59
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Kepemimpinan adalah sebuah nilai yang dimiliki oleh semua orang. Apakah kriterianya? Kepemimpinan adalah jika kita dapat membuat sesuatu menjadi sesuatu itu sendiri. Kita memimpin diri kita sendiri untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya; kita memimpin keluarga kita untuk menjadi keluarga yang memperoleh respek dari lingkungan di mana kita berada. Dengan demikian, sebenarnya kepemimpinan mempunyai dua makna. Pertama, makna bahwa yang bersangkutan diterima di lingkungannya sebagai seorang pemimpin, baik formal maupun, informal. Kedua, sebuah karakter yang pasti dimiliki setiap manusia sebagai ciptaan Tuhan. Gifford Pinchot (1996), mengemukakan bahwa beberapa organisasi lebih maju karena terdapat banyak pemimpin di dalamnya; bahkan setiap pribadi pada hakikatnya adalah pemimpin. Sebuah fenomena yang kelak akan menjadi dominan tatkala pekerjaan-pekerjaan oleh otot semakin ditinggalkan oleh pekerja yang mengandalkan pengetahuan. Seorang pemimpin yang “sungguh-sungguh” adalah individu yang mengetahui bahwa sumber daya yang tidak akan pernah dapat dibelinya adalah “waktu”, sehingga waktu dikelola sedemikian rupa sehingga optimal. Pemimpin adalah orang yang telah diambil hak waktunya oleh lembaga tempatnya bekerja. Namun,

Makalah kepemimpian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Makalah kepemimpian

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Kepemimpinan adalah sebuah nilai yang dimiliki oleh semua orang. Apakah

kriterianya? Kepemimpinan adalah jika kita dapat membuat sesuatu menjadi sesuatu itu

sendiri. Kita memimpin diri kita sendiri untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia

seutuhnya; kita memimpin keluarga kita untuk menjadi keluarga yang memperoleh respek

dari lingkungan di mana kita berada.

Dengan demikian, sebenarnya kepemimpinan mempunyai dua makna. Pertama,

makna bahwa yang bersangkutan diterima di lingkungannya sebagai seorang pemimpin, baik

formal maupun, informal. Kedua, sebuah karakter yang pasti dimiliki setiap manusia sebagai

ciptaan Tuhan. Gifford Pinchot (1996), mengemukakan bahwa beberapa organisasi lebih

maju karena terdapat banyak pemimpin di dalamnya; bahkan setiap pribadi pada hakikatnya

adalah pemimpin. Sebuah fenomena yang kelak akan menjadi dominan tatkala pekerjaan-

pekerjaan oleh otot semakin ditinggalkan oleh pekerja yang mengandalkan pengetahuan.

Seorang pemimpin yang “sungguh-sungguh” adalah individu yang mengetahui bahwa

sumber daya yang tidak akan pernah dapat dibelinya adalah “waktu”, sehingga waktu

dikelola sedemikian rupa sehingga optimal. Pemimpin adalah orang yang telah diambil hak

waktunya oleh lembaga tempatnya bekerja. Namun, seorang bukanlah seorang pemimpin

sesungguhnya apabila ia tidak efektif, karena pada akhirnya, setiap orang akan diukur dari

keberhasilan yang dicapai. Bagi pemimpin, indikator keberhasilannya adalah sejauh mana ia

secara efektif menjalankan peran kepemimpinannya.

Page 2: Makalah kepemimpian

BAB II

ISI

I. Defenisi

I.1 Pemimpin

Penasihat Manajemen Dale Carnegie Menulis Buku dengan Judul yang puitis, The

Leader in You (1993). “Ada kepemimpinan di dalam setiap diri Anda,” katanya. Apa yang

dikemukakan sama seperti tertulis dalam AI Qur’an maupun Alkitab, bahwa manusia

diciptakan Tuhan untuk memimpin alam semesta. Kepemimpinan adalah sebuah nilai yang

dimiliki oleh semua orang.

“Warren Bennis, seorang pakar kepemimpinan, menulis karya monumental, On

Becomin A Leader (1989,1994). They work out there on the frontier where tomorrow is

taking shape, and they serve here as guides-guides to things as they are and as they will be,

or scouts reporting back with word from the front. Pemimpin kata Raja Philips II kepada

anaknya, Alexander (kelak menjadi Alexander Agung), seorang pemimpin harus belajar

untuk sendirian. “Learn how to be alone”, nasihat Philips. Kepemimpinan, dengan demikian,

bukanlah sebuah “kekuasaan”, melainkan sebuah tugas, tanggung jawab, dan pengorbanan.

Dengan demikian, pada hakikatnya, memimpin adalah amanah, kewajiban, dan bukan hak,

pimpinlah, dengan kebersihan nurani!

Adalah Peter Drucker (1996) yang membuat karakteristik sederhana dari hasil

pengamatannya terhadap pemimpin-pemimpin dunia yang paling efektif yang pernah

ditemuinya. Ada beberapa karakter dari mereka, namun ada kesamaan dalam hal personality

trait mereka tidak memiliki atau sangat sedikit memiliki apa yang disebut “karisma”

Beberapa syarat pemimpin dan kepemimpinan adalah:

1. Dicirikan dari adanya pengikut.

2. Pemimpin efektif bukanlah yang dipuja atau dicintai, namun mereka adalah individu

yang menjadikan para pengikutnya berbuat benar. Kepemimpinan berbeda dengan

popularitas. Kepemimpinan identik dengan pencapaian hasil.

Page 3: Makalah kepemimpian

3. Pemimpin adalah mereka yang sangat tampak. Oleh karena itu mereka harus

memberikan contoh.

4. Kepemimpinan bukanlah kedudukan, jabatan atau uang. Kepemimpinan adalah

tanggung jawab.

I.2 Kepemimpin

Salah satunya pepatah Arab yang mengatakan, ”Laskar domba yang dipimpin oleh

singa akan mengalahkan laskar singa yang dipimpin oleh domba”. Lebih kurang petuah bijak

ini mengatakan, peran pemimpin sangatlah menentukan dalam keberhasilan pelaksanaan

misi. Tentu pepatah ini tidak untuk ditelan mentah. Alangkah lebih baik jika laskar singa juga

dipimpin seekor singa pilihan melalui seleksi alam, yang paling tajam indranya, paling tegap

tubuhnya, jarang mengaum, tetapi arif dan waspada.

I.3 Menurut Para Ahli

Beberapa defenisi mengenai kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli adalah :

1. Koontz & O’ donnel: proses MEMPENGARUHI sekelompok orang sehingga mau

bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.

2. Wexley & Yuki: MEMPENGARUHI orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan

tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.

3. Georger R. Terry: kegiatan MEMPENGARUHI ornag-orang untuk bersedia berusaha

mencapai tujuan bersama.

Dari ketiga defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudut pandangan yang dilihat

oleh para ahli tersebut adalah KEMEMPUAN MEMPENGARUHI ORANG LAIN

UNTUK MENCAPAI TUJUAN BERSAMA.

Defenisi lain dari kepemimpinan :

1) Fiedler: merupakan POLA HUBUNGAN antara individu-individu yang

menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja

bersama-sama mencapai tujuan.

2) Jhon Pfiffner: kemampuan MENGKOORDINASIKAN DAN MEMOTIVASI

orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan yang ingin di kehendaki.

Page 4: Makalah kepemimpian

3) Davis: kemampuan untuk MENGAJAK orang lain mencapai orang lain mencapai

tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat.

4) Ott: proses HUBUNGAN ANTAR PRIBADI yang di dalamnya seseorang

mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya prilaku orang lain.

5) Locke: proses MEMBUJUK orang lain untuk mengambil langkah meuju sasaran

yang sama.

Dari definisi ini, para ahli ada yang meninjau KEPEMIMPINAN dari POLA

HUBUNGAN, KEMAMPUAN MENGKOORDINASI, MEMOTIVASI,

MENGAJAK, MEMBUJUK DAN MEMPENGARUHI ORANG LAIN.

I.4 Semua untuk rakyat

”Takhta adalah untuk rakyat”. Inilah adagium dan doktrin demokrasi Pancasila

yang harus menyertai gaya kepemimpinan nasional.

Dalam suatu krisis, masyarakat terdorong berandai-andai, mencari berbagai ibarat dan

simbol-simbol keanggunan paripurna sebagai idealisme kultural. Angan- angan akan tibanya

Satria Piningit atau Ratu Adil adalah ekspresi situasi krusial yang menyertai krisis

kepemimpinan.

Maka, visi kultural keadiluhungan mengandaikan sang pemimpin haruslah seperti

Matahari (enabling leader). Tidak saja memberikan penerangan, pencerahan, dan

transparansi, tetapi juga energi hidup, aksiomatik tegas tanpa ragu untuk terbit atau terbenam.

Ia harus seperti Bulan (team building leader), menghadirkan harmoni hidup, kerukunan,

ketenteraman batin, dan keindahan paripurna. Ia harus seperti Bintang (visionary, master

leader), memberi kejelasan mata angin, menegaskan arah perjuangan, mampu mengarahkan

visi dan misi. Pemimpin juga harus seperti udara (soulmate leader), menghindari kevakuman,

mengisi kekosongan dan kerinduan para kawula. Ia harus seperti air (democratic leader),

senantiasa menjaga emansipasi agar tidak miring ke kiri atau ke kanan, tak ada ”anak tiri”

dan tak ada ”anak emas”.

Ia pun harus seperti samudra (wise, decisive leader), penuh ketangguhan, tak surut

jika ditimba, tak meluap jika diguyur. Tentulah samudra dapat menggemuruh menggelora,

Page 5: Makalah kepemimpian

teguh menjaga martabat, turun tangan membinasakan perselingkuhan, patriotik tanpa tara,

dalam kias ”sedumuk bathuk senyari bumi, pecahing dhadha wutahing ludiro sun labuhi

taker pati” (jika dahi dicoreng, sejengkal tanah dinodai, pecahnya dada dan tumpahnya darah,

nyawa taruhannya).

Ia harus seperti Bumi (prosperity leader, servant leader), simbol ketiadaan dendam,

pemaaf, senantiasa menumbuhkan biji-bijian, dan menyediakan kemakmuran penuh

kepahlawanan. Ia juga harus seperti api (lawful leader), mampu menghukum yang salah

tanpa pandang bulu, sekaligus menghindari bermain api.

