9
03/11/2016 1 MULTIKULTURALISME (TINJAUAN UMUM DARI BERBAGAI LITERATUR) Pentingnya diskusi multikultural Benturan Budaya adalah hal yg pasti: - Perbedaan antara peradaban tidak hanya riil, tetapi juga mendasar. - Dunia makin menyempit, interaksi beda peradaban makin meningkat. - Modernisasi ekonomi dan sosial dunia: Tercerabutnya identitas lokal & memperlemah negara-negara sebagai sumber identitas. - Barat menjadi episentrum kekuatan budaya: (1) menjadi kiblat budaya; tapi juga (2) kesadaran budaya, yaitu kembalinya fenomena asal (Non-Barat). - Karakteristik dan perbedaan budaya kurang bisa menyatu dan berkompromi dibanding karakteristik dan perbedaan politik dan ekonomi. Bisa muncul masalah: clash of civilization, culture war, konflik etnis, perlakuan dan kebijakan diskriminatif, hubungan eksploitatif, bias (perlakuan tak adil yang tak disengaja), prasangka negatif, kesalahpahaman, marjinalisasi, kekerasan fisik/simbolik, ketimpangan dan kesenjangan yang tajam POLITIK BUDAYA ORBA Alasan stabilitas nasional: politik seragamisasisentralistik. Politik seragamisasiini memang masih mengakui sifat pluralitas (kemajemukan) bangsa. Tetapi, kemajemukan ini mengacu pendapat John Rex (1997)- hanya terjadi pada ruang privat, yaitu ruang bagi setiap orang dan kelompok diberi kebebasan mengekspresikan nilai-nilai maupun cara pandang mereka. Sementara, kesetaraan dan kesempatan dalam berbagai bidang bagi elemen bangsa tidak disediakan oleh negara di ruang publik. Katak dalam tempurung: individu/kelompok hanya mengenal arti kebebasan di antara mereka sendiri tanpa mengenal hak kebebasan dan perbedaan kelompok lain. Muncul fragmentasi sosial: (1) orang Tionghoa tersekat hanya di dunia bisnis seiring dengan nasionalisasinama yang berbau Tionghoa; (2) perbedaanperbedaan antara pusat-daerah atau dalam pelayanan publik Kesenjangan dalam ruang-ruang publik ini jadi pemantik demokratisasi yang membuat runtuhnya Orba. Demokrasi: membuka kran kebebasan Demokrasi: Belum siap seperangkat norma di ruang publik seperti politik, hukum, ekonomi, dan pendidikan- yang menjamin kesetaraan dan kesempatan yang sama. Masyarakat belum siap untuk menjadi masyarakat multikultural (masyarakat yang menghargai kebebasan dan perbedaan kelompok lain) konflik-konflik sosial. Dengan kata lain, demokrasi sebenarnya mensyaratkan perspektif multikultural sebagai pondasinya. Samuel P. Huntington (1993): - bahwa sebenarnya konflik antar peradaban di masa depan tidak lagi disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik dan ideologi, tetapi justru dipicu oleh masalah masalah suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). - Konflik tersebut menjadi gejala terkuat yang menandai runtuhnya polarisasi ideologi dunia kedalam komunisme dan kapitalisme. - Di Amerika, multikultural muncul karena kegagalan pemimpin di dalam mempersatukan orang Negro dengan orang Kulit Putih

1. multikulturalisme-1-11

Embed Size (px)

Citation preview

03/11/2016

1

MULTIKULTURALISME(TINJAUAN UMUM DARI BERBAGAI

LITERATUR)

Pentingnya diskusi multikultural Benturan Budaya adalah hal yg pasti:

- Perbedaan antara peradaban tidak hanya riil, tetapi juga

mendasar.

- Dunia makin menyempit, interaksi beda peradaban makin

meningkat.

- Modernisasi ekonomi dan sosial dunia: Tercerabutnya identitas

lokal & memperlemah negara-negara sebagai sumber

identitas.

- Barat menjadi episentrum kekuatan budaya: (1) menjadi kiblat

budaya; tapi juga (2) kesadaran budaya, yaitu kembalinya

fenomena asal (Non-Barat).

- Karakteristik dan perbedaan budaya kurang bisa menyatu dan

berkompromi dibanding karakteristik dan perbedaan politik dan

ekonomi.

