36
0 EXTENDED MARKETING MIX SEBAGAI STRATEGI MEMENANGKAN CERUK PASAR WISATAWAN SENIOR BAGI DESTINASI PARIWISATA BALI Oleh I Gusti Bagus Rai Utama (Tema Disertasi Ceruk Pasar Wisatawan Senior) Program S3 Pariwisata, Universitas Udayana, BALI 1. Pendahuluan Pemasaran bukanlah alat untuk mencapai tujuan, pemasaran adalah proses yang berkelanjutan, yang berorientasi pada hubungan aktivitas yang saling terkait. Untuk memulai proses pemasaran, pemasar harus mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen, umumnya dapat diketahui melalui riset pemasaran, dan mengembangkan produk yang tepat. Pemasar kemudian harus menginformasikan kepada pelanggan tentang produknya melalui promosi. Setelah produk tersebut telah dijual atau pemesanan telah dibuat, tujuannya harus untuk memuaskan pelanggan. Prinsip-prinsip inti dari pemasaran meliputi pendekatan pemasaran yang berorientasi, segmentasi pasar, bauran pemasaran dan siklus hidup produk, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Bauran pemasaran mengacu pada berbagai komponen atau instrumen yang dapat digunakan untuk mempengaruhi konsumen. Pada pengenalan bauran pemasaran tradisional, yang terdiri dari empat Ps: yakni Product, Price, Place dan Promotion, membentuk faktor-faktor keputusan kunci dalam setiap rencana pemasaran. Tiga Ps tambahan yang merupakan faktor keputusan penting di bidang pariwisata, yaitu People, Physical evidence dan Process juga akan perhatian yang cukup penting. Prinsip penting terakhir yang akan dibahas adalah siklus hidup produk, yang menunjukkan bahwa semua produk melewati berbagai tahap kehidupan yaitu, pengenalan, pertumbuhan, kematangan dan penurunan. Pemasaran tradisional telah difokuskan pada pelanggan eksternal, tetapi menerapkan prinsip-prinsip yang sama kepada karyawan perusahaan (pemasaran internal), yang menjadi semakin penting untuk

Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

0

EXTENDED MARKETING MIX SEBAGAI STRATEGI

MEMENANGKAN CERUK PASAR WISATAWAN SENIOR BAGI

DESTINASI PARIWISATA BALI

Oleh

I Gusti Bagus Rai Utama (Tema Disertasi Ceruk Pasar Wisatawan Senior)

Program S3 Pariwisata, Universitas Udayana, BALI

1. Pendahuluan

Pemasaran bukanlah alat untuk mencapai tujuan, pemasaran adalah proses yang

berkelanjutan, yang berorientasi pada hubungan aktivitas yang saling terkait. Untuk

memulai proses pemasaran, pemasar harus mengetahui apa yang diinginkan oleh

konsumen, umumnya dapat diketahui melalui riset pemasaran, dan mengembangkan

produk yang tepat. Pemasar kemudian harus menginformasikan kepada pelanggan

tentang produknya melalui promosi. Setelah produk tersebut telah dijual atau pemesanan

telah dibuat, tujuannya harus untuk memuaskan pelanggan.

Prinsip-prinsip inti dari pemasaran meliputi pendekatan pemasaran yang

berorientasi, segmentasi pasar, bauran pemasaran dan siklus hidup produk, yang dapat

dijelaskan sebagai berikut: Bauran pemasaran mengacu pada berbagai komponen atau

instrumen yang dapat digunakan untuk mempengaruhi konsumen. Pada pengenalan

bauran pemasaran tradisional, yang terdiri dari empat Ps: yakni Product, Price, Place dan

Promotion, membentuk faktor-faktor keputusan kunci dalam setiap rencana pemasaran.

Tiga Ps tambahan yang merupakan faktor keputusan penting di bidang pariwisata, yaitu

People, Physical evidence dan Process juga akan perhatian yang cukup penting.

Prinsip penting terakhir yang akan dibahas adalah siklus hidup produk, yang

menunjukkan bahwa semua produk melewati berbagai tahap kehidupan yaitu,

pengenalan, pertumbuhan, kematangan dan penurunan. Pemasaran tradisional telah

difokuskan pada pelanggan eksternal, tetapi menerapkan prinsip-prinsip yang sama

kepada karyawan perusahaan (pemasaran internal), yang menjadi semakin penting untuk

Page 2: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

1

ditekankan. Pemasar semakin menyadari pentingnya hubungan kegiatan manajemen dan

menunjukkan perhatian yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan.

1.1. Peran pemasaran

Menurut Middleton, (1994: 17) mengatakan bahwa dalam pemasaran pariwisata

terdapat lima elemen yang dilibatkan secara bersama-sama; elemen tersebut adalah

elemen permintaan “market demand”, element biro berjalanan “travel organizers”,

elemen lembaga-lembaga pariwisata pada destinasi “destination organizers”, elemen

penawaran “product supply”, dan elemen fisik aksesibilitas. Kelima elemen tersebut

sering disebut dengan marketing dalam konteks pemasaran destinasi pariwisata. Seperti

tampak pada Gambar 1 dibawah ini.

“Marketing brings the five major sectors of the tourism industry together, namely

the market demand in the area of origin, the product supply at the destination, the

transportation or physical access to destinations, the distribution organisations,

and travel organisers, Marketing influences visitors’ demands, but not all visitors

are influenced by marketing activities. (Middleton, 1994: 17).

Page 3: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

2

Gambar. 1. Link Antara Permintaan Dan Penawaran, Dan Pengaruhnya Pada Pemasaran

Pada Gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa pemasaran berpengaruh pada

tuntutan wisatawan, tetapi tidak semua wisatawan yang dipengaruhi oleh kegiatan

pemasaran. Misalnya, wisatawan domestik yang melakukan perjalanan dengan mobil

pribadi dan yang tinggal dengan teman dan kerabat tidak mungkin dipengaruhi oleh

pemasaran. Pemasaran terdiri dari unsur-unsur berikut: sikap dan keputusan pelanggan

(target pasar) tentang utilitas yang dirasakan dan nilai barang dan jasa yang tersedia,

sesuai dengan kebutuhan mereka, keinginan, minat dan kemampuan untuk membayar.

Hal ini juga terdiri dari sikap dan keputusan tentang produksi produsen barang dan jasa

untuk dijual, dalam konteks lingkungan bisnis mereka dan tujuan jangka panjang.

Terakhir itu termasuk cara-cara di mana produsen berkomunikasi dengan pelanggan,

sebelum, selama dan setelah titik penjualan, dan mendistribusikan atau menyediakan

akses ke produk mereka (Middleton, 1994: 17).

Tidak ada harmoni otomatis antara apa yang pelanggan inginkan dengan

kesediaan mereka membayar dan dengan apa yang produsen mampu sediakan atau

Page 4: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

3

hasilkan. Dalam prakteknya ada ketegangan yang biasanya terus antara kebutuhan

produsen untuk keuntungan dan efisiensi penggunaan aset, dan pencarian konsumen

untuk sebuah nilai dan kepuasan. Manajer pemasaran seringkali harus menggunakan

pertimbangan dalam menyeimbangkan kebutuhan para pihak yang bertentangan, dan

melakukannya dengan pengetahuan yang tidak tepat tentang pelanggan mereka, dan

tentang keputusan produsen lain pemasaran produk yang kompetitif. Semakin baik

keseimbangan antara kepentingan kedua belah pihak, semakin kecil pengeluaran

pemasaran yang diperlukan sebagai proporsi dari pendapatan penjualan. Sebagai contoh,

jika operator telah dirancang secara akurat, harga dan kapasitas dinilai, penjualan akan

tercapai dengan biaya promosi yang relatif rendah (Middleton, 1994: 18). Pemasaran

adalah kegiatan yang sistematis dan serius yang diawali dengan rencana dan mengambil

tindakan yang mendapatkan lebih banyak orang untuk membeli lebih banyak produk

pemasok, lebih sering dan pada harga yang lebih tinggi, sehingga lebih banyak uang

dihasilkan (Zyman, 1999: 6). Pemasaran bukanlah tentang membuat desain; memiliki

desain hanya berarti bahwa orang tahu siapa anda, tetapi tidak memotivasi mereka untuk

melakukan apapun (Zyman, 1999: 20).

1.2. Pemasaran jasa

Karena produk pariwisata tersebut tidak dapat dipasarkan dengan cara yang persis

sama seperti produk manufaktur, sejak pembelian daripadanya tidak memberikan

kepemilikan item fisik yang dapat digunakan atau dikonsumsi pada pilihan pemilik waktu

dan tempat. Produksi dan konsumsi terjadi di lokasi produsen, dan konsumen harus hadir

di lokasi yang tetap untuk mengakses kapasitas. Tidak ada distribusi fisik produk

pariwisata dan perhotelan dan distributor membawa pelanggan dan penawaran bersama-

sama, yang umumnya berupa komponen independen dari produk pariwisata secara total.

Variasi dalam jangkauan, dan perbedaan dalam jenis layanan yang ditawarkan,

ditentukan oleh sikap dan perilaku para pekerja, yang tidak dapat direplikasi dengan

presisi yang sama persis atau dampak emosional. Kinerja pelayanan akibatnya tidak dapat

dievaluasi terlebih dahulu, dan tidak menjamin unsur risiko yang berkaitan dengan

varians kualitas dalam mewujudkan suatu situasi tertentu. Hal ini juga mungkin untuk

Page 5: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

4

menggeneralisasi apakah pelanggan puas akan setia atau tidak. Pemasar mengatasi

kompleksitas dengan memberikan sentuhan pribadi dan bukti nyata (sinyal atau isyarat)

dari apa yang dapat diharapkan.

Para pekerja atau karyawan harus diaktifkan untuk memberikan pelayanan dan

menjaga janji yang dibuat. Oleh karena itu pemasar jasa menggunakan bauran pemasaran

yang diperluas, yang melibatkan unsure manusia, layout fisik dan atmosfer yang

membawa pengaruh pada signifikansi lebih besar dari pada kasus produk fisik.

Penekanan kuat ditempatkan pada penjualan pribadi dan promosi dari mulut ke mulut.

