21

Jong Arsitek!Mei08

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SELAMAT HARI KEBANGKITAN NASIONAL! Edisi keempat JongARSITEK!. untuk BANGKITNYA pemikiran arsitektural bangsa ini... untuk sementara bisa dibaca di : http://www.slideshare.net/jongrsitek link untuk mengunduh akan segera menyusul... bagi rekan-rekan yang ingin berkontribusi, memberi masukan, saran, kritik atau mungkin sumpah serapah, bisa langsung menyapa tim penyusun di [email protected] jongArsitek! adalah media bulletin kegiatan arsitek yang tujuannya sebagai media dokumentasi kegiatan karya dan wadah berkarya kita-kita orang arsitek yang dibuat oleh kita dikerjakan oleh kita untuk siapa saja. Siapa saja bisa berkontribusi dan meluangkan pikiran maupun wujud desain yang memiliki makna yang terkadang di lewatkan oleh orang lain, bahkan bos-kita. Gratis dibagikan dan disebarkan dalam bentuk digital, fotokopi, print out maupun di mading kampus-kampus, kantor, jadwal kerja, atau sebagai poster di kamar anda, sebagaimana bisa disebarkan sebagai berita baik, doktrinasi maupun propaganda arsitektur dan issue-nya. Awas penipuan dalam bentuk uang, laporkan ke Polisi terdekat bila media ini di distribusikan secara komersial. selamat membaca, desain menginspirasi JongARSITEK!

Citation preview

Page 1: Jong Arsitek!Mei08
Page 2: Jong Arsitek!Mei08

when an architec-tural design draws solely from tradition and only repeats the dictates of the site, i sense the lack of a genuine concern with the world and the emanations of contemporary life. if a work of architec-ture speaks only of contemporary trends and sophisticated visions without tri-gering vibrations in its place, this work is not anchored in its site, and i miss the specific gravity of the ground it stands on. (Zumthor, Peter:thinking architec-ture, p.42)

Selamat menikmati.. Desain menginspirasi

[email protected]

Except where otherwise noted, content on this magazine islicensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License

Page 3: Jong Arsitek!Mei08

JongEDITORIAL!oleh : Danny Wicaksono

Kontributortanpa basa basi, anda bisa mengecek profil mereka langsung ke frenster dan media sosialweb lainnya.

adikritzhttp://profiles.friendster.com/adikritz

danny wicaksonohttp://profiles.friendster.com/3982445

rafael arsonohttp://profiles.friendster.com/8063285

Bert de Muynckhttp://movingcities.org/

Margareta Amelia Mirantihttp://www.facebook.com/profile.php?id=725640933

PRODUCTORAhttp://www.productora-df.com.mx/

Wiyoga [email protected] Khrisno Ayodyantoro

www.facebook.com/profile.php?id=547254387

this edition is a special one. published in the time of our nations 100 years of awakening, it marks anoth-er JongArsitek!’s step towards refinement in making a free architectural publication. though still partial, but the editorial team has decided to start making this publication in bilingual. not just because starting this edition forward we will have contributors from other countries, but also because we want to in-troduce built or conceptual indonesian architecture, and the thoughts of young indonesian architects to the world. we belief by doing so, we will always have the awareness needed to keep on refining our ar-chitecture, and pushing ourself to keep setting new bars and standard in architecture in order to speak-up more in the international architectural scene. aside from our regular contributor and Yoga, this edition brings us our friends from mexico, Produc-tora. Carlos Bedoya, Victor Jaime, Abel Perles, and Wonne Ickx are emerging young architects whose works have been published in several international publications. Another cool person to be involved in this edition is Bert de Muynck. along with Monica Carrico they founded and direct MovingCities, a beijing based think-thank that investigates the role that architecture and urbanism play in shaping the contemporary city (taken from movingcities.org). Bert also has write for many internationally known media such as MARK, DOMUS,Archined, etc. having them contributing for our free magazine are two great things!!

it’s 100 years of our nation’s awakening, let’s do all the real things!

edisi ini adalah edisi yang spesial. di terbitkan bertepatan dengan 100 tahun kebangkitan nasional, edisi ini menandai langkah JongAR-SITEK! menuju sebuah kelebihbaikan dalam membuat sebuah publikasi arsitektur yang gra-tis. walaupun masih sebagian, tapi tim edito-rial telah memutuskan untuk, mulai sekarang, menerbitkan JongARSITEK dalam format dwi-bahasa. bukan hanya karena mulai edisi ini kedepan kita akan mempunyai kontributor dari negara lain, tapi juga karena kami ingin mem-perkenalkan arsitektur indonesia baik yang ter-bangun maupun masih konsep dan pemikiran arsitek-arsitek muda indonesia kepada dunia. kami percaya dengan melakukan semua hal itu, kita akan selalu memiliki kesadaran untuk terus “menajamkan” arsitektur kita, dan mendorong diri kita untuk terus menetapkan batasan dan standar baru dalam arsitektur untuk dapat ber-bicara lebih di dunia internasional.

disamping yoga dan kontributor-kontributor kita yang lawas, edisi ini kedatangan teman-te-man baru. dari meksiko ada Productora. Carlos Bedoya, Victor Jaime, Abel Perles dan Wonne Ickx adalah arsitek-arsitek muda dari meksiko yang sedang “tampil”, beberapa karya mereka sudah mendapatkan banyak publikasi interna-sional. teman asik lainnya yang juga ada di edisi ini adalah Bert de Muynck. bersama Monica Carrico mereka mendirikan dan mengarahkan Movingcities, sebuah badan riset yang berbasis di beijing. Movingcities menyelidiki peran yang di mainkan arsitektur dan urbanisme dalam membentuk sebuah kota kontemporer. Bert juga telah menulis untuk beberapa media yang sudah lebih TERKENAL seperti MARK, DO-MUS, Archined, dll.jadi, kedatangan mereka di edisi adalah dua hal yang luar biasa buat kami!!

sudah 100 tahun sejak negara kita bangkit. mari lakukan semua hal yang nyata!

Page 4: Jong Arsitek!Mei08

p4jongEditorialsambutan dari redaksi kita

p8jongTulisan

Mediocrity and The Metropolis

p10jongSketsa

Toraja 2006

p32jongReportase

Membangun denyut kota dengan Arsitektur

p20jongGambar

Limac

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

p26jongGambar

Rumah Arsitektur Reduksi

p12jongTulisan

Arsitek Muda dan Kebangsaan kita2

p16jongTulisan

Kebangkitan Arsitektur Nasional

Page 5: Jong Arsitek!Mei08

��

Mediocrity and the Metropolisby Bert de Muynck

When in China, inhaling and exhaling the ever present perfume of construction sites, being exposed to the constant change of cities, when trying to understand and being part of an urban flight forward, it can be at times very difficult to understand what is really happening. The question one asks oneself when floating in the eye of the storm is how to force a standstill, how to suspend one’s enthusiasm, how to put one’s feet back on solid ground? How to cope with the exhausting and narcotic nature of transformation? How to stay away from notions of transition and move into a more appealing, fundamental and necessary way of analysing, debating, participating and designing.

