22
ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sistem imun terbentuk dari sel-sel darah putih, sumsum tulang dan jaringan limfoid yang mencakup kelenjar timus, kelenjar limfe, lien, tonsil serta adenoid. Diantara sel-sel darah putih yang terlibat dalam imunitas terdapat limfotik B (sel B) dan limfosit limfosit T (sel T). Kedua sel ini berasal dari limfoblast yang dibuat dalam sumsum tulang. Limfosit B mencapai maturitasnya dalam sumsum tulang dan kemudian memasuki sirkulasi darah, limfosit T bergerak dari sumsum tulang ke kelenjar timus tempat sel-sel tersebut mencapai maturitasnya menjadi beberapa jenis sel yang dapat melaksanakan berbagai fungsi yang berbeda. Struktur yang signifikan lainya adalah kelenjar limfe, lien, tonsil dan adenoid. Kelenjar limfe yang tersebar diseluruh tubuh menyingkirkan benda asing dari sistem limfe sebelum benda asing tersebut memasuki aliran darah dan juga berfungsi sebagai pusat poliferasi sel imun. Lien yang tersusun dari pulpa rubra dan alba bekerja sebagai jaringan. Pulpa rubra merupakan lokasi tempat sel-sel darah merah yang tua dan mengalami cedera dihancurkan. Pulpa alba mengandung kumpulan limfosit. Limfosit lainnya, seperti tonsil dan adenoid serta jaringan limfatik mukoid, mempetahankan tubuh terhadap serangan mikroorganisme. Imunitas mengacu pada respon protektif tubuh yang spesifik terhadap benda asing atau mikroorganisme yang menginvasinya. Kelainan pada sistem imun dapat berasal dari kelebihan atau kekurangan sel-sel imunokompeten, serangan imunoligik terhadap antigen sendiri, atau respon yang yang tidaktepat atau yang berlebihan terhadap antigen spesifi. Kelainan yang berhubungan dengan autoimunitas adalah penyakit dimana respon imun protektif yang normal secara paradoksal berbalik melawan atau menyerang tubuh sendiri sehingga terjadi kerusakan jaringan.

Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sistem imun terbentuk dari sel-sel darah putih, sumsum tulang dan jaringan

limfoid yang mencakup kelenjar timus, kelenjar limfe, lien, tonsil serta adenoid.

Diantara sel-sel darah putih yang terlibat dalam imunitas terdapat limfotik B (sel B)

dan limfosit limfosit T (sel T). Kedua sel ini berasal dari limfoblast yang dibuat

dalam sumsum tulang. Limfosit B mencapai maturitasnya dalam sumsum tulang dan

kemudian memasuki sirkulasi darah, limfosit T bergerak dari sumsum tulang ke

kelenjar timus tempat sel-sel tersebut mencapai maturitasnya menjadi beberapa jenis

sel yang dapat melaksanakan berbagai fungsi yang berbeda.

Struktur yang signifikan lainya adalah kelenjar limfe, lien, tonsil dan adenoid.

Kelenjar limfe yang tersebar diseluruh tubuh menyingkirkan benda asing dari sistem

limfe sebelum benda asing tersebut memasuki aliran darah dan juga berfungsi sebagai

pusat poliferasi sel imun. Lien yang tersusun dari pulpa rubra dan alba bekerja

sebagai jaringan. Pulpa rubra merupakan lokasi tempat sel-sel darah merah yang tua

dan mengalami cedera dihancurkan. Pulpa alba mengandung kumpulan limfosit.

Limfosit lainnya, seperti tonsil dan adenoid serta jaringan limfatik mukoid,

mempetahankan tubuh terhadap serangan mikroorganisme.