Kepemimpinan saat ini sedang diuji dengan perombakan kabinet. Langkah ini akan

sia-sia jika tidak bisa memberikan harapan baru kepada rakyat yang telah capek miskin,

capek menganggur, capek antre, capek memikul beban hidup mahal, capek terpinggirkan

sebagai kuli di negeri sendiri. Rakyat terus termarjinalisasi oleh kesenjangan kaya-miskin,

tersiksa kecemburuan aspiratif antara kesengsaraan hidup dan kemewahan melimpah.

Transfer pemilikan dari si miskin ke si kaya adalah bagian dari pembangunan. Rakyat akan

terlentang dalam proses minderisasi (inferiorization), menjadi inlander di tengah proses

quasi-westernisasi.

Berharap Presiden tidak lengah lagi, menghindari kecelakaan momentum, berani

tegas menyingkirkan yang lemah karakter, lemah nasionalisme, selingkuh politik, dan

terindikasi korup. Jika yang dibenci rakyat ini tetap dipertahankan, Presiden akan terkena

getah dari mediokritas kabinet bentukannya sendiri.

Page 6: Makalah kepemimpian

II. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan seseorang

bukanlah semata-mata bergantung

pada watak seorang pemimpin saja,

tetapi ada kecenderungan dari seorang

pemimpin untuk menggunakan gaya

kepemimpinan yang berbeda dalam

menghadapi bawahan yang beraneka

ragam tingkat kedewasaannya.

Hal ini sangat berpengaruh pada gaya yang dipilihnya dalam memimpin dan pada

gilirannya akan mempengaruhi tercapainya tujuan yang dikehendaki. Dari beberapa jenis

gaya yang ada, mengikuti John Beck dan Neil Yeager, dipilih untuk dibahas (empat) macam

gaya yang sekiranya dapat membantu menambah pengetahuan para pemimpin dalam

pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Ada empat gaya (styles) kepemimpinan yang lazim disebut

sebagai kepemimpinan  situasional (situational leadership) berdasarkan interaksi antara

direction dengan support dengan deskripsi  sebagai berikut1:

Secara Universal  pola hubungan tersebut dapat di deskripsikan sebagai pola

hubungan antara tinggi rendahnya perilaku (relationship behavior) manusia dengan tinggi

rendahnya perilaku pekerjaan (task behavior). Berdasarkan pola hubungan tersebut, maka

notasi gaya kepemimpinan didiskripsikan sebagai berikut:

S-1. Telling (Directing/Structuring)

1 John D. W. Beck & Neil M. Yeager, 1994, The Leader’s Window, New York: John Willey & Sons

Page 7: Makalah kepemimpian

Seorang pemimpin yang senang mengambil keputusan sendiri dengan memberikan

instruksi yang jelas dan mengawasinya secara ketat serta memberikan “penilaian” kepada

mereka yang tidak melaksanakannya sesuai dengan yang apa Anda harapkan.

Kekuatan dari gaya kepemimpinan ini adalah dalam kejelasan tentang apa yang di

inginkan, kapan keinginan itu harus dilaksanakan dan bagaimana caranya.

Kelemahan dari pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini adalah ia selalu ingin

mendominasi semua persoalan sehingga ide dan gagasan bawahan Anda tidak

berkembang. Semua persoalan akan bermuara kepadanya sehingga mengundang

unsur ketergantungan yang tinggi pada pemimpin.

Gunakanlah S-1 apabila situasi dan bawahan adalah sebgai berikut:

Orang baru yang mempunyai pengalaman terbatas untuk mengerjakan apa yang

diminta.

Orang yang tidak memiliki motivasi dan kemauan untuk mengerjakan apa yang

diharapkan.

Orang yang merasa tidak yakin dan kurang percaya diri.

Orang yang bekerja di bawah “standar” yang telah ditentukan.

S-2.Selling (Coaching)

Seorang pemimpin yang mau melibatkan bawahan dalam pembuatan suatu keputusan.

Pemimpin bersedia membagi persoalan dengan bawahannya, dan sebaliknya persoalan dari

bawahan selalu didengarkan serta memberikan pengarahan mengenai apa yang seharusnya

dikerjakan.

Kekuatan dari gaya kepemimpinan ini adalah adanya keterlibatan bawahan dalam

memecahkan suatu masalah sehingga mengurangi unsur ketergantungan kepada

pemimpin. Keputusan yang dibuat akan lebih mewakili Tim daripada pribadi.

Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini adalah tidak tercapainya efisiensi yang tinggi

dalam proses pengambilan keputusan.

Page 8: Makalah kepemimpian

Gunakan S2 apabila situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut:

Orang yang respek terhadap kemampuan dan posisi pemimpin.

Orang yang mau berbagi tanggung jawab dan “dekat” dengan pemimpin.

Orang yang belum dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar yang

berlaku.

Orang yang mempunyai motivasi untuk meminta semacam pelatihan atau training

agar dapat bekerja dengan lebih baik.

S-3. Participating (Developing/Encouraging)

Salah satu ciri dari kepemimpinan ini adalah adanya kesediaan dari pemimpin untuk

memberikan kesempatan bawahan untuk berkembang dan bertanggung jawab serta

memberikan dukungan yang sepenuhnya mengenai apa yang mereka perlukan.

Kekuatan dari gaya kepemimpinan ini adalah adanya kemampuan yang tinggi dari

pemimpin untuk menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga bawahan merasa

senang baik dalam menyampaikan masalah maupun hal-hal lain yang tidak dapat

mereka putuskan. Pemimpin selalu memberikan kesempatan bawahan untuk bisa

berkembang.

Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini adalah diperlukannya waktu yang lebih

banyak dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin harus selalu menyediakan

waktu yang banyak untuk melakukan diskusi dengan bawahannya.

Gunakan S3 apabila situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut:

Orang yang dapat bekerja di atas rata-rata kemampuan sebagian besar pekerja.

Orang yang mempunyai motivasi yang kuat sekalipun pengalaman dan

kemampuannya masih harus ditingkatkan.

Orang yang mempunyai keahlian dan pengalaman kerja yang sesuai dengan tugas

yang akan diberikan.

Page 9: Makalah kepemimpian

S-4. Delegating

Dalam gaya ini, pemimpin memberikan banyak tanggung jawab kepada bawahannya

dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memutuskan persoalan.

Kekuatan dari gaya kepernimpinan ini adalah terciptanya sikap memiliki dari

bawahan atas semua tugas yang diberikan, Pemimpin lebih “merasa” santai sehingga

mempunyai waktu yang cukup untuk memikirkan hal-hal lain yang memerlukan

perhatian lebih banyak.

Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini adalah pada saat bawahan memerlukan

keterlibatan pemimpin, maka ada kecenderungan ia akan mengembalikan

persoalannya kepada bawahan meskipun sebenarnya itu adalah tugas pimpinan.

Gunakan S4 apabila situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut:

Orang yang mempunyai motivasi, rasa percaya diri yang tinggi dalam mengerjakan

tugas-tugasnya.

Orang yang punya pengalaman dan keahlian yang memadai untuk mengerjakan tugas-

tugas yang sudah jelas dan rutin dilakukan.

Orang yang berani menerima tanggung jawab untuk menyelesaikan suatu tugas.

Orang yang kinerjanya di atas rata-

rata para pekerja pada umumnya.

Suggestion Style

Berikut ini acuan menggunakan gaya

kepemimpinan yang efektif berdasrkan

deskripsi bawahan berupa Ability dan

Motivation.

Keterangan:A (ability) meliputi technical skills, interpersonal skills, dan job knowledge.

M (motivation)meliputi interest, confidency, dan willingness

0= rendah, 1= sedang, 2= tinggi

Page 10: Makalah kepemimpian

III. TEORI KEPEMIMPINAN

Ada tiga teori tentang kemunculan pemimpin:

1. TEORI GENETIS: pemimpin lahir dari pembawaan bakatnya sejak ia

lahir,bukan dibentuk menurut perencanaan yang disengaja. Pemimpin

demikian lahir dari situasi yang bagaimanapun juga karena IA SUDAH

DITETAPKAN.

2. TEORI SOSIAL: Pemimpin tidak muncul akibat bawaannya sejak lahir,

melainkan disiapkan dan dibentuk. Sebab itu setiap orang bisa menjadi

pemimpin asal DIPERSIAPKAN DAN DIDIDIK secara sistematis.

3. TEORI EKOLOGIS ATAU SINTETIS: Pemimpin muncul melalui

BAKAT-BAKAT SEJAK KELAHIRANNYA LALU DIDIPERSIAPKAN

MELALUI PENGALAMAN DAN PENDIDIKAN sesuai konteksnya

IV. Unsur-Unsur Kepemimpinan

1. Pemimpin / Atasan

Mempunyai wewenang unutk memimpin

Mendelegasikan tugas

2. Anggota / Subordinate / Bawahan

Membantu pemimpin sesuai tugasnya

3. Misi-Tujuan-Target

Direalisasi sesuai landasan budaya/filosofi organisasi

IV.1 Teori Duo Kontinum

Autocratic Democratic Free-rein

Pemimpin

Authority

Participate

Anggota

Page 11: Makalah kepemimpian

Kemauan Manusia

a. Kemauan berkuasa ( need of power)

b. Kemauan berkawan (need of affiliation)

c. Kemauan berprestasi (need of achievement)

Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan Situsional

Flexibel, berubah karena waktu

Adaptif terhadap lingkungan

IV.1 Wewenang/ Kekuasaan (Power)

Digunkan untuk mengarahkan dan menerangkan peranan/tanggungjawab seseorang.

Jenis-jenis wewenang:

1. Wewenang Struktural

Karena jabatan dalam organisasi

2. Wewenang kearifan (Kharismatik)

Karena memiliki sikap dan perilaku positif, pengetahuan, kemampuan, dan

pengalaman

3. Wewenang Moral

Karena memiliki integritas, bermoral baik, berada ditengah anggota terutama saat

ada masalah.

4. Wewenang Reputasi

Karena prestasi masa lalu

5. Wewenang Jasmaniah

Karena bentuk atau penampilan fisik seseorang baik yang nyata maupun kesan

yang terpantul darinya.

Semakin banyak jenis wewenang yang dimiliki dimiliki seorang pemimpin maka

semkin BAIK

Pemimpin yang baik menggunkan kewenangan secara CERDAS dan PEKA

sehingga menjadi sangat berwenang tanpa sewenang-wenangnya.

