39
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Hotel Amaris Pettarani adalah sebuah bangunan gedung hotel yang terletak di Jalan Andi Pangeran Pettarani di kota Makassar, dimana pemilik dari proyek ini yaitu PT. Goldwin Grahawita Makassar dan dikelola oleh PT. Grahawita Santika. Gambar 2. 1 Gambar tampak Hotel Amaris Pettarani Bangunan hotel ini termasuk High Risk Building dengan jumlah lantai mencapai 11 lantai dengan ketinggian bangunan ±42,35 meter dari elevasi jalan. Hotel ini memiliki kapasitas 112 kamar tamu, 4 ruang meeting yang flexible, 1 Xpress dan memilki basement yang akan digunakan untuk ruang RWT dan STP serta Pit lift. Bangunan ini akan 7

library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web viewSetelah daftar harga diperoleh kemudian dilakukan analisa harga satuan pekerjaan yang dapat dilakukan

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Hotel Amaris Pettarani adalah sebuah bangunan gedung hotel yang terletak di

Jalan Andi Pangeran Pettarani di kota Makassar, dimana pemilik dari proyek ini

yaitu PT. Goldwin Grahawita Makassar dan dikelola oleh PT. Grahawita Santika.

Gambar 2. 1 Gambar tampak Hotel Amaris Pettarani

Bangunan hotel ini termasuk High Risk Building dengan jumlah lantai

mencapai 11 lantai dengan ketinggian bangunan ±42,35 meter dari elevasi jalan.

Hotel ini memiliki kapasitas 112 kamar tamu, 4 ruang meeting yang flexible, 1

Xpress dan memilki basement yang akan digunakan untuk ruang RWT dan STP serta

Pit lift. Bangunan ini akan didirikan pada tanah seluas ±1.200m3. Bangunan ini akan

menggunakan pondasi berupa tiang pancang tipe spun pile diameter 600mm dan

memiliki panjang 12 meter dengan jumlah titik sekitar 189 titik dan menggunakan

sistem raft foundation.

Hotel Amaris adalah merupakan produk budget hotel maka hotel ini memiliki

konsep minimalis yang berupa patahan-patahan dan pada bagian tampak depan akan

dibungkus menggunakan ACP yang dilakukan dengan sistem kering yang akan

7

8

dipadukan dengan lampu LED pada area patahannya. Bangunan hotel ini memiliki

areal parkir ±25 lot parkir mobil dimana ada area lot parkir yang dapat digunakan

untuk parkiran bis sehingga terdapat dua akses masuk kendaraan yaitu untuk mobil

dan untuk bis. Area parkir dibuat ramp dari jalan utama hingga menuju area drop off.

Dan dalam hotel ini menggunakan lift sebanyak 2 buah dimana kedua lift tersebut

hanya akan melayani hingga lantai 10 atau hingga lantai kamar pengunjung (guest

room). Untuk tangga darurat disiapkan pada sisi samping hotel sehingga ada dua

akses tangga darurat sebagaimana yang disyaratkan oleh peraturan pemerintah dan

pada sisi kanan tangga darurat tersebut dibuat hingga lantai 11 dimana lantai tersebut

akan digunakan untuk area manajemen hotel (office).

Gambar 2. 2 Denah Lantai Lobby

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Proyek

Proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung

dalam jangka waktu tertentu / terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan

digunakan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas.

(Soeharto, 1997)

Heizer dan Render (2005) menjelaskan bahwa proyek dapat didefinisikan

sebagai sederetan tugas yang diarahkan kepada suatu hasil utama.

Meredith dan Mantel (2006) dikatakan bahwa “The project is complex

enough that the subtasks require careful coordination and control in terms of timing,

precedence, cost, and performance.”

9

Dengan kutipan-kutipan tersebut maka dapat disimpulkan proyek adalah

suatu kumpulan kegiatan yang memiliki tujuan / hasil utama yang sudah ditentukan

baik dari segi tujuan, perencanaan, waktu dan lama pengerjaan serta sumber daya-

sumber daya yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan proyek tersebut.

2.2.2. Pengertian Manajemen Proyek

Manajemen Proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan

mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang

telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem

dan hirarki (arus kegiatan) vertikal maupun horizontal. (Soeharto, 1997).

Menurut Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentuan waktu

penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat penting

dalam proses perencanaan karena penentuan waktu tersebut akan menjadi dasar bagi

perencanaan yang lain, yaitu:

a. Penyusunan jadwal (scheduling), anggaran (budgeting), kebutuhan

sumber daya manusia (manpower planning), dan sumber organisasi yang

lain.

b. Proses pengendalian (controlling).

Manajemen proyek meliputi tiga fase (Heizer dan Render, 2005), yaitu:

a. Perencanaan

Fase ini mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan proyek, dan

organisasi timnya.

b. Penjadwalan

Fase ini menghubungkan orang, uang, dan bahan untuk kegiatan khusus

dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan yang lainnya.

c. Pengendalian

Perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas, dan anggaran.

Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau

mengelola kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan waktu

dan biaya.

