17
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar yang terletak di Benua Asia, tepatnya di bagian Asia Tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, serta terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Indonesia juga memiliki banyak unsur kebudayaan, seperti berbagai macam bahasa, suku bangsa, agama atau kepercayaan, adat istiadat, kesenian tradisional serta berbagai jenis mata pencaharian yang membentang dari Sabang hingga Merauke. Oleh karena itu Negara Indonesia sering disebut sebagai Negara multikultur atau negara yang memiliki berbagai macam budaya. Sebagai negara multikultur, Indonesia menghadapi potensi konflik yang tinggi antar elemen pembentuk multikuturalismenya. Dengan demikian potensi konflik sosial dipicu oleh cara pengelolaan keberagaman budaya, suku, bahasa dan juga agama yang berada di sekitar 17.500 buah pulau dalam 3.200 mil lautan. Sebagai contoh, konflik yang melibatkan perbedaan etnik di Kalimantan Barat. Peristiwa konflik multikultur juga terjadi di Sampit Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang melibatkan warga Etnis Madura dan Dayak. Dampak konfliknya berupa ketakutan, trauma psikologis, dan ribuan warga kehilangan harta dan nyawa. 1 Jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa menurut data resmi sensus penduduk 2010 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Sementara data lain menyebutkan, jumlah penduduk Indonesia terhitung 31 Desember 2010 mencapai 259.940.857. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan 127.700.802 perempuan. Data ini dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri. Perbedaan jumlah yang terjadi dikarenakan metode yang digunakan kedua lembaga tadi untuk mencatat jumlah penduduk Indonesia berbeda. Badan Pusat Statistik menggunakan metode sensus, sedangkan Departemen Dalam Negeri 1 Badan Pusat Stastistik, http://ariwahyudi.web.id/jumlah-penduduk-indonesia , diakses tanggal 11 September 2014. @UKDW

@UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/54120023/15ff...Indonesia juga memiliki banyak unsur kebudayaan, seperti berbagai macam bahasa, suku bangsa, agama atau

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar yang terletak di Benua

Asia, tepatnya di bagian Asia Tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, serta terletak di antara dua benua,

yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Indonesia juga memiliki banyak unsur

kebudayaan, seperti berbagai macam bahasa, suku bangsa, agama atau

kepercayaan, adat istiadat, kesenian tradisional serta berbagai jenis mata

pencaharian yang membentang dari Sabang hingga Merauke. Oleh karena itu

Negara Indonesia sering disebut sebagai Negara multikultur atau negara yang

memiliki berbagai macam budaya. Sebagai negara multikultur, Indonesia

menghadapi potensi konflik yang tinggi antar elemen pembentuk

multikuturalismenya. Dengan demikian potensi konflik sosial dipicu oleh cara

pengelolaan keberagaman budaya, suku, bahasa dan juga agama yang berada di

“sekitar 17.500 buah pulau dalam 3.200 mil lautan”. Sebagai contoh, konflik

yang melibatkan perbedaan etnik di Kalimantan Barat. Peristiwa konflik

multikultur juga terjadi di Sampit Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang

melibatkan warga Etnis Madura dan Dayak. Dampak konfliknya berupa

ketakutan, trauma psikologis, dan ribuan warga kehilangan harta dan nyawa.1

Jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa menurut data resmi

sensus penduduk 2010 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Sementara

data lain menyebutkan, jumlah penduduk Indonesia terhitung 31 Desember 2010

mencapai 259.940.857. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan

127.700.802 perempuan. Data ini dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri.

Perbedaan jumlah yang terjadi dikarenakan metode yang digunakan kedua

lembaga tadi untuk mencatat jumlah penduduk Indonesia berbeda. Badan Pusat

Statistik menggunakan metode sensus, sedangkan Departemen Dalam Negeri

1 Badan Pusat Stastistik, http://ariwahyudi.web.id/jumlah-penduduk-indonesia, diakses tanggal 11

September 2014.

