengguna.

Desain holder connector harus dapat ditempatkan dimana saja sesuai dengan

posisi umum para pengguna holder.Pemasangan holderyang harus sesuai dengan

pemakai ini didukung dengan kemampuan produk untuk ditempatkan dimana saja,

untuk menempatkan produk holder ini menggunakan baut sebagai sarana

pemasangan terhadap tempatnya nanti.

Page 70: 0507008 Rian Permana Skripsi

57

c. Terdapat instruksi dan cara pemakaian disamping holder.

Setelah dipasang baik pada meja ataupun dinding, holder diberikan keterangan

bagi pengguna supaya dapat mudah menemukan dan mengetahui cara pakai holder

tersebut. Berikut ini adalah contoh display yang akan ditempel disamping holder

connector.

Setelah Digunakan Konektor Harap Disimpan Kembali Ke

Sini

Gambar 4.14 Display Instruksi

d. Penempatan holder disesuaikan dengan tinggi rata-rata pengguna.

Desain holder konektor VGA D-SUB dapat ditempatkan sesuai dengan rata-

rata pengguna karena holder didesain dengan cara penempatan menggunakan baut.

e. Desain dibuat ber-ujung bulat.

Konektor VGA D-SUB di desain dengan memperhatikan keselamatan dan

keamanan para penggunanya, untuk itu holder didesain dengan ujung yang bulat.Hal

ini ditujukan agar tangan pengguna tidak terluka jika dengan tidak sengaja

menyentuh ujung dari konektor.

Gambar 4.15 Ujung Holder Connector

Page 71: 0507008 Rian Permana Skripsi

58

f. Holder dibuat dengan menggunakan bahan elastis namun kuat.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, holder connector ini

nantinya akan dibuat dengan menggunakan teknik cor dengan menggunakan bahan

akrilik.

g. Ukuran penahan terlihat dinamis dengan ukuran konektor dan lingkungannya.

Seperti halnya yang tercantum pada point a, ukuran holder connector VGA D-

SUB akan disesuaikan dengan dimensi konektor. Sehingga, ukuran konektor tidak

akan mengganggu pergerakan penggunanya nanti.

4.2.4. Harga Pokok Produksi

Perhitungan harga pokok produksi atau HPP dihitung agar mengetahui berapa

biaya produksi yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk holder

connector.Berikut ini harga bahan akrilik:

Tabel 4.16 Harga Bahan Baku

Keterangan Harga Sumber

Harga Resin Akrilik 150,000 /kg Brataco, 2012

Harga Hardener 35,000/liter Brataco 2012

Berat Jenis Akrilik 1,190 kg/m Wikipedia 3

Sumber: Data Diolah

Perhitungan harga pokok produksi dihitung dari volume holder connector dan

berat jenis, kemudian dikalikan dengan harga pada tabel 4.13.Harga pokok produksi

holder dengan menggunakan bahan akrilik seperti terlihat pada tabel 4.14 dibawah

ini.

Tabel 4.17 Harga Pokok Produksi

Keterangan Harga

Material Akrilik 1,927.80

Hardener 449.82

Overhead 2,318.80

JUMLAH 4,697

Page 72: 0507008 Rian Permana Skripsi

59

BAB V

ANALISIS

5.1. Analisis Kerusakan Menggunakan Diagram Pareto

Kerusakan yang terdapat pada beberapa proyektor menjadi inti permasalahan

dari tugas akhir ini, maka dari itu kerusakan yang ada seharusnya dihitung

dulu.Perhitungan analisis kerusakan ini menggunakan Diagram Pareto.Berikut ini

adalah analisis kerusakan menggunakan diagram pareto.