Menjadi pemimpin bukan berarti mendapatkan hak untuk MEMERINTAH, tetapi

justru kewajiban memberi TELADAN KUALITAS sehingaa orang lain bisa

menerima perintahnya tanpa merasa direnadahkan.

Kepemimpinan adalah TINDAKAN, bukan KEDUDUKAN.

Page 12: Makalah kepemimpian

IV.2 Karekteristik pribadi pemimpin

1) Memiliki kecerdasan cukup tinggi

2) Memiliki kecakapan berkomunikasi

3) Memiliki kecakapan mendidik

4) Emosi tekendali

5) Memiliki motivasi berprestasi

6) Memiliki kepercayaan diri

7) Memiliki ambisi

IV.3 Cara memotivasi bawahan

a. Tegurlah tapi jangan kasar

b. Pekalah terhadap manusia

c. Bijaksana terhadap hal-hal sensitif dibawah ini :

Jangan remehkan seorang bawahan

Jangan kritik bawahan didepan orang lain

Sekali-kali beri perhatian penuh bawahan

Jangan mementingkan diri sendiri dan bawahan berpikir demikian

Jangan memunculkan anak emas

Selalu berusahalah mengembangkan bawahan

Mengertilah hal-hal kecil namun sangat menyentuk bawahan

Jangan membanggakan diri di hadapan bawahan

Jangan racuni iklim kerja yang sudah baik karena adanya seorang bawahan yang

kurang berprestasi

Jangan terombang-ambing dalam mengambil keputusan.

IV.4 PEMIMPIN TRANSFORMASIONAL DAN EFEKTIF

- Transformasional, artinya membawa perubahan

- Efektif, artinya tetap sasaran, memberikan hasil.

Jadi, pemimpin transformasional dan efektif adalah pemimpin yang mampu

membawa perubahan terhadap cara pandang dan tingkah laku organisasinya dengan

menunjukkan jalan, menginspirasi, mengkomunikasikan, mendorong, memotivasi, dan

memberi contoh melalui sikap, pengetahuan, keahlian, wibawa, kekuasaan, atau posisinya

secara tepat sasaran dan memberikan hasil.

Page 13: Makalah kepemimpian

IV.5 KRITERIA PEMIMPIN YANG TRANSFORMASIOANAL DAN EFEKTIF :

1. Memiliki visi yang SMART

2. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas

3. Memiliki kharisma, integritas, kepribadian, dan moral yang baik

4. Memahami kekuatan, kelemahan, kesempatan, tantangan organisasi yang

dipimpinnya

5. Mempu menerima dan mengelola perbedaan, konflik, dan perubahan dengan baik

6. Inspirator, komunikator, dan motivator ulung

7. Fokus dan punya strategi untuk mencapai tujuan

8. Mempu membimbing dan mengarahkan anggotanya

9. Adil, berani dan bertanggungjawab terhadap keputusan yang diambil

10. Pekerja keras, punya komitmen, konsisten dan pantang menyerah

11. Mempu membina hubungan yang baik dengan kelompok lain

12. Mampu menciptakan pemimpin-pemimpin baru yang berkualitas tinggi.

IV.6 KEPEMIMPINAN SEKULER

Ada tiga hal penting yang menjadi persyaratan pemimpin sekuler:

a. KEKUASAAN: Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan, otoritas, dan lehilitas

untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya.

b. KEWIBAWAAN: Pemimpin harus memiliki kelebihan, keunggulan, keutamaan agar

ia mampu mengatur orang lain untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tertentu.

c. KEMAMPUAN: Pemimpin harus memiliki daya, kekuatan, keunggukan, kecakapan

teknis dan sosial yang melampaui bawahannya

Page 14: Makalah kepemimpian

IV.7 PERBEDAAN MANAJER DAN PEMIMPN

Manajer Pemimpin

Merencanakan Menciptakan visi

Mengendalikan Mengilhami

Mengurus Mengembangkan

Mengalokasikan sumber daya Mengkomunikasikan dan menjelaskan visi

Memantau hasil dan menyelesaikan masalah Memotivasi dan memberikan inspirasi

kepada orang lain untuk mencapai visi

Fokus pada pekerjaan dan hasil Fokus pada orang dan proses

Mengendalikan kekuasaan Memiliki kharisma atau kewibawaan

Berpikir teknis dan jangka pendek Berpikir strategis dan jangka panjang

Diangkat Dipilih

Bertanggung jawab kepada atasan Bertanggung jawab kepada bawahan

Mengutamakan efesiensi Mengutamakan efektifitas

Melakukan sesuatu dengan benar Melakukan sesuatu yang benar

IV.8 PERBEDAAN PEMIMPIN OTORITER DAN PEMIMPIN YANG MELAYANI

Pemimpin Otoriter Pemimpin yang Melayani

Komunikasi satu arah Komunikasi dua arah

MemerintahS dan memberi komando Mendengarkan, berempati, dan

mempengaruhi

Tidak mau menerima saran/masukan Menerima saran dan pendapat orang lain

Menggunakan kekuatan jabatan Menggunakan kekuatan pribadi

Tidak mau mengaku salah Mengakui kesalahan

Menghalalkan segala cara untuk mendapat

keuntungan

Rajin, tekun, giat dan jujur untuk mencapai

keberhasilan

Haus kekuasaan Rela berbagi kuasa

Memaksakan kehendak Bijak dalam mengambil keputusan

Pengikut taat karena takut Pengikut berkomitmen karena sadar

Pengikut bekerja ala kadarnya sesuai tuntutan Pengikut bekerja penuh semangat

Pengikut menggunkan waktu seperlunya Pekerja tidak pernah memperhitungkan

waktu

Page 15: Makalah kepemimpian

V. Cara Mengembangkan Kemampuan Kepemimpinan

Beberapa cara praktis untuk bisa mengembangkan kemampuan kepemimpinan tersebut dapat

dijabarkan secara sederhana kedalam enam langkah sederhana yang disingkat menjadi

LEADER

L-Learner

Seorang Leader adalah seorang pembelajar. You stop learning means you stop

leading. Jika anda berhenti belajar itu berarti anda berhenti memimpin. Seumur hidupnya

seorang leader terus membina dirinya lewat bacaan, pergaulan dan lingkungannya. Anda

yang saat ini akan tetap sama lima tahun dari sekarang kecuali anda mengubah apa yang anda

baca dan dengan siapa anda bergaul. Anda harus secara sengaja membawa diri anda kedlam

lingkungan yang akan membangun anda lewat bacaan dan pergaulan anda. You choose your

own environment.

E-Excellent

Suka atau tidak seorang leader akan menjadi patokan, ukuran tindakan, bagi pengikutnya.

You are the pace setter. Anda yang menentukan ukuran, benchmark bagi pengikut anda. Jika

anda tidak menetapkan standar yang tinggi, jangan berharap pengikut anda akan punya

standar yang tinggi juga. Apa yang anda buat akan ditiru dan diduplikasi oleh pengikuta

anda. Itu sebabnya, sebagai seorang leader anda harus punya excellent spirit, semangat untuk

mengejar dan menghasilkan yang terbaik.

A-Attitude

Attitude determines altitude. Sikap anda di dalam kehidupan ini akan menentukan sejauh

mana anda mengalami kemajuan. Banyak hal yang terjadi di luar kehendak anda, tetapi anda

yang menentukan bagaimana anda harus bersikap. Anda tidak bisa mengendalikan hujan,

tetapi anda yang bisa menentukan sikap anda.

Apttitude opens the door, but attitude how wide and how long it will be. Talenta atau keahlian

anda akan membuka peluang baru bagi anda, tetapi sikap andalah yang akanmenentukan

sejauh mana anda bisa berkembang ditempat tersebut. Seringkali keberhasilan seseorang

ditentukan oleh sikapnya dalam menghadapi persoalan.

Page 16: Makalah kepemimpian

D-Dreamer

Salah satu yang membedakan leader dari para pengikutnya adalah kemampuannya untuk

melihat jauh kedepan. Seorang leader adalah seorang dreamer. Leader sees the unseen and

translates it to his followers. Kemampuan untuk melihat sasaran yang jauh didepan dan

belum terlihat oleh mata jasmani dan kemudian mengubahnya menjadi langkah-langkah

praktis untuk mencapainya merupakan keahlian yang perlu terus dikembangkan. Beberapa

leader membutuhkan bantuan orang lain. Walaupun demikian, kemampuan untuk bermimpi,

untuk melihat hal-hal yang ingin dicapai di masa mendatang harusnya menjadi bagian sang

pemimpi.

E-Encourager

Untuk mengembangkan kemampuan leadership anda juga harus menjadi seorang encourager,

bukan discourager. Ketika anak bauh anda melakukan kesalahan, ia merasa tertuduh, pada

saat seperti itu, seringkali yang dibutuhkan adalah dorongan semangat baru agar ia tidak

putus asa. Be a person of solitions oriented instead of faults finding oriented. Lebih baik

berfokus pada solusi daripada berusaha untuk mencari kambing hitam.

R-Responsible

Seorang leader berani mengambil tanggung jawab. Anda tidak melemparkan tanggung jawab

kepada orang lain, apalagi kepada anak buah anda, sebaliknya anda memikul tanggung jawab

sekalipun anak buah anda yang membuat kesalahan. Sebagai leader, seharusnya anda tidak

menyalahkan anak buah anda di hadapan orang lain karena itu hanya menunjukkan

kelemahan anda sebagai leader.

Salah seorang pemimpin sunia meletakkan tulisan di meja kerjanya, “The buck stop here”-

semua tanggung jawab berakhir di meja ini-untuk selalu mengingatkan dirinya bahwa dialah

yang bertanggung jawab atas prestasi dan hasil kerja anak buahnya.

Page 17: Makalah kepemimpian

VI. Apa dan Mengapa Integritas?

Kalau kita bicara mengenai integritas, hal pertama yang tergambar adalah kejujuran.

Contoh kecil saja, saat kita sekolah/kuliah dan teman-teman nyontek saat ujian apakah kita

ikut-ikutan nyontek atau memilih tidak menyontek.

Contoh kecil lain, saat kita jajan dikantin dan ditanya berapa banyak bakwa yang

sudah kita makan apakan kita kanmenjawab dengan jujur atau tidak.