@UKDW

2

menggunakan data kependudukan seperti KTP dan Kartu Keluarga. Berangkat

dari asumsi jumlah penduduk tadi, jika kita menggunakan data pertumbuhan

penduduk indonesia yang dikeluarkan oleh bank dunia, yakni 1.49% per tahun,

maka jumlah penduduk indonesia tahun 2014 ini akan menjadi 252.124.458 jiwa.2

Penduduk Indonesia kini berjumlah lebih dari 200 juta jiwa, mayoritas

beragama Islam, dengan pengakuan lima agama lain di luar Islam secara formal.3

Agama Hindu sebagian besar berada di Bali dan di ujung timur Pulau Jawa seperti

Tengger. Katolik kebanyakan bermukim di Nusa Tenggara Timur terutama Pulau

Flores, Kepulauan Kei di Maluku dan Jawa Bagian Tengah. Protestan cenderung

menyebar di Papua, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Maluku Tengah, dan

Maluku bagian tenggara. Adapun Kong Hu Cu yang biasa dianut oleh etnis Cina,

menetap di kota-kota besar termasuk juga di pedalaman. Demikian juga dalam

variasi suku dan ras. Suku Jawa menjadi etnis mayoritas dengan Bahasa Jawa.

Suku Sunda dengan Bahasa Sunda, suku Madura dengan bahasa Madura, suku

Melayu dengan bahasa Melayu, termasuk suku kelompok yang lebih kecil secara

kuantitas seperti Bali, Batak, Minang, Aceh, Dayak, Banjar, Papua, Bugis,

Makasar, Badui, dan Toraja.

Dari realita di atas, terbukti bahwa keberbedaan keberagaman dalam

kehidupan merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa ditolak. Pada saat ini,

paling tidak telah terjadi pertikaian di hampir seluruh wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang bersimbolkan aneka perbedaan. Ironisnya, konflik yang

disulut adanya penggunaan identitas agama, etnik atau ideologi tentang

keberagaman yang belum tumbuh subur.

Konflik keagamaan sebagai konflik dengan karakter tertentu dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yakni faktor sosial ekonomi dan kecemburuan

sosial yang bersumber dari ketimpangan ekonomi, faktor sosial budaya yang

dicerminkan dengan dorongan emosional kesukuan yang melahirkan fanatisme

dan sentimen antar pemeluk-agama yang terjadi karena kurangnya pengetahuan

dalam memahami suatu ajaran agama, faktor sosial politik yang dicerminkan

dengan distribusi kekuasaan yang tidak merata, tidak tunduknya individu atau

2 Badan Pusat Stastistik, http://ariwahyudi.web.id/jumlah-penduduk-indonesia, diakses tanggal 11

September 2014. 3 Ibid.

@UKDW

3

kelompok sebagai pihak yang dikuasai dan ketegangan antara kelompok yang

sedang berkuasa.

Saat ini isu kekerasan dengan identitas agama atau sentimen agama masih

saja menghantui kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama melalui aksi

pemaksaan kehendak untuk diikuti kelompok lain yang berbeda identitas.

Tindakan kekerasan dengan dalih penertiban merupakan gambaran

ketidakmampuan dalam menjamin kesejahteraan ekonomi masyarakat, tidak

profesionalnya aparat penegak hukum dengan sikap yang tidak tegas, dan

pemahaman doktrin keagamaan oleh pemimpin agama dan pengikut yang

mendasarkan pada teks tanpa semangat mengintegrasikan dengan dunia realitas

yang plural sekaligus integratif.

Tindakan kekerasan yang bersumber atas dasar identitas agama terus

terjadi di beberapa wilayah di tanah air, bahkan peristiwa-peristiwa tersebut

sampai mengakibatkan banyak orang mati sia-sia. Konflik yang terjadi di

Indonesia akhir-akhir ini sekaligus berbicara tentang dimensi kultural dalam

konflik. Identitas kultural merupakan sebuah sarana yang kuat untuk mengikat

suatu kelompok masyarakat guna bertindak secara kolektif untuk mencapai tujuan

tertentu. Ketika identitas kultural itu bercampur baur dengan perasaan

ketidakpuasan dalam mencapai tujuannya maka semakin besar pula potensi

konfliknya. Fenomena yang menonjol adalah kuatnya kecenderungan penindasan

terhadap kelompok minoritas agama meskipun proses terbentuknya Indonesia

yang merdeka dan berdaulat merupakan hasil jerih payah kesepakatan strategis

para pendiri bangsa di atas kesadaran akan Indonesia yang pluralistik.

