37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya pertanian sebagai matapencaharian dalam perekonomian bangsa Indonesia tidak seorangpun yang memungkirinya. Oleh karena itu, setiap faktor yang mempengaruhi tingkat produksi pertanian sangat penting untuk diperhatikan. Salah satu faktor itu adalah hama dan penyakit tanaman. Memperhatikan pentingnya faktor hama dan penyakit tanaman di atas, maka pengendaliannya perlu diusahakan. Selain pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tersebut, hal lain yang harus di perhatikan dalam mempertahankan tingkat produksi pertanian adalah dengan penggunaan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, pengairan yang baik, dan pemupukan yang seimbang. Guna mengetahui aplikasi dari teori di atas, maka kami melakukan penelitian pada lahan pertanian tomat dan cabai yang terletak di jalan Raya Candi 6, Dinoyo. Dari hasil penelitian yang kami lakukan di lahan tersebut, dapat Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 1

lielieaziza.files.wordpress.com€¦ · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar. Belakang. Pentingnya pertanian sebagai matapencaharian dalam perekonomian bangsa Indonesia tidak seorangpun

  • Upload
    vucong

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPentingnya pertanian sebagai matapencaharian

dalam perekonomian bangsa Indonesia tidak seorangpun yang memungkirinya. Oleh karena itu, setiap faktor yang mempengaruhi tingkat produksipertanian sangat penting untuk diperhatikan. Salah satu faktor itu adalah hama dan penyakit tanaman.

Memperhatikan pentingnya faktor hama dan penyakit tanaman di atas, maka pengendaliannya perlu diusahakan. Selain pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tersebut, hal lain yang harus di perhatikan dalam mempertahankan tingkat produksi pertanian adalah dengan penggunaan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, pengairan yang baik, dan pemupukan yang seimbang.

Guna mengetahui aplikasi dari teori di atas, maka kami melakukan penelitian pada lahan pertanian tomat dan cabai yang terletak di jalan Raya Candi 6, Dinoyo. Dari hasil penelitian yang kami lakukan di lahan tersebut, dapat diketahui bahwa kondisi lahan tersebut masih ternasuk subur.

Dengan memperoleh nilai kesuburan tanah yang telah kami amati, maka dalam laporan ini, kami mengulas sistem budidaya yang dijalankan petani, hama, dan interaksi yang terjadi pada lahan tersebut, penyakit yang ditemukan pada lahan, kendala yang dihadapi dalam bercocoktanam tomat dan cabai, pengendalian organisme penyakit tanaman yang dilakukan petani, penggunaan pestisida oleh petani, hingga hasil produksi tomat

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 1

dan cabai tersebut yang akan mempengaruhi kondisi petani pemilik lahan tersebut.

1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan umum

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas praktikum dasar perlindungan tanaman yang di berikan oleh asisten kami Ida Ayu W. sebagai syarat mengikuti ujian akhir praktikum dasar perlindungan tanaman tahun ajaran 2011-2012.

1.2.2 Tujuan khususDalam fieldwork praktikum dasar

perlindungan tanaman yang kami lakukan di jalan Raya Candi 6, Dinoyo dengan komoditas tomat dan cabai yang terdapat di lahan tersebut, kami bermaksud untuk mengetahui: 1. Kondisi lahan pada pertanian tomat dan

cabai tersebut2. system budidaya tomat dan cabai yang

dijalankan petani3. hama yang terdapat pada pertanian

tomat dan cabai4. penyakit yang terdapat pada pertanian

tomat dan cabai5. musuh alami yang dapat mengendalikan

hama pada lahan tersebut6. kendala budidaya tomat dan cabai yang

di alami oleh petani7. pengendalian OPT yang di lakukan

petani8. kebutuhan dan teknis penggunaan

pestisida yang di lakukan oleh petani

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 2

9. hasil produksi pertanian yang akhirnya mempengaruhi kondisi sosial petani

1.3 ManfaaatDengan melakukan fieldwork praktikum dasar

perlindungan tanaman ini, kami dapat mengetahui bagaimana pengaplikasian teori yang kami dapatkan dalam praktikum dasar perlindungan tanaman secara nyata, pola yang diterapkan dalam berbudidaya tomat dan cabai, kendala yang di alami dalam berbudidaya tomat dan cabai, serta upaya yang di lakukan untukmencapai hasil yang maksimal dalam produksi tomat dan cabai.