Handoko (1999) menyatakan tujuan menajemen proyek adalah sebagai

berikut:

10

a. Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang merupakan

salah satu sasaran utama proyek, keterlambatan akan

mengakibatkan kerugian, seperti penambahan biaya, kehilangan

kesempatan produk memasuki pasar.

b. Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan

sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

c. Tepat spesifikasi (on spesification) dimana proyek harus sesuai

dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

2.2.3. Sumber Daya Proyek Konstruksi

Sumber daya diperlukan guna melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang

merupakan komponen proyek. Hal tersebut dilakukan terkait dengan ketepatan

perhitungan unsur biaya, mutu, dan waktu. Bagaimana cara mengelola (dalam hal ini

efektivitas dan efisiensi) pemakaian sumber daya ini akan memberikan akibat biaya

dan jadwal pelaksanaan pekerjaan tersebut. Dalam masalah sumber daya, proyek

menginginkan agar sumber daya tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang cukup

pada waktunya, digunakan secara optimal dan dimobilisasi secepat mungkin setelah

tidak diperlukan.

Secara umum sumber daya adalah suatu kemampuan dan kapasitas potensi

yang dapat dimanfaatkan oleh kegiatan manusia untuk kegiatan sosial ekonomi.

Sehingga lebih spesifik dapat dinyatakan bahwa sumber daya proyek konstruksi

merupakan kemampuan dan kapasitas potensi yang dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan konstruksi. Sumber daya proyek konstruksi terdiri dari :

a. Waktu

Waktu merupakan sumber daya utama dalam pelaksanaan suatu proyek.

Perencanaan dan pengendalian waktu dilakukan dengan mengatur

jadwal, yaitu dengan cara mengidentifikasi titik kapan pekerjaan mulai

dan kapan berakhir. Perencanaan dan pengendalian merupakan bagian

dari penyusunan biaya. Seringkali pengelola proyek beranggapan bahwa

penyelesaian proyek semakin cepat semakin baik. Akan tetapi pada

kenyataannya perencanaan waktu harus dihitung berdasarkan man-hour

dari perkiraan biaya, hal tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk

menghitung lamanya kegiatan pada jadwal itu sehingga penggunaan

waktu dapat optimal.

11

b. Biaya

Biaya merupakan modal awal dari pengadaan suatu konstruksi. Dimana

biaya dapat didefinisikan sebagai jumlah segala usaha dan pengeluaran

yang dilakukan dalam mengembangkan, memproduksi, dan

mengaplikasikan produk.

c. Sumber Daya Manusia (Human Resources)

Pengelolaan sumber daya manusia meliputi proses perencanaan dan

penggunaan sumber daya manusia dengan cara yang tepat untuk

memperoleh hasil yang optimal. Menurut Sugiyono (2001) tenaga kerja

konstruksi dibagi menjadi dua macam, yaitu penyedia atau pengawas

serta pekerja atau buruh lapangan. Dilihat dari bentuk hubungan kerja

antar pihak yang bersangkutan, tenaga kerja proyek khususnya tenaga

konstruksi dibedakan menjadi dua, yakni :

Tenaga kerja langsung, yaitu tenaga kerja yang direkrut dan

menandatangani ikatan kerja perseorangan dengan perusahaan

kontrkator, diikuti dengan latihan, sampai dianggap cukup

pengetahuan dan kecakapan.

Tenaga kerja borongan, yaitu tenaga kerja yang bekerja berdasarkan

ikatan kerja antara perusahaan penyedia tenaga kerja dengan

kontraktor, untuk jangka waktu tertentu.

Menurut Soeharto (1997) dalam penyelenggaraan proyek, sumber daya

manusia yang berupa tenaga kerja merupakan faktor penentu

keberhasilan suatu proyek. Jenis dan intensitas kegiatan proyek berubah

dengan cepat sepanjang siklusnya, sehingga penyediaan jumlah tenaga

kerja harus meliputi perkiraan jenis dan kapan tenga kerja diperlukan.

Dengan mengetahui perkiraan angka dan jadwal kebutuhannya, maka

penyediaan sumber daya manusia baik kualitas dan kuantitas menjadi

lebih baik dan efisien. Dan secara teoritis, keperluan rata-rata tenaga

kerja dapat dihitung dari total lingkup kerja proyek yang dinyatakan

dalam jam orang dibagi dengan kurun waktu proyek. Namun cara ini

kurang efisien karena tidak sesuai dengan kenyataan sesungguhnya,

karena akan menimbulkan pemborosan dengan mendatangkan sekaligus

seluruh kebutuhan tenaga kerja pada awal proyek. Dengan demikian,

dalam merencanakan jumlah tenaga kerja proyek yang realistis perlu

12

memperhatikan berbagai faktor, yakni produktivitas tenaga kerja,

keterbatasan sumber daya, jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan

dan peratan tenaga kerja guna mencegah gejolak yang tajam.

d. Sumber Daya Bahan

Dalam setiap proyek konstruksi pemakaian material merupakan bagian

terpenting yang mempunyai persentase cukup besar dari biaya proyek.

Biaya material menyerap biaya yangpaling besar dari biaya proyek, biaya

ini belum termasuk biaya penyimpanan material. Oleh karena itu

penggunaan teknik manajemen yang sangat baik dan tepat untuk

membeli, menyimpan, mendistribusikan dan menghitung material

konstruksi menjadi sangat penting.

e. Sumber Daya Peralatan

Peralatan konstruksi merupakan salah satu sumber daya terpenting yang

dapat mendukung dan mempermudah tercapainya suatu tujuan yang

diinginkan. Peralatan konstruksi yang dimaksud adalah alat/peralatan

yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan konstruksi. Ini dapat berupa

crane, scraper, truk, back hoe, kompresor udara, dll. Artinya

pemanfaatan alat berat pada suatu proyek konstruksi dapat meningkatkan

efisiensi dan efektifitas pada tahap pelaksanaan maupun hasil yang

dicapai.