Dengan demikian bentuk konflik kekerasan dengan menggunakan identitas

agama di Indonesia tidak hanya muncul dalam peristiwa penting seperti peralihan

kekuasaan saja, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Masyarakat

yang terprovokasi menjadi begitu cepat untuk melakukan tindakan-tindakan

kekerasan dengan dasar membela agama.

@UKDW

4

1.1.1. Latar Belakang Keagamaan Daerah Pati

Kabupaten Pati terletak di daerah pantai utara Pulau Jawa yang merupakan

salah satu dari 35 daerah kabupaten di Jawa Tengah bagian timur, terletak di

antara 1100, 50o-1110, 15

o bujur timur dan 60, 25

o–70,00

o lintang selatan. Sebelah

utara dibatasi wilayah Kabupaten Jepara dan Laut Jawa. Sebelah barat dibatasi

wilayah Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara. Sebelah selatan dibatasi

wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora. Sebelah timur dibatasi

wilayah Kabupaten Rembang dan Laut Jawa.4

Secara administratif luas wilayah Kabupaten Pati adalah 150.368 ha yang

terdiri dalam 21 kecamatan, 401 desa, 5 kelurahan, 1.106 dukuh serta 1.474 RW

dan 7.524 RT. Berdasarkan olah cepat hasil pencacahan Sensus Penduduk 2011,

Jumlah penduduk Kabupaten Pati sementara adalah 1.198.529 jiwa, terdiri dari

582.531 laki-laki dan 615.998 perempuan. Pengelompokan menurut agama

menunjukkan bahwa, penduduk beragam Islam 1.140.559 jiwa, Katolik 12.002

jiwa, Kristen Protestan 37.334 jiwa, Budha 10.195 jiwa, Hindu 923 jiwa dan

Aliran Kepercayaan 716 jiwa.5

1.1.2. Konflik Tanah Pemakaman Bagi Orang Kristen Di Desa Gadudero

Desa Gadudero berada di Kecamatan Sukolilo, sebelah Timur berbatasan

dengan Desa Popoh, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Baturejo, sebelah

Selatan berbatasan dengan Desa Kasihan, semuanya adalah masuk wilayah

Kabupaten Pati. Adapun sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bulung wilayah

dari Kabupaten Kudus. Pusat pemerintahan Desa Gadudero ditempatkan di

Kecamatan Sukolilo, sebuah wilayah yang terletak di perbatasan Kabupaten Pati

dan Kabupaten Grobogan. Sekitar 50% warganya menggantungkan hidup di

sektor pertanian. Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Pati mengatakan

bahwa daerah Sukolilo adalah daerah penghasil padi terbesar di Kabupaten Pati”. 6

4 BPS Kabupaten Pati, http://patikab.bps.go.id, diakses tanggal 13 September 2014.

5 Ibid.

6 Ibid.

@UKDW

5

Awal mula konflik terjadi ketika tahun 1988 mulai diadakan kebaktian

Kristen di rumah salah satu warga, yang dihadiri oleh beberapa orang Kristen dari

desa Gadudero. Dari awal terbentuknya persekutuan orang-orang Kristen di

daerah itu mendapat pertentangan keras dari orang-orang non Kristen. Meskipun

mendapat tantangan dari beberapa masyarakat, persekutuan yang diadakan dari

rumah ke rumah terus berjalan. Ketika suatu saat persekutuan di daerah itu

dihentikan oleh aparat setempat maka warga kristiani mengikuti kebaktian di

Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) terletak di Kecamatan Jekulo, Kabupaten

Kudus. Setelah situasi mereda kembali, orang-orang Kristen memakai kembali

rumah persekutuan itu. Aksi penutupan persekutuan terjadi lagi dengan disertai

ancaman dan kekerasan, tetapi aparat pemerintah Desa Gadudero akhirnya

memberikan ijin penggunaan rumah persekutuan tersebut.

Konflik berlanjut ketika salah seorang anggota jemaat meninggal dan

dimakamkan di pemakaman umum yang adalah satu-satunya makam di situ.