When in China, it is hard to tell whether we see a translation of a Western forms of urban development, a strange dialogue between Western and East-ern forms or a continuation of Eastern concepts.

Beijing‘s urban evolution benefited from a strange form of equality. In its rush to become a modern city, or at least having the appearance of one, its planners and developers unconsciously, or deliberately, mixed up the eminent with the poor architects, the sharks with the piranha’s, co-existing in one fishtank, and opened the door for second-class and third-grade foreign architects. Someone even said that China opened its doors for unqualified architects. Even if that would be true, one couldn’t spot the difference between all their designs. Consequently, Beijing presents to its inhabitants and visitors a city where good and bad designs are harmoniously intermingled. When in Beijing, know that this evolu-tion is not unique to the Capital City, but potentially could be the way how all cit-ies in developing countries are or will be dealing with their progress.

When in China, make sure to explain ev-erything, even if it makes no sense at all and when in the need to do so, remember the words of Fei Qing who stated that from the point of view of Chan (the Chan Sect of Buddhism, known in the West by the Japanese name Zen, which emphasiz-es simplicity, spontaneity and self-expres-sion), putting unrelated things together

might produce something new. What one can see here is the denial of the ideal hierarchy of the crucial and the incidental.

The urban and architectural development of Beijing, or of any large city in China that combines in its urban progress a mix of anonymous blocks, ill-shaped people-scrapers, robust government buildings, sharp museum sites, iconic office build-ings, small parks,... is the conquest of urban space, a performance that can be compared with the “true wrestling” as analysed by the French philosopher and linguist Roland Barthes in his book Mythologies (1970). What could be hap-pening here, and nobody actually seems to know what is happening, is architec-ture conceived, planned and designed in second-rate offices, by the avant-garde or the large design institutes, the objec-tive is to present a spectacular nature. To paraphrase Roland Barthes: “the public is completely uninterested in knowing whether the urban development is good or not, and rightly so, it abandons itself to the primary virtue of the spectacle, which is to abolish all motives and all consequences, what matters is not what it thinks but what it sees.”

When in China, deal with speed. When in China, deal with the understanding of the speed within the country itself, as well the speed it forces upon the understanding of rest of the world. This new organization of the world is both based on the invasion of architecture on previously unexplored territories as on what Paul Virlio describes as the recapitulation of the world “a sort of recapitulation of the world obtained by the ubiquity, the suddenness of military presence, a pure phenomenon of speed, a phenomenon on the way to the realization of its absolute essence.” When in China, deal with the mediocrity that speed is imposing on the city.

Bert de Muynck is an architect, writer and director of movingcities.org. He lives and work in Beijing, China.

photo by Bert de Muynck ©photo by Bert de Muynck ©

Page 6: Jong Arsitek!Mei08

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

1110

Toraja, Copyright Margareta Amelia Miranti, 2005

Page 7: Jong Arsitek!Mei08

Arsitek Muda dan

Kebangsaan Kita

o l e h : D a n n y W i c a k s o n o

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Berada di tengah-tengah sebuah konfrensi arsitektur internasional, yang

di hadiri oleh 100 biro arsitek paling menarik dari seluruh dunia pilihan

Jacques Herzog, benar-benar memberikan sebuah perspektif baru dalam

melihat posisi Indonesia dan arsitekturnya di mata dunia. Ada kegetiran

dalam setiap percakapan yang dimulai. Reaksi-reaksi beragam yang

semuanya menandakan ketidaktahuan tentang arsitektur di indonesia.

Mereka lebih banyak mendengar tentang publikasi buruk mengenai

indonesia di bandingkan berita-berita baik tentang arsitektur kita. Bukan

hal yang menyenangkan ketika mendengar mereka membahas masalah

pelanggaran hak asasi manusia di timor-timur atau tentang korupnya

pemerintahan kita, tapi itulah yang kebanyakan mereka tahu dan kenal

tentang indonesia.

Menjadi asing dalam ruangan

yang lebih banyak diisi oleh mereka

yang teryakini “superior”, membuat saya

lebih banyak mengamati dan berusaha

untuk mengenal beberapa dari mereka

lebih dalam. Menarik diri sebentar untuk

memposisikan diri dalam inferioritas yang

selalu teryakini. Berbagai perbincangan

dan pengamatan yang saya lakukan mem-

bawa saya kedalam sebuah kesadaran lain,

bahwa kita sebenarnya bisa sejajar dengan

mereka. Keyakinan bahwa sebenarnya

kualitas arsitektur yang dimiliki oleh

beberapa arsitek terdepan kita tidak kalah

dengan mereka. Keyakinan bahwa saya

(dan banyak teman saya) masih memiliki

kesempatan untuk sampai dititik pemikiran

dan pencapaian arsitektural yang mereka

miliki. Hal ini saya dapatkan ketika meli-

hat 2� diantara mereka mempresentasikan

pemikiran mereka yang segera akan di

bangun.

Bagi saya kekaguman

berlebihan terhadap buah pikir

orang asing adalah hal yang

membuat kita selalu ketinggalan.

Keyakinan bahwa orang asing se-

lalu lebih hebat dari kebanyakan

kita (orang indonesia) adalah hal

yang ternyata salah. Berada di

konferensi itu, diantara �6 (ada

4 orang dari indonesia) orang as-

ing lainnya membuat saya sadar

bahwa mereka menjadi besar

karena publikasi yang mereka

lakukan dan dapatkan. Ketika

telah terpublikasikan, kemudian

terbaca, seakan-akan apa yang

mereka lakukan menjadi yang

paling benar. Kemudian sebagian

arsitek kita akan meniru apa yang

telah mereka lakukan, karena

banyak yang mengganggap itu

yang paling benar.

Kesalahan kita adalah karena

yang selalu kita tiru adalah produk

pemikiran mereka, bukan latar belakang

yang membuat mereka dapat menghasil-

kan pemikiran mereka. Etos kerja dan

mentalitas yang menghasilkan pemikiran

itu selalu menjadi hal yang luput dari

pengamatan kita, karena kebanyakan

dari manusia indonesia adalah pemalas

yang cukup puas dengan apa yang ada

di tangan mereka. Bangsa kita bukan

bangsa penemu karena kita memilih

untuk menjadi pemakai. Bukan bangsa

penjelajah karena terlalu takut kehilan-

gan kenyamanan. Bukan pemecah

masalah karena kebanyakan hanya

mengeluh daripada berbuat hal nyata.