Dalam pengelolaan alat-alat konstruksi yang berpengaruh besar terhadap

biaya adalah pilihan antara membeli atau menyewa. Pilihan ini

dipengaruhi oleh besar kecilnya ukuran proyek, tersedianya fasilitas

pemeliharaan dan cash flow. Untuk pemakaian yang relatif tidak lama

akan lebih menguntungkan dengan menyewa. Tentu saja faktor ekonomi

dan jadwal akan menjadi pertimbangan utama dalam mengambil

keputusan atas pilihan tersebut. Setelah pemilihan jenis peralatan

ditentukan, maka untuk mengurangi persediaan suku cadang dan

mempertahankan pengenalan para operator dan mekanik, perlu

dipikirkan adanya standarisasi peralatan. Pengenalan dan pengalaman

seringkali sangat besar pengaruhnya terhadap produktivitas. Hal ini

bukan berarti melarang memilih peralatan baru dengan desain mutakhir,

tetapi hendaknya segala faktor dipertimbangkan sebaik mungkin.

13

Sumber daya merupakan salah satu kunci yang sangat penting untuk

mencapai sasaran yang telah ditentukan. Sumber daya dalam proyek bisa berupa

finansial, tenaga kerja, material dan peralatan. Untuk mengatur kebutuhan sumber

daya secara optimal diperlukan perencanaan yang matang agar dalam pelaksanaan

proyek dapat berjalan dengan baik, selain itu juga harus dilakukan pengendalian

secara berkala dari awal hingga akhir (Dinariana & Mirawati, 2011).

2.2.4. Tahap Siklus Proyek

Kegiatan-kegiatan dalam sebuah proyek berlangsung dari titik awal,

kemudian jenis dan intensitas kegiatannya meningkat hingga ke titik puncak, turun,

dan berakhir, seperti ditunjukkan dalam gambar. Kegiatan-kegiatan tersebut

memerlukan sumber daya yang berupa jam orang (man-hour), dana, material atau

peralatan (Soeharto, 1999)

Gambar 2. 3 Hubungan Keperluan Sumber Daya Terhadap Waktu dalam Siklus

Proyek (Soeharto, 1999)

Menurut Soeharto (1999), salah satu sistematika penahapan yang disusun

oleh PMI (Project Management Institute) terdiri dari tahap-tahap konseptual,

perencanaan dan pengembangan, implementasi, terminasi, dan operasi.

14

a. Tahap Konseptual

Dalam tahap konseptual, dilakukan penyusunan dan perumusan gagasan,

analisis pendahuluan, dan pengkajian kelayakan. Deliverable akhir pada

tahap ini adalah dokumen hasil studi kelayakan.

b. Tahap Definisi

Kegiatan utama dalam tahap definisi adalah melanjutkan evaluasi hasil

kegiatan tahap konseptual, menyiapkan perangkat (berupa data,

spesifikasi teknik, engineering, dan komersial), menyusun perencanaan

dan membuat keputusan strategis, serta memilih peserta proyek.

Deliverable akhir pada tahap ini adalah dokumen hasil analisis lanjutan

kelayakan proyek, dokumen rencana strategis dan operasional proyek,

dokumen anggaran biaya, jadwal induk, dan garis besar kriteria mutu

proyek.

c. Tahap Implementasi

Pada umumnya, tahap implementasi terdiri dari kegiatan desain-

engineering yang rinci dari fasilitas yang hendak dibangun, pengadaan

material dan peralatan, manufaktur atau pabrikasi, dan instalasi atau

konstruksi. Deliverable akhir pada tahap ini adalah produk atau instalasi

proyek telah selesai.

d. Tahap Terminasi

Kegiatan pada tahap terminasi antara lain mempersiapkan instalasi atau

produk beroperasi (uji coba), pada penyelesaian administrasi dan

keuangan lainnya. Deliverable akhir pada tahap ini adalah instalasi atau

produk yang siap beroperasi dan dokumen pernyataan penyelesaian

masalah asuransi, klaim, dan jaminan.

e. Tahap Operasi atau Utilitas

Dalam tahap ini, kegiatan proyek berhenti dan organisasi operasi

mulai bertanggung jawab atas operasi dan pemeliharaan instalasi atau

produk hasil proyek.

2.2.5. Penjadwalan Proyek

Penjadwalan proyek merupakan tahapan menerjemahkan suatu perencanan ke

dalam suatu diagram-diagram yang sesuai dengan skala waktu. Penjadwalan

menentukan kapan kegiatan-kegiatan akan dimulai, ditunda, dan diselesaikan,

15

sehingga pengendalian sumber-sumber daya akan disesuaikan waktunya menurut

kebutuhan yang ditentukan. Dalam proyek, penjadwalan sangat penting dalam

memproyeksikan keperluan tenaga kerja, material, dan peralatan.

Menjadwalkan adalah berpikir secara mendalam melalui berbagai persoalan-

persoalan, menguji jalur-jalur yang logis, serta menyusun berbagai macam tugas,

yang menghasilkan suatu kegiatan lengkap, dan menuliskan bermacam-macam

kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu yang tepat (Luthan &

Syafriandi, 2006).

Adapun tujuan penjadwalan adalah sebagai berikut :

a. Mempermudah perumusan masalah proyek.

b. Menentukan metode atau cara yang sesuai.

c. Kelancaran kegiatan lebih terorganisir.

d. Mendapatkan hasil yang optimum.

