142
1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER) DISERTASI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor Program Studi Ilmu Kedokteran Minat Utama Patobiologi dan Patomekanisme Oleh IDA NURWATI NIM : T 501108006 PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN (S-3) PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

1

PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13)

DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN

AIRWAY REMODELING MENCIT

MODEL ASMA KRONIK

(KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

DISERTASI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor

Program Studi Ilmu Kedokteran

Minat Utama Patobiologi dan Patomekanisme

Oleh

IDA NURWATI

NIM : T 501108006

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN (S-3)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

2

PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13)

DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN

AIRWAY REMODELING MENCIT

MODEL ASMA KRONIK

(KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

DISERTASI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor

Program Studi Ilmu Kedokteran

Minat Utama Patobiologi dan Patomekanisme

Oleh

IDA NURWATI

NIM : T 501108006

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN (S-3)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

3

Halaman Pengesahan Disertasi

PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13)

DAN ZUSANLI (ST -36) PADA INFLAMASI DAN

AIRWAY REMODELING MENCIT

MODEL ASMA KRONIK

(KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

DISERTASI

Oleh

IDA NURWATI

NIM. T501108006

Komisi

Promotor

Nama Tanda Tangan Tanggal

Promotor Prof. Dr. Bambang Purwanto, dr, Sp.PD-KGH,

FINASIM

NIP. 19480719 197609 1 001

Ko-

Promotor I

Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr.,Sp.PA (K)

NIP. 19490317 197609 1 001

Ko-

Promotor II

Prof. Dr. Koosnadi Saputra, dr, Sp.Rad

NIP. 19511226 198102 1 001

Telah dinyatakan memenuhi syarat,

Pada Tanggal ….. 2015

Kepala Program Studi Ilmu Kedokteran S3

Program Pascasarjana UNS

Prof. Dr. Suradi, dr, Sp.P (K) MARS

NIP. 19470521 197609 1 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

4

]

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

5

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN

PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa :

1. Disertasi yang berjudul :” Pengaruh Akupunktur Titik Feishu (BL-13) dan

Zusanli (ST-36) pada Inflamasi dan Airway Remodeling Mencit Model Asma

Kronik” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya

ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar

akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang disebutkan

sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ternyata

di dalam naskah disertasi ini dapat dibuktikan terdapat unsur- unsur plagiasi,

maka saya bersedia menerima sangsi, baik disertasi beserta gelar doktor saya

dibatalkan serta diproses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi disertasi pada jurnal atau forum ilmiah

harus menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai

institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi

ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 21 Agustus 2015

Mahasiswa,

Ida Nurwati

T 501108006

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

6

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirobbil‟alaamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat

ALLAH Subhanahu Wa Ta„ala atas segala rahmat, hidayah dan inayahNYA yang

dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan disertasi ini. Semoga

hasil disertasi ini dapat menjadi amal jariyah penulis dan menjadi ilmu yang

bermanfaat di jalan Allah SWT. Oleh karena itu, perkenankan penulis

menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan izin dan fasilitas selama pendidikan di

Program Studi Ilmu Kedokteran (S-3) di Universitas Sebelas Maret, hingga

penyusunan disertasi ini.

2. Prof. Dr. Mohammad Furqon Hidayatullah M.Pd., selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

izin dan fasilitas selama pendidikan di Program Studi Ilmu Kedokteran (S-3)

di Universitas Sebelas Maret, hingga penyusunan disertasi ini.

3. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. SpPD-KR, FINASIM selaku mantan

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan

Prof. Dr. Hartono., dr., M.Si., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta, terima kasih atas izin belajar serta support yang

diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan Doktor.

4. Prof. Dr. Suradi, dr, Sp.P (K) MARS selaku Kepala Program Studi Ilmu

Kedokteran (S-3), yang banyak memberikan pengarahan, bimbingan, support

yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan Doktor.

5. Prof. Dr. A. Guntur Hermawan, dr, SpPD-KPTI, FINASIM (almarhum)

selaku mantan Kepala Program Studi Ilmu Kedokteran (S-3), Pembimbing

Akademik dan Promotor, yang banyak memberikan pengarahan, bimbingan,

support dan tambahan wawasan keilmuan sampai akhir hayat beliau. Semoga

Ilmu nya bermanfaat serta Allah SWT melipat gandakan pahalanya dan

menjadikan penghuni surga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

7

6. Prof. Dr. Bambang Purwanto, dr, Sp.PD-KGH, FINASIM, Promotor yang

telah banyak memberikan pengarahan dan tambahan wawasan keilmuan.

Beliau selaku Promotor yang sangat penuh dengan kesibukan dan berbagai

tugas, namun masih selalu meluangkan waktu untuk membimbing,

mengoreksi dan memberikan saran perbaikan disertasi ini.

7. Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr., Sp.PA (K), selaku Ko-Promotor senantiasa

menyediakan waktu dan membimbing untuk menyempurnakan disertasi

penulis. Beliau telah membimbing penulis secara baik. Beliau senantiasa

berpandangan kedepan dan menekankan untuk selalu mengikuti

perkembangan ilmu.

8. Prof. Dr. Koosnadi Saputra, dr., Sp.Rad, selaku Ko-Promotor membimbing

penulis sampai selesai disertasi penulis. Beliau selalu memberikan masukan

hal-hal yang baru dan ilmunya yang luas tentang akupunktur, beliau

senantiasa memberikan wawasan perkembangan keilmuan untuk

menyempurnakan disertasi penulis. Beliau memberi dorongan penulis untuk

tampil berbicara di konggres Internasional akupunktur, sehingga bisa

mendapat as the First Winner of Young Scientist Symposium. Beliau yang

membantu penulis sehingga penelitian ini bisa diterima dan diterbitkan di

jurnal International terindex scopus Medical Acupuncture Vol 27 (4), 2015.

9. Prof. dr. Edi Dharmana. PhD. Sp ParK, narasumber dan penguji yang banyak

memberi saran dan masukan demi perbaikan penulisan disertasi ini. Semoga

ALLAH SWT memberikan balasan pahala yang berlipat ganda.

10. Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, M.Sc, Ph.D, yang banyak membantu dalam

memberikan konsultasi metodologi dan analisis penelitian sehingga penelitian

ini dapat diselesaikan, penulis sampaikan terima kasih yang tidak terhingga

semoga ALLAH SWT berkenan memberikan pahala yang berlipat ganda.

11. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D ; Prof. Dr. Agr. Sc.Ir. Vita Ratri Cahyani MP;

Prof. Dr. Hartono., dr., M.Si.; Prof. Dr. Suradi, dr, Sp.P (K) MARS; Prof. Dr.

Bambang Purwanto, dr, Sp.PD-KGH, FINASIM; Prof. Dr. Ambar Mudigdo,

dr., Sp.PA (K); Prof. Dr. Koosnadi Saputra, dr., Sp.Rad; Prof. Edi

Dharmana., dr., PhD. Sp ParK; Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, M.Sc, Ph.D;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

8

Prof. Dr. Suroto, dr.,Sp.S (K); Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr., PAK,

MM, M.Kes dan Dr. Risya Cilmiaty, drg, Msi, SpKG., yang telah

memberikan banyak pertanyaan, kritik, masukan dan saran guna menuju

perbaikan dalam penulisan disertasi ini.

11. Diding HP., dr., M.Si, Sp PD, M.Kes; Muthmainah, dr., M.Kes.; Muthmainah

dr.,MneuroSc., penulis sampaikan terima kasih yang tidak terhingga karena

selama ini sangat membantu dalam proses pendidikan Doktor. Semoga

ALLAH SWT memberikan balasan pahala yang berlipat ganda.

12. Seluruh staf pengajar Program Studi Ilmu Kedokteran (S-3) Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, selaku narasumber dan

penguji yang telah memberikan ilmu dan wawasan yang sangat bermanfaat

bagi pendidikan penulis di progam pendidikan Doktor (S-3) ini.

13. Segenap staf sekretariat Program Studi Ilmu Kedokteran (S-3) Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang banyak membantu

dalam proses belajar, mulai dari awal masuk sampai penulis dapat

menyelesaikan pendidikan Doktor.

14. Sugiono drh., M.Sc dan Sitarina Widyarini., drh. M.P., Ph.D. Penulis

sampaikan terima kasih yang tak terhingga, karena membantu dalam teknis

pelaksanaan proses realisasi dan pembacaan preparat penelitian.

15. Pimpinan dan seluruh staf Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

(LPPT) unit IV Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atas

kesediaannya merawat hewan percobaan.

17. Suswanto, dr., M.Sc, SpPK; Umi S Intansari, Sp.PK-K, M.Kes dan Farid

Abdullah atas kesediaan membantu pemeriksaan sampel darah.

18. Guru-guru penulis pada masa pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

Pertama, Sekolah Menengah Atas di Kudus, juga para dosen penulis di

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, dan para dosen

Program Pascasarjana (S2) Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran

Universitas Gadja Mada Yogjakarta, penulis sampaikan penghargaan yang

setinggi tingginya atas didikan dan bimbingan yang telah diberikan kepada

penulis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

9

19. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Ilmu Kedokteran (S-3)

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan I /2011. Semoga

semua dapat menyelesaikan pendidikan program pendidikan Doktor (S3)

nya.

20. Semua teman sejawat di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta, terima kasih atas semua bantuan,

dorongan dan kerja samanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan Doktor.

21. Semua teman sejawat di tim akupunktur, terima kasih atas semua bantuan,

dorongan dan kerja samanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan Doktor.

22. Ayah penulis almarhum Muzamil dan ibu penulis almarhumah Hindun atas

perjuangannya dalam membesarkan, mensupport, mendoakan dan

membentuk kepribadian penulis. Ayah mertua almarhum Chalimi dan ibu

almarhum Suti‟ah, serta keluarga besar Muzamil dan keluarga besar Chalimi

yang senantiasa menasehati dan mendoakan penulis sekeluarga untuk

mencapai kebahagiaan dunia akhirat.

23. Suami tercinta penulis Syaiful Huda, dr., yang telah merelakan, mendorong,

mensupport penulis dalam mengikuti pendidikan Doktor, yang senantiasa

mendoakan penulis, tidak ada kata yang dapat penulis sampaikan selain

syukur kehadirat-NYA. Semua ini telah menjadi kekuatan bagi penulis untuk

menyelesaikan pendidikan Doktor.

24. Anak penulis yaitu Hasna Hadaina Sabila, S.KG; Khairunnisa Nurul Huda,

dan Luthfan Hassan Salim, kalian adalah amanah karunia ALLAH SWT,

sikap, dorongan dan doa kalian selama ini telah menjadikan semangat,

kekuatan untuk menyelesaikan pendidikan Doktor.

25. Semua pihak dan handai taulan serta para sejawat dokter dan dosen yang

tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang secara langsung maupun tidak

langsung telah ikut membantu dalam menyelesaikan disertasi penulis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

10

Penulis sebagai manusia biasa tidak mungkin lepas dari khilaf dan kesalahan

baik dalam ucapan maupun tindakan, terutama selama penulis menjalani

pendidikan Doktor (S-3) ini. Karena itu, pada kesempatan ini penulis mohon

maaf yang sebesar-besarnya. Semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan

rahmat dan karuniaNYA. Amiin Ya Robbal‟alamin.

Surakarta, Nopember 2015

Penulis

Ida Nurwati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

11

RINGKASAN DISERTASI

PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13)

DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN

AIRWAY REMODELING MENCIT

MODEL ASMA KRONIK

(KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

A. Latar Belakang

Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju

maupun di negara-negara sedang berkembang. Word Health Organization (WHO)

memperkirakan, 255.000 orang meninggal karena asma pada tahun 2005 (WHO,

2010) dan 235 juta orang saat ini menderita asma (WHO, 2015).

Asma bronkial merupakan penyakit inflamasi kronik, yang ditandai dengan

peningkatan jumlah eosinofil, sel mast, produksi Ig E, hipersekresi lendir, fibrosis

sub epitel, dan airway hyperresponsiveness (AHR) (Broide, 2008). Terjadi

peningkatan neutrofil di saluran napas asma kronik eksaserbasi akut (Fahy, 2009),

yang akan menyebabkan berbagai tingkat perubahan struktur saluran napas yang

menunjukkan airway remodeling (Broide, 2008; Al-Muhsen and Hamid, 2010).

Tingkat keparahan dan kekronikan asma berkorelasi dengan kadar IL-17. Fungsi

sitokin IL-17 selama reaksi asma adalah mengatur mobilisasi neutrofil (Wang et

al., 2010). Asma neutrofilik sebagian besar resisten steroid, maka subtipe ini

sering menyebabkan asma berat (kronik) dan melibatkan TNF-α, IFN-, IL-17

dan IL-27 (Hansbro et al., 2011). Sindroma asma timbul karena gangguan sistem

imun dan gangguan saraf otonom. Gangguan saraf otonom berupa hiperaktivitas

saraf parasimpatis dan blockade terhadap reseptor β adrenergik (sistem saraf

simpatis) (Barnes, 2011a).

Akupunktur melalui : Local Reaction Inflamasi, Meridian Intercellular

Transduction, Cutaneo / somato Visceral Reflex dan Neural Transmission Neuro

Acupuncture (Saputra, 2003), menurunkan produksi sitokin Th-2, merangsang

peningkatan sitokin Th-1, mengembalikan keseimbangan antara sitokin Th-1 dan

Th-2. Akupunktur memodulasi keseimbangan Th-1/Th-2 (Kim and Bae, 2010)

dan menurunkan jumlah eosinofil dan sel inflamasi di tikus diimunisasi

ovalbumin. Akupunktur membuat keseimbangan imunologis untuk

mempertahankan homeostasis (Kwon et al., 2012).

Akupuntur titik Feishu (BL-13) setinggi vertebra Thorax- 3 (Carneiro et. al.,

2010) akan merangsang serabut saraf simpatis. Akupunktur titik Zusanli (ST-36)

memiliki efek imunomodulator ganda baik dalam Th-1 atau Th-2 pada kondisi

patologis yang dominan, menuju keseimbangan imunologis untuk menjaga

homeostasis (Park et al., 2004).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

12

B. Tujuan Penelitian

Membuktikan dan menganalisis pengaruh akupunktur pada jumlah eosinofil,

neutrofil, kadar Interleukin-17 dan airway remodeling (ketebalan epitel

bronkiolus, ketebalan otot polos bronkiolus dan jumlah sel goblet bronkiolus)

mencit model asma kronik.

C. Metode Penelitian

Penelitian kuantitatif eksperimen laboratoris dengan rancangan post-test only

group designs. Mencit BALB/c, betina, 7 minggu, 20 - 30 gram, 32 ekor dibagi

dalam 4 kelompok, masing masing 8 ekor. Kelompok kontrol (K I), Kelompok

asma (K II), Kelompok terapi Akupunktur Feishu (K III) dan Kelompok terapi

akupunktur Feishu dan Zusanli (K IV). Mencit model asma alergi kronik yaitu

mencit disensitisasi pada hari ke-0 dan 14 dengan 10 µg ovalbumin (OVA) /

mencit dan 1 mg Alumunium hidroksida dalam 0,5 cc NaCl 0,9 % permencit,

intraperitoneal. Hari ke-21 sampai hari ke-63, mencit dipapar 1% OVA aerosol

dalam NaCl 0,9 % selama 30 menit setiap 3 kali / minggu selama 6 minggu.

Akupunktur dimulai hari-21, selama 15 menit, 3 kali / minggu selama 6 minggu.

Sampel diambil 24 jam setelah selesainya penelitian (hari ke-64). Program SPSS

for Windows Release 22.0 dan p<0,05 dipilih sebagai tingkat minimal

signifikansinya.

D. Hasil

Jumlah eosinofil antara kelompok kontrol (214 ± 61,7 / mm3 ) dan asma

kronik (307,5 ± 130,55 / mm3), mencit asma kronik jumlah eosinofil meningkat

secara bermakna pada p = 0,039. Setelah dilakukan akupunktur Feishu maka

jumlah eosinofil Asma + Feishu (180,5 ± 64,3 / mm3) terjadi penurunan yang

berbeda secara bermakna dengan p = 0,007. Kelompok asma yang dilakukan

akupunktur titik Feishu+Zusanli maka jumlah eosinofil (178,4 ± 70,6 / mm3) jika

dibanding mencit asma yang berbeda secata bermakna dengan p = 0,006 .

Jumlah neutrofil antara kelompok kontrol (19,75 ± 6.04 / mm3) dibanding asma

kronik (38,00 ± 14,00) terjadi peningkatan bermakna dengan p = 0,009. Setelah

diterapi akupunktur Feishu maka jumlah neutrofil (32,75 ± 10, 87/ mm3)

dibanding kelompok asma kronik mengalami penurunan tetapi tidak berbeda

secara bermakna dengan p = 0,674. Namun, setelah dilakukan akupunktur titik

Feishu+Zusanli maka jumlah neutrofil (21,00 ± 6,30 mm3) mengalami penurunan

jika dibanding mencit asma yang berbeda secara bermakna dengan p = 0,005.

Kadar IL-17 pada mencit kontrol adalah 136,13 ± 45,45 pg / mL. Paparan

OVA selama 6 minggu mampu meningkatkan kadar IL-17 sampai 206,63 ± 60,80

pg / mL, peningkatan bermakna (p = 0,003). Akupunktur Feishu (BL-13) pada

mencit asma bisa mengurangi kadar IL-17 sampai dengan 165,38 ± 20,84 pg /

mL, meskipun bila dibandingkan dengan kelompok asma penurunan secara

statistik tidak bermakna dengan p = 0,071. Kombinasi akupunktur Zusanli dan

Feishu pada mencit asma dapat menurunkan kadar IL-17 sampai 126,00 ± 39,35

pg / mL, penurunan bermakna (p = 0,001) bila dibandingkan dengan kelompok

asma.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

13

Ketebalan epitel bronkiolus kelompok kontrol adalah 14,51 ± 1,20 µm.

Paparan OVA (asma) mampu meningkatkan ketebalan epitel sampai 36,64 ±

10,12 µm, peningkatan bermakna p = 0,001. Setelah terapi akupunktur Feishu

(19,64 ± 1,93 µm) maupun akupunktur Feishu+Zusanli 17,88 ± 3,20 µm maka

ketebalan epitel bronkiolus dibanding dengan kelompok asma mengalami

penurunan bermakna dengan p = 0,001.

Ketebalan otot polos bronkiolus kelompok kontrol adalah 6,34 ± 1,29 µm.

Paparan OVA (asma) meningkatkan ketebalan otot polos sampai 11,70 ± 3,16

µm, peningkatan bermakna p < 0,001. Kelompok terapi akupunktur Feishu (7,84

± 1,06 µm) maupun akupunktur Feishu+Zusanli (7,89 ± 2,49 µm) maka ketebalan

otot polos bronkiolus dibanding dengan kelompok asma mengalami penurunan

bermakna dengan p = 0,001 dan p=0,002.

Jumlah sel Goblet pada mencit kontrol adalah 5,63 ±8,11. Paparan OVA

selama 6 minggu meningkatkan jumlah sel Goblet sampai 48,50±15,01,

peningkatan bermakna (p = 0,001). Jumlah sel Goblet pada terapi Feishu menjadi

16,63± 13,97 dan terapi Feishu + Zusanli menjadi 15,00 ± 18,00. Akupunktur

Feishu dan kombinasi akupunktur Feishu + Zusanli dibandingkan dengan

kelompok asma terjadi penurunan yang bermakna dengan p= 0,002 dan 0=0,001.

E. Pembahasan

Penelitian ini menggunakan OVA selama 63 hari, 3 kali seminggu untuk

menginduksi asma alergi kronis pada mencit, mengakibatkan peningkatan jumlah

eosinofil, neutrofil, kadar IL-17 dan perubahan airway remodeling. Penelitian ini

sesuai dengan Locke et al., 2007; Barlianto, 2009 dan Faturrachman et al., 2012.

Hadiono (2013) yang melaporkan bahwa pemberian OVA selama 6 minggu pada

tikus Balb C meningkatkan kadar IL-17 darah.

Akupunktur Feishu (BL-13) pada Vertebra Thorakalis ke-3 (Yin, 2008), pada

daerah yang dipersarafi oleh serabut saraf sensoris medula spinalis segmen toraks,

sehingga jika titik-titik ini dirangsang maka secara segmental dapat memacu

sistem saraf simpatis. Serabut saraf simpatis yang keluar dari medula spinalis

segmen toraks 1-4 menginervasi bronkus dan percabangannya (Guyton, 2008).

Stimulasi sistem simpatis dapat menyebabkan pelepasan neurotransmitter yang

merangsang reseptor β2 adrenergik (simpatik) pada otot polos yang

mengakibatkan bronkodilatasi (Price dan Wilson, 2006). Akupunktur Feishu pada

asma kronik dapat menurunkan jumlah eosinofil dan mengendalikan airway

remodeling, tetapi penurunan jumlah neutrofil dan kadar IL-17 tidak bermakna.

Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah titik akupunktur yang digunakan dalam

kelompok ini kurang. Carneiro et al., (2010) mengungkapkan bahwa akupunktur

menggunakan Feishu (BL - 13), Dazhui (VG - 14), MDC - 1 (Ding chuan), LU - 1

(Zhongfu), VC - 17 (Danzhong), ST - 36 (Zusanli) dan SP-6 (Sanyinjiao) untuk

menurunkan respon inflamasi pada tikus model asma. Yang et al. (2012)

menggunakan GV-14 (Dazhui), BL-12 (Fengmen), dan BL-13 (Feishu) sebagai

terapi tambahan bagi penderita asma alergi. Muthmainah (2011) menggunakan

Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST - 36) untuk mengurangi jumlah eosinofil

bronkiolus tikus model asma akut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

14

Akupunktur Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36) pada mencit asma kronis (K

IV), menurunkan jumlah eosinofil, neutrofil, kadar IL-17 darah, dan

mengendalikan airway remodeling mencit model asma kronik secara bermakna.

Hal ini sesuai dengan penelitian dari Kwon et al., (2012) yang melaporkan bahwa

elektroakupunktur ST-36 menurunkan asma alergi yang diinduksi ovalbumin

melalui modulasi sel T regulator CD4 + CD25

+.

Akupunktur, melalui aktivasi sistem saraf pusat, mengurangi produksi sitokin

Th-2, menginduksi peningkatan sitokin Th-1, mengembalikan keseimbangan

antara sitokin Th-1 dan Th-2. Akupunktur memodulasi keseimbangan Th-1 / Th-2

(Kim and Bae, 2010). Asma (ovalbumin) meningkatkan produksi Th-2 sitokin

(Carneiro et al., 2010) Akupunktur dapat menyebabkan cedera jaringan yang

merangsang peningkatan sitokin Th-1, mengembalikan keseimbangan antara

sitokin Th-1 dan Th-2. Akupunktur memodulasi keseimbangan Th-1 / Th-2 (Park,

et al., 2004). Akupunktur mengaktifkan Treg (Kwon, et al., 2012), yang menekan

Th-2 dan Th-17 (Akdis 2012). Akupunktur menurunkan jumlah eosinofil,

neutrofil, kadar IL-17 dan mengendalikan airway remodeling pada mencit model

asma kronis.

F. Simpulan

Akupunktur Feishu (BL-13) menurunkan jumlah eosinofil dan

mengendalikan airway remodeling (ketebalan epitel, ketebalan otot polos, dan

jumlah sel Goblet) bronkiolus. Akupunktur Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36)

menurunkan jumlah eosinofil, neutrofil dan kadar IL-17 darah serta

mengendalikan airway remodeling (ketebalan epitel, ketebalan otot polos dan

jumlah sel Goblet) bronkiolus mencit model asma kronik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

15

SUMMARY

EFFECTS OF ACUPUNCTURE AT FEISHU (Bl-13) AND ZUSANLI (ST-36)

ON INFLAMATION AND AIRWAY REMODELLING IN MICE

MODEL OF CHRONIC ASTHMA

(MOLECULAR AND IMMUNOPATHOBIOLOGY STUDY)

A. Background

Asthma is a worldwide health problem both in developed and developing

country. World Health Organization (WHO) estimates that 255.000 people died

due to asthma in 2005 (WHO, 2010) while nowadays as much as 235 million

people suffer from asthma (WHO, 2015).

Bronchial asthma is a chronic inflammatory disease characterized by an

increase in the number of eosinophil, mast cell, Ig E production, mucous

hypersecretion, sub-epithelial fibrosis, and airway hyperresponsiveness (AHR)

(Broide, 2008). In chronic asthma with acute exacerbation, the number of

neutrophil in the airway is elevated (Fahy, 2009). This elevation causes some

degree of structural change in the airway leading to the airway remodeling

(Broide, 2008; Al-Muhsen and Hamid, 2010). The severity and chronicity of

asthma correlates with IL-17 level. The role of cytokine IL-17 in asthma is to

regulate neutrophil mobilization (Wang et al., 2010). Most of neutrophilic asthma

is resistant to steroid. Thus, this subtype frequently results in severe chronic

asthma and involves TNF-α, IFN-, IL-17 and IL-27 (Hansbro et al., 2011).

Asthma syndromes arise due to immune system and autonomic nerve dysfunction.

Autonomic nerve dysfunction appears as the hyperactivity of parasympathetic

nerve and blockade of β adrenergic receptor of the sympathetic nerve system

(Barnes, 2011a).

Acupuncture, through Local Inflammation Reaction , Meridian Intercellular

Transduction, Cutaneo/somato Visceral Reflex and Neural Transmission Neuro

Acupuncture (Saputra, 2003), decreases the production of cytokine Th-2,

stimulates cytokine Th-1, and restores the balance of cytokine Th-1 and Th-2.

Acupuncture modulates the equilibrium of Th-1/Th-2 (Kim and Bae, 2010) and

reduces the number of both eosinophil and inflammatory cells in mice immunized

with ovalbumin. Acupuncture creates a balance in the immune system to maintain

homeostasis (Kwon et al., 2012).

Acupuncture at Feishu (BL-13) at the level of vertebra Thorax- 3 (Carneiro et.

al., 2010) can stimulate sympathetic nerve. Acupuncture at Zusanli (ST-36) seems

to have immunomodulatory effects both on Th-1 and Th-2 in dominant pathologic

conditions leading to the equilibrium of the immune system to maintain

homeostasis (Park et al., 2004).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

16

B. Research Aim

To prove and analyze effects of acupuncture on the number of eosinophil,

neutrophil, interleukin-17 level and airway remodeling (epithelial thickness of

the bronchioles, smooth muscle thickness of the bronchioles and the number of

goblet cell of the bronchioles) in chronic asthma mice model.

C. Research Methods

This study was a quantitative laboratory experimental study with post-test

only group designs. Thirty two female BALB/c mice aged 7 weeks, weighed

20-30 grams were divided into four groups randomly and equally in number (8

mice per group) including: control group (KI), asthma group (K II) which

received ovalbumin (OVA), asthma group which received acupuncture at

Feishu (BL-13) (K III), and asthma group which received acupuncture at

Feishu (BL-13) and Zusanli (ST-36) (K IV).

Chronic allergic asthma model was made by sensitizing each mice with 10

µg of ovalbumin (OVA) and 1 mg of Aluminum hydroxide in 0,5 cc of NaCl

0,9 % intraperitoneally on day 0 and day 14 followed by aerosol exposure of

1% OVA in NaCl 0,9% starting from day 21 to 63. The aerosol exposure was

given for 30 minutes 3 times per week for 6 weeks. Acupuncture was given for

6 weeks from day 21 to 64 and was performed for 15 minutes 3 times /week.

Samples were collected 24 hours after the last day of the treatment (day 64).

Data were then analyzed with SPSS for Windows Release 22.0 program and

p<0,05 was chosen to be the minimal level of significance.

D. Results

The number of eosinophil in control group was 214 ± 61,7 / mm3

while in

chronic asthma group was 307,5 ± 130,55 / mm3. Elevation of eosinophil in

chronic asthma group was statistically significant (p=0,039). After acupuncture

at Feishu was performed, the number of eosinophil decreased significantly at

180,5 ± 64,3 / mm3

in asthma + Feishu group. Similarly, acupuncture at Feishu

and Zusanli decreased the number of eosinophil up to 178,4 ± 70,6 / mm3 ,

even with stronger level of significance at p=0,006.

The number of neutrophil in control group was 19,75 ± 6.04 / mm3

while

in chronic asthma group was 38,00 ± 14,00 / mm3. Elevation of neutrophil in

chronic asthma group was statistically significant (p=0,009). After acupuncture

at Feishu was performed, the number of neutrophil decreased to a level of

32,75 ± 10, 87/ mm3

but this reduction is not statistically significant (p=0,674).

However, acupuncture at Feishu and Zusanli could significantly decrease the

number of neutrophil up to 21,00 ± 6,30 mm3 (p=0,005).

The level of IL-17 in control group was 136,13 ± 45,45 pg / mL. OVA

exposure for 6 weeks was able to increase IL-17 level significantly up to

206,63 ± 60,80 pg / mL (p= 0,003). Acupuncture at Feishu could decrease IL-

17 level at 165,38 ± 20,84 pg / mL but this decrease was not statistically

significant when compared to asthma group (p=0,071). However, combination

of acupuncture at Feishu and Zusanli strengthened the reduction to a level of

126,00 ± 39,35 pg / mL which is significant statistically (p=0,001).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

17

Epithelial thickness of the bronchioles was 14,51 ± 1,20 µm. OVA

exposure significantly increased the thickness up to 36,64 ± 10,12 µm

(p=0,001). Significant reduction of epithelial thickness (p=0,001) were found

both after acupuncture at Feishu alone (19,64 ± 1,93 µm) and Feishu in

combination with Zusanli (17,88 ± 3,20 µm).

Smooth muscle thickness of the bronchioles was 6,34 ± 1,29 µm. OVA

exposure significantly increased the thickness up to 11,70 ± 3,16 µm

(p<0,001). Significant reduction of epithelial thickness were found both after

acupuncture at Feishu alone (7,84 ± 1,06 µm; p=0,001) and Feishu in

combination with Zusanli (7,89 ± 2,49 µm; p=0,002).

The number of Goblet cell in control group was 5,63 ±8,11. OVA exposure

significantly increased the quantis up to 11,70 ± 3,16 µm (p<0,001).

Significant reduction of epithelial thickness were found both after acupuncture

at Feishu alone (7,84 ± 1,06 µm; p=0,001) and Feishu in combination with

Zusanli (7,89 ± 2,49 µm; p=0,002).

E. Discussion

This study used OVA, given 3 times per week for 63 days, to induce

chronic allergic asthma in mice. The OVA sensitization was able to increase

the number of eosinophil, neutrophil, IL-17 level and airway remodeling. This

result is consistent with the findings from Locke et al., 2007; Barlianto, 2009

and Faturrachman et al.,2012. Hadinoto (2013) also reported that OVA

exposure for 6 weeks in Balb C mice elevated plasma IL-17.

Acupuncture at Feishu was performed at the 3rd

Thoracic vertebra, in areas

innervated by the thoracic segment of sensory nerves of the spinal cord. Thus,

stimulation of these acupoints can segmentally stimulates the sympathetic

nerve system. The sympathetic nerve fibers originating from thoracic segment

1-4 of the spinal cord innervate the bronchus and their branch (Guyton,2004).

