91
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademik dan Melengkapi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Oleh MAULIDYA KHODIJAH SALAS 2011420016 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2015

KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN

LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN

SEGITIGA KECURANGAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademik dan

Melengkapi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Oleh

MAULIDYA KHODIJAH SALAS

2011420016

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DARMA PERSADA

JAKARTA

2015

Page 2: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN
Page 3: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN
Page 4: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN
Page 5: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

ABSTRAK

NIM : 2011420016, Judul : KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN

DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN

PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

Jumlah Hal : xv + 75 hal : 2015

Kata Kunci : Kecurangan, Manajemen Letter, Segitiga Kecurangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pendekatan segitiga kecurangan dapat digunakan dalam menetapkan kecurangan yang disampaikan dalam manajemen letter yang telah di periksa oleh KAP Kanaka Puradiredja Suhartono untuk PT X periode 2013.

Untuk menjelaskan penulis menggunakan Analisis Metode Deskriptif Kualitatif. Penulis menemukan adanya identifikasi kecurangan dengan mengolah data yang diberikan oleh pihak KAP beserta wawancara yang telah dilakukan penulis. Kecurangan pada dasarnya dilandasi oleh segitiga kecurangan. Hal tersebut akan mempengaruhi kinerja operasional perusahaan. Kecurangan bisa dilakukan oleh seseorang yang memiliki akses tertentu terhadap barang yang mudah digelapkan atau dicuri.

Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa tekanan, peluang dan pembenaran merupakan hal yang paling berperan dan menjadi hal yang biasa untuk seseorang melakukan tindak kecurangan.

Daftar Acuan : (2002 – 2015)

Jakarta, 07 Juli 2015

Maulidya Khodijah Salas

Page 6: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

KATA PENGANTAR

Bismil-laahir-rahmanir-raahiim

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat yang telah diberikan kepada penulis, baik berupa kesehatan fisik dan

mental sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Kecurangan Yang Disampaikan Dalam Manajemen Letter Dengan

Menggunakan Pendekatan Segitiga Kecurangan”, yang merupakan salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan akuntansi pada

Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan

baik tanpa adanya dukungan, bimbingan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak

selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

sehingga memungkinkan skripsi ini terwujud. Ucapan terimakasih penulis

sampaikan kepada :

1. Mamahku tersayang, terima kasih untuk semua doa, pengorbanan, cinta,

kasih sayang, perhatian, dukungan dan motivasi baik moril dan materiil yang

tidak pernah putus, semoga penulis dapat selalu memberikan yang terbaik dan

menjadi anak yang berbakti untuk mamah, Tetehku Santi, Kakak Sawir,

keponakan tersayang, beserta keluarga besar yang selalu mendukung dan

mendoakan penulis.

2. Bapak Sukardi Hardjo Sentono, SE., MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi.

Page 7: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

3. Bapak Ahmad Basid, M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi yang telah

memberikan masukan kepada penulis.

4. Bapak Drs. Boedi Setyo Hartono, Ak.,MM, selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan saran, nasihat, dukungan dan motivasi yang membangun

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas waktu

yang telah diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Ibu Sri Ari Wahyuningsih, Dra, MM, selaku Dosen Wali dan Pembimbing

Akademik yang telah sabar mengajari dan menasehati penulis, serta dosen

dan staf karyawan yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam membantu

penyusunan skripsi penulis dan memberikan bekal ilmu yang sangat

bermanfaat bagi penulis.

6. KAP Kanaka Puradiredja Suhartono yang telah memberikan kesempatan

penulis untuk melakukan riset atas judul yang diambil dan kesempatan

melakukan observasi di perusahaan yang diaudit. Bapak Andi, selaku Auditor

di KAP Kanaka Puradiredja Suhartono yang telah memberikan dalam

menjawab segala pertanyaan penulis mengenai topik penelitian.

7. Teman – teman akuntansi 2011 (khusus sahabat Novi, Vita, Icha, Ka dewi

selaku teman satu bimbingan) dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

yang selalu mendukung dan berjuang untuk menyelesaikan kuliah.

8. Best Friend, Ika Oktavia, terima kasih atas canda tawa, support, refreshing,

sedih bareng, ketawa bareng, curhat bareng, pasti akan kangen saat – saat itu.

Thanks dear untuk persahabatannya.

Page 8: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

9. Teman – teman Himpunan Akuntansi Universitas Darma Persada periode

2014 – 2015 khususnya para anggotaku kaderisasi yang telah melakukan

aktivitas berarti bagi himpunan dan pembelajaran organisasi yang baik untuk

masa depan.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini yang

tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun

kiranya dapat menjadi satu sumbangan yang berarti bagi pembaca dan yang

membutuhkan. Besar harapan penulis adanya saran dan kritik untuk perbaikan

dimasa mendatang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima

dan bermanfaat dengan baik.

Jakarta, 07 Juli 2015

Penulis,

Maulidya Khodijah Salas

Page 9: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

DAFTAR ISI

JUDUL SKRIPSI ........................................................................................ . i

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ............................................. 1

1.1. Rumusan Masalah ....................................................... 6

1.1. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................ 6

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................... 8

2.1. Ruang Lingkup Audit Pelaporan ................................ 8

2.1.1. Audit Laporan Keuangan ............................. 8

Page 10: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

2.1.2. Pengertian Laporan Audit ............................ 11

2.1.3. Pengertian Manajemen Letter ...................... 14

2.2. Kecurangan ................................................................ 15

2.2.1. Pengertian Kecurangan ................................ 15

2.2.2. Jenis – Jenis Kecurangan ............................. 19

2.2.3. Pohon Kecurangan ....................................... 21

2.2.4. Pelaku Kecurangan ...................................... 23

2.2.5. Imbalan Pelaku Kecurangan ........................ 26

2.2.6. Informasi dalam Mengungkapkan

Kecurangan .................................................. 26

2.3. Segitiga Kecurangan .................................................. 27

2.3.1. Tekanan ....................................................... 29

2.3.2. Peluang ........................................................ 32

2.3.3. Pembenaran ................................................. 33

2.4. Penelitian Terdahulu .................................................. 34

2.5. Kerangka Berpikir ...................................................... 36

Page 11: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................... 40

3.1. Lokasi Penelitian ........................................................ 40

3.2. Jenis dan Sumber Data ............................................... 40

3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................ 40

3.4. Analisis Data .............................................................. 42

3.5. Jadwal Penelitian ........................................................ 42

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................... 44

4.1. Profil PT X ................................................................. 44

4.2. Hasil Penelitian .......................................................... 46

4.2.1. Analisis Mengenai Segitiga Kecurangan

PT X ............................................................ 46

4.2.2. Analisis Kecurangan Yang Disampaikan Dalam

Dalam Manajemen Letter ............................ 47

4.2.3. Dampak Untuk PT X ................................... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 74

5.1. Kesimpulan ................................................................. 74

5.2. Saran ........................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. xiv

Page 12: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jenis – Jenis Kecurangan ..................................................... 20

Tabel 2.2. Imbalan Kecurangan ............................................................ 26

Tabel 2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................. 34

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ................................................................. 43

Tabel 4.1. Manajemen Letter Mengenai Aset ...................................... 51

Tabel 4.2. Penjualan Tahun 2013 ......................................................... 53

Tabel 4.3. Manajemen Letter Mengenai Tanaman ............................... 55

Tabel 4.4. Manajemen Letter Mengenai Persediaan ............................. 58

Tabel 4.5. Manajemen Letter Mengenai Pemanfaatan Aset ................. 62

Tabel 4.6. Manajemen Letter Mengenai Fisik Aset Tetap ................... 65

Tabel 4.7. Manajemen Letter Mengenai Pembangunan Kantor .......... 68

Page 13: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pohon Kecurangan ............................................................... 22

Gambar 2.2. Segitiga Kecurangan ............................................................ 28

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir ................................................................ 36

Gambar 4.1. Analisis Segitiga Kecurangan .............................................. 70

Page 14: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penerbitan laporan keuangan secara umum bertujuan untuk

memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, serta arus kas

perusahaan. Laporan keuangan ini sangat bermanfaat bagi sebagian besar

kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat segala keputusan –

keputusan yang berhubungan dengan ekonomi, serta menunjukan

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang telah

diberikan oleh pihak perusahaan. Laporan keuangan dalam suatu perusahaan

haruslah diaudit oleh pihak berwenang atau auditor untuk memeriksa dan

mengecek apakah laporan keuangan perusahaan berjalan dengan semestinya

dan tidak adanya identifikasi kecurangan yang mengakibat kerugian baik

secara material ataupun non material.

Laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit disebut sebagai

laporan audit yang mencakup tentang keseluruhan proses audit yang sangat

penting, secara umum laporan audit tersebut dapat didefinisikan sebagai

laporan yang menyatakan pendapat auditor yang independen mengenai

kelayakan atau ketepatan bahwa laporan keuangan tersebut tidak dipengaruhi

oleh salah saji yang material dan juga memberikan keyakinan yang memadai

atas akuntabilitas manajemen aset perusahaan. Laporan audit ini adalah tahap

akhir dari keseluruhan proses audit yang didasarkan kepada laporan keuangan

Page 15: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

2

historis yang disiapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,

salah satu bentuk laporan audit adalah manajemen letter.

Manajemen letter merupakan surat yang dibuat oleh Kantor Akuntan

Publik (KAP) ditujukan kepada manajemen perusahaan atau klien (auditee)

yang telah diperiksa laporan keuangannya. Berisi tentang kesimpulan akuntan

publik mengenai kebijakan – kebijakan dan prosedur akuntansi perusahaan,

kontrol internal, dan kebijakan – kebijakan operasional, disertai dengan saran

– saran perbaikan dari KAP. Manajemen letter mempunyai banyak manfaat

untuk manajemen perusahaan yaitu untuk mengetahui kelemahan –

kelemahan yang terdapat dalam pengendalian internal perusahaan serta dapat

mengambil tindakan – tindakan perbaikan untuk mengatasi kelemahan –

kelemahan tersebut, berdasarkan saran – saran yang diberikan dalam

manajemen letter, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya

kesalahan dan kecurangan didalam perusahaan. Kecurangan yang berakibat

pada terjadinya salah saji yang material dalam laporan keuangan ada dua

jenis, yaitu salah saji yang timbul sebagai akibat dari kecurangan dalam

pelaporan keuangan dan kecurangan yang timbul dari perlakuan yang tidak

semestinya terhadap aset, yang disebut dengan istilah penyalahgunaan atau

penggelapan.

Era globalisasi seperti sekarang ini, banyak aktivitas yang tidak dapat

terlepas dari praktek kecurangan. Kecurangan bisa saja dilakukan oleh

perseorangan, tetapi bisa juga dilakukan oleh sekelompok orang di dalam

organisasi yang bekerja sama dalam praktek kecurangan. Meningkatnya kasus

Page 16: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

3

skandal akuntansi menyebabkan berbagai pihak berspekulasi bahwa

manajemen telah melakukan kecurangan pada laporan keuangan (Skousen et

al., 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh ACFE (Association of

Certified Fraud Examiners) dalam Widjaja (2011) menunjukan bahwa 58%

dari kasus kecurangan yang dilaporkan, dilakukan oleh karyawan pada

tingkat manajerial, 36% dilakukan oleh manajer tanpa melibatkan orang lain,

dan 6% dilakukan oleh manajer dengan melakukan kolusi bersama karyawan.

Kasus serupa juga terjadi di Indonesia yaitu salah satunya adalah PT.

X yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan

pemeriksaan KAP telah ditemukan adanya salah saji dalam laporan keuangan

yang mengakibatkan adanya temuan kecurangan dalam aset tetap yang

dilampirkan dalam laporan manajemen letter yaitu, sebagai berikut :

1. Nomor inventaris aset belum dibuat

2. Terdapat kebun inti yang umur tanamannya melebihi 28 tahun

3. Pengelolaan persediaan yang kurang baik

4. Pemanfaatan aset (kandang sapi) belum optimal

5. Tidak ditemukannya fisik atas aset tetap milik PT. X

6. Ditemukan adanya bangunan kantor yang tidak tercatat dalam Daftar

Kumpulan Aset Tetap yang berada di dalam perusahaan.

Daftar Kumpulan Aset Tetap (DKAT) merupakan kumpulan laporan

keuangan yang berdasarkan dengan aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan.

Aset Tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai

manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk

Page 17: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

4

melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Daftar

kumpulan aset tetap mempunyai tujuan atas pemeriksaan tersebut yaitu untuk

menentukan bahwa aset tersebut memang ada, menetapkan hak milik atas aset

tetap dan apakah aset tersebut dijadikan jaminan, menentukan apakah

penilaian aset tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi, serta menentukan

apakah penyusutan telah sesuai dengan pinsip akuntansi Indonesia dan

apakah telah diterapkan secara konsisten. Aset tetap dalam PT. X umumnya

digolongkan yang terdiri dari :

1. Tanah dan perbaikan tanah

2. Gedung dan perbaikan gedung

3. Mesin dan peralatan pabrik

4. Mebel

5. Kendaraan

Faktor – faktor yang berkaitan dengan salah saji yang disebabkan oleh

perlakuan tidak semestinya terhadap aset dapat dikelompokkan ke dalam dua

golongan sebagai berikut :

1. Tingkat kecurigaan tentang terjadinya perlakuan tidak semestinya

terhadap aset yang terkait dengan sifat aset entitas dan tingkat

kerentanan aset dari pencurian, seperti jumlah kas yang sangat besar;

karakteristik persediaan atau aset lainnya yang dimiliki entitas seperti

ukurannya kecil, nilai atau permintaannya tinggi, mudah dijual, dan

tidak adanya identifikasi kepemilikan.

