Upload
hatu
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PENYALURAN DANA ZAKAT BAZNAS MELALUI
PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
SYAIPUDIN ELMAN
NIM 1111046300001
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M / 1437 H
v
ABSTRAK
Syaipudin Elman. NIM 1111046300001. Strategi Penyaluran Dana Zakat BAZNAS
Melalui Program Pemberdayaan Ekonomi. Konsentrasi Manajemen Zakat & Wakaf, Program
Studi Muamalat,Fakultas Syariah & Hukum, UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2015 M / 1436 H.
Sekripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Strategi Penyaluran Dana Zakat di BAZNAS.
Dengan menganaliss penyaluran dana ZIS di BAZNAS dan peningkatan ekonomi masyarakat
dari tahun 2013- 2014 . Sehingga mengetahui dampak penyaluran zakat bagi peningkatan
ekonomi masyarakat oleh BAZNAS, benar-benar telah dirasakan para Mustahik dan
masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yang bersifat kualitatif, yakni sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari para tokoh dan perilaku yang diamati.Penelitian ini diperoleh penulis dari kantor BAZNAS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan Badan Amil Zakat Nasional
dirasakan cukup besar manfaatnya oleh masyarakat. Lembaga ini telah bekerjasama dengan
pemerintah dalam menanggulangi masalah social dan kemiskinan yang semakin rumit, terutama
bagi kaum mustahik, sehingga mampu menumbuh kembangkan masyarakat dengan berjiwausaha
yang gigih, professional dan menjadikan mereka sebagai muzzaki. Dengan adanya zakat dimana
penyaluran dana ZIS diberikan kepada mustahik agar yang bersangkutan bisa mandiri dan
mengembangkan usahanya adalah alternatif yang perlu terus dikembangkan untuk pemberdayaan
masyarakat. Namun demikian dibutuhkan kecermatan dalam memilih calon Mustahik dengan
harapan dana itu akan dimanfaatkan untuk kepentingan yang sebenarnya. Dan sebagai alternative
penyaluran dana ZIS untuk usaha-usaha produktif mempunyai prospek yang cukup menjanjikan
dan signifikan di masa mendatang.
Kata kunci: pemberdayaan, ekonomi masyarakat, penyaluran dan zakat.
Pembimbing : Abdurrauf, M.A
Daftar Pustaka : Tahun 1990 s/d Tahun 2015
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat meyelesaikan Skripsi yang berjudul
“StrategiPenyaluran Dana Zakat BAZNAS Melalui Program PemberdayaanEkonomi”
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu
(S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang terulur
memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih yang tulus atas segala
kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan baik berupa kritik, masukan,
dorongan semangat, dukungan finansial maupun sumbangan pemikiran dalam penulisan
Skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.
2. Bapak AM. Hasan Ali, MA selaku Ketua Prodi Muamalat, Bapak Abdurrauf,
M.A selaku sekretaris Prodi Muamalat. Dan dosen pembimbing yang berperan
bukanhanya sebagai mengeroksi kekeliruan dan memberikan arahan dan
bimbingan dalam skripsi.
3. Teristimewa kedua orang tua penulis, Bpk. Abdurrahman bin Rafi’i dan Ibu.
Endang Larasati tersayang yang telah membesarkan dan mendidik penulis
hingga seperti sekarang dengan penuh do’a, kasih sayang, kesabaran,
vii
keikhlasan, dan perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan dan masa
depan putra-putrinya.
4. Adik kandung penulis,KhairulMahfudz, AmaliyahFitri, NurulFaridha,
Muhammad Fuat Rahman yang selalu memberi dukungan moril dan materil
kepada penulis.
5. KaOce, Om nana selaku saudara yang selalu memberikan Motivasi sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi.
6. Para Dosen fakultas Syariah dan Hukum yang tidak bisa disebutkan satu
persatunamanya yang telah banyak memberikan nasihat dan pengalamannya
kepada penulis.
7. Para pengurus BAZNAS terutama Bapak Deni Hidayat yang telah menerima dan
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan di UIN khususnya mahasiswa ZISWAF angkatan
2011, Banyak sekali kenangan-kenangan yang telah kita lalui bersama-sama.
Semoga silaturahmi kita dapat terus terjalin dan kita semua mencapai
kesuksesan bersama-sama.
9. Teman-teman dari Ikatan Lingkar Zakat Madani (LZM UIN Jakarta), dan
sahabat-sahabat KKN KAMIyang telah menjadi inspirasi dan keluarga kedua
bagi penulis serta selalu memberikan do’a dan dukungan yang sangat berarti
bagi penulis.
10. Ramadhana, Achmad Rendy,M.A.S.S. Moyo, Hendriansyah, Eva Nurlutfiah,
Nurseha Satyariani ,Siti Kholifah, Putri Novianti, MitraYunimar YM, Rini Dian
Haerani, Rozalia danSahrul Rahmatulloh, Ainul Yaqin kawan yang lainnya yang
viii
telah menjadi kawan setia selama masa-masa studi dan selalu memberikan
masukan, inspirasi serta saran bagi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
11. Teman-teman dari PRUDENTIAL Dinasty Agency, khususnya Ibu
SitiMurningsih selaku AM dan Rian Dwi Cahya selaku manajer yang selalu
memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.
12. Titik Rahmawati, Veronika, Rita Dahlia, Hasan al-farisi, Falahul Mualim dan
seluruh teman-teman AIC pusat yang selalu memberikan motivasi dan saran
bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
13. Seluruh staf karyawan Perpustakan Utama UIN dan Perpustakaan FDK untuk
referensi buku-bukunya.
14. Serta kepada seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu atas semua
bantuan dan masukannya kepada penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak atas
seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan
Skripsi ini.Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Aamiin....
Jakarta, 05 Agustus 2015
Syaipudin Elman
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan dengan segala dimensinya merupakan permasalahan yang
harus di atasi melalui program pemerintah dan partisipasi semua elemen
masyarakat. Menteri kordinator bidang kesejahteraan rakyat mengukapkan
bahwa tingkat kemiskinan pada tahun 2005 sama dengan kondisi 15 tahun
yang lalu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk
miskin pada tahun 2014 sebesar 28,55 juta orang atau 11,47 persen dari
seluruh penduduk Indonesia.1
Problematika kehidupan umat islam sangatlah kompelks, kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan merupakan potret sebagian besar bangsa
Indonesia yang mayoritas adalah umat muslim.2
Kemiskinan masih menjadi permasalahan terbesar bangsa ini. Paska krisis
sampai saat ini, pemulihan ekonomi berjalan lambat. Akibatnya kemiskinan
dan otonomi daerah sejak 1 januari 2001 juga tidak banyak membantu.3
1 BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat,Manajem Zis Bazis Provinsi
DKI Jakarta, (Jakarta : BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006, cet.1), h vii 2 Fuad Amsari, Islam kaafah tantangan dan aplikasinya , (Jakarta ;Gip, 1995), cet; 1, h 208
3 Institut Manajem Zakat, Profil 7 Badan Amil Zakat Daerah Provinsi dan Kabupaten
Potensial di Indonesia (Ciputat : PT. Mitra Cahaya Utama, 2006, cet 1), h. 26
2
Kemiskinan yang terjadi akan menambah jurang pemisahan antara kaum
miskin dan kaum kaya. Padahal dalam islam telah mengajarkan kepada kita
untuk berbuat baik kepada sesama, tidak terkecuali terhadap orang miskin
dengan cara memberikan sedikit harta kita yaitu berupa zakat. Zakat
diharapkan dapat mampu meminimalisir kesenjangan pendapatan antara orang
kaya dan miskin. Di samping itu zakat juga diharapkan dapat meningkatkan
atau menumbuhkan perekonomian, baik pada level individu maupun pada
level sosial masyarakat.4
Menurut UNICEF, kemiskinan sebagai ketidak milikan hal-hal secara
materi kebutuhan manusia seperti kesehatan, pendidikan, dan jasa-jasa lainnya
yang dapat menghindarkan manusia dari kemiskinan. Ravalion menyatakan
dalam decade 1970-an merumuskan garis kemiskinan (proverty line) untuk
menentukan tingkat pendapatan minimum untuk mencukupi kebutuhan fisik
dasar, seseorang berupa kebutuhan makanan, pakaian, serta perumahan
sehingga dapat menjamin kelangsungan hidupnya.5
4 Nurdin Mhd. Ali. Zakat Sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal.(Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada 2006), h. 2 5 http; //www. Portalgaruda.org/article.php/ strategi pengelolaan zakat dalam pengetasan
kemiskinan, html. Diakses pada 1 Desember 2014
3
Salah satu ajaran Islam yang harus ditangani secara serius adalah
penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan,
pemberdayaan dan penyaluran dana zakat. Salah satu instrument keuangan
islam adalah dana zakat.6
Di tengah problematika perekonomian ini, zakat muncul menjadi
instrument yang solutif. Zakat sebagai instrument pembangunan
perekonomian dan pengentasan kemiskinan umat didaerah. Memiliki banyak
keunggulan dibandingkan instrument fiskal konvesional yang kini telah ada.7
Zakat merupakan kewajiban orang berpunya (kaya) terhadap orang miskin
dan merupakan hak orang miskin, maka zakat dapat berfungsi untuk
menolong, membantu dan membina mereka terutama fakir miskin kearah
kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi
kehidupan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah.8
Dalam surat Ar-Taubah ayat 103,
صلىتك سكه لهم وهللا سميع ا وصل عليهم إن كيهم به تز هم و خذ مه أمىلهم صدقة تطهر
عليم
6 Abdul Majid,Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, (Bandung : Pustaka
setia, 2002), h. 213 7 Ali Sakti, Analisis Teoritis Islam Jawaban AtasKekacauan Ekonomi Modern, (Jakarta:
Paradigma dan AQSA Publishing, 2007), h. 192. 8 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern,(Jakarta: Gema Insani, 2004), Cet
ke empat, h.10
4
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(At-Taubah: 103) .9
Allah menyuruh dan meminta untuk mengambil zakat dari sebagian
harta muzzaki dan perintah zakat ini merupakan suatu paksaan. Islam pun
mengajarkan bahwa setiap individu, di samping memenuhi kepentingan
sendiri, seharusnya memainkan peranan dalam menyebarkan kebaikan dengan
cara menolong orang lain. Islam mengajarkan bahwa setiap orang bisa dan
seharusnya memberikan sumbangan untuk menciptakan masyarakat yang
lebih baik.10
Oleh karena itu, dalam rangka penyaluran dana zakat sebagai sebuah
kekuatan ekonomi masyarakat, maka keberadaan institusi zakat sebagai
lembaga publik yang ada di masyarakat menjadi amat sangat penting.11
Zakat, sekalipun dibahas dalam pokok bahasan “ibadah”, karena
dipandang bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sholat, sesungguhnya
merupakan bagian system sosial-ekonomi Islam, dan oleh karena itu di bahas
didalam buku-buku tentang strategi hukum dan ekonomi Islam.12
Allah telah memberikan kelebihan yaitu akal pikiran kepada manusia,
dengan akal yang dapat mereka gunakan adalah untuk mengelola alam,
9 Al-Qur’an dan Terjemah
10 Muhammad, Ekonomi Makro Dalam Persepktif Islam, (Yogyakarta : BPFE Yogyakarta,
2004) , cet. 1, h. 32 11
Djamal Doa, Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Memerangi Kemiskinan,(Jakarta:
Nuansa Madani,2004), cet. Ke.1.h.93 12
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Lentera, 1991), h. 848-876
5
sehingga manusia mendapatkan manfaat, baik bagi dirinya maupun
masyarakat. Di bumi, manusia diberi tugas untuk mengelola alam dan
meningkatkan kehidupan di dalamnya yaitu dengan cara saling tolong-
menolong, seperti yang kaya memberi bantuan kepada yang miskin, yang kuat
memberikan pertolongan kepada yang lemah, maka dari itu dengan
keseimbangan dunia ini dapat tercapai. Zakat adalah salah satu cara untuk
mewujudkan prinsip tolong-menolong dan salah satu cara untuk mewujudkan
keadilan sosial.13
Zakat untuk pemberdayaan ekonomi dengan berupaya menciptakan
iklim masyarakat yang berjiwa wirausaha akan terwujud, apabila
penyalurannya tidak langsung diberikan kepada mustahik, untuk keperluan
konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola dan didistribusikan oleh badan/lembaga
yang amanah dan professional.14
Dalam dua tahun terakhir ini, penyaluran dana zakat cenderung meningkat
dari waktu ke waktu, dari data yang di himpun jumlah penyaluran dana zakat
pada tahun 2013 pada BAZNAS sebesar 44,363 miliyar rupiah. Dan sementara
itu peningkatan persentase dalam penyaluran dana zakat yang di lakukan oleh
BAZNAS pada tahun 2014 sebesar 45,113 miliyar rupiah. Dari data tersebut,
terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan jumlah penyaluran dana zakat yang di
lakukan oleh BAZNAS.Dalam rentang waktu 2013 dan 2014, penyaluran dana
13
Farida Prihatini, Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan Prakteknya di Indonesia
(Fakultas Hukum Universitas Indonesia), h. 47-48 14
Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudi, Zakat dan Wirausaha,(Ciputat: CED, 2005), h. 15
6
zakat BAZNAS mengalami kenaikan sebesar hampir 11,75 persen, dari total
nilai penyaluran sebelumnya sebesar 44,363 miliar rupiah menjadi 45,113
miliar rupiah.
