78
KARYA TULIS ILMIAH PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (NHT) DI KELAS IV SDN 16 KABAWO KABUPATEN MUNA OLEH WIWIN WULANDARI LA ODE NIM : 816463629 POKJAR : KATOBU Diajukan sebagai Bahan Laporan Pengembangan Kemampuan Profesional (PKP) PROGRAM STUDI STRATA SATU (S-1) PGSD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 1

Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

KARYA TULIS ILMIAH

PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (NHT)

DI KELAS IV SDN 16 KABAWO KABUPATEN MUNA

OLEH

WIWIN WULANDARI LA ODE

NIM : 816463629

POKJAR : KATOBU

Diajukan sebagai Bahan Laporan Pengembangan Kemampuan Profesional

(PKP)

PROGRAM STUDI STRATA SATU (S-1) PGSDFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKAUPBJJ-KENDARI

2014

1

Page 2: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASILPERBAIKAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Nama Maha Siswa : WIWIN WULANDARI LA ODE

NIM :81646329

Program studi :SI-PGSD

Tempat Mengajar :SDN 16 KABAWO

Jumlah Siklus Pelajaran : II (DUA)

Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Siklus 1,Hari senin, tanggal 05 Mei 2014

Siklus 2, Hari Kamis, tanggal 09 Mei 2014

Masalah yang merupakan fokus perbaikan:

1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

MATEMATIKA kelas IV SDN 16 KABAWO dengan menggunakan

metode pembelajaran Kooperatif tipe NHT.

2. Meningkatkan Hasil belajar siswa dalam pembelajaran

MATEMATIKA dengan menggunakan metode pembelajaran

Kooperatif tipe NHT.

Menyetujui Kabawo, 02 Mei 2014 Supervisor I Mahasiswa

Prof. Dr. H. FAAT MAONDE, M.S

WIWIN WULANDARI LA ODE

NIP. 1980420 198211 1 001 NIM. 816463629

2

Page 3: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan praktek

Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk

memenuhi mata kuliah PKP pada Program Studi S1 PGSD yang saya kutip dari

hasil Karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai

dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau bagian laporan PKP ini

bukan hasil karya saya sendiri adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya

bersedia menrima sanksi termasuk pencabutan gelar akademik yang saya sandang

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Kabawo, 02 Mei 2014

WIWIN WULANDARI LA ODENIM. 816463629

3

Page 4: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT., karena atas limpahan Rahmat, Taufik, dan

Hidayah-Nya, sehingga laporan praktek Pemantapan Kemampuan Profesional

(PKP) ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan, walaupun dalam

bentuk yang sederhana. Shalawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada utusan

Allah SWT baginda Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, para tabi’it, tabi’in,

para syuhada, para ulama, dan para pengikutnya sepanjang akhir zaman. Amin.

Penulis menyadari bahwa laporan praktek Pemantapan Kemampuan

Profesional (PKP) ini berhasil diselasaikan dan terwujud karena atas arahan dan

bimbingan dari Bapak Prof. Dr.H. Faat Maonde, M.S. sebagai supervisor I, dan

arahan dan bimbingan pula Bapak La Madjati, SE, dan Saharudin, S.Pd selaku

teman sejawat.

Raha, Mei 2014

Peneliti

4

Page 5: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

DAFTAR ISIHalaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………… ii

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ………………………………. iii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iv

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. vi

DAFTAR TEBEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… ix

ABSTRAK ……………………………………………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang : ……………………………………………… 1

B. Masalah Penelitian ……………………………………………… 4

C. Tujuan Penelitian

…………………………………………………

5

D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

…………………………………………..

6

B. Pengertian NHT

……………………………………………………

20

C. Pengertian Hasil Balajar

…………………………………………...

23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek, Tempat, Waktu, dan Pihak yang Membantu …………………… 25

B. Desain Perbaikan Pembelajaran ……….………………………………… 25

C. Teknik Analisis Data dan Indikator Ketercapaian Tindakan ………….. 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5

Page 6: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ……….…………… 28

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaiakn Pembelajaran …..……………... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 47

B. Saran ……………………………………………………………………… 47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

6

Page 7: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.141

Tabel 4.242

7

Page 8: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

ABSTRAK

Wiwin Wulandari Wa Ode, NIM. 816463629. Meningkatkan Hasil Belajar BIlangan Bulat Melalaui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT di Kelas IV SD Negeri 16 Kabawo Kabupaten Muna.

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya prestasi hasil belajar murid kelas IV SDN 16 Kabawo dalam materi Bilangan Bulat. Berdasarkan identifikasi peneliti bahwa hal ini disebabkan faktor pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika termasuk bilangan bulat. Peneliti meyakini bahwa dengan menggunakan pendekatan pemebelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat meningkatkan hasl belajar murid. Rumusan masalah penelitian ini adalah ”Apakah penerapan pembelajaran kooeperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat pada kelas IV SD Negeri 16 Kabawo?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika, khususnya pada materi pokok perkalian dan pembagian; (2) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok bilangan bulat melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT di IV SD Negeri 16 Kabawo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo pada materi bilangan bulat. Hal ini terlihat bahwa hasil evaluasi pada pra siklus hanya 6 orang (40%) murid yang mencapai target KKM mata pelajaran Matematika dari 15 orang murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo Tahun Pelajaran 2013/2014. Kemudian, setelah pelaksanaan tindakan sikklus I terdapat 10 murid (66,67%) yang telah mencapai target KKM, dan pada hasil evaluasi siklus II terdapat 13 (86,67%) murid yang telah mencapai nilai KKM. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika murid kelas IV SDN 16 Kabawo dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Kata kunci : pembelajaran Koperatif NHT, Motivasi, hasil belajar matematika

8

Page 9: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran di kelas

merupakan harapan dan tuntutan setiap perubahan kurikulum. Tujuan dan

orientasi dari pengelolan pembelajaran itu adalah untuk terciptanya kondisi

proses pembelajaran yang interaktif yang berpusat pada murid dan

menyenangkan bagi murid.

Berdasarkan identifikasi peneliti bahwa pelaksanaan pembelajaran

Matematika di kelas IV SDN 16 Kabawo guru masih menggunakan model

pembelajaran konvensional. Hal ini dilihat dari segi kegiatan murid selama

berlangsungnya kegiatan pembelajaran, yakni murid bekerja untuk dirinya

sendiri, pandangan ke arah papan tulis, mendengarkan guru dan belajar dari

guru, serta hanya guru yang mengambil keputusan dan murid hanya pasif.

Yang seharusnya adalah guru perlu mengaktifkan murid daripada guru yang

lebih berperan sebagai subyek pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran konvesional oleh guru Matematika

mengakibatkan kurangnya antusias dan motivasi murid dalam proses

pembelajaran di kelas. Murid lebih cenderung menerima apa saja yang

disampaikan oleh guru, diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan

maupun pendapat. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang dilakukan oleh

guru cenderung hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan

pemberian tugas. Padahal dalam kerangka pembelajaran matematika, murid

mesti dilibatkan secara mental, fisik dan sosial untuk membuktikan sendiri

tentang kebenaran dari teori-teori dan hukum-hukum matematika yang telah

dipelajarinya melalui proses ilmiah. Jika hal ini tidak tercakup dalam proses

pembelajaran dapat dipastikan penguasaan konsep matematika akan kurang dan

akan menyebabkan rendahnya hasil belajar murid yang pada akhirnya akan

mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan.

9

Page 10: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas IV SD

Negeri 16 Kabawo diperoleh informasi bahwa prestasi belajar matematika

murid di sekolah tersebut masih tergolong rendah, khusunya pokok bahasan

Bilangan Bulat. Hal ini dapat dilihat dari dokumen guru kelas bahwa dari 15

murid hanya tidak ada murid yang mendapatkan nilai 85-100 (sangat baik),

hanya 2 murid yang mendapatkan nilai antara 70-84 (Baik), 4 orang

mendapatkan nilai 55-69 (Cukup), 6 orang siswa yang mendapatkan nilai 46-54

(kurang), dan 3 orang murid yang memperoleh nilai 0-45 (sangat kurang). Data

ini bila dibandingkan dengan persentase keberhasilan pencapaian Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika yakni 70, maka dapat

dikatakan bahwa persentase keberhasilan belum mencapai target yang

diharapkan.