Sedangkan fungsi penjadwalan dalam suatu proyek kontruksi antara lain :

a. Menentukan durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah.

b. Menentukan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan.

c. Menentukan kegiatan-kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda

pelaksanaanya dan menentukan jalur kritis.

d. Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek.

e. Sebagai dasar perhitungan cashflow proyek.

f. Sebagai dasar bagi penjadwalan sumber daya proyek, seperti tenaga

kerja, material, dan peralatan.

g. Sebagai alat pengendalian proyek.

2.2.6. Lintasan Kritis

Heizer dan Render (2005) menjelaskan bahwa dalam melakukan analisis jalur

kritis, digunakan dua proses two-pass, terdiri atas forward pass dan backward pass.

ES dan EF ditentukan selama forward pass, LS dan LF ditentukan selama backward

pass. ES (earliest start) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat dimulai, dengan

asumsi semua pendahulu sudah selesai. EF (earliest finish) merupakan waktu

terdahulu suatu kegiatan dapat selesai. LS (lastest start) adalah waktu terakhir suatu

kegiatan dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan

proyek. LF (lastest finish) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat selesai

sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek.

16

ES = Max {EF semua pendahulu langsung}...................................................pers (2.1)

EF = ES + Waktu kegiatan..............................................................................pers (2.2)

LF = Min {LS dari seluruh kegiatan yang langsung mengikutinya}..............pers (2.3)

LS = LF - Waktu kegiatan...............................................................................pers (2.4)

Setelah waktu terdahulu dan waktu terakhir dari semua kegiatan dihitung,

kemudian jumlah waktu slack (slack time) dapat ditentukan. Slack time adalah waktu

yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan

keterlambatan proyek keseluruhan (Heizer dan Render, 2005).

Slack = LS - ES..............................................................................................pers. (2.5)

Atau

Slack + LF - EF..............................................................................................pers. (2.6)

Gambar 2. 4 Notasi yang Digunakan pada Node Kegiatan

Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan

pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek. (Soeharto, 1999).

Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika mengetahui lintasan kritis

adalah sebagai berikut:

a. Penurunan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh pekerjaan

proyek terrtunda penyelesaiannya.

b. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang

ada pada lintasa kritis dapat dipercepat.

17

c. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis

yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off

(pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program

(diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang

bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya

lembur.

d. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpinan proyek

untuk memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan

di lintasan kritis agar efektif dan efisien.

Kegunaan jalur kritis adalah untuk mengetahui list kegiatan-kegiatan yang

mejadi kegiatan utama dalam suatu proyek dimana pekerjaan-pekerjaan utama

tersebut akan dapat mempengaruhi jadwal selesainya sebuah proyek secara

keseluruhan tetapi belum tentu mempengaruhi jadwal pekerjaan yang lainnya.

2.2.7. Construction Method

Metode adalah suatu hal yang penting untuk diperhatikan dalam proses

konstruksi bangunan. Dengan metode yang tepat, suatu proyek konstruksi dapat

mengejar target keuntungan dari sisi biaya dan waktu dengan tanpa meninggalkan

kualitas.

Bila dikaitkan dengan cost and time reduction, metode pun bisa menjadi

suatu stimulus atau bahkan dapat diibaratkan seperti katalisator dari beberapa

komponen di dalam suatu proyek.

Terdapat beberapa metode efektif untuk melakukan time and reduction

dengan biaya yang optimal serta kualitas yang tidak dikurangi pada kegiatan proyek

tertentu apabila diasumsikan sumber daya yang dimiliki tidak terbatas. Metode-

metode tersebut antara lain : (Nurhayati, 2010)

a. Penambahan sumber daya

Merupakan metode yang paling umum untuk memperpendek waktu

proyek, yaitu dengna melakukan penambahan staf dan peralatan untuk

kegiatan. Tetapi perlu diperhatikan bahwa hubungan antara ukuran staf

dan perkembangan proyek bukanlah hal yang bersifat linear. Oleh karena

itu alternatif ini juga harus dipertimbangkan dengan baik sebelum

menjadi keputusan yang akan diambil.

18

b. Melakukan outsourcing pekerjaan

Metode umum lainnya dalam memperpendek waktu proyek adalah

dengan subkontrak sebuah kegiatan. Subkontrak yang memiliki akses

terhadap teknologi yang lebih baik atau keahlian yang lebih baik akan

dapat mempercepat penyelesaian kegiatan.

c. Melakukan lembur

Cara yang paling mudah untuk menambah tenaga kerja untuk sebuah

proyek bukanlah hanya dengan menambah personil, tetapi dapat juga

dengan menjadwalkan kegiatan lembur. Dalam melakukan lembur juga

perlu dilakukan pertimbangan terhadap batasan kemampuan yang

dirasakan karyawan sudah cukup tinggi, maka akan dapat mengurangi

produktivitasnya.

d. Membangun tim proyek inti

Para profesional diizinkan untuk memusatkan perhatian mereka hanya

pada suatu proyek tertentu, sehingga diharapkan dengan fokus yang

tunggal ini akan dapat meningkatkan kekompakan timnya dan yang

paling penting adalah mempercepat penyelesaian proyek.

e. Lakukan 2 kali, kerjakan dengan cepat, dan perbaiki

Ketika dihadapkan pada pekerjaan yang mendesak, mencoba

mengerjakan pekerjaan dengan cepat walaupun kurang sempurna dapat

menjadi solusi untuk jangka pendek, kemudian dilakukan peninjauan

kembali dan pengerjaan kembali dengan lebih baik.