Page 18: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

5

2. Hal yang berkaitan dengan kurangnya pengendalian yang dirancang

untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya perlakuan tidak

semestinya terhadap aset, seperti kurangnya manajemen, tidak

memadainya penyelenggaraan catatan, kurangnya sistem otorisasi dan

pengesahan transaksi, kurangnya pemisahan tugas atau pengecekan

secara independen, dan sebagainya.

Menurut teori Cressey (dikutip oleh Skousen et al., 2009), terdapat

tiga kondisi yang selalu hadir dalam tindakan kecurangan yang sering disebut

dengan fraud triangle. Layaknya sebuah segitiga yang saling berhubungan

antara satu sudut dengan sudut lainnya, ketiga kondisi yang menjadi

penyebab terjadinya kecurangan tersebut saling terkait satu dengan yang

lainnya dan merupakan faktor resiko munculnya kecurangan dalam berbagai

situasi. Ketiga kondisi tersebut terdiri dari Tekanan (pressure), Peluang

(opportunity), dan Pembenaran (rationalization). Temuan berbagai faktor

resiko kecurangan oleh Cressey (1953) didasarkan pada serangkaian

wawancara dengan orang – orang yang dihukum karena penggelapan

(Skousen et al., 2009).

Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian skousen et, al,

dengan responden yang berbeda yaitu Kantor Akuntan Publik yang bertempat

di Jakarta. Berdasarkan penelitian tersebut, maka penulis memutuskan untuk

meneliti 3 faktor yang dapat mempengaruhi salah saji dalam laporan

keuangan yang disampaikan dalam manajemen letter. Salah saji tersebut

terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud) yang

Page 19: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

6

bersifat material dan non material, Faktor – faktor tersebut antara lain : (1)

Tekanan atau dorongan yang kuat untuk melakukan sebuah kecurangan; (2)

Peluang atau kesempatan untuk melaksanakan kecurangan tersebut; (3)

Rasionalisasi atau alasan pembenaran terhadap perilaku, dituangkan dalam

judul penelitian “Kecurangan Yang Disampaikan Dalam Manajemen

Letter Dengan Menggunakan Pendekatan Segitiga Kecurangan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang

masalah, bahwa terdapat 3 faktor dalam mengungkapkan permasalahan yang

terjadi. Faktor tersebut antara lain tekanan (pressure), peluang (opportunity),

dan pembenaran (rationalization). Permasalahan yang hendak dijawab pada

penelitian ini adalah :

Apakah pendekatan segitiga kecurangan dapat digunakan dalam

menetapkan kecurangan yang disampaikan dalam manajemen letter?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah menganalisis pendekatan segitiga kecurangan dalam menetapkan

kecurangan yang disampaikan dalam manajemen letter.

Page 20: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

7

Kegunaan penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

manfaat antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk mempraktekkan dan

menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa kuliah,

khususnya mata kuliah Audit, dengan penelitian ini diharapkan

menambah kemampuan berfikir kritis maupun menganalisis dan

mencari solusi dari suatu permasalahan.

2. Bagi Auditor atau KAP

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan dan saran – saran bagi pihak auditor dan KAP agar

permasalahan yang timbul sehubungan dengan kecurangan di dalam

perusahaan yang disampaikan dalam manajemen letter dapat ditangani

dengan lebih baik dan sebagai bahan masukan yang bermanfaat untuk

mengetahui kekurangan, kelemahan dan kendala dalam menangani

permasalahan tentang kecurangan.

3. Bagi Pihak Lain

Memberikan tambahan pengetahuan untuk memperluas pandangan

mengenai audit kecurangan baik secara teori maupun praktik dan

untuk menambah wawasan mengenai apa saja yang berhubungan

dengan kecurangan, serta memberi informasi dan gambaran yang

lebih jelas bagi peneliti lain yang ada hubungannya dengan penulisan

penelitian ini.

Page 21: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ruang Lingkup Audit Pelaporan

2.1.1 Audit Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu

perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk

menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Berikut ini pengertian

laporan keuangan dari beberapa sumber:

Menurut Munawir (2004:2) mengemukakan pengertian laporan

keuangan sebagai berikut: “Laporan keuangan pada dasarnya

adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas dari

perusahaan tersebut”.

Menurut Harahap (2002:7) mengemukakan pengertian laporan

keuangan sebagai berikut:

“Laporan keuangan merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya”.

Laporan keuangan merupakan acuan bagi auditor untuk

memeriksa apakah pelaporannya terdapat identifikasi kecurangan.

Boyton (2003:50) menjelaskan tentang azas – azas yang mendasari

audit laporan keuangan, yaitu :

Page 22: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

9

a. Hubungan antara akuntansi dan auditing

Akuntansi mencakup kegiatan mengidentifikasi bukti dan

transaksi yang dapat mempengaruhi entitas berupa catatan

akuntansi yang hasilnya berupa penyusunan dan distribusi laporan

keuangan yang sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang

berlaku umum. Audit laporan keuangan terdiri dari upaya

memahami bisnis dan industri. Tujuan utama audit laporan

keuangan bukan untuk menciptakan informasi baru, melainkan

untuk menambah keandalan laporan keuangan yang telah disusun

oleh manajemen.

b. Pembuktian dan pertimbangan profesional dalam audit laporan

keuangan

Audit dilakukan berdasarkan asumsi bahwa data laporan

keuangan dapat diteliti untuk pembuktian (verifiable) apabila dua

atau lebih orang yang memiliki kualifikasi dapat memberikan

kesimpulan yang serupa dari data yang diperiksa. Auditor

mencari dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas

kewajaran dari laporan keuangan. Dalam melakukan

pemeriksaan, auditor memperoleh bukti – bukti untuk

meyakinkan validitas dan ketepatan perlakuan akuntansi atas

transaksi dan saldo. Dalam konteks ini, validitas berarti otentik,

mantap atau memiliki dasar yang kokoh, sedangkan ketepatan

berarti sesuai dengan aturan – aturan akuntansi yang ditetapkan.

Page 23: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

10

c. Kebutuhan akan audit laporan keuangan

Kebutuhan akan audit laporan keuangan sangat diperlukan bagi

para pemakai laporan keuangan seperti dan para pemegang

saham, oleh karena itu para pemakai mencari keyakinan dari

auditor independen bahwa laporan keuangan terbebas dari

kepentingan manajemen dan netral untuk sekelompok pemakai

laporan keuangan serta tidak meningkatnya resiko interpretasi dan

resiko timbulnya kesalahan serta kecurangan.

d. Manfaat ekonomi suatu audit

Manfaat yang didapat dari audit laporan keuangan adalah adanya

akses ke pasar modal, biaya modal yang lebih rendah,

penangguhan kecurangan, peningkatan pengendalian dan

operasional.

Audit laporan keuangan bertujuan apakah laporan keuangan

secara keseluruhan telah disajikan secara wajar dalam segala hal yang

material sesuai dengan kriteria tertentu. Audit laporan keuangan ini

berdasarkan daftar kumpulan aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan.

Daftar kumpulan aset tetap mempunyai tujuan atas pemeriksaan

tersebut yaitu untuk menentukan bahwa aset tersebut memang ada,

menetapkan hak milik atas aset tetap dan apakah aset tetap tersebut

dijadikan jaminan, dll. Aset tetap merupakan aset berwujud dan

dikategorikan jika memenuhi kriteria berikut :

Page 24: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

11

a. Aset berwujud tersebut diperoleh dan dibentuk oleh perusahaan

untuk digunakan dalam operasi perusahaan selama lebih dari satu

tahun, tidak untuk dijual dalam kegiatan – kegiatan normal

perusahaan dan ada kemungkinan besar perusahaan nantinya akan

memperoleh keuntungan ekonomis dari aset tersebut.

b. Biaya perolehan aset tetap dapat dihitung secara pasti.

c. Aset bernilai lebih dari Rp. 500.000 atau satuan.

2.1.2 Pengertian Laporan Audit

Analisis harus memahami implikasi pendapat audit terhadap

pemakai laporan keuangan dan harus menghargai keterbatasan

pendapat audit terhadap pemakai laporan keuangan. Auditor biasanya

melakukan audit sesuai dengan Standar Auditing yang Berlaku Umum

(Generally Accepted Auditing Standars – GAAS). Standar audit

merupakan alat pengukur untuk menilai kualitas prosedur audit.

Standar ini bertujuan untuk memastikan tanggung jawab auditor

dengan jelas dan dinyatakan dengan tegas serta bahwa tingkat

tanggung jawab yang diasumsikan telah jelas bagi pemakai laporan

keuangan. Standar audit berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu

kinerja tindakan yang harus dilakukan, dan berkaitan dengan tujuan

yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur audit. Standar

audit berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional auditor,

namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam

Page 25: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

12

pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya. Menurut Standar

Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis

opini auditor, yaitu:

a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian adalah jika auditor telah

melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang

ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, seperti terdapat dalam

standar profesional akuntan publik dan telah mengumpulkan

bahan – bahan pembuktian (audit evidence) yang cukup untuk

mendukung opininya, serta tidak ditemukan kesalahan yang

material atas penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia.

b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan

yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku (unqualified

opinion with explanatory language)

Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang

mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan atau

bahasa penjelasan lain dalam laporan audit, meskipun tidak

mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang

dinyatakan oleh auditor.

c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan

telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,

Page 26: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

13

posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,

kecuali untuk dampak hal – hal yang berhubungan dengan yang

dikecualikan. Laporan jenis ini dikeluarkan apabila auditor

percaya bahwa laporan secara keseluruhan disajikan secara wajar

namun ruang lingkup audit dibatasi maupun data keuangan

menunjukan suatu kegagalan dalam mengikuti prinsip – prinsip

akuntansi yang berlaku umum.

d. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan yang disajikan

tidak secara wajar, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas

entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia. Laporan jenis ini dikeluarkan apabila auditor

percaya bahwa laporan yang telah disajikan salah secara material

atau menyesatkan (materrially misstated atau missleading) secara

keseluruhan sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi

keuangan entitas, atau hasil usaha, dan operasi entitas dan arus

kas sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum.

e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)

Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan auditor tidak

menyatakan pendapat atas laporan yang telah diaudit. Laporan

jenis ini dikeluarkan apabila auditor tidak dapat merasa puas

Page 27: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

14

bahwa laporan secara keseluruhan disajikan secara wajar atau

auditor tidak independen.

Laporan audit merupakan media formal yang digunakan oleh

auditor dalam mengkomunikasikan temuan auditor kepada pemakai

khususnya laporan keuangan. Laporan audit menambah nilai (add

value) karena opini auditor yang objektif dan independen terhadap

kewajaran suatu laporan. Laporan audit dapat didefinisikan sebagai

laporan yang menyatakan pendapat auditor yang independen

mengenai kelayakan atau ketepatan bahwa laporan keuangan tersebut

tidak dipengaruhi oleh salah saji yang material dan juga memberikan

keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen aset

perusahaan. Dalam laporan audit perusahaan memuat pendapat wajar

tanpa pengecualian yang menyatakan bahwa laporan disajikan secara

wajar.

2.1.3 Pengertian Manajemen Letter

Manajemen letter adalah salah satu pernyataan yang dibuat oleh

auditor kepada auditee. Manajemen letter merupakan suatu surat yang

dibuat oleh KAP ditujukan kepada manajemen perusahaan yang telah

diperiksa laporan keuangannya (diaudit), yang berisi tentang

kelemahan dari struktur pengendalian internal perusahaan yang

ditemukan selama pelaksanaan pemeriksaan, disertai dengan saran –

saran perbaikan dari KAP.

Page 28: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

15

Menurut Meigs, Whittington and Meigs (2001), manajemen

letter adalah suatu laporan kepada manajemen yang berisi

rekomendasi untuk memperbaiki kelemahan – kelemahan yang

diungkapkan akuntan publik setelah mempelajari dan mengevaluasi

pengendalian internal perusahaan. Disamping untuk menyampaikan

informasi – informasi yang bermanfaat kepada manajemen,

manajemen letter juga membantu membatasi tanggung jawab akuntan

publik seandainya dikemudian hari kelemahan dalam pengendalian

internal mengakibatkan kerugian perusahaan.

2.2 Kecurangan

2.2.1 Pengertian Kecurangan

Jenis kecurangan yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan

berbeda karena praktik kecurangan antara lain sangat dipengaruhi oleh

kondisi hukum di negara yang bersangkutan. Negara – negara maju

yang penegakan hukum sudah berjalan dengan baik, kondisi

masyarakat secara umum ekonominya cukup atau lebih dari cukup

maka pada umumnya praktik – praktik kecurangan lebih sedikit

kecurangan dalam hal modus operamandi yang berupa penipuan,

pemalsuan. Menghalalkan semua cara, penggunaan wewenang atau

kekuasaan yang salah serta selalu berlindung dibalik pembenaran

hukum merupakan sebagian ciri – ciri praktik operasional kecurangan.