Hal ini disebabkan karena murid pasif dalam proses pembelajaran,

sehingga daya serap murid terhadap materi bilangan bulat rendah. Selama ini

mereka hanya menerima apa saja yang diberikan oleh guru dan tidak pernah

bertanya kepada guru atau teman yang lebih tahu jika mereka mengalami

kesulitan dan murid yang bisa menjawab tidak mau memberikan penjelasan

kepada murid lain yang belum mengerti. Guru kurang memiliki kemampuan

menciptakan iklim pembelajaran yang mengaktifkan murid dalam proses

pembelajaran. Peneliti menduga model pembelajaran yang digunakan selama

ini belum efektif. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar

matematika murid.

Mengacu pada masalah rendanhya kemampuan murid dalam materi

Bilangan Bulat, maka diharapkan guru perlu memilih model pembelajaran yang

dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar murid. Setelah dilakukan

diskusi dengan teman guru, disepakati bahwa cara untuk meningkatkan

kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada murid kelas IV SDN 16

Kabawo adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Kepala Bernomor (NHT).

Model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) dapat

melibatkan murid dalam suasana belajar yang menyenangkan, karena murid

10

Page 11: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

dilibatkan dalam kegiatan diskusi dan pembagian tugas yang jelas. Model

pembelajaran yang telah disepakati merupakan tindakan alternatif untuk

mengatasi masalah rendahnya kemampuan matematika murid. Model

pembelajaran ini lebih mengutamakan keaktifan murid dan memberi

kesempatan murid untuk mengembangkan potensinya secara maksimal.

Menurut Trianto (2007:41) bahwa di dalam kelas kooperatif siswa

belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang

murid yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku, dan

satu sama lain saling membantu. Mereka akan saling bekerja sama secara aktif

dan demokratis. Model pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari

peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil.

Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan

berkurang dan murid akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai

permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini menjamin

keterlibatan total semua murid dalam mengerjakan tugas yang diberikan

sehingga murid harus bekerjasama secara aktif mulai dari materi awal ke

materi selanjutnya, sifat mata pelajaran matematika yang bersifat deduktif

sehingga materi sifat operasi hitung bilangan bulat harus diajarkan secara

terstruktur mulai dari sifat komutatif, asosiatif dan distributif. Dalam

pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT setiap murid akan saling bertukar pikiran dan harus

mampu menjawab soal sesuai dengan nomornya. Namun, semua anggota harus

mampu mengetahui dan menyelesaikan semua soal yang diberikan oleh guru.

Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab

individual dalam diskusi.

11

Page 12: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian perbaikan perbaikan

pembelajaran ini adalah ”Apakah penerapan pembelajaran kooeperatif tipe

NHT dapat meningkatkan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat pada

kelas IV SD Negeri 16 Kabawo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk meningkatkan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat

melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas IV SD Negeri 16

Kabawo.

D. Manfaat Penelitian

a) Bagi Murid. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

Murid pada materi pokok hitung bilangan bulat bagi kelas IV -1 SD Negeri

16 Kabawo.

b) Bagi Guru. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru,

terutama dalam memperbaiki dan meningkatkan kualiatas pembelajaran di

kelas.

c) Bagi sekolah. Penelitian diharapkan akan memberikan citra yang baik bagi

sekolah bila murid memperoleh prestasi yang baik dalam mata pelajaran

Matematika.

12

Page 13: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil bagi murid untuk bekerjasama

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar,

(Sugiyanto, 2008:35).

Menurut Trianto (2007: 41) bahwa pembelajaran kooperatif muncul

dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep

yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Semua anggota

dalam tiap kelompok saling membantu anggota yang lain dalam kelompok

yang sama dan bergantung satu sama lain untuk mencapai keberhasilan

kelompok dalam belajar.

Wina (2006:240) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran kelompok yang melibatkan keaktifan murid

dalam proses pembelajaran di kelas, yang selama ini proses pembelaajran di

dominasi oleh guru dan siswa atau murid lebih banyak yang pasif. Selanjutnya,

Wina menjelaskan bahwa akhir-akhir ini dianjurkan agar para guru

menerapkan pembelaajran kooperatif dalam melaksanakan pembelajaran di

kelas. Dia menegaskan bahwa setidaknya ada dua alasan penting. Pertama,

beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima

kekurangan diri dan orang lain, serta meningkatkan harga diri. Kedua,

pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan dalam belajar

berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan

keterampilan.

Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok

kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam

menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai

13

Page 14: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil

siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,

menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan

bersama lainnya. Suatu pembelajaran dalam kelompok kecil harus terdiri dari

beberapa siswa yang mempunyai sejumlah pengetahuan tentang masalah yang

dipersoalkan.

Nasution (2006 : 201).

Menurut Lie (2010) pembelajaran kooperatif merupakan salah satu

pembelajaran yang bersifat gotong royong atau kerja sama. Dalam

pembelajaran kooperatif ini ada beberapa teknik yang dilakukan dalam

melakukan kegiatan diskusi, sehingga dalam kegiatan diskusi menjadi lebih

menyenangkan. Menurut Lie (2010: 18) berbagai dampak negatif dalam

penggunaan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari, jika

saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam persiapan

dan penyusunan metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode

pembelajaran kooperatif bukan sekadar kerja kelompoknya, melainkan pada

penstrukturannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Etin Solihatin (2005:4)

bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam

bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur

dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan

kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari anggota kelompok itu sendiri.

Selanjutya, Etin Solihatin (2005:5) dalam dalam penerapan pembelajaran

kooperatif ada beberapa teknik atau tipe yang dapat digunakan oleh guru,

antara lain :

1) tipe mencari pasangan

2) bertukar pasangan

3) berpikir-berpasangan-berempat

4) berkirim salam dan soal

5) kepala bernomor

6) dua tinggal dua tamu

7) keliling kelompok

14

Page 15: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

8) kancing gemerincing

9) keliling kelas

10) lingkaran kecil dan lingkaran besar

11) tari bambu

12) jigsaw

13) bercerita

14) nik yang disebutkan diatas, penulis mengambil satu tipe dalam

melaksanakan berpasangan

Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang telah dikemukakan di

atas, peneliti memilih pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor

(Numbered Heads Together) atau NHT. Tujuan peneliti menggunakan tipe

tersebut adalah agar para murid yang kemampuan rendah dapat mengerjakan

tugas dengan dibantu oleh murid yang kemampuan tinggi. Dalam melakukan

kegiatan diskusi siswa selalu melakukan pengelompokkan sendiri sehingga

siswa yang memiliki kemampuan yang kurang hanya duduk dan diam. Oleh

karena itu seorang guru melakukan cara dengan menggunakan teknik kepala

bernomor dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga dengan metode atau

teknik yang dilakukan siswa yang memiliki kemampuan dapat membantu

siswa yang kurang memahami. Hal ini dapat saling berkomunikasi antar

anggota. Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap

materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual

selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota

kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan

siapa yang dapat memberikan bantuan.

Dalam penilaian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok

siswa bekerja sama dengan metode pembelajaran kooperatif. Mereka saling

membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing

mengerjakan tes sendiri dan menerima nilai pribadi. Nilai kelompok bisa

dibentuk dengan beberapa cara. Pertama, nilai kelompok bisa diambil dari

nilai terendah yang didapat oleh siswa dalam kelompok. Kedua, nilai

15

Page 16: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

kelompok juga bisa diambil dari rata-rata semua anggota kelompok dari

”sumbangan” setiap anggota.

2. Unsur-Unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger & Johnson (Lie, 2010:31) ada lima unsur model

pembelajaran kooperatif yakni : (1) Saling ketergantungan positif, (2)

Tanggung jawab perseorangan, (3) Tatap muka, (4) Komunikasi antar

anggota, (5) Evaluasi proses kelompok.

1. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap

anggotanya, untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar

perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehinngga setiap anggota

kelompoknya harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa

mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika

tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran

kooperatif, setiap siswa akan merasa tanggung jawab untuk melakukan

yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok.

3. Terjadinya interaksi tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka

dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk

membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran

beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala

saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah

hasil masing-masing anggota.

4. Komunikasi Antaranggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan

berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam

kelompok, pengajar perlu mengajar cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap

16

Page 17: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

siswa mempunyai keahlian para anggotanya untuk saling mendengarkan dan

kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak

perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang

beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan

pembelajaran kooperatif.

3. Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Kooperatif

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model

pembelajaran kooperatif, yakni : (1) pengelompokkan, (2) semangat gotong

royong, dan (3) penataan ruang kelas.