Dari kasus di atas penulis beranggapan bahwa lembaga zakat harus
memiliki strategi yang tepat khususnya pada program pemberdayaan ekonomi
yang merupakan solusi dalam hal membantu BAZNAS dalam menjalankan
programnya. Untuk itu kiranya penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini
dengan judul ”STRATEGI PENYALURAN DANA ZAKAT BAZNAS
MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI”
B. Identifikasi Masalah
Berbicara mengenai strategi penyaluran perlu pembahasan yang cukup
luas. Demi terselesaikannya penulisan ini, maka dalam penelitian penulis
hanya memfokuskan pada pembahasan strategi penyaluran dana zakat pada
program pemberdayaan ekonomi pada BAZNAS.
C. Perumusan masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah penelitian di atas, maka untuk
mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya sebagai
berikut:
1. Bagaimana mekanisme penyaluran dana zakat untuk pemberdayaan
ekonomi yang dilakukan BAZNAS?
2. Bagaimana dampak penyaluran dana zakat melalui program
pemberdayaan ekonomi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat ?
7
D. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui strategi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
dalam menyalurkan dana zakat
b. Untuk mengetahui pemberdayaan ekonomi umat pada (BAZNAS)
melalui dana zakat.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Akademis : penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi hasanah ilmu pengetahuan kepada mahasiswa/i terutama
manajemen zakat (ziswaf) agar dapat mengetahui sisi manajerial
BAZNAS dalam menyalurkan dana zakat.
b. Manfaat praktis : Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kajian
yang menarik dan dapat menambah wawasan serta cakrawala
keilmuan khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca
c. Manfaat Masyarakat : hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu pengetahuan mengenai zakat,
khususnya pada strategi penyaluran dan pemberdayaan ekonomi
melalui program rumah makmur (BAZNAS)
8
E. Kerangka teori dan konseptual
1. Kerangka teori
Untuk mempermudah penulis, maka ada beberapa istilah yang perlu
penulis jelaskan beberapa istilah yang terkait dengan judul skripsi ini,
diantaranya tentang Zakat, Infaq, Sedekah, Strategi, Penyaluran dan
Pemberdayaan.
Istilah Shadaqah, Zakat dan Infaq menunjuk kepada satu pengertian
yaitu sesuatu yang dikeluarkan Zakat, Infaq dan Shadaqah memiliki
persamaan dan peranannya memberikan kontribusi yang amat signifikan
dalam pengentasan kemiskinan. Adapun perbedaannya yaitu Zakat
hukumnya wajib sedangkan Infaq dan Shadaqah hukunya sunnah. Atau
zakat yang dimaksudkan adalah sesuatu yang wajib dikeluarkan,
sementara Infaq dan Shadaqah adalah istilah yang digunakan untuk
sesuatu yang tidak wajib dikeluarkan. Jadi pengeluaran yang sifatnya suka
rela itu yang disebut Infaq dan Shadaqah Zakat ditentukan nisabnya,
sedangkan Infaq dan Shadaqah tidak memiliki batas, Zakat ditentukan
siapa saja yang berhak menerimanya sedangkan Infaq boleh diberikan
kepada siapa saja15
.
Menurut Prof Onong Uchyana Effendi, M.A, strategi pada
hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk
15
http://gerakaninfaq.blogspot.com/2010/06/perbedan-dan-pengertian-zakat-infaq.html. Diakses
pada tanggal 1 Desember 2014 jam 20.23
9
mencapai tujuan tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya memberi arah saja, melainkan harus mampu menunjukan
bagaimana taktik operasionalnya.16
Strategi berkaitan dengan arah tujuan dan kegiatan jangka panjang
suatu organisasi. Strategi juga terkait dalam menentukan bagaimana suatu
organisasi menempatkan dirinya dengan mempertimbangkan keadaan
sekeliling, terutama terhadap pesaingnya.17
Kata penyaluran berasal dari bahasa inggris yaitu distribute yang
berati pembagian, secara terminologi peyaluran adalah penyaluran
(pembagian & pengiriman) kepada orang banyak atau beberapa tempat.18
Sedangkan pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya
yang berati tenaga atau kekuatan. Pemberdayaan adalah upaya
membangun sumber daya dengan mendorong, memotivasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya
untuk mengembangkannya.19
Sementara itu, suatu proses pemberdayaan menurut Malcolm Payne
pada dasarnya ditunjukan untuk membantu klien memperoleh daya untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan
16
Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992) Cet. Ke-4, h. 32 17
David Faulkner dan Gerry Johnson, Strategi Manajemen, (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 1995). h. 3 18
W.H.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1999),
cet. 7, h. 269 19
Mubyarto,Membangun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta : BPFE, 2000) cet1. h. 263
10
terkait akan dengan dirinya termasuk mengurangi efek hambatan pribadi
dan sosial dalam melakukan tindakan. Dengan demikian pemberdayaan itu
adalah merupakan suatu daya kekuatan yang timbul sebagai usaha untuk
mengadakan perubahan agar terciptanya perbaikan dan peningkatan
kualitas kehidupan suatu masyarakat.20
2. Kerangka konsep
Konsep penelitian ini menitik beratkan pada strategi penyaluran dana
zakat program pemberdayaan ekonomi (rumah makmur) pada Badan Amil
Zakat Nasional, yaitu untuk melihat bagaimana proses pengelolaan
metode strategi penyaluran dengan menerapkan strategi-strategi yang baik
dan efektif agar mampu meningkatkan ekonomi pada masyarakat kecil
melalui program pemberdayaan ekonomi (rumah makmur) di BAZNAS,
serta melihat bagaimana perkembangan jumlah penerima manfaat pada
program ini.
F. Review Studi Terdahulu
Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka
diperlukan kajian terdahulu. Sebelum membuat skripsi ini penulis melakukan
kajian pustaka yang berupa judul-judul skripsi yang telah ada sebagai
pembanding dari skripsi ini, anrata lain sebagai berikut:
20
Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat prinsip dan praktek
Pemberdayaan Ekonomi,(Jakarta: Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012), cet, 1. h. 55.
11
No.
Nama Peneliti,
Judul Penelitian
Keterangan dan
Isi Penelitian
Perbedaan
1.
2.
Atik
Nurdiana“Pemberday
aan Dana Zakat
Baitul Qiradh
Melalui Program
Usaha Kecil
Menengah”. Jurusan
Manajemen Dakwah,
Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi,
UIN Jakarta tahun
2011.
Siti Masuko“Strategi
Penyaluran Dana
Lazis Yayasan
Amaliyah Astra
Dalam Rangka
Skripsi ini membahas
tentang Pemberdayaan
Dana Zakat Melalui
Dana Zakat Melalui
Program Usaha Kecil
Menengah. Penelitian
ini dilakukan pada
tahun 2011.
Skripsi ini membahas
tentang strategi
Penyaluran Dana Lazis
Yayasan Amaliyah
Astra Dalam Rangka
Skripsi ini membahas
tentang strategi Strategi
Penyaluran Dana Zakat
BAZNAS Melalui
Program Pemberdayaan
Ekonomi. Penelitian ini
dilakukan pada tahun
2015.
Skripsi ini membahas
tentang strategi
Penyaluran Dana Zakat
BAZNAS Melalui
12
3.
Pemberdayaan
Ekonomi
Masyarakat”.
Jurusan Perbankan
Syariah, Fakultas
Syariah dan Hukum,
UIN Jakarta tahun
2014
Muklisin
“Pendistribusian
Dana Zakat untuk
Pemberdayaan
Ekonomi pada Bazda
Karawang”. Jurusan
Manajemen Dakwah,
Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, UIN
Jakarta tahun 2011
Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat.
Penelitian ini dilakukan
pada tahun 2014
Skripsi ini membahas
tentang
Pendistribusian Dana
Zakat untuk
Pemberdayaan
ekonomi pada Bazda
karawang. Penelitian
ini dilakukan pada
tahun 2011
Program Pemberdayaan
Ekonomi. Penelitian ini
dilakukan pada tahun
2015
Skripsi ini membahas
tentang Strategi
Penyaluran Dana Zakat
BAZNAS Melalui
Program Pemberdayaan
ekonomi. Penelitian ini
dilakukan pada tahun
2015
13
G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Jenis Penelitian dan Sumber Data
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif, yakni
ssebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis
berupa wawancara dengan badan amil zakat nasional studi dokumentasi
pada arsip-arsip berupa laporan keuangan serta dokumentasi lain yang
terkait dengan permasalahan ini
b. Sumber data penelitian ini yaitu:
1). Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari beberapa pihak
BAZNAS langsung melalui instrumen wawancara yang secara
terstruktur.
2). Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur dan
referensi lain seperti buku, majalah, makalah tahun dan setiap artikel
yang mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang dibahas,
dihimpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs
internet21
21
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta , 2008),
cet, 1. H. 40.
14
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan dua metode sebagai
berikut:
a. Interview (wawancara), adalah salah satu cara mendapatkan data dengan
bertanya dalam bentuk komunikasi verbal atau wawancara guna
mendapatkan informasi dari responden dalam hal ini adalah pihak
manajemen lembaga yang diperlukan informasinya dalam mendukung
penulisan skripsi ini.
b. Studi Dokumenter, digunakan untuk melengkapi data yang dijaring melalui
teknik wawancara. Data yang dihimpun melalui teknik studi dokumenter
ini adalah data perkembangan jumlah rumah makmur BAZNAS dan
program-program yang lainnya.
3. Metode pengolahan dan analisis data
Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan
data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-
informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data,
menyusun dan mengklasifikasikannya dan menganalisa penerapan strategi
penyaluran dana zakat yang dilakukan BAZNAS khususnya pada program
pemberdayaan ekonomi.22
22
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta , 2008),
cet, 1. H. 40.
15
4. Teknis penulisan skripsi
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku ”pedoman
penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012”, yang merupakan sandaran dari penulisan
karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya,
khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.
H. Sistematika Penulisan
Untuk keserasian dan ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah
analisa materi dan penulisan skripsi ini, maka penulis menjelaskan dalam
sistematika penulisan. Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab yang di
bagi dalam sub bab dan setiap sub bab mempunyai pembatasan masing-masing
yang akan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar
belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, kerangka teori dan konseptual, review studi
terdahulu, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS
Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan teori mengenai
strategi penyaluran dana zakat pada BAZNAS yang meliputi: konsep
16
strategi: pengertian strategi dan tahapan strategi. Konsep penyaluran:
pengertian penyaluran, dasar hukum, ruang lingkup dan tujuan.
Konsep pemberdayaan: pengertian pemberdayaan, tujuan, tahap-
tahap dan indikator pemberdayaan.
BAB III PENYALURAN DANA ZAKAT BAZNAS
Dalam bab ini, penulis menguraikan gambaran umum dari Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang meliputi: sejarah singkat
BAZNAS, legal formal BAZNAS, visi dan misi BAZNAS, Program
pemberdayaan ekonomi BAZNAS dan Stuktur organisasi
BAZNAS, pekembangan BAZNAS, penyaluran dana zakat
BAZNAS.
BAB IV STRATEGI PENYALURAN DANA ZAKAT BAZNAS DAN
PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT.
Dalam bab ini, penulis menguraikan Motode strategi penyaluran
dana zakat program pemberdayaan ekonomi di BAZNAS, Pengaruh
strategi penyaluran dana pada program pemberdayaan ekonomi .
BAB V PENUTUP
Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan
pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta
saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi
ini
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Strategi
1. Pengertian Strategi
Secara etimologi, strategi berasal dari bahasa yunani, strategos
yang berarti jendral. Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa
peperangan yaitu sebagai sesuatu siasat untuk mengalahkan musuh.
