Upload
operator-warnet-vast-raha
View
366
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH TENTANG BANJIR DI IBU
KOTA JAKARTA
Rabu, 19 Desember 2012
makalah tentang banjir ibukota
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai kota yang berada di daratan rendah, Jakarta tidak terlepas dari ancaman banjir
yang sewaktu-waktu dapat menyerang. Menurut catatan sejarah Ibukota Jakarta telah dilanda
banjir sejak tahun 1621. Salah satu bencana banjir terparah yang pernah terjadi di Batavia
adalah banjir yang terjadi di bulan Februari 1918. Saat itu hampir sebagian besar wilayah
Batavia terendam air. Daerah yang terparah saat itu adalah gunung Sahari, Kampung
Tambora, Suteng, Kampung Klenteng akibat bendungan kali Grogol jebol.
Hingga kini banjir pun belum berhenti meyerang Jakarta. Apalagi ketika musim
penghujan telah tiba. Oleh karena banjir yang terus menerus melanda sebagian wilayah di
Jakarta kini kota Jakarta telah terkenal dengan Kota Banjir. Walau demikian warga Jakarta
tidak berhenti mencoba menanggulangi banjir di Ibukota tercinta ini.
Sehubungan dengan cara untuk mencoba menanggulangi banjir tersebut, maka berbagai
masalah penyebab banjir pun mulai muncul dari masalah sampah, curah hujan yang tinggi,
peluapan air yang berlebihan, pecahnya bendungan sungai, serapan air yang buruk, hingga
pemukiman liar dan pemukiman padat penduduk. Dan warga yang terkena banjir selalu
mengambil strategi sendiri untuk menanggulangi banjir ketika banjir datang ke rumah
mereka.
Dengan begitu banyak masalah yang dapat mengakibatkan banjir. Maka objek yang akan
di ambil penulis adalah daerah Kebagusan wilayah Pasar Minggu Jakarta Selatan. Daerah
tersebut merupakan daerah yang rawan banjir ketika musim penghujan telah datang.
Pentingnya melakukan penulisan untuk membahas penyebab banjir di daerah tersebut, maka
penulis tertarik untuk memberi judul dalam makalah ini tentang “ Banjir ibukota dan
penanggulangannya “.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan banjir, dan apa dampak yang di timbulkannya ?
2. Mengapa banjir dapat menggenangi ibukota ?
3. Siapa yang bertanggung jawab atas banjir yang terjadi di ibukota ?
4. Bagaimana cara mengatasi banjir di ibukota?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang banjir dan dampak yang ditimbulkannya
2. Mengetahui penyebab banjir yang terjadi di ibukota
3. Mengetahui siapa saja yang bertanggung jawab atas terjadinya banjir tersebut
4. Mengetahui cara mengatasi banjir di ibukota
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengeritian Banjir dan Dampak Yang Ditimbulkannya
Secara alamiah, banjir adalah proses alam yang biasa dan merupakan bagian penting
dari mekanisme pembentukan dataran di Bumi kita ini. Melalui banjir, muatan sedimen
tertransportasikan dari daerah sumbernya di pegunungan atau perbukitan ke daratan yang
lebih rendah, sehingga di tempat yang lebih rendah itu terjadi pengendapan dan terbentuklah
dataran. Melalui banjir pula muatan sedimen tertransportasi masuk ke laut untuk kemudian
diendapkan diendapkan di tepi pantai sehingga terbentuk daratan, atau terus masuk ke laut
dan mengendap di dasar laut. Banjir yang terjadi secara alamiah ini sangat ditentukan oleh
curah hujan.
Perlu benar kita sadari bahwa banjir itu melibatkan air, udara dan bumi. Ketiga hal itu
hadir di alam ini dengan mengikuti hukum-hukum alam tertentu yang selalu dipatuhinya.
Seperti: air mengalir dari atas ke bawah, apabila air ditampung di suatu tempat dan tempat itu
penuh sedang air terus dimasukkan maka air akan meluap, dan sebagainya.
Karena manusia dapat mempengaruhi debit aliran permukaan dan dapat mempelajari
karakter aliran sungai, maka berkaitan dengan banjir kita dapat mengatakan bahwa manusia
dapat memilih takdirnya sendiri.
