Upload
trankhue
View
232
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar yang terletak di Benua
Asia, tepatnya di bagian Asia Tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,
yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, serta terletak di antara dua benua,
yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Indonesia juga memiliki banyak unsur
kebudayaan, seperti berbagai macam bahasa, suku bangsa, agama atau
kepercayaan, adat istiadat, kesenian tradisional serta berbagai jenis mata
pencaharian yang membentang dari Sabang hingga Merauke. Oleh karena itu
Negara Indonesia sering disebut sebagai Negara multikultur atau negara yang
memiliki berbagai macam budaya. Sebagai negara multikultur, Indonesia
menghadapi potensi konflik yang tinggi antar elemen pembentuk
multikuturalismenya. Dengan demikian potensi konflik sosial dipicu oleh cara
pengelolaan keberagaman budaya, suku, bahasa dan juga agama yang berada di
“sekitar 17.500 buah pulau dalam 3.200 mil lautan”. Sebagai contoh, konflik
yang melibatkan perbedaan etnik di Kalimantan Barat. Peristiwa konflik
multikultur juga terjadi di Sampit Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang
melibatkan warga Etnis Madura dan Dayak. Dampak konfliknya berupa
ketakutan, trauma psikologis, dan ribuan warga kehilangan harta dan nyawa.1
Jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa menurut data resmi
sensus penduduk 2010 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Sementara
data lain menyebutkan, jumlah penduduk Indonesia terhitung 31 Desember 2010
mencapai 259.940.857. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan
127.700.802 perempuan. Data ini dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri.
Perbedaan jumlah yang terjadi dikarenakan metode yang digunakan kedua
lembaga tadi untuk mencatat jumlah penduduk Indonesia berbeda. Badan Pusat
Statistik menggunakan metode sensus, sedangkan Departemen Dalam Negeri
1 Badan Pusat Stastistik, http://ariwahyudi.web.id/jumlah-penduduk-indonesia, diakses tanggal 11
September 2014.
@UKDW
2
menggunakan data kependudukan seperti KTP dan Kartu Keluarga. Berangkat
dari asumsi jumlah penduduk tadi, jika kita menggunakan data pertumbuhan
penduduk indonesia yang dikeluarkan oleh bank dunia, yakni 1.49% per tahun,
maka jumlah penduduk indonesia tahun 2014 ini akan menjadi 252.124.458 jiwa.2
Penduduk Indonesia kini berjumlah lebih dari 200 juta jiwa, mayoritas
beragama Islam, dengan pengakuan lima agama lain di luar Islam secara formal.3
Agama Hindu sebagian besar berada di Bali dan di ujung timur Pulau Jawa seperti
Tengger. Katolik kebanyakan bermukim di Nusa Tenggara Timur terutama Pulau
Flores, Kepulauan Kei di Maluku dan Jawa Bagian Tengah. Protestan cenderung
menyebar di Papua, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Maluku Tengah, dan
Maluku bagian tenggara. Adapun Kong Hu Cu yang biasa dianut oleh etnis Cina,
menetap di kota-kota besar termasuk juga di pedalaman. Demikian juga dalam
variasi suku dan ras. Suku Jawa menjadi etnis mayoritas dengan Bahasa Jawa.
Suku Sunda dengan Bahasa Sunda, suku Madura dengan bahasa Madura, suku
Melayu dengan bahasa Melayu, termasuk suku kelompok yang lebih kecil secara
kuantitas seperti Bali, Batak, Minang, Aceh, Dayak, Banjar, Papua, Bugis,
Makasar, Badui, dan Toraja.
Dari realita di atas, terbukti bahwa keberbedaan keberagaman dalam
kehidupan merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa ditolak. Pada saat ini,
paling tidak telah terjadi pertikaian di hampir seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang bersimbolkan aneka perbedaan. Ironisnya, konflik yang
disulut adanya penggunaan identitas agama, etnik atau ideologi tentang
keberagaman yang belum tumbuh subur.