Setelah tujuh hari dimakamkan maka mayat dari salah satu jemaat yang sudah

dimakamkan dibongkar dan dipindahkan. Berdasarkan kebijakan pemerintah

setempat, mayat tersebut dipindahkan ke salah satu pemakaman di Kabupaten

Pati. Sejak saat itu sampai sekarang orang Kristen di Desa Gadudero tidak

memiliki hak tanah makam di Desa Gadudero. Perlakuan kurang adil kepada

komunitas Kristen tersebut didukung oleh pernyataan seorang Kepala Dusun yang

menjabat pada waktu konflik terjadi. Dalam pernyataanya SBL mengungkapkan

“orang-orang Islam dan pemerintah di desa ini telah berlaku tidak adil kepada

orang Kristen. Karena sebelum konflik terjadi Kepala Desa Gadudero sudah

menetapkan lokasi pemakaman untuk orang Kristen, yaitu masih satu lokasi

dengan pemakaman, tepatnya di sebelah Selatan. Tetapi oleh desakan para tokoh

kelompok Islam, saat ini muncul kebijakan baru yaitu tanah makam hanya bisa

digunakan untuk pemakaman orang-orang Islam”.7

Orang Kristen di Desa Gadudero merasa bahwa tanah makam adalah suatu

hak bagi setiap warga, serta melihat bahwa masalah makam merupakan masalah

yang penting untuk segera diselesaikan. Berdasar konteks latar belakang di atas

penulis melihat bahwa konflik tanah pemakaman bagi orang Kristen di Desa

7 Wawancara kepada SBT pada tanggal 08 September 2013.

@UKDW

6

Gadudero serta upaya penyelesaiannya merupakan kasus menarik untuk diteliti.

Oleh sebab itu penulis mengangkat judul dalam tesis ini yaitu ANALISIS

RELASI KOMUNITAS ISLAM DAN KRISTEN DI DESA GADUDERO (

Studi Kasus Tentang Konflik Tanah Pemakaman Di Desa Gadudero

Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati )

1.2. Batasan Penelitian

Penulis membatasi lingkup penelitian konflik di Desa Gadudero, Kecamatan

Sukolilo, Kabupaten Pati sebagai berikut.

1. Sejarah dan latar belakang konflik tanah pemakaman antara kelompok

Islam dan Kristen yang terjadi.

2. Peraturan serta kebijakan pemerintah daerah di bidang tanah pemakaman.

3. Peta aktor dan relasi antar aktor dalam konflik tanah pemakaman.

4. Upaya penanganan konfik tanah pemakaman.

5. Model pengembangan perdamaian berkelanjutan sebagai opsi

penanganan konflik tanah pemakaman.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan penelitian tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut: Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi

terjadinya konflik tanah makam yang melibatkan komunitas Islam dan Kristen di

Desa Gadudero dan bagaimana model intervensi dan pencegahan konflik yang

dapat dikembangkan untuk membangun perdamaian berkelanjutan?

1.4. Tujuan Dan Kontribusi

Jika kegiatan penelitian konflik pemakaman di Desa Gadudero ini dapat

tercapai maka akan memiliki manfaat praktis maupun teoritis.

@UKDW

7

1.4.1. Manfaat Praktis

Pertama adalah untuk mendokumentasikan suatu konflik melalui

pendekatan ilmiah sehingga terdapat peluang untuk mempublikasikan hasil

penelitian ini kepada para pihak yang berkonflik. Kedua adalah memberikan

rekomendasi-rekomendasi kepada pihak-pihak yang terlibat konflik dan elemen-

elemen pemerintahan di Desa Gadudero. Ketiga adalah

1.4.2. Manfaat Teoritis

Menemukan model pemetaan, analisis konflik tanah pemakaman dan upaya

penanganan yang sudah dilakukan serta menemukan model transformasi konflik

tanah pemakaman untuk membangun perdamain berkelanjutan John Paul

Lederach. Selain itu, hasil penelitian diharapkan menyumbangkan pemahaman

terhadap konflik yang dipicu oleh isu tanah pemakaman.

1.5. Hipotesis

Jika relasi antara komunitas Islam dan Kristen baik, maka konflik tanah

pemakaman di Desa Gadudero dapat terselesaikan.