Kenyataan bahwa arsitektur

kita jadi selalu berjalan perlahan dan

tampak kurang progresif memang karena

banyak faktor, dan karena terlalu banyak

faktor. Tapi kritik paling besar seharus-

nya ditujukan bukan kepada faktor-fak-

tor lain, tetapi kepada masing-masing

individu arsitek yang ada di bangsa ini.

Segala sesuatu yang berhubun-

gan tentang bangunan di negara ini

memang masih membingungkan. Terlalu

banyak hal, diluar arsitektur itu sendiri,

yang berada diluar kendali arsitek.

Tetapi bukan berarti arsitek tidak bisa

mengambil kendali. Secara institusional

ini memang wewenang dan tugas dari

asosiasi profesi kita, dalam hal ini IAI,

tetapi bukan berarti kita yang diluar IAI

tidak bisa melakukan apa-apa.

Pemerintah dan semua orang

di negara ini butuh wacana. Butuh untuk

di perlihatkan preseden yang lebih

baik. Butuh untuk melihat desain yang

baik. Butuh untuk melihat arsitektur

yang baik, agar mereka tahu bahwa ada

kemungkinan yang lebih baik tentang

ruang. Baik ruang kota maupun ruang

dalam skala yang lebih kecil.

Page 8: Jong Arsitek!Mei08

Berdebatdanberkeluh

kesahdimilistidakakanbanyak

gunanya.Tidakakanmerubah

keadaandankenyataan.Hanya

sedikitorangyangakanmem-

bacanya.Menjaditenardimilis

bukanberartibisamerubahke-

adaanarsitekturkitayangcend-

erungcarutmarutdanberjalan

ditempat.Kebanyakanyang

tenardimilisjustrukemudian

tidakbersuaradibanyakacara-

acaradiskusi,bahkanbanyak

malahyangtidakpernahmun-

culsamasekali.Dalamtahun

ini,rata-ratasetiapbulanada

260postingdimilisAMI.Tapi

adaberapabanyakarsitektur

terbangunyangsepadandengan

kualitaswacanayangtertulis

dimilis?Sayapikirjikaadase-

banyakituorangyangbersuara,

seharusnyaadasedikitlebih

banyaklagiarsitekturterbangun

dengankualitasyanglebihbaik

dariapayangadasekarang.

jika diperbandingkan dengan jumlah

anggota milis dan anggota IAI, saya pikir

masih terlalu sedikit arsitek dengan kualitas di

atas rata-rata di negeri ini. Kita tidak bisa sela-

manya mengagung-agungkan pak Silaban atau

Romo Mangun dan hidup mengagumi mereka

tanpa mendefinisi ulang apa yang sudah pernah

mereka lakukan. Bagi saya itu seperti mengkh-

ianati dedikasi dan kecintaan mereka terhadap

arsitektur. Pun, kita tidak bisa selamanya selalu

mengedepankan Andra Matin, Adi Purnomo,

dan siapa saja yang sekarang sedang berdiri di

garda terdepan arsitektur indonesia.

Sudah waktu nya ada lebih ban-

yak arsitek-arsitek muda atau pun tua, yang

berdiri bersanding dengan mereka. Meleng-

kapi perjalanan arsitektur Indonesia. Memberi

warna lain bagi arsitektur Indonesia dengan

kualitas yang dapat bersaing di dunia. Yang

kita butuhkan bukan lagi selebriti milis. Atau

wacana arsitektural tanpa arsitektur terbangun.

Yang kita butuhkan adalah hal nyata. Publikasi

berkualitas tentang pemikiran arsitektural atau

arsitektur terbangun dengan kualitas nyata

diatas rata-rata.

Di Ordos100 saya melihat sejauh apa

kemungkinan tentang arsitektur terbangun bisa

ditarik. Bagaimana teknologi menterjemahkan

pemikiran kontemporer arsitek. Bagaimana

ketidakmungkinan itu dibungkam dengan

pemikiran mendalam tentang detail dan hal-hal

kecil lainnya yang membuat sebuah karya

arsitektur bekerja. Bagaimana kita sebenarnya

memiliki potensi untuk jadi sebesar, bahkan

lebih besar dari siapa saja yang ada di muka

bumi ini. Pemikiran bahwa sebenarnya kita

semua di ciptakan dengan potensi yang sama,

yang berbeda adalah bagaimana kita memper-

lakukan potensi tersebut.

Fakta bahwa 7 keajaiban dunia (dan nominasi-nominasi

lainnya) adalah buah pemikiran arsitektural, seharusnya bisa membuat

kita (arsitek) berpikir bahwa setiap dari kita berpotensi untuk mem-

buat, setidaknya, satu keajaiban dunia dalam hidup singkat kita. Fakta

bahwa apa yang kita bangun kemudian berpotensi untuk mendefinisi

kebudayaan sebuah peradaban, seharusnya menjadi sebuah kesadaran

yang selalu kita bawa kedalam kesadaran merancang dan membangun

kita. setinggi ini lah martabat dan tanggung jawab profesi kita

Saya mendengar ada seorang profesor mengatakan bahwa

kita ini bukan bangsa besar, kita ini bangsa yang biasa-biasa saja.

Saya tidak bisa lebih setuju dari itu, tapi saya yakin bahwa setiap dari

kita dilahirkan dengan kebesaran kita sendiri-sendiri. Dan beberapa

rekan muda sudah ada yang membuktikan bahwa kita bisa bersaing

di dunia luar. Pengakuan yang diberikan oleh Jacques Herzog untuk

2 orang arsitek Indonesia, (untuk sementara ini) adalah sebuah bukti

tertinggi adanya pengakuan internasional atas pemikiran arsitektural

anak bangsa. Sekaligus sebuah panggilan bangun untuk mereka yang

mengaku dirinya arsitek Indonesia. Kebiasaan buruk kita adalah terlalu

banyak dari kita yang hanya bisa terkagum-kagum tanpa berusaha

untuk mencapai titik yang sama, dan kemudian mengulagi kesala-

han yang sama, meniru produk pemikirannya. Bukan latar belakang

pemikiran dan mentalitas yang membentuknya.

Di bangsa ini ada kualitas bangun yang harus di tingkatkan.