Konflik keagamaan sebagai konflik dengan karakter tertentu dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yakni faktor sosial ekonomi dan kecemburuan
sosial yang bersumber dari ketimpangan ekonomi, faktor sosial budaya yang
dicerminkan dengan dorongan emosional kesukuan yang melahirkan fanatisme
dan sentimen antar pemeluk-agama yang terjadi karena kurangnya pengetahuan
dalam memahami suatu ajaran agama, faktor sosial politik yang dicerminkan
dengan distribusi kekuasaan yang tidak merata, tidak tunduknya individu atau
2 Badan Pusat Stastistik, http://ariwahyudi.web.id/jumlah-penduduk-indonesia, diakses tanggal 11
September 2014. 3 Ibid.
@UKDW
3
kelompok sebagai pihak yang dikuasai dan ketegangan antara kelompok yang
sedang berkuasa.
Saat ini isu kekerasan dengan identitas agama atau sentimen agama masih
saja menghantui kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama melalui aksi
pemaksaan kehendak untuk diikuti kelompok lain yang berbeda identitas.
Tindakan kekerasan dengan dalih penertiban merupakan gambaran
ketidakmampuan dalam menjamin kesejahteraan ekonomi masyarakat, tidak
profesionalnya aparat penegak hukum dengan sikap yang tidak tegas, dan
pemahaman doktrin keagamaan oleh pemimpin agama dan pengikut yang
mendasarkan pada teks tanpa semangat mengintegrasikan dengan dunia realitas
yang plural sekaligus integratif.
Tindakan kekerasan yang bersumber atas dasar identitas agama terus
terjadi di beberapa wilayah di tanah air, bahkan peristiwa-peristiwa tersebut
sampai mengakibatkan banyak orang mati sia-sia. Konflik yang terjadi di
Indonesia akhir-akhir ini sekaligus berbicara tentang dimensi kultural dalam
konflik. Identitas kultural merupakan sebuah sarana yang kuat untuk mengikat
suatu kelompok masyarakat guna bertindak secara kolektif untuk mencapai tujuan
tertentu. Ketika identitas kultural itu bercampur baur dengan perasaan
ketidakpuasan dalam mencapai tujuannya maka semakin besar pula potensi
konfliknya. Fenomena yang menonjol adalah kuatnya kecenderungan penindasan
terhadap kelompok minoritas agama meskipun proses terbentuknya Indonesia
yang merdeka dan berdaulat merupakan hasil jerih payah kesepakatan strategis
para pendiri bangsa di atas kesadaran akan Indonesia yang pluralistik.
Dengan demikian bentuk konflik kekerasan dengan menggunakan identitas
agama di Indonesia tidak hanya muncul dalam peristiwa penting seperti peralihan
kekuasaan saja, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Masyarakat
yang terprovokasi menjadi begitu cepat untuk melakukan tindakan-tindakan
kekerasan dengan dasar membela agama.