Biaya tambahan yang dilkeluarkan akibat pengerjaan dua kali ini

biasanya akan digantikan dengan manfaat yang diperoleh akibat

memenuhi deadline penyelesaian proyek.

f. Fast tracking

Terkadang dimungkinkan untuk melakukan penyusunan ulang logika

jaringan kerja sehingga kegiatan-kegiatan kritis dilakukan secara paralel

menggantikan cara pengerjaan yang seri.

Salah satu metode yang paling umum dalam melakukan penyusunan

ualng hubungan kegiatan-kegiatan ini adalah dengan mengganti

hubungan kegiatan-kegiatan ini adalah dengan mengganti hubungan

finish-to-start menjadi hubungan start-to-start.

g. Rantai kritis (critical chain)

19

Critical chain membutuhkan adanya pelatihan dan adanya perubahan

kebiasaan dan sudut pandang sehingga membutuhkan waktu untuk

diadopsi.

h. Melakukan brainstroming

Manajer proyek harus menggali pengetahuan dan pengalaman dari para

karyawannya dengan mengadakan sesi brainsroming yakni saat semua

anggota tim proyek akan memberikan usul yang akan dapat menghemat

waktu penyelesaian.

i. Fase delivery proyek

Dalam situsai dimana keseluruhan proyek tidak dapat diselesaikan pada

saat deadline, akan masih mungkin untuk melakukan pengiriman

beberapa bagian yang bermanfaat dari proyek tersebut.

2.2.8. Penentuan Asumsi Durasi Kegiatan

Durasi proyek adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

seluruh pekerjaan dalam sebuah proyek, dimana durasi ini dapat ditentukan oleh

beberapa hal seperti volume, pekerjaan, metode kerja, keadaan lapangan, dan

keterampilan tenaga kerja dalam melaksanakan proyek.

Durasi kegiatan dalam metode jaringan kerja adalah lama waktu yang

diperlukan untuk melakukan kegiatan dari awal sampai akhir (Soeharto, 1995).

Ketepatan atau akurasi durasi kegiatan akan banyak tergantung dari siapa

yang membuat perkiraan tersebut. Durasi ini lazimnya dinyatakan dengan jam, hari,

atau minggu.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memperkirakan durasi kegiatan

adalah :

a. Angka perkiraan bebas dari pertimbangan pengaruh durasi kegiatan yang

mendahului atau yang terjadi sesudahnya.

b. Angka perkiraan durasi kegiatan dihasilkan dari asumsi bahwa sumber

daya tersedia dalam jumlah yang normal.

c. Pada tahap awal analisis angka perkiraan ini, dianggap tidak ada

keterbatasan jumlah sumber daya, sehingga memungkinkan kegiatan

dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan atau paralel. Sehingga

penyelesaian proyek lebih cepat dibanding bila dilakukan secara

berurutan atau berseri.

20

d. Gunakan hari kerja normal, jangan dipakai asumsi kerja lembur, kecuali

kalau hal tersebut telah direncanakan khusus untuk proyek yang

bersangkutan, sehingga diklasifikasi sebagai hal yang normal.

e. Bebas dari pertimbangan mencapai target jadwal penyelesaian proyek,

karena dikhawatirkan mendorong untuk menentukan angka yang

disesuaikan dengan target tersebut. Tidak memasukkan angka

kontingensi untuk hal-hal seperti adanya bencana alam (gempa bumi,

banjir, badai, dan lain-lain), pemogokan dan kebakaran.

Dalam penentuan asumsi penentuan durasi/waktu dapat digunakan dua cara,

yaitu :

a. Diagram Balok (Bar Chart)

Diagram balok disusun dengan maksud mengidentifikasi unsur waktu

dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu

mulai, waktu penyelesaian, dan saat laporan.

Diagram balok merupakan rencana kerja yang paling sederhana dan

sering digunakan pada proyek yang tidak terlalu rumit serta mudah dibuat dan

dipahami. Pada diagram balok telah diperhatikan urutan kegiatan, meskipun

belum terlihat hubungan ketergantungan antara kegiatan yang satu dengan

lainnya.

Cara menyusun diagram balok adalah sebagai berikut :

Membagi proyek menjadi sejumlah kegiatan yang jadwal

pelaksaannya ditentukan.

Menentukan perkiraan waktu permulaan dan akhir bagi pelaksaan

masing-masing kegiatan.

Menggambarkan balok yang mewakili masing-masing kegiatan.

21

Gambar 2. 5 Diagram Balok (Soeharto, 1995)

b. Network Planning

Network planning (jaringan kerja) pada prisnsipnya adalah hubungan

ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau

divisulisasikan dalam diagram network. Dengan demikian dapat dikemukakan

bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga dapat dijadikan

dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa

suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya belum

selesai dikerjakan.

Penyusunan Network Planning dapat digunakan 3 metode, yaitu :

CPM

PERT

PDM

22

Gambar 2. 6 Ringkasan Langkah-langkah Dalam Menyusun Jaringan Kerja

(Soeharto, 1997)

2.2.9. CPM

Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path

Method - CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek-proyek

merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang

memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui

dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu

yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. CPM adalah model manajemen

proyek yang mengutamakan biaya sebagai objek yang dianalisis (Siswanto, 2007).

CPM merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total

proyek melalui pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total proyek yang

bersangkutan.

