Author
ngoanh
View
213
Download
0
Embed Size (px)
DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO
Jl. Pahlawan No. 42 Mojokerto
Telp./Fax : (0321) 321752 / 382966
Email : [email protected]
Kegiatan Posyandu
Poskesdes
mailto:[email protected]
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
i
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
KATA PENGANTAR
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011 merupakan salah satu produk dari
SIK (Sistem Informasi Kesehatan) yang menguraikan gambaran situasi dan kondisi
kesehatan masyarakat di Kota Mojokerto sebagai hasil dari semua upaya dan kegiatan
yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Mojokerto dan jajarannya dalam
rangka Pembangunan Kesehatan di Kota Mojokerto.
Profil Kesehatan ini memuat data dan informasi terkait pencapaian indikator
pembangunan kesehatan melalui analisa situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan serta
sumber daya kesehatan di wilayah Kota Mojokerto. Bila dibanding dengan tahun
tahun sebelumnya, Profil Kesehatan Tahun 2011 ini terdapat perbedaan. Disamping
jumlah tabel indikator yang bertambah, namun secara khusus Profil Kesehatan ini
memuat data kesehatan yang terpilah secara gender.
Dengan segala keterbatasan, diharapkan Profil Kesehatan ini dapat dipergunakan
sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerja pelayanan kesehatan selama tahun 2011 serta
dapat dipergunakan juga sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan
program dan kegiatan di tahun mendatang.
Mojokerto, April 2012
Penyusun
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
ii
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
SAMBUTAN
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA MOJOKERTO
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena pada akhirnya buku
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011 dapat terselesaikan dengan baik.
Disadari sepenuhnya bahwa untuk memperoleh data yang baik, banyak hambatan yang
ditemui, utamanya menyangkut ketersediaan data secara gender yang tidak keseluruhan
indikator dapat terpenuhi.
Di tahun tahun yang akan datang, seiring dengan pembangunan dan perbaikan
jaringan Sistem Informasi Kesehatan (SIK), Profil Kesehatan dapat disusun dengan lebih
baik, terutama menyangkut pengarusutamaan gender sebagaimana yang diinstruksikan
Presiden dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000, dengan muatan data dan
informasi yang lebih berkualitas serta lebih konsisten, sehingga buku Profil Kesehatan ini
dapat dijadikan sebagai panduan dan referensi penting dalam pengambilan keputusan
yang evidence based berkaitan manajemen pembangunan kesehatan, khususnya di Kota
Mojokerto.
Semoga Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011 ini bermanfaat terutama
bagi yang membutuhkan data dan informasi kesehatan di Kota Mojokerto. Kritik dan
saran dari para pembaca guna penyembpurnaan Profil Kesehatan di masa datang tetap
kami harapkan.
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA MOJOKERTO
Dra. CHRISTIANA INDAH WW, Apt MSi
Pembina Utama Muda
NIP. 19601113 198903 2 002
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
iii
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. i
Sambutan Kepala Dinas Kesehatan............................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................ iii
Daftar Gambar .............................................................................................. v
Daftar Tabel ................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................... 2
1.3 Sistematika Penyajian .......................................................... 2
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MOJOKERTO .............................. 4
2.1 Kondisi Geografis .................................................................. 4
2.2 Kondisi Demografis .............................................................. 6
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ............................................ 8
3.1 Mortalitas .............................................................................. 8
3.2 Morbiditas ............................................................................. 12
3.3 Status Gizi ............................................................................. 26
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ................................................ 30
4.1 Pelayanan Kesehatan Dasar ................................................ 30
4.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ............................... 46
4.3 Perilaku Hidup Masyarakat.................................................. 49
4.4 Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar ..... 51
4.5 Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan ..................... 54
4.6 Penanggulangan Wabah Skala Kota ................................... 54
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
iv
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN .................................. 55
5.1 Sarana Kesehatan ................................................................ 55
5.2 Tenaga Kesehatan ................................................................ 59
5.3 Pembiayaan Kesehatan ........................................................ 64
BAB VI PENUTUP .................................................................................... 65
Lampiran
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
v
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Daftar gambar
Gambar 1 Peta Kota Mojokerto ............................................................. 4
Gambar 2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 6
Gambar 3 Kasus Lahir Mati, Kematian Bayi dan Kematian Balita di
Kota Mojokerto Tahun 2005 - 2011 .....................................
9
Gambar 4 Kasus Kematian Maternal yang Dilaporkan di Kota
Mojokerto Tahun 2005 - 2011 ..............................................
11
Gambar 5 Angka Kematian Ibu yang Dilaporkan di Kota Mojokerto
Tahun 2004 - 2011 .................................................................
11
Gambar 6 Penemuan Kasus TB BTA (+) di Kota Mojokerto Tahun
2009 - 2011 ............................................................................
13
Gambar 7 Angka Kesembuhan Kasus TB BTA (+) di Kota Mojokerto
Tahun 2007 - 2011 .................................................................
14
Gambar 8 Jumlah Komulatif Penderita HIV/AIDS di Kota Mojokerto
Tahun 2003 - 2011 ................................................................
16
Gambar 9 Perbandingan Jumlah Penderita IMS Secara Gender di
Kota Mojokerto Tahun 2011 ................................................
17
Gambar 10 Kejadian Diare di Kota Mojokerto Tahun 2007 - 2011 ....... 18
Gambar 11 Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita di Kota
Mojokerto Tahun 2007 - 2011 ..............................................
19
Gambar 12 Jumlah Kasus DBD yang ditemukan di Kota Mojokerto
Tahun 2007 - 2011 ................................................................
21
Gambar 13 Jumlah Kasus Campak di Kota Mojokerto Tahun 2007 -
2011 .......................................................................................
23
Gambar 14 Jumlah Kasus Difteri di Kota Mojokerto Tahun 2007 -
2011 .......................................................................................
24
Gambar 15 Penemuan Kasus AFP dan Polio di Kota Mojokerto Tahun
2007 - 2011 .............................................................................
26
Gambar 16 Permasalahan Gizi dalam Siklus Kehidupan Manusia ..... 27
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
vi
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 17 Jumlah Kasus BBLR di Wilayah Kota Mojokerto Tahun
2006 - 2011 ............................................................................
28
Gambar 18 Jumlah Balita Ditimbang di Posyandu yang Mengalami
Kenaikan Berat Badan Tahun 2006 - 2011 .........................
29
Gambar 19 Jumlah Balita BGM dan Balita Gizi Buruk di Wilayah
Kota Mojokerto Tahun 2006 - 2011 .....................................
29
Gambar 20 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Kota
Mojokerto Tahun 2007 - 2011 ..............................................
31
Gambar 21 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
di Kota Mojokerto Tahun 2006 - 2011 .................................
32
Gambar 22 Cakupan Ibu Hamil Risti yang Ditangani di Kota
Mojokerto Tahun 2007 - 2011 ..............................................
34
Gambar 23 Cakupan Neonatal Risti yang Ditangani di Kota
Mojokerto Tahun 2007 - 2011 ..............................................
34
Gambar 24 Perkembangan Cakupan Pelayanan Nifas di Kota
Mojokerto Tahun 2007 - 2011 ..............................................
35
Gambar 25 Perkembangan Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap
di Kota Mojokerto Tahun 2007 - 2011 .................................
37
Gambar 26 Cakupan Kunjungan Bayi di Kota Mojokerto Tahun 2007
- 2011 .....................................................................................
38
Gambar 27 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi Usia 6 - 11
Bulan di Kota Mojokerto Tahun 2009 - 2011 ......................
38
Gambar 28 Cakupan Pelayanan Anak Balita di Kota Mojokerto
Tahun 2011 ...........................................................................
39
Gambar 29 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita di Kota
Mojokerto Tahun 2009 - 2011 ..............................................
39
Gambar 30 Kasus Balita Gizi Buruk di Kota Mojokerto Tahun 2007 -
2011 .......................................................................................
40
Gambar 31 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
di Kota Mojokerto Tahun 2011 ............................................
41
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
vii
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 32 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila dan Pra Usila
Tahun 2007 - 2011 ................................................................
42
Gambar 33 Cakupan Kepesertaan KB dan Proporsi Jenis Alat
Kontrasepsi yang Digunakan di Kota Mojokerto Tahun
2011 .......................................................................................
43
Gambar 34 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap di Kota
Mojokerto Tahun 2011 .........................................................
44
Gambar 35 Cakupan Imunisasi pada Bayi di Kota Mojokerto Tahun
2011 .......................................................................................
45
Gambar 36 Cakupan Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Kota
Mojokerto Tahun 2011 .........................................................
46
Gambar 37 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap serta
Kunjungan Jiwa di Puskesmas dan RS di Kota Mojokerto
Tahun 2011 ...........................................................................
48
Gambar 38 Institusi yang Dibina Kesehatan Lingkungan di Kota
Mojokerto Tahun 2011 .........................................................
53
Gambar 39 Pengelompokan Posyandu Menurut Strata di Kota
Mojokerto Tahun 2011 .........................................................
59
Gambar 40 Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan
Kategori di Kota Mojokerto Tahun 2011 .............................
60
Gambar 41 Distribusi Tenaga Kesehatan Menurut Tempat Kerja di
Kota Mojokerto Tahun 2011 ................................................