@UKDW
4
1.1.1. Latar Belakang Keagamaan Daerah Pati
Kabupaten Pati terletak di daerah pantai utara Pulau Jawa yang merupakan
salah satu dari 35 daerah kabupaten di Jawa Tengah bagian timur, terletak di
antara 1100, 50o-1110, 15
o bujur timur dan 60, 25
o–70,00
o lintang selatan. Sebelah
utara dibatasi wilayah Kabupaten Jepara dan Laut Jawa. Sebelah barat dibatasi
wilayah Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara. Sebelah selatan dibatasi
wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora. Sebelah timur dibatasi
wilayah Kabupaten Rembang dan Laut Jawa.4
Secara administratif luas wilayah Kabupaten Pati adalah 150.368 ha yang
terdiri dalam 21 kecamatan, 401 desa, 5 kelurahan, 1.106 dukuh serta 1.474 RW
dan 7.524 RT. Berdasarkan olah cepat hasil pencacahan Sensus Penduduk 2011,
Jumlah penduduk Kabupaten Pati sementara adalah 1.198.529 jiwa, terdiri dari
582.531 laki-laki dan 615.998 perempuan. Pengelompokan menurut agama
menunjukkan bahwa, penduduk beragam Islam 1.140.559 jiwa, Katolik 12.002
jiwa, Kristen Protestan 37.334 jiwa, Budha 10.195 jiwa, Hindu 923 jiwa dan
Aliran Kepercayaan 716 jiwa.5
1.1.2. Konflik Tanah Pemakaman Bagi Orang Kristen Di Desa Gadudero
Desa Gadudero berada di Kecamatan Sukolilo, sebelah Timur berbatasan
dengan Desa Popoh, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Baturejo, sebelah
Selatan berbatasan dengan Desa Kasihan, semuanya adalah masuk wilayah
Kabupaten Pati. Adapun sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bulung wilayah
dari Kabupaten Kudus. Pusat pemerintahan Desa Gadudero ditempatkan di
Kecamatan Sukolilo, sebuah wilayah yang terletak di perbatasan Kabupaten Pati
dan Kabupaten Grobogan. Sekitar 50% warganya menggantungkan hidup di
sektor pertanian. Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Pati mengatakan
bahwa daerah Sukolilo adalah daerah penghasil padi terbesar di Kabupaten Pati”. 6
4 BPS Kabupaten Pati, http://patikab.bps.go.id, diakses tanggal 13 September 2014.
5 Ibid.
6 Ibid.
@UKDW
5
Awal mula konflik terjadi ketika tahun 1988 mulai diadakan kebaktian
Kristen di rumah salah satu warga, yang dihadiri oleh beberapa orang Kristen dari
desa Gadudero. Dari awal terbentuknya persekutuan orang-orang Kristen di
daerah itu mendapat pertentangan keras dari orang-orang non Kristen. Meskipun
mendapat tantangan dari beberapa masyarakat, persekutuan yang diadakan dari
rumah ke rumah terus berjalan. Ketika suatu saat persekutuan di daerah itu
dihentikan oleh aparat setempat maka warga kristiani mengikuti kebaktian di
Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) terletak di Kecamatan Jekulo, Kabupaten
Kudus. Setelah situasi mereda kembali, orang-orang Kristen memakai kembali
rumah persekutuan itu. Aksi penutupan persekutuan terjadi lagi dengan disertai
ancaman dan kekerasan, tetapi aparat pemerintah Desa Gadudero akhirnya
memberikan ijin penggunaan rumah persekutuan tersebut.
Konflik berlanjut ketika salah seorang anggota jemaat meninggal dan
dimakamkan di pemakaman umum yang adalah satu-satunya makam di situ.
Setelah tujuh hari dimakamkan maka mayat dari salah satu jemaat yang sudah
dimakamkan dibongkar dan dipindahkan. Berdasarkan kebijakan pemerintah
setempat, mayat tersebut dipindahkan ke salah satu pemakaman di Kabupaten
Pati. Sejak saat itu sampai sekarang orang Kristen di Desa Gadudero tidak
memiliki hak tanah makam di Desa Gadudero. Perlakuan kurang adil kepada
komunitas Kristen tersebut didukung oleh pernyataan seorang Kepala Dusun yang
menjabat pada waktu konflik terjadi. Dalam pernyataanya SBL mengungkapkan
“orang-orang Islam dan pemerintah di desa ini telah berlaku tidak adil kepada
orang Kristen. Karena sebelum konflik terjadi Kepala Desa Gadudero sudah
menetapkan lokasi pemakaman untuk orang Kristen, yaitu masih satu lokasi
dengan pemakaman, tepatnya di sebelah Selatan. Tetapi oleh desakan para tokoh
kelompok Islam, saat ini muncul kebijakan baru yaitu tanah makam hanya bisa
digunakan untuk pemakaman orang-orang Islam”.7
Orang Kristen di Desa Gadudero merasa bahwa tanah makam adalah suatu
hak bagi setiap warga, serta melihat bahwa masalah makam merupakan masalah
yang penting untuk segera diselesaikan. Berdasar konteks latar belakang di atas
penulis melihat bahwa konflik tanah pemakaman bagi orang Kristen di Desa
7 Wawancara kepada SBT pada tanggal 08 September 2013.
@UKDW
6
Gadudero serta upaya penyelesaiannya merupakan kasus menarik untuk diteliti.