Dengan teknik CPM penyusunan jaringan kerja diidentifikasikan ke arah

kegiatan serta menggunakan “simple time estimates” sebagai waktu pelaksanan. Para

pemakai teknik CPM dianggap mempunyai dasar yang kuat sebagai landasan untuk

melaksanakan setiap kegiatan. Di samping itu di dalam proses perencanaan dan

pengawasan sistem ini turut diperhitungkan dan dimasukkan konsep biaya yang lebih

23

mendetail sehingga memungkinkan pelaksanaan pembangunan proyek lebih singkat

dan ekonomis (Nurhayati, 2010).

Manfaat dari penerapan CPM pada perencanaan adalah sebagai berikut :

a. Dalam merencanakan dan menganalisa suatu kegiatan proyek dengan

metode CPM, perencana proyek harus memilki pengetahuan yang luas

sehingga dapat mengantisipasi kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan.

b. Dalam penyelesaian jalur kritis dan yang bukan kritis ditunjukkan dengan

jelas dengan diagram CPM, sehingga dapat mengatur pelaksanaan

kegiatan.

c. Adanya komunikasi antara pelaksana konstruksi dengan lebih jelas.

2.2.10. PERT

PERT atau Project Evaluation and Review Technique adalah sebuah model

Management Science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek (Siswanto,

2007).

Teknik PERT (Project Evauation and Review Technique) adalah satu metode

yang bertujuan untuk mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi,

serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan

mempercepat selesainya proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu

pekerjaan yang terkendali dan teratur, karena jadwal dan anggaran dari suatu

pekerjaan telah ditenukan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.

Bila CPM memperkirakan waktu komponen kegiatan proyek dengan

pendekatan deteministik satu angka yang mencerminkan adanya kepastian, maka

PERT direkayasa untuk menghadapi situasi dengan kadar ketidakpastian

(uncertainly) yang tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan (Soeharto, 1999).

Menurut Heizer dan Render (2005), dalam PERT digunakan distribusi

peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan, antara lain waktu

optimis, waktu pesimis, dan realistis.

Levin dan Kirkpatrick (1972) menjelaskan bahwa waktu optimis adalah

perkiraan waktu yang mempunyai kemungkinan yang sangat kecil untuk dapat

dicapai, kemungkinan terjadinya hanya satu kali dari 100, waktu pesimis adalah

suatu perkiraan waktu yang lain yang mempunyai kemungkinan sangat kecil untuk

dapat direalisasikan, kemungkinan terjadinya juga hanya satu kali dalam 100,

sedangkan waktu realistis atau waktu yang paling mungkin adalah waktu yang

24

berdasarkan pikiran estimator. Perkiraan waktu optimis biasanya dinyatakan oleh

huruf a, waktu realistis oleh huruf m, dan waktu pesimis dinyatakan oleh huruf b.

Menurut Soeharto (1999), mengingat besarnya pengaruh angka-angka a, m,

dan b dalam metode PERT, maka beberapa hal perlu diperhatikan dalam menentukan

angka estimasi, diantaranya :

a. Estimator perlu mengetahui fungsi dari a, m, dan b dalam hubungannya

dengan perhitungan-perhitungan dan pengaruhnya terhadap metode

PERT.

b. Di dalam proses estimasi angka-angka a, m, dan b bagi masing-masing

kegiatan, jangan sampai dipengaruhi atau dihubungkan dengan target

kurun waktu penyelesaian proyek.

c. Bila tersedia data-data pengalaman masa lalu (historical record), maka

data demikian akan berguna untuk bahan pembanding dan banyak

membantu mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan.

Gambar 2. 7 Tiga Macam Taksiran Waktu pada Distribusi Beta

Ketiga angka perkiraan waktu di atas, yaitu a, b, m, dihubungkan menjadi

satu angka yang disebut te atau kurun waktu yang diharapkan. Angka te adalah

angka rata-rata jika kejadian tersebut dikerjakan berulang dalam jumlah besar. Dalam

menentukan angka te dipakai asumsi bahwa kemungkinan terjadinya peristiwa

optimis (a) dan pesimis (b) adalah sama, sedangkan jumlah waktu yang paling

mungkin (m) adalah 4 kali lebih besar dari dua peristiwa lainnya (gambar 2.9)

25

Gambar 2. 8 Expected Value, Nilai Tengah, a, m, dan b dalam Distribusi Beta

2.2.11. PDM

Metode Preseden Diagram (PDM) adalah jaringan kerja yang umumnya

berbentuk segi empat, sedangkan anak panahnya hanya sebagai petunjuk kegiatan-

kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian, dummy pada PDM tidak diperlukan

(Luthan & Syafriandi, 2006).

Pada PDM sebuah kegiatan dapat dikerjakan tanpa menunggu kegiatan

pendahulunya selesai 100%. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara tumpang

tindih (overlapping). Cara tersebut dapat mempercepat waktu selesainya pelaksanaan

proyek.

Pada CPM, metode yang dipakai adalah Activity on Arrow (AOA) dimana

kegiatan dan durasi diletakkan pada tanda panah, sedangkan pada PDM metode yang

digunakan adalah menggunakan Activity on Node (AON) dimana tanda panah hanya

menyatakan keterkaitan antar kegiatan. Metode diagram preseden/PrecedenDiagram

Method (PDM) merupakan penyempurnaan dari CPM, karena pada prinsipnya CPM

hanya menggunakan satu jenis hubungan aktifitas yaitu hubungan akhir awal dan

sebuah kegiatan dapat dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai

(Frederika, 2010).