Imunitas mengacu pada respon protektif tubuh yang spesifik terhadap benda

asing atau mikroorganisme yang menginvasinya. Kelainan pada sistem imun dapat

berasal dari kelebihan atau kekurangan sel-sel imunokompeten, serangan imunoligik

terhadap antigen sendiri, atau respon yang yang tidaktepat atau yang berlebihan

terhadap antigen spesifi. Kelainan yang berhubungan dengan autoimunitas adalah

penyakit dimana respon imun protektif yang normal secara paradoksal berbalik

melawan atau menyerang tubuh sendiri sehingga terjadi kerusakan jaringan.

Page 2: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Imunitas

Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti

mikroorganisma (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul

berpotensi toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan).

Sistem ini menyerang bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan

tentang kejadian tersebut supaya pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang

sama akan mencetuskan gerak balas yang lebih cepat dan tertingkat. Keimunan

merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah sembuh dari sesuatu penyakit

untuk kekal sihat apabila terdedah kepada penyakit yang sama untuk kali kedua dan

seterusnya.

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang

melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan

membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh

biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus

sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan

mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti

biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar

dapat menginfeksi organisme. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Imunitas)

Suatu ciri sistem imun ialah keupayaan untuk membedakan bahan-bahan yang

wujud secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang

masuk ke dalam tubuh dari luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas terhadap

bahan bukan diri saja. Ketidakwujudan khusus suatu gerak balas terhadap diri

dikenali sebagai toleransi. Pentingnya keupayaan untuk membedakan

(mendiskriminasi) antara diri dan bukan diri, serta toleransi diri, ditunjukkan dalam

Page 3: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut gagal. Penyakit-penyakit

ini berhasil apabila bahan normal tubuh dicam sebagai asing dan gerak balas imun

dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut. Walau bagaimananpun, sistem imun

lazimnya amat berkesan membezakan antara diri dan bukan diri.

B. Fungsi Sistem Imun

Sistem imun adalah perlu untuk kemandirian karena ia membekalkan keupayaan

untuk sembuh dari penyakit serta keimunan yang melindungi untuk masa yang lama.

Dalam keadaan biasa apabila sistem imun terdedah kepada organisma asing ia

bertindak-balas dengan menghasilkan antibody dan rangsangan limfosit spesifik-

antigen, adapun peran dari antibody yaitu:

a. Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk

melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia.

b. Senjata ini diproduksi oleh sel-sel B, sekelompok prajurit pejuang dalam sistem

kekebalan.

c. Antibodi akan menghancurkan musuh-musuh penyerbu. Antibodi mempunyai

dua fungsi, pertama untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen.

Fungsi kedua adalah membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu

menghancurkannya.,yang membawa kepada pemusnahan mikroorganisma dan

peneutralan produk-produk toksik (toksin).

Suatu fungsi penting sistem imun ialah mengawasi sel-sel tubuh supaya ia tidak

abnormal. Sel-sel terinfeksi virus, sel-sel malignan atau sel-sel individu lain dari

spesies yang sama, mempunyai penanda- penanda protein pada permukaan luar yang

memberi isyarat kepada sistem imun supaya memusnahkannya. Protein-protein ini

tergolong dalam sistem yang dipanggil kompleks kehistoserasian utama (Major

histocompatibility complex; MHC).

Page 4: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sistem Imun

Seperti halnya system tubuh yang lain, sistem imun akan berfungsi pada taraf

yang dikehendaki menurut fungsi sistem tubuh yang lain, factor-faktor yang ada

hubungannya sebagai berikut:

a. Usia

Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia lanjut

dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk bereaksi secara memadai

terhadap mikroorganisme yang menginveksinya. Produksi dan fungsi limfosit Tdan B

dapat terganggu kemungkinan penyabab lain adalah akibat penurunan antibody untuk

membedakan diri sendiri dan bukan diri sendiri

Penurunan fungsi system organ yang berkaita dengan pertambahan usia juga turut

menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta motilitas lambung

memungkinkan flora normal intestinal untuk berploriferasi dan menimbulkan infeksi

sehingga terjadfi gastroenteritis dan diare.

b. Jender

Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah

diketahui dengan baik. Ada bukti yang menunjukan bahwa esterogen memodulasi

aktifitas limfosit T (khususnya sel-sel supresor) sementara androgen berfungsi untuk

mempertahankan produksi interleukin dan aktifitas sel supresor. Efek hormon seks

tidak begitu menonjol, esterogen akan memgaktifkan populasi sel B yang berkaitan

dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5 (marker antigenic pada sel B).