Saat kita sudah menjadi seorang pemimpin, baik dalam rumah tangga, dikeluarga kita

bagi anak-anak, didalam organisasi kita, didalam gereja kita, dilingkungan kerja kita apakah

kita seorang pemimpin yang berintegritas?

Bagi banyak orang integritas terlihat sepele, padahal integritas adalah faktor

kepemimpinan yang paling penting (John C. Maxwell “Mengembangkan Kepemimpinan di

dalam Diri Anda”) hal ini dapat kita buktikan bagaimana bobroknya bangsa Indonesia sejak

jaman orde baru karena memiliki pemimpin yang walaupun cakap berpolitik dan bernegara

tetapi tidak memiliki integritas.

Kata integritas sering dikaitkan dengan kejujurab dan kebenaran, bila kita perhatikan

dalam Alkitab Terjemahan Bebas kata “Integrity” diterjemahkanmenjadi kebenaran,

kejujuran, dan ketulusan. Sulit mencari terjemahannya, namun singkatnya integritas berarti

utuh/komplit.

Integritas berhubungan dengan konsistensi seseorang dalam melihat dan menilai

dirinya sendiri berhubungan dengan keintimannya dengan Tuhan-nya sehingga melahirkan

satu nilai-nilai mendasar dari setiap orang dalam berkata, bertindak dan mengambil satu

keputusan dimanapun sia, saat didepan ornag ataupun tisak didepan orang, dengan komitmen,

rasa tanggung jawab dan tanpa kompromi.

Integritas bukan suatu keadaan yang didapat dalam sekejap. Integritas adalah suatu

proses yang terus menerus terjadi didalam kita. Integritas adalah satu hal yang lebih banyak

kita lakukan terhadap diri kita sendiri sehingga kita mampu menciptakan dan menetapkan

nilai-nilai atau norma-norma bagi diri kita sendiri, dimana orang lain hanya bisa melihatnya

melalui tindakan yang kita buat. Karena integritas merupakan suatu proses yang terus

menerus maka sangat tidak mungkin hal ini bila tidak hidup intim dengan Tuhan(nya), jadi

integritas merupakan paket hidup seorang pemimpin.

Page 18: Makalah kepemimpian

VII. How To Changing Indonesian’s Future Leader?

VII .1 Segarkan Peran kaum muda

Yang Muda yang Memimpin

Seperti yang sudah diulas, bahwa setiap orang memang dipersiapkan untuk menjadi

seorang pemimpin. Namun sayangnya banyak yang tidak menyadari jika dia adalah calon

pemimpin. Lebih disayangkan lagi, dengan adanya fakta bahwa ada yang sudah menyadari

hal tersebut. Meskipun belum sempurna, namun tidak mau berusaha dan belajar untuk

mencapai kepemimpinan tersebut. Tentu saja hal ini berdampak pada kehidupannya di masa

mendatang. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk lingkungan dan bangsanya.

Inilah yang menjadi kebiasaan di masyarakat kita. Kebanyakan dari mereka hanya

paham bahwa untuk menjadi pemimpin diperlukan kekuasaan. Dengan kekuasaan itu, mereka

dapat melakukan apa saja sesuka hati. Ketakutan masyarakat terhadap kekuasaan itu

didukung fakta bahwa bangsa kita adalah bangsa hukum. Bangsa yang penuh dengan segala

aturan-aturan yang dibuat oleh penguasa. Namun sayangnya aturan tersebut terkesan hanya

berlaku kepada rakyat kecil. Itulah hebatnya “kekuasaan” di negeri penuh hukum ini.

Tentu saja kita tidak bisa secara instan mengubah apa yang sudah ada. Karena

memang hal tersebut seakan sudah membudaya. Salah satu hal yang bisa dilakukan hanyalah

mulai merubah pola pikir masyarakat kita. Seperti kita ketahui bersama, hasil maksimal dapat

diperoleh jika hal tersebut diterapkan kepada anak-anak muda. Karena anak-anak muda inilah

yang nantinya menggantikan posisi mereka yang sedang berkuasa saat ini. Anak muda pula

yang nantinya akan mengatur dan mengarahkan akan dibentuk seperti apa bangsa ini.

Dengan sudah semakin pahamnya setiap anak muda akan jiwa kepemimpinan bagi

dirinya sendiri, maka mereka akan lebih mudah untuk dipersiapkan menjadi pemimpin bagi

orang lain. Setelah setiap anak muda menguasai kepemimpinan tersebut, mulailah kembali

dengan memahami menjadi seorang pemimpin yang baik bagi orang lain.

Hal ini akan semakin mudah, mengingat di dalam jiwa anak muda, mengalir darah

semangat dan daya saing karena faktor emosi dan keinginan untuk mencoba hal-hal baru.

Asalkan dengan arahan dan bimbingan yang tepat. Dengan begitu, mereka akan semakin

banyak mendapat pengalaman untuk menempa dan mempersiapkan diri mengahadapi

Page 19: Makalah kepemimpian

berbagai tantangan ke depan. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena generasi mudalah yang

nantinya akan menjadi motor penggerak bangsa. Namun sayangnya, masih banyak juga anak

muda yang ragu-ragu. Mereka kurang percaya dengan kemampuan dan kesiapan mereka

dalam mengemban tugas tersebut.

Kendala lain yang mungkin sering terjadi dalam masyakat kita adalah menunda-nunda

waktu. Segala sesuatu pasti mengalami suatu proses. Dan setiap proses membutuhkan waktu.

Dan waktu untuk belajar akan semakin tipis, jika terus menunda-nunda waktu. Hal semacam

ini pula yang harus ditanamkan dalam pola pikir anak muda. Untuk mulai melakukannya saat

ini juga. Maka dengan sisa waktu yang masih banyak, anak muda akan terus berkarya dan

meningkatkan kemampuannya. Untuk sebuah tugas mulia memimpin bangsa yang besar ini.

Agar dapat bersaing dengan bangsa lain. Bukankah itu yang kita harapkan?

VII.2 Generasi Muda Sebagai Ujung Tombak

Inti hal dari perubahan bagi bangsa ini yaitu bagaimana seorang pemimpin bangsa

ini dapat mengayomi dan menjalankan tanggung jawab dengan tidak menghilangkan jiwa

nasionalis didalam diri mereka dan memiliki tujuan yang konkret demi tercapainya

kesejahteraan bangsa ini. Kita dapat mengambil contoh gaya kepemimpinan dwi tunggal pada

masa itu. Dimana Bung Karno berkharismatik, sangat populis, suka keindahan,

bertempramen dan meledak-ledak. Sedangkan Bung Hatta sangat menanamkan nilai

kedisiplinan, tipe teknokratis dan moralis murni. Dengan memiliki gaya kepemimpinan yang

saling berbeda diantara mereka, kesolidan dapat terjalin dan perlahan dapat membawa bangsa

ini bebas dari belenggu penjajah.

Gaya kepemimpinan yang melekat pada tiap individu biasanya terbentuk dari proses

panjang berdasarkan lingkungan tempat ia dilahirkan dan dibesarkan, latar belakang keluarga,

pendidikan, lingkungan teman, lingkungan kampus, lingkungan pekerjaan, nilai-nilai yang

diemban, dan pengaruh lainnya. Adapun menurut Teori Bawaan atau Heredity Theory

mengenai teori keturunan atau bawaan. Sifat-sifat kepemimpinan seseorang adalah faktor

bawaan sejak lahir, dimana menjadi pemimpin tidaknya seseorang karena takdir semata.

Pendiri pokok teori adalah orang-orang yang telah membawa bakat kepemimpinannyalah

yang mampu menjadi pemimpin dikemudian hari. Modal dasar, seperti bakat, intuisi atau

kecakapan praktis tanpa dibarengi oleh teori-teori atau prinsip-prinsip, dianggap cukup untuk

seseorang menjadi pimpinan.

Page 20: Makalah kepemimpian

Apabila kita melihat generasi muda merupakan harapan bangsa ini untuk bangkit,

karena pada umumnya mereka memiliki semangat yang bergejolak, ide dan kreativitas

mereka yang terus digali, selain itu sebagai penggerak serta pendobrak pula . Bagi kalangan

mahasiswa yang pekerjaannya sebagai aktivis kampus biasanya memiliki karakteristik yang

disebutkan pada kalimat sebelumnya. Mereka biasanya mencari wadah untuk menggali bakat

dan potensi ataupun mengasah soft skill yang mereka punya, misalnya mengikuti organisasi

ekstra kampus ataupun internal kampus. Pada wadah tersebut mereka dapat memanfaatkan

peluang sebagai pemimpin. Dan untuk mewujudkan visi dan misi bersama dalam suatu

organisasi, kesolidan dan kedekatan emosional seorang pemimpin dengan bawahannya

haruslah terjalin dengan sebaik mungkin.

VII.3 Bangkitkan Budaya Nasionalisme

Tanggal 20 Mei selalu diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional. Makna bangkit

memberi arti bahwa bangsa ini sedang berada pada posisi jatuh. Kebangkitan Nasional

memberi makna bahwa bangsa ini sedang berada dalam keterpurukan secara nasional.

Apakah memang seperti itu yang sedang kita alami? Ataukah Kebangkitan Nasional itu

hanya sekadar nama atas apresiasi sejarah di masa silam?

Disadari atau tidak, bangsa ini sedang berada dalam krisis identitas budaya. Apalagi,

generasi muda saat ini – setidaknya di daerah asal saya – sudah banyak yang tidak mengerti

bahkan tidak mengenal nilai-nilai luhur budaya bangsa. Mereka sudah tidak lagi memiliki

identitas budaya.

Kebudayaan Indonesia merupakan budaya-budaya daerah yang bersatu dalam

naungan Ideologi Pancasila yang terintegrasi di bawah panji Bhinneka Tunggal Ika.

Kebudayaan Nasional merupakan jati diri bangsa. Keberadaan Budaya Nasional menjadi ciri

khas dalam menunjukkan performa kedaulatan bangsa di kancah internasional.

Page 21: Makalah kepemimpian

VII.4 Peran Generasi Muda

“Intelektual Muda” dan Kepemimpinan. Mengapa harus Kaum Intelektual Muda?