Selain karakteristik tersebut tidak dapat dipahami, ketidakterpisahan dan variabilitas,

produk jasa yang sangat mudah rusak karena jasa adalah tetap dalam ruang dan waktu

tertentu. Tidak ada kemungkinan untuk membuat atau memegang saham untuk

memenuhi fluktuasi harian dalam permintaan (Middleton, 1994: 32).

1.3. Bauran Pemasaran diperluas untuk Jasa

Bauran pemasaran dapat didefinisikan sebagai campuran variabel pemasaran

terkendali bahwa organisasi menggunakannya untuk mengejar tingkat penjualan

berdasarkan pasar sasaran. Empat komponen dasar adalah formulasi produk sesuai

dengan perubahan kebutuhan target pelanggan, harga yang digunakan untuk mengelola

volume penjualan; promosi untuk membuat pelanggan potensial sadar dan baik dibuang

ke arah membeli itu, dan tempat yang meliputi lokasi atau fasilitas dan semua tempat

penjualan yang menyediakan akses ke produk ke calon pelanggan. Masing-masing berisi

banyak sub-elemen dan Middleton (1994: 65) berpendapat bahwa manusia, bukti fisik

dan proses, sebenarnya adalah elemen integral dari produk. Middleton lebih lanjut

berpendapat bahwa integrasi tersebut akibatnya mendorong penggunaan istilah produk-

bauran, bauran promosi-dan sebagainya, yang bertentangan dengan penggunaan suatu

bauran pemasaran diperpanjang.

Cooper et al. (1998: 410) berbagi pandangan dan percaya bahwa empat Ps

menawarkan kerangka kerja yang memadai di mana perbedaan antara produk dan

Page 6: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

5

pemasaran jasa dapat dimasukkan. Bauran pemasaran diperluas untuk jasa digambarkan

dalam Gambar 2.

Gambar. 2 Bauran Pemasaran yang diperluas untuk Produk Jasa

Product Place Promotion Price

Physical good

features

Quality level

Accessories

Packaging

Warranties

Product lines

Branding

Channel type

Exposure

Intermediaries

Outlet locations

Transportation

Storage

Managing channels

Promotion blend

Salespeople

Number

Selection

Training

Incentives

Advertising

Targets

Media types

Types of ads

Copy thrust

Sales promotion

Publicity

Flexibility

Price level

Terms

Differentiation

Discounts

Allowances

People Physical evidence Process

Employees

Recruiting

Training

Motivation

Rewards

Teamwork

Customers

Education

Training

Facility design

Equipment

Signage

Employee dress

Other tangibles

Reports

Business cards

Statements

Guarantees

Flow of activities

Standardised

Customised

Number of steps

Simple

Complex

Customer involvement

Source: Zeithaml & Bitner, 2000

1.3.1. Product/Produk

Produk pariwisata yang inklusif adalah pengalaman bermakna yang memberikan

konteks langsung kepada pengunjung, namun bergantung pada rangsangan indera

penglihatan dan suara. Wisatawan akan mungkin mengembangkan apresiasi yang kaya

dan bermakna untuk tempat dan menafsirkannya.

Page 7: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

6

Sumber daya ini terutama dikonsumsi sebagai pengalaman, afektif yang berharga,

menyenangkan terhadap faktor berwujud dan tidak berwujud. Kognisi dengan kata sifat

seperti bentuk pendidikan, informatif dari pengalaman. Wisatawan akan cenderung untuk

mengambil lebih dari minat yang lewat di lingkungan dan berbagi pengetahuan dengan

orang lain, untuk memperkaya interpretasi mereka sendiri. Pengetahuan hasil dari

mengunjungi daya tarik alami tampaknya akan menjadi afirmatif, bukan kognitif.

Pembelajaran baru kumulatif tidak berada dalam kontrol operator, tetapi mereka mungkin

mendorong perkembangan empati dengan isu-isu konservasi.

Kunci sukses bagi sebuah perusahaan di industri pariwisata adalah dapat

menyesuaikan penawaran produk untuk memenuhi kebutuhan target pasar yang

didefinisikan secara sempit yang sulit bagi pesaing untuk menyamai atau melebihi,

dengan kata lain, untuk menciptakan dan menembus ceruk pasar. Namun, hanya dalam

kasus yang jarang pemasar pariwisata memiliki pilihan untuk membentuk produk dari

bawah ke atas, karena hanya potongan-potongan kecil dari tujuan dapat dimodifikasi.

1.3.2. People/Manusia

Periwisata sering digambarkan sebagai industri manusia dan manusia yang

menjadi cara dimana perusahaan membedakan diri untuk mendapatkan keunggulan

kompetitif di pasar (George, 2001: 274). Setelah wisatawan masuk pada destinasi wisata

mereka disambut dan dilayani oleh manusia-manusia dan dalam interaksi ini mereka baik

memainkan peran penting atau tidak penting (Bennett, 2000: 226). Layaknya Jasa

pengiriman manusia menyediakan real-time promosi jasa, dan budaya pelayanan harus

dikembangkan melalui pemasaran internal. Pemasaran adalah fungsi yang dimiliki setiap

orang dalam organisasi (Zyman, 1999: 198). Semua aktor manusia yang berperan dalam

penyediaan layanan, yaitu personil perusahaan, pelanggan dan pelanggan lainnya di

lingkungan pelayanan, mempengaruhi persepsi pembeli dari layanan itu sendiri.

Page 8: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

7

1.3.3. Physical evidence/Bukti fisik

Penawaran Pariwisata dan perhotelan adaah penawaran yang tidak berwujud

namun konsumen biasanya mencari bukti nyata untuk mengevaluasi produk sebelum

membeli (George, 2001). Lebih lanjut dijelaskan bahwa bukti fisik memberikan

kontribusi untuk pelaggan bagaimana mereka benar-benar menilai kualitas jasa; itu

adalah bentuk nyata yang memfasilitasi kinerja dan termasuk peralatan dan lingkungan di

mana jasa disampaikan, termasuk ruang, tata letak, suasana, artefak , interaksi antara

pelanggan, dan antara perusahaan dan pelanggan. Pelayanan komunikasi, seperti

penampilan brosur, kop surat, juga merupakan indikator penting dari kualitas.

1.3.4. Proses

Sebuah Jasa dilakukan dan tidak diserahkan seperti dalam kasus barang

diproduksi, dan orang-orang membentuk bagian dari proses dan pengiriman dengan cara

ramah, suka menolong dan efisiensi. Pelanggan yang berpengalaman menginginkan

pelayanan yang terorganisir, teratur, cepat, nyaman, dan baik seragam atau disesuaikan

(Bennett, 2000: 228). Sistem operasi dan mekanisme, dan langkah-langkah yang

sebenarnya dalam pengiriman dan prosedur, atau aliran kegiatan pelayanan ini

disampaikan, menyediakan pelanggan dengan bukti yang menilai layanan ini. Akibatnya,

proses yang dilakukan adalah bagian penting dari penawaran, dan operator harus

memperhatikan cara di mana garis depan karyawan berinteraksi dengan pelanggan

selama proses penciptaan dan pengiriman jasa atau pelayanan (George, 2001: 281).

1.3.5. Price/Harga

Page 9: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

8

Industri perjalanan wisata adalah industri yang disibukkan dengan harga karena

karakteristik produk seperti regulasi resmi yang luas dan waktu yang lama antara

keputusan harga dan penjualan. Operator wajib mempublikasikan harga di brosur di

muka panduan produksi (Horner & Swarbrooke, 1996: 178). Namun, pentingnya harga

sebagai alat pemasaran sering diremehkan (George, 2001: 184). Pengurangan sementara

mungkin digunakan untuk tujuan promosi untuk menarik konsumen di musim sepi, untuk

menutupi biaya tetap tinggi atau untuk mempromosikan pada pembeli pemula.

Faktor internal dan eksternal mempengaruhi keputusan harga. Faktor-faktor

internal yang mempengaruhi keputusan penetapan harga meliputi tujuan pemasaran

perusahaan, komponen lain dari bauran pemasaran seperti komponen biaya dan promosi

(George, 2001: 281). Harga tidak hanya menentukan profitabilitas, tetapi juga merupakan

alat yang ampuh bagi pemasar untuk mencapai tujuan strategis bisnis dan alat taktis

untuk memanipulasi permintaan pada menit-menit terakhir melalui insentif (Middleton,

1994: 97).

Struktur harga mencerminkan keputusan pemasaran strategis mengenai

positioning produk, tujuan perusahaan, dan kembali pada persyaratan investasi. Ini harus

mencerminkan dan memperkuat komponen lain dari bauran pemasaran dan harus secara

akurat mencerminkan nilai penawaran. Faktor eksternal pemasaran harus

dipertimbangkan ketika membuat keputusan harga meliputi sifat permintaan, persepsi

konsumen, elastisitas harga dan persaingan (George, 2001: 186). Pemasar memiliki

beberapa tingkat kontrol atas faktor internal tetapi sifatnya sedikit jika ada kontrol atas

faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi harga. Sedangkan biaya menetapkan batas

bawah harga, pasar dan permintaan mengatur batas atas (Kotler et al, 1996:. 381).

Kualitas yang ditawarkan harus memenuhi harapan harga yang telah ada dalam pikiran

pelanggan.

Harga juga dapat menjadi simbol status. Akhirnya adalah konsumen yang

memutuskan apakah tempat ini layak harga dan sangat penting untuk menetapkan harga

sesuai dengan ide-ide mereka nilai. Jika nilai keseluruhan dianggap tidak dapat diterima,

konsumen dapat memilih pengganti atau memutuskan untuk membatalkan pembelian

(Cooper et al, 1998:. 397).

Page 10: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

9

Elastisitas harga permintaan atau sensitivitas terhadap perubahan harga perlu

dipertimbangkan, berdasarkan penting tidaknya perjalanan atau berwisata dan banyak

alternatif untuk menghabiskan liburan. Wisatawan bereaksi secara berbeda terhadap

harga produk pariwisata yang berbeda, dan karena itu elastisitas harga mereka berbeda.

Ketika ditawarakan yang unik, berkualitas tinggi, bergengsi atau eksklusif, konsumen

biasanya kurang sensitif terhadap harga dan permintaan yang lebih elastis. Namun,

seseorang menjadi lebih menghabiskan pada produk yang lebih sensitif terhadap harga

(Kotler et al, 1996:. 388-392).