Page 29: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

16

Kecurangan merupakan manipulasi data atau informasi dengan

tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar – besarnya,

segala bentuk dan aspek informasi keuangan yang paling banyak

digunakan untuk memanipulasi data. Kecurangan merupakan proses

pembuatan, beradaptasi, dan meniru dengan maksud untuk membuat

kebohongan dan menipu. Kejahatan yang serupa dengan penipuan

adalah kejahatan yang memperdaya yang lain, termasuk melalui

penggunaan benda yang diperoleh melalui pemalsuan.

Dalam pengertian luas, kecurangan adalah suatu bentuk

penipuan yang disengaja atau direncanakan demi keuntungan dan

kemakmuran pribadi atau perseorangan atau untuk merusak dan

mengganggu kehidupan serta kekayaan orang lain. Kecurangan

merupakan sebuah istilah yang memiliki arti umum dan luas,

mencakup semua bentuk kelicikan atau tipu daya manusia yang

dipaksakan oleh satu orang untuk mendapatkan keuntungan lebih dari

yang lain dengan memberikan keterangan palsu dan telah

dimanipulasi.

Secara harafiah kecurangan didefinisikan sebagai fraud namun

pengertian ini telah dikembangkan lebih lanjut. Kecurangan tersebut

didefinisikan secara berbeda – beda oleh para praktisi dan akademisi.

Berikut ini merupakan definisi kecurangan dari berbagai sudut

pandang yang berbeda:

Page 30: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

17

Menurut Arens, mendefinisikan kecurangan sebagai berikut:

“Kecurangan terjadi ketika salah saji dibuat dalam suatu

keadaan yang mengetahui bahwa hal itu adalah suatu kepalsuan

dan dilakukan dengan maksud untuk melakukan kecurangan”.

Menurut Statement on Auditing Standars (SAS) No. 99,

mendefinisikan kecurangan sebagai berikut: “Tindak kesengajaan

untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan

yang merupakan subyek audit”.

Menurut the Association of Certified Fraud Examiner (ACFE),

mendefinisikan kecurangan sebagai berikut:

“Perbuatan – perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan oleh orang dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain”.

Menurut Oxford English Dictionary, mendefinisikan kecurangan

sebagai berikut: “Sebuah tindak pidana kecurangan dengan

menggunakan penyajian yang palsu untuk memperoleh

keuntungan dengan cara yang tidak adil atau mengambil paksa

hak atau kepentingan orang lain”.

Page 31: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

18

Menurut Binbangkum, n. d., mendefinisikan kecurangan sebagai

berikut: “Suatu tindak kesengajaan untuk menggunakan sumber

daya perusahaan secara tidak wajar dan salah saji menyajikan

fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi”.

Dari beberapa definisi atau pengertian kecurangan di atas, maka

dapat diketahui bahwa pengertian kecurangan sangat luas dan dapat

dilihat dari beberapa kategori kecurangan. Menurut Binbangkum (n.d)

secara umum, unsur – unsur dari kecurangan adalah :

a. Harus terdapat salah pernyataan atau penyajian yang keliru

(misrepresentation);

b. Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present);

c. Fakta bersifat material (material fact);

d. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-

knowingly or recklessly);

e. Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak

bereaksi;

f. Pihak yang dirugikan harus bereaksi (acted) terhadap salah

pernyataan tersebut (misrepresentation);

g. Mengakibatkan kerugian (detriment).

Page 32: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

19

Sedangkan kesalahan (error) adalah salah saji yang timbul

sebagai akibat tindakan yang tidak disengaja, yang dalam keadaan

tersebut para pengambil keputusan dapat berubah keputusannya.

Keadaan – keadaan berikut ini yang termasuk dalam kriteria kesalahan

(error) :

a. Kesalahan – kesalahan dalam pengumpulan atau pemrosesan data

akuntansi;

b. Taksiran akuntansi yang tidak besar yang berasal dari salah

penafsiran;

c. Kesalahan dalam penerapan prinsip – prinsip akuntansi, yang

berkenaan dengan jumlah, klasifikasi, dan cara penyajiannya

ataupun pengungkapannya.

2.2.2 Jenis – Jenis Kecurangan

Menurut The Association of Certified Fraud Examiners

(ACFE) dalam Prasetya (Peak Indonesia 2003) kecurangan

diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu kecurangan pekerjaan,

kecurangan manajemen, kecurangan investasi, kecurangan

penyediaan, dan kecurangan pelanggan. Tabel 2.1 mengenai jenis –

jenis kecurangan akan menjelaskan sebagai berikut:

Page 33: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

20

Sumber : ACFE dalam Prasetya (2003)

Tabel 2.1

Jenis - Jenis Kecurangan

Jenis Kecurangan Korban Pelaku Penjelasan

Penggelapan uang atau kecurangan pekerjaan

Pegawai Pemberi kerja Pemberi kerja secara langsung atau tidak langsung mengambil hal dari pekerjanya

Kecurangan Manajemen

Pemegang saham

Manajemen tingkat atas

Manajemen tingkat atas memberikan penyajian yang salah pada informasi keuangan

Kecurangan Investasi

Investor Individu Individu menipu investor dengan menanamkan uangnya dalam investasi yang salah

Kecurangan Penyediaan atau logistik

Pembeli barang atau jasa

Penjual barang atau jasa

Mengenakan biaya yang berlebih atas barang atau jasa kepada pembeli

Kecurangan Pelanggan

Penjual barang atau jasa

Pelanggan Pelanggan meminta harga yang lebih kecil dari harga yang seharusnya

Page 34: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

21

2.2.3 Pohon Kecurangan

Pohon kecurangan atau disebut juga dengan Fraud Tree yang

secara skematis, Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)

menggambarkan cabang – cabang dari kecurangan dalam bentuk

skema hubungan kerja, beserta ranting dan anak rantingnya. Terdapat

tiga cabang utama, yakni Corruption, Asset Misappropriation,

Fraudulent Statements.

a. Korupsi (Corruption)

Korupsi atau banyak terjadi di negara – negara yang memiliki

sistem penegakan hukum yang lemah, serta kurangnya kesadaran

akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih

dipertanyakan. Jenis kecurangan ini paling sulit untuk dideteksi

karena menyangkut kerjasama dengan pihak lain, seperti suap dan

korupsi yang memiliki hubungan simbiosis mutualisme;

b. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)

Penyalahgunaan atau pencurian aset atau harta perusahaan atau

pihak lain. Asset Misappropriation atau “pengambilan” aset

secara ilegal merupakan bentuk kecurangan yang paling mudah

dideteksi karena sifatnya tangible atau dapat diukur atau dihitung;

c. Penipuan Laporan (Fraudulent Statements)

Tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif perusahaan

atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang

Page 35: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

22

sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam

penyajian laporan keuangan untuk memperoleh keuntungan.

Sumber : ACFE (2004)

Gambar 2.1

Pohon Kecurangan

Page 36: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

23

2.2.4 Pelaku Kecurangan

Dalam literatur akuntansi, kecurangan biasanya juga disebut

sebagai kejahatan kerah putih, pengingkaran, penggelapan, dan

ketidakwajaran. Kecurangan dilakukan oleh siapa saja yang memiliki

kesempatan dan tanpa mengenal kedudukan (Nguyen, 2008). Auditor

biasanya berhubungan dengan kecurangan pada dua tingkat. Oleh

karena itu tiap bentuk kecurangan memiliki berbagai implikasi yang

berbeda bagi auditor, maka kedua tingkat kecurangan ini akan

dibedakan.

1. Kecurangan oleh karyawan (employee fraud), biasanya

melibatkan karyawan bawahan yang didesain untuk secara

langsung mengonversi kas atau aset lainnya demi keuntungan

pribadi karyawan terkait. Kecurangan oleh karyawan biasanya

melibatkan penyalahgunaan aset, yang merupakan proses tiga

tahap: (a) mencuri sesuatu yang bernilai (aset), (b) mengonversi

aset tersebut ke dalam bentuk yang dapat digunakannya (uang),

(c) menutupi kejahatan tersebut untuk menghindari deteksi. Tahap

ketiga sering kali merupakan tahap yang paling sulit. Karyawan

pada tingkat menengah dan rendah. Karyawan ini

bertanggungjawab pada anak perusahaan, divisi, atau unit lain,

dan mereka dapat melakukan kecurangan pada laporan keuangan

untuk melindungi kinerja yang buruk atau untuk mendapatkan

bonus berdasarkan hasil kinerja yang lebih tinggi (Wells, 2005).

Page 37: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

24

2. Kecurangan oleh pihak manajemen (management fraud),

kecurangan ini dilakukan oleh orang dari kelas sosial ekonomi

yang lebih atas dan terhormat yang biasa disebut white collar

crime. Ketika melakukan kecurangan mereka lebih tidak terlihat

daripada kecurangan oleh karyawan, karena sering kali

kecurangan semacam ini lolos dari deteksi sampai terjadinya

kerusakan atau kerugian besar yang menyulitkan perusahaan.

Biasanya kecurangan oleh pihak manajemen tidak melibatkan

pencurian langsung aset. Pihak manajemen puncak dapat

melakukan berbagai aktivitas kecurangan untuk mendapatkan

nilai saham yang lebih tinggi. Hal ini mungkin dilakukan untuk

memenuhi harapan para investor atau untuk memanfaatkan opsi

saham yang dimasukan dalam paket kompensasi manajemen

terkait. Kecurangan inipun disebut sebagai kecurangan kinerja

(performance fraud), yang sering kali melibatkan praktik

penipuan untuk menggelembungkan pendapatan atau untuk

menunda pengakuan kebangkrutan atau penurunan pendapatan.

Kecurangan pihak manajemen pada tingkat lebih rendah biasanya

melibatkan penyajian data keuangan atau laporan internal yang

salah untuk mendapatkan kompensasi tambahan, mendapatkan

promosi, atau untuk meloloskan diri dari penalti akibat buruknya

kinerja.

Page 38: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

25

Penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud

Examiners mempelajari sejumlah faktor yang mencirikan pelaku

kecurangan, termasuk posisinya dalam perusahaan, kolusi dengan

pihak lain, gender, umur dan pendidikan.

1. Gender, walaupun gambaran demografis berubah – ubah, ada

lebih banyak laki – laki daripada perempuan yang menduduki

jabatan penting dalam perusahaan, hingga mereka lebih banyak

akses ke aset;

2. Posisi, mereka yang memiliki posisi paling tinggi adalah yang

memiliki akses terbesar ke dana serta aset lain perusahaan;

3. Usia, karyawan yang lebih tua cenderung memiliki pendidikan

lebih tinggi menempati jabatan yang lebih tinggi pula dalam

perusahaan, dan karenanya memiliki akses yang lebih besar ke

dana serta aset lain perusahaan;

4. Pendidikan, secara umum mereka yang memiliki pendidikan lebih

tinggi pula dalam perusahaan, dan karenanya memiliki akses yang

lebih besar ke dana serat aset lain perusahaan;

5. Kolusi, salah satu alasan melakukan pemisahan pekerjaan adalah

untuk mencegah orang berpotensi melakukan kecurangan untuk

benar – benar melakukannya. Ketika orang memiliki jabatan

penting berkolusi, maka mereka menciptakan peluang untuk

mengendalikan atau mendapatkan akses ke aset. Tetapi jika

mereka tidak berkolusi maka tidak akan mendapatkannya.

Page 39: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

26

2.2.5 Imbalan Pelaku Kecurangan

Imbalan yang diharapkan bagi para pelaku kecurangan beragam

jenis. Menurut Mulford (2010) berbagai imbalan dibagi menjadi

beberapa kategori berikut ini :

Tabel 2.2

Imbalan Kecurangan

Kategori Imbalan

Dampak pada harga saham

Mengurangi gejolak turun dan naiknya harga saham

Meningkatkan nilai perusahaan

Menurunkan biaya ekuitas

Meningkatkan nilai opsi saham

Dampak pada biaya pinjaman

Meningkatkan kualitas kredit

Rating utang jadi lebih tinggi

Biaya pinjaman lebih rendah

Kontrak keuangan lebih lunak

Dampak pada bonus yang diperoleh

Menaikkan laba yang menjadi dasar pemberian bonus

Dampak biaya politik Menurunkan dampak regulasi

Menghindari pajak yang lebih tinggi

Sumber : Mulford (2010)

2.2.6 Informasi dalam Mengungkapkan Kecurangan

Informasi yang biasanya digunakan oleh auditor untuk

mengakses resiko salah saji yang material akibat dari kecurangan

adalah sebagai berikut:

1. Informasi yang diperoleh dari komunikasi diantara anggota tim

audit berkaitan dengan pengetahuan mereka mengenai perusahaan

Page 40: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

27

yang sejenis, termasuk bagaimana dan dimana entitas memiliki

kecenderungan terjadinya salah saji sebagai akibat dari

kecurangan dan memperoleh pemahaman tentang bagaimana

manajemen dapat melakukan dan menyembunyikan tindakan –

tindakan yang berbau kecurangan, cara – cara mengenai

bagaimana aset perusahaan dapat digelapkan.