Esterogen cenderung menggalakkan imunitas sementara androgen bersifat

imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering ditemui pada wanita

ketimbang pad pria.

c. Nutrisi

Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang

optimal. Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapat terjadi

akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA dan protein.

Vitamin juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel dan maturasi sel-sel imun.

Page 5: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik (tembaga, besi, mangan, selenium atau

zink) dalam makanan umumnya akan mensupresi fungsi imun Asam-asam lemam

merupakan unsure pembangun (building blocks) yang membentuk komponen

structural membrane sel. Lipid merupakan precursor vitamin A,D,E, dan K disamping

prekursir kolesterol. Bak kelebihan maupun kekurangan asam lemak ternyata akan

mensupresi fungsi imun.

Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan limfoid,

depresi respon anti body, penurunan jumlah sel T yang beredar dan gangguan fungsi

fagositosik sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksi sangat meningkat. Selama

periode infeksi dan sakit yang serius, terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi yang

potensialuntuk menimbulkan deplesi protein, asam lemak, vitamin, serta unsure –

unsure renik dan bahkan menyebabkan resiko terganggunya respon imun serta

terjadinya sepsis yang lebih besar.

d. Factor – Factor Psikoneuro Imunologik.

Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap

neurotransmitter serta hormone – hormone endokrin. Limfosit dapat memproduksi

dan mengsekresikan ACTH serta senyawa – senyawa yang mirip endofrin. Neuron

dalam otak, khususnya khusunya dalam hipotalamus, dapat mengenali prostaglandin,

interferon dan interleukin di samping histamine dan serotininyang dilepaskan selama

proses inflamasi. Sebagaimana sisitem biologic lainnya yang berfungsi untuk

kepentingan homoestasis, system imun di integrasikan dengan berbagai proses

psikofisiologic lainnya dan diatur serta dimodulasikan oleh otak.

Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural dan

endokrin termasuk prilaku. Jadi, interaksi sitem saraf dan system imun tampaknya

bersifat dua arah.

e. Kelainan organ yang lain

Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat turut

mengubah fungsi system imun. Luka bakar yang luas atau factor – factor lainnya

menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis pertama

Page 6: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

pertahanan tubuh ilangnya serum dalam jumlah yang besar pada luka bakar akan

menimbulkan deplesi protein tubuh yang esensial, trmasuk immunoglobulin. Stresor

fisiologi dan psilkologik yang disertai dengan stress karena pembedahan atau cidera

kan menstimulasi pelepasan kortisol saerum juga turut menyebabkan supresi respon

imun yang normal.

Keadaan sakit yang kronis dapat turut mengganggu system imun melalui

sejumlah cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi limfosit yang beredar.

Fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah karena asidosis dan toksin

uremik. Peningkatan insidensi infeksi pada diabetes uga berkaitan dengan isufisiensi

vaskuler, neuropati dan pengendalian kadar glukosa darah yang buruk. Infeksi saluran

nafas yang rekuren berkaitan dengan penyakit paru obstruksi menahun sebagai akibat

dari berubahnya fungsi inspirasi dan ekspirasi dan tidak efektifnya pembersihan

saluran nafas.