1. Pengelompokkan

Dalam pengelompokkan kelas pembelajaran kooperatif ada dua

kelompok yaitu homogen dan heterogen.

a. Pengelompokkan homogen berdasarkan prestasi belajar sangat disukai

karena tampaknya bermanfaat. Pertama, pengelompokkan cara ini praktis

dan mudah dilakukan secara administratif. Selanjutnya, pengelompokkan

homogen berdasarkan hasil prestasi dilakukan untuk memudahkan

pengajaran. Guru memang menghadapi tantangan yang lebih besar dalam

mengajar siswa yang berlainan kemampuan belajarnya dalam satu

kelompok atau kelas. Jika mengajar terlalu cepat, siswa yang lamban akan

tertinggal. Sebaliknya, jika terlalu lambat, siswa yang cerdas akan merasa

bosan dan akhirnya mengabaikan atau mengacau kelas. Oleh karena itu,

pengelompokkan homogen dianggap bisa menyelesaikan masalah

pengajaran. Dibalik segala manfaatnya, pengelompokkan homogen

ternyata mempunyai banyak dampak negatif. Pengelompokkan

berdasarkan kemampuan sama dengan memberikan cap atau label tiap-tiap

17

Page 18: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

peserta didik, ini bisa menjadi vonis yang diberikan terlalu dini, terutama

bagi peserta yang kurang mampu. Padahal, Penilaian guru pada saat

membuat keputusan dalam pengelompokkan belum tentu benar dan tidak

mungkin bisa mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya dan

menyeluruh.

b. Pengelompokkan heterogen merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam

metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk

dengan memperhatikan keaneka ragaman gender, latar belakang agama,

sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal

kemampuan akademis, kelompok pembelajaran kooperatif biasanya terdiri

dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan

kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan

akademis kurang. Secara umum, kelompok heterogen disukai oleh para

guru yang telah memakai metode pembelajaran kooperatif karena

beberapa alasan. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan

untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua,

kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik,

dan gender. Ketiga, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas

karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi,

guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Salah satu kendala

yang mungkin dihadapi guru dalam pengelompokkan heterogen adalah

keberatan dari pihak siswa yang berkemampuan akademis tinggi (atau

orang tua mereka pada tingkat sekolah dasar). Siswa dari kelompok ini

bisa merasa “rugi” dan dimanfaatkan tanpa bisa mengambil manfaat apa-

apa dalam kegiatan belajar pembelajaran kooperatif karena rekan-rekan

mereka dalam kelompok tidak lebih pandai dari mereka. Tidak jarang,

protes ini juga disampaikan kepada guru baik secara langsung maupun

tidak langsung. Kepada siswa ataupun orang tua semacam ini, perlu

dijelaskan bahwa sebenarnya siswa dengan kemampuan akademis tinggi

pun akan menarik manfaat secara kognitif dan afektif dalam kegiatan

18

Page 19: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

belajar pembelajaran kooperatif bersama siswa-siswa lain dengan

kemampuan yang kurang. Mengajar adalah guru yang terbaik. Dengan

mengajarkan apa yang seseorang baru pelajari, dia akan lebih bisa

menguasai atau menginternalisasi pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Semangat Kerja sama (Gotong Royong)

Agar kelompok bisa bekerja sama secara efektif dalam proses

pembelajaran gotong royong, masing-masing anggota kelompok perlu

mempunyai semangat gotong royong. Semangat gotong royong ini bisa saja

dirasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam bekerja sama dengan

siswa-siswa lainnya. Niat siswa bisa dibina dengan beberapa kegiatan yang

bisa membuat relasi masing-masing anggota kelompok lebih erat seperti di

bawah ini :

1. Kesamaan Kelompok

Kelompok akan merasa bersatu jika mereka bisa menyadari

kesamaan yang mereka miliki. Kesamaan ini tidak berarti

menyeragamkan semua keinginan, minat, dan kemampuan

anggota kelompok. Merasa diri dikenal dan diterima oleh

kelompoknya merupakan hal yang sangat penting bagi

terlaksananya kerja sama dalam kelompok.

2. Identitas Kelompok

Berdasarkan kesamaan mereka, kelompok bisa merundingkan

nama yang tepat untuk kelompok mereka. Setiap anggota

kelompok harus dimintai pendapat dan keputusan tidak boleh jika

ada yang tidak setuju dengan nama yang dipilih. Masing-masing

kelompok juga bisa membuat atribut yang menyatukan kelompok

mereka tanpa mengorbankan keunikan pribadi. Salah satu contoh

adalah membuat topi dari bahan-bahan sederhana. Topi-topi

dalam satu kelompok tidak harus sama.

19

Page 20: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

3. Sapaan dan Sorak Kelompok

Untuk lebih memperat hubungan dalam kelompok, siswa bisa

disuruh menciptakan sapaan dan sorak khas kelompok. Menyapa

tidak harus dengan berjabat tangan. Siswa bisa didorong

mengembangkan kreativitas mereka dengan menciptakan cara

menyapa rekan-rekan dalam satu kelompok yang disesuaikan

dengan identitas kelompok mereka. Sapaan dan sorak kelompok

ini bisa dipakai berulang-ulang selama tahun ajaran untuk

keperluan beberapa keperluan. Dalam saat-saat seperti ini, guru

bisa membangunkan siswa-siswi yang mengantuk dan

menghidupkan semangat belajar siswa dengan meluangkan

beberapa detik saja untuk sapaan dan sorak kelompok

3. Penataan Ruang Kelas

Penataan ruang kelas sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran

yang dipakai di kelas. Penataan ruang yang klasikal dengan semua bangku

menghadap kesatu arah (guru dan papan tulis) sangat sesuai dengan metode

ceramah. Dalam metode ini, guru berperan sebagai narasumber yang

utama, atau mungkin juga satu-satunya. Dalam pembelajaran kooperatif,

guru lebih berperan sebagai fasilitator. Tentu saja, keputusan guru dalam

penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang

kelas dan sekolah.

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah: ukuran ruang

kelas, jumlah siswa, tingkat kedewasaan siswa, toleransi guru dan kelas

terhadap kegaduhan dan lalu lalangnya siswa, pengalaman guru dalam

melaksanakan metode pembelajaran kooperatif, dan pengalaman siswa

dalam melakasanakan metode pembelajaran kooperatif.

4. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran

Tradisional (konvensional)

Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok,

meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok

20

Page 21: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. pembelajaran tertera

pada tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran

tradisional menurut Sugiyanto (2008: 40)

Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Tradisional

Adanya saling ketergantungan

positif, saling membantu dan

saling memberikan motivasi

sehingga ada promotif.

Guru sering membiarkan

siswa mendominasi kelompok

atau menggantungkan diri

pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individual

yang mengukur penguasaan materi

pelajaran tiap anggota kelompok.

Kelompok diberi umpan balik

tentang hasil belajar para

anggotanya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang akan

memerlukan bantuan dan siapa

yang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual yang

sering diabaikan sehingga

tugas-tugas sering diborong

oleh salah seorang anggota

kelompok, sedangkan para

anggota kelompok lainnya

hanya ‘enak-enak saja’ atas

keberhasilan temannya yang

dianggap ‘pemborong’.

Kelompok belajar heterogen, baik

dalam kemampuan akademik,

jenis kelamin, ras, etnik dan

sebagainya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang akan

memerlukan bantuan dan siapa

yang dapat memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya

homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman dalam

memimpin bagi para anggota

kelompok.

Pemimpin kelompok sering

ditentukan oleh guru atau

kelompok dan dibiarkan

untuk memilih para pemimpin

anggotanya dengan cara

21

Page 22: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

masing-masing.

Keterampilan sosial yang

diperlukan dalam kerja gotong

royong secara langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering

tidak diajarkan secara

langsung.

Pada saat belajar kooperatif

sedang berlangsung, guru terus

melakukan pemantauan melalui

observasi dan melakukan

intervensi jika terjadi masalah

dalam kerjasama antar anggota

kelompok.

Guru sering melakukan

pemantauan melalui observasi

dan intervensi oleh pada saat

belajar kelompok sedang

berlangsung.

Guru memperhatikan secara

langsung proses kelompok yang

terjadi dalam kelompok-kelompok

belajar

Guru tidak memperhatikan

proses kelompok yang terjadi

dalam kelompok-kelompok

belajar

Penekanan tidak hanya pada

penyelesaian tugas tetapi juga

hubungan interpersonal (hubungan

antar pribadi yang saling

menghargai).