Reaksi pesaing terhadap perubahan harga juga perlu dipertimbangkan. Sebuah

keuntungan harga yang mengambil pangsa pasar dari pesaing sering akan memprovokasi

reaksi perang harga. Keuntungan harga sehingga akan dinetralisir oleh penurunan harga

pesaing. Harga harus terus dievaluasi dan disesuaikan. Adanya fluktuasi sering tidak

terduga dalam permintaan, yang memerlukan respon harga taktis.

1.3.6. Promotion/Promosi

Promosi adalah istilah deskriptif untuk campuran kegiatan komunikasi, baik

secara pribadi dan melalui media massa, dilakukan dalam rangka untuk mempengaruhi

orang-orang untuk membeli. Umumnya merangkum periklanan, promosi penjualan dan

hubungan masyarakat dan dibangun di sekitar satu maksud atau tujuan, yang dirancang

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Middleton, 1994: 149).

Konsumen memiliki pilihan dan pemasar harus memberikan mereka sebuah

alasan, selain harga, untuk memutuskan untuk membeli produk mereka (Zyman, 1999:

101). Potensi media untuk membawa tentang transaksi tergantung pada tingkat

personalisasi, tingkat interaktivitas dan stimulasi sensorik (Postma, 1999: 94). Dari

perspektif promosi, konsumen 'adalah mekanisme riskreduction (Seaton & Bennet, 1996:

183). Ada kebutuhan, tidak hanya untuk mempengaruhi target pasar, tetapi juga untuk

mempengaruhi kontak dagang seperti agen ritel dan pembuat opini, misalnya untuk

wartawan dan penulis perjalanan.

Page 11: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

10

1.3.7. Place/Distribusi

Sifat dari sistem distribusi dan proses adalah salah satu cara utama di mana

pemasaran jasa pariwisata berbeda dari pemasaran barang. Membuat dan memanipulasi

akses adalah cara untuk mengelola permintaan untuk produk yang sangat tahan lama.

Produsen bersedia membayar jumlah yang relatif besar untuk memperluas keuntungan

dari penjualan mereka (Middleton, 1994: 200). Untuk bisnis dengan hanya, satu unit

produksi, seperti restoran, penginapan atau obyek wisata yang kecil, pilihan lokasi adalah

keputusan bisnis yang paling penting, karena harus mengamankan aliran yang memadai

dari pelanggan dengan wilayah sebagai pintu masuk. Lokasi yang baik adalah tempat

produksi dan titik utama penjualan, dan konsep distribusi berhubungan dengan telepon

untuk pemesanan.

Ketika perjalanan dibeli hari ini biasanya tidak lebih dari informasi pada sistem

reservasi komputer (WTOBC, 1999: 3). Airlines, hotel besar dan perusahaan penyewaan

mobil telah membuat langkah besar dalam manajemen persediaan sejak pertengahan

tahun delapan puluhan melalui link komputer interaktif. Mereka memanfaatkan lima

sistem atas reservasi komputer internasional yang dikenal sebagai GDSS yaitu: Amadeus,

Apollo, Galileo, Sabre dan Worldspan. Sistem GDS telah menciptakan kenyamanan

pelanggan dan produktivitas operasional ditingkatkan melalui kecepatan dan akses.

Mereka telah mengurangi jumlah staf yang diperlukan dan biaya unit membuat

pemesanan individu. Sistem ini menyediakan penerbangan antara lain tiket otomatis dan

faktur dan akses komprehensif ke penyewaan mobil, feri dan jasa akomodasi (Cooper et

al, 1998). Namun, telah ditemukan bahwa bahkan jika terhubung melalui GDS, agen

perjalanan lebih suka menggunakan cara booking atau konfirmasi transaksi Hotel melalui

telepon, karena biaya yang harus dikeluarkan dua kali lipat biaya reservasi. Alasan untuk

ini adalah bahwa hotel ini sangat individualistis dan produk yang mereka jual tidak

standar (WTOBC, 1999).

Konsumen mengambil komunikasi global dengan cepat dan akses ke informasi

dan selama sepuluh tahun ke terakhir komputer pribadi telah menjadi aspek normal dari

kehidupan sehari-hari. Internet telah menjadi sesuatu yang sederhana untuk digunakan

Page 12: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

11

seperti televisi (WTOBC, 1999: 23). Turis menggunakan World Wide Web sebagai

sumber informasi utama, misalnya sejak peluncuran situs Pariwisata Australia Barat

Komisi Web, www.westernaustralia.net pada bulan April 1999 sampai pertengahan Juni

1999, itu memiliki sekitar 75 000 pengunjung unik (WTOBC , 1999). Pada tahun 1997

pemesanan hotel online menyumbang sembilan persen dari pendapatan industri secara

keseluruhan perjalanan internet, dan diharapkan tumbuh untuk kuartal dengan 2002

(WTOBC, 1999: 52). Namun, pemesanan hotel sebagian besar masih dilakukan melalui

direktori Hotel, melalui promosi di media cetak, pra-penjualan melalui operator tur,

berjalan-dalam bisnis dan pemasaran langsung (WTOBC, 1999).

1.4. Daur Hidup Destinasi Pariwisata

Dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata khususnya pengembangan kawasan

wisata atau obyek wisata pada umumnya mengikuti alur atau siklus kehidupan pariwisata yang

lebih dikenal dengan Tourist Area Life Cycle (TLC) sehingga posisi pariwisata yang akan

dikembangkan dapat diketahui dengan baik dan selanjutnya dapat ditentukan program

pembangunan, pemasaran, dan sasaran dari pembangunan pariwisata tersebut dapat ditentukan

dengan tepat. Siklus hidup pariwisata pada umumnya mengacu pada konsep TLC (Butler’s 80,

Tourist Area Lifecycle) yang dapat dijabarkan pada Gambar 3. (Hypothetical Evolution

of a Tourist Area) sebagai berikut :

Page 13: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

12

Gambar 3. Hypothetical Evolution of a Tourist Area.

Source: Butler, R. W. 1980. "The Concept of a Tourism Area Life Cycle of Evolution:

Implications for Management of Resources." The Canadian Geographer 24(1), p. 8.

Tahap 1. Penemuan (Exploration)

Potensi pariwisata berada pada tahapan identifikasi dan menunjukkan destinasi memiliki potensi

untuk dikembangkan menjadi daya tarik atau destinasi wisata karena didukung oleh keindahan

alam yang masih alami, daya tarik wisata alamiah masih sangat asli, pada sisi lainnya telah ada

kunjungan wisatawan dalam jumlah kecil dan mereka masih leluasa dapat bertemu dan

berkomunikasi serta berinteraksi dengan penduduk local. Karakteristik ini cukup untuk dijadikan

alasan pengembangan sebuah kawasan menjadi sebuah destinasi atau daya tarik wisata.

Tahap 2. Pelibatan (Involvement)

Pada tahap pelibatan, masyarakat local mengambil inisiatif dengan menyediakan berbagai

pelayanan jasa untuk para wisatawan yang mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan dalam

beberapa periode,. Masyarakat dan pemerintah local sudah mulai melakukan sosialiasi atau

periklanan dalam skala terbatas, pada musim atau bulan atau hari-hari tertentu misalnya pada

liburan sekolah terjadi kunjungan wisatawan dalam jumlah besar, dalam kondisi ini pemerintah

local mengambil inisiatif untuk membangun infrastruktur pariwisata namun masih dalam skala

dan jumlah yang terbatas.

Page 14: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

13

Tahap 3. Pengembangan (Development)

Pada tahapan ini, telah terjadi kunjungan wisatawan dalam jumlah besar dan pemerintah sudah

berani mengundang investor nasional atau internatsional untuk menanamkan modal di kawasan

wisataw yang akan dikembangkan. Perusahaan asing (MNC) Multinational company1) telah

beroperasi dan cenderung mengantikan perusahan local yang telah ada, artinya usaha kecil yang

dikelola oleh penduduk local mulai tersisih hal ini terjadi karena adanya tuntutan wisatawan

global yang mengharapkan standar mutu yang lebih baik. Organisasi pariwisata mulai terbentuk

dan menjalankan fungsinya khususnya fungsi promotif yang dilakukan bersama-sama dengan

pemerintah sehingga investor asing mulai tertarik dan memilih destinasi yang ada sebagai tujuan

investasinya.

Tahap. 4 Konsolidasi (consolidation)

Pada tahap ini, sector pariwisata menunjukkan dominasi dalam struktur ekonomi pada suatu

kawasan dan ada kecenderungan dominasi jaringan international semakin kuat memegang

peranannya pada kawasan wisata atau destinasi tersebut. Kunjungan wisatawan masih

menunjukkan peningkatan yang cukup positif namun telah terjadi persaingan harga diantara

perusahaan sejenis pada industri pariwisata pada kawasan tersebut. Peranan pemerintah local

mulai semakin berkurang sehingga diperlukan konsolidasi untuk melakukan re-organisasional,

dan balancing peran dan tugas antara sector pemerintah dan swasta. Hubungan antara swasta

(MNC dan Nasional) dan pemerintah daerah semakin meningkat baik hubungan Government to

Government (G2G), Business to Business (B2B), dan Business to government (B2G).

Tahap. 5 Stagnasi (Stagnation)

Pada tahapan ini, angka kunjungan tertinggi telah tercapai dan beberapa periode

menunjukkan angka yang cenderung stagnan. Walaupun angka kunjungan masih relative

tinggi namun destinasi sebenarnya tidak menarik lagi bagi wisatawan. Wisatawan yang

masih datang adalah mereka yang termasuk 2repeater guest atau mereka yang tergolong

wisatawan yang loyal dengan berbagai alasan. Program-program promosi dilakukan

dengan sangat intensif namun usaha untuk mendatangkan wisatawan atau pelanggan baru

sangat sulit terjadi. Pengelolaan destinasi melampui daya dukung sehingga terjadi hal-hal

negative tentang destinasi seperti kerusakan lingkungan, maraknya tindakan kriminal,

1 Multinational company: Hotel Chain, Franchising, Tour agency, etc 2 repeater guest adalah mereka yang tergolong wisatawan yang loyal dengan berbagai alasan

Page 15: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

14

persaingan harga yang tidak sehat pada industry pariwisata, dan telah terjadi degradasi

budaya masyarakat local.