Oleh sebab itu penulis mengangkat judul dalam tesis ini yaitu ANALISIS
RELASI KOMUNITAS ISLAM DAN KRISTEN DI DESA GADUDERO (
Studi Kasus Tentang Konflik Tanah Pemakaman Di Desa Gadudero
Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati )
1.2. Batasan Penelitian
Penulis membatasi lingkup penelitian konflik di Desa Gadudero, Kecamatan
Sukolilo, Kabupaten Pati sebagai berikut.
1. Sejarah dan latar belakang konflik tanah pemakaman antara kelompok
Islam dan Kristen yang terjadi.
2. Peraturan serta kebijakan pemerintah daerah di bidang tanah pemakaman.
3. Peta aktor dan relasi antar aktor dalam konflik tanah pemakaman.
4. Upaya penanganan konfik tanah pemakaman.
5. Model pengembangan perdamaian berkelanjutan sebagai opsi
penanganan konflik tanah pemakaman.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan penelitian tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut: Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi
terjadinya konflik tanah makam yang melibatkan komunitas Islam dan Kristen di
Desa Gadudero dan bagaimana model intervensi dan pencegahan konflik yang
dapat dikembangkan untuk membangun perdamaian berkelanjutan?
1.4. Tujuan Dan Kontribusi
Jika kegiatan penelitian konflik pemakaman di Desa Gadudero ini dapat
tercapai maka akan memiliki manfaat praktis maupun teoritis.
@UKDW
7
1.4.1. Manfaat Praktis
Pertama adalah untuk mendokumentasikan suatu konflik melalui
pendekatan ilmiah sehingga terdapat peluang untuk mempublikasikan hasil
penelitian ini kepada para pihak yang berkonflik. Kedua adalah memberikan
rekomendasi-rekomendasi kepada pihak-pihak yang terlibat konflik dan elemen-
elemen pemerintahan di Desa Gadudero. Ketiga adalah
1.4.2. Manfaat Teoritis
Menemukan model pemetaan, analisis konflik tanah pemakaman dan upaya
penanganan yang sudah dilakukan serta menemukan model transformasi konflik
tanah pemakaman untuk membangun perdamain berkelanjutan John Paul
Lederach. Selain itu, hasil penelitian diharapkan menyumbangkan pemahaman
terhadap konflik yang dipicu oleh isu tanah pemakaman.
1.5. Hipotesis
Jika relasi antara komunitas Islam dan Kristen baik, maka konflik tanah
pemakaman di Desa Gadudero dapat terselesaikan.