2. Jawaban manajemen atas pertanyaan auditor mengenai pandangan

mereka terhadap resiko kecurangan serta mengenai cara – cara

dan pengendalian yang digunakan untuk menangani risiko

kecurangan yang teridentifikasi. Jika terjadi ketidaksamaan

jawaban diantara mereka, auditor harus mencari informasi lain

untuk mengatasi ketidaksamaan tersebut.

3. Pengetahuan atau informasi yang diperoleh melalui prosedur –

prosedur lainnya berupa integritas dan kejujuran manajemen yang

diperoleh auditor dalam proses awal penugasan, diskusi dengan

manajemen, serta evaluasi atas tindak lanjut terhadap

pengendalian intern yang disarankan untuk diperbaiki pada audit

periode sebelumnya, dan sebagainya.

2.3 Segitiga Kecurangan

Teori yang mendasar penelitian ini adalah teori segitiga kecurangan.

Konsep segitiga kecurangan pertama kali diperkenalkan oleh Cressey (1953).

Melalui serangkaian wawancara dengan 113 orang yang telah di hukum

Page 41: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

28

karena melakukan penggelapan uang perusahaan yang disebutnya “trust

violators” atau “pelanggar kepercayaan”, yakni mereka yang melanggar

kepercayaan atau amanah yang dititipkan kepada mereka. Cressey (1953)

menyimpulkan bahwa :

Orang yang dipercaya menjadi pelanggar kepercayaan ketika ia melihat dirinya sendiri sebagai orang yang mempunyai masalah keuangan yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain, sadar bahwa masalah ini secara diam – diam dapat diatasinya dengan menyalahgunakan kewenangannya sebagai pemegang kepercayaan di bidang keuangan, dan tindak – tanduk sehari – hari memungkinnya menyesuaikan pandangan mengenai dirinya sebagai seseorang yang biasa dipercaya dalam menggunakan dana atau kekayaan yang dipercayakan.

Layaknya sebuah segitiga yang saling berhubungan antara satu sudut

dengan sudut lainnya, ketiga faktor yang menjadi penyebab terjadinya

kecurangan tersebut saling terkait satu dengan lainnya.

Gambar 2.2

Segitiga Kecurangan

Sumber: Cressey (1953)

Tekanan

Kesempatan Rasionalisasi

Page 42: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

29

2.3.1 Tekanan

Tekanan atau motif yaitu insentif yang mendorong orang

melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan

dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba – coba untuk

mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja (Salman, 2005).

Montgomery et al., (2002) dalam Rukmawati (2011) mengatakan

tekanan atau motif ini sesungguhnya mempunyai dua bentuk yaitu

nyata (direct) dan bentuk persepsi (indirect). Bentuk merupakan

tekanan yang nyata disebabkan oleh kondisi – kondisi kehidupan yang

nyata yang dihadapi oleh pelaku yang mendorong untuk melakukan

kecurangan. Kondisi tersebut dapat berupa kebiasaan sering berjudi,

kecanduan obat terlarang, atau menghadapi persoalan keuangan.

Tekanan dalam bentuk persepsi merupakan opini yang dibangun oleh

pelaku yang mendorong untuk melakukan kecurangan seperti

misalnya executive need.

Dari penelitiannya, Cressey juga menemukan bahwa non –

shareable problems yang dihadapi orang – orang yang

diwawancarainya timbul dari situasi yang dapat dibagi dalam enam

kelompok :

1. Violation of Ascribed Obligation

Suatu kedudukan atau jabatan dengan tanggung jawab keuangan,

membawa konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan dan juga

menjadi harapan atasan atau majikannya. Disamping harus jujur,

Page 43: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

30

ia dianggap perlu memiliki perilaku tertentu. (Banyak lembaga

negara dan asosiasi profesi dan bisnis Indonesia merasa perlu

menyusun pedoman perilaku pejabat atau anggotanya. Bahkan

keperluan yang lebih mendesak sering kali bukan pada

penyusunan atau pemberian pemahaman kepada yang akan diatur

perilakunya, tetapi pada publikasi terhadap masyarakat bahwa

kita sudah punya pedoman perilaku, tanpa pedulu apakah

perilakunya akan seperti yang tercantum dalam pedomannya).

2. Problems Resulting from Personal Failure

Kegagalan pribadi juga merupakan situasi yang dipersepsikan

oleh orang yang mempunyai kedudukan serta dipercaya dalam

bidang keuangan, sebagai kesalahannya menggunakan akal

sehatnya, dan karena itu menjadi tanggung jawab pribadinya.

Cressey mencontohkan bahwa seorang pengacara yang

kehilangan tabungan hasil kerjanya bertahun – tahun. Ia

menderita rugi karena menanamkan uangnya dalam bisnis yang

bersaing dengan bisnis para pelanggannya. Ia percaya, kalau saja

ia mau mengungkapkan masalahnya kepada para pelanggannya,

mereka akan bersedia membantunya. Namun, ia merasa tidak

mampu mengungkapkan kegagalan – kegagalan tersebut karena ia

merasa telah mengkhianati para pelanggannya. Ia takut

kehilangan statusnya sebagai orang yang dipercaya dalam bidang

Page 44: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

31

keuangan. Kehormatan pada diri sendiri menjadi awal

kejatuhannya.

3. Business Reversals

Cressey menyimpulkan bahwa kegagalan bisnis merupakan

kelompok situasi yang mengarah kepada non – shareable

problem. Masalah ini berbeda dari kegagalan pribadi di atas,

karena pelakunya merasa bahwa kegagalan itu berada di luar

dirinya atau di luar kendalinya. Dalam persepsinya, kegagalan itu

karena inflasi yang tinggi, atau krisis moneter atau ekonomi,

tingkat bunga yang tinggi, dan lain – lain.

4. Physical Isolation

Secara bebas situasi ini dapat diterjemahkan sebagai keterpurukan

dalam kesendirian. Dalam situasi ini, orang itu bukan tidak mau

berbagi keluhan dengan orang lain. Ia tidak mempunyai orang

lain tempat ia berkeluh dan mengungkapkan masalahnya. Cressey

memberi contoh seorang yang tidak mampu mengungkapkan

masalah keuangannya kepada orang lain.

5. Status Gaining

Situasi kelima ini tidak lain dari kebiasaan (buruk) untuk tidak

mau kalah dengan orang lain. Cressey mencatat bahwa, non –

shareable problem ketika orang itu menyadari bahwa ia tidak

mampu secara finansial untuk naik ke status itu, untuk menikmati

simbol – simbol keistimewaan yang dijanjikan status itu secara

Page 45: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

32

wajar dan sah, dan pada saat yang sama ia tidak bisa menerima

kenyataan untuk tetap berada dalam status itu.

6. Employer – Employee Relations

Cressey menjelaskan bahwa umumnya situasi keenam ini

mencerminkan kekesalan (atau kebencian) seorang pegawai yang

menduduki jabatan yang dipegangnya sekarang, tetapi pada saat

yang sama ia merasa tidak ada pilihan baginya, yakni ia harus

menjalankan apa yang dikerjakannya sekarang. Menurut Cressey,

masalah yang dihadapi orang itu menjadi non – shareable

problem karena kalau ia mengusulkan solusi untuk masalah yang

dihadapinya, ia khawatir statusnya di organisasi itu menjadi

terancam.

2.3.2 Peluang

Menurut Montgomery et al., (2002) dalam Rukmawati (2011)

peluang yang menyebabkan pelaku secara leluasa dapat menjalankan

aksinya yang disebabkan oleh pengendalian internal yang lemah,

ketidaksiplinan, kelemahan dalam mengakses informasi, tidak ada

mekanisme audit, dan sikap apatis. Adanya non – shareable problem

saja, tidaklah akan menyebabkan orang melakukan kecurangan. Non –

shareable problem meciptakan motif bagi terjadinya kejahatan. Akan

tetap, pelaku kejahatan harus mempunyai persepsi bahwa ada peluang

Page 46: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

33

baginya untuk melakukan kejahatan tanpa diketahui oleh orang lain.

Persepsi ini merupakan sudut kedua dari segitiga kecurangan.

Cressey berpendapat, ada dua komponen dari persepsi tentang

peluang ini. Pertama, general information, yang merupakan

pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung trust atau

kepercayaan, dapat dilanggar tanpa konsekuensi. Pengetahuan ini

diperoleh dari apa yang ia dengar atau lihat, misalnya dari pengalaman

orang lain yang melakukan kecurangan dan tidak ketahuan atau tidak

dihukum atau terkena sanksi. Kedua, technical skill atau keahlian atau

keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejahatan

tersebut. Ini biasanya keahlian yang dipunyai orang itu dan yang

menyebabkan ia mendapat kedudukan tersebut. Orang yang

dipercayakan untuk mengisi cek yang akan ditandatangani atasannya,

membuat kecurangan yang berkaitan dengan pengisian cek. Petugas

yang menangani rekening koran di bank, mencuri dari nasabah yang

jarang bertransaksi, dan lain – lain.

2.3.3 Pembenaran

Pembenaran atau rasionalisasi menjadi elemen penting dalam

terjadinya kecurangan, dimana pelaku mencari pembenaran atas

perbuatannya. Sikap atau karakter adalah apa yang menyebabkan satu

atau lebih individu untuk secara rasional melakukan kecurangan.

Integritas manajemen (sikap) merupakan penentu utama dari kualitas

Page 47: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

34

laporan keuangan. Ketika integritas manajer dipertanyakan, keandalan

laporan keuangan diragukan. Bagi mereka yang umumnya tidak jujur,

mungkin lebih mudah untuk merasionalisasi penipuan. Bagi mereka

dengan standar moral yang lebih tinggi, itu mungkin tidak begitu

mudah. Pelaku kecurangan selalu mencari pembenaran secara rasional

untuk membenarkan perbuatannya (Molida, 2011).

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1

Christoper J. Skousen et al. (2009)

Detecting and Predecting Financial Statement Fraud :The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99

x = Tekanan x = Kesempatan x = Rasionalisasi y = Kecurangan

Penelitian ini secara empiris menguji efektivitas kerangka faktor resiko kecurangan. Menggunakan dan menguji variabel yang berkaitan dengan kecurangan perusahaan. Mengindetifikasi variabel tekanan, peluang, dan rasionalisasi

2 Albrecht et al. (2010)

The Relationship Between South Korean Chaebols and Fraud

x = Tekanan x = Kesempatan x = Rasonalisasi y = Kecurangan

Berbagai situasi yang menyebabkan empat perusahaan Chaebol di Korea melakukan tindak kecurangan bisa diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan fraud triangle.

Page 48: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

35

3 Daniel T. H (2013)

Detection Fraud of Financial Statement With Fraud Triangle

x = Financial stability x = Financial target x = Innefective monitoring x = External Pressure y = Financial Statement Fraud

Mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan perspektif segitiga kecurangan : stabilitas keuangan , sasaran keuangan , dan tekanan eksternal yang baik , terbukti secara bersamaan memiliki dampak positif terhadap kecurangan laporan keuangan yang ditunjukkan oleh manajemen laba.

4

Atia Rahma Nabila (2013)

Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan dalam Perspektif Fraud Triangle

x = Tekanan x = Kesempatan x = Rasonalisasi y = Kecurangan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai efektivitas dari fraud triangle dalam mendeteksi kecurangan.

5 Michel Rendika (2013)

Pengaruh Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Peran Inspektorat Terhadap Penyalahgunaan Aset

x = Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah x = Peran Inspektorat y = Penyalah- gunaan Aset

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang sejauhmana pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah terhadap penyalahgunaan aset dan peran inspektorat terhadap penyalahgunaan aset. Populasi pada penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Padang.

Sumber: Berbagai literatur pendukung penelitian

Page 49: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

36

2.5 Kerangka Berpikir

Gambar 2.3

Kerangka Berpikir

Tekanan

Kecurangan yang disampaikan dalam Manajemen Letter

Peluang

Pembenaran

Sumber : Berdasarkan Donald Cressey kemudian diolah penulis

Kecurangan mengacu pada kesalahan penyajian suatu fakta yang

material dan dilakukan satu pihak ke pihak lainnya dengan tujuan menipu

dan membuat pihak lain merasa aman untuk berantung pada fakta yang

merugikan baginya. Berdasarkan penelitian Cressey, orang melakukan

aktivitas kecurangan akibat interaksi dorongan yang berasal dari dalam

kepribadian individu terkait dan dari lingkungan eksternal. Dorongan ini

diklasifikasikan ke dalam tiga kategori umum : (1) tekanan (pressure), (2)

peluang (opportunity), (3) pembenaran (rasionalisasi). Ketiga dorongan ini

dikenal sebagai “segitiga kecurangan”.

Hal yang berkaitan dengan kecurangan yang disampaikan dalam

manajemen letter dapat disimpulkan bahwa kecurangan terjadi bisa

diakibatkan oleh siapapun hanya saja yang berbeda adalah faktor

pendorongnya. Oleh karena itu perusahaan diwajibkan untuk memahami

Page 50: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

37

seluk beluk kecurangan yang terjadi di dalam operasional perusahaan.

Karena cara yang terbaik untuk mencegah kecurangan adalah dengan

memahami apa sebenarnya yang menjadi penyebab kecurangan.