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian PHTBeberapa pengertian PHT (Pengelolaan Hama Terpadu) seperti yang telah ditulis oleh Kasumbogo Untung dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu” pada tahun 2006 adalah sebagai berikut :Menurut Smith dan Reynolds (1966), PHT (Pengelolaan Hama Terpadu) adalah system pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang sesuai secara kompatibel untuk mengurangi populasi hama dan mempertahankannya tetap dibawah aras kerusakan ekonomi.Selanjutnya, Smith (1978) menyatakan PHT merupakan pendekatan ekologi yang bersifat multi disiplin untuk pengelolaan populasi hama dengan memanfaatkan beranekaragam taktik pengendalian secara kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. Bottrell (1979) menekankan bahwa PHT adalah pemilihan, perpaduan, dan penerapan pengendalian hama yang didasarkan pada perhitungan dan pendugaan konsekuensi-konsekuensi ekonomi, ekologi, dan sosiologi.Sebagai organisasi pertanian sedunia, FAO (Food and Agriculture Organization) mendefinisikan PHT

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 4

sebagai suatu pengelolaan hama yang dilakukan dalam konteks lingkungan terkait dan dinamika populasi spesies hama, memanfaatkan semua teknik dan metode pengendalian yang sesuai dan sekompatibel mungkin, serta mempertahankan populasi hama pada aras di bawah aras yang dapat mengakibatkan kerusakan atau kehilangan hasil secara ekonomi tidak dapat diterima (FAO, 2002).

(Untung, 2006)

2.2 Pengertian OPTOrganisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan.

2.3 Pengertian EkosistemEkosistem adalah suatu system yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen biotik dan abiotik.

2.4 Komponen PHTKomponen PHT meliputi :1. Pengendalian KulturTeknis

Cara pengendalian kultur teknis adalah dengan memanipulasi praktik-praktik budidaya alam yang tidak menguntungkan hama.

2. Pengendalian HayatiPengendalian hayati merupakan taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama. Dalam pengendalian hayati, biasanya dimanfaatkan

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 5

musuh alami seperti predator, parasitoid, dan pathogen.

3. Pengendalian KimiawiPengendalian kimia adalah system pengelolaan hama yang menggunakan senyawa toksik atau racun untuk membunuh atau menolak hama.

4. Pengendalian dengan Varietas TahanPengendalian dengan varietas tahan adalah dengan cara menggunakan varietas tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi meskipun terserang hama.

5. Pengendalian FisikPengendalian fisik merupakan pengendalian yang dilakukan secara langsung dengan mematikan hama yang menyerang tanaman dengan tangan atau dengan bantuan peralatan.

6. Pengendalian MekanikSama halnya dengan pengendalian fisik, pengendalian mekanik juga dilakukan secara langsung dengan tangan atau bantuan peralatan.

7. Pengendalian dengan Peraturan terutama melalui KarantinaPengendalian dengan karantina bertujuan untuk mencegah agar berbagai jenis OPT yang belum pernah ada di Indonesia atau di suatu wilayah Indonesia tidak memasuki wilayah Indonesia atau sebagian wilayah Indonesia.

(Untung, 2006)

2.5 Komponen Ekosistem1. Abiotik

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 6

Komponen abiotik merupakan semua benda tak hidup yang terdapat dalam suatu ekosistem. Misalnya air,tanah, batu, pasir, udara, cahaya, suhu, kelembaban, dan daya tarik bumi.

2. BiotikKomponen biotik merupakan semua komponen hidup yang terdapat dalam suatu ekosistem. Misalnya tumbuhan dan hewan.