60
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
viii
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Daftar tabel
Tabel 1 Wilayah Administratif Kota Mojokerto ............................... 5
Tabel 2 Sarana Kesehatan di Kota Mojokerto Tahun 2011 ............ 55
Tabel 3 Indikator Pelayanan RS di Kota Mojokerto Tahun 2011 ... 57
Tabel 4 Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk Tahun
2011 dengan Standar Indonesia Sehat 2010 dan Renstra
Kemenkes ..............................................................................
61
Tabel 5 Anggaran Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011 64
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
9
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
KATA PENGANTAR
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2012 merupakan salah satu media yang
dapat menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kota Mojokerto
sebagai hasil dari semua upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota
Mojokerto dan lintas sektor terkait beserta seluruh warga masyarakat Kota Mojokerto
dalam rangka Pembangunan Kesehatan di Kota Mojokerto.
Profil Kesehatan ini memuat data dan informasi terkait pencapaian indikator
pembangunan kesehatan melalui analisa situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan serta
sumber daya kesehatan di wilayah Kota Mojokerto.
Dengan segala keterbatasan, diharapkan Profil Kesehatan ini dapat dipergunakan
sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerja pelayanan kesehatan selama tahun 2012 serta
dapat dipergunakan juga sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan
program dan kegiatan di tahun mendatang.
Mojokerto, Juli 2013
Penyusun
SAMBUTAN
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA MOJOKERTO
Puji syukur patut kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena pada
akhirnya buku Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2012 dapat terselesaikan dengan baik,
di tengah banyaknya hambatan yang dihadapi terkait pemenuhan data dan informasi yang
berkualitas, valid dan tepat waktu. Di tahun tahun yang akan datang, seiring dengan
pengembangan jaringan Sistem Informasi Kesehatan (SIK), Profil Kesehatan dapat disusun
dengan lebih baik dan lebih tepat waktu, terutama menyangkut pengarusutamaan gender
sebagaimana yang diinstruksikan Presiden dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000,
dengan muatan data dan informasi yang lebih berkualitas serta lebih konsisten, sehingga buku
Profil Kesehatan ini dapat dijadikan sebagai panduan dan referensi penting dalam pengambilan
keputusan yang evidence based berkaitan manajemen pembangunan kesehatan, khususnya di
Kota Mojokerto.
Semoga Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2012 ini bermanfaat terutama bagi yang
membutuhkan data dan informasi kesehatan di Kota Mojokerto. Kritik dan saran dari para
pembaca guna penyempurnaan Profil Kesehatan di masa datang tetap kami harapkan.
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA MOJOKERTO
Dra. CHRISTIANA INDAH WW, Apt MSi
Pembina Utama Muda NIP. 19601113 198903 2 002
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................................
Sambutan Kepala Dinas Kesehatan .....................................................................................
Daftar Isi ..................................................................................................................................
Daftar Gambar ........................................................................................................................
Daftar Tabel ............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MOJOKERTO ................................................
A. Kondisi Geografis dan Administrasi ......................................................
B. Kondisi Demografis .................................................................................
C. Kondisi Pendidikan .................................................................................
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN .................................................................
A. Mortalitas ..................................................................................................
B. Angka Harapan Hidup ...........................................................................
C. Morbiditas .................................................................................................
D. Status Gizi .................................................................................................
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ....................................................................
A. Pelayanan Kesehatan Dasar ...................................................................
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Khusus .........................................
C. Kejadian Luar Biasa ..................................................................................
D. Perbaikan Gizi Masyarakat ....................................................................
E. Perilaku Masyarakat ................................................................................
F. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat .........................................
G. Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar ......................
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN .....................................................
A. Sarana Kesehatan .....................................................................................
B. Tenaga Kesehatan ....................................................................................
C. Anggaran ..................................................................................................
BAB VI PENUTUP .......................................................................................................... 65
Lampiran
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Kota Mojokerto ...............................................................................................
Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Mojokerto Tahun 2008 - 2012 ...............
Gambar 3.2 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Mojokerto Tahun 2008 - 2012 .................
Gambar 3.3 Angka Harapan Hidup di Kota Mojokerto Tahun 2008 - 2012 ........................
Gambar 3.4 Perkembangan Case Detection Rate (CDR) di Kota Mojokerto Tahun 2009 -
2012 ............................................................................................................................
Gambar 3.5 Perkembangan Success Rate (SR) di Kota Mojokerto Tahun 2009 - 2012 .........
Gambar 3.6 Jumlah Kumulatif Penderita HIV/AIDS di Kota Mojokerto Tahun 2003 -
2012 ............................................................................................................................
Gambar 3.7 Perbandingan jumlah penderita IMS secara gender di Kota Mojokerto
Tahun 2011 - 2012 ....................................................................................................
Gambar 3.8 Kejadian Diare di Kota Mojokerto Tahun 2008 - 2012 .......................................
Gambar 3.9 Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita di Kota MojokertoTahun 2008
2012 ........................................................................................................................
Gambar 3.10 Jumlah kasus DBD yang ditemukan di Kota Mojokerto Tahun 2008 - 2012 ..
Gambar 3.11 Tren Kasus Campak di Kota Mojokerto Tahun 2008 - 2012 .............................
Gambar 3.12 Tren Kasus Difteri di Kota Mojokerto Tahun 2008 - 2012 .................................
Gambar 3.13 Penemuan Kasus AFP dan Polio di Kota Mojokerto Tahun 2008 - 2012 ........
Gambar 3.14 Permasalahan Gizi dalam Siklus Kehidupan Manusia .....................................
Gambar 3.15 Tren Kasus BBLR di Wilayah Kota Mojokerto Tahun 2008 - 2012 ....................
Gambar 3.16 Status Gizi Balita di Kota Mojokerto Tahun 2012 ..............................................
Gambar 4.1 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 di Kota Mojokerto Tahun 2008 -
2012 ...........................................................................................................................
Gambar 4.2 Cakupan Pelayanan Ibu Bersalin di Kota Mojokerto Tahun 2008 - 2012 ........
Gambar 4.3 Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani di Kota Mojokerto Tahun 2008 -
2012 ...........................................................................................................................
Gambar 4.4 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kota Mojokerto Tahun 2008 - 2012 ............
Gambar 4.5 Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap di Kota Mojokerto Tahun 2008 -
2012 ...........................................................................................................................
Gambar 4.6 Cakupan Penanganan Neonatal Komplikasi di Kota Mojokerto Tahun 2008
- 2012 .........................................................................................................................
Gambar 4.7 Cakupan Kunjungan Bayi di Kota Mojokerto Tahun 2008 - 2012 ...................
Gambar 4.8 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kota Mojokerto Tahun 2008 -
2012 ...........................................................................................................................
Gambar 4.9 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak SD dan Setingkat di Kota Mojokerto
Tahun 2008 - 2012 ....................................................................................................
Gambar 4.10 Cakupan Kepesertaan KB dan Proporsi Jenis Alat Kontraseps yang
digunakan di Kota Mojokerto Tahun 2012 ..........................................................
Gambar 4.11 Cakupan Cakupan Imunisasi pada Bayi di Kota Mojokerto Tahun 2012 .......
Gambar 4.12 Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD di Kota
Mojokerto Tahun 2012 ............................................................................................
Gambar 4.13 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Puskesmas Tahun 2010 -
2012 ...........................................................................................................................
Gambar 4.14 Cakupan Fe 1 dan Fe 3 di Kota Mojokerto Tahun 2010 - 2012 .........................
Gambar 4.15 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas
Tahun 2011 - 2012 ....................................................................................................
Gambar 4.16 Capaian Rumah Sehat di Kota Mojokerto Tahun 2011 - 2012 ..........................
Gambar 5.1 Jumlah Posyandu Berdasarkan Stratanya di Kota Mojokerto Tahun 2012 .....
1
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administratif Kota Mojokerto ..........................................................
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Jenis Kelamin dan
Kelompok Usia Produktif dan Non Produktif di Kota Mojokerto Tahun 2012 .............
Tabel 2.3 Estimasi Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan di Kota Mojokerto
Tahun 2012 ...............................................................................................................................
Tabel 5.1 Jumlah Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan di Kota Mojokerto Tahun 2012 .....
Tabel 5.2 Rekapitulasi Jumlah Tenaga Kesehatan Strategis di Kota Mojokerto Tahun 2012
Tabel 5.3 Rekapitulasi Anggaran Bidang Kesehatan di Kota Mojokerto Tahun 2012 ...................
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan di bidang kesehatan bukan hanya diarahkan untuk mewujudkan
amanah Undang Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 34 yang menyatakan bahwa negara
bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak, namun juga diarahkan untuk mencapai komitmen
internasional di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang
mengamanatkan bahwa salah satu hak asasi manusia adalah memperoleh manfaat,
mendapatkan dan atau merasakan derajat kesehatan setinggi tingginya. Amanat
tersebut tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs).
Deklarasi Milenium merupakan hasil kesepakatan 189 kepala negara PBB dan
ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000. Deklarasi ini
berupa delapan butir tujuan yang mulai dijalankan pada September 2000 dan harus
tercapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapainya kesejahteraan rakyat dan
pembangunan masyarakat, utamanya dalam rangka mengurangi lebih dari 1/2
(separuh) orang orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk
menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan gender pada semua
tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 (dua per tiga) nya dan
mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih.