Tahapan Penurunan atau Peremajaan (Decline/Rejuvenation)

Setelah terjadi Stagnasi, ada dua kemungkinan bisa terjadi pada kelangsungan sebuah

destinasi. Jika tidak dilakukan usaha-usaha keluar dari tahap stagnasi, besar kemungkinan

destinasi ditinggalkan oleh wisatawan dan mereka akan memilih destinasi lainnya yang

dianggap lebih menarik. Destinasi hanya dikunjungi oleh wisatawan domestik saja itupun

hanya ramai pada akhir pekan dan hari liburan saja. Banyak fasilitas wisata berubah

fungsi menjadi fasilitas selain pariwisata. Jika Ingin Melanjutkan pariwisata?, perlu

dilakukan pertimbangan dengan mengubah pemanfaatan destinasi, mencoba menyasar

pasar baru, mereposisi attraksi wisata ke bentuk lainnya yang lebih menarik. Jika

Manajemen Destinasi memiliki modal yang cukup?, atau ada pihak swasta yang tertarik

untuk melakukan penyehatan seperti membangun atraksi man-made, usaha seperti itu

dapat dilakukan, namun semua usaha belum menjamin terjadinya peremajaan.

2. Segmentasi, targeting dan positioning

Segmentasi merupakan dasar untuk peramalan arus maksimum pendapatan yang

ingin dicapai. Dengan kata lain, perlu diukur, substansial dan berkelanjutannya. Rahasia

untuk sukses adalah bahwa segmentasi target pasar harus dapat diakses melalui kegiatan

promosi.

Diferensiasi juga menjadi hal yang sangat penting agar produsen tidak hanya

peduli dengan memuaskan kebutuhan pelanggan, tetapi melakukannya dengan cara yang

diakui sebagai sesuatu yang unik atau sangat mencerminkan identitas suatu organisasi

tertentu, dan tidak dapat dengan mudah ditiru oleh produsen lain. Hal ini bermanfaat

untuk membangun perbedaan yang digambarkan sebagai hal yang penting dan sangat

dihargai untuk keuntungan pembeli sasaran. Ini harus lebih unggul dengan cara lain

bahwa konsumen dapat memperoleh manfaat yang sama, berdampak dan terlihat oleh

pelanggan, dan mereka harus bersedia membayar untuk itu (George, 2001: 65). Dalam

kondisi persaingan yang begitu ketat, diferensiasi menjadi hal yang sangat penting untuk

Page 16: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

15

dilakukan, dan menyasar ceruk pasar wisatawan senior adalah pilihan yang bijaksana

untuk masa yang akan datang bagi destinasi pariwisata Bali.

2.1. Pangsa Pasar Wisatawan Senior

Paket wisata senior mempunyai pasar cukup besar, hal itu terlihat dari 219,7 juta

wisatawan nusantara (wisnus), yang mengadakan perjalanan sekitar 7%. Dilihat dari segi

usia wisatawan yang beragam, pasar orang tua atau senior market merupakan kelompok

penting karena besarnya pasar dan potensialnya untuk berkembang. Dengan kemajuan

teknologi, sistem kesehatan dan semakin panjang jangka waktu hidup seseorang

secara langsung meningkatkan jumlah penduduk lanjut usia. Pada fase ini orang tua telah

ditinggalkan oleh anak-anaknya untuk hidup mandiri. Kelompok usia ini dikenal dengan

istilah DINK (Double Income No Kids). Waktu luang yang dimiliki sangat besar

sehingga memungkinkan mereka untuk tinggal di suatu destinasi lebih lama.

Pada umumnya dengan sistem pensiun yang baik mereka mapan secara

finansial. Untuk mengantisipasi kecenderungan pasar di masa depan yaitu semakin

banyaknya konsumen wisatawan senior yang berlibur di Bali maka Pemerintah

Republik Indonesia sebenarnya telah menetapkan suatu kebijakan bagi wisatawan

lanjut usia yaitu dengan mengijinkan wisatawan senior untuk tinggal lebih lama di

Indonesia. Kelompok wisatawan ini dijinkan untuk tinggal di Indonesia selama satu

tahun. Kebijakan tersebut telah dituangkan dalam SK Menteri Kehakiman No.M-04-

12.01.02/1998. Surat keputusan ini dibuat berdasarkan Keputusan Presiden

/Keppres No. 31/1998. SK Menteri Kehakiman di atas kemudian ditindaklanjuti dengan

keluarnya Ketetapan Dirjen Imigrasi No. F.256-12.02/2000. Ketetapan ini menyatakan

bahwa wisatawan senior dapat diberikan Temporary Visa sebagai penduduk sementara

selama satu tahun dan dapat diperpanjang sampai lima tahun. Artinya saat ini,

pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan bagi wisatawam senior untuk

berwisata di Indonesia termasuk juga ke Bali sehingga dengan kemudahan ini, beberapa

tahun ke depan kedatangan wisatawan senior dari mancanegara dan wisatawan domestik

untuk melakukan perjalanan wisata akan meningkat. Seiring dengan pemberian

kemudahan dan potensi kedatangan wisatawan senior tersebut, perlu dilakukan kajian

Page 17: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

16

untuk menggali lebih dalam tentang perilaku wisatawan senior khususnya yang

berhubungan perilaku mereka yang akan berimplikasi pada aktivitas wisata.

2.2. Perkembangan Wisatawan Senior

Menurut Foret dan Keller, (1992:2 dalam Patterson, 2006), harapan hidup manusia saat

ini semakin panjang tercatat sejak abad 20 khususnya masyarakat pada negara-negara maju,

sebagai contohnya harapan hidup di Inggris meningkat 22 tahun untuk laki-laki dan 23,5 tahun

untuk perempuan bagi mereka yang lahir antara tahun 1910 sampai dengan 1992. Harapan

hidup juga meningkat di beberapa negara lainnya seperti di Jepang harapan hidup manusia

menjadi 79,5 tahun, di Swedia harapan hidupnya 78,1 tahun, di negara-negara Eropa harapan

hidup menjadi 76,7 tahun, dan di Amerika Utara harapan hidup menjadi 76,2 tahun (Smith dan

Jenner, 1997:47)

Badan dunia PBB mencatat dan memperkirakan bahwa generasi senior mengalami

peningkatan yang berarti dan diperkirakan ada dua milyar manusia di dunia ini akan berumur 60

atau lebih pada tahun 2050. Angka tersebut adalah 22% dari total penduduk dunia, dan angka ini

diperkuat oleh catatan kependuduka Eropa, Jepang dan Cina (United Nations, 2000).

Sementara MacNeil (1991) mengatakan bahwa angka tersebut adalah kejutan bagi orang-

orang Amerika yang lahir antara tahun 1946 sampai dengan 1964. Bagi orang Australia

diperkirakan akan terjadi peningkatan senior yang lebih besar yakni antara 24% hingga 26%

orang Australia yang berada golongan senior pada tahun 2051 (BPS Australia, 1999)

Pada tahun 1999 telah dideklarasikan sebagai tahun senior internasional, dan deklarasi

ini didukung oleh badan dunia PBB dengan mengadakan konferensi tentang isu dan masalah

yang mungkin akan dihadapi oleh para manusia senior, isu dan permasalahan tersebut

berhubungan dengan, pengasingan golongan senior, kesehatan, pelayanan gizi dan nutrisi,

kurangnya perhatian anggota keluarga lainnya terhadap golongan senior ini (Foret and Keller,

1993). Sementara (Veal and Lynch, 2001) mengatakan bahwa, terjadinya peningkatan angka

harapan hidup manusia lebih disebabkan oleh faktor semakin membaiknya sarana kesehatan

dan kedokteran, perbaikan kesehatan diri dan lingkungan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Ing, 1993) menemukan bahwa pilihan berwisata bagi

golongan senior, dimana faktor usia ini dihubungkan dengan pemilihan paket wisata dan pada

Page 18: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

17

penelitian ini ditemukan bahwa wisatawan senior lebih menyukai tujuan wisata ke daerah

pedesaan atau countryside, dan dikatakan bahwa industri pariwisata jangan sampai

mengabaikan potensi wisatawan senior ini di masa yang akan datang karena dari tahun ke

tahun jumlah penduduk senior semakin meningkat yang berarti akan terjadi peningkatan pada

segmen pasar ini di masa yang akan datang.

2.3. Pemilihan Aktivitas Wisata bagi Wisatawan Senior

Hasil penelitian menemukan bahwa penduduk senior lebih banyak memiliki

waktu luang untuk melakukan aktivitas leisure di sekitar rumahnya dan mereka biasanya

melakukan aktivitas yang berhubungan dengan passive leisure (Lawton, 1993). Aktivitas

leisure yang sering dilakukan adalah menonton televisi dan mendengarkan radio dan

aktivitas ini paling popular diantara penduduk golongan senior. Sementara aktivitas yang

berhubungan dengan olahraga program latihan jasmani lebih jarang dilakukan (Amstrong

dan Morgan, 1998). Sementara hasil penelitian lainnya menemukan bahwa telah terjadi

perubahan pilihan aktivitas leisure pada golongan senior dimana mereka lebih cenderung

menghabiskan waktu untuk kegiatan leisure yang bersifat individu, ingin merasakan

kebebasan, dan bahkan memilih kegiatan yang beresiko sepanjang mereka dapat lakukan

(McGuire et al., 2004).

Cohen (2000) memberikan alternative agar pelaku pariwisata lebih kreatif

membuat paket-paket wisata yang berhubungan dengan senior, dan menyarankan untuk

lebih melihat factor inner dari manusia senior khususnya kegiatan yang bersifat pengisi

waktu luang. Dicontohkan kegiatan-kegiatan leisure yang bisa ditawarkan adalah kegiatan

yang berhubungan dengan hobby, seni dan kerajinan, pertemanan “relationship”,

penggalian potensi diri, dan kegiatan sosial yang bersifat volunteer.