Pemikiran tentang kebudayaan bangun Indonesia modern yang harus

terbangun dan terbukukan. Kebudayaan bangun baru yang harus bisa

bersaing dan berdiskursus mutual dengan kebudayaan bangun dari

kebudayaan-kebudayaan lain di dunia ini.

Bentukan ruang otentik yang muncul sebagai reaksi atas semua karak-

teristik regional bangsa ini.

Siapa yang kemudian

akan mengambil peran ini? ( pelaku

jaman yang mendefinisi ulang kon-

temporeritas ) mungkinkah anda?

Harusnya anda...

Dalam semangat 100 tahun ke-

bangkitan bangsa, saya hanya bisa

berharap bahwa semangat itu akan

mewujud nyata, lebih nyata dari

hanya sebuah retorika.

Mari bangkit dan berkata-kata

nyata. selamat hari kebangkitan

nasional...1514

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

photo by adikritz

Page 9: Jong Arsitek!Mei08

1716

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Tokoh senior perfilman, sophan sophian, wafat

dalam kecelakan sepeda motor, merangka road-

show jelang hari kebang-kitan nasional. Beliau

dikenal sebagai pribadi yang cinta tanah air. Ket-erlibatannya dalam dunia politik adalah salah satu

bukti kepeduliannya pada negeri ini.

The South Corner of Borobudur, taken from Gabisa Motoniaunder creative common license in http://www.flickr.com/pho-tos/gabisa_motonia/2�51�75�40/

Gelora Bung Karno, taken from Visual Of Maitra under creative common license in http://www.flickr.com/photos/vi-sualofmaitra/14452505�1/

Bunderan HI taken from Antonius Armand under creative common license in http://www.flickr.com/photos/antoniusar-mand-d70/�24256�0/

10 tahun telah berlalu dari krisis mon-eter, pembangunan segar kembali, kota dan arsitektur kembali hidup. Bagaima-na pun juga bangsa ini masih carut-marut, berbagai masalah saling bersam-but. Masalah kemiskinan paling terasa, apalagi baru saja harga BBM naik lagi, rasanya makin mencekik. Namun yang lebih parah lagi—mengutip almarhum Sophan Sophian—masalah sesungguh-nya adalah merosotnya kecintaan orang Indonesia pada bangsanya sendiri.

Lalu bagaimana kita, sebagai arsitek, mencinta bangsa ini?Jika anda mendengar pertanyaan ini klise, berarti anda berada di antara telah/sedang berbuat sesuatu atau seorang pesimis tentang masa depan negeri ini.

Bung Karno pernah meletakkan dasar-dasar kota modern pada Jakarta. Koridor Thamrin-Sudirman adalah axis-nya. Sebagai presiden pertama Indonesia, beliau tahu betul kita butuh mercu suar. Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, MONAS, adalah salah satu bukti bahwa arsitektur bisa digunakan sebagai political tools. Indonesia pun langsung mendapat sorotan dunia. Keberadaannya masih bisa kita awasi sampai sekarang, MONAS masih men-jadi tempat favorit lari pagi walaupun dipagar, serta Hotel Indonesia yang di-implants oleh monster dibelakangnya. Paling tidak Gelora Bung Karno masih utuh dan sering dipakai untuk—seperti beberapa pekan lalu misalnya—tempat perayaan Hari Kebangkitan Nasional, dan sehari sesudahnya menyambut kekalahan timnas sepak bola Indonesia dari FC Hollywood (Bayern Munchen) 1-5. hmmm…..

Kebangkitan “Arsitektur”

NasionalOleh Rafael Arsono

Page 10: Jong Arsitek!Mei08

1�1�

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Adalah H.W. Daendels, gubernur VOC yang memindahkan pusat pemerintahan dari Batavia ke Weltevreden—saat ini area lapangan Banteng dan sekitarnya. Menurutnya downtown Batavia telah tumbuh tak beraturan, gelap dan banyak penyakit. Weltevreden dibayangkan sebagai kawasan pemerintahan yang baru, tertata rapi dan elit, sebuah uppertown. Dari sinilah Bung Karno kemudian mematok Koningsplein sebagai kawasan MONAS, sebuah urban square Jakarta yang optimis menggapai masa depan. Sejarah bisa menjadi inspirasi yang luar biasa.

Namun masyarakat sekarang tidak bisa kita samakan dengan jaman Bung Tomo. Lifestyle-nya berbeda. Dulu sama rasa, sama rata. Sekarang mati rasa. Dulu anak-anak main layangan, lari-lari di lapangan. Sekarang anak-anak kecil di desa mainnya Playstation di warung sepulang sekolah.

Mengutip Andre Hirata, penulis kuatrologi Laskar Pelangi, we gotta have self-respect!. Arsitek mesti lebih berperan dalam berbagai aspek kehidupan. Budi Utomo tahun 1�0� yang dikenal sebagai Kebangkitan Nasional dipelopori kelompok para Dokter. Bukan tidak mungkin dengan self-respect dan pride being Indonesian, gerakan Kebangkitan Nasional berikutnya dipunggawai para arsitek.

Ketahui dan hargai diri sendiri sebagai bangsa In-donesia. Terdengar sedikit old-fashioned?? Sama sekali tidak…

Jay Subyakto, seorang artistic director jebolan arsitektur, selalu menyuarakan kecintaan pada tanah air dalam tiap kesempatan, baik dalam perbincangan sehari-hari maupun karya-karya videoclip HUT-Indonesia yang patriotik. Bangsa ini sedang tertidur, orang-orang lupa akan harta karun bumi Indonesia, begitu ujarnya. Dalam karyanya, Jay banyak menyiratkan simbol-simbol persatuan, seperti formasi berputar membentuk lingkaran, di-shoot dari atas. Tombak-panah yang dilempar ke langit saling bertemu. Penggambaran sekelompok orang keluar—bak zombie—dari lumpur, simbol bangkit dari segala musibah yang menimpa negeri ini, khususnya lumpur Lapindo.

Arsitektur mengalami perkembangan positif mengingat makin banyak penghargaan yang di-berikan pada arsitek maupun karya arsitektur yang dinilai inspiratif. Media membahas arsitektur pun menjamur —terlepas dari sekedar muatannya yang instant dan kitsch. Arsitek pun makin populer dan diterima masyarakat. Di tengah majunya pekembangan ini, saya rasa negeri ini butuh mercu suar-mercu suar baru. Yang kontroversial namun akhirnya dibanggakan, yang gi-gantik dan bikin melek dunia. Yang filosofis dan bermakna dalam bagi bangsanya, penuh makna simbolik yang disukai masyarkat Indonesia. Arsitektur penerima awards dari arsitek-arsitek beken negeri ini telalu terprivatisasi. Bukan hanya karena ‘mereka’ kebanyakan bangunan privat (rumah tinggal), tapi juga kesempatan yang langka dalam sebuah proyek arsitektur.