Kecurangan bisa terjadi dimana saja dan dilingkungan apa saja mulai dari

tingkatan yang paling tinggi sampai tingkatan yang paling rendah.

1. Tekanan

Tekanan disebabkan oleh kondisi – kondisi kehidupan yang nyata yang

dihadapi oleh pelaku yang mendorong untuk melakukan kecurangan.

Tekanan dapat terjadi saat manajemen sedang membutuhkan uang

untuk memenuhi kebutuhan pribadinya misalnya tekanan untuk biaya

pengobatan, tekanan dari keluarga yang menuntut keberhasilan secara

ekonomi, serta pola hidup mewah. Tekanan juga bisa timbul saat timbul

saat kinerja perusahaan berada pada titik di bawah rata – rata. Untuk

mengetahui apakah tekanan dapat menjadi dasar dalam melakukan

kecurangan maka penelitian ini akan mengkoreksi laporan audit yang

berupa manajemen letter.

2. Peluang

Peluang atau kesempatan dalam melakukan kecurangan laporan

keuangan timbul dari beberapa kondisi yang menguntungkan seperti

tidak adanya pengendalian internal, tidak adanya identifikasi

kepemilikan, tidak adanya pemisahan tugas serta minimnya pencatatan,

dan tidak adanya pengawasan oleh pihak perusahaan. Peluang yang

timbul dari kondisi ini memberikan peluang bagi manajemen untuk

Page 51: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

38

melakukan kecurangan oleh karena itu diperlukan konsep Good

Corporate Governance (GCG) yang merupakan salah satu alat untuk

mencegah kecurangan itu terjadi dan juga komite audit diperlukan

dalam mengidentifikasi sebuah kecurangan. Untuk mengetahui apakah

peluang dapat melakukan kecurangan maka penelitian ini akan

mengkoreksi laporan audit yang berupa manajemen letter.

3. Pembenaran

Pembenaran sering dihubungkan dengan sikap karakter seseorang yang

membenarkan nilai – nilai etis yang sebenarnya tidak baik. Pembenaran

menjadi elemen yang sangat penting untuk pelaku kecurangan karena

kebanyakan para pelaku tersebut tidak memiliki integritas dan sikap.

Ketika para pelaku melakukan sebuah kecurangan cenderung mereka

berfikir bahwa apa yang telah dilakukan benar atau sesuai perusahaan

padahal hal tersebut dapat membuat keuangan atau operasional

perusahaan menjadi kurang baik. Untuk mengetahui apakah ketika

terjadi sebuah kecurangan dalam laporan keuangan selalu dilandasi

dengan hal pembenaran maka penelitian ini akan mengkoreksi laporan

audit yang berupa manajemen letter.

Berdasarkan pemeriksaan yang telah ditemukan adanya salah saji

dalam laporan keuangan dan laporan pendukung lainnya yang

mengakibatkan adanya temuan kecurangan dalam aset tetap yang

disampaikan dalam manajemen letter. Penulis menganalisis manajemen

Page 52: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

39

letter dengan menggunakan pendekatan segitiga kecurangan, berikut ini

adalah rincian dari manajemen letter :

1. Nomor inventaris aset belum dibuat

2. Terdapat kebun inti yang umur tanamannya melebihi 28 tahun

3. Pengelolaan persediaan yang kurang baik

4. Pemanfaatan aset (kandang sapi) belum optimal

5. Tidak ditemukannya fisik atas aset tetap milik PT. X

6. Ditemukan adanya bangunan kantor yang tidak tercatat dalam Daftar

Kumpulan Aset Tetap yang berada di dalam perusahaan

Page 53: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian penulis pada PT X yang telah di audit oleh KAP

Kanaka Puradiredja yang beralamat di Jl Prof Dr Supomo SH 178-A Rukan

The Royal Palace Bl C atau 29 Jakarta 12810 Jakarta dengan memeriksa

laporan manajemen letter PT X. Untuk memperoleh data yang diperlukan

sesuai dengan obyek penelitian, maka penulis melaksanakan penelitian pada

waktu yang telah ditentukan oleh KAP Kanaka Puradiredja.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

dokumenter yaitu jenis data penelitian terhadap fakta yang tertulis

(dokumen)/berupa arsip data yang diteliti berdasarkan sumbernya yaitu data

internal yang berupa: dokumen, arsip dan catatan orisinil yang diperoleh dari

suatu organisasi dari data eksternal, yaitu publikasi data yang diperoleh dari

orang lain.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara – cara yang dilakukan

penulis untuk memperoleh data dan keterangan – keterangan yang diperlukan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian lapangan dan studi

kepustakaan.

Page 54: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

41

1. Penelitian Lapangan

Teknik pengumpulan data atau informasi yang dilakukan dengan cara

terjun langsung ke obyek penelitian yang sedang diteliti. Penelitian

lapangan yang dilakukan oleh penulis antara lain:

a. Wawancara langsung kepada pihak – pihak terkait yang berhubungan

dengan topik permasalahan penulis. wawancara adalah suatu cara

mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung

kepada seorang informan atau autoritas atau seorang ahli yang

berwenang dalam suatu masalah.

b. Dokumentasi yang didapat oleh penulis dari obyek penulis.

dokumentasi adalah suatu cara mengumpulkan data dengan cara

menganalisis dokumen – dokumen yang didapat peneliti.

c. Pengamatan atau observasi secara langsung di obyek penelitian.

Pengamatan merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan cara

pengamatan langsung pada obyek penelitian.

2. Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data yang bersifat teoritis, teknik pengumpulan data

ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Dokumentasi internet, penulis melakukan browsing pada situs – situs

terkait untuk memperoleh tambahan literature atau data relevan

lainnya yang diperlukan dalam proses penelitian.

b. Buku wajib, buku yang digunakan selama perkuliahan yang berkaitan

dengan penelitian penulis.

Page 55: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

42

c. Jurnal penelitian, jurnal penelitian ini berkaitan dengan penelitian

yang dilakukan penulis sebagai pandangan dan panduan tentang

pembahasan penulisan dalam penelitian.

3.4 Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif

analisis, dalam penulisan ini akan digambarkan mengenai segitiga kecurangan

dapat digunakan dalam menetapkan kecurangan yang telah disampaikan

dalam manajemen letter. Manajemen letter yang telah dianalisis oleh pihak

KAP beserta penulis mengenai identifikasi kecurangan. Selanjutnya

menjelaskan dan menganalisis kecurangan yang terjadi melalui pendekatan

kualitatif yang dilaksanakan dalam bentuk wawancara secara langsung

dengan pihak yang terkait.

Karena keterbatasan penulis di dalam skripsi ini maka tidak dilakukan

wawancara dengan PT X. Data yang didapat berasal dari beberapa sumber

bacaan dan pendapat lain dari pemeriksa yang sering berhadapan dengan PT

X.

3.5 Jadwal Penelitian

Penelitian berlangsung selama enam bulan mulai dari pembuatan

judul, pengumpulan data, hingga penyempurnaan Bab I, Bab II, Bab III, Bab

IV, dan Bab V. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari, Februari, Maret,

April, Mei, dan Juni.

Page 56: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

43

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

2015 2015 2015 2015 2015 2015

1 Judul Variabel

2 Pengumpulan Data

3 Penyusunan Skripsi

4 Perbaikan

5 Penyelesaian Skripsi

6 Dikumpulkan ke Dosen

Sumber: Diolah Penulis

Page 57: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

44

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil PT X

PT X dalam menggunakan jasa auditor eksternal, berpedoman pada

Keputusan Menteri Keuangan RI No. 423 atau KMK.06 atau 2002 tanggal 30

September 2002 pasal 6 ayat (4), yang diperbarui melalui Peraturan Menteri

Keuangan RI No. 17 atau PMK.01 atau 2008 tanggal 5 Februari 2008 pasal 3

ayat (1) yang menyatakan bahwa “Pemberian jasa audit atas laporan

keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik

(KAP) paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang

Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

Berdasarkan ketentuan tersebut, pada audit Laporan Keuangan PT X tahun

buku 2013, PT X menggunakan jasa KAP Kanaka Puradiredja Suhartono,

dengan Signing Partner Andy Eldes, Ak, CPA,CA (No. register 0207) dan

menerbitkan Manajemen letter atas Laporan Keuangan Konsolidasian PT X

tahun buku 2013.

PT X merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan

kelapa sawit. PT X melaksanakan kegiatan utama yaitu sebagai berikut:

1. Pengusaha budidaya tanaman, meliputi pembukaan dan pengelolaan

lahan, pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan serta melakukan

kegiatan – kegiatan lain yang sehubungan dengan pengusahaan budidaya

tanaman tersebut.

Page 58: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

45

2. Produksi meliputi pemungut dan hasil tanaman, pengolahan hasil tanaman

sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang

jadi serta produk turunannya.

3. Perdagangan meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran berbagai

macam hasil produksi serta melakukan kegiatan perdagangan lainnya

yang berhubungan dengan kegiatan usaha Perseroaan.

4. Pengembangan usaha bidang Perkebunan, Agro Wisata, Agro Bisnis, dan

Agro Foresty.

5. Kegiatan usaha dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang

dimiliki untuk trading house, pengembangan kawasan industri, agro

industrial complex, real plantation, pusat perbelanjaan atau mall,

perkantoran, pergudangan, pariwisata, perhotelan, resort, olahraga dan

rekreasi, pertambangan, rest area, rumah sakit, pendidikan dan penelitian,

prasaranan telekomunikasi dan sumber daya energi, jasa penyediaan, jasa

konsultani bidang perkebunan, jasa pembangunan kebun, dan

pengusahaan sarana dan prasarana yang dimiliki perusahaan.

PT X telah memiliki areal Inti seluas 74.950 ha, areal Plasma seluas

88.467 ha, produksi Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit mentah

399.892 ton, produksi inti sawit 71.284 ton, karet 17.833 ton, kapasitas

pengolahan Pabrik Minyak Sawit (PMS) 440 ton, Tandan Buah Segar (TBS)

atau Jam, Karet 73 Ton. Kegiatan operasional PT X adalah pengusahaan

budidaya tanaman, produksi dan perdagangan hasil produksi komoditas

Page 59: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

46

kelapa sawit dan karet. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produksi, PT

X mengembangkan perkebunan inti (milik Perusahaan) dan membina petani.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Mengenai Segitiga Kecurangan PT X

Segitiga kecurangan dilandasi dengan tiga faktor kondisi yaitu

tekanan, peluang, pembenaran.

1. Tekanan mempunyai empat jenis kondisi yaitu stabilitas

keuangan PT X yang menggambarkan kondisi keuangan dalam

kondisi stabil dengan memanipulasi laba ketika stabilitas

keuangan PT X sedang terancam oleh kondisi ekonomi yang

terjadi, tekanan eksternal yang berlebihan bagi pihak manajemen

untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga,

kebutuhan keuangan individu yang mendesak dan mengakibatkan

melakukan hal – hal yang dapat merugikan pihak perusahaan,

target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen untuk

menghasilkan profitabilitas keuangan yang baik.

2. Peluang

Peluang memiliki tiga kategori yaitu kondisi PT X yang berkaitan

dengan munculnya resiko yang dapat melibatkan estimasi dan

pertimbangan – pertimbangan yang bisa mengakibatkan

kesalahan dimasa yang akan datang, ketidakefektifan pengawasan

yang dimana PT X tidak memiliki unit pengawas yang efektif

Page 60: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

47

untuk memantau kinerja perusahaan, dan struktur organisasi yang

tidak stabil atau yang tidak tetap (restruktur).

3. Pembenaran

Pembenaran merupakan hal yang paling sulit diukur karena pada

umumnya individu yang melakukan kecurangan meyakini bahwa

segala tindakan yang dilakukan bukanlah suatu kecurangan.

Penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen atau karyawan

dapat disebut juga dengan istilah moral hazard problem atau

jebakan moral.

4.2.2 Analisis Kecurangan yang disampaikan dalam Manajemen Letter

dengan Menggunakan Pendekatan Segitiga Kecurangan

Auditor menerbitkan laporan manajemen letter di PT X yang

berdasarkan dengan laporan keuangan tahun 2013 yang dilihat dari

DKAT, dan penulis menemukan adanya identifikasi kecurangan di

dalam manajemen letter tersebut, yaitu :

1. Temuan pemeriksaan mengenai aset

Pada saat auditor melakukan pemeriksaan di kebun PT X

ditemukan bahwa terdapat aset non tanaman yang tidak memiliki

nomor inventaris dan ada beberapa aset yang memiliki nomor

inventaris tetapi ketika ditelusuri di kebun tidak ditemukan karena

nomor inventaris yang tercantum pada aset salah. Nomor

inventaris berupa kode atau barkot yang tersusun sehingga dapat

Page 61: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

48

memudahkan staf karyawan untuk melakukan pengecekan dan

dapat mengetahui dengan cepat dimana aset tanaman berada.