Sympathetic nerve stimulation results in neurotransmitter secretion which

activates the β2 adrenergic receptor of the smooth muscles leading to

bronchodilatation (Price dan Wilson, 2006). Acupuncture at Feishu in chronic

asthma could significantly reduce the number of neutrophil and control airway

remodeling but the reduction of neutrophil and IL-17 was not statistically

significant. This may be due to the fact that the number of acupoint used in this

group was not sufficient. Carneiro et al., (2010) revealed that they used

acupuncture at Feishu (BL - 13), Dazhui (VG - 14), MDC - 1 (Ding chuan), LU

- 1 (Zhongfu), VC - 17 (Danzhong), ST - 36 (Zusanli) and SP-6 (Sanyinjiao) to

reduce the inflammatory response in asthma mouse model. On the other hand,

Yang et al. (2012) used GV-14 (Dazhui), BL-12 (Fengmen), and BL-13

(Feishu) as an adjuvant therapy for allergic asthma patients. Muthmainah

(2011) used Feishu (BL-13) and Zusanli (ST -36) to lower the number of

eosinophil in the bronchioles of the asthma model mice.

Acupuncture at Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36) in chronic asthma

mice (KIV) significantly decreased the number of eosinophil, neutrophil, IL-17

level and controlled airway remodeling. This result is in accordance with the

study of Kwon et al., (2012) who reported that electroacupuncture at ST-36

attenuates ovalbumin-induced allergic asthma via modulating CD4+ and

CD25+.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

18

Acupuncture, through the activation of the central nervous system,

decreases the production of Th-2 cytokines, induces an increase in Th-1

cytokines, and restores the equilibrium between cytokines Th-1 and Th-2.

Acupuncture modulates the balance state of Th-1/ Th-2 (Kim and Bae, 2010).

Asthma (ovalbumin) increases the production of cytokine Th-2 (Carneiro et al.,

2010). Acupuncture can cause tissue injury that stimulates the elevation of Th-

1 and restore the balance state of Th-1 and Th-2. Acupuncture modulates the

equilibrium of Th-1/Th-2 (Park, et al., 2004). Acupuncture activates Treg

(Kwon, et al., 2012), which suppresses Th-2 and Th-17 (Akdis, 2012).

Acupuncture decreases the number of eosinophil, neutrophil, IL-17 level and

control airway remodeling in chronic asthma mice model.

F. Conclusion

Acupuncture at Feishu (BL-13) decreased the number of eosinophil and

controlled airway remodelling (indicated by epithelial thickness of the

bronchioles, smooth muscle thickness of the bronchioles and the number of

goblet cell of the bronchioles). Acupuncture at Feishu (BL-13) Zusanli (ST-

36) decreased the number of eosinophil, a neutrophil, IL-17 level, and

controlled airway remodeling of the bronchioles in chronic asthma mice model.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

19

ABSTRAK

PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13)

DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN

AIRWAY REMODELING MENCIT

MODEL ASMA KRONIK

(KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik. Akupunktur telah banyak

digunakan sebagai terapi komplementer asma. Akupunktur titik Feishu (BL-13)

pada vertebra thorax ke-3 akan merangsang serabut saraf simpatis sebagai

bronkodilator. Akupunktur titik Zusanli (ST-36) memodulasi keseimbangan Th-

1 / Th-2.

Tujuan penelitian ini membuktikan dan menganalisis pengaruh akupunktur

pada jumlah eosinofil, neutrofil, kadar Interleukin- 17 dan airway remodeling

(ketebalan epitel, ketebalan otot polos, dan jumlah sel goblet) bronkiolus mencit

model asma kronik.

Penelitian post-test only group designs. Mencit BALB/c, betina, 7 minggu, 20

- 30 gram, 32 ekor dibagi dalam 4 kelompok. Kontrol (K I), Asma (K II), Asma +

Feishu (K III) dan Asma + Feishu dan Zusanli (K IV). Mencit model asma alergi

kronik yaitu mencit disensitisasi pada hari ke-0 dan 14 dengan 10 µg ovalbumin

(OVA) / mencit dan 1 mg Alumunium hidroksida dalam 0,5 cc NaCl 0,9 %

permencit, intraperitoneal. Hari ke-21 sampai hari ke-63, mencit dipapar 1%

OVA aerosol dalam NaCl 0,9 % selama 30 menit setiap 3 kali / minggu selama 6

minggu. Akupunktur dimulai hari-21, selama 15 menit, 3 kali / minggu selama 6

minggu. Sampel diambil 24 jam setelah selesainya penelitian (hari ke-64).

Program SPSS for Windows Release 22.0 dan p<0,05 dipilih sebagai tingkat

minimal signifikansinya.

Akupunktur Feishu (BL-13) menurunkan jumlah eosinofil dan

mengendalikan airway remodeling (ketebalan epitel, ketebalan otot polos, dan

jumlah sel Goblet) bronkiolus. Akupunktur Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36)

menurunkan jumlah eosinofil, neutrofil dan kadar IL-17 serta mengendalikan

airway remodeling (ketebalan epitel, ketebalan otot polos dan jumlah sel Goblet)

bronkiolus mencit model asma kronik. Penelitian ini menunjukkan akupunktur

bisa mengendalikan inflamasi kronik dan airway remodeling, sehingga

akupunktur bisa menjadi terapi komplementer untuk pengobatan asma kronik.

Kata kunci : Asma, Akupunktur, BL-13, ST-36, mencit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

20

ABSTRACT

EFFECTS OF ACUPUNCTURE AT FEISHU (Bl-13) AND ZUSANLI (ST-36)

ON INFLAMATION AND AIRWAY REMODELLING IN MICE

MODEL OF CHRONIC ASTHMA

Asthma is a chronic inflammatory disease. Acupuncture has been used as a

complementary therapy for asthma. Acupuncture at Feishu (BL-13) at the 3rd

thoracic vertebrae will stimulate the sympathetic nerve fibers acting as

bronchodilator. Acupuncture at Zusanli (ST-36) modulates the equilibrium of

Th-1/Th-2.

The aim of this study is to prove and analyze effects of acupuncture on the

number of eosinophil, neutrophil, interleukin-17 level and airway remodeling

(epithelial thickness of the bronchioles, smooth muscle thickness of the

bronchioles and the number of goblet cell of the bronchioles) in chronic asthma

mice model.

This study was an experimental study with post-test only group designs.

Thirty two female BALB/c mice aged 7 weeks, weighed 20-30 grams were

divided into four groups randomly and equally in number (8 mice per group)

including: control group (KI), asthma group (K II) which received ovalbumin

(OVA), asthma group which received acupuncture at Feishu (BL-13) (K III),

and asthma group which received acupuncture at Feishu (BL-13) and Zusanli

(ST-36) (K IV). Chronic allergic asthma model was made by sensitizing each

mice with 10 µg of ovalbumin (OVA) and 1 mg of Aluminum hydroxide in 0,5

cc of NaCl 0,9 % intraperitoneally on day 0 and day 14 followed by aerosol

exposure of 1% OVA in NaCl 0,9% starting from day 21 to 63. The aerosol

exposure was given for 30 minutes 3 times per week for 6 weeks. Acupuncture

was given for 6 weeks from day 21 to 64 and was performed for 15 minutes 3

times /week. Samples were collected 24 hours after the last day of the

treatment (day 64). Data were then analyzed with SPSS for Windows Release

22.0 program and p<0,05 was chosen to be the minimal level of significance.

Acupuncture at Feishu (BL-13) decreased the number of eosinophil and

controlled airway remodeling (indicated by epithelial thickness of the

bronchioles, smooth muscle thickness of the bronchioles and the number of

goblet cell of the bronchioles). Acupuncture at Feishu (BL-13) Zusanli (ST-

36) decreased the number of eosinophil, a neutrophil, IL-17 level, and

controlled airway remodeling of the bronchioles in chronic asthma mice model.

This study shows that acupuncture can control chronic inflammation and

airway remodeling. Thus, acupuncture can be a complementary therapy for

chronic asthma.

Keywords: asthma, acupuncture, Bl-13, ST-36, mice

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

21

DAFTAR ISI

HALAMAN

Judul Luar ...................................................................................................... i

Judul Dalam ................................................................................................... ii

Pengesahan ..................................................................................................... iii

Persetujuan Ujian Disertasi ............................................................................ iv

Pernyataan Keaslian Disertasi dan Publikasinya ........................................... v

Ucapan Terima Kasih ..................................................................................... vi

Ringkasan Disertasi ........................................................................................ ix

Abstrak ........................................................................................................... xix

Daftar Isi......................................................................................................... xxi

Daftar Gambar ................................................................................................ xxi

Daftar Tabel ................................................................................................... xxii

Daftar Singkatan............................................................................................. xxiv

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 5

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 5

1. Asma ............................................................................................. 5

a. Definisi Asma .......................................................................... 5

b. Patofisiologi Asma .................................................................. 6

c. Imunologi Asma ..................................................................... 6

1). Sel Limfosit Th-1 ............................................................ 7

2). Sel Limfosit Th-2 ............................................................... 7

3). Sel Limfosit T reg, Th-17 dan IL-17 ................................. 8

d. Fenotip Asma menurut GINA (2015) .................................... 11

e. Tikus Model Asma ................................................................. 12

f. Penatalaksanaan Asma ........................................................... 14

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

22

2. Eosinofil ......................................................................................... 17

3. Neutrofil ......................................................................................... 18

4. Brounkiolus Paru ............................................................................ 19

5. Airway Remodeling ...................................................................... 20

6. Akupunktur .................................................................................. 21

a. Akupunktur pada asma .......................................................... 22

b. Pengaruh akupunktur pada Interleukin-17 ............................. 26

c. Penelitian akupunktur pada asma ........................................... 27

B. Kerangka Teori ................................................................................ 28

C. Kerangka Konseptual ...................................................................... 31

D. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 32

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 33

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 33

B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 33

C. Subyek Penelitian........................................................................... 33

D. Besar sampel .................................................................................. 33

E. Teknik Sampling ............................................................................ 34

F. Rancangan Penelitian .................................................................... 34

G. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................... 35

H. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 36

1. Variabel bebas ........................................................................... 36

2. Variabel terikat .......................................................................... 37

I. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................... 38

1. Alat ............................................................................................. 38

2. Bahan Penelitian ........................................................................ 38

J. Cara Kerja ....................................................................................... 39

K. Analisis Data ................................................................................... 43

L. Alur Penelitian ................................................................................ 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 45

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 45

1. Diskripsi variabel penelitian ..................................................... 45

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

23

2. Proses analisis penelitian .......................................................... 45

3. Uji Normalitas Data ................................................................... 46

4. Analisis Perlakuan Akupunktur terhadap Jumlah Eosinofil,

Neutrofil, Kadar IL-17, dan Airway Remodeling Bronkiolus

Mencit Model Asma Kronik ..................................................... 49

a. Analisis Perlakuan Akupunktur terhadap Jumlah

Eosinofil ............................................................................. 49

b. Analisis Perlakuan Akupunktur terhadap Jumlah

Neutrofil .............................................................................. 51

c. Analisis Perlakuan Akupunktur terhadap Jumlah

Kadar IL-17 ......................................................................... 54

d. Analisis Perlakuan Akupunktur terhadap

Airway Remodeling ............................................................. 56

1). Analisis Perlakuan Akupunktur terhadap Ketebalan

Epitel Bronkiolus .......................................................... 56

2). Analisis Perlakuan Akupunktur terhadap Ketebalan

Otot Polos Bronkiolus .................................................. 59

3). Analisis Perlakuan Akupunktur terhadap Jumlah

Sel Goblet ..................................................................... 62

B. Pembahasan .................................................................................... 66

1. Eosinofil.................................................................................... 66

2. Kadar Interleukin-17 ................................................................. 69

3. Neutrofil.................................................................................... 71

4. Airway Remodeling................................................................... 72

5. Prinsip Axiology ....................................................................... 75

6. Nilai Kebaruan dari Penelitian .................................................. 75

7. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 76

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 77

A. Simpulan .................................................................................... 77

B. Saran ........................................................................................... 78

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 79

LAMPIRAN ................................................................................................... 85

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

25

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peranan Interleukin-17 (IL-17) pada berbagai sel........................ 10

Gambar 2. Subtipe asma ................................................................................ 12

Gambar 3. Pengaruh eosinofil terhadap airway remodeling ......................... 17

Gambar 4. Cara kerja akupunktur .................................................................. 22

Gambar 5. Peranan akupunktur pada jumlah eosinofil, kadar IL-17

dan jumlah neutrofil serta airway remodeling mencit

model asma kronik ...................................................................... 28

Gambar 6. Kerangka konseptual ................................................................... 31

Gambar 7 . Skema Alur Penelitian ................................................................. 44

Gambar 8. Jumlah Eosinofil masing-masing kelompok penelitian ............... 49

Gambar 9. Jumlah Neutrofil masing-masing kelompok penelitian ............... 51

Gambar 10. Kadar IL-17 masing-masing kelompok penelitian ....................... 53

Gambar 11. Ketebalan epitel bronkiolus masing-masing kelompok

Penelitian ..................................................................................... 56

Gambar 12. Perbandingan gambaran ketebalan epitel bronkiolus mencit ...... 57

Gambar 13. Ketebalan otot polos bronkiolus masing-masing kelompok

Penelitian ..................................................................................... 59

Gambar 14. Perbandingan gambaran otot polos bronkiolus mencit ............... 60

Gambar 15. Jumlah sel Goblet masing-masing kelompok penelitian ............. 62

Gambar 16. Perbandingan gambaran jumlah sel Goblet pada lapisan epitel

bronkiolus mencit ....................................................................... 63

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

26

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Mencit model asma kronik .......................................................... 14

Tabel 2. Diskripsi dan Uji Normalitas Data Shapiro Wilk, Variabel

Jumlah Eosinofil, Neutrofil, dan Kadar IL-17

Berdasarkan Kelompok Sampel .................................................. 47

Tabel 3. Deskripsi dan Uji Normalitas Data Variabel

Pengendalian Airway Remodeling Bronkiolus

Berdasarkan Kelompok Sampel .................................................. 48

Tabel 4. Hasil Uji One Way Anova tentang Mean Jumlah

Eosinofil/mm3 ............................................................................ 49

Tabel 5. Hasil Uji Post Hoc Test tentang Jumlah Eosinofil .................... 51

Tabel 6. Hasil Uji Kruskal-Wallis tentang Jumlah Neutrofil/mm3 ........... 52

Tabel 7. Hasil Uji Mann-Whitney Jumlah Neutrofil /mm3 ....................... 53

Tabel 8. Hasil Uji One Way Anova tentang Mean menurut Kadar

IL-17 (pg/ml) .............................................................................. 54

Tabel 9. Hasil Uji Post Hoc Test Beda Dua Mean Kadar IL-17 ............... 55

Tabel 10. Hasil Uji Kruskal-Wallis tentang ketebalan epitel bronkiolus ... 56

Tabel 11. Hasil Uji Mann-Whitney tentang Ketebalan Epitel Bronkiolus 59

Tabel 12. Hasil Uji One Way Anova tentang Mean ketebalan otot

polos bronkiolus (m) ................................................................. 59

Tabel 13. Hasil Uji Post Hoc Test tentang Ketebalan Otot Polos

Bronkiolus ................................................................................... 61

Tabel 14. Hasil Uji Kruskal-Wallis tentang jumlah sel Goblet bronkiolus .62

Tabel 15. Hasil Uji Mann-Whitney tentang Jumlah Sel Goblet

Bronkiolus .................................................................................. 64

Tabel 16. Korelasi antara sel inflamasi (eosinofil dan neutrofil),

mediator inflamasi (IL-17) terhadap Airway remodeling

(epitel, otot polos dan sel Goblet) bronkiolus ............................. 65

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

27

DAFTAR SINGKATAN

ACTH : Adrenocorticotropic hormone

AHR : Airway hyperresponsiveness

AMP : Adenin Mono Phosphat

ANOVA : Analysis of variance

APC : Antigen Presenting Cell

ASM : Airway Smooth Muscle

ATP : Adenosintrifosfat

BAL : Bronchoalveolar lavage

BL : Bladder

cAMP : Cyclic-adenosine-monophosphat

CCL : CC- Chemokine ligand

CD : Cluster of Differentiation

CGRP : Calcitonin Gene-Related Peptide

CRH : Corticotrophin Releasing Hormone

CRTH2 : Chemoattractant homologous receptor expressed on Th2 cells

DC : Dendritik

DNP-KLH : 2,4-dinitrophenylated keyhole limpet protein

EA : Elektroakupunktur

ELISA : Enzyme Linked Immunosorbent Assay

ECF : Eosinophile Chemotactic Factor

ECM : Extracelluler Matrix

ECP : Eosinophil Cationic Protein

EDN : Eosinophil-Derived Neurotoxin

EPO : Eosinophil Peroxidase

FGF : Fibroblast Growth Factor

G-CSF : Granulocyte Colony-Stimulating Factor

GINA : Global Initiative for Asthma

Gro-α : Growth Regulated Oncogene-Alpha

GV : Governing Vessel

HPA : Hipothalamus - Pituitari - Adrenal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

28

ICS : Inhalasi Cortikosteroid

IFN-γ : Interferon -

Ig : Imunoglobulin

IL : Interleukin

i.p : Intraperitoneal

LSD : Least Significant Difference

LT : lymphotoxin

LU : Lung

MBP : Major Basic Protein

MUC : Mucin glycoprotein

NFATc : Nuclear Factor of Activated T cells-c

NGF : Nerve Growth Factor

OVA : Ovalbumin

PAF : Platelet Activating Factor

PBS : Phosphate Buffer Saline

PDGF : Pletelet-Derived Growth Factor

PF-HA : Perillae Fructus Herbal Akupunktur

RBM : Reticular Basement Membrane

RORT : Retinoic-acid-receptor-related orphan receptor-t

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

ST : Stomach

STAT : Signal Transducer and Activator of Transcription

TGF : Transforming Growth Factor

Th : T helper

T reg : T regulator

TNF- : Tumor Necrosis Factor-

VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor

WHO : Word Health Organization

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik, yang ditandai dengan

peningkatan jumlah eosinofil, sel mast, produksi Ig E, hipersekresi lendir,

fibrosis subepitel, dan airway hyperresponsiveness (AHR) (Broide, 2008).

Asma kronik eksaserbasi akut terjadi peningkatan neutrofil di saluran napas

(Fahy, 2009), yang akan menyebabkan berbagai tingkat perubahan struktur

saluran napas yang menunjukkan airway remodeling (Broide, 2008; Al-

Muhsen et al., 2011). Airway remodeling meliputi : hiperplasi dan metaplasi

epitel, fibrosis subepitel, hiperplasi dan hipertrofi otot polos, serta

peningkatan jumlah pembuluh darah (angiogenesis). Penebalan dinding

saluran napas ini diduga berhubungan dengan airway hyperresponsiveness

(AHR) dan resistensi terapi serta keparahan asma (Barlianto et al., 2009;

Halwani et al., 2010).

Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju

maupun di negara-negara sedang berkembang. Word Health Organization

(WHO) memperkirakan, 255.000 orang meninggal karena asma pada tahun

2005 (WHO, 2010) dan 235 juta orang saat ini menderita asma. Lebih dari

80 % kematian asma terjadi di Negara yang mempunyai penghasilan rendah

dan menengah ke bawah (WHO, 2015). Prevalensi asma di Indonesia belum

diketahui secara pasti, namun hasil penelitian pada anak sekolah usia 13-14

tahun menggunakan kuesioner ISAAC (International Study an Asthma and

Allergy in Children) tahun 1995 prevalensi asma 2,1 %, sedang pada tahun

2003 meningkat menjadi 5,2% (KMKRI No 1023, 2008).

Sindroma asma timbul karena gangguan sistem imun dan gangguan saraf

otonom. Gangguan saraf otonom berupa hiperaktivitas saraf parasimpatis dan

blockade terhadap reseptor β adrenergik (sistem saraf simpatis) (Barnes,

2011a). Penyebab utama asma alergi pada manusia dan tikus yaitu sitokin Th

(T helper) -2 (IL-4, IL-13, dan IL-5). Paradigma yang berkembang, sel

efektor yang bertanggung jawab untuk peradangan asma tidak hanya sel Th-2,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

2

tetapi oleh T helper yang lain termasuk Th-1, Th-17 yang memproduksi IL-17

dan T reg (Moore and Pascual, 2010). Sel T reg terlibat dalam penekanan

Th-1, Th-9, Th-17 dan Th-2 (Akdis, 2012). Tingkat kronisitas dan keparahan

asma berkorelasi dengan kadar IL-17 yang ditemukan di dahak, paru,

Bronchoalveolar-lavage (BAL), atau darah pasien. Fungsi sitokin IL-17

selama reaksi asma adalah mengatur mobilisasi neutrofil (Wang et al., 2010;

Pelaia et al., 2015).

Strategi pengobatan asma alergi dengan penghambatan selektif sel Th-2

dengan tujuan mengurangi respons imun spesifik alergen Th-2 (Bosnjak et

al., 2011). Peradangan eosinofilik berhubungan dengan seluruh spektrum

keparahan asma, mulai dari yang asma ringan, sedang sampai yang tidak

terkontrol (parah), sedangkan peradangan neutrofilik terjadi sebagian besar

pada asma lebih parah. Asma eosinofilik meliputi baik fenotipe alergi atau

non alergi yang dimediasi oleh Th- 2, sementara asma neutrofilik sebagian

besar tergantung mekanisme sel yang dipengaruhiTh-17 (Pelaia et al., 2015).

Asma neutrofilik sebagian besar resisten steroid, maka subtipe ini sering

menyebabkan asma berat dan melibatkan TNF-α, IFN-, IL-17 dan IL-27

(Hansbro et al., 2011). Asma berat merupakan kegagalan mencapai keadaan

asma terkontrol, yang tidak teratasi dengan terapi inhalasi dosis maksimum.

Masalah utama penderita asma berat adalah resisten kortikosteroid (Barnes,

2012).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, usaha untuk mengatasi

penyakit asma makin berkembang. Berbagai obat baru ditemukan dan

digunakan untuk mengatasi penyakit ini. Keterbatasan keberhasilan obat anti-

asma konvensional dan bahaya kortikoterapi telah menyebabkan banyak

pasien mencari pengobatan alternatif atau komplementer untuk pengobatan

asma (Carneiro et al., 2010). Akupunktur melalui aktivasi sistem saraf pusat,

menurunkan produksi sitokin Th-2, merangsang peningkatan sitokin Th-1,

mengembalikan keseimbangan antara sitokin Th-1 dan Th-2. Akupunktur

memodulasi keseimbangan Th-1/Th-2 (Kim and Bae, 2010) dan menurunkan

jumlah eosinofil dan sel inflamasi di tikus diimunisasi ovalbumin (OVA)

melalui modulasi CD4 + CD25

+ Foxp3 dan Sel T reg (Kwon, et al., 2012). Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

3

T reg menekan Th-17 yang mensekresi IL-17 (Barnes, 2008a; Dong, 2009).

Akupunktur membuat keseimbangan imunologis untuk mempertahankan

homeostasis (Kwon et al., 2012).

Trauma jaringan akibat akupunktur menyebabkan inflamasi lokal

(Saputra, 2003). Inflamasi akut akibat trauma jaringan ini berhubungan

dengan produksi sitokin proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8 dan TNF-α

(Baratawidjaja, 2010). Akupunktur titik Feishu (BL-13) setinggi vertebra

Thorax- 3 (Carneiro et. al., 2010) akan merangsang serabut saraf simpatis.

Akupunktur titik Zusanli (ST-36) memiliki efek imunomodulator ganda baik

dalam Th-1 atau Th-2 pada kondisi patologis yang dominan, menuju

keseimbangan imunologis untuk menjaga homeostasis (Park et al., 2004).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik membuktikan sejauh

mana akupunktur titik Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36) dapat

menurunkan jumlah eosinofil, neutrofil, dan kadar IL-17, serta

mengendalikan airway remodeling bronkiolus mencit model asma kronik.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana reaksi imunopatobiologi molekuler pengaruh perlakuan

akupunktur pada mencit model asma kronik?

1. Adakah pengaruh akupunktur titik Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36)

terhadap jumlah eosinofil darah mencit model asma kronik?

2. Adakah pengaruh akupunktur titik Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36)

terhadap jumlah neutrofil darah mencit model asma kronik?

3. Adakah pengaruh akupunktur titik Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36)

terhadap kadar Interleukin-17 (IL-17) darah mencit model asma kronik?

4. Adakah pengaruh akupunktur titik Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36)

terhadap airway remodeling bronkiolus mencit model asma kronik?

C. Tujuan Penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

4

1. Tujuan umum

Menganalisis pengaruh akupunktur titik Feishu (BL-13) dan Zusanli

(ST-36) terhadap jumlah eosinofil, neutrofil, kadar Interleukin -17, dan

airway remodeling bronkiolus mencit model asma kronik berdasarkan

pendekatan imunopatobiologi molekuler.

2. Tujuan khusus

a. Membuktikan dan menganalisis pengaruh akupunktur titik Feishu (BL-

13) dan Zusanli (ST-36) terhadap jumlah eosinofil darah mencit

model asma kronik.

b. Membuktikan dan menganalisis pengaruh akupunktur titik Feishu (BL-

13) dan Zusanli (ST-36) terhadap jumlah neutrofil darah mencit model

asma kronik.

c. Membuktikan dan menganalisis pengaruh akupunktur titik Feishu (BL-

13) dan Zusanli (ST-36) terhadap kadar Interleukin-17 (IL-17) darah

mencit model asma kronik.

d. Membuktikan dan menganalisis pengaruh akupunktur titik Feishu (BL-

13) dan Zusanli (ST-36) terhadap airway remodeling (ketebalan epitel

bronkiolus, ketebalan otot polos bronkiolus dan jumlah sel Goblet)

bronkiolus mencit model asma kronik.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi landasan ilmiah untuk

melengkapi, mengembangkan dan memperdalam imunopatobiologi

molekuler akupunktur, sehingga dapat menjelaskan mekanisme kerja

akupunktur dalam pengobatan asma.

2. Manfaat praktis

Sebagai dasar pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatan akupunktur

dalam penatalaksanaan asma, sehingga bisa mengurangi eksaserbasi

(serangan) asma.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

5

1. Asma

a. Definisi Asma

Definisi Asma menurut GINA (Global Initiative for Asthma) adalah

Asma merupakan penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan peradangan

saluran napas kronis. Gejala pernapasan seperti mengi (wheezing), sesak

napas, sesak dada dan intensitas batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu

bersama-sama dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi (GINA, 2015)

Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas, banyak sel

dan elemen seluler berperan. Peradangan kronik terkait dengan airway

hyperresponsiveness (AHR) yang menuju ke asma episode sesak napas

berulang, dada sesak, dan batuk, terutama pada malam hari atau pada awal

pagi. Serangan sesak napas berulang, wheezing, keparahan dan frekuensi

bervariasi pada setiap orang. Gejala dapat terjadi beberapa kali dalam satu

hari atau satu minggu pada individu yang terkena, dan bagi beberapa orang

menjadi lebih parah selama aktivitas fisik atau pada malam hari. Episode ini

biasanya berhubungan dengan luas obstruksi saluran napas dan paru-paru

yang sering reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan

(Bateman and Jitho, 2007).

Penyakit asma telah meningkat secara dramatis dalam dekade terakhir

ini. Alasan peningkatan prevalensi masih kontroversial. Selain predisposisi

genetik sejumlah penyebab yang berbeda diduga mempengaruhi

peningkatan alergi. Ini termasuk "hygiene hypothesis" serta perubahan

mikrobiota usus (Martin and Taube, 2012). Word Health Organization

(WHO) memperkirakan, 255.000 orang meninggal karena asma pada tahun

2005 (WHO, 2010), dan 235 juta orang saat ini menderita asma. Lebih dari

80% kematian asma terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan

menengah ke bawah (WHO, 2015).

b. Patofisiologi asma

Serangan asma dapat dicetuskan oleh sejumlah faktor, antara lain

alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

6

Asma dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom

(Barnes, 2011a). Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan

mengaktifkan sel mast intra lumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan

epitel saluran napas. Rangsangan vagal menyebabkan refleks bronkus,

sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag

akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen

masuk ke dalam submukosa, sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi.

Kerusakan epitel bronkus oleh mediator yang dilepaskan pada beberapa

keadaan reaksi asma, dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada

hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut dan SO2. Reaksi asma

terjadi melalui refleks saraf, ujung saraf eferen vagal yang terangsang

menyebabkan dilepasnya neuropeptida sensorik senyawa P (SP), neurokinin

A dan Calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah yang

menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema bronkus, eksudasi plasma,

hipersekresi aktivasi sel-sel inflamasi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi

(Rengganis, 2008). Alergi inflamasi merupakan interaksi yang kompleks

antara inflamasi beberapa sel, termasuk sel mast, basofil, limfosit, sel

dendritik, eosinofil, dan kadang neutrofil. Saraf sensorik yang sensitif dan

aktif selama peradangan dan menghasilkan gejala alergi (Barnes, 2011a).

c. Imunologi asma

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas, yang

merupakan interaksi faktor imunitas selular maupun humoral. Komponen

selular utama pada reaksi alergi adalah sel mast, basofil, eosinofil, sel

dendritik, sel Th (Barnes, 2011a), dan neutrofil (Fahy, 2009). Komponen

humoral utamanya adalah Imunoglobulin E (Ig E). Interaksi antara kedua

faktor imunitas tersebut akan menyebabkan AHR, bronkokonstriksi, sekresi

mukus, dan remodeling (Barnes, 2008a). Antigen masuk epitel endobronkial

ditangkap dan disajikan Antigen Presenting Cell (APC) antara lain sel

dendritik ke sel Th-0 yang berdiferensiasi menjadi sel Th-1, Th-2, Th-17

dan T reg (Deenick and Tangye 2007; Mai et al., 2011).

1). Sel Limfosit Th-1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

7

Perubahan sel Th-0 menjadi Th-1 terjadi melalui Signal Transducer and

Activator of Transcription-1 (STAT-1) danT-bet di bawah pengaruh sel

dendritik CD8+ dan makrofag yang menghasilkan sitokin yaitu IFN-γ, IL-

12 dan IL-18. Sel Th-1, memproduksi IFN-γ, IL-2, dan lymphotoxin (LT)

(Barnes, 2008b). Interferon (IFN-γ) merupakan sitokin yang diproduksi

oleh sel Th-1 dan bertanggung jawab untuk imunitas terhadap patogen

intraseluler (Dong, 2009).

2). Sel Limfosit Th-2

Sel Th-2 memainkan peran penting dalam menimbulkan reaksi alergi

melalui pelepasan sitokin yang meliputi IL-4, IL-5, IL-9, dan IL-13 (Barnes,

2008 b, 2011a), dan IL-10 (Elias et al., 2003). Pendapat sekarang ternyata

IL-10 dihasilkan Th regulator (T reg) dan menekan Th-2 (Barnes, 2008b,

2011a). Diferensiasi sel Th-0 menjadi sel Th-2 terjadi melalui Signal

Tranducer and Activator of Transcription- 6 ( STAT-6), Gata-Binding

Protein 3 (GATA-3), Nuclear Factor of Activated T cells-c (NFATc), dan

IL-4, yang berasal dari sel mast (Elias et al., 2003).

Interleukin-4 dan IL-13 memacu sel B untuk membentuk Ig E.

Peradangan alergi ditandai dengan peningkatan IgE yang mengaktivasi

mukosa sel mast. Imunoglobulin E (Ig E) merangsang sel mast

menghasilkan IL-4. Interleukin - 4 juga bersifat autokrin terhadap sel Th-2

sendiri sehinggga Th-2 yang terbentuk lebih banyak dan fungsinya lebih

aktif (Nakajima and Takatsu, 2007). Interleukin-4 merupakan faktor penting

untuk diferensiasi sel Th 0 menjadi sel Th-2, yang dimediasi oleh aktivasi

faktor transkripsi sinyal transduser dan aktivator transkripsi 6 (STAT-6) dan

(GATA 3) (Holgate, 2012).

