12
Booklet Da’wah 1 MEWASPADAI KERASNYA HATI ُ دْ مَ حْ لَ اِ له لِ ُ ةَ لاَ ّ ص ل اَ وُ مَ لاَ ّ س ل اَ وَ ى لَ عِ لْ وُ سَ رِ له ل اٰ ى لَ عَ وِ هِ ل# اَ وْ $ نَ م، ُ ةَ لا اَ و: ُ دْ عَ + بَ وHati yang dimiliki setiap insan terkadang ia selembut air, tapi juga terkadang sekeras batu. Lembutnya hati karena taatnya si pemilik hati kepada Allah . Sebaliknya, kerasnya hati karena kedurhakaan si pemilik hati kepada Allah Sang Pencipta Allam Semesta. Seorang yang lembut hatinya akan mudah menerima kebenaran yang datang dari Robb-nya, dan mudah menangis saat mengingat kebesaran atau siksaan Allah, dan segera bertobat saat ia melanggar batasan Allah . Adapun orang- orang yang keras hatinya, maka hatinya tertutup dan susah dalam menerima kebenaran. Karena, kekerasan hatinya, ia susah menangis saat diingatkan tentang siksaan Allah dan kebesaran-Nya. Pemilik hati yang keras terus menerus di atas pembangkangan dan kedurhakaan. Lisannya amat berat mengucapkan kata tobat. Inilah yang disinyalir oleh Allah dalam firman-Nya, Berilmu Sebelum Berkata & Beramal .: Jumat, 23 Syawwal 1434 H / 30 Agustus 2013

-- Mewaspadai Kerasnya Hati

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mewaspadai

Citation preview

8

7

MEWASPADAI KERASNYA HATI :Hati yang dimiliki setiap insan terkadang ia selembut air, tapi juga terkadang sekeras batu. Lembutnya hati karena taatnya si pemilik hati kepada Allah . Sebaliknya, kerasnya hati karena kedurhakaan si pemilik hati kepada Allah Sang Pencipta Allam Semesta.

Seorang yang lembut hatinya akan mudah menerima kebenaran yang datang dari Robb-nya, dan mudah menangis saat mengingat kebesaran atau siksaan Allah, dan segera bertobat saat ia melanggar batasan Allah . Adapun orang-orang yang keras hatinya, maka hatinya tertutup dan susah dalam menerima kebenaran. Karena, kekerasan hatinya, ia susah menangis saat diingatkan tentang siksaan Allah dan kebesaran-Nya. Pemilik hati yang keras terus menerus di atas pembangkangan dan kedurhakaan. Lisannya amat berat mengucapkan kata tobat. Inilah yang disinyalir oleh Allah dalam firman-Nya,

(((((( ((((((((((((( ((((((((((((( (((( (((((( ((((((( ((((((((((((( ((((

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (QS. Muhammad : 24) Orang yang keras hatinya akan susah menerima kebenaran yang Allah turunkan melalui kitab-kitab-Nya dan lisan para rasu-Nya. Hatinya bagaikan batu yang yang tidak ditembus oleh air saat hujan turun. Allah berfirman,

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, Karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqoroh : 74).Seorang muslim ketika sampai kepadanya perintah dan larangan Allah, maka hendaknya segera melaksanakan perintah Allah, dan menjauhi larangannya sebelum hatinya membatu bagaikan batu cadas di pegunungan. Allah berfirman,

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang Telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya Telah diturunkan Al Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hadid : 16) Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata, Allah melarang kaum mukminin untuk menyerupai orang-orang yang mengemban Al-Kitab sebelum mereka dari kalangan Yahudi dan Nasrani. Tatkala telah berlalu masa yang panjang pada mereka (ahli Kitab), maka mereka mengganti Kitab Allah yang ada di tangan mereka, memperjualbelikannya dengan harga murah, membuangnya di balik punggung mereka. Mereka mulai menghadap kepada pemikiran-pemikiran manusia yang bertentangan, dan ucapan-ucapan yang simpang siur, mereka membebek buta kepada tokoh-tokoh (pendeta) dalam urusan agama Allah, dan menjadikan ulama, dan pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan dari selain Allah. Ketika itulah, hati mereka membatu. Lantaran itu, mereka tak mau menerima nasihat, serta hati mereka tak mau luluh dengan janji dan ancaman. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (8/20)]