Pada preseden diagram hubungan antar kegiatan berkembang menjadi

beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar

kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Pada garis

konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului (lead) atau

terlambat/tertunda (lag). Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal (S)

dan ujung akhir (F), maka ada empat macam konstrain yaitu :

26

a. Awal ke awal (SS)

Hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya aktivitas sesudahnya

tergantung pada mulainya aktivitas sebelumnya. Selang waktu antara

dimulainya kedua aktivitas tersebut disebut lag.

b. Awal ke akhir (SF)

Hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya aktivitas berikutnya

tergantung pada mulainya aktivitas sebelumnya. Adanya hubungan Start

to Finish ini mengakibatkan bahwa pelaksanaan pekerjaan dapat dipecah

(dibagi bertahap).

c. Akhir ke awal (FS)

Hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya aktivitas berikutnya

tergantung pada selesainya aktivitas sebelumnya. Selang waktu

menunggu untuk dapat melanjutkan aktivitas berikutnya disebut lag.

d. Akhir ke akhir (FF)

Hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya aktivitas sesudahnya

tergantung pada selesainya aktivitas sebelumnya. Selang waktu antara

selesainya kedua aktivitas disebut lag.

Rumusan dalam perhitungan waktu pada penyusunan network planning

dengan metode preseden diagram adalah sebagai berikut :

a. Hitungan Maju

Rumusan perhitungan waktu maju adalah sebagai berikut :

Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j),

adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan yang

terdahulu ES (i) atau EF (i) ditambah konstrain yang bersangkutan.

Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau WF

(j), adalah sama dengan angka waktu dimulai paling awal kegiatan

tersebut ES (j), ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D

(j).

b. Hitungan Mundur

Rumusan perhitungan waktu mundur adalah sebagai berikut :

Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang ditinjau,

yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF

ditambah konstrain yang bersangkutan. Waktu mulai paling akhir

kegiatan yang sedang ditinjau LS (i), adalah sama dengan waktu

27

selesai paling akhir kegiatan tersebut LF (i), dikurangi kurun waktu

yang bersangkutan.

c. Jalur dan Kegiatan Kritis

Jalur dan kegiatan kritis metode presden diagram adalah sebagai berikut :

Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama (ES = LS).

Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama (EF = LF).

Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai

paling akhir dengan waktu paling awal (LS-ES = D).

Bila hanya sebagian kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut

secara utuh dianggap kritis.

Parameter yang digunakan adalah :

a. TE = E, adalah waktu paling awal peristiwa dapat terjadi

b. TL = L, adlaah waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi

c. ES adalah waktu mulai paling awal suatu kegiatan

d. EF adalah waktu selesai paling awal kegiatan

e. LS adalah waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai.

f. LF adalah waktu paling akhir kegiatan boleh selesai.

g. D = Durasi, adalah kurun waktu suatu kegiatan, umumnya dengan satuan

waktu hari, minggu, bulan, dan lain-lain.

2.2.12. Penentuan Biaya Proyek

Biaya yang digunakan di proyek adalah biaya total. Total biaya untuk setiap

durasi waktu adalah jumlah biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya tidak

langsung bersifat kontinu selama proyek, sehingga pengurangan durasi proyek

berarti pengurangan dalam biaya tidak langsung. Biaya langsung dan grafik akan

meningkat jika durasi proyek dikurangi dari awalnya yang direncanakan. Dengan

informasi dari grafik, manajer dapat dengan cepat menimbang alternatif-alternatif

yang mungkin diambil dalam memenuhi deadline waktu yang ditentukan.

Seperti halnya waktu, biaya juga perlu dikendalikan. Metode yang banyak

digunakan adalah rencana dan realisasi biaya dalam berbagai bentuk diantaranya

Kurva-S serta Cashflow. Kurva-S bermanfaat melihat akumulasi rencana dan

realisasi bobot pekerjaan. Sedangkan Cashflow bermanfaat dalam merancang aliran

dana secara periodik.

28

Hubungan waktu dan biaya suatu pekerjaan atau suatu proyek diperlihatkan

pada gambar berikut. Titik terendah adalah biaya optimum yang diperhitungkan pada

waktu yang normal. Titik terendah tersebut yang lazim digunakan untuk biaya

standar yang kelak perlu dikendalikan dalam pelaksanaan.

Gambar 2. 9 Skema Hubungan Waktu Dengan Biaya

2.2.13. Kurva-S

Kurva-S adalah suatu kurva yang disusun untuk menunjukkan hubungan

antara nilai kumulatif biaya yang telah digunakan atau persentase (%) penyelesaian

pekerjaan tehadap waktu. Dengan demikian pada kurva-S dapat digambarkan

kemajuan volume pekerjaan yang diselesaikan sepanjang berlangsungnya proyek

atau pekerjaan dalam bagian dari proyek. Dengan membandingkan kurva tersebut

dengan kurva yang serupa yang disusun berdasarkan perencanaan, maka akan segera

terlihat dengan jelas apabila terjadi penyimpangan-penyimpngan dalam pelaksanaan

proyek, maka pengendalian proyek dengan memanfaatkan kurva-S sering kali

digunakan dalam pengendalian waktu suatu proyek.

Kurva-S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %)

kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontal. Bobot

kegiatan adalah nilai persentase proyek dimana penggunaanya dipakai untuk

mengetahui kemajuan proyek tersebut. Kemajuan kegiatan biasanya diukur terhadap

jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh proyek. Pembandingan kurva-S rencana

dengan kurva pelaksanaan memunginkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan

proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan (Luthan &

Syafriandi, 2006).