Sitokin IL-13 yang berlebihan menimbulkan tanda-tanda asma alergi,

yaitu hyper-responsiveness saluran napas, peningkatan jumlah eosinofil dan

sel mast, produksi IgE, hipersekresi lendir, fibrosis subepitel, yang akan

menyebabkan berbagai tingkat perubahan struktural saluran napas (Broide,

2008). Interleukin-13 bekerja secara langsung pada sel-sel epitel

menyebabkan metaplasia sel mast, diferensiasi myofibroblast, produksi Ig

E oleh sel B dan pengembangan AHR (Holgate and Polosa, 2008).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

8

Interleukin-5 memiliki peranan penting dalam mengatur masuknya

eosinofil ke dalam saluran napas, renovasi saluran napas dan AHR (Hansbro

et al., 2011). Akumulasi eosinofil peribronkial adalah ciri utama inflamasi

saluran napas pada asma. Interleukin -5 berperan dalam diferensiasi

eosinofil dari prekursor dalam sumsum tulang dan berpartisipasi pada

kelangsungan hidup dan daya tarik eosinofil ke dalam saluran napas

(Barnes, 2008a; Holgate and Polosa, 2008). Anti IL-5 mungkin bermanfaat

pada terapi asma (Hansbro et al., 2011).

Penyebab utama asma alergi pada manusia dan tikus yaitu sitokin Th-2

(IL -4, IL-13, dan IL-5). Kronisitas respons inflamasi asma alergi saluran

pernapasan terutama merupakan kerjasama sel Th-2 dengan disregulasi

sitokin Th-1 yaitu interferon (IFN ) (Ngoc et al., 2005; Thorburn and

Hansbro, 2010) atau sel T regulator (Thorburn and Hansbro, 2010).

Jenis Inflamasi menentukan sel yang terlibat dalam patogenesis asma

termasuk sel mast, sel dendritik (DC), limfosit B, eosinofilik dan neutrofilik

granulosit. Peradangan asma alergi (eosinofilik) saluran napas merupakan

hasil dari induksi peradangan Th-2. Sitokin Th-2 yaitu IL-4, IL-5 dan IL-13

secara langsung mempengaruhi penyakit alergi saluran napas (Holgate,

2012). Interleukin-4, IL-5 dan IL-13 yang disekresikan oleh sel Th-2, yang

memberikan kekebalan terhadap patogen ekstra seluler dan memainkan

peran penting dalam respons alergi (Dong, 2009).

3). Sel Limfosit T reg, Th-17 dan IL- 17

Paradigma yang berkembang sekarang bahwa sel efektor yang

bertanggung jawab untuk peradangan asma tidak hanya oleh sel Th-2 asma,

tetapi oleh sel T helper yang lain termasuk Th-1, T regulator (T reg) dan

Th-17 yang memproduksi IL- 17 (Moore and Pascual, 2010). Penekanan

oleh sel T regulator yang mendasari mekanisme imun yang terlibat dalam

asma alergi (Ngoc et al., 2005). Sel T reg terlibat dalam penekanan Th-1,

Th-9, Th-17 dan Th-2 (Akdis, 2012).

Sel Th-0 yang diaktivasi oleh TGF-β dan sitokin pro inflamasi yaitu IL-

6 dan IL-23 berdiferensiasi menjadi Th-17 (Traves and Donnelly, 2008).

Limfosit Th-17 melalui faktor transkripsi RORC memproduksi IL-17A, IL-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

9

17F, dan IL-22. Populasi ini melindungi tubuh dari infeksi jamur dan

bakteri ekstraseluler, tetapi juga terlibat dalam patogenesis inflamasi kronik

dan gangguan autoimun (Cosmi et al., 2011). Interleukin-17 (IL-17)

merupakan keluarga sitokin, yang meliputi IL-17A (disebut IL-17), IL-17B,

IL-17C, IL-17D, IL-17E (disebut IL-25), dan IL-17F. Interleukin-17

tersebut diproduksi oleh Th-17 kecuali IL-17E (atau IL-25) yang

diproduksi oleh sel Th-2 (Korn et al., 2009).

Sel Th-2 memori / sel efektor memiliki potensi untuk menghasilkan

IL-17 setelah distimulasi oleh sitokin pro inflamasi IL-1 , IL-6, dan IL-21.

Interleukin-17 yang berasal dari sel Th-2 secara signifikan meningkat dalam

darah pasien dengan asma alergi. Tikus model penyakit alergi paru-paru, IL-

17 diproduksi sel CD4+ Th-2 diinduksi radang paru-paru dan bertahan

sebagai IL-17 dominan selama asma kronik. Sel Th-17 klasik dibandingkan

dengan sel Th-2, antigen-spesifik IL-17 yang diproduksi sel Th-2 memicu

masuknya inflamasi leukosit heterogen dan memperburuk asma. Interleukin

-17 yang diproduksi sel Th-2 dapat menunjukkan kunci sel patogen Th-2

asma eksaserbasi alergi (Wang et al., 2010).

Interleukin-17 endogen dikendalikan oleh IL-4 dan memiliki peran

ganda. Meskipun selama sensitisasi antigen untuk tikus asma alergi, IL-17

melemahkan respons alergi DC untuk menghambat sintesis kemokin

(Schnyder-Candrian et al., 2006). Interaksi sel Th-17 dengan makrofag

menyebabkan penarikan neutrofil yang efektif, menghubungkan respons

imun bawaan dan adaptif di saluran napas (Traves and Donnelly, 2008).

Interleukin-17 disekresi oleh sel Th-17 yang berperan penting pada regulasi

imunitas dan inflamasi pada penyakit inflamasi kronik (Dong, 2009).

Interleukin -17 diakui berperan penting dalam respons imun dan inflamasi

dengan mengatur ekspresi berbagai mediator inflamasi, yang meliputi

sitokin, kemokin, dan molekul adhesi. Ada bukti yang berkembang bahwa

IL-17 terlibat dalam patogenesis asma. Interleukin-17 mengatur masuknya

neutrofil ke dalam saluran napas (Liang et al., 2007) dan juga meningkatkan

T-helper 2 (Th-2) yang diperantarai sel eosinofil radang saluran napas pada

asma (Park and Chul, 2010). Tingkat kronisitas dan keparahan asma

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

10

berkorelasi dengan tingkat sitokin IL-17, yang ditemukan di dahak, paru-

paru, BAL, atau darah pasien. Fungsi sitokin IL-17 selama reaksi asma

adalah untuk mengatur mobilisasi neutrofil (Wang et al., 2010). Sel T reg

mengendalikan perjalanan asma dan penyakit alergi lainnya pada berbagai

tahapan, yaitu sensitisasi alergi, perjalanan penyakit asma alergi serta

keparahan penyakit (Buc et al., 2009).

Interleukin-17 merangsang aktivasi fibroblas bronkiolus, sel epitel dan

sel otot polos bronkiolus. Interleukin -17 merangsang fibroblast bronkiolus

manusia memproduksi IL-6, IL-8, IL-11 dan CXCL1 / Gro-α (Growth

regulated oncogene-alpha), IL-17 merangsang epitel bronkiolus manusia

memproduksi β-defensin-2, ICAM-1 ( Intercellular Cell Adhesion

Molecule-1), IL- 8, CXCL1, CCL20 (CC- Chemokine ligand 20), G-

CSF (Granulocyte Colony-Stimulating Factor), MUC5B (Mucin 5 subtype

B) dan MUC5AC. Interleukin-17 merangsang sel otot polos saluran

pernapasan manusia memproduksi IL-6 dan IL-8 (Oboki et al., 2008).

Gambar 1. Peranan IL-17 pada berbagai sel (dikutip dari Oboki et al., 2008).

d. Fenotip asma menurut GINA (2015)

1). Allergic asthma : Fenotipe asma yang paling mudah dikenali, yang sering

dimulai pada masa kanak-kanak dan terkait dengan riwayat penyakit

dahulu dan / atau keluarga alergi seperti dermatitis, rhinitis alergi,

makanan atau obat alergi. Pemeriksaan dahak pasien sebelum diberi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

11

pengobatan sering menunjukkan peradangan saluran napas eosinofilik.

Pasien fenotipe asma ini biasanya berespon baik dengan terapi

kortikosteroid inhalasi (ICS).

2). Non-allergic asthma : beberapa orang dewasa memiliki asma yang tidak

terkait dengan alergi. Profil seluler dari sputum pasien ini mungkin

neutrofilik, eosinofilik atau hanya berisi sel-sel inflamasi

(Paucigranulocytic). Pasien asma non-alergi sering kurang respons

terhadap ICS.

3). Late – onset asthma : beberapa orang dewasa, terutama perempuan, yang

menderita asma untuk pertama kalinya dalam kehidupan dewasa. Pasien

ini cenderung non-alergi, dan sering memerlukan dosis yang lebih tinggi

dari ICS atau relatif resisten terhadap terapi kortikosteroid

4). Asthma with fixed airflow limitation : beberapa pasien asma dengan

keterbatasan pengembangan aliran udara tetap yang diduga disebabkan

oleh airway remodeling.

5). Asthma with obesitas: beberapa pasien obesitas dengan asma memiliki

gejala pernafasan menonjol dan sedikit peradangan saluran napas

eosinofilik.

Gambar 2. Subtipe asma ( dikutip dari Hansbro et al., 2011).

e. Tikus model asma

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

12

Selama beberapa tahun terakhir airway remodeling menjadi bahan penelitian

asma karena sebagian besar resisten terhadap obat. Model asma telah ditemukan

untuk mengatasi keterbatasan ini (Wegmann, 2008). Tikus model asma meniru

banyak fitur asma manusia, termasuk hiperreaktivitas dan peradangan saluran

napas. Oleh karena itu, penelitian mekanisme penyakit pada tikus telah digunakan

untuk menjelaskan patologi dan diagnosis asma serta menguji terapi zat baru

(Shin et al., 2009).

Mencit adalah spesies yang paling banyak digunakan, terutama karena

ketersediaan hewan transgenik dan karena beragam reagen spesifik yang tersedia

untuk analisis dari respons seluler dan mediator. Mencit model asma ada 3 yaitu

akut, sub akut dan kronik. Sensitisasi OVA pada hari 0 (model akut dan subakut)

atau pada hari 0 dan 14 (model kronik). Mencit kemudian dipapar 1% OVA

dalam Na CL selama 30 menit pada empat berturut-turut hari (akut), tujuh hari

berturut-turut (subakut) mulai pada hari ke -14, Mencit model kronik paparan

OVA, 3x/minggu mulai hari ke -21 selama 6 minggu (Locke et al., 2007). Mencit

model asma akut, menunjukkan gambaran asma klinis, misalnya peningkatan

kadar Ig E, peradangan saluran napas, hiperplasia sel Goblet, hipertrofi epitel,

AHR terhadap rangsangan tertentu dan bronkokonstriksi pada fase awal dan akhir

dalam menanggapi paparan alergen. Sebagai contoh, bronchoalveolar lavage dan

histologi menunjukkan bahwa masuknya sel-sel inflamasi didominasi oleh

eosinofil (Nials and Uddin, 2008). Mencit model akut mungkin lebih

menunjukkan awal kejadian asma pada manusia, sedangkan model kronik

dianggap lebih mewakili asma manusia sehubungan dengan perubahan seluler dan

struktural dinding jalan napas yang disebut airway remodeling, serta gangguan

fungsi saluran napas (Locke et al., 2007).

Sebagian besar model asma menggunakan sensitisasi sistemik dengan

ovalbumin (OVA) ditambah Aluminium hidroksida (alum) diikuti oleh paparan

berulang untuk OVA aerosol (konsentrasi 0,1- 2,5%.). Ovalbumin terbuat dari

putih telur ayam. Ovalbumin merupakan fosfoglikoprotein monomer dengan berat

molekul 43 - 45 kD. Ovalbumin telah terbukti dapat menimbulkan asma pada

hewan coba (Shin et al., 2009). Frekuensi paparan alergen (2-7 kali perminggu)

selama 4-8 minggu. Analisis patologis pada spesimen bronkial pasien asma

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

13

menunjukkan hiperplasia sel Goblet kelenjar submukosa, hiperplasia epitel

saluran napas, penebalan epitel membran basement, deposisi matriks ekstraselular

dalam subepitel layer dan hipertrofi hiperplasia dari sel otot polos bronkial.

Keunggulan renovasi jalan napas, mencit BALB / c diinjeksi OVA dengan alum

secara intra-peritoneal (ip). Peradangan alergi kronik pada mencit berbeda dengan

model lain karena mempengaruhi seluruh peribronkial dan bahkan bertahan

setelah enam minggu induksi OVA. Percobaan ini dilakukan pada mencit, karena

spesies ini dari sudut pandang anatomi lebih cocok untuk meniru perubahan

lapisan otot polos jalan napas manusia (Wegmann, 2008).

Model kronik telah terbukti mempunyai beberapa keunggulan gejala asma

seperti metaplasia sel Goblet, hipertrofi epitel, fibrosis subepitel dan hiperplasia

otot polos (Shin et al., 2009). Model paparan alergen kronik pada mencit lebih

dekat meniru penyakit asma manusia (Patel and Chorawala, 2011). Protokol

model asma dibagi fase sensitisasi dan fase paparan. Sensitisasi pada tikus

biasanya melalui injeksi alergen, yang memerlukan Aluminium hidroksida sebagai

ajuvant yang dikenal dapat meningkatkan pengembangan respons Th-2. Respons

terhadap paparan alergen, termasuk AHR, peradangan eosinofilik, dan metaplasia

sel Goblet dapat diinduksi oleh paparan alergen pertama yang peka pada tikus

(Shin et al, 2009; Patel and Chorawala, 2011).

Tabel 1. Mencit model asma kronik (dikutip dari Nials and Uddin, 2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

14

f. Penatalaksanaan asma

Penatalaksanaan asma meliputi penatalaksanaan medikamentosa dan non

medikamentosa. Penatalaksanaan medikamentosa menggunaan obat-obatan

seperti β-2 agonis, teofilin dan kortikosteroid. Obat yang tergolong β-2 agonis

misalnya salbutamol dan efedrin. Salbutamol untuk orang dewasa dosisnya 2 - 4

mg, tiga kali perhari per oral. Efek samping salbutamol yaitu : tremor, takiaritmia,

dilatasi pembuluh darah yang menyebabkan tekanan diastolik turun, hipokalemia

dan hipoksemia. Efedrin dosis untuk orang dewasa 25-30 mg tiap 4 jam per oral.

Efek samping efedrin yaitu aktivasi sistem saraf pusat (gugup, mudah terangsang,

insomnia, gelisah, sakit kepala dan tremor), hipertensi, palpitasi, mual muntah,

berkeringat, haus, susah berkemih, dan rasa lemah. Teofilin pada orang dewasa

dosis 200 mg 2 kali sehari peroral. Efek samping teofilin yaitu aritmia, takikardi,

agitasi, konvulsi, iritasi saluran cerna (mual, muntah dan sakit perut), pusing,

gugup, aritmia dan hipotensi. Teofilin dan β-2 agonis mempunyai efek

bronkodilatasi. Obat asma kortikosteroid seperti deksametason pada orang dewasa

dosis 0,5 - 9 mg, tunggal atau dibagi dalam 2-4 kali pemberian perhari.

Kortikosteroid mempunyai efek antiinflamasi, tetapi kortikosteroid mempunyai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

15

efek samping yang tidak diinginkan misalnya osteoporosis, tukak lambung, efek

katabolik, efek diabetogenik, peningkatan tekanan darah, sindrom Cushing dan

supresi pertumbuhan pada anak (Sundaru and Sukamto, 2014).

Penatalaksanaan asma non medikamentosa dapat dilakukan melalui

pendidikan pada penderita asma dan keluarganya, mengindari faktor pencetus /

alergen, perbaikan mental / psikis, latihan napas dan latihan jasmani /olah raga

serta akupunktur. Tujuan penatalaksanaan asma dengan akupunktur adalah untuk

memperingan serangan dan memperpanjang jarak waktu antara dua serangan.

Selain itu juga untuk mengurangi pemakaian obat – obatan, sehingga efek

samping dari obat – obatan dapat dihindari (Siboe and Sudiro, 1993).

Asma merupakan sindroma yang heterogen, dengan fenotipe dan patogen

berbeda melalui mekanisme berbeda, sebagian dependen dan independen sel Th-

2 dan memerlukan pendekatan terapi yang berbeda. Identifikasi fenotipe inflamasi

yang berbeda pada asma, memungkinkan kita tidak hanya untuk lebih

mengklasifikasikan penyakit, tetapi juga untuk mengembangkan terapi baru yang

efektif secara individual dan personal, dengan mempertimbangkan mekanisme

patogenik yang berbeda yang terjadi pada masing-masing pasien (Cosmi et al.,

2011).

Asma sekarang diakui sebagai gangguan heterogen, peran Th-1, Th-2, dan

baru-baru ini telah diidentifikasi sel Th-17 dan T regulator (Thorburn and

Hansbro, 2010). Respon sel Th-1 dan Th-17 di paru-paru menyebabkan asma

yang didominasi neutrofil atau campuran (neutrofil dan eosinofil yang proporsi

yang lebih rendah), peradangan granulositik dan asma granulositik neutrofilik.

Sebaliknya, respons sel Th-2 menyebabkan asma yang didominasi eosinofil,

basofil dan infiltrasi sel mast dari saluran napas dan mempromosikan Ig E-

mediated dan asma alergi atau subtipe eosinofilik. Asma memiliki ciri klinis

gambaran penyakit termasuk peradangan saluran napas, hipersekresi lendir dan

bronkokonstriksi, meskipun asma diinduksi melalui mekanisme yang berbeda.

Asma neutrofilik sebagian besar resisten terhadap steroid, maka subtipe ini sering

menyebabkan asma yang parah dan melibatkan TNF-α, IFN-, IL-17 dan IL-27.

Asma eosinofilik sensitif terhadap steroid, secara efektif dikendalikan dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

16

pengobatan kortikosteroid dan merupakan penyakit asma paling ringan sampai

sedang (Hansbro et al.,2011).

Resistensi kortikosteroid merupakan masalah utama pada pasien dengan asma

berat. Asma berat didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai asma

terkontrol dengan terapi inhalasi dosis maksimum. Anti-IgE (Omalizumab) adalah

terapi baru yang telah disetujui untuk pengobatan asma berat (Barner, 2012).

Peningkatan sel anti-Th-2 terapi inhalasi dan oral kortikosteroid, Leukotriene

modifiers, teofiline, pengobatan anti-IgE dan imunoterapi alergen (AI) untuk

asma (Bateman et al., 2008).

Anti-IL-5 menghambat peradangan dan renovasi tetapi tidak berpengaruh

pada respons saluran napas terhadap metakolin. Anti-IL-13 efektif merekrut dan

menekan eosinofil dan akumulasi sel-sel inflamasi kronik pada saluran napas,

perubahan renovasi dinding saluran napas, termasuk hyperplasia / metaplasia sel

mast dan fibrosis subepitel, tetapi kemampuannya terbatas untuk menghambat

hipereaktivitas saluran napas (AHR). Sebaliknya, pengobatan dengan anti-IFN-

nyata menekan AHR. Antibodi menghambat akumulasi sel inflamasi kronik tetapi

tidak mempengaruhi perekrutan eosinofil atau perubahan renovasi. Jadi anti IL-5

dan anti IL-13 memiliki potensi besar sebagai strategi terapi dalam asma kronik,

dan IFN- memainkan peran penting dalam patogenesis AHR (Kumar et al.,

2004). Blokade gabungan baik IL-5 dan IL-12 atau IFN- dapat menyebabkan

kontrol yang lebih baik dari radang saluran napas eosinofilik dan gejala AHR

(Meyts et al., 2006).

Strategi untuk pengobatan asma alergi termasuk penghambatan selektif sel

Th-2 dengan tujuan utama menghilangkan respons imun spesifik Th-2 alergen

(Bosnjak et al., 2011). Asma berat merupakan kegagalan untuk mencapai keadaan

asma terkontrol, tidak teratasi dengan terapi inhalasi dosis maksimum. Masalah

utama penderita asma berat adalah resisten kortikosteroid (Barnes, 2012).

2. Eosinofil

Eosinofil merupakan leukosit granulosit dan polimorfonuklear. Diameter sel

ini 12 -15 µm. Inti sel bilobus dengan kromatin dalam inti padat. Sitoplasma

mengandung granula spesifik yang ukurannya lebih besar daripada granula

spesifik neutrofil, yaitu ukuran 0,5 - 1,5 µm (Baratawidjaja, 2010). Eosinofil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

17

menghasilkan sitokin, kemokin, mediator lipid dan growth factor dan mampu

menyebabkan peningkatan sekresi mukus, menyebabkan fibrosis subepitel.

Eosinofil teraktivasi melepaskan protein toksik yang mengakibatkan kerusakan

jaringan saluran napas yaitu Major Basic Protein (MBP) dan Eosinophil Cationic

Protein (ECP) yang merusak sel epitel dan saraf, Eosinophil-Derived Neurotoxin

(EDN), eosinophil peroxidase dan mediator lipid. Eosinofil menghasilkan protein

yang menyebabkan fibrogenesis dan angiogenesis yang dapat mengaktifkan sel

mesenkim dan merangsang sintesis protein extracellular matrix (ECM) (Kay et

al., 2004).

Granul Eosinofil mengandung Eosinophil Peroxidase (EPO), Major Basic

Protein (MBP), Eosinophil Cationic Protein (ECP), dan Eosinophil-Derived

Neurotoxin (EDN). Keempat protein kationik ini bersifat sitotoksik. Eosinofil

yang terangsang oleh trauma jaringan nonspesifik, infeksi, allografts, alergen, dan

tumor akan melepas protein kationik tersebut, sitokin, kemokin, mediator lipid,

dan neuromodulator. Eosinofil sebagai APC mengaktifkan sel-sel T, dan eosinofil

dengan MBP mengaktivasi sel mast (Rothenberg and Hogan, 2006).

Gambar 3. Pengaruh eosinofil terhadap airway remodeling

(dikutip dari Kay et al., 2004).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

18

3. Neutrofil

Neutrofil merupakan sel fagosit polimorfonuklear yang berjumlah sekitar 70

% dari jumlah leukosit yang beredar dari sirkulasi. Neutrofil disebut “Soldiers of

the Body” karena merupakan sel pertama yang dikerahkan ke tempat bakteri

masuk dan berkembang dalam tubuh. Neutrofil gambaran nukleusnya irreguler.

Neutrofil ditandai oleh sejumlah molekul adhesi, FcR dan reseptor untuk

komplemen. Granul primer atau azurofilik mengandung hidrolase,

mieloperoksidase, elastase, katepsin dan lisozim. Granul sekunder atau spesifik

mengandung lisozim, kolagenase dan laktoferin (Baratawidjaya, 2010). Mobilisasi

dan peningkatan jumlah neutrofil merupakan ciri gangguan paru-paru inflamasi

kronik, termasuk asma. Perekrutan neutrofil kedalam saluran napas diinduksi oleh

IL-17, interleukin ini penting dalam patogenesis asma dan penentuan keparahan

penyakit (Linde´n et al., 2005).

Neutrofil dapat menyebabkan kerusakan epitel akibat melepaskan bahan –

bahan metabolik oksigen, protease dan bahan kationik. Neutrofil menghasilkan

sitokin antara lain IL-1β, IL-6, IL-8, TNF-α dan kemokin (Rahmawati et al.,

2003). Neutrofil menghancurkan mikroba melalui jalur oksigen independen

(lisozim, laktoferin, Reaktive Oxygen intermediate, enzim proteolitik, katepsin G

dan protein kationik) dan oksigen dependen (Baratawidjaya, 2010). Neutrofil

mempunyai serin protease neutrophil elastase yang akan merusak elastin jalan

napas dan komponen paru (Linde´n et al., 2006). Asma neutrofilik merupakan

asma parah dan relatif tahan kortikosteroid. Neutrofil terdapat di saluran napas

pada penderita asma menyebabkan obstruksi saluran napas yang lebih parah,

selain itu juga terdapat eosinofil. Selain itu, neutrofil banyak di saluran napas pada

asma kronik eksaserbasi akut (Fahy, 2009).

4. Bronkiolus paru

Trakea membelah menjadi 2 bronkus utama (primer) yang masuk pada hilus

paru – paru. Bronkus utama setelah masuk paru, bercabang menjadi 3 bronkus

lobaris (sekunder) pada paru kanan dan 2 bronkus lobaris kiri. Bronkus lobaris

bercabang – cabang membentuk saluran yang diameternya lebih kecil yang

disebut bronkiolus. Cabang terminal dari bronkiolus merupakan bagian konduksi

dari saluran napas dinamakan bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

19

manusia berdiameter sekitar 0,5 mm. Bronkiolus terminalis melanjutkan diri

berupa bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan terakhir

sebagai alveoli (Junqueira and Carneiro, 2003).

Dinding bronkiolus terminalis secara histologis terdiri dari beberapa lapisan.

Epitel selapis kolumner rendah atau kuboid bersilia merupakan lapisan yang

berhubungan dengan lapisan yang berhubungan dengan lumen dinding bronkiolus

terminalis. Sel Goblet dalam jumlah sedikit atau bahkan tidak dijumpai diantara

sel epitel kolumner ini. Lapisan muskularis mukosa terlihat lebih dominan

daripada di segmen-segmen lain dari percabangan bronkus. Lapisan otot ini

membentuk anyaman spiral yang mendominasi lamina propia. Lamina adventisia

masih ada, tetapi tidak lagi diperkuat tulang rawan sehingga dindingnya sering

melipat secara longitudinal (Junqueira and Carneiro, 2003).

Bronkus dan percabangannya dipersarafi oleh serabut saraf otonom. Serabut

saraf simpatis di bronkus dan percabangannya (termasuk bronkiolus terminalis)

keluar dari medula spinalis segmen toraks I sampai toraks 4, sedang komponen

parasimpatis yang menginervasi bronkus keluar dari batang otak melalui nervus

vagus. Sistem simpatis apabila dirangsang maka akan menyebabkan terjadinya

relaksasi otot polos bronkus dan percabangannya (termasuk otot polos pada

bronkiolus) sehingga menyebabkan bronkodilatasi, penurunan sekresi mukus oleh

kelenjar bronkus dan penghambatan pelepasan mediator radang oleh sel mast

Sistem parasimpatis dirangsang maka terjadi bronkokonstriksi, peningkatan

sekresi mukus oleh kelenjar bronkus dan memacu degranulasi pada sel mast

(Gayton, 2008).

5. Airway Remodeling

Gambaran histologi asma tidak hanya menunjukan proses inflamasi tetapi juga

perubahan struktur saluran napas yang dikenal dengan airway remodeling.

Perubahan struktur yang terjadi pada airway remodeling meliputi: hiperplasi dan

metaplasi epitel, fibrosis subepitel, hiperplasi, dan hipertrofi otot polos, serta

peningkatan jumlah pembuluh darah (angiogenesis). Penebalan dinding saluran

napas ini diduga berhubungan dengan airway hyperresponsiveness (AHR) dan

resistensi terapi serta keparahan asma (Barlianto et al., 2009; Halwani et al.,

2010). Penebalan subepitel dan otot polos saluran napas di manusia merupakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

20

suatu hal yang sulit ditunjukan. Bahan pemeriksaan dari manusia untuk

mempelajari asma sebagian besar menggunakan hasil biopsi yang terbatas pada

lapisan mukosa sehingga tidak dapat melihat perubahan pada struktur yang lebih

dalam. Pemeriksaan lebih lengkap baru dapat dilakukan pada pemeriksaan post

mortem penderita asma, oleh karena itu penggunaan model binatang yang cocok

sangat dibutuhkan dalam mempelajari asma (Barlianto et al, 2009).

Metode paparan ovalbumin secara akut (4 hari berturut- turut), sub akut (7

hari berturut – turut) dan kronik (3 kali seminggu selama 6 minggu) menunjukan

terjadinya inflamasi kronik, tetapi fibrosis jalan napas hanya terjadi pada paparan

kronik. Model paparan berulang dan jangka panjang (kronik) menunjukkan

replikasi perubahan jangka panjang saluran napas remodeling dan saluran napas

hyperresponsiveness (AHR). Model kronik dianggap lebih mewakili gambaran

asma manusia sehubungan dengan perubahan seluler dan struktural dinding

saluran napas, serta gangguan fungsi saluran napas. Faktor-faktor dan mekanisme

mengatur renovasi tidak digambarkan dengan jelas serta urutan peristiwa itu

terjadi juga tidak diketahui (Locke et al., 2007). Remodeling saluran napas

sebagian reversibel pada asma ringan tapi kebanyakan irreversibel pada asma

parah dan kronik (Halwani et al., 2010).

Airway remodeling disebabkan proses inflamasi dan sel imun (Broide, 2008).

Interleukin-17 pada asma berfungsi menarik dan mengaktivasi neutrofil di saluran

napas. Neutrofil mempunyai serin protease neutrophil elastase yang akan

merusak elastin jalan napas dan komponen paru (Linde´n et al., 2006).

Interleukin-17 merangsang aktivasi fibroblas bronkiolus, sel epitel dan sel otot

polos bronkiolus (Oboki et al., 2008). Aktivasi fibroblas dilakukan oleh IL-4, IL-

6, IL-11, IL-13, IL-17, TGF-β (Transforming Growth Factor-β), NGF (Nerve

Growth Factor) dan PDGF (Pletelet-Derived Growth Factor). Sitokin tersebut

akan menyebabkan diferensiasi dan migrasi fibroblas. Sel endotel diaktifkan oleh

Fibroblast Growth Factor-2 (FGF-2) dan TNF-α. Aktivasi sel epitel, sintesis

Extra Celluler Matrix (ECM) dan hipersekresi mukus akibat pelepasan sitokin

derivat eosinofil yaitu TGF-β, IL-4, IL-13 dan TGF-α. Eosinofil teraktivasi

melepaskan protein toksik yang mengakibatkan kerusakan jaringan saluran napas

yaitu Major Basic Protein (MBP) dan Eosinophil Cationic Protein (ECP) yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

21

merusak sel epitel dan saraf, Eosinophil-Derived Neurotoxin (EDN), eosinophil

peroxidase dan mediator lipid (Kay et al., 2004).

6. Akupunktur

Akupunktur berasal dari kata latin acus yang berarti jarum dan puncture yang

berarti menusuk, sehingga secara harfiah acupuncture berarti menusuk dengan

jarum. Tusuk jarum merupakan sebuah cara pengobatan penyakit menggunakan

jarum untuk menusuk titik akupunktur pada badan, dalam atau dangkal (Saputra

and Idayanti, 2005). Akupunktur pada tikus secara manual, tidak menggunakan

stimulator listrik (elektroakupunktur) karena tikus terlalu kecil untuk dialiri listrik.

Dikuatirkan induksi listrik menjalar keseluruh tubuh menyebabkan syok listrik

dan membahayakan keselamatan hewan coba. Rangsangan frekuensi 2 - 4 Hz

masih sangat mudah dilakukan secara manual (Sudirman, 2006).

Akupunktur titik Feishu (BL-13) merupakan titik Shu paru paru (associated

point for lung) terletak antara Thorax III- IV, 2 jari ke lateral garis tengah.

Akupunktur titik Feishu digunakan pada penyakit Asma, batuk, hemoptisis,

demam sore hari, keringat malam, serta nyeri dan rasa dingin di punggung

((Saputra and Idayanti, 2005). Titik Feishu pada mencit terletak pada bagian

punggung mencit pada kedua sisi ruang interkostal setinggi batas bawah prosesus

spinosus Thorax-III (Yin et al., 2008).