Pembaca yang budiman, adapun kerasnya hati, maka para ulama kita menyebutkan beberapa diantara sebab-sebab yang membuatnya keras bagaikan batu:

1. Banyak TertawaSalah satu diantara sebab membatunya hati seseorang bagaikan mayat yang sudah kehilangan ruh adalah memperbanyak tawa. Tertawa adalah perkara yang boleh saja sepanjang masih dalam batasan syariat, yaitu tidak keseringan dan bukan menjadi kebiasaan, dan tidak menertawakan kebaikan dan pelakunya, serta menjaga adab atau citra diri saat tertawa (misalnya, tidak terbahak atau tidak memukul orang, dan lainnya). Rasulullah bersabda,

Janganlah engkau memperbanyak tawa, karena banyak tawa akan mematikan hati. [HR. At-Tirmidziy dalam As-Sunan, dan Ahmad dalam Al-Musnad (2/310). Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 930)]Mengapa seorang yang banyak tertawa akan mati dan membatu hatinya? Karena, seorang yang memperbanyak tawa akan sulit menerima nasihat yang berisi kebenaran. Itulah sebabnya kita sering melihat ada orang yang ketika dibacakan kepadanya Al-Quran, maka ia tertawa dan tidak serius mendengarkannya. Bahkan terkadang ia memperolok-olokkan Al-Quran dan orang yang membacakannya kepada dirinya. Semua ini adalah tanda bahwa ia tak mau menerima nasihat dari Allah dan Rasul-Nya.

Selain itu, banyak tawa adalah tanda hilangnya khosy-yah (takut)nya seorang hamba kepada Allah. Seorang yang takut kepada Allah akan lunak hatinya dan mudah menerima nasihat dan kebenaran dari Allah .

Itulah hikmahnya Nabi menganjurkan kepada kita agar sedikit tawanya, dan banyak menangis karena takut kepada Allah sebagaimana dalam sabdanya,

Andai kalian tahu sesuatu yang aku tahu, maka kalian akan sedikit tertawa, dan banyak menangis. [HR. At-Tirmidziy (). Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Shohih Fiqh As-Siroh (479)]Orang yang banyak tertawa akan susah menangis saat ia diingatkan tentang neraka, dan siksa Allah , baik di dunia, maupun di akhirat. Dia lebih senang terbawa dalam canda melampaui batas. Banyak tertawa bukanlah ciri dan tanda orang-orang sholih dari kalangan nabi dan rasul serta pengikut mereka yang setia. Banyak tawa adalah tanda orang-orang yang lalai dari Allah dan akhirat. Karenanya kami amat sedih saat melihat tersebarnya kebiasaan banyak tertawa di kalangan kaum muslimin, dari anak kecil sampai orang tua beruban. Parahnya lagi, ada diantara mereka yang menjadikannya sebagai profesi sebagai seorang pelawak dan tukang banyolan.

2. Banyak MakanBanyak makan adalah salah satu sebab hati seseorang akan membatu, sebab banyak makan akan membuat orang akan malas berbuat. Tak ada yang dipikirkan oleh orang yang banyak makan, kecuali makanan, cara mendapatkannya, metode memasaknya, dan aneka ragamnya, sehingga waktunya akan habis hanya dalam memikirkan perut. Adapun memperbanyak sedekah dan infaq, maka hal itu jauh dari pikiran dan catatan hidupnya. Tangannya lebih ringan membeli makanan dibanding berinfaq di jalan Allah.