1.6. Kerangka Teoritis
Penulis menggunakan Teori Hubungan Masyarakat (Ferdinand Tonnies) dan
Teori Transformasi Konflik (John Paul Lederach). Teori Hubungan Masyarakat
oleh Ferdinand Tonnies, dari Jerman mendasari pemikiran Max Weber serta Karl
Marx dan F. Engels , Emilie Durkheim dari Perancis dan Frank Pearce di Amerika
Serikat. Walaupun masing-masing pemikir berangkat dari titik tolak pemikiran
yang berbeda, namun mereka menyoroti satu topik penting yang sama, yaitu teori
sosiologi tentang hubungan masyarakat. Teori Hubungan Masyarakat
menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi,
ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu
@UKDW
8
masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah meningkatkan komunikasi
dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang mengalami konflik,
mengusahakan toleransi agar masyarakat lebih mampu untuk saling menerima
keragaman yang ada di dalamnya.8
Lederach memakai model piramida untuk menjelaskan posisi-posisi para
aktor di dalam suatu komunitas atau masyarakat yang terkena dampak dari suatu
konflik dan kekerasan. Pemetaan ini bertujuan untuk menentukan arah dan
kerangka kerja transformasi konflik yang lebih fokus pada komponen struktural
dari suatu konflik dan kekerasan.9 John Paul Lederach menggunakan dimensi
waktu dalam teorinya yang dibagi dalam 4 (empat) tahapan yaitu: aksi-aksi yang
lebih cepat atau intervensi krisis, persiapan dan pelatihan atau rencana tahapan
jangka pendek, dan tahapan memikirkan atau mendesain agenda perubahan sosial
dan keempat adalah hasrat untuk membangun suatu masa depan.10
Dengan menggunakan teori di atas Penulis akan mendapatkan data yang
akurat terkait dengan sejarah dan latar belakang terjadinya konflik tanah
pemakaman, perbedaan kelas dalam masyarakat serta pemegang kekuasaan pada
saat konflik terjadi, hubungan pemerintah dengan orang Kristen dan Muslim pada
saat kasus terjadi dan hubungan saat ini, hubungan orang Kristen dengan orang
Muslim pada saat konflik terjadi dan hubungan saat ini, aktor yang terlibat dalam
koflik, isu-isu yang terkait dengan konflik, subsistem dan sistem yang berlaku,
intervensi kasus saat krisis serta usaha perencanan penanganan kasus tahapan
jangka pendek dan panjang.
8 J. Paul Lederach, Building Peace: Susttainable Reconciliaton In Divided Societies, (Washington
DC: US Institute for Peace 1997), h.15, 161. 9 Ibid.
10 J. Paul Lederach, Building Peace: Susttainable Reconciliaton In Divided Societies,
(Washington DC: US Institute for Peace 1997), h.170-17.
@UKDW
9
1.7. Metode Penelitian
1.7.1. Jenis dan Pendekatan
Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) dengan
metode etnografi. Sebagaimana diungkapkan Spradley, etnografi adalah pekerjaan
mendeskripsikan suatu kebudayaan.11
Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk
memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli yang dalam
hal ini adalah stakeholder yang berada dalam lingkungan keluarga atau
masyarakat yaitu kedua kelompok yang sedang berkonflik. Dalam penelitian ini
etnografer tidak mempelajari orang atau masyarakat, tetapi belajar dari mereka.
Dengan kata lain, ”Etnografi adalah deskripsi sistematis dari kebudayaan
berdasarkan observasi tangan pertama”.12
Penelitian juga akan menggunakan
pendekatan kualitatif, ”yakni data disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam
bentuk angka. Dengan demikian, penulis akan menyajikan data-tata lebih berfokus
pada kualitasnya bukan kepada jumlahnya”.13
Mengutip Bogdan dan Taylor,
Lexy J. Moleong mengatakan bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.14
1.7.2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini memakai metode wawancara mendalam (Indepth Interview).
Tiga unsur yang menjadi perhatian selama berlangsungnya proses wawancara ini
adalah: pertama, tujuan yang eksplisit. Ketika peneliti bertemu dengan informan
untuk melakukan suatu wawancara, maka keduanya menyadari bahwa
pembicaraan itu selayaknya mempunyai arah. Setiap kali melakukan wawancara,
peneliti berusaha untuk mengarahkan pembicaraan pada tujuan penelitian. Kedua,
penjelasan etnografi. Sejak bertemu sampai akhir wawancara dengan informan,
11
James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana 2007), h.5. 12
Ibid. 13
Muhajir Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin 1996), h.29. 14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakaryan 2002), h.3.
@UKDW
10
peneliti secara beulang-ulang harus memberikan penjelasan kepada informan
untuk mempermudah pengumpulan data. Ketiga, penjelasan projek penelitian.