Dari 8 (delapan) agenda pencapaian MDGs, 5 (lima) diantaranya merupakan
bidang kesehatan, terdiri dari memberantas kemiskinan dan kelaparan (Tujuan 1),
menurunkan angka kematian anak (Tujuan 4), meningkatkan kesehatan ibu (Tujuan 5),
memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya (Tujuan 6) serta melestarikan
lingkungan hidup (Tujuan 7).
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan tersebut, Kementerian
Kesehatan menetapkan visi dalam pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan
yaitu Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan, dimana visi tersebut juga
sejalan dengan visi yang ditetapkan Pemerintah Kota Mojokerto yang tertuang dalam
RPJMD Kota Mojokerto Tahun 2009 2014 yaitu Terwujudnya Kota Mojokerto yang
Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Kota Mojokerto yang sehat ditandai dengan
derajat kesehatan masyarakat dan kesadaran untuk berperilaku hidup sehat yang tinggi.
Oleh karena itulah Dinas Kesehatan Kota Mojokerto memegang peranan yang penting
dalam pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan, utamanya di Kota Mojokerto.
Untuk memantau hasil kegiatan dalam rangka mencapai visi tersebut,
disusunlah Profil Kesehatan Kota Mojokerto yang merupakan salah satu produk luaran
Sistem Informasi Kesehatan (SIK). Profil Kesehatan memuat berbagai data dan informasi
tentang gambaran derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan
pencapaian indikator pembangunan kesehatan di Kota Mojokerto pada tahun 2012.
Dari hasil analisa data data tersebut diharapkan dapat diketahui tingkat
keberhasilan yang telah dilaksanakan sebagai wahana penilaian (Evaluasi) dari program
maupun permasalahan kesehatan yang muncul, serta sarana evaluasi keberhasilan
program kesehatan secara menyeluruh di masyarakat sebagai upaya pengendalian,
monitoring dan evaluasi dari berbagai program kesehatan masyarakat yang dapat
digunakan dalam proses pengambilan keputusan bagi stake holder.
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang diterbitkannya Profil Kesehatan Kota
Mojokerto Tahun 2012 serta sistematika penyajiannya.
Bab II Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kota Mojokerto, meliputi keadaan
geografis, administratif dan informasi umum lainnya, selain itu juga mengulas
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya
misal demografi/kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan
lingkungan yang ada di wilayah Kota Mojokerto.
Bab III Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini menyajikan uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka
kesakitan dan status gizi masyarakat Kota Mojokerto.
Bab IV Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang upaya kesehatan yang merupakan pelaksanaan
program pembangunan di bidang kesehatan, meliputi pelayanan kesehatan
dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit
menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, serta pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menjelaskan tentang sumber daya pembangunan di bidang kesehatan
sampai tahun 2012, meliputi keadaan sarana kesehatan, sarana pelayanan
kefarmasian dan alat kesehatan (produksi dan distribusi obat dan perbekalan
kesehatan), tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya
kesehatan lainnya yang ada di Kota Mojokerto.
Bab VI Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari sajian hal-hal penting yang perlu disimak
dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2012
sebagai masukan arah kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan pada
tahun berikutnya dan berisi juga tentang saran yang merupakan rekomendasi
atau alternatif pemecahan dalam rangka mengatasi masalah yang telah
ditemukan selama melaksanakan pembangunan kesehatan.
Lampiran
Berisi tabel-tabel yang digunakan sebagai dasar acuan pembuatan Profil
Kesehatan Kota Mojokerto yang memuat pencapaian program dan kegiatan
pembangunan kesehatan di wilayah Kota Mojokerto selama tahun 2012.
Bab II
Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk
A. Kondisi Geografis dan Administrasi
Mojokerto merupakan kota kecil yang terletak ditengah-tengah Kabupaten
Mojokerto, berjarak sekitar 52 km dari Ibukota Propinsi Jawa Timur dengan luas
wilayah sebesar 16,46 km2. Secara astronomis, Kota Mojokerto terletak pada posisi 7 27
0,16 sampai dengan 7 29 37,11 Lintang Selatan dan 112 24' 14,3 sampai dengan 112
27' 24 Bujur Timur. Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-
rata 22 m di atas permukaan laut, dengan kondisi permukaan tanah memiliki
kemiringan ke Timur dan Utara antara 0 - 3%.
Secara administratif, wilayah Kota Mojokerto terbagi menjadi 2 kecamatan dan
18 kelurahan, dengan batas batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : Sungai Brantas
Sebelah selatan : Kec. Sooko dan Kec. Puri Kab. Mojokerto
Sebelah timur : Kec. Mojoanyar dan Kec. Puri Kab. Mojokerto
Sebelah barat : Kec. Sooko Kab. Mojokerto
Gambar 2.1 Peta Kota Mojokerto
Ga
Secara rinci, pembagian wilayah administratif Kota Mojokerto adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1
Pembagian Wilayah Administratif Kota Mojokerto
Kecamatan Kelurahan Jumlah Lingkungan
Jumlah RW
Jumlah RT
1. Prajurit Kulon 1. Surodinawan 5 9 37
2. Kranggan 5 13 54
3. Miji 4 11 49
4. Prajurit Kulon 4 10 30
5. Blooto 3 8 32
6. Mentikan 4 9 33
7. Kauman 3 3 16
8. Pulorejo 5 8 34
Jumlah 33 71 285
2. Magersari 1. Meri 3 11 40
2. Gunung Gedangan 6 9 30
3. Kedundung 4 15 63
4. Balongsari 4 14 46
5. Jagalan 2 6 18
6. Sentanan 2 6 14
7. Purwotengah 3 5 18
8. Gedongan 2 4 14
9. Magersari 4 10 35
10. Wates 7 26 98
Jumlah 37 106 376
Jumlah Kota 70 177 661
Sebagian besar penggunaan lahan di Kota Mojokerto didominasi oleh lahan
terbangun sekitar 7,76 km2 atau 52,15%. Sedangkan lahan tidak terbangun sekitar
47,85%. Ditinjau dari kondisi permukaan tanahnya, wilayah Kota Mojokerto relatif tidak
mempunyai kendala dalam mendukung perkembangan fisik kota.
Letak geografis pada jalur transportasi regional lintas selatan yang
menghubungkan Surabaya Yogyakarta Jakarta serta menjadi bagian dari wilayah
Gerbangkertasusila menyebabkan Kota Mojokerto memiliki posisi yang sangat strategis
dalam mendukung pengembangan kegiatan pembangunan di Jawa Timur dan berperan
utama sebagai pusat aktivitas ekonomi dan jasa bagi wilayah belakangnya (hinterland),
yaitu Kabupaten Mojokerto dan sekitarnya.
Sumber: Mojokerto Kota Dalam Angka 2010
Seperti wilayah Propinsi Jawa Timur pada umumnya, Kota Mojokerto beriklim
tropis dan mempunyai perubahan musim sebanyak 2 kali setiap tahunnya, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau.
B. KONDISI DEMOGRAFIS
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Kota
Mojokerto sebesar 120.196 jiwa, yang terdiri dari 59.127 penduduk laki laki dan 61.069
penduduk perempuan. Estimasi jumlah penduduk dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa
Timur, dengan berdasarkan laju pertumbuhan penduduk tahun 2000 2010. Hasil
estimasi jumlah penduduk Kota Mojokerto pada tahun 2012 sebesar 122.550 jiwa, yang
terdiri dari 60.120 penduduk laki laki dan 62.430 penduduk perempuan, dengan rasio
jenis kelamin 96 yang berarti bahwa terdapat 96 laki laki diantara 100 perempuan.
Estimasi jumlah penduduk tersebut yang dipergunakan sebagai target sasaran
pelaksanaan program kesehatan. Rincian estimasi jumlah penduduk menurut
kecamatan dan kelompok umur dapat dilihat pada lampiran (Tabel 2 dan 3).
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Jenis Kelamin dan
Kelompok Usia Produktif dan Non Produktif di Kota Mojokerto
Tahun 2012
No Usia Laki laki Perempuan Laki laki dan
Perempuan %
1 0 14 tahun 15.340 14.628 29.968 24,45
2 15 64 tahun 41.928 43.599 85.527 69,79
3 65 tahun ke atas 2.852 4.203 7.055 5,76
Jumlah 60.120 62.430 122.550 100,00
Angka Beban Tanggungan (%) 43,39 43,19 43,29
Sumber : Estimasi Penduduk BPS Propinsi Jawa Timur
Indikator penting untuk mengetahui produktivitas penduduk yang terkait
distribusi penduduk menurut kelompok umur adalah Angka Beban Tanggungan atau
Dependency ratio. Angka beban tanggungan merupakan angka yang menyatakan
perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur < 15 tahun dan
umur 65 tahun) dengan banyaknya orang yang produktif (umur 15 64 tahun).
Semakin tinggi rasio beban tanggungan, semakin tinggi pula jumlah penduduk non
produktif yang ditanggung oleh penduduk umur produktif.