Akupunktur titik Zusanli (ST-36) artinya tiga mil di tungkai (The Three miles

in the leg). Titik Zusanli pada manusia satu jari ke fibula dari krista tibialis

(Saputra and Idayanti, 2005). Zusanli mencit terletak 5 mm di bawah lateral

tuberkulum anterior tibia mencit. Penusukan dilakukan secara tegak lurus dengan

kedalaman 5 mm, bilateral (Moon et al., 2007). Akupunktur titik Zusanli (ST-36)

memiliki efek imunomodulator ganda baik dalam Th-1 atau Th-2 pada kondisi

patologis yang dominan, menuju keseimbangan imunologis untuk menjaga

homeostasis (Park et al., 2004).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

22

a. Akupunktur pada asma

Akupunktur efektif untuk pengelolaan dan pengobatan penyakit imun,

termasuk gangguan alergi, infeksi, penyakit autoimun dan sindroma imuno

defisiensi (Kim and Bae, 2010). Akupunktur pengobatan pada pasien asma alergi

dan bronkitis kronik telah digunakan secara tradisional di China lebih dari seribu

tahun. Penyakit asma terdaftar sebagai penyakit yang diobati dengan akupunktur

oleh Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 1979 dan kemudian diklasifikasikan

lagi sebagai penyakit yang dapat diobati dengan akupunktur di tahun 2002.

National Institutes of Health telah menerima validitas pengobatan akupunktur dan

merekomendasikan akupunktur sebagai pengobatan tambahan pada indikasi

manajemen program komprehensif untuk asma. Akupunktur memiliki efek

regulasi pada imunitas mukosa dan seluler pada pasien asma alergi dan mungkin

menjadi terapi tambahan untuk asma alergi (Yang et al., 2012). Cara kerja

akupunktur yaitu : 1). local reaction inflamation 2). meridian intercellular

transduction 3). cutaneo / somato visceral reflex, 4). neural transmission neuro

acupuncture (Saputra, 2003).

Gambar 4 . Cara kerja akupunktur ( diambil dari Saputra, 2003).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

23

1). Local Reaction Inflamation

Trauma mikro jaringan akibat akupunktur menyebabkan inflamasi lokal yang

mensekresi histamin, bradikinin, substansi P, serotonin dan protease. Sekresi

faktor Hageman (Faktor-XII) dengan sistem koagulasi, plasminogen, kinins dan

pelengkap sistem aktivasi prostaglandins. Stimulasi lapisan Lewis sel mast dan

sel-sel di sekitar jarum mensekresi bradikinin, histamin, heparin, hormon

adrenokortikotropik (ACTH), serotonin, dan protease. Sekresi zat itu

menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas dan reaksi lokal (Saputra,

2003; Cabioglu and Cetin, 2008). Inflamasi akut akibat trauma jaringan ini

berhubungan dengan produksi sitokin proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8 dan

TNF-α (Baratawidjaja, 2010).

2). Meridian Intercellular Transduction

Titik akupunktur mempunyai tegangan listrik tinggi dan resistensi rendah.

Rangsangan titik akupunktur melalui ”jalur meridian” akan terjadi transmisi

elektron, komunikasi interselluler dan transportasi molekul metabolik sampai ke

organ target (Saputra, 2003). Migrasi, vasodilatasi, edema lokal, leukosit dan sel

mast mensekresi sitokinin antara lain Tumor Necrosis Factor- (TNF-), IL-6,

IL-1 merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan CRH (Corticotrophin

Releasing Hormone). Sekresi CRH dari hipotalamus menyebabkan pelepasan

ACTH dari kelenjar pituitari. Hormon adrenokortikotropik (ACTH) menyebabkan

kelenjar adrenal sekresi glukokortikoids untuk mengatur peradangan dan

penyembuhan. Pengaruh CRH, limfosit mensekresi kortikosteroid dan anti-

inflamasi sitokin, yaitu IL-2, IL-4, IL-10, TGF β (Cho et al., 2006; Cabioglu and

Cetin, 2008).

3). Cutaneo / somato Visceral Reflex

Serabut saraf simpatis keluar dari medula spinalis segmen torakolumbal,

sedangkan serabut saraf parasimpatis keluar dari cranial melalui saraf kranial II,

VII, IX dan X serta keluar dari medulla spinalis segmen sakral. Saluran

pernapasan mendapat inervasi dari serabut simpatis yang berasal dari medula

spinalis segmen thorakal-2 sampai 4 (Guyton, 2008), oleh karenanya penjaruman

akupuntur titik Feishu (BL-13) setinggi vertebra Thorax-III (Carneiro et al.,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

24

2010) akan merangsang serabut saraf simpatis pada daerah ini. Perangsangan

sistem simpatis dapat meyebabkan dilepaskannya neurotransmitter yang

merangsang reseptor β2 adrenergik (simpatis) yang antara lain terdapat pada otot

polos bronkus dan percabangannya sehingga terjadi bronkodilatasi, pada sel

kelenjar mukus bronkus menyebabkan hambatan sekresi mukus, serta pada sel

mast terjadi hambatan degranulasi sel mast. Perangsangan sistem simpatis juga

menyebabkan medula adrenal terstimulasi sehingga menghasilkan katekolamin.

Katekolamin bersifat merangsang aktivitas enzim adenilsiklase. Enzim

adenilsiklase mengubah ATP (Adenosintrifosfat) menjadi cAMP (cyclic-

adenosine-monophosphat). Meningkatnya kadar cAMP dalam sel menyebabkan

relaksasi otot polos bronkus, penghambatan aktivitas kelenjar bronkus dalam

menggasilkan mukus dan inhibisi sekresi sel mast (Price dan Wilson, 2006).

Inhibisi sekresi sel mast dapat menormalkan pembentukan limfosit Th-2 (Barnes,

2008 b).

4). Neural Transmission Neuro Acupuncture

Perangsangan titik akupunktur akan merangsang reseptor nyeri diperifer,

rangsangan ini akan diteruskan ke kornu posterior medula spinalis dan sinyal

nyeri ini dibawa oleh tractus spinothalamicus ke thalamus dan diproyeksikan ke

area sensoris kortek serebri (Saputra, 2003). Aktivasi jalur nyeri ini akan

merangsang aktivitas hipothalamus untuk mensekresikan corticotropin -

releasing hormon (CRH) kedalam sistem portal hipofise. Corticotropin releasing

hormon ini akan merangsang pituitari atau hipofise anterior untuk melepaskan

hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang akan merangsang kelenjar kortek

adrenal untuk mensekresi hormon glukokortikoid (kortisol). Kortisol memberikan

memberikan umpan balik negatif terhadap terhadap aksis hipotalamus – hipofisis,

dan menghambat produksi CRH – ACTH ( Price and Wilson, 2006).

Hormon glukokortikoid mempunyai reseptor pada limfosit T sehingga hormon

ini mempunyai kemampuan untuk mengatur respons imun dengan cara

menghambat aktivitas sel dan ekspresi gen. Kortikosteroid (glukokortikoid)

menghambat pematangan sel Dendritik dan kortikosteroid memblokir diferensiasi

sel Dendritik ke Th-1 dan Dendritik ke Th-2. Kortikosteroid juga menghambat

sel efektor Th-2 mengekspresikan CCR4. Sel ini direkrut oleh macrophage-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

25

derived chemokine (MDC atau CCL22) dan thymus and activation-regulated

chemokine (TARC atau CCL17) yang diekspresikan oleh sel struktural paru-paru.

kortikosteroid juga memblokir transkripsi gen sitokin dalam sel T, termasuk gen

Th2 yang menghasilkan IL-4, IL-5, dan IL-1 (Georas. 2004).

Akupunktur, melalui aktivasi sistem saraf pusat, menurunkan produksi sitokin

Th-2 merangsang peningkatan sitokin Th-1, mengembalikan keseimbangan antara

sitokin Th-1 dan Th-2. Akupunktur dapat menyebabkan modulasi keseimbangan

Th-1/Th-2 (Kim and Bae, 2010). Akupunktur dapat memperbaiki ketidak

seimbangan dalam energi kehidupan yang vital (meredian paru-paru, limpa, ginjal

atau meridian sistem) yang dapat memicu masalah pernapasan (Haq and Banday,

2012). Titik akupunktur Zusanli (ST-36) memiliki efek imunomodulator ganda

baik dalam Th-1 atau Th-2 pada kondisi patologis yang dominan, menuju

keseimbangan imunologis untuk menjaga homeostasis (Park et al., 2004).

Akupunktur mampu menghilangkan nyeri melalui pengaturan aktivitas sistem

saraf otonom. Rangsangan akupunktur akan mengaktifkan poros hipothalamus -

hipofise - kelenjar adrenal sehingga menyebabkan pelepasan glukokortikoid yang

merupakan suatu hormon yang memiliki efek antiinflamasi yang sangat kuat.

Akupunktur juga mampu mempengaruhi aktivitas sistem saraf simpatis melalui

pelepasan katekolamin dari medula adrenal, katekolamin ini juga mempunyai efek

anti inflamasi (Lee et al., 2007). Akupunktur titik Zusanli pada Th-1/ Th-2 dapat

menyebabkan efek anti alergi dan anti-inflamasi dengan cara:

a) Mengurangi sekresi IL- 4 untuk mengurangi pengaktifan Th-2.

Mengurangi IgE dari sel B dan untuk mengurangi infiltrasi eosinofil ke

paru-paru dengan menghambat adhesi eosinofil pada sel endotel.

b) Mengurangi IL-5 untuk mengurangi aktivasi pengambilan eosinofil (Yim

et al., 2010).

Elektroakupunktur (EA) dengan frekuensi yang berbeda akan menghasilkan

berbagai jenis neuropeptida. Elektroakupunktur dengan frekuensi 2 Hz

mempercepat pelepasan enkephalin, β-endofin dan endomorfin, sedangkan 100

Hz meningkatkan dinorfin. β-endofin menekan Th-2 (Han, 2003). β-endorfin dan

encefalin meningkatkan aktivitas sel Natural killer, limfosit T sitotoksik,

kemotaksis monosit dan produksi dari IFN-, IL-1, IL-2, IL-4 dan IL-6.

Interleukin-2 (IL-2), IL-4 dan IL-6 berfungsi merangsang proliferasi limfosit B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

26

(Cabioglu and Cetin, 2008). Neurotransmiter ini memiliki efek imunomodulator

pada sistem imun. Akupunktur dapat digunakan pada penyakit sistem imun,

mengurangi risiko infeksi dan memperbaiki jaringan (Han, 2003). Terapi

akupunktur dapat memperbaiki imunologis gangguan dominan Th-1 atau Th-2.

Patogenesis asma dan penyakit autoimun berkorelasi erat dengan kompartemen

sel T, Th-17 dan sel T regulator. Sel Th-17 diyakini berperan utama dalam

perkembangan alergi dan penyakit autoimun, sedangkan sel T regulator

memainkan peran penting dalam menekan kelebihan aktivasi, baik sel Th-1 dan

Th-2 sehingga mengurangi respons alergi atau autoimun (Kim and Bae, 2010).

b. Pengaruh akupunktur pada IL-17

Akupunktur meningkatkan CD3+,

CD4+, CD8

+ limfosit T secara signifikan

dan menurunkan IL-2R +dan CD4 / CD 8 darah parifer pasien asma alergi dan

bronkitis kronik (Yang et al., 2012). Elektroakupunktur (EA) titik ST-36

(Zusanli), dapat mempengaruhi CD4 + CD25

+ Foxp3 + Treg, dan dapat

meningkatkan fungsi Treg dengan menekan sel T lain dan membatasi respons

imun. Stimulasi EA titik ST-36 menekan peningkatan antigen-Ig E, IL-4, IL-5,

dan IL-13 (Kwon et al., 2012). Interleukin-4, IL-5 dan IL-13 dihasilkan oleh Th-2

(Barnes, 2008b). Elektroakupunktur rmenurunkan jumlah eosinofil dan sel

inflamasi di tikus yang diimunisasi OVA melalui modulasi CD4 + CD25

+ Foxp3

dan Sel Treg menuju suatu keseimbangan imunologis untuk mempertahankan

homeostasis (Kwon et al., 2012). Sel T reg menekan Th-17 yang mensekresi IL-

17 (Barnes, 2008a; Dong, 2009).

c. Penelitian akupunktur pada asma

1). Elektroakupunktur (EA) titik Zusanli(ST-36) pada tikus yang diimunisasi

DNP-KLH dan diulang setiap hari untuk jangka waktu 7, 14, dan 21 hari.

Tingkat serum antigen-IgE spesifik dan total IgE menurun secara bermakna.

Produksi sitokin Th2 spesifik IL-4, IL-5 dan IL-13 pada anti-CD3 mAb-

diaktifkan splenocytes, menurun secara bermakna tetapi IFN tidak

berubah secara signifikan (Park et al., 2004).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

27

2). Elektroakupunktur frekuensi rendah titik Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-

36) selama 10 hari berturut – turut dapat menurunkan jumlah eosinofil pada

tikus putih model asma (Muthmainah, 2011).

3). Akupunktur pada titik GV14 (Dazhui), BL-12 (Fengmen), dan BL-13

(Feishu) pada penderita asma alergi, dapat menurunkan secara bermakna

sIgA dan total IgA dalam saliva dan sekresi nasal. Tingkat total IgE dalam

serum, kadar IL-2R + Limfosit T, dan jumlah total dan diferensiasi eosinofil

darah perifer juga menurun secara signifikan. Jumlah CD3+, CD4

+, dan

CD8 + limfosit T dalam darah perifer secara signifikan meningkat pada

penderita asma alergi (Yang et al, 2012).

4). Elektroakupunktur (EA) titik ST-36 (Zusanli) , 10 V, stimulasi selama 10

hari berturut – turut, dapat mempengaruhi CD4 + CD25 + Foxp3 + T reg,

dan dapat meningkatkan fungsi T reg dengan menekan sel T lain dan

membatasi respons imun. Stimulasi EA Zusanli (ST-36) menekan

peningkatan antigen-IgE, IL-4, IL-5, dan IL-13 (Kwon et al., 2012).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

28

B. Kerangka Teori

Gambar 5. Peranan akupunktur pada jumlah eosinofil, kadar IL-17 dan

jumlah neutrofil serta airway remodeling mencit model asma kronik.

Keterangan gambar :

: Merangsang : Meningkat ( pengaruh ovalbumin)

: Menghambat : Meningkat ( pengaruh akupunktur)

: Mengendalikan : Menurun (pengaruh akupunktur)

: Diperiksa (variabel terikat)

Alergen

(ovalbumin)

T

h

1

T

h

2

IL-6

IL-23

I

L

-

2

3

I

F

N

-

Th

17

T

h

r

e

g

T

G

F

-

β

I

L

-

4

I

L

-

2

1

I

L

-

2

2

I

L

-

1

0

T

G

F

-

β

I

F

N

-

I

L

-

1

2

I

L

-

4

T

h

0

I

L

-

5

IL-

17↑

↓↓

↓↑

↑↑

↑↑

↓HF

FFFF

FFFF

FF↑

↑↑

↑↑

↑↓

Air

wa

y

rem

ode

ling

↑↓

n

e

u

t

r

o

fi

l

E

o

s

i

n

o

f

i

l

B

Y

Y

Y

Y Y Y Y I

g

-

E

I

g

-

E

S

e

l

m

a

s

t

Y

ZUSANLI

(ST-36)

Tr

au

m

a

jar

ing

an

I

L

-

3

5

T

G

F

-

β

I

L

-

4

I

L

-

1

3

Gangguan Sistem Saraf Otonom

Parasimpatis

T

G

F

β

,

I

L

-

4

I

L

-

1

3

T

G

F

-

α

s

e

r

i

n

p

r

o

t

e

a

s

e

n

e

u

t

r

o

f

i

l

e

M

S

T

x

I

-

I

V

T

x

T

T

-

Medula

adrenal

r β

adrene

rgik

adrener

gik

si

m

p

a

ti

s

katek

olami

n

c

A

M

P

T

T

-

A

T

P

T

T

-

r

e

l

a

k

s

a

s

i

Degranulasi

Sel Mast

C

R

H

A

C

T

H

Korte

ks

Adre

nal

FEISHU (BL-13)

Adeni l siklase

Medula adrenal

hipotala

mus

p

it

u

it

a

ri

Oto

t

polo

s

k

el

e

nj

ar

Kortiko

steroi

d

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

29

Alergen ovalbumin (OVA) mengaktivasi Th-0 berdiferensiasi menjadi Th-1,

Th-2, Treg dan Th-17 (Deenick and Tangye 2007; Mai et al., 2011). Asma terjadi

ketidak seimbangan Th1/Th2 yang didominasi Th2. Sel Th2 menghasilkan IL-5

yang akan meningkatkan eosinofil (Barnes, 2008 b, 2011a). Eosinofil akan

melepas TGF-β, IL-4, IL-13 dan TGF-α yang akan mengaktivasi sel epitel,

sintesis Extracelluler matrix (ECM) dan hipersekresi mukus. Eosinofil teraktivasi

melepaskan protein toksik yang mengakibatkan kerusakan jaringan saluran napas

yaitu Major Basic Protein (MBP) dan Eosinophil Cationic Protein (ECP) yang

merusak sel epitel dan saraf (Kay et al., 2004; Rothenberg and Hogan, 2006).

Sel Th-0 diinduksi oleh IL-6, IL-23 dan TGF β menjadi Th-17 (Traves and

Donnelly, 2008). Sel Th-17 akan memproduksi IL-21, IL-22 dan IL-17. Interleukin IL-

17 merangsang epitel bronkiolus memproduksi β-defensin-2, ICAM-1 (Intercellular Cell

Adhesion Molecule-1), IL- 8, CXCL1, CCL20 (CC- Chemokine ligand 20), G-

CSF (Granulocyte Colony-Stimulating Factor), MUC5B (Mucin 5 subtype B) dan

MUC5AC. Interleukin- 17 (IL-17) merangsang sel otot polos saluran pernapasan

manusia memproduksi IL-6 dan IL-8 (Oboki et al., 2008). Interleukin-17 juga

akan diproduksi oleh Th2 (Wang et al., 2010). Interleukin-17 akan menarik

neutrofil ((Liang et al., 2007; Wang et al., 2010). Neutrofil mempunyai serin

protease neutrophil elastase yang akan merusak elastin jalan napas dan komponen

paru (Linde´n et al., 2006).

Eosinofil, IL-17 dan neutrofil akan menyebabkan peradangan saluran napas,

hipersekresi mukus dan bronkokonstriksi serta airway remodeling. Perubahan

struktur yang terjadi pada airway remodeling meliputi: hiperplasi dan metaplasi

epitel, fibrosis subepitel, hiperplasi, dan hipertrofi otot polos, serta peningkatan

jumlah pembuluh darah (angiogenesis), dan peningkatan jumlah sel Goblet

(Barlianto et al., 2009; Halwani et al., 2010).

Rangsangan alergen (OVA) dapat menyebabkan gangguan sistem saraf

otonom berupa perangsangan saraf parasimpatis dan penurunan saraf simpatis

saluran napas. Perangsangan saraf parasimpatis pada bronkus dan percabangannya

dapat terjadi bronkokontriksi, peningkatan sekresi mukus dan degranulasi sel mast

(Gayton, 2008).

Trauma dinding sel akibat rangsangan titik akupunktur membebaskan

mediator kimiawi yang memicu inflamasi berhubungan dengan produksi sitokin

proinflamasi (Th 1) yaitu IL-1, IL-6, IL-8, IL-12 dan TNF-α (Saputra, 2003) .

Akupunktur, melalui aktivasi sistem saraf pusat, menurunkan produksi sitokin Th-

2 merangsang peningkatan sitokin Th-1, mengembalikan keseimbangan antara

sitokin Th-1 dan Th-2 (Kim and Bae, 2010).

Titik Feishu (BL13) terletak setinggi vertebra Thorax-III (Yin et al., 2008;

Carneiro et al., 2010), pada daerah yang dipersarafi oleh serabut saraf sensoris

medula spinalis segmen toraks, sehingga jika titik-titik ini dirangsang maka secara

segmental dapat memacu sistem saraf simpatis. Serabut saraf simpatis yang keluar

dari medula spinalis segmen toraks 1-4 menginervasi bronkus dan

percabangannya. Perangsangan sistem simpatis dapat meyebabkan dilepaskannya

neurotransmitter yang merangsang reseptor β2 adrenergik (simpatis) yang antara

lain terdapat pada otot polos bronkus dan percabangannya sehingga terjadi

bronkodilatasi, pada sel kelenjar mukus bronkus menyebabkan hambatan sekresi

mukus, serta pada sel mast terjadi hambatan degranulasi sel mast (Gayton, 2008).

Perangsangan sistem simpatis juga menyebabkan medula adrenal terstimulasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

30

sehingga menghasilkan katekolamin. Katekolamin bersifat merangsang aktivitas

enzim adenilsiklase. Enzim adenilsiklase mengubah ATP (Adenosintrifosfat)

menjadi cAMP (cyclic- Adenosine - Monophosphat). Meningkatnya kadar cAMP

dalam sel menyebabkan relaksasi otot polos bronkus, penghambatan aktivitas

kelenjar bronkus dalam menghasilkan mukus dan penghambatan degranulasi sel

mast (Price dan Wilson, 2006). Inhibisi sekresi sel mast dapat menormalkan

pembentukan limfosit Th-2 (Barnes, 2008 b).

Perangsangan titik Akupunktur secara teoritis dapat menimbulkan reaksi

melalui jalur Hypothalamus-Pituitari-Adrenal (HPA) (Saputra, 2003). Jadi bila

titik-titik ini dirangsang maka melalui jalur tersebut rangsangan akupunktur dapat

memacu keluarnya hormon CRF yang selanjutnya dapat memacu ACTH dan

akhirnya meningkatkan pengeluaran kortikosteroid oleh korteks adrenal. Kortisol

memberikan memberikan umpan balik negatif terhadap terhadap aksis

hipotalamus – hipofisis, dan menghambat produksi CRH – ACTH ( Price and

Wilson, 2006).

Kortikosteroid (glukokortikoid) menghambat pematangan sel Dendritik dan

kortikosteroid memblokir diferensiasi sel Dendritik ke Th-2, kortikosteroid juga

memblokir transkripsi gen sitokin dalam sel T, termasuk gen Th2 yang

menghasilkan IL-4, IL-5, dan IL-1 (Georas. 2004). Steroid mempunyai sifat dapat

menurunkan ambang rangsang reseptor beta adrenergik (meningkatkan

sensitivitas reseptor beta adrenergik), sehingga meningkatkan kadar AMP siklik

dapat menyebabkan bronkodilatasi, penghambatan aktivitas kelenjar bronkus

dalam menghasilkan mukus dan penghambatan pelepasan mediator peradangan

dari sel mast (Price dan Wilson, 2006). Penghambatan pelepasan mediator

peradangan dapat menyebabkan penurunan jumlah eosinofil, IL-17, neutrofil dan

airway remodeling.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

31

B. Kerangka Konseptual

Gambar 2. Kerangka konseptual peranan akupunktur BL-13 dan ST-36 pada

jumlah eosinofil, kadar IL-17 dan jumlah neutrofil serta airway remodeling

(ketebalan epitel, ketebalan otot polos, dan jumlah sel Goblet) bronkiolus mencit

model asma kronik

Keterangan Gambar :

: variabel bebas

: variabel terikat

: variabel luar

C. Hipotesis Penelitian

1. Akupunktur Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36) berpengaruh menurunkan

jumlah eosinofil darah mencit model asma kronik.

2. Akupunktur Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36) berpengaruh menurunkan

kadar Interleukin-17 (IL-17) darah mencit model asma kronik.

3. Akupunktur Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36) berpengaruh menurunkan

jumlah neutrofil darah mencit model asma kronik.

4. Akupunktur Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36) berpengaruh

mengendalikan airway remodeling (ketebalan epitel, ketebalan otot polos

dan jumlah sel Goblet) bronkiolus mencit model asma kronik.

Sel

Inflamasi

Sel

Strukt

ural

Mediat

or

Inflam

asi

Airway

remodeli

ng

IL-

17

Jumlah

Eosinofil

Jumlah

Neutrofil

Ketebalan epitel

brokiolus

Ketebalan otot polos

bronkiolus

Jumlah sel Goblet

bronkiolus

Akupun

ktur

BL-13

ST-36

Alergen, Genetika

Aktivitas Fisik >>

Lingkungan

Obat, Emosi, Umur

Ovalbu

min

OVA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimen laboratoris

dengan rancangan post-test only group designs.

B. Lokasi penelitian di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT)

unit IV Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

C. Subyek Penelitian :

Populasi penelitian berupa mencit BALB/c. Kriteria retriksi pada

penelitian ini adalah :

1. Kriteria inklusi : mencit BALB/c. jenis kelamin betina, umur 6-8 minggu

dan berat badan 20 - 30 gram, sehat dan bebas penyakit (makan banyak,

aktivitas baik, bulu tidak rontok), diet standar (bebas ovalbumin).

2. Kriteria eksklusi : Mencit dengan kelainan atau cacat fisik.

Hewan coba yang digunakan adalah mencit BALB/c, betina, sebanyak 32

ekor, berumur antara 6-8 minggu dengan berat badan sekitar 20 - 30 gram yang

diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) unit IV

Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

D. Besar sampel

Banyaknya jumlah sampel ditentukan dengan rumus Federer :

(k-1) (n-1) > 15

k : jumlah kelompok

n : jumlah sampel dalam tiap kelompok

Besar sampel yang diperlukan dihitung dengan rumus:

(k-1) (n-1) > 15 ; k = 4

(4-1) (n-1) > 15

3n-3 > 15

3n > 18

n > 6

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

33

Berdasarkan perhitungan tersebut maka jumlah sampel minimal yang diperlukan

adalah 7 ekor mencit BALB/c. Percobaan ini menggunakan 8 ekor mencit untuk

mengantisipasi adanya drop out. Jadi sampel total adalah 32 ekor.

E. Teknik sampling

Sampel diambil secara nonrandom dengan teknik purposive sampling, yaitu

pengambilan sampel dengan cara mengambil anggota populasi yang ada atau

tersedia. Pada penelitian ini sampel diperoleh dengan cara memesan / membeli

sejumlah mencit dari populasi yang kriterianya telah ditentukan sesuai dengan

kriteria inklusi.

Sampel penelitian dibagi secara random dalam 4 kelompok dengan masing-

masing kelompok terdiri dari 8 mencit, yaitu :

1. Kelompok kontrol (K I) adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan.

2. Kelompok asma kronik (K II) adalah kelompok mencit yang diberi

perlakuan dengan ovalbumin (OVA) sehingga mengalami asma kronik.

3. Kelompok akupunktur Feishu (K I1I) adalah kelompok mencit yang

diberi perlakuan dengan ovalbumin (OVA) sehingga mengalami asma dan

juga mendapat perlakuan akupunktur titik Feishu (BL-13).

4. Kelompok akupunktur Feishu + Zusanli (K IV) adalah kelompok mencit

yang diberi perlakuan dengan ovalbumin (OVA) sehingga mengalami

asma dan juga mendapat perlakuan akupunktur titik Feishu (BL-13) dan

Zusanli (ST-36).

F. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian berupa the post test only control group design.

KI : (Xo) → O0

K II : (X1) → O1

K III : (X2) → O2

K IV : (X3) → O3

Keterangan :

K I : Kelompok kontrol (tanpa diberi perlakuan )

K II : Kelompok Asma kronik

K III : Kelompok akupunktur BL-13

K IV : Kelompok akupunktur BL-13 + ST-36

X0 : Tanpa perlakuan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

34

X1 : Perlakuan dengan OVA (mencit model asma)

X2 : Mencit model asma + akupunktur titik BL-13

X3 : Mencit model asma + akupunktur titi BL-13 dan ST-36

O0 : Pengamatan hasil pada kelompok kontrol

O1 : Pengamatan hasil pada kelompok asma

O2 : Pengamatan hasil pada kelompok asma + Akupunktur BL-13

O3 : Pengamatan hasil pada kelompok asma + akupunktur BL-13 dan

ST-36

G. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian akupunktur dan

pemberian ovalbumin (asma).

2. Variabel terikat :

Variabel terikat pada penelitian ini adalah jumlah eosinofil, neutrofil dan

kadar IL-17 darah, serta airway remodeling.

3. Variabel luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan.

1) Variasi genetik : Penelitian ini menggunakan mencit BALB/c

2) Jenis kelamin: Mencit yang digunakan adalah mencit BALB/c,

betina. Mencit betina dipilih karena memiliki respons yang lebih

baik terhadap alergen (ovalbumin) dibanding mencit jantan

(Blacquière et al., 2010).

3) Umur : Umur mencit yang digunakan adalah 6-8 minggu.

4) Berat badan : Berat badan mencit yang digunakan adalah 20 gram.

5) Diet : Mencit mendapat diet berupa makanan standar dan minuman

berupa air RO (reverse osmosis) ad libitum.

6) Suhu kamar : mencit ditempatkan pada ruangan ber AC (Air

Conditioning) dengan suhu kamar yang sama berkisar antara 25 -

28oC.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

35

1) Kondisi psikologis mencit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti adanya perlakuan yang berulang kali.

2) Kondisi awal bronkiolus mencit merupakan variabel luar yang tidak

dapat dikendalikan. Peneliti tidak mungkin untuk melakukan

pemeriksaan keadaan histologis bronkiolus mencit sebelum

perlakuan.

H. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas

a. Mencit model asma kronik

Mencit model asma alergi kronik yaitu mencit disensitisasi pada

hari ke-0 dan 14 dengan 10 µg ovalbumin (OVA) / mencit dan 1 mg

Alumunium hidroksida dalam 0,5 cc NaCl 0,9 % permencit, secara

intraperitoneal. Hari ke-21 sampai hari ke-63, mencit dipapar 1% OVA

aerosol dalam NaCl 0,9 % selama 30 menit setiap 3 kali / minggu

selama 6 minggu (Locke et al., 2007; Barlianto et al., 2009 dan

Faturrachman et al., 2012). Aerosol melalui nebulizer merk

“CompMisk” (model 40-105-000, USA) ke ruang paparan (27 cm x 20

cm x 9 cm), tiap kelompok mencit ditempatkan.

b. Akupunktur

Akupunktur merupakan penusukan titik akupunktur. Penelitian ini,

penusukan titik akupunktur dengan menggunakan jarum baja tahan

karat steril Merk Huan Qiu ukuran 0,18 x 7 mm buatan Cina pada titik

Feishu (BL-13) yang terletak pada bagian punggung mencit pada kedua

sisi ruang interkostal setinggi batas bawah prosesus spinosus Thorax-III

(Yin et al., 2008), dan titik Zusanli (ST-36) terletak 5 mm di bawah

lateral tuberkulum anterior tibia. Penusukan dilakukan secara tegak

lurus dengan kedalaman 5 mm, bilateral (Moon et al., 2007) selama 15

menit, tanpa manipulasi. Akupunktur dilakukan pada kelompok

akupunktur Feishu (K III) dan akupunktur Feishu + Zusanli (K IV)

dengan frekuensi 3 kali perminggu, sekali sehari selama 15 menit, tanpa

manipulasi, selama 6 minggu.