Peneliti menerjemahkan tujuan melakukan etnografi itu dan menggali
pengetahuan budaya informan dengan menggunakan istilah yang dapat dimengerti
informan. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif. Tujuannya supaya
peneliti mengetahui tentang setting sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik
setempat. Lebih mengenal dekat dengan narasumber yang mengetahui latar
belakang terjadinya konflik tanah pemakaman untuk mendapatkan data lapangan
yang dibutuhkan. 15
Di dalam penelitian ini instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah
berupa pedoman wawancara, perekam, seperangkat komputer, kertas dan alat tulis
yang dapat mendukung penelitian ini. Wawancara dilakukan pada responden
pelaku baik secara individu, kelompok, organisasi, swasta, instansi pemerintah
yang menjadi saksi hidup konflik di lokasi penelitian. Perekam yang dimaksud
adalah tape recorder yang dipergunakan untuk merekan suara pada saat proses
wawancara. Proses perekaman hasil wawancara tersebut dimaksud untuk
mendukumentasikan hasil wawancara dengan informan-informan. Kamera
digunakan untuk mendokumentasikan kondisi fisik setelah diadakan identifikasi
konflik tanah pemakaman di lokasi penelitian dengan hasil yang didapatkan
berupa gambar atau foto digital. Panduan pertanyaan wawancara disusun dengan
tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Tujuan umum:
a. Sejarah, latar belakang dan harapan masing-masing kelompok
terhadap masalah pemakaman.
b. Kebijakan hak tanah makam di wilayah setempat.
c. Upaya penanganan konflik yang sudah dilakukan.
2. Tujuan khusus:
Mendapatkan temuan-temuan informasi berkaitan konflik tanah
pemakaman di Desa Gadudero yang didasarkan pada Teori Hubungan
Masyarakat dan Teori Transformasi Konflik, yaitu:
15
James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana 2007), h.76-77.
@UKDW
11
a. Mengidentifikasi sejarah dan latar belakang terjadinya konflik tanah
pemakaman.
b. Memetakan hubungan pemerintah dengan orang Kristen dan Muslim
pada saat kasus terjadi dan hubungan saat ini.
c. Menemukan riwayat hubungan orang Kristen dengan orang Muslim
pada saat konflik terjadi dan hubungan saat ini.
d. Mengidentifikasi aktor aktor yang terlibat dan memetakan peran
mereka dalam konflik.
e. Menemukan isu-isu yang terkait dengan konflik.
f. Mengidentifikasi subsistem dan sistem yang berlaku.
g. Mendesain model intervensi kasus saat krisis dan serta
pengembangan transformasi konflik berdasarkan output, outcame
dan impact guna menuju perdamaian yang berkrlanjutan.
1.7.3. Kerangka Penelitian
Tahapan penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: menentukan
fokus penelitan, lokasi penelitian, jenis data dan sumber data, menyusun
instrumen, selanjutnya dilakukan pengumpulan data melalui wawancara
mendalam dan dokumentasi. Selanjutnya tahapan menganalisis data yang sudah
terkumpul. Tahap terakhir merupakan penyajian hasil analisis. Penelitian ini
bersifat kualitatif yakni data disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk
angka. Penulis akan menyajikan data-tata lebih berfokus pada kualitasnya bukan
kepada jumlahnya.16
Fokus penelitian ini adalah mengkaji konflik tanah pemakaman bagi orang
Kristen di Desa Gadudero dengan meneliti sejarah dan latar belakang, dominasi
kekuasaan di daerah tersebut, hubungan pemerintah dengan umat Kristiani dan
umat Muslim, hubungan umat Kristiani dengan umat Muslim, pemetaan aktor
konflik, isu, keterkaitan, subsistem dan sistem, intervensi kasus saat krisis,
perencanan penanganan kasus tahapan jangka pendek, perubahan sosial dan hasrat
untuk suatu masa depan.
16
Muhajir Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin 1996), h.29.
@UKDW
12
1.7.4. Lokasi Penelitian
Berikut adalah gambar 1, “Peta Kabupaten Pati”. Gambar ini menunjukkan
nama-nama Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Pati. Salah satunya
adalah Kecamatan Sukolilo yang menjadi lingkup wilayah penelitian.
Gambar 1.1.