Stebbins (1982, 1992, 1998) mencatat bahwa beberapa wisatawan senior lebih

puas melakukan kegiatan yang berhubungan dengan hobby, pekerjaan volunteer,

melakukan kegiatan untuk menyibukkan diri, dan mencari teman-teman baru diantara

sesama senior. Sementara Kelly (1992) mengatakan bahwa, golongan senior melakukan

aktivitas yang dipusatkan pada keluarga dan biasanya mengambil tempat di sekitar rumah

mereka. Kegiatan tersebut termasuk kegiatan shopping, berkebun, berjalan santai, menonton

Page 19: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

18

televise, melakukan sosialisasi bersama teman-teman dan keluarga mereka, dan membaca

(Kelly and Kelly, 1994). Wei dan Milman (2002), aktivitas paling popular yang

dilakukan oleh wisatawan senior pada saat mereka melakukan perjalanan wisata dan

berkeliling kota (89,3%), mengunjungi tempat-tempat bersejarah (88,1%), makan-

makan di restoran (85,7%), dan shopping (77,4%). Sementara kegiatan yang kurang

diminati adalah berburu dan memancing (1,2%), olahraga air dan berjemur di pantai

(1,2%), kamping dan mendaki (3,6%). Lebih lanjut ditemukan bahwa ada hubungan

positif dan signifikan antara keterlibatan wisatawan senior pilihan jenis aktivitas

leisure.

Tabel 1. Jenis Aktivitas Leisue di Kalangan Senior

Passive Active Un-interested Activities

Nonton Televisi

Mendengar Radio

Kegiatan Sosial

Kegiatan yang

berhubungan dengan

Hobby

Penyaluran bakat yang berhubungan dengan

kerajinan

Penyaluran bakat yang berhubungan dengan

seni.

Shopping, berbelanja

di mall, atau

supermarket.

City Tour, berkeliling kota.

Mengunjungi tempat bersejarah, meseum,

heritage

Makan-makan di

Restoran

Berburu di alam liar

Memancing

Mendaki gunung

Kamping

Tracking

Berselancar air

Berjemur di Pantai

Sumber: Data Sekunder (diolah)

Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, menurut Milman (2002)

pemasaran paket wisata yang berhubungan dengan wisatawan senior sebaiknya jenis

dan kegiatan leisure atau wisata bisa difokuskan pada kegiatan yang lebih disukai oleh

golongan senior di atas.

2.4. Definisi Wisatawan Senior

Definisi tentang senior memang masih menjadi perdebatan dari beberapa kalangan

di masyarakan, khususnya yang berhubungan dengan umur seseorang yang disebut senior

namun pada penelitian ini, akan diambil dua definisi senior yakni senior older adults.

Page 20: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

19

3Menurut Muller and O’Cass, 2001, Shoemaker, (1989), yang tergolong golongan

senior adalah mereka yang telah mencapai umur 65 tahun atau lebih. Lebih lanjut

dikatakan bahwa kelompok umur ini adalah target pasar pariwisata yang penting sejak

awal tahun 1990. Kelompok ini dianggap memiliki segalanya, mereka memiliki umur yang

matang, uang, dan kematangan diri, bahkan banyak diantara kaum senior ini merasakan

diri lebih muda daripada umur mereka.

Dalam konsep pemasaran, kelompok kaum senior adalah target penting sehingga

dianggap perlu untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang sikap diri kaum

senior, interest dan jenis aktivitas, kecenderungan mereka dalam berpartisipasi dalam

kegiatan leisure, rekreasi, dan wisata. Pada beberapa hasil penelitian, kaum senior ini

masih memiliki kemampuan fisik untuk melakukan perjalanan wisata dan berpartisipasi

pada kegiatan yang ditawarkan oleh para pelaku pariwisata.

4Definisi tentang older adults atau dalam istilah Indonesia sering disebut senior

(usila) adalah istilah yang cukup baru. Orang-orang yang tergolong pada older adults atau

usila ini berumur 65 tahun atau lebih dan istilah ini popular di negara-negara maju yang

biasanya diarahkan untuk merujuk para pensiunan. Menurut Gillon, (2004) golongan usia

lebih popular dengan istilah baby boomers, sementara (Shoe-maker , 1989 dan Lazar,

1985) menyebut bahwa golongan usia ini disebut juga the senior market, young sengies,

atau mature market, the grey market, young senior generation dan woopies atau well-off

older people.

3 Seniors are defined as people aged 55 and older, and were one of the most prominent targets for tourism

marketeers in the 1990s. Seniors have been described as everything from ‘empty nesters’ and ‘third agers’

to ‘woop-ies’ (well-off older people) and ‘zuppies’ (zestful, upscale people in their prime) (Shoemaker,

1989). These descriptions of seniors suggest that many people who are aged 55 and older perceive themselves

as feeling consid-erably younger than their actual chronological age (Muller and O’Cass, 2001).

4 Definitions of Older Adults Not so long ago, people aged 65 and older who lived in developed countries

were referred to as ‘pensioners’ or the ‘elderly’, which were the only terms that were used to describe them.

Recently, a review of the tourism and leisure literature has found a puzzling development - there has been a

lack of consistency in defining the age cohort and the specific name to describe older people’s tourist

behaviour at different stages of the life cycle. Names such as ‘baby boomers’ (Gillon, 2004), ‘the senior

market’ (Shoe-maker, 1989), ‘the mature market’ (Lazar, 1985), ‘the grey market’, ‘young sengies’ or young

senior generation, and ‘woopies’ or well-off older people

Page 21: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

20

2.5. Faktor Penghambat Kaum Senior untuk Melakukan Wisata

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (McGuire, 1984; Blazey, 1986)

menyimpulkan ada beberapa factor yang dapat menghambat kaum senior tidak dapat

berpartisipasi dalam kegiatan wisata dan kegiatan leisure. Factor penghalang tersebut

adalah tidak ada waktu luang untuk melakukan perjalanan wisata, sumber keuangan yang

tidak mencukupi, buruknya kondisi kesehatan kaum senior, terlalu tua bahkan ada yang

sangat tergantung hidupnya dari anggota keluarga lainnya, dan disimpulkan bahwa

keinginan berwisata kaum senior lebih rendah dari kaum muda.

5Sementara McGuire (1984) mengidentifikasikan lima hal mendasar yang

menyebabkan kaum senior tidak dapat melakukan kegiatan wisata lebih jarang

disbanding kaum yang lebih muda. Alasannya adalah (1)kurangnya informasi, terlalu

banyak rencana, kurangnya dana, kurangnya pakaian dan perlengkapan wisata;

(2)factor waktu, tidak ada waktu luang, masih bekerja, terlalu sibuk mengerjakan

banyak hal, (3) tidak mendapat ijin keluarga dan teman-teman dekat, takut membuat

kesalahan pada destinasi; (4)factor social, tidak ada yang menemani, tidak suka keluar

daerah; (5)factor fisik, kondisi badan lemah, sakit-sakitan, kuatir tentang transportasi,

terlalu tua atau tidak mampu lagi bepergian jauh.

Sedangkan Shoemaker (2000) melakukan penelitian tentang factor

penghambat kaum senior untuk melakukan wisata, dia menggunakan 234 responden

yang berumur antara 55 tahun atau lebih yang tinggal di Pennsylvania, USA , hasil

penelitian tersebut ditampilkan pada Table 2, ternyata factor penghambat terbesar

karena alasan keuangan (48,3%), alasan kesehatan (43,3%), dan alasan tidak ada yang

menemani (41,7%). Hasil penelitian ini tentu saja akan banyak berubah jika

dibandingkan dengan kondisi saat ini, dimana kondisi di atas adalah kondisi 10 tahun

5 McGuire (1984) identified five major constraints in a more detailed examination of why older

travellers do not travel as much as younger travellers: (1)external resources - lack of information, too

much planning, insufficient money, lack of appropriate clothing and luggage, and lack of

transportation; (2)time factors - no time to travel, the need to work, tourism interrupting normal routine

and being too busy doing other things; (3)approval - family and friends would not approve, feel guilty

about going on trips and afraid to make a mistake by going to a disappointing place; (4) social - spouse

dislikes travel, no companion and no interest in going away; and (5) physical well-being - no energy, poor

health, afraid to take certain modes of transportation and too old or disabled to travel.

Page 22: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

21

yang lalu dan yang menjadi responden tentu saja generasi senior yang terlahir 65 tahun

yang lalu, di mana kondisi kesehatan pada era tersebut tidak lebih maju jika

dibandingkan kondisi saat ini, walaupun demikian, factor-faktor penghambat tersebut

sangat penting untuk diketahui khususnya bagi para pemasar produk wisata.

Tabel 2. Faktor Penghambat untuk Melakukan Aktivitas Leisure atau Wisata.

Penghambat Traveller (%)

(Berwisata)

Non-Traveller (%)

(Tidak Berwisata)

Tidak ada waktu 7 11

Sulitnya Pemesanan/reservasi

2,3 2,7

Umur/terlalu tua 5,1 20

Jaga Rumah 6,1 28,6

Lemah Fisik 7,9 37,9

Tidak ada yang menemani 17,2 41,7

Kesehatan 14,9 43,3

Kurangnya Informasi tentang tujuan liburan

11,6 7,4

Cari Waktu tepat 27,2 18,5

Masih bekerja 32,3 28,6

Keuangan 32,7 48,3

Sumber: Shoemaker, ( 2000: 18)

Masalah keamanan juga menjadi faktor penghambat yang cukup berarti bagi kaum

senior. Sehingga para pemasar paket wisata harus memperhatikan dan menambahkan

adanya jaminan keamanan yang lebih pasti bagi wisatawan senior dalam melakukan

perjalanan wisata (Penalta and Uysal, 1992).

2.6. Trend Wisatawan Senior Internasional

Pertumbuhan wisatawan senior pada segmen pasar pariwisata dari tahun ke tahun

senantiasi mengalami peningkatan yang signifikan pada abad 21 ini. WTO (2001)

memperkirakan pada tahun 2015 peningkatan wisatawan senior secara international akan

mencapai 2 milyar orang. Pertumbuhan wisatawan senior secara nyata berasal dari

Page 23: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

22

Amerika Serikat, Kanada, dan Australia karena di ketiga Negara tersebut mengalami

peningkatan kelompok ‘baby boomer’ atau para pensiunan.