1.6. Kerangka Teoritis

Penulis menggunakan Teori Hubungan Masyarakat (Ferdinand Tonnies) dan

Teori Transformasi Konflik (John Paul Lederach). Teori Hubungan Masyarakat

oleh Ferdinand Tonnies, dari Jerman mendasari pemikiran Max Weber serta Karl

Marx dan F. Engels , Emilie Durkheim dari Perancis dan Frank Pearce di Amerika

Serikat. Walaupun masing-masing pemikir berangkat dari titik tolak pemikiran

yang berbeda, namun mereka menyoroti satu topik penting yang sama, yaitu teori

sosiologi tentang hubungan masyarakat. Teori Hubungan Masyarakat

menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi,

ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu

@UKDW

8

masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah meningkatkan komunikasi

dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang mengalami konflik,

mengusahakan toleransi agar masyarakat lebih mampu untuk saling menerima

keragaman yang ada di dalamnya.8

Lederach memakai model piramida untuk menjelaskan posisi-posisi para

aktor di dalam suatu komunitas atau masyarakat yang terkena dampak dari suatu

konflik dan kekerasan. Pemetaan ini bertujuan untuk menentukan arah dan

kerangka kerja transformasi konflik yang lebih fokus pada komponen struktural

dari suatu konflik dan kekerasan.9 John Paul Lederach menggunakan dimensi

waktu dalam teorinya yang dibagi dalam 4 (empat) tahapan yaitu: aksi-aksi yang

lebih cepat atau intervensi krisis, persiapan dan pelatihan atau rencana tahapan

jangka pendek, dan tahapan memikirkan atau mendesain agenda perubahan sosial

dan keempat adalah hasrat untuk membangun suatu masa depan.10

Dengan menggunakan teori di atas Penulis akan mendapatkan data yang

akurat terkait dengan sejarah dan latar belakang terjadinya konflik tanah

pemakaman, perbedaan kelas dalam masyarakat serta pemegang kekuasaan pada

saat konflik terjadi, hubungan pemerintah dengan orang Kristen dan Muslim pada

saat kasus terjadi dan hubungan saat ini, hubungan orang Kristen dengan orang

Muslim pada saat konflik terjadi dan hubungan saat ini, aktor yang terlibat dalam

koflik, isu-isu yang terkait dengan konflik, subsistem dan sistem yang berlaku,

intervensi kasus saat krisis serta usaha perencanan penanganan kasus tahapan

jangka pendek dan panjang.

8 J. Paul Lederach, Building Peace: Susttainable Reconciliaton In Divided Societies, (Washington

DC: US Institute for Peace 1997), h.15, 161. 9 Ibid.

10 J. Paul Lederach, Building Peace: Susttainable Reconciliaton In Divided Societies,

(Washington DC: US Institute for Peace 1997), h.170-17.

@UKDW

9

1.7. Metode Penelitian

1.7.1. Jenis dan Pendekatan

Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) dengan

metode etnografi. Sebagaimana diungkapkan Spradley, etnografi adalah pekerjaan

mendeskripsikan suatu kebudayaan.11

Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk

memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli yang dalam

hal ini adalah stakeholder yang berada dalam lingkungan keluarga atau

masyarakat yaitu kedua kelompok yang sedang berkonflik. Dalam penelitian ini

etnografer tidak mempelajari orang atau masyarakat, tetapi belajar dari mereka.

Dengan kata lain, ”Etnografi adalah deskripsi sistematis dari kebudayaan

berdasarkan observasi tangan pertama”.12

Penelitian juga akan menggunakan

pendekatan kualitatif, ”yakni data disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam

bentuk angka. Dengan demikian, penulis akan menyajikan data-tata lebih berfokus

pada kualitasnya bukan kepada jumlahnya”.13

Mengutip Bogdan dan Taylor,

Lexy J. Moleong mengatakan bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.14

1.7.2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini memakai metode wawancara mendalam (Indepth Interview).

Tiga unsur yang menjadi perhatian selama berlangsungnya proses wawancara ini

adalah: pertama, tujuan yang eksplisit. Ketika peneliti bertemu dengan informan

untuk melakukan suatu wawancara, maka keduanya menyadari bahwa

pembicaraan itu selayaknya mempunyai arah. Setiap kali melakukan wawancara,

peneliti berusaha untuk mengarahkan pembicaraan pada tujuan penelitian. Kedua,

penjelasan etnografi. Sejak bertemu sampai akhir wawancara dengan informan,

11

James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana 2007), h.5. 12

Ibid. 13

Muhajir Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin 1996), h.29. 14

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakaryan 2002), h.3.