2. Variabel terikat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

36

a. Pemeriksaan kadar IL-17

Pemeriksaan IL-17 menggunakan mouse IL-17 ELISA (Enzyme

Linked Immunosorbent Assay) kit sesuai dengan protokol yang sudah

dianjurkan pabriknya (Koma Biotech, Seoul, Korea)

Skala ukuran variabel ini adalah rasio

b. Pemeriksaan jumlah sel eosinofil

Pemeriksaan jumlah sel eosinofil darah, adalah jumlah sel eosinofil

per mm3 plasma darah, dihitung dengan alat automated hematology

analizer ((Sysmex-XS-800i, Jepang) di laboratorium Patologi Klinik

di RS Ibu Anak Aisyiyah Klaten.

Skala ukuran variabel ini adalah rasio.

c. Pemeriksaan jumlah sel neutrofil

Pemeriksaan jumlah sel neurofil darah, adalah jumlah neutrofil per

mm3 yang dihitung dengan alat hemato analizer (Sysmex-XS-800i,

Jepang) di laboratorium Patologi Klinik di RS Ibu Anak Aisyiyah

(RSIA) Klaten.

Skala ukuran variabel ini adalah rasio.

d. Airway Remodeling

Airway remodeling yang diperiksa akibat peradangan kronik pada

penelitian ini yaitu :

1) Ketebalan epitel adalah ketebalan epitel bronkiolus pengecatan

dengan hematosilin eosin (HE) dalam micrometer (μm) yang

diukur dengan Image Optilab Pro6.1 software.

2) Ketebalan otot polos adalah ketebalan otot polos bronkiolus

pengecatan dengan hematosilin eosin (HE) dalam micrometer

(μm) yang diukur dengan Image Optilab Pro6.1 software.

3) Jumlah sel Goblet adalah jumlah sel Goblet bronkiolus pada

lumen bronkiolus dengan perbesaran 400 X perlapang pandang,

dengan Image Optilab Pro software 6.1 dan Image J .

Skala ukuran variabel ini adalah ratio

I. Alat dan bahan penelitian

1. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

37

a. Jarum akupunktur yang digunakan adalah produk Huanqiu, China.

Kemasan steril, sekali pakai, dibuat dari baja tahan karat, jarum tajam,

tak berongga, dan pegangan berupa uliran perak, dengan

Lot / batch : 130516

Ukuran : 0.18 x 7 mm (penampang 0.18 mm dan panjang 7 mm).

Tanggal produksi : 130505 (05 Mei 2013)

Tanggal kadaluarsa : 05 / 2018.

b. Alat compressor nebulizer merk “CompMisk” (model 40-105-000,

USA).

c. Alat suntik

Alat suntik yang digunakan merk Terumo, kemasan steril untuk sekali

pakai, ukuran 1 ml dengan panjang jarum ½ inci dan kaliber 27 G yang

digunakan untuk injeksi intra peritoneal.

d. Alat bedah hewan (scalpel, pinset, gunting)

e. Alat pembuatan preparat bronkiolus

f. Mikroskop cahaya OLYMPUS CX21

2. Bahan Penelitian

a. Mencit BALB/c

Mencit yang digunakan berasal dari induk yang inbread yang dirawat

sejak dilahirkan sampai digunakan sebagai sampel dengan kondisi

bebas penyakit dan diet bebas ovalbumin. Mencit berasal dari

Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) unit IV

Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dengan persyaratan

seperti yang tertulis di variabel terkendali. Mencit dipelihara di

Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) unit IV

Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta oleh tenaga yang sudah

berpengalaman. Mencit dipelihara di dalam kandang ukuran 30 x 30 x

20 cm dan dan 10 ekor mencit pada setiap kandang, pada ruangan ber

AC dengan suhu antara 25-28 oC.

b. OVA (Ovalbumin) ( Nacalai, Catalog 01205-42, Jepang)

c. Al (OH)3 (Alumunium Hidroksida) Merck

d. Ketamin 100 mg

e. NaCl 0,9 %

f . Bahan pembuatan preparat paru paru

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

38

g. Pengecatan hematoxylin eosin (HE)

h. Pengecatan Periodic Acid Schiff (PAS)

i. Mouse IL-17 ELISA kit (Koma Biotech, Seoul, Korea)

j. Buffer Formalin 10 %

J. Cara Kerja

Mencit diadaptasikan terlebih dahulu selama satu minggu di laboratorium.

Tiap kelompok mencit ditempatkan dalam satu kandang. Sehari sesudah

adaptasi selesai, mencit dibagi dalam empat kelompok secara random yaitu

kelompok kontrol (K I) yang nantinya tidak mendapat perlakuan, kelompok

asma (K II) yang mendapat paparan ovalbumin (OVA) dan kelompok

akupunktur Feishu (K III) segera setelah mendapat paparan OVA selesai, juga

mendapatkan akupunktur pada titik Feishu (BL-13) bilateral, serta kelompok

akupunktur Feishu + Zusanli (K IV) segera setelah mendapat paparan OVA

selesai, juga mendapatkan akupunktur titik Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-

36) bilateral.

Mencit betina yang berumur 6-8 minggu pada umumnya berat badan

sudah diketahui berkisar 20-30 gram, namun penimbangan berat badan mencit

tetap dilakukan. Hal ini bertujuan untuk lebih memastikan bahwa mencit yang

digunakan pada penelitian ini memang mempunyai berat badan berkisar 20-30

gram atau mempunyai berat badan yang seragam. Penimbangan berat badan

ini juga bertujuan agar dosis pemberian OVA lebih tepat. Setelah dilakukan

penimbangan berat badan, mencit mulai diberi perlakuan. Untuk membuat

mencit asma maka mencit disensitisasi dengan larutan OVA secara

intraperitoneal (i.p) pada hari ke-0 dan diulang lagi dengan cara yang sama

pada hari ke-14. Pemaparan dengan OVA aerosol (secara inhalasi

menggunakan nebulizer) dilakukan pada hari ke-21 sampai hari ke -63 hewan

disensitisasi inhalasi 1 % OVA dalam normal salin (NaCl 0,9 %), eorosol

selama 30 menit setiap 3 kali / minggu selama 6 minggu. Perlakuan untuk

membuat mencit model asma dilakukan pada kelompok K II, K III dan K IV.

Kelompok K III selain diberi inhalasi OVA juga diberi perlakuan

akupunktur. Akupunktur dilakukan segera setelah proses paparan OVA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

39

selesai, setiap 3 x / minggu, setiap hari satu kali selama 15 menit. Akupunktur

dilakukan pada titik Feishu (BL-13) bilateral yang terletak pada bagian

punggung mencit pada kedua sisi ruang interkostal setinggi batas bawah

prosesus spinosus Thorax-3 (Yin, 2008). Kelompok K IV selain diberi

inhalasi OVA juga diberi perlakuan akupunktur. Akupunktur dilakukan

segera setelah proses paparan selesai, setiap 3 x / minggu, setiap hari satu kali

selama 15 menit, tanpa manipulasi. Akupunktur dilakukan pada dua titik

yaitu titik Feishu (BL-13) bilateral yang terletak pada bagian punggung

mencit pada kedua sisi ruang interkostal setinggi batas bawah prosesus

spinosus Thorax-III (Yin, 2008), dan titik Zusanli (ST-36) terletak 5 mm di

bawah lateral tuberkulum anterior tibia, bilateral. Penusukan dilakukan secara

tegak lurus dengan kedalaman 5 mm, tanpa manipulasi. (Moon et al., 2007).

Dua puluh empat jam setelah itu mencit dinabulezer dan akupunktur (hari

ke- 64) dilakukan pengambilan darah periorbital, kemudian mencit

dikorbankan dengan injeksi intraperitoneal Ketamine 200 µg/g (Locke et al.,

2007). Darah digunakan untuk pemeriksaan kadar IL-17, jumlah sel neutrofil,

dan eosinofil. Pemeriksaan jumlah sel eosinofil dan neutrofil dengan mesin

hematoanalizer dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik RS Islam Klaten.

Pemeriksaan IL-17 dengan Mouse IL-17 ELISA kit, dilakukan di

Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah

Mada (UGM) Yogyakarta. Gambaran airway remodeling dengan cara organ

paru beserta trakheanya dibuat preparat histologis dengan pengecatan

hematoxylin dan eosin (HE) dan PAS (Periodic Acid Schiff).

1.Teknik pembuatan preparat histopatologis bronkiolus (Carson, 1994)

a. Paru kanan – kiri diambil.

b. Difiksasi / direndam jaringan paru dalam larutan buffer formalin 10 %

selama 24 jam.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

40

c. Trimming : pemotongan tipis setebal kurang lebih 4 mm (penelitian ini

paru diambil 3 bagian terdiri 1 bagian dari lobus kanan dan 2 bagian dari

lobus kiri).

d. Dehidrasi

Dehidrasi jaringan menggunakan tissue processor untuk mengeluarkan

air dalam jaringan dengan menggunakan cairan dehidran seperti ethanol

atau iso propyl alkohol. Cairan dehidran kemudian dibersihkan dari

dalam jaringan dengan reagen pembersih (clearing agent) seperti xylane

atau tolune. Impregnasi yaitu penggantian reagen pembersih diganti

paraffin dengan cara penetrasi ke dalam jaringan. Parafin yang digunakan

adalah yang mempunyai titik cair 56- 58 0C.

Pengaturan waktu dehidrasi ( Alhohol 80 % dua jam, 95 % dua jam dan 1

jam, alkohol absolute 3 kali masing masih 1 jam, dilanjutkan dengan

clearing dengan xylol 3 kali masing masing 1 jam dan impregnasi

dengan paraffin masing masing 2 jam

e. Embedding.

Jaringan yang berada dalam embedding cassette dipindahkan ke dalam

base mold, kemudian diisi dengan paraffin cair, kemudian dilekatkan

pada blok kayu ukuran 3 x 3 cm atau embedding cassette dilekatkan pada

blok kayu atau cassette disebut blok. Blok kayu atau cassette fungsinya

adalah untuk memegang pada saat blok dipotong pada mikrotom.

f. Cutting.

Cutting adalah pemotongan jaringan yang sudah didehidrasi dengan

menggunakan mikrotom.

g. Staining / pewarnaan

h. Mounting

Setelah jaringan pada slide diwarnai, dilakukan mounting dengan cara

meneteskan bahan mounting (DPX, Entelan, Canada balsam) sesuai

kebutuhan dan ditutup dengan coverglass, cegah jangan sampai terbentuk

gelembung udara.

i. Slide dilihat dengan mikroskop cahaya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

41

Pada penelitian ini setiap slide terdiri dari 3 jaringan yaitu 1 bagian dari lobus

kanan dan 2 bagian dari lobus kiri).

2. Teknik pembacaan slide

Slide atau preparat dilihat dengan mikroskop cahaya (Olympus CX-21

dengan kamera scope Image dan dianalisis dengan image raster dan image j ).

Seluruh bagian preparat dilihat dengan pembesaran 100 x (lensa objective 10x,

lensa ocular 10x) untuk menentukan letak bronkiolus terminal yang nantinya

akan dibaca. Bronkiolus terminal dipilih pada penelitian ini karena bronkiolus

terminal juga menunjukkan adanya kelainan pada peristiwa asma seperti

bronkus maupun bagian lain dari saluran napas, sehingga mewakili gambaran

kelainan jaringan pada saluran napas pada asma. Penampang lintang

bronkiolus terminalis yang utuh lebih mudah didapat pada irisan jaringan paru

dibanding bronkus. Bronkiolus terminal yang dipilih adalah yang mempunyai

diameter hampir sama. Diameter bronkiolus ini bisa dilihat dengan

membandingkan diameter bronkiolus dengan diameter lapang pandang

mikroskop cahaya dengan pembesaran tertentu. Setelah bronkiolus

ditemukan, dipilih 3 buah bronkiolus yang diameternya hampir sama untuk

tiap irisan jaringan paru. Pengamatan dengan mikroskop dengan pembesaran

400 x (lensa objective 40x, lensa ocular 10x). Ketebalan epitel bronkiolus, dan

ketebalan otot polos bronkiolus dalam micrometer (μm) yang diukur dengan

Image Optilab Pro 6.1 software (Media Cybermetics, Silver Spring, MD)

dikalibrasi dengan referensi slide micrometer. Pengukuran ketebalan dari satu

bronkiolus berasal dari rata rata ukuran terbesar, terkecil dan terbanyak.

Jumlah sel Goblet bronkiolus pada lumen membran basalis per 100 μm

dengan dengan Image Optilab Pro 6.1 software (Media Cybermetics, Silver

Spring, MD) dikalibrasi dengan referensi slide micrometer serta dihitung

dengan Image J .

K. Analisis Data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

42

Data jumlah eosinofil, neutrofil, kadar IL-17 darah, dan airway remodeling

(ketebalan epitel, ketebalan otot polos serta jumlah sel Goblet) bronkiolus

dianalisa. Apabila data berdistribusi normal maka data dianalisis menggunakan uji

ANOVA (Analysis of variance) dilanjutkan dengan LSD (Least Significant

Difference) Post Hoc Test. Apabila uji normalitas data berdistribusi tidak normal

maka uji variasi atau beda beberapa mean dapat menggunakan uji statistik non

parametrik Kruskal Wallis dilanjutkan menggunakan analisis statistik non

parametrik Mann-Whitney. Program SPSS for Windows Release 22.0 dan p<0,05

dipilih sebagai tingkat minimal signifikansinya.

L. Alur Penelitian

Mencit

BALB/c

32 ekor

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

43

Gambar 7. Skema Alur Penelitian

BAB IV

K

I

K

o

n

t

r

o

l

(

8

e

k

o

r

)

Randomisa

si

Sensitisasi OVA

10 µg + 1 mg alum,

ip, hari 0 & 14

Darah : kadar IL-17, eosinofil, neutrofil

Paru : Airway remodeling (ketebalan epitel, dan ketebalan otot polos

serta sel Goblet ) bronkiolus.

Analisis

Statistik

K II

OVA

inhal

asi,

1%

hr-21

- 63,

3x/

ming

gu,

6

ming

gu

( 8

ekor)

K III

OV

A

inhal

asi,

1%

hr-

21 -

63,

3x/

ming

gu,

6

ming

gu

Aku

punk

tur

BL-

13

( 8

ekor)

K IV

OV

A

inhal

asi, 1

% hr

21-

63,

3x/

ming

gu,

6

ming

gu

Aku

punk

tur

BL-

13 &

ST-

36

( 8

ekor)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

44

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi variabel penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 32 ekor mencit, yang dibagi dalam 4 kelompok,

yaitu 8 ekor mencit sebagai kelompok kontrol (K I), 8 ekor mencit sebagai

kelompok II (K II) yang mendapat perlakuan berupa paparan dengan OVA

sehingga mengalami asma kronik dan 8 ekor mencit yang mendapat perlakuan

berupa paparan dengan OVA, sehingga mengalami asma kronik dan dilakukan

terapi akupunktur titik Feishu (BL-13) sebagai kelompok III (K III), serta 8 ekor

mencit yang mendapat perlakuan berupa paparan dengan OVA sehingga

mengalami asma konik dan dilakukan akupunktur titik Feishu (BL-13) dan

Zusanli (ST-36) sebagai kelompok IV (K IV).

Jumlah variabel penelitian dalam kajian ini terdiri dari delapan variabel yang

terdiri dari enam variabel bersifat kuantitatif yaitu jumlah eosinofil, neutrofil,

kadar IL-17 dan pengendalian airway remodeling (ketebalan epitel bronkiolus,

ketebalan otot polos bronkiolus dan jumlah sel Goblet bronkiolus dan dua variabel

bersifat kualitatif (akupunktur titik Feishu dan kombinasi akupunktur titik Feishu

+ Zusanli). Deskripsi variabel penelitian yang bersifat kuantitatif dibatasi pada

pengungkapan nilai statistik mean dan standar deviasi.

2. Proses analisis penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan pengaruh terapi

akupunktur menurunkan jumlah eosinofil, neutrofil, kadar IL-17 dan

pengendalian airway remodeling (ketebalan epitel bronkiolus, ketebalan otot

polos bronkiolus dan jumlah sel Goblet) bronkiolus mencit model asma kronik.

Sampel penelitian untuk masing-masing kelompok setelah dijelaskan secara

deskriptif yaitu nilai parameter mean dan standar deviasinya, selanjutnya

dilakukan pengujian normalitas atas data-data variabel penelitian itu untuk

masing-masing kelompok sampel. Pengujian normalitas data variabel ini penting

untuk menentukan analisis lanjutan atas variabel-variabel penelitian yaitu jumlah

eosinofil, neutrofil, kadar IL-17 dan pengendalian airway remodeling bronkiolus.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

45

Uji Normalitas data masing-masing variabel dilakukan menggunakan uji Shapiro-

Wilk.

Analisis penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi terjadinya variasi

atau perbedaan enam mean masing-masing variabel yaitu jumlah eosinofil,

neutrofil, kadar IL-17 dan pengendalian airway remodeling bronkiolus pada

semua kelompok penelitian, dengan demikian penelitian ini menggunakan analisis

beda k mean (dalam hal ini enam mean) untuk sampel yang independen.

Apabila hasil uji normalitas data variabel didapatkan bahwa distribusi data

variabel untuk masing-masing kelompok sampel adalah berdistribusi normal,

maka uji variasi atau perbedaan beberapa mean dapat menggunakan alat uji

statistik Analysis of Variance (ANOVA) atau disebut juga Uji F. Apabila terdapat

variasi mean untuk ke enam kelompok sampel itu, analisis akan diteruskan dengan

mencari perbedaan dua mean masing-masing kelompok menggunakan uji lanjutan

ANOVA yaitu Post Hoc Test. Namun, apabila hasil uji normalitas data variabel

menunjukkan bahwa distribusi data untuk masing-masing kelompok sampel

adalah berdistribusi tidak normal maka uji variasi atau beda beberapa mean dapat

menggunakan uji statistik non parametrik Kruskal Wallis atau disebut juga Uji K.

Penelusuran lebih lanjut untuk menguji beda mean masing-masing sampel

kelompok dapat menggunakan analisis statistik non parametrik Mann-Whitney.

3. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas data, untuk mengetahui apakah data variabel penelitian

masing-masing kelompok sampel berdistribusi normal atau tidak normal.

Pengujian normalitas data mengajukan hipotesis nihil bahwa distribusi data

variabel itu normal dengan hipotesis alternatif bahwa distribusi data variabel itu

tidak normal. Hasil pengujian normalitas terhadap variabel jumlah eosinofil dan

kadar IL-17 untuk masing-masing kelompok sampel menunjukkan bahwa

pengujian hipotesis untuk normalitas data diterima yang berarti semua distribusi

data kedua variabel penelitian dan pada masing-masing kelompok sampel adalah

normal. Sebaliknya, hasil pengujian normalitas terhadap variabel jumlah neutrofil

untuk masing-masing kelompok sampel menunjukkan bahwa pengujian hipotesis

untuk normalitas data ditolak yang berarti distribusi data variabel pada masing-

masing kelompok sampel adalah tidak normal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

46

Hasil pengujian normalitas terhadap pengendalian airway remodeling

bronkiolus variabel ketebalan otot polos bronkiolus untuk masing-masing

kelompok sampel menunjukkan bahwa pengujian hipotesis untuk normalitas data

diterima yang berarti semua distribusi data kedua variabel penelitian dan pada

masing-masing kelompok sampel adalah normal. Sebaliknya, hasil pengujian

normalitas terhadap variabel ketebalan epitel bronkiolus dan jumlah sel Goblet

untuk masing-masing kelompok sampel menunjukkan bahwa pengujian hipotesis

untuk normalitas data ditolak yang berarti distribusi data variabel pada masing-

masing kelompok sampel adalah tidak normal.

Tabel 2. Diskripsi dan Uji Normalitas Data Shapiro Wilk, Variabel Jumlah

Eosinofil, Neutrofil, dan Kadar IL-17 Berdasarkan Kelompok Sampel.

Variabel Kelompok Sampel

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV

1 Jumlah

Eosinofil

/mm3

214,0 ± 61,7 307,50 ±

130,55

180,5 ± 64,3 178,4 ± 70,6

SW =

0,91

P =

0,34

SW =

0,87

P =

0,14

SW =

0,95

P =

0,75

SW =

0,93

P =

0,54

2 Jumlah

Neutrofil

/mm3

19,8 ± 6,0 38,0 ± 14,0 32,8 ± 10,9 21,0 ± 6,3

SW =

0,96

P =

0,79

SW =

0,88

P =

0,19

SW =

0,93

P =

0,56

SW =

0,68

P =

<0,01

3 IL-17

(pg/ml)

136,13 ± 45,45 206,63 ± 60,80 165,38 ± 20,84 126,00 ± 39,35

SW =

0,91

P =

0,37

SW =

0,87

P =

0,15

SW =

0,89

P =

0,24

SW =

0,95

P =

0,74

Sumber: Data Primer 2015, diolah

Distribusi data variabel-variabel jumlah eosinofil, kadar IL-17, dan ketebalan

otot polos bronkiolus sudah dideskripsikan secara ringkas dan sudah dilakukan

pengujian normalitas data dan hasilnya semua distribusi data ketiga variabel

tersebut dan pada masing-masing kelompok sampel adalah normal. Distribusi

data variabel-variabel jumlah neutrofil, ketebalan epitel bronkiolus dan jumlah sel

Goblet sudah dideskripsikan secara ringkas dan sudah dilakukan pengujian

normalitas data dan hasilnya semua distribusi data ketiga variabel tersebut dan

pada masing-masing kelompok sampel adalah tidak normal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

47

Tabel 3. Deskripsi dan Uji Normalitas Data Variabel Pengendalian Airway

Remodeling (ketebalan epitel bronkiolus, ketebalan otot polos bronkiolus

dan jumlah sel Goblet) Bronkiolus Berdasarkan Kelompok Sampel.

Variabel Kelompok Sampel

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV

1 Ketebalan

Epitel

Bronkiolus

(m)

14.51± 1,19 36,64 ± 10,12 19,64 ± 1,94 17,87 ± 3,19

SW =

0,86

P =

0,11

SW =

0,90

P =

0,26

SW =

0,81

P =

0,04

SW =

0,98

P =

0,95

2 Ketebalan

Otot Polos

Bronkiolus

(m)

6,34 ± 1,29 11,70 ± 3,16 7,84 ± 1,06 7,89 ± 2,49

SW =

0,95

P =

0,68

SW =

0,86

P =

0,13

SW =

0,95

P =

0,72

SW =

0,91

P =

0,38

3 Jumlah Sel

Goblet

5,63 ± 8,11 48,50 ± 15,01 16,63 ± 13,97 15,00 ± 9,06

SW =

0,77

P =

<0,01

SW =

0,92

P =

0,46

SW =

0,85

P =

0,09

SW =

0,87

P =

0,16

Sumber: Data Primer 2015, diolah

4. Analisis perlakuan akupunktur terhadap jumlah eosinofil, neutrofil, kadar

IL-17, dan airway remodeling bronkiolus mencit model asma kronik

Variabel independen yang diteliti meliputi variabel jumlah eosinofil,

neutrofil, sel Goblet, ketebalan epitel brokiolus, ketebalan otot bronkiolus, dan

kadar IL-17 semua bersifat kuantitatif, dimana variabel tersebut diukur pada

empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, asma kronik, terapi akupunktur Feishu

dan akupunktur Feishu dan Zusanli. Langkah pertama pengujian variabel utama

adalah menguji beda k mean variabel jumlah eosinofil, neutrofil, sel Goblet,

ketebalan epitel brokiolus, ketebalan otot bronkiolus, dan kadar IL-17 pada

kelompok I, II, III dan IV.

Distribusi data keenam variabel penelitian pada masing-masing kelompok di

atas sudah diuji. Data yang berdistribusi normal, maka pengujian variasi atau beda

enam mean menggunakan ANOVA atau uji F. Data yang berdistribusi tidak

normal, maka pengujian variasi atau beda enam mean menggunakan uji Kruskal-

Wallis atau uji K.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

48

a. Analisis perlakuan akupunktur terhadap jumlah eosinofil darah mencit

model asma kronik

Hasil pengujian ANOVA untuk variabel jumlah eosinofil menunjukkan

bahwa ada perbedaan empat mean eosinofil di kelompok I, II, III dan IV atau ada

variasi keempat mean eosinofil itu secara bermakna p = 0,019 (p <0,05). Hasil

pengujian ANOVA atas variabel eosinofil pada kelompok I, II, III dan IV dapat

dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Hasil Uji One Way Anova tentang Mean Jumlah Eosinofil/mm3

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV

Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD F P

214,0 61,7 307,50 130,55 180,5 64,3 178,4 70,6 3,91 0,019

Sumber: Data Primer 2015, diolah.

Hasil analisis beda empat mean di atas menunjukkan bahwa perbedaan empat

mean tersebut menghasilkan nilai F hitung = 3,91 dengan p = 0,019 (p <0,05). Hal

itu berarti beda mean eosinofil pada kelompok I, II, III dan IV benar-benar

berbeda secara bermakna. Jika dibandingkan dengan mean eosinofil kelompok

kontrol, kelompok asma kronik memiliki kecenderungan mean eosinofil

meningkat, kemudian dapat diturunkan dengan akupunktur titik Feishu dan

kombinasi titik Feishu+Zusanli. Terapi akupunktur Feishu dibandingkan dengan

kombinasi titik Feishu+Zusanli tidak memberikan perbedaan hasil penurunan

eosinofil. Hasil mean jumlah eosinofil darah, masing-masing kelompok penelitian

disajikan pada Gambar 8.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

49

Gambar 8. Jumlah Eosinofil masing-masing kelompok penelitian

Hasil analisis beda dua mean sampel tergantung menggunakan penelusuran

Post Hoc Test di atas menunjukkan bahwa uji terhadap variabel jumlah eosinofil

antara kelompok kontrol (214 ± 61,7 / mm3 ) dan asma kronik (307,5 ± 130,55

/mm3) adalah bermakna pada p = 0,039 (p <0,05). Hal itu dapat dikatakatan

bahwa mencit asma kronik jumlah eosinofil meningkat secara bermakna. Setelah

dilakukan akupunktur titik Feishu maka jumlah eosinofil mengalami penurunan,

sehingga beda dua mean kelompok asma kronik (307,5 ± 130,55 / mm3) dan

Asma + Feishu (180,5 ± 64,3 / mm3) berbeda secara bermakna dengan p = 0,007

(p <0,01). Demikian pula, pada kelompok asma yang dilakukan akupunktur titik

Feishu+Zusanli maka jumlah eosinofil mengalami penurunan, sehingga beda 2

mean kelompok asma (307,5 ± 130,55 / mm3) dan asma + Feishu dan Zusanli

(178,4 ± 70,6 / mm3) berbeda bermakna dengan p = 0,006 (p <0,01). Namun,

tidak ada perbedaan penurunan antara jumlah eosinofil akupunktur Feishu (180,5

± 64,3 / mm3) dibandingkan akupunktur Feishu+Zusanli (178,4 ± 70,6 / mm

3)

dengan p = 0,961 (p >0,05).

214

307,5

180,5 178,4

0

50

100

150

200

250

300

350

Kontrol Asma kronik Asma kronik +akupunktur Feishu

Asma kronik +akupunktur Feishu

& Zusanli

Jum

lah

Eo

sin

ofi

l dar

ah/m

m3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

50

Tabel 5. Hasil Uji Post Hoc Test tentang Jumlah Eosinofil

Penelusuran Beda dua Mean Beda Mean p

Kontrol - Asma kronik -93,50 0,039

Asma kronik - BL-13 127,00 0,007

Asma kronik - BL-13 + ST-36 129,13 0,006

BL-13 - BL-13 + ST-36 2,13 0,961

Sumber: Data Primer 2015, diolah.

Hasil analisis beda mean antar dua kelompok dapat disimpulkan bahwa

hipotesis pertama yang menyatakan bahwa: “Akupunktur menurunkan jumlah

eosinofil darah pada mencit model asma kronik” benar-benar dapat terbukti

secara statistik bermakna.

b. Analisis perlakuan akupunktur terhadap jumlah neutrofil darah mencit

model asma kronik

Hasil pengujian Kruskal-Wallis untuk variabel jumlah neutrofil menunjukkan

bahwa ada perbedaan empat mean neutrofil di kelompok I, II, III dan IV atau ada

variasi keempat mean neutrofil itu secara bermakna dengan derajat signifikansi

sebesar 0,005 (p <0,01). Hasil pengujian Kruskal-Wallis atas variabel neutrofil

pada kelompok I, II, III dan IV dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 6. Hasil Uji Kruskal-Wallis tentang Jumlah Neutrofil/mm3

K I K II K III K IV χ2 p

Mean 19,75 38,00 32,75 21,00

12,97 0,005

Median 19,00 34,50 34,00 19,00

Std. Deviation 6,04 14,00 10,87 6,30

Minimum 12,00 20,00 11,00 16,00

Maksimum 31,00 55,00 48,00 36,00

Sumber: Data Primer 2015, diolah.

Hasil analisis beda empat mean di atas menunjukkan bahwa perbedaan empat

mean tersebut menghasilkan nilai χ 2 hitung = 12,97 dengan p = 0,005 yang berarti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

51

beda empat mean itu signifikan atau bermakna pada p = 0.005 (p <0,01). Hal itu

berarti beda mean neutrofil pada kelompok I, II, III dan IV berbeda secara

bermakna. Jika dibandingkan dengan mean neutrofil kelompok kontrol, kelompok

asma kronik (K II) memiliki kecenderungan mean neutrofil meningkat, kemudian

dapat diturunkan dengan pemberian akupunktur kombinasi titik Feishu+Zusanli,

sedangkan pemberian akupunktur titik Feishu tidak menurunkan neutrofil secara

bermakna. Terdapat perbedaan secara bermakna antara akupunktur titik Feishu

dibandingkan dengan kombinasi Feishu+Zusanli dalam menurunkan neutrofil.

Hasil mean jumlah neutrofil darah, masing-masing kelompok penelitian disajikan

pada Gambar 9.

Gambar 9. Jumlah Neutrofil masing-masing kelompok penelitian

Hasil analisis beda dua mean sampel independen menggunakan penelusuran

uji Mann-Whitney diatas menunjukkan bahwa uji terhadap variabel jumlah

neutrofil antara kelompok kontrol dan asma kronik bermakna dengan p = 0,009 (p

<0,01). Hal itu dapat dikatakatan bahwa pada mencit asma kronik jumlah neutrofil

meningkat secara bermakna. Setelah diberikan akupunktur titik Feishu maka

jumlah neutrofil tidak mengalami penurunan, sehingga beda dua mean kelompok

asma kronik dan akupunktur Feishu (K III) tidak berbeda secara bermakna dengan

p = 0,674 (p >0,05). Namun, setelah diberikan akupunktur titik Feishu+Zusanli

maka jumlah neutrofil mengalami penurunan bermakna, sehingga beda dua mean

19,75

38

32,8

21

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Kontrol asma kronik asma kronik +Feishu

asma kronik +Feishu & Zusanli

Jum

lah

Ne

tro

fil d

arah

/mm

3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

52

kelompok asma kronik dan terapi BL-13 + ST-36 berbeda secara bermakna

dengan p = 0,005 (p <0,01). Terdapat perbedaan penurunan jumlah neutrofil

antara akupunktur titik Feishu dibandingkan pemberian akupunktur titik

Feishu+Zusanli dengan p = 0,035 (p <0,05).

Tabel 7. Hasil Uji Mann-Whitney Jumlah Neutrofil /mm3

Penelusuran Beda dua Mean Nilai Z p

Kontrol – Asma kronik -2,63 0,009

Asma kronik - BL-13 -0,42 0,674

Asma kronik - BL-13 + ST-36 -2,79 0,005

BL-13 - BL-13 + ST-36 -2,10 0,035

Sumber: Data Primer 2015, diolah.