“The USA senior market is regarded as the fastest-growing segment of travel

demand. People who are older than 55 represent 41% of the total population and

account for 28% of all overseas trips. Canadians have a higher propensity to travel

than Americans and spend twice as much per capita on foreign travel. It has been

estimated that 25% of Canadian visitors are older than 55 years, of which 800,000

travelled overseas in 2000. In Japan, 12 million people are older than 65, and it has been

estimated that 7.6% of Japanese who travelled overseas in 1990 were older than 60

years” (Clench, 1993).

6Di Amerika Serikat, pertumbuhan wisatawan senior mengalami perningkatan tertinggi

dimana umur 55 tahun mencapai 41% dari total penduduk Amerika Serikat, dari 41% tersebut,

28% mereka berwisata ke luar negeri. Orang-orang Kanada lebih suka menghabiskan uangnya

untuk dan mereka yang berumur 55 tahun ke atas melakukan perjalanan ke luar negeri sebesar

25% dari total penduduk Kanada pada tahun 2000. Sementara di Jepang, 12 juta orang yang

berumur 65 tahun ke atas diperkirakan melakukan perjalanan ke luar negeri sebesar 7,6% pada

tahun 1990 (Clench, 1993).

7Wisatawan Senior di Amerika Serikat: segmen wisatawan senior yakni mereka

yang telah mencapai 65 tahun ke atas di Amerika Serikat adalah segmen wisatawan senior

yang mengalami bertumbuhan tercepat dan diperkirakan akan mencapai 76% dari kaum

senior tersebut melakukan aktivitas wisata paling tidak mereka suka melakukan kegiatan

sunbathing dan berenang, menyewa hotel, shopping, hiburan malam, dan bersantai di taman

kota.

Wisatawan Senior di Kanada: orang-orang senior di Kanada terbagi menjadi dua

group yang berbeda yakni kelompok umur 55-64 tahun, dan senior yang berumur lebih dari

65 tahun. Kaum senior Kanada lebih menyukai kegiatan mengunjungi taman nasional atau

taman kota, berbelanja dan menginap di hotel, dan hanya sebagaian kecil dari mereka

menyukai aktivitas hiburan malam.

Sementara Wisatawan Senior di Australia pada tahun 2002 diperkirakan

mencapai 22% dari total wisatawan domestic di Australia dan diperkirakan membelanjakan

uangnya $895 juta dolar pertahun dan mereka biasanya menginap dan berlibur hingga

6 Contemporary Trends in International Tourism and Travel for Older Adults 7 Examine the tourism and leisure-related behaviour of older people in the following countries - USA, Canada, Australia, Europe, UK, Germany, Japan, Israel, Taiwan and Korea

Page 24: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

23

5,5 hari. Hanya 9% dari wisatawan senior Australia yang memilih kegiatan

mengunjungi taman nasional atau kamping dan menghabiskan liburan hingga 8,5

malam. Ditemukan juga, wisatawan senior Australia lebih menyukai mengunjungi

daerah yang masih alami atau langka yang masih memiliki arti sejarah. Dari sekian

kegiatan tersebut, hampir semua mengharapkan rasa aman, mendapatkan mengalaman

baru, lingkungan yang baru, melakukan perjalanan bersama keluarga. Secara

keseluruhan kaum senior di Australia menghabiskan 4 juta dolar jika mereka

berwisata ke luar negeri dan rata-rata pengeluaran perhari mencapai $6100 pada setiap

liburannya. Angka tersebut lebih tinggi 21% jika dibandingkan kaum muda yang

melakukan perjalanan ke luar negeri yang hanya $5024, dan kaum senior ini berlibur

lebih lama yakni 25 hari, sedangkan kaum muda hanya 22 hari.

Wisata Senior di Eropa: di Eropa Utara jumlah kaum senior 65 tahun ke atas

mengalami peningkatan 16,2% jika dibandingkan tahun 1960. Untuk Eropa segmen

pariwisatanya mengalami penurunan pada setiap tahunnya. Namun untuk wisatawn senior

Jerman dan Inggris merupakan pasar wisatawan domestic dan internasional terbesar,

sementara wisatawan senior di kawasan Skandinavia dan Spanyol memperlihatkan keinginan

berwisata yang paling tinggi dibandingkan wisatawan senior lainnya di kawasan Eropa.

Sedangkan di Inggris jumlah penduduk yang berada pada kelompok senior antara 55 hingga

59 tahun mencapat 31% pada tahun 2005. Dari 31% kaum senior tersebut, 17,4% hnga 18,1%

melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Dan sebagian besar kaum senior tersebut lebih

peduli pada permasalahan keamanan jika melakukan perjalanan wisata. Penduduk Jerman

yang akan mencapai senior 60 tahun keatas pada tahun 2050 diperkirakan mencapai 40%

dari total penduduknya, dan mereka lebih mandiri dan lebih suka melakukan perjalanan

wisata dengan cara mandiri tanpa harus diatur oleh biro perjalanan.

Penduduk Jepang yang tergolong senior atau yang berumur 50 tahun keaas pada

tahun 2025 diperkirakan mendekati angka 15 juta atau 23% dari total penduduknya.

Kaum senior Jepang biasanya memiliki income yang lebih mapan dan memiliki waktu

luang yang lebih banyak sehingga memungkinkan mereka berlibur lebih lama ke luar

negeri jika dibandingkan kaum muda. Kaum Senior Jepang ingin lebih bebas dalam

melakukan perjalanan wisata dan campur tangan biro perjalanan sangat sedikit. Dan yang

menjadi prioritas isunya adalah masalah kesehatan dan keamanan, mereka lebih suka

Page 25: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

24

melakukan perkunjungan budaya, berbelanja sebagai aktivitas menarik bagi kaum senior

Jepang.

8Saat ini penduduk senior 60 tahun ke atas Taiwan telah mencapai 12% dan

diperkirakan akan naik menjadi 20% pada tahun 2033. Beberapa kaum senior di Taiwan lebih

suka melakukan perjalanan wisata yang telah dipaket oleh biro perjalanan wisata karena alas an

lebih nyaman, lebih aman, dan alasan keterbatasan bahasa Inggris. Di Taiwan pertumbuhan biro

perjalanan bertumbuh sangat cepat dan telah mencapai 2464 travel agencies pada tahun 2002,

dan telah melayani perjalanan wisata untuk 23 juta orang. Wisatawan senior Taiwan lebih

menyukai perkunjungan sejarah dan mengunjungi tempat-tempat yang indah, makan-makan di

restoran, dan menikmati fasilitas hotel, dan mereka lebih mempertimbangkan factor harga dan

keamanan.

Berikut Tabel 3, rangkuman potensi segmen pasar wisatawan senior berdasarkan

persentase terhadap total penduduk nasional, potensi yang keluar negeri, dan isu serta harapan.

Tabel. 3. Potensi Pasar Senior berdasarkan kawasan atau negara berdasarkan prediksi

dan proyeksi sampai dengan 2050.

Negara/kawasan % Kaum

Senior

% yang ke

luar negeri

Harapan (Isu)

Amerika Serikat 41% 28% Kenyamanan.

Kanada * 25% Hiburan.

Jepang 23% 7,6% Kesehatan dan keamanan.

Australia 22% 9% Rasa aman dan

experiences.

Eropa Utara 16,2% * Keamanan.

Inggris 31% 17,4% Keamanan.

Jerman 40% * Keamanan.

Taiwan 20% * Harga dan keamanan.

Sumber: Data sekunder (diolah), * data tidak tersedia

Dari seluruh data harapan wisatawan senior di atas, harapan yang paling mendapat

prioritas konsumen wisatawan senior adalah masalah yang berhubungan dengan adanya

jaminan keamanan, kemudian kenyamanan, hiburan, kesehatan, harga dan experiences.

Informasi tersebut di atas berimplikasi pada kemasan paket wisata yang akan ditawarkan pada

8 Taiwan is considered an elderly society. The elderly population has been estimated to be 2.8 million

people, or 12% who are older than 60. It has been projected that the elderly population will increase to

20% of the total population by 2033 (Ministry of Interior, 2001).

Page 26: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

25

segmen wisatawan senior, dan yang diperkirakan paket-paket atau kemasan wisata yang

mampu menjamin rasa aman, kenyaman, jenis hiburan, jaminan kesehatan, harga, dan

penawaran tentang experiences akan menjadi preferensi wisatawan senior.

3. Kesimpulan dan Saran

3.1. Kesimpulan

Segmentasi wisatawan senior mengalami pertumbuhan yang cukup dinamis,

dimana hampir semua negara memperkirakan wisatawan senior akan mengalami

pertumbuhan yang cepat dibandingkan segmen pasar wisatawan lainnya. Beberapa

wisatawan senior bahkan merasa mereka lebih muda dari umur mereka karena adanya

perbaikan kesehatan, dan mereka lebih aktif. Mereka bahkan ingin mencari

pengalaman baru yang menantang seperti ingin melihat kebudayaan bangsa lain

sebelum mereka lebih tua dan sebelum kesehatannya semakin menurun.

Saat ini, dengan adanya perbaikan pendidikan, kesehatan, dan perbaikan

pendapatan telah mendorong perubahan untuk lebih menyukai kegiatan bersenang-senang

atau berwisata dibandingkan generasi sebelumnya. Beberapa kaum senior tersebut

bahkan berharap jika mereka pension mereka akan melakukan perjalanan wisata ke luar

negeri.

Untuk dapat menangkap peluang pertumbuhan segmen pasar senior ini,

diperlukan kreasi dan inovasi dalam mengelola bisnis dan kemasan produk yang sesuai

dengan preferensi wisatawan senior, pengelolaan destinasi yang diarahkan ramah

terhadap golongan senior dengan menyediakan infrastruktur dan fasilitas yang dapat

dinikmati oleh wisatawan senior. Untuk melakukan kreasi dan inovasi yang tepat, maka

sudah dianggap penting untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan perilaku

wisatawan senior dalam memilih aktivitas wisata.

Perilaku wisatawan senior tersebut dapat didasarkan pada analisis hubungan

antara perbedaan budaya dan perilaku wisatawan dalam memilih aktivitas wisata,

perilaku wisatawan senior dapat juga dilihat dari konsep diri wisatawan yang turut

mempengaruhi pilihan aktivitas wisata, perilaku wisatawan senior juga dapat dilihat dari

Page 27: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

26

gaya hidup, dan perilaku wisatawan tersebut dapat dihubungkan berdasarkan dimensi

perbedaan budaya, dimensi sikap diri, dan dimensi gaya hidup secara simultan.