3. Heterotrof/KonsumenKomponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.

4. Pengurai/DekomposerPengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu.

2.6 Peran PHT dalam Ekosistem Pertanian

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 7

Pada sistem pertanian yang belum tersentuh teknologi konvensional sehingga semua bentuk bahan agrokimia tidak digunakan sama sekali, maka petani akan menggunakan bermacam-macam cara baik langsung maupun tak langsung untuk melindungi tanamannya dari serangan hama dan penyakit. Dengan demikian, Pengendalian Hama Terpadu´ merupakan salah satu komponen kearifan tradisional dalam bidang pertanian. Faktor yang cukup pentingdari metode tradisional perlindungan tanaman adalah memanfaatkan perilaku hama, dengan demikian perkembangnya dapat dihambat, dan mengurangi kemungkinan hama menyerang tanaman utama. Perlindungan selanjutnya dengan memanfaatkan musuh alami.Perlindungan tanaman merupakan proses yang bersifat kompleks sehingga memerlukan pemahaman peranan masing-masing komponen lingkungan, system usaha tani, dan system pertanaman yang dilaksanakan. Dengan demikian perlindungan tanaman tidak dapat dilaksanakan hanya dengan mengandalkan satu tindakan saja, tetap memerlukan kombinasi tindakan yang menyesuaikan dalam melaksanakan tindakan sepadan dalam melindungi tanamannya. Kelebihan PHT memang tidak sebanding dengan pestisida namun jika system ini berlangsung dalam jangka panjang dapat dilihat kelebihannya :1) Meningkatkan ketahanan terhadap perlakuan

yang dilakukan.2) Tidak membasmi musuh alami.3) Tidak berdampak negative terhadap kesehatan

organism sekitar.4) Menurunkan resiko ledakan hama sekunder.

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 8

5) Menurunkan biaya produksi.6) Menurunkan ketergantungan petani pada bahan

kimia pertanian (pestisida).7) Tidak merusak lingkungan dan sumber air.

(Rachman, 2002)

2.7 Faktor Penyebab Timbulnya Peledakan Hama dan Penyakit

1. Perubahan iklimTerjadinya perubahan iklim yang ekstrim dapat mempengaruhi daya tahan tanaman, dan memicu munculnya perkembangbiakan OPT.

2. Matinya musuh alamiMatinya musuh alami menyebabkan peledakan OPT dan ketidak seimbangan ekosistem, sehingga ada dominasi dari OPT tersebut.

3. Lingkungan yang mendukungKondisi lingkungan yang mendukung contohnya kelembaban, curah hujan, dan suhu yang optimum sangat mendukung perkembangbiakan OPT.

4. Resurjensi akibat pemberian pestisida yang tidak bijaksanaMunculnya hama kembali setelah pembasmian hama, karena hama yang tersisa dan kebal, lalu berkembangbiak dengan baik dan tidak ada pestisida yang dapat mengendalikannya.

5. Tersedianya makanan yang cocok dan melimpahTersedianya makanan yang cocok karena penanaman yang menggunakan sistem monokultur.

6. Terjadinya migrasi dari suatu daerah

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 9

Adanya OPT yang bepindah dari suatu tempat pada tempat yang sesuai kondisi habitatnya dan di tempat tersebut tidak ada musuh alami yang dapat mengendalikan OPT tersebut.

2.8 Metode Pengendalian OPTPengendalian OPT dibedakan atau dibagi menjadi 3 bagian :2.8.1 Pengendalian Secara Teknik Budi Daya Yaitu

dengan melaksanakan pengolahan tanah yang baik dan benar, menggunakan benih dari varietas tanaman yang tahan OPT. benih yang bermutu dan sehat, pengaturan jarak tanam yang ideal, pola tanam yang baik, waktu tanam yang tepat, pemupukan secara berimbang, pengaturan drainase (tata air) yang baik, dan menanam jenis tanam perangkat/pemikat hama.

2.8.2 Pengendalian Secara Fisik/Mekanik dilakukan dengan cara sanitasi secara selektif terhadap tanaman yang terserang OPT, sanitasi terhadap tumbuhan pengganggu yang kemungkinan menjadi inang lain dari OPT, pengambilan kelompok telur/ulat dari tanaman yang diserang, dan pemasangan penghalang berupa kelambu, rumah kaca, atau plastic transparan.

2.8.3 Pengendalian Secara Biologi dilakukan dengan cara memanfaatkan musuh alami dan agensia hayati. Pengendalian secara biologi ini dapat juga dilakukan dengan sebuah peraturan, misalnya larangan terhadap pemasukan benih atau bagian tanaman lain yang dapat membawa OPT