Namun pada akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan
organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.1
Dalam bukunya George A. Steiner yang berjudul Kebijakan dan Strategi
Manajemen, George mendefinisikan Strategi berasal dari bahasa yunani
yaitu strategos, yang berarti jenderal. Oleh karena itu, kata strategi secara
harfiah berarti “seni para jenderal.” Kata ini mengacu kepada perhatian
utama manajemen puncak organisasi. Secara khusus, strategi adalah
penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan
mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan
strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya
secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.2
1 Rafi’udin dan Manna Abdul Djaliel, Prinsip Dan Strategi Dakwah, (Bandung : Pustaka
Setia, 1997), h. 76 2 George A. Steiner, John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen (Jakarta:
Erlangga, 1997), h.18
18
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian strategi, penulis
mengedepankan beberapa pengertian strategi yang dikemukakan oleh
beberapa pakar diantaranya :
a. George L. Morrisey, dalam bukunya Pedoman Pemikiran Strategis
memberikan definisi, strategi adalah pelengkap alamiah bagi visi dan
misi, strategi adalah suatu proses untuk menentukan arah yang
dijalani oleh suatu organisasi agar misinya tercapai.3
b. Michael Allison Jude Kaye, dalam bukunya Perencanaan Strategis
Bagi Organisasi Nirlaba, memberikan definisi strategi adalah
prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh
organisasi.4
c. Hamel dan Prahalad, mendefinisikan strategi sebagai tindakan yang
bersifat senantiasa meningkat/ incremental dan terus-menerus, serta
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan
oleh para pelanggan di masa datang.5
Dari pengertian para pakar, dapat dikatakan bahwa strategi adalah
suatu alat untuk mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu strategi
memiliki beberapa sifat, antara lain :
3 George L. Morrisey, Pedoman Pemikiran Strategis: Membangun Landasan
Perencanaan Anda ( Jakarta: Prenhallindo, 1997), h.69 4 Michael Allison Jude Kaye, Perencanaan Strategis: Bagi Organisasi Nirlaba (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 3 5 Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan
pengukuran Kinerja (Jakarta: Indeks, 2013), h. 61-62
19
1) menyatu (unified), yaitu menyatukan seluruh bagian-bagian dalam
perusahaan
2) menyeluruh (comprehensive), yaitu mencakup seluruh aspek dalam
perusahaan
3) integral (integrated), yaitu seluruh strategi akan cocok/sesuai dari
seluruh tingkatan (corporate, business, dan functional)6
Beberapa penulis dewasa ini mengacu kepada strategi induk
sebagai kebijakan.Strategi tidak hanya diartikan sekedar cara untuk
menghadapi musuh atau pesaing saja, tetapi sebagai pola pikir dan
tindakan yang memiliki wawasan yang lebih luas dan mendasar (Hartanto,
dkk 1988).
Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana mencapai hasil
yang ditargetkan sesuai dengan visi dan misi di dalam situasi organisasi
dan prospek yang dihadapi. Strategi adalah jalan untuk mencapai tujuan
tertentu atau untuk mencapai target keuangan dan posisi strategis. Strategi
pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, tindakan manajemen yang
terukur dan bertujuan (intended strategy) dan, kedua, reaksi atas
perkembangan yang tidak diantisipasi sebelumnya dan tekanan persaingan
seperti peraturan pemerintah, masuknya pendatang baru, dan perubahan
taktik pesaing.7
6 Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir Strategik , h.
17 7 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis (Malang:
Bayumedia, 2003), h. 8
20
Strategi juga akan berfungsi untuk mengarahkan tingkah laku
organisasi di dalam lingkungannya, pemilihan strategi tertentu
mencerminkan bagaimana rencana memadukan kekuatan, kelemahan
organisasi dengan kesempatan hambatan yang terdapat dalam
lingkungannya.
Jika disimpulkan dari pengertian-pengertian di atas bahwa strategi
adalah ilmu dan seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan
lingkungan secara efektif yang terbaik, karena strategi merupakan kunci
dari terlaksananya misi yang ada dalam suatu perusahaan atau lembaga
untuk mencapai tujuan yang lebih baik.
2. Fungsi dan Tingkatan Strategi
a. Fungsi Strategi
1. Strategi sebagai rencana (Plan)
Strategi menjadi arah tindakan pedoman yang digunakan
untuk menghadapi tantangan linkungan tertentu. Bertitik tolak
dari kesadaran kekuatannya.
2. Strategi sebagai pola (Pattern)
Sebagai pola dari suatu rangkaian tindakan untuk
menghadapi tantangan/ancaman atau memanfaatkan peluang yang
terdapat dilingkungan.8
8 Matondang, Kepemimpinan:Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik,(Bandung:
Pustaka Setia, 1997), h. 73
21
3. Strategi sebagai kedudukan (Position)
Penempatan perusahaan dilingkungan makro. Strategi
menjadi media yang menjembatani perusahaan dengan
lingkungannya.
4. Strategi sebagai perspektif
Strategi menjadi perwujudan cara melihat dan pemahaman
lingkungan. Disusun bertitik tolak dari tata nilai budaya kerja dan
wawasan koalisi dominan itu.9
b. Tingkatan Strategi
Strategi terdapat pada berbagai tingkatan dalam sebuah organisasi.
Tingkatan strategi dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu:
1. Strategi Korporat (Corporate Strategy)
Suatu pernyataaan maksud sebuah perusahaan, arah
pertumbuhannya dan tujuan jangka panjangnya. Tujuan korporat
perusahaan terpusat pada sebuah pertanyaan kunci: bisnis apa yang
harus digeluti perusahaan? Strategi korporasi akan menentukan
apakah bentuk kegiatan bisnis dari organisasi tersebut, perlukah
satu perusahaan diintegrasikan dengan perusahaan lain atau harus
berdiri sendiri-sendiri dan bagaimana bisnis tersebut berhubungan
dengan masyarakat.
9 Matondang, Kepemimpinan:Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik,(Bandung:
Pustaka Setia, 1997), h. 73
22
2. Strategi Bisnis (Business Strategy)
Pernyataan rinci definisi, misi, tujuan, unit bisnis dan
ancangan-ancangan yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
jangka panjang perusahaan. Isu utama strategi dalam level ini
ialah berkenaan dengan persaingan di suatu pasar oleh setiap unit
bisnis, misalnya apa saja keuntungan terhadap pesaing, apa
peluang yang dapat dimanfaatkan, bagaimana perusahaan harus
mengalokasikan sumber dayanya untuk mencapai posisi
kompetitif yang diinginkan.
3. Strategi Operasional/Fungsional (Operational/ Functional
Strategy)
Suatu perancanaan rinci tujuan jangka pendek dan metode
yang akan di gunakan oleh suatu bidang operasional untuk
mencapai tujuan jangka pendek unit bisnisnya. Isu utama strategi
pada level ini berkenaan dengan bagaimana masing-masing
bagian dari organisasi dapat dirangkai secara bersama-sama
membentuk strategic architecture yang secara efektif mampu
menghasilkan arah strategik.10
10
Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan
pengukuran Kinerja (Jakarta: Indeks, 2013), h. 62
23
3. Tahapan Strategi
Strategi juga melalui berbagai tahapan dalam prosesnya, secara
garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu:11
a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan
strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah
pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu
objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi
untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu
sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan
suatu keputusan dalam proses kegiatan.
b. Implementasi Strategi
Setelah kita merumuskan dan memilih strategi yang telah
ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi
yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang
telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari
seluruh unit, tingkat, dan anggota organisasi.
c. Evaluasi strategi
Tahap akhir dari srategi ini adalah evaluasi strategi diperlukan
karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk
11
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 30
24
menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk
strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan
evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang
dinyatakan telah dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk
mengevaluasi strategi.
Dari tahapan strategi di atas bahwa merumuskan,
mengimplementasi dan mengevaluasi suatu strategi itu harus dilakukan
untuk kelancaran sebuah kegiatan ataupun program. Kerena fungsi
merumuskan, mengimplementasi dan mengevaluasi dari sebuah
strategi itu dapat mengembangkan sebuah tujuan yang akan dicapai
oleh organisasi maupun lembaga. Dalam hal ini, suatu perusahaan atau
lembaga akan dapat mengukur sejauh mana kegiatan atau program
yang sudah dilaksanakan dengan baik.
B. Konsep Penyaluran
1. Pengertian penyaluran
Kata penyaluran atau pendistribusian berasal dari bahasa inggris
yaitu distribute yang berati pembagian, secara terminologi penyaluran
adalah (pembagian, pengiriman) kepada orang banyak atau beberapa
tempat. Pengertian lain mendefinisikan distribusi sebagai penyaluran
barang keperluan sehari-hari(terutama dalam masa darurat) oleh
pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk dan sebagainya.12
12
W.H.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1999), cet. 7, h. 259
25
Menurut Philip Kotler dalam bukunya ” Manajemen Pemasaran”
mengatakan bahwa penyaluran adalah serangkaian organisasi yang saling
tergantung yang terlibat dalam suatu proses untuk menjadikan suatu
produk atau jasa yang siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Dalam hal
ini distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan (membagikan,
mengirimkan) kepada orang atau kebeberapa tempat.
2. Jenis-jenis Penyaluran
Ada tiga jenis penyaluran yang dapat ditemukan dalam aktifitas ekonomi
masyarakat, yaitu:
1. Resiprositas13
Resiprositas menunjuk pada gerakan diantara kelompok-kelompok
simetris yang saling berhubungan. Ini terjadi apabila hubungan
timbal balik antara individu-individu atau antara kelompok sering
dilakukan. Dalam hubungan seperti ini, resiprositas merupakan
kewajiban membayar atau membalas kembali kepada orang atau
kelompok lain atas apa yang mereka berikan atau lakukan untuk
kita, atau dalam tindakan yang nyata membayar atau membalas
kembali kepada orang atau kelompok lain.
13
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Preanda Media Group, 2009), cet. 1,
h. 104-111
26
2. Redistribusi14
Menurut sahlin definisi redistribusi adalah sebagai pooling yaitu
perpindahan barang atau jasa yang tersentralisasi, yang melibatkan
proses pengumpulan kembali dari anggota-anggota sesuatu
kelompok melalui pusat dan pembagian kembali kepada anggota-
anggota kelompok tersebut. Jadi redistribusi merupakan gerakan
approsiasi kearah pusat kemudian dari pusat didistribusikan
kembali.
3. Pertukaran
Pertukaran (exchange) merupakan distribusi yang dilakukan
atau terjadi melalui pasar. Pertukaran yang dilakukan adalah yang
menunjukan tentang penciptaan keuntungan dan reinvestasi
keuntungan ke dalam produksi serta harga yang ditetapkan pada
prinsip keseimbangan antara permintaan dan penawaran.15
3. Macam-macam penyaluran
Ada tiga macam-macam penyaluran yang dapat ditemukan dalam
aktivitas ekonomi masyarakat yaitu:
1. Penyaluran barang konsumsi
Dalam hal ini barang yang disalurkan atau didistribusikan adalah
barang yang dapat langsung digunakan konsumen atau masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan kehidupanya. Jadi barang konsumsi
14
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Preanda Media Group, 2009), cet. 1,
h. 104-111
15
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Preanda Media Group, 2009), cet. 1,
h. 104-111
27
terkait langsung dengan kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen
melalui agen, pengecer lalu ketoko-toko.
2. Penyaluran jasa
Dalam hal ini penyaluran dilakukan adalah secara langsung kepada
konsumen tanpa melalui perantara karena jasa dihasilkan dan
dikonsumsi pada saat bersamaan.
3. Penyaluran kekayaan
Menurut ulama Hanafiah, kekayaan adalah segala sesuatu yang
dimiliki dan dapat diambil manfaatnya, seperti tanah, binatang dan
uang. Kekayaan adalah nilai asset seseorang diukur pada waktu
tertentu.
4. Penyaluran pendapatan
Pendapatan merupakan upaya yang memiliki pengaruh secara
ekonomis.16
Dari kutipan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan manajemen penyaluran dan ZIS adalah sesuatu aktivifas atau
kegiatan untuk mengatur sesuai dengan fungsi manajemen ZIS yang
ada dilembaga tersebut dalam upaya menyalurkan dana ZIS yang
didapatkan dari para donatur atau muzzaki sehingga dana ZIS bisa
cepat disalurkan kepihak yang membutuhkan yaitu mustahik.
4. Bentuk Penyaluran
Ada dua bentuk penyaluran dana antara lain:
16
Fandi Tjiptono, Strategi Bisnis Modern, (Yogyakarta: Andi, 2000), Cet. 1, h.135
28
a. Bentuk sesaat, dalam hal ini berati bahwa zakat hanya diberikan
kepada seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berati
bahwa penyaluran kepada mustahik tidak disertai target terjadinya
kemandirian ekonomi dalam diri mustahik. Hal ini dikarenakan
mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti diri
pada orang tua yang sudah jompo, orang cacat. Sifat dan bantuan
sesaat ini idealnya adalah hibah.
b. Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang disertai
target merubah keadaan penerima dari kondisi katagori mustahik
menjadi katagori muzakki. Target ini adalah target yang amat besar
yang tidak dengan mudah dalam jangka waktu yang amat singkat.
Untuk itu penyaluran dana zakat harus disertai dengan pemahaman
yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima. Apabila
permasalahannya adalah kemiskinan, harus diketahui penyebab
kemiskinan tersebut sehingga dapat dicarikan solusi yang tepat demi
tercapainya target yang telah dicanangkan.17
5. Penyaluran Dana Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Perubahan dibidang ekonomi berpengaruh terhadap struktur sosial.