Dengan kondisi yang ada sekarang, maka tidak heran di perlukan sebuah perubahan

yang sangat mendasar, saya menyebutnya dengan istilah “yang muda yang memimpin” untuk

merubah semua hal yang mendasar guna membangun kembali sebuah karakter

kepemimpinan bangsa yang lebih baik. Seperti kita ketahui bahwa diperlukan sesosok

pemimpin yang bisa melakukan semua itu, maka tidak salah jika semua itu tertuju kepada

sosok kaum intelektual muda yang di harapkan bisa menggantikan sosok – sosok dari

generasi Tua yang dirasakan sudah kurang mengerti dengan tantangan yang ada sekarang ini.

Ethics of Care atau etika kepedulian dari seseorang pemimpin ini sangat penting dan

dibutuhkan oleh masyarakat kita sekarang ini, tergambar jelas dari segala masalah yang

timbul, para  pemimpin generasi Tua sekarang kurang memperdulikan keadaan rakyatnya,

kita bisa melihat itu dari semua relaitas yang terjadi akhir – akhir ini. Keadilan yang diperjual

belikan sampai keterancaman kedaulatan Negara karena tidak adanya ketegasan dari seorang

pemimpin.

VII.5 Apa Tindakan Kaum Intelektual Muda?

Kaum intelektual muda adalah generasi yang dilahirkan dalam suatu keadaan dimana

mereka harus berfikir global dan dituntut untuk lebih bersaing dalam dunia global, mereka di

besarkan dalam suatu situasi dimana mereka dihadapkan langsung dengan kenyataan yang

berbeda jauh dengan yang dirasakan kaum Tua sebelumnya, dengan apa yang terjadi

sekarang di Negara kita, maka merekalah kaum intelektual muda yang dibutuhkan

Para kaum intelektual muda memiliki semua itu, dengan jiwa mereka yang muda,

mereka membawa sebuah harapan baru bagi bangsa ini, seharusnya mereka para kaum

intelektual muda di berikan kesempatan untuk membuktikan itu. Apa yang menjadi beban

Negara ini haruslah di berikan kepada mereka yang memiliki ketegasan dalam memimpin,

dengan segala pengalaman para kaum intelektual muda di kancah politik nasional maupun

dalam dunia internasional, maka mereka pastilah mengerti apa yang harus mereka lakukan

jika mereka menjadi seorang pemimpin.

Page 22: Makalah kepemimpian

VII.6 Distorsi Regenerasi Kepemimpinan

Hambatan terbesar yang terjadi sekarang adalah kurangnya kesempatan yang

diberikan kepada kaum intelektual muda, hal ini di sebabkan karena mereka para kaum Tua

yang sudah terstruktur dari mulai jabatan tertinggi di Negara ini sampai tingkat daerah. Para

kaum Tua itu tidak menyadari dan cenderung mempertahankan kekuasaan mereka sebagai

pemimpin. bahkan tidak jarang dari para pemimpin Tua ini sampai dengan mewariskan

kepemimpinan mereka terhadap keluarga mereka guna mempertahankan kekuasaan, mereka

mempersiapkan anak serta sanak saudaranya guna meneruskan kepemimpinan dan memakai

segala cara agar mereka tetap mempertahankan kekuasaan itu.

Semua realitas yang menjadi  distorsi ini membuat para kaum intelektual muda yang

memiliki kemampuan untuk memimpin terhalang oleh cara – cara seperti ini, kurangnya

kesadaran dari para pemimpin tua tidak menyelesaikan masalah yang ada, mereka hanya

menambah masalah dan masalah tersebut di wariskan bagi cucu mereka, strukturalisme yang

seperti ini yang harus segera dihentikan

VII.7 Young Leader

Sekaranglah saatnya kaum intelektual muda yang membuat perubahan terhadap

bangsa ini, dengan sebuah istilah “Yang Muda Yang Memimpin” saya yakin bahwa kaum

intelektual muda akan membawa perubahan yang lebih baik terhadap bangsa ini. Dengan

segala pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki, mereka pantas diberi kesempatan

untuk menunjukan diri mereka bahwa mereka mampu berbuat yang lebih baik untuk bangsa

ini, ini adalah menjdai tanggung jawab kita semua untuk memberikan kesempataan kepada

mereka. Kita juga mengambil peranan besar dalam menghantarkan mereka untuk menjadi

seorang pemimpin masa depan, oleh karena itu, dukungan kita bagi mereka sangatlah penting

guna merubah struktur kepemimpinan yang ada sekarang yang dirasakan sudah tidak efektif

dan kurang baik.

Page 23: Makalah kepemimpian

Menjadi Indonesia

Lantas apa kaitanya dengan menjadi Indonesia, penulis gambarkan dalam skema “Perubahan

Menjadi Indonesia”

VII.8 Ask “Siapakah yang Sebenarnya Pantas Memimpin?”

Melihat fakta dalam masyarakat, kemimpinan di Indonesia, sekarang ini dipandang

sangat tidak bagus, sebagian besar masyarakat menunjukan sikap apatis terhadap banyak

kebijakan yang dikeluarkan oleh para pemimpin negara, bahkan cenderung berlari ke arah

yang berkebalikan alias melawannya, tanpa mau menelaah apa yang sebenarnya dipikirkan

untuk kemajuan negara kita. Fakta ini sangat dipengaruhi oleh pandangan masyarakat

terhadap kinerja pemimpin-pemimpin yang menjabat baik di tingkat daerah maupun di

tingkat tertinggi kenegaraan, rasa puas masyarakat  pun dipengaruhi oleh bagaimana cara

pemimpin bersosialisasi dengan rakyat yang diwakilinya.

Mungkin akan lebih baik bila diadakan pertemuan baik formal maupun non formal

untuk bertukar pikiran mengenai masalah kepemimpinan Indonesia. Hal ini akan membantu

melaksanakan program 5 tahun ke depan, meskipun pada akhirnya pemimpin atau presiden

Page 24: Makalah kepemimpian

yang baru melaksanakan kepemimpinan dengan caranya sendiri. Dengan adanya pertukaran

pikiran akan dihasilkan terobosan-terobosan baru dari ide-ide kepemimpinan yang hebat.

Mungkin gagasan lain dapat ditinjau dari segi rehabilitatif mental bangsa, saasaranya

adalah kaum muda. Kita dapat kembali memberikan pendidikan dini kepada para kaum muda

yang nantinya akan mewarisi kepemimpinan negara Indonesia. Karena penanaman modal

pada pendidikan kaum muda bangsa adalah investasi terbesar negara ini.

Pendidikan kewarganegaraan lebih ditanamkan pada diri kaum muda, selain itu juga

lebih ditanamkan sedikasi tinggi terhadap negara yang akan timbul dari ditanamkannya

pemikiran cinta negara. Selain itu pendidikan kepemimpinan juga ada baiknya diberikan

kepada setiap siswa. Saya sangat memberikan apresiasi positif atas usaha pemerintah untuk

memberikan pelayanan dan fasilitas pendidikan di negara ini. Dari sinilah saya lihat banyak

usaha dari pemerintah untuk membentuk mental bangsa dengan baik.

Dari segi sumber dayanya sendiri dimaksudkan adalah kaum muda, kita juga mesti

bersikap cerdas menghadapi tantangan zaman sekarang ini. Faktanya, banyak anak-anak

muda justru menghabiskan waktun istirahatnya di malam hari untuk nongkrong dan

melakukan kegiatan yang tidak berguna. Hanya mengikuti nalurinya sebagai manusia yakni

melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat merasa senang dan nyaman. Padahal melihat

kondisi Indonesia, tidak semua masyarakat tergolong masyarakat yang sehat secara ekonomi.

Dan tak jarang banyak anak yang memaksakan dirinya hanya untuk mendapat gelar “gaul”.

Siapakah kembali yang harus dipersalahkan ? Pergeseran kehidupan sosial atau pribadi yang

tidak mampu menahan diri kita masing-masing.

Setelah mendapatkan banyak dorongan dan semangat, banyak kaum muda yang

semakin menyadari apa fungsinya di masa mendatang sebagai warga negara Indonesia. Kami

akan semakin giat menuntut ilmu, tidak menyerah dalam kondisi apa pun, dan terus

memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Harusnya juga kami sebagai kaum muda mampu

untuk melihat realita sosial kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga kami mampu merasa

malu dan berkarya jika menemukan warga negara Indonesia pergi keluar negeri hanya untuk

sekedar menjadi pembantu yang mendapatkan perlakuan tak layak. Sehingga kami juga

mampu menjadi malu saat mengaku memiliki budaya yang diklaim bangsa lain namun

pengetahuan kami jauh di bawah mereka yang mengklaimnya. Sehingga juga kami mampu

untuk malu bila ternyata kami tidak hafal dengan Pancasila dan tak bisa berbangga dengan

Page 25: Makalah kepemimpian

Indonesia Raya. Atau mungkin juga kami bisa malu bila menemukan pejuang-pejuang

terdahulu hanya hidup dengan atap rotan. Dan pada akhirnya bila kami mampu bergerak atas

realita pedih bangsa Indonesia, barulah pendidikan yang kami dapatkan sungguh-sungguh

berguna. Dan saya pun berbangga menyebut diri sebagai pemimpin Indonesia.

Dengan mengetahui realita kehidupan bermasyarakat, pernah merasakan kepedihan

dengan turut serta di dalam kehidupan masyarakat lemah dan tersingkir, mental dan pikiran

kaum muda pun mampu tergerak untuk mengubah kehidupan ini. Selain itu, dengan penah

merasakan keprihatinan hidup, manusia lebih cenderung mengusahakan terhindarnya

keprihatinan serupa terjadi pada orang-orang yang diwakilinya. Sehingga kecenderungan ini

akan dibawa kelak saat menjadi pemimpin negara ini.

Page 26: Makalah kepemimpian

VIII. POINT

VIII.1 Leader is Talk Less, Do More

“Managers are people who do things right, while leaders are people who do the right thing”.

Itulah kutipan dari buku berjudul On Becoming a Leader karya ekonomi Warren

Bennis. Seorang pemimpin bukan orang suruhan, yang melakukan sesuatu dengan baik. Tak

diminta pun, pemimpin melakukan hal yang baik.

Pemimpin melakukan hal-hal yang baik bukan untuk mendapatkan pujian atau

mempertahankan citra dirinya. Jika pada akhirnya orang lain mengakuinya, hal itu adalah

buah dari ”pohon” hal baik yang sudah ditanamnya selama ini.