3.2. Saran: Model Perencanaan Menyasar Wisatawan Senior

Strategi pemasaran mencerminkan pernyataan misi perusahaan dan dipengaruhi

oleh lingkungan bisnis eksternal. Untuk tujuan pemasaran, perencanaan strategis

didefinisikan sebagai proses dimana organisasi menganalisis kekuatan dan kelemahan di

pasar saat ini, memutuskan posisi dan berusaha untuk mencapainya, dan mendefinisikan

strategi dan program kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Masing-masing

mengandung unsur risiko dan membutuhkan pengeluaran. Dalam perencanaan pariwisata

tidak hanya faktor ekonomi dan manajerial saja, tetapi juga manfaat lingkungan, sosial

dan politik yang memerlukan pertimbangan subjektif. Lebih lanjut Schafer (1994: 155-

158) menunjukkan bahwa manfaat dari faktor-faktor subjektif dibentuk dengan

menggunakan perbandingan berpasangan, dan bahwa biaya manfaat masing-masing

selanjutnya diperkirakan untuk menentukan peringkat prioritas tujuan perencanaan.

Strategi pada akhirnya dikondisikan oleh kemampuan organisasi untuk membujuk

pelanggan dalam jumlah yang memadai untuk membeli cukup produk terhadap

persaingan yang agresif dalam rangka untuk mengamankan pendapatan kelebihan atas

biaya dalam jangka panjang. Strategi tersebut umumnya adalah sebagai berikut:

menentukan tujuan dan sasaran. Organisasi tempat di pasar yang dipilih, biasanya

didefinisikan dalam arti luas segmen target, volume penjualan, berbagai produk, pangsa

pasar dan profitabilitas.

Beberapa pertanyaan sebelum menyusunan strategi yang harus diketahui sebelum

melakukan strategi Segmentasi, Targeting, dan Positionning untuk wisatawan senior

adalah sebagai berikut:

Page 28: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

27

Gambar 4. Extended Marketing Mix Sebagai Strategi Memenangkan Ceruk Pasar

Wisatawan Senior Bagi Destinasi Pariwisata Bali.

Product Place Promotion Price

Physical good

features:

Sudahkan Bali

menyediakan

fasilitas fisik

untuk kaum

senior?

Quality level: Sudahkan Bali

memiliki kualitas

yang cukup untuk

kaum senior?

Accessories: Bagaimanakah

fasilitas yang

telah ada saat ini?

Packaging:

adakah paket

wisata khusus

untuk kaum

senior?

Warranties: adakah jaminan

keamanan,

kesehatan, dsb?

Product lines: sudah siapkah

destinasi Bali

menyambut

kedatangan kaum

senior?

Branding: sudah cocokkah

branding Bali

dengan idealism

kaum senior?

Channel type:

Adakah travel

agency yang

menawarkan

paket wisata usia

lanjut?

Exposure: Adakah experiences

tertentu yang akan

didapatkan di

destinasi Bali?

Intermediaries: Siapakah yang

telah memasarkan

paket wisata

senior?

Outlet locations:

Obyek wisata dan

hotel-hotell

manakah yang

telah siap untuk

kaum senior?

Transportation: adakah alat

transportasi yang

cukup untuk kaum

senior?

Managing channels: Adakah

kerjasama antara

tour operator

dengan industri

pariwisata pada

destinasi Bali?

Promotion blend:

adakah promosi

khusus tentang

paket wisata senior?

Salespeople: adakah tenaga penjual yang

menawarkan paket

wisata senior?

Number: Berapa jumlah anggaran

untuk promosi paket

wisata senior?

Sales promotion:

sudahkan Promosi

penjualan

dilakukan?

Publicity: adalah publistas untuk

paket wisata senior?

Flexibility:

Adakah

fleksibelitas

harga paket

wisata senior?

Price level: bagaimakah

tingkat

harganya?

Terms: Kapan paket ini

mengalami

high dan low

season?

Differentiation:

adakah

bedanya

dengan

destinasi lain

atau produk

lainnya?

Discounts: Adakah

potongan harga

atau harga

khusus?

Allowances: Adakah

ketentuan

khusus untuk

membeli paket

wisata senior?

Page 29: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

28

People Physical evidence Process

Employees: Sudah

siapkan para

pekerja pariwisata

Bali menyambut

Wisatawan

senior?

Recruiting: Bagaimana

system

perekrutannya?

Training: adakah pelatihan khusus?

Motivation:

Adakah motivasi

khusus untuk

menyambut

wisatawan senior?

Rewards: Adakah penghargaan

Khusus?

Teamwork: Bagaimanakah

dengan jaringan

kerja pariwisata

bali saat ini?

Customers: Siapa sajakah yang telah

menjadi

pelanggan untuk

paket wisatawan

senior saat ini?

Education: adakah

pendidikan

khusus untuk

menyambut

wisatawan senior?

Training: Adakah pelatihan khusus

untuk menangani

wisatawan usia

lanjut khususnya

yang berhubungan

dengan P3K

Facility design:

Adakah fasilitas

khusus bagi kaum

senior khususnya

yang cacat?

Equipment: Adakah alat dan

sarana untuk

kaum senior?

Signage: Adakah para pebisnis

pariwisata yang

tertarik tentang

segmen

wisatawan senior?

Employee dress:

Penampilan para

pekerja pariwisata

yang menarik bagi

kaum senior?

Other tangibles

Reports: Adakah dokumen tentang

wisatawan senior?

Business cards: Adakah

perusahaan

pariwisata yang

menaruh perhatian

tentang wisatawan

senior?

Statements:

Adakah

pernyataan

kesediaan

menyambut

wisatawan senior?

Guarantees: Adakah Janiman

khususnya yang

berhubungan

dengan kesehatan

dan keamanan?

Flow of activities: Punyakah destinasi

bali agenda atau jurnal aktivitas wisata

yang bisa dinikmati oleh kaum senior?

Standardised: Adakah standarisasi untuk melayani dan melakukan proses wisata

khusus untuk kaum senior?

Customised: Adakah kebiasaan atau aturan tertentu untuk kaum senior yang

telah dimiliki oleh destinasi Bali?

Number of steps: Bagaimanakah prosedur

atau langkah-langkah untuk dapat

membeli paket wisata senior?

Simple: Sudah sederhanakah proses yang telah ada?

Complex: Adakah kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh kaum senior untuk

melakukan kegiatan wisata di Bali?

Customer involvement: Kegiatan atau

aktivitas wisata apa sajakah yang bias

dilakukan oleh kaum senior selama

mereka berlibur di Bali?

Source: Zeithaml & Bitner, 2000

Page 30: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

29

Perencanaan pemasaran adalah proses terorganisir dari mempelajari pasar,

mengidentifikasi dan mengukur tren, dan mengembangkan tujuan pemasaran utama dan

mendukung program (Middleton, 1994). Operator Pariwisata yang ingin

mengembangkan bisnis mereka dapat memilih antara empat tujuan strategi dasar, yaitu:

penetrasi pasar (menjual lebih banyak produk yang ada di pasar yang ada), memasuki

pasar baru atau wilayah geografis, mengembangkan penawaran produk baru untuk pasar

yang ada, atau diversifikasi ( jual penawaran baru di pasar baru). Pertimbangan utama

ketika memasuki pasar baru adalah apakah ada kemauan atau kebutuhan pada bagian dari

pelanggan untuk membeli produk. Itu semua bermuara pada apakah seseorang dapat

menghasilkan pendapatan dan berapa banyak dan kapan (Zyman, 1999: 136).

Jika destinasi Pariwisata Bali melihat kondisi PLC product lifecycle yang

kecenderungannya nyaris berada pada Konsolidasi (consolidation) di mana pada tahap ini,

sector pariwisata menunjukkan dominasi dalam struktur ekonomi jika dibandingkan sector

lainnya di provinsi Bali dan ada kecenderungan dominasi jaringan international semakin kuat

memegang peranannya pada kawasan wisata atau destinasi pariwisata Bali. Kunjungan

wisatawan masih menunjukkan peningkatan yang cukup positif namun telah terjadi persaingan

harga diantara perusahaan sejenis pada industri pariwisata pada kawasan Bali. Peranan

pemerintah local mulai semakin berkurang sehingga diperlukan konsolidasi untuk melakukan re-

organisasional, dan balancing peran dan tugas antara sector pemerintah dan swasta. Hubungan

antara swasta (MNC dan Nasional) dan pemerintah daerah semakin meningkat baik hubungan

Government to Government (G2G), Business to Business (B2B), dan Business to government

(B2G). artinya dalam kondisi sepertini masih sangat mungkin secara manajemen destinasi,

Bali masih bias dikonsolidasikan dan masih sangat mungkin melakukan strategi

segmenting, targeting, dan positioning yang sesuai dengan branding dan core product

pariwisata Bali yang didaulat sebagai pariwisata budaya. Di mana pariwisata budaya

adalah pariwisata yang dianggap paling ideal untuk segmen pasar wisatawan senior, dan

sebagai konskuensinya destinasi Bali harus mempunyai kesunguhan untuk melakukan re-

design atas bauran marketing destinasi sebagai strategi yang terintegrasi. Re-desain yang

sangat diperlukan adalah sebagai berikut:

Page 31: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

30

Redesain Product yang meliputi:

• Physical good features: Menyediakan fasilitas fisik untuk kaum senior.

• Quality level: Menjamin kualitas produk untuk kaum senior.

• Accessories: Menyediakan fasilitas yang memadai untuk kaum senior.

• Packaging: Menawarkan paket wisata khusus untuk kaum senior.

• Warranties: Memberikan jaminan keamanan, kesehatan, dsb khususnya yang

berhubungan dengan kondisi wisatawan usia lanjut.

• Product lines: Memastikan bahwa destinasi Bali siap menyambut kedatangan

wisatawan senior.

• Branding: Menguatkan branding Bali dengan idealism wisatawan senior.

Menyediakan Bukti Fisik (Physical evidence) yang meliputi:

• Facility design: Design Paket wisata yang sesuai dengan kaum senior.

• Equipment: Penyediaan alat dan sarana untuk kaum senior.

• Signage: Adakah para pebisnis pariwisata yang tertarik tentang segmen wisatawan

senior.