f. Penyakit kanker

Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun, penyakit

kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat melepaskan antigen ke

dalam darah, antigen ini akan mengikat antibody yang beredar dan mencegah

antibody tersebut agar tidak menyerang sel – sel tumor. Lebih lanjut, sel – sel tumor

dapat memiliki factor penghambat yang khusus yang menyalut sel –sel tumor dan

mencegah pengahancurannya oleh limposit T killer. Dalam stadium awal

pertumbuhan tumor, tubuh tidak mampu mengenali antigen tumor sebagai unsure

yang asing dan selanjutnya tidak mampu memulai distruksi sel – sel yang maligna

tersebut.kanker darah seperti leukemia dan limpoma berkaitan dengan berubahnya

produksi serta fungsi sel darah putih dan limposit.

g. Obat-obatan

Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki maupun

yang tidak dikehendaki pada fungsi system imun. Ada empat klasifikasi obat utama

yang memiliki potensi untuk menyebabkan imunosupresi: antibiotic, kortikostreoid,

obat-obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID; Nonsteroidal anti inflamatori drugs) dan

Page 7: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

preparat sitotoksik. Penggunaan preparat ini bagi keperluan terapeutik memerlukan

upaya untuk mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat terapi dan

supresi system pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.

h. Radiasi

Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker atau

pencegahan rejeksi allograft. Radiasi akan menghancurkan limposit dan menurunkan

populasi sel yang diperlukan untuk menggantikannya. Ukuran atau luas daerah yang

akan disinari menetukan taraf imunosupresi. Radiasi seluruh tubuh dan dapat

mengakibatkan imunosupresi total pada orang yang menerimannya.

i. Genetic

Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara

genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup, dan rendah

terhadap antigen tertentu.

Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap

antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak

100%. Faktor genetik dalam respons imun dapat berperan melalui gen yang berada

pada kompleks MHC dengan non MHC.

1. Gen kompleks MHC

Gen kompleks MHC berperan dalam presentasi antigen. Sel Tc akan mengenal

antigen yang berasosiasi dengan molekul MHC kelas I, dan sel Td serta sel Th akan

mengenal antigen yang berasosiasi dengan molekul MHC kelas II. Jadi respons sel T

diawasi secara genetik sehingga dapat dimengerti bahwa akan terdapat potensi variasi

respons imun. Secara klinis terlihat juga bahwa penyakit tertentu terdapat lebih sering

pada HLA tertentu, seperti spondilitis ankilosing terdapat pada individu dengan

HLA-B27.

2. Gen non MHC

Secara klinis kita melihat adanya defisiensi imun yang berkaitan dengan gen tertentu,

misalnya agamaglobulinemia tipe Bruton yang terangkai dengan kromosom X yang

hanya terdapat pada anak laki-laki. Demikian pula penyakit alergi yaitu penyakit

Page 8: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

yang menunjukkan perbedaan respons imun terhadap antigen tertentu merupakan

penyakit yang diturunkan. Faktor-faktor ini menyokong adanya peran genetik dalam

respons imun, namun mekanisme yang sebenarnya belum diketahui.

j. Kehamilan

Salah satunya yaitu Infeksi : beberap infeksi yang terjadi secara kebetulan selama

kehamilan dapat menyebabkan cacat sejak lahir. Campak jerman (rubella) bisa

menyebabkan cacat sejak lahir, terutama sekali pada jantung dan bagian dalam mata.

Infeksi cytomegalovirus bisa melewati plasenta dan merusak hati dan otak janin.

Infeksi virus lainnya yang bisa membahayakan janin atau menyebabkan kerusakan

kelahiran termasuk herpes simplex, dan cacar air (varicella). Toksoplasma, infeksi

protozoa, bisa menyebabkan keguguran, kematian janin, dan cacat sejak lahir serius.

Listeriosis, infeksi bakteri, juga bisa membahayakan janin. Infeksi bakteri pada

vagina (seperti bakteri vaginosis) selama kehamilan bisa menyebabkan persalinan

sebelum waktunya atau membran yang berisi janin gugur sebelum waktunya.

Pengobatan pada infeksi dengan antibiotik bisa mengurangi kemungkinan masalah-

masalah ini.