Hasil analisis beda mean antar dua kelompok dapat disimpulkan bahwa

hipotesis kedua yang menyatakan bahwa: “akupunktur menurunkan jumlah

neutrofil darah pada mencit model asma kronik” dapat terbukti secara bermakna

secara statistik, hanya untuk kombinasi akupunktur Feishu+Zusanli.

c. Analisis perlakuan akupunktur terhadap kadar IL-17 mencit model

asma kronik

Hasil pengujian ANOVA untuk variabel kadar IL-17 menunjukkan bahwa

ada perbedaan empat mean IL-17 di kelompok I, II, III dan IV atau ada variasi

keempat mean IL-17 itu secara bermakna dengan p = 0,004 (p <0,01). Hasil

pengujian ANOVA atas variabel IL-17 pada kelompok I, II, III dan IV dapat

dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 8. Hasil Uji One Way Anova tentang Mean menurut Kadar IL-17

(pg/ml)

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV F p

Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD

136,13 45,45 206,63 60,80 165,38 20,84 126,00 39,35 5,47 0,004

Sumber: Data Primer 2015, diolah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

53

Hasil analisis beda empat mean di atas menunjukkan bahwa perbedaan empat

mean tersebut menghasilkan nilai F hitung = 5,47 dengan p = 0,004 yang berarti

beda empat mean itu secara statistik signifikan atau bermakna dengan p= 0.004 (p

<0,01). Hal itu berarti beda mean IL-17 pada kelompok I, II, III dan IV benar-

benar berbeda secara statistik bermakna. Jika dibandingkan dengan mean IL-17

kelompok kontrol, kelompok asma kronik memiliki kecenderungan mean IL-17

meningkat, kemudian dapat diturunkan dengan akupunktur titik Feishu dan

kombinasi titik Feishu+Zusanli. Terapi akupunktur titik Feishu dibandingkan

dengan kombinasi titik Feishu+Zusanli memberikan perbedaan hasil penurunan

IL-17 secara bermakna dengan p = 0,035. Hasil mean kadar IL-17, masing-masing

kelompok penelitian disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Kadar IL-17 masing-masing kelompok penelitian

Hasil analisis beda dua mean menggunakan penelusuran Post Hoc Test diatas

menunjukkan bahwa uji variabel kadar IL-17 antara kelompok kontrol dan asma

kronik berbeda bermakna dengan p = 0,004 (p <0,01). Hal itu dapat dikatakatan

bahwa pada mencit asma kronik kadar IL-17 meningkat secara bermakna. Setelah

diberikan akupunktur titik Feishu maka kadar IL-17 tidak mengalami penurunan

bermakna, sehingga beda dua mean kelompok asma kronik dan terapi Feishu

berbeda secara tidak bermakna dengan p = 0,171 (p >0,05). Namun, setelah

diberikan akupuktur kombinasi Feishu+Zusanli maka kadar IL-17 mengalami

136,13

206,63

165,38

126

0

50

100

150

200

250

Kontrol Asma kronik asma kronik +Feishu

Asma kronik +Feishu & Zusanli

Kad

ar IL

-17

(p

g/m

l)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

54

penurunan secara bermakna, sehingga beda dua mean kelompok asma kronik dan

kelompok IV berbeda secara bermakna dengan p = 0,001 (p <0,01). Terdapat

perbedaan penurunan kadar IL-17 antara akupunktur titik Feishu dibandingkan

akupunktur titik Feishu+Zusanli dengan p = 0,035 (p <0,05).

Tabel 9. Hasil Uji Post Hoc Test Beda Dua Mean Kadar IL-17

Penelusuran Beda dua Mean Beda Mean p

Kontrol – Asma kronik -70,50 0,004

Asma kronik – BL-13 41,25 0,171

Asma kronik – BL-13 + ST-36 80,63 0,001

BL-13 – BL-13 + ST-36 39,38 0,035

Sumber: Data Primer 2015, diolah.

Hasil analisis beda mean antar dua kelompok dapat disimpulkan bahwa

hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa: “Akupunktur menurunkan kadar IL-17

pada mencit model asma kronik” dapat terbukti secara statistik bermakna, hanya

untuk akupunktur kombinasi titik Feishu+Zusanli.

d. Analisis perlakuan akupunktur terhadap airway remodeling bronkiolus

mencit model asma kronik

Penilaian perngendalian airway remodeling bronkiolus, dalam penelitian ini

menggunakan tiga parameter yaitu ketebalan epitel bronkiolus, ketebalan otot

polos bronkiolus dan jumlah sel Goblet bronkiolus.

Hasil pengujian ANOVA dan Kruskal-Wallis untuk variabel airway

remodeling (ketebalan epitel bronkiolus, ketebalan otot polos bronkiolus

dan jumlah sel Goblet) bronkiolus menunjukkan bahwa ada perbedaan empat

mean variabel airway remodeling bronkiolus di kelompok I, II, III dan IV atau

ada variasi keempat mean airway remodeling.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

55

1). Analisis perlakuan akupunktur terhadap ketebalan epitel bronkiolus

mencit model asma kronik

Hasil pengujian Kruskal-Wallis atas variabel ketebalan epitel bronkiolus pada

kelompok I, II, III dan IV dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 10. Hasil Uji Kruskal-Wallis tentang ketebalan epitel bronkiolus

K I K II K III

(BL-13)

K II

(BL-13 &

ST-36)

χ2 p

Mean 14,51 36,64 19,64 17,88

24,52 <0,001

Median 14,80 34,15 19,20 17,65

Std. Deviation 1,20 10,12 1,93 3,20

Minimum 12,60 24,50 17,80 12,90

Maksimum 15.80 57,80 23,90 23,10

Sumber: Data Primer 2015, diolah.

Hasil analisis beda empat mean di atas menunjukkan bahwa perbedaan empat

mean ketebalan epitel bronkiolus menghasilkan nilai χ2 hitung = 24,52 dengan

p<0,001 yang berarti beda empat mean itu signifikan atau bermakna pada derajat

signifikansi 1 persen (p <0,01). Hal itu berarti beda mean ketebalan epitel

bronkiolus pada kelompok I, II, III dan IV benar-benar berbeda secara bermakna.

Jika dibandingkan dengan mean ketebalan epitel bronkiolus kelompok kontrol,

kelompok asma kronik memiliki kecenderungan mean ketebalan epitel bronkiolus

meningkat, kemudian dapat diturunkan dengan akupunktur titik Feishu dan

kombinasi titik Feishu+Zusanli. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara

akupunktur titik Feishu dibandingkan dengan kombinasi titik Feishu+Zusanli

dalam menurunkan ketebalan epitel bronkiolus. Hasil mean ketebalan epitel

bronkiolus, masing-masing kelompok penelitian disajikan pada Gambar 11.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

56

Gambar 11. Ketebalan epitel bronkiolus masing-masing kelompok penelitian

Hasil analisis beda dua mean sampel menggunakan penelusuran uji Mann-

Whitney diatas menunjukkan bahwa uji terhadap variabel ketebalan epitel

bronkiolus antara kelompok kontrol dan asma kronik berbeda bermakna dengan p

= 0,001 (p <0,01). Hal itu dapat dikatakatan bahwa pada mencit asma kronik

ketebalan epitel bronkiolus meningkat secara bermakna. Setelah akupunktur titik

Feishu maupun akupunktur titik Feishu+Zusanli maka ketebalan epitel bronkiolus

mengalami penurunan, sehingga beda dua mean kelompok asma kronik dan terapi

BL-13 maupun beda dua mean kelompok asma kronik dan kombinasi BL-13 &

ST-36 berbeda secara bermakna dengan p = 0,001 (p <0,01). Namun, tidak

terdapat perbedaan yang bermakan antara akupunktur titik Feishu maupun

akupunktur titik Feishu+Zusanli dalam menurunkan ketebalan epitel bronkiolus,

sehingga beda dua mean kelompok BL-13 dan BL-13 + ST-36 tidak berbeda

secara bermakna p = 0,172 (p >0,05).

14,51

36,64

19,64 17,88

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Kontrol Asma kronik(OVA)

OVA + Feishu OVA +Feishu+Zusanli

Ke

teb

alan

ep

ite

l bro

nki

olu

s (

m)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

57

Gambar 12. Perbandingan gambaran ketebalan epitel bronkiolus mencit.

A. Ketebalan epitel bronkiolus pada mencit balb C normal (kontrol). B.Ketebalan

epitel bronkiolus asma kronik (mendapat paparan OVA selama 6 minggu, 3 kali/

minggu), tampak gambaran epitel yang menebal. C. Ketebalan epitel bronkiolus

asma kronik yang mendapat akupunktur Feishu (BL-13) bilateral, 15 menit selama

6 minggu, 3 kali/ minggu, pada kelompok III. D. Ketebalan epitel bronkiolus

asma kronik yang mendapat akupunktur Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36)

bilateral, 15 menit, 3 kali/ minggu, selama 6 minggu, pada kelompok (K IV).

Pewarnaan hematoxylin dan eosin (H & E), pembesaran 400 X, Mikroskop cahaya

OLYMPUS CX21.

Tabel 11. Hasil Uji Mann-Whitney tentang Ketebalan Epitel Bronkiolus

Penelusuran Beda dua Mean Nilai Z p

Kontrol – Asma kronik -3.36 0,001

Asma kronik – BL-13 -3.36 0,001

Asma kronik – BL-13 + ST-36 -3.36 0,001

BL-13 – BL-13 + ST-36 -1.37 0,172

Sumber: Data Primer 2015, diolah.

Hasil analisis beda mean antar dua kelompok dapat disimpulkan bahwa

hipotesis keempat yang menyatakan bahwa: “akupunktur mengendalikan airway

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

58

remodeling (ketebalan epitel) bronkiolus mencit model asma kronik” benar-benar

dapat terbukti secara statistik bermakna.

2). Analisis perlakuan akupunktur terhadap ketebalan otot polos bronkiolus

mencit model asma kronik

Hasil pengujian ANOVA atas variabel ketebalan otot polos bronkiolus pada

kelompok kontrol (K I), OVA ( KII), OVA & BL-13 (K III) dan OVA & BL-13 +

ST-36 (K IV) dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 12. Hasil Uji One Way Anova tentang Mean ketebalan otot polos

bronkiolus (m)

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV F p

Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD

6,34 1,29 11,70 3,16 7,84 1,06 7,89 2,49 8,84 <0,001

Sumber: Data Primer 2015, diolah.

Hasil analisis beda empat mean di atas menunjukkan bahwa perbedaan empat

mean ketebalan otot polos bronkiolus menghasilkan nilai F hitung = 8,84 dengan

p< 0,001 (p <0,01). Hal itu berarti beda mean ketebalan otot polos bronkiolus

pada kelompok I, II, III dan IV benar-benar berbeda secara bermakna. Jika

dibandingkan dengan mean ketebalan otot polos bronkiolus kelompok kontrol,

kelompok asma kronik memiliki kecenderungan mean ketebalan otot polos

bronkiolus meningkat, kemudian dapat diturunkan dengan akupunktur titik Feishu

dan kombinasi titik Feishu+Zusanli. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna

antara akupunktur titik Feishu dibandingkan dengan kombinasi titik

Feishu+Zusanli dalam menurunkan ketebalan otot polos bronkiolus. Hasil mean

ketebalan otot polos bronkiolus, masing-masing kelompok penelitian disajikan

pada Gambar 13.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

59

Gambar 13. Ketebalan otot polos bronkiolus masing-masing

kelompok penelitian

Hasil analisis beda dua mean menggunakan penelusuran Post Hoc Test diatas

menunjukkan bahwa uji terhadap variabel ketebalan otot polos bronkiolus antara

kelompok kontrol dan asma kronik berbeda bermakna dengan p< 0,001 (p <0,01).

Hal itu dapat dikatakatan bahwa pada mencit asma kronik ketebalan otot polos

bronkiolus meningkat secara bermakna. Setelah akupunktur titik Feishu, maka

ketebalan otot polos bronkiolus mengalami penurunan, sehingga beda dua mean

kelompok asma kronik dan akupunktur BL-13 berbeda secara bermakna dengan p

= 0,001 (p <0,01). Demikian pula, setelah akupunktur titik Feishu+Zusanli maka

ketebalan otot polos bronkiolus mengalami penurunan, sehingga beda dua mean

kelompok asma kronik dan kombinasi akupunktur Bl-13 dan ST-36 berbeda

secara bermakna dengan p = 0,002 (p <0,01). Namun, tidak terdapat perbedaan

yang bermakan antara akupunktur BL-13 maupun kombinasi akupunktur BL-13

dan ST-36 dalam menurunkan ketebalan otot polos bronkiolus, sehingga beda

dua mean kelompok akupunktur BL-13 dan akupunktur BL-13 + ST-36 tidak

berbeda secara bermakna dengan p = 0,964 (p >0,05).

6,34

11,7

7,84 7,89

0

2

4

6

8

10

12

14

Kontrol Asma kronik Asma kronik +Feishu

Asma Kronik +Feishu & zusanli

Ke

teb

alan

oto

t p

olo

s b

ron

kio

lus

(m

)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

60

Tabel 13. Hasil Uji Post Hoc Test tentang Ketebalan Otot Polos Bronkiolus

Penelusuran Beda dua Mean Beda Mean p

Kontrol – Asma kronik -5,36 < 0,001

Asma kronik – BL-13 3,86 0,001

Asma kronik – BL-13 + ST-36 3,81 0,002

BL-13 – BL-13 + ST-36 -0,05 0,964

Sumber: Data Primer 2015, diolah.

Gambar 14. Perbandingan gambaran otot polos bronkiolus mencit.

A.Otot polos bronkiolus mencit normal (kontrol = KI). B. Otot polos kelompok

asma yang mendapat paparan OVA selama 6 minggu, 3 kali/ minggu (K II)

tampak gambaran otot polos yang menebal. C. Otot polos kelompok yang selain

mendapat paparan OVA selama 6 minggu (asma kronik) juga mendapat

akupunktur Feishu (BL-13) bilateral, 15 menit selama 6 minggu, 3 kali/ minggu,

pada kelompok III. D. Otot polos mencit asma kronik yang mendapat

akupunktur Feishu dan Zusanli bilateral, 15 menit selama 6 minggu, 3 kali/

minggu (K IV). Pewarnaan hematoxylin dan eosin (H & E), pembesaran 400 X,

mikroskop cahaya OLYMPUS CX21.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

61

Hasil analisis beda mean antar dua kelompok dapat disimpulkan bahwa

hipotesis keempat yang menyatakan bahwa: “akupunktur mengendalikan airway

remodeling (ketebalan otot polos) bronkiolus mencit model asma kronik” benar-

benar dapat terbukti secara statistik bermakna.

3). Analisis perlakuan akupunktur terhadap jumlah sel Goblet mencit

model asma kronik

Hasil pengujian Kruskal-Wallis atas variabel jumlah sel Goblet pada

kelompok I, II, III dan IV dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 14. Hasil Uji Kruskal-Wallis tentang jumlah sel Goblet bronkiolus

K I K II K III K IV χ

2 p

Mean 5,63 48,50 16,63 15,00

19,44 <0,001

Median 1,00 51,50 14,50 18,00

Std. Deviation 8,11 15,01 13,97 9,06

Minimum 0,00 23,00 1,00 0,00

Maksimum 22,00 65,00 47,00 24,00

Sumber: Data Primer 2015, diolah

Hasil analisis beda empat mean di atas menunjukkan bahwa perbedaan empat

mean jumlah sel Goblet menghasilkan nilai χ2 hitung = 19,44 dengan p< 0,001

(p<0,01). Hal itu berarti beda mean jumlah sel Goblet pada kelompok I, II, III dan

IV benar-benar berbeda secara bermakna. Jika dibandingkan dengan mean jumlah

sel Goblet kelompok kontrol, kelompok asma kronik memiliki kecenderungan

mean jumlah sel Goblet meningkat, kemudian dapat diturunkan dengan

akupunktur titik Feishu dan kombinasi titik Feishu dan Zusanli. Tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara akupunktur titik Feishu dibandingkan dengan

kombinasi titik Feishu+Zusanli dalam menurunkan jumlah sel Goblet. Hasil mean

jumlah sel Goblet, masing-masing kelompok penelitian disajikan pada Gambar

15.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

62

Gambar 15. Jumlah sel Goblet masing-masing kelompok penelitian

Hasil analisis beda dua mean menggunakan penelusuran uji Mann-Whitney

diatas menunjukkan bahwa uji terhadap variabel jumlah sel Goblet antara

kelompok kontrol dan asma kronik, berbeda bermakna p = 0,001 (p <0,01). Hal

itu dapat dikatakatan bahwa jumlah sel Goblet mencit asma kronik meningkat

secara bermakna. Setelah akupunktur titik Feishu, maka jumlah sel Goblet

mengalami penurunan, sehingga beda dua mean kelompok asma kronik dan

akupunktur BL-13 berbeda secara bermakna dengan p = 0,002 (p <0,01).

Demikian pula, setelah akupunktur kombinasi Feishu dan Zusanli maka jumlah

sel Goblet mengalami penurunan, sehingga beda dua mean kelompok asma kronik

dan akupunktur BL-13 + ST-36 berbeda secara bermakna dengan p = 0,001 (p

<0,01). Namun, tidak terdapat perbedaan yang bermakan antara akupunktur titik

Feishu maupun kombinasi titik Feishu dan Zusanli dalam menurunkan jumlah sel

Goblet, sehingga beda dua mean kelompok BL-13 dan kombinasi BL-13 + ST-36

tidak berbeda secara bermakna dengan p = 0,752 (p >0,05).

5,63

48,5

16,63 15

0

10

20

30

40

50

60

Kontrol Asma kronik Asma kronik +Feishu

Asma Kronik +Feishu &Zusanli

Jum

lah

se

l Go

ble

t

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

63

Gambar 16. Perbandingan gambaran jumlah sel Goblet pada lapisan epitel

bronkiolus mencit. Sel Goblet dengan pewarnaan PAS (Periodic Acid Schiff),

berwarna pink (tanda panah). A. Mencit normal (kontrol) tidak tampak adanya sel

Goblet. B. Asma kronik yang mendapat paparan OVA 15 menit, 3 kali/ minggu,

6 minggu (K II) tampak jumlah sel Goblet dengan produk mukusnya yang sangat

banyak. C. Asma kronik yang mendapat akupunktur Feishu (BL-13), bilateral, 15

menit, 3 kali/ minggu, selama 6 minggu, pada kelompok III. D. Asma kronik

yang mendapat akupunktur Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36), bilateral, 15

menit, 3 kali/ minggu, selama 6 minggu, pada kelompok IV. pembesaran 400 X,

Mikroskop cahaya OLYMPUS CX21.

Tabel 15. Hasil Uji Mann-Whitney tentang Jumlah Sel Goblet Bronkiolus

Penelusuran Beda dua Mean Nilai Z p

Kontrol – Asma kronik -3,39 0,001

Asma kronik – BL-13 -3,05 0,002

Asma kronik – BL-13 + ST-36 -3,21 0,001

BL-13 – BL-13 + ST-36 -0,32 0,752

Sumber: Data Primer 2015, diolah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

64

Hasil analisis beda mean antar dua kelompok dapat disimpulkan bahwa

hipotesis keempat yang menyatakan bahwa akupunktur mengendalikan airway

remodeling (jumlah sel Goblet) brounkiolus mencit model asma kronik” benar-

benar dapat terbukti secara statistik bermakna.

d. Analisa korelasi antar variabel

Terdapat korelasi positip meskipun secara statistik tidak bermakna antara

eosinofil dan ketebalan epitel bronkiolus (r=0,22; p =115), ketebalan otot polos

bronkiolus (r=0,28; p=0,115) dan jumlah sel Goblet bronkiolus (r=0,27; p=0,139).

Terdapat korelasi positip dan secara statistik bermakna antara kadar IL-17 dan

ketebalan epitel bronkiolus (r= 0,56; p =0,001), ketebalan otot bronkiolus (r=

0,35; p=0,049) dan jumlah sel Goblet bronkiolus (r= 0,48; p=0,005). Terdapat

korelasi positip dan secara statistik bermakna antara jumlah neutrofil dan

ketebalan epitel bronkiolus (r= 0,52; p=0,002), ketebalan otot bronkiolus (r= 0,37;

p =0,040) dan jumlah sel Goblet bronkiolus (r= 0,33; p=0,069).

Tabel 16. Korelasi antara sel inflamasi (eosinofil dan neutrofil), mediator

inflamasi (IL-17) dan Airway remodeling (epitel, otot polos dan sel Goblet)

bronkiolus.

Sel inflamasi Airway remodeling r p

Eosinofil Ketebalan epitel bronkiolus 0,22 0,234

Ketebalan otot bronkiolus 0,28 0,115

Jumlah sel Goblet bronkiolus 0,27 0,139

IL-17 Ketebalan epitel bronkiolus 0,56 0,001

Ketebalan otot bronkiolus 0,35 0,049

Jumlah sel Goblet bronkiolus 0,48 0,005

Neutrofil Ketebalan epitel bronkiolus 0,52 0,002

Ketebalan otot bronkiolus 0,37 0,040

Jumlah sel Goblet bronkiolus 0,33 0,069

Penelitian ini juga menunjukkan korelasi positip dan secara statistik bermakna

antara kadar IL-17 dan jumlah neutrofil ( r= 0,53; p = 0,002).

B. Pembahasan

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas, yang merupakan

hasil interaksi beberapa faktor imunitas humoral dan seluler. Interaksi antara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

65

faktor – faktor tersebut pada asma alergi akan menimbulkan terjadinya AHR,

bronkokonstriksi, sekresi mukus dan airway remodeling. Asma diperantarai oleh

eosinofil, sel mast dan sel Th2, selain itu pada asma yang kronik dan parah (tidak

terkontrol) terjadi juga peningkatan neutrofil. Tingkat keparahan dan kronisitas

asma berkorelasi dengan kadar IL-17 yang ditemukan di dahak, paru-paru,

Bronchoalveolar-lavage (BAL), atau darah pasien. Fungsi sitokin IL-17 selama

reaksi asma adalah mengatur mobilisasi neutrofil (Wang et al., 2010).

Akupunktur, melalui aktivasi sistem saraf pusat, menurunkan produksi sitokin

Th-2, merangsang peningkatan sitokin Th-1, mengembalikan keseimbangan

antara sitokin Th-1 dan Th-2. Akupunktur memodulasi keseimbangan Th-1/Th-2

(Kim and Bae, 2010) dan menurunkan jumlah eosinofil dan sel inflamasi di tikus

diimunisasi ovalbumin (OVA) melalui modulasi CD4+ CD25

+ Foxp3 dan Sel T

reg (Kwon et al., 2012).

Penelitian pengaruh perlakuan akupunktur titik Feishu dan Zusanli pada

mencit model asma kronik ini, meneliti tentang komponen seluler (sel eosinofil

dan neutrofil), mediator inflamasi (IL-17), dan sel struktural tentang airway

remodeling (sel epitel brounkiolus, sel otot polos brounkiolus dan jumlah sel

Goblet) bronkiolus.

1. Eosinofil

Pada penelitian ini tampak mencit gatal – gatal dan sesak nafas, serta

wheezing, setelah mendapat paparan OVA berulang dan peningkatan jumlah

eosinofil darah mencit yang mendapat paparan berulang OVA, membuktikan

bahwa pemberian OVA dapat menginduksi terjadinya asma. Hasil uji Statistik

didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok K I (kontrol) dan K II

(Asma) dimana jumlah eosinofil pada kelompok asma (K II) lebih banyak

daripada kelompok kontrol (K I). Hal ini berarti paparan OVA menyebabkan

peningkatan jumlah eosinofil. Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Locke et al.

(2007) dan Patel and Chorawala (2011) yang menggunakan OVA untuk

menginduksi terjadinya asma pada mencit Balb/c. Penelitian ini memperlihatkan

adanya peningkatan jumlah eosinofil pada darah tepi mencit yang dipapar dengan

OVA secara bermakna.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

66

Pada penelitian ini pemberian OVA dilakukan secara berulang-ulang.

Pemberian OVA yang pertama kali secara teori dapat merangsang sel B

menghasilkan Ig E dengan bantuan sel T helper (Th). Imunoglobulin E ini

selanjutnya akan menempel pada permukaan sel mast. Pemberian OVA yang

kedua dan seterusnya secara berulang- ulang akan menyebabkan terjadinya ikatan

antara OVA (sebagai antigen) dengan Ig E (sebagai antibodi) yang ada

dipermukaan sel mast. Ikatan ini dapat merangsang terjadinya degranulasi sel

mast sehingga terlepaslah mediator – mediator yang terkandung dalam sel mast

yaitu histamine leukotrin, Eosinophile Chemotactic Factor-A (ECF-A) dan

Sitokin ( TNF- α, IL-1, IL-4, IL-5, IL-6, IL-13) serta enzim (chymase dan

tryptase). Mediator – mediator tersebut dapat menimbulkan gejala – gejala seperti

peradangan, bronkokonstriksi dan hipersekresi mukus. Eosinofil merupakan sel

radang yang jumlah sangat dominan pada peradangan yang berkaitan dengan

alergi (Baratawidjaya, 2010).

Uji statistik menunjukkkan bahwa kelompok mencit yang mendapat paparan

OVA yang dilakukan akupunktur titik Feishu (BL-13) jumlah eosinofil lebih

sedikit dari pada kelompok mencit yang mendapat paparan OVA tanpa dilakukan

akupunktur. Jadi akupunktur titik Feishu (BL-13) pada penelitian ini dapat

menurunkan jumlah eosinofil mencit Balb C model asma kronik secara statistik

bermakna. Akupunktur dilakukan pada dua titik Feishu ( BL-13) yang terletak

pada kedua sisi ruang interkostal setinggi batas bawah prosesus spinosus Th-3

pada punggung mencit. Titik Feishu (BL-13) terletak pada daerah yang yang

disyarafi oleh serabut saraf sensoris medulla spinalis segmen thoraks, sehingga

apabila titik ini dirangsang maka secara sekmental dapat memacu sistem saraf

simpatis. Serabut saraf simpatis yang menginervasi bronkus dan percabangannya

keluar dari medulla spinalis segmen toraks 1 sampai toraks 4. Perangsangan pada

sistem simpatis dapat menyebabkan medulla adrenal terstimulasi sehingga

menghasilkan katekolamin. Katekolamin bersifat merangsang aktivitas enzim

adenilsiklase sehigga menyebabkan peningkatan kadar siklik AMP. Peningkatan

kadar siklik AMP dapat menyebabkan bronkodilatasi, penghambatan aktivitas

kelenjar bronkus dalam menghasilkan mukus dan penghambatan degranulasi sel

mast. Penghambatan degranulasi sel mast berarti penghambatan pelepasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

67

mediator inflamasi dari sel mast. Jika mediator inflamasi pelepasannya dihambat

maka peristiwa peradangan dapat dihambat, sel radang termasuk sel eosinofil juga

dihambat, sehingga jumlah eosinofil menurun. Mencit asma kronik yang

dilakukan akupunktur pada titik Feishu saja (K III) dibanding yang dilakukan

kombinasi akupunktur Feishu dan Zusanli pada kelompaok IV, terjadi penurunan

jumlah eosinofil walaupun perbedaan secara statistik tidak bermakna. Penelitian

ini sesuai dengan penelitian Yang (2012) dimana akupunktur pada titik GV14

(Dazhui), BL-12 (Fengmen), dan BL-13 (Feishu) menurunkan jumlah eosinofil

darah perifer penderita asma secara bermakna.

Uji statistik menunjukkkan bahwa jumlah eosinofil kelompok mencit yang

mendapat paparan OVA dan dilakukan akupunktur titik Feishu (BL-13) dan

Zusanli (ST-36) lebih sedikit dari pada kelompok mencit yang mendapat paparan

OVA tanpa mendapat akupunktur. Jadi Akupuktur titik Feishu (BL-13) dan

Zusanli (ST-36) pada penelitian ini dapat menurunkan jumlah eosinofil mencit

Balb C model asma kronik secara statistik bermakna. Penelitian ini sesuai dengan

penelitian Muthmainah (2011) dimana akupunktur titik Feishu dan Zusanli 10 hari

berturut turut dapat menurunkan eosinofil brounkiolus tikus model asma.

Perangsangan titik Feishu (BL-13) dan titik Zusanli (ST-36) secara teoritis

dapat menimbulkan reaksi melalui jalur talamo-hipofisio-adrenal. Jadi bila titik –

titik ini dirangsang maka melalui jalur tersebut rangsangan akupunktur dapat

memacu keluarnya hormon CRF kemudian memacu ACTH selanjutnya

meningkatkan pengeluaran steroid oleh korteks adrenal. Steroid dapat

menurunkan ambang rangsang reseptor beta adrenergik (meningkatkan sensifitas

reseptor beta adrenergik), sehingga ikatan reseptor ini dengan katekolamin dapat

mengaktivasi enzim adenilsiklase, kemudian meningkatkan AMP siklik. Kadar

AMP siklik yang meningkat dapat menyebabkan bronkodilatasi, penghambatan

aktivitas kelenjar bronkus menghasilkan mukus dan penghambatan pelepasan

mediator peradangan dari sel mast. Penghambatan pelepasan mediator peradangan

dapat menyebabkan penurunan jumlah eosinofil (Siboe and Sudiro, 1993).

Hasil analisis beda mean antar dua kelompok dapat disimpulkan bahwa

hipotesis pertama yang menyatakan bahwa akupunktur menurunkan jumlah

eosinofil darah pada mencit model asma kronik terbukti secara statistik bermakna.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

68

2. Kadar Interleukin -17 (IL-17)

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas. Tingkat keparahan

dan kekronikan asma berkorelasi dengan kadar IL-17 yang ditemukan di dahak,

paru, Bronchoalveolar-lavage (BALF), atau darah pasien. Fungsi sitokin IL-17

selama reaksi asma adalah mengatur mobilisasi neutrofil (Wang et al., 2010).

Kadar IL-17 berkorelasi derajat keparahan hipersensitivitas saluran napas pasien

asma, hal ini menunjukkan bahwa IL-17 berkonstribusi pada pathogenesis asma

(Oboki, 2008). Sel Th-0 yang diaktivasi oleh TGF-β dan proinflamasi seperti IL-6

dan IL-23 berdiferensiasi menjadi Th-17 (Traves and Donnelly, 2008). Sel Th-17

mensekresi IL-17 yang berperan penting pada regulasi imunitas dan inflamasi

pada penyakit inflamasi kronik (Dong, 2009).

Penelitian ini menggunakan OVA selama 63 hari, 3 kali perminggu untuk

menginduksi mencit model asma alergi kronik, sehingga terjadi peningkatan kadar

IL-17 darah. Pada penelitian ini kelompok asma model kronik (K II) terjadi

peningkatan IL-17 plasma darah nya secara bermakna (p=0.004) dibanding

kontrol. Peningkatan IL-17 ini menunjukkan bahwa kelompok II sudah

menunjukkan asma kronik seperti penelitian Hadinoto et al., (2013) pemberian

OVA selama 6 minggu pada mencit Balb C terjadi peningkatan IL-17 darah.