Tabel 5.1 Data Kerusakan Proyektor

No. Jumlah Jumlah

1 Laboratorium 2

2 Ruang Kelas 4

3 Gedung STMIK 0

4 Kantor 1

5 User 28

JUMLAH 35

(Sumber: Data Diolah)

Tabel 5.2 Tabel Jenis Kerusakan

No. Masalah Frekuensi Frek

(%)

Frek Kumulatif

(%)

1 Konektor 20 57.143 57.14

2 Kabel 9 25.714 82.86

3 Lampu Warning 5 14.286 97.14

4 Bintik-bintik 1 2.857 100

JUMLAH 35 100

Page 73: 0507008 Rian Permana Skripsi

60

Gambar 5.1 Diagram Pareto

Gambar diatas menunjukan kerusakan proyektor yang disebabkan oleh

konektor rusak sebesar 82.86%, maka dengan mendesain holder connector untuk

konektor proyektor akan mengatasi kerusakan sebesar 82.86%. Kerusakan konektor

dapat dilihat pada gambar 4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4. Diharapkan holder ini akan

mencegah kerusakan sebesar 80% lebih.

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

0

5

10

15

20

25

30

35

Konektor Kabel Lampu Warning

Bintik-bintik

Frekuensi

Frek Kumulatif (%)

Page 74: 0507008 Rian Permana Skripsi

61

Penyebab kerusakan konektor ini didapat dari hasil pengamatan dan fishbone

diagram. Fishbone diagram dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.2 Fishbone Diagram

Melihat fishbone diagram pada gambar 5.2, kerusakan konektor disebabkan

karena masalah tidak tersedianya alat/mesin yang dapat membantu untuk menyimpan

konektor dengan baik. Hal ini menyebabkan perilaku manusia menjadi tidak

memperhatikan penyimpanan konektor, sehingga banyak kerusakan yang terjadi

pada konektor dan kabel pada LCD proyektor di Universitas Widyatama.

5.2. Analisis Perancangan Dengan Metode Quality Function Deployment

Melihat hasil dari House of Quality pada perancangan holder connector dengan

menggunakan metode Quality Function Deployment, maka perancangan holder

connector akan mengutamakan beberapa hal yang terdapat pada HOQ. Perancangan

holder connector ini akan mengacu pada technical response pada HOQ, technical

response tersebut seperti yang terlihat pada tabel 5.3:

Gambar 5.3 Technical Importance

Technical Response Technical

Importance

Holder ditempatkan dekat dengan pengguna 105

Bentuk yang dibuat disesuaikan dengan ukuran dan

dimensi konektor 90

Terdapat instruksi dan cara pemakaian disamping holder 89

Page 75: 0507008 Rian Permana Skripsi

62

Instalasi holder menggunakan baut 82

Sumber: Data Diolah

Melihat pada tabel 5.3 diatas, holder connector harus mampu ditempatkan

dekat dengan pengguna.Artinya, pemasangan holder connector harus dapat

ditempatkan disekitar dimana saja, terutama didekat dengan pengguna.Holder

connector juga tidak boleh menggunakan bahan berbahaya yang mengandung bahan

kimia, kareana holder connector ini akan besentuhan langsung dengan tangan

pengguna.

5.3. Analisis Perancangan

Perancangan holder connector ini menggunakan QFD.Hasil perancangan

dengan meggunakan QFD ini kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan

AutoCAD.Gambar perancangan holder connector yang terpilih untuk diproduksi

dapat dilihat pada gambar 5.2 dibawah ini.

Gambar 5.4 Hasil Perancangan

Hasil perancangan pada gambar diatas kemudian di cetak dengan

menggunakan printer3D sebagai prototype.Desain yang dipilih untuk diproduksi

sudah mengikuti keinginan konsumen yang didapat dari QFD.

Page 76: 0507008 Rian Permana Skripsi

63

5.4. Analisis Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi untuk holder connector ini sebesar Rp.4.697. Harga

ini merupakan harga produksi holder connector dengan bahan dasar akrilik.Harga

satu buah holderini termasuk sangat murah dibandingkan dengan harga holder

sejenis. Untuk perbandingan maka produk holder connector ini akan dibandingkan

dengan harga holder/hanger untuk baju, holder/hanger untuk baju dibandrol dengan

harga Rp.6.500.