@UKDW

10

peneliti secara beulang-ulang harus memberikan penjelasan kepada informan

untuk mempermudah pengumpulan data. Ketiga, penjelasan projek penelitian.

Peneliti menerjemahkan tujuan melakukan etnografi itu dan menggali

pengetahuan budaya informan dengan menggunakan istilah yang dapat dimengerti

informan. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif. Tujuannya supaya

peneliti mengetahui tentang setting sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik

setempat. Lebih mengenal dekat dengan narasumber yang mengetahui latar

belakang terjadinya konflik tanah pemakaman untuk mendapatkan data lapangan

yang dibutuhkan. 15

Di dalam penelitian ini instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah

berupa pedoman wawancara, perekam, seperangkat komputer, kertas dan alat tulis

yang dapat mendukung penelitian ini. Wawancara dilakukan pada responden

pelaku baik secara individu, kelompok, organisasi, swasta, instansi pemerintah

yang menjadi saksi hidup konflik di lokasi penelitian. Perekam yang dimaksud

adalah tape recorder yang dipergunakan untuk merekan suara pada saat proses

wawancara. Proses perekaman hasil wawancara tersebut dimaksud untuk

mendukumentasikan hasil wawancara dengan informan-informan. Kamera

digunakan untuk mendokumentasikan kondisi fisik setelah diadakan identifikasi

konflik tanah pemakaman di lokasi penelitian dengan hasil yang didapatkan

berupa gambar atau foto digital. Panduan pertanyaan wawancara disusun dengan

tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan umum:

a. Sejarah, latar belakang dan harapan masing-masing kelompok

terhadap masalah pemakaman.

b. Kebijakan hak tanah makam di wilayah setempat.

c. Upaya penanganan konflik yang sudah dilakukan.

2. Tujuan khusus:

Mendapatkan temuan-temuan informasi berkaitan konflik tanah

pemakaman di Desa Gadudero yang didasarkan pada Teori Hubungan

Masyarakat dan Teori Transformasi Konflik, yaitu:

15

James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana 2007), h.76-77.

@UKDW

11

a. Mengidentifikasi sejarah dan latar belakang terjadinya konflik tanah

pemakaman.

b. Memetakan hubungan pemerintah dengan orang Kristen dan Muslim

pada saat kasus terjadi dan hubungan saat ini.

c. Menemukan riwayat hubungan orang Kristen dengan orang Muslim

pada saat konflik terjadi dan hubungan saat ini.

d. Mengidentifikasi aktor aktor yang terlibat dan memetakan peran

mereka dalam konflik.

e. Menemukan isu-isu yang terkait dengan konflik.

f. Mengidentifikasi subsistem dan sistem yang berlaku.

g. Mendesain model intervensi kasus saat krisis dan serta

pengembangan transformasi konflik berdasarkan output, outcame

dan impact guna menuju perdamaian yang berkrlanjutan.

1.7.3. Kerangka Penelitian

Tahapan penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: menentukan

fokus penelitan, lokasi penelitian, jenis data dan sumber data, menyusun

instrumen, selanjutnya dilakukan pengumpulan data melalui wawancara

mendalam dan dokumentasi. Selanjutnya tahapan menganalisis data yang sudah

terkumpul. Tahap terakhir merupakan penyajian hasil analisis. Penelitian ini

bersifat kualitatif yakni data disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk

angka. Penulis akan menyajikan data-tata lebih berfokus pada kualitasnya bukan

kepada jumlahnya.16

Fokus penelitian ini adalah mengkaji konflik tanah pemakaman bagi orang

Kristen di Desa Gadudero dengan meneliti sejarah dan latar belakang, dominasi

kekuasaan di daerah tersebut, hubungan pemerintah dengan umat Kristiani dan

umat Muslim, hubungan umat Kristiani dengan umat Muslim, pemetaan aktor

konflik, isu, keterkaitan, subsistem dan sistem, intervensi kasus saat krisis,

perencanan penanganan kasus tahapan jangka pendek, perubahan sosial dan hasrat

untuk suatu masa depan.