Penekanan sering hanya pada

penyelesaian tugas

5 .Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2008:41) pembelajaran kooperatif mempunyai

beberapa keuntungan :

a) meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial,

b) memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,

keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan,

c) memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial,

22

Page 23: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

d) memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan

komitmen,

e) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois,

f) membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa

dewasa,

g) berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara

hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan,

h) meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia,

i) meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari

berbagai perspektif,

j) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang

dirasakan lebih baik,

k) meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,

agama, dan orientasi tugas.

Tetapi disamping adanya keuntungan dalam

pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif juga

mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain sebagai

berikut :

1. Kerja kelompok seringkali hanya melibatkan kepada

siswa yang mampu, sebab mereka cukup memimpin

dan mengarahkan kepada mereka yang kurang

mampu.

2. Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan

tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya

mengajar yang berbeda-beda pula.

3. Keberhasilan strategi kelompok ini tergantung

kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau

bekerja sendiri.

6. Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor

23

Page 24: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

Menurut Lie (2010:59) teknik belajar mengajar kepala bernomor

(Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik

ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu,

teknik ini juga mendorong siswa uuntuk meningkatkan semangat kerja

sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran

untuk semua tingkatan usia anak didik.

Teknik pelaksanaannya :

a. Setiap siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap

kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

c. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan

memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.

d. Guru memanggil salah satu nomor. Setiap dengan nomor yang

dipanggil melaporkan hasil kerja sama.

Ada lima unsur seperti yang telah dibahas, untuk memenuhi kelima

unsur tersebut memang dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan

kiat (will and skill) para anggota kelompok. Para pembelajar harus

mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam

kegiatan belajar pembelajaran kooperatif yang akan saling

menguntungkan. Selain niat, Para pembelajar juga harus menguasai

kiat-kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Agar

kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran

gotong royong, masing-masing anggota kelompok perlu mempunyai

semangat ini tidak diperoleh dalam sekejap. Semangat gotong royong

ini bisa dirasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam bekerja

sama dengan siswa-siswi yang lainnya. Menurut Lie (2010:5) pendidik

perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar

berdasarkan beberapa pokok pemikiran berikut ini :

24

Page 25: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa.

Guru menciptakan kondisi dan situasi siswa membentuk makna

dari bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan

menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses

dan dikembangkan (Piaget, 1952 & 1960 ; Freire, 1970).

b. Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Belajar adalah suatu

kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan

terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru atau

kurikulum secara pasif. Teori Skemata menjelaskan bahwa siswa

mengaktifkan struktur kognitif mereka dan membangun

struktur-struktur baru untuk mengakomodasi masukan-masukan

pengetahuan yang baru Jadi, penyusunan pengetahuan yang

terus-menerus menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif

(Anderson & Armbruster, 1982 : Piaget, 1952 & 1960).

c. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan

kemampuan siswa. Kegiatan belajar mengajar harus lebih

menekankan pada proses daripada hasil. Setiap orang pasti

mempunyai potensi.

d. Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan

interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan pendidikan adalah suatu

proses sosial. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga

proses yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan

dengan yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan

bersama ( Johnson, & Smith, 1991 ).

B. Pengertian Tipe Kepala Bernomor (NHT)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan tipe fakta-fakta dan

informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi pembelajaran

kooperatif yang terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview

siswa. pembelajaran ini juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah

yang tingkat kesulitannya terbatas. NHT sebagai model pembelajaran pada

25

Page 26: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Dalam proses

pembelajaran menggunakan model NHT guru hanya menunjuk seorang siswa

yang mewakili kelompoknya. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa

memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut.

Menurut Muhammad Nur (2005:78), dengan cara tersebut akan

menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat

baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

Selain itu pembelajaran kooperatif tipe NHT memberi kesempatan kepada

siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling

tepat.

Ibrahim, (2000:7) bahwa dengan belajar kooperatif akan memperbaiki prestasi

siswa atau tugas-tugas akademik penting lainnya serta akan memberi

keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang

bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademis. Dengan adanya

keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap

motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami konsep-konsep

ataupun memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru. Saat siswa

termotivasi dalam kegiatan belajar belajar maka mereka akan berusaha untuk

mencari ide-ide baru dan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Siswa

dalam satu kelompok yang heterogen saling bertukar pikiran.

Anita Lie (2000: 17) bahwa Tipe Numbered Head Together (NHT)

adalah tipe kooperatif dimana siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang

heterogen yang beranggotakan 4-6 orang. Dalam setiap kelompok siswa yang

pintar dapat mengajari temannya yang kurang sehingga dapat menumbuhkan

rasa sosial diantara setiap anggota kelompok.

Berdasarkan beberapa teori tersebut peneliti dapat menyimpulkan

bahwa Pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor atau Numbered Head

Togheter (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang proses pelaksanaannya

guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang heterogen dimana guru

akan menunjuk nomor siswa berdasarkan penomoran dalam kelompok untuk

mengerjakan soal yang diberikan setelah proses pengerjaan soal bersama-sama

26

Page 27: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

dalam kelompok tanpa memberitahu siswa terlebih dahulu sehingga semua

siswa secara tidak langsung harus bertanggung jawab secara pribadi kepada

keberhasilan kelompoknya.

Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Head Together (NHT).

Menurut Trianto (2007:63) adapun tahapan dalam pembelajaran

Numbered Head Together (NHT) antara lain yaitu 1) penomoran, 2)

mengajukan pertanyaan, 3) berfikir bersama, dan 4) menjawab. Adapun

langkah-langkah penerapan model Numbered Head Together (NHT) dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Tahap I : Penomoran

Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok terdiri 1-6

orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 – 6

2) Tahap 2 : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat

bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dalam bentuk kalimat Tanya

3) Tahap 3 : Berfikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

4) Tahap 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan untuk

seluruh kelas.

C. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran,

karena keberhasilan guru dalam mengajar dapat diukur dari hasil belajar. Nana

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono

(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu

27

Page 28: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Hasil belajar

merupakan hasil proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik pada

setiap pembelajaran di kelas.

Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus

pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka

membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas

pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri. Dalam setiap mengikuti

proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan

mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat

membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik

hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak

optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

Pandangan di atas sejalan dengan Hamalik (2001:159) bahwa hasil

belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu

merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Hal yang

sama juga dikemukakan Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari

suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai

tes yang diberikan guru.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar

adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya

ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran

yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai

memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

28

Page 29: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subyek, Tempat, Waktu, dan Pihak yang Membantu

Subyek penelitian ini adalah murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo

Kabupaten Muna dengan jumlah murid 15 orang. Penelitian perbaikan

pembelajaran ini dilaksanakan pada bulan Mei Tahun Pelajaran 2013/2014.

Dalam melaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran ini, peneliti dibantu

oleh salah seorang rekan guru di SD Negeri 16 Kabawo. Hal ini sangat penting

untuk mengamati kegiatan murid dan guru dalam kegiatan proses pembelajaran

di kelas.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Prosedur yang dijalankan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini

adalah mengacu pada desain prosedur penelitian tindakan. Dalam hal ini

peneliti mengacu pada prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

digambarkan oleh Ahmad (1999) dalam Saminanto (2010:8), yaitu sebagai

berikut:

Berdasarkan alur penelitian tindakan pada bagan atau gambar 1 di atas,

maka dapat dijelaskan bahwa alur penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai

berikut:

29

IndentifikasiPermasalahan

AlternatifPemecahan

Masalah

Pelaksanaan

Tindakan I

Observasi IAnalisis DataRefleksi I

SIKLUS

PT

Catatan: Apabila Siklus 1 belum behasil lanjut ke siklus ke 2 Gambar 1. Alur Penelitian tindakan oleh Saminanto (2010:8)

Page 30: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

1. Identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam

pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan bagaimana

upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar murid kelas IV SD Negeri 16

Kabawo dalam materi operasi hitung bilangan bulat.