• Employee dress: Penampilan para pekerja pariwisata yang menarik bagi wisatawan

senior.

• Reports: Menyediakan dokumen-dokumen yang dapar menarik kaum senior untuk

melaukan aktivitas wisata di Bali.

• Business cards: Perhatian Industri terhadap wisatawan senior.

• Statements: Membuat pernyataan kesediaan menyambut wisatawan senior.

• Guarantees: Memberikan kaniman mutu, khususnya yang berhubungan dengan

kesehatan dan keamanan.

Melakukan Promotion yang meliputi:

• Promotion blend: Melakukan promosi khusus tentang paket wisata senior.

• Salespeople: Menyediakan tenaga penjual yang menawarkan paket wisata senior.

• Number: Menyediakan anggaran untuk promosi paket wisata senior.

• Sales promotion: Melakukan Promosi penjualan wisata senior.

Page 32: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

31

• Publicity: Melakukan publistas untuk paket wisata senior.

Penentuan Harga/Price yang meliputi:

• Flexibility: Menjual paket harga paket wisata senior yang fleksibel baik untuk

high maupun low season.

• Price level: Menentukan tingkat harga yang cukup bersaing

• Terms: Harga paket wisata yang sesuai dengan kondisi high dan low season.

• Differentiation: Menampilkan kelebihan destinasi Bali dibandingkan produk

lainnya.

• Discounts: Memberikan potongan harga atau harga khusus pada saat-saat tertentu.

• Allowances: Menentukan ketentuan khusus untuk membeli paket wisata senior

karena sifat dan segmen yang “nice” ceruk pasar khusus.

Kesiapan Manusia/People yang meliputi:

• Employees: Menyiapkan para pekerja pariwisata Bali yang siap menyambut

Wisatawan senior.

• Recruiting: Membuat system perekrutan pekerja pariwisata yang berhubungan

dengan wisata senior.

• Training: Memberikan pelatihan khusus bagi para pekerja yang berhubungan

dengan wisatawan senior.

• Motivation: Memberikan motivasi khusus bagi para pekerja khususnya yang

menangani wisatawan senior karena penanganan wisatawan senior relative lebih

kompleks daripada wisatawan lainnya.

• Rewards: Menyediakan penghargaan Khusus bagi pekerja yang berprestasi.

• Teamwork: Menjalin kerjasama jaringan kerja pariwisata Bali yang siap

menyambut wisatawan senior.

• Customers: Menentukan pelanggan untuk paket wisatawan senior.

• Education: Memberikan pendidikan khusus untuk menyambut wisatawan senior.

• Training: Memberikan pelatihan khusus untuk menangani wisatawan usia lanjut

khususnya yang berhubungan dengan P3K.

Page 33: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

32

Menentukan Place yang meliputi:

• Channel type: Menyediakan travel agency yang menawarkan paket wisata senior.

• Exposure: Menawarkan experiences tertentu yang akan didapatkan di destinasi

Bali.

• Intermediaries: Menawarkan dan memasarkan paket wisata senior secara

konsisten.

• Outlet locations: Menyediakan obyek wisata atau daya tarik dan hotel-hotel yang

telah siap untuk kaum senior.

• Transportation: Menyediakan alat transportasi yang cukup untuk kaum senior.

• Managing channels: Melakukan kerjasama antara tour operator dengan industri

pariwisata pada destinasi Bali.

Menentukan Process yang meliputi:

• Flow of activities: Menyedikan agenda atau jurnal aktivitas wisata yang bisa

dinikmati oleh kaum senior.

• Standardised: Melakukan standarisasi untuk melayani dan melakukan proses

wista khusus untuk kaum senior.

• Customised: Menentukan kebiasaan atau aturan tertentu untuk kaum senior di

destinasi Bali.

• Number of steps: Membuat prosedur atau langkah-langkah pembelian paket

wisata senior.

• Simple: Menyerhanakan proses pemesanan paket wisata senior dan regulasinya.

• Complex: Mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh kaum senior untuk

melakukan kegiatan wisata di Bali.

• Customer involvement: Melibatkan wisatawan senior pada pemilihan kegiatan

atau aktivitas wisata apa saja yang bisa dilakukan oleh kaum senior selama

mereka berlibur di Bali.

Page 34: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

33

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, G.K. and Morgan, K. 1998. Stability and change in levels of habitual

physical activity in later life. Age and Ageing 27, 17-23.

Bennett, JA (ed.) 2000: Managing tourism services; a Southern African perspective, second

edition. SA: Van Schaik Publishers.

Blazey, M.A. 1986. Research breathes new life into senior travel program. Parks and

Recreation October, 55-56.

Butler, R 1998: Sustainable tourism - looking backwards in order to progress? (In: Hall, CM

& Lew, AA (eds.), Sustainable tourism; a geographic perspective, p.25-34). USA:

Addison Wesley Longman Ltd.

Cohen, G.D. 2000 The Creative Age: Awakening Human Potential in the Second Half of

Life. HarperCollins, New York.

Cooper, C 1991: The technique of interpretation (In: Medlik, S (ed.), Managing tourism,

1997 edition, p.224-230). UK: Butterworth-Heinemann Ltd.

Cooper, C 1994a: Education and training (In: Witt, SF & Moutinho, L (eds.), Tourism

management and marketing handbook, second edition, p.140-144). UK: Prentice Hall

International (UK) Ltd.

Cooper, C 1994b: Product life cycle (In: Witt, SF & Moutinho, L (eds.), Tourism

management and marketing handbook, second edition, p.341-345). UK: Prentice Hall

International (UK) Ltd.

Cooper, C; Fletcher, J; Gilbert, D & Wanhill, S edited by Shepherd, R 1998: Tourism;

principles and practice, second edition. USA: Addison Wesley Longman Ltd.

Cooper, CP & Lockwood, A (eds) 1992: Progress in tourism, recreation and hospitality

management, volume four. UK: Belhaven Press.

Cross, G. 1990 A Social History of Leisure Since 1600. Venture, State College, Penn-

sylvania.

George, R 2001: Marketing South African tourism and hospitality. SA: Oxford University

Press Southern Africa.

Gillon, S.M. 2004 Boomer Nation: the Largest and Richest Generation Ever, and How it

Changed. Free Press, New York.

Horner, S & Swarbrooke, J 1996: Marketing tourism, hospitality and leisure in Europe.

Ing, D. 1993 Potential for senior travel escalates. Hotel and Motel Management 208.

Page 35: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

34

Jackson and Burton 2005. Leisure Studies: Prospects for the Twenty First Centery.

Pennsylvania: State College Venture Publishing Inc.

Kelly, J.R. 1992 Leisure. In: Bogatta, E.F. ed. Encyclopedia of Sociology, Vol. 3.

Macmillan, New York.

Kelly, J.R. and Kelly, J.R. 1994 Multiple dimensions of meaning in the domains of work,

family and leisure. Journal of Leisure Research.

Kotler, P; Bowen, J & Makens, J 1996: Marketing for hospitality and tourism. USA:

Prentice-Hall Inc.

Kotler, P; Haider, DH & Rein, I 1993: Marketing places; attracting investment, industry,

and tourism to cities, states and nations. USA: The Free Press, Macmillan Inc.

Lawton, M.P. 1993 Meanings of activity. In: Kelly, J.R. ed. Activity and aging. Sage,

Newbury Park, California.

McGuire, F.A. (1984) A factor analytic study of leisure constraints in advanced adult-

hood.Leisure Sciences 6, 313-326.

McGuire, F.A., Boyd, R.K. and Tedrick, R.E. 2004 Leisure and Aging: Ulyssean Living

in Later Life, 3rd edn. Sagamore, Champaign, Illinois.

Middleton, VTC 1994: Marketing in travel and tourism, second edition. UK: Butterworth,

Heinemann Ltd.

Muller, T.E. and O’Cass, A. 2001 Targeting the young at heart: seeing senior vacationers

the way they see themselves. Journal of Vacation Marketing 7.

Patterson, Ian. 2006. Growing Older: Tourism and Leisure Behaviour of Older Adults.

School of Tourism and Leisure Management University of Queensland.

Pitana, I Gde. 2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian sosiologis terhadap struktur, sistem,

dan dampak-dampak pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.

Postma, P 1999: The new marketing era; marketing to the imagination in a technologydriven

world. USA: McGraw-Hill.

Publikasi Kem. Kebudayaan dan Pariwiata RI. 2011. Ketetapan Dirjen Imigrasi No.

F.256-12.02/2000. Temporary Visa: Ijin Tinggal Wisatawan Usia Lanjut.

Jakarta.

Publikasi Kem. Kebudayaan dan Pariwiata RI. 2011. Keputusan Presiden /Keppres No.

31/1998. Temporary Visa: Ijin Tinggal Wisatawan Usia Lanjut. Jakarta.

Page 36: Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

35

Publikasi Kem. Kebudayaan dan Pariwiata RI. 2011. SK Menteri Kehakiman No. M-04-

12.01.02/1998. Temporary Visa: Ijin Tinggal Wisatawan Usia Lanjut. Jakarta.

Seaton, AV & Bennett, MM 1996: Marketing tourism products; concepts, issues, cases.

UK: International Thomson Business Press.

Shoemaker, S. 1989 Segmentation of the senior pleasure travel market. Journal of Travel

Research Winter 27.

Smith, C. and Jenner, P. 1997 The seniors travel market. Travel and Tourism Analyst.

Stebbins, R.A. 1998 After Work: The Search for an Optimal Leisure Lifestyle. Detselig

Enterprises, Calgary, Alberta.

Veal, A. and Lynch, R. 2001 Australian leisure. Longmans/Butterworth, French’s Forest,

New South Wales.

Wei, S. and Millman, A. 2002 The impact of participation in activities while on vacation

on seniors’ psychological well-being: a path model analysis. Journal of

Hospitality and Tourism Research 26.

World Tourism Organisation 1991: Tourism in the year 2000; qualitative aspects affecting

global growth. Spain: WTO.

World Tourism Organisation 1993: Sustainable tourism development; guide for local

planners. Spain: WTO.

World Tourism Organisation Business Council 1999: Marketing tourism organizations

online, strategies for the information age. Spain: WTOBC.

Zyman, S 1999: The end of marketing as we know it. USA: Harper Business.