Orang yang seperti ini akan rakus, dan kikir, serta malas beramal sholih atau mengejar kebaikan di sisi Allah. Orang yang seperti ini malas mencari ilmu dan mempelajarinya di majelis-majelis taklimnya orang-orang berilmu. Sebaliknya, ia akan banyak bicara dan sok pintar. Inilah yang pernah disyaratkan oleh Nabiyyullah Muhammad dalam sabdanya saat beliau mengingatkan bahayanya kaum pengingkar sunnah yang mau berpegang dengan Al-Quran, tapi meninggalkan sunnah,

Ingatlah sungguh aku telah diberi Al-Kitab, dan semisalnya bersamanya. Ingatlah, hampir-hampir akan ada seseorang yang kenyang di atas ranjangnya seraya berkata, Berpeganglah saja dengan Al-Quran ini. Karenanya, apa saja yang kalian temukan di dalamnya berupa sesuatu yang halal, maka halalkan, dan apasaja yang kalian temukan di dalamnya beruapa sesuatu yang haram, maka haramkanlah. [HR. Abu Dawud. Hadits ini di-shohih-kan Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (163)]Di dalam hadits ini, Nabi menyebutkan orang yang kenyang. Ahli Hadits Negeri India, Al-Imam Syamsul Haqq Al-Azhim Abaadi berkata dalam menjelaskan maknanya, Ia adalah kinayah tentang kepandiran, dan pemahaman buruk yang timbul dari kenyangnya seseorang atau timbul dari kebodohan yang menyertai gaya hidup mewah, dan ketertipuan dengan harta dan kedudukan. [Lihat Aunul Ma'bud (10/124)]

Itulah akibat banyak makan; ia akan membuat pelakunya malas dan tak mau menerima kebenaran sebagai tanda kerasnya hati. Seorang ulama salaf, Bisyr bin Al-Harits berkata,

: Dua perkara yang akan mengeraskan hati: Banyak bicara, dan banyak makan. [Lihat Al-Hilyah (4/22) oleh Abu Nu'aim]Al-Imam Abu Bakr Al-Marrudziy berkata kepada Al-Imam Ahmad bin Hambal , Apakah seseorang dapat merasakan kehalusan hatinya dalam keadaan kenyang? Al-Imam Ahmad berkata, Saya pandang tidak? [Lihat Kitab Al-Waro' (hal.98/ no.323) karya Al-Marrudziy, dengan tahqiq Samir bin Amin Az-Zuhairiy, cet. Maktabah Al-Ma'arif]

Jadi, tak mungkin akan berkumpul antara lembutnya hati dengan banyaknya makan, sebab banyak makan akan mewariskan kelalaian dan perasaan malas dalam melakukan kebaikan dan amal sholih. Selain itu, banyak makan akan membuat nafsu hewani seseorang bergejolak. Sedang nafsu hewani tersebut akan mendorong dirinya berbuat keji dan mesum.

3. Banyak Melakukan DosaPara pembaca yang budiman, satu lagi diantara perkara yang akan membuat hati seseorang membatu adalah banyak melakukan dosa. Dosa yang dilakukan oleh seseorang (apalagi jika ia dosa besar) akan menyebabkan hati kita akan tertutupi oleh noda-noda maksiat dan dosa tersebut. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah dalam firman-Nya,(((( ( ((((( ((((( (((((( (((((((((( ((( (((((((( ((((((((((( ((((

Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (QS. Al-Muthoffifin:14 ).

Nabi bersabda, , Sesungguhnya orang yang beriman jika melakukan suatu dosa, maka dosa itu menjadi titik hitam di dalam hatinya. Jika dia bertaubat dan mencabut serta berpaling (dari perbuatannya) maka mengkilaplah hatinya. Jika dosa itu bertambah, maka titik hitam itupun bertambah hingga memenuhi hatinya. [HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya (3334), dan Ibnu Majah Sunan-nya (4244). Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (1620)]Hati yang ada pada diri setiap orang, ibarat tubuh seseorang. Tubuh itu kalau tidak mengenakan apa-apa, maka akan terasa ringan. Demikian pula hati, kalau sedikit kesalahannya, dan mudah tersentuh sehingga mudah meneteskan air mata.