Disatu pihak kita makin banyak melihat potensi muzzaki, pada masa lalu
jumlah ”orang kaya” hanya terbatas. Sekarang jumlah itu makin banyak
dengan terbukanya kesempatan usaha. Tetapi yang lebih penting bagi kita
17
Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudi, Zakat dan Wirausaha,(Ciputat: CED, 2005), h.
25
29
adalah makin besarnya ”golongan menengah” pada masa lalu, zakat
barang kali lebih banyak disosialisasikan dengan ”orang kaya” pemilik
harta. Sekarang potensi total dari sumber zakat itu melebar dan lebih besar.
Ini menimbulkan dampak pada pengelolaan, khususnya dalam aspek
mobilisasinya.
Di lain pihak mereka yang hidup dibawa garis kemiskinan, yang
berhak menerima zakat, walaupun dari segi angkat absolut bisa saja
bertambah. Tapi disini konsep ”garis kemiskinan” harus diperhatikan.
Melihat dari struktur sosial, sekelompok masyarakat mungkin tergolong
miskin. Tapi tingkat kemiskinan berkurang. Atau dengan perkataan lain,
sebagian lapisan masyarakat miskin telah meningkatkan pendapatan dan
tingkat kesejahteraannya.
Salah satu konsep yang telah dilakukan oleh lembaga amil zakat pada
umunya adalah dengan yang biasa disebut ”zakat produktif” pokok
gagasanya adalah menolong golongan miskin tidak memberi ”ikan”
melainkan dengan ”kail” kalau zakat diberikan hanya semata-mata untuk
dikonsumsi maka pertolongan itu bersifat sementara. Tetapi kalo diberikan
untuk membantu yang bersangkutan untuk produksi atau usaha, maka
pertolongan itu akan sangat membantu yang bersangkutan untuk keluar
dari garis kemiskinan.
Dengan munculnya gagasan seperti itu ada beberapa pola penyaluran
dana zakat:
30
a. Zakat diberikan secara langsung kepada fakir miskin untuk keperluan
konsumtif. Dalam konteks perubahan sekarang, maka bagian zakat
ini diarahkan terutama kepada golongan ”the destitute” yang sifatnya
”relief” dan dampak bersifatnya jangka pendek.
b. Zakat diberikan kepada mereka yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan dan dakwah, yang dalam taraf hidup kekurangan.
c. Sebagian dana zakat dan dana lainnya (shadaqah, infaq dan wakaf)
diperuntukan guna membangun prasarana ibadah dan
pendidikan/dakwah islam.
d. Sebagian kecil zakat kini sudah diarahkan ke tujuan produktif, baik
berupa hibah maupun pinjaman tanpa bunga bagi golongan miskin
tetapi mesti tergolong ” the destitute”, dengan harapan, mereka bisa
melepaskan diri dari kemiskinan. Bahkan dalam jangka waktu tertentu
diharapkan bisa menjadi muzzaki, setidak-tidaknya dalam zakat
fitrah.
e. Bagian yang lain, yang sejumlahnya sedikit, diperuntukan untuk
”amil” bisa berkembang, yaitu tidak semata-mata untuk orangnya,
melaikan bisa pula lembaganya yang mengelola dan bisa memajukan
dari segi pengorganisasiannya.18
Masalah yang perlu dipelajari adalah pengalokasiannya. Baik amil,
badan amil, badan amil maupun muzzakki langsung, pada umunya
mengalokasikan sebagian dana zakat itu (lebih dari 50%) untuk fakir
18
Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudi, Zakat dan Wirausaha,(Ciputat: CED, 2005), h.
55
31
miskin. Namun demikian meningkatnya jumlah penerima zakat dan dilain
pihak dan berkurangnnya (secara relatif) jumlah mustahik secara hipotis
dapat diperkirakan bahwa bagian zakat untuk non fakir akan semakin
meningkat.
C. Konsep Zakat
1. Pengertian Zakat, Infaq dan sedekah
Perkataan zakat berasal dari kata zaka, artinya tumbuh dengan
subur. Makna lain dari kata zaka, sebagaimana digunakan dalam Al-
Qur’an adalah suci dari dosa.19
Dalam kitab-kitab hukum Islam, perkataan
zakat diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Jika
pengertian ini dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam,
harta yang dizakati akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci dan
berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya harta).
Jika dirumuskan, zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh
setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu, dengan
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tertentu itu adalah nisab, (jumlah
minimum harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya), haul (jangka
waktu yang ditentukan bila seseorang wajib mengeluarkan zakat
hartanya), dan kadar-nya (ukuran besarnya zakat yang harus
dikeluarkan).20
19
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan dan
Penerjemahan Al Qur’an, 1993), h. 463 20
Mohammad Daud Ali, Habibah Daud, Lembaga-lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet.1, h. 241
32
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan
pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta
yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan
bertambah, suci dan baik.21
Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam surat
At-Taubah: 103 dan surat Ar-Ruum: 39,
“ ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(AQ. At-
Taubah ayat 103)
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada
sisi Allah. Dan yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan hartanya.”(QS.
Ar-ruum ayat 39)
21
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002),
Cet.1, h. 7
33
Infaq berasal dari kata انفاق –ينفك –ك انف artinya menafkahkan,
membelanjakan harta.22
Infaq adalah mendermakan, memberi rizki berupa
karunia Allah atau menafkahkan sesuatu pada orang lain dengan ikhlas
karena Allah.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, infaq adalah pemberian
(sumbangan) harta benda tersebut untuk kebaikan, atau menyumbangkan
harta untuk kepentingan umum.23
Menurut Didin Hafidhuddin, infaq berasal dari kata an-faqaa yang
berarti mengeluarkan suatu harta untuk keperluan sesuatu. Secara istilah,
infaq berarti mengeluarkan bagian dari harta pendapatan atau penghasilan
untuk suatu kepentingan yang diperintahkan oleh ajaran Islam. Infaq
dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik berpenghasilan rendah
maupun yang tinggi.24
Sedekah secara bahasa berasal dari akar kata (shodaqa) yang
terdiri dari tiga huruf : Shod- dal- qaf, berarti sesuatu yang benar atau
jujur. Kemudian orang Indonesia merubahnya menjadi Sedekah. Sedekah
bisa diartikan mengeluarkan harta di jalan Allah, sebagai bukti kejujuran
atau kebenaran iman seseorang. Sedekah bisa diartikan juga dengan
mengeluarkan harta yang tidak wajib di jalan Allah. Tetapi kadang
diartikan sebagai bantuan yang non materi, atau ibadah-ibadah fisik non
materi, seperti menolong orang lain dengan tenaga dan pikirannya,
22
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan dan
Penerjemahan Al Qur’an, 1993), h. 463 23
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 431 24
Didin Hafidhuddin, Dakwah Actual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 15
34
mengajarkan ilmu, bertasbih, berdzikir, bahkan melakukan hubungan
suami istri, disebut juga sedekah.25
2. Dasar Hukum Zakat
Zakat sebagai rukun islam yang ketiga di samping sebagai ibadah
dan bukti ketundukan kepada Allah SWT, juga memiliki fungsi social yang
sangat besar, di samping merupakan salah satu pilar dalam ekonomi islam.
Jika zakat, infaq dan sedekah ditata dengan baik, baik penerimaan dan
pengambilannya maupun pendistribusiannya, insya Allah akan mampu
mengentaskan masalah kemiskinan atau paling tidak mengurangi masalah
kemiskinan
Zakat dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 82 kali, ini menunjukan
hukum zakat yang amat sangat kuat, hal ini sebagaimana dinyatakan
dalam surat Al-Baqarah ayat 110:26
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat, apapun yang
diusahakan oleh dirimu tentu kamu akan mendapatkan pahalanya
disisi Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui kegiatan apapun
yang kamu kerjakan”(QS.Al-Baqarah ayat 110)
3. Tujuan Zakat
25
http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/384/pengertian-zakat-infak-dan-sedekah/
Diakses pada tanggal 08 Februari 2015 jam 14.00 26
Al-Qur’an dan Terjemah
35
Adapun tujuan zakat antara lain, adalah: (a) mengangkat derajat
fakir-miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta
penderitaan; (b) membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh
para gharimin (orang-orang yang berhutang), ibnussabil (orang yang
kehabisan biaya dalam perjalanan yang bermaksud baik), dan mustahiq
(orang yang berhak menerima zakat) lainnya; (c) membentangkan dan
membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada
umumnya; (d) menghilangkan sifat kikir dan loba pemilik harta; (e)
membersihkan sifat dengki dan iri dari hati orang-orang miskin; (f)
menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin; (g)
mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama
pada mereka yang mempunyai harta; (h) mendidik manusia untuk
berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang
ada padanya, dan (i) sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk
mencapai keberhasilan sosial.27
4. Hikmah Zakat
Banyak sekali hikmah yang tergantung dalam melaksanakan
ibadah zakat. Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda,
vertical dan horizontal. Artinya secara vertikal zakat sebagai ibadah dan
wujud ketakwaan dan kesyukuran seorang hamba kepada Allah atas
nikmat berupa harta yang diberikan oleh Allah SWT, kepadanya serta
untuk membersihkan dan mensucikan diri dari hartanya itu. Dalam
27
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002),
Cet.1, h. 8
36
konteks inilah zakat bertujuan untuk menata hubungan seorang hamba
dengan tuhannya sebagai pemberi rezeki.
Sedangkan secara horizontal; zakat bertujuan mewujudkan rasa
keadilan sosial dan kasih saying diantara pihak yang mampu dengan pihak
yang kurang mampu dan dapat memperkecil problematika dan
kesenjangan sosial serta ekonomi umat. Dalam konteks ini zakat
diharapkan dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial diantara
kehidupan ummat manusia, terutama Islam.28
Dalam hal ini, para ulama telah membahas mengenai apa hikmah
dan tujuan dari adanya zakat. Di antaranya, menurut Yusuf Qardhawi,
secara umum terdapat ada dua tujuan dari zakat, yaitu untuk kehidupan
individu dan untuk kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan pertama
meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka
berinfaq atau memberi, mengobati hati dari cinta dunia.29
5. Hakikat Zakat
Adapun hakikat zakat, berdasarkan dalil-dalil yang mewajibkannya
adalah merupakan hak mustahiq dan bukan merupakan pemberian atau
kebaikan hati hati orang-orang kaya semata. Dengan kata lain, zakat
mencerminkan kewajiban bagi orang-orang kaya dan hak yang legal bagi
golongan miskin, baik diminta atau pun tidak.
Dengan demikian didalam zakat tidak ada istilah hutang budi, balas
budi, malu ataupun hina. Hal ini karena hakikatnya sebuah zakat adalah
28
Asnaini, Zakat Produktif dalam Persektif Hukum Islam (Yogyakarta: pustaka pelajar,
2008) h. 42 29
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Lentera, 1991), h. 848-876
37
pemberian dari Allah SWT. Lagi pula menurut Islam seseorang yang kaya
tidaklah berlebihan kedudukannya di sisi Allah dari orang miskin karena
hartanya. Karena hanya yang membedakan adalah derajat dan
ketaqwaanya.
Hakikat zakat yang demikian menanamkan kesadaran bahwa
seagala yang ada di bumi dan langit serta isinya adalah milik Allah dan
harta yang dimiliki seseorang itu pada hakikatnya adalah amanah dari
Allah SWT semata. Hal ini di dasarkan pada firman Allah SWT yang
berbunyi.30
“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima
taubat dari hamba-hambanya dan menerima zakat dan bahwasanya
Allah Maha Peberima taubat lagi Maha Penyayang”(QS. At-Taubah
ayat 104)
Berdasarkan surat At-Taubah ayat 104, zakat adalah menyerahterimakan
harta benda kepada Allah SWT, sebelum diterima orang fakir dan orang
yang berhak menerimanya. Zakat adalah proses pengoperan hak milik
30
Al-qur’an dan Terjemah
38
kepada Allah SWT. Dengan demikian hakikat zakat sebenernya adalah
mengeluarkan harta benda kepada Allah SWT.31
D. Konsep Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Kata Pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris
yaitu empowerment. Pemberdayaan (empowerment). berasal dari kata
power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau
memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang
berarti didalamnya, karena itu pemberdayaan dapat beraati kekuatan dalam
diri manusia, suatu sumber kreatifitas.32
Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan
mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan
bidang kajian, hal tersebut dikarenakan belum adanya definisi yang tegas
mengenai konsep pemberdayaan. Oleh karena itu agar dapat memahami
secara mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji
beberapa pendapat ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap
pemberdayaan.
Carlzaon dan Macauley sebagaimana dikutif oleh wasistiono
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah
sebagai berikut: membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan
31
Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), h. 46 32
Lili Badriah, Muhamad Zen & M.Hudri, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005),
h. 53.