Bisa munculmasalah:

clash of civilization,

culture war,

konflik etnis,

perlakuan dan kebijakan diskriminatif,

hubungan eksploitatif,

bias (perlakuan tak adil yang tak disengaja),

prasangka negatif,

kesalahpahaman,

marjinalisasi,

kekerasan fisik/simbolik,

ketimpangan dan kesenjangan yang tajam

POLITIK BUDAYA ORBA

Alasan stabilitas nasional: “politik seragamisasi‟ sentralistik. “Politik seragamisasi‟ ini memang masih mengakui sifatpluralitas (kemajemukan) bangsa.

Tetapi, kemajemukan ini –mengacu pendapat John Rex (1997)- hanya terjadi pada ruang privat, yaitu ruang bagisetiap orang dan kelompok diberi kebebasanmengekspresikan nilai-nilai maupun cara pandang mereka.

Sementara, kesetaraan dan kesempatan dalam berbagaibidang bagi elemen bangsa tidak disediakan oleh negara di ruang publik.

Katak dalam tempurung: individu/kelompok hanyamengenal arti kebebasan di antara mereka sendiri tanpamengenal hak kebebasan dan perbedaan kelompok lain.

Muncul fragmentasi sosial: (1) orang Tionghoa tersekathanya di dunia bisnis seiring dengan “nasionalisasi” namayang berbau Tionghoa; (2) perbedaanperbedaan antarapusat-daerah atau dalam pelayanan publik

Kesenjangan dalam ruang-ruang publik ini jadi

pemantik demokratisasi yang membuat runtuhnya

Orba.

Demokrasi: membuka kran kebebasan

Demokrasi: Belum siap seperangkat norma di ruang

publik –seperti politik, hukum, ekonomi, dan

pendidikan- yang menjamin kesetaraan dan

kesempatan yang sama.

Masyarakat belum siap untuk menjadi masyarakat

multikultural (masyarakat yang menghargai

kebebasan dan perbedaan kelompok lain)

konflik-konflik sosial.

Dengan kata lain, demokrasi sebenarnya

mensyaratkan perspektif multikultural sebagai

pondasinya.

Samuel P. Huntington (1993):

- bahwa sebenarnya konflik antar peradaban di masa depan tidak

lagi disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik dan ideologi, tetapi justru dipicu oleh masalah masalah suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

- Konflik tersebut menjadi gejala terkuat yang menandai runtuhnya polarisasi ideologi dunia kedalam komunisme dan kapitalisme.

- Di Amerika, multikultural muncul karena kegagalan pemimpin di dalam mempersatukan orang Negro dengan orang Kulit Putih

03/11/2016

2

TERBUKTI:

• RUNTUHNYA STRUKTUR POLITIK NEGARA-NEGARA EROPA TIMUR (AKHIR

1980-AWAL 1990).

• DI ERA 1980-AN: TERJADINYA PERANG ETNIK DI KAWASAN BALKAN, DI

YUGOSLAVIA., PASCA PEMERINTAHAN JOSEP BROZ TITO: KERAGAMAN, YANG

DISATU SISI MERUPAKAN KEKAYAAN DAN KEKUATAN, BERBALIK MENJADI

SUMBER PERPECAHAN KETIKA LEADERSHIP YANG MENGIKATNYA LENGSER.

PENGERTIAN

• Dari aspek Antropologi: multikultura & plural = sama,

masy yg memiliki keragaman budaya

• Multi = banyak; Kultur = budaya

• Plural = jamak

• Sufiks “isme’: membawa dampak psikologis terkait beda

ideologi

PENGERTIAN• “Multikulturalisme”: pandangan dunia yang kemudian dapat

diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007)

• Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174)

• Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007)

SIFAT MULTIKULTURAL* Sifat yang mengakui dan menghargai perbedaan dalam kesederajatan.

* Sifat ini tumbuh dari paham multikulturalisme, yaitu cara pandang tentang keberagaman kehidupan yang menekankan penerimaan terhadap realitas perbedaan -agama, budaya, dan worldview- yang terdapat dalam masyarakat.

* Jika sifat multikultural ini terinternalisasi pada diri individu, maka individu tersebut akan secara terbuka memahami, menghargai serta mengkaji budaya orang lain yang dilandasi oleh semangat menghormati dalam kebersamaan.