2. Alternatif pemecahan masalah. Tahapan selanjutnya setelah identifikasi

masalah adalah alternatif pemecahan masalah, yakni upaya-upaya apa yang

akan dilakukan oleh guru atau peneliti dalam meningkatkan hasil belajar murid

dalam materi operasi hitung bilangan bulat. Salah satu di antaranya adalah

dengan memperbaiki proses pebelajaran melalui penggunaan metode

pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT). Langkah-langkah

aletrnatif pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan atau membuat Rencana Perbaikan Pembelaajran (RPP)

2. Menyiapkan atau membuat Lembar Observasi untuk Murid

3. Melakukan atau membuat Lembar Observasi untuk Guru

4. Menyiapkan tes untuk mengetahui hasil belajar murid pada materi operasi

hitung bilangan bulat.

3. Pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan ini adalah berkaitan dengan

langkah-langkah guru atau peneliti untuk solusi pemecahan masalah yang telah

diidentifikasi, yakni pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas dengan

menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT).

4. Observasi. Observasi merupakan rangkaian pelaksanaan tindakan, yakni

mengamati kegiatan murid dan guru apakah sudah sesuai dengan skenario

pembelajaran atau belum, sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Rencana

Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang dipersipkan.

5. Analisis data. Dalam tahapan ini, guru atau peneliti menganalis data-data yang

telah dicatat dan dikumpulkan selama pelaksanaan tindakan. Tujuannya adalah

untuk mengetahui apakah telah atau sudah mencapai sesuai dengan indikator

atau target yang dicapai.

6. Refleksi. Dalam tahapan ini guru atau peneliti merefleksi seluruh kegitan atau

peristiwa selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Mengidentifikasi kembali

hal-hal yang masih kurang dalam pelaksanaan tindakan dan mempertahankan

30

Page 31: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

hal-hal yang dianggap baik. Dan apabila pelaksanaan tindakan ini belum

berhasil, maka akan ditindak lanjuti lagi pada siklus berikutnya, sampai tujuan

berhasil atau tercapai.

C. Teknik Analisis Data dan Indikator Ketercapaian Tindakan

Data yang dikumpul pada setiap siklus dianalisis dengan menggunakan

teknik deskriptif kuantitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis

kelebihan atau kelemahan dalam pelaksanaan tindakan, serta untuk merefleksi

proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan dan untuk memperoleh

kesimpulan, dan selanjutnya untuk program perbaikan pada siklus berikutnya.

Ada dua indikator keberhasilan dalam penelitian ini, yakni (1)

keberhasilan individual, yakni apabila nilai murid telah mencapai KKM 68, dan

(2) Keberhasilan kelompok, yakni tindakan perbaikan pembelajaran ini

dikategorikan berhasil apabila minimal 80% murid telah memperoleh nilai ≥ 68

sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika

pada kelas IV SDN 16 Kabawo.

31

Page 32: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini diawali dengan kegiatan pra tindakan. Pra tindakan ini

dilakukan untuk mendapatkan fakta atau data berkaitan dengan proses

pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 16 Kabawo. Dari hasil

kegiatan pra tindakani ini, peneliti memperoleh gambaran bahwa (1) penerapan

pembelajaran Matematika yang dilakukan oleh guru kelas IV SD Negeri 16

Kabawo masih menggnakan model pembelajaran yang konvensional, yakni

guru menjalaskan materi operasi hitung bilangan bulat hanya menceremai

murid, sehingga murid hanya mendengarkan penjelasan guru. Murid hanya

diberikan kesempatan untuk bertanya bila belum mengerti atas penjelasan guru.

Murid hanya hanya diberi kesempatan menyesaikan soal di papan tulis, tetapi

hanya kepada murid yang telah mengerti atas penjelasan guru dengan cara

mengancungkan tangan terlebih dahulu. Model pembeljaran seperti ini

tentunya tidak menumbuhkan partisipasi murid, karena hanya murid berani dan

mengerti saja yang diberi kesempatan untuk maju ke papan tulis mengerakan

soal operasi hitung bilangan bulat sedangkan murid yang lainnya menjadi

penonton.

Berdasarkan kondisi pembelajaran Matematika di atas telah berdampak

pada rendahnya hasil belajar matematika pada murid kelas IV SD Negeri 16

Kabawo yang pada kesempatan ini materi bilangan bulat yang dijadikan sampel

data hasil belajar matematika kelas SD Negeri 16 Kabawo. Hal ini terlihat

bahwa hasil tes materi bilangan bulat hanya 6 orang (40%) murid yang

mencapai target KKM mata pelajaran Matematika dari 15 orang murid kelas IV

SD Negeri 16 Kabawo Tahun Pelajaran 2013/2014.

Dari hasil identifikasi diperoleh data bahwa rendahnya hasil belajar

murid pada materi operasi hitung dan bilangan bulat adalah: (1) kurangnya

pemahaman atau pengetahuan guru terhadap model-model pembelajaran yang

32

Page 33: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

dapat menumbuhkan dan meningkatan motivasi dan partisipasi murid dalam

proses pembelajaran di kelas; (2) pembelajaran yang diterapka oleh guru

membosankan dan otoriter dalam menjelaskan materi; (3) kurangnya

bimbingan guru dan kesempatan bagi murid untuk menyelesaikan tugas-tugas

atau soal-soal secara berkelompok untuk saling berdiskusi dengan teman-

temannya.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I

dilaksanakan dua kali pertemuan. Kegitan ini dilakukan untuk mengetahui dan

memperoleh gambaran mengenai keaktifan anak dalam proses pembelajaran,

keterlaksaan skenario atau langkah-langkah pembelajaran oleh guru atau

peneliti, dan peningkatan hasil belajar murid ada materi operasi hitung bilangan

bulat. Ada 3 faktor atau komponen yang diamati dalam kegiatan tindakan

siklus I ini, yakni (1) keaktifan anak dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan

guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor (NHT);

dan (3) hasil belajar anak setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif

tipe kKepala bernomor (NHT). Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan kegiatan

Siklus I adalah sebagai berikut ini.

1. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang

diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan. Proses persiapan ini dilakukan dengan

cara berkonsultasi dengan guru di kelas IV SD Negeri 16 Kabawo sebagai

kolaborator pada proses penelitian ini. Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh

peneliti adalah:

1) Membuat skenario pelaksanaan tindakan berupa rencana perbaikan

pembelajaran untuk tindakan Siklus I.

2) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas anak didik dan guru

dalam proses pembelajaran Siklus I.

3) Membuat alat bantu mengajar yang diperukan pada tahap Siklus I

4) Mendesain alat evaluasi untuk melihat hasil belajar anak didik.

33

Page 34: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

Setelah peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran di atas,

selanjutnya peneliti melaksanakan tindakan pada Siklus I.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan skenario pembelajaran dalam rangka

untuk memfasilitasi murid untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan

meningkatkan hasil belajar murid sesuai dengan rencana perbaikan

pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tindakan perbaikan

pembelajaran pada Siklus I ini dilakukan dalam 2 kali pertemuan, dengan

langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut ini.

1) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, guru memberikan salam dan berdoa bersama anak

didik. Selanjutnya, guru memotivasi dan menfokuskuan perhatian anak melalui

pengenalan tentang tema pelajaran yang dibawakan atau diajarkan. Kemudian

guru bercakap-cakap dengan anak didik, serta menjelaskan kegiatan akan

dilaksanakan oleh anak didik. Guru memperkenalkan materi kepada murid

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini, guru mendesain kegiatan, yakni guru member

penjelasn singkat cara membaca dan menuliskan lambing bilangan bulat pada

garis bilangan, guru melakukan tanya jawab untuk menggali pemahaman

konsep murid, guru membagi murid dalam tiga kelompok yang anggotanya

terdiri dari 5 orang, guru memberikan contoh lambing bilangan, guru

membimbing kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan, guru

mempersilahkan setiap kelompok untuk menyajikan atau memaparkan hasil

diskusi kelompoknya dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain

untuk menanggapinya, dan guru menanggapi dan melengkapi jawaban murid

serta memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.

3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan penutup, guru bersama murid menyimpulkan materi

pelajaran, guru memberikan tindak lanjut, dan guru membimbing murid berdoa

pulang, dan mengucapkan salam.