Komposisi penduduk Kota Mojokerto yang ditunjukkan pada tabel II.2,
menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0 14 tahun) sebesar 24,45%, yang
berusia produktif (15 64 tahun) sebesar 69,79% dan yang berusia tua ( 65 tahun)
sebesar 5,76%. Dengan demikian dependency ratio penduduk Kota Mojokerto Tahun 2012
sebesar 43,29%. Hal ini berarti bahwa 100 orang penduduk Kota Mojokerto yang masih
produktif akan menanggung 43 orang yang belum produktif/sudah tidak produktif
lagi.
Program pembangunan, termasuk pembangunan bidang kesehatan, harus
didasarkan pada dinamika penduduk, karena penduduk merupakan determinan
keberhasilan pembangunan. Ketersediaan data penduduk sebagai sasaran program
pembangunan kesehatan akan sangat mendukung pelaksanaan upaya promotif,
preventif, promotif maupun kuratif. Penduduk sasaran program pembangunan
kesehatan sangat beragam, ada yang didasarkan pada kelompok umur tertentu ataupun
didasarkan pada kondisi siklus kehidupan yang terjadi.
Tabel 2.3
Estimasi Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan di Kota Mojokerto
Tahun 2012
No Sasaran Program Kelompok Umur/
Formula
Jenis Kelamin Jumlah
Laki Laki Perempuan
1 Bayi 0 th 1.065 1.063 2.128
2 Anak Balita 1 4 th 4.423 4.239 8.662
3 Balita 0 4 th 5.488 5.302 10.790
4 Anak Usia Pra Sekolah 5 6 th 2.062 1.913 3.975
5 Anak Usia Kelas 1 SD 7 th 1.002 927 1.929
6 Anak Usia SD 7 -12 th 5.788 5.456 11.244
7 Penduduk Usia Muda < 15 th 15.340 14.628 29.968
8 Penduduk Usia Produktif 15 64 th 41.928 43.599 85.527
9 Penduduk Pra Usia
Lanjut
45 59 th 4.146 4.603 8.749
10 Penduduk Usia Lanjut 60 th 11.345 13.157 24.502
11 Penduduk Usia Lanjut
Resiko Tinggi
70 th 1.412 2.393 3.805
12 Wanita Usia Subur 15 49 th 68.080 68.080
13 Wanita Usia Subur
Imunisasi
15 39 th 49.780 49.780
14 Ibu Hamil 1,1 xLahir Hidup 2.378 2.378
15 Ibu Bersalin 1,05 xLahir Hidup 2.270 2.270
16 Ibu Nifas 1,05 xLahir Hidup 2.270 2.270
17 Lahir Hidup 1.061 1.101 2.162
Sumber : Estimasi Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur & Dinas Kesehatan Kota Mojokerto
C. KONDISI PENDIDIKAN
Kondisi pendidikan seringkali menjadi salah satu indikator yang dianalisa dalam
mengukur tingkat pembangunan manusia. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan menjadi salah satu faktor yang berperan dalam mempengaruhi keputusan
seseorang untuk berperilaku sehat, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan
berkontribusi besar terhadap perubahan perilaku kesehatan.
Namun untuk data kondisi pendidikan penduduk Kota Mojokerto berupa
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf serta Jumlah
Penduduk Berusia 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang
Ditamatkan pada Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2012 belum dapat disajikan
karena data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Mojokerto belum tersedia.
Bab III
Situasi Derajat Kesehatan
Situasi derajat kesehatan di Kota Mojokerto dapat digambarkan dengan menggunakan
beberapa indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), morbiditas (kesakitan),
angka harapan hidup dan status gizi. Mortalitas dapat digambarkan dari indikator Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) serta Angka Kematian Ibu (AKI).
Morbiditas dapat dilihat dari indikator angka kesakitan beberapa penyakit. Sedangkan status
gizi yang dijadikan sebagai indikator tidak hanya status gizi pada balita saja, namun juga pada
usia dewasa.
A. MORTALITAS
Kejadian kematian di masyarakat seringkali digunakan sebagai indikator dalam
menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan
lainnya. Data kematian di masyarakat pada umumnya diperoleh melalui survei karena
sebagian besar kejadian kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian yang ada
di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.
1. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai dengan
satu hari sebelum bayi berusia satu tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant
Mortality Rate adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu
tahun per 1.000 kelahiran hidup. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok yang paling rentan terkena dampak
dari suatu perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Tiga penyebab utama
kematian bayi menurut SKRT 1995 adalah komplikasi perinatal (pertumbuhan janin
lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur, dan berat bayi lahir rendah),
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini
memberi andil 75% terhadap kematian bayi.
Berdasarkan data yang dilaporkan pada Dinas Kesehatan Kota Mojokerto,
kondisi AKB Kota Mojokerto menunjukkan kenaikan dari 12,1 per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun 2011 menjadi 12,58 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 dengan
kejadian kematian terbanyak terjadi pada bayi berjenis kelamin laki - laki. Meskipun
AKB ini masih dibawah target MDGs tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 KH, namun ada
kecencerungan untuk terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, sehingga perlu
untuk mendapat perhatian lebih serius.
Gambar 3.1
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Mojokerto
Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (Laporan LB3-KIA)
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum
usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit
menular dan kecelakaan. Dari data yang ada, selama tahun 2012 di Kota Mojokerto
terjadi 25 kasus kematian balita, dengan AKABA terlaporkan 13,68 per 1.000 kelahiran
hidup.
6.97.7
11.612.1
12.58
0
2
4
6
8
10
12
14
2008 2009 2010 2011 2012
2. Angka Kematian Ibu (AKI)
Kematian ibu yang dimaksudkan adalah kematian ibu karena kehamilan,
melahirkan atau selama masa nifas dan bukan karena kecelakaan. Angka kematian ibu
dihitung per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu yang sering
ditemukan adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi
saat kehamilan, infeksi, dan abortus yang tidak aman. Selain itu faktor 3 (tiga) terlambat
dan 4 (empat) terlalu juga seringkali menjadi penyebab tidak langsung pada kematian
ibu. Faktor Tiga terlambat yaitu :
1). keterlambatan keluarga mengambil keputusan kontak dengan tenaga kesehatan
2). keterlambatan memperoleh pelayanan kesehatan
3). terlambat merujuk.
Sedangkan empat terlalu yaitu :
1). terlalu muda usia ( 16 tahun)
2). terlalu sering melahirkan
3). terlalu tua usia hamil ( 35 tahun)
4). terlalu dekat jarak antara kehamilan/persalinan satu dengan berikutnya.
Target MDGs untuk AKI adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup di
tahun 2015. Di Kota Mojokerto, pada tahun 2012 tercatat ada 1 kematian ibu nifas. Bila
dibandingkan dengan tahun 2011, secara absolute jumlah kasus kematian ibu yang
terjadi sama sama sebesar 1 kasus, namun bila dihitung angka, AKI tahun 2012
mengalami kenaikan menjadi 54,7 dibandingkan tahun 2011 sebesar 52,7. Sama halnya
dengan AKB, AKI juga mempunyai kecenderungan untuk mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.2
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Mojokerto
Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (Laporan PWS KIA)
Sebagai leading sector dalam upaya penurunan AKI dan AKB, Dinas Kesehatan
Kota Mojokerto akan terus mengevaluasi upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang
telah dilakukannya selama ini, agar dapat dilakukan perbaikan untuk masa yang akan
datang dan lebih mampu menjamin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Kota
Mojokerto.
B. ANGKA HARAPAN HIDUP
Angka harapan hidup dapat dijadikan salah satu alat pengevaluasi keberhasilan
pembangunan bidang kesehatan dan bidang sosial ekonomi. Angka harapan hidup merupakan
rata rata tahun hidup yang masih akan dijalani bayi yang baru lahir pada tahun tertentu.
Berdasarkan data dari BPS Propinsi Jawa Timur, angka harapan hidup penduduk Kota
Mojokerto tahun 2012 sebesar 71,85. Angka tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2011.
Secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3.3 Angka Harapan Hidup di Kota Mojokerto
Tahun 2008 2012
0 0 0
52.754.7
0
10
20
30
40
50
60
2008 2009 2010 2011 2012
Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (Laporan PWS KIA)
C. MORBIDITAS
Indonesia menghadapi transisi epidemiologi yang menyebabkan terjadinya beban
ganda, dimana angka kejadian kasus gizi kurang dan penyakit infeksi masih tinggi, disertai
pula dengan semakin tingginya angka kejadian gizi lebih dan penyakit degeneratif. Kondisi ini
disebabkan salah satunya karena perilaku yang tidak sehat, yang merupakan faktor utama
yang harus dirubah terlebih dahulu.
Data kesakitan (morbiditas) diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya berasal dari
laporan rutin surveilans (SP2TP, SST, SPRS), profil kesehatan maupun laporan hasil survei
seperti SDKI, SKRT, SUSENAS serta sumber-sumber lain. Angka kesakitan atau morbiditas di
Kota Mojokerto diperoleh dari hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kota Mojokerto,
serta sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah Kota Mojokerto. Situasi kejadian
penyakit menular di Kota Mojokerto diuraikan sebagai berikut :
3.2.1 Penyakit Menular Langsung
a) TB Paru
Di Jawa Timur, jumlah kasus TB yang ditemukan cukup besar. Penyakit
Tuberculosis atau TBC disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang
dapat ditularkan melalui percikan dahak penderitanya. Laporan WHO tahun 2009
71.13
71.35
71.56
71.7871.85
70.6
70.8
71
71.2
71.4
71.6
71.8
72
2008 2009 2010 2011 2012
menempatkan Indonesia di urutan ke 5 sebagai penyumbang TB terbesar di dunia
dibawah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria.