Pluralisme adalah pandangan yang menghargai kemajemukan, serta penghormatan terhadap sang lain yang berbeda (the others), membuka diri terhadap warna-warni keyakinan, kerelaan untuk berbagi (sharing), keterbukaan untuk saling-belajar (inklusivisme), serta keterlibatan diri secara aktif di dalam dialog dalam rangka mencari persamaan-persamaan (common belief) dan menyelesaikan konflik-konflik. Oleh karena itu, tanpa ada keterlibatan aktif dalam pengembangan sikap dialogis ini, tidak ada pluralisme.

Pluralisme dan multikulturalisme

11

Multikulturalisme (multiculturalisme)-meskipun berkaitan dansering disamakan-adalah kecenderungan yang berbeda denganpluralisme. Multikulturalisme adalah sebuah relasi pluralitas yang di dalamnya terdapat problem minoritas (minority groups) vsmayoritas (mayority group), yang di dalamnya ada perjuanganeksistensial bagi pengakuan, persamaan (equality), kesetaraan, dan keadilan (justice), seperti perjuangan yang dilakukan olehkelompok minoritas Afrika, India, Pakistan, Cina, Turki di AmerikaSerikat. Multikulturalisme jelas memperkaya pluralisme, meskipun tidak bisa disamakan dengannya.

Pluralisme dan multikulturalisme

12

03/11/2016

3

MULTIKULTURALISME PLURALISME

ideologi yg mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individu maupun komunal (Politic of Recognition)

Lebih menekankan pada interaksi antarbudaya sbg entitas yg memiliki hak & kewajiban yg sama

ideologi yg memandang keanekaragaman budaya yg lebih menekankan perbedaan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

Kurang memerhatikan interaksinyaLebih menonjolkan keunikan dan entitas itu sendiri

Lebih cenderung sbg politik kebudayaan seragam

PENYEBARAN PAHAM MULTIKULTURALISME di BERBAGAI NEGARA

Runtuhnya Uni Soviet dan Eropa Timur yang menandaiberakhirnya perang dingin, telah mempercepat danmeningkatkan intensitas globalisasi di berbagai bidang.

Sejak itu, AS seolah menjadi penguasa dunia. Sehingga, hampir semua yang berbau AS cepat dan mudahmerambah ke berbagai dunia. Termasuk, pengalamansejarah multikulturalisme di AS.

PERJALANAN MULTIKULTURALISME DI AS

Dinamika perspektif keanekaragaman di AS dimulai dengan“melting-pot assimilation” menjadi “salad bowl” berkembanglagi menjadi “cultural pluralism” dan akhirnya“multiculturalism”.

Dinamika perspektif itu bermula dari gerakan warga kulit hitamyang menuntut kesetaraan hak sipil dan politik pada 1960-an. Kemudian tahun 1970-an muncul gerakan civil society, yang diikuti gerakan perempuan, lalu muncul gerakan “pribumiAmerika” dan kelompok kulit berwarna. Pada tahun 1980-an hingga 1990-an muncul pemikiran kritis terhadap kurikulumsekolah dasar perihal sejarah, demografi, dan pendidikankewarganegaraan, yang menggugat perspektif melting-pot assimilation.

1. MELTING-POT ASSIMILATION

Menyatukan seluruh budaya dengan meleburkanmasing-masing budaya

Konsep ini dipopulerkan melalui drama karya Zangwill.

Dalam perspektif melting-pot ditonjolkan perihallahirnya “manusia baru” yang disebut Amerika, yaitumerupakan idealisasi peleburan beraneka ragambudaya yang berasal dari Eropa dan Afrika.

Pemikiran kritis mengungkapkan bahwa melting-pot ternyata bersifat monokultur. Karena, dominasi danhegemoni WASP (White Anglo-Saxon Protestant) amatmengedepan.

2. SALAD BOWLUntuk mengakomodasi dan mengapresiasi kontribusinon-WASP, dikembangkan perspektif pengganti yang disebut “salad bowl”.

Budaya asal tidak dihilangkan tapi diakomodasi danmemberikan kontribusi bagi budaya bangsa, tapi, interaksi kultural belum berkembang baik

Unsur non-WASP memang diakomodasi, tapi ternyatatak mengurangi unsur pokoknya yang dominan, yaitubudaya WASP.