D. Jenis-Jenis Imunitas

Ada dua tipe imunitas, yaitu:

a. Imunitas Alami (Natural)

Merupakan kekebalan nonspesifik yang ditemukan pada saat lahir, imunitas alami

akan memberikan respon nonspesifik terhadap setiap benda asing tanpa

memperhatikan komposisi penyerang tersebut. Dasar mekanisme tersebut pertahanan

alami semata-mata berupa kemampuan untuk membedakan antar sahabat dan musuh.

b. Imunitas yang didapat

Imuitas yang didapat (aqquired imunity) terdiri atas respon imun yang tidak

didapat pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam hidup seseorang.

Imunitas didapat setelah seseorang terjangkit suatu penyakit atau mendapat

imunisasiyang menghasilkan respon imun yang bersifat protektif.

Page 9: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

E. Stadium Respon Imun

Ada empat stadium yang batasnya jelas dalam suatu respon imun, yaitu:

1) Stadium Pengenalan

Dasar setiap reaksi imun adalah pengenalan (recognition) yang merupakan

tahap yang paling pertama. Tahap atau stadium ini merupakan kemampuan dari

sistem imunitas untuk mengenali antigen sebagai unsur yang asing atau bukan bagian

dari dirinya sendiri dan dengan demikian merupakan kejadian pendahulu dalam setiap

reaksi imun.Tubuh harus mengenali penyerang nya sebagai unsure asing sebelum

bereaksi terhadap penyrang tersebut.

2) Stadium Proliferasi

Limfosit yang beredar dan mengandung pesan antigenic akan kembali ke

nodus limfikatikus terdekat. Begitu berada dalam nodus limfatikus, limfosit yang

sudah disentisasi akan menstimulasi sebagian limfotik nonaktif (dormant) yang

menghuni nodus tersebut untuk membesar, membelah diri, mengadakan poliferasi

dan berdiferensiasi menjadi limfosit T atau B. Pembesaran nodus limfatikus dalam

leher yang menyertai sakit leher merupakan salah satu contoh dari respon imun.

3) Stadium Respon

Dalam stadium respon, limfosit yang sudah berubah akan berfungsi dengan cara

humoral atau seluler.Respon humoral inisial, produksi antibody oleh limfosit B

sebagai reaksi terhadap suatu antigen spesifik akan memulai respon humoral

.Humoral mengacu kepada kenyataan bahwa antibody dilepas ke dalam aliran darah

dan dengan demikian akan berdiam di dalam p;asma atau fraksi darah berupa cairan.

Respon seluler inisial, limfosit yang sudah disensitisasi dan kembali ke nodus

limfatikus (yang bukan daerah yang mengandung limfosit yang sudah deprogram

untuk menjadi sel-sel plasma) tempat sel-sel tersebut untuk menstimulasi limfotik

Page 10: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

yang berada dalam nodus ini menjadi sel-sel yang akan menyerang langsung

mikroba dan bukan menyerangnya lewat kerja antibody.

4) Stadium Efektor

Dalam stadium ini , antibody dari respon humoral atau sel T sitotoksik dari respon

seluler akan menjangkau antigen dan terangkai dengan antigen tersebut pada

permukaan objek yang asing. Perangkaian ini memulai suatu seri kejadian yang pada

sebagian besar kasus akan mengakibatkan penghancuran mikroba yang menginvasi

tubuh atau menetralisis toksin secara total. Kejadian tersebut meliputi interaksi

antibody (imunitas humoral), komplemen dan kerja sel-sel T sitotoksik (imunitas

seluler)

Page 11: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengertian

SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem

yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan

fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai

macam autoantibodi dalam tubuh.

2. Patofisiologi

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang

menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi

ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana

terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan

lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti

hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat

antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam

penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE, peningkatan

produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang

abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan.

Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya

serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

3. Manifestasi Klinis

a. System muskuloskletal

Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri

ketika

bergerak, rasa kaku pada pagi hari.