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi TB secara nasional mencatat
tren yang cukup menggembirakan. Strategi penanganan TBC dilaksanakan melalui
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) yaitu pengawasan langsung menelan
obat jangka pendek setiap hari oleh seorang pengawas minum obat (PMO). Strategi
DOTS pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1995 dan telah
diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat.
Strategi ini telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis
paling efektif (cost effective).
Case detection rate (CDR) di Kota Mojokerto pada tahun 2012 sebesar 100%,
angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar
70,54%. Angka ini sudah diatas target CDR yang ditetapkan, yaitu minimal 70%.
Gambar 3.4
Perkembangan Case Detection Rate (CDR) di Kota Mojokerto Tahun 2009 2012
Sumber : Bidang P2PL
Sedangkan angka keberhasilan/success rate (SR) penderita TB BTA positif
kasus baru di Kota Mojokerto pada tahun 2012 sudah sebesar 92,39%. Meskipun ada
87.5
42.66
70.54
100
0
20
40
60
80
100
120
2009 2010 2011 2012
penurunan persentase dibandingkan dengan tahun 2011, angka ini telah melampaui
target global, yaitu minimal 85%. namun tetap perlu diwaspadai munculnya
resistensi terhadap obat anti TBC atau multiple drug resistent (MDR) yang dari segi
biaya dan waktu penanganan akan jauh lebih mahal dan lama serta berefek
samping lebih besar, dimana diperkirakan kasus MDR di Indonesia sebesar 2% dari
keseluruhan kasus TBC sebagaimana yang dinyatakan oleh WHO.
Gambar 3.5
Perkembangan Success Rate (SR) di Kota Mojokerto Tahun 2009 2012
Sumber : Bidang P2PL
b) Kusta
Penyakit Kusta, atau yang sering disebut Lepra merupakan penyakit kronis
yang menyerang saraf tepi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.
Menurut jenisnya, Kusta dibedakan menjadi 2 jenis yaitu kusta PB (Pausi Basiler)
dan kusta MB (Multi Basiler). Indonesia merupakan penyumbang penderita kusta
terbesar ketiga di dunia setelah India dan Brasil, sementara Propinsi Jawa Timur
sendiri menjadi juara pertama di Indonesia sebagai penyumbang kasus kusta.
Di Kota Mojokerto, selama periode tahun 2012 ditemukan 3 kasus baru kusta
PB dan 6 kasus baru kusta MB, dengan angka prevalensi sebesar 0,73 per 10.000
97.4
91.96
85.33
93.4892.39
78
80
82
84
86
88
90
92
94
96
98
100
2008 2009 2010 2011 2012
penduduk, dimana sebagian besar menyerang kelompok usia 15 tahun (proporsi
anak hanya sebesar 11,11%) dan tingkat kecacatan II sebesar 33,33%.
c) HIV/AIDS dan IMS
HIV/AIDS merupakan penyakit yang termasuk dalam kategori New
Emerging Disease. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan
kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh karena serangan
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Perkembangan penyakit HIV/AIDS sampai
saat ini terus menunjukkan peningkatan yang signifikan, perkembangannya
bagaikan fenomena gunung es, dimana jumlah penderita yang ditemukan jauh
lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk yang terinfeksi. Sehingga saat ini
HIV/AIDS dinyatakan sebagai masalah darurat global yang penting untuk segera
diatasi.
Hal hal yang menjadi penyebab semakin berkembangnya penyakit tersebut
diantaranya makin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya
sentra pembangunan ekonomi, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman,
serta meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui jarum suntik tidak steril di
sub-populasi pengguna napza suntik (penasun), sementara penularan melalui
hubungan seksual berisiko tetap berlangsung.
Demikian halnya dengan perkembangan penyakit HIV/AIDS di wilayah Kota
Mojokerto, berjalan seiring dengan peningkatan mobilitas penduduk dan ditunjang
dengan wilayah Kota Mojokerto sebagai kota Hinterland atau penyangga ibukota
Propinsi Jawa Timur, yaitu Kota Surabaya. Jumlah penderita HIV(+) di Kota
Mojokerto dari tahun 2003 hingga tahun 2011 berturut-turut sebanyak 6 Orang
(2003); 7 orang (2004); 15 orang (2005); 2 orang (2006); 43 orang (2007); 56 orang
(2008); 55 orang (2009); 43 orang (2010); 9 orang (2011) dan 45 orang (tahun 2012).
Adapun jumlah kumulatif penderita sampai dengan tahun 2012 berjumlah 236
orang.
Gambar 3.6
Jumlah Kumulatif Penderita HIV/AIDS di Kota Mojokerto Tahun 2003 2012
Sumber : Bidang P2PL
Upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kota Mojokerto haruslah didasari bahwa masalah HIV dan AIDS sudah
menjadi masalah sosial kemasyarakatan dan masalah nasional, yang
penanggulangannya diutamakan pada sub-populasi berperilaku resiko tinggi,
namun tetap memperhatikan masyarakat yang rentan, termasuk yang berkaitan
dengan pekerjaannya dan masyarakat yang termarginalkan terhadap penularan
HIV dan AIDS. Upaya pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transfusi darah
dilakukan dengan pen-skrining-an terhadap setiap kantong darah yang didonorkan
melalui PMI. Tidak hanya melalui tranfusi darah, penularan HIV/AIDS
sangat dimungkinkan terjadi melalui hubungan seksual yang beresiko.
Tingginya angka kejadian IMS juga bisa dijadikan pertanda kewaspadaan
terhadap penyebaran kasus HIV/AIDS.
Selama tahun 2012, di Kota Mojokerto ditemukan kasus IMS sebanyak 344
kasus. Jumlah ini memang lebih sedikit dibanding penemuan kasus di tahun 2011
sebanyak 433 kasus. Namun bukan berarti hal tersebut menandakan bahwa
pencegahan penularan HIV/AIDS sudah bisa ditekan, selama masih ada IMS yang
ditemukan penularan HIV/AIDS masih sangat dimungkinkan terjadi.
6 1328 30
73
129
184227 236
281
0
50
100
150
200
250
300
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sama halnya dengan tahun 2011, untuk proporsi kejadian IMS di tahun 2012
terbanyak dialami oleh kaum perempuan. Belum ada penelitian lebih lanjut
mengenai hal tersebut, sehingga belum diketahui secara pasti penyebabnya.
Gambar 3.7
Perbandingan jumlah penderita IMS secara gender di Kota Mojokerto
Tahun 2011 - 2012
Sumber : Bidang P2PL
d) Diare
Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat,
karena masih kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat dalam
kehidupan sehari hari. Penyakit diare juga sangat berkaitan erat dengan faktor
hygiene sanitasi masyarakat, semakin meningkatnya jumlah kejadian diare dapat
menandakan bahwa kedua faktor tersebut, yakni PHBS dan hygiene sanitasi di
masyarakat mengalami penurunan kualitas.
Di Kota Mojokerto, bila dipantau sejak tahun 2008 maka angka kejadian diare
dapat terlihat sebagai berikut :
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
2011 2012
6 11
427
333
Laki-laki
Perempuan
Sumber: Tabel 14 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 3.8
Kejadian Diare di Kota Mojokerto Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang P2PL
Dari gambar diatas terlihat adanya tren kenaikan jumlah kasus diare yang
terjadi dari tahun ke tahun meskipun telah terjadi penurunan di tahun 2012. Perlu
adanya upaya pencegahan, salah satunya melalui penyuluhan dan pemberdayaan
kader kader kesehatan dalam tatalaksana diare, dengan harapan terjadinya
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari hari
dan peningkatan hygiene sanitasi masyarakat, sehingga angka kejadian kasus diare
dapat ditekan.
e) Pneumonia
Pneumonia dapat digolongkan sebagai salah satu Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) yang masih menjadi penyebab uatam kesakitan dan
kematian pada bayi dan balita. Hal ini merujuk pada hasil konferensi internasional
mengenai ISPA di Canberra Australia pada Juli 1997, yang mengemukakan empat
juta bayi dan balita di negara-negara berkembang meninggal tiap tahun akibat ISPA
dan jumlah ini merupakan 30% dari seluruh kematian yang ada.
4823 5148
6442
7237
5715
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
2008 2009 2010 2011 2012
Di Indonesia, Pemberantasan Penyakit ISPA dimulai pada tahun 1984
bersamaan dengan dilancarkannya pada tingkat global oleh WHO. Maka tata
laksana ISPA diklasifikasikan dalam 3 tingkat yaitu ISPA ringan, sedang dan berat.
Sehingga sejak tahun 1990 pemberantasan ISPA dititikberatkan dan difokuskan
pada penanggulangan Pneumonia Balita, karena penyebab kematian tertinggi pada
anak usia dibawah 5 tahun adalah penyakit pernafasan dan sebagian besar
disebabkan oleh Pneumonia.