Perspektif salad bowl masih tetap dirasakanmengecewakan oleh non-WASP.

3. CULTURAL PLURALISMHorace Kallen (1970) memperkenalkan perspektif “cultural pluralism” untuk menggantikan salad bowl.

Perspektif ini membedakan antara ruang publik dan ruang privat.

Ruang publik: ruang terbuka tempat bertemunya orang dariberbagai ikatan budaya.

Ruang privat: ruang yang disediakan untuk mewadahi dan merawatspesifikasi ikatan budaya di dalam masing-masing keluarga ataukomunitas yang berbeda-beda.

Ternyata perspektif ini juga rapuh dan tak memuaskan, karenamengandaikan dapat memisahkan sepenuhnya antara ruang publikdan ruang privat. Di samping itu mengandaikan wilayah non-budayaterlepas dari wilayah budaya di dalam ruang publik.

03/11/2016

4

4. MULTICULTURALISM* Diperkenalkan tahun 1980-an, sebagai upaya memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi di ruang publik, dan selanjutnya juga mengkritisijalinan hubungan kekuasaan yang ada agar menjamin hak, keadilan dankesempatan yang sama bagi semua WN yang dihormati latar belakang ikatanbudayanya.

* Ikatan suku, ras, agama, daerah, bahasa, kebiasaan -- dapat hidupberdampingan secara damai, saling mendukung dlm posisi setara, danmenikmati kehidupan yang makin adil (dlm suatu negara atau wilayahpengorganisasian hidup bersama).

* Multikulturalisme tidak untuk menghilangkan kekhususan (specifity) dari ciribudaya; tidak juga untuk meleburnya ke dalam keumuman (generality) budaya.

* Multikulturalisme menawarkan hadirnya realitas ganda/ragam : differences –similarities, diversity – unity, identity – integration, particularity – universality, nationality – globality, etc.

Multikulturalisme: fokus pada relasi

antarkebudayaan; keberadaan kebudayaan yg

satu hrs mempertimbangkan keberadaan

kebudayaan lainnya.

Muncul ide: toleransi, menghargai, kesetaraan

Politik multikultural: membangun ideologi yg

menempatkan kesetaraan dalam perbedaan sbg

sentralnya.

MULTIKULTURALISME

Perbedaan budaya scr historis hrs dihargai pemerintah dalam menjamin persamaan hak dlm masy bangsa

Kritik atas pluralisme yg fokus pada keanekaragaman suku bangsa dan budaya shg budaya dianggap entitas yg distinktif

Setiap kelompok budaya ingin hidup dengan caranya sendiri; dan ini adalah hakmereka.

Tapi, jangan menjurus ke sikap dan tindakan yang eksklusif, egois, sertaarogan yang dapat mengancam kebersamaan kehidupan dalamkeanekaragaman budaya.

Kecenderungan “partikular-eksklusif” harus dikontrol dan diimbangi dengansemangat “universal-inklusif”.

Disebabkan:

- Lahirnya negara2 baru setelah PD II

- Determinisme teknologi

- Meningkatnya kesadaran berbangsa

- Demokratisasi & human rights

PRO-KONTRA MULTIKULTURALISME

Ada tiga: mendukung – mengkritisi – menolak.

Kelompok mayoritas dan atau yang diuntungkandengan statusquo, umumnya menolak perspektifmultikulturalisme.

Kelompok minoritas dan atau yang termarjinalkan, umumnya mendambakan/ mendukungmultikulturalisme.

Kelompok intelektual sosial, umumnya mengambilsikap kritis terhadap multikulturalisme.

Bikhu Parekh (2002)

Multikultural mencakup tiga komponen:

- Kebudayaan

- Pluralitas kebudayaan

- Cara merespon

Bukan abstrak tapi perlu Model yg aplikatif

Reformasi 1998:

- Isu-isu politik kebudayaan di Indonesia

- Isu-isu demokratisasi:

dari sentralistik-otoritarian ke desentralistik-otonomi daerah

Muncul isu-isu multikultural sebagai penguat kesatuan bangsa:

- Akibat desentralisasi thd Keanekaragaman: kontras-kontras atribut

- Minoritas vs mayoritas

- Dominan vs tidak dominan

- Putra daerah vs pendatang

Dulu “kuat” karena kekuatan sentralistik

03/11/2016

5

ISU MULTIKULTURALISME BELUM SELESAI• APAKAH MODEL YANG PAS UNTUK INDONESIA?

• APAKAH MODEL DARI NEGARA LAIN?

• KEBANYAKAN KITA BICARA ‘HASIL’ BUKAN ‘PROSES’

• HASIL: PENTINGNYA TOLERANSI; SALING MENGHARGAI, MENJAGA

KERUKUNAN; MENGHORMATI PERBEDAAN; LEBIH KE FALSAFAH HUMANISTIK

INDIVIDU DARIPADA SOSIAL KOLEKTIF

• PROSES: BERISI PENJELASAN MODEL YG BERISI KONSEP2 & STRATEGI2

MENCAPAI TUJUAN ‘YG ABSTRAK’ DI ATAS

Pandangan J.S Furnival (1948) ttg masy

majemuk di Indonesia

Akibat policy kolonial di Indonesia & Burma:

- Masyarakat beda rasial hanya bertemu di pasar

- Kebudayaan dilihat sbg ‘entitas otonom’ & ‘distinktif’ satu sama lainnya; Batas antarbudaya

tegas; Interaksi terbatas hanya di pasar atau alon-alon

- Masy majemuk: mereka berkumpul, bergaul, tapi ‘tdk bercampur’; msh memegang budaya sendiri; berdampingan tapi terpisah dalam satuan politik yg

sama.

• Masy Majemuk di Indonesia disebabkan:

- Policy kolonial

- Letak geografis Indonesia yg terpisah laut

• Lasleet (1982) membuat hipotesis:

“sistem otoritarian adalah bentuk adaptif dari suatu pengaturan masy majemuk dg populasi besar dan terpisah pulau yg banyak dan luas.”

Untuk Integrasi bangsa

KRITIK MODEL MASY MAJEMUK

Hanya cocok untuk konteks historis bukan sbg bentuk struktural.

Sbg konstruksi kolonial mengatasnamakan ‘integrasi & stabilitas nasional’:

- Diskriminasi ras/etnis, sistem kategori, kodifikasi hukum

- Segregasi & isolasi sosial bahkan menyingkirkan etnis, misal apartheid

- Mengabaikan ciri polietnik masy dunia ketiga

DI INDONESIA

Scr historis berbeda-beda

Tidak perlu pluralisme... Tapi Nasionalisme:

-Kesadaran identitas bersama

-Ideologi ttg historis bersama & senasib sepenanggungan

-Adanya gerakan sosial bersama untuk mencapai satu tujuan bersama

Akan kuat jika ada musuh dari luar

TANTANGAN GLOBALISASI

Surutnya nasionalisme

Determinasi teknologi

komunikasi

03/11/2016

6

REFERENCES

Kriyantono, R. (2012). Etika & filsafat ilmu komunikasi. Malang: UB

Press.

Mantik, M.J. (2012). Konsep multikulturalisme & pluralisme dalam “Lalita” kaya ayu utami. Prosiding Seminar Internasional Multikultural

& Globalisasi.

Syaifuddin, A.F. (2006). Membumikan multikulturalisme di Indonesia.

Jurnal Etnovisi, 11 (1).

PECALANG ikut menjaga ketertiban Shalat Tarawih

PENGENALAN MULTIKULTURALISME 2013 33

Pantauan di lapangan, pecalang di Masjid Suci melakukan pengaturan lalu lintas di

desa Pekambingan. Mereka juga berjaga selama umat muslim menjalankan ibadah.

Tujuannya, tentu saja agar kekhusyukan tarawih tak terganggu.

Nyoman Pilot Wirawan, pecalang asal Tri Jaga Mandala Pekambingan, menuturkan,

jalinan kebersamaan antarumat sudah terajut sejak lama di desanya. Pada malam

pertama tarawih itu, kata dia, Desa Pekambingan menerjunkan enam personil

pecalang untuk melakukan pengamanan.

Menurut dia, kepedulian antarumat beragama itu dalam bahasa Bali disebut menyama

braya (menjalin persaudaraan). "Menyama braya ini artinya kita saling pengertian satu

sama lain," terang Wirawan.

Penjagaan, sambung dia, dilakukan setiap umat Islam melakukan ibadah keagamaan.

Sebaliknya, setiap umat Hindu melakukan ritual keagamaan, umat Islam giliran terlibat

melakukan penjagaan.

"Kami mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi umat Islam di Bali dan

Indonesia. Semoga kerukunan ini tetap terjaga," ucap Wirawan.

Di Bali, Pecalang Ikut Jaga Ketertiban Shalat TarawihSumber: http://nasional.news.viva.co.id, 9 Juli 2013

TUGAS

KELOMPOK

Apa yang MENARIK

dari peristiwa itu?34PENGENALAN MULTIKULTURALISME 2013

multikulturalisme?

• AJARAN bahwa beberapa budaya yang berbeda (kesukuan, ras, agama, kedaerahan,

bahasa, kelompok gender) dapat hidup berdampingan secara damai, saling mendukung dalam posisi yang setara, dan menikmati kehidupan yang makin adil (dalam suatu negara, wilayah pengorganisasian hidup bersama, termasuk di

universitas);

• PERSPEKTIF memuat semangat baru dlm meyakini, meneorikan, dan menyikapi keanekaragaman budaya;

35PENGENALAN MULTIKULTURALISME 2013

PENTINGNYA multikulturalisme

• Setiap komunitas budaya cenderung ingin hidup dengan caranya sendiri hak hidup dan berkembang.

• Masyarakat modern-terbuka niscaya terjalin interaksi (pertemuan, kerjasama, perselisihan) di antara manusia yang berbeda latar belakang ikatan budaya-nya.

• Indonesia modern-terbuka; miniatur PBB

36PENGENALAN MULTIKULTURALISME 2013

03/11/2016

7

PREMIS MULTIKULTURALISME

• Premis 1: Keanekaragaman identitasbudaya merupakan hal yang positif, dan dialog antar identitas budayamerupakan unsur penting darimasyarakat yang plural. Semua identitas budaya memilikisesuatu yang dapat disumbangkan dandipelajari dari budaya lain;

• Premis 2: Inti multikulturalisme sbgpraktik mencakup dua Hak, yaitu hakuntuk berbeda dan hak untuk hadirmemperoleh tempat di ruang publik(berpartisipasi secara setara dlmurusan publik);

37PENGENALAN MULTIKULTURALISME 2013

PREMIS MULTIKULTURALISME(lanjutan)

• Premis 3: Rasa memiliki dlm perspektifmultikulturalisme tak dpt didasarkanpada etnik, agama, jender, bahasa, dsb. Melainkan berdasar komitmen bersamayang dibangun dgn pilar toleransi dansolidaritas atas dasar kepercayaan aktif;

• Premis 4: Pilar toleransi dan solidaritasatas dasar kepercayaan aktif hanya bisadimajukan melalui perbaikan distribusimaterial yang more or less adil, sebagaimana penghargaan thd dimensibudaya;

38PENGENALAN MULTIKULTURALISME 2013

Masalah Multikulturalismeo Potensial maupun aktual, berupa:

o benturan atau konflik budaya (clash of civilization, culture war),

o stigmatisasi atau prasangka etnis, perlakuan dan/atau kebijakan diskriminatif,

o hubungan eksploitatif, bias (perlakuan tak fair),

o ketakadilan ekonomi-politik,

o mental superior/inferior,

o marjinalisasi,

o kekerasan fisik dan/atau simbolis, dsb. 39PENGENALAN MULTIKULTURALISME 2013

Tindakan pro-multikulturalisme

• Menerima, toleran, simpati, berempati, peduli terhadap keanekaragaman kultural, bersedia hidup bersama, saling percaya dan saling mendukung (ko-eksistensi dan pro-eksistensi);

• Melakukan prakarsa memajukan kehidupan multikultural yang lebih damai, merumuskan dan menegakkan aturan yang fair-adil, mengurangi kesenjangan, meningkatkan keadilan secara konsisten & berkesinambungan.

40PENGENALAN MULTIKULTURALISME 2013

Diskusikan kembali dlm kelompok, dan deskripsikan hasil refleksi Pecalang menjaga Sholat Jumat dengan konteks Indonesia dlm perspektif multikulturalisme, yaitu:

1. Adakah masalah dalam hubungan antar identitas budaya(agama, etnik, kedaerahan, dsb) di Indonesia sekarang?

2. Bagaimana mengatasinya? 3. Siapa yang bertanggungjawab

mengatasinya?

41PENGENALAN MULTIKULTURALISME 2013

PENGERTIAN

PENGALAMAN YANG MEMBENTUK PERSEPSI UMUM TERHADAP USIA, GENDER, AGAMA, STATUS SOSIAL EKONOMI, JENIS IDENTITAS BUDAYA, BAHASA, RAS DAN BERKEBUTUHAN KHUSUS.

Phonemics (emic) dan Phonetics (ethic) PIKE

Ethic adalah aspek kehidupan yang muncul konsisten pada semua budaya.

Emic adalah aspek kehidupan yang muncul dan benar hanya pada satu budaya

tertentu.

HAKIKAT PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

42

03/11/2016

8

WHAT IS MULTICULTURAL EDUCATION?

“Multicultural education is a process by which individuals and groups can learn to internalize the facts of cultural pluralism to bring about a society that recognizes cultural diversity” (Boyer & Baptiste, 1996 p. 86).

“Multicultural education is one response to the increasing diversity of the school population as well as to the growing demand for equality of all groups” (Woolfolk, 2002 p. 155)

Suatu rangkaian kepercayaan (set of beliefs) dan penjelasan yang mengakui

dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara (James A Blanks).

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

44

Kesadaran nilai penting keragaman budaya

kesadaran bahwa setiap anak yang memiliki karakteristik berbeda memiliki

kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan. Sebuah perbedaan adalah keniscayaan sehingga harus diterima secara wajar sehingga perlu toleransi

Gerakan pembaharuan pendidikan.

1. kesenjangan dalam kesempatan

2. ketidakadilan dalam kesempatan sekolah

3. diskriminasi pada golongan tertentu

Pendidikan multikultural muncul berbentuk bidang studi, program dan praktek yang direncanakan lembaga pendidikan untu merespon tuntutan,

kebutuhan dan aspirasi kelompok. - seluruh aspek pendidikan.

Proses Pendidikan (an ongoing process) memperbaiki prestasi secara utuh pendidikan untuk semua siswa educational equality for all students.

DASAR PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

45

1. Kesempatan yang sama bagi setiap siswa untuk mewujudkan potensi

sepenuhnya.

2. Penyiapan pelajar untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat antar budaya.

3. Penyiapan pengajar agar memudahkan belajar bagi siswa tanpa memperhatikan perbedaan dan persamaan budaya

4. Partisipasi aktif sekolah dalam menghilangkan penindasan dalam segala bentuk

5. Pendidikan harus berpusat pada siswa dengan mendengarkan aspirasi dan pengalaman siswa.

DASAR PEMAHAMAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

46

Menjadi elemen yang kuat dalam kurikulum untuk

mengembangkan kompetensi dan keterampilan hidup (life

skils), karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat multikultur yang mencakup berbagai macam perspektif

budaya yang berbeda. Jadi relevan untuk diterapkan,

karena pendidikan multikultural dapat melatih siswa untuk menghormati dan toleransi terhadap semua kebudayaan.

47

ARTI PENTING PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

1. Pengembangan literasi etnis dan budaya

2. Perkembangan pribadi

3. Klarifikasi nilai dan sikap

4. Kompetensi multikultural

5. Kemampuan keterampilan dasar

6. Persamaan dan keunggulan pendidikan

7. Memperkuat pribadi untuk reformasi sosial

8. Memiliki wawasan kebangsaan dan kenegaraan yang kokoh

9. Memiliki wawasan lintas budaya bangsa sebagai warga dunia

10. Hidup berdampingan secara damai

48

TUJUAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

03/11/2016

9

“Multicultural education is a process of comprehensive school

reform and basic education for all students. It challenges and

rejects racism and other forms of discrimination in schools and society and accepts and affirms the pluralism (ethnic, racial,

linguistic, religious, economic, and gender, among others) that

students, their communities, and teachers represent.

1. Memberi konsep diri yang jelas

2. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari sejarahnya

3. Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang ada di setiap masyarakat

4. Membantu mengembangkan pembuatan keputusan (decision making)

partisipasi sosial dan keterampilan kewarganegaraan

5. Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.

MEMENGARUHI PERUBAHAN SOSIAL Perubahan diri, perubahan sekolah dan persekolahan, perubahan masyarakat

50

FUNGSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL