124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI DAMPAK MODERNISASI PERTANIAN TERHADAP PELUANG KERJA DAN PENDAPATAN PEREMPUAN (Penelitian Deskriftif Kualitatif tentang Dampak Modernisasi Pertanian terhadap Peluang Kerja dan Pendapatan Perempuan di Desa Lobang, Kelurahan Gedong, Kecamatan Karanganyar) Disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi Disusun Oleh : RIANTO D3206028 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

digilib.uns.ac.id SKRIPSI · PDF file digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

  • Upload
    lynhi

  • View
    230

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SKRIPSI

DAMPAK MODERNISASI PERTANIAN TERHADAP PELUANG KERJA

DAN PENDAPATAN PEREMPUAN

(Penelitian Deskriftif Kualitatif tentang Dampak Modernisasi Pertanian

terhadap Peluang Kerja dan Pendapatan Perempuan di Desa Lobang,

Kelurahan Gedong, Kecamatan Karanganyar)

Disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi

Disusun Oleh :

RIANTO

D3206028

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Dengan satu langkah kaki kita berpijak, maka dengan itulah masa depan kita

akan kita songsong dengan sendirinya. Maka berfikirlah matang-matang

sebelum kita terlanjur untuk melangkah.

(ryan)

Page 5: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Dengan penuh kerendahan hati penulis panjatkan puji syukur kehadirat

Allah SWT atas segala anugerah dan limpahan rahmat-Nya yang telah diberikan

pada kita semua, salam serta Sholawat selalu tercurahkan kepada Rasulullah,

SAW, keluarga dan shohabatnya hingga umat akhir zaman. Sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugasnya dalam penyusunan skripsi, yang dilaksanakan

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar strata satu di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis seringkali menemui rintangan dan

hambatan, namun dengan adanya dukungan dan semangat dari berbagai pihak

baik secara materiil maupun spirituil yang berwujud pengarahan, bimbingan serta

dorongan penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Proses

penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang turut

mendukung kelancaran penulis hingga terselesaikannya skripsi ini, maka penulis

hendak menyampaikan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Drs. Pawito, ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Bagus Haryono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Mahendra Wijaya, M.S. selaku Dosen Pembimbing skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret

Page 6: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Surakarta yang telah mengahantarkan penulis menyelesaikan

penyusunan skripsi.

4. Drs. Sudarsana, PGD in PD, selaku Pembimbing Akademik (PA)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah mengarahkan dengan penuh kesabaran.

5. Seluruh staff dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan

yang berkaitan dengan akademik.

6. Teman-temanku satu angkatan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang selalu mendukung

dan memotivasi dalam menyusunan skripsi.

7. Ayah (Bapak Wagimin) dan Ibuku (Ibu Yanti) yang senantiasa selalu

mendoakan dan memberikan semangat bagiku. Terutama Ibuku

tersayang yang selalu mendukungku tanpa lelah.

8. Yang terkasih, Inggil pratiwi, yang selalu mendampingiku dan yang

selalu menyemangatiku sehingga saya dapat selesai mengerjakan

skripsi saya ini.

9. Yusuf Mustofa adik saya yang senantiasa membuat aku tersenyum

gembira.

10. Team HMC dan Loro Jiwo MARC yang selalu menemaniku.

11. Dan seluruh warga Desa Lobang yang sudah mau membantu saya

dalam pengumpulan data dan penelitian yang saya lakukan untuk

skripsi saya ini.

Page 7: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh

dari sempurna dan banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan

skipsi ini.

Semoga skripsi yang penulis susun ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

Page 8: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….……..…… ii

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….......... iii

MOTTO……………………………………………………………………………. iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………….……….. v

DAFTAR ISI …………………………………………………………………..…... viii

DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK………………………………………………... x

DAFTAR GAMBAR DAN FOTO………………………………………………. xi

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………. xii

DAFTAR MATRIK……………………………………………………………….. xiii

ABSTRAK…………………………………………………………………………. xiv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..… 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………........ 1

B. Perumusan Masalah…………………………………………..……………... 9

C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………. 9

D. Manfaat Penelitian………………………………………………………… 9

E. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………………. 9

F. Definisi Konseptual………………………………………………………... 25

G. Metodologi Penelitian...................................................................................... 26

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN…………..………………………. 36

A. Gambaran Singkat Mengenai Kabupaten Karanganyar………...………....... 36

B. Gambaran Desa Lobang…………………………………………………….... 38

C. Tentang Perempuan Desa Lobang………………………………………….... 41

D. Keadaan Demografi…………………………………………………………. 41

E. Keadaan Sarana dan prasarana………………………………………………. 45

BAB III HASIL PENELITIAN............................................................................... 56

A. Profil Informan................................................................................................ 57

B. Dampak Modernisasi Pertanian....................................................................... 59

Page 9: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

C. Dampak Modernisasi Pertanian Terhadap Peluang Kerja Perempuan........... 72

D. Dampak Modernisasi Pertanian Terhadap Pendapatan Perempuan................ 80

E. Dominasi Pengambilan Keputusan Keluarga.................................................. 85

BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………….. 92

A. Dampak Modernisasi Pertanian di Desa Lobang…………………………… 92

B. Dampak Modernisasi Pertanian Terhadap Perempuan………….…………... 93

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 99

A. Kesimpulan ………….……………………………………………………… 99

B. Saran ……………………………………………………………………….. 109

DAFTAR PUSTAKA .

LAMPIRAN

Page 10: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK

1. Komponen-komponen analisis data model interaktif………… 35

2. Struktur kelembagaan di Kelurahan Gedong………………… 38

3. Grafik hasil panen padi per musim………………………….. 41

Page 11: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR DAN FOTO

1. Traktor untuk pengolahan tanah

2. Pupuk kimia dan pestisida untuk pemupukan

3. Sosrok untuk proses penyiangan

4. Trasher untuk alat perontok padi

5. Mesin penggilingan padi (huller) permanen

6. Mesin penggilingan padi (huller) keliling

7. Peta wilayah kelurahan gedong

Page 12: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

1. Distribusi Penduduk Menurut Umur……………………………...……. 43

2. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan………………………………. 44

3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian…………….…………. 45

4. Sarana Pendidikan………………………………………………………. 46

5. Sarana Kesehatan……………………………………………………….. 47

6. Sarana Olah raga………………………………………………………… 48

7. Sarana Kesenian dan Budaya……………………………………………. 48

8. Sarana Sosial…………………………………………………………….. 49

9. Sarana Keagamaan……………………………………………………… 49

10. Sarana Perhubungan…………………………………………………….. 50

11. Sarana Komunikasi……………………………………………………… 51

12. Sarana transportasi………………………………………………………. 52

13. Sarana Perdagangan…………………………………………………… 53

14. Sarana Perkoprasian…………………………………………………….. 54

15. Sarana Pertanian………………………………………………………… 54

16. Sarana Irigasi……………………………………………………………. 55

17. Daftar Responden……………………………………………………….. 60

Page 13: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR MATRIK

1. Dampak Modernisasi Pertanian Terhadap Peluang Kerja Perempuan…….. 80

2. Dominasi Pengambilan Keputusan Keluarga………………………………. 91

3. Pembagian Kerja Sebelum Modernisasi……………………………………. 94

4. Pembagian Kerja Setelah Modernisasi……………………………………… 96

Page 14: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRAK RIANTO, 2011, D3206028. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dampak Modernisasi Pertanian terhadap Peluang Kerja dan Pendapatan Perempuan.

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak dari modernisasi pertanian terhadap peluang kerja dan pendapatan bagi perempuan di sektor pertanian di desa lobang.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini kaum perempuan buruh tani di desa lobang sebagai informan. Teknik pengumpulan datanya melalui wawancara mendalam, observasi langsung dan bahan tertulis secara kepustakaan sebagai sumber data. Dokumentasi visual berupa foto. sedangkan pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisa interaktif yang meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.

Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori sosiologi pembangunan dan pendekatan teori fakta sosial. Dalam teori sosiologi pembangunan berkembang toeri modernisasi berasal dari dua teori dasar yaitu teori pendekatan psikologis dan teori pendekatan budaya.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa dampak dari adanya modernisasi pertanian didesa lobang adalah dengan adanya pengantian-pengantian teknologi dalam bidang pertanian ternyata secara tidak langsung berdampak pada kearifan-kearifan lokal yang dulunya masih digunakan atau dijalankan oleh masyarakat didesa lobang akan tetapi semenjak adanya modernisasi tersebut kini kearifan-kearifan lokal sudah mulai ditinggalkan. Selain itu modernisasi pertanian yang terjadi didesa lobang juga berdampak pada peluang kerja yang didapatkan oleh para perempuan buruh tani, semenjak adanya modernisasi dalam bidang pertanian ini kini peluang kerja para perempuan buruh tani juga kian menyempit, hal tersebut disebabkan karena lahan pekerjaan yang dulu sering ditangani oleh para perempuan kini sudah mulai dikerjakan oleh kaum laki-laki yang bekerja sebagai operator mesin pertanian. Dengan menyempitnya lahan pekerjaan para perempuan tersebut ternyata juga mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan oleh para perempuan buruh tani tersebut, kini pendapatan para perempuan buruh tani sudah jauh menurun jika dibandingkan dulu. Dengan menurunya pendapatan para perempuan tersebut ternyata juga berdampak pada dominasi pengambilan keputusan dalam keluarga.

Page 15: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRACT RIANTO, 2011, D3206028. Thesis. Social and Political Sciences Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. The Effect of Agricultural Modernization on the Job Opportunity and Women’s Opinion.

The objective of research is to find out the effect of agricultural modernization on the job opportunity and women’s opinion in agricultural sector of Lobang Village.

This study belongs to a descriptive qualitative research. In this research, the female farming labor in Lobang village as informant. Techniques of collecting data used were in-depth interview, direct observation, and literature written materials as the data source. The visual documentation used is in the form of photograph. Meanwhile, the sampling technique used in this research was purposive sampling one. The data analysis was done using an interactive analysis encompassing data reduction, data display and conclusion drawing.

In this research, the theory used was development sociology and social fact theories approach. In the development sociology theory, modernization theory develops deriving from two fundamental theories: psychological and cultural approaches.

The result of research shows that the effect of agricultural modernization in Lobang Village is the technology replacement in agricultural sector that in fact indirectly affects the local wisdoms used or undertaken formerly by the Lobang Villager but after the presence of modernization, these local wisdoms began to be abandoned. In addition, the agricultural modernization occurring in Lobang village also affects the job opportunity the female farming laborers obtain; since the presence of agricultural modernization, the job opportunity of female farming laborers is increasingly narrow; it is because the job field formerly handled by them now is handled by the male laborers who work as the farming machine operators. The increasingly narrow job opportunity for the women in fact affects the income they obtain; now their income declines sharply compared the former. The women’s declined income, in fact, also affects the domination of decision making in the family.

Page 16: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang kehidupan

perekonomianya tidak bisa lepas dari sektor pertanian. Perkembangan

ekonomi Indonesia yang akhir-akhir ini cenderung mengalami pergeseran

sektoral dari sektor pertanian ke non sektor pertanian tidak berarti

mengabaikan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap memegang peranan

penting , karena sebagai penyedia bahan pangan bagi seluruh masyarakat,

disisi lain menopang pertumbuhan industri dalam hal penyedia bahan baku

industri, mendorong pemerataan pertumbuhan dan dinamika pedesan.

Petani merupakan makhluk sosial, dalam kehidupannya di dunia ini tidak

terlepas dari perubahan. Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari proses

pembangunan yang dapat berpotensi menimbulkan kerawanan. Masalah

pokoknya menjadi bagaimana memungkinkan berlangsungnya proses

pembangunan yang membawa keberlanjutan dengan perubahan. Keberlanjutan

tersebut perlu untuk memelihara kesinambungan, sedangkan perubahan

diperlukan karena menyertai pembangunan. Aktivitas yang dilakukan oleh

manusia dalam pembangunan bertujuan untuk memberi perubahan ke arah

yang lebih baik, dan agar perubahan itu dapat terjadi maka sasaran perubahan

harus siap merespon setiap rangsangan yang akan mengantarnya menuju pada

kehidupan yang lebih baik.

Page 17: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah proses transformasi

pertanian, yaitu suatu proses perubahan pada berbagai aspek dalam bidang

pertanian. Perubahan tersebut tidak hanya berupa mekanisasi dan teknologi

namun lebih jauh lagi pada kelembagaan ekonomi dan sosial pertanian.

Pembangunan pertanian di Indonesia, khususnya pada subsektor pertanian

tanaman pangan dalam pelaksanaannya ditunjang oleh sejumlah besar petani

yang masih tradisional dengan luasan unit usaha tani yang sempit, maka untuk

menjaga keberlangsungan usaha taninya perlu ditemukan pola yang tepat

untuk memobilisasi partisipasi mereka. Dalam usaha menumbuhkan tanaman,

khususnya padi sawah. manusia seharusnya menciptakan lingkungan agar

dapat sesuai dengan persyaratan pertumbuhan tanaman padi, seperti media

tanam yang harus berstruktur lumpur dan menciptakan lapisan kedap air, agar

petakan sawah selalu dapat digenangi dengan air. Pengolahan lahan basah,

berawal dari kebiasaan-kebiasaan tradisional, dan ini merupakan karakteristik

umum dari ekosistem alamiah, yaitu membuka hutan, membuat pematang,

kemudian menanami sawah dengan tanaman padi.

Pembangunan pada sektor pertanian merupakan salah satu bagian dari

pembangunan nasional yang terus melakukan perbaikan agar bisa menjadi

lebih baik. Bersamaan dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk di negri

ini, tentu harus di ikuti peningkatan hasil pertanian khususnya beras (padi)

agar bisa memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Dengan itu dalam sektor

pertanian harus melakukan modernisasi dalam sistem pertanianya agar dapat

menghasilkan kualitas panen yang memuaskan.

Page 18: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu

pertanian, serta meningkatkan hasil dan taraf hidup petani. Upaya peningkatan

usaha tani ini dilakukan antara lain melalui pasca panen, kebijakan harga yang

layak bagi para petani, pengembangan dan pemanfaatan teknologi, serta

penyediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi para petani.

Seiring dengan meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam sektor

pertanian, maka semakin meningkat pula produksi yang dihasilkan oleh

petani. Hal ini menunjukan bahwa para petani semakin rasional di dalam

proses pengarapan lahan pertanian tersebut. Modernisasi masyarakat-

masyarakat pertanian tradisional ditafsirkan seolah-olah sebagai sesuatu yang

dapat diresapkan dengan kemajuan teknologi. Kemajuan yang cepat dibidang

ekonomi dan sosial diharapkan terjadi sebagai konsekuensi segera atas

diperkenalkanya suatu paket teknik modern kedalam suatu tipe pertanian

subsisten.

Modernisasi merupakan suatu perubahan yang menuju pada kemajuan.

Seiring dengan kemajuan tersebut kebudayaan-kebudayaan masyarakat pun

juga akan mengalami perubahan, dari perubahan satu unsur kebudayaan tentu

akan berpengaruh pada kebudayaan yang lainya, sebab masing-masing unsur

dalam kebudayaan tersebut salin keterkaitan dan ketergantungan satu sama

lainya.

Perubahan unsur budaya harus disesuaikan dengan kondisi yang sedang

berlangsung saat ini, dengan demikian setiap keadaan akan selalu berubah

menuju suatu keadaan yang lebih baik dari pada sebelumnya yang dalam arti

Page 19: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

kata berubah menjadi mode yang modern. Hal tersebut dapat kita lihat dari

aspek sebagai berikut :

1. Cara berfikir masyarakat mulai ilmiah

2. Sistem administrasi yang baik

3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur

4. Penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat

5. Tinggkat organisasi yang tinggi

6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan sosial planning

( Soekanto, 1990 : 393 )

Pada saat ini perkembangan teknologi kian berkembang pesat, masyarakat

cenderung tidak ingin lagi merasa direpotkan, mereka cenderung memilih hal-

hal yang mereka anggap dapat meringankan beban pekerjaan mereka. Karena

dengan modernisasi menunjukan suatu realitas perubahan masyarakat, dari

masyarakat tradisional berkembang menjadi masyarakat yang modern.

Modernisasi pertanian pada masyarakat sekarang ini juga sudah banyak

terjadi, pola-pola proses dalam kegiatan pertanian mulai terlihat perubahanya,

perubahan-perubahan tersebut dapat kita lihat dalam beberapa hal, antara lain :

1. Pengelolaan tanah

2. Penggunaan bibit unggul

3. Penggunaan pupuk kimia

4. Pengaturan waktu panen.

Page 20: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Walapun modernisasi dalam pertanian sudah banyak memberikan manfaat

yang berarti bagi para petani, akan tetapi dibalik semua itu ada hal-hal yang

tekena dampak dari modernisasi tersebut. Dampak dari hal itu adalah :

1. Dampak Positif

Dampak positif dari modernisasi yaitu memberikan

kemudahan pada para petani untuk mengolah lahan pertanian

mereka, selain itu keuntungan dari adanya modernisasi ini ialah

meningkatnya hasil pertanian yang dihasilkan oleh para petani. Hal

ini disebabkan karena sekarang ini banyak diproduksinya pupuk-

pupuk pertanian yang dapat mendongkrak kesuburan tanah serta

padi yang mereka tanam, sehingga hasil panen yang para petani

hasilkan bisa sangat memuaskan.

2. Dampak Negatif

Dampak negatif dari modernisasi ini ialah penggantian alat-

alat pertanian yang mereka gunakan dalam melakukan kegiatan

pertanian. Dari awal proses pertanian yaitu penggantian kerbau

dengan traktor sebagai alat pengolahan tanah, pengganti erek

dengan mesin thresher yang digunakan untuk perontokan padi,

yang terakhir pergantian lesung dengan mesin pengilingan padi

(huller) meningkat jumlahnya, salah satu penelitian memperkirakan

bahwa penggilingan padi menggantikan 125 juta Hari Orang Kerja

(HOK) yang kebanyakan adalah wanita, karena operator mesin

huller adalah kaum laki-laki (Dibyo Prabowo, 1995 : 40). Dengan

Page 21: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

hal tersebut secara otomatis perekrutan tenaga kerja dalam proses

pertanian semakin sedikit, dan proses pertanian dapat dikerjakan

oleh anggota keluarga saja. Akan tetapi buruh tani khususnya

perempuan yang tidak memiliki lahan pertanian akan terpojokan

oleh hal ini, mereka tidak lagi mendapatkan penghasilan lagi dari

proses pertanian.

”In this article, the author differentiates between two key elements in the development of agricultural production in Quebec and Canada in the last four decades (the modernization of agriculture and the penetration of capitalist relations of production) and then tests the relative strength of each for producing change in women's participation level. Data were collected during a year of field work in a small Quebec parish and consist of semi-structured interviews with the adult members of 63 randomly selected farm families. The findings indicate that neither the development of capitalist agriculture nor the adoption of modern methods have an independent effect on women's contribution. It is the interaction effect between the two that produces the greatest variation in the type and amount of work women devote to farming”.

(“Pada artikel ini, peneliti membedakan antara kedua unsur penting dalam perkembangan produksi pertanian di Kuba dan Kanada dalam empat puluh tahun terakhir (modernisasi pertanian dan penetrasi hubungan kapitalis produksi) dan kemudian menguji kekuatan relatif dari masing-masing untuk menghasilkan perubahan pada tingkat partisipasi wanita. Data dikumpulkan dalam setahun penelitian lapangan di wilayah Quebec yang kecil dan terdiri atas wawancara setengah terstruktur dengan orang dewasa dari 63 keluarga petani yang dipilih secara acak. Temuan-temuannya mengindikasikan bahwa baik perkembangan pertanian kapitalis maupun pengapdosian metode-metode modern memiliki efek bebas terhadap kontribusi wanita. Adalah efek interaksi antara keduanya yang menghasilkan variasi terbesar dalam jenis dan jumlah pekerjaan yang dicurahkan oleh wanita kepada pertanian.”) (Frances M. Shaver, 1990: 341).

Menurut artikel diatas dapat kita lihat bahwa dengan adanya modernisasi

dalam bidang pertanian, yaitu dengan pengabdosian metode-metode modern

memiliki dampak terhadap jenis dan jumlah pekerjaan yang dicurahkan oleh

Page 22: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

wanita terhadap pertanian. Jadi dalam artikel ini juga melihat bahwa kaum

perempuan juga terkena dampak dari adanya modernisasi pertanian tersebut.

“This study, done in Punjab, India, had three objectives: (1) to evaluate a farmer's personal characteristics (education, land size) in relation to his adoption of modern agricultural technology; (2) to investigate certain village characteristics which are significantly associated with modernized farming; and (3) to determine whether modernization is more influenced by the village as a unit than by individual characteristics. By using the interview-questionnaire method, 495 Punjab farmers were interviewed in 93 villages designated high or low in modernized farming. While education and land- holding size (individual characteristics) were positively related to modernization of farming, organizational help and communication (village characteristics) showed a higher correlation with adoption of farming innovations. The primacy of village characteristics over the individual factors was evident. The villages high on adoption of agricultural innovations were also high on other indices of development, such as educational, commercial, and overall development. These villages were also high on the use of bank loans, farming subsidies, and the use of agency help”.