34

Page 35: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

3. Hasil Observasi/Evaluasi Proses Tindakan Siklus I

Peneliti bersama guru melakukan evaluasi dan pengamatan pada setiap

pertemuan. Setelah kegiatan evaluasi dilaksanakan, maka penilaian anak yang

diperoleh pada setiap pertemuan dikumpulkan dan direkapitulasi dalam format

penilaian untuk kegiatan tindakan Siklus I. Setelah itu, peneliti melakukan

analisis data. Setelah dilakukan analisis data pada pelaksanaan tindakan

pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut ini.

a) Keaktifan anak dalam proses pembelajaran

Berdasarkan data hasil pengamatan yang berkaitan dengan keaktifan anak

dalam proses pembelajaran, peneliti memperoleh gambaran bahwa proses

pembelajaran bilangan bulat dengan menggunankan pembelajaran kooperatif tipe

NHT adalah masih terdapat 10 (50%) anak yang belum aktif secara maksimal

dalam kegiatan kelompokya. Artinya, bahwa keterlibatan guru dalam membibing

anak masih dominan, namun telah menunjukkan telah ada perkembangan

keaktifan dan perhatian anak dalam kegiatan pembelajaran.

Data penelitian menunjukkan bahwa sebelum pelaksanaan tindakan berada

pada rata-rata persentase 40% meningkat menjadi 50% pada tindakan siklus I. Hal

ini menggambarkan ada peningkatan keaktifan dan perhatian anak dalam kegiatan

pembelajaran bilangan bulat dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

NHT pada tindakan siklus I, walaupun masih jauh dari indikator keberhasilan

yang diharapkan. Hal ini mungkin disebabkan oleh anak belum terbiasa terlibat

dalam proses pembelajaran dengan kegiatan pembelaajran kooperatif tipe NHT.

Untuk lebih jelasnya data keaktifan murid dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah

ini.

35

Page 36: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

Tabel 4.1

Data Aktivitas Murid pada Siklus I

No Aktivitas murid Pencapaian Kriteria

1. Kedisplinan dalam kelompok 66.7

2. Kerja sama 61.1

3. Keaktifan 66.7

4. Keseriusan 55.6

5. Mengambil bagian untuk

menjawab/menjelaskan

pertanyaan sesuai dengan

nomor kepala yang dimilikinya

55.6

6. Menjawab dan menanggapi

pertanyaan kelompok lain

50.0

7. Menghargai pendapat orang

lain

50.2

Berdasarkan data tabel 4.1 di atas, diperoleh informasi bahwa

persentase kedisplinan, kerja sama, keaktifan, keseriusan, mengambil

keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan menanggapi

pertanyaan kelompok lain, dan menghargai pendapat orang lain, murid

dalam model pembelajaran pemecahan masalah masih kriteria cukup.

Kriteria cukup pada kedisplinan, kerja sama, keaktifan, keseriusan,

mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan

menanggapi pertanyaan kelompok lain, dan menghargai pendapat orang

lain murid, dikarenakan model pembelajaran pemecahan masalah

merupakan hal yang baru. Beberapa murid hanya bermain, tidak

memperhatikan tugas yang diberikan, bahkan sering mengganggu

temannya yang serius melakukan pembelajaran.

b) Kegiatan Guru dalam Pembelajaran

Berdasarkan data hasil pengamatan yang berkaitan kemampuan guru

dalam menerapkan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus I telah

36

Page 37: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

sesuai langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah dirancang dalam

Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Indikatornya,

adalah guru telah berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam

membelajarkan murid. Pelaksanaan tindakan pada pembelajaran bilangan bulat

yang dilakukan guru sesuai dengan rancangan yang dibuat dapat dilihat pada tabel

4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Pelaksanaan tindakan oleh guru pada siklus I

No. Pelaksanaan komponen racangan

Kegiatan

Jumlah

komponen

Persentase

(%)

1. Terlaksana 10 71,4

2. Kurang terlaksana 4 28,6

(Sumber : Olahan data Observasi kegiatan Guru)

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, terlihat bahwa pada siklus I masih

banyak komponen pembelajaran yang telah dirancang kurang terlaksana,

sehingga efektifitas pembelajaran kurang tercapai. Banyaknya komponen yang

kurang terlaksana, karena kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran

belum maksimal.

c. Hasil Evaluasi

Untuk mengetahui sejauh mana kemajuan hasil belajar dan kemampuan

memahami materi murid selama kegiatan pembelajaran, maka guru

melaksanakan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan pada akhir kegiatan siklus I

dengan menggunakan tes tertulis berupa tes bentuk uraian.

Adapun hasil belaajr belajar murid setelah pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dilihat pada tabel

4.3 di bawah ini.

37

Page 38: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

Tabel 4.3

Hasil evaluasi belajar murid pada siklus I

No Keberhasilan Jumlah murid Persentase (%)

1. Tuntas 10 66,67%

2. Tidak tuntas 5 33.33%

Indikator keberhasilan pada penelitian ini, adalah apabila murid

mencapai nilai KKM atau lebih yaitu ≥ 68 dan ketuntasan klasikal apabila

80% dari murid telah memperoleh nilai ≥ 68.

Berdasarkan data tabel 4.1 hasil evaluasi pada siklus I nampak

bahwa indikator yang ditetapkan belum mencapai target yang diharapkan,

karena keberhasilan murid secara klasikal adalah 66,67%, masih jauh dari

target ketuntasan yaitu 80%.

d. Hasil Refleksi

Siklus I pembelajaran bilangan bulat di kelas IV SD Negeri 16

Kabawo dengan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala bernomor

(NHT) belum dapat berjalan secara optimal, karena guru mata pelajaran

belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran ini

sehingga murid belum terbiasa dengan model pembelajaran kelompok. Hal

ini mengakibatkan murid masih banyak yang ramai pada saat pelajaran

berlangsung karena murid belum terbiasa dengan modal pembelajaran

pemecahan masalah. Murid masih sibuk sendiri untuk menyeseaikan tugas

yang diberikan oleh guru selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung.

Dari beberapa aspek yang diamati dalam proses pembelajaran bilangan

bulat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif ada beberapa

kendala yang ditemukan sebagai berikut:

a. Memberikan teguran kepada murid yang berprilaku negatif kurang

terlaksana, karena guru berpindah dari satu kelompok ke kelompok yang

lain

38

Page 39: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

b. Murid menyelesaikan tugas kelompok masing-masing masih ada murid

yang bertanya pada kelompok lain.

c. Kelompok menyelesaikan tugas dalam waktu yang tersedia kurang

terlaksana, karena semua anggota kelompok belum mampu

memanfaatkan waktu dalam menyelesaikan tugas.

d. Setiap anggota kelompok ikut berperan aktif belum terlaksana, karena

masih ada murid yang bermasa bodoh disebabkan oleh mengharap

bantuan teman kelompokknya.

e. Guru bersama murid menyimpulkan pelajaran kurang terlaksana karena

terbatasnya waktu.

Berdasarkan refleksi diatas dapat diketahui bahwa penggunaan

metode pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) bahwa

motivasi dan hasil belajar murid masih rendah. Pada siklus II perlu adanya

pemantapan langkah kerja model pembelajaran kooperatif tipe Kepala

Bernomor (NHT), dengan mengatasi kendala yang terdapat pada siklus I.

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II juga

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Kegitan ini juga dilakukan untuk

mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai keaktifan anak dalam proses

pembelajaran, keterlaksaan skenario atau langkah-langkah pembelajaran oleh

guru atau peneliti, dan peningkatan hasil belajar murid pada materi bilangan

bulat setelah melihat kelemahan atau kekurangan pada pelaksanaan pada siklus

I. Dengan demikian, ada 3 faktor atau komponen juga yang diamati dalam

kegiatan tindakan siklus II ini, yakni (1) keaktifan anak dalam proses

pembelajaran; (2) Kegiatan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif

tipe kepala bernomor (NHT); dan (3) hasil belajar anak setelah diterapkan

metode pembelajaran kooperatif tipe Kepala bernomor (NHT). Adapun

tahapan-tahapan pelaksanaan kegiatan Siklus II adalah sebagai berikut ini.

39

Page 40: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

1. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang telah

diperbaharui sesuai dengan rekomendasi refleksi siklus I. Proses persiapan juga

dilakukan dengan cara tetap berkonsultasi dengan guru di kelas IV SD Negeri 16

Kabawo sebagai kolaborator dalam penelitian ini. Perangkat pembelajaran yang

dibuat oleh peneliti adalah:

1) Membuat skenario pelaksanaan tindakan berupa rencana perbaikan

pembelajaran untuk tindakan Siklus II.

2) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas anak didik dan guru

dalam proses pembelajaran Siklus II.

3) Membuat alat bantu mengajar yang diperukan pada tahap Siklus II

4) Mendesain alat evaluasi untuk melihat hasil belajar anak didik.