16

Muhajir Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin 1996), h.29.

@UKDW

12

1.7.4. Lokasi Penelitian

Berikut adalah gambar 1, “Peta Kabupaten Pati”. Gambar ini menunjukkan

nama-nama Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Pati. Salah satunya

adalah Kecamatan Sukolilo yang menjadi lingkup wilayah penelitian.

Gambar 1.1.

Peta Kabupaten Pati17

Kecamatan Sukolilo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pati, Jawa

Tengah. Desa-desa yang berada di Kecamatan Sukolilo terdiri dari: Baleadi,

Baturejo, Cengkalsewu, Gadudero, Kasiyan, Kedumulyo, Kedungwinong,

Kuwawur, Pakem, Porang Paring, Prawoto, Sukolilo, Sumbersoko,

Tompegunung, Wegil, Wotan.18

. Jadi penelitan yang dilakukan adalah di Desa

Gadudero Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati.

17

Desa di Sukolilo, http://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=kecamatan+sukolilo+pati&source,

diakses & dimodifikasi tanggal 12 September 2014. 18

Badan Pusat Statistik, http://patikab.bps.go.id/publikasi/, diakses tanggal 12 September 2014.

@UKDW

13

Gambar di bawah ini adalah peta yang menunjukan jarak antara Kabupaten

Pati dengan Kecamatan Sukolilo dan juga Desa Gadudero Kidul/Selatan (pusat

pemerintahan) dan juga Desa Gadudero Lor/Utara (konflik terjadi).

Gambar 1.2.

Peta Jarak Kabupaten Pati ke Kecamatan Sukolilo.19

Secara Geografis Desa Gadudero terbagi dalam dua wilayah, masyarakat

setempat biasa menyebut dengan desa Gadudero Kidul (Selatan) dan Desa

Gadudero Lor (Utara). Meskipun secara geografi terpisah, tetapi secara

administrasi kepemerintahan desa tersebut adalah satu. Kantor pemerintahan atau

kantor Kepala Desa berada di Desa Gadudero Kidul, tetapi saat ini Kepala

desanya berasal dari Desa Gadudero Lor. Antara Desa Gadudero Lor dan Desa

Gadudero Kidul berjarak + 14 Km. Kedua tempat tersebut selain terpisahkan oleh

persawahan penduduk juga ada dua desa lain yang memisahkannya, yaitu Desa

Cengkalsewu dan Desa Kasiyan.

19

http://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=kecamatan+sukolilo+pati&source, diakses tanggal

12 September 2014

@UKDW

14

Gambar 1.3.

Peta Lokasi Konflik Tanah Pemakaman di Desa Gadudero20

1.7.5. Jenis Dan Sumber Data Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) dengan

metode etnografi. Sebagaimana diungkapkan Spradley, “etnografi adalah

pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Etnografi adalah deskripsi

sistematis dari kebudayaan berdasarkan observasi tangan pertama”.21

Tujuan

penelitian ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang

penduduk asli yang dalam hal ini adalah aparat desa dan masyarakat Desa

Gadudero sebagai kelompok yang sedang mengalami konflik. Peneliti

memosisikan diri untuk tidak menjadi guru atas pertanyaan-pertanyaan tetapi

membuka diri sepenuhnya belajar dari mereka.

20

Peta jarak Ds. Gadudero ke Kec. Sukolilo, http://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=kecamatan+sukolilo+pati&source, diakses dan

dimodifikasi tanggal tanggal 12 September 2014. 21

James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana 2007), h.5.

@UKDW

15

Penulis setuju dengan pendapat Bogdan dan Taylor, Lexy J. Moleong bahwa,

“metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati.22

Jadi data akan dikumpulkan dalam bentuk tulisan serta rekaman

tidak hanya dari hasil wawancara saja tetapi juga dari perilaku yang diamati oleh

Peneliti.

Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu:

1. Sumber data primer, diperoleh secara langsung dari hasil wawancara atau

interview dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam konflik tanah

makam bagi orang Kristen di Desa Gadudero. Informan yang ditetapkan

dalam penelitian ini adalah 21 orang.