“Penelitian ini, dilakukan di Punjab, India, memiliki tiga tujuan: (1) untuk mengevaluasi karakteristik pribadi seorang petani (pendidikan, ukurantanah) dalam hubungannya dengan adopsinya teknologi pertanian modern, (2) untuk menyelidiki karakteristik desa tertentu yang secara signifikan asosiasi, diasosiasikan dengan pertanian modern, dan (3) untuk menentukan apakah modernisasi lebih banyak dipengaruhi oleh desa sebagai unit dari pada karakteristik individu. Dengan menggunakan metode wawancara-kuesioner, 495 petani Punjab diwawancarai di 93 desa design terkontaminasi tinggi atau rendah dalam pertanian modern. Sementara pendidikan dan tanah memegang ukuran (karakteristik individu) yang positif terkait dengan modernisasi pertanian, membantu organisasi dan komunikasi (karakteristik desa) menunjukkan korelasi yang lebih tinggi dengan adopsi inovasi pertanian. Keunggulan karakteristik desa, faktor individu jelas. Desa-desa tinggi pada adopsi inovasi pertanian budaya juga tinggi pada indeks pembangunan lainnya, Seperti pengembangan pendidikan, komersial, dan secara keseluruhan. Desa-desa ini juga tinggi pada penggunaan pinjaman bank, subsidi pertanian, dan penggunaan bantuan lembaga”. (Harjit S, Sandhu and Donald E. Allen: 967)

Dari hasil penelitian diatas dapat kita lihat bahwa dengan adanya

modernisasi diwilayah pedesaan menyebabkan semakain tingginya adopsi

Page 23: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

teknologi yang digunakan oleh masyarakat. Sehingga pola pertanian mereka

pun menuju pada pertanian yang komersil dan untuk pengembangan alat-alat

tersebut para petani menggunakan pinjaman bank, subsidi pertanian dan

bantuan lembaga pertanian.

Dengan melihat fenomena yang terjadi pada kaum perempuan tersebutlah,

timbul pertanyaan mengenai dampak modernisasi terhadap para perempuan

buruh tani. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh

lagi mengenai dampak modernisasi pertanian terhadap peluang kerja dan

pendapatan perempuan khususnya dikalangan perempuan buruh tani di Desa

Lobang, Kelurahan Gedong, Kecamatan Karanganyar.

Page 24: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas maka penulis menarik

rumusan masalah ” Bagaimanakah Dampak Modernisasi Pertanian terhadap

peluang kerja dan pendapatan perempuan di Dusun Lobang, Kelurahan

Gedong, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar ? ”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak dari

modernisasi pertanian terhadap peluang kerja dan pendapatan bagi perempuan

di sektor pertanian.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini :

1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pengetahuan bagi

masyarakat, khususnya dibidang modernisasi pertanian.

2. Diharapkan menjadi bahan wawasan dalam memahami masalah

modernisasi pertanian yang ada di pedesaan.

E. Tinjauan Pustaka

Didalam mengkaji permasalahan-permasalahan yang ada peneliti

menggunakan pendekatan sosiologis, oleh karena itu perlu kiranya untuk

mengetahui terlebih dahulu tentang definisi sosiologi. Pitirim sorokin dan

Page 25: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

soerjono soekanto (1987 :15) mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang :

1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala

sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga

dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerakan masyarakat dengan

politik dan lain sebagainya)

2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala-gejala sosial dengan

gejala-gejala non sosial (misalnya, gejala geografis, biologis dan

sebagainya)

3. Ciri-ciri umum dari semua jenis gejala sosial.

Sosiologi adalah suatu ilmu sosial yang mempelajari tentang

hubungan yang terjadi dalam masyarakat (interaksi sosial) dan proses yang

terjadi akibat hubungan tersebut masyarakat, serta mempelajari fakta-fakta

yang ada dimasyarakat yang mungkin dapat dipakai untuk menyelesaikan

masalah yang muncul dalam masyarakat tersebut. Sehingga dalam pengantar

sosiologi ini kita akan mempelajari mulai dari masyarakat itu sendiri, proses

interaksi dalam masyarakat, proses sosialisasi, kebudayaan, stratifikasi,

perubahan sosial, kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan sampai pada

masalah-masalah sosial.

Selo soemardjan dan soelaeman soemardi juga mengatakan bahwa

sosiologi atau ilmu masyararakat ialah ilmu yang mempelajari tentang struktur

sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial

(Soekanto. 1987 : 20). Dari definisi-definisi tersebut jelas bahwa sebagaimana

Page 26: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainya. Obyek ilmu sosiologi adalah

masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dari proses yang

timbul dari hubungan manusia didalam masyarakat.

Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori sosiologi

pembangunan. Di mana dalam sosiologi pembangunan ini mencoba

melengkapi kajian ekonomi yang selama ini hanya didasarkan pada

produktivitas dan efisiensi dalam mengukur keberhasilan pembangunan.

Pembangunan sebagai sebuah perubahan sosial yang terencana tidak bisa

hanya dijelaskan secara kuantitatif dengan pendekatan ekonomi semata,

terdapat aspek tersembunyi jauh pada diri masyarakat seperti persepsi, gaya

hidup, motivasi dan budaya yang mempengaruhi pemahaman masyarakat

dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sosiologi pembangunan juga

berusaha untuk menjelaskan berbagai dampak baik positif maupun negatif dari

pembangunan terhadap sosial budaya masyarakat. Berbagai introduksi baik

yang berupa teknologi dan nilai-nilai baru dalam proses pembangunan tentu

akan membawa dampak pada bangunan sosial yang sudah ada sejak lama.

Sosiologi pembangunan membawa dampak pada lahirnya dimensi-

dimensi baru dalam konsep pembangunan. Menurut Webster (1984), terdapat

lima dimensi yang perlu untuk diungkap, antara lain :

1. Posisi negara miskin dalam hubungan sosial dan ekonominya dengan

negara-negara lain.

2. Ciri khas atau karakter dari suatu masyarakat yang mempengaruhi

pembangunan.

Page 27: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

3. Hubungan antara proses budaya dan ekonomi yang mempengaruhi

pembangunan.

4. Aspek sejarah dalam proses pembangunan atau perubahan sosial yang

terjadi.

5. Penerapan berbagai teori perubahan sosial yang mempengaruhi kebijakan

pembangunan nasional pada negara-negara berkembang.

Dalam sosiologi pembangunan juga berkembang Teori Modernisasi

berasal dari dua teori dasar yaitu teori pendekatan psikologis dan teori

pendekatan budaya. Teori pendekatan psikologis menekankan bahwa

pembangunan ekonomi yang gagal pada negara berkembang disebabkan oleh

mentalitas masyarakatnya. Menurut teori ini, keberhasilan pambangunan

mensyaratkan adanya perubahan sikap mental penduduk negara berkembang.

Sedangkan teori pendekatan kebudayaan lebih melihat kegagalan

pembangunan pada negara berkembang disebabkan oleh ketidaksiapan tata

nilai yang ada dalam masyarakatnya. Secara garis besar teori modernisasi

merupakan perpaduan antara sosiologi, psikologi dan ekonomi. Teori dasar

yang menjadi landasan teori modernisasi adalah ide Durkheim dan Weber.

Dalam penelitian ini selain mengunakan pendekatan dengan teori

sosiologi pembangunan, juga mengunakan pendekatan dengan teori fakta

sosial. Teori Fakta sosial ini bersifat eksternal, umum (general), dan memaksa

(coercion). Fakta sosial mempengaruhi tindakan-tindakan manusia. Tindakan

individu merupakan hasil proses pendefinisian realitas sosial, serta bagaimana

orang mendefinisikan situasi. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa

Page 28: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

manusia adalah makhluk yang kreatif dalam membangun dunia sosialnya

sendiri.

Jadi dalam penelitian ini mengunakan dua teori untuk melakukan

pendekatan masalah, yaitu teori sosiologi pembangunan dan teori fakta sosial.

Sedangkan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut ini :

1. Modernisasi

Aspek yang terpenting dalam modernisasi suatu masyarakat adalah

pergantian teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern.

Bahwa pengertian modernisasi suatu masyarakat adalah suatau proses

transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.

Modernisasi masyarakat secara umum dapat dirumuskan sebagai

penerapan pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua aktivitas, semua

bidang kehidupan atau kepada semua aspek masyarakat kota pada awalnya

adalah desa, yakni desa yang telah mengalami perkembangan. Namun

tidak setiap desa dapat berkembang menjadi sebuah kota. Ada sejumplah

faktor atau persyaratan tertentu yang mendorong sebuah desa bisa

berubah menjadi kota. Diantaranya sekian faktor yang terpenting adalah

bahwa desa tersebut menjadi pusat pemerintahan, pusat perdagangan,

pusat industri atau pusat pertambangan.

Tekait dengan modernisasi, maka akan kita lihat beberapa definisi

dari modernisasi tersebut diantaranya :

Page 29: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Evertt Rogers, ” modernisasi merupakan suatu proses yang mana

individu berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup lebih

kompleks dan maju secara teknologi serta cepat berubah ” ( Abraham,

1991 : 5 ).

Black mendefinisikan modernisasi sebagai proses yang mana

secara historis lembaga-lembaga yang berkembang secara perlahan

disesuaikan dengan perubahan fungsi secara cepat yang menimbulkan

peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam hal

pengetahuan manusia yang memungkinkanya untuk menguasai

lingkunganya, yang menimbulkan revolusi ilmiah ( Abraham, 1995 : 5 ).

Modernisasi dalam bidang ekonomi dapat diartikan sebagai

berikut :

a. Mengakarnya teknologi dalam ilmu pengetahuan

b. Bergerak dari pertanian subsistensi ke pertanian komersial

c. Pengantian tenaga binatang dan manusia oleh energi benda

mati dan produksi mesin

d. Berkembangnya bentuk pemukiman urban dan konsentrasi

tenaga kerja ditempat tertentu.

Teori Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme Weber mengarah pada

seperangkat rumusan sosiologi yang menekankan peranan nilai dalam

pembangunan sosio-ekonomi yang didasarkan pada asumsi bahwa

masyarakat tradisional dan modern mempercontohkan seluruh sistem nilai

yang berbeda dan transformasi pola sosio-ekonomi negara-negara

Page 30: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

terbelakang pada dasarnya merupakan suatu perubahan atau pergantian

dbidang kompleks nilai budaya.

Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial. Biasanya

merupakan perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada

perencanaan yang biasa dinamakan sosial planning ( Soekanto, 1990 :

384).

Secara metodelogis, teori-teori modernisasi tentang perubahan

sosial dalam masyarakat yang sedang berkembang dewasa ini rupanya

memasukan pola-pola tindakan asli yang konsisten ke dalam pranata

ekonomi dan teknologi modernisasi yang ingin diterapkan itu. Pola-pola

tindakan menurut teori modernisasi akan memaksakan pengaruhya ke

seluruh struktur sosial :

1. Penerapan secara universal norma mengejar keuntungan terhadap

sumber-sumber ekonomi ( tanah, tenaga kerja dan kapitalis ) berarti

bahwa penggunaan semua sumber-sumber ekonomi tersebut harus

dialihkan dari cara-cara yang kurang produktif menjadi lebih produktif.

2. Mobilitas geografis tenaga kerja, bersamaan dengan penghususan

fungsi-fungsi ekonomi modern (seperti pembagian kerja yang ekstrim

dan pemisahan tempat kerja dari kehidupan rumah tangga secara tegas)

pada giliranya akan memecahkan hubungan kekerabatan tradisional

dalam arti melemahkan ikatan kekeluargaan besar dan menekankan

pada pembentukan keluarga kecil.

Page 31: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

3. Penerapan struktur ekonomi dan teknologi modern disamping

meningkatkan mobilitas tenaga kerja secara geografis (mobilitas

horisontal).

4. Mobilitas kedua faktor produksi lainya yakni kapital dan tanah,

tergantung pada pelembagaan norma baru, dalam hal ini untuk

memperjual belikan hak milik individual tersebut tanpa terelakan akan

menganggu sistem pemilikan dan pengolahan tanah feodal. Penerapan

secara universal prinsip mengejar keuntungan dalam organisasi

produksi modern, tentang apa yang diproduksi, kapan, bagaimana,

dimana, dan oleh siapa, harus dilakukan sepenuhnya atas dasar harapan

apakah akan menghasilkan keuntungan ekonomi yang optimal (

Hoogevelt, 1985 : 85-91 ).

Berdasarkan teori medernisasi tersebut, dapat dilihat sistem

pemikiran dan perilaku masyarakat petani di desa Lobang saat ini telah

menunjukan sikap berfikir yang rasional dan komersil. Diantaranya dapat

kita ketahui dari tindakan-tindakan para petani sekarang sangat

memperhitungkan input dan output dalam kegiatan pertanian mereka agar

dapat terhindar dari kerugian. Maka mereka lebih mengutamakan

penjualan daripada untuk memenuhi sendiri atau tidak lagi petani

subsisten. Untuk itu para petani mengupayakan hal-hal yang dapat

meningkatkan hasil produksi mereka, antara lain dengan memanfaatkan

teknologi tepat guna, yaitu dengan memperhitungkan apa yang

diproduksinya, kapan, bagaimana, dan oleh siapa, yang juga terkait dengan

Page 32: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

penggunaan peralatan modern yang sesuai dengan situasi dan kondisi

lahan yang mereka kerjakan. Dengan hal tersebut petani akan jauh lebih

mendapatkan keuntugan daripada kerugian.

2. Modernisasi Pertanian

Untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian di kelurahan

gedong khususnya desa lobang, ada beberapa program pertanian dari

pemerintah yang sedang berjalan. Diantaranya sebagai berikut :

1. Program BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul)

2. Program BLP (Bantuan Langsung Pupuk)

3. Program SLPTT (Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman

Terpadu)

4. Program PUAP (Pengembangan Usaha Agrobisnis

Pedesaan)

Selain itu pengembangan pada sektor teknologi pertanian juga

sangat diperlukan, karena dengan adanya perkembangan tersebut akan

sangat berpengaruh sekali dalam pengolahan lahan pertanian. Karena itu

teknologi dalam bidang pertanian sudah menyebar di seluruh petani

pedesaan, hal itu disebabkan karena :

1. Karena teknologi dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan untuk

meningkatakan produksi pangan yang sekaligus diarahkan untuk bisa

meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani.

2. Teknologi dibutuhkan oleh masyarakat karena diharapkan dapat

mendominasi perekonomian desa.

Page 33: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Teknologi dalam bidang pertanian sering digunakan istilah

perubahan teknik dan inovasi. Istilah perubahan teknis jelas menunjukkan

unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi

barang dan jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan

produktivitas.

Tingkat perubahan yang tinggi, membawa konsekuensi pemenuhan

kebutuhan pangan bertambah, sementara disisi lain luas lahan semakin

terbatas. Hubungan tersebut menjadi motivasi bagi pemerintah untuk

memperkenalkan teknologi baru di bidang pertanian yang intensif bagi

masyarakat desa, yang berupa teknologi dibidang pertanian maupun sarana

yang lain diharapkan mampu meningkatkan kehidupan mereka.

Yang dimaksud dengan teknologi adalah suatau sistem penggunaan

berbagai sarana yang tersedia untuk mancapai tujuan-tujuan praktis yang

ditentukan.

Yang dimaksud dengan teknologi menurut Soejono Soekanto

(1990 : 155) adalah ”sebagai pola praktek penggunaan sumber daya untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu.”

Teknologi adalah suatu perubahan yang terjadi dalam fungsi

produksi yang nampak dalam teknik produksi, sehingga perubahan

teknologi dapat diartikan perubahan dalam fungsi produksi yang mana

dapat menambah hasil dengan input tertentu.

Jadi sistem pertanian (dalam hal ini menunjuk pada teknologi

pertanian) merupakan suatu teknik atau cara produksi yang bersifat pada

Page 34: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

modal bidang pertanian, meliputi pengolahan tanah, pemilihan varietas,

pemupukan, bercocok tanam, pemeliharaan, panen, dan pasca panen.

Berikut ini adalah hal-hal yang telah terkena oleh dampak

modernisasi tersebut, khususnya dalam bidang teknologi dalam pertanian :

a. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah harus sempurna dalam rangka upaya peningkatan

produksi tanaman padi sawah melalui cara dan dikerjakan dengan cara

sebaik - baiknya dan agar supaya dapat meningkatkan mutu tanaman

padi sawah.

Dalam hal pengolahan tanah ini kita dapat melihat perubahan

teknologi yang digunakan para petani untuk mengolah lahan pertanian

mereka. Perubahan alat pengolahan tanah yang mereka gunakan, yang

dulunya masih mengunakan pembajak sawah dengan kerbau, akan

tetapi seiring dengan modernisasi dibidang pertanian para petani lebih

memilih mengunakan mesin pembajak sawah (traktor) sebagai alat

untuk mengolah lahan pertanian mereka.

b. Penanaman

Pada awalnya saat akan melakukan proses kegiatan bertani, para

petani hanya mengunakan padi dari hasil panen mereka sebelunya

untuk dijadikan sebagai bibit padi yang akan ditanam selanjutnya.

Akan tetapi sekarang ini untuk mendapatkan hasil panen yang lebih

baik, sekarang para petani lebih cenderung memilih untuk membeli

bibit padi yang berkualitas unggul. Dan pada saat penanaman padi

Page 35: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

masyarakat masih mengunakan tenaga para perempuan untuk

melakukanya.

c. Pemupukan

Pemupukan adalah hal yang paling penting dalam proses pertanian,

karena kesuburan tanaman dan penangulangan hama atau penyakit

dapat diatasi dengan cara pemupukan tersebut. Dalam hal pemupukan

ini juga nampak sekali adanya perubahan tenologi yang digunakan

oleh para petani, yang pada awalnya para petani hanya menggunakan

pupuk kandang atau kompos untuk pemupukan, akan tetapi sekarang

ini petani lebih cenderung memilih pupuk kimia untuk pemupukan.

d. Penyiangan

Penyiangan adalah kegiatan pembersihan atau pencabutan rumput

dalam area pertanian supaya pertumbuhan padi tidak tergangu karena

adanya rumput yang tumbuh disekitar tanaman padi. Dalam

pengerjaanya dulu para petani hanya mengunakan tenaga perempuan

untuk menjabuti rumput tersebut, akan tetapi sekarang ini para petani

lebih cenderung memilih mengunakan alat sorok rumput untuk

menyiangi tanaman mereka, karena dengan alat tersebut lebih

menghemat tenaga dan biaya pengerjaanya.

e. Panen Atau Pasca Panen

1. Panen

Untuk mendapatkan mutu gabah atau beras yang baik, maka

penentuan saat panen harus optimal. Diantara ialah pada saat

Page 36: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

perontokan padi, pada fase perontokan padi ini dulunya mereka

mengunakan erek kayuh untuk merontokan padi dari

batangnya, akan tetapi para petani sudah tidak mau lagi

direpotkan dengan mengayuh alat tersebut. Karena sekarang ini

para petani lebih cenderung memilih mesin perontok. Para

petani memilih mengunakan alat ini karena dapat

mempersingkat waktu penen mereka dan lebih sedikit

menggunakan tenaga kerja.

2. Pasca Panen

Modernisasi pertanian pada saat pasca panen dapat kita lihat

pada proses pengolahan padi menjadi beras. Perubahan-

perubahan teknologi yang digunakan para petani pada saat

menggiling padi hasil panen mereka. Para petani dusun lobang

dulunya menggunakan lesung untuk mengupas biji padi dari

kulitnya dengan cara menumbuk padi tersebut didalam sebuah

lesung, akan tetapi pada saat sekarang ini para petani sudah

tidak mau lagi direpotkan dengan hal tersebut, para petani lebih

cenderung memilih menggilingkan padi mereka ketempat

penggilingan padi. Terlebih sekarang ini ada usaha

penggilingan padi keliling, para petani lebih memilih alat

tersebut karena para petani dapat menggilingkan padi mereka

tanpa harus membawanya ketempat penggilingan padi, karena

mesin penggiling tersebut yang justru mendatangi mereka.

Page 37: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Modernisasi masyarakat pertanian tradisional seolah-olah sesuatu

yang dapat diresapkan dengan kemajuan teknologi. Akan tetapi kemajuan

pertanian yang amat cepat tersebut diharapkan terjadi sebagai konsekuensi

atas ”diperkenalkanya” suatu ”paket teknik” modern kedalam suatu tipe

pertanian subsisten (berproduksi pas-pasan). Tetapi bagaimana pentingnya

modernisasi tenologi itu, tidak dengan sendirinya menjamin terjadinya

pembangunan, seperti yang disangka secara naif oleh banyak teknokrat

dan birokrat. Tidak mungkinya membangkitkan pembangunan yang murni

melalui transfer teknologi yang telah dikukuhkan oleh rencana

pembangunan pertanian yang sia-sia, yang secara sepihak mengalihkan

investasi kedalam teknologi dan mengabaikan pertimbangan-pertimbangan

yang hubunganya dengan organisasi sosial ( Attir, Holzner dan Suda, 1989

: 144 ).