Dosa yang dikerjakan oleh seseorang akan mematikan hati, sedang ketagihan dengannya akan membuat diri seorang hamba menjadi hina dina. Jika anda menginginkan hati ini hidup, maka hendaknya meninggalkan dosa, sebab itulah kehidupan hati. Oleh karena itu, setiap orang menginginkan hatinya hidup hendaknya ia menjauhi maksiat dengan sejauh-jauhnya, karena maksiat dan dosa itu seperti api yang akan membakar hati dan membinasakannya. Sebaliknya, ketaatan kepada Allah ibarat air hujan yang akan menyegarkan tanaman yang ia basahi. 4. Melanggar Perjanjian dengan AllahMelanggar perjanjian dengan Allah merupakan sebab kerasnya hati seseorang. Dahulu Bani Israil (Yahudi) pernah berjanji kepada Allah dan Rasul-Nya untuk menegakkan sholat, menunaikan zakat, beriman kepada para rasul (termasuk Nabi Muhammad ), menolong mereka, dan berkorban di jalan Allah. Namun mereka menyalahi janji itu sebagaimana dalam firman-Nya,

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, kami laknat mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya. Dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat). Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Maaidah : 13) Hal yang serupa banyak terjadi pada kaum muslimin. Mereka bersyahadat setiap hari, namun masih saja ada diantara mereka yang melakukan kesyirikan dan bidah. Padahal dua kalimat syahadat tersebut yang diucapkannya setiap hari, melarangnya dari perbuatan syirik dan bidah (mengada-adakan suatu ajaran). Tak heran jika banyak diantara mereka yang berani menolak kebenaran, karena kerasnya hati mereka.

Bahkan banyak diantara mereka yang lancang meninggal sholat, dan enggan menunaikan zakat. Demikian karena hatinya tertutup dari kebaikan. Kalaupun ia melakukan kebaikan, ia lakukan bukan karena mencari wajah Allah, tapi karena terpaksa atau ingin mencari perhatian dan popularitas. Nasalullahal afiyah was salamah min qoswatil quluub.*********** Kisah Teladan ***********AYAH DAN ANAK YANG BEREBUT SYURGATatkala Perang Badar tiba, sahabat yang mulia yang bernama Khutsaimah bin Harits mengadakan undian bersama putranya yang bernama Saad untuk menentukan siapakah di antara keduanya yang akan keluar untuk jihad dan siapa yang tetap tinggal di rumah untuk menjaga para wanita.

Ternyata undian diraih oleh putranya Saad, maka ayahnya berkata kepadanya: Wahai anakku relakanlah hari ini agar ayah yang keluar untuk berjihad, biarkanlah engkau yang mengurusi para wanita. Saad berkata Demi Alloh wahai ayahku seandainya saja bukan karena masalah syurga, niscaya akan aku berikan padamu (kesempatan ini), tetapi ini adalah syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, saya tidak akan memberikan bagianku kepada seorang pun. Akhirnya Saad keluar untuk Perang Badar dan gugur di dalamnya, sedangkan ayahnya pun selalu berharap setelah itu, sehingga beliau pun juga gugur dalam perang Uhud. Semoga Alloh meridhoi mereka semua. (Sumber: Al-Ishobah Ibnu Hajar)

Mutiara Kisah :1. Mengenal lebih dekat sahabat yang mulia Saad bersama ayahandanya yang bernama Khutsaimah bin Harits.

2. Keutamaan Saad dan ayahnya Khutsaimah

3. Keutamaan mati syahid

4. Tidak ada balasan bagi orang yang mati syahid kecuali syurga

5. Para sahabat mereka adalah orang yang berlomba-lomba diatas kebaikan

6. Kehidupan didunia adalah kehidupan yang sementara, negeri akhirat lebih baik dan lebih kekal.

7. Hendaknya antara orang tua dan anak berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan.

Sumber: www.almakassari.com

.: Jumat, 23 Syawwal 1434 H / 30 Agustus 2013

Berilmu Sebelum Berkata & Beramal

Jangan dibaca saat Adzan berkumandang atau Khatib sedang Khutbah!

Harap disimpan di tempat yang layak, karena di dalamnya

terdapat ayat Al-Quran dan Hadits!!

Diterbitkan oleh: Pondok Pesantren Minhajus Sunnah Kendari

Jl. Kijang (Perumnas Poasia) Kelurahan Rahandouna.

Penasihat: Al-Ustadz Hasan bin Rosyid, Lc

Kritik dan saran hubungi: 085241855585

Booklet Al-Ilmi versi online:

www.ahlussunnahkendari.com/booklet-alilmu

Berikan kesempatan kepada yang lain untuk membaca buletin ini !!