Tabel 1.1

Kelompok Informan Berdasarkan Agama, Usia, Jabatan di

Masyarakat Desa Gadudero

No Kelompok Usia Jabatan Jumlah

informan

1 Islam > 40 tahun Tokoh Agama,

Tokoh

Masyarakat &

Masyarakat

3 orang

25-40 tahun 3 orang

< 25 tahun 3 orang

2 Kristen > 40 tahun Tokoh Agama,

Tokoh

Masyarakat &

Masyarakat

3 orang

25-40 tahun 3 orang

< 25 tahun 3 orang

3 Pemda

Menyesuaikan

Kepala Desa 1 orang

Kepala Dusun 1 orang

BPD 1 Orang

22

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya 2002), h.3.

@UKDW

16

2. Sumber data sekunder, berupa data yang dipilih melalui sumber tidak

langsung, di mana data akan didapat melalui survei ke kantor Desa Gadudero,

Kantor Kecamatan Sukolilo. Data sekunder lainya yang digunakan dalam

penelitian ini adalah bersumber dari buku, jurnal, dokumen-dokumen.

1.7.6. Metode Analisis Data Hasil Penelitian

Berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan memerlukan proses

analisis data untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Peneliti akan

menganalisis dokumen dan sumber-sumber literatur yang sesuai dengan topik

penelitian. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data.

Metode ketiga adalah mengumpulkan data menggunakan Metode Analisis

Data Hasil Penelitian. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data.23

Dalam memberikan interpretasi data yang diperoleh, penulis menggunakan

metode analisis deskriptif yakni suatu metode penelitian yang dimaksud untuk

membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.

Pada metode etnografi, deskripsi peneliti senantiasa melibatkan bahasa. Dalam hal

ini penulis tidak menulis apa adanya, melainkan sudah melalui proses

penerjemahan dari objek penelitian. Walau begitu deskripsi dalam etnografi

menggunakan istilah-istilah dan makna-maknanya yang asli (native), di samping

juga menggunakan istilah yang digunakan peneliti.24

23

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya 2002), h.103. 24

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada1995), h.18.

@UKDW

17

1.8. Sistematika

Tesis ini mengkaji konflik tanah pemakaman bagi orang Kristen di Desa

Gadudero. Tesis disusun secara sistematis dalam lima bab. Bab I sebagai

gambaran umum penelitian, memaparkan latar belakang dan konteks

permasalahan yang terjadi, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan dan

kontribusi, hipotesis, kerangka teoritis, metode penelitian, kerangka penelitian,

lokasi penelitian, jenis dan sumber data penelitian, pengumpulan data, metode

analisis data hasil penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berjudul landasan

teoritis memberi gambaran konflik tanah pemakaman dalam berbagai perspektif

teori yang digunakan sebagai alat analisis untuk memahami konflik dari dimensi

sosial dan budaya. Adapun pokok bahasannya sebagai berikut: definisi konflik

dan penyebabnya, definisi tanah pemakaman dan perundangan atas hak warga

Negara Indonesia, konflik tanah makam dalam prespektif hubungan masyarakat

(Ferdinand Tonnies), fenomena konflik dan pencegahannya, pemetaan konflik

dan upaya penangannya (John Paul Lederach). Bab III merupakan bab pemaparan

data hasil wawancara dan analisis temuan-temuan konflik tanah pemakaman di

Desa Gadudero yang menjelaskan hasil temuan-temuan di lapangan meliputi:

sejarah dan latar belakang, dominasi kekuasaan di daerah tersebut, hubungan

pemerintah dengan kelompok Kristen dan umat Islam, hubungan kelompok

Kristen dengan kelompok Islam, pemetaan aktor-aktor dalam konflik, isu-isu yang

terkait dengan konflik, sistim peraturan yang berlaku, intervensi kasus saat krisis,

perencanan penanganan kasus tahapan jangka pendek dan jangka panjang,

perubahan sosial dan hasrat untuk suatu masa depan. Bab IV adalah kesimpulan

yang memaparkan jawaban atas pertanyaan penelitian konflik tanah makam bagi

orang Kristen di Desa Gadudero dan hubungan-hubungannya antara temuan di

lapangan dengan teori yang digunakan dalam penelitian yang menghasilkan

rekomendasi-rekomendasi dan model transformasi konflik tanah pemakaman

untuk membangun perdamaian berkelanjutan.

@UKDW