Adapun fungsi kurva-S adalah sebagai berikut :

29

a. Menentukan waktu penyelesaian proyek.

b. Menentukan waktu penyelesaian bagian proek.

c. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.

d. Menentukan waktu unuk mendatangkan material dan alat yang akan

dipakai.

Gambar 2. 10 Kurva-S (Soeharto, 1997)

2.2.14. Cashflow

Cashflow (arus kas) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh

kas dari kegiatan operasi, kegiatan investasi dan kegiatan transaksi

pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas. Suatu

perencanaan Cash Flow yang optimal dalam sebuah proyek sangatlah penting untuk

mengatasi terbatasnya sumber daya finansial yaitu tenaga kerja, material dan

peralatan (Dinariana & Erlinda, 2012).

2.2.15. Rencana Anggaran Pelaksanaan

Rencana Anggaran Pelaksanaan menempati posisi penting dalam keseluruhan

tugas yang harus dipertanggung jawabkan kontraktor. Disatu sisi, rencana anggaran

biaya pelaksanaan harus selalu menunjukkan konsistensi terhadap tujuan proyek,

berfungsi sesuai dengan yang diharapkan dan memenuhi persyaratan standar mutu

pekerjaan. Sedangkan di lain pihak, harus dapat diterapkan dalam pelaksanaan

30

konstruksi sehingga dapat mempertahankan total pembiayaan akhir sesuai

perencanaan.

2.2.16. Rencana Anggaran Biaya

Sebelum proyek dimulai, terlebih dahulu diperkirakan secara cermat biaya

yang akan dikeluarkan dalam Rencan Anggaran Biaya (RAB) yang memuat real cost

dari proyek yang akan dikerjakan. Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah

perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-

biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek. RAB memuat keseluruhan

item pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kontraktor dan diperinci lagi sehingga

RAB juga berisi volume pekerjaan, kebutuhan bahan bangunan dan peralatan,

alokasi dan upah tenaga kerja serta pengeluaran lainnya. Dari real cost ini kemudian

ditentukan harga borongan untuk lelang. Anggaran biaya pada bangunan yang sama

akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga

bahan dan upah tenaga kerja.

RAB merupakan jumlah dari RAP (Rencana Anggaran Pelaksanaan) dan

keuntungan. RAP terdiri dari biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung

(indirect cost).

Setelah proyek berjalan, setiap pengeluaran yang terjadi dicatat sesuai dengan

butir-butir yang ada dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan dijadikan Realisasi

Biaya Pekerjaan (RBP). Jumalh penggunaan dana proyek dalam RBP ini seharusnya

lebih kecil atau paling tidak sama dengan yang tercantum dalam RAB, agar didapat

keuntungan perusahaan. Namun dalam usaha memperoleh keuntunganunu mestinya

tidak mengurangi kualitas dan kuantitas hasil kerja. Oleh karena itu dibutuhkan suatu

pengendalian biaya untuk mencapai tujuan besar.

2.2.17. Analisa Harga Satuan

Analisa harga satuan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana

anggaran biaya yang di dalamnya terdapat angka yang menunjukkan jumlah material,

tenaga dan biaya persatuan pekerjaan.

Untuk mendapatkan daftar harga baik bahan maupun upah dapat diperoleh

melalui berbagai media antara lain :

a. Daftar harga yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat.

b. Daftar harga yang dikeluarkan oleh instansi tertentu.

31

c. Jurnal-jurnal harga bahan dan upah.

d. Bapenas.

e. Survei harga di lokasi proyek.

Setelah daftar harga diperoleh kemudian dilakukan analisa harga satuan

pekerjaan yang dapat dilakukan dengan perhitungan ataupun dengan menggunakan

buku analisa BOW ataupun SNI untuk mendapatkan harga koefisien masing-masing

pekerjaan, sehingga kemudian akan dapat dilakukan perhitungan Rencana Anggaran

Biaya (RAB).

2.2.18. Direct Cost

Biaya langsung secara umum menunjukkan biaya tenaga kerja, bahan,

peralatan, dan kadang-kadang juga biaya subkontraktor. Biaya langsung akan bersifat

sebagai biaya normal apabila dilakukan dengan metode yang efisien, dan dalam

waktu normal proyek. Biaya untuk durasi waktu yang dibebankan (imposed duration

date) akan lebih besar dari biaya untuk durasi waktu yang normal, karena biaya

langsung diasumsikan dikembangkan dari metode dan waktu yang normal sehingga

pengurangan waktu akan menambah biaya dari kegiatan proyek. Total waktu dari

semua paket kegiatan dalam proyek menunjukkan total biaya langsung untuk

keseluruhan proyek. Proses ini membutuhkan pemilihan beberapa kegiatan kritis

yang mempunyai biaya percepatan terkecil.

2.2.19. Indirect Cost

Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak secara langsung

berhubungan dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari

proyek tersebut (Frederika, 2010)

Biaya tidak langsung ini secara umum menunjukkan biaya-biaya overhead

seperti pengawasan, administrasi, konsultan, bunga, dan biaya lain-lain/biaya tak

terduga. Biaya tidak langsung secara langsung bervariasi dengan waktu, oleh karena

itu pengurangan waktu akan menghasilkan pengurangan dalam biaya tidak langsung.