”Seorang pemimpin bukan hanya butuh kecerdasan intelektual, melainkan juga kecerdasan

emosional dan spiritual. Ia harus diuji,” imbuh anggota DPR dari Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan, Budiman Sudjatmiko

Pengujian itu adalah dalam organisasi. Karena yang dibutuhkan negeri ini adalah

pemimpin politik atau pemimpin bangsa, organisasi yang digunakan untuk menakar

kepemimpinan seseorang adalah partai politik. Ia yakin, pemimpin muda akan lahir dari

parpol.

Kaum muda setidaknya harus memiliki tiga hal. Pertama, jiwa kepemimpinan. Kedua,

jaringan dan pengalaman. Ketiga, sumber dana yang cukup.

VIII.2 Revolusi Kepemimpinan

Menyikapi kepemimpinan nasional yang tidak tegas dan lambat dalam menyelesaikan

persoalan bangsa, harus ada revolusi kepemimpinan. Kita tidak bisa menyerahkannya kepada

parpol saja, yang terindikasi korup.

Menurut Anies Hidayah, kaum muda yang muncul saat ini justru dirusak oleh sistem politik

sehingga terseret arus sistem yang korup. ”Kita susah membangun profil tertentu dalam

sistem seperti ini sebab memunculkan sosok muda yang memiliki kualitas pemimpin tak bisa

tiba-tiba,” ujarnya.

Page 27: Makalah kepemimpian

Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, Anies Baswedan (42) di Jakarta pun

mengakui, Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin muda untuk menyegarkan pengelolaan

negara, memperkuat demokrasi, sekaligus mempercepat usaha meninggalkan praktik buruk

penyelenggaraan pemerintahan masa lalu. Untuk itu, kaum muda diharapkan terus

memperkenalkan diri, mematangkan kinerja untuk rakyat, dan bersiap menerima amanah

memimpin bangsa ini saat diperlukan.

Anies Baswedan yang menjadi rektor sejak tahun 2007 juga memelopori Gerakan

Indonesia Mengajar. Gerakan ini telah mengirimkan 120 pemuda untuk menjadi guru di

sekolah terpencil di 120 kabupaten.

VIII.3 Memimpin Dengan Hati

“Nasionalisme hanyalah sebuah kata-kata kosong yang takkan pernah berarti

sampai kita sebagai generasi bangsa mau mengisinya dengan gagasan, sikap kritis,

pengalaman, dan harapan untuk mewujudkan kata nasionalisme itu lebih bermakna.”

Tetapi semakin lama rasa nasionalisme yang dulu begitu tinggi tentang sebuah

kemerdekaan mulai memudar, entah dikarenakan oleh apa. Sebagai contoh, bendera pusaka

Merah Putih yang merupakan lambang dari Republik Indonesia tercinta ini sudah mulai

dilupakan oleh sebagian masyarakat kita. Miris sekali rasanya jika melihat bendera merah

putih tidak berkibar dengan eloknya dibegitu banyak rumah orang asli Indonesia apalagi di

saat perayaan kemerdekaan ke-64. Entah apa yang menyebabkan hal itu, mungkin mereka

berpikir “Apa sih pentingnya ngibarin bendera merah putih, gak juga ada artinya!”. Salah

besar mereka yang berpendapat demikian, secara tidak sadar mereka telah mengikis rasa

nasionalisme dalam dirinya. Hal ini dikarenakan bendera pusaka merah putih merupakan

simbol atau lambang yang menggambarkan bagaimana awalnya bangsa Indonesia

menunjukkan kemerdekaannya, dengan darah dan semangat yang gigih akhirnya bendera

merah putih pun dapat berkibar dan menjadi lambang kebanggaan sejati bangsa Indonesia.

Tetapi, coba kita bayangkan bersama jika setengah bahkan lebih dari masyarakat Indonesia

berpendapat dan berpola pikir sama yang menganggap bendera merah putih hanyalah sebagai

hiasan semata tanpa ada makna yang berarti , maka hancurlah Indonesia.

Page 28: Makalah kepemimpian

Mari kita renungkan kembali makna kepemimpinan yang sejati. Kepemimpinan

sering diartikan oleh banyak orang sebagai sebuah jabatan formal yang justru menuntut

seseorang untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayanai.

Sekarang, banyak di antara pemimpin atau pejabat yang ketika dilantik mengatakan bahwa

jabatan adalah sebuah amanah namun kenyataannya sedikit sekali bahkan hampir bisa

dikatakan tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinannya dari

hati, yakni kepemimpinan yang melayani.

Pemimpin yang melayani dimulai dari dalam diri sendiri. Kepemimpinan menuntut

suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari

dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah

pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati yang

dapat diterima oleh rakyat yang dipimpinnya sehingga hubungan ini akan terus berlanjut dan

pada akhirnya akan membentuk karakter pemimpin nasionalis yang sejati. Pemimpin yang

melayani harus memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu

dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian, dan

harapan dari mereka yang dipimipinnya. Seorang pemimpin juga harus memiliki sifat

akuntabilitas yang berarti seorang pemimpin sejati harus penuh dengan rasa tanggung jawab

dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran, dan tindakannya dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap individu yangg dipimpinnya.

Pemimpin yang melayani dengan hati juga harus memiliki metode kepemimpinan

yang efektif, yang dapat dimulai dengan menunjukkan visi dan misi yang jelas. Visi ini

merupakan daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan yang mendorong terjalinnya

suatu proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi dari berbagai

keahlian pribadi-pribadi yang ada di dalam lembaga kepemimpinan tersebut. Timbul suatu

pertanyaan, apakah kepemimpinan yang melayani dapat diterapkan di Indonesia?. Jawabnya

mudah, ”sangat bisa”. Bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan

umumnya bersifat patriarkat, maka contoh prilaku yang diberikan oleh pemimpin (orang yang

dihormati) akan selalu dicermati kemudian langsung diikuti oleh orang yang dipimpinnya.

Sebenarnya kondisi ini memudahkan seorang pemimpin melakukan dorongan untuk

menggalakkan budaya melayani namun dalam praktiknya sehari-hari perlu contoh

pelaksanaan yang nyata terutama dimulai dari kesadaran para pemimpin. Penerapan sikap

Page 29: Makalah kepemimpian

kepemimpinan yang melayani ini harus selalu dipantau oleh masyarakat sebagai pengawas

kebijakan sosial yang netral.

Selain sifat melayani, kita rakyat Indonesia juga membutuhkan pemimpin yang

memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis yakni pemimpin yang menempatkan manusia

sebagai faktor utama dan yang terpenting dalam setiap kelompok masyarakat. Pendominasian

oleh perilaku kepemimpinan tersebut, berarti gaya kepemimpinan ini diwarnai dengan usaha

untuk mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusiawi (relationship) yang lebih

efektif berdasarkan prinsip saling menghormati dan saling menghargai antara yang satu

dengan yang lain. Kepemimpinan dengan gaya yang demokratis dalam mengambil setiap

keputusan sangat mementingkan musyawarah, dengan demikian dalam setiap pengambilan

keputusan tidak dirasakan sebagai suatu kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua

akan merasa terdorong untuk menyukseskan keputusan tersebut sebagai sebuah tanggung

jawab bersama. Setiap anggota kelompok masyarakat akan merasa perlu aktif bukan untuk

kepentingan diri sendiri atau beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama.

Inilah saat yang tepat buat seluruh pemimpin negeri untuk mulai buka mata dan buka

hati, melihat saudara-saudara kita yang jauh kurang beruntung dari segi materi. Mulailah dari

sekarang kita untuk belajar peduli dengan nasib saurdara-saudara kita sebangsa dan setanah

air, jangan dibiarkan rasa persatuan dan kesatuan serta rasa nasionalisme kita terkikis

sehingga merugikan bangsa ini. Sadarilah akan pentingya rasa nasionalisme dalam suatu

negara, siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan yang telah bersusah

payah memberikan kemerdekaan yang mutlak kepada kita jika bukan kita sendiri para

generasi penerus bangsa yang nantinya akan menjadi seorang pemimpin masa depan,

lakukanlah sesuatu untuk memajukan bangsa ini, jangan terus meremehkan, mengkritik

bangsa ini tanpa ada solusi yang jelas. Sudah bukan waktunya lagi buat kita memecah belah

persaudaraan yang telah terjalin begitu erat, jangan lupakan faktor pengikat keutuhan

nasional bangsa kita yakni Bhinneka Tunggal Ika, tetaplah menjadi masyarakat yang terus

berpegang teguh pada prinsip gotong royong. Belajarlah dari pengalaman para pahlawan

bahwa saat mengusir penjajah, persatuan dan kesatuan serta semangat nasionalisme yang

terus berkobar di dalam diri tiap pahlawan telah membuat bangsa ini bisa menjadi lebih kuat

dan akhirnya mampu merdeka.

Page 30: Makalah kepemimpian

Seperti yang dikatakan Theodore Roosevelt :” jangan pernah bertanya apa yang telah

negara berikan untuk kita, melainkan tanyalah pada diri kita sendiri, apa yang telah kita

perbuat untuk kemajuan negara kita.”

Satu hal yang harus kita ingat bersama, kita semua bangsa Indonesia, kita semua

bersaudara, kita semua satu atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, semangat dan rasa

nasionalisme akan dapat kita wujudkan apabila kita mau bekerja sama. Bangkitlah

pemimpinku jadilah pemimpin sejati yang memimpin dengan hati.

Page 31: Makalah kepemimpian

IX. Kepemimpinan Profetik : Alternatif Krisis Kepemimpinan

IX.1 Kepemimpinan Profetik ?

Dalam teori kepemimpinan yang dikeluarkan oleh Collins, seorang pemimpin profetik

berada pada level 5 jika tipe-tipe kepemimpinan tersebut diibarkan memiliki jenjang. Level 5

merupakan level tertinggi dari level kepemimpinan yang ada. Dalam level tersebut seseorang

dikatakan menjadi seorang great leader karena orang-orang yang berada di bawah

kepempinannya mengikuti disebabkan siapa sebenarnya pemimpinnya dan apa yang ia

berikan bagi orang-orang disekitarnya (people follow because of who you are and what you

represent). Dalam level ini, pemimpin akan membangun iklim trust and respect di antara

orang-orang di sekitarnya. Dalam level ini pula segala energi dan “vektor-vektor” potensi

orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya menghasilakan resultan positif yang

tidak saja baik bagi diri si pemimpin tersebut tetapi juga baik bagi semua anggota dalam area

kepemimpinannya.