39
memberi orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya,
keputusan-keputusannya dan tindakan-tindakannya.
Sementara Shardlow mengatakan pada intinya: “pemberdayaan
membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha
mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.”
Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah system
tindakan nyata yang menawarkan alternative model pemecahan masalah
umat dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Dalam kamus bahasa
Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya
pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang
memuaskan.33
Konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat menurut Adi Sasono
yaitu ekonomi yang dilakukan orang banyak dengan skala kecil, dan
bukan kegiatan ekonomi yang dikuasai beberapa orang dengan perusahaan
dan skala besar. Kebijakan yang salah telah membawa masyarakat
Indonesia pada kondisi kesulitan seperti tingginya angka kemiskinan dan
pengangguran. Untuk peningkatan kualitas masyarakat Indonesia yang
sejahtera dari aspek ekonomi telah digariskan kebijakan perekonomian
nasional yang harus dilakukan oleh pemerintah.34
2. Tujuan Pemberdayaan
33
Badudu dan zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: pustaka Sinar Haparan,
2001), h. 318 34
Adi Sasono, Rakyat Bangkit Bangun Martabat (Jakarta; Pustaka Alvabet, 2008), cet I,
h. 65
40
Pemberdayaan masyarakat atau community development (Comdev),
memiliki tujuan utama yaitu memberdayakan individu-individu dan
kelompok-kelompok orang melalui penguatan kapasitas (termasuk
kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan. yang diperlukan
untuk mengubah kualitas kehidupan komunitas mereka. Kapasitas
tersebut seringkali berkaitan dengan penguatan aspek ekonomi dan politik
melalui pembentukan kelompok-kelompok social besar yang bekerja
berdasarkan agenda bersama.35
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan menurut Sulistriyani
adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.
Kemandirian tersebut meliputi, kemandirian berfikir, kemandirian
ekonomi, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan
tersebut. Untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah
proses, melalui sebuah proses belajar maka secara bertahap masyarakat
akan memperoleh kemampuan atau daya dari waktu ke waktu.
Berikut ini tujuan pemberdayaan menurut Tjokowinoto yang
dirumuskan ke dalam tiga bidang yaitu ekonomi, politik, dan sosial
budaya. Kegiatan pemberdayaan harus dilaksanakan secara menyeluruh
menyakup segala aspek kehidupan masyarakat untuk membebaskan
kelompok masyarakat dari dominasi kekuasan yang meliputi bidang
ekonomi, politik, dan sosial budaya. Konsep pemberdayaan dibidang
ekonomi adalah usaha menjadikan ekonomi yang kuat, besar, mandiri,
dan berdaya saing yang amat tinggi dalam mekanisme pasar yang besar
35
Edi Suharto.CSR & COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan (Bandung: Alfabeta,
2010), h. 67
41
dimana terdapat sebuah proses penguatan golongan ekonomi lemah.
Sedangkan pemberdayaan dibidang politik merupakan penguatan rakyat
kecil dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan
berbangsa dan bernegara khususnya atau kehidupan mereka sendiri.
Konsep pemberdayaan dibidang social budaya merupakan upaya
penguatan rakyat kecil melalui peningkatan, penguatan, dan penegakan
nilai-nilai gagasan, serta mendorong terwujudnya organisasi sosial yang
mampu memberikan kontrol terhadap perlakuan-perlakuan politik dan
ekonomi yang jauh dari moralitas.36
Adapun tujuan Pemberdayaan menurut Undang-Undang No. 20
tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah pasal 5 adalah:
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan;
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan
c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.
Namun upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat pula
dilakukan dengan berlandaskan ZIS. Karena pondasi utama pemberdayaan
masyarakat terkait dengan keadilan sosial terfokus pada unsur kesetaraan,
kerjasama, dan upaya salaing berbagi. Semua itu sesuai dengan
36
http://chikacimoet.blogspot.com/2013/02/pemberdayaan-masyarakat.html diakses pada
20 Januari 2015
42
penyari’atan zakat yang memiliki fungsi mewujudkan keadilan sosial.
Pendekatan community development berbasi zakat bertujuan untuk
menginternalisasikan tujuan zakat bagi perubahan kaum dhuafa. Zakat
bukan hanya sebagai ibadah maliyah yang hanya karitatif, melainkan
untuk mendorong terwuhudnya perubahan kesejahteraan masyarakat
dhuafa sehingga memiliki daya untuk berusaha dan mandiri sehingga
dapat meningkatkan pendapatan agar terjadinya peningkatan kesejahteraan
secara materi maupun immateri.
Namun, pemberdayaan ekonomi yang berbasiskan dan ZIS memiliki
tujuan lebih luas bukan sekedar aspek materi melainkan ada tujuan lain,
sebagai berikut
a. Memperteguh keimanan
Memperkuat keimanan merupakan landasan yang paling utama
dari pendayagunaan zakat bukan hanya pembangunan aspek
ekonomi saja. Pembangunan sumber daya manusia memiliki
pengaruh yang sangat penting terhadap pembangunan berbagai
aspek. Karena kekuatan sumber daya manusia akan memberikan
motivasi kuat bagi seseorang untuk berusaha merubah atau
meningkatkan kehidupan dalam segala aspek. Nilai keimanan berupa
sifat sabar, tawakal dan keinginan kuat untuk berusaha merupakan
energy yang mampu membangkitkan semangat kaum dhuafa.
b. Meningkatkan kualitas hidup yang terdiri dari aspek ekonomi
sehingga keluar dari perangkap kemiskinan. Begitu pula aspek
kesehatan agar menjadi manusia yang sehat dan kuat terhidar dari
berbagai penyakit. Tak kalah penting dari aspek ekonomi dan
43
kesehatan yaitu bidang pendidikan. Dengan keunggulan dalam
pendidikan dapat melahirkan manusia yang unggul keluar dari
ketertinggalan dan kebodohan.
c. Menumbuhkan jiwa enterprenuership agar dapat mandiri
Kemandirian merupakan sesuatu yang amat sangat penting,
bahkan lebih bernilai dari materi. Menumbuhkan kemandirian
berwirausaha dalam jiwa seseorang untuk akan lebih baik
mendorong keberhasilan sehingga tercapainya tujuan yang dicita-
citakannya37
.
Jadi pemberdayaan itu sangatlah penting untuk masyarakat
banyak, baik individu-individu maupun komunitas. Dengan
pemberdayaan seseorang akan menjadi kuat dan termotivasi untuk
mengubah dirinya untuk menjadi lebih baik. Tujuan lain pemberdayaan
ialah untuk menjadikan masyarakat dari mustahik ke masyarakat muzzaki
meningkatkan kualitas hidup seseoarang dari masalah perekonomian
ataupun mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.
3. Pola – pola Pemberdayaan
Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola
pemberdayaan yang tepat sasaran sangat diperlukan, bentuk yang tepat
adalah denga memberikan kesempatan kepada kelompok miskin untuk
37
Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat prinsip dan praktek
Pemberdayaan Ekonomi,(Wahana Kardofa FAI UMJ: 2012), cet, 1. h. 226.
44
merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang telah
mereka tentukan. Disamping itu masyarakat juga diberikan kekuasaan
untuk mengelola dananya sendiri, baik yang berasala dari pemerintah
maupun pihak amil zakat, inilah yang membedakan antara partisipasi
masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat.
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri, kemandirian
tersebut meliputi kemandirian dalam berfikir, bertindak dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Pemberdayaan
masyarakat hendaknya mengarah pada pembentukan kognitif masyarakat
yang lebih baik, untuk mencapai kemandirian tersebut diperlukan sebuah
proses atau pola dalam pemberdayaan ekonomi masyarakt.
Pola pemberdayaan ekonomi Masyarakat
Pola pemberdayaan ini mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur pokok
sebagai berikut:
1. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai
2. Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir
3. Aktivitas yang dilakukan terencana serta harus sesuai dengan
kebutuhan dan sumber daya setempat.
4. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap
pemberdayaan
5. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi
terutama dalam wirausaha.
45
6. Ada keharusan membantu seluruh lapsan masyarakat khususnya
masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerja sama
sulit di capai.38
Dengan demikian, pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat
bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti
suatu kegiatan tetapi kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti
dilalui oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Sedangkan untuk tercapainya kondisi ekonomi masyarakat yang baik
perlu adanya pendekatan non direktif (partisipatif) maka community woker
dapat melakukan tugas di bawah ini, yaitu:
a. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berwiraswasta bergelut
dalam aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya
diskusi tentang apa yang menjadi masalah dalam masyarakat.
b. Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah
sukses dan sejahtera.
c. Membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi usaha yang
prospektif secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari
masalah berbisnis.
d. Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat
dimanfaatkan.
38
Lili Badriah, Muhamad Zen & M.Hudri, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005),
h. 54
46
Dilihat beberapa tujuan dari pemberdayaan itu adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup seseorang agar lebih baik, hal inlah yang
diinginkan oleh setiap individu ataupun komunitas. Akan tetapi, individu
atau komunitas yang awam tidak tahu bagaimana untuk mencapai
ekonomi yang baik. Tugas dari kita adalah memberikan nilai spriritual
dalam berwirausaha serta selalu memberikan informasi ataupun contoh
seseorang yang sudah sukses dalam usahanya
4. Tahap-tahap Pemberdayaan
Guna mencapai perubahan yang lebih baik maka tahapan siklikal
pemberdayaan haruslah melewati beberapa tahapan yaitu:39
a. Tahapan pengenalan masyarakat terhadap ekonomi
b. Tahapan pengenalan permasalahan dan identifikasi kebutuhan
wirausaha.
c. Tahapan penyadaran masyarakat akan pentingnya pengusaha
d. Tahapan implementasi rencana kegiatan
e. Tahapan evaluasi implementasi rencana kegiatan
f. Tahapan perluasan pemberdayaan masyarakat
Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara
langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan yakni:
a. Tahapan Persiapan
Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (community development),
dimana tujuan utamnya ini adalah untuk mesnyamakan persepsi
39
Lili Badriah, Muhamad Zen & M.Hudri, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005),
h. 56
47
antara anggota agen perubah (agent of change) menangani
pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan
masyarakat. Sedangkan pada tahapan penyiapan lapangan, petugas
melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan
sasaran. Pada tahapan ini terjadi kontak awal dengan kelompok
sasaran.
b. Tahapan Assesment
Proses assessment yang dilakukan disini adalah mengidentifikasi
masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya manusia
yang dimiliki klien. Dalam proses melakukan penilaian ini dapat
pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman.
c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau kegiatan.
Pada tahapan ini agen perubahan (agent of change) secara partisipatif
mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang
mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
d. Tahapan Pemformulakasi Rencana Aksi.
Pada tahapan ini agen membantu masing-masing kelompok untuk
merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan
mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
e. Tahapan Pelaksanaan (implementasi) program.
Tahapan pelaksanaan ini merupakan salah satu tahapan yang paling
penting dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu
48
yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam
pelaksanaanya dilapangan bila tidak ada kerja sama antara warga.
f. Tahapan Evaluasi
Tahapan ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas
terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan
masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.
g. Tahapan Terminasi.
Tahapan ini merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal
dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali bukan
karena masyarakat sudah dianggap mandiri, tetapi tidak juga
terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah
melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya atau karena
sudah melebihi jangka waktu yang sudah ditentukan sebelumnya
atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana
yang dapat dan mau meneruskan.40
Dari tahapan di atas bahwa memang benar seseorang akan berdaya
tidak secara instan, harus melalui tahapan-tahapan dari pemberdayaan itu
sendiri. Seperti tahapan pengenalan, tahapan assement, tahapan
pelaksanaan dll. Hal inilah yang akan menjadikan masyarakat akan selalu
sadar dan terdorong untuk merubah dirinya lebih baik dalam
perekonomian dengan mengembangkan kreatifitas dan potensi yang ada
dalam dirinya.
40
Isbandi Rukminto Adi,” Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Investasi
Komunitas”, (Jakarta: FEUI Press, 2003), h. 57.
49
5. Indikator Pemberdayaan
Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah
proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang
menunjukan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial yaitu: masyarakat miskin yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun social
seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempsunyai mata pencaharian, berpartisipasi, dalam kegiatan social, dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.41
Sedangkan indikator keberhasilan program yang dipakai untuk
mengukur pelaksanaan program-program dari sebuah pemberdayaan
masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Berkurangnya jumlah penduduk miskin.
b. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh
penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga miskin dilingkungannya.
d. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin
berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, semakin
41
Achmad Subianto, Ringkasan Dan Bagaimana Membayar Zakat, (Yayasan bermula
dari kanan: Jakarta, 2004), h. 40
50
kuatnya permodalan kelompok, makin rapih system administrasi
kelompok, serta semakin luasnya interaksi kelompok dengan
kelompok lain di dalam masyarakat.
e. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang
ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mempu
memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.