Peta Kabupaten Pati17
Kecamatan Sukolilo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pati, Jawa
Tengah. Desa-desa yang berada di Kecamatan Sukolilo terdiri dari: Baleadi,
Baturejo, Cengkalsewu, Gadudero, Kasiyan, Kedumulyo, Kedungwinong,
Kuwawur, Pakem, Porang Paring, Prawoto, Sukolilo, Sumbersoko,
Tompegunung, Wegil, Wotan.18
. Jadi penelitan yang dilakukan adalah di Desa
Gadudero Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati.
17
Desa di Sukolilo, http://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=kecamatan+sukolilo+pati&source,
diakses & dimodifikasi tanggal 12 September 2014. 18
Badan Pusat Statistik, http://patikab.bps.go.id/publikasi/, diakses tanggal 12 September 2014.
@UKDW
13
Gambar di bawah ini adalah peta yang menunjukan jarak antara Kabupaten
Pati dengan Kecamatan Sukolilo dan juga Desa Gadudero Kidul/Selatan (pusat
pemerintahan) dan juga Desa Gadudero Lor/Utara (konflik terjadi).
Gambar 1.2.
Peta Jarak Kabupaten Pati ke Kecamatan Sukolilo.19
Secara Geografis Desa Gadudero terbagi dalam dua wilayah, masyarakat
setempat biasa menyebut dengan desa Gadudero Kidul (Selatan) dan Desa
Gadudero Lor (Utara). Meskipun secara geografi terpisah, tetapi secara
administrasi kepemerintahan desa tersebut adalah satu. Kantor pemerintahan atau
kantor Kepala Desa berada di Desa Gadudero Kidul, tetapi saat ini Kepala
desanya berasal dari Desa Gadudero Lor. Antara Desa Gadudero Lor dan Desa
Gadudero Kidul berjarak + 14 Km. Kedua tempat tersebut selain terpisahkan oleh
persawahan penduduk juga ada dua desa lain yang memisahkannya, yaitu Desa
Cengkalsewu dan Desa Kasiyan.
19
http://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=kecamatan+sukolilo+pati&source, diakses tanggal
12 September 2014
@UKDW
14
Gambar 1.3.
Peta Lokasi Konflik Tanah Pemakaman di Desa Gadudero20
1.7.5. Jenis Dan Sumber Data Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) dengan
metode etnografi. Sebagaimana diungkapkan Spradley, “etnografi adalah
pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Etnografi adalah deskripsi
sistematis dari kebudayaan berdasarkan observasi tangan pertama”.21
Tujuan
penelitian ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang
penduduk asli yang dalam hal ini adalah aparat desa dan masyarakat Desa
Gadudero sebagai kelompok yang sedang mengalami konflik. Peneliti
memosisikan diri untuk tidak menjadi guru atas pertanyaan-pertanyaan tetapi
membuka diri sepenuhnya belajar dari mereka.
20
Peta jarak Ds. Gadudero ke Kec. Sukolilo, http://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=kecamatan+sukolilo+pati&source, diakses dan
dimodifikasi tanggal tanggal 12 September 2014. 21
James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana 2007), h.5.
@UKDW
15
Penulis setuju dengan pendapat Bogdan dan Taylor, Lexy J. Moleong bahwa,
“metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.22
Jadi data akan dikumpulkan dalam bentuk tulisan serta rekaman
tidak hanya dari hasil wawancara saja tetapi juga dari perilaku yang diamati oleh
Peneliti.
Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Sumber data primer, diperoleh secara langsung dari hasil wawancara atau
interview dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam konflik tanah
makam bagi orang Kristen di Desa Gadudero. Informan yang ditetapkan
dalam penelitian ini adalah 21 orang.
Tabel 1.1
Kelompok Informan Berdasarkan Agama, Usia, Jabatan di
Masyarakat Desa Gadudero
No Kelompok Usia Jabatan Jumlah
informan
1 Islam > 40 tahun Tokoh Agama,
Tokoh
Masyarakat &
Masyarakat
3 orang
25-40 tahun 3 orang
< 25 tahun 3 orang
2 Kristen > 40 tahun Tokoh Agama,
Tokoh
Masyarakat &
Masyarakat
3 orang
25-40 tahun 3 orang
< 25 tahun 3 orang
3 Pemda
Menyesuaikan
Kepala Desa 1 orang
Kepala Dusun 1 orang
BPD 1 Orang
22
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya 2002), h.3.