Seorang pemimpin profetik bukan lagi bermain pada ranah emosional, tetapi ranah

spiritual yang memacu orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya untuk

senantiasa memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Hal itu bukan tanpa alasan

mengingat ia sendiri memiliki “naluri” yang sama yakni melayani dan memberikan manfaat

sebanyak-banyaknya bagi orang-orang di sekitarnya. Pemimpin profetik dengan tulus ikhlas

berkarya dalam kesunyian dan bekerja keras demi mencapai kualitas yang telah ditetapkan.

Pelajaran permulaan

Dari dua kisah nyata kesuksesan dalam diri seorang pemimpin profetik itu, ada

beberapa intisari yang bisa dijadikan renungan bagi calon pemimpin. Seorang pemimpin

adalah “pelayan” bagi orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya seperti yang

dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Servant leadership tidak berarti menjadikan

harkat dan derajat pemimpin tersebut menjadi lebih rendah dari pemimpinnya. Berdasarkan

paradigma kepemimpinan yang dipaparkan di depan, Collins menjelaskan bahwa tipe

kepemimpinan yang terbaik adalah level 5 yang di antara contohnya adalah servant

leadership.

Page 32: Makalah kepemimpian

Contoh servant leadership menjadi pemimpin tidak berarti harus dilayani dan dipenuhi segala

kebutuhannya. Kontradiksi dengan pandangan bahwa menjadi pemimpin akan mudah

mendapat segala tunjangan dan berbagai kemudahan seperti akses-akses yang tidak

didapatkan oleh orang biasa.

Pada kasus kedua, seorang pemimpin hendaklah menjadi contoh dengan mereformasi

pribadi dari pemimpin itu sendiri. Seseorang tidak akan membentuk dan mengkader orang

lain ketika ia belum selesai dengan dirinya sendiri. Lalu bagaimana mengembangkan tipe

kepemimpinan profetik yang sudah terbukti menghasilakan pretasi gemilang tidak hanya

dipandang dari segi keberhasilan materil tetapi juga keberhasilan sikap dan akhlak pemimpin.

Jalan menuju kepemimpinan profetik

Di sinilah peran pemuda diuji sebagai objek dan subjek dari tipe kepemimpinan itu.

Model-model tipe kepemimpinan profetik pertama kali dibangun dengan membangun

kualitas unggul pribadi dari pemimpin itu2. Kualitas soft skill menjadi prasyarat utama dalam

transformasi kepemimpinan profetik. Kualitas soft skill tersebut di antaranya adalah

pemahaman yang konfrehensif, moderat, dan inklusif; kepribadian yang matang; serta

kepedulian terhadap kehidupan bangsa dan negara. Seorang pemimpin haruslah sehat baik itu

jasmani, rohani dan fikir. Dalam hal ini, output dari personal mastery adalah mempunyai

kepribadian yang matang itu. Dan tentu saja prasyarat terakhir adalah pemimpin harus tahu

akar masalah yang sedang dihadapi oleh daerah kepemimpinannya, yang dalam hal ini dapat

diartikan pengetahuan akan masalah-masalah bangsa dan negara.

Pada akhirnya menghasilkan keluaran berupa pemimpin yang kredibel dan kompeten.

Kredibel di sini maksudnya adalah jujur dan berintegritas serta dapat dipercaya. Hal itu bisa

dicapai ketika pemimpin mempunyai sifat-sifat ilahiyah. Sementara itu, kompeten di sini

berarti memiliki solusi yang cerdas dan komunikatif serta inspiratif. Segala proses tersebut

pada akhirnya akan bermuara pada satu keran yakni kemampuan respect dan trust.

2 Buku Pedoman dan Sistem Manajemen Pembinanaan Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis Nurul Fikri 2008-1010

Page 33: Makalah kepemimpian

IX.2 Kepemimpinan Pribadi Membentuk Kepemimpinan Bangsa

Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif

mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke

depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin

yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman,

dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka

dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Terdapat nasehat

tentang siapa yang harus ditiru, apa yang harus diraih, apa yang harus dipelajari, apa yang

harus diperjuangkan, perlu tidaknya pendelegasian, perlu tidaknya berkolaborasi, pemimpin-

pemimpin rahasia, kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan, bagaimana meraih

kredibilitas, bagaimana menjadi pemimipin yang otentik, dan sembilan hukum alam

kepemimpinan. Pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar misi,

mendefinisikannya dan menegakkannya, secara jelas dan nyata.

Salah satu konsep kepemimpinan yang ditawarkan oleh praktisi manajemen di

Amerika adalah konsep SERVE yang dalam bahasa Indonesia berarti Melayani. Konsep

utamanya ialah bahwa, apapun jabatan atau kedudukan formalnya, orang-orang yang ingin

menjadi pemimpin besar harus mempunyai sikap melayani orang lain. Melalui buku ―

konsep SERVE3 dijelaskan secara singkat tapi lugas. SERVE sendiri merupakan singkatan

dari lima kata kunci yaitu:

S- See the Future (Melihat Masa Depan)

E- Engage and Develop Others (Libatkan dan Kembangkan Orang Lain)

R- Reinvent Continuously (Temukan Kembali Terus Menerus)

V- Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan Hubungan)

E- Embody The Values (Mewujudkan Nilai)

Huruf pertama S- See the Future mempunyai makna bahwa para pemimpin harus

bersedia dan sanggup membantu orang-orang yang mereka melihat tujuannya, dan juga

3 The Secret – Rahasia Kepemimpinan‖ oleh Ken Blanchard dan Mark Miller

Page 34: Makalah kepemimpian

keuntungan-keuntungan melangkah kearah sana. Setiap orang perlu melihat dirinya, kemana

mereka pergi, dan apa yang akan menuntun perjalanan mereka.

Huruf kedua E dalam SERVE menjelaskan bahwa Engange and Develop Others

(Libatkan dan Kembangkan Orang Lain) ada dua hal yaitu pertama, merekrut atau memilih

orang yang tepat untuk tugas yang tepat. Itu berarti mempunyai pemain-pemain yang tepat

dalam suatu tim. Kedua, lakukan apapun yang diperlukan untuk melibatkan hati dan kepala

orang-orang tersebut. Dalam sejarah, banyak pemimpin telah menggunakan tangan dan yang

lain tidak sama sekali. Barangkali dari sanalah istilah hired hands (orang upahan) berasal.

R singkatan dari Reinvent Continuously. Disinilah nilai kreativitas pemimpin dilihat.

Pemimpin harus bersedia menemukan kembali setidaknya ada tiga tahap. Tahap pertama,

bersifat pribadi. Beberapa pertanyaan utama yang harus diajukan adalah ―Bagaimana saya

belajar dan tumbuh sebagai seorang pemimpin? ―Apa yang saya lakukan untuk mendorong

orang-orang dalam kelompok saya agar terus menerus belajar dan menemukan kembali diri

sendiri?. Tingkat penemuan kembali yang kedua adalah sistem dan proses. Pertanyaan untuk

diri sendiri dan anak buah kita adalah ―Bagaimana kita melakukan pekerjaan tersebut?‖

Bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik? Perubahan apa saja yang akan

meningkatkan kemampuan kita untuk melayani pelanggan dan juga satu sama lain? Akhirnya

yang ketiga, melibatkan struktur organisasi iu sendiri. Pertanyaan yang baik yang diajukan

disini adalah,‖Perubahan struktur mana saja yang perlu kita tempuh untuk menjadi lebih

efisien dan efektif?‖

Huruf V adalah singkatan dari Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan

Hubungan) Kita harus menghargai pelanggan kita lebih dahulu, dan nilai itu akan menuntun

perilaku kita dan menjamin keberhasilan kita terus menerus. Apa yang tidak dimengerti

kebanyakan orang ialah bahwa mereka dapat meraup hasil keuangan yang lebih tinggi kalau

mereka mempunyai hubungan yang baik. Memimpin pada tingkat yang lebih tinggi

mencakup hasil maupun hubungan.

Huruf E terakhir ialah Embody The Values (Mewujudkan Nilai) Kalau kita kehilangan

kredibilitas sebagai pemimpin, potensi kepemimpinan kita akan sangat terbatas. Kita harus

melakukan lebih daripada sekedar merumuskan nilai-nilai tersebut, kita tidak boleh hanya

mengucapkannya, kita harus memperlihatkannya. Semua kepemimpinan sejati dibangun di

atas kepercayaan. Salah satu adalah hidup konsisten dengan nilai-nilai yang kita akui. Kalau

Page 35: Makalah kepemimpian

dikatakan bahwa pelanggan adalah penting, tindakan-tindakan kita seharusnya lebih

mendukung pernyataan tersebut. Jika kita memilih untuk hidup seolah-olah pelanggan tidak

penting, orang-orang akan mempunyai alasan untuk mempertanyakan kelayakan kita untuk

dipercaya.

Maka, bagi para pemimpin yang memimpin dengan tidak didasarkan pada kekuasaan

atau jabatan sebaliknya, kepemimpinan yang lahir dari hati yang melayani, maka merekalah

ilham bagi semua orang dan bagi calon pemimpin masa depan. Dan ini akan memberikan

perubahan yang besar.

Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau pun jabatan

seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari

keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi

keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi

negerinya. Hal ini dikatakan dengan lugas oleh seorang jenderal dari Angkatan Udara

Amerika Serikat:

‖I don‘t think you have to be wearing stars on your shoulders or a title to be a leader.

Anybody who wants to raise his hand can be a leader any time.‖ —General Ronal Fogleman,

US Air Force—

Setiap orang memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin. Ada sebuah jenis

kepemimpinan yang disebut dengan Q Leader. Kepemimpinan Q dalam hal ini memiliki

empat makna.

Pertama, Q berarti kecerdasan atau intelligence (seperti dalam IQ – Kecerdasan

Intelektual, EQ – Kecerdasan Emosional, dan SQ – Kecerdasan Spiritual). Q Leader

berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ—EQ—SQ yang cukup

tinggi.

Kedua, Q Leader berarti kepemimpinan yang memiliki quality, baik dari aspek

visioner maupun aspek manajerial.

Ketiga, Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi (dibaca ‗chi‘ – bahasa

Mandarin yang berarti energi kehidupan). Makna Q keempat adalah seperti yang

dipopulerkan oleh KH Abdullah Gymnastiar sebagai qolbu atau inner self. Seorang

pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya (qolbu-

Page 36: Makalah kepemimpian

nya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu

management).

Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar

dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence – quality – qi —

qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan maupun pencapaian makna

kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.

Kepemimpinan Q dalam tiga aspek penting dan singkat menjadi 3C , yaitu:

1. Perubahan karakter dari dalam diri (character change)

2. Visi yang jelas (clear vision)

3. Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence)

Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa

bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan

intrapersonal, kemampuan teknis, pengetahuan, dll) maupun dalam hubungannya dengan

orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metoda kepemimpinan).

Jalan orang yang ditempatkan selaku pemimpin tidaklah mudah. Tetapi mereka harus

melihat dalam setiap kesulitan suatu panggilan untuk bersungguh-sungguh. Para pemimpin

tidak boleh gagal meminta nasihat yang akan disanggupkan untuk berdiri teguh melawan

pengaruh-pengaruh najis dan melihat yang benar dari yang salah, yang baik dari yang jahat.

Pemimpin akan menyetujui apa yang hikmat setujui, dan akan berjuang dengan sungguh-

sungguh melawan masuknya prinsip-prinsip yang salah ke dalam pekerjaan.

Para Pemimpin akan menjadi bijaksana jika memutuskan untuk datang kepada

kebijaksanaan. Kepemimpinan dengan sungguh-sungguh merendahkan hati, mengosongkan

jiwa dari ketinggian diri, dan membuang kekurangan-kekurangan alami dari karakter serta

mengalahkan keinginan terhadap kepentingan diri maka akan membawa suatu arti yang

bermakna guna bagi segala sesuatu yang dipimpinnya.

Page 37: Makalah kepemimpian

Akhirnya, inilah saatnya para pemimpin memiliki kepemimpinan yang benar dan

jelas. Di Indonesia memiliki hukum yang lemah oleh karena pengaruh pemimpin masih besar

sehingga hukum tidak bisa mengatur para pemimpin melainkan pemimpin yang mengatur

hukum dan ini menyebabkan masalah besar jikalau ada pemimpin yang tidak memiliki pola

dan jiwa kepemimpinan yang benar dan jelas. Oleh sebab itu, cobalah para pemimpin belajar

tentang kepemimpinan yang bisa membentuk kepemimpinan Bangsa Indonesia yang tidak

goyah oleh apa pun dan semakin berdiri teguh atas setiap guncangan yang terjadi. Dalam

essai ini telah diuraikan bahwa kepemimpinan jangan dilihat dari sebuah jabatan dan pangkat

serta juga bukan seberapa besar kekuasan yang dimiliki untuk menguasai orang lain. Tetapi

didalam essai ini menjelaskan dasar bahwa kepemimpinan itu dimulai dari diri sendiri dimana

memiliki karakter yang tangguh, pemikiran serta visi yang jelas, dan kompetensi yang tinggi.

Tidak hanya itu, kepemimpinan pun hari memiliki jiwa ―serve‖/‖melayani‖ yang adalah tiang

utama dari kepemimpinan. Tujuan dari kepemimpinan adalah menunjukkan suatu keunggulan

dari para pemimpin dan membuktikan kepercayaan yang diberikan untuk memimpin dengan

melayani bukan dilayani.

Didalam Undang-Undang Tentang Kepemudaan Bab1 Pasal 1 Bagian 7 menyatakan

―Pengembangan kepemimpinan pemuda adalah kegiatan mengembangkan potensi

keteladanan, keberpengaruhan, serta penggerakan pemuda.‖ Dalam hal ini yang terutama

adalah ―keteladanan‖ dalam kepemimpinan. Oleh sebab itu, keteladanan tidak bersumber

dari luar melainkan dari dalam diri pemimpin itu sendiri. Dengan demikian kembali dalam

pembahasan essai ini bahwa betapa pentingnya menumbuhkan kualitas kepemimpinan

pribadi yang akan dapat mempengaruhi akan pergerakan bangsa Indonesia berkualitas yang

disebabkan kepemimpinan pemimpin yang berkualitas pula.

Satu hal yang tidak bisa dilupakan bahwa kepemimpinan dari para pemimpin tidak

bisa lepas dari apa yang mereka pimpin. Sehingga, bagaimana yang dipimpin itu adalah

bagaimana sang pemimpin itu. Dengan ini, harapan kita semua untuk Indonesia adalah

menjadi Indonesia yang memiliki jiwa kepemimpinan bangsa yang berwibawa dan berarti

serta berkualitas. Maka, ketika ada pertanyaan apa itu Indonesia?dengan percaya diri

memberitahukan Pemimpin bangsa Indonesia yang mempunyai kepemimpinan pribadi

membentuk kepemimpinan Bangsa Indonesia. Dan Indonesia adalah ―Pemimpin.

Page 38: Makalah kepemimpian

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Tetapi yang terjadi pada saat ini rakyat Indonesia tengah mengalami krisis

kepercayaan kepada pemimpinnya. Hal ini terjadi karena kekecewaan yang dialami rakyat

Indonesia. Rakyat Indonesia merindukan sosok pemimpin yang mereka idam-idamkan.

Mereka terus mencari pribadi-pribadi yang layak untuk menjadi seorang pemimpin. Tatkala

tidak ditemukan satupun yang dinilai memenuhi syarat seperti yang dikonsepsikan, maka

optimisme itu berubah menjadi pesimisme.

Keadaan seperti ini menyiratkan fakta bahwa rakyat Indonesia menyadari kondisi

buruk ini diakibatkan oleh ulah pemimpinnya sendiri. Mereka menganggap bahwa para

pemimpin gagal mengemban kewajiban sebagai seorang pemimpin.

Pemimpin adalah seorang yang dikenal oleh dan berusaha mempengaruhi para

pengikutnya untuk merealisir visinya. Sedangkan kepemimpinan adalah hubungan yang erat

antara seorang dengan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama; hubungan

itu ditandai dengan tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari manusia yang seorang itu.

Manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan yang

mengikutinya disebut yang dipimpin.

Ralph Waldo Ericksson, “ Yang membawa martabat bangsa dan membangun tonggak

bangsa menjulang tinggi adalah orang-orang yang berani mengambil resiko ketika yang lain

mundur, dan mereka yang bekerja keras ketika yang lain sedang tertidur…”

“Biarkan dunia merubahmu, Maka engkau akan mampu merubah dunia!” -Ernesto

“Che” Guevara. Dalam Motorcycle Diaries 

Menutup tulisan ini penulis tertarik untuk menampilkan pendapat Deddy Mizwar

yang menurutnya, ”Bangkit itu susah, susah melihat orang lain susah dan senang melihat

orang lain senang. Bangkit itu mencuri, mencuri perhatian dunia dengan prestasi. Bangkit itu

Page 39: Makalah kepemimpian

marah, marah jika martabat bangsa dilecehkan. Bangkit itu tidak ada, tidak ada kata

menyerah, tidak ada kata putus asa. Bangkit itu aku. Aku untuk Indonesiaku.

2. Kritik

Kebangkrutan akan sosok pemimpin yang diharapkan bisa memenuhi semua

kehendak masyarakat akan keadilan, kesejahteraan, dan keamanan yang di butuhkan oleh

bangsa ini menjadi hal yang serius dan sangat mendesak. Semua ini tidak semata – mata

karena faktor umur para pemimpin kita yang sudah Tua melainkan kepemimpinan yang

sudah tidak efektif dan cenderung tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin sebagaimana

mestinya. Generasi Tua yang memimpin sekarang cenderung kurang bisa memahami

keinginan masyarakat dan tuntutan zaman di era global ini, para pemimpin Tua seperti

terkurung dalam cara berfikir konvensional. Dengan demkian harus ada yang mengganti

sebuah dinasti kepemimpinan Tua oleh sebuah sosok kaum intelektual muda yang bisa

menjawab atas segala tantangan global dan semaksimal mungkin memenuhi akan semua

keinginan masyarakat.

3. Saran

Sekaranglah saatnya kaum intelektual muda yang membuat perubahan terhadap

bangsa ini, dengan sebuah istilah “Yang Muda Yang Memimpin”. Dengan segala

pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki, mereka pantas diberi kesempatan untuk

menunjukan diri mereka bahwa mereka mampu berbuat yang lebih baik untuk bangsa ini, ini

adalah menjadi tanggung jawab kita semua untuk memberikan kesempataan kepada mereka.

Kita juga mengambil peranan besar dalam menghantarkan mereka untuk menjadi seorang

pemimpin masa depan, oleh karena itu, dukungan kita bagi mereka sangatlah penting guna

merubah struktur kepemimpinan yang ada sekarang yang dirasakan sudah tidak efektif dan

kurang baik.

Secara keseluruhan dari apa yang dimiliki bangsa kita untuk masa depan yang lebih

baik bukanlah sebuah permainan, dengan demikian, menjadikan para kaum intelektual muda

yang kompeten untuk menjadi pemimpin adalah suatu terobosan untuk merubah bangsa ini,

dan sebuah istilah “Yang Muda Yang Memimpin” semoga tidak hanya menjadi sebuah

jargon dan penyemangat kita saja, tetapi juga kita harus membuat sebuah istilah ini menjadi

sebuah kenyataan untuk bangsa besar kita, bangsa Indonesia.

Page 40: Makalah kepemimpian

Daftar Pustaka

Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional, Yayasan

Obor Indonesia, Jakarta, 2003

Jhon Adair, Cara Menumbuhkan Kepemimpinan, 7 prinsip Kunci Penbgembangan

Kepemimpinan Yang Efekti, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2007

K Bertens, Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007

Mahmuddin Muslim, Jalan Panjang Menuju KPTPK, Gerakan Rakyat Antkorupsi Indonesia

(GeRAK), Jakarta, 2004

Mirian Budiardjo, Aneka Pemikiran Tentang Kuasa dan Wibawa, Jakarta: Sinar Harapan,

1984

Peter Eigen, Pengantar, dalam Jeremy Pope. Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem

Integritas Nasional, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2003

Rupert Eales White, The Effective Leader, Empat bakal Sederhana Menjadi Pemimpin

Profesional, Yogyakarta: Diva Press, 2004

Saldi Isra. Antikorupsi: Nasionalisme Baru Indonesia. Media Indonesia, 18 Mei, Jakarta,

2005

Sarlito Wirawan Sartono, Psikologi Sosial, Individu dan Teori – teori Psikologi Sosial,

Jakarta: Balai Pustaka, 2005