Ketika aset non tanaman tidak memiliki nomor inventaris, aset

non tanaman tersebut akan rentan dari pencurian atau tindakan

kecurangan. PT X mempunyai dua jenis aset diunit kebun yaitu

berupa aset tanaman dan aset non tanaman. Aset tanaman

meliputi replanting dan pengembangan tanaman tahunan atau

lebih dari satu komoditas tanaman yang dibudidayakan dalam

satu kebun seperti pohon kelapa sawit, pohon karet. Sedangkan

aset non tanaman berupa tanah, bangunan rumah, bangunan

perusahaan, mesin dan instalasi, jalan, jembatan dan saluran air,

alat pengangkutan, alat pertanian, instalasi pembibitan, sarana dan

prasarana serta fasilitas penunjang lainnya yang merupakan

bagian yang tidak terlepas dari suatu kesatuan aset unit kebun PT

X. Pihak manajemen seharusnya melakukan pengecekan secara

independen setiap 3 bulan sekali dan mengkontrol setiap nomor

inventaris aset non tanaman dan mengikuti Standard Operating

Procedurs (SOP) yang diterapkan oleh kebun PT X dan nomor

inventaris aset non tanaman yang berada dikebun harus sesuai

dengan nomor inventaris yang terdaftar dalam DKAT. Unit kebun

PT X diharuskan memiliki nomor inventaris yang sesuai dengan

SOP sehinga akan meminimalisir tindakan kecurangan atau

kesalahan dimasa yang akan datang.

Page 62: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

49

Berdasarkan Tabel 4.1 tentang manajemen letter mengenai aset

yang telah diperiksa, penulis menemukan 3 faktor kondisi segitiga

kecurangan, yaitu :

a. Tekanan

Karyawan yang bekerja diunit kebun PT X akan kesulitan

dalam melacak keberadaan beberapa aset non tanaman

sehingga menjadi tidak efisien dan juga akan mengalami

kesulitan dalam melakukan kontrol secara cepat dan tepat

terhadap keberadaan aset non tanaman. Karyawan dituntut

oleh manajemen untuk memperbaiki sistem pencatatan

(administratif) yang harus sesuai dengan DKAT.

b. Peluang

Nomor inventaris aset non tanaman belum dibuat atau bahkan

nomor inventaris mengalami kekeliruan dalam peletakan

yang berada diunit kebun PT X, tidak memadainya

pencatatan dalam hal administratif, kelengkapan dokumen

tentang pemidahan aset kurang memadai, kurangnya

pengawasan dan pengendalian dari pihak manajemen, serta

karyawan yang kurang menerapkan SOP kedalam kinerjanya,

hal – hal tersebut akan menjadi peluang bagi karyawan dalam

melakukan sebuah tindak kecurangan.

Page 63: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

50

c. Pembenaran

Karyawan akan merasa bahwa apa yang telah dilakukan

selama ini merupakan hal yang benar dan wajar karena

didukung oleh kondisi yang diharapkannya. Kesulitan dalam

melacak keberadaan beberapa aset non tanaman diunit kebun

PT X karena tidak adanya nomor inventaris aset yang dibuat

dan tidak konsisten dalam tertib administratif akan menjadi

alasan bagi pelaku kecurangan untuk mencari pembenaran

atas perbuatannya.

Berikut dibawah ini adalah laporan manajemen letter mengenai

temuan pemeriksaan aset milik PT X.

Page 64: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

51

Tabel 4.1

Manajemen Letter Mengenai Aset

LAMPIRAN LAPORAN MANAJEMEN LETTER

Dari : Auditor KAP Kanaka Puradiredja Kepada : PT X Perihal : Temuan pemeriksaan mengenai aset Periode : Tahun 2013

Nomor inventaris aset belum dibuat.

Kondisi

Pada saat dilakukan pemeriksaan terhadap aset non tanaman pada kebun PT X ditemukan beberapa aset yang tidak memiliki nomor inventaris, serta aset yang memiliki nomor inventaris yang salah.

Kriteria

Dalam rangka pengendalian aset selain aspek akuntansi juga harus didukung aspek administratif yang baik melalui pemberian tagging number atau nomor inventaris pada aset untuk mempermudahkan melacak keberadaan aset dan meningkatkan keamanan pada aset milik unit kebun PT X.

Akibat

1. Unit kebun PT X akan mengalami kesulitan dalam melacak keberadaan beberapa asetnya.

2. Kebun PT X akan kesulitan melakukan kontrol secara cepat dan tepat terhadap keberadaan aset.

Sebab

Tidak adanya nomor inventaris terhadap aset non tanaman

Rekomendasi

Unit kebun PT X harus lebih maksimal dan konsisten dalam tertib administrasi dalam pemberian nomor inventaris dan penyusunan DKAT dan berita acara serah terima apabila ada pemindahan aset dan segera melakukan inventarisasi aset.

Tanggapan Manajemen

Pada prinsipnya manajemen sepakat dengan temuan Auditor bahwa setiap aset non tanaman wajib dilengkapi dengan nomor inventaris yang terdaftar dalam Daftar Kumpulan Aset Tetap (DKAT). Kedepan akan dilakukan kelengkapan nomor inventaris pada aset non tanaman.

Sumber : Berdasarkan manajemen letter tahun 2013 oleh KAP

Page 65: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

52

2. Temuan pemeriksaan mengenai tanaman

Pada saat auditor melakukan pengecekan fisik diunit kebun PT X,

auditor menemukan bahwa terdapat beberapa tanaman yang umur

masa tanamannya 28 tahun. Pedoman Dasar Kerja (PDK) yang

digunakan oleh pihak unit kebun menyatakan bahwa umur

tanaman yang ditanam tidak boleh melebihi 25 tahun, jika

terdapat umur tanaman yang melebihi 25 tahun maka si pihak unit

kebun wajib untuk memotong tanaman tersebut dan segera

melakukan tanaman ulang (replanting). PDK merupakan

pedoman dasar berupa buku yang berisi aturan – aturan dan tata

kelola perkebunan dari mulai pembibitan, penanaman,

pencangkokan, dan lain – lain. Terdapat dua metode untuk

memusnahkan tanaman tersebut yaitu, pertama dengan dipotong –

potong sehingga akan menjadi hancur dan terurai dengan tanah,

sedangkan yang kedua adalah dengan disuntik mati. Penulis

berpendapat bahwa pihak manajemen tidak mengkontrol atau

tidak melakukan cek fisik atas tanaman, pihak manajemen tidak

memperbaharui data atau dokumen pencatatan mengenai tanaman

tersebut sehingga mengakibatkan turunnya harga jual, contoh:

karet.

Berdasarkan tabel 4.2 mengenai penjualan pada tahun 2013

ditemukan bahwa terjadinya penurunan yang disebabkan oleh

tanaman yang melebihi umur 25 tahun. Total nilai penjualan

Page 66: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

53

tahun 2013 sebesar Rp 342.589 turun sekitar 29% dari penjualan

tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 484.732.

Tabel 4.2

Penjualan Tahun 2013

Uraian Description 2012 2013 %

Total Nilai Penjualan

Total Sales (Rp million) 484.732 342.589 29%

Volume Produksi Production Volume (Ton)

17.833 13.375 25%

Volume Penjualan Sales Volume 16.885 12.855 24%

Harga Jual Sales Price Rp/Kg 28.405 26.650 6%

Sumber : Berdasarkan penjualan tahun 2013 oleh KAP

Berdasarkan Tabel 4.3 tentang manajemen letter mengenai

tanaman yang telah diperiksa, penulis menemukan 3 faktor

kondisi segitiga kecurangan, yaitu :

a. Tekanan

Kurang memadainya dokumen atas pencatatan pemeliharaan

tanaman mulai dari pembibitan sampai memanen akan

membuat para karyawan yang bekerja diunit kebun PT X

enggan untuk menjangkau tanaman yang umurnya lebih dari

25 tahun, karena biasanya tanaman tersebut akan sulit

dijangkau yang diakibatkan tanaman tersebut tinggi.

Karyawan diunit kebun PT X menaikan harga jual ke

customer dengan alasan bahan baku tidak ada stok lagi,

karyawan melakukan hal tersebut untuk memulihkan kondisi

Page 67: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

54

keuangan perusahaan karena perusahaan sedang melakukan

Cost Reduction Program (CRP) tanpa sepengetahuan

manajemen atau atasan padahal hanya untuk mendapatkan

keuntungan pribadi dan akan menyebabkan kerugian untuk

perusahaan sehingga para pembeli atau customer merasa

keberatan dan akhirnya memilih untuk bertransaksi dengan

perusahaan lain.

b. Peluang

Manajemen tidak melakukan pemeriksaan khusus terhadap

tanaman yang umurnya lebih dari 25 tahun, penundaan

penanaman ulang terhadap tanaman, sehingga pelaku

kecurangan bisa menaikan atau menurunkan harga jual tanpa

persetujuan manajemen atau atasan.

c. Pembenaran

Penyehatan keuangan (CRP) dan penundaan tanaman

kembali akan menjadi alasan bagi karyawan untuk

melakukan kecurangan dengan tidak memberitahukan

manajemen mengenai kenaikan harga jual.

Berikut dibawah ini adalah laporan manajemen letter mengenai

temuan pemeriksaan tanaman milik PT X.

Page 68: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

55

Tabel 4.3

Manajemen Letter Mengenai Tanaman

LAMPIRAN LAPORAN MANAJEMEN LETTER

Dari : Auditor KAP Kanaka Puradiredja Kepada : PT X Perihal : Temuan pemeriksaan mengenai tanaman Periode : Tahun 2013 Terdapat kebun inti yang umur tanamannya melebih 28 tahun

Kondisi

Hasil observasi kebun yang kami kunjungi terdapat kebun inti yang umur tanamannya melebihi dari 25 Tahun yaitu dikebun inti PT X.

Uraian Tahun Tanam Luasan Areal

(Ha) Lokasi

Tanaman Menghasilkan

1983 58,00 Afd 3

Tanaman Menghasilkan

1984 1.728,50 Afd, 1, 2, 3, 4

Kriteria

PDK Tanaman

Akibat

Mempertimbangkan produktivitas, kesulitan teknis dalam pengambilan hasil panen, berpengaruh terhadap nilai buku tanaman, berpengaruh terhadap pasokan bahan baku ke pabrik.

Sebab

Belum dilakukan replanting oleh perusahaan.

Rekomendasi

Pihak kebun harus segera melakukan tanaman ulang (replanting) dan melakukan pengelompokan atas umur tanaman.

Tanggapan Manajemen

Mengingat perusahaan sedang melaksanakan program Cost Reduction Program (CRP) dalam rangka penyehatan keuangan Perusahaan maka program replanting untuk sementara ditunda. Namun demikian manajemen sepakat dengan temuan Auditor untuk memasukkan program replanting pada anggaran berikutnya dan masuk dalam skala prioritas.

Sumber : Berdasarkan manajemen letter tahun 2013 oleh KAP

Page 69: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

56

3. Temuan pemeriksaan mengenai persediaan

Auditor melakukan pemeriksaan terhadap bagian gudang di PT X

dan menemukan bahwa telah terjadi penumpukan persediaan

yang diakibatkan oleh stop moving dan slow moving serta tidak

sesuainya pencatatan yang tertulis di kartu fisik gudang dengan

fisik persediaan yang berada di gudang. Stop moving merupakan

pembatasan karena kelebihannya persediaan sehingga tidak dapat

tertampung kembali. Slow moving yaitu terjadinya pergerakan

akan tetapi pergerakan tersebut sangat lambat. Auditor melihat

bahwa sistem manajemen yang diterapkan oleh PT X kurang baik

karena tidak dapat menjaga dan mencatat setiap pengeluaran dan

penerimaan persediaan dengan tepat waktu, serta tidak sesuai

dengan persediaan apa yang harus diperlukan oleh pihak unit

kebun PT X. Manajemen juga tidak melakukan pengecekan

internal secara langsung ke bagian gudang sehingga karyawan

yang bekerja di bagian gudang melakukan pencatatan yang tidak

sesuai atas keluar masuknya persediaan. Kecurangan yang timbul

diakibatkan dari penyalahgunaan aset, penggelapan tanda terima

barang, pembelian fiktif yang menyebabkan perusahaan harus

membayar atas barang atau jasa yang tidak diterima.

Berdasarkan Tabel 4.4 tentang manajemen letter mengenai

persediaan yang telah diperiksa, penulis menemukan 3 faktor

kondisi segitiga kecurangan, yaitu :

Page 70: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

57

a. Tekanan

Penumpukan persediaan menjadi faktor pemicu untuk

melakukan tindak kecurangan karena karyawan dituntut

harus menyesuaikan anggaran dengan kebutuhan, sehingga

persediaan yang menumpuk tersebut mudah dicuri dan

dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi agar terhindar dari

atasan atau manajemen.

b. Peluang

Persediaan yang berada digudang dan tidak dimanfaatkan

dengan baik oleh PT X maka akan menjadi pemicu untuk

melakukan pencurian yang dikarenakan tidak adanya

monitoring atas persediaan di gudang dan tidak adanya

pengecekan persediaan secara independen oleh manajemen.

c. Pembenaran

Pelaku kecurangan mengambil keuntungan dengan menjual

persediaan sisa yang berada di gudang dengan alasan

kapasitas gudang sudah penuh sehingga tidak ada tempat

untuk menampung persediaan kembali.

Berikut dibawah ini adalah laporan manajemen letter mengenai

temuan pemeriksaan persediaan milik PT X.