@UKDW
16
2. Sumber data sekunder, berupa data yang dipilih melalui sumber tidak
langsung, di mana data akan didapat melalui survei ke kantor Desa Gadudero,
Kantor Kecamatan Sukolilo. Data sekunder lainya yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bersumber dari buku, jurnal, dokumen-dokumen.
1.7.6. Metode Analisis Data Hasil Penelitian
Berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan memerlukan proses
analisis data untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Peneliti akan
menganalisis dokumen dan sumber-sumber literatur yang sesuai dengan topik
penelitian. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data.
Metode ketiga adalah mengumpulkan data menggunakan Metode Analisis
Data Hasil Penelitian. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data.23
Dalam memberikan interpretasi data yang diperoleh, penulis menggunakan
metode analisis deskriptif yakni suatu metode penelitian yang dimaksud untuk
membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.
Pada metode etnografi, deskripsi peneliti senantiasa melibatkan bahasa. Dalam hal
ini penulis tidak menulis apa adanya, melainkan sudah melalui proses
penerjemahan dari objek penelitian. Walau begitu deskripsi dalam etnografi
menggunakan istilah-istilah dan makna-maknanya yang asli (native), di samping
juga menggunakan istilah yang digunakan peneliti.24
23
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya 2002), h.103. 24
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada1995), h.18.
@UKDW
17
1.8. Sistematika
Tesis ini mengkaji konflik tanah pemakaman bagi orang Kristen di Desa
Gadudero. Tesis disusun secara sistematis dalam lima bab. Bab I sebagai
gambaran umum penelitian, memaparkan latar belakang dan konteks
permasalahan yang terjadi, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan dan
kontribusi, hipotesis, kerangka teoritis, metode penelitian, kerangka penelitian,
lokasi penelitian, jenis dan sumber data penelitian, pengumpulan data, metode
analisis data hasil penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berjudul landasan
teoritis memberi gambaran konflik tanah pemakaman dalam berbagai perspektif
teori yang digunakan sebagai alat analisis untuk memahami konflik dari dimensi
sosial dan budaya. Adapun pokok bahasannya sebagai berikut: definisi konflik
dan penyebabnya, definisi tanah pemakaman dan perundangan atas hak warga
Negara Indonesia, konflik tanah makam dalam prespektif hubungan masyarakat
(Ferdinand Tonnies), fenomena konflik dan pencegahannya, pemetaan konflik
dan upaya penangannya (John Paul Lederach). Bab III merupakan bab pemaparan
data hasil wawancara dan analisis temuan-temuan konflik tanah pemakaman di
Desa Gadudero yang menjelaskan hasil temuan-temuan di lapangan meliputi:
sejarah dan latar belakang, dominasi kekuasaan di daerah tersebut, hubungan
pemerintah dengan kelompok Kristen dan umat Islam, hubungan kelompok
Kristen dengan kelompok Islam, pemetaan aktor-aktor dalam konflik, isu-isu yang
terkait dengan konflik, sistim peraturan yang berlaku, intervensi kasus saat krisis,
perencanan penanganan kasus tahapan jangka pendek dan jangka panjang,
perubahan sosial dan hasrat untuk suatu masa depan. Bab IV adalah kesimpulan
yang memaparkan jawaban atas pertanyaan penelitian konflik tanah makam bagi
orang Kristen di Desa Gadudero dan hubungan-hubungannya antara temuan di
lapangan dengan teori yang digunakan dalam penelitian yang menghasilkan
rekomendasi-rekomendasi dan model transformasi konflik tanah pemakaman
untuk membangun perdamaian berkelanjutan.
@UKDW