Di samping itu, negeri ini butuh lebih banyak pendekar arsitektur. Soejodi-baru, Silaban-baru, Mangunwijaya di era digital. Saya pahami globalisasi meracau lewat TV, majalah, internet, na-mun proses cinta tanah air juga butuh proses “cuci otak”. Saya mengalaminya selama kerja seb-agai arsitek di bawah Yori Antar, sosok yang patut dikagumi atas kecintaannya pada Indonesia. Selama tiga tahun di Han Awal & Partners, saya dapat kesempatan ‘keliling’ Indonesia dalam berbagai keperluan, kalau tidak kerjaan kantor, ya jalan-jalan bersama seluruh arsitek kantor. Di Pulau Nias, kami keluar-masuk sungai, naik-turun bukit, hujan-hujan,di desa Gomo. Gotong-gotong motor, masuk hutan, memburu rumah tradisional Nias. Tiba disana seperti masuk mesin waktu, jatoh ke jaman batu karena arsitekturnya yang rough dan primitif dilatari pemandangan alam langit biru, sawah hijau, pohon kelapa miring kesana-kemari, serta pegunungan, benar-benar nyiur melambai, khas Indonesia.

Tanpa disadari perasaan ini merasuk. Semangat itu muncul. Ok, enough concerning our gov-ernment’s rapid incapabilities conserving our national heritage, but you really has to be there!. Memang banyak kontroversi pada roadshow almarhum Sophan Sophian yang dinilai terlalu mewah dengan moge (motor gede) dalam mengelilingi pulau Jawa. But hey, you really have to travel around to love this country, dude! No matter how!. Jalan-jalan keliling Indonesia, kunjungi sampai ujung-ujungnya. Ketahuilah negeri sendiri sebanyak negeri orang. Selayaknya Romo Mangun.

Teringat tahun 2005, dalam keberangkatan menuju presentasi final sayembara Menara Ma-luku di kota Ambon. Sehari sebelumnya, sekitar jam 2�.00 WIB saya bersama Yori Antar dan Paskalis Khrisno, mengalami masalah dalam bagasi karena bawaan sebongkah peti isi maket, yang menyebabkan gagal berangkat. Saat itu saya benar-benar pusing seketika karena saya yang melakukan koordinasi, termasuk mengurus bungkus maket dan perjalanan tersebut. Dunia rasanya mau ambruk, kerja-keras dua bulan penuh sia-sia, rasanya seperti mimpi buruk. Di ten-gah saya minta maaf atas miskalkulasi tersebut, Yori menyatakan, “Tenang saja Rafael, seperti kata Bung Karno pada sayembara MONAS, cuma orang-orang yang benar-benar cinta tanah air-lah yang bisa ikut dan memenangi sayembara ini!. Kita cari cara bagaimana sampai kesana. Nggak peduli pakai sampan, naik balon udara, pokoknya kita harus tuntaskan ini semua dan hadir disana besok!”.

And with God wills, we happened to be there, and won the first biggest national competition ever held.

HidupArsitekturIndonesia!!

Istiqlal Mosque taken from HKmPUA under creative common license in http://www.flickr.com/photos/hleung/22�7775505/

Monumen Nasional taken from elbisreverri under creative common license in http://www.flickr.com/photos/elbisreverri/�11��447/

Menara Maluku Copyright 2005 Han Awal Partners and Architects, Designed By Yori Antar, Djuaneni, Rafael Arsono, Paskalis Khrisno Ayodyantoro

Page 11: Jong Arsitek!Mei08

2120

The project for the LiMac combines two distinct museum typologies: the nineteenth-century museum, which consists of a succession of rectangular rooms (the classical exhibition space), and the museum space of the twen-tieth century, the white open space of the loft or gallery (the free floor-plan with columns). A gradation of volumes in the central area of the LiMac is developed as a series of columns on a free floor plan at one side of the space, and an exhibition hall converted into a group of square rooms divid-ed by corridors on the other side. As a result, the museum space creates an ambiguous relationship between the contained exhibition “rooms” and the open space that flows in between the volumes. A perimeter of auxiliary spaces is organized around this central exhibition space and is il luminated and ventilated through vast green patios cut out of the landscape.

Project: Museum of Contemporary ArtClient: Sandra Gamarra (www.li-mac.org)Date: September 2006 (project)Location: Lima, PerúTotal surface: aprox. 12.000 m2 Type: public buildingArchitects: PRODUCTORA (Carlos Bedoya, Wonne Ickx, Victor Jaime, Abel Perles)Colaborators: Jorge Cárdenas, Gerardo Galicia, Valeria Marini, Ivan Villegas, Paulina Santoyo.Renders: Exterior render in �D by Gerardo Galicia.

Limac (Museum of Contemporary Art, Lima)Lima, PeruP R O D U C T O R A

Page 12: Jong Arsitek!Mei08

2�22

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

LiMac is an invisible museum. The in-ternational impact of expressive, daring, and loud museums—like Frank Gehry’s Guggenheim Museum in Bilbao, Spain, or Zaha Hadid’s museum in Wolfsburg, Germany—made us question this evolu-tion in contemporary museum architecture. The idea of building a museum hidden in the desert’s topography offered an attrac-tive alternative. We thought of a building without facade or silhouette—a building absorbed by the landscape—hiding a mysterious space inside, almost like an Egyptian tomb. We imagined a labyrinthine space lit by patios and roof lights, perceiv-able only as a series of excavations or triangular surfaces breaking the existing topography—an abstract composition in the Peruvian landscape. Organized almost exclusively on one level to eliminate costs for personal and freight elevators, the museum also minimizes the use of air con-ditioning through its underground place-ment, where temperature and humidity lev-els are far more balanced then in the open desert of Peru.

Finally, this museum represents an ambition. It not only expresses our be-lief in the necessity for a center for contemporary art in a metropolis such as Lima, but it also communicates our desire to build an architecture of spatial mystery and delight. An architecture that refers to forgotten pasts, generates new experiences, and leaves—like a Nazca drawing—a trace in the desert. It is a manifestation of contemporary culture and architecture in the landscape of Peru.

0 25 m

Render of museum in desert landscape. (by Gerardo Galicia)

section

drawing plans

Page 13: Jong Arsitek!Mei08

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras iP R O D U C T O R A [email protected]

All drwing’s copyrights belong to PRODUCTORA.