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 10

berbahaya, baik tanaman impor maupun tanaman dari area lain.Sedangkan Pengendalian Dengan Bahan Kimia Ditinjau dari bahan aktifnya dibagi dalam 2 macam, yakni pestisida hayati dan pestisida sintesis. Pestisida hayati adalah pestisida yang dibuat dari makhluk hidup yang bahhan aktifnyadapat mengendalikan OPT, dapat berupa umbuhan dan agen hayati. Sedang kan pestisida sintesismemiliki bahan aktif dari hasil sintesa kimia yang terdiri atas beberapa golongan. Untuk meningkatkan efektivitasnya dalam aplikasi, maka perlu memperhatikan pemilihan jenis pestisida yang sesuai dengan OPT sasaran. Jenis pestisida yang dipilih dan digunakan juga harus bersifat tidak persisten (mudah terurai pada kondisi lapang) atau mempunyai paruh waktu yang pendek. Biasanya penggunaan pestisida hanya dilakukan jika berdasarkan hasil pengamatanterhadap OPT telah melebihi ambang batas pengendalian. Aplikasi pestisida dilakukan ketika sebagian besar OPT pada stadium yang peka terhadap pestisida tersebut. Penggunaan pestisida dilakukan dengan dosis minimum (tidak berlebihan), namun efektif terhadap OPT sasaran. Bagian yang disemprot pestisida bukan bagian tanamanyang akan dikonsumsi, tetapi bagian tanaman yang terserang secara spot atau pada populasi hama (OPT) saja.

(Surachman & Widodo, 2007)

2.9 Konsep Ambang EkonomiDi dalam konsep PHT, hama dan penyakit tanaman dikendalikan jika telah melampaui batas ambang

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 11

ekonomi serangan hama dan penyakit tertentu yang telah ditentukan sebelumnya.Artinya, jika jumlah atau tingkat serangan hama dan penyakit belum melampaui batas kerugian, pengendalian belum perlu dilakukan. Contohnya, pada penyakit tertentu ditetapkan ambangekonominya sebesar 5%, sehingga jika serangan hama atau penyakit tersebut kurang dari 5%, pengendalian belum perlu dilakukan.

(Endah & Zaenal Abidin, 2002)

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman

dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2011 berlokasi di belakang UIN tepatnya didaerah perumahan sigura-gura yang dilakukan pada pukul 07.00 – 09.00 WIB.Hal ini dimaksudkan agar pengamatan pada hama dan penyakit akan jauh lebih mudah dilakukan pada pagi hari.

Untuk melaksanakan fieldwork kami di bagi menjadi 2 kelompok kecil, dan kelompok kami mengamati lahan yang ditanami tanaman hortikultura.

Adapun kelompok kami beranggotakan: 1. Mia Rajib Wijayanti

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 12

2. Mistik Dwi Wilujeng 3. Dian Rahayu S. 4. Naning Kurnia Sari 5. Muh. Yasin 6. Aminatus Sholikah 7. Laili Niswatun ‘Azizah 8. Aziz Sholeh 9. Fitri Wahyuni

3.2 Metode Kerjaa. Alur Kerja

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 13

Menuju Lokasi Pengamatan

Lakukan Pengamatan Terhadap Hama Dan Penyakit Yang Terdapat Pada Lahan Yang

Diamati

Catat Hasilnya dan Dokumentasikan

b. Analisis KerjaDalam melaksanakan fieldwork kegiatan

yang dilakukan pertama kali yaitu menuju ke lokasi fiedwork yang berada di belakang UIN. Setelah sesampainya disana kami dibagi menjadi 2 kelompok pengamatan yakni tanaman hortikultur dan tanaman monokultur. Masing-masing kelompok melakukan pengamatan hama dan penyakit yang menyerang pada lahan yang telah ditentukan. Setelah melakukan pengamatan dilahan, hasil pengamatan dicatat dan didokumentasikan sebagai bukti hasil dari pengamatan.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil4.1.1 Kondisi Lahan

Menurut hasil pengamatan dan narasumber, kondisi lahan yang di observasi tergolong subur. Dapat di katakan subur karena menurut narasumber, lahan yang di tanami tomat dan cabai tersebut dapat tetap subur walaupun pada musim kemarau.

4.1.2 Sistem Budidaya yang dijalankan petaniSistem budidaya yang dijalankan oleh petani adalah tumpang sari, karena pada lahan

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 14

tersebut, satu lahan di tanami oleh 2 jenis tanaman yaitu tanaman tomat dan cabai.

4.1.3 Hama yang di temukan

Belalang HijauKingdom : AnimaliaPhylum : ArtropodaSubphylum : HexapodaClass : InsektaOrder : OrtopteraSuborder : CaeliferaInfraorder : AcridideaSuper Family : AcridoideaFamily : Catantopidae

( Anonymous a, 2011)

Ciri – ciriBelalang muda berwarna hijau dan

belalang dewasa berwarna coklat bercorak hitam. 

Foto Lapang

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 15

Lalat Buah

Adapun ciri dari lalat buah dewasa adalah ukurannya sedang dan berwarna kuning dan sayapnya yang datar. Pada tepi sayapnya terdapat bercak-bercak coklat kekuningan. Abdomennya ada pita-pita hitam sedangkan thoraxnya ada bercak-bercak kekuningan. Ovipositornya terdiri dari 3 ruas dengan bahan seperti tanduk yang keras . Lalat ini menusuk bagian dari kuit buah yang diserang.

Klasifikasi

Kingdom : Animalia Phyllum : Artrhopoda Kelas : Insekta Ordo : Diptera Family : Drosophilidae Genus : Drosophila Spesies : Drosophila melanogasper

(Anonymous, 2011)

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 16

Foto Lapang

Kumbang koksi

Kumbang atau Kepik Koksi merupakan hewan kecil anggota ordo Coleoptera. Mereka

mudah dikenali karena penampilannya yang bundar kecil dan punggungnya yang berwarna-warni serta pada beberapa jenis berbintik-bintik. Awam menyebut kumbang koksi sebagai kepik karena ukurannya dan perisainya yang juga keras, namun kumbang ini sama sekali bukan dari bangsa kepik. Serangga ini dapat memangsa serangga hama seperti kutu daun. Walaupun demikian , ada beberapa spesies yang juga memakan daun sehingga menjadi tanaman.

Klasifikasi

Domain : Eukaryota Kingdom : Animalia 

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 17

Subkingdom : Bilateria  Infrakingdom : Ecdysozoa Superphyllum : Panarthropoda Phyllum : Arthropoda Subphyllum : Mandibulata Superclass : Panhexapoda Epiclass : Hexapoda Class : Insecta Subcllas : Dicondylia Devision : Neoptera Subdevision : Endopterygota Order : Coleoptera

Suborder : Polyphaga Infraorder : Cucujiformia

Super Family : Cucujoidea Family : Coccinellidae Sub Family : Coccinellinae Genus : Coccinella Spesies :Coccinella transversalis

(Anonymous c,2011)

Foto Lapang

4.1.4 Penyakit yang di temukan di lapang

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 18

A.Busuk Buah

B. Keriting Daun Cabai

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 19

C. Busuk Batang

D. Busuk Buah Tomat

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 20

4.1.5 Musuh alami yang di temukan di lapangBerdasarkan pengamatan yang kami lakukan, kami tidak menemukan musuh alami pada lahan tersebut karena jika di temukan hama, petani langsung melakukan penyemprotan untuk mengatasi masalah hama tersebut.

4.1.6 Kendala budidaya tanaman oleh petaniKendala budidaya tanaman oleh petani adalah timbulnya beberapa penyakit yang di sebabkan oleh adanya hama tanaman yang di temukan di lahan tersebut.

4.1.7 Pengendalian OPT yang di lakukan petaniBerdasarkan informasi yang kami dapat dari petani, petani hanya melakukan penyemprotan dengan menggunakan insektisida dalam menanggulangi munculnya dan merebaknya OPT di lahan tersebut.

4.1.8 Kebutuhan pestisida

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 21

Berdasrkan informasi dari petani, beliau menyebutkan bahwa di perlukan biaya kurang lebih Rp.200.000,00 sekali penyemprotan. Penyemprotan di lakukan 1 minggu sekali dan karena fase tumbuh tomat dan cabai penyemprotan antara 7-8 kali. Dalam sekali sekitar 2 bulan, maka totalnya di lakukan penyemprotan, pestisida yang di butuhkan sekitar 6-7 tangki dan setiap tangki di perlukan sekitar 2 sendok pestisida.

4.1.9 Kondisi sosial petaniBerdasarkan hasil wawancara kami, petani tersebut termasuk kedalam petani yang berkecukupan karena berdasarkan penjelasan beliau, keuntungan produksi yang di hasilkan dari lahan tomat tersebut sangat besar di banding dengan modal yang di keluarkan untuk mengolah lahan bibit, memberi pupuk dan penyemprotan pestisida. Dengan modal yang hanya Rp.2.000.000,00 – Rp.3.000.000,00 dapat di peroleh nilai penjualan hingga Rp.10.000.000,00 – Rp.20.000.000,00.