Setelah peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran di atas,

selanjutnya peneliti melaksanakan tindakan pada Siklus II.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan skenario pembelajaran yang telah

diperbaharui berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Tindakan perbaikan

pembelajaran pada Siklus II ini juga dilakukan dalam 2 kali pertemuan, dengan

langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut ini.

1) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, guru memberikan salam dan berdoa bersama anak

didik. Selanjutnya, guru memotivasi dan menfokuskuan perhatian anak melalui

pengenalan tentang tema pelajaran yang dibawakan atau diajarkan. Kemudian

guru bercakap-cakap dengan anak didik, serta menjelaskan kegiatan akan

dilaksanakan oleh anak didik. Guru memperkenalkan materi kepada murid

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini, guru mendesain kegiatan, yakni guru member

penjelasn singkat cara membaca dan menuliskan lambing bilangan bulat pada

garis bilangan, guru melakukan tanya jawab untuk menggali pemahaman

konsep murid, guru membagi murid dalam tiga kelompok yang anggotanya

40

Page 41: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

terdiri dari 5 orang, guru memberikan contoh lambing bilangan, guru

membimbing kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan, guru

mempersilahkan setiap kelompok untuk menyajikan atau memaparkan hasil

diskusi kelompoknya dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain

untuk menanggapinya, dan guru menanggapi dan melengkapi jawaban murid

serta memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.

3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan penutup, guru bersama murid menyimpulkan materi pelajaran,

guru memberikan tindak lanjut, dan guru membimbing murid berdoa pulang, dan

mengucapkan salam.

3. Hasil Observasi/Evaluasi Proses Tindakan Siklus I

Peneliti bersama guru melakukan evaluasi dan pengamatan pada setiap

pertemuan. Setelah kegiatan evaluasi dilaksanakan, maka penilaian anak yang

diperoleh pada setiap pertemuan dikumpulkan dan direkapitulasi dalam format

penilaian untuk kegiatan tindakan Siklus I. Setelah itu, peneliti melakukan

analisis data. Setelah dilakukan analisis data pada pelaksanaan tindakan

pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut ini.

a) Keaktifan anak dalam proses pembelajaran

Berdasarkan data hasil pengamatan yang berkaitan dengan keaktifan anak

dalam proses pembelajaran, peneliti memperoleh gambaran bahwa proses

pembelajaran bilangan bulat dengan menggunankan pembelajaran kooperatif tipe

NHT adalah terdapat 13 (86.67 %) telah aktif secara maksimal dalam kegiatan

kelompokya. Artinya, bahwa keterlibatan guru dalam membibing anak sudah

tidak masih dominan lagi. Data penelitian menunjukkan bahwa sebelum

pelaksanaan tindakan berada pada rata-rata persentase 40% meningkat menjadi

50% pada tindakan siklus I. Hal ini menggambarkan ada peningkatan keaktifan

dan perhatian anak dalam kegiatan pembelajaran bilangan bulat dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada tindakan siklus II. Hal ini

mungkin disebabkan anak tealah terbiasa terlibat dalam proses pembelajaran

41

Page 42: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

dengan kegiatan pembelaajran kooperatif tipe NHT. Untuk lebih jelasnya data

keaktifan murid dapat dilihat pada Tabel 4. di bawah ini.

Tabel 4.4

Data Aktivitas Murid pada Siklus II

No. Aktivitas murid mencapai Pencapaia

n

Kriteria

B C K

1 Kedisplinan dalam kelompok 83,3 √

2 Kerja sama 83,3 √

3 Keaktifan 94,4 √

4 Keseriusan 77,4 √

5 Mengambil bagian untuk

menjawab/menjelaskan

pertanyaan sesuai dengan

nomor kepala yang

dimilikinya

72,2

6 Menjawab dan menanggapi

pertanyaan kelompok lain

72,2 √

7 Menghargai pendapat orang

lain

77,8 √

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 tersebut, diperoleh informasi bahwa

persentase kedisplinan, kerja sama, keaktifan, keseriusan, mengambil

keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan menanggapi

pertanyaan kelompok lain, dan menghargai pendapat orang lain, murid

dalam model pembelajaran pemecahan masalah sudah kriteria baik, karena

bila dirata-rata persentase kegiatan murid diperoleh 80,16%.

Walaupun keseriusan, mengambil keputusan dan memecahkan

masalah, menjawab dan menanggapi pertanyaan kelompok

lain,menghargai pendapat orang lain masih kriteria cukup, namun secara

42

Page 43: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

kuantitas persentase mengalami peningkatan. Hal ini berarti jumlah murid

yang melaksanakan keempat indikator kegiatan murid telah meningkat.

b) Kegiatan Guru dalam Pembelajaran

Berdasarkan data hasil pengamatan yang berkaitan kemampuan guru

dalam menerapkan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus I telah

sesuai langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah dirancang dalam

Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Indikatornya,

adalah guru telah berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam

membelajarkan murid. Pelaksanaan tindakan pada pembelajaran bilangan bulat

yang dilakukan guru sesuai dengan rancangan yang dibuat dapat dilihat pada tabel

4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Pelaksanaan tindakan oleh guru pada siklus II

No. Pelaksanaan komponen racangan

Kegiatan

Jumlah

komponen

Persentase

(%)

1. Terlaksana 12 85,7

2. Kurang terlaksana 2 14,2

(Sumber : Olahan data Observasi kegiatan Guru)

Berdasarkan tabel 4.5 tersebut, terlihat bahwa pada siklus II hampir

semua komponen rancangan kegiatan guru telah terlaksana. Hal ini

menggambarkan telah ada peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru dalam

menerapkan pembelajaran kelompok tipe NHT. Hal ini akan berdampak positif

tehadap peningkatan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat.

c. Hasil Evaluasi

Untuk mengetahui sejauh mana kemajuan hasil belajar dan kemampuan

memahami materi murid selama kegiatan pembelajaran, maka guru

melaksanakan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan pada akhir kegiatan siklus I

dengan menggunakan tes tertulis berupa tes bentuk uraian.

43

Page 44: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

Adapun hasil belaajr belajar murid setelah pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dilihat pada tabel

4.3 di bawah ini.

Tabel 4.6

Hasil evaluasi belajar murid pada siklus II

No Keberhasilan Jumlah murid Persentase (%)

1. Tuntas 13 86,67%

2. Tidak tuntas 2 13.33%

Indikator keberhasilan pada penelitian ini, adalah apabila murid

mencapai nilai KKM atau lebih yaitu ≥ 68 dan ketuntasan klasikal apabila

80% dari murid telah memperoleh nilai ≥ 68.

Berdasarkan data hasil penilaian pada siklus II ini nampak bahwa

jumlah murid yang telah mencapai nilai KKM adalah 86,67%, hal ini

berarti indikator keberhasilan pada siklus II sudah tercapai dan

pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah efektif

meningkatkan hasil belajar murid.

d. Hasil Refleksi

Siklus II pembelajaran bilangan bulat di kelas IV SD Negeri 16

Kabawo dengan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala bernomor

(NHT) berjalan secara optimal, karena guru mata pelajaran sudah terbiasa

melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran ini. Dari aspek

murid juga telah terbiasa dengan model pembelajaran kelompok, dan

murid lebih termotivasi dan antusias untuk belajar karena mereka merasa

terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap anggota kelompok ikut berperan

aktif dan bertanggung terhadap nomor tugas yang diberikan kepadanya oleh

teman kelompokknya.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

44

Page 45: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

Beberapa temuan penting yang diperoleh dari penelitian ini dalam

penerapan pembelajaran kooepratif tipe NHT, yakni: (1) Murid sangat

termotivasi melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran; (2)

Meningkatnya hasil belajar murid pada materi bilangan bulat; (3) Harapan

agar murid lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dapat tercapai; (4)

Keberhasilan penerapan model pembelajaran NHT ini sangat ditentukan oleh

keterbiasaan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif.

Tidak tercapainya target yang diharapakn pada siklus I disebabkan

oleh beberapa faktor antara lain: (1) Murid masih malu-malu untuk

mengungkapkan pendapat dan pertanyaan pada saat diskusi kelompok

berlangsung; (2) Murid belum memahami benar prosedur kegiatan belajar

mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT; dan (3) Ada

beberapa murid yang melakukan aktifitas diluar tugas yang diberikan dan

mengganggu aktifitas anggota kelompokan lain, hal ini disebabkan karena

guru masih kurang dalam memberikan bimbingan.