Page 12: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

b. Sistem integumen

Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang

melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau

palatum durum.

c. Sistem kardiak

Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.

d. Sistem pernafasan

Pleuritis atau efusi pleura.

e. Sistem vaskuler

Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous

dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah

atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.

f. Sistem perkemihan

Glomerulus renal yang biasanya terkena.

g. Sistem saraf

Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk

penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.

4. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil

pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam, keletihan serta penurunan

berat badan dan kemungkinan pula artritis, peuritis dan perikarditis. Pemeriksaan

serum : anemia sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau leukopenia

Page 13: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

dan antibodi antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostic lainnya mendukung

tapi tidak memastikan diagnosis.

5. Penatalaksanaan Medis

1. Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai

bersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.

2. Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan

SLE

3. Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun.

6. Pengkajian

a. Anamnesa

Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala

sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri,

kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta

citra diri pasien.

b. Kulit

Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.

c. Kardiovaskuler

Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura. Lesi

eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan

vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan

bawah atau sisi lateral tanga.

d. System musculoskeletal

Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi

hari.

Page 14: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

e. System integument

Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang

pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum

durum.

f. System pernafasan

Pleuritis atau efusi pleura.

g. System vaskuler

Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan

purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau

sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.

h. System renal

Edema dan hematuria.

i. System saraf

Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun

manifestasi SSP lainnya.

7. Diagnose keperawatan dan intervensi

- Nyeri b.d inflamasi dan kerusakan jaringan.

Tujuan : mengikutsertakan tindakan sebagai bagian dari aktivitas hidup

sehari-hari yang diperlukan untuk mengubah.

Intervensi :

a. Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (komprespanas

/dingin; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga, bidai;

teknik relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian)

b. Berikan preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.

Page 15: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

c. Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien terhadap

penatalaksanaan nyeri.

d. Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri serta sifat kronik

penyakitnya.

e. Jelaskan patofisiologik nyeri dan membantu pasien untuk menyadari bahwa rasa

nyeri sering membawanya kepada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.

f. Bantu dalam mengenali nyeri kehidupan seseorang yang membawa pasien untuk

memakai metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.

g. Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri.

- Keletihan b.d peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.

Tujuan : perbaikan dalam tingkat kennyamanan

Intervensi :

a. Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres panas

/dingin; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga, bidai;

teknik relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian)

b. Berikan preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.

c. Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien terhadap

penatalaksanaan nyeri.

d. Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri serta sifat kronik

penyakitnya.

e. Jelaskan patofisiologik nyeri dan membantu pasien untuk menyadari bahwa rasa

nyeri sering membawanya kepada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.

f. Bantu dalam mengenali nyeri kehidupan seseorang yang membawa pasien untuk

memakai metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.

g. Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri.

- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan

otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik.

Page 16: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

Tujuan : mendapatkan dan mempertahankan mobilitas fungsional yang

optimal.

Intervensi :

a. Dorong verbalisasi yang berkenaan dengan keterbatasan dalam mobilitas.

b. Kaji kebutuhan akan konsultasi terapi okupasi/fisioterapi

1) Menekankan kisaran gherak pada sendi yang sakit

2) Meningkatkan pemakaian alat bantu

3) Menjelaskan pemakaian alas kaki yang aman

4) Menggunakan postur/pengaturan posisi tubuh yang tepat

c. Bantu pasien mengenali rintangan dalam lingkungannya.

d. Dorong kemandirian dalam mobilitas dan membantu jika diperlukan.

1) Memberikan waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas

2) Memberikan kesempatan istirahat sesudah melakukan aktivitas.

3) Menguatkan kembali prinsip perlindungan sendi

- Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta

psikologis yang diakibatkan penyakit kronik.

Tujuan : mencapai rekonsiliasi antara konsep diri dan erubahan fisik serta psikologik

yang ditimbulkan penyakit.