4.2 Pembahasan4.2.1 Penjelasan kondisi ekosistem yang ditemukan

(baik dari unsur biotik dan Abiotik)Ekosistem merupakan hubungan timbal

balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Komponen di dalam suatu ekosistem itu meliputi berbagai mahluk hidup, misalnya hewan dan tumbuhan, baik yang teramati dengan mata maupun yang tidak

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 22

teramati karena ukurannya yang sangat kecil; juga benda-benda tidak hidup, misalnya tanah, air, batu, pasir, udara, suhu, dan cahaya matahari; yang semuanya mempunyai pengaruh terhadap kehidupan yang ada di sana.

Di dalam suatu ekosistem terdapat dua komponen utama, yaitu komponen mahluk hidup yang disebut komponen biotik dan komponen bukan mahluk hidup yang disebut komponen abiotik.

a. Komponen biotikKomponen biotik adalah komponen yang

terdiri atas mahkluk hidup. Kelompok ini merupakan pelaku dalam aksi interaksi suatu ekosistem. Komponen biotik sangat banyak dan beragam macamnya, serta mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Di daerah tempat kami melakukan fieldwork kami menemukan beragam komponen biotik antara lain :Golongan hewan dan golongan tumbuhan . Golongan hewan terdiri dari belalang,kumbang,laba-laba, dan lalat buah. Sedangkan golongan tumbuhan terdiri dari tomat,cabai,mangga,pandan,jambu,labu siam dan golongan grammineae.Berdasarkan literatur pengertian ekosistem sesuai dengan keadaan nyata pada lapang yaitu adanya interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik yang

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 23

menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan.

b. Komponen Abiotik Komponen abiotik merupakan

komponen-komponen selain makhluk hidup yang terdiri dari kelembapan suhu,cahaya,dan sebagainya. Antara komponen biotik dengan abiotik keberadaannya saling mempengaruhi dan saling mendukung oleh karena itu keadaan abiotik akan menentukan komponen biotik yang ada disekitarnya.

Berdasarkan literatur terdapat kesesuaian antara keadaan lapang yang diamati dengan organisme yang ada di dalamnya . Misalnya saja keadaan lapang yang lembab menyebabkan penyakit yang disebabkan jamur dapat berkembang dengan pesat.

4.2.2 Analisis Penyebab Timbulnya Gejala Serangan OPT Pada Lahan

A. Hama 1. Belalang Hijau

Akibat serangan hama ordo ini ialah bagian organ tanaman, terutama daun, mengalami kerusakan, bolong-bolong sehingga kemampuan fotosintesis berkurang. Tanaman merana, layu, mati karena diserang

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 24

akarnya. Pada serangan berat tinggal tulang daun saja .

2. Lalat BuahDaun muda berubah bentuk

seperti tabung mirip daun bawang merah, warna putih ungu pada tanaman padi -jaringan daun membesar, timbul bisul-bisul berwarna hijau, hijau kecoklatan atau keunguan.Terdapat bintik-bintik putih dan alur lengkung ada kotiledon, daun pertama atau kedua, akhirnya tanaman layu dan mati.Terdapat bintik-bintikputih dan alur pada daun muda.Bila batang dibelah terdapat bekas gerekan hama berwarna coklat, tanaman kerdil. Pucuk tampak layu kemudian mati. Bila bagian pucuk dibelah terdapat bekas gerekan hama berwarna coklat.

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 25

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan1. sistem budidaya tanaman yang dilakukan petani

adalah sistem tumpang sari2. kondisi lahan subur karena dapat di tanam saat

musim kemarau3. hama yang di temukan adalah ulat, kepik,

belalang, dan lalat4. penyakit yang ditemukan adalah keriting pada

daun, busuk buah tomat dan lubang-lubang pada daun yang di sebabkan oleh ulat

5. kendala budidaya tanaman adalah adanya hama 6. pengendalian yang dilakukan adalah dengan

menyemprotkan pestisida

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 26

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2011. Klasifikasi Belalang Hijau. http://wikipedia.com/. diakses tanggal 24 Desember 2011

Untung, Kasumbogo. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 27

Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 28