Page 71: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

58

Tabel 4.4

Manajemen Letter Mengenai Persediaan

LAMPIRAN LAPORAN MANAJEMEN LETTER

Dari : Auditor KAP Kanaka Puradiredja Kepada : PT X Perihal : Temuan pemeriksaan mengenai persediaan Periode : Tahun 2013 Pengelolaan Persediaan yang kurang baik.

Kondisi

Pada saat dilakukan pemeriksaaan terhadap gudang persedian dijumpai beberapa hal yang menurut kami tidak sesuai seperti terdapat Stop Moving, Slow Moving, Kartu Gudang tidak sesuai dengan fisik di gudang. Hal tersebut terdapat di kebun Pabrik P, Rumah Sakit P, Pabrik Gunung M, Pabrik Minyak Sawit S, Kebun Inti Tm, Kebun Inti Tj, Kebun PT, Kebun DSS, dan Kebun Ta.

Kriteria

1. Sistem manajemen persediaan yang baik adalah sistem yang dapat menjaga persediaan dan mencatat setiap pengeluaran dan penerimaan persediaan secara tepat waktu dan efisien khususnya terhadap persediaan yang mempunyai batas waktu pemakaiannya (kadaluwarsa). Persediaan yang tidak dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dikelompokkan sebagai persediaan tidak lancar pada akun Persediaan tidak digunakan.

2. Terhadap persediaan seyogyanya dilakukan secara maksimal, baik meliputi aspek administrasi maupun sarana dan prasarana penunjang persediaan, dalam hal pengadministrasian hendaknya memperhatikan kecepatan, keakuratan dan mencatat jumlah persediaan dalam kartu gudang sesuai dengan fisik persediaan yang ada. Sedangkan sarana dan prasarana penunjang seperti lokasi penyimpanan serta penataan barang persediaan harus dapat dimaksimalkan guna menunjang kebaikan barang tersebut.

Akibat

1. Terdapat persediaan slow moving yang mengakibatkan kualitas mutu berkurang.

2. Persediaan menjadi menumpuk.

3. Ditemukannya selisih antara kartu gudang dengan laporan persediaan.

4. Penambahan biaya karena persediaan yang menumpuk di gudang tidak lagi sama dengan yang dibutuhkan

Sebab

1. Untuk persediaan slow moving sebagai besar tidak lagi digunakan karena memakan biaya terlalu tinggi.

2. Sudah tidak menggunakan persediaan stop moving tersebut.

3. Kurang hati-hatinya petugas gudang dalam mengatur atau mencatat update setiap penerimaan dan pengeluaran persediaan.

4. Manajemen tidak mengkontrol setiap kejadian atau transaksi yang terjadi

Lanjutan

Page 72: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

59

Rekomendasi

1. Persediaan harus segera disalurkan karena bisa mempengaruhi kualitas persediaan tersebut.

2. Persediaan agar dilakukan analisis untuk mengetahui kualitas persediaan tersebut oleh badan pemeriksa khusus.

3. Persediaan bahan baku dan pelengkap yang tidak dipakai lagi (kadaluarsa, rusak) dikelompokan dalam persediaan barang Incourant (barang yang sudah tidak digunakan kembali).

4. Pihak unit atau kebun membuat surat ke Distrik agar persediaan yang slow moving atau stop moving dipergunakan kepada unit atau kebun lainnya yang membutuhkan.

5. Pihak unit atau kebun segera melakukan update kartu gudang dan melengkapi kartu gudang dengan nomor kode jenis barang.

Tanggapan Manajemen

Pada prinsipnya Perusahaan telah menerapkan Inventory Control System guna memonitor jumlah persediaan di gudang. Selain itu Bagian Pengadaan Kantor Distrik juga melakukan monitoring persediaan gudang dibawah kendalinya khususnya saat pengajuan Memo Permintaan Barang (MPB) dan Permintaan Pembelian (PP) diajukan oleh Kebun atau Unit. Kedepan akan dilakukan monitoring yang lebih ketat atas pengadaan barang yang bersifat slow moving serta melakukan mutasi persediaan antar kebun atau unit untuk menghemat cash flow perusahaan.

Sumber : Berdasarkan manajemen letter tahun 2013 oleh KAP

Page 73: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

60

4. Temuan pemeriksaan mengenai pemanfaatan aset

Sesuai arahan Kementerian BUMN melalui yaitu melalui surat

nomor: S-50 tanggal 22 Februari 2012 tentang Pola Integrasi

Peternakan Sapi di kebun inti, yang mewajibkan seluruh BUMN

berpartisipasi membangun peternakan sapi yang terintegras, maka

PT X telah mengembangkan proyek Sapi – Energi. Pola

pengembangannya didasarkan pada asumsi bahwa industri

peternakan sapi dapat memanfaatkan areal tidak produktif serta

pelepah sawit untuk makanan ternak sedangkan industri

perkebunan dapat memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk

organik. Saat auditor melakukan pemeriksaan fisik atas sapi

tersebut ditemukan bahwa sapi banyak yang mati dan

pemanfaatan kandang sapi menjadi tidak optimal. Kapasitas

kandang sapi yaitu 500 ekor akan tetapi ketika melakukan

pemeriksaan atas pemanfaatan aset kandang sapi hanya tersisa 94

ekor. PT X menyuruh pihak manajemen merencanakan anggaran

untuk segera melakukan pembangunan kandang sapi tahap kedua

dan merekrut pihak ketiga untuk melakukan program

pendampingan. Menteri BUMN Rini Mariani mengatakan bahwa

perusahaan BUMN termasuk PT X mendapatkan kucuran

anggaran berupa penyertaan modal negara. Sedangkan, untuk PT

X Persediaan sapi periode 31 Desember 2013 sebesar Rp

Page 74: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

61

1.842.563.862 yang mencakup biaya pengadaan dan

pemeliharaan.

Berdasarkan Tabel 4.5 tentang manajemen letter mengenai

pemanfaatan aset yang telah diperiksa, penulis menemukan 3

faktor kondisi segitiga kecurangan, yaitu :

a. Tekanan

Manajemen harus segera membuat anggaran untuk

melakukan pembangunan aset tahap kedua, sedangkan dewan

direksi dan auditor memutuskan bahwa PT X tidak boleh

melakukan pembangunan aset tahap kedua karena akan

menyebabkan kapasitas menganggur (idle capacity).

b. Peluang

PT X harus mengkontrol anggaran yang dibuat oleh

manajemen agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan

yaitu kebutuhan individu untuk melakukan pencurian uang

perusahaan dengan membengkakan anggaran atau dana

siluman.

c. Pembenaran

Banyaknya sapi yang mati dan mempengaruhi harga pokok

sapi tersebut, perencanaan atas investasi yang kurang tepat,

pemanfaatan kandang sapi yang menjadi tidak produktif,

anggaran dana yang membengkak akan menjadi alasan untuk

manajemen atau karyawan dalam melakukan kecurangan.

Page 75: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

62

Berikut dibawah ini adalah laporan manajemen letter mengenai

temuan pemeriksaan pemanfaatan aset milik PT X.

Tabel 4.5

Manajemen Letter Mengenai Pemanfaatan Aset

LAMPIRAN LAPORAN MANAJEMEN LETTER

Dari : Auditor KAP Kanaka Puradiredja Kepada : PT X Perihal : Temuan pemeriksaan mengenai pemanfaatan aset Periode : Tahun 2013 Pemanfaatan aset (kandang sapi) belum optimal.

Kondisi

Pada saat pemeriksaan fisik atas sapi sawit pada tanggal 25 November 2013 kami menemukan terdapat aset yang pemanfaatannya tidak optimal, yaitu kandang sapi. Dari kapasitas kandang yang tersedia sebanyak 500 ekor, hanya terdapat 94 ekor sapi sawit sehingga mempengaruhi terhadap harga pokok sapi dalam hal biaya penyusutan.

Kriteria

Menurut kami PT X masih belum perlu melakukan pembangunan atau investasi.

Akibat

Aset mengalami idle capacity berpontensi menjadi aset tidak produktif.

Sebab

Perencanaan atas investasi yang kurang tepat.

Rekomendasi

Perusahaan perlu mengusulkan alternatif aktivitas bisnis agar lebih maksimal dan lebih tepat dalam berinvestasi.

Tanggapan Manajemen

Optimalisasi pemanfaatan kandang direncanakan dengan program pendampingan dengan pihak III untuk transfer pengetahuan pengelolaan sapi sawit sehingga penanganan dapat lebih optimal. Pengadaan sapi akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kesediaan dana operasional.

Sumber : Berdasarkan manajemen letter tahun 2013 oleh KAP

Page 76: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

63

5. Temuan pemeriksaan mengenai fisik aset tetap

PT X dalam menjalankan aktivitas operasional di unit kebun

menerapkan sistem DKAT. DKAT merupakan daftar kumpulan

aset tetap yang harus mencerminkan dengan kondisi yang

sebenarnya. Pada saat auditor melakukan pemeriksaan di unit

kebun PT X menemukan bahwa terdapat beberapa aset tetap yang

tidak diketahui keberadaannya sehingga aset tetap tersebut tidak

bisa dimanfaatkan dengan baik. Hal ini disebabkan karena tidak

adanya pencatatan yang benar atas letak aset tetap, kurangnya

pengendalian untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya

perlakuan tidak semestinya terhadap aset tetap, tidak adanya

identifikasi kepemilikan baik dari pihak gudang, unit kebun, dan

lain – lain sehingga dapat memicu terjadinya kecurangan yang

dilakukan oleh manajemen atau karyawan.

Berdasarkan Tabel 4.6 tentang manajemen letter mengenai fisik

aset tetap yang telah diperiksa, penulis menemukan 3 faktor

kondisi segitiga kecurangan, yaitu :

a. Tekanan

Kebutuhan ekonomi yang mendesak sehingga mengakibatkan

seseorang tidak memiliki moral untuk melakukan kecurangan

atau penggelapan aset tetap milik PT X.

Page 77: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

64

b. Peluang

Tidak teraturnya pencatatan atau dokumen mengenai aset

tetap milik PT X, tidak adanya pengawasan menjadi pemicu

dalam melakukan pencurian dan lemahnya pengendalian

internal menjadi kesempatan untuk melakukan kecurangan.

c. Pembenaran

Aset tetap tidak terpakai atau aset tetap rusak menjadi

pembenaran untuk para pelaku kecurangan karena sebagian

besar dari diri mereka tidak mempunyai sikap dan integritas

sehingga dapat menyalahgunakan dan menggelapkan aset

perusahaan.

Berikut dibawah ini adalah laporan manajemen letter mengenai

temuan pemeriksaan fisik aset tetap milik PT X.

Page 78: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

65

Tabel 4.6

Manajemen Letter Mengenai Fisik Aset Tetap

LAMPIRAN LAPORAN MANAJEMEN LETTER

Dari : Auditor KAP Kanaka Puradiredja Kepada : PT X Perihal : Temuan pemeriksaan mengenai fisik aset tetap Periode : Tahun 2013 Tidak ditemukannya fisik atas aset tetap milik PT X.

Kondisi Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik aset tetap atas aset yang dimiliki oleh Kebun T, beberapa aset tidak ditemukan dan diketahui keberadaannya.

Nama Aset Nomor Aset

a. Mesin Generating Listrik 13 atau TAMBA atau 005.0002 atau 1990

b. Mesin Diesel 13 atau TAMBA atau 005.0003 atau 1991

Kriteria Daftar kumpulan aset tetap merupakan daftar kumpulan - kumpulan aset tetap yang dimiliki perusahaan dan harus mencerminkan kondisi sebenarnya dan keberadaan atas aset milik perusahaan dari hak kepemilikian aset perusahaan tersebut.

Akibat

Aset tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaan.

Sebab Hal ini disebabkan karena tidak teraturnya administrasi atas lokasi letak aset milik perusahaan yang terdapat di kebun.

Rekomendasi

Kami menyarankan agar manajemen kebun Tambarangan segera menelusuri keberadaan aset tersebut dan melakukan revisi atas DKAT per Oktober 2013.

Tanggapan Manajemen Aset dimaksud telah berumur lebih dari 20 tahun dan mempunyai nilai buku Rp1,-. Atas fisik aset tersebut akan dilakukan penelusuran dan akan diusulkan untuk diafkir sesuai ketentuan yang berlaku.

Sumber : Berdasarkan manajemen letter tahun 2013 oleh KAP

Page 79: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

66

6. Temuan pemeriksaan mengenai pembangunan kantor

Ketika auditor melakukan pemeriksaan terhadap unit kebun inti

PT X ditemukan adanya bangunan kantor yang tidak tercatat di

dalam DKAT. auditor memeriksa laporan keuangan PT X dan

menemukan keganjilan bahwa tidak adanya anggaran pengeluaran

untuk membangun kantor tersebut. PT X menyatakan bahwa

pembangunan kantor tersebut dilakukan oleh pihak rekanan yang

berdasarkan komunikasi pembicaraan bukan dokumen tertulis.

Auditor meminta pihak manajemen PT X untuk melakukan

penghentian sementara terkait pembangunan kantor, karena

auditor melihat bahwa pihak rekanan ada maksud terselubung

terkait dengan pembangunan kantor sampai permasalahan

tersebut selesai baik dari administrasi maupun fisik dilapangan..

Pembangunan kantor sudah berkisar 80% dan tidak adanya

kepemilikan kontrak kerja.

Berdasarkan Tabel 4.7 tentang manajemen letter mengenai

pembangunan kantor yang telah diperiksa, penulis menemukan 3

faktor kondisi segitiga kecurangan, yaitu :

a. Tekanan

Pihak rekanan memanfaatkan kelemahan manajemen PT X

untuk menawarkan pembangunan kantor dengan PT X tidak

mengeluarkan biaya sepeserpun menyebabkan manajemen

menyetujui tanpa surat apapun, sehingga pihak manajemen

Page 80: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

67

merasa tertekan oleh PT X dan Pihak rekanan untuk

membangun kantor.

b. Peluang

Melihat pihak rekanan menawarkan pembangunan kantor di

kebun inti PT X dan tidak mengeluarkan biaya. PT X

langsung menyetujui pembangunan tersebut.

c. Pembenaran

PT X merasa diuntungkan dengan adanya pembangunan

kantor yang dilakukan oleh pihak rekanan, akan tetapi PT X

tidak melihat resiko yang akan dihadapi bahwasanya PT X

merupakan perusahaan BUMN milik pemerintah yang

seluruh anggaran akan ditranparasi dan diaudit oleh auditor

yang berwenang.

Berikut dibawah ini adalah laporan manajemen letter mengenai

temuan pemeriksaan pembangunan kantor milik PT X.

Page 81: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

68

Tabel 4.7

Manajemen Letter Mengenai Pembangunan Kantor

LAMPIRAN LAPORAN MANAJEMEN LETTER

Dari : Auditor KAP Kanaka Puradiredja Kepada : PT X Perihal : Temuan pemeriksaan mengenai pembangunan kantor Periode : Tahun 2013 Ditemukan Adanya Bangunan Kantor yang tidak tercatat dalam DKAT yang

berada di wilayah perusahaan

Kondisi

Dari hasil inventarisasi fisik atas aset tetap yang dilakukan di perusahaan, ditemukan adanya bangunan kantor yang dalam proses pembangunan namun tidak terdaftar di Daftar Kumpulan Aset Tetap atau Investasi dalam penyelesaian. Menurut staf setempat, pembangunan ini sebelumnya telah diusulkan dalam RKAP tahun 2013, namun ditunda persetujuan pembangunannya tetapi Pihak Rekanan melakukan pembangunan gedung kantor yang sampai Tim Audit meninggalkan lokasi diperkirakan pembangunan telah mencapai 80%. Pekerjaan pembangunan ini belum memiliki kontrak kerja.

Kriteria Semua aset tetap yang berada di Lingkungan kendali perusahaan, seharusnya tercatat di dalam Daftar Kumpulan Aset Tetap dan didukung dengan dokumen perolehannya.

Akibat

Berpotensi menimbulkan Kontinjen Liabilities.

Sebab Lemahnya sistem pengawasan dalam memastikan dipatuhinya kebijakan perusahaan dalam membentuk atau membangun suatu aset tetap.

Rekomendasi Pihak Manajemen melakukan tindakan koreksi untuk mencegah timbulnya Kontinjen Liabilities.

Tanggapan Manajemen Manajemen sepakat dengan temuan Auditor bahwa hal tersebut belum sesuai ketentuan yang berlaku. Pihak Distrik Kalbar 1 wajib bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan tersebut baik dari administrasi maupun fisik di lapangan.

Sumber : Berdasarkan manajemen letter tahun 2013 oleh KAP

Page 82: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

69

Berdasarkan 3 faktor kondisi yang diterapkan dalam segitiga

kecurangan, bahwa tekanan, peluang dan pembenaran merupakan hal

yang mendasar untuk melakukan berbagai tindak kecurangan.

Manajemen letter yang diperoleh dari KAP dianalisis oleh penulis

mengenai pendekatan segitiga kecurangan dalam menetapkan

kecurangan yang disampaikan dalam manajemen letter tersebut.

Berikut dibawah ini adalah hasil analisis untuk manajemen letter PT X

tahun 2013:

1. Nomor inventaris aset belum dibuat

2. Terdapat kebun inti yang umur tanamannya melebihi 28 tahun

3. Pengelolaan persediaan yang kurang baik

4. Pemanfaatan aset (kandang sapi) belum optimal

5. Tidak ditemukannya fisik atas aset tetap milik PT. X

6. Ditemukan adanya bangunan kantor yang tidak tercatat dalam

Daftar Kumpulan Aset Tetap yang berada di dalam perusahaan.

Page 83: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

70

Peluang :

1. Tidak memadainya pencatatan dalam hal

administratif dan kelengkapan dokumen

mengenai pemindahan aset kurang

memadai

2. Tidak adanya pemeriksaan khusus

terhadap tanaman dikebun inti

3. Persediaan yang berada digudang tidak

dimanfaatkan dengan baik dan tidak

adanya pengecekan secara indepen oleh

manajemen

4. Tidak adanya kontrol terhadap anggaran

5. Tidak adanya pengawasan dan lemahnya

pengendalian internal

6. Tidak adanya pemeriksaan lebih lanjut

terhadap pembangunan kantor oleh

pihak rekanan

Pembenaran :

1. Tidak adanya pencatatan dalam hal

administratif akan menjadi pembenaran

sendiri untuk pelaku kecurangan

2. Penyehatan keuangan dan penundaan

tanaman kembali atau replanting

3. Kapasitas gudang sudah tidak cukup

menampung persediaan

4. Perencanaan investasi yang kurang tepat

dan adanya anggaran dana yang tidak

terkontrol dengan baik

5. Penyalahgunaan terhadap aset karena

aset tersebut tidak terpakai

6. Pihak rekanan yang tergesa – gesa untuk

melakukan pembangunan kantor di unit

kebun

Gambar 4.1

Analisis Segitiga Kecurangan

Tekanan :

1. Memperbaiki sistem pencatatan dengan segera

2. Menaikan/menurunkan harga jual ke konsumen

3. Membenahi persediaan di bagian gudang agar tidak terjadi idle

capacity

4. Harus segera membuat anggaran untuk pembangunan tahap

kedua

5. Kebutuhan ekonomi pegawai yang tidak memiliki moral

6. Pembangunan kantor oleh pihak rekanan

Page 84: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

71

4.4.2 Dampak Untuk PT X

Segitiga kecurangan mempunyai peranan yang penting dalam

sebuah kecurangan yang dilakukan oleh seseorang atau pelaku

kecurangan dan segitiga kecurangan merupakan alasan seseorang

untuk melakukan kecurangan yang dilihat dari manajemen letter PT

X. Kecurangan yang dilakukan disebabkan karena pelaku memiliki

akses terhadap aset atau memiliki wewenang untuk mengatur prosedur

pengendalian yang memperkenankan dilakukan tindak kecurangan.

Menurut teory Cressey yang diolah penulis, rata – rata para pelaku

kecurangan disebabkan karena adanya tekanan, peluang dan

pembenaran.

Pada saat penulis menganalisis laporan manajemen dan

laporan pendukung lainnya ditemukan bahwa PT X telah mengalami

penurunan harga jual produk pada tahun 2013 yang diakibatkan oleh

pelaku kecurangan. Berikut adalah rinciannya:

1. Minyak sawit

Harga rata – rata minyak sawit di tahun 2013 mengalami

penurunan sebesar 11,05%, yakni dari Rp 6.926,23 atau kg di

tahun 2012 menjadi Rp 6.160,64 di tahun 2013. Harga terendah

minyak sawit tercatat pada bulan Januari 2013 yang hanya

mencapai Rp 4.302 atau kg.

Page 85: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

72

2. Karet

Harga rata – rata karet di tahun 2013 mengalami penurunan

sebesar 5,03%, yakni dari Rp 28.707,85 atau kg di tahun 2012

menjadi Rp 26.650.38 di tahun 2013. Harga terendah karet

tercatat pada bulan Agustus 2013 yang hanya mencapai Rp

22.988 atau kg.

Sepanjang tahun 2013 terdapat resiko yang tinggi bahwa harga

jual produk komoditas PT X mengalami penurunan yang cukup

signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan harga jual ini disebabkan oleh adanya identifikasi

kecurangan yang ditemukan oleh auditor pada saat melakukan

pemeriksaan fisik di kebun inti PT X. Penurunan harga jual ini

berpengaruh terhadap pendapatan dan laba perusahaan walaupun

volume penjualan inti sawit mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2012.

Maka penulis menyarankan beberapa hal untuk manajemen, yaitu :

1. Koordinasi dengan Kantor Pemasaran Bersama Nusantara

(KPBN) untuk penjualan kepada pembeli langsung dengan

mengacu aturan dari KPBN.

Page 86: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

73

2. Meningkatkan mutu produk CPO dan karet melalui pengawasan

yang lebih ketat terhadap sortasi (penanganan pasca panen) hasil

panen sawit dan karet oleh kebun dan sortasi di pabrik sehingga

dapat diperoleh rendemen serta mutu produk sawit dan karet yang

mampu bersaing di pasar komoditi.

3. Efisiensi dan efektivitas biaya untuk menekan biaya produksi

yang sejalan dengan strategi keunggulan biaya menyeluruh

(overall cost leadership).

Page 87: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

PT X merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan

kelapa sawit. KAP Kanaka Puradiredja melakukan pemeriksaan terhadap

laporan keuangan PT X tahun 2013 yang berdasarkan daftar kumpulan aset

tetap. Penulis menganalisis melalui manajemen letter untuk PT X dan

menemukan adanya identifikasi kecurangan serta penyalahgunaan aset.

Berikut adalah kesimpulan yang dirinci penulis, yaitu:

1. Penulis menemukan adanya identifikasi kecurangan karena terdapat

beberapa hal yang memungkinkan adanya kemungkinan terjadi

kecurangan yang disampaikan dalam manajemen letter serta observasi ke

PT X. Kecurangan pada dasarnya dilandasi oleh segitiga kecurangan. Hal

tersebut dapat mempengaruhi kinerja operasional perusahaan dan

menyebabkan penurunan harga jual produk yang akan dijual.

2. Tekanan, peluang, pembenaran merupakan hal yang sangat berperan

dalam sebuah kecurangan. Kecurangan bisa dilakukan oleh siapapun

apalagi seseorang pemangku jabatan atau seseorang yang memiliki akses

tertentu terhadap barang atau persediaan yang mudah digelapkan atau

dicuri.

3. Pendekatan segitiga kecurangan dapat digunakan dalam menetapkan

kecurangan yang disampaikan dalam manajemen letter untuk tahun 2013.

Page 88: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

75

4.2 Saran

Berdasarkan wawancara dan observasi terhadap PT X yang

disampaikan dalam manajemen letter yang dilakukan di KAP untuk PT X,

maka penulis menyarankan bahwa:

Penulis menyarankan bahwa PT X harus menyadari tentang adanya

identifikasi kecurangan yang terjadi diperusahaan, baik dalam penggelapan

aset, pencurian persediaan, permainan angka yang dilakukan oleh manajemen

atau karyawan dalam melakukan anggaran. Kecurangan sangat sulit

ditemukan karena kecurangan itu disembunyikan dengan baik. Langkah

sistematis untuk melihat apakah perusahaan teridentifikasi kecurangan adalah

melalui pemahaman teori kecurangan, mengamati sinyal kecurangan dan

memahami skenario kecurangan serta metodologi yang didesain untuk

menemukan kecurangan. Hal yang paling mendasar untuk seseorang

melakukan kecurangan adalah adanya tekanan, peluang, dan pembenaran atau

perlakuan tidak semestinya terhadap laporan keuangan atau terhadap aset

milik perusahaan.

Page 89: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2008. Auditing Pemeriksaan Akuntansi Oleh Kantor Akuntan

Publik. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Albrecht, W. Steven and Chad Albrecht. 2004. Fraud Examination and

Prevention. Mason, Ohio: South – Western (Thomson Learning)

Arens, Alvin A., Randal J. Elder and Mark Beasley. 2003. Auditing and

Assurance Service. Edisi Sembilan, New Jersey: Prentice Hall.Inc.

Association of Certified Fraud Examiners. Fraud Examiners Manual, 2006

Edition.

Christoper J. Skousen et al. 2009. Detecting and Predecting Financial Statement

Fraud :The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99.

Guy, Dan M., C. Wayne Alderman and Alan J. Winters. 2001. Auditing. Edisi

Kelima, Lembaga Penerbit Erlangga.

Nabila, Atia Rahma. 2013. Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan dalam

Perspektif Fraud Triangle. Jurusan Akuntansi UNDIP, Semarang.

Manurung, Daniel T.H., and Niki Hadian. 2013. Detection Fraud of Financial

Statement With Fraud Triangle. Australia Melbourne: Marriott Hotel.

Rendika, Michel. 2013. Pengaruh Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah dan Peran Inspektorat Terhadap Penyalahgunaan Aset. Jurusan

Akuntansi.

Sunyoto, Danang. 2013. Auditing Pemeriksaan Akuntansi, Lembaga Penerbit

CAPS.

Page 90: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN

Tuanakotta, M. Theodorus. 2012. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif,

Edisi Dua, Lembaga Penerbit Salemba Empat, 2010.

Widjaja, Amin Tunggal. 2003. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement

Audit), Harvarindo.

Page 91: KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEGITIGA KECURANGAN