Dari indikator di atas, yang disebut dengan masyarakat itu berdaya,
jika masyarakat itu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan mampu
mensejahterakan masyarakat sekitarnya.42
42
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat Dan Jaringan Pengaman Social,
(Jakarta : Gramedia pustaka utama, 1999), h. 29
51
BAB III
GAMBARAN UMUM BAZNAS
A. Sejarah Berdirinya Baznas
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan
satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI
No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan
menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagailembaga yang berwenang
melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut, BAZNAS
dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan
bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan demikian,
BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan
zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian
hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.
Selain menerima zakat, BAZNAS juga dapat menerima infak, sedekah,
dan dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan pendayagunaan infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya dilakukan sesuai dengan syariat
Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi dan
harus dilakukan pencatatan dalam pembukuan tersendiri.
52
Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Hak Amil. Sedangkan BAZNAS provinsi
dan BAZNAS kabupaten/kota dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah dan Hak Amil, serta juga dapat dibiayai dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
Perintah untuk pengambilan zakat secara umum didasarkan pada perintah
Allah sesuai dengan QS At Taubah : 103
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS At-Taubah: 103) .1
Kehadiran BAZNAS diharapkan menjadi modal bagi pengelola lembaga
zakat yang dapat mengemban Amanah baik dari Muzakki, terlebih lagi bagi
mustahik yang menggantungkan harapannya pada dana ZIS, sesuai dengan azas
yang dimiliki oleh BAZNAS dalam mengelola dana ZIS masyarakat, yaitu moral
yang amanah, manajemen yang transfaran dan profesioanl, serta pengembangan
yang kreatif dan inovatif.
Berbagai penghargaan telah didapatkan BAZNAS dalam empat tahun
terakhir yaitu:
a) Tahun 2008, BAZNAS telah mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000
1 Al-Qur’an dan Terjemah
53
b) Tahun 2009, BAZNAS adalah lembaga pertama yang memperoleh
sertifikasi ISO 9001-2008
c) Tahun 2009 BAZNAS juga mendapatkan penghargaan the best ouality
management dari karim business consulting
d) BAZNAS berhasil memperoleh predikat laporan keuangan terbaik
untuk lembaga non departemen versi Departemen Keuangan RI tahun
2008
e) BAZNAS meraih “The Best Innovation Programme” dan The Best In
Transparency Management
B. Legal Formal BAZNAS
1. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah non-struktural yang mandiri
bertanggung jawab kepada Presiden.
2. BAZNAS dibentuk dengan Keputusan Presiden (Keppres) RI No. 8 Tahun
2001 tanggal 17 Januari 2001.
3. Keputusan Menteri Agama Nomor 118 Tahun 2014 tentang Pembentukan
Badan Amil Zakat Nasional Provinsi
4. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/568
Tahun 2014
5. BAZNAS berwenang melaksanakan tugas pengelolaan zakat secara nasional.
54
6. BAZNAS melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
pelaporan dan pertanggungjawaban atas pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.2
C. Visi dan Misi BAZNAS
Visi
Menjadi Badan Zakat Nasional yang Amanah, Transparan dan Profesional.
Misi
1. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat melalui amil zakat.
2. Meningkatkan penghimpunan dan pendayagunaan zakat nasional sesuai
dengan ketentuan syariah dan prinsip manajemen modern.
3. Menumbuh kembangkan pengelola/amil zakat yang amanah, transparan,
profesional, dan terintegrasi.
4. Mewujudkan pusat data zakat nasional.
5. Memaksimalkan peran zakat dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia
melalui sinergi dan koordinasi dengan lembaga terkait.
D. Program Pemberdayaan Ekonomi Baznas
Program BAZNAS dalam bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat,
program ini memiliki tujuan yaitu untuk menumbuhkan kemandirian mustahik,
lebih jauh agar mereka bisa menjadi muzakki. Program pemberdayaan ekonomi
2 http://pusat.baznas.go.id/profil. di akses pada tanggal 1 Januari 2015
55
masyarakat merupakan program yang amat penting dalam upaya memberikan
jaminan kehidupan masa depan kaum dhuafa.
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh BAZNAS
ada beberapa jenis, yaitu3:
1. Pelatihan Kewirausahaan.
Pelatihan kewirausahaan memiliki tujuan sebagai berikut:
a) Mengurangi pengangguraan.
b) Membantu kaum dhuafa agar memiliki keterampilan siap bekerja.
c) Membantu lulusan agar dapat bekerja pada bidang yang dikuasai.
d) Membantu lulusan agar mampu memiliki usaha mandiri dengan
system bapak angkat
e) Membantu kalangan dunia usaha mendapatkan SDM yang memiliki
keterampilan yang dibutuhkan.
Berdasarkan tujuannya pelatihan kewirausahaan dapat mendukung
tugas pemerintah dalam memberikan jaminan penghidupan yang layak bagi
kaum miskin. Penghidupan yang layak atau hak sosial rakyat yang diberkan
tidak hanya bersifat filantropi, melaikan dapat melaksanakan pemberdayaan
bagi rakyat. Sesuatu empowerment dikatakan berhasil apabila menghasilkan
3 http://pusat.baznas.go.id/program pemberdayaan ekonomi. di akses pada tanggal 22
Semptember 2015
56
self-empowerment. Apabila dihubungkan dengan pendayagunaan zakat maka
self-empowerment yaitu keadaan para mustahik yang berhasil menjadi
muzakki. Para mustahik yang awal mulanya mendapatkan zakat berubah
menjadi orang yang dapat mengeluarkan zakat.4
2. BAZNAS Sentral Ternak
Program pemberdayaan yang dilakukan BAZNAS yaitu program
BAZNAS sentral ternak. Dengan program tersebut para petani ternak
diharapkan dapat meningkatkan pendapatannya sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Sebagaimana program pemberdayaan lainnya, sentral ternak ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
a) Memfasilitasi pertenak gurem dan perternak yang tergolong mustahik
untuk dijadikan pertenak modern.
b) Sebagai wadah untuk pusat pelatihan peternak untuk pengembangan
kepada peternak berbasis comitee development.
c) Meciptakan lumbung ternak didaerah.
d) Memberikan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja secara optimal.
4 http://pusat.baznas.go.id/program pemberdayaan ekonomi. di akses pada tanggal 22
Semptember 2015
57
Adanya program sentral ternak ini memberikan peluang kerja yang
baik dan pemberdayaan masyarakat lokal sesuai kondisi wilayah yang ada,
sehingga upaya urbanisasi yang besar-besaran ridak akan terjad5i.
3. Lapak Sampah Terpadu
Upaya BAZNAS memberdayakan dhuafa tidak terbatas pada para
petani atau masyarakat lainnya untuk berwirausaha. BAZNAS juga
memberikan perhatian kepada para pemulung sampah melalui program lapak
sampah terpadu. Upaya untuk peningkatan pendapatan para pemulung
melalui pemberdayaan akan lebih baik apabila dilakukan secara
komperhensif. Yakni pemberian keterampilan dalam memanfaatkan sampah
yang layak dipakai sehingga mereka tidak terus-menerus dalam pekerjaan
seperti semula. Kerja sama terhadap intansi pemerintah yang bergerak
terhadap pembinaan masyarakat miskin seperti kementrian sosial sangatlah
diperlukan sehingga hasil yang akan dicapai dapat maksimal.
4. Lubuk Tanah Organik.
Indonesia sebagai Negara agraris memiliki lahan pertanian yang cukup
luas walaupun saat ini semakin berkurang dengan adanya perluasan industri.
Namun masih banyak penduduk yang menggantungkan hidupnya pada usaha
pertanian. Dalam upaya peningkatan petani miskin, BAZNAS memiliki
5 http://pusat.baznas.go.id/program pemberdayaan ekonomi. di akses pada tanggal 22
Semptember 2015
58
sebuah program pemberdayaan yang diberi nama gerakan petani organik.
Dengan adanya gerakan petani organik, para petani diajak untuk kembali
pada keseimbangan alam dengan menerapkan pertanian yang alami tanpa
penggunaan asupan kimia yang semakin berkembang pada saat ini.6
Program lumbung tani organik memiliki beberapa tujuan yaitu:
a) Menghasilkan pangan yang sehat bebas dari obat-obatan dan zat-zat
kimia yang mematikan.
b) Meningkatkan kapasitas petani dan kopentensi petani dalam rangka
pengelolaan SDA ramah lingkungan.
c) Meningkatkan taraf hidup para petani yang dari dhuafa.
Dengan adayan program lumbung tani organik yang dilakukan oleh
BAZNAS, maka akan membantu para petani dalam meningkatkan taraf
hidupnya yang lebih baik lagi. Dan menjadikan petani yang awal mulanya
menerina zakat berubah menjadi para petani muzzaki.
5. Pemberdayaan Kampung Nelayan
Keberadaan para nelayan di Indonesia saat pada umumnya hidup pada
kondisi yang amat sangat memperhatinkan. Berbeda dengan kondisi yang
wilayah lautnya yang amat luas, sehingga tanpak paradoks. Sebagai bentuk
upaya memberikan kepedulian terhadapa para nelayan, BAZNAS
6 Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat prinsip dan praktek Pemberdayaan
Ekonomi,(Jakarta: Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012), cet, 1. h. 86.
59
meluncurkan program pemberdayaan bagi nelayan. Hal tersebut dilakukan
karena poteni perikanan di Republik Indonesia yang sangat berlimpah di
perairan darat maupun di lautan. Sebagian besar pulau-pulau di Indonesia
memiliki kekayaan sumberdaya alam yang amat cukup luas dan potensi
pembangunan ekonomi cukup baik. Namun potensi tersebut untuk saat ini
belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan rakyat.7
Program ini memiliki tujuan bagi nelayan yaitu:
a) Meningkatkan pengetahuan nelayan dan masyarakat dalam
memaksimalkan potensi diri dan lingkungan.
b) Meningkatkan keterampilan dan kemampuan nelayan dalam berbasis
potensi laut wilayah.
Dengan adanya program ini diharapkan mampun meningkatkan dan
kemampuan nelayan dalam melakukan aktivitasnya dalam hal menangakat
ikan. Dan mampu meningkatkan taraf hidup yang lebih baik dan membentuk
para nelaya untuk menjadi muzzaki.
6. Pemberdayaan Perempuan
Pemberdayaan perempuan adalah program peningkatan kualitas
perempuan, yang terfokus pada 3 tujuan yaitu, pemberdayaan perempuan
7 Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat prinsip dan praktek Pemberdayaan
Ekonomi,(Jakarta: Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012), cet, 1. h. 87.
60
melalui kegiatan ekonomi produktif, kegiatan perempuan kegiatan kesehatan,
dan pemberdayaan perempuan melalui kegiatan pendidikan.
Adapun tujuan dari program pemberdayaan perempuan adalah:
a) Memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat bawah baik dari tingkat
praktis maupun strategis.
b) Meningkatkan kesadaran khusus untuk para perempuan dalam segi
kesehatan untuk menurunkan tingkat kematian ibu.
Untuk mencapai target program pemberdayaan ekonomi dengan tujuan
meningkatkan taraf hidup kaum dhuafa dan menjadikan mereka sebagai
muzzaki, dengan ini BAZNAS menetapkan standar mutu yang dapat dijadikan
sebagai pijakan dalam mengevaluasi sasaran pencapaian. Standar mutu
pencapaian tersebut menjadikan kaum dhuafa memiliki kemandirian dengan
terpenuhinya kebutuhan mendasar hidup seperti sandang, pangan, dan papan,
dan selain itu untuk menjadikan mereka semua sebagai muzzaki.8
8 Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat prinsip dan praktek Pemberdayaan
Ekonomi,(Jakarta: Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012), cet, 1. h. 89.