Selain itu seiring dengan adanya modernisasi pertanian banyak

muncul organisasi-organisasi yang bermunculan dalam bidang pertanian

ini, diantaranya adalah :

1. Darma Tirta

Merupakan organisasi yang mengatur tentang perairan lahan

pertanian. Fungsi primer dari organisasi ini adalah pengelolaan air,

terutama pembagian air yang adil diantara warganya dan pemeliharaan

saluran-saluran perairan. Serikat pemakai air telah menetapkan

seperangkat peran-peran tertentu yang mempunyai kaitan langsung

dengan tugas-tugas khusus yang berhubungan dengan membentuk dan

Page 38: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

mengoperasikan sistm irigasi diantranya kontruksi, pemeliharaan,

pembagian, pengelolaan air dan penyelesaian perselisihan. Tingkat

kesatuan kelompok sangat penting bagi kegigihan perserikatan dan

infrastruktur fisik yang menjadi tanggung jawabnya, kalau tidak saluran

menjadi rusak, terjadi pengendapan dan seterusnya. Tentu saja terdapat

konflik-konflik diantara warga terutama saat air berkurang, karena

mekanismenya untuk kelangsungan hidup organisasi itu.

2. Kelompok Tani

Merupakan organisasi pemerintah yang bergerak dalam bidang

penyuluhan pertanian kepada masyarakat petani. Dalam organisasi ini

khusus menangani dalam bidang sarana produksi pertanian masyarakat,

diantaranya seperti : benih padi, pupuk, pertisida, alat dan mesin

pertanian. Selain itu organisasi Kelompok Tani ini juga menangani

tentang permodalan dalam pertanian, jadi untuk para petani yang tidak

memiliki modal untuk lahan pertanian mereka, mereka bisa meminjam

modal melalui organisasi ini. Sehingga para petani bisa selalu

menanami lahan mereka walau sedang mengalami kesulitan ekonomi.

3. Dampak modernisasi pertanian terhadap perempuan.

Modernisasi merupakan pola perubahan dari cara-cara yang tradisional

menuju gaya hidup yang lebih kompleks dan maju secara teknologi serta

cepat berubah. Sedangkan dalam konsep modernisasi pertanian ini

merupakan transformasi teknologi dibidang pertanian pada masyarakat

tradisional atau pra modern, yang menunjukan unsur perubahan suatu cara

Page 39: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

bertani dari pertanian yang sederhana menjadi cara bertani yang lebih

modern. Hal ini dapat kita lihat dari perubahan-perubahan alat-alat

pertanian yang kini mulai berubah dari alat-alat yang tradisional yang

masih digerakan oleh tenaga manusia dan digantikan oleh alat-alat yang

lebih modern yang dimana alat-alat tersebut semuanya digerakan oleh

mesin.

Dari semua proses pertanian kini semua mulai mengalami perubahan,

dari awal proses pertanian yaitu penggantian kerbau dengan traktor

sebagai alat pengolahan tanah, penggantian tenaga kerja para perempuan

saat menyiangi padi digantikan oleh sosrok rumput, pengganti erek dengan

mesin thresher yang digunakan untuk perontokan padi, yang terakhir

pergantian lesung dengan mesin pengilingan padi (huller) meningkat

jumlahnya, salah satu penelitian memperkirakan bahwa penggilingan padi

menggantikan 125 juta Hari Orang Kerja (HOK) yang kebanyakan adalah

wanita, karena operator mesin huller adalah kaum laki-laki (Dibyo

Prabowo, 1995 : 40). Dengan hal tersebut secara otomatis perekrutan

tenaga kerja dalam proses pertanian semakin sedikit, dan proses pertanian

dapat dikerjakan oleh anggota keluarga saja. Dan lebih jauh buruh tani

khususnya perempuan yang tidak memiliki lahan pertanian akan

terpojokan oleh hal ini, karena mereka tidak lagi mendapatkan peluang

kerja dan penghasilan lagi dari proses pertanian.

Page 40: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

F. Definisi Konseptual

1. Modernisasi Pertanian

Merupakan transformasi teknologi dibidang pertanian pada

masyarakat tradisional atau pra modern, yang menunjukan unsur

perubahan suatu cara, mulai dari cara pengolahan tanah, penanaman,

pemeliharaan tanaman, pemungutan hasil sampai pengolahan hasil

pertanian. Yang pada dasarnya bertujuan pada perbaikan dan peningkatan

produktivitas hasil pertanian mereka.

2. Dampak Modernisasi Pertanian

Merupakan akibat yang ditimbulkan oleh adanya transformasi

teknologi dibidang pertanian yang menunjukan unsur perubahan, akibat

yang ditimbulkan dapat bersifat positif dan negatif.

3. Peluang Kerja Perempuan

Merupakan hal yang berkenaan dengan adanya modernisasi

tersebut. Karena hal tersebut merupakan hasil dari dampak negatif dengan

adanya modernisasi pertanian, yaitu tentang menurunya tingkat peluang

kerja untuk kaum perempuan dalam bidang pertanian yang disebabkan

oleh munculnya teknologi-teknologi dalam bidang pertanian tersebut.

4. Pendapatan Perempuan

Merupakan pembahasan tentang pendapatan para perempuan yang

bekerja pada sektor pertanian setelah adanya modernisasi pertanian atau

perkembangan teknologi dalam sektor pertanian.

Page 41: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

G. Metodologi Penelitian

a. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan bentuk penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2000:3) yang mengutip

pendapat Bag dan Taylor adalah sebagai berikut :

“Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

parilaku yang dapat diamati “

Sesuai dengan pendapat diatas dalam penelitian yang dihasilkan data

deskriptif, bahwa metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu

obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun satu kelas peristiwa

pada masa sekarang.

Tujuan penelitian deskiptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Adapun ciri-ciri pokok dari metode deskriptif adalah :

1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat

penelitian dilakukan (saat sekarang).

2. Menggambarkan fakta-fakta yang sifat-sifat serta hubungan antara

fenomena yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi

implementasi rasional. Berdasarkan pengertian diatas, penulis

berusaha untuk mendeskripsikan Dampak dari Modernisasi

Pertanian Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Dusun Lobang,

Page 42: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Kelurahan Gedong, Kecamatan Karanganyar. Penulis bukan saja

memberi gambaran prediksi serta mendapatkan makna dari suatu

masalah yang dipecahkan. untuk itu maka pengumpulan data yang

digunakan teknik wawancara dengan pedoman wawancara.

b. Lokasi penelitian

Penelitian mengambil lokasi yakni Desa Lobang, Gedong

Kecamatan Karanganyar, Kabupaten karanganyar. Penetapan lokasi

tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa :

a. Di Dusun Lobang terdapat petani padi yang berlahan sawah

irigasi.

b. Dusun Lobang sudah merupakan kategori desa pertanian

yang ditandai dengan sebagian besar wilayahnya

merupakan lahan persawahan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Desa Lobang

dianggap tepat dan memenuhi syarat sebagai obyek penelitian ini.

c. Sumber Data

Adapun sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut ini :

1. Data Primer

Data adalah data empirik yang diperoleh secara langsung

dari informan dan masyarakat atau informan kunci dengan

menggunakan wawancara untuk mendapatkan data-data tentang

aspek modernisasi pertanian yang mempengaruhi

Page 43: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

sosial ekonomi masyarakat petani menjadi fokus penelitian.

Peneliti akan terjun secara langsung melakukan pengamatan

lapangan pada lokasi kegiatan pertanian masyarakat dan

melakukan kunjungan dari rumah ke rumah dari setiap informan

terpilih dengan teknik observasi partisipan dan wawancara

mendalam.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui

penelusuran studi-studi dokumen yang terdapat di tempat

penelitian dan yang ada hubunganya dengan masalah-masalah yang

diteliti. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain meliputi,

monografi kelurahan yang berisikan gambaran umum mengenai

desa penelitian, keadaan geografi dan kependudukan, serta

dokumentasi berupa gambar dan rekaman.

Sedangkan yang menjadi sumber data adalah informasi

kunci, informasi penunjang, data desa, serta dokumentasi

penelitian. Informasi kunci orang yang terlibat langsung dalam

kegiatan sehari-hari masyarakat petani. Pemilihan informan kunci

ada strategi khusus, antara lain dapat melalui empat macam cara,

sebagai berkut: (a) secara insidental, artinya peneliti menemui

orang yang sama sekali belum diketahui pada salah satu wilayah

penelitian. (b) menggunakan modal orang-orang yang sudah

dikenal sebelumnya. Peneliti berusaha menghubungi beberapa

Page 44: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

orang, mungkin melalui orang terdekat. (c) sistem quota, artinya

informan kunci telah dirumuskan kriterianya, misalkan ketua

organisasi, ketua RT, pemilik tanah dan sebagainya. (d) secara

snowball, artinya informan kunci dimulai dari jumplah kecil (satu

orang), kemudian atas rekomendasi orang tersebut, informan kunci

menjadi semakin besar sampai jumlah tertentu. Informan akan

berkembang terus sampai memperoleh data jenuh.

Yang menjadi informan kunci yang diajak wawancara

secara mendalam dalam penelitian ini adalah petani yang berlahan

sawah irigasi, pemilik pabrik alat-alat produksi, ketua kelompok

tani, pekerja atau buruh tani, pengurus pengairan. Informan

penunjang adalah kepala desa yang dianggap mengetahui kondisi

umum di wilayah tersebut. Pak Lurah, Perangkat Desa, tokoh

masyarakat, PPL pertanian, ketua RT.

d. Sampling

Pada penelitian kualitatif, besarnya sampel tidak ditentukan

berdasarkan ketentuan mutlak, tetapi sampel ditentukan berdasarkan

kebutuhan lapangan. Jumplah sampel tidak harus mewakili populasi, tetapi

penentuan sampel bersifat selektif dimana peneliti menggunakan

pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan, keingginan

pribadi dan sebagainya.

Penelitian ini menggunakan sampel yang bersifat “purposive

sampling” yaitu pengambilan sampel yang sesuai dengan maksud dan

Page 45: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

tujuan peneliti. Responden yang diambil dianggap tahu dan dapat

dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui

permasalahan secara mendalam. Namun walaupun demikian responden

yang dipilih dapat menunjukan responden yang lebih tahu, maka pilihan

responden dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan

peneliti dalam memperoleh data (H.B. Sutopo. 2002 : 22).

Jadi teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah

peneliti memulai dari mengidentifikasi tokoh kunci (key person) dari

warga petani desa lobang, kemudian dari tokoh kunci tersebut peneliti

meminta informasi pihak lain untuk dijadikan sampel berikutnya. Hal ini

dilakukan terus-menerus sampai variasi data yang diperoleh maksimum

atau dikenal dengan maximum variation sampling.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka sampel dapat

diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Perempuan petani yang bersuamikan pekerja pabrik.

b. Perempuan petani yang bersuamikan seorang PNS.

c. Perempuan petani yang bersuamikan kuli bangunan.

d. Perempuan petani yang bersuamikan seorang petani.

e. Perempuan petani yang sudah tidak memiliki suami (janda)

e. Teknik pengumpulan data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber

data yang dimanfaatkan ,maka teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara mendalam

Page 46: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Wawancara merupakan salah satu sumber informasi yang sangat

penting di dalam penelitian studi kasus. Wawancara adalah bentuk

komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin

memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Deddy

mulyana,2002). Selanjutnya menurut Yin (1987), didalam wawancara

mendalam (tipe open-ended) peneliti dapat bertanya kepada responden

kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa disamping mengenai opini

mereka mengenai peristiwa yang ada.

Wawancara mendalam (wawancara tidak terstruktur) mirip

dengan percakapan informal sehingga bersifat luwes, susunan

pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat

diubah saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

saat wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya (Deddy

Mulyana,2002). Dengan demikian maka wawancara dilakukan dalam

suasana santai. Untuk menciptakan suasana santai dan akrab

diperlukan hal-hal yang berhubungan dengan topik penelitian, agar

suasana santai tetap terpelihara.

Wawancara mempunyai tujuan tertentu yang disadari oleh kedua

belah pihak. Walaupun pada mulanya informan belum mempunyai

gambaran yang jelas tentang informasi yang diharapkan. Tujuan

wawancara perlu dijelaskan lebih dahulu, sehingga wawancara yang

semula bersifat lambat laun beralih menjadi formal tanpa merubah

Page 47: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

suasana keakraban. Dengan demikian akan diketahui lebih banyak

tentang hal-hal sebagai berikut : (a) Pengalaman dan perbuatan

responden. (b) Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau pikiran

tentang sesuatu. (c) perasaan, respon emosional. (d) Pengetahuan

tentang sesuatu. (e) penginderaan yang diuraikan secara deskripsi dan

(f) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal,

keluarga (Nasution, 1998).

2. Observasi Partisipasi

Observasi dilakuakan selama melangsungkan kunjungan-

kunjungan lapangan termasuk kesempatan-kesempatan selama

pengumpulan bukti yang lain seperti wawancara. Observasi

bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan tentang

pemahaman suatu konteks dan fenomena yang akan diteliti (Yin,1987).

Pengamatan berperan serta tidaklah bersifat linear atau mekanis namun

menuntut peneliti untuk menerapkan berbagai keaslian, melakukan

penilaian, peka terhadap lingkungan yang diteliti dan mampu

mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi serta punya imajinasi kuat

untuk merumuskan hasil penelitian (Deddy mulyana,2002).

3. Mencatat Dokumen

Tipe informasi ini menggunakan berbagai bentuk dan menjadi

obyek rencana-rencana pengumpulan data yang eksplisit, misalnya

artikel-artikel yang sering muncul di media masa, penggunaan

dokumen ini yang paling penting adalah untuk mendukung dan

Page 48: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

menambah bukti dari sumber-sumber lain (Yin,1987). Namun

demikian meskipun dokumen ini sumber primer penelitian akan tetapi

data yang bersumber dari dokumen ini harus dilengkapi dengan

wawancara dengan pihak-pihak yang terkait (Deddy Mulyana,2002).

4. Observasi

Penulis mengadakan pengamatan secara langsung tentang segala

peristiwa yang terjadi di daerah penelitian. Dalam hal ini penulis

menempuh observasi non partisipasi yaitu penulis hanya sebatas

sebagai pengamat saja tanpa ikut melakukan kegiatan seperti yang

dilakukan informan.

f. Analisis data

Dalam penelitian ini proses analisis datanya menggunakan model

analisis interaktif (interactive model analysis). Ada tiga komponen pokok

yang terdapat dalam model analisis interaktif, yaitu:

1. Data Reduction (reduksi data)

Merupakan sajian dari analisis, yang mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting

dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat

dilakukan.

2. Data Display (sajian data)

Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan

kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data,

peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk

Page 49: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain yang

berdasarkan pengertian tersebut.

3. Conclution Drawing (kesimpulan)

Merupakan kesimpulan yang ditarik dari semua hal yang ada dalam

reduksi data dan sajian data. Pada dasarnya makna data harus diuji

validitasnya supaya kesimpulan yang diambil lebih kokoh dan sahih.

Proses analisis penelitian ini dilakukan dengan cara mereduksi data

yang terkumpul. Setelah data direduksi, kemudian melakukan

penyajian data yang dirakit dalam suatu organisasi data. Selanjutnya

data tersaji itu dianalisis untuk memperoleh jawaban atau kesimpulan

penelitian. Untuk memperjelas uraian di atas perlu disimak skema

analisis interaktif menurut pendapat (H.B.Sutopo), yaitu sebagai

berikut :

Skema. Model Analisis Interaktif

Sumber: (H. B. Sutopo , 2002 : 96)

g. Validitas data

Dalam menjamin validitas data yang diperoleh dalam penelitian

ini,maka untuk menjamin validitas data akan dilakukan dengan cara yang

Pengumpulan Data

Data Reduction Data Display

Conclusion Drawing/verifikasi

Page 50: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

disebut “trianggulasi sumber”. Pengumpulan datanya dilakukan dengan

cara menggunakan berbagai sumber yang berbeda dan tersedia. Oleh

karena itu data yang satu akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber

yang berbeda. Dengan mengunakan teknik trianggulasi data, maka hasil

penelitian ini, peneliti mengunakan berbagai sumber data yang berlainan

dengan tujuan untuk pengumpulan data yang sama. Adapun caranya

adalah :

1. Membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi

suatu dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Membandingkan keadaan dan perspektif

seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti

penduduk biasa, orang-orang yang berpendidikan menengah atau

tinggi, orang berada, pemerintah. (Moleong, 1995 : 197)

Page 51: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Singkat Mengenai Kabupaten Karanganyar

Kabupaten Karanganyar merupakan wilayah propinsi Jawa Tengah

yang terletak Topografi, daerah Kabupaten Karanganyar bergelombang,

berbukit dan dan datar yang terletak pada ketinggian rata-rata 511 meter diatas

permukaan air laut.

Kabupaten Karanganyar memiliki iklim tropis dengan musim hujan

dan kemarau antara bulan Nopember-April dan Mei-Oktober. Temperatur

pada musim penghujan 22-25˚C dan pada musim kemarau sekitar 26-30˚C

dengan curah hujan tidak merata pada setiap bulanya sepanjang tahun.

Jumplah penduduk Karanganyar pada tahun 2007 tercatat sebanyak

851.366 jiwa dengan perincian jumlah penduduk laki-laki 421.717 jiwa dan

perempuan 429.649 jiwa. Sedangkan luas wilayah Kabupaten Karanganyar

adalah 77.378.6374 Ha, terbagi dalam 17 Kecamatan, 162 Desa, 15

Kelurahan, 1.091 Dusun, 2.313 Dukuh.

(BPS Kabupaten Karanganyar 2008)

Dalam upaya pengembangan daerah. Kabupaten Karanganyar

memiliki slogan KARANGANYAR TENTRAM dan INTAN PARI.

KARANGANYAR TENTRAM merupakan Akronim dari tenang, teduh, rapi

serta aman dan makmur, sedangkan INTAN PARI merupakan singkatan dari

Page 52: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Industri Pertanian dan Pariwisata. Kabupaten Karanganyar mengembangkan

ketiga sektor ini sebagai upaya pembangunan daerah.

Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 Kecamatan, yaitu diantaranya

Kecamatan Karanganyar. Sedangkan di Kecamatan Karanganyar juga terdiri

dari 12 Kelurahan yang ada, diantaanya Kelurahan Gedong. Dan desa Lobang

merupakan desa yang berada dalam wilayah Kelurahan Gedong tersebut.

Adapun struktur Kelembagaan yang ada di Kelurahan Gedong dapat kita lihat

dalam bagan berikut ini :

LURAH

SEKLU I

SEKLU II KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

KASI PEMAN KASI TRANTIB KASI BANG KASI KESOS

STAF

STAF

STAF

STAF

STAF

STAF

STAF

STAF

Sumber : Monografi Desa Lobang 2009

Page 53: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Dari bagan diatas kita dapat melihat bahwa di desa ini dipimpin oleh

seorang Kepala Desa yang dibantu oleh dua orang Sekretaris Desa, satu orang

Kasi PEMAN yang dibantu dua orang staf, satu orang Kasi TRANTIB yang

dibantu dua orang staf, satu orang Kasi BANGUNAN yang dibantu dua orang

staf dan satu orang Kasi KESOS yang dibantu dua orang staf.

B. Desa Lobang

Desa Lobang memiliki orbitasi sebagai berikut : jarak antara pusat

pemerintahan Kecamatan kurang lebih 6 km. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten

kurang lebih 8 km. Jarak dari Ibu Kota Propinsi Daerah Tingkat I kurang lebih

120 km.

Desa ini mempunyai wilayah dengan luas 573.7135 Ha. Dari luas

wilayah tersebut terdiri dari 11 RW dan 36 RT. Sedangkan batas wilayah desa

Lobang secara administratif adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Desa Kaliboto dan Pojok

2. Sebelah Selatan : Kelurahan Bejen dan Desa Gaum

3. Sebelah Barat : Desa Kalijirak dan Desa Gaum

4. Sebelah Timur : Desa Sewurejo dan Kelurahan Delingan

Desa Lobang berada di ketinggian kurang lebih 200 m dari permukaan

laut. Sedangkan penggunaan tanah di desa Lobang terdistribusi sebagai

berikut :

a. Tanah kas Desa : 28.4416 ha

Page 54: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

b. Tanah Berserifikat : 510.0000 ha

c. Tanah belum Bersertifikat: : 63.7135 ha

Desa Lobang merupakan desa yang letaknya tidak terlalu terpencil,

bahkan jalan raya yang ada menghubungkan kota Karanganyar dengan kota

Sragen. Apabila dari desa Lobang menuju kota solo ditempuh dengan

kendaraan bermotor kurang lebih memakan waktu 30 menit.

Di desa Lobang, pada umumnya mempunyai corak kegiatan

perekonomian yang agraris, dan juga mata pencaharian penduduk sudah

bergeser kesektor jasa dan perdagangan, namun demikian, pada kenyataanya

perekonomian di desa Lobang masih tetap dominan pada sektor pertanian.

Banyaknya penduduk desa Lobang yang bekerja di sektor pertanian

merupakan salah satu ciri dari sistem perekonomian desa yang mengalami

perkembangan. Suatu perekonomian yang mengalami perkembangan pada

umumnya mempunyai struktur produksi yang terdiri dari tenaga kerja dan

bahan makanan. Sebagian besar penduduk desa Lobang bekerja sebagai para

petani, sedangkan yang bekerja di instansi pemerintah hanya sedikit, ada juga

yang bekerja di pabrik-pabrik itu pun pada umumnya hanya para remaja yang

masih berumur muda.

Desa Lobang bisa dikatakan sebagai desa pertanian karena didesa ini

sebagian besar wilayahnya merupakan lahan persawahan, jadi sebagian besar

penduduk desa Lobang sebagian besar bekerja di bidang pertanian.