Page 14: Jong Arsitek!Mei08

Rumah Bintaro merupakan perwujudan konsep arsitektur reduksi. Semua elemen desain seolah ditempatkan ke titik terrendah. Mulai dari pemampatan fungsi ruang, penyederhanaan bentuk, dan penggunaan material mentah, sehingga pada akhirnya dapat menekan biaya pemban-gunan. Ruang ruang direduksi seminimal mungkin untuk mendapatkan fungsi ruang yang maksimal,walau dengan luasan yang minimal.

Rumah Arsitektur ReduksiNamaProyek : Rumah Bintaro Lokasi: Bintaro, Tangerang Desain : 2005 SelesaiDibangun : 2006 Arsitek: Wiyoga NurdiansyahStruktur : Alex Kontraktor : Alex LuasTanah : �0 m2 LuasBangunan : �5 m2

2726

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Page 15: Jong Arsitek!Mei08

Material yang digunakan semua di biarkan mentah. Hanya ceiling yang difinish cat putih untuk menambah kesan lapang ruang-ruangnya. Penggunaan material semen putih expose, dipilih untuk mereduksi penggunaan cat untuk semua dinding, baik exterior maupun interior. Hal ini diyakini mengurangi pengaruh bau bahan kimia dari cat disetiap ruang. Pintu dan jendala di desain tanpa menggunakan kusen.dan meminimkan penggunaan kayu solid. Semua menggunakan kayu ola-han, sehingga menjawab persoalan keterbatasan kayu saat ini.

Dilantai dasar, dimulai dengan fungsi pantry dan kamar pembantu, penempatan yang tidak umum, sebagai usaha untuk membalik hierarki zoning. Dengan penempatan ini diyakini dapat mereduksi penetrasi zona privasi dalam sebuah rumah. Area public seperti ruang tamu, dilebur dalam sebuah teras multifungsi. Teras ini kadang juga berfungsi sebagai carport, yang berhadapan langsung dengan taman, nyawa dari rumah ini.

Pantry, ruang makan dan ruang keluarga disatukan dalam ruang tanpa sekat . Semua berorientasi menuju bukaan besar yang membingkai taman di sebelah teras. Bukaan kaca lebar ini, meng-hilangkan batasan visual yang menjadikan ruang keluarga dan taman seolah bersenyawa.

Diarea belakang ditempatkan ruang tidur utama. Tidak besar. Hanya luasan seperlunya untuk fungsi tempat tidur, ruang baju, ruang rias dan kamar mandi, yang semuanya disatukan dalam ru-ang kecil 15m2. Furniture untuk ruang baju dan ruang rias didesain menyatu dengan arsitekturnya built-in furniture. Ruang tidur utama juga berorientasi kearah taman. Bukaan dibiarkan menganga lebar, untuk mendapatkan cahaya alam dan udara luar yang maksiamal.

Dilantai atas, ditempatkan fungsi; dua ruang tidur, mushola, wc, dan ruang cuci jemur. Untuk mendapatkan ruang tidur anak yang lebih besar, bangunan dibiarkan melayang kedepan, sehingga ruang tidur anak menaungi sebagian taman di bagian bawahnya.Semua bukaan dilantai atas didesain manghadap ke taman dibawahnya. Karena view kesekelil-ing rumah hanyalah dinding pembatas kavling, yang terlalu dekat dengan bangunannya. Lagi-lagi taman menjadi nyawa untuk semua fungsi ruang di lantai atas.

2�2�

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Page 16: Jong Arsitek!Mei08

Material lainnya yang dominan adalah kaca dan panel grc. Kaca digunakan untuk membingkai ruang luar, sedangkan panel grc digunakan sebagai pe-misah yang bersifat mas-sif. Grc digunakan pada pintu utama, pintu garasi, dan dinding wc service. Untuk atap menggunakan genteng pelentong tanah liat, genteng rumah kon-vensional di Indonesia.

Penggunaan semua ma-terial mentah ini, di-harapkan menonjolkan karakter arsitektur jujur pada rumah ini, arsitektur reduksi. Tanpa terjebak dalam bentuk dan kos-metik yang berlebih.

Page 17: Jong Arsitek!Mei08

Sudah 2 minggu berlalu semenjak kepulangan saya setelah Urbane Fellowship Program, Ini adalah rangkuman kecil dari perjalanan saya, dan apa yang bisa saya dapatkan dari program ini. Semoga berguna.

[1]Orang orang berjalan cepat, bergegas gegas menu-ju pedestrian. Semakin gelap matahari menun-duk, kerumunan semakin menumpuk. Dalam kegegasan, manusia-manusia kemudian berkum-pul dan berjubel menjadi satu. Semakin malam semakin meriah, semakin penuh sudut sudut dan pinggir jalan La Ramblas. Masih dalam kekagetan setelah terse-dak dari metro (semacam kereta bawah tanah) se-tiap penjaja bere-but menawarkan beberapa macam bunga, buku den-gan harga cukup murah. Seakan tidak turut dalam kesedihan setelah kesebelasannya kalah dengan inggris pada sore harinya, semua orang tampak berseri membawa bunga di tangan kanan, buku di tangan kiri, bagi yang belum, pastinya sedang sibuk mengantri di jejeran booth penjaja buku di sekitar jalan tersebut.

Pasangan-pasangan menghiasi dengan menun-jukkan kemesraanya dalam ciuman, pelukan, belaian dan pemberian buku dan bunga, sebagai afeksi kasih sayang bukan sebagai pertunjukan laiknya pendapat manusia indonesia kebanyakan bila melihat hal tersebut diruang publik.

Saat ini Barcelona sedang merayakan hari Saint Jordi, hari untuk merayakan kasih sayang dengan memberikan bunga “dan uniknya“ disertai dengan buku kepada pasangan atau orang yang dikasihi. Sungguh unik karena buku buku yang dijual adalah buku novel karangan penduduk lokal, Festival me-narik yang justru menumbuhkan minat baca dan

t e r d o n g k r a k n y a produksi industri kreatif bidang lit-eratur. Semua keg-iatan ini kemudian terwadah dalam jalan, bangunan, dan plaza yang tersusun baik. ban-gunan bangunan unik pun mengisi baik modern dan tua berdampingan memperkaya kota. pemerintah yang jeli terhadap ke-beradaan arsitektur

ini kemudian memberikan kemudahan akses ter-hadap informasi dan transportasi kota. Peta peta pusat belanja, makanan dan objek arsitektur berte-baran mengisi rak-rak pusat informasi wisatawan.

lain halnya dengan madrid, sebagai pusat aktifitas dan ibukota spanyol, madrid menjadi “parisnya” spanyol, sebagai pusat mode dan desain desain kontemporer yang telah dikenal oleh banyak nega-ra. Desain Fashion seperti Zara dan Camper mun-cul, berkembang di spanyol dengan berbagai pam-eran bertaraf internasional yang berlangsung tiap tahunnya sebagai trend setter baru dunia desain.