Dalam upaya meningkatkan cakupan penemuan dan kualitas tatalaksana
penderita Pneumonia balita, Kementerian Kesehatan telah menerapkan pendekatan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas sebagai Unit Pelayanan
Kesehatan Dasar. Diperkirakan setiap tahun sekitar 10% dari keseluruhan balita
yang ada mengalami Pneumonia, inilah yang menjadi target dari petugas kesehatan
untuk melaksanakan pelacakan dan penemuan kasus pneumonia.
Pada tahun 2012 tercatat 427 kasus penderita pneumonia pada balita yang
ditemukan dan telah mendapatkan penanganan atau hanya sekitar 39,57% saja dari
jumlah perkiraan penderita Pneumonia Balita yang ditargetkan sebanyak 1.079
penderita.
Gambar 3.9
Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita di Kota Mojokerto
Tahun 2008 2012
8.32%10.91%
10.51%
46.70%39.57%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
2008 2009 2010 2011 2012
Sumber : Bidang P2PL
Kasus pneumonia umumnya terjadi pada balita dengan gizi kurang ditunjang
dengan perilaku dan lingkungan sekitar yang tidak sehat (asap rokok, polusi).
Upaya pemberantasan penyakit ini difokuskan pada upaya penemuan dini dan
tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita.
3.2.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang
a) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit demam berdarah dengue ialah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penyakit menular ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, bahkan
seringkali muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang tidak jarang
menimbulkan kematian pada penderitanya.
Angka insiden DBD secara nasional berfluktuasi dari tahun ke tahun. Jumlah
penderita DBD yang dilaporkan pada tahun 2007 secara nasional sebanyak 158.115
kasus dengan jumlah kematian 1.599 orang, dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar
1,01%, dan Incidence Rate (IR) sebesar 71,78 per 100.000 penduduk.
Dari 38 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur, Kota Mojokerto termasuk
daerah endemis penyakit DBD karena hampir setiap tahun ditemukan kasus DBD
pada periode tertentu (musiman). Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kasus
DBD yang ditemukan di Kota Mojokerto cenderung mengalami penurunan.
Incidence Rate (IR) DBD tahun 2011 sebesar 11,6/100.000 penduduk (14 kasus),
dibanding tahun 2010 angka tersebut telah mengalami penurunan dan berhasil
ditekan tidak melebihi target nasional yang telah ditetapkan, yaitu sebesar <
20/100.000 penduduk.
Gambaran kejadian DBD di Kota Mojokerto mulai tahun 2007 sampai dengan
tahun 2011 tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.10
Jumlah kasus DBD yang ditemukan di Kota Mojokerto
Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang P2PL
Ada peningkatan yang cukup signifikan di tahun 2012 bila dibandingkan
dengan tahun 2011. Perubahan cuaca yang tidak menentu diduga menjadi salah
satu penyebab tidak terkontrolnya perkembangbiakan nyamuk, meskipun telah
dilakukan upaya-upaya pencegahan melalui Gerakan Jumat Berseri dan PSN 60
Menit.
b) Malaria
Meskipun Indonesia masih merupakan negara dengan angka kesakitan dan
kematian akibat malaria cukup tinggi dan beberapa wilayah di Propinsi Jawa Timur
juga dinyatakan sebagai daerah endemis, utamanya di daerah pantai selatan,
kepulauan Madura dan sekitar Gunung Wilis, namun Kota Mojokerto dapat
dikatakan bukan merupakan daerah endemis. Dari data yang ada sejak tahun 2004,
tidak pernah ditemukan satu pun kasus kejadian malaria di Kota Mojokerto.
c) Filariasis
Penyakit Filariasis atau yang lebih sering dikenal masyarakat sebagai penyakit
kaki gajah merupakan penyakit infeksi menahun (kronis) yang disebabkan oleh
cacing filaria, yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk yang menyerang
27 26
19
14
24
0
5
10
15
20
25
30
2008 2009 2010 2011 2012
saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat menetap
(pembesaran pada kaki, lengan dll.).
Sampai dengan tahun 2012, belum pernah ditemukan satu pun kasus filariasis
di wilayah Kota Mojokerto. Namun bukan berarti penyakit ini tidak perlu
diwaspadai, karena hampir di 30 kab/kota di Jawa Timur pernah ditemukan kasus
filariasis kronis. Tidak menutup kemungkinan penyakit tersebut akan masuk ke
wilayah Kota Mojokerto karena wilayah di sekitar Kota Mojokerto pernah
terjangkit, diantaranya Kab. Mojokerto, Kab. Jombang, Kab. Sidoarjo dan Kab.
Lamongan.
3.2.3 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
a) Campak
Campak merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus
measles yang disebarkan melalui bersin/batuk. Karena mudahnya rantai
penularannya itulah yang menyebabkan penyakit ini seringkali menyebabkan
terjadinya kejadian luar biasa (KLB). Gejala awal penyakit ini diantaranya demam,
bercak kemerahan, batuk pilek hingga timbulnya ruam di seluruh tubuh. Data yang
terekam di Kemenkes RI menyebutkan frekuensi KLB campak menduduki urutan
ke empat setelah DBD, diare dan chikungunya. Kematian akibat campak pada
umumnya disebabkan karena kasus komplikasi seperti meningitis.
Gambaran kasus campak di Kota Mojokerto sendiri tampak pada gambar di
bawah ini.
Gambar 3.11
Tren Kasus Campak di Kota Mojokerto Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang P2PL
Meskipun ada kecenderungan mengalami penurunan, namun kejadian
campak tetap perlu mendapatkan perhatian serius meningat mudahnya jalur rantai
penularannya. Banyak faktor yang diduga dapat mengakibatkan peningkatan
tersebut, salah satunya perubahan cuaca yang ekstrim akibat global warming dan
juga bisa jadi disebabkan cara pemberian imunisasi yang kurang tepat (invalid dose),
sehingga mengakibatkan kekebalan tubuh bayi terhadap serangan virus campak
tidak terbentuk dengan baik.
b) Difteri
Difteri merupakan penyakit yang sangat mudah menular dan seringkali
menjadi penyebab kematian pada anak anak. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphteriae yang menyerang saluran pernafasan bagian atas. Kasus
dipteri di Jawa Timur cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Tahun 2011 dapat dikatakan sebagai tahun mewabahnya difteri, tidak hanya
terjadi di Kota Mojokerto, namun hampir di seluruh kab/kota yang ada di Jawa
Timur mengalami hal serupa. Tidak hanya menyerang anak anak, namun
perkembangan penyebarannya sudah menjangkit usia dewasa juga. Sama halnya
dengan kejadian campak, faktor invalid dose serta perubahan cuaca yang ekstrim
21
2 0
9
3
0
5
10
15
20
25
2008 2009 2010 2011 2012
diduga menjadi penyebab utama kegagalan terbentuknya imunitas terhadap
serangan bakteri difteri.
Gambar 3.12
Tren Kasus Difteri di Kota Mojokerto Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang P2PL
Untuk menekan kasus Difteri, dilakukan upaya pencegahan melalui
pemberian imunisasi DPT+HB sebanyak 3 kali pada bayi usia 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan, serta dengan pemberian imunisasi tambahan Td untuk anak SD kelas 4-6 dan
SMP.
c) Pertusis (Batuk Rejan)
Bakteri Bardetella pertusis merupakan penyebab utama penyakit Pertusis atau
yang lebih dikenal sebagai penyakit batuk rejan. Penyakit ini ditandai dengan gejala
batuk beruntun selama 1 3 bulan dan disertai dengan bunyi tarikan nafas hup
yang khas dan muntah, biasanya menyerang anak berusia < 1 tahun dan
penularannya melalui droplet. Dari tahun 2007 hingga 2012, tidak satupun kasus
pertusis ditemukan di Kota Mojokerto. Sama halnya dengan penyakit dipteri,
pencegahan pertusis dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi DPT+HB
sebanyak 3 kali pada bayi yakni usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
1 1 1
9
21
0
5
10
15
20
25
2008 2009 2010 2011 2012
d) Tetanus Neonatorum (TN) dan Tetanus
Penyakit Tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani, terdiri dari tetanus
dengan riwayat luka dan tetanus pada bayi yang sering disebut sebagai Tetanus
Neonatorum. Tetanus neonatorum (TN) umumnya menginfeksi bayi baru lahir
terutama yang tali pusatnya dipotong dengan menggunakan alat yang tidak steril.
Kebanyakan kasus TN terjadi di daerah dengan cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang rendah.
Untuk kasus Tetanus dengan riwayat luka, selama kurun waktu tahun 2008
hingga tahun 2012, di Kota Mojokerto hanya ditemukan 1 kasus saja, yaitu terjadi di
tahun 2008. Sedangkan untuk kasus TN, selama 5 tahun terakhir (2008 2012) di
Kota Mojokerto tidak ditemukan satu pun kasus TN, hal ini mungkin disebabkan
salah satunya karena sudah tidak ditemukan adanya dukun bayi atau penolong
persalinan yang tidak berkompeten di Kota Mojokerto.
Selain dengan pertolongan persalinan oleh nakes yang berkompeten, upaya
pencegahan juga bisa dilakukan dengan imunisasi Tetanus toxoid (TT) pada ibu
hamil.
e) AFP (Acute flaccid paralysis) dan Polio
Seringkali penyakit ini diartikan sebagai polio, padahal sesungguhnya belum
tentu AFP (Lumpuh layu) adalah polio, namun bisa jadi AFP ini menjadi gejala
awal polio. AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami
penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas yang kemudian berakibat pada
kelumpuhan. Sedangkan Polio merupakan penyakit menular akibat manifestasi
infeksi virus yang menyerang sistem syaraf sehingga menyebabkan penderitanya
mengalami kelumpuhan.
Bila ditemukan kejadian AFP, tindakan yang harus segera dilakukan adalah
melakukan pemeriksaan faeces untuk memastikan penyebab lumpuh layu tersebut
adalah virus polio atau penyebab lainnya. AFP umunya menyerang anak berusia <
15 tahun. Target nasional yang ditetapkan untuk penemuan kasus AFP sebesar 2
per 100.000 penduduk usia < 15 tahun.
Sejak tahun 2008 hingga saat ini angka penemuan kasus AFP bisa dillihat
pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.13
Penemuan Kasus AFP dan Polio di Kota Mojokerto
Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang P2PL
Kejadian polio sejak tahun 2008 hingga 2012 berhasil ditekan hingga tidak
terjadi satu kasus polio pun, namun untuk AFP masih ditemukan kejadiannya
hingga tahun 2012. Ini menandakan bahwa petugas kesehatan masih harus
waspada terhadap terjadinya kasus polio. Upaya pencegahan melalui imunisasi
dasar polio perlu terus digalakkan untuk mengantisipasi terjadinya polio dan AFP.
f) Hepatitis B
Penyakit Hepatitis ada beberapa jenis, salah satunya adalah Hepatitis B.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV) yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut ataupun menahun, dan bila tidak ditangani dengan baik
dapat mengakibatkan terjadinya sirosis hati atau kanker hati. Pencegahan yang bisa
dilakukan melalui pemberian imunisasi DPT + HB pada bayi selama 3 kali. Dari
tahun 2008 hingga 2012 dilaporkan tidak ditemukan satu pun kasus Hepatitis B di
Kota Mojokerto.
D. STATUS GIZI
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
2008 2009 2010 2011 2012
3 3 3
0
4
0 0 0 0 0
AFP
Polio
Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas bisa terwujud bila ditunjang keadaan
gizi yang baik. Permasalahan gizi saat ini terjadi hampir di setiap siklus kehidupan, mulai sejak
dalam kandungan, bayi, anak, dewasa, sampai usia lanjut.
Gambar 3.14
Permasalahan gizi dalam siklus kehidupan manusia
Sumber : Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2009
3.3.1 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan
dalam dua kategori yaitu BBLR karena prematur atau usia kandungan yang kurang dari
37 minggu dan BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir
cukup bulan tetapi berat badannya kurang. BBLR karena IUGR umumnya disebabkan
karena status gizi ibu yang buruk atau menderita sakit yang dapat memperberat kehami
lan.
BBLR
Infant Mortality Rate (IMR),
perkembangan mental terhambat, risiko
penyakit kronis pada usia dewasa
Balita KEP
Kurang makan, ASI Eksklusif kurang,
MP-ASI tidak benar, sering terkena
penyakit infeksi, kurang mendapat
pelayanan kesehatan, pola asuh tidak
memadai
Tumbuh
kembang
terhambat
Remaja dan
Usia Sekolah
Konsumsi gizi tidak cukup,
pola asuh kurang
Produktivitas fisik
berkurang/rendah
WUS KEK
Bumil KEK
Pelayanan kesehatan
tidak memadai,
konsumsi kurang
Gizi janin
tidak baik
MMR
Usia Lanjut
kurang gizi
Pelayanan kesehatan
kurang memadai,
konsumsi tidak
seimbang
Pada tahun 2012, dari 1.828 bayi lahir hidup di Kota Mojokerto, 63 diantaranya
terlahir dengan BBLR (3,45%) yang keseluruhan bayi BBLR ini telah mendapatkan
penanganan. Kasus BBLR di Kota Mojokerto selama lima tahun berturut-turut mulai
tahun 2008 sampai 2012 dapat diamati pada gambar berikut.
Gambar 3.15
Tren Kasus BBLR di Wilayah Kota Mojokerto Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang Kesga
Dari gambar tersebut ada kecenderungan persentase BBLR mengalami kenaikan
dari tahun ke tahun, bila dibandingkan dengan angka absolutnya, kenaikan jumlah bayi
BBLR terlihat semakin nyata. Dari 36 bayi BBLR di tahun 2008 naik hingga menjadi 63
bayi di tahun 2012. Perlu diwaspadai kenaikan tersebut, karena BBLR terjadi sebagai
dampak dari status gizi ibu hamil yang kurang atau adanya penyakit pada ibu yang
memperberat kehamilannya. Diperlukan penanganan terpadu lintas program dan lintas
sektor karena timbulnya masalah penyakit dan status gizi sangat berkaitan erat dengan
tingkat kesejahteraan masyarakat.
3.3.2 Status Gizi Balita
Salah satu cara mengukur status gizi balita adalah dengan menggunakan metode
antropometri. Dalam metode antropometri, indeks yang umum dipakai untuk Balita
adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), namun indikator ini hanya dapat
memberikan indikasi masalah gizi secara umum, tidak dapat memberikan indikasi
1.92
2.63 2.8
3.64 3.45
0
1
2
3
4
2008 2009 2010 2011 2012
adanya masalah gizi yang bersifat kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi
positif dengan umur dan tinggi badan.
Dari data yang ada di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, pada tahun 2012, dari
6.254 balita yang ditimbang, 92,10% diantaranya atau sebanyak 5.760 balita dinyatakan
status gizinya normal dan 2,85% dinyatakan gizi lebih. Dengan demikian prevalensi gizi
kurang yang diukur dari balita dengan BB kurang dan sangat kurang, sudah berada di
bawah target MDGs (15,5%) dan Renstra Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur (15,1%).
Gambarannya dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.16
Status Gizi Balita di Kota Mojokerto Tahun 2012
Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga
BB Lebih
BB Normal
BB KurangBB Sangat
Kurang
Bab IV
Situasi Upaya Kesehatan
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP). UKM merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan yang timbul di masyarakat, mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular dan pengendalian penyakit tidak
menular, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi masyarakat serta penanggulangan bencana.
Sedangkan UKP merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta untuk memelihara, mencegah dan memulihkan kesehatan perorangan.
UKP mencakup upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan dan
rawat inap. Upaya kesehatan di Kota Mojokerto tergambar dalam uraian di bawah ini.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Pelayanan kesehatan dasar merupakan salah satu komponen penting dalam
upaya kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar yang cepat
dan tepat diharapkan dapat mengatasi sebagian besar masalah kesehatan di masyarakat.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, upaya kesehatan terhadap ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan
ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi
angka kematian ibu. Upaya upaya tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
Sedangkan upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih
dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia delapan belas
tahun. Tujuannya untuk mempersiapkan generasi mendatang yang sehat, cerdas dan
berkualitas.
Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan angka
kematian ibu (AKI), bayi (AKB) dan balita (AKABA). Upaya ini merupakan kegiatan
prioritas mengingat besaran AKI dan AKB menjadi indikator keberhasilan
pembangunan daerah dan juga menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
a) Pelayanan Antenatal/Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
profesional baik itu dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum,
maupun bidan kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan pedoman
pelayanan antenatal yang ada, sekurang kurangnya 4 kali selama masa kehamilan
yaitu 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0 12 minggu), 1 kali pada
trimester kedua (usia kehamilan 12 24 minggu) dan 2 kali pada trimester ketiga (usia
kehamilan 24 36 minggu).
Pelayanan antenatal yang diberikan diupayakan memenuhi standar kualitas 7T,
meliputi : a) Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan, b) pengukuran
Tekanan darah, c) pengukuran Tinggi fundus uteri, d) skrining status imunisasi
Tetanus dan pemberian imunisasi bila diperlukan, e) pemberian Tablet tambah darah
(zat besi) minimal 90 tablet selama kehamilan, f) pelaksanaan Temu wicara (konseling
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan),
serta g) pelayanan Tes laboratorium sederhana.
Cakupan K1 atau disebut juga akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan
besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama/kontak pertama dengan
tenaga kesehatan/fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standart. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan
pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
Sedangkan Cakupan K4 adalah besaran ibu hamil yang telah mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali kunjungan. Indikator ini
berfungsi untuk menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah
dan untuk menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program
KIA. Gambaran pencapaian dua indikator ini selama lima tahun terakhir dapat dilihat
dalam gambar berikut ini.
Gambar 4.1
Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 di Kota Mojokerto
Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (PWS-KIA)
Bila dibandingkan dengan capaian K1 di tahun sebelumnya, capaian di tahun
2012 merupakan capaian yang terendah, bahkan jauh dibawah target yang ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, yaitu sebesar 99%. Demikian pula dengan
capaian K4, masih jauh dibwah target propinsi sebesar 92%. Hal ini menandakan
belum cukup optimalnya pelayanan kesehatan antenatal di Kota Mojokerto. Juga
masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara kedua indikator ini yang perlu
mendapat perhatian, karena semakin kecil kesenjangan antara K1 dan K4 dapat
diartikan hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan
antenatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan ketiga, sehingga
kondisi kehamilannya terus dapat dipantau oleh petugas kesehatan. Bila kesenjangan
semakin besar, itu berarti banyak ibu hamil yang tidak terpantau kondisi kesehatan
kehamilannya.