Page 77: 0507008 Rian Permana Skripsi

63

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Desain holder connector VGA dapat mengurangi kerusakan konektor dan kabel yang

ada di Universitas Widyatama.

• Biaya perunitholder VGA jika akan diproduksi adalah sebesar Rp.4.697. Jadi

berdasarkan harga yang didapatkan pada perhitungan harga pokok produksi

makaholder connector ini dapat diproduksi.

6.2. Saran

• Untuk Penelitian Selanjutnya

Saran untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan pengembangan desain, baik dari

segi bentuk atau ukuran.Menambahkan fungsi tambahan lainnya.

• Implementasi

Selanjutnya diharapkan dapat dipasang pada tiap-tiap kelas di Universitas

Widyatama sebagai salah satu cara mengurangi dampak kerusakan pada konektor.

Page 78: 0507008 Rian Permana Skripsi

64

DAFTAR PUSTAKA 1. Akao Yoji. 1990. Introduction to Quality Deployment (Application Manual of

Quality Function Deployment (1). (Japanese) JUSE Press.

2. Cohen, Lou. 1995. Quality Function Deploymen “How to make QFD work for

you” Addison Wesley Publishing Compayi : New York

3. Djati, Imam Widodo . 2003. Perencanaan dan Pengembangan Produk. Ull

Press : Jogjakarta

4. Gaspersz, Vincent. 1997. Production Planning and Inventory Control. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

5. Halim, Abdul, (2003), Analisis Investasi, Salemba Empat, Jakarta Hoaming,

Murdifin, dan Basalamah, Salim (2010), Studi Kelayakan Investasi Proyek

dan bisnis, Bumi Akasara, Jakarta.

6. Harnanto, 1992. Akuntansi Biaya: penentuan harga pokok produk, edisi

pertama, Gadjah Mada, BPFE, Yogyakarta.

7. Kannan.G(2008):“Implementation of fuzzy quality function deployment in an

automobile component to improve the quality characteristics”, Quality

Engineering,

8. Kotler, P. & Amstrong, G. (2001). Dasar-Dasar Pemasaran Edisi Kesembilan

Jilid Satu. Jakarta : PT Indeks.

9. Kotler, P. & Keller, K. L. (2012). Marketing Management 14th Edition. New

Jersey : Pearson Education, Inc.

10. Machfoedz, Mas’ud. 1995. Tinjauan Penelitian Akuntansi 1970-1980 dan

Kemungkinan Replikasi di Indonesia. Makalah Loka Karya Metodologi

Penelitian di Universitas Tujuh Belas Agustus Surabaya

11. Morris, R. (2009). The Fundamentals of Product Design. Singapore : AVA

Book Production Pte. Ltd

12. Mulyadi.1993. Akuntansi Biaya. Yogyakarta:Bagian Penerbitan Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

13. Schoorman, J. P.L., & Creusen, M. E. H. (2005). The Different Roles of

Product Appearance In Consumer Choice. Journal of Product Innovation

Management 2005;22:63-81.

Page 79: 0507008 Rian Permana Skripsi

65

14. Stokholm, M. (2003). Semantic & Aesthetic Functions in Design. University of

Art and Design Helsinki

15. Supriyono, R.1999. Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta:PT BPFE.

16. Wardani, L. K. (2003). Evaluasi Ergonomi dalam Perancangan Desain. Jurusan

Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra.

Page 80: 0507008 Rian Permana Skripsi

66

LAMPIRAN I Lampiran 1HOUSE OF QUALITY

Page 81: 0507008 Rian Permana Skripsi

LAMPIRAN II Lampiran 2 Hierarki AHP

Page 82: 0507008 Rian Permana Skripsi

LAMPIRAN III Lampiran 3Expert Choise

Page 83: 0507008 Rian Permana Skripsi
Page 84: 0507008 Rian Permana Skripsi