61
E. Struktur Organisasi Baznas
Secara umum struktur organisasi baznas sebagai berikut:
Pengurus BAZNAS Periode 2008-2011 yang ditetapkan dengan Keputusan
Presiden No. 27 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Susunan
Keanggotaan BAZNAS, yang seharusnya berakhir pada tanggal 7 November
2011, telah diperpanjang masa kepengurusannya dengan Keputusan Menteri
Agama Nomor 10 Tahun 2012, tanggal 24 Januari 2012 tentang Perpanjangan
Sementara Masa Bakti Keanggotaan BAZNAS Periode 2008-2011. Perpanjangan
diberikan sampai dengan terbentuknya keanggotaan BAZNAS sesuai UU Nomor
2011. Dengan demikian, Pengurus BAZNAS tetap berjumlah 33 orang yang
62
terdiri atas Badan Pelaksana 19 orang, Dewan Pertimbangan 7 orang, dan Komisi
Pengawas 7 orang.9
No Nama Jabatan
1 Prof. Dr.KH.Didin Hafidhuddin, M.Sc Ketua Umum
2 Laksda (Purn) H. Husein Ibrahim, MBA Ketua Bidang Program
3 dr. H. Naharus Surur. M. Ked. Ketua Bidang Jaringan
4 drh. Emmy Hamidiyah, M.Si Sekretaris Umum
5 M. Fuad Nasar. S.sos Wakil Sekretaris
6 Hj. Isye S. Latief Bendahara Umum
7 Teten Kustiawan, SE, Ak Wakil Bendahara
8 Dr. Siti Chalimah Fajriyah, SE., Akt., MM Divisi Pengumpulan
9 Bakhtiar Rakhman, SE Divisi Pengumpulan
10 Drs. H. Mohammad Siddik Kertapati, MA Divisi Pengumpulan
11 Drs. H. Abd Rahman Anwar Divisi Pendistribusian
12 Abdullah Hasyim, MA, MBA Divisi Pendistribusian
13 Drs. Syahrullah Iskandar, MA Divisi Pendistribusian
14 Taufik Hidayat, M. Ec Divisi Pendayagunaan
15 L.I.A Muzaffar Daud Divisi Pendayagunaan
16 Drs. Mas’ud Halimi, MA Divisi Pendayagunaan
9 http://pusat.baznas.go.id/struktur organisasi . di akses pada tanggal 1 Januari 2015
63
17 Dr. Setiawan Budi Utomo, Lc Divisi Pengembangan
18 Dr. Ahmad Mukhlis Yusuf Divisi Pengembangan
19 Dra. Hj. Elvi Hudriyah, MA Divisi Pengembangan
20 H. Muchtar Zarkasyi, SH Ketua Dewan Pertimbangan
21 Prof. Dr. Nasrun Haroen, MA Sekretaris Dewan
Pertimbangan
22 Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA Anggota Dewan
Pertimbangan
23 Drs. H. Djamal Doa (Alm) Anggota Dewan
Pertimbangan
24 Prof. Dr. Hj. Huzaemah T Yanggo, MA Anggota Dewan
Pertimbangan
25 Drs. H. Mubarok Anggota Dewan
Pertimbangan
26 Drs. H. Amidhan Anggota Dewan
Pertimbangan
27 Drs. H. Achmad Subianto, MBA Ketua Komisi Pengawas
28 Drs. H. Tulus Sekretaris Komisi
Pengawas
29 Drs. H. Mundzir Suparta, MA Anggota Komisi Pengawas
30 Drs. H. Basri Barmanda, M.BA Anggota Komisi Pengawas
31 Prof. Dr. H. Artani Hasbi Anggota Komisi Pengawas
32 Drs. KH. Masrur Ainin Najih Anggota Komisi Pengawas
64
33 H. Iskandar Zulkarnain, SE Anggota Komisi Pengawas
Dalam undang-undang zakat, telah menetapkan keputusan menteri agama
tentang pelaksanaan undang-undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat. khusus pada bab II paragraf 1 pasal 3 dan pasal 9 di jelaskan mengenai
susunan organisasi dan tata kerja badan amil zakat nasional. Di antaranya adalah:
1. Badan Amil Zakat Nasional terdiri atas dewan pertimbangan, komisi
pengawasan dan badan pelaksana.
2. Badan pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang
ketua umum, dua orang ketua, seorang sekretaris umum, dua orang sekretaris,
seorang bendahara, devisi pengumpulan, devisi pendistribusian, devisi
pendayagunaan dan devisi pengembangan.10
Sedangkan untuk tugas, wewenang dan tanggung jawab dijelaskan
pada pasal 9, diantaranya adalah:
Badan pelaksanaan badan amil zakat nasional bertugas:
1. Menyelenggarakan tugas administrative dan teknis pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat; mengumpulkan dan mengolah
data yang diperlukan untuk penyusunan rencana pengelolaan zakat.
10
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, h.
40-41.
65
2. Menyelenggarakan tugas penelitian, pengembangan, komunikasi,
informasi dan edukasi pengelolaan zakat.
3. Membentuk dan mengukuhkan Unit Pengumpulan Zakat sesuai wilayah
operasiona.
F. Penyaluran Dana Zakat BAZNAS
Sesuai dengan Undang-undang No. 38 tahun 1999 bahwa BAZNAS juga
melakukan kegiatan penyaluran baik yang secara langsung maupun yang tidak
langsung. Berkaitan dengan penyaluran, maka BAZNAS mempunyai dua strategi
yaitu:
1. Penyaluran secara langsung adalah penyaluran yang dilakukan langsung
kepada mustahik. Penyaluran langsung ini dilakukan oleh USZ konter.
2. Penyaluran secara tidak langsung adalah penyaluran yang dilakukan oleh
BAZNAS melalui lembaga (mitra). Penyaluran secara tidak langsung ini
dilakukan oleh Unit Saluran Zakat (USZ) mitra seperti badan amil zakat
(BAZ), lembaga amil zakat (LAZ), dan USZ mitra yang ada di BUMN,
BUMS, BMT, Lembaga masjid.
Penyaluran ZIS BAZNAS didasarkan pada kriteria penerimaan ZIS yang
ditetatapkan secara syariah : Fakir, Miskin, Amil, Mualaf, Riqab, Ghorimin,
Fisabilillah dan Ibnu Sabil. Kegiatan penyaluran dana zakat meliputi:11
11
Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa Konsep Sistem Ekonomi
Syariah, (Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah, 2007), h. 209.
66
1. Bantuan Kemanusian12
Adalah upaya program membantu dan meringankan kelompok
masyarakat yang tertimpah bencana alam maupun kemanusian.
Pelayanan yang diberikan berupa bantuan kebutuhan pokok dan obat-
obatan.
2. Bantuan Kesehatan
Penyaluran dalam bidang kesehatan dilakukan dalam beberapa program
yaitu pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat tidak mampu dan
pemberian bimbingan dan penyaluran serta bantuan biaya rumah sakit
dan operasi untuk mustahik diluar Jakarta yang tidak dapat di jangkau
oleh dokter BAZNAS. Pelayanan kesehatan gratis dilakukan dalam
model Unit Kesehatan Keliling (UKK), dimana ambulance
BAZNAS beserta tim medis (seorang dokter dan seorang apoteker)
melakukan kunjungan di berbagai wilayah DKI Jakarta. Selama ini
UKK BAZNAS telah mempunyai jadwal kunjungan tetap selama 6 hari
dalam seminggu di 14 kecamatan di wilayah DKI JAYA, yaitu di kebon
pala, senen, Galur, Cilincing, dll.
3. Bantuan Pendidika.
12 Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa Konsep Sistem Ekonomi
Syariah, (Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah, 2007), h. 210.
67
Penyaluran dalam bidang pendidikan dipriotaskan dalam pemberian
dana beasiswa bagi pelajar yang tidak mampu. Penyaluran beasiswa ini
baik dilakukan sendiri maupun kerjasama dengan yayasan GNOTA
untuk beasiswa bagi murid SD sampai tingkat SMP dan yayasan ORBIT
bagi murid SMU dan Perguruan Tinggi. Penerima bantuan beasiswa
BAZNAS sampai dengan sekarang adalah sebanyak 2.268 orang
4. Bantuan Ekonomi
Program pengembangan ekonomi masyarakat miskin dilakukan dalam
tiga pola yaitu13
:
a. Pemberian modal kerja secara langsung
b. Pemberian modal kerja melalui pembiayaan oleh BMT yang
dijamin oleh dana BAZNAS
c. Pemberian sarana kerja
5. Kegiatan Dakwah
Selama ini kegiatan dakwah yang dilaksanakan oleh BAZNAS yaitu:
pengiriman dai ke daerah terpencil sepertim Jaya pura; program dai
mitra BAZNAS; pembiayaan dai ke daerah yang konflik; dan kegiatan
ke Islaman, kerjasama dengan lembaga keagamaan
13
Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa Konsep Sistem Ekonomi
Syariah, (Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah, 2007), h. 210.
68
6. Masyarakat Mandiri
Adalah program dibidang peningkatan kualitas sumber daya manusia,
melalui program pengkajian dan pelatihan terpadu yang berkerja sama
dengan intansi lain.14
14
Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa Konsep Sistem Ekonomi
Syariah, (Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah, 2007), h. 211.
69
BAB IV
STRATEGI PENYALURAN DANA ZAKAT DAN PENINGKATAN
EKONOMI MASYARAKAT.
A. Strategi Penyaluran Dana Zakat Melalui Program Pemberdayaan
Ekonomi.
Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak
sedikit umat yang jatuh peradapannya hanya karena kefakiran. Karena itu
seperti sabda nabi yang menyatakan bahawa kefakiran itu mendekati kepada
kekufuran. Islam sebagai Ad-diin telah menawarkan beberapa doktrin bagi
manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu
kebahagian dan kesejahteraan hidup di dunia serta kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di akhirat. Salah satu cara dalam menanggulangi
kemiskinan adalah dengan dukungan orang-orang yang mampu untuk
mengeluarkan harta kekayaannya berupa dana zakat kepada mereka yang
kekurangan. Zakat adalah salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis
dan sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat
serta pembangunan ekonomi umumnya1
Tujuan zakat tidak hanya sekedar menyantuni orang miskin secara
konsumtif, tetapi memiliki tujuan yang lebih permanen yaitu mengentas
1 Ahmad M. Saepudin (1987). Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, ed.
1(Jakarta: CV Rajawali) hlm. 71
70
kemiskinan. Salah satu yang menunjang kesejahteraan hidup di dunia dan
menunjang hidup di akhirat adalah adanya kesejahteraan ekonomi. Ini
merupakan seperangkat alternative untuk mensejahterakan umat islam dari
kemiskinan dan kemeralatan. Zakat memiliki peranan yang sangat strategis
dalam upaya pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda
dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki
dampak balik apapun kecuali ridha dan mengharapkan pahala dari Allah
semata. Namun demikian, bukan berati mekanisme zakat tidak ada system
kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat dari: pertama, zakat merupakan
panggilan agama. Ia merupakan cerminan dari keimanan seseorang. Kedua,
sember zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya orang yang membayar
zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah membayar akan terus
membayar. Ketiga, zakat secara emperik dapat menghapus kesenjangan social
dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi asset dan pemerataan
pembangunan.2
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan lembaga nasional
yang mempunyai banyak program, untuk mengoptimalisasi dana zakat, infaq
dan shodaqoh serta sumber filantropi lainnya mengajak semuanya untuk
bergabung dalam gerakan merangkai masyarakat mandiri melalui program-
program pemberdayaan Ekonomi masyarakat. Tujuan gerakan ini adalah
2 Muhammad Ridwan (2005). Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII
Press), cet 2 . hlm. 189-190
71
membangkitkan pertisipasi masyarakat untuk dapat memberdayakan potensi
diri dan lingkungannya secara mandiri dengan cara memberikan pelatihan
kepada masyarakat.
Metode yang digunakan oleh Baadan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
dalam menyalurkan dana zakat, infaq, dan shodaqoh khususnya pada program
pemberdayaan ekonomi dengan cara metode menyalurkan secara langsung
dan metode menyalurkan secara tidak langsung.
1. Metode Penyaluran Langsung
Metode penyaluran secara langsung adalah metode yang
menggunakan tehnik atau cara yang bersifat konsumtif,
manfaatnya langsung diterima oleh mustahik, model ini misalnya
dilakukan dengan cara layanan konter mustahik, layanan kesehatan
Cuma-Cuma bagi mustahik, layanan beasiswa untuk 1 keluarga 1
sarjana.
Tahun 2012 2013 2014
Jumlah pelayanan
mustahik
19.783.541.568 22.181.535.046 27.995.060.511
2. Metode Penyaluran Tidak Langsung
Metode penyaluran tidak langsung adalah suatu model yang
menggunakan tehnik atau cara-cara yang bersifat tidak konsumtif
72
dimana para mustahik diberikan pelatihan pemberdayaan oleh
BAZNAS, model ini misalnya dilakukan dengan cara memberikan
kepelatihan kewirausahaan, memberikan pelatihan kepada para
petani, memberikan pelatihan kepada pemulung sampah melalui
program lapak sampah terpadu, memberikan pelatihan kepada para
nelayan agar para nelayan dapat meningkatkan pengetahuan
nelayan dan para nelayan mampu memaksimalkan potensi diri dan
lingkunganya dan memperdayakan perempuan yang terfokus pada
3 tujuan yaitu pemberdayaan perempuan melalui kegiatan ekonomi
produktif, pemberdayaan perempuan melalui kegiatan kesehatan
dan pemberdayaan perempuan melalui kegiatan pendidikan.
tahun 2012 2013 2014
RMB
pemberdayaan
ekonomi
18.037.539.044 21.119.559.447 26.999.394.699
Tabel diatas adalah total jumlah penyaluran baik konsumtif dan
tidak konsumtif, efektifitas dalam penyalurannya adalah sebesar
67,50%.