99.15 96.84 96.81 98.85
83.01
91.37 88.3391.62 93.97
77.59
0
20
40
60
80
100
120
2008 2009 2010 2011 2012
K1
K4
b) Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Analisis kematian ibu yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada
tahun 2010 membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan
dan tempat/fasilitas persalinan. Pertolongan persalinan yang aman oleh tenaga
kesehatan dengan kompetensi kebidanan berkontribusi terhadap turunnya risiko
kematian ibu, demikian pula dengan proses persalinan yang dilakukan di fasilitas
kesehatan.
Data dari bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Mojokerto
menyebutkan, tahun 2012 terdapat 2.270 sasaran ibu bersalin. Dari jumlah tersebut,
yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 1.830 atau 80,62%. Pencapaian ini
masih dibawah target SPM tahun 2012 yang ditetapkan sebesar 95%.
Gambar 4.2
Cakupan Pelayanan Ibu Bersalin di Kota Mojokerto
Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (PWS-KIA)
c) Pelayanan/Penanganan Komplikasi Maternal
Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan
atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk
100.64 97.96 99.19 97.07
80.62
0
20
40
60
80
100
120
2008 2009 2010 2011 2012
penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin,
yang tidak disebabkan oleh trauma atau kecelakaan.
Adapun keadaan sampai dengan akhir tahun 2012, ditemukan 345 kasus
komplikasi maternal yang telah ditangani dari perkiraan sasaran sebesar 476 atau 20%
dari seluruh jumlah sasaran ibu hamil di tahun 2012. Hal ini berarti capaian di tahun
2012 hanya sebesar 72,54%, masih jauh dibawah target propinsi sebesar 80%.
Gambar 4.3
Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani di Kota Mojokerto
Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (PWS-KIA)
d) Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Masa nifas adalah masa pemulihan organ reproduksi untuk kembali normal,
dimulai dari 6 jam pertama sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Kunjungan nifas
dimaksudkan untuk mendeteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu pasca
melahirkan, sedikitnya kunjungan ibu nifas ke sarana pelayanan kesehatan dilakukan
sebanyak 3 kali yaitu 1) 6 jam pertama setelah persalinan sampai dengan hari ke-3, 2)
hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan, dan 3) hari ke-29 sampai
dengan hari ke-42.
105.7496.64
99.5
101.2
72.54
0
20
40
60
80
100
120
2008 2009 2010 2011 2012
Dalam masa nifas, ibu diharuskan memperoleh pelayanan kesehatan yang
meliputi pemeriksaan kondisi umum (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu),
pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan lokhia dan secret per vaginam lainnya,
pemeriksaan kondisi payudara dan putting serta anjuran ASI Eksklusif selama 6 bulan,
pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU selama 2 kali serta pelayanan KB pasca
persalinan. Perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan atau bahkan
kematian pada ibu nifas.
Pada tahun 2012 terdapat 2.270 sasaran ibu nifas. Dari jumlah tersebut, 1.791 ibu
atau 78.90% sudah memperoleh pelayanan nifas sesuai standar. Apabila dibandingkan
dengan target Propinsi yang ditetapkan maka pencapaian pelayanan nifas pada tahun
2012 ini masih dibawah target sebesar 95%.
Gambar 4.4
Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kota Mojokerto
Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (PWS-KIA)
e) Kunjungan Neonatal
Neonatus adalah bayi yang berusia kurang dari 1 bulan (0 28 hari). Pada masa
tersebut bayi sangat rawan terkena resiko gangguan kesehatan, sehingga untuk
mengurangi resiko terjadinya gangguan kesehatan pada bayi perlu dilakukan
kunjungan neonatus (KN). Idealnya kunjungan neonatus dilakukan minimal 3 kali,
yaitu 2 kali pada neonatus usia 0 -7 hari (KN1) dan 1 kali pada usia 8 28 hari (KN2).
100 97.32 98.64 100.54
78.9
0
20
40
60
80
100
120
2008 2009 2010 2011 2012
Pelayanan kesehatan neonatal dasar mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu
Balita Muda, meliputi pemeriksaan tanda vital, konseling perawatan bayi baru lahir
dan ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian
vitamin K1 dan imunisasi (jika belum diberikan saat lahir), penanganan dan rujukan
kasus, serta perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA. Angka
yang diperoleh dari kunjungan neonatus dapat digunakan untuk mengetahui
jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan neonatus.
Data yang diperoleh dari Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota
Mojokerto pada tahun 2012 cakupan KN lengkap mencapai 81,44% dari jumlah 2.128
bayi. Jumlah ini menurun bila dibandingkan dengan cakupan di tahun 2011 sebesar
95,8%.
Gambar 4.5
Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap di Kota Mojokerto
Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (PWS-KIA)
Dari gambar diatas terlihat bahwa capaian di tahun 2012 mengalami penurunan,
bahwa menjadi capaian terendah dari tahun tahun sebelumnya. Dibutuhkan peran
aktif tenaga kesehatan untuk melaksanakan kunjungan neonatus ke rumah warga
masyarakat yang mempunyai bayi, agar capaian KN lengkap mencapai nilai yang
100.7 97.44 98.74 95.8
81.44
0
20
40
60
80
100
120
2008 2009 2010 2011 2012
maksimal, sehingga meminimalkan risiko kematian bayi akibat penyakit yang tidak
terdeteksi sejak dini.
f) Penanganan Komplikasi Neonatal
Neonatal komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dana atau kelainan yang
dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia,
tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan dan
kelainan kongenital lainnya. Penanganan neonatus komplikasi harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat), baik di rumah, sarana pelayanan
kesehatan dasar maupun rujukan, sesuai standar.
Untuk cakupan neonatal komplikasi yang ditangani di Kota Mojokerto, sampai
akhir tahun 2012, dari 2.128 sasaran bayi, terdapat perkiraan sasaran sebanyak 319 bayi
resiko tinggi (berdasarkan perkiraan 15% dari jumlah total sasaran bayi). Dari sasaran
tersebut, tercatat jumlah neonatal komplikasi yang ditemukan dan mendapat
penanganan sebanyak 69,86%. Capaian ini masih dibawah target propinsi di tahun
2012 sebesar 75%.
Gambar 4.6
Cakupan Penanganan Neonatal Komplikasi di Kota Mojokerto
Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (PWS-KIA)
39.21
50.39
65.4658.15
69.86
0
20
40
60
80
2008 2009 2010 2011 2012
Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2011
g) Pelayanan Kesehatan (Kunjungan) pada Bayi
Kunjungan bayi adalah kunjungan anak umur 0 hari s/d 11 bulan termasuk
neonatus (umur 1-28 hari) di sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah, posyandu
dan tempat lain untuk mendapatkan pelayanan kesehatan oleh dokter, bidan atau
perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan paling sedikit 7 kali yaitu satu kali
pada umur 1-3 hari, 3-7 hari, 8-28 hari, 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1
kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan yang
dimaksud meliputi pemberian imunisasi dasar, stimulasi deteksi intervensi dini
tumbuh kembang dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi.
Tujuan pemberian pelayanan ini adalah untuk mengetahui sedini mungkin
adanya kelainan pada bayi, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta
peningkatan kualitas hidup bayi, yang tentu saja dapat berefek pada penurunan
kejadian kematian bayi dan juga merupakan indikator penilaian upaya peningkatan
akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar.
Data yang dimiliki di tingkat Kota Mojokerto pada tahun 2012 dari 2.128 sasaran
bayi yang ada, sebanyak 77,63 % saja yang melakukan kunjungan ke sarana pelayanan
kesehatan maupun dikunjungi oleh petugas kesehatan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Cakupan kunjungan bayi selama lima tahun terakhir di Kota Mojokerto
dapat diamati pada gambar berikut.
Gambar 4.7
Cakupan Kunjungan Bayi di Kota Mojokerto
Tahun 2008 2012
Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (PWS-KIA)
101.8990.27
97.5392.54
77.63
0
20
40
60
80
100
120
2008 2009 2010 2011 2012
Dari gambar diatas tampak bahwa pencapaian kunjungan bayi selama lima
tahun terakhir menunjukkan kecenderungan turun dan capaian di tahun 2012
merupakan yang terendah dibanding dengan tahun tahun sebelumnya. Bahkan
capaian ini jauh dibawah target yang ditetapkan propinsi, yaitu sebesar 90%.
h) Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan pada anak usia 12-59 bulan dalam upaya meningkatkan kualitas
hidup anak balita, yang meliputi pemantauan pertumbuhan setiap bulan minimal 8
kali dalam setahun dan stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan menggunakan
instrument SDIDTK, pembinaan posyandu dan PAUD, pemberian makanan bergizi
seimbang serta suplementasi vitamin A dosis tinggi 2 kali setahun.
Gambar 4.8
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kota Mojokerto
Tahun 2012
Sum