Intervensi :

a. Bantu pasien untuk mengenali unsur-unsur pengendalian gejala penyakit dan

penanganannya.

b. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut

1) Membantu menilai situasi sekarang dan menganli masahnya.

2) Membantu menganli mekanisme koping pada masa lalu.

3) Membantu mengenali mekanisme koping yang efektif

- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit,

penumpukan kompleks imun.

Page 17: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

Tujuan : pemeliharaan integritas kulit.

Intervensi :

o Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi

o Hilangkan kelembaban dari kulit

o Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya sedera termal akibat

o penggunaan kompres hangat yang terlalu panas.

o Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.

Page 18: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

BAB IV

PENUTUP

a. Saran

Mengingat begitu kompleksnya masalah yang ditemukan akibat dari penyakit

system imun , maka diharapkan kepada seluruh pihak-pihak medis terkait dapat

memperhatikan kondisi atau gejala-gejala dari penyakit ini serta dapat segera

melakukan pembangunan yang tepat dalam memberikan terapi dan pengobatan yang

bagi pasien yang terserang penyakit tersebut. Kepada pihak rumah sakit diharapkan

untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas dari pelayanan kesehatan yang telah ada

untuk memudahkan dalam penanganan kasus tersebut.

b. Kesimpulan

Sistem imun terbentuk dari sel-sel darah putih, sumsum tulang dan jaringan

limfoid yang mencakup kelenjar timus, kelenjar limfe, lien, tonsil serta adenoid.

Diantara sel-sel darah putih yang terlibat dalam imunitas terdapat limfotik B (sel B)

dan limfosit limfosit T (sel T). Kedua sel ini berasal dari limfoblast yang dibuat

dalam sumsum tulang. Limfosit B mencapai maturitasnya dalam sumsum tulang dan

kemudian memasuki sirkulasi darah, limfosit T bergerak dari sumsum tulang ke

kelenjar timus tempat sel-sel tersebut mencapai maturitasnya menjadi beberapa jenis

sel yang dapat melaksanakan berbagai fungsi yang berbeda.

Page 19: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A., dan Lorraine M. Wilson. 1994. Patofisiologi Edisi 4.

Jakarta: EGC.

Sodeman. 1991. Patofisiologi Edisi 7 Jilid II. Jakarta: Hipokrates

Waspadji, Soeparman Sarwono. 1994. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.

Jakarta: FKUI

Page 20: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA SISTEM IMUNITAS

KELOMPOK : VI

1. ANAS AKBAR

2. ROSMIATI MAJID

3. MILAWATI

4. NINING APRIANTI

5. RANI WARDANI

6. LA ODE ISMAIL AKBAR

AKADEMI KEPERAWATAN

PEM.KAB MUNA

2014

Page 21: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan pada Sistem Imunitas” dengan sebaik-baiknya.

Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

Keperawatan Medikal Bedah.

Dalam penyusunan makalah ini,penulis telah mengalami berbagai hal baik

suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan

selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta

bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini,

maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut

membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan

baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua

pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan

dengan judul makalah ini.

Raha, April 2014

Penyusun

Page 22: Asuhan keperawatan pada sistem imunitas

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang................................................................................................. 1

BAB II : TEORI DASAR

1. Pengertian Imunitas......................................................................................... 2

2. Fungsi Sistem Imun.................................................................................... 3

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sistem Imun............................ 4

4. Jenis-Jenis Imunitas......................................................................................... 8

5. Stadium Respon Imun....................................................................................... 9

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengertian .................................................................................................. 11

2. Patofisiologi....................................................................................... ............11

3. Manifestasi Klinis....................................................................................... .11

4. Pemeriksaan Diagnostik................................................................................. 12

5. Penatalaksanaan Medis..................................................................................... 13

6. Pengkajian....................................................................................... ...........13

7. Diagnose keperawatan dan intervensi.................................................................14

BAB IV : PENUTUP

a).Kesimpulan................................................................................................. 18

b). Saran..................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19