Akupunktur titik Feishu (BL-13) pada mencit asma kronik (K III) terjadi

penurunan IL-17, tetapi tidak bermakna (p = 0.171) dibanding kelompok II (asma

kronik), jika dibanding dengan kelompok kontrol kadar IL-17 lebih tinggi tetapi

tidak berbeda bermakna (p = 0.194). Akupuntur titik Feishu (BL-13) setinggi

vertebra Thorax-III (Yin et al., 2008) akan merangsang serabut saraf simpatis

pada daerah ini. Perangsangan sistem simpatis dapat meyebabkan dilepaskannya

neurotransmitter yang merangsang reseptor β2 adrenergik (simpatis) yang antara

lain terdapat pada otot polos bronkus dan percabangannya sehingga terjadi

bronkodilatasi (Price and Wilson, 2006). Akupunktur Feishu pada asma bisa

menurunkan kadar IL-17 darah dibanding dengan kelompok model asma kronik,

walau penurunannya tidak signifikan (p=0.171), tetapi jika dibandingkan

kelompok kontrol juga sudah tidak berbeda secara signifikan (p=0.004).

Hal ini kemungkinan karena jumlah titik yang digunakan pada kelompok ini

kurang banyak sehingga penurunan kadar IL-17 belum optimal. Carneiro et al.,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

69

(2010) menggunakan Feishu (BL - 13), Dazhui (VG - 14), MDC - 1 (Ding

chuan), LU - 1 (Zhongfu), VC - 17 (Danzhong) , ST - 36 (Zusanli) dan SP-6

(Sanyinjiao) menunjukkan penurunan respon inflamasi yang terkait dengan

sitokin Th1 / Th2, nitrat oksida dan leukotrien B4 modulasi pada asma

eksperimental. Yang et al. (2012) menggunakan GV-14 ( Dazhui ) , BL-12

(Fengmen ), dan BL-13 ( Feishu ) sebagai tambahan terapi untuk penderita alergi

asma.

Akupunktur Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36) pada mencit asma kronik (K

IV), terjadi penurunan kadar IL-17 secara bermakna (p = 0,035) jika dibanding

mencit model asma kronik (K II), jika dibandingkan dengan kontrol lebih tinggi

tetapi sudah tidak berbeda bermakna (p = 0,721). Penambahan akupunktur Zusanli

selain titik Feishu ternyata dapat menurun kadar IL-17 pada mencit asma kronik

yang lebih bermakna dan mendekati normal. Hal ini sesuai dengan penelitian

Kwon et al., (2012) elektroakupunktur ST-36 melemahkan induksi ovalbumin

yang menyebabkan asma alergi melalui modulasi sel T reg CD4+CD25

+. Yim et

al., (2010) membuktikan bahwa injeksi subkutan ekstrak fructus perillae di ST-36

mempunyai efek anti inflamasi dan mengatur sistem imun asma pada tikus yang

diinduksi OVA. Akupunktur, melalui aktivasi sistem saraf pusat, menurunkan

produksi sitokin Th-2, merangsang peningkatan sitokin Th-1, mengembalikan

keseimbangan antara sitokin Th-1 dan Th-2. Akupunktur memodulasi

keseimbangan Th-1/Th-2 (Kim and Bae, 2010) dan menurunkan jumlah eosinofil

dan sel inflamasi di tikus diimunisasi ovalbumin (OVA) melalui modulasi CD4 +

CD25+ Foxp3 dan Sel T reg (Kwon et al., 2012).

Asma (ovalbumin) meningkatkan produksi sitokin Th-2 (Carneiro et al.,

2010). Akupunktur dapat menyebabkan trauma (cedera) jaringan yang mendorong

peningkatan sitokin Th-1, memulihkan keseimbangan antara sitokin Th-1 dan

Th2. Akupunktur memodulasi keseimbangan Th-1 / Th-2 (Park et al., 2004).

Akupunktur mengaktifkan Treg (Kwon et al., 2012), Treg ini akan menghambat

peningkatan Th-2 dan Th-17 (Akdis, 2012). Sel T reg menekan Th-17 yang

mengsekresi IL-17 (Barnes, 2008a; Dong, 2009). Akupunktur membuat

keseimbangan imunologis untuk mempertahankan homeostasis (Kwon et al.,

2012). Akupunktur menurunkan kadar IL-17 pada mencit model asma kronik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

70

terbukti secara statistik bermakna, hanya untuk akupunktur kombinasi titik Feishu

dan Zusanli.

3. Neutrofil

Pemaparan OVA selama 6 minggu pada kelompok II, terjadi peningkatan

jumlah neutrofil secara secara bermakna dibanding kontrol, hal ini menunjukkan

bahwa kelompok II termasuk asma neutrofilik. Pada kelompok asma kronik (K II)

juga terjadi peningkatan IL-17, dimana IL-17 ini berperan menarik neutrofil

sehingga terjadi peningkatan neutrofil. Tingkat kronisitas dan keparahan asma

berkorelasi dengan tingkat sitokin IL-17, yang ditemukan di dahak, paru, BAL,

atau darah pasien. Fungsi sitokin IL-17 selama reaksi asma adalah untuk mengatur

mobilisasi neutrofil (Wang et al., 2010).

Akupunktur titik Feishu yang dilakukan pada asma kronik ( K III) jika

dibandingkan dengan kelompok kontrol jumlah neutrofil lebih banyak dan jika

dibandingkan dengan kelompok asma kronik (K II) jumlah neutrofil lebih sedikit

tetapi perbedaan tidak bermakna. Hal ini kemungkinan kurangnya jumlah titik

akupunktur, sehingga kerjanya belum optimal dalam menurunkan jumlah

neutrofil. Kelompok Feishu (K III) ini, IL-17 yang bertugas menarik neutrofil

penurunan IL-17 dibanding kelompok asma ( K II) juga tidak bermakna.

Penelitian ini juga menunjukkan korelasi positip dan secara statistik bermakna

antara kadar IL-17 dan jumlah neutrofil ( r= 0,53; p = 0,002).

Akupunktur titik Feishu dan Zusanli pada mencit asma kronik (K IV) terjadi

penurunan jumlah neutrofil secara bermakna jika dibanding dengan kelompok

asma kronik (K II). Kelompok IV ini, IL-17 yang menarik neutrofil juga terjadi

penurunan yang bermakna. Kelompok IV jika dibanding dengan kelompok Feishu

(K III) tejadi penurunan tidak bermakna, Jika dibanding dengan kelompok kontrol

jumlah neutrofil lebih banyak tapi tidak berbeda secara bermakna. Akupunktur

menurunkan jumlah neutrofil darah pada mencit model asma kronik terbukti

secara statistik bermakna, hanya untuk kombinasi akupunktur Feishu+Zusanli.

4. Airway Remodeling

Penelitian ini menggunakan paparan kronik 63 hari ovalbumin (OVA) pada

mencit Balb /C untuk mendapatkan gambaran inflamasi alergi kronik dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 99: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

71

perubahan struktur saluran napas (airway remodeling) seperti halnya pada

manusia (Locke et al., 2007 dan Barlianto et al., 2009). Perubahan struktur yang

terjadi pada airway remodeling meliputi: hiperplasi dan metaplasi epitel, fibrosis

subepitel, hiperplasi sel Goblet, hiperplasi dan hipertrofi otot polos, serta

peningkatan jumlah pembuluh darah (angiogenesis). Penebalan dinding saluran

napas ini diduga berkaitan dengan airway hyperresponsiveness (AHR) dan

resistensi terapi serta perburukan asma (Barlianto et al., 2009; Halwani et al.,

2010).

Kelompok asma (K II) dibanding kontrol (K I) terjadi perubahan airway

remodeling (ketebalan epitel bronkiolus, ketebalan otot polos, dan jumlah sel

Goblet) bronkiolus secara statistik bermakna. Peningkatan ketebalan epitel,

peningkatan jumlah sel Goblet dan peningkatan ketebalan otot polos sesuai

dengan penelitian dari Locke et al. (2007); Barlianto et al. (2009) dan

Faturrachman et al. (2012), tetapi penelitian Locke et al. (2007) tidak terjadi

perbedaan ketebalan otot polos antara paparan OVA baik secara akut, sub akut,

kronik maupun yang tanpa paparan OVA. Gambaran bronkiolus pada kelompok

asma (KII) dengan pewarnaan HE tampak penebalan epitel dan penebalan otot

polos dan dengan pewarnaan PAS tampak peningkatan jumlah sel Goblet dengan

produk mukus yang hampir menutupi lumen bronkiolus.

Penelitian ini menggunakan OVA selama 63 hari, 3 kali perminggu untuk

menginduksi mencit model asma alergi kronik. Paparan yang berulang ulang

mengakibatkan jejas epitel telah terbukti menyebabkan hiperplasi dan metaplasi

epitel (Barlianto et al., 2009) dan hipertrofi epitel dan hiperplasia otot polos,

metaplasia sel Goblet (Shin et al., 2009). Rangsangan alergen (OVA) dapat

menyebabkan gangguan sistem saraf otonom berupa perangsangan saraf

parasimpatis dan penurunan saraf simpatis saluran napas sehingga menyebabkan

bronkokonstriksi. Bronkokonstriksi karena kontraksi otot polos bronkiolus bisa

menyebabkan hipertropi dan hiperplasi otot polos bronkiolus (Sherwood, 2001).

Airway remodeling disebabkan proses inflamasi dan sel imun (Broide, 2008).

Pada kelompok asma (K II) juga terjadi peningkatan eosinfil. Eosinofil

menghasilkan sitokin, kemokin, mediator lipid dan growth factor dan mampu

menyebabkan peningkatan sekresi mukus, menyebabkan fibrosis subepitel.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 100: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

72

Eosinofil teraktivasi melepaskan protein toksik yang mengakibatkan kerusakan

jaringan saluran napas yaitu Major Basic Protein (MBP) dan Eosinophil Cationic

Protein (ECP) yang merusak sel epitel dan saraf, Eosinophil-Derived Neurotoxin

(EDN), eosinophil peroxidase dan mediator lipid. Aktivasi sel epitel, sintesis

Extracelluler matrix (ECM) dan hipersekresi mukus akibat pelepasan sitokin

derivat eosinofil yaitu TGF-β, IL-4, IL-13 dan TGF-α (Kay et al., 2004).

Penelitian ini kelompok asma (K II ) terjadi peningkatan kadar IL-17.

Interleukin-17 merangsang aktivasi fibroblas bronkiolus, sel epitel dan sel otot

polos bronkiolus. Interleukin -17 merangsang epitel bronkiolus manusia

memproduksi β-defensin-2, ICAM-1 (Intercellular Cell Adhesion Molecule-1),

IL- 8, CXCL1, CCL20 (CC- Chemokine ligand 20), G-CSF (Granulocyte Colony-

Stimulating Factor), MUC5B (Mucin 5 subtype B) dan MUC5AC. Interleukin- 17

merangsang sel otot polos saluran pernapasan manusia memproduksi IL-6 dan

IL-8 (Oboki et al., 2008). Kelompok asma (K II) juga terjadi peningkatan

neutrofil. Neutrofil ini direkrut dan diaktifasi oleh IL-17. Neutrofil menghasilkan

serin protease neutrophil elastase yang akan merusak elastin jalan napas dan

komponen paru (Linde´n, laan and Anderson, 2006). Neutrofil dapat

menyebabkan kerusakan epitel akibat melepaskan bahan – bahan metabolik

oksigen, protease dan bahan kationik. Neutrofil menghasilkan kemokin dan

sitokin seperti IL-1β, IL-6, IL-8, TNF-α (Rahmawati et al., 2003).

Akupunktur Feishu (BL-13) tiga kali perminggu selama 6 minggu (18 kali)

pada mencit Balb/c pada kelompok III dapat mengendalikan airway

remodeling (mengurangi ketebalan epitel, mengurangi ketebalan otot polos, dan

mengurangi jumlah sel Goblet) bronkiolus mencit model asma kronik terbukti

secara statistik bermakna. Akupuntur titik Feishu (BL-13) setinggi vertebra

Thorax-III (Yin et al., 2008) akan merangsang serabut saraf simpatis pada daerah

ini. Perangsangan sistem simpatis dapat meyebabkan dilepaskannya

neurotransmiter yang merangsang reseptor β2 adrenergik (simpatis) yang antara

lain terdapat pada otot polos bronkus dan percabangannya sehingga terjadi

bronkodilatasi (Price and Wilson, 2006). Ketebalan otot polosnya kelompok

akupunktur Feishu ini berkurang jika dibanding dengan kelompok asma karena

bronkodilatasi. Pada kelompok asma yang dilakukan akupunktur Feishu (K III) ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 101: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

73

juga terjadi penurunan eosinofil dibanding kelompok asma (K II) sehingga

penurunan ketebalan epitel, penurunan ketebalan otot polos dan penurunan jumlah

sel Goblet dengan produk mukusnya karena penurunan jumlah eosinofil.

Akupunktur titik Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36) tiga kali perminggu

selama 6 minggu (18 kali) pada mencit Balb/C pada kelompok IV dapat

mengendalikan airway remodeling (mengurangi ketebalan epitel bronkiolus,

mengurangi ketebalan otot polos bronkiolus, dan mengurangi jumlah sel Goblet)

mencit model asma kronik terbukti secara statistik bermakna. Pada kelompok IV

ini juga terjadi penurunan jumlah eosinofil, IL-17 dan neutrofil sehingga

penurunan ketebalan epitel bronkiolus, penurunan ketebalan otot polos bronkiolus

dan pengurangan jumlah sel Goblet karena penurunan jumlah eosinofil, kadar IL-

17 dan neutrofil.

Penelitian ini menunjukkan korelasi positip meskipun secara statistik tidak

bermakna antara eosinofil dan ketebalan epitel bronkiolus (r=0,22; p =115),

ketebalan otot polos bronkiolus (r=0,28; p=0,115) dan jumlah sel Goblet

bronkiolus (r=0,27; p=0,139). Terdapat korelasi positip dan secara statistik

bermakna antara kadar IL-17 dan ketebalan epitel bronkiolus (r= 0,56; p =0,001),

ketebalan otot bronkiolus (r= 0,35; p=0,049) dan jumlah sel Goblet bronkiolus (r=

0,48; p=0,005). Terdapat korelasi positip dan secara statistik bermakna antara

jumlah neutrofil dan ketebalan epitel bronkiolus (r= 0,52; p=0,002), ketebalan otot

bronkiolus (r= 0,37; p =0,040) dan jumlah sel Goblet bronkiolus (r= 0,33;

p=0,069).

Akupunktur Feishu (BL-13) maupun kombinasi Feishu dan Zusanli (ST-36)

3 kali / minggu, selama 6 minggu dapat mengendalikan airway

remodeling (ketebalan epitel, ketebalan otot polos, dan jumlah sel Goblet )

bronkiolus mencit model asma kronik terbukti secara statistik bermakna.

5. Prinsip Axiology

Manfaat penelitian ini secara keseluruan menurut prinsip axiology adalah

akupunktur Feishu (Bl-13) dan Zusanli (ST-36) dapat sebagai terapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 102: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

74

komplementer untuk mencegah progresifitas asma (asma tidak terkontrol, asma

neutrofilik). Akupunktur Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36) dapat

memperbaiki asma yang meliputi komponen seluler (sel eosinofil dan neutrofil),

mediator inflamasi (IL-17), dan sel struktural tentang pengendalian airway

remodeling (sel epitel brounkiolus, sel otot polos bronkiolus dan jumlah sel

Goblet bronkiolus).

6. Nilai-nilai kebaruan dari penelitian ini adalah:

a. Solusi baru. Kerangka teori (mekanisme kerja akupunktur) dan hasil

penelitian ini merupakan solusi baru penatalaksanaan asma kronik dengan

akupunktur sebagai terapi komplementer. Akupunktur titik Feishu (BL-13)

dan Zusanli (ST-36) ternyata dapat mengurangi jumlah eosinofil, neutrofil,

kadar IL-17, bahkan dapat mengendalikan airway remodeling (ketebalan

epitel, ketebalan sel otot polos dan jumlah sel Goblet) bronkiolus, sehingga

akupunktur dapat mencegah asma menjadi kronik (asma tidak terkontrol).

b. Strategi baru. Hasil penelitian ini memberi informasi, bahwa akupunktur

dapat sebagai terapi komplementer dalam penatalaksanaan asma kronik

(asma tidak terkontrol) untuk mencegah atau mengurangi progresifitas

asma, sehingga asma menjadi terkontrol, dan mencegah kekambuhan asma.

c. Perspektif baru. Hasil penelitian ini dapat digunakan, dikembangkan

lebih lanjut dalam usaha mencegah, mengurangi ataupun mengontrol

progresifitas asma berdasarkan patogenesis imunologi dan biomolekuler.

Penelitian lanjutan dengan akupunktur pada manusia dengan menilai

kualitas hidup, fungsi paru, dan didukung dengan pemeriksaan

laboratorium, selain itu juga mempergunakan titik akupunktur yang lain

antara lain Hegu (LI-4) dan Dazhui (DU-14).

d. Kondisi baru. Hasil penelitian ini menginformasikan kondisi penderita

menjadi lebih baik, bila dalam penatalaksanan asma kronik

dikombinasikan dengan terapi akupunktur, sehingga progresifitas dan

kualitas hidup penderita menjadi lebih baik.

e. Pertanyaan baru. Penelitian ini dapat memberi pertanyaan baru untuk

penelitian yang akan datang, pada manusia dengan menggunakan teknik

rangsang akupunktur yang lain pada titik yang sama atau menggunakan

titik akupunktur yang lain.

6. Keterbatasan Penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 103: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

75

a. Pada penelitian ini hewan coba yang digunakan mencit Balb/c, akan lebih

baik jika dibandingkan dengan manusia.

b. Pada penelitian ini titik akupunktur yang digunakan yaitu Feishu (BL-13)

dan Zusanli (ST-36), maka perlu dilakukan akupunktur dengan titik

akupunktur yang lain.

c. Pada penelitian ini parameter yang diperiksa yaitu kadar IL-17, jumlah

eosinifil dan neutrofil serta airway remodeling, maka perlu diperiksa

parameter yang lain.

d. Pada penelitian ini akupunktur dengan cara rangsang manual, akan lebih

baik jika dibandingkan dengan cara rangsang yang lain.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Akupunktur titik Feishu (BL-13) maupun kombinasi Feishu (BL-13) dan

Zusanli (ST-36) dapat menurunkan jumlah eosinofil dan mengendalikan

airway remodeling (ketebalan epitel, ketebalan otot polos, dan jumlah sel

Goblet) bronkiolus mencit model asma kronik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 104: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

76

2. Akupunktur titik Feishu (BL-13) belum dapat menurunkan kadar IL-17

secara bermakna. Akupunktur titik Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36)

dapat menurunkan kadar IL-17 yang berpengaruh mengendalikan airway

remodeling (ketebalan epitel, ketebalan otot polos, dan jumlah sel Goblet)

bronkiolus mencit model asma kronik.

3. Akupunktur titik Feishu (BL-13) belum dapat menurunkan jumlah

neutrofil. Akupunktur titik Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36) dapat

menurunkan jumlah neutrofil dan berpengaruh pada pengendalian airway

remodeling (ketebalan epitel, ketebalan otot polos, dan jumlah sel Goblet)

bronkiolus mencit model asma kronik.

4. Akupunktur Feishu (BL-13) dapat menurunkan jumlah eosinofil, dan

mengendalikan airway remodeling (ketebalan epitel, ketebalan sel otot

polos dan jumlah sel Goblet) bronkiolus. Akupunktur Feishu (BL-13) dan

Zusanli (ST-36) dapat mengurangi jumlah eosinofil, neutrofil, kadar IL-

17, yang berpengaruh mengendalikan airway remodeling (ketebalan

epitel, ketebalan sel otot polos dan jumlah sel Goblet) bronkiolus,

sehingga akupunktur dapat mencegah asma menjadi kronik (asma tidak

terkontrol).

B. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

1. Perlu dilakukan penelitian pada manusia dengan menilai kualitas hidup,

fungsi paru, dan didukung dengan pemeriksaan laboratorium, untuk

meningkatkan hierarki nilai bukti tentang efektifitas intervensi akupunktur

titik Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36) pada manusia.

Akupunktur titik Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36) dapat ditambahkan

disamping terapi standar pada penderita asma kronik.

2. Perlu dilakukan akupunktur pada manusia dengan menggunakan titik

akupunktur yang lain.

3. Perlu dilakukan akupunktur pada manusia dengan memeriksa parameter

yang lain.

4. Perlu dilakukan akupunktur pada manusia dengan cara rangsang manual,

elektroakupunktur, sonopunktur dan laserpunktur.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 105: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

77

DAFTAR PUSTAKA

Akdis CA. 2012. Therapies for allergic inflammation: refining strategies to induce

tolerance. Nat Med ; 18: 736-749

Al-Muhsen S, Johnson JR, and Hamid Q. 2011. Remodeling in asthma, J Allergy

Clin Immunol 2011;128:451-62

Baratawidjaja KG. 2010. Imunologi Dasar. Edisi kesembilan. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Barlianto W, Kusuma MSC, Setyawati K, dan Karyonon M. 2009. Pengembangan

Model Mencit Alergi dengan Paparan Kronik Ovalbumin, Jurnal Kedokteran

Brawijaya. 25(1): 1-5.

Barnes PJ. 2008 a. Immunology of asthma and chronic obstructive pulmonary

disease. Nat. Rev.Immunol. 8:183–192.

Barnes PJ. 2008 b. The cytokine network in asthma and chronic obstructive

pulmonary disease, The Journal of Clinical Investigation, 118 (11):3546-56

Barnes PJ. 2011 a. Pathophysiology of allergic inflammation, Immunological

Reviews, 242: 31–50

Barnes PJ. 2011 b. Similarities and differences in inflammatory mechanisms of

asthma and COPD, Breathe , 7 (3): 229-238

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 106: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

78

Barnes PJ. 2012. Severe asthma: Advances in current management and future

therapy, J Allergy Clin Immunol, 129 : 48-59

Bateman ED and Jithoo A. 2007. Asthma and allergy - a global perspective in

Allergy. European Journal of Allergy and Clinical Immunology, 62 (3) : 213

-5.

Bateman ED, Hurd SS, Barnes PJ, Bousquet J, Drazen JM, FitzGeralde M,

Gibson P, Ohta K, Byrne PO, Pedersen SE, Pizzichini E, Sullivanee SD,

Wenzel SE and Zar HJ. 2008. Global strategy for asthma management and

prevention: GINA executive summary. Eur Respir J, 31: 143–178.

Blacquière M.J., Hylkema MN, Postma DS, Geerlings M, W. Timens W,

Melgert BN. 2010. Airway Inflammation and Remodelingin Two Mouse

Models of Asthma : Comparison of Males and Females, Int Arch Allergy

Immunol;153:173–181.

Bosnjak B, Stelzmueller B, Erb KJ and Epstein MM. 2011. Treatment of allergic

asthma: Modulation of Th2 cells and their responses. Respiratory Research,

12:114.

Broide DH. 2008. Immunologic and inflammatory mechanisms that drive asthma

progression to remodeling, J Allergy Clin Immunol. 121(3): 560–572

Buc M, Dzurilla M, Vrlik M and Bucova M. 2009. Immunopathogenesis of

bronchial asthma. Arch. Immunol. Ther. Exp, 57: 331-344

Cabioğlu MT and Cetin BE. 2008. Acupuncture and Immunomodulation. Am J

Chin Med., 36 (1) :25-36.

Carneiro ER, Carneiro CRW, De Castro MAP, Yamamura Y, Silveira VLF. 2005.

Effect of electroacupuncture on bronchial asthma induced by ovalbumin in

rats. J Altern Complement Med, 1:127–34

Carneiro ER, Xavier RAN, Castro MAPD, Nascimento MOD, and Silveira VLF.

2010. Electroacupuncture promotes a decrease in inflammatory response

associated with Th1/Th2 cytokines, nitric oxide and leukotriene B4

modulation in experimental asthma, Cytokine, 50 (3), pp: 335–340

Carson FL. 1994. Histotechnology Aself-intructional Text. ASCP Press. American

Society Clinical Pathologists, Chicago.

Cho, Z.H., S.C. Hwang, E.K. Wong, Y.D. Son, C.K. Kang, T.S. Park, S.J. Bai,

Y.B. Kim, Y.B. Lee, K.K. Sung, B.H. Lee, L.A. Shepp and K.T. Min. 2006.

Neural substrates, experimental evidences and functional hypothesis of

acupuncture mechanisms. Acta Neurol. Scand, 113 (6) : 370–377.

Cosmi L, Liotta F, Maggi E, Romagnani S & Annunziato F. 2011. Th17 cells:

new players in asthma pathogenesis. Allergy; 66: 989–998.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 107: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

79

Deenick EK and Tangye SG. 2007. IL-21: a new player in Th17-cell

differentiation, Immunology and Cell Biology, 85, 503–505

Dong C. 2009. Differentiation and function of pro-inflammatory Th17 cell.

Microbes Infect; 11(5): 584–588

Elias JA, Lee CG, Zheng T, Ma B, Homer RJ, Zhu Z. 2003. New insights into the

pathogenesis of asthma. J Clin Invest ;111:291–7.

Fahy JV. 2009. Eosinophilic and Neutrophilic Inflammation in Asthma. Proc Am

Thorac Soc, 6, pp : 256–259.

Faturrachman D, Barlianto W, Mintaroe K. 2012. Pengaruh Sel Limfosit T

Regulator CD4 CD25 Foxp3 dan Transforming Growth Factor (TGF) β

terhadap Airway Remodelling Bronkiolus Paru pada Model Mencit Asma,

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 2 : 71-6

Feng J, Hu C, Li X. 2007. Dorsal root ganglion: the target of acupuncture in the

treatment of asthma. Adv Ther; 24 : 598–602.

Global Initiative for Asthma (GINA). 2015. Global strategy for asthma

management and prevention. Updated 2015. Available at:

http://www.ginasthma.com. Accessed 27 Mei, 2015.

Georas SN. 2004. Inhaled glucocorticoids, lymphocytes, and dendritic cells in

asthma and obstructive lung diseases. Proc Am Thorac Soc.1(3):215-21

Guyton AC. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan: Dharma A.

Edisi 11. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran ECG

Halwani, Al-Muhsen and Hamid, 2010. Airway remodeling in asthma. Current

Opinion in Pharmacology, 10 : 236–245

Han JS, 2003. Acupuncture: neuropeptide release produced by electrical

stimulation of different frequencies. Trends Neurosci, 26 : 17–22.

Hansbro PM, Kaiko GE and Foster PS. 2011. Cytokine/anti-cytokine therapy –

novel treatments for asthma? British Journal of Pharmacology, 163 : 81–95.

Hadinoto SH, Sarsono, Aisyah, Diding. 2013. Ekstrak Etanol Propolis

Menurunkan Kadar IL-17 Serum pada Mencit Balb/C Model Asma Kronik.

MKB ; 45 (4) :213–7.

Haq E and Banday MZ. 2012. Controlling asthma and related allergies -

alternative options. Journal of Research in Biology 1: 042-049.

Holgate ST and Polosa R. 2008. Treatment strategies for allergy and asthma. Nat

Rev Immunol, 8: 218-230.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 108: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

80

Holgate ST. 2012. Innate and adaptive immune responses in asthma. Nat Med ;

18: 673- 683.

Junqueira LC and Carneiro J. 2003. Basic Histology Text and atlas. Tenth edition.

Megraw-Hill Companies. New York. Pp :253-76

Kay AB, Phipps S, and Robinson DS. 2004. A role for eosinophils in airway

remodelling in asthma. Trends in Immunology. Vol.25 No.9, 477-482.

KMKRI (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia) nomor 1023. 2008.

Pedoman pengendalian Penyakit Asma.

Kim SK and Bae H. 2010. Acupuncture and immune modulation. Auton

Neurosci: Basic and Clinical 157: 38–41

Korn T, Bettelli E, Mohamed Oukka M, dan Kuchroo VK. 2009. IL-17 and Th17

Cells. Annu. Rev Immunol. 27:485-517.

Kwon Y, Sung-Hwa, Lee G, Kim Y, Lee H, Shin M, and Bae H. 2012.

Electroacupucture Attenuates Ovalbumin Induced Allergic Asthma via

Modulating CD4+CD25

+ Regulatory T Cells, Journal of Alternative and

Complementary Medicine, 10 pages

Lee Y, Kim SK, Kim Y. 2007 a. The α-adrenoceptormediation of the

immunomodulatory effects of electroacupuncture in DNP-KLH immunized

mice, Neuroscience Letters, 423 ( 2), pp : 149–152.

Liang SC, Long AJ, Bennett F, Whitters MJ, Karim R, Collins M, Goldman SJ,

Dunussi-Joannopoulos K, Williams CMM, Wright JF, and Fouser LA. 2007.

An IL-17F/A heterodimerprotein is produced by mouse Th17 cells and

induces airway neutrophil recruitment.J Immunol, 179:7791–7799.

Linde´n A, Laan M and Anderson GP. 2005. Neutrophils, interleukin-17A and

lung disease. Eur Respir J; 25: 159–172.

Locke NR, Royce SG, Wainewright JS, Samuel CS, Tang ML. 2007. Comparison

of airway remodeling in acute, subacute, and chronic models of allergic

airways disease. Am J Respir Cell Mol Biol; 36:625-32

Mai J, Wang H, Yang XF. 2011. T Helper 17 Cells Interplay with CD4 + CD25

high Foxp3+ Tregs inRegulation of Inflammations and Autoimmune

Diseases, Front Biosci. ; 15: 986–1006.

Martin H and Taube C. 2012. Regulatory T cells and regulation of allergic airway

disease, Am J Clin Exp Immunol, 1 (2):166-178.

Meyts I, Hellings PW, Hens G, Vanaudenaerde BM, Verbinnen B, Heremans H,

Matthys P, Bullens DM, Overbergh L, Mathieu C, Boeck KD, and Ceuppens

J. 2006. IL-12 Contributes to Allergen-Induced Airway Inflammation in

Experimental Asthma, The Journal of Immunology, 177: 6460–6470.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 109: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

81

Moon PD, Jeong HJ, Kim SJ, An HJ, Lee HJ, Yang WM, Park SK, Hong SH,

Kim HM and Um JY. 2007. Use of electroacupuncture at ST36 to inhibit

anaphylactic and inflammatory reaction in mice. Neuroimmunomodulation,

14 (1) : 24–31.

Moore CW and Pascual RM. 2010. Pulmonary, Sleep, and Critical Care Updates,

Am J Respir Crit Care Med , 181 : 1181–1187.

Muthmainah. 2011. Pengaruh Akupunktur terhadap Jumlah Eosinophil

Bronkiolus Tikus Putih Model Asma, Maj Kedokteran Indon, 61 ( 3) :119-

125.

Nakajima H and Takatsu K. 2007. Role of Cytokines in Allergic Airway

Inflammation, Int Arch Allergy Immunol, 142:265–273.

Nials AT and Uddin S, 2008. Mouse models of allergic asthma: acute and

chronic allergen challenge, Disease Models & Mechanisme 1, 213-222.

Ngoc LP, Diane R. Golda, Arthur O, Tzianabosa, Weissa ST and dan Juan C.

Celedo'na. 2005. Cytokines, allergy, and asthma, Current Opinion in Allergy

and Clinical Immunology, 5:161–166.

Oboki K, Ohno T, Saito H, dan Nakae S. 2008. Th17 and Allergy. Allergology

International, 57:121-134.

Park MB, Ko E, Ahn C, Choi H, Rho S, Shin MK, Hong MC, Min BI, Bae H.

2004. Suppression of IgE production and modulation of Th1/Th2 cell

response by electroacupuncture in DNP-KLH immunized mice. J

Neuroimmunol ;151:40–4.

Park SJ and Chul Y. 2010. Interleukin-17 regulation: an attractive therapeutic

approach for asthma. Respiratory Research, 11:78.

Patel K. N and Chorawala M. R. 2011. Animal models of asthma. JPRO, 1: 5 139

– 147.

Pelaia G, Vatrella A, Teresa BM, Gallelli L, Calabrese C, Terracciano R, and

Maselli R. 2015. Cellular Mechanisms Underlying Eosinophilic and

Neutrophilic Airway Inflammation in Asthma. Mediators of Inflammation,

Vol 2015, 8 halaman

Price SA and Wilson LM. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses – Proses

Penyakit. Vol 1. Terjemahan : Brahm U. Penerbit buku Kedokteran EGC.

Jakarta. Pp : 177-197.

Rahmawati I, Yunus F, Wiyono HW. 2003. Patogenesis dan Patofisiologi Asma.

Cermin Dunia Kedokteran, 141 : 5-10.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 110: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

82

Rengganis I. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial, Maj Kedokt Indon,

58 (11): 444-51.

Rothenberg EM and Hogan SP. 2006. The Eosinophil, Annu. Rev. Immunol.

24:147–74

Saputra K. 2003. Acupuncture Homeostasis and Bioenergetic Networks.

Acupuncture Research Laboratoryin Health Service. ISBN 979.8497.65.1

Saputra K and Idayanti A. 2005. Akupunktur Dasar, Cetakan pertama, Surabaya,

Airlangga University Press.

Schnyder-Candrian S, Togbe D, Couillin I, Mercier I, Brombacher F, Quesniaux

V, Fossiez F, Ryff el B, and Schnyder B. 2006. Interleukin-17 is a negative

regulator of established allergic asthma. JEM, 203 (12): 2715-2725.

Shin YS, Takeda K, and Gelfand EW. 2009. Understanding asthma using animal

models, Allergy Asthma Immunol Res, 1(1): 10-18.

Sherwood L. 2001. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2 halm 399, 423

424.

Siboe LY dan Sudiro AU. 1993. Pengobatan asma bronkial pada anak dengan

akupunktur. Maj Kedok Indon. No. 69. Pp: 40-4

Sudirman S. 2006. Pengaruh Calcium Channel Blocker L dan N pada Analgesia

Akupunktur ( Studi Eksperimental pada Rattus norvegicus). Disertasi.

Universitas Airlangga Surabaya.

Sundaru H dan Sukamto. 2014. Asma Bronkial. dalam : Setiati S, Alwi I., Sudoyo

A.W., Simadibrata K M., Setiyohadi B., dan Syam AF . (eds). Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jilid I. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

FKUI. Jakarta. Pp: 478 - 503.

Thorburn A and Hansbro P. 2010. Harnessing regulatory T cells to suppress

asthma: from potential to therapy. Am J Respir Cell Mol Biol 43: 511–519.

Traves SL and Donnelly LE. 2008. Th17 Cells in Airway Diseases, Current

Molecular Medicine, 8, 416-426.

Wang YH, Voo KS, Liu B, Chen CY, Uygungil B, Spoede W, Bernstein JA,

Huston DP and Liu YJ. 2010. A novel subset of CD4+

TH2 memory/

effector cells that produce inflammatory IL-17 cytokine and promote the

exacerbation of chronic allergic asthma, JEM , 207, (11): 2479-2491

Wegmann M. 2008. Animal models of chronic experimental asthma . strategies

for the identification of new therapeutic targets, Journal of Occupational

Medicine and Toxicology, 3(Suppl 1): S4

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 111: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

83

World Health Organization. 2010. Chronic respiratory diseases: asthma facts.

Available at http://www.who.int/respiratory/asthma/scope/en/index.html (last

accessed 03 March 2010).

World Health Organization. 2015. Asthma. Di akses dari http: www.who, int/

respiratory/asthma ( 27 Mei 2015)

Yang YQ, Chen HP, Wang Y, Yin LM, Xu, Ran J. 2012. Considerations for Use

of Acupuncture as Supplemental Therapy for Patients with Allergic Asthma,

Clinic Rev Allerg Im.

Yim YK, Lee H, Hong KE, Kim TI, Ko SK, Kim JE, Lee SY and Park KS. 2010.

Anti-inflammatory and Immune-regulatory Effects of Subcutaneous Perillae

Fructus Extract Injections on OVA-induced Asthma in Mice. eCAM, 7(1) :

79–86.

Yin CS, Jeong HS, Park HJ, Baik Y, Yoon MH, Choi CB, Koh HG. 2008. A

proposed transpositional acupoint system in a mouse and rat model. Research

in Veterinary Science 84 : 159–165.

Lampiran 1. Ethical Clearance

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 112: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

84

Lampiran 2. Hasil Lab Interleukin 17 (IL-17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 113: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

85

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 114: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

86

Lampiran 3 : Jumlah eosinofil dan neutrofil pada plasma darah mencit

Kelompok Jumlah

Eosinofil/ mm3

Jumlah

Neutrofil / mm3

K1.1 170 17,952

K1.2 140 12,064

K1.3 240 25,380

K1.4 542 54,202

K1.5 270 20,910

K1.6 230 14,700

K1.7 120 31,000

K1.8 250 15,750

K1.9 285 19,764

K2.1 200 37,526

K2.2 580 53,167

K2.3 350 54,750

K2.4 40 16,021

K2.5 160 20,256

K2.6 340 53,286

K2.7 110 15,949

K2.8 330 30,731

K2.9 200 29,986

K2.10 170 23,641

K3.1 310 47,718

K3.2 90 8,904

K3.3 180 37,454

K3.4 240 33,369

K3.5 170 31,960

K3.6 210 35,100

K3.7 180 25,944

K3.8 490 49,036

K3.9 280 11,140

K3.10 100 39,530

K4.1 280 35,796

K4.2 130 15,972

K4.3 40 4,048

K4.4 260 46,041

K4.5 200 18,126

K4.6 180 19,140

K4.7 250 19,845

K4.8 160 18,260

K4.9 390 18,877

K4.10 210 21,942

Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Ketebalan epitel, ketebalan otot polos dan jumlah

sel Goblet bronkiolus mencit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 115: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

87

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 116: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

88

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 117: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

89

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 118: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

90

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 119: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

91

Lampiran 5. Protokol mouse IL-17 Elisa kit

1. Katalog No. K0331268 (Koma Biotech Inc)

2. Jumlah 96 tes

3. Penyimpanan 4 ° C

4. Deskripsi Mouse IL-17 ELISA kit berisi semua reagen yang

diperlukan untuk melakukan pengukuran kuantitatif kadar IL-17 tikus dari

sampel termasuk serum, plasma, medium kultur atau cairan biologis dalam

format sandwich ELISA.

5. Standar kisaran 1000-1016 pg / ml

6. Protokol pemeriksaan IL-17 mouse Elisa Kit

a. Tambahkan 200 ul washing solution ke tiap well (sumuran). Aspirasi wells

untuk menghilangkan cairan dan mencuci plate sebanyak 3 kali

menggunakan 300 ul washing solution di setiap sumur. Setelah pencucian

terakhir, balikkan plate untuk menghilangkan sisa solution dan kotoran

pada paper towel.

b. Tambahkan 100 ul sampel untuk tiap well duplikasi. Tutup bersegel sudah

disediakan. Inkubasi di suhu ruangan selama 2 jam.

c. Aspirasi wells untuk menghilangkan cairan dan cuci plate sebanyak 4 kali

seperti pada langkah 1.

d. Tambahkan 100 ul deteksi antibodi sebanyak (0.25 ug/ml) per well . Tutup

dengan segel yang telah disediakan dan inkubasi di suhu ruangan selama 2

jam.

e. Aspirasi dan cuci plate sebanyak 4 kali seperti pada langkah 1.

f. Tambahkan 100 ul Pembentuk warna enzim yang sudah diencerkan (1:20).

Tutup dengan segel yang telah disediakan. Inkubasi selama 30 menit di

suhu ruangan (37°C selama 30 menit).

g. Aspirasi dan cuci plate sebanyak 4 kali seperti pada langkah 1.

h. Tambahkan 100 ul cairan pewarna untuk setiap sumur. Inkubasi di suhu

ruang untuk pengembangan warna (selama 21-31 menit). Untuk

menghentikan reaksi warna tambahkan 100 ul stop solution di setiap well.

i. Dengan pembaca plate microtiter, baca plate pada gelombang 450 nm.

Lampiran 6. Akupunktur titik Zusanli (ST-36) dan Feishu (BL-13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 120: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

92

Gambar 1: Akupunktur titik Zusanli (ST-36) dan Feishu (BL-13)

(diambil dari Jung DL, 2014)

Lampiran 7. Foto - Foto Penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 121: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

93

Mencit disensitisasi dengan ovalbumin

Mencit di nebulizer dengan ovalbumin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 122: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

94

Mencit dilakukan akupunktur titik Feishu (BL-13)

Mencit dilakukan akupunktur titik Zusanli (ST-36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 123: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

95

Mencit dilakukan akupunktur titik Feishu (BL-13) dan Zusanli (ST-36)

Mencit yang dilakukan akupunktur ditempatkan di box masing masing selama 15

menit

Microplate reader untuk memeriksa IL-17

S = 2.49608956

r = 0.99996802

X Axis (units)

Y A

xis

(u

nit

s)

0.1 0.3 0.6 0.8 1.1 1.3 1.60.00

91.67

183.33

275.00

366.67

458.33

550.00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 124: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

96

Lampiran 8. Hasil Statistik

Lampiran A. Analisis data

a) Diskriptif data

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence

Interval for Mean Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

jumlah

eosinofil/mm3

kontrol 8 214.0000 61.66268 21.80105 162.4487 265.5513 120.00 285.00

asma 8 307.5000 130.54829 46.15579 198.3589 416.6411 171.00 579.00

asma+akupunktur titik

Feishu 8 180.5000 64.28730 22.72899 126.7545 234.2455 89.00 279.00

asma+akupunktur titik

Feishu dan Zusanli 8 178.3750 70.63778 24.97423 119.3203 237.4297 40.00 259.00

Total 32 220.0938 97.98860 17.32210 184.7651 255.4224 40.00 579.00

jumlah

neutrofil/mm3

kontrol 8 19.7500 6.04152 2.13600 14.6992 24.8008 12.00 31.00

asma 8 38.0000 14.00000 4.94975 26.2957 49.7043 20.00 55.00

asma+akupunktur titik

Feishu 8 32.7500 10.87264 3.84406 23.6602 41.8398 11.00 48.00

asma+akupunktur titik

Feishu dan Zusanli 8 21.0000 6.30193 2.22807 15.7315 26.2685 16.00 36.00

Total 32 27.8750 12.24679 2.16495 23.4596 32.2904 11.00 55.00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 125: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

97

Kadar IL-17 kontrol 8 136.1250 45.44836 16.06842 98.1292 174.1208 68.00 228.00

asma 8 206.6250 60.80399 21.49746 155.7916 257.4584 152.00 328.00

asma+akupunktur titik

Feishu 8 165.3750 20.83909 7.36773 147.9531 182.7969 134.00 188.00

asma+akupunktur titik

Feishu dan Zusanli 8 126.0000 39.35189 13.91299 93.1010 158.8990 73.00 186.00

Total 32 158.5313 52.54183 9.28817 139.5879 177.4746 68.00 328.00

Ketebalan

epitel

bronkiolus

kontrol 8 14.5125 1.19933 .42403 13.5098 15.5152 12.60 15.80

asma 8 36.6375 10.11504 3.57621 28.1811 45.0939 24.50 57.80

asma+akupunktur titik

Feishu 8 19.6375 1.93312 .68346 18.0214 21.2536 17.80 23.90

asma+akupunktur titik

Feishu dan Zusanli 8 17.8750 3.19453 1.12944 15.2043 20.5457 12.90 23.10

Total 32 22.1656 10.10639 1.78657 18.5219 25.8094 12.60 57.80

Ketebalan otot

polos

bronkiolus

kontrol 8 6.3375 1.28501 .45432 5.2632 7.4118 4.60 8.30

asma 8 11.7000 3.15866 1.11676 9.0593 14.3407 8.60 18.30

asma+akupunktur titik

Feishu 8 7.8375 1.06360 .37604 6.9483 8.7267 6.00 9.30

asma+akupunktur titik

Feishu dan Zusanli 8 7.8875 2.49138 .88084 5.8047 9.9703 5.10 12.60

Total 32 8.4406 2.88767 .51047 7.3995 9.4817 4.60 18.30

jumlah sel

goblet kontrol 8 5.6250 8.10533 2.86567 -1.1512 12.4012 .00 22.00

asma 8 48.5000 15.00476 5.30498 35.9557 61.0443 23.00 65.00

asma+akupunktur titik

Feishu 8 16.6250 13.96872 4.93869 4.9469 28.3031 1.00 47.00

asma+akupunktur titik

Feishu dan Zusanli 8 15.0000 9.05539 3.20156 7.4295 22.5705 .00 24.00

Total 32 21.4375 19.96115 3.52867 14.2407 28.6343 .00 65.00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 126: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

98

b) Uji normalitas data

Variabel Kelompok Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

jumlah

eosinofil/mm3

kontrol .221 8 .200* .908 8 .339

asma .247 8 .162 .866 8 .137

asma+akupunktur titik

Feishu .179 8 .200

* .953 8 .746

asma+akupunktur titik

Feishu dan Zusanli .142 8 .200

* .932 8 .539

jumlah

neutrofil/mm3

kontrol .168 8 .200* .958 8 .794

asma .233 8 .200* .881 8 .194

asma+akupunktur titik

Feishu .223 8 .200

* .934 8 .555

asma+akupunktur titik

Feishu dan Zusanli .313 8 .020 .677 8 0.001

IL-17 kontrol .255 8 .134 .912 8 .367

asma .189 8 .200* .870 8 .151

asma+akupunktur titik

Feishu .212 8 .200

* .891 8 .240

asma+akupunktur titik

Feishu dan Zusanli .194 8 .200

* .953 8 .740

ketebalan epitel

bronkiolus

kontrol .246 8 .169 .858 8 .114

asma .224 8 .200* .895 8 .261

asma+akupunktur titik

Feishu .280 8 .064 .812 8 0.038

asma+akupunktur titik

Feishu dan Zusanli .191 8 .200

* .977 8 .945

Ketebalan otot

polos bronkiolus

kontrol .198 8 .200* .947 8 .681

asma .205 8 .200* .864 8 .132

asma+akupunktur titik

Feishu .222 8 .200

* .950 8 .716

asma+akupunktur titik

Feishu dan Zusanli .216 8 .200

* .913 8 .379

jumlah sel

Goblet

kontrol .298 8 .036 .768 8 0.013

asma .191 8 .200* .923 8 .456

asma+akupunktur titik

Feishu .280 8 .066 .846 8 .088

asma+akupunktur titik

Feishu dan Zusanli .212 8 .200

* .871 8 .155

*.This is a lower bound of the true significance.

a.Lilliefors Significance Correction

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 127: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

99

Hasil uji normalitas data, menunjukkan semua variabel sebaran data normal

(p >0,05), kecuali ketebalan epitel bronkiolus, jumlah sel Goblet dan neutrofil

sebaran data tidak normal (p <0,05), sehingga tidak memenuhi asumsi uji

parametrik. Selanjutnya ketiga variabel tersebut dilakukan uji alternatifnya

menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis dilanjutkan uji Mann-

Whitney.

c) Hasil uji homogenitas data

Levene Statistic df1 df2 Sig.

jumlah eosinofil/mm3 1.241 3 28 0,313

IL-17 1.508 3 28 0,234

Ketebalan otot bronkiolus 2.479 3 28 0,082

Hasil uji homogenitas data, menunjukkan semua variabel sebaran data homogen (p >0,05).

d) Hasil uji ANOVA

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

jumlah

eosinofil/mm3

Between Groups 87880.844 3 29293.615 3.910 0,019

Within Groups 209773.875 28 7491.924

Total 297654.719 31

IL-17 Between Groups 31361.344 3 10453.781 5.469 0,004

Within Groups 54218.625 28 1936.379

Total 85579.969 31

Ketebalan otot

polos bronkiolus

Between Groups 125.731 3 41.910 8.839 0,000

Within Groups 132.766 28 4.742

Total 258.497 31

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 128: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

100

e) Hasil uji LSD post Hoc multiple comparisons

Dependent Variable (I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

jumlah eosinofil/mm3 kontrol asma

-93.50000* 43.27795 0,039 -182.1509 -4.8491

asma+akupunktur titik Feishu 33.50000 43.27795 .445 -55.1509 122.1509

asma+akupunktur titik Feishu dan Zusanli 35.62500 43.27795 .417 -53.0259 124.2759

asma kontrol 93.50000

* 43.27795 .039 4.8491 182.1509

asma+akupunktur titik Feishu 127.00000

* 43.27795 0,007 38.3491 215.6509

asma+akupunktur titik Feishu dan Zusanli 129.12500

* 43.27795 0,006 40.4741 217.7759

asma+akupunktur titik Feishu

kontrol -33.50000 43.27795 .445 -122.1509 55.1509

asma -127.00000

* 43.27795 .007 -215.6509 -38.3491

asma+akupunktur titik Feishu dan Zusanli 2.12500 43.27795 0,961 -86.5259 90.7759

asma+akupunktur titik Feishu dan Zusanli

kontrol -35.62500 43.27795 .417 -124.2759 53.0259

asma -129.12500

* 43.27795 .006 -217.7759 -40.4741

asma+akupunktur titik Feishu -2.12500 43.27795 .961 -90.7759 86.5259

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 129: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

101

Dependent Variable (I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kadar IL-17 kontrol asma -70.50000* 22.00216 0,004 -115.5694 -25.4306

asma+akupunktur titik Feishu -29.25000 22.00216 .194 -74.3194 15.8194

asma+akupunktur titik Feishu

dan Zusanli 10.12500 22.00216 .649 -34.9444 55.1944

asma kontrol 70.50000* 22.00216 .004 25.4306 115.5694

asma+akupunktur titik Feishu 41.25000 22.00216 0,171 -3.8194 86.3194

asma+akupunktur titik Feishu

dan Zusanli 80.62500

* 22.00216 0,001 35.5556 125.6944

asma+akupunktur

titik Feishu

kontrol 29.25000 22.00216 .194 -15.8194 74.3194

asma -41.25000 22.00216 .171 -86.3194 3.8194

asma+akupunktur titik Feishu

dan Zusanli 39.37500 22.00216 0,035 -5.6944 84.4444

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 130: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

102

Dependent Variable (I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Ketebalan otot polos bronkiolus

kontrol asma -5.36250* 1.08877 0,000 -7.5927 -3.1323

asma+akupunktur titik Feishu -1.50000 1.08877 .179 -3.7302 .7302

asma+akupunktur titik Feishu dan Zusanli

-1.55000 1.08877 .166 -3.7802 .6802

asma kontrol 5.36250* 1.08877 .000 3.1323 7.5927

asma+akupunktur titik Feishu 3.86250* 1.08877 0,001 1.6323 6.0927

asma+akupunktur titik Feishu dan Zusanli

3.81250* 1.08877 0,002 1.5823 6.0427

asma+akupunktur titik Feishu

kontrol 1.50000 1.08877 .179 -.7302 3.7302

asma -3.86250* 1.08877 .001 -6.0927 -1.6323

asma+akupunktur titik Feishu dan Zusanli

-.05000 1.08877 0,964 -2.2802 2.1802

asma+akupunktur titik Feishu dan Zusanli

kontrol 1.55000 1.08877 .166 -.6802 3.7802

asma -3.81250* 1.08877 .002 -6.0427 -1.5823

asma+akupunktur titik Feishu .05000 1.08877 .964 -2.1802 2.2802

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 131: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

103

f) Hasil uji non-parametrik

Hasil uji Kruskal-Wallis Kelompok N Mean Rank

jumlah neutrofil/mm3 kontrol 8 10.00

asma 8 23.44

asma+akupunktur titik Feishu 8 21.38

asma+akupunktur titik Feishu dan

Zusanli 8 11.19

Total

32

ketebalan epitel

bronkhiolus (m)

kontrol 8 5.81

asma 8 28.50

asma+akupunktur titik Feishu 8 18.13

asma+akupunktur titik Feishu dan

Zusanli 8 13.56

Total

32

jumlah sel Goblet kontrol 8 7.63

asma 8 27.94

asma+akupunktur titik Feishu 8 15.00

asma+akupunktur titik Feishu dan

Zusanli 8 15.44

Total 32

Test Statisticsa,b

jumlah neutrofil/mm3

ketebalan epitel

bronkhiolus (m) jumlah sel Goblet

Chi-Square 12.971 24.517 19.442

df 3 3 3

Asymp. Sig. 0,005 <0,001 <0,001

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelompok

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 132: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

104

Hasil uji Mann-Whitney

Test Statisticsa

jumlah sel neutrofil/mm3

Kontrol vs Asma

Asma

vs

asma+akupunktur titik Feishu

Asma

vs

asma+akupunktur titik Feishu

dan Zusanli

asma+akupunktur titik Feishu

vs

asma+akupunktur titik Feishu dan

Zusanli

Mann-Whitney U 7.000 28.000 5.500 12.000

Wilcoxon W 43.000 64.000 41.500 48.000

Z -2.631 -.420 -2.791 -2.104

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.009 0.674 0.005 0.035

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .007b .721b .003b .038b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 133: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

105

Test Statisticsa

Ketebalan epitel bronkiolus (m)

Kontrol vs Asma

Asma

vs

asma+akupunktur titik Feishu

Asma

vs

asma+akupunktur titik Feishu

dan Zusanli

asma+akupunktur titik Feishu

vs

asma+akupunktur titik Feishu dan

Zusanli

Mann-Whitney U 0.000 0.000 0.000 19.000

Wilcoxon W 36.000 36.000 36.000 55.000

Z -3.363 -3.363 -3.363 -1.367

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,001 0,001 0,001 0,172

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 0.000b 0.000

b 0.000

b 0.195

b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 134: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

106

Test Statisticsa

Jumlah sel Goblet

Kontrol vs Asma

Asma

vs

asma+akupunktur titik Feishu

Asma

vs

asma+akupunktur titik Feishu

dan Zusanli

asma+akupunktur titik Feishu

vs

asma+akupunktur titik Feishu dan

Zusanli

Mann-Whitney U 0.000 3.000 1.500 29.000

Wilcoxon W 36.000 39.000 37.500 65.000

Z -3.386 -3.046 -3.205 -0.316

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,001 0,002 0,001 0,752

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 0.000b 0.001

b 0.000

b 0.798

b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 135: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

1

i

Diskriptif data jumlah neutrofil/mm3

kontrol asma

Asma +

Feishu

Asma+

Feishu +

Zusanli

N Valid 8 8 8 8

Missing 0 0 0 0

Mean 19.7500 38.0000 32.7500 21.0000

Median 19.0000 34.5000 34.0000 19.0000

Std. Deviation 6.04152 14.00000 10.87264 6.30193

Minimum 12.00 20.00 11.00 16.00

Maximum 31.00 55.00 48.00 36.00

Diskriptif data ketebalan epitel bronkiolus (m)

kontrol asma

Asma +

Feishu

Asma +

Feishu

+Zusanli

N Valid 8 8 8 8

Missing 0 0 0 0

Mean 14.5125 36.6375 19.6375 17.8750

Median 14.8000 34.1500 19.2000 17.6500

Std. Deviation 1.19933 10.11504 1.93312 3.19453

Minimum 12.60 24.50 17.80 12.90

Maximum 15.80 57.80 23.90 23.10

Diskriptif data jumlah sel Goblet

kontrol asma

Asma +

Feishu

Asma +

Feishu +

Zusanli

N Valid 8 8 8 8

Missing 0 0 0 0

Mean 5.6250 48.5000 16.6250 15.0000

Median 1.0000 51.5000 14.5000 18.0000

Std. Deviation 8.10533 15.00476 13.96872 9.05539

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 136: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

2

ii

Minimum .00 23.00 1.00 .00

Maximum 22.00 65.00 47.00 24.00

Hasil Korelasi antara variabel penelitian

Korelasi terapi akupunktur terhadap jumlah eosinofil, netrofil, kadar IL-17

dan perbaikan airway remodeling bronkiolus serta korelasi kadar IL-17 dengan

jumlah netrofil pada mencit model asma kronik.

Korelasi Eosinofil- Airway remodeling

Syarat uji parametrik adalah distribusi data harus normal, bila distribusi data

tidak normal maka diupayakan untuk melakukan transformasi data supaya

distribusi menjadi normal. Bila distribusi data normal, maka dipilih uji korelasi

Pearson. Jika distribusi data tidak normal, maka dipilih uji alternatifnya yaitu uji

korelasi Spearman.

Hasil uji normalitas data menunjukkan distribusi data tidak normal.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

jumlah eosinofil/mm3 .110 32 .200* .903 32 .008

Ketebalan otot bronkiolus .165 32 .026 .886 32 .003

ketebalan epitel bronkiolus .261 32 .000 .789 32 .000

jumlah sel goblet .199 32 .002 .874 32 .001

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 137: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

3

iii

jumlah

eosinofil/mm3

Ketebalan otot

bronkiolus

ketebalan epitel

bronkiolus

jumlah sel

goblet

Spearman's

rho

jumlah

eosinofil/mm3

Correlation

Coefficient 1.000 .284 .217 .268

Sig. (2-tailed) . 0,115 0,234 0,139

N 32 32 32 32

Ketebalan otot

bronkiolus

Correlation

Coefficient .284 1.000 .741** .563**

Sig. (2-tailed) .115 . .000 .001

N 32 32 32 32

ketebalan epitel

bronkiolus

Correlation

Coefficient .217 .741** 1.000 .757**

Sig. (2-tailed) .234 .000 . .000

N 32 32 32 32

jumlah sel

goblet

Correlation

Coefficient .268 .563** .757** 1.000

Sig. (2-tailed) .139 .001 .000 .

N 32 32 32 32

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil uji korelasi Spearman di atas menunjukkan bahwa korelasi antara jumlah

eosinofil dan perbaikan Airway remodeling tidak bermakna. Masing-masing

korelasi antara jumlah eosinofil dengan Ketebalan otot bronkiolus (p =0,115; r=

0,284), ketebalan epitel bronkiolus (p =0,234; r= 0,217) dan jumlah sel goblet (p

=0,139; r= 0,268) menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang

lemah.

Korelasi IL-17 - Airway remodeling

Hasil uji normalitas data menunjukkan distribusi data tidak normal.

Tests of Normality

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 138: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

4

iv

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Ketebalan otot bronkiolus .165 32 .026 .886 32 .003

ketebalan epitel bronkiolus .261 32 .000 .789 32 .000

jumlah sel goblet .199 32 .002 .874 32 .001

IL-17 .131 32 .174 .939 32 .069

a. Lilliefors Significance Correction

Correlations

Ketebalan otot

bronkiolus

ketebalan epitel

bronkiolus

jumlah sel

goblet IL-17

Spearman's

rho

Ketebalan

otot

bronkiolus

Correlation

Coefficient 1.000 .741** .563** .350*

Sig. (2-tailed) . .000 .001 .049

N 32 32 32 32

ketebalan

epitel

bronkiolus

Correlation

Coefficient .741** 1.000 .757** .561**

Sig. (2-tailed) .000 . .000 .001

N 32 32 32 32

jumlah sel

goblet

Correlation

Coefficient .563** .757** 1.000 .480**

Sig. (2-tailed) .001 .000 . .005

N 32 32 32 32

IL-17 Correlation

Coefficient .350* .561** .480** 1.000

Sig. (2-tailed) .049 .001 .005 .

N 32 32 32 32

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil uji korelasi Spearman di atas menunjukkan bahwa korelasi antara Kadar

IL-17 dan perbaikan Airway remodeling adalah bermakna. Masing-masing

korelasi antara Kadar IL-17 dengan ketebalan otot bronkiolus (p =0,049; r=

0,350), ketebalan epitel bronkiolus (p =0,001; r= 0,561) dan jumlah sel Goblet (p

=0,005; r= 0,480) menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 139: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

5

v

terhadap ketebalan otot bronkiolus adalah lemah, sedangkan kekuatan korelasi

terhadap ketebalan epitel bronkiolus dan jumlah sel Goblet adalah sedang.

Korelasi Netrofil - Airway remodeling

Hasil uji normalitas data menunjukkan distribusi data tidak normal.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Ketebalan otot bronkiolus .165 32 .026 .886 32 .003

ketebalan epitel bronkiolus .261 32 .000 .789 32 .000

jumlah sel goblet .199 32 .002 .874 32 .001

jumlah netrofil/mm3 .153 32 .055 .912 32 .013

a. Lilliefors Significance Correction

Hasil uji korelasi Spearman di bawah menunjukkan bahwa korelasi antara

jumlah netrofil dan perbaikan Airway remodeling adalah bermakna. Masing-

masing korelasi antara jumlah netrofil dengan ketebalan otot bronkiolus (p

=0,040; r= 0,365), ketebalan epitel bronkiolus (p =0,002; r= 0,523) dan jumlah sel

goblet (p =0,069; r= 0,326) menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan

korelasi terhadap ketebalan otot bronkiolus dan jumlah sel goblet adalah lemah,

sedangkan kekuatan korelasi terhadap ketebalan epitel bronkiolus adalah sedang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 140: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

6

vi

Correlations

Ketebalan otot

bronkiolus

ketebalan epitel

bronkiolus

jumlah sel

goblet

jumlah

netrofil/mm3

Spearman's

rho

Ketebalan otot

bronkiolus

Correlation

Coefficient 1.000 .741** .563** .365*

Sig. (2-tailed) . .000 .001 .040

N 32 32 32 32

ketebalan epitel

bronkiolus

Correlation

Coefficient .741** 1.000 .757** .523**

Sig. (2-tailed) .000 . .000 .002

N 32 32 32 32

jumlah sel goblet Correlation

Coefficient .563** .757** 1.000 .326

Sig. (2-tailed) .001 .000 . .069

N 32 32 32 32

jumlah

netrofil/mm3

Correlation

Coefficient .365* .523** .326 1.000

Sig. (2-tailed) .040 .002 .069 .

N 32 32 32 32

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Korelasi Netrofil - IL-17

Hasil uji normalitas data menunjukkan distribusi data tidak normal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 141: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

7

vii

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

jumlah netrofil/mm3 .153 32 .055 .912 32 .013

IL-17 .131 32 .174 .939 32 .069

a. Lilliefors Significance Correction

Hasil uji normalitas data setelah transformasi data menunjukkan distribusi

data normal.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

IL-17 .131 32 .174 .939 32 .069

trans_netrofil .119 32 .200* .968 32 .439

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Selanjutnya data dilakukan uji korelasi Pearson, dengan hasil sebagai berikut:

Correlations

IL-17 trans_netrofil

IL-17 Pearson Correlation 1 .530**

Sig. (2-tailed) .002

N 32 32

trans_netrofil Pearson Correlation .530** 1

Sig. (2-tailed) .002

N 32 32

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil uji korelasi Pearson di atas menunjukkan bahwa korelasi antara jumlah

neutrofil dan kadar IL-17 adalah bermakna dengan tingkat kemaknaan 0,002.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 142: digilib.uns.ac.id · 1 PENGARUH AKUPUNKTUR TITIK FEISHU (BL-13) DAN ZUSANLI (ST-36) PADA INFLAMASI DAN AIRWAY REMODELING MENCIT MODEL ASMA KRONIK (KAJIAN IMUNOPATOBIOLOGI MOLEKULER)

8

viii

Nilai korelasi Pearson sebesar 0,530 menunjukkan bahwa arah korelasi positif

dengan kekuatan korelasi yang sedang.

Parameter Nilai Interpretasi

Kekuatan korelasi (r) 0,00 – 0,199 Sangat lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user