73
Tahun Jumlah penyaluran
2012 39.567.083.136
2013 44.363.070.093
2014 55.990.121.023
Sumber: Laporan Keuangan BAZNAS
Gambar 4.1
Jumlah penyaluran dana ZIS Baznas
Tabel di atas memperlihatkan informasi tentang jumlah penyaluran
dana zakat pada BAZNAS pada tahun 2012 sampai 2014. Tahun 2012 jumlah
penyaluran dana zakat sebesar Rp. 39.567.083.136 dan mengalami
peningkatan sebesar 27,48%, sehingga jumlah penyaluran dana zakat pada
tahun 2013 berjumlah Rp. 44.363.070.093. Dan mengalami peningkatan
sebesar 20,13%, sehingga tahun 2014 jumlah penyaluran dana zakat menjadi
Rp. 55.990.121.023.
Metode yang digunakan oleh BAZNAS dengan cara menyalurkan
secara langsung dan metode menyalurkan secara tidak langsung sangatlah
efektif, karena tidak hanya mustahik yang berada di wilayah Jakarta saja yang
bisa mendapatkan program pemberdayaan dan program-program lainnya,
tetapi seluruh masyarakat Indonesia mampu mendapatkan program
pemberdayaan dan program-program yang ada di BAZNAS. Telah
74
membuktikan peningkatan jumlah layanan program pemberdayaan ekonomi
yang amat bagus, berikut jumlah diagram layanan.
B. Dampak Penyaluran Dana Zakat Melalui Program Pemberdayaan
Ekonomi Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat.
BAZNAS merupakan lembaga yang bagus dalam menjalankan
kegiatan penyaluran dana zakat serta mempunyai manajemen yang bagus.
Begitu banyak program yang dimunculkan oleh BAZNAS tercover dengan
baik, tentunya dengan dirancangnya setiap program-program tersebut
memberikan harapan dan memberikan dampak yang positif bagi mustahik,
karena kembali kepada tujuan program pemberdayaan ekonomi yang
dilakukan oleh BAZNAS itu sendiri, memberdayakan potensi diri masyarakat,
serta mengatasi problem kemiskinan dengan pemberdayaan ekonomi.
Pemberdayaan Ekonomi yang dilakukan oleh BAZNAS memang sangatlah
luas ruang lingkupnya, karena lembaga ini telah melakukan programnya
dibeberapa wilayah yang ada di Indonesia.
Dengan dijalankannya strategi penyaluran yang bagus, maka program-
program yang dijalankanpun berjalan dengan baik. Karena suatu organisasi
tanpa adanya strategi, maka program pemberdayaan ekonomi masyarakat
tidak akan berjalan semaksimal mungkin. Strategi yang dilakukan dalam
suatu organisasi sangat mempengaruhi jumlah penyaluran dana zakat.
75
Model strategi penyaluran dana zakat yang dilakukan BAZNAS adalah
dengan menggunakan dua metode saja yaitu penyaluran yang secara langsung
dan penyaluran yang tidak langsung. Dari dua model strategi ini BAZNAS
telah membuktikan peningkatan jumlah layanan program pemberdayaan
ekonomi yang luar biasa, berikut diagram jumlah layanan:
Gambar 4.2
Jumlah Layanan Program Pemberdayaan Ekonomi
Dari grafik di atas, terlihat sangat jelas bahwa perkembangan jumlah
layanan dalam program Rumah Makmur Baznas (RMB) ini dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Pada tahun 2013 jumlah layanan pada program
RMB awalnya hanya berjumlah 2.968 warga binaan, pada awal tahun 2014
meningkat menjadi 9.374 warga binaan, dan tidak menutup kemungkinan
pada tahun 2015 akan jauh lebih meningkat lagi.3
3 Hasil wawancara oleh bapak Deni Hidayat sebagai Manajer Program pemberdayaan
BAZNAS Jakarta Pusat, pada hari Jum’at, 14 Agustus 2015.
tahun 20130
200000
tahun 2013
tahun 2014
76
Khusus dalam program RMB, program ini mempunyai tujuan tersendiri.
Berikut perkembangan mustahik yang mendapatkan program ini. Cukup
lumayan banyak jumlah mustahiq yang sudah mandiri, sudah 10% dari jumlah
fakir sebelumnya.
Sumber : perkembangan mustahik rumah makmur BAZNAS
Gambar 4.3
Mustahik Menuju Mandiri 2014
Dari gambar di atas menjelaskan bahwa jumlah 10% dari mustahik
mandiri itu jumlah yang cukup membanggakan. Karena mustahik mandiri ini
mustahik hasil seleksi yang sudah terpenuhi kebutuhannya, hal ini bukan hal
yang tidak mudah dijalankan dari fakir hingga menjadi mandiri.
45%
26%
19%
10%
Mustahik Menuju Mandiri 2014
fakir
miskin
berdaya
mandiri
77
Program pemberdayaan
Ekonomi RMB
Sumber : Rumah Makmur BAZNAS
Dijelaskan pada gambar di atas tingkat fakir yang keterangannya di
bawah RMB itu berawal dari mustahik yang mendapatkan program
pemberdayaan ekonomi Rumah Makmur BAZNAS (RMB), sedangkan pada
tingkat miskin sudah termasuk mustahik yang sudah mendapatkan program
RMB yaitu program pemberdayaan ekonomi, akan tetapi lebih kepada
pelatihan skill dan mendapat pembiayaan bersifat qordul hasan. Sedangkan
untuk tingkat berdaya dan mandiri itu mustahik yang sudah lepas dari
pembinaan BAZNAS, artinya bahwa mustahik ini bukan lagi diberikan
pembiayaan akan tetapi sudah seharusnya mengeluarkan zakatnya
Berdaya Mandiri
Miskin
Fakir
Di bawah RMB
160 orang
di atas nilai RMB
3813 orang
Antara 15% -(-)15%
1368 orang
15% di atas
nisab zakat
400 orang
78
”khususnya yang sudah mandiri”.mengapa demikian, karena tujuan
BAZNAS adalah bagaimana menjadikan mustahik menjadi muzakki.4
4Hasil wawancara oleh bapak Deni Hidayat sebagai Manajer Program pemberdayaan
BAZNAS Jakarta pusat, pada hari Jum’at, 14 Agustus 2015.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan dan dijelaskan pada bab-
bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Mekanisme yang digunakan oleh BAZNAS dalam menyalurkan dana zakat,
menggunakan dua strategi dalam penyaluran yaitu:
a. Penyaluran dana zakat yang dilakukan secara langung yang bersifat
konsumtif. Dana zakat ini disalurkan langsung kepada mustahik
dengan cara membuka layanan konter mustahik, layanan kesehatan
Cuma-Cuma bagi mustahik, layanan beasiswa bagi mustahik,
pemberian modal untuk usaha bagi mustahik.
b. Penyaluran dana zakat yang dilakukan secara tidak langsung yang
bersifat produktif. Dana zakat ini tidak disalurkan secara langsung
kepada mustahik melainkan BAZNAS melakukan pemberdayaan
kepada mustahik berupa, pelatihan kewirausahaan untuk mustahik,
pemberdayaan nelayan bagi mustahik, pemberdayaan perempuan, dan
pemberdayaan bagi petani.
80
2. Dampak penyaluran dana zakat melalui program pemberdayaan ekonomi
bagi masyarakat adalah. Mustahik yang sudah mengikuti program
pemberdayaan yang dilakukan oleh BAZNAS mampu meningkatkan
kebutahan ekonomi bagi keluarganya. Pada tahun 2014 dari jumlah 9.374
mustahik yang dipemberdayakan oleh BAZNAS mengalami perkembangan
sebesar 10% dari jumlah tersebut.
A. Saran
Walaupun secara umum penyaluran dana ZIS serta jumlah layanan
program rumah makmur BAZNAS selalu mengalami peningkatan dari tahun-
ketahun, namun penyaluran yang dilakukan oleh BAZNAS masih perlu
ditingkatkan lagi, agar strategi penyaluran dana zakat, infaq dan shodaqah lebih
optimal. Mengingat banyaknya program BAZNAS, maka BAZNAS harus lebih
meningkatkan kinerja agar mampu menciptakan masyarakat mandiri dan mampu
menciptakan mustahik menjadi muzzaki.
81
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemah
Ali Nurdin Mhd. Ali. Zakat Sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal.Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada 2006.
Amsari,Fuad. Islam kaafah tantangan dan aplikasinya , Jakarta ;Gip, 1995.
Bariyah, Nurul Oneng. Total Quality Management Zakat prinsip dan praktek Pemberdayaan
Ekonomi,Wahana Kardofa FAI UMJ: 2012.
Bariadi Lili, dkk. Zakat dan Wirausaha, Ciputat: CED, 2005.
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman,Naskah Akademis Peraturan Per
Undang-Undangan tentang Perlindungan Usaha Kecil, 1991.
Bazis Provinsi Dki Jakarta dan Institut Manajemen Zakat,Manajem Zis Bazis Provinsi Dki
Jakarta, Jakarta : Bazis Provinsi Dki Jakarta, 2006.
Doa, Djamal. Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Memerangi Kemiskinan,Jakarta: Nuansa
Madani,2004.
David Fred R, Manajemen Strategik Konsep, Jakarta: Preanhalindo, 2002.
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Jakarta: Preanda Media Group, 2009
Faulkner, David dan Gerry, Johnson. Strategi Manajemen, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
1995.
Hafidhuddin Didin. Zakat dalam Perekonomian Modern Jakarta: Gema Insani, 2004.
Hariadi Bambang, Strategi Manajemen, Malang: Bayumedia, 2003
82
Institut Manajem Zakat, Profil 7 Badan Amil Zakat Daerah Provinsi dan Kabupaten Potensial di
Indonesia ciputat : PT. Mitra Cahaya Utama, 2006.
Majid Abdul, Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, Bandung :
Pustaka setia, 2002.
Matondang, Manajemen Strategik, Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Muhammad, Ekonomi Makro Dalam Persepktif Islam, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, 2004.
Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, Yogyakarta : BPFE, 2000.
Morrisey George L, Pendoman Pemikiran Strategi, Jakarta: Prenhalllindo, 1997.
Poerwadaminta W.H.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta : Balai Pustaka, 1999.
Prihatini Farida, Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan Prakteknya di Indonesia Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Sakti Ali, Analisis Teoritis Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern, Jakarta:
Paradigma dan AQSA Publishing, 2007.
Sumarsan Thomas, Sistem Pengendalian Manajemen, Jakarta: Indeks, 2013.
Uchayana Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1992.
Yunus Muhammad, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Press 2009.
83
Internet
http;//www. Portalgaruda.org/article.php/ strategi pengelolaan zakat dalam pengetasan
kemiskinan, html. Diakses pada 1 desember 2014
http://gerakaninfaq.blogspot.com/2010/06/perbedan-dan-pengertian-zakat-infaq.html. Diakses
pada tanggal 24 November 2014 jam 20.23
http://chikacimoet.blogspot.com/2013/02/pemberdayaan-masyarakat.html diakses pada 20
Januari 2015 jam 13.00
http://pusat.baznas.go.id/program pemberdayaan ekonomi. diakses pada tanggal 22 september
2015,
PERTANYAAN WAWANCARA
NamaResponden : Deni Hidayat
Jabatan : Manajer program pemberdayaanekonomi
1. Bagaimanasejarah BAZNAS?
Baznas dibentuk berdasarka nundang-undang tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dan
ditetapkan oleh keputusan Presiden no 8 tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat Nasional
sesuai dengan amanat undang-undang no 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat yang
berlaku.
2. Bagaimanastrukturorganisasi yang ada di BAZNAS?
Struktur BAZNAS mengaju pada peraturan Presiden
3. Bagaimanaproporsipenyalurandana zakat?
100 persen untuk mustahik
4. Program apasajayang terdapatprogram pemberdayaanekonomi yang ada di BAZNAS?
Pelatihan wirausaha, lapak sampa hterpadu, pelatihan kepad anelayan, pelatihan kepada
petani
5. Apasyarat-syaratnyabagimustahik yanginginmendapatkan program yang ada di BAZNAS
khususnyapemberdayaanekonomi?
KTP, surat keterangan tidak mampu, suratdomisili.
6. Selama dua tahun ini dengan strategi penyaluran yang di gunakan, berapa jumlah mustahik
yang ada di BAZNAS?
Pada tahun 2013 ada 2.968 warga binaan, dan ditahun 2014 ini menjadi 9.374 binaan.
7. Bagaimana strategi penyaluran dana zakat untuk pemberdayaan ekonomi yang dilakukan
BAZNAS?
Dengan mengunakan penyaluran secara langsung dan tidak langsung
8. Bagaimana dampak penyaluran dana zakat melalui program pemberdayaan ekonomi
terhadap peningkatan ekonomi masyarakat ?
Dampaknya adalah sudah banyak mustahik yang mampu meningkatkan perekonomian
keluargannya.