Dari hasil refleksi, maka dilakukan perubahan strategi, dengan cara

memberikan perhatian yang lebih serius kepada murid yang kurang aktif.

Memberikan penghargaan bagi murid yang mengajukan pertanyaan dan

mengungkapkan pendapatnya.

Pada siklus II proses pembelajaran dengan metode pembelajaran

pemecahan masalah, guru sudah dapat menyiasati berbagi kekurangan dalam

proses pembelajaran sehingga aktifitas murid semakin meningkat. Seluruh

kegagalan pada siklus I dilakukan perbaikan pada siklus II sehingga

peningkatan aktifitas dan hasil belajar dapat tercapai.

Untuk aktifitas belajar murid pada siklus I dan siklus II dapat dilihat

pada tabel 4.7.

Tabel 4.7

Data Peningkatan Aktivitas Murid pada Siklus I dan Siklus II

No. Aktivitas Murid Pencapain (%) Peningkatan

Siklus I Siklus II %

1 Kedisiplinan dalam 66,7 83,3 16,6

45

Page 46: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

kelompok

2. Kerja sama 61,1 83,3 22,2

3. Keaktifan 66,7 94,9 27,7

4. Keseriusan 55,6 77,8 22,2

5. Mengambil keputusan dan

memecahkan masalah

50,0 72,2 22,2

6. Menjawab dan menaggapi

pertanyaan kelompok lain

50,0 72,2 22,2

7. Menghargai pendapat orang

lain

72,2 77,8 5,6

Berdasarkan tabel 4.7 diatas di atas terlihat bahwa ketujuh komponen

hasil pengamatan aktivitas murid mengalami peningkatan. Komponen yang

mengalami peningkatan yang paling tinggi adalah keaktifan murid. Hal ini

karena murid semakin tertarik dengan model pembelajaran pemecahan

masalah. Komponen yang mengalami peningkatan yang paling rendah adalah

menghargai pendapat orang lain, hal ini karena murid selalu merasa lebih

pintar di banding dengan temanya.

Hasil pada siklus I mengenai kedisplinan, kerja sama, keaktifan,

keseriusan, mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan

menanggapi pertanyaan kelompok lain, masih kriteria cukup. Pada siklus II

kedisplinan, kerja sama, keaktifan, murid sudah kriteria baik, sedangkan

keseriusan, mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan

menanggapi pertanyaan kelompok lain, dan menghargai pendapat orang

lain,masih kriteria cukup. Keempat indikator kegiatan murid ini walaupun

masih kriteria cukup, namun secara kuantitas presentasi mengalami kenaikan,

artinya jumlah murid yang telah melaksanakan keempat indikator tersebut

semakin bertambah. Untuk peningkatan hasil belajar pada siklus I dan II dapat

dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.

46

Page 47: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

Tabel 4.8

Hasil Belajar murid Siklus I dan II

No Nama Nilai Murid Peningkatan

(Inisial) Siklus I Siklus II Jumlah %

1 MJ 77 83 6 33.3

2 JAW 44 72 28 38.9

3 MY 72 77 5 6.5

4 SM 38 72 34 47.2

5 NW 44 50 6 12.0

6 Is 61 88 27 30.7

7 EA 44 50 6 12.0

8 IW 89 90 2 2.2

9 Uc 44 77 33 42.9

10 IS 59 72 6 8.3

11 LN 77 88 11 12.5

12 AM 50 72 22 30.6

13 LD MI 50 77 27 35.1

14 Ir 61 88 27 30.7

15 Sa 72 83 11 13.3

Rata-Rata 60 76,7 17,3 23.9

Berdasarkan hasil tabel 13 diatas, dapat dilihat terjadi peningkatan

hasil belajar siswa. Rata- rata nilai yang diperoleh pada siklus I adalah 60 dan

siklus II adalah 76,7. Peningkatan yang paling tinggi diperoleh dari nilai 38

menjadi nilai 72 atau peningkatan sekitar 47,2% dan peningkatan yang paling

rendah adalah perolehan nilai 72 menjadi nilai 77 atau peningkatan sekitar

6,5%. Secara keseluruhan murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo mengalami

peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran

47

Page 48: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

pemecahan masalah. Peningkatan ini diperoleh karena segala hambatan yang

terdapat pada siklus I telah diatasi agar tidak terjadi lagi pada siklus II dengan

berbagai cara diantaranya meningkatkan pembimbingan kepada murid yang

mengalami hambatan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran pemecahan masalah.

Untuk hasil belajar pada siklus I secara klasikal murid yang mencapai

ketuntasan belajar mencapai 50,0 %, sedangkan pada siklus II secara klasikal

murid yang mencapai ketuntasan belajar telah mencapai 85,7%. Hal ini

memperlihatkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT pemecahan

masalah pada pembelajaran materi bilangan bulat dapat meningkatkan proses

dan hasil pembelajaran.

48

Page 49: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya, peneliti dapat simpulkan bahwa penerapan pembelajaran

kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar

murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo pada materi bilangan bulat. Hal ini

terlihat bahwa hasil evaluasi pada pra siklus hanya 6 orang (40%) murid yang

mencapai target KKM mata pelajaran Matematika dari 15 orang murid kelas IV

SD Negeri 16 Kabawo Tahun Pelajaran 2013/2014. Kemudian, setelah

pelaksanaan tindakan sikklus I terdapat 10 murid (66,67%) yang telah

mencapai target KKM, dan pada hasil evaluasi siklus II terdapat 13 (86,67%)

murid yang telah mencapai nilai KKM. Hasil ini menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar matematika murid kelas IV SDN 16 Kabawo dengan

diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe NHT.

B. Saran Tindak Lanjut

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal

sebagai berikut:

1. Kepada guru-guru lain, kiranya dapat menerapkan pembelajaran kooperatif

dalam pembelajaran matematika.

2. Seorang guru harus kreatif dan berusaha menggunakan model pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik murid dan materi agar murid aktif dalam

proses pembelajaran.

3. Kepada para peneliti berikutnya, diharapkan hasil peneliti ini dapat

dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melaksanakan penelitian serupa.

49

Page 50: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

4. Kepada SD Negeri 16 Kabawo diharapkan membuat kebijakan untuk

menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran

Matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Cece Widjaja dan A.Tabrani. 1992. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses

Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Etin Solihatin. 2005. Pengaruh Kooperatif Learning terhadap Belajar IPS

ditinjau dari Gaya Belajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hamalik, Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung Bumi Aksara.

Ibrahim, Muslimin,dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa-

University Press.

Iqbal Ali. 2010. Numbered Head Together Artikel On-line. http://iqbalali.com.

diakses tanggal 22-04-2011.

Kasmadi, Hartono, 1991. Taktik Mengajar (Bagian dari Diskusi Tentang Teknik

Mengajar). Semarang.: PT. IKIP Semarang Press.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia

Muhammad Nur, dkk. 2005. Pendekatan-pendekatan Konstruktivis Dalam

Pembelajaran. Surabaya : IKIP Surabaya.

Nasution, 2006. Berbagai pendekatan dalam proses belajar & mengajar.

Bandung: PT Bumi Aksara.

Saminanto. 2000. Ayo Praktik PTK: Penelitian Tindakan Kelas. Semarang:

RASAIL Media Group.

Sudjana, Nana, 2009. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyanto, 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:

PanitiaSertifikasi Guru Rayon 13

50

Page 51: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

Trianto. 2007. Model model Pembelajaran inovatif berorientasi konstruksivistik.

Surabaya: Prestasi Pustaka

Uzer Usman, Drs, Muh dan Lilis Setiawati, Dra. 2001. Upaya

OptimalisasiKegiatan Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Uzer Usman, Drs, Muh. Menjadi Guru Profesional. 2001. Bandung : PT. Remaja

Rosdakary

Wina Sanjaya, 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

51

Page 52: Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

Lampiran 1.

HASIL OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR GURU

SIKLUS II

No Pengamat KBM Dilaksanakan Skala Penilaian

Ya Tidak 1 2 3 4

A KEGIATAN AWAL

1. Menyapa dan mengecek kehadiran

siswa

2. Apersepsi

3. Menyampaikan tujuan

pembelajaran dan memberikan

motivasi dengan menunjukkan

salah satu contoh gaya dan gerak

B. KEGIATAN INTI

1. Guru memberikan

2.

3.

4.

5.

6.

7.

52