Membangun Denyut Kota dengan Arsitektur

oleh : Paskalis Khrisno Ayodyantoro

���2

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Page 18: Jong Arsitek!Mei08

[2]Barcelona dan seluruh kota spanyol lainnya me-mang sedang mengembangkan dirinya sebagai pusat tujuan wisata dan industri kreatif di spanyol. Beranjak dari pembenahan kota Barcelona untuk Olimpiade 1��2 dengan membuat infrastruktur se-cara besar besaran menghubungkan 150 area publik dan wisata, mengisi taman dan ruang publik den-gan air mancur, mosaik dan patung yang berdam-pak membuat masyarakatnya merasa lebih nyaman, lebih termotivasi dan loyal terhadap kotanya. Sejak itu pengembangan kota tidak berhenti dan merambah ke desain, seni dan budaya. “tujuan utamanya adalah menimbulkan, menarik, dan menyimpan talenta inovatif dan kreatif” ucap Francesc Santacana, direk-tur Strategic plan of Bar-celona. Sebut saja rencana pengembangan rel kereta dan tram baru, Pengem-bangan pusat superkom-puter MareNostrum, taman sustainable b_TEC, The Parc Barcelona Media, pe-nataan kembali 200 hektar area Pobllenou Quarter yang sebelumnya dipakai sebagai daerah industri, pembuatan pusat desali-nasi air yang memproduksi 200.000 kubik air perhari dan masih banyak daf-tar lagi dalam pembenahan kota yang berisi � juta pen-duduk ini.

Arsitektur dan kota me-mang menjadi salah satu pemegang peranan pent-ing dalam industri pariwisata di spanyol dan kota lainnya di eropa. Bilbao effect walaupun terdengar teoritis, namun pada kenyataanya benar benar mem-berikan sumbangsih yang positif bagi kota dengan meningkatnya wisatawan ke daerah tersebut, dan munculnya kegiatan kegiatan lain yang memberi-kan sumbangsih ekonomi kota yang signifikan. Tak hanya di Bilbao, namun arsitektur bisa menjadi generator kota seperti Pompidu Centre di Paris, Al Hambra di Granada, Mercedez Benz Museum di Stuttgart, Phaeno Science Centre di Wolfsburg menjadi salah satu rangkaian bangunan yang bisa

meningkatkan aktifitas kota dan menjadi kebang-gaan penduduk sekitarnya. Hotel-hotel, restaurant, kafe, dan gallery bermunculan sebagai dampak meningkatnya aktifitas kota karena antusiasme wisatawan untuk mengunjugi bangunan bangunan tersebut. Secara khusus bangunan dengan ikon ini membuka dimensi baru dalam menstrukturisasi kota, karena bangunan ini memiliki ruang dan “terbentuk” dengan cermat yang menghasilkan sumbangan signifikan bagi kota pada skala yang

besar. Bahkan dalam keperluannya, arsitek-tur digunakan sebagai politisi branding produk sebagai media marketing baru dengan menyung-guhkan arsitektur yang spesifik atau branding produk termasuk fashion seperti Prada, louis Vuit-ton dan Hermes.

[�]menurut Richard Flori-da, Eropa dan Amerika telah meningkatkan ke-giatan kreatif hingga �0% beranjak dari sekor industrial menuju sek-tor kreatif. Ini terbukti dengan meningkatnya gerakan dan merebaknya kegiatan kreatif di ber-bagai sektor oleh pen-duduknya, “Creativity is the motor force of eco-nomic growth!“ ucap-nya. Tak segan segan contohnya adalah Lon-don yang menobatkan dirinya sebagai Creative

London dengan menunjang segala kegiatan in-dustri kreatif di kotanya, mulai dari pameran seni, pertunjukan hingga tata kota. Diharapkan dengan meningkatnya industri kreatif di berbagai bidang akan meningkatkan devisa negara sebesar 22 mil-liar poundsterling lebih tinggi dari total produksi industri dan menjadi pemasukan kedua setelah sektor bisnis yang senilai �2 miliar poundster-ling. secara keseluruhan, sektor kreatif sebagai pengisi tenaga kerja terbanyak ketiga di London sebanyak 525.000 pekerja. Dari arsitektur hingga periklanan, dari pertunjukan seni hingga penerbi-tan digalakkan sebagai pemacu kehidupan kota.

�5�4

[4]Sudah saatnya Indonesia memberikan peranan penting kepada industri kreatif dalam meningkatkan ekonomi kota-kotanya, khususnya arsitektur. Menata kota den-gan baik, menerapkan peraturan, menciptakan ruang publik, dan menciptakan generator kota, sehingga di-harapkan terciptanya aktifitas kota baru.

Dengan memberikan penataan bangunan atau kawasan penanda baru, diharapkan kota-kota di Indonesia me-miliki keunikan tersendiri sebagai bagian dari negara yang lebih besar untuk menunjang kebutuhan antar kawasan yang mempunyai koneksi terhadap kawasan lain. penanda dalam hal ini berbeda dengan ikonik, yaitu sebagai bangunan atau kawasan yang beranjak dari bentuk mengarah pada keragaman program un-tuk mengakomodasi berbagai macam kegiatan yang memicu berbagai aktivitas dalam kota, dibandingkan ikonik yang hanya sebagai perayaan atas bentuk dari kegiatan, waktu ataupun tempat , terkadang menjadi sekedar kolase dan tak berarti banyak untuk kota, sep-erti ucapan Gehry, “Architecture should speak of its time and place, but yearn for timelessness.”

Indonesia dengan berbagai kebudayaan, ta-nah, adat, kulinari, dan bahasa menjadi salah satu kelebihan yang seharusnya bisa menjadi daya tarik tersendiri, sebagai bagian kekay-aan yang bila diolah dalam ruang, arsitektur dan kota dengan baik akan memicu, bukan lagi menimbulkan cipratan parkir motor dan warteg murah disekitar mall tetapi ledakan ekonomi yang besar, yang tentunya ditunjang dengan perangkat kota yang baik juga. Be-berapa kompetisi desain bangunan dan pena-taan kawasan kota akhirnya banyak terhenti tergantung pada masalah biaya, konflik, keti-dak percayaan investor, dan kurang siapnya penduduk berkota. Sudah saatnya kah semua berperan dalam membentuk kota kita? har-usnya kita mulai sadar, menurut Canada Art Council mengatakan bahwa kota tidak akan mengundang bisnis atau investasi baru dan perkembangan lapangan kerja, bila kreatifi-tas bukan menjadi komponen rencana strategi ekonomi, kreatifitas adalah mesin dari sistem ekonomi baru.