Apabila kita tidak ingin terkena banjir maka perlu melakukan hal-hal berikut ini:
1. Jangan bertempat tinggal di daerah yang secara alamiah merupakan tempat
penampungan air bila aliran sungai meluap, seperti di dataran tepi sungai yang akan
dilalui oleh air sungai bila debitnya meningkat, di dataran banjir di sepanjang aliran
sungai yang akan digenangi air bila air sungai meluap ketika curah hujan tinggi di
musim hujan, atau di rawa-rawa.
2. Jangan merusak hutan di daerah peresapan air di pegunungan atau perbukitan, karena
lahan yang terbuka akan meningkatkan aliran permukaan yang menyebabkan banjir di
waktu yang sebenarnya tidak terjadi banjir, atau memperhebat banjir yang biasanya
terjadi.
3. Menjaga alur tetap baik sehingga aliran air sungai lancar. Alur sungai yang
menyempit atau terbendung akan menyebabkan banjir.
4. Untuk daerah pemukiman atau perkotaan, kita harus menjaga saluran drainase agar
tetap baik dan tidak tersumbat sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya
menyalurkan air hujan yang turun atau menyalurkan aliran permukaan ke sungai-
sungai atau saluran yang lebih besar.
5. Itulah hal-hal yang perlu dilakukan agar manusia tidak terkena banjir atau memilih
takdirnya untuk tidak kena banjir.
Untuk dapat memilih takdir tidak terkena banjir, manusia tidak dapat berdiri sendiri,
melainkan harus bekerjasama. Skala kerjasama bisa dalam satu komplek pemukiman, satu
kota, satu DAS (Daerah Aliran Sungai) dan bahkan harus seluruh umat manusia.
Kerjasama seluruh umat manusia di bumi ini diperlukan untuk dapat menghadapi
banjir yang disebabkan oleh perubahan iklim global. Dengan kata lain, diperlukan kerjasama
internasional untuk menghadapinya.
Kerjasama seluruh manusia yang tinggal di suatu DAS diperlukan untuk dapat
mengatasi masalah banjir yang melibatkan suatu sistem tata air yang melibatkan suatu DAS.
Untuk banjir yang terjadi di suatu kawasan pemukiman atau kota karena buruknya drainase,
maka perlu kerjasama seluruh penghuni pemukiman atau kota tersebut dalam arti yang
seluas-luasnya, baik itu kerjasama antar anggota masyarakat, kerjasama antara masyarakat
dan pemerintah, dan kerjasama antar instansi pemerintah, serta kerjasaman antara eksekutif,
legislatif dan yudikatif. Misalnya: apabila masyarakat dihimbau tidak membuang sampah
sembarangan, tentu pemerintah harus menyediakan tempat pembuangan sampah yang
memadai dan selalu mengangkutnya ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir); bila
DinasKebersihan membutuhkan tambahan armada pengangkut sampah maka Pemerintah
harus memenuhinya; dan sebagainya.
Dampak yang ditimbulkan oleh banjir
Merugikan Secara Umum
Banjir yang terjadi selalu menimbulkan kerugian bagi mereka yang terkena banjir baik
secara langsung maupun tidak langsung yang dikenal sebagai dampak banjir.
Dampak banjir akan dialami langsung oleh mereka yang rumah atau lingkungannya terkena
air banjir. Jika banjir berlangsung lama akan sangat merugikan karena aktivitas akan banyak
terganggu.
Segala aktivitas tidak nyaman dan lingkungan menjadi kotor yang berdampak kurangnya
sarana air bersih dan berbagai penyakit mudah sekali menjangkiti warga yang terserang
banjir.
Penyakit Yang Timbul Sebagai Dampak Banjir
Dampak banjir yang terjadi sering kali menganggu kesehatan lingkungan dan kesehatan
warga. Lingkungan tidak sehat karena segala sampah dan kotoran yang hanyut seringkali
mencemari lingkungan .
Sampah-sampah terbawa air dan membusuk mengakibatkan penyakit gatal-gatal di kulit, dan
lalat banyak beterbangan karena sampah yang membusuk sehingga sakit perut juga banyak
terjadi. Sumber air bersih tercemar sehingga mereka yang terkena banjir kesulitan air bersih
dan mengkonsumsinya karena darurat, sebagai penyebab diare.
Mematikan Usaha
Dampak banjir memang luar biasa luas.Rumah bisa rusak gara-gara terendam banjir. Barang-
barang perabotan rumah tangga jika tidak segera diselamatkan bisa hanyut dan rusak pula.
Yang lebih parah jika penduduk yang memiliki usaha rumahan bisa terganggu aktivitas
produksinya sehingga mengakibatkan kerugian.
Kerugian akibat tidak bisa produksi berdampak pada karyawan yang bergantung nasib pada
usaha tersebut. Kerugian tidak berjalannya produksi bisa kehilangan pelanggan, kemacetan
modal serta kerusakan alat gara-gara banjir. Jika terus menerus situasi terjadi demikian
mengakibatkan macetnya ekonomi kerakyatan yang kemudian berdampak pada semakin
meningkatnya masalah sosial di lingkungan masyarakat yang sering di landa banjir.
Kerugian Administratif
Sering kali dampak banjir ini bukan sekedar membawa dampak kerugian material. Akibat
banjir sering kantor, sekolah atau instansi bahkan pribadi harus kehilangan dokumen penting
kependudukan dan sejenisnya.
Akibat banjir sering kali sekolah harus diliburkan paksa dari aktivitas belajar. Seluruh siswa
dan dan guru tidak bisa beraktivitas rutin, bahkan terkadang banyak berkas dan data penting
yang disimpan sekolah rusak terendam banjir.
Banjir memang tidak bisa diketahui kapan datangnya, namun juga dapat diantisipasi dengan
menyiapkan diri menyelamatkan dokumen penting ke tempat yang lebih tinggi. Membuat
bangunan khusus yang bertingkat yang aman untuk meletakkan dokumen penting serta alat-
alat belajar yang rentan rusak bila terendam banjir bagi sekolah yang berada di daerah rawan
banjir adalah perlu.
Kembali Ke Titik Nol
Dampak banjir sering menjadikan seseorang, keluarga, lingkungan masyarakat, instansi,
sekolah dan siapa saja mengalami kerugian. Tidak jarang pula keluarga harus kehilangan
segala-galanya. Kehilangan orang-orang yang dicintai,keluarga, rumah dan segala isinya,
juga pekerjaan.
Berada dititik nol istilah yang tepat . Semua habis dan hilang sekejab. Tidak jarang mereka
yang mengalami musibah banjir ini harus kehilangan ingatan pula karena mengalami depresi
yang berat akibat tidak kuat menanggung beban dampak banjir untuk dirinya.
Bencana Nasional
Sering kali di negara kita tercinta ini terjadi bencana banjir besar atau banjir bandang. Baru-
baru ini juga terjadi di Papua tepatnya di Wasior terjadi banjir bandang yang memakan
korban manusia begitu banyak.
Kehidupan masyarakat yang teratur dan tentram tiba-tiba terkoyak gara-gara banjir.
Penderitaan begitu jelas tergambar pada mereka yang harus mengalaminya. Pemerintah
menetapkan sebagai bencana nasional.
Sebagai Warga negara yang memiliki kepedulian tinggi hampir semua warga negara
Indonesia di daerah manapun berbondong untuk saling mengulurkan tangan untuk bisa
berbagi agar dapat meringankan beban penderitaan saudara-saudara kita yang terkena
dampak banjir di Wasior Papua (http://www.anneahira.com/dampak-banjir.htm).
2.2 Faktor Penyebab Banjir Di Ibukota
Di tinjau dari letak geografis, kondisi topografi, iklim, faktor demografi, dan kondisi
sosial masyarakat, maka kemungkinan terjadinya banjir di Indonesia khususnya Jakarta
cukup besar. Banjir dapat setiap saat terjadi dan sulit di perkirakaan intesitasnya, tempat,
waktu baik pada daerah yang sudah ditangani dan belum sempat di tangani.
Peristiwa banjir tidak akan menjadi masalah sejauh banjir tidak menimbulkan gangguan
atau kerugian yang berart bagi kepentingan manusia. Fenoma banjir disebabkan oleh tiga
faktor yaiut kondisi alam, peristiwa alam, dan kegiatan manusia.
1. Faktor-faktor kondisi alam yang dapat menyebabkan terjadinya banjir adalah kondisi
wilayah, misalnya : letak geografis suatu wilayah, kondisi topografi, dan geometri sungai
seperti kemiringan dasar sungai, meandering, penciutan ruas sungai, sedimentasi,
pembendungan alami pada suatu ruas sungai.
2. Peristiwa alam yang bersifat dinamis yang dapat menjadi penyebab banjir seperti curah
hujan yang tinggi, pecahnya bendungan sungai, peluapan air yang berlebihan, pengendapan
sendimen / pasir, pembendungan air sungai karena terdapat tanah longsor , pemanasan global
yang mengakibatkan permukaan air laut tinggi.
3. Faktor kegiatan manusia yang dapat menyebabkan banjir adalah adanya pemukiman
liar di daerah bantaran sungai, penggunaan alih fungsi resapan air untuk pemukiman, tata
kota yang kurang baik, buangan sampah yang sembarangan tempat, dan pemukiman padat
penduduk (http://dwiiastuti.blogspot.com/2010/03/makalah-penyebab-banjir-di-daerah.html).
2.3 Yang Bertanggung Jawab Atas Banjir Di Ibukota
Ketidakkonsistenan pemerintah terbukti karena tidak ada real action dari pemerintah.
Padahal Pemerintah kita salah satu negara yang mendukung konferensi perubahan, akan
tetapi sekarang tetap banyak kebijakan pemerintah yang tidak ramah lingkungan, terbukti
banyak perumahan, apartemen mewah yang tidak ramah lingkungan yang tidak berifkir
tempat penampungan air dan sanitasi yang baik. Semakin tahun semakin meningkat intensitas
banjir. Konsep hijau harus diterapkan setiap kebijakan pemerintah hal ini tertuang dalam UU
RI No.32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan bahkan sanksinya cukup
tegas. Akan tetapi hal itu dianggap lalu. Dan masyarakatpun seakan menikmati dengan
adanya banjir menganggap banjir adalah hal biasa, bagaimana tidak pola fikir ( MIndset )
yang menganggap banjir adalah hal biasa dan dinikmati. Membuang sampah di sungai adalah
hal biasa dan kesadaran pentingnya menjaga lingkungan hanya sebatas obrolan bukan sebuah
tindakan. Jika semua orang berfikir satu orang saja yagn membuang sampah mengakibatkan
banjir dan merugikan ratusan hingga ribuan orang. Jika Pemerintah yang membuat kebijakan
( Green Policy ) dan rakyat melaksanakan kebijakan itu maka Indonesia bebas banjir.
Permasalahan Banjir di Indonesia merupakan masalah klasik yang tidak pernah dapat
teratasi secara tuntas. Terutama terjadi dikota-kota besar yang tersebar dari sabang hingga
merauke. Minimnya pengetahuan tentang perencanaan tata ruang dan rendahnya akan
kesadaran serta kelestarian lingkungan menjadi akar permasalahan banjir tidak pernah tuntas
teratasi. Kendati telah mengetahui permasalahan tersebut, pemerintah masih saja
mengkambing hitamkan tingginya curah hujan. Padahal masalah fundamental terkait dengan
kelestarian lingkungan dan keseimbangan alam tidak pernah menjadi fokus perhatian.
Sebagai negara yang diapit dua benua dan dua samudra, Indonesia memiliki dua musim
yaitu kemarau dan penghujan. Pada awalnya keseimbangan itu terjadi, dimana lahan terbuka
hijau tumbuh subur di tanah Nusantara. Ketika kemarau tidak terjadi kekeringan dan ketika
musim penghujan, daerah resapan air masih mampu menampung debit air yang turun ketika
hujan. Namun, fenomena itu kini telah musnah, dan hanya kenangan. Pendirian gedung-
gedung pencakar langit, pembangunan perumahan, perambahan hutan, tata ruang buruk, dan
sanitasi yang tidak memadai menjadi alasan yang kuat banjir terus datang setiap tahunnya.
Data State of the World’s Forests 2007 dan The UN Food & Agriculture
Organization (FAO), menyebutkan angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005
mencapai 1,8 juta hektar/tahun. Dengan laju deforestasi hutan tersebut, membuat Guiness
Book of The Record memberikan “gelar kehormatan― bagi Indonesia sebagai negara
dengan daya rusak hutan tercepat di dunia. Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai
180 juta hektar, Kementerian Kehutanan (sebelumnya menyebutkan angka 135 juta hektar)
sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak
memiliki tegakan pohon lagi.
Rusaknya ekosistem dan keseimbangan lingkungan merupakan suatu bentuk minimnya
kesadaran masyarakat akan kelestarian lingkungan. Kepentingan jangka pendek selalu
mendominasi setiap tindakan dan kebijakan yang dibuat. Alhasil, kerugian jangka panjang
pun hanya menunggu waktu saja. Kondisi ini semakin diperparah dengan buruknya sanitasi,
baik karena sampah maupun sedimentasi yang menurunkan daya tampungnya. Akibatnya,
banjir pun menjadi langganan, disejumlah daerah di tanah air terutama kota-kota besar.
2.4 Cara Mengatasi Banjir Di Ibukota
Bila ingin mencari cara menanggulangi banjir, yang harus kita lihat terlebih dahulu
adalah mengapa banjir bisa datang. Banjir bisa terjadi sebenarnya karena ulah manusia
sendiri. Lihat saja, di kota-kota besar, sungai yang sebenarnya berfungsi untuk menampung
air disalahgunakan untuk menampung sampah. Di sekitar sungai tersebut, bahkan, dijadikan
permukiman.
Kondisi tersebut diperparah dengan kurangnya pepohonan yang berfungsi sebagai
jantung kota. Bisa kita hitung sendiri, kira-kira berapakah perbandingan antara hutan kota
dengan gedung-gedung bertingkat. Mana yang lebih banyak.
Ibarat rumah, kota-kota yang rawan banjir tersebut adalah rumah yang tidak memiliki
atap dan jendela. Saat badai menyerang, otomatis tidak ada perlindungan sama sekali.
Cara Menanggulangi Banjir
Apakah kita akan terus-menerus membiarkan kondisi tidak sehat terjadi di kota-kota
yang rawan banjir. Tentunya tidak. Itu sebabnya, kita dan pemerintah harus mencari cara
menanggulangi banjir meskipun sebenarnya cara tersebut sudah ada. Kita tinggal
merealisasikannya.
Berikut ini beberapa cara untuk menanggulangi banjir.
1. Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Sungai dan selokan adalah
tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi tempat sampah.
2. Larangan membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di dekat
sungai adalah para pendatang yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat.
Akibatnya, keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian.
Malah sebaliknya, merusak lingkungan. Itu sebabnya, pemerintah seharusnya tegas,
melarang membuat rumah di dekat sungai dan melarang orang-orang tanpa tujuan
tidak jelas datang ke kota dalam jangka waktu lama (untuk menetap).
3. Menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi. Pohon adalah
salah satu penopang kehidupan di suatu kota. Bayangkan, bila sebuah kota tidak
memiliki pohon sama sekali. Apa yang akan terjadi? Pohon selain sebagai
penetralisasi pencemaran udara di siang hari, sebagai pengikat air di saat hujan
melalui akar-akarnya. Bila sudah tidak ada lagi pohon, bisa dibayangkan apa yang
akan terjadi bila hujan tiba (http://www.anneahira.com/cara-menanggulangi-
banjir.htm).
Cara menanggulangi banjir tersebut bisa dilakukan saat ini juga. Bila tidak sekarang, kapan
lagi? Kita semua wajib memikirkan cara menanggulangi banjir. Bagaimanapun, hal itu adalah
tanggung jawab bersama. Mari kita lakukan dari sekarang!
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan kesluruhan, khususnya pada daerah Jakarta
Selatan maka kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Daerah Jakarta Selatan ini terjadi banjir disebabkan oleh pemukiman padat penduduk,
saluran air yang diperkecil, alih fungsi lahan, tidak ada resapan air, dan pembuangan sampah
yang liar.
2. Karena daerah ini sering di datangi banjir, maka warga yang menjadi korban banjir yang
selalu terkena dampak nya, seperti :
a. Ancaman wabah penyakit
b. Aktivitas masyarak terganggu
c. Ancaman penyakit diare
d. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk
3. Cara mengatasi banjir di daerah Jakarta selatan adalah
a. Membuat daerah resapan air yang lebih luas lagi, dan jangan memperkecil saluran air yang
sudah ada.
b. Mengkaji ulang tata kota daerah Kebagusan, untuk mengetahui titik-titik daerah banjir.
c. Membuat tanggul baik yang permanent atau non permanent dirumah masing-masing yang
selalu terkena banjir.
d. Dan di himbaukan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah pada tempatnya.
e. Jangan mendirikan bangunan di lahan yang memang rawan banjir.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan masukan yang
mungkin dapat berguna bagi penanganan banjir di Daerah Jakarta Selatan.
Sebaiknya seluruh warga membuat musyawarah dalam penanganganan maslah banjir
seperti tindakan kesiapsiagaan warga terhadap banjir datang, tindakan yang seharusnya
dilakukan di setipa rumah dalam mengatasi banjir datang, penyuluhan tentang kegiatan yang
dapat mengurangi resiko banjir, tindakan saat terjadi banjir dan setelah banjir kepada seluruh
warga Kebagusan Jakarta Selatan.