Masyarakat desa lobang biasa bercocok tanam tiga bulan satu kali yaitu antara

bulan Oktober-Desember, Februari-April dan jika air Dam/waduk mencukupi

Page 55: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

masyarakat bisa bercocok tanam antara bulan Juni-Agustus. Perincian bulan

dan hasil panen dalam kurun waktu satu tahun dapat kita lihat pada grafik

dibawah ini :

Sumber : kelompok Darma Tirta Kelurahan Gedong.

Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa hasil pertanian yang paling

tinggi dihasilkan antara bulan februari-april yaitu 250 ton, dan antara bulan

bulan oktober-desember yaitu 210 ton, pendapatan panen agak menurun

karena pada bulan ini biasa tanaman padi para petani banyak yang rusak

karena gejala alam pada musim penghujan, misalnya tanaman rubuh karena

terkena angin bandang, terendam air luapan sungai yang banjir, dan kelebihan

air juga tidak baik bagi tanaman. Sedangkan hasil paling sedikit dihasilkan

antara bulan juni-agustus yaitu 150 ton, pada kisaran bulan ini para petani

hanya sedikit yang berani bercocok tanam karena pada bulan ini mereka hanya

bertumpu pada sisa air dam untuk mengairi lahan pertanian mereka, karena

Page 56: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

pada bulan-bulan ini merupakan penghujung musim kemarau jadi para petani

kesulitan mendapatkan air untuk mengairi lahan pertanian mereka.

C. Tentang Perempuan Desa Lobang

Sejak dahulu para perempuan dalam desa lobang ini tidak bisa

terpisahkan dari proses kegiatan pertanian. Para perempuan biasa mengerjakan

mulai dari penanaman hingga musim panen tiba, seperti pembibitan,

penanaman, pemupukan, penyiangan, hingga pemanenan. Akan tetapi dengan

berkembangnya alat-alat pertanian yang sekarang ini ada keadaan perempuan

sebagai tenaga kerja pertanian kini mulai digeserkan atau digantikan oleh alat-

alat pertanian tersebut.

Sehingga pada saat ini yang masih bertahan bekerja sebagai buruh tani

hanyalah perempuan-perempuan yang usianya sudah jauh melebihi usia

produktif atau bisa dikatakan hanya perempuan tua yang masih bertahan, akan

tetapi para perempuan yang masih termasuk kelompok usia produktif atau

remaja, mereka lebih memilih bekerja dipabrik-pabrik yang letaknya tidak

jauh dari desa atau bahkan mereka lebih cenderung memilih bekerja sebagai

TKW keluar negri.

D. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk desa lobang menurut data monografi tercatat 6452

jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1578 yang terdiri dari :

- Penduduk laki-laki berjumlah : 2.424 jiwa

Page 57: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

- Penuduk perempuan berjumlah : 2.439 jiwa

Secara lengkap mengenai distribusi penduduk dapat dilihat pada tabel-

tabel berikut ini :

1. Distribusi Penduduk Menurut Umur

Distribusi penduduk menurut umur di desa lobang dapat dilihat

dalam tabel berikut ini :

Tabel 1

Distribusi Penduduk Menurut Umur

No Komposisi penduduk

menurut umur

Laki –

laki

% Perempu

an

%

1. 10 – 14 254 10,47 260 10,66

2. 15 – 19 262 10,80 264 10,82

3. 20 – 24 359 14,81 258 10,57

4. 25 – 29 232 9,57 245 10,04

5. 30 – 34 237 9,77 261 10,70

6. 35 – 39 236 9,73 252 10,33

7. 40 – 44 234 9,65 260 10,66

8. 45 – 49 218 8,99 230 9,43

9. 50 – 54 197 8,12 205 8,40

10. 55 – 59 195 8,04 200 8,20

Jumlah 2.424 100,00 2.439 100,00

Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.

Page 58: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Dari sumber distribusi penduduk menurut umur dapat dilihat

bahwa jumlah penduduk yang terbesar ada pada kelompok umur laki-laki

adalah 20 – 24 yaitu 359 jiwa atau 14,81% dan untuk perempuan yaitu

pada kelompok umur 15 – 19 yaitu 264 jiwa atau 10,82%. Dari data

tersebut dapat kita lihat bahwa usia penduduk yang terbesar adalah

kelompok umur penduduk yang masih produktif.

2. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan

Distribusi penduduk menurut pendidikan di desa Lobang dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2

Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan

No Jenis Pendidikan ( F ) %

1 Lulusan pendidikan umum 2488 93,67

2 Lulusan pendidikan khusus 168 6,32

Jumlah 2656 100,00

Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa jenis pendidikan umum

merupakan jenis pendidikan yang paling banyak yaitu sejumlah 2488

atau 93,67 persen dibanding dengan pendidikan khusus yaitu sejumlah

168 atau 6,32 persen.

3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Distribusi penduduk menurut mata pencaharian di desa ini dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :

Page 59: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Tabel 3

Distrubusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Jenis Mata Pencaharian ( F ) %

1 PNS 48 1,98

2 TNI/POLRI 3 0,12

3 Swasta 371 15,38

4 Wiraswasta 176 7,29

5 Tani 500 20,71

6 Pertukangan 250 10,35

7 Buruh tani 1.016 42,08

8 Pensiunan 33 1,36

9 Angkutan 15 0,62

10 Jasa 2 0,08

Jumlah 2414 100,00

Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa proporsi pekerjaan

terbanyak dari penduduk desa ini adalah pekerjaan dengan mata

pencaharian buruh tani yaitu 1.016 jiwa atau 42,08 persen dari

keseluruhan penduduk yang memiliki mata pencaharian. Sedangkan

mata pencaharian petani menempati peringkat kedua terbanyak, yaitu

dengan 500 jiwa atau 20,71 persen dari jumlah penduduk yang

memiliki mata pencaharian. Sedangkan untuk perbandingan dari data

Monografi desa Lobang, 2005 tercatat penduduk yang bekerja sebagai

Page 60: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

buruh tani sebesar 1.238 jiwa, dan yang bermata pencaharian petani

sebesar 583 jiwa. Dari data ini berarti kita dapat menyimpulkan bahwa

terjadi penurunan dari segi mata pencaharian buruh tani dan petani.

E. Keadaan Sarana Dan Prasarana

Berikut ini akan dijelaskan mengenai berbagai macam sarana dan

prasarana yang ada di desa Lobang, dimana dengan mengetahui sarana dan

prasarananya kita dapat mengambarkan perkembangan dan kemajuan desa.

Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang ada di desa Lobang dapat ditunjukan

dalam tabel berikut ini :

Tabel 4

Sarana Pendidikan

No Jenis Sarana Jumlah

1 Kelompok bermain 1 buah

2 Gedung TK 5 buah

3 Gedung SD 3 buah

4 Gedung SLTP -

5 Gedung SMU -

Jumlah 9 buah

Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.

Dari data diatas dapat kita lihat bahwa sarana pendidikan SLTP

dan SMU masih belum ada sehingga menyebabkan penduduk usia

sekolah harus keluar desa untuk menuntut ilmu. Sebagian besar dari

mereka biasanya memilih bersekolah didaerah yang lebih dekat dari desa

Page 61: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

mereka tinggal, yaitu desa Bejen dan karanganyar (sebelah selatan desa

Lobang), yang harus ditempuh dengan kendaraan (bagi mereka yang

memiliki sepeda motor) atau dengan bus umum.

2. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang tersedia di desa Lobang dapat diketahui

darifasilitas dan tenaga medis yang ada di desa ini, tabelnya dapat dilihat

sebagai berikut :

Tabel 5

Fasiltas Kesehatan

No Fasilitas kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit -

2 Pukesmas 1 buah

3 Posyandu 6 buah

4 Apotek 1 buah

Jumlah 8 buah

Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.

Dari tabel tersebut menunjukan bahwa kondisi sarana kesehatan

yang cukup memadai dan cukup baik untuk melayani kebutuhan

penduduk desa Lobang dalam bidang kesehatan.

3. Sarana Olah Raga, Sosial dan Budaya

a. Sarana Olah Raga

Untuk sarana olah raga yang ada di desa Lobang dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Page 62: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 6

Sarana Olah Raga

No Sarana olah raga Jumlah

1 Lapangan sepak bola 1 buah

2 Lapangan volley 5 buah

3 Lapangan bulu tangkis 1 buah

Jumlah 7 buah

b. Sarana Kesenian dan Budaya

Untuk sarana kesenian dan budaya yang ada di desa

ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 7

Sarana Kesenian dan Budaya

No Sarana Kesenian dan Budaya Jumlah

1 Sasana Krida 5 buah

2 Gelanggang Remaja 5 buah

3 Gedung Kesenian 1 buah

Jumlah 11 buah

c. Sarana Sosial

Untuk sarana Sosial yang ada di desa ini dapat di lihat

pada tabel berikut ini :

Page 63: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Tabel 8

Sarana Sosial

No Sarana Sosial Jumlah

1 Panti Asuhan -

2 Panti Jompo -

3 Panti Tuna Netra -

Jumlah 0

Sumber Tabel No 6, 7 dan 8 : Monografi desa Lobang, 2009.

Untuk sarana olah raga, kesenian dan budaya di desa

Lobang sudah dapat dibilang cukup memadai. Akan tetapi

untuk sarana sosial di desa ini masih sangat kurang karena

belum ada satu pun sarana sosial yang ada di desa ini.

4. Sarana Keagamaan

Sarana keagamaan yang ada di desa Lobang dapat dilihat pada

tabel yang tertera dibawah ini :

Tabel 9

Sarana Keagamaan

No Sarana Keagamaan Jumlah

1 Masjid 17 buah

2 Mushola 2 buah

3 Gereja 1 buah

4 Vihara -

5 Pura -

Jumlah 20 buah

Sumber : Monografi desa Lobang, 2009

Page 64: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa sarana keagamaan yang

ada di desa lobang suduh cukup memadai dengan jumlah bangunan

sarana keagamaan yang ada di desa ini.

5. Sarana Perhubungan

Prasarana perhubungan yang ada di desa Lobang dapat kita

lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 10

Sarana Perhubungan

No Sarana Perhubungan Jumlah 1 Jalan Dusun / Lingkungan 5 km

2 Jalan Desa 5 km

3 Jalan Kabupaten 6 km

4 Jalan Propinsi 120 km

5 Jembatan 4 buah

Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.

Dari tabel diatas terlihat bahwa prasarana perhubungan di desa

ini sudah memadai dan hingga saat ini dalam keadaan baik. Dengan

demikian penduduk desa Lobang tidak akan mengalami kesulitan

dalam mendistribusikan hasil pertanian mereka.

6. Sarana Pemerintahan

Sarana pemerintahan yang ada di desa Lobang adalah sebagai

berikut ini :

- 1 buah Kantor Desa

Page 65: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

- 1 buah Balai Desa

- 17 orang perangkat, yang terdiri dari : Kepala Desa, Sekertaris

Desa, Kepala Urusan ( 3 ), Kepala Seksi ( 4 ), Bayan atau

Kepala Dusun ( 5 ), Pembantu kaur ( 3 ).

7. Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi yang ada di desa ini dapat kita lihat pada

tabel yang tertera di bawah ini :

Tabel 11

Sarana Komunikasi

No Sarana Komunikasi Jumlah

1 Pemancar Radio 1 buah

2 Pemancar Telpon Seluler 1 buah

3 Wartel 4 buah

4 Warnet 2 buah

Jumlah 8 buah

Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.

Dilihat dari tabel diatas menunjukan bahwa sarana komunikasi

di desa ini sudah cukup memadai, sehingga arus informasi dapat

masuk kedalam desa. Sehingga masyarakat desa Lobang bias

memperoleh informasi mengenai perkembangan di bidang pertanian.

Page 66: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

8. Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang ada di desa Lobang dapat dilihat

dalam tabel berikut ini :

Tabel 12

Sarana Transportasi

No Sarana Transportasi Jumlah

1 Sepeda 430

2 Sepeda motor 601

3 Mobil Pribadi 19

4 Truk 9

5 Angkudes 1

6 Becak 4

7 Kendaraan beroda tiga 1

8 Ojek 4

Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.

Dari tabel diatas terlihat bahwa sarana transportasi

masyarakat desa sudah cukup memadai, sehingga arus trasportasi

baik intern maupun ekstern desa tersebut dapat berjalan dengan

lancar. Dan dengan adanya kendaraan truk yang cukup banyak

sehingga masyarakat petani tidak kerepotan dalam mengangkut

hasil pertanian mereka dari sawah mereka kerumah masing-

masing.

Page 67: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

9. Sarana Perdagangan

Sarana perdagangan yang ada di desa Lobang dapat kita lihat

pada tabel yang ada di bawah ini :

Tabel 13

Sarana Perdagangan

No Sarana Perdagangan Jumlah

1 Toko 8 buah

2 Warung 50 buah

3 Kaki Lima 6 buah

4 Swalayan/Super Market 1 buah

Jumlah 65 buah

Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.

Dari data diatas terlihat bahwa sarana perdagangan di desa

Lobang sudah cukup memadai, sehingga masyarakat dapat memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari dengan baik. Para petani biasanya juga

membeli keperluan yang berkaitan dengan kegiatan pertanian di took-

toko yang telah menyediakanya, karena disamping menjual Sembilan

bahan pokok biasanya mereka juga menjual bibit unggul, pupuk dan

pestisida untuk tanaman.

10. Sarana Perkoperasian

Sarana perkoperasian yang ada di desa ini dapat kita lihat pada

tabel berikut ini :

Page 68: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel 14

Sarana Perkoperasian

No Sarana Perkoperasian Jumlah

1 Koperasi simpan pinjam 1 buah

2 Lumbung desa 1 buah

3 Badan-badan kredit 2 buah

4 Lain-lain 2 buah

Jumlah 6 buah

Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.

Dari data diatas kita dapat melihat bahwa badan perkoperasian

di desa Lobang sudah baik, karena dengan adanya sarana

perkoperasian ini dapat membantu para petani yang tidak memiliki

modal untuk meminjam pada koperasi ini dengan bunga yang rendah,

sehingga para petani dapat terbantu.

11. Sarana Pertanian dan Irigasi

Untuk sarana dalam bidang pertanian yang ada di desa ini

dapat kita lihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 15

Sarana Pertanian

No Sarana Pertanian Jumlah

1 Traktor 13 buah

2 Flasher / perontok padi 21 buah

3 Pengilingan padi 9 buah

Jumlah 34 buah

Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.

Page 69: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Dari data di atas dapat kita lihat penggunaan alat-alat

pertanian yang sekarang cenderung dipakai para petani adalah alat-

alat yang modern. Sejak tahun 1980-an penduduk desa ini telah

memakai Huller untuk menggiling padi agar bisa menjadi beras.

Sejak saat itulah penggunaan alat penumbuk padi atau lesung mulai

berkurang. Dan kesempatan kerja bagi buruh perempuan penumbuk

padi juga mulai berkurang. Pada saat bersamaan para petani desa ini

juga sudah mulai menggunakan traktor diwilayah desa Lobang,

traktor yang terdapat di desa ini ada sebanyak 13 buah dan dengan

adanya traktor ini mampu menggeser bajak dan cangkul. Pengolahan

tanah dengan traktor dapat lebih menghemat biaya dan waktu

pengerjaan sawah, sehingga sampai saat ini para petani yang

memiliki lahan luas sangat bersyukur dengan memanfaatkanya

semaksimal mungkin.

Sedangkan untuk masalah pengairan di desa ini ada pada

tabel dibawah ini :

Tabel 16

Sarana Irigasi

No Sarana Irigasi Jumlah

1 Waduk / Cek Dam 2 buah

2 Saluran Irigasi 100 meter

3 Pompa air 6 buah

4 Pembagi air 4 buah

5 Kincir air 1 buah

Sumber : Monografi desa Lobang, 2009

Page 70: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Dalam bidang pengairan atau irigasi, penduduk desa ini

biasanya memanfaatkan air waduk untuk mengairi sawah mereka.

Ada satu kelompok petugas yang mengatur pembagian air di desa ini

yang diberi nama DARMA TIRTA, merekalah yang mengatur

pembagian air untuk lahan pertanian warga. Biasanya cara

pemberian imbalan bagi para Darma Tirta ini adalah memeberikan

sebagian hasil panen lahan mereka untuk membayarnya.

Di desa Lobang juga terdapat sebuah kelompok tani yang

bernama SUBUR MAKMUR, yang beranggotakan tiga kelompok

yaitu tedapat di dukuh Lobang, Ngasem dan Kluwih. Melalui

kelompok tani inilah biasanya penyuluhan atau pengenalan obat-

obatan pertanian, benih unggul dan juga pupuk yang diperlukan para

petani. Meskipun ada yang membeli keperluan pertanian di toko-

toko terdekat, namun ada juga petani yang membeli keperluan

pertanian melalui kelompok tersebut.

Page 71: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Profil Informan.

Informan dalam penelitian ini adalah 5 orang dan semuanya bekerja

sebagai buruh tani di desa Lobang, yang membedakan pada semua informan

ini adalah status dan pekerjaan yang disandang oleh suami mereka. 1 orang

perempuan yang bersuamikan pekerja pabrik, 1 orang perempuan yang

bersuamikan seorang PNS, 1 orang perempuan yang bersuamikan kuli

bangunan, 1 orang perempuan yang bersuamikan seorang petani dan 1 orang

lagi seorang janda atau sudah tidak mempunyai suami.

Informan yang pertama adalah Ibu Warsi 50 tahun, beliau

bersuamikan bapak Warso seorang kuli bangunan dan kini beliau mempunyai

dua orang anak yang keduanya sedang mengenyam pendidikan dibangku

sekolah menenggah pertama dan sekolah dasar, ibu Warsi tinggal disebuah

rumah kecil bersama suami dan anak-anaknya. Keseharian ibu Warsi tidak

lepas dari bidang pertanian selain beliau menggarap sebidang sawah miliknya

sendiri beliau juga bekerja sebagai seorang buruh tani, ibu Warsi sudah 23

tahun bekerja sebagai buruh tani, selain bekerja disektor pertanian ibu Warsi

tidak bisa bekerja dibidang lain karena keterbatasan kemampuan yang beliau

miliki karena ibu Warsi hanya mengenyam pendidikan dibangku sekolah

dasar saja.

Informan yang kedua adalah Ibu Margiyati 56 tahun, beliau

bersuamikan bapak Keman yang bekerja sebagai karyawan disebuah pabrik.

Page 72: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Ibu Margiayati mempunyai tiga orang anak yang ketiga-tiganya kini telah

selesai mengenyam pendidikan dibangku SMA dan kini mereka bekerja

sebagai karyawan pabrik seperti ayah mereka. Ibu Margiyati tingal disebuah

rumah bersama suami dan anak-anaknya, keseharian ibu Margiyati selain

sebagai ibu rumah tangga beliau biasa menggarap lahan pertanian berupa

sebidang tanah yang beliau miliki, selain itu ibu Margiyati juga bekerja

sebagai seorang buruh tani. Ibu Margiati kurang lebih sudah 26 tahun bekerja

sebagai buruh tani, selain bekerja dalam bidang tersebut ibu Margiati hanya

bekerja sebagai ibu rumah tangga saja. Dan alasanya sama seperti informan

yang lainya yaitu karena latar belakang pendidikan ibu Margiati yang hanya

mengenyam pendidikan dibangku sekolah dasar saja.

Informan yang ketiga adalah Ibu Giyem 45 tahun, beliau bersuamikan

bapak Sukidi seorang petani. Ibu Giyem hanya memiliki seorang anak laki-

laki yang kini sudah bekerja sebagai kuli bangunan, hal tersebut dikarenakan

karena anak ibu Giyem hanya tamat pendidikan di bangku sekolah dasar saja.

Ibu Giyem tinggal disebuah rumah bersama anak dan suaminya. Keseharian

ibu Giyem dan suaminya hanya berputar dibidang pertanian saja, selain

mengarap lahan pertanian miliknya sendiri ibu Giyem juga bekerja sebagai

buruh tani. Ibu Giyem sudah 19 tahun bekerja sebagai buruh tani, selain

berburuh tani biasanya ibu Giyem membantu suaminya bercocok tanam

dilahan pertanian mereka. Jadi pekerjaan pokok ibu Giyem dan suaminya

bertumpu pada sektor pertanian saja.

Page 73: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Informan yang keempat adalah Ibu Sakimah Nur Wahidah 41 tahun,

beliau bersuamikan bapak Semin seorang Pegawai Negri Sipil (PNS). Ibu

Sakimah memiliki dua orang anak yang kini sedang mengenyam pendidikan

dibangku SMP dan SMA, ibu Sakimah tinggal disebuah rumah bersama ibu,

suami dan anak-anaknya. Keseharian ibu Sakimah selain sebagai ibu rumah

tangga, beliau juga mengarap sebidang tanah yang dimilikinya, selain itu ibu

Sakimah juga bekerja sebagai seorang buruh tani. Ibu Sakimah sudah 12

tahun bekerja sebagai buruh tani, alasan ibu Sakimah memilih pekerjaan ini

hanyalah untuk mencari tambahan pemasukan untuk keluarganya. Selain

bekerja sebagai buruh tani ibu Sakimah hanya bekerja sebagai ibu rumah

tangga saja.

Informan yang kelima adalah Ibu Juminem 60 tahun, beliau sudah

tidak memiliki suami lagi karena suaminya sudah meninggal dunia. Ibu

Juminem memiliki empat orang anak yang semuanya kini telah memiliki

rumah tangga sendiri-sendiri. Dan kini ibu Juminem tinggal bersama anak

bungsunya, keseharian ibu Juminem saat ini hanya membantu anak

bungsunya mengarap lahan pertanian yang mereka miliki, selain itu ibu

Juminem juga bekerja sebagai seorang buruh tani. Ibu Juminem bekerja

sebagai buruh tani sudah sekitar 33 tahun, selain sebagai seorang buruh tani

ibu Juminem biasanya bekerja sebagai tukang urut atau pijat pangilan.

Page 74: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel daftar responden berkut ini :

Tabel 17

Daftar Responden

No Nama Alamat Pekerjaan Suami

1 Warsi Lobang, RT 02/05,

Gedong, Karanganyar

Kuli bangunan

2 Margiati Lobang, RT 02/05,

Gedong, Karanganyar

Pekerja pabrik

3 Giyem Lobang, RT 01/05,

Gedong, Karanganyar

Petani

4 Sakimah Nur

Wahidah

Lobang, RT 01/05,

Gedong, Karanganyar

Pegawai Negri Sipil

(PNS)

5 Juminem Lobang, RT 01/05,

Gedong, Karanganyar

Sudah tidak bersuami

(janda)

Sumber : Penelitian di Desa Lobang

B. Dampak Modernisasi pertanian

Modernisasi pada bidang pertanian sebenarnya bisa sangat membantu

bagi para petani akan tetapi sebaliknya, modernisasi pertanian juga dapat

sangat merugikan bagi para buruh tani. Dalam proses produksi pertanian,

pelaksanaan atau kegiatan pengerjaanya melalui beberapa tahapan. Dan jika

kita lihat maka setiap tahapan merupakan satu kesatuan kerja yang dapat

dibedakan dengan tahapan lainya, meskipun demikian, semua tahapan-

tahapan tersebut merupakan suatu kesatuan proses yang dapat kita lihat secara

utuh. Dalam proses-proses pertanian tersebut meliputi, pengolahan tanah,

pembibitan dan penanaman, penyiangan, pemupukan, panen dan pasca

Page 75: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

panen. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil penelitian yang dilakukan di

Desa Lobang, seperti dibawah ini :

1. Pengolahan Tanah.

Proses pengolahan tanah dalam suatu proses pertanian dapat kita

lihat pada proses awal dalam kegiatan produksi. Pada proses pengolahan

tanah ini biasanya terdiri dari pengolahan lahan untuk penebaran benih

padi dan pengolahan tanah untuk penanaman bibit padi, pada proses

pertama untuk penebaran benih padi biasanya para petani mengerjakanya

dengan menggunakan cangkul, hal tersebut dikarenakan karena untuk

tempat penebaran benih padi tidak memerlukan lahan yang luas biasanya

hanya memakan lahan 7x3 M2 saja jadi mereka bisa mengerjakanya

dengan cangkul sendirian. Akan tetapi jika pengolahan tanah untuk

penanaman bibit padi biasanya dikerjakan menggunakan mesin traktor,

karena biasanya lahan yang dikerjakan cukup luas, untuk proses

penggarapan tanah dengan traktor ini biasanya biaya pengerjaanya

dihitung per patok, luas tanah satu patok biasanya 3000 M2, dan untuk

pengerjaan luas tanah 3000 M2 tersebut biasanya dipungut biaya 150.000

rupiah. Untuk penggerjaan tanah dengan traktor ini biasanya dilakukan

oleh dua orang, satu orang menjadi operator mesin traktor dan yang

satunya lagi mengerjakan finising untuk pematang sawah dengan

mengunakan cangkul.

Pada saat ini para petani sudah tidak mau lagi direpotkan dengan

lambatnya proses pengerjaan lahan pertanian, karena dengan semakin

Page 76: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

cepat mereka menyelesaikanya maka mereka dapat segera mendapatkan

hasilnya. Untuk itu maka para petani cenderung memeilih traktor sebagai

alat pengolahan tanah mereka, seperti diungkapkan oleh Ibu Warsi ( 50

tahun ) berikut ini :

“Ya kalau untuk pengolahan tanah saya merasa bisa cepat kalau pengolahanya mengunakan traktor dibandingkan kalau pakai cangkul atau bajak kerbau seperti dulu, akan tetapi semenjak ada mesin traktor tersebut para pemilik bajak kerbau sekarang sudah tersisihkan dan tidak terpakai lagi”( wawancara 15 agustus 2010).

Pertanyaan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Margiyati ( 56 tahun ) :

“Untuk pengolahan lahan sekarang ini sudah ada traktor, jadi sudah tidak mengunakan kerbau lagi. Dan jika menggunakan traktor tersebut pengerjaanya pun bisa lebih cepat selesai. Akan tetapi semenjak ada traktor tersebut, alat bajak yang dulu biasa mengunakan kerbau sudah tidak dpakai lagi.” (wawancara 15 Agustus 2010).

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ibu Giyem ( 45 tahun ) :

“Untuk masalah pengolahan tanah ya itu tadi, semenjak adanya mesin traktor bisa sangat membantu untuk pengolahan tanah. Tapi sayangnya sekarang alat bajak kerbau sudah tidak dipakai lagi.” (wawancara 15 Agustus 2010)

Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu Sakimar Nur Wahidah ( 41 tahun ) :

“Untuk masalah pengolahan tanah sekarang ini sudah ada mesin seperti traktor jadi kita bisa lebih mudah dalam pengelolaanya. Tapi dampak buruknya dari hal ini alat bajak yang mengunakan kerbau saat ini sudah ditinggalkan oleh para petani.” (wawancara 15 agustus 2010). Dari keterangan diatas menunjukan bahwa dalam hal pengolahan

tanah para petani lebih memilih menggunakan traktor dan cangkul sebagai

alat untuk mengolah lahan pertanian mereka, dan dengan adanaya traktor

tersebut para petani mulai meninggalkan alat bajak yang dulu mereka

gunakan yaitu dengan alat bajak kerbau, karena dengan menggunakan

Page 77: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

traktor mereka dapat menghemat biaya dan waktu pengerjaanya.

sedangkan cangkul merupakan alat yang tidak bisa lepas dari proses ini,

karena alat ini berguna untuk merapikan pematang sawah akan tetapi

biasanya proses perapian ini pun sudah dikerjakan atau diborong oleh

pemilik traktor tersebut, karena proses pengolahan tanah dengan traktor

biasanya merupakan pekerjaan borongan yang dihitung per luas lahan para

petani.

Adapun dampak positif dan negatif dari penggunaan traktor yaitu :

dapat menolong petani, terutama untuk mengejar musim tanam dengan

ketersediaan air yang mulai sedikit, selain itu juga bisa menghemat waktu

kerja dan tenaga manusia, karena hanya memerlukan waktu dua sampai

dua setengah jam saja untuk mengolah tanah dan satu unit traktor hanya

dipegang oleh dua orang saja. Sedangkan dampak negatifnya yaitu

mengurangi tenaga buruh cangkul laki-laki yang biasanya memerlukan

tenaga banyak untuk mengolah lahan pertanian dan hilangnya mata

pencaharian para pemilik bajak kerbau yang kini mulai tergantiakan olah

traktor.

2. Pemilihan Bibit dan Penanaman.

Untuk hal penanaman sebenarnya dilakukan setelah proses

pengolahan tanah selesai, akan tetapi sebelum melakukan penanaman dan

pengolahan tanah berlangsung biasanya terjadi proses penanaman bibit

padi, proses pembiatan bibit padi biasanya dimulai dari perendaman benih

padi didalam air, biasanya proses perendaman benih padi tersebut

Page 78: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

berlangsung sekitar dua hari sampai terlihat kecambah pada biji-biji padi

tersebut, setelah benih padi tersebut terlihat sudah berkecambah semua

kemudian benih tersebut ditaburkan dilahan yang sudah disiapkan

sebelumnya disekitar lahan pertanian. Biasanya pemilihan lahan yang

bagus untuk tempat penaburan benih padi dipilihkan dilahan yang tidak

terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, karena jika lahanya terlalu tinggi

biasanya benih akan kekurangan air, akan tetapi jika lahanya terlalu rendah

biasanya benih akan terendam air dan akan membusuk. Untuk waktu

penanaman bibit ini biasa memakan waktu sekitar 20-25 hari, baru setelah

proses pengolahan tanah selesai para petani memindahkan bibit-bibit

tersebut lahan pertanian mereka dan menanamnya. Untuk pemilihan bibit

para petani lebih memilih membeli bibit ditoko-toko pertanian agar bisa

mendapatkan hasil yang melimpah selain itu dengan memilih bibit padi

yang unggul biasanya juga bisa tahan terhadap serangan hama atau gulma,

seperti yang dikatakan oleh Ibu juminem ( 60 tahun ) :

“Untuk pembibitan dan penanaman sekarang sudah ada bibit ungul yang bisa dibeli ditoko-toko jadi jika menggukan bibit tersebut hasilnya bisa lebih bagus, akan tetapi sayangnya semenjak adanya bibit inggul tersebut bibit-bibit lokal saat ini sudah mulai ditinggalkan oleh para petani, sedangkan untuk masalah penanaman masih mengunakan tenaga buruh tani seperti saya ini.”.(wawancara 15 Agustus 2010).

hal tersebut disampaikan juga oleh ibu Giyem ( 45 tahun ) :

“Untuk masalah pembibitan dan penanaman, sekarang sudah banyak dijual bibit-bibit unggul yang biasa lebih tahan terhadap hama dan bisa menghasilkan mutu padi yang bagus. Tapi senjak ada bibit unggul tersebut bibit lokal sekarang sudah tidak dipakai lagi oleh para petani. Sedangkan untuk penanaman saya rasa masih sama saja seperti yang dulu, karena masih mengunakan tenaga manusia.” (wawancara 15 Agustus 2010).

Page 79: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Ibu Margiyati ( 56 tahun ) juga berpendapat demikian :

“Untuk penanaman dan pembibitan, kalau masalah penanaman saya rasa masih sama seperti yang dulu, karena masih membutuhkan tenaga manusia. Akan tetapi untuk pembibitan sekarang banyak agen-agen pertanian yang menjual bibit unggul yang bisa mendorong hasil pertanian menjadi lebih bagus dan bisa lebih tahan pada serangan hama. Dan semenjak ada bibit-bibit tersebut sayangnya bibit-bibit lokal sudah tidak ada yang memakai lagi.”(wawancara 15 Agustus 2010)

Dari hasil wawancara diatas dapat kita lihat bahwa para petani lebih

memilih mengunakan bibit yang mereka beli dari toko pertanian atau

kelompok-kelompok tani yang ada dibandingkan mengunakan bibit pada

yang sudah ada didesa mereka. Karena dengan menggunakan bibit padi

yang unggul para petani lebih bisa mendapatkan hasil yang melimpah

dibandingkan jika menggunakan bibit padi yang lokal, selain itu dengan

bibit padi yang unggul lebih bisa tahan hama bila dibandingkan dengan

bibit lokal. Sehingga dampak dari hal tersebut bahwa kini bibit-bibit lokal

sudah tidak dipakai lagi oleh para petani.

3. Penyiangan.

Penyiangan adalah kegiatan pembersihan atau pencabutan rumput

dalam yang tumbuh disekitar tanaman padi. Biasanya proses penyiangan

pertama ini dilakukan 15 hari setelah padi ditanam, dan untuk penyiangan

kedua biasanya dilakukan sekitar 45 hari setelah penanaman padi.

Sebenarnya untuk menanggulangi banyaknya rumput liar yang menggangu

tanaman dapat diatasi pada masa pemupukan berlangsung, biasanya pupuk

yang akan ditaburkan pada lahan terlebih dahulu dicampur dengan obat

Page 80: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

pembasmi rumput, jadi rumput yang akan tumbuh akan lebih sedikit dan

akan mempermudah dalam proses penyiangan.

Dalam pengerjaanya dulu para petani hanya mengunakan tenaga

perempuan untuk mencabuti rumput tersebut, akan tetapi sekarang ini para

petani lebih cenderung memilih menggunakan alat sosrok rumput untuk

menyiangi tanaman mereka, karena dengan alat tersebut lebih menghemat

tenaga dan biaya pengerjaanya. hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu

Margiyati ( 56 tahun ) :

“Untuk masalah penyiangan, sekarang ini petani lebih cenderung memilih menggunakan sosrok, karena dengan alat ini bisa menghemat biaya dan tenaga karena proses penyiangan ini bisa dikerjakan sendiri. Tapi senjak ada alat tersebut peluang kerja kami sebagai buruh tani mulai tergeser.”(wawancara 15 Agustus 2010).

Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Sakimah Nur Wahidah ( 41 tahun ) :

“Dalam hal penyiangan sekarang sudah ada alat sosrok jadi kita bisa mengerjakan penyiangan sawah dengan mudah. Tapi semenjak adanya alat tersebut, tenaga buruh tani yang biasanya mengerjakan penyiangan ini sekarang sudah banyak dirugikan.” (wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Juminem ( 60 tahun ) juga membenarkan hal tersebut :

“Kalau untuk masalah penyiangan sudah berbeda, karena sekarang ini para petani cenderung lebih memilih mengunakan sosrok. Dan tenaga buruh tani seperti saya ini sudah mulai tidak dipakai lagi dalam hal penyiangan ini.” (wawancara 15 Agustus 2010). Dari hasil wawancara diatas menunjukan bahwa para petani

sekarang ini lebih cenderung memilih menggunakan alat sosrok untuk

menyiangi sawah atau lahan pertanian mereka, hal tersebut dikarenakan

jika menggunakan alat tersebut mereka dapat mengerjakanya sendiri

Page 81: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

sehingga dapat menghemat biaya dari pada mereka menyewa orang untuk

menyiangi sawah mereka. Jadi dengan adanya alat sosrok tersebut

perempuan buruh tani lah yang sangat merasa dirugikan, karena bisanya

proses penyiangan ini dikerjakan oleh para perempuan buruh tani sebagai

mata pencaharian mereka. Jika lahan mata pencaharian mereka sudah

digeser dengan alat-alat tersebut maka penghasilan para perempuan buruh

tani pun juga akan menurun.

4. Pemupukan.

Pemupukan adalah hal yang paling penting dalam proses pertanian,

karena kesuburan tanaman dan penanggulangan hama atau penyakit dapat

diatasi dengan cara pemupukan tersebut, pada fase pemupukan ini

biasanya dilakukan 2 kali pemupukan pada sekali penanaman. Pemupukan

yang pertama biasanya dilakukan pada tanaman masih berumur 7 hari dan

pupuk yang digunakan para petani biasanya UREA, SP/pupuk dasar dan

jika perlu ditambahkan dengan SATUR-D/obat pembasmi rumput. Dan

untuk pemupukan kedua biasanya dilakukan saat padi berumur sekitar 20

hari, pada pemupukan kedua ini pupuk yang digunakan berbeda dengan

pupuk yang digunakan pada pemupukan pertama, pada pemupukan kedua

biasanya mengunakan pupuk ZA, PHONSKA dan biasanya juga

ditambahkan dengan FORADAN yang berguna untuk menangulangi hama

yang biasa menyerang tanaman. Untuk cara pemupukan biasanya semua

pupuk-pupuk dan obat-obatan tersebut dicampur menjadi satu kemudian

pupuk tersebut ditaburkan secara merata keseluruh lahan.

Page 82: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Dalam hal pemupukan ini juga nampak sekali adanya perubahan

tenologi yang digunakan oleh para petani, yang pada awalnya para petani

hanya menggunakan pupuk kandang atau kompos untuk pemupukan, akan

tetapi sekarang ini petani lebih cenderung memilih pupuk kimia untuk

pemupukan. Hal ini lebih dipilih oleh para petani karena dengan pupuk

kimia bisa lebih menyuburkan tanaman mereka dari pada pupuk kompos,

hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu warsi ( 50 tahun ) seperti

penuturanya berikut ini :

“Untuk masalah pemupukan saat ini sudah banyak pupuk buatan seperti UREA, ZA, SP dan yang lainya yang bisa mempercepat proses pertumbuhan padi sehingga bisa cepat panen mas. Akan tetapi juga ada dampaknya juga dari hal tersebut, dengan banyaknya pupuk-pupuk kimia yang mudah didapat dan harganya pun terjangkau, pupuk-pupuk kompos sekarang ini sudah tidak ada yang mau mengunakanya.” (wawancara 15 Agustus 2010).

Hal tersebut juga dikatakan oleh Ibu Sakimah Nur Wahidah ( 41 tahun ) :

“Untuk pemupukan sekarang sudah banyak pupuk-pupuk kimia dan pestisida yang banyak dijual ditoko-toko pertanian sehingga kita dapat dengan mudah mendapatkanya. Tetapi semenjak adanya pupuk kimia ini pupuk kompos sudah ditingalkan dan tidak dipakai lagi oleh para petani.” (wawancara 15 Agustus 2010).

Hal diatas juga dibenarkan oleh Ibu Giyem ( 45 tahun ) :

“Untuk pemupukan, semenjak adanya kelompok-kelompok tani yang menjual pupuk-pupuk kimia dengan harga yang bersubsidi sangat membantu sekali untuk para petani. Akan tetapi hal tersebut juga mempunyai dampak buruk, semenjak adanya pupuk kimia tersebut pupuk kompos yang dulu dipakai para petani saat ini sudah dilupakan oleh para petani.” (wawancara 15 Agustus 2010). Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat bahwa sekarang ini

para petani lebih memilih mengunakan pupuk-pupuk kimia dan pestisida

Page 83: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

untuk memupuk dan menangulangi hama pada lahan pertanian mereka, hal

tersebut dikarenakan sebab jika memakai pupuk kimia dan pestisida bisa

lebih mempersubur tanaman mereka dan juga dapat ampuh untuk

menanggulangi hama-hama yang sering merusak padi mereka, selain hal

tersebut para petani sekarang ini juga dipermudah untuk mendapatkan

pupuk dan pestisida tersebut dengan berdirinya kelompok-kelompok tani

yang tersebar disetiap wilayah pertanian mereka. Dengan adanya

kelompok tani tersebut selain memudahkan para petani untuk

mendapatkan pupuk para petani juga diuntungkan dengan adanya harga

subsidi dari pemerintah. Akan tetapi sayangnya para petani kini sudah

tidak mau lagi memakai pupuk kompos untuk memupuk sawah mereka.

5. Panen dan Pasca Panen

Pada masa panen ini biasanya dilakukan ketika buah padi sudah

cukup tua dan telah mencapai umur efektif untuk dituai. Buah padi yang

sudah cukup umur untuk dituai atau dipanen biasanya sudah memberikan

tanda-tanda yang cukup jelas. Buah padi yang butirnya sudah mulai

menguning keemasan dan biasanya daunya pun juga sudah mulai menua

bewarna kuning kecoklatan. Perlu diketahui bahwa umur efektif pada

setiap varietas padi sampai buahya cukup tua untuk dipanen tidak sama,

akan tetapi biasanya umur padi yang siap panen berkisar antara 110 – 115

hari, artinya jika umur padi sudah menginjak umur tersebut padi sudah

cukup baik untuk dituai. Untuk masa pemanenan ini biasanya dikerjakan

oleh para buruh tani dan sistem pembayaranya pun berbeda-beda jika

Page 84: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

untuk para buruh tani yang disuruh untuk memanen biasanya

pembayaranya mengunakan uang, akan tetapi jika yang memanen saudara

dari pemilik lahan tersebut biasanya dibayar dengan hasil panen tersebut

yaitu dengan padi, hal ini biasa disebut dengan sistem bawon.

Sedangkan untuk mendapatkan mutu gabah atau beras yang baik,

maka penentuan saat panen harus optimal dan alat pemanenan pun harus

baik. Diantara ialah pada saat perontokan padi, pada fase perontokan padi

ini dulunya mereka mengunakan erek kayuh untuk merontokan padi dari

batangnya, akan tetapi para petani sudah tidak mau lagi direpotkan dengan

mengayuh alat tersebut. Karena sekarang ini para petani lebih cenderung

memilih mesin perontok padi atau biasa disebut dengan flaser. Para petani

memilih mengunakan alat ini karena dapat mempersingkat waktu penen

mereka dan lebih sedikit menggunakan tenaga kerja.

Untuk fase pasca panen atau pengelolaan hasil yaitu keseluruhan

perlakuan atau tindakan terhadap hasil panen, yaitu kepada padi atau

gabah, serta pengaturan dan penggunaan secara bijaksana, sehingga

memberikan hasil yang sebaik-bainya bagi para petani. Pengolahan hasil

dilakukan sesudah padi dirontokan dari batangnya atau sesudah

digabahkan. Dalam fase ini biasanya meliputi proses pengeringan,

penyimpanan, dan pengolahanya menjadi beras. Modernisasi pertanian

pada saat pasca panen dapat kita lihat pada proses pengolahan padi

menjadi beras. Perubahan-perubahan teknologi yang digunakan para

petani pada saat menggiling padi hasil panen mereka. Para petani dusun

Page 85: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

lobang dulunya menggunakan lesung untuk mengupas biji padi dari

kulitnya dengan cara menumbuk padi tersebut didalam sebuah lesung,

akan tetapi pada saat sekarang ini para petani sudah tidak mau lagi

direpotkan dengan hal tersebut, para petani lebih cenderung memilih

menggilingkan padi mereka ketempat penggilingan padi. Terlebih

sekarang ini ada usaha penggilingan padi keliling, para petani lebih

memilih alat tersebut karena para petani dapat menggilingkan padi mereka

tanpa harus membawanya ketempat penggilingan padi, karena mesin

penggiling tersebut yang justru mendatangi mereka. Hal ini seperti yang

disampaikan oleh Ibu Warsi ( 50 tahun ) dibawah ini :

” Kalau untuk panen saat ini sudah ada sabit dan flaser sehingga proses pemanenan bisa lebih cepat selesai, tapi semenjak ada flaser tersebut tinggal sedikit petani yang mau mengunakan erek kayuh untuk merontokan padi mereka. Kalau untuk pasca panen yaitu untuk pengolahan padi menjadi beras saat ini sudah ada alat penggilingan padi, apalagi saat ini alat penggilingan padi sudah dikemas agar bisa menghampiri kerumah-rumah sehingga para petani sudah tidak susah-susah lagi membawa padi mereka ketempat penggilingan padi. Akan tetapi hal itu juga mempunyai dampak yang seknifikan, semenjak para petani memilih mesin pengilinggan padi alat tradisional seperti lesung sudah mulai disisihkan.” (wawancara 15 Agustus 2010).

Hal tersebut juga dikatakan oleh Ibu Margiyati ( 56 tahun ) :

“Kalau untuk panen dan pasca panen, kalau penen sekarang lebih mudah pengerjaanya karena sekarang ini selain menggunakan sabit sekarang sudah ada mesin flaser untuk merontokan padi dari batangnya jadi pengerjaanya bisa lebih cepat, tapi senjak ada flaser tersebut alat perontok padi kayuh atau erek kini mulai tersisihkan. Kalau untuk pasca panen atau proses pengolahan padi menjadi beras, saat ini sudah ada mesin huller untuk menggiling padi mereka, tapi sayangnya sekarang ini sudah tidak banyak petani yang mau mengunakan lesung seperti dulu lagi.” (wawancara 15 Agustus 2010).

Page 86: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Juminem ( 60 tahun ) :

“Kalau untuk panen sekarang ini sudah ada mesin flaser jadi bisa lebih mudah untuk mengerjakanya. Kalau untuk pasca panen sekarang ini sudah ada mesin huller permanen dan keliling jadi proses pengilinggan biasa mudah. Akan tetapi dampak dari hal tersebut alat erek kayuh yang dulu biasa dipakai untuk merontokan padi dan lesung untuk mengupas biji padi menjadi beras sudah tidak dipakai lagi oleh para petani.” (wawancara 15 Agustus 2010). Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat bahwa sekarang ini

para petani sudah mengunakan alat yang biasa disebut flesher untuk

merontokan padi mereka dari batangnya, bahkan alat yang terdahulu yang

suda bisa dikatakan sudah modern yang biasa disebut erek sekarang ini

juga sudah mereka tinggalkan, hal tersebut dikarenakan jika mengunakan

alat erek masih membutuhkan tenaga manusia, akan tetapi jika

mengunakan flesher alat ini sudah mengunakan tenaga mesin untuk

mengunakanya.

Dan untuk masa pasca panen, dari wawancara tersebut kita juga

dapat melihat bahwa sanya para petani juga lebih memilih mengunakan

mesin huller atau biasa disebut sebagai selepan untuk menggiling padi

mereka dari pada mengunakan lesung seperti yang dulu mereka gunakan,

terlebih pada saat ini sudah ada huller keliling yang siap menghampiri

kerumah-rumah warga yang ingin menggilingkan padi mereka, jadi para

petani sudah tidak susah-susah lagi untuk membawa padi mereka datang

ketempat pengilingan padai permanen.

Page 87: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

C. Dampak Modernisasi Pertanian Terhadap Peluang Kerja Perempuan.

Akibat dari adanya modernisasi pertanian, maka dalam penelitian ini

perempuanlah yang sangat merasa dirugikan. Hal ini disebabkan karena

proses-proses pertanian yang dulunya masing mengunakan tenaga kerja para

perempuan saat ini lambat laun sudah mulai digantikan dengan adanya

teknologi-teknologi pertanian yangmulai mendesak keberadaan para

perempuan dalam hal pertanian. Hal ini tentu saja sangat merugikan para

perempuan, karena dari segi pendapatan tentu saja akan sangat menurun. Jadi

pendapatan para perempuan sudah tidak seperti dulu lagi, Seperti yang

dikatakan oleh Ibu sakimah Nur Wahidah ( 41 tahun ) berikut ini :

“Jelas sudah sangat berbeda dengan dulu. Saat ini hampir semua hal dalam pertanian dapat dikerjakan dengan mesin sehingga sekarang tinggal sedikit yang bisa dikerjakan dengan tenaga manusia” (wawancara 15 Agustus 2010).

Hal tersebut juga dikemukakan oleh Ibu Giyem ( 45 tahun ) sebagai berikut :

“Ya sudah berbeda, sudah tidak seperti dulu lagi. Kalau sekarang semua seba dikerjakan dengan mengunakan mesin semua, jadi tinggal sedikit yang bisa dikerjakan oleh buruh tani seperti saya ini”(wawancara 15 Agustus 2010).

Hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Margiati ( 56 tahun ) sebagai berikut :

“Sekarang ini sudah berbeda kalau dibandingkan dulu, untuk sekarang ini semuanya cenderung dikerjakan dengan alat-alat dibandingkan dengan tenaga manusia” (wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Warsi ( 50 tahun ) juga berkata :

“ya sudah tidak seperti dulu lagi…saat ini semuanya sudah dikerjakan menggunakan alat-alat semua, sehingga hanya sedikit yang bisa dikerjakan dengan tenaga manusia” (wawancara 15 Agustus 2010).

Page 88: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Sedangkan Ibu Juminem ( 60 tahun ) berpendapat :

“Sudah jauh berbeda, semenjak banyaknya alat-alat pertanian seperti saat ini sudah jarang yang menggunakan tenaga buruh tani seperti saya ini” (wawancara 15 Agustus 2010).

Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat bahwa semenjak

adanya modernisasi pertanian pendapatan perempuan sudah tidak seperti dulu

lagi, hal ini disebabkan karena saat ini lahan pekerjaan para perempuan buruh

tani sudah mulai digeser oleh adanya alat-alat pertanian yang bisa

meringankan beban para petani dari segi biaya dan waktu pengerjaan lahan

mereka.

Selain hal tersebut para perempuan juga merasa sangat dirugikan oleh

karena adanya alat-alat pertanian tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu

Warsi ( 50 tahun ) seperti berikut ini :

“Ya sudah pasti, semenjak adanya alat-alat pertanian tersebut sekarang ini sudah sedikit yang menggunakan tenaga buruh tani seperti saya ini” (wawancara 15 Agustus 2010).

Hal tersebut juga dikemukakan oleh Ibu Margiatai ( 56 tahun ) sebagai

berikut :

“Ya sudah pasti, karena semenjak ada alat-alat pertanian tersebut peluang kerja saya sebagai buruh tani lama-lama semakin menyempit” (wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Sakimah Nur Wahidah ( 41 tahun ) juga berkata demikian, seperti

berikut ini:

“Iya, karena dengan adanya alat-alat tersebut sudah mengeser peluang kerja saya dalam bidang pertanian ini” (wawancara 15 Agustus 2010).

Page 89: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Ibu Giyem ( 45 tahun ) juga membenarkan hal tersebut, seperti yang

dikatakanya seperti berikut ini :

“Kalau untuk saya iya, lha bagaimana semua proses pertanian semuanya sekarang dikerjakan menggunakan alat semua, jadi tinggal sedikit yang menyuruh saya untuk mengerjakan sawah mereka, jadi saya merasa sangat dirugikan” (wawancara 15 Agustus 2010). Dari hasil wawancara tersebut dapat kita lihat bahwa para perempuan

buruh tani sangat merasa dirugikan oleh karena adanya alat-alat pertanian

yang serba modern saat ini, hal tersebut terjadi karena hampir semua

pekerjaan pada proses pertanian yang biasanya membutuhkan tenaga kerja

para perempuan mulai saat ini sudah banyak yang digantikan oleh alat-alat

tersebut. Sehingga peluang kerja para perempuan buruh tani tersebut lambat

laun akan habis digantikan oleh alat-alat pertanian tersebut.

Dengan munculnya alat-alat pertanian yang semakin mengeser

peluang kerja para perempuan buruh tani ini, banyak pekerjaan yang dulunya

bisa dikerjakan oleh para buruh ini yang kini mulai digantikan oleh alat-alat

pertanian tersebut, diantaranya dalam hal pemupukan, penyiangan,

pemanenan dan pengolahan hasil. Hal tersebut seperti yang dijelaskan sebagai

berikut ini :

1. Pemupukan.

Dalam hal pemupukan ini dulunya para perempuan biasa bekerja

sebagai penebar pupuk kompos untuk meratakanya keseluruh bagian

sawah, sedangkan laki-laki bertugas sebagai pencari dan pengangkut

pupuk kompos tersebut untuk dibawa kesawah, akan tetapi saat ini hal

tersebut sudah jarang ditemui. Karena sekarang ini dengan adanya pupuk

Page 90: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

kimia yang mudah untuk didapatkan proses pemupukan tersebut biasa

dilakukan oleh pemilik sawah itu sendiri, sehingga peluang kerja bagi

para perempuan dalam bidang pemupukan pun saat ini cenderung

menurun. Hal ini seperti yang disampaikan oleh ibu Warsi (50 tahun)

sebagai berikut ini :

Untuk pemupukan dulunya para laki-laki bertugas mencari dan menggangkut kompos kesawah sedangkan para perempuan bertugas untuk menebarkanya kelahan, akan tetapi saat ini semenjak adanya pupuk kimia yang mudah untuk didapat jadi sekarang biasa dikerjakan oleh pemilik sawah itu sendiri.(wawancara 18 November 2010)

Sama halnya dengan ibu Warsi, Ibu Sakimah Nur Wahidah (40 tahun)

berpendapat seperti berikut ini :

Kalau untuk pemupukan para perempuan sekarang sudah jarang digunakan, karena dengan adanya pupuk kimia yang mudah didapat kini pekerjaan tersebut lebih cenderung dikerjakan pemilik lahan itu sendiri .(wawancara 18 November 2010)

Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat bahwa perempuan

merasa sangat dirugikan dalam proses pemupukan ini, semenjak adanya

pupuk-pupuk kimia yang kini mudah untuk didapat, para pemilik lahan

lebih memilih memupuk lahan mereka dengan tenaga sendiri, karena

dengan adanya pupuk kimia tersebut proses pemupukan tidak memakan

waktu yang lama.

2. Penyiangan.

Untuk hal penyiangan dulunya yang selalu mengerjakan pekerjaan

ini adalah para perempuan buruh tani, akan tetapi saat ini semenjak

adanya alat sosrok rumput yang bisa memudahkan pengerjaan proses

Page 91: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

penyiangan, tenaga para perempuan ini juga jarang untuk digunakan,

karena para pemililik lahan lebih memilih mengerjakanya sendiri karena

lebih hemat biaya dari pada mengunakan tenaga para tenaga buruh tani,

sehingga kini para perempuan buruh tani pun merasa sangat dirugikan

karena hal tersebut. Hal ini sependapat dengan yang disampaikan ibu

Juminem (60 tahun) seperti berikut ini :

“Semenjak adanya alat sosrok rumput, sekarang ini sudah jarang yang mengunakan tenaga buru tani seperti saya ini untuk menyiangi sawah”. (wawancara 18 November 2010)

Ibu Giyem (45 tahun) juga berpendapat demikian :

“Iya mas, semenjak adanya sosrok tersebut kegiatan penyiangan kini lebih cenderung dikerjakan para pemilik lahan itu sendirri. Jadi peluang kerja saya pada proses ini kini menurun”. (wawancara 18 November 2010)

Untuk proses penyiangan sama halnya dengan proses pemupukan,

para perempuan juga sangat dirugikan akibat adanya alat sosrok rumput

yang kini banyak dipakai petani. Semenjak adanya alat tersebut kini

tenaga para perempuan sudah jarang dipakai untuk proses ini, hal tersebut

disebabkan karena para petani kini lebih cenderung memilih menyiangi

padi mereka dengan alat tersebut.

3. Pemanenan.

Untuk proses pemanenan ini, dulu para perempuan biasa bekerja

untuk menuai padi dengan alat ani-ani, kemudian para perempuan pun

bertugas untuk menyediakan padi tersebut untuk dirontokan dengan alat

erek yang biasa dioprasikan oleh para laki-laki. Akan tetapi saat ini para

pemilik sawah lebih memilih mengunakan jasa pemilik mesin flaser

Page 92: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

dengan sistem borongan, para pemilik flaser ini biasa mematok biaya

300.000 rupiah untuk luas area 3000M2, dan para pemilik lahan tinggal

mengangkut hasil penennya kerumah masing-masing. Para pemilik lahan

sekarang ini lebih memilih mengunakan flaser dari pada mengunakan

tenaga para buruh tani, sehingga para buruh tani kini semakin dirugikan

dengan adanya alat tersebut. Hal ini seperti yang disampaikan Ibu Warsi

(50 tahun) berikut ini :

“Untuk masalah pemanenan dulu para buruh tani seperti saya biasanya bekerja untuk menuai padi dengan sabit, akan tetapi semenjak adanya alat flaser yang biasa melakaukan pemanenan dengan sistem borong”. (wawancara 18 November 2010)

Ibu Margiyati (56 tahun ) juga berpendapat demikian :

“Dulu para perempuan masih sering disuruh untuk memanen padi, akan tetapi semenjak adanya mesin flaser itu sekarang sudah jarang yang mengunakan tenaga para perempuan”. (wawancara 18 November 2010)

Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat bahwa para

perempuan merasa sangat dirugikan akibat adanya mesin flaser yang kini

mulai mengeser peluang kerja mereka dalam proses pemanenan ini.

Karena dengan adanya sistem borongan para pemilik mesin flaser untuk

pemanenan, kini tenaga para perempuan untuk proses ini sudah tidak

dipakai lagi. Sehinga para perempuan kini kehilangan peluang kerja

mereka dalam proses pemanenan ini.

4. Pengolahan Hasil

Pada proses pengolahan hasil ini, dulu para perempuan

mengunakan alat lesung untuk mengupas padi dari kulitnya. Akan tetapi

Page 93: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

saat ini hal tersebut sudah tidak dilakukan lagi, karena kini para petani

lebih memilih mesin penggiling padi atau mesin huller atau biasa disebut

selepan, apalagi saat ini mesin-mesin penggilingan ini sudah dibuat

praktis dengan mengemasnya seperti kendaraan, jadi para petani tidak

usah susah-susah lagi membawa padi mereka ketempat penggilingan

karena sekarang ini justru alat penggilingan tersebut yang mendatangi

mereka. Dengan demikian maka para perempuan buruh tani kini

dirugikan dengan adanya alat tersebut, karena alat tersebut kini telah

mengeser peluang kerja mereka dibidang pengolahan hasil ini. Hal ini

seperti yang disampaikan oleh Ibu Giyem (45 tahun) seperti berikut ini :

“Untuk sekarang ini sudah tidak ada yang mengunakan lesung lagi, karena para petani lebih memilih mesin penggilingan untuk mengolah padi mereka”. (wawancara 18 November 2010)

Hal tersebut dibenarkan juga oleh Ibu Sakimah (40 tahun) seperti berikut

ini :

“Kalau untuk pengolahan hasil, dulu para petani biasanya mengunakan lesung untuk mengolah padi mereka, akan tetapi semenjak adanya mesin penggilingan padi kini masyarakat lebih memilih mengunakan alat tersebut dibandingkan dengan mengunakan lesung”. (wawancara 18 November 2010)

Dari hasil wawancara tersebut kita dapat melihat kerugian para

perempuan dalam proses pengolahan hasil, dulu biasanya para

perempuan mengunakan lesung untuk menggiling padi mereka, akan

tetapi kini para petani lebih memilih mengunakan mesin huller atau

selepan untuk menggiling padi mereka. Karena jika mengunakan mesin

Page 94: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

huler tersebut hasil penggilingan padi bisa bagus dan waktu pengerjaanya

pun bisa lebih cepat.

Dari keterangan diatas kita dapat melihat banyak sekali dampak

yang diakibatkan dengan adanya modernisasi pertanian tersebut terhadap

peluang kerja para perempuan buruh tani. Seperti dijelaskan pada matrik

berikut ini :

Matrik 1

Dampak Modenisasi Pertanian terhadap Peluang Kerja Perempuan

No Proses Pertanian Dampak terhadap peluang kerja

perempuan

1 Pemupukan Pada tahap ini perempuan merasa dirugikan

karena dulunya ketika para petani masih

mengunakan pupuk kompos para perempuan

buruh tani ini masih digunakan untuk

menaburkan pupuk kelahan pertanian, akan

tetapi semenjak adanya pupuk kimia yang kini

mudah untuk didapatkan, para pemilik lahan

lebih memilih memupuk lahan mereka dengan

tenaga mereka sendiri, sehingga sudah tidak

memakai tenaga para perempuan buruh tani

tersebut.

2 Penyiangan Pada proses penyiangan ini yang dulunya

dikerjakan para perempuan buruh tani, kini

sudah tidak lagi semenjak adanya alat sosrok

rumput, karena dengan adanya alat tersebut

para pemilik lahan bisa lebih hemat waktu dan

biaya pengerjaanya.

3 Pemanenan Pada fase ini para perempuan juga sangat

dirugikan, semenjak adanya mesin flaser yang

Page 95: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

menggunakan system borongan untuk

pemanenan, kini para perempuan sudah jarang

digunakan untuk proses pemanenan ini.

4 Pengolahan Hasil Untuk pengolahan hasil pertanian yang dulu

biasa dikerjakan para perempuan dengan

mengunakan lesung akan tetapi kini sudah

tidak lagi. Karena kini para petani lebih

memilih mengunakan mesin penggiling padi

karena proses pengerjaanya lebih cepat.

Sumber : Penelitian di Desa Lobang

D. Dampak Modernisasi Pertanian terhadap Pendapatan perempuan.

Dampak dari adanya modernisasi pertanian tersebut selain

berpengaruh pada peluang kerja para perempuan dalam bidang pertanian,

tentu saja juga berimbas terhadap pendapatan para perempuan yang sudah

pasti akan menurun. Biasanya para perempuan buruh tani mendapatkan upah

dalam proses pengarapan sawah dihitung perhari yaitu berangkat pada pagi

hari dan pulang pada sore hari. Akibat dari modernisasi pertanian ini tidak

hanya berimbas pada satu proses pengarapan lahan saja, akan tetapi banyak

yang kini sudah berubah. Diantaranya pada proses pemupukan, penyiangan

dan pemanenan. Hal tersebut dapat dijelaskan seperti berikut ini :

1. Pemupukan.

Untuk proses pemupukan ini, dulunya para perempuan masih sering

digunakan untuk mengerjakan proses ini, akan tetapi kini para perempuan

sudah jarang digunakan sehingga pendapatan para perempuan untuk hal

Page 96: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

ini pun cenderung menurun kalau dibandingkan dengan dulu. Seperti

yang dikemukakan oleh ibu juminem (60 tahun) berikut ini :

“Ya kalau dulu biasanya untuk proses pemupukan ini bisa mendapatkan sekitar 30.000 rupiah perharinya, tapi kalau sekarang proses pemupukan ini lebih cenderung dikerjakan oleh pemilik lahan sendiri, jadi pendapatan saya untuk hal pemupukan ini sekarang sudah jauh menurun”. (wawancara 18 November 2010)

Ibu Warsi (60 tahun) juga berpendapat demikian, seperti berikut ini :

“Ya sudah jauh menurun kalau dibandingkan dulu mas, dulu untuk musim pemupukan saya biasa mendapatkan rata-rata 210.000 rupiah, akan tetapi untuk saat ini untuk mendapatkan 60.000 rupiah saja sudah sulit mas”.(wawancara, 18 November 2010)

Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat penurunan pendapatan

para perempuan ketika masih mengunakan pupuk kompos dan setelah

memakai pupuk kimia, untuk dulu ketika masih mengunakan pupuk

kompos para perempuan bisa mendapatkan penghasilan yang lebih, akan

tetapi setelah adanya pupuk kimia ini, kini perempuan hanya

mendapatkan hasil yang sangat minim sekali, hal tersebut disebabkan

karena kini sudah jarang yang memakai tenaga mereka untuk memupuk

lahan para petani.

2. Penyiangan.

Untuk penyiangan ini, pendapatan para perempuan menurun sejak

adanya alat sosrok rumput yang kini sudah mulai mengantikan keberadaan

para perempuan untuk menyiangi lahan. Karena dengan alat ini proses

penyiangan biasa dikerjakan oleh pemilik lahan itu sendiri. Hal ini seperti

yang dikemukakan oleh Ibu Giyem (45 tahun) berikut ini :

Page 97: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

“Dulu untuk proses ini biasanya permusim penyiangan saya bisa mendapatkan sekitar 250.000 rupiah, akan tetapi untuk saat ini bisa mendapatkan 100.000 ribu saja sudah sulit mas”.(Wawancara 18 November 2010)

Ibu Sakimah pun juga berpendapat demikian :

“Dulu ketika belum banyak yang mengunakan alat sosrok itu hasil yang saya dapatkan dari proses penyiangan masih lumayan banyak, akan tetapi untuk saat ini bisa mendapatkan 90.000 dari hasil penyiangan ini sudah bagus”. (Wawancara 18 November 2010)

Untuk proses penyiangan ini, pendapatan para perempuan pun kini

juga sudah sangat menurun, hal tersebut diakibatkan karena kini sudah

jarang yang mengunakan tenaga para perempuan untuk proses

penyiangan ini. Hal ini dikarenakan para petani lebih memilih

mengunakan alat sosrok rumput dan mengerjakan proses penyianagan ini

sendirian.

3. Pemanenan.

Untuk masalah pemanenan ini perempuan juga sangat dirugikan,

karena ketika dulu sebelum adanya mesin flaser, para perempuan masih

biasa digunakan untuk membantu proses pemanenan. Tapi semenjak

adanya flaser ini yang biasa mengunakan sistem borongan untuk proses

pemanenan, sekarang ini para perempuan sudah jarang digunakan. Kalau

pun masih digunakan itu jika proses pemanenan masih mengunakan alat

erek. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh ibu Warsi (50 tahun)sebagai

berikut ini :

“Ya dulu ketika belum ada mesin flaser itu pendapatan saya untuk proses pemanenan ini masih bisa diharapkan, akan tetapi semenjak adanya mesin flaser tersebut kini pendapatan saya sudah jauh

Page 98: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

menurun kalau dibandingkan dulu”. (wawancara 18 November, 2010)

Ibu Margiyati (56 tahun) juga berpendapat demikian :

“Dulu ketika belum ada mesin flaser yang mengunakan sistem borongan untuk proses pemanenan ini, pendapatan saya masih bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tapi untuk sekarang ini sudah jauh menurun mas ketika semua petani sekarang lebih memilih mengunakan alat tersebut”.(wawancara 18 November 2010)

Untuk proses pemanenan sama halnya dengan kedua proses diatas,

kini pendapatan para perempuan dalam proses ini pun sudah jauh

menurun dibandingkan dulu. Karena dengan adanya mesin flaser yang

kini banyak diminati para petani untuk memanen lahan mereka, kini

peluang kerja para perempuan pun sudah jauh menurun dibandingkan

dulu ketika belum ada mesin flaser tersebut.

Dengan adanya perubahan-perubahan teknologi dalam setiap proses

pertanian tersebut ternyata memiliki dampak negatif bagi para

perempuan buruh tani, para perempuan merasa sangat dirugikan oleh

karena adanya perubahan-perubahan tersebut. Seperti yang diutarakan

oleh Ibu Giyem (45 tahun) berikut ini :

“Kalau untuk saya iya, lha bagaimana semua proses pertanian semuanya sekarang dikerjakan menggunakan alat semua, jadi tinggal sedikit yang menyuruh saya untuk mengerjakan sawah mereka, jadi saya merasa sangat dirugikan”.(wawancara 15 Agustus 2010).

Hal tersebut juga di sampaikan oleh Ibu Warsi (50 tahun) seperti berikut ini :

“Ya sudah pasti, semenjak adanya alat-alat pertanian tersebut sekarang ini sudah sedikit yang menggunakan tenaga buruh tani seperti saya ini”.(wawancara 15 Agustus 2010).

Page 99: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Dengan demikian semenjak terjadinya modernisasi dalam bidang

pertanian, ternyata sangat berdampak bagi para perempuan khususnya

dalam hal peluang kerja dan pendapatan para perempuan buruh tani.

Jika pendapatan dari pekerjaan para perempuan buruh tani sudah

tidak mencukupi lagi untuk memenuhi kebutuhan mereka, diantara dari

mereka ada yang mempunyai pekerjaan sampingan untuk menutupi

pendapatan mereka guna memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka,

seperti yang diutarakan oleh Ibu Juminem (60 tahun) sebagai berikut ini:

“Kalau saya selain jadi buruh tani, sejak dulu saya sudah jadi tukang pijit bayi, hasinya juga lumayan untuk sekali pemijitan biasa mendapatkan 10.000 rupiah.”(wawancara 15 Agustus 2010).

Hal tersebut dikatakan pula oleh Ibu Margiyati (56 Tahun) seperti berikut

ini

“Ya kalau saya paling membuat emping dari mlinjo untuk dijual dipasar, biasanya kalau bisa menjual 1kg emping bisa mendapat sekitar 20.000 rupiah.”(wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Warsi ( 50 tahun ) juga berkata seperti berikut ini :

“Mau kerja apa lagi mas, saya saja cuma tamat sekolah dasar saja. Paling kalau sudah tidak ada yang membutuhkan tenaga buruh tani seperti saya ini paling cuma mengembala kambing saja mas”(wawancara 15 Agustus 2010).

Akan tetapi ada juga yang berpendapat bahwa berburuh tani tersebut

hanyalah kegiatan sampingan mereka untuk mendapatkan penghasilan

tambahan, jadi berburuh tani bukan merupakan pekerjaan pokok mereka.

Seperti yang diutarakan oleh Ibu Giyem ( 45 tahun ) yang bersuamikan

seorang petani berkata seperti berikut ini :

“Ya kalau saya biasanya membantu suami saya mengerjakan lahan pertanian milik kami sendiri”(wawancara 15 Agustus 2010).

Page 100: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Ibu Sakimah Nur Wahidah ( 41 tahun ) yang bersuamikan seorang

Pegawai Negri Sipil (PNS), juga berpendapat seperti berikut ini :

“karena pekerjaan ini sebenarnya hanyalah pekerjaan sampingan dan hanya untuk menambah uang belanja saya, mungkin kalau bidang ini sudah tidak menghasilkan lagi saya akan kembali menjadi ibu rumah tangga seperti biasanya”(wawancara 15 Agustus 2010). Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat sebagian dari

perempuan yang bekerja sebagai buruh tani di desa lobang sebagian besar

sudah memiliki pekerjaan sampingan, apabila perkerjaan yang mereka

tekuni sebagai buruh tani sudah tidak bisa mereka kerjakan lagi maka

mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Akan tetapi ada pula

yang berkata bahwa pekerjaan buruh tani tersebutlah yang menjadi

pekerjaan sampinganya karena pekerjaan pokok yang beliau kerjakan

merupakan sebagai ibu rumah tangga, hal tersebut diutarakan oleh Ibu

Sakimah Nur Wahidah seorang perempuan buruh tani yang bersuamikan

seorang Pegawai Negri Sipil (PNS).

E. Dominasi Pengambilan Keputusan Keluarga

Dengan adanya dampak modernisasi pertanian terhadap pendapatan

buruh tani yang jelas akan mengalami penurunan, apakah berpengaruh

terhadap pengambilan keputusan keluarga dalam hal :

1. Pendidikan Anak.

Pendidikan adalah kebutuhan akan ilmu pengetahuan yang sangat

penting bagi seseorang, karena dengan pendidikan seseorang dapat

menentukan masa depan mereka. Untuk pendidikan anak dari para buruh

Page 101: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

tani yang ada didesa lobang ini sebagian besar sangat diperhatikan oleh

para orang tua mereka, akan tetapi pendidikan yang disandang oleh para

anak dari para buruh tani tersebut rata-rata paling tinggi hanya tamat

dibangku SMA saja.

Dalam hal ini merupakan bagaimanakah pengambilan keputusan

dalam keluarga dalam hal pendidikan anak setelah para perempuan buruh

tani ini mengalami penurunan pendapatan. Hal tersebut dapat kita lihat

dibawah ini :

Ibu Warsi, ”Kalau untuk pendidikan anak, saya usahakan setinggi mungkin dan semampu saya. Supaya anak saya nanti tidak seperti saya ini, akan tetapi untuk pengambilan keputusan saya mengikuti suami saya saja mas”(wawancara 15 Agustus 2010)

Ibu Margiyati, “Kalau untuk pendidikan anak saya usahakan semampu saya, supaya kelak anak-anak saya bisa mendapatkan pekerjaan yang baik tidak seperti orang tuanya ini mas cuma jadi buruh tani saja”(wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Giyem, “Kalau untuk pendidikan anak ya saya usahakan sebaik mungkin, supaya anak saya bisa mendapatkan pekerjaan yang baik”( wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Sakimah, “Saya rasa tidak ada pengaruhnya karena yang membiayai pendidikan anak-anak saya adalah suami saya. Ya yang pasti akan saya usahakan sebaik mungkin mas untuk pendidikan anak-anak saya”(wawancara 15 Agustus 2010).

Dari hasil wawancara diatas dapat kita lihat walaupun pendapatan

para perempuan buruh tani tersebut mengalami penurunan akan tetapi

mereka masih mengusahakan sebaik-baiknya untuk pendidikan anak-anak

mereka. Karena pendidikan anaklah yang mereka harapkan untuk

memperbaiki perekonomian mereka secara tidak langsung, karena jika

Page 102: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

anak-anak mereka bisa mengenyam pendidikan yang tinggi kelak mereka

akan mendapatkan pekerjaan yang baik pula.

2. Sandang.

Sandang adalah kebutuhan pokok atau primer bagi manusia.

Kebutuhan sandang merupakan kebutuhan akan pakaian untuk keseharian

seseorang yang harus dipenuhi. Untuk masalah sandang bagi masyarakat

didesa lobang khususnya bagi para keluarga buruh tani, biasanya mereka

hanya membeli pakaian baru jika hari raya telah tiba saja. Masyarakat

tidak begitu mempermasalahkan tentang hal sandang ini, jika pakaian

mereka masih layak untuk dipakai mereka akan terus memakainya sampai

pakaian tersebut sudah benar-benar tidak layak lagi untuk dipakai.

Dalam bidang sandang ini sama halnya seperti hal diatas, yaitu

bagaimana pengambilan keputusan keluarga pasca menurunya pendapatan

para perempuan buruh tani ini seperti berikut ini :

Ibu Warsi, “Untuk masalah sandang ya seadanya saja…paling cuma satu tahun sekali keluarga saya membeli pakaian baru”(wawancara 15 agustus 2010).

Ibu Margiyati, “Kalau untuk masalah sandang, dikeluarga saya Cuma seadanya saja. Paling jika hari raya saja kami membeli pakaian baru”(wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Giyem, “Untuk masalah sandang atau pakaian, saya tidak begitu memikirkanya. Paling jika menjelang hari raya saja kami membeli pakaian baru”(wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Sakimah, “untuk masalah sandang saya rasa juga tidak ada bedanya, karena biasanya hanya satu tahun sekali keluarga sanya membeli pakaian baru yaitu pada saat hari raya saja”(wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Juminem, “Kalau saya biasanya anak-anak saya yang membelikan pakaian untuk saya. Kalau saya sendiri cuma memakai pakaian seadanya saja” (wawancara 15 Agustus 2010).

Page 103: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat bahwa para

perempuan buruh tani tidak begitu memikirkan dalam hal sandang,

mereka hanya memakai pakaian seadanya saja, hanya dihari-hari tertentu

sajalah keluarga mereka membeli pakaian baru seperti dihari raya saja.

Jadi pengambilan keputusan keluarga pasca menurunya para pendapatan

perempuan buruh tani tersebut tidak begitu berpengaruh. Dalam hal

pengambilan keputusan dalam hal sandang ini istrilah yang mendominasi

dalam keluarga.

3. Pangan.

Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, karena

kebutuhan pangan merupakan kebutuhan akan makanan yang setiap hari

dibutuhkan untuk dikonsumsi oleh manusia. Untuk hal pangan bagi

keluarga buruh tani biasanya perempuanlah yang mengambil andil dalam

hal ini, karena untuk masalah dapur perempuanlah yang biasa untuk

mengurusinya. Biasanya jika pendapatan para perempuan buruh tani ini

sedang lebih, sajian makanan bagi keluargapun juga lebih dari pada hari

biasanya, akan tetapi jika pendapatanya menurun sajian makanan bagi

keluargapun juga biasa-biasa saja.

Dalam hal ini bagaimanakah pengambilan keputusan dalam

keluarga dalam pengambilan keputusan pada bidang pangan pasca

menurunya pendapatan para perempuan buruh tani seperti berikut ini :

Ibu Siyem, “Ya seadanya saja mas…tergantung pendapatan saya mas jika sedang ada pendapatan yang lebih ya makanan untuk keluarga lebih baik mas” (wawancara 15 Agustus 2010).

Page 104: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Ibu Margiyati, “Kalau untuk masalah pangan, itu tergantung saya. Kalau pendapatan saya sedang lebih ya bisa makan lebih enak mas” (wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Giyem, “kalau untuk pangan ya jika pendapatan saya berburuh tani masih bisa stabil ya bisa mengusahakan makanan yang enak, karena untuk masalah pangan saya yang mengurusi” (wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Sakimah, “masalah pangan mungkin ada sedikit perbedaan, karena uang untuk saya belanja sebagian saya dapatkan dari berburuh tani tersebut.” (wawancara 15 agustus 2010).

Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat setelah menurunya

pendapatan dari para perempuan buruh tani ini, pengambilan keputusan

keluarga dalam bidang pangan mengalami perubahan dibandingkan

sebelum para perempuan buruh tani ini mengalami penurunan pendapatan.

Saat ini para perempuan buruh tani hanya bisa menerima pangan seadanya

saja, tidak seperti dulu mereka masih bisa merencanakan jatah pangan

mereka. Dalam hal ini istrilah yang mendominasi dalam hal pengambilan

keputusan akan pangan dalam keluarga.

4. Penataan Rumah.

Penataan rumah merupakan kebutuhan sekunder atau sampingan

dalam keluarga, penataan rumah ini merupakan bagaimana seseorang

menata tempat tinggal yang menjadi tempat hunian yang baik untuk

sebuah keluarga. Bagi masyarakat desa lobang terutama bagi keluarga para

buruh, biasanya mereka bersaing untuk membuat rumah mereka tidak

kalah dari rumah tetangga yang lainya. Karena biasanya rumah merupakan

cerminan strata sosial bagi masyarakat. Dengan rumah yang bagus

biasanya mereka bisa dianggap sebagai keluarga yang mampu, sedangkan

Page 105: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

dengan rumah yang biasa, keluarga mereka pun dianggap sebagai keluarga

yang biasa saja.

Dalam hal penataan rumah ini, bagaimana keputusan keluarga

dalam hal penataan rumah setelah para perempuan buruh tani mengalami

penurunan pendapatan pasca adanya modernisasi dalam bidang pertanian.

Ibu margiyati, “Kalau untuk penataan rumah saya tidak ikut campur, karena itu sudah menjadi urusan suami saya”(wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Warsi, “kalau untuk penataan rumah saya tidak ikut campur mas, karena biasanya bapaklah yang menggurusi untuk penataan rumah”(wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Giyem, “Kalau untuk masalah penataan rumah saya menyerahkanya kepada suami saya, karena saya tidak begitu mengerti”(wawancara 15 Agustus 2010).

Ibu Sakimah, “Untuk masalah penataan rumah mungkin ada perbedaanya kalau dibandingkan dahulu, akan tetapi saya sebenarnya tidak ikut campur dalam hal tersebut, biasanya suami saya yang mengurusinya.

Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa para perempuan

sebenarnya mengalami perubahan, akan tetapi dalam hal penataan rumah

ini para perempuan cenderung lebih menyerahkan keputusan ini kepada

para suami mereka. Karena para suami lebih tau menau mengenai

penataan rumah dibandingkan para perempuan.

Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat dominasi dari

pengambilan keputusan dalam hal pendidikan anak, sandang, pangan dan

penataan rumah dari matrik dibawah ini :

Page 106: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Matrik 2

Dominasi pengambilan keputusan

Keluarga

No Penganbilan Keputusan

Dominasi

1

Pendidikan Anak

Untuk masalah pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan anak ini, lebih cenderung didominasi oleh suami atau kepala keluarga. Karena yang membiayai anak untuk bersekolah adalah sang suami tersebut.

2

Sandang

Untuk masalah sandang juga didominasi oleh suami, karena pendapatan istri tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sandang keluarga. Sehingga suamilah yang menentukan dalam hal ini.

3

Pangan

Untuk masalah pangan lebih didominasi oleh istri, karena biasanya hasil dari berburuh tani sang istri hanya bisa untuk mencukupi masalah pangan saja, sedangkan kebutuhan yang lainya ditangani oleh sang suami.

4

Penataan Rumah

Untuk masalah penataan rumah cenderung didominasi oleh suami, karena sang suamilah yang lebih tahu menahu tentang penataan rumah ini.

Sumber : Penelitian di Desa Lobang.

Page 107: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Dampak Modernisasi Pertanian di Desa Lobang.

Dampak modernisasi pertanian dapat diartikan sebagai berikut ini.

Dampak ini dapat diartikan sebagai akibat baik negatif maupun positif yang

ditimbulkan oleh karena adanya suantu proses atau kegiatan tertentu

(disarikan dari kamus besar bahasa indonesia). Sedangkan modernisasi

pertanian dapat diartikan, Modernisasi merupakan suatu proses yang mana

individu berubah dari cara hidup yang tradisional menuju gaya hidup lebih

kompleks dan maju secara teknologi serta cepat berubah dalam bidang

pertanian hal tersebut diutarakan oleh Abraham (1995 : 5). Jadi arti dari

dampak modernisasi pertanian adalah akibat yang ditimbulkan dari adanya

perubahan cara atau gaya hidup yang tradisional menuju gaya hidup yang

lebih maju dalam bidang pertanian terhadap hasil pertanian masyarakat petani

di desa lobang, gedong, karanganyar.

Dampak modernisasi pertanian yang terjadi didesa lobang ini meliputi

perkembangan teknologi dalam bidang pertanian. Perkembangan teknologi

tersebut diantaranya, berubahnya alat pengolahan tanah yang awalnya

menggunakan bajak kerbau akan tetapi kini berubah menggunakan mesin

traktor, selanjutnya perkembangan dalam hal penyiangan, dulu para petani

melakukan proses penyiangan dengan mempekerjakan para perempuan untuk

mencabuti rumput yang tumbuh diarea lahan pertanian, akan tetapi kini para

petani lebih memilih menggunakan alat sosrok rumput untuk mengerjakan

Page 108: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

proses ini. Selain itu proses pemanennan pun juga mengalami perubahan,

dulu para petani menggunakan ani-ani untuk menuai padi dari batangnya

akan tetapi kini para petani lebih memilih menggunakan alat sabit untuk

mengerjakanya. Selain itu untuk proses perontokan dulu para petani

menggunakan erek kayuh untuk merontokan padi mereka, akan tetapi

sekarang para petani lebih memilih mengunakan mesin threser untuk

mengerjakanya. Sedangkan untuk proses pengolahan hasil pun juga

mengalami perubahan, yang dulu para petani mengolah hasil pertanian

mereka dengan menggunakan lesung akan tetapi kini para petani lebih

memilih menggunakan mesin huller untuk mengerjakanya.

Dari perubahan-perubahan teknologi yang digunakan para petani

tersebut secara tidak langsung berdampak pada hilangnya alat-alat pertanian

tradisional yang dulunya sering digunakan oleh para petani. Alat-alat tersebut

mulai ditinggalkan oleh para petani karena kini para petani lebih dimudahkan

dengan adanya teknologi-teknologi pertanian yang kini mulai merebak,

sehingga kearifan-kearifan lokal yang dulu masih digunakan oleh para petani

kini mulai ditinggalkan.

B. Dampak Modernisasi Pertanian terhadap Perempuan di Desa Lobang.

Dari adanya perubahan-parubahan teknologi dalam bidang pertanian

tersebut sebenarnya kaum perempuan buruh tanilah yang sangat dirugikan

dalam hal peluang kerja dan pendapatan para perempuan buruh tani.

Pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya dikerjakan olah para perempuan buruh

Page 109: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

tani tersebut kini lambat laun mulai digantikan oleh alat-alat atau teknologi

pertanian yang kini mulai merebak dikalangan petani. Seperti yang dikatakan

Dibyo Prabowo (1995 : 40) yang menyatakan bahwa penggilingan padi

menggantikan 125 juta Hari Orang Kerja (HOK) yang kebanyakan adalah

wanita, karena operator mesin huller adalah kaum laki-laki. Dari keterangan

yang disampaikan oleh Dibyo Prabowo tersebut kita dapat melihat bahwa kini

peluang kerja para perempuan jelas mulai tergantikan oleh adanya tenologi

pertanian ini yang kebanyakan alat-alat tersebut dioperatori oleh kaum laki-

laki. Akan tetapi tidak hanya mesin penggilingan padi saja yang merenggut

lahan pekerjaan para perempuan, dengan adanya alat-alat seperti traktor,

sosrok, sabit dan threser juga semakin menyempitkan peluang kerja para

perempuan dalam bidang pertanian ini karena sebagian besar alat-alat tersebut

dioperatori oleh kaum laki-laki.

Pergantian teknologi-teknologi pertanian dan pembagian kerja antara

perempuan dan laki-laki yang terjadi sebelum dan sesudah adanya

modernisasi pertanian ini dapat kita lihat pada matrik berikut ini :

Matrik 3

Pembagian kerja

Sebelum modernisasi

No Proses Pertanian Laki-laki Perempuan 1 Pengolahan tanah Dalam proses

pengolahan tanah ini dulu para laki-laki bertugas membajak sawah dengan kerbau dan merapikan pematang sawah.

Dalam proses pengolahan tanah ini para perempuan tidak mengambil andil dalam pengerjaanya.

2 Pemilihan Benih dan Dalam pembenihan ini Dalam proses ini para

Page 110: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Penanaman dulunya laki-laki bertugas untuk mencari jenis padi yang bagus lalu merendam benih tersebut hingga berkecambah dan membuatkan lahan untuk menanam benih tersebut. Sedangkan untuk penanaman biasa dikerjakan oleh para perempuan.

perempuan bertugas untuk menanam benih-benih yang sudah tumbuh dan siap untuk ditanam.

3 Penyiangan Dulu dalam proses penyiangan ini para kaum laki-laki tidak memiliki andil dalam proses pengerjaanya, karena pada proses ini biasa dikerjakan oleh para perempuan.

Dalam proses penyiangan ini para perempuan memiliki andil penuh dalam pengerjaanya, karena proses penyiangan biasa dikerjakan oleh kaum perempuan.

4 Pemupukan Dalam proses pemupukan dulu para laki-laki bertugas sebagai pencari dan pengangkut pupuk kompos kedekat lahan pertanian yang akan dipupuk.

Sedangkan para perempuan bertugas untuk menyebarkan pupuk-pupuk kompos tersebut kesawah.

5 Panen dan Pasca Panen

pada proses pemanenan biasanya laki-laki bertugas sebagai perontok padi dari batangnya dengan memukul-mukulkanya keselembar kayu yang bergerigi. Dan laki-laki juga bertugas untuk mengangkut hasil pemanenan.

Untuk pemanenan biasanya para perempuan bertugas sebagai pemetik padi dengan ani-ani. Sedangkan untuk proses pasca panen para perempuan bertugas untuk menggiling padi dengan menggunakan lesung.

Sumber : Hasil Penelitian di Desa Lobang

Page 111: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Sedangakan untuk pembagian kerja setelah adanya modernisasi antara

laki-laki dan perempuan dapat kita lihat pada matrik berikut ini :

Matrik 4

Pembagian Kerja

Setelah Modernisasi

No Proses Pertanian Laki-laki Perempuan 1 Pengolahan Tanah Pada proses ini biasa

dilakukan oleh para laki-laki dengan membajak sawah dengan menggunakan mesin traktor, dan merapikan pematangya dengan menggunakan cangkul.

Dalam proses ini para perempuan tidak memiliki andil dalam pengerjaanya.

2 Pemilihan Benih dan Penanaman

Dalam proses pembenihan ini, saat ini para laki-laki hanya bertugas untuk membuat lahan untuk penebaran benih saja Sedangkan benih didapatkan oleh para petani dengan membelinya ditoko-toko pertanian.

Untuk proses penanaman sampai sekarang ini masih dikerjakan oleh para perempuan.

3 Penyiangan Pada proses penyiangan ini, sekarang ini biasa dikerjakan oleh kaum laki-laki dengan alat sosok rumput.

Semenjak adanya alat sosok rumput tersebut kini proses penyiangan ini dikerjakan oleh kaum laki-laki.

4 Pemupukan Pada proses pemupukan ini saat ini juga sudah dikerjakan oleh para laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena sekarang ini sudah banyak pupuk kimia yang mudah didapatkan oleh para petani, dan

Pada proses ini pun para perempuan juga sudah tidak memiliki andil dalam pengerjaanya.

Page 112: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

tidak perlu susah untuk mendapatkanya seperti dulu masih menggunakan pupuk kompos.

5 Panan dan Pasca Panen

Pada proses pemanenan juga sekarang biasa dikerjakan oleh kaum laki-laki dengan sistem borongan dan pengerjaanya pun sekarang menggunakan mesin threser. Sedangkan untuk pasca panen juga dikerjakan oleh kaum laki-laki, karena alat penggiling padi sekarang ini sudah menggunakan mesin huller yang biasa dioperatori oleh kaum laki-laki.

Pada proses ini pun para perempuan juga sudah tidak memiliki andil dalam proses pengerjaanya.

Sumber : Hasil Penelitian di Desa Lobang.

Dengan menyepitnya peluang kerja para perempuan tersebut tentunya

berpengaruh terhadap pendapatan yang dihasilkan oleh para perempuan yang

pasti akan menggalami penurunan, hal tersebut disebabkan karena tidak

adanya lagi peluang kerja para perempuan setelah digantikan oleh alat-alat

pertanian yang serba modern tersebut. Dengan penurunan pendapatan yang

dihasilkan oleh para perempuan tersebut tentunya akan berpenggaruh pada

perekonomian keluaga para perempuan tersebut, hal tersebut disebabkan

karena dulunya perekonomian keluarga masih terbantu dengan hasil yang

didapatkan oleh para perempuan dari gaji yang mereka dapatkan saat

mengerjakan lahan pertanian. Akan tetapi kini para perempuan tidak dapat

lagi membantu perekonomian keluarga mereka. Dengan menurunya

Page 113: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

pendapatan para perempuan tersebut juga berpengaruh terhadap dominasi

pengambilan keputusan dalam keluarga yang meliputi pengambilan

keputusan dalam bidang, pendidikan anak, sandang, pangan dan penataan

rumah. Dari kesemua pengambilan keputusan tersebut dominasi pengambilan

keputusan dalam keluarga lebih cenderung didominasi oleh kaum laki-laki

(suami), hal tersebut disebabkan karena penopang perekonomian keluarga

semenjak menurunya pendapatan para perempuan dalam bidang pertanian

lebih banyak dipenuhi oleh kaum laki-laki.

Dengan demikian dampak modernisasi pertanian terhadap para

perempuan buruh tani adalah dengan adanya perkembangan teknologi dalam

bidang pertanian tenaga kerja para perempuan pun sudah mulai digantikan

oleh kaum laki-laki, hal tersebut dikarenakan karena operator mesin-mesin

pertanian saat ini lebih cenderung dikuasai oleh para kaum laki-laki. Sehingga

dengan demikian kini peluang pekerjaan bagi para perempuan buruh tani

semakin menyempit dan pendapatan mereka dalam bidang pertanian juga

semakin sedikit. Akan tetapi tidak hanya berdampak pada peluang kerja dan

pendapatan para perempuan yang dirugikan, dari menurunya pendapatan para

perempuan tersebut juga berdampak pada perekonomian keluarga mereka

seperti, pendidikan anak, sandang, pangan dan penataan rumah dalam rumah

tangga para perempuan buruh tani tersebut.

Page 114: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

BAB V

PENUTUP

Pada bab penutup ini peneliti akan menjelaskan dan menggambarkan

kesimpulan-kesimpulan dari bab-bab sebelumnya, dan kemudian peneliti akan

memberikan saran yang berkaitan dengan penelitian ini.

A. Kesimpulan.

1. Kesimpulan Empiris

Dalam proses modernisasi pertanian ini banyak sekali dampak

yang sangat dirasakan oleh para perempuan buruh tani. Dampak-

dampak tersebut diantaranya terjadi dalam tiap proses pengerjaan

pengarapan sawah, diantaranya seperti pengolahan tanah, pemilihan

benih dan penanamanya, pemupukan, penyiangan, panen dan pasca

panen. Hal tersebut dapat dijelaskan seperti yang disampaikan berikut

ini :

a. Pengolahan Tanah.

Dalam hal pengolahan tanah para petani lebih memilih

menggunakan traktor dan cangkul sebagai alat untuk mengolah

lahan pertanian mereka, dan dengan adanaya traktor tersebut para

petani mulai meninggalkan alat bajak yang dulu mereka gunakan

yaitu dengan alat bajak kerbau, sedangkan cangkul merupakan alat

yang tidak bisa lepas dari proses ini, karena alat ini berguna untuk

merapikan pematang sawah akan tetapi biasanya proses perapian

ini pun sudah dikerjakan atau

Page 115: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

diborong oleh pemilik traktor tersebut, karena proses pengolahan

tanah dengan traktor biasanya merupakan pekerjaan borongan

yang dihitung per luas lahan para petani.

Adapun dampak positif dan negatif dari penggunaan traktor

yaitu : dapat menolong petani, terutama untuk mengejar musim

tanam dengan ketersediaan air yang mulai sedikit, selain itu juga

bisa menghemat waktu kerja dan tenaga manusia, karena hanya

memerlukan waktu dua sampai dua setengah jam saja untuk

mengolah tanah dan satu unit traktor hanya dipegang oleh dua

orang saja. Sedangkan dampak negatifnya yaitu mengurangi

tenaga buruh cangkul laki-laki yang biasanya memerlukan tenaga

banyak untuk mengolah lahan pertanian dan hilangnya mata

pencaharian para pemilik bajak kerbau yang kini mulai

tergantiakan olah traktor.

b. Pemilihan benih dan Penanaman.

Dalam pemilihan benih ini, sekarang petani lebih memilih

mengunakan benih padi ungulan yang kini banyak dijual ditoko-

toko pertanian disekitar lahan pertanian mereka, akan tetapi

semenjak adanya benih padi ungulan ini, para petani kini sudah

mulai engan lagi mengunakan benih lokal yang dulunya selalu

mereka tanam dilahan mereka. Jadi dalam proses pemilihan benih

ini mulai terjadi perubahan pola berfikir para petani yang dulunya

masih memilih mengunakan bibit-bibit lokal akan tetapi kini

Page 116: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

mereka lebih cenderung memilih mengunakan benih ungulan

untuk mereka tanam dilahan mereka. Akan tetapi dari hal tersebut

Nampak dampak yang ditimbulkan dari adanya benih-benih

ungulan tersebut yaitu mulai tergesernya benih-benih lokal yang

telah digantikan oleh benih-benih ungul.

c. Penyiangan.

Dalam hal penyiangan ini menunjukan bahwa para petani

sekarang ini lebih cenderung memilih menggunakan alat sosrok

untuk menyiangi sawah atau lahan pertanian mereka, hal tersebut

dikarenakan jika menggunakan alat tersebut mereka dapat

mengerjakanya sendiri sehingga dapat menghemat biaya dari pada

mereka menyewa orang untuk menyiangi sawah mereka. Jadi

dengan adanya alat sosrok tersebut perempuan buruh tanilah yang

sangat merasa dirugikan, karena bisanya proses penyiangan ini

dikerjakan oleh para perempuan buruh tani sebagai mata

pencaharian mereka. Jika lahan mata pencaharian mereka sudah

digeser dengan alat-alat tersebut maka penghasilan para

perempuan buruh tani pun juga akan menurun.

d. Pemupukan.

Dalam hal pemupukan ini kita dapat melihat bahwa sekarang

ini para petani lebih memilih mengunakan pupuk-pupuk kimia dan

pestisida untuk memupuk dan menangulangi hama pada lahan

pertanian mereka, hal tersebut dikarenakan sebab jika memakai

Page 117: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

pupuk kimia dan pestisida bisa lebih mempersubur tanaman

mereka dan juga dapat ampuh untuk menanggulangi hama-hama

yang sering merusak padi mereka, selain hal tersebut para petani

sekarang ini juga dipermudah untuk mendapatkan pupuk dan

pestisida tersebut dengan berdirinya kelompok-kelompok tani

yang tersebar disetiap wilayah pertanian mereka. Dengan adanya

kelompok tani tersebut selain memudahkan para petani untuk

mendapatkan pupuk para petani juga diuntungkan dengan adanya

harga subsidi dari pemerintah. Akan tetapi sayangnya para petani

kini sudah tidak mau lagi memakai pupuk kompos untuk

memupuk sawah mereka. Dengan para petani kini tidak mau lagi

mengunakan pupuk kompos untuk lahan mereka tentu saja hal

tersebut secara tidak langsung berimbas pada para perempuan,

karena semenjak adanya pupuk kimia tersebut para petani lebih

memilih menebarkan pupuk kelahan mereka dengan tenaga

mereka sendiri dan tidak lagi memilih mengunakan tenaga para

perempuan buruh tani lagi.

e. Panen dan Pasca Panen.

Untuk pemanenan ini kita dapat melihat bahwa sekarang ini

para petani sudah mengunakan alat yang biasa disebut flesher

untuk merontokan padi mereka dari batangnya, bahkan alat yang

terdahulu yang suda bisa dikatakan sudah modern yang biasa

disebut erek sekarang ini juga sudah mereka tinggalkan, hal

Page 118: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

tersebut dikarenakan jika mengunakan alat erek masih

membutuhkan tenaga manusia, akan tetapi jika mengunakan

flesher, alat ini sudah mengunakan tenaga mesin untuk

mengunakanya. Jadi dalam proses pemanenan dapat kita lihat

dampak yang terjadi pada alat-alat yang para petani gunakan untuk

proses ini, yaitu yang pertama dulu para petani masih mengunakan

ani-ani untuk menuai padi mereka akan tetapi kini sudah

mengunakan sabit. Yang kedua dulu para petani masih

mengunakan erek untuk merontokan padi, akan tetapi kini mereka

sekarang lebih memilih mengunakan flaser dan mulai

meningalkan erek kayuh. Jadi dalam tahap pemanenan ini para

perempuan pun juga merasa sangat dirugikan karena lahan

pekerjaan mereka mulai digeser semenjak adanya alat-alat

tersebut.

Dan untuk masa pasca panen, dari wawancara tersebut kita

juga dapat melihat bahwa sanya para petani juga lebih memilih

mengunakan mesin huller atau biasa disebut sebagai selepan untuk

menggiling padi mereka dari pada mengunakan lesung seperti

yang dulu mereka gunakan, terlebih pada saat ini sudah ada huller

keliling yang siap menghampiri kerumah-rumah warga yang ingin

menggilingkan padi mereka, jadi para petani sudah tidak susah-

susah lagi untuk membawa padi mereka datang ketempat

pengilingan padai permanen. Dari keterangan tersebut kita dapat

Page 119: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

melihat dampak yang terjadi dalam hal pengolahan hasil ini, yaitu

kini para petani mulai meningalkan alat pengiling padi yang lama

atau biasa disebut lesung dan mulai menggantikanya dengan mesin

huller.

2. Kesimpulan Teoritis

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori modernisasi yang

diutarakan oleh Abraham (1995 : 5). Yang berpandangan bahwa

Modernisasi merupakan suatu proses yang mana individu berubah dari

cara hidup yang tradisional menuju gaya hidup lebih kompleks dan maju

secara teknologi serta cepat berubah dalam bidang pertanian. Selain itu

dalam penelitian ini juga menggunakan teori yang diutarakan oleh Dibyo

Prabowo (1995 : 40) yang menyatakan bahwa penggilingan padi

menggantikan 125 juta Hari Orang Kerja (HOK) yang kebanyakan

adalah wanita, karena operator mesin huller adalah kaum laki-laki.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti secara teoritis mendukung

teori diatas, dimana Dampak modernisasi pertanian yang terjadi didesa

lobang ini meliputi perkembangan teknologi dalam bidang pertanian.

Seperti yang diungkapkan oleh Abraham (1995 : 5) diatas bahwa

Perkembangan teknologi tersebut diantaranya, berubahnya alat pengolahan

tanah yang awalnya menggunakan bajak kerbau akan tetapi kini berubah

menggunakan mesin traktor, selanjutnya perkembangan dalam hal

penyiangan, dulu para petani melakukan proses penyiangan dengan

mempekerjakan para perempuan untuk mencabuti rumput yang tumbuh

Page 120: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

diarea lahan pertanian, akan tetapi kini para petani lebih memilih

menggunakan alat sosrok rumput untuk mengerjakan proses ini. Selain itu

proses pemanennan pun juga mengalami perubahan, dulu para petani

menggunakan ani-ani untuk menuai padi dari batangnya akan tetapi kini

para petani lebih memilih menggunakan alat sabit untuk mengerjakanya.

Selain itu untuk proses perontokan dulu para petani menggunakan erek

kayuh untuk merontokan padi mereka, akan tetapi sekarang para petani

lebih memilih mengunakan mesin threser untuk mengerjakanya.

Sedangkan untuk proses pengolahan hasil pun juga mengalami perubahan,

yang dulu para petani mengolah hasil pertanian mereka dengan

menggunakan lesung akan tetapi kini para petani lebih memilih

menggunakan mesin huller untuk mengerjakanya.

Dari perubahan-perubahan teknologi yang digunakan para petani

tersebut secara tidak langsung berdampak pada hilangnya alat-alat

pertanian tradisional yang dulunya sering digunakan oleh para petani.

Alat-alat tersebut mulai ditinggalkan oleh para petani karena kini para

petani lebih dimudahkan dengan adanya teknologi-teknologi pertanian

yang kini mulai merebak, sehingga kearifan-kearifan lokal yang dulu

masih digunakan oleh para petani kini mulai ditinggalkan.

Selain itu modernisasi pertanian juga berdampak pada kaum

perempuan buruh tani. Menurut Dibyo Prabowo (1995 : 40) yang

menyatakan bahwa penggilingan padi menggantikan 125 juta Hari Orang

Kerja (HOK) yang kebanyakan adalah wanita, karena operator mesin

Page 121: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

huller adalah kaum laki-laki. Tidak hanya dalam bidang pengolahan hasil

ini saja perempuan mulai digantikan peranya oleh kaum laki-laki, akan

tetapi dalam hal pengolahan tanah, pemupukan, penyiangan peran para

perempuan juga sudah mulai digantikan oleh kaum laki-laki. Dari hal

tersebut maka kini para perempuan merasa dirugikan, karena dengan

adanya hal tersebut lapangan pekerjaan para perempuan dalam bidang

pertanian kini mulai menyempit dan penghasilan yang dulu didapatkan

para perempuanpun kini juga cenderung berkurang.

Dengan demikian dampak modernisasi pertanian terhadap para

perempuan buruh tani adalah dengan adanya perkembangan teknologi

dalam bidang pertanian tenaga kerja para perempuan pun sudah mulai

digantikan oleh kaum laki-laki, hal tersebut dikarenakan karena operator

mesin-mesin pertanian saat ini lebih cenderung dikuasai oleh para kaum

laki-laki. Sehingga dengan demikian kini peluang pekerjaan bagi para

perempuan buruh tani semakin menyempit dan pendapatan mereka dalam

bidang pertanian juga semakin sedikit. Akan tetapi tidak hanya berdampak

pada peluang kerja dan pendapatan para perempuan yang dirugikan, dari

menurunya pendapatan para perempuan tersebut juga berdampak pada

perekonomian keluarga mereka seperti, pendidikan anak, sandang, pangan

dan penataan rumah dalam rumah tangga para perempuan buruh tani

tersebut.

Page 122: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

3. Kesimpulan Metodologis.

Penelitian yang berjudul “Dampak Modernisasi Pertanian terhadap

Peluang Kerja dan Pendapatan Perempuan” merupakan studi deskriptif

kualitatif tentang dampak modernisasi pertanian di desa lobang kelurahan

gedong, kabupaten karanganyar. Penelitian ini juga bertujuan untuk

mengetahui bagaimana peluang kerja dan pendapatan para perempuan

setelah adanya modernisasi dalam bidang pertanian.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif

merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan fenomena sosial

tertentu secara terperinci dan mendalam. Kualitatif merupakan tata cara

penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang

dinyatakan secara tulisan maupun lisan dan juga perilaku nyata yang

diamati, diteliti, dan dipelajari.

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah wawancara secara mendalam dan observasi

langsung. Tipe observasi yang peneliti lakukan adalah observasi tidak

berpartisipasi, peneliti berperan sebagai pengamat saja. Selain itu peneliti

juga memanfaatkan dokumen atau bahan tertulis secara kepustakaan

sebagai sumber data. Dokumentasi visual berupa foto juga peneliti

gunakan untuk mendukung penelitian ini.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling atau sampel bertujuan dan maximum variation

sampling. Pusposive sampling bertujuan untuk mendapatkan informan

Page 123: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

yang tepat, yang memahami fenomena yang ada dalam obyek penelitian.

Sedangkan maximum variation sampling berguna untuk memilih informan

yang memberi keanekaragaman maksimum untuk mendapatkan informasi

yang lain berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti sebelumnya.

Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 informan diantaranya :

a. Perempuan petani yang bersuamikan pekerja pabrik.

b. Perempuan petani yang bersuamikan seorang PNS.

c. Perempuan petani yang bersuamikan kuli bangunan.

d. Perempuan petani yang bersuamikan seorang petani.

e. Perempuan petani yang sudah tidak memiliki suami (janda)

Untuk kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) penelitian

peneliti melakukan teknik triangulasi data. Dalam proses triangulasi,

peneliti menggunakan perbandingan data hasil pengamatan (observasi),

dokumen atau arsip, dengan data hasil tanya jawab kepada informan yang

dianggap representatif atau mewakili.

Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan analisa interaktif.

Proses ini diawali dengan pengumpulan data. Data yang diperoleh dari

lapangan selalu berkembang, maka kemudian peneliti membuat reduksi

data dan sajian data. Peneliti membuat atau menarik kesimpulan dengan

memverifikasi semua hal yang terdapat saat reduksi data.

Page 124: digilib.uns.ac.id SKRIPSI  · PDF file  digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

B. Saran.

Berdasarkan hasil temuan lapangan serta kesimpulan dari penelitian

ini, maka penulis utarakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah setempat :

a. Seharusnya kelompok seperti PKK yang mengorganisasi para

perempuan, agar bisa memberikan pengarahan bagi pera perempuan

dan memberikan ketrampilan bagi para perempuan.

b. Pemerintah setempat seharusnya juga berkoordinasi dengan BKM

diwilayahnya agar dapat memberikan modal bagi para perempuan

yang memiliki usaha rumahan.

2. Bagi para perempuan :

a. Dengan menyempitnya lapangan pekerjaan para perempuan pada

sektor pertanian saat ini, hendaknya para perempuan mencari

peluang pekerjaan lain, karena sekarang tenaga kerja para

perempuan sudah tidak begitu dibutuhkan lagi dalam proses

pertanian.

b. Dengan menurunya pendapatan para perempuan, hendaknya para

perempuan memanfaatkan komoditas yang ada sekitar mereka

untuk menciptakan pekerjaan rumahan, agar bisa membantu

perekonomian keluarga.