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Page 19: Jong Arsitek!Mei08

tahukah bahwa banyak dari arsitek kita memi-liki prestasi dan sudah dikenal di manca negara. Sebutlah Sibarani Sofyan yang desain master-plannya berada di manca negara, Ridwan Kamil yang proyeknya bertebaran di dubai, china, dan indonesia, Andra Matin dan Budi Pradono yang karyanya sudah merambah ke publikasi dan peng-hargaan internasional dan beberapa arsitek terma-suk arsitek muda kita yang banyak terlibat dalam proyek mega billion di kantor-kantor starchitect di luar negeri. Belum lagi banyak prestasi dan sayembara desain arsitektur yang berhubungan dengan kawasan dan bangunan publik skala besar internasional maupun nasional yang dimenangkan oleh arsitek kita. Tapi pada kenyataannya keselu-ruhan kegiatan terhenti karena ketidak jelasan penyelenggaraan, masih tingginya KKN dalam proyek-proyek besar yang dianggap sebagai tempat meraup kekayaan sesaat, ketidak jelasan infrastruktur asosiasi desain termasuk arsitektur dinegara kita, dan belum lagi ketidak percayaan asing terlebih masyarakat kita sendiri terhadap arsitek Indonesia.

Namun dalam berbagai sisi sudah banyak usaha usaha meningkatkan kegiatan arsitektur untuk kota kita yang lebih baik. Diskusi diskusi terbuka, open house Arsitektur hingga forum berbau arsitektur mengisi jurnal keseharian. Arsitektur menjadi de-bat dan mediasi baru, beranjak menunjukkan gig-inya walaupun masih dalam skala kecil sebagai ak-upuntur yang memperbaiki kota melalui titik titik kecil yang diharapkan berdampak luas pada tubuh kota secara keseluruhan.

Dalam bayangan nanti, pilu memasuki negara sendiri melalui gerbang bata yang semakin menua dan tak terawat, belum lagi ditambah dengan sambutan preman-preman taksi menunggu di luar...

Inilah saatnya kita merebut kembali kebudayaan kita, meninggalkan trauma historis penjajahan dan mental priyayi untuk maju, berkesempatan membangun dengan lebih baik dan memberikan sumbangsih arsitektur yang bermafaat luas bagi kota kita.

Saatnya desain menunjukkan tingkat pikir yang lebih matang dan beradab, menaikkan sebuah nilai dalam masyarakat, nilai yang lebih dibandingkan sebuah kebiasaan dan sekedar fungsi.

seperti kata Peter Eisennman “To be an architect is a social act“

frankfurt, 04.mei.200� 20.05

menyambut 100 tahun kebangkitan nasional, Oleh Paskalis Khrisno Ayodyantoro.

“To be an architect is a social act“

Peter Eisennman

�7�6

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Page 20: Jong Arsitek!Mei08

��

socialiturm e d i a a c a r a d a n s o s i a l i s a s i e v e n t a r s i t e k t u r

OpenHouse Rumah di Cipinang oleh Budi Pradono Architectsphotographs by Anissa Santoso

����

Rafael Arsono (Han Awal & Partners), Soekarno, Soejo-edi, F. Silaban, Romo Mangun, Han Awal, Yori Antar, An-dra Matin, Adi Purnomo, Ahmad Djuhara, Ridwan Kamil, Arsitektur:, Borobudur, Situs Trowulan, Sendangsono, CONEFO, MONAS, Masjid Istiqlal, Stadhuis/Museum Fa-tahillah, Stasiun Beos Kota, Kraton Jogja, Hotel Indonesia Michael Julius Brohet (Antara Design) Yori Antar, Andra Matin, Adi Purnomo, Ranuwijaya, Sonny Sutanto, Irian-to PH., Gunawan Tjahjono, Romo Mangun, Han Awal, Si-laban, Paskal Khrisno (fresh graduate arsitek Univ.Bina Nusantara, jakarta), Soekarno, Mangunwijaya, Han Awal, Danisworo, Sandy Siregar, Yori Antar, Andra Matin, Ahmad Djuhara, Adi Purnomo, Ridwan Kamil Amelia Miranti (Han Awal & Partners) Yori Antar, Andra Matin, Romo Mangun, Budiman Hendropurnomo, Sardjono Sani, Han Awal, Si-laban, Bianpoen, Gunawan Tjahjono, Adhi Moersid Angie Miranti (Andra Matin Architect) Masjid Istiqlal, Kali Code, Le Bo Ye, Gedung 28, Rumah Ciganjur, Monas, Gedung Sate, Aula ITB Bandung, Gelora Bung Karno, EX Plaza In-donesia 10Arsitek Indonesia paling Berpengaruh Silaban, Han Awal, Tan Tjiang Ay, Andra Matin, Adi Purnomo, Adi Moersid,Sujudi, Romo Mangun, Ridwan Kamil, clueless Adi-kritz (Forum Architect, Singapore) Arsitektur, berdasarkan kesan ;) Monas, Taman Sari, Prambanan, Stasiun Tanjung Priuk, Museum Fatahilah, Istiqlal, Katedral, Rektorat UI, Dufan, Gedung 28, teteupp... :) Astrid Susanti (Arsitek Freelance) Arsitek: F. Silaban, Sujudi Ir. Soekarno (ini lebih karena visi dan misinya dlm membangun image Indonesia setelah merdeka), Maclaine Pont, T. Karsten, W. Schoe-maker, Romo Mangun, Han Awal, Hadiprana (utk point ini, ya.. pendirinya ya..), Tan Tjiang Ay, Andra matin Wah, sorry nambah 1...jd 11 deh Arsitektur: borobudur, masjid istiqlal, monas, gedung dpr/mpr, gereja pohsarang, candi brahu, Stadion Utama Senayan, rumah ciganjur, galeri leboye, toko buku aksara Ahmad Djuhara (Ketua IAI DKI-Jakarta) 1 sampai 10 untuk Budi Sukada! Dani Wicaksono (Studio Adi Purnomo), borobudur, masjid istiqlal, monas, gedung dpr/mp, gereja pohsarang, candi brahu, Stadion Utama Senayan, rumah ciganjur, galeri leboye, toko buku aksara

intermez-zo: catatan 10 Arsitek dan Arsi-tektur In-donesia paling ber-pengaruh!

Page 21: Jong Arsitek!Mei08

d e s a